PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK “X” KANTOR CABANG SYARIAH JAKARTA PASAR MINGGU
Oleh Nur Aini Rahman 106082002652
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK “X” KANTOR CABANG SYARIAH JAKARTA PASAR MINGGU
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Nur Aini Rahman NIM: 106082002652
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Yusro Rahma, SE, M.Si NIP. 19800506 200801 2 016
Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
i
Hari ini Selasa Tanggal 10 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama
Nur
Aini
Rahman NIM:
106082002652 dengan judul Skripsi ”PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN
MURABAHAH
PADA
PT.
BANK
“X”
KANTOR
CABANG SYARIAH JAKARTA PASAR MINGGU”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si
Yusro Rahma, SE., M.Si
Penguji II
Penguji III
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Penguji I
ii
APLICATION OF SYSTEM MURABAHAH FINANCING ACCOUNTING IN SHARIA ”X” BANK OF JAKARTA PASAR MINGGU BRANCH
ABSTRACT
This study intends to investigate procedure of murabahah financing and analyze accounting system of murabahah financing implemented in Sharia ”X” Bank of Jakarta Pasar Minggu Branch. Data is analyzed by qualitative descriptive approach, and is collected by conducting documentary study, observation and interview. This study concludes that the general procedure to propose murabahah financing in the Sharia “X” Bank applies through four ways, first is to propose letter of intent to take murabahah financing, the second is to analyze ability of paying in installments, goodwill and collateral, the third is to approve the proposal and the fourth is to execute the murabahah contract. Meanwhile the system of administration and accounting applied in the Sharia “X” Bank of Jakarta Pasar Minggu Branch conducts sigma system that is beneficial for recording account of murabahah financing. The system of accounting constitutes system covered some forms, journal, procedues, and tools utilized to process financial accounts. This analysis supports accounting system of murabahah in Islamic banking. Then, it compares financial transaction records with PSAK 59 and PAPSI 2003. Keyword: murabahah financing and accounting system of murabahah.
v
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kenikmatan dan rezeki yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu, sebagai kelengkapan guna mencapai gelar sarjana pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta. Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan (Uswatun Hasanah) yang telah menebarkan risalah kebenaran di muka bumi ini. Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, alhamdulillah berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Komarrudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak., M.si. selaku Ketua Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 4. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin. MBA, dan Ibu Yusro Rahma, SE.,M.Si selaku dosen pembimbing I dan II, yang secara kooperatif, penuh kesabaran memberikan nasihat dan saran-saran berharga secara bijak serta membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Tri Mulyono selaku kepala cabang, serta seluruh para karyawan Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu yang telah
viii
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan telah bersedia menjadi narasumber. 6. Bapak dan Ibu Dosen beserta segenap civitas akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan sepenuh hati. 7. Terima kasih yang paling utama penulis haturkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, serta motivasi dan pengorbanan yang tiada tara kepada penulis, tidak lupa kepada kakak dan adik-adikku terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya, juga kepada seluruh keluarga yang mendukung serta mendoakan kesuksesan penulis. 8. Teman-teman Akuntansi kelas D Reguler angkatan 2006 atas semua bantuan baik berupa pikiran, waktu, tenaga, hingga fasilitas untuk kelancaran penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Tiada kata yang pantas penulis ucapkan, kecuali hanya iringan doa semoga bantuan dan partisipasi tersebut menjadi amal shaleh, dan semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Terakhir penulis berharap semoga penulisan skripsi ini berguna bagi kita semua terutama bagi penulis sendiri. Amiin.
Jakarta, 1 September 2010
Nur Aini Rahman
ix
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan Skripsi..................................................................................
i
Halaman Pengesahan Ujian Komprehensif...........................................................
ii
Halaman Pengesahan Ujian Skripsi.......................................................................
iii
Halaman Surat Pernyataan.....................................................................................
iv
Daftar Riwayat Hidup.............................................................................................
v
Abstract......................................................................................................................
vi
Abstrak......................................................................................................................
vii
Kata Pengantar.........................................................................................................
viii
Daftar Isi...................................................................................................................
x
Daftar Tabel..............................................................................................................
xiii
Daftar Gambar.........................................................................................................
xiv
Daftar Lampiran......................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1
A. Latar Belakang.........................................................................................
1
B. Perumusan Masalah..................................................................................
10
C. Tujuan Penelitian......................................................................................
10
D. Manfaat Penelitian....................................................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
12
A. Konsep Dasar Bank Syariah.....................................................................
12
1. Pengertian Bank Syariah....................................................................
12
2. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah.........................................
14
3. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia........................................
16
4. Prinsip-Prinsip Umum Bank Syariah.................................................
17
5. Karakteristik Bank Syariah................................................................
18
B. Produk dan Jasa Perbankan Syariah.........................................................
22
1. Produk Penyaluran Dana....................................................................
22
2. Produk Penghimpunan Dana..............................................................
33
C. Bai’al Murabahah....................................................................................
38
1. Pengertian Murabahah........................................................................ x
38
2. Landasan Syariah...............................................................................
41
3. Syarat Murabahah...............................................................................
42
4. Manfaat dan Resiko Murabahah.........................................................
43
5. Hukum-Hukum yang Timbul Jika Terjadi Penyelewengan...............
45
D. Akuntansi Islam........................................................................................
53
1. Pengertian dan Sejarah.......................................................................
53
2. Prinsip-Prinsip Akuntansi Islam.........................................................
56
3. Tujuan Akuntansi Islam.....................................................................
58
4. Asumsi Dasar.....................................................................................
59
E. Sistem Akuntansi......................................................................................
59
1. Pengertian Sistem Akuntansi..............................................................
59
2. Komponen-Komponen Sistem Akuntansi..........................................
62
3. Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen...............................
65
F. Perlakuan Akuntansi Murabahah pada Perbankan Syariah......................
67
1. Pengakuan dan Pengukuran................................................................
67
2. Pengungkapan....................................................................................
70
3. Penyajian............................................................................................
70
4. Jurnal..................................................................................................
71
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu.................................................................
76
H. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................
77
BAB III METODELOGI PENELITIAN..............................................................
78
A. Jenis Penelitian.........................................................................................
78
B. Lokasi Penelitian......................................................................................
78
C. Sumber dan Jenis Data.............................................................................
79
D. Metode Pengumpulan Data......................................................................
79
E. Metode Analisis Data...............................................................................
80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................
82
A. Gambaran Umum Perusahaan..................................................................
82
1. Sejarah Perusahaan Bank “X”...........................................................
82
2. Visi dan Misi Bank “X”.....................................................................
83
3. Bagan Struktur Organisasi Bank “X”................................................
84
xi
4. Unit Usaha Syariah Bank “X”...........................................................
87
5. Kantor Cabang Syariah Bank”X”......................................................
88
B. Prosedur Umum Pembiayaan Murabahah...............................................
103
C. Analisa Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada Bank “X” Syariah Cabang Pasar Minggu.................................................................
118
1. Kegiatan Pra Akad.............................................................................
118
2. Kegiatan Pasca Akad.........................................................................
122
3. Analisis Jurnal Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada Bank “X” Syariah Cabang Pasar Minggu...........................................................
132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
144
A. Kesimpulan..............................................................................................
144
B. Saran........................................................................................................
145
Daftar Pustaka..........................................................................................................
146
Lampiran..................................................................................................................
149
xii
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Daftar Bank Umum dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
4
1.2
Perbedaan antara Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah
7
dengan Pembiayaan Konsumen di Bank Konvensional 2.1
Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen
66
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
76
xiii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
2.1
Skema Murabahah
23
2.2
Skema Salam
24
2.3
Skema Istishna
25
2.4
Skema Ijarah
26
2.5
Skema Musyarakah
27
2.6
Skema Mudharabah
28
2.7
Skema Hiwalah
29
2.8
Skema Rahn
30
2.9
Skema Qardh
31
2.10
Skema Wakalah
32
2.11
Skema Kafalah
32
2.12
Skema Wadiah yad Amanah
34
2.13
Skema Wadiah yad Dhamanah
35
2.14
Skema Mudharabah
38
2.15
Kerangka Pemikiran Penelitian
77
3.1
Metode Analisis Data
80
xiv
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
1
Sertifikat Magang di Bank “X” KCS Jakarta Pasar Minggu
149
2
Struktur Organisasi Bank “X” KCS Jakarta Pasar Minggu
150
3
Informasi Produk Bank “X” Syariah
151
4
Formulir Permohonan Pembiayaan Murabahah KPR
152
5
Persyaratan Pembiayaan Murabahah KPR
157
6
Simulasi Angsuran Pembiayaan Murabahah KPR
158
7
Perhitungan Pembiayaan Murabahah KPR
159
8
Laporan Laba Rugi Bank “X” KCS Jakarta Pasar Minggu
161
xv
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sebagai ajaran yang sempurna, Islam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat diambil sebagian saja dengan meninggalkan yang lain. Islam mengkombinasikan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka keliru, orang yang berpendapat bahwa Islam hanyalah agama yang berkaitan dengan masalah ritual saja, sebab Islam adalah suatu sistem yang komprensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam mengatur keharmonisan antara materiil dan sprirituil, serta ibadah dan mu’amalat untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Keliru dan jahil pulalah orang-orang yang berkeyakinan bahwa Islam tidak memiliki aturan-aturan hukum selain aqidah dan ibadah seperti ekonomi, akuntansi, kemasyarakatan (ketatanegaraan) dan lain-lain. Kita harus yakin bahwa Allah menjamin adanya aturan yang mencakup semua fenomena kehidupan dan hukum termasuk yang berkaitan dengan aqidah, ibadah dan mu’amalat. Sebagaimana firman Allah SWT :
...ﺷﻲْ ٍء َ ب ِﺗﺒْﻴَﺎﻧًﺎ ِﻟ ُﻜﻞﱢ َ ﻚ اﻟْ ِﻜﺘَﺎ َ ْﻋَﻠﻴ َ وَﻧَﺰﱠﻟْﻨَﺎ... Artinya: “…dan Kami turunkan al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu….” (Q.S. an-Nahl/ 16: 89).
1
Menurut Dr.Husein Syahatah (2001:2), Al-Sunnah juga merupakan sumber hukum syari’ah kedua juga menjelaskan cara-cara mengikuti kitab Allah (Al-Qur’an) yang merupakan petunjuk untuk mewujudkan kehidupan yang aman dan tentram bagi manusia di dunia maupun akhirat. Seiring dengan perkembangan zaman, bentuk mu’amalat pun kian bervariasi. Berbagai bentuk kegiatan usaha manusia dalam memperoleh rezeki dan penghasilan pun banyak ragamnya. Ini menunjukkan kejadian dan peristiwa, khususnya dalam bidang mu’amalat tidaklah dapat dihitung. Ia akan senantiasa berkembang. Perkembangannya seiring dengan perubahan zaman, yakni mengikuti modernitas. Dengan berpegang teguh pada alQur’an, al-Sunnah dan ijtihad segala bentuk kegiatan mu’amalat modernitas tersebut dapat disesuaikan dengan koridor syari’ah. Kegiatan mu’amalat inilah yang menjadi motor pembangunan. Di mana kegiatan perbankan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilannya. Sehatnya dunia perbankan menggambarkan sehatnya perekonomian kita. Sebab kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan menjadi pemicu lemah-kuatnya gairah perekonomian. Pada
masa
likuidasi
bank-bank
konvensional,
kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional menurun. Nasabah melakukan penarikan dananya besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Ini membuat perputaran uang dari penyimpan (pemodal) kepada peminjam (pengusaha) berkurang. Perekonomian menjadi tidak stabil. Namun, berangsur-angsur membaik dengan kembalinya kepercayaan masyarakat
2
terhadap dunia perbankan nasional. Terlebih-lebih terhadap perbankan syari’ah yang terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi. Menurut Muhammad Syafi’ie Antonio (1999:238), Perkembangan perbankan syari’ah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UndangUndang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang ini diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syari’ah. Undang-undang tersebut memberikan kesempatan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syari’ah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syari’ah. Peluang ini disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai menjajaki peluang bisnis perbankan syari’ah ini (Adrian Sutedi, 2009:45). Peluang pengembangan Perbankan Syariah jauh lebih menarik, diantaranya karena: 1.
Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan pasar potensi bagi pengembangan bank syariah.
2.
Perkembangan jumlah dan intensitas lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan tentang ekonomi Islam dan perbankan atau keuangan syariah semakin pesat, baik di jenjang pendidikan S1, S2, S3, juga D3
3.
Bahwa fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, bagaimanapun akan tetap berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan syariah.
4.
Harapan kita kepada sikap pemerintah cukup besar untuk berpihak pada kebenaran, keadilan, dan kemakmuran rakyat.
3
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia antara lain ditandai dengan munculnya Bank Muamalat Indonesia, sebagai bank yang beroperasi dengan sistem syariah pertama di Indonesia pada 1992. Munculnya perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsipprinsip syariah. Kemunculan bank syariah kemudian diikuti dengan kemunculan lembaga keuangan syariah lainnya, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, saham syariah maupun berbagai model keuangan lainnya. Menjamurnya lembaga keuangan syari’ah yang ditandai dengan bermunculannya bank-bank syari’ah membuat pasar bisnis perbankan kian ramai. Persaingan makin ketat, terlebih pada bank syari’ah sebab bank syari’ah tak hanya bersaing dengan bank konvensional namun juga dengan sesama bank syari’ah. Beberapa bank umum syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang ada di Indonesia hingga Januari 2009 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Daftar Bank Umum dan Unit Usaha Syariah di Indonesia No.
Bank Umum Syariah
1
Bank Muamalat Indonesia
2
Bank Syariah Mandiri
3
Bank Syariah Mega Indonesia
4
Bank Syariah Bukopin
5
Bank Syariah BRI
4
Lanjutan Tabel 1.1 No.
Unit Usaha Syariah
1
UUS Bank Negara Indonesia
2
UUS Bank Ekspor Indonesia
3
UUS Bank Danamon
4
UUS Bank Permata
5
UUS Bank Internasional Indonesia
6
UUS Bank Tabungan Negara
7
UUS Bukopin
8
UUS HSBC Ltd.
9
UUS CIMB Niaga
10
UUS BTPN
11
UUS Bank IFI
12
UUS HSBC
13
UUS BPD DKI
14
UUS BPD Banda Aceh
15
UUS BPD Sumut
16
UUS BPD Riau
17
UUS BPD Sumatera Barat
18
UUS BPD Sumsel
19
UUS BPD Jabar dan Banten
20
UUS BPD Jateng
5
Lanjutan Tabel 1.1 No.
Unit Usaha Syariah
21
UUS BPD DIY
22
UUS BPD Jatim
23
UUS BPD Kalsel
24
UUS BPD Kalbar
25
UUS BPD Kaltim
26
UUS BPD Sulawesi Selatan
27
UUS BPD NTB
28
UUS Bank Lippo*
*UUS Bank Lippo merger dengan UUS CIMB Niaga
Sumber: Rizal Yaya (2009:25). Bank yang berdasarkan prinsip syariah seperti halnya bank konvensional
juga
berfungsi
sebagai
lembaga
intermediasi,
yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana itu kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Karena pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama bagi hasil bank syariah. Karena
dalam
kehidupan
sehari-hari,
masyarakat
memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut perbedaan antara pembiayaan murabahah di bank syariah dengan bank konvensional yaitu:
6
Tabel 1.2 Perbedaan Antara Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah dengan Pembiayaan Konsumen di Bank Konvensional Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Konsumen
Bank Syariah
Bank Konvensional
1. Akad jual beli, menjual barang pada nasabah
1. Akad pinjam meminjam. Bank memberi kredit (uang) pada nasabah
2. Bagi nasabah tidak mengenal 2. Bagi nasabah mengenal adanya adanya hutang pokok dan hutang
hutang pokok dan hutang bunga
margin. 3. Jika
pembayaran
dilakukan
3. Bank membedakan porsi pokok
secara angsur atau cicil maka
dan bunga. Pembagian
pembagian pokok dan margin
dilakukan secara anuitas, yaitu
dilakukan secara proporsional
jumlah angsuran yang sama
merata dan tetap selama jangka
pada awalnya porsi pokok lebih
waktu murabahah.
kecil dan porsi bunga lebih besar dan akhirnya sebaliknya
4. Tidak dikenal pembayaran
4. Dimungkinkan untuk membayar
pokok dulu atau margin dulu,
bunga dulu atau membayar
pembayaran angsuran adalah
pokok saja
pengurangan hutang nasabah. 5. Margin berdasarkan manfaat bisnis tersebut (karena jual-beli
5. Bunga berdasarkan rate pasar yang berlaku
yang dilakukan dengan sistem cicilan) Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio (2004) Untuk saat ini di Indonesia, pedoman akuntansi perbankan syariah mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102 tentang pembiayaan murabahah. Selanjutnya pedoman ini dijelaskan dengan
7
adanya Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) yang diterbitkan Bank Indonesia. Pedoman ini berisi semua hal terkait akuntansi perbankan syariah. Salah satu diantaranya adalah panduan akuntansi produk-produk perbankan syariah. Skema penyaluran perbankan syariah didominasi oleh piutang murabahah sepanjang tahun menyusul tingginya minat masyarakat. Karena pembiayaan murabahah merupakan produk yang mirip dengan kredit konvensional pada bank umum. Selain itu, masyarakat memilih produk murabahah ini karena memberikan kenyamanan saat bertransaksi, memiliki resiko yang paling kecil, sebab pembiayaan sistem murabahah ini akadnya sangat jelas, barangnya sangat jelas, dan keamanannya juga jelas. Oleh karena itu wajar pembiayaan murabahah ini banyak diminati. Data Bank Indonesia menyebutkan murabahah sepanjang tahun 2009 mendominasi pembiayaan perbankan syariah yaitu mencapai Rp16,55 triliun atau 59,24% dari total pembiayaan 2009 Rp27,94 triliun. Selanjutnya adalah pembiayaan mudharabah yaitu sebesar Rp5,6 triliun atau 19,96% serta pembiayaan musyarakah yaitu Rp4,40 triliun atau 15,77% (Bisnis Indonesia:2010). Dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah, biasanya setiap bank memiliki sistem akuntansi untuk merencanakan, mengkoordinasi dan mengontrol berbagai aktivitas yang dilaksanakan. Sistem akuntansi ini sangat diperlukan karena bank syariah merupakan suatu badan atau lembaga yang sangat kompleks. Dimana sistem informasi akuntansi memegang peranan penting dalam menjalankan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
8
kegiatan pembiayaan murabahah. Sistem akuntansi yang diterapkan pada setiap perbankan syariah harus disusun sedemikian rupa guna menghadapi tantangan masa depan. Dimana perubahan dalam masyarakat tidak bisa dielakan dan volume perusahaan dalam masyarakat modern kita tampaknya semakin meningkat. Perubahan tersebut akan membawa problema baru dan tantangan baru kepada para penyusun pola sistem informasi akuntansi. Melihat sepanjang tahun permintaan pembiayaan murabahah semakin meningkat, dimana sebagian besar masyarakat memiliki sifat konsumtif. Terutama barang yang paling dibutuhkan yaitu rumah. Disamping itu, sebagian besar masyarakat belum memahami bagaimana sistem akuntansi pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh perbankan syariah, karena para nasabah pembiayaan murabahah hanya mengetahui prosedur untuk mengajukan suatu pembiayaan murabahah. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
proses dan penerapan akuntansi
pembiayaan ini. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dengan adanya perlakuan akuntansi untuk pembiayaan murabahah lengkap dengan alur dokumennya. Peneliti terdahulu hanya menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk menentukan margin murabahah, tanpa menjelaskan tentang murabahah secara mendalam, dan tidak menjelaskan bagaimana prosedur dari pembiayaan murabahah. Terkait hal yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Penerapan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu.
9
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah: 1. Bagaimana proses pengajuan atau prosedur umum dari pembiayaan murabahah di Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu? 2. Bagaimana sistem dan penerapan akuntansi murabahah di Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu?
C.
Tujuan Penelitian: Berdasarkan perumusan masalah yang akan dikaji, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisa proses pengajuan pembiayaan murabahah di Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. 2. Untuk menganalisa sistem dan penerapan akuntansi murabahah di Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu.
D.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang didapatkan dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Bagi mahaiswa a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang aplikasi pembiayaan murabahah terkait proses dan penerapan akuntansinya.
10
b. Mahasiswa dapat membandingkan penerapan sistem akuntansi murabahah yang didapat dengan dunia kerja. 2. Bagi Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu Diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan guna pengembangan usaha dan bisnis perbankan syariah dan perekonomian umat. 3. Bagi pihak luar Penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dana atau memperoleh pembiayaan yang menguntungkan dan juga dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dan wacana informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Ada beberapa definisi bank yang dikemukakan sesuai dengan tahap perkembangan bank. Untuk memberikan definisi yang tepat agaknya memerlukan penjabaran, karena definisi tentang bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian bank, yaitu: a. Menurut Prof G.M Veryn Stuart, bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (Martono, 2003:20). b. Menurut UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Martono, 2003:20). c. Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
12
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2002:23). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pengertian
bank
telah
mengalami
evolusi, sesuai dengan
perkembangan bank itu sendiri. 2) Fungsi bank pada umumnya adalah: a)
Menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat.
b)
Memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuan bank itu sendiri.
c)
Memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Sedangkan pengertian bank syariah menurut beberapa pendapat adalah sebagai berikut: a. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam (Muhammad:2002). b. Menurut (Sudarsono:2004), bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran yang beroperasi dengan prinsipprinsip syariah.
13
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariah Islam. 2. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan ketika itu. Rasulullah sendiri pernah dititipi harta oleh orang-orang Quraisy pada waktu itu. Sehingga diberi gelar Al Amin karena terpercaya memegang amanah. Sedang dalam perkembangannya di zaman Bani Abbasiyah, orang yang
mempunyai
keahlian
untuk
menyimpan,
menyalurkan
dan
mentransfer uang disebut Jihbiz. Jihbiz berasal dari bahasa Persia yang berarti penagih pajak. Jihbiz dikenal sebagai suatu profesi penukaran uang yang tidak hanya melakukan penukaran uang tetapi juga melakukan fungsi penitipan dana, meminjamkan uang, dan melaksanakan jasa pengiriman uang. Jadi tiga fungsi utama perbankan dilakukan oleh satu individu Jihbiz (Adiwarman A.Karim, 2007:76). Perbankan syariah mulai dikenal pada dekade 1960-an dengan nama Mit Ghamr Bank. Bank tersebut beroperasi sebagai rural-social
14
bank (semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang delta sungai Nil. Lembaga ini dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar dan masih berskala kecil di Mesir. Namun institusi tersebut menjadi perintis perkembangan sistem finansial dan ekonomi Islam (Muhamad Syafi’ie Antonio, 2001:19). Saat sidang Menteri Luar Negeri Negara - Negara Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970. Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Proposal yang disebut studi tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks) dikaji para ahli dari 18 negara Islam (Ibid, 2001:19). Pada intinya sidang tersebut mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus digantikan dengan sistem kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugiannya. Setelah melaksanakan sidang beberapa kali akhirnya pada sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah 1975 menyetujui berdirinya Islamic Development Bank (IDB). Dan semua anggota OKI menjadi anggota IDB. Berdirinya IDB mengilhami pendirian bank-bank syariah di negara- negara Islam. Bank-bank yang termasuk kategori awal dalam pendiriannya adalah (Ibid, 2001:21) : a. Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan) b. Kuwait Finance House
15
c. Dubai Islamic Bank d. Jordan Islamic Bank for Finance and Investment e. Bahrain Islamic Bank f. Islamic InternationalBank for Investment and Development (Mesir) 3. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Namun lebih spesifik kajian tersebut dilakukan pada tahun 1990. Pada lokakarya MUI 18-20 Agustus 1990 dengan tema Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor. ditindak lanjuti dengan membentuk Tim Perbankan MUI pada amanat Munas IV MUI. Akhirnya pada 1 November 1991 ditandatangani Akta Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia (Ibid, 2001:25). Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturrahmi Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabya, Balikpapan, dan Makasar. Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah belum mendapatkan perhatian yang optimum dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai
”bank
16
dengan sistem bagi hasil”. Tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Baru pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, keberadaan bank syariah mendapatkan porsi yang cukup besar. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum, serta jenisjenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi secara total menjadi syariah. Hingga Januari tahun 2009 telah ada 5 bank umum yang beroperasi berdasarkan syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI dan Bank Syariah Bukopin. Ditambah dengan 28 bank umum konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah seperti Bank IFI, Bank Danamon, BRI, BNI, BTN, Bank Permata, Bank CIMB Niaga dan lain-lain, serta ratusan BPRS dan BMT. 4. Prinsip-Prinsip Umum Bank Syariah. Dalam
menjalankan
usahanya,
bank
syariah
harus
tetap
berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu berpedoman pada Alquran dan Hadits. Menurut Adrian Sutedi (2009:32), Prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi:
17
a. Prinsip Keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah. b. Prinsip Kesederajatan Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank. c. Prinsip Ketentraman Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun batin. 5. Karakteristik Bank Syariah Menurut Warkum Sumitro (2004:19), ada beberapa hal yang menjadi ciri sekaligus yang membedakannya dengan bank konvensional adalah: a.
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad, perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban
18
biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. b.
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. Sistem persentase memungkinkan beban bunga semakin tinggi, yang apabila nasabah terlambat membayar beban bunga menjadi berlipat ganda . Lebih-lebih apabila nasabah tidak mampu mengembalikan pinjaman itu karena suatu hal, secara terus menerus nasabah terbebani bunga yang pada akhirnya bisa terjadi jumlah bunga jauh lebih besar daripada jumlah pokok pinjaman.
c.
Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, Bank Syariah tidak menerapkan
perhitungan
berdasarkan
keuntungan
pasti
yang
ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata, manusia sama sekali tidak mampu meramalnya. d.
Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito/tabungan, oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam sehingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return). Namun apabila proyekproyek yang dibiayai bank untung, maka penyimpan uang akan
19
memperoleh bagian keuntungan yang mugkin lebih besar dari tingkat bunga deposito/tabungan yang berlaku pada bank konvensional. Bentuk lainnya yang berupa giro dianggap sebagai titipan murni (alwadiah murni) karena sewaktu-waktu dapat ditarik kembali, dapat diberikan bonus atas izin penggunaan simpanan itu dalam operasi bank dan dapat juga dikenakan biaya penitipan. e.
Bank Syariah tidak menerapkan jual-beli atau sewa menyewa uang dari mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah atau dolar dengan dolar, yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang yang sama tidak dapat dipakai sebagai barang (komoditi). Oleh karena itu, dalam memberikan pinjaman pada umumnya Bank Syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang. Dengan kredit berupa pengadaan barang-barang tersebut pada dasarnya tidak diperlukan jaminan kebendaan, karena selama kredit belum lunas, barang tersebut masih menjadi milik bank. Kalaupun ada jaminan, jaminan tersebut hanya berfungsi sebagai jaminan tambahan dan hanya diterapkan apabila transaksi kredit lintas negara, di mana yang meminta fasilitas-fasilitas bebas bunga, bebas denda kelambatan adalah pihak swasta.
f.
Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal” sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang tentunya menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya dipergunakan untuk
20
menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan untuk kepentingan kaum Muslimin yang bersifat sosial. g.
Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manager dan pimpinan bank syariah yang diangkat harus menguasai dasar-dasar muamalah Islam. Ciri inilah yang diharapkan dapat menjamin bahwa operasionalisasi Bank Syariah tidak menyimpang dari tuntutan syariah Islam.
h.
Produk-produk bank syariah selalu menggunakan sebutan-sebutan yang berasal dari istilah Arab, misalnya al-murabahah, almudharabah, al-ijarah, dan lain sebagainya, dimana istilah-istilah tersebut telah dicantumkan di dalam kitab-kitab fiqih Islam.
i.
Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya. Produk
ini
diperuntukan
untuk
orang-orang
miskin/sangat
membutuhkan dan untuk kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang urgen. Sumber dana untuk fasilitas sosial ini berasal dari zakat, infaq, sedekah, dan pendapatan nonhalal sebagai hasil dari tansaksi dengan bank-bank konvensional yang menerapkan sistem bunga. j.
Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal atau memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi
21
amanah, artinya berkewajiban menjaga dan siap sewaktu-waktu apabila dana tersebut ditarik kembali sesuai dengan perjanjian. Ciri-ciri bank syariah seperti tersebut diatas bersifat universal dan kumulatif. Artinya bank syariah yang beroperasi dimana saja harus terdapat semua ciri tersebut. Apabila tidak, maka hilanglah identitas sebagai perbankan syariah.
B. Produk dan Jasa Perbankan Syariah 1. Produk Penyaluran Dana Menurut Wirdyaningsih, dkk (2006:106), produk peyaluran dana pada nasabah secara garis besar dibagi menjadi empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu: a.
Prinsip Jual Beli Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. 1) Murabahah (Jual Beli dengan Pembayaran Tangguh) Sering juga disebut al Bai bitsaman ajil. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian
22
barang setelah ada pesanan dari nasabah. Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Secara umum aplikasi perbankan dari akad murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini: 2. Negosiasi & Persyaratan 2. Akad jual Beli NASABAH
BANK 6. Bayar
3. Beli Barang
4. Kirim
5. Terima Barang & dokumen
SUPPLIER PENJUAL
Gambar 2.1 Skema Murabahah Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio 2) Salam (Jual Beli dengan Pembayaran di Muka) Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Dalam transaksi ini kualitas, kuantitas harga dan waktu penyerahan barang ditentukan secara pasti sehingga tidak seperti
23
jual ijon. Secara umum aplikasi perbankan dari akad salam dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
PRODUSEN PENJUAL
4. Kirim Pesanan NASABAH 3. Kirim Dokumen
2. Pesanan Barang Nasabah & Bayar Tunai
5. Bayar
BANK SYARIAH
1. Negosiasi & Pesanan dengan kriteria
Gambar 2.2 Skema Salam Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio 3) Istishna’ (Jual Beli Berdasarkan Pesanan) Istishna’ adalah akad jual beli antara al mustashni (pembeli) dan as shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Secara umum aplikasi perbankan dari akad istishna dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
24
NASABAH KONSUMEN (PEMBELI)
PRODUSEN PEMBUAT
1. Pesan 3. Jual
BANK PENJUAL
2. Beli
Gambar 2.3 Skema Istishna Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio b.
Prinsip Sewa (Ijarah) Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Ijarah adalah akad sewa - menyewa antara pemilik ma’jur (objek sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Selain itu ada pula Al-Ijarah Muntahia Bittamlik yaitu sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa. Sifat pemindahan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa. Secara umum aplikasi perbankan dari akad Ijarah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
25
B. Milik PENJUAL SUPPLIER
NASABAH
OBJEK SEWA
3. Sewa Beli
A. Milik 2. Beli Objek Sewa
1. Pesan Objek Sewa
BANK SYARIAH
Gambar 2.4 Skema Ijarah Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio c.
Prinsip bagi hasil (Syirkah) 1) Musyarakah (Kerjasama Modal Usaha) Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati
secara
bertahap
atau
sekaligus
kepada
bank.
Pembiayaan dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aktiva non kas termasuk aktiva tidak berwujud. Secara umum aplikasi perbankan dari akad Musyarakah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
26
Nasabah
Bank Syariah
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah) Gambar 2.5 Skema Musyarakah Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio 2) Mudharabah (Kerjasama Mitra Usaha dan Investasi) Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalah gunaan dana. Secara umum aplikasi perbankan dari akad mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
27
Perjanjian Bagi Hasil Keahlian/ Ketrampilan
Nasabah
Bank Syariah
Modal 100%
PROYEK USAHA Nisbah Y%
Nisbah X%
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL Pengambilan Modal Pokok Gambar 2.6 Skema Mudharabah Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio d.
Pinjam Meminjam Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Produk ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. 1) Hiwalah (Alih hutang piutang) Al Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Bertujuan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank akan mendapati ganti
28
atas jasa pemindahan piutang. Secara umum aplikasi perbankan dari akad hiwalah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
BANK 2. Invoice
5. Bayar 4. Tagih 3. Bayar
PENYUPLAI
PEMBELI 1. Suplai Barang Gambar 2.7 Skema Hiwalah
Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio 2) Rahn (gadai) Ar Rahn adalah menahan salah satu harta dari si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak
yang
menahan
memperoleh
jaminan
untuk
dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Secara umum aplikasi perbankan dari akad rahn dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
29
2. Permohonan Pembiayaan Pembiayaan (Marhun Bih) 1c
3. Akad Pembiayaan Nasabah (Rahin)
BANK (Murtahin) 4. Utang + Mark Up
1a Jaminan (Marhun) 1 b. Titipan / Gadai Pembiayaan Gambar 2.8 Skema Rahn Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio 3) Qardh Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Manfaat akad ini adalah memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapatkan talangan jangka pendek. Secara umum aplikasi perbankan dari akad qardh dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
30
Nasabah
PERJANJIAN QARDH TENAGA MODAL KERJA 100%
100%
PROYEK USAHA
Bank
Kembali Modal
KEUNTUNGAN
Gambar 2.9 Skema Qardh Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio 4) Wakalah Wakalah adalah nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu. Islam mensyaratkan al wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan urusannya sendiri. Pada suatu kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili dirinya. Islam mensyariatkan wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusannya sendiri. Secara umum aplikasi perbankan dari akad wakalah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
31
Kontrak +Fee NASABAH (MUUWAKIL)
• • • • •
Agency Administration Collection Payment Dll. (TAUKIL)
BANK (WAKIL)
INVESTOR (MUWAKIL) Kontrak + Fee Gambar 2.10 Skema Wakalah Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio 5) Kafalah Kafalah
merupakan
jaminan
yang
diberikan
oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Berikut Skema akad kafalah yaitu:
Jaminan
TERTANGGUNG (Jasa / Objek)
PENANGGUNG (Lembaga Keuangan)
Kewajiban
DITANGGUNG (Nasabah) Gambar 2.11 Skema Kafalah
Sumber : Muhammad Syafi’ie Antonio
32
2. Produk Penghimpunan Dana Penghimpunan dana atau disebut juga funding adalah kegiatan penarikan dana atau penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan prinsip syariah. Berkaitan dengan kegiatan tersebut, dalam prinsip syariah dibedakan antara simpanan yang tidak memberikan imbalan dan simpanan yang mendapatkan imbalan. Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. Prinsip wadiah yang cenderung digunakan oleh bank syariah di Indonesia untuk kegiatan penghimpunan dana melalui giro, sedangkan penghimpunan dana melalui tabungan cenderung menggunakan prinsip mudharabah. Prinsip-prinsip operasional syariah yang ada kegiatan penghimpunan dana dijelaskan antara lain : a. Prinsip Wadi’ah Menurut M.Syafi’i Antonio (2001:85), wadi’ah berarti titipan murni dari nasabah kepada bank atau pihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan kepada penitip (penabung) kapan saja ia inginkan. Wadiah terbagi atas dua, yaitu : 1) wadiah yadh-dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan.
33
2) wadiah
yad-amanah
adalah
penerima
titipan
tidak
boleh
memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si penitip mengambil kembali titipannya. Prinsip wadiah yang lazim digunakan dalam perbankan syariah adalah wadiah yad-dhamanah. Prinsip ini dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM,
sarana
perintah
pembayaran
lainnya
atau
dengan
pemindahbukuan.Adapun tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan menggunakan kuitansi, ATM, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan (Rizal Yaya, 2009:59). Gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dengan prinsip wadiah yad amanah digambarkan sebagai berikut: 1. Titip Barang Nasabah (Penitip)
Bank (Penyimpan) 2. Bebankan Biaya Penitipan Gambar 2.12 Skema Wadiah yad Amanah
34
Gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dengan prinsip wadiah yad dhamanah digambarkan sebagai berikut: 1. Titip Dana Nasabah (Penitip)
Bank (Penyimpan) 4. Beri Bonus
3. Bagi Hasil Dunia Usaha
2. Pemanfaatan Dana
Gambar 2.13 Skema Wadiah yad Dhamanah Sumber: Antonio M.Syafi’i (2001:87) b. Prinsip Mudharabah Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan dan disebut dengan shahibul maal, sedangkan pihak yang mengelola usaha disebut mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal (Rizal Yaya, 2009:59). Berdasarkan PSAK 105, mudharabah dibagi atas tiga, yaitu sebagai berikut:
35
1) Mudharabah Mutlaqah Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah yang memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan usaha tersebut berupa jenis usaha, tempat, pemasok dan konsumen usaha. Mudharabah mutlaqah biasa disebut dengan investasi tidak terikat. Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 2) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah yaitu shahibul maal memberi batasan kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok, maupun konsumen usaha. Mudharabah muqayyadah biasa disebut dengan investasi terikat. 3) Mudharabah Musytarakah Mudharabah Musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja
sama
investasi.
Dalam
mudharabah
musytarakah,
pengelola dana menyertakan juga dalam investasi bersama (Rizal Yaya, 2009:60). Dalam praktik kegiatan tabungan dan deposito pada perbankan syariah di Indonesia umumnya menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Kendati hanya disebut dengan tabungan dan
36
deposito, pada dasarnya yang dimaksud adalah tabungan mudharabah muthlaqah dan deposito mudharabah muthlaqah. Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. Perbedaan tabungan tabungan wadiah dan tabungan mudharabah terletak pada tiga aspek, yaitu sifat dan, insentif dan pengembalian dana. Sifat dana pada tabungan wadiah bersifat titipan, sedangkan sifat dana pada tabungan mudharabah bersifat investasi. Insentif pada tabungan wadiah berupa bonus yang tidak diisyaratkan di muka dan bersifat sukarela jika bank hendak memberikannya. Adapun insentif pada tabungan mudharabah berupa bagi hasil yang wajib diberikan oleh bank jika memperoleh pendapatan atau laba pada setiap periode kepada si penabung sesuai nisbah yang disepakati. Deposito mudharabah adalah simpanan dana dengan skema pemiik dana mempercayakan dananya untuk dikelola bank dengan hasil yang diperoleh dibagi antara pemilik dana dan bank dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Dalam transaksi penyimpanan depositi mudharabah, bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dari deposito tersebut. Periode penyimpanan dana biasanya didasarkan pada periode bulan. Deposito mudharabah hanya dapat ditarik sesuai waktu yang disepakati (Rizal Yaya, 2009:60).
37
Gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dengan prinsip mudharabah digambarkan sebagai berikut : 1. Titip Dana Nasabah (Penitip)
Bank (Penyimpan) 4. Beri Bonus
3. Bagi Hasil
Dunia Usaha
2. Pemanfaatan Dana
Gambar 2.14 Skema Mudharabah Sumber: Muhammad (2009:17)
C. Bai’ al Murabahah 1. Pengertian Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli (PSAK No.102). Menurut Slamet Wiyono (2001: 15), Ba’i al-Murabahah adalah jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang yang dijual ditambah dengan sejumlah keuntungan (ribhun) yang disepakati oleh kedua belah pihak, pembeli dan penjual. Pada transaksi murabahah,
38
penyerahan
barang
dilakukan
pada
saat
transaksi
sementara
pembayarannya dapat dilakukan tunai, tangguh ataupun dicicil. Oleh karena itu, karakteristik utama dalam murabahah adalah pemberitahuan penjual kepada pembeli tentang harga jual barang yang terdiri atas harga pokok barang dan jumlah keuntungan serta biaya yang ditambahkan di dalamnya. Misalnya, si Fulan membeli mobil seharga Rp. 200.000.000,00
dan
biaya-biaya
yang
dikeluarkan
sebesar
Rp.
15.000.000,00, maka ia menawarkan mobilnya dengan mengatakan: “Saya beli mobil ini seharga Rp. 200.000.000,00 dengan biaya sebesar Rp. 15.000.000,00 maka Saya jual mobil ini seharga Rp. 240.000.000,00, dengan keuntungan Rp. 25.000.000,00.” Dari buku Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer karangan Adiwarman A.Karim (2007:86), para ulama mahzab berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang dapat dibebankan kepada harga jual barang tersebut. Misalnya, ulama mahzab Maliki membolehkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan transaksi jual beli itu dan biaya-biaya yang tidak langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun memberikan nilai tambah pada barang itu. Ulama mahzab Syafi’ie membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali biaya tenaga
kerjanya
sendiri
karena
komponen
ini
termasuk
dalam
keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh dimasukan sebagai komponen biaya.
39
Ulama mahzab Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual-beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-biaya yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual. Ulama mahzab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biayabiaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai barang yang dijual. Secara
ringkas,
dapat
dikatakan
bahwa
keempat
mahzab
membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayar kepada pihak ketiga. Keempat mahzab sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang berguna. Keempat mahzab juga membolehkan pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan pekerjaan itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan itu harus dilakukan oleh si penjual, mahzab Maliki tidak membolehkannya. Mahzab yang empat sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya tidak langsung bila tidak menambah nilai barang atau berkaitan dengan hal-hal yang berguna. Jika ditelaah dari pengertiannya, penjual harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang, keuntungannya serta tambahan atas besarnya biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan barang tersebut.
40
Agar suatu jual beli dapat terlaksana dengan baik (sesuai dengan aturan Islam), perlu diperhatikan rukun jual beli , yaitu adanya (Hertanto Widodo dkk, 1999: 48) : a. Penjual (Ba’i) b. Pembeli (Musytari’) c. Barang yang diperjual-belikan (Mabi’) d. Harga (Tsaman), dan e. Serah-Terima (Ijab Qabul) 2. Landasan Syariah a. Al-Quran
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…” (Q.S. al- Nisa’/ 4: 29). Ayat ini dengan tegas melarang kita untuk mengambil harta orang lain dengan jalan batil, terutama riba (yang memang pada kala itu praktik riba menjadi tradisi dalam masyarakat bahkan hingga kini) namun sebaliknya, kita dianjurkan untuk mencari harta (keuntungan) dari jalan yang diridhai Allah yakni melalui jalan perniagaan (jual-beli). Karena murabahah merupakan salah satu bentuk jual-beli maka ayat ini dapat dijadikan landasan syari’ah akan kebolehan murabahah.
41
Artinya: “… Dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba…” (Q.S. al- Baqarah/ 2: 275). Ayat ini sebenarnya untuk memberi penjelasan dan mempertegas bahwasanya riba dan jual-beli itu berbeda. Kalimat penegasan itu dapat dilihat dari penghalalan jual-beli dan pengharaman riba. Sehingga ayat ini pun dapat dijadikan landasan syari’ah bagi murabahah. b. Hadist
Artinya: Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah Saw.bersabda, ”Sesungguhnya jual-beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban). Hadits ini menjelaskan bahwasanya segala bentuk jual-beli termasuk murabahah harus dilakukan suka sama suka. Hadits ini dapat dijadikan landasan syari’ah bagi jual-beli terutama syarat jual-beli (murabahah). 3. Syarat Murabahah Ada beberapa syarat yang harus dilakukan pada akad murabahah (Muhamad Syafi’ie Antonio, 2001:146 ) , yaitu : a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
42
c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan : a. melanjutkan pembelian seperti apa adanya, b. kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual, c. membatalkan kontrak. Jual beli secara murabahah di atas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian. Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya. 4. Manfaat dan Resiko Murabahah Menurut Muhammad Syafi’ie Antonio, sesuai dengan sifat bisnis, transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat dan juga resiko. Salah satu manfaat murabahah terhadap bank syariah adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada
43
nasabah. Sistem ini sangat sederhana dan memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah (1999:151). Adapun resiko yang harus diantisipasi adalah: a. Default/kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran. Bila terjadi seperti ini, maka pelunasan barang akan terhambat. Sehingga mengakibatkan kredit macet. b. Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut. c. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa saja karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain. d. Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, resiko untuk default akan besar.
44
5. Hukum-Hukum yang Timbul Jika Terjadi Penyelewengan Jika terdapat penyelewengan pada sifat harga, seperti membeli sesuatu secara kredit lalu menjualnya secara murabahah dengan harga pertama tanpa menjelaskan bahwa ia membeli secara kredit, kemudian pembeli mengetahui, menurut ulama Hanafiyah, ia boleh memilih menerima atau menolak. Pendapat ini didasarkan pada amanah. Jika penyelewengan terdapat pada jumlah harga, menurut Abu Hanifah pihak pembeli boleh memilih menerima atau menolak. Berikut ini adalah fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 04/DSNMUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 (Himpunan Fatwa, edisi kedua, hal 25-29) : a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah 1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. 3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
45
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan
harga
jual
senilai
harga
beli
plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. b. Ketentuan murabahah kepada nasabah 1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah harus menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
46
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangi kesepakatan awal pemesanan. 5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. 6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka : (a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut ia tinggal membayar sisa harga. (b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. c.
Jaminan dalam murabahah 1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
47
d. Hutang dalam murabahah 1) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. 2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya. 3) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. e. Penundaan pembayaran dalam murabahah 1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya. 2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
48
f. Bangkrut dalam murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. Berkenaan
dengan
uang
muka,
Dewan
Syariah
Nasional
mengeluarkan fatwa nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang uang muka dalam murabahah tertanggal 16 September 2000 (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 86) sebagai berikut : a. Dalam akad pembiayaan murabahah, lembaga keuangan syariah dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak sepakat. b.
Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
c.
Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada lembaga keuangan syariah dari uang muka tersebut.
d.
Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, lembaga keuangan syariah dapat meminta tambahan kepada nasabah.
e.
Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, lembaga keuangan syariah harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah. Sedangkan dalam himpunan fatwa yang sama terdapat aturan
mengenai diskon dalam murabahah yaitu fatwa nomor 16/DSNMUI/IX/2000 hal 100-101 sebagai berikut :
49
a.
Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah.
b.
Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
c.
Jika dalam jual beli murabahah lembaga keuangan syariah mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu diskon adalah hak nasabah.
d.
Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.
e.
Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditanda tangani. DSN juga menetapkan sanksi atas nasabah mampu yang menunda-
nunda pembayaran sebagaimana tercantum dalam fatwa nomor 17/DSNMUI/IX/2000 hal 105-106 yaitu : a.
Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan lembaga keuangan syariah kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.
b.
Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
50
c.
Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/ atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
d.
Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
e.
Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
f.
Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai akad. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran berbeda. Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah :
51
a. Mempercepat pembayaran cicilan b. Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapatkan potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan harus dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad. Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat akad apabila apabila kedua belah pihak bersepakat. Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah. Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut berdasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).
52
D. Akuntansi Islam 1. Pengertian dan Sejarah Sebelum kita mengetahui pengertian dari perbankan syariah, berikut ini definisi akuntansi menurut beberapa pendapat : a. Menurut Arren dan Lobbecke (2000:3), akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. b. Menurut
Belkoui
(2001:50),
akuntansi
adalah
proses
pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi ekonomi
sehingga
memungkinkan
adanya
pertimbangan,
dan
pengambilan keputusan berdasarkan informasi oleh para pengguna informasi tersebut. Berikut beberapa pengertian syariah dari beberapa pendapat: a. Menurut Imam Al-Qurthubi, syariah adalah agama yang ditetapkan oleh Allah Swt untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan (2009). b. Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2008), Syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia.
53
Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi dan syariah di atas, maka akuntansi syariah didefinisikan sebagai : a. Suatu proses penyajian laporan keuangan perusahaan dengan berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. b. Menurut literatur Islam akuntansi (muhasabah) didefinisikan “suatu aktivitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syariat, dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil keuangan yang berimplikasi
pada
transaksi-transaksi,
tindakan-tindakan,
dan
keputusan-keputusan tersebut membantu pengambilan keputusan yang tepat (Dr. Husein Syahatah, 2001:40). Menurut Husein Syahatah (2001:18), dari studi sejarah peradaban arab, tampak sekali betapa besarnya perhatian bangsa arab pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha setiap pedagang Arab untuk mengetahui dan menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat berdagang sampai pulang kembali. Hitungan ini dilakukan untuk mengetahui perubahanperubahan pada keuangannya, baik keuntungan maupun kerugian. Hal ini biasa dilakukan karena saudagar-saudagar Arab itu biasanya mengadakan dua kali perjalanan dagang dalam setahun, yaitu di musim dingin dan musim panas, seperti bangsa Quraisy lebih mengandalkan perdagangan untuk mencari nafkah, baik musim panas maupun musim dingin. Karena
54
itu, para saudagar Quraisy harus mengetahui dasar-dasar penghitungan (Akuntansi) dalam transaksi perdagangan mereka, baik antarsesama mereka maupun dengan saudagar-saudagar asing di luar Jazirah Arab. Setelah berkembangnya negeri Arab, bertambahlah kabilah-kabilah (kelompok suku), masuknya imigran-imigran dari negara tetangga, dan berkembangnya perdagangan dan timbulnya usaha-usaha intervensi perdagangan, semakin kuatlah perhatian bangsa Arab terhadap pembukuan dagang untuk menjelaskan utang piutang. Orang-orang Yahudi pun (pada waktu itu) sudah biasa menyimpan daftar-daftar (faktur) dagang. Semua sudah tampak dengan jelas dalam sejarah peradaban bangsa Arab. Adapun tujuan akuntansi di kalangan bangsa Arab (yang berdagang keliling) pada waktu itu adalah untuk mengetahui perubahanperubahan dari jumlah aset, seperti untung dan rugi. Adapun untuk pedagang yang menetap, yang mayoritas pada waktu itu adalah orang Yahudi, mereka memakai akuntansi sebagai sarana untuk mengetahui utang-utang dan piutang. Jadi, konsep akuntansi waktu itu dapat dilihat pada pembukuan yang berdasarkan metode penjumlahan statistik yang sesuai dengan aturan-aturan penjumlahan dan pengurangan. Setelah munculnya Islam di Semenanjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah saw. serta telah terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah, mulailah perhatian Rasulullah untuk membersihkan Muamalah Maaliah (keuangan) dari unsur-unsur riba dan dari segala bentuk penipuan, pembodohan, perjudian, pemerasan, monopoli, dan segala usaha untuk
55
mengambil harta orang lain secara batil. Bahkan, Rasulullah lebih menekankan pada pencatatan keuangan. Rasulullah mendidik secara khusus beberapa orang sahabat untuk menangani profesi ini dan mereka diberi sebutan khusus, yaitu hafazhatul amanah (pengawas keuangan). Para sahabat Rasul dan pemimpin umat Islam juga menaruh perhatian yang tinggi terhadap pembukuan (akuntansi) ini. Adapun tujuan dari pembukuan bagi mereka di waktu itu adalah untuk mengetahui utangutang dan piutang serta keterangan perputaran uang, seperti pemasukan dan pengeluaran. Juga, difungsikan untuk merinci dan menghitung keuntungan atau kerugian, serta menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar zakat yang harus dikeluarkan oleh masing-masing individu. Dengan melihat sejarah peradaban Islam, jelaslah bahwa ulamaulama fiqih telah mengkhususkan masalah keuangan ini dalam pembahasan khusus yang meliputi kaidah-kaidah, hukum-hukum, dan prosedur-prosedur yang mesti diikuti. Konsep akuntansi ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat membantu menata urusan-urusan negara yang signifikan yang muncul ke permukaan. 2. Prinsip – Prinsip Akuntansi Islam Prinsip-prinsip akuntansi yaitu sekumpulan petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang bersifat umum, yamg wajib diambil dan dipergunakan sabagai petunjuk dalam mengetahui dasar-dasar umum bagi akuntansi. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah (Muhammad, 2002:11):
56
a. Prinsip Pertanggungjawaban Merupakan
konsep
yang
tidak
asing
lagi
dikalangan
masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan sang Khaliq mulai dari alam kandungan. Manusia dibebani amanah oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi untuk menjalankan fungsi-fungsi kekhalifahannya. Inti kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah. b. Prinsip Keadilan Kata keadilan dalam konteks akuntansi mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, adalah berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran yang merupakan faktor yang sangat dominan. Tanpa kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil bersifat lebih fundamental (dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/ syariah dan moral). Pengertian kedua inilah yang lebih merupakan sebagai pendorong untuk melakukan upaya dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern menuju pada bangun akuntansi yang lebih baik. c. Prinsip Kebenaran Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya, dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran, dan pelaporan.
57
Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui, menukur, dan melaporkan transaksi ekonomi. 3. Tujuan Akuntansi Islam a. Penentuan Laba Rugi yang Tepat Walaupun penentuan laba rugi agak bersifat subyektif dan bergantung nilai, kehati-hatian harus dilaksanakan agar tercapai hasil yang bijaksana (sesuai dengan syariah) dan konsisten sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan semua pihak pemakai laporan dilindungi (Sofyan S Harahap, 2008:103). b. Ketaatan Kepada Hukum Syariah Setiap aktivitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dinilai halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu organisasi. c. Keterikatan pada Keadilan Karena tujuan utama dalam syariah adalah penerapan keadilan dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan harus mampu melaporkan (selanjutnya mencegah) setiap kegiatan atau keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan dalam masyarakat. d. Melaporkan dengan Baik Telah disepakati bahwa peranan perusahaan dianggap dan pandangan yang lebih luas (pada dasarnya bertanggungjawab pada masyarakat secara keseluruhan). Nilai sosial ekonomi dari ekonomi
58
Islam harus diikuti dan dianjurkan. Informasi akuntansi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan hal ini. 4. Asumsi Dasar Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
E. Sistem Akuntansi 1. Pengertian Sistem Akuntansi Sistem didefinisikan sebagai sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.(Mulyadi, 2001:2).
59
Menurut Marshall B.Ramney dan Paul John Steinbart (2004:2), Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Menurut John Mc Manama (2009), Sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien. Dari definisi ini dapat dirinci lebih lanjut pengertian umum mengenai sistem sebagai berikut: a. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur. b. Unsur-unsur
tersebut
merupakan
bagian
terpadu
sistem
yang
bersangkutan. c. Unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem. d. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar. Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulang kali atau secara rutin terjadi. Sedangkan akuntansi adalah serangkaian kerja yang dimulai dari transakasi sampai membuat laporan keuangan yang berguna untuk pemakai laporan keuangan tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
60
Menurut Haward F. Slettler dalam Baridwan (1971), sistem akuntansi adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan impan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh managemen untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. Namun menurut Warren Reeve Fess (2005:234), dalam buku Pengantar Akuntansi, Sistem Akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi berasal dari dua kata yaitu sistem yang berarti suatu kumpulan-kumpulan elemen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan akuntansi yang artinya suatu aktivitas yang memberikan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan, mengenai kesatuan ekonomi dengan maksud agar berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Sistem
akuntansi
merupakan
subsistem
sistem
informasi
manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pemakai intern maupun ekstern. Dalam rangkaian sistem juga dikenal istilah prosedur. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang, yang dimaksud
61
dengan kegiatan klerikal yaitu mencatat informasi dalam formulir, buku jurnal, dan buku besar, diantaranya menulis, mengadakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih, memindah, dan membandingkan. Sedangkan sistem merupakan jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. 2. Komponen-Komponen Sistem Akuntansi Dalam sistem akuntansi, terdapat lima komponen yang sangat penting agar informasi yang dihasilkan berkualitas (Marshal B.Romney dan Paul John Steinbart, 2004:3). Komponen-komponen tersebut adalah : a. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai fungsi. b. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang melibatkan dalam mengumpulkan, memproses. Dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas organisasi. c. Data tentang proses-proses organisasi. d. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi. e. Insfrastruktur teknologi informasi, termasuk computer, peralatan pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan. Kelima komponen ini secara bersama-sama memungkinkan suatu SIA memenuhi tiga fungsi pentingnya dalam organisasi, yaitu: a. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam
62
berbagai aktivitas tersebut, agar pihak managemen, para pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang hal-hal yang telah terjadi. b. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak managemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. c. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, termasuk data organisasi untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, andal, dan akurat. Sistem akuntansi sebagai suatu bangunan sistem informasi memiliki 6 blok bangunan yaitu a. Blok Masukan adalah data yang dimasukkan ke dalam sistem informasi beserta metode dan media yang digunakan untuk menangkap dan memasukan data tersebut ke dalam sistem. Masukan terdiri dari transaksi, permintaan, pertanyaan, perintah, dan pesan. Umumnya masukan harus mengikuti aturan dan bentuk tertentu mengenai isi, identifikasi, otorisasi dan pengolahannya. b. Blok Model adalah yang mengolah masukan dan data yang disimpan dengan berbagai macam cara untuk memproduksi hasil yang dikehendaki atau keluaran. c. Blok Keluaran adalah keluaran yang berupa suatu informasi yang bermutu dan dokumen untuk semua tingkat managemen dan semua pemakai informasi, baik pemakai intern maupun pemakai luar
63
organisasi. Keluaran suatu sistem merupakan faktor utama yang menentukan blok-blok lain suatu sistem informasi. Media yang dipakai untuk menyajikan keluaran sistem informasi dapat berupa layar monitor, mesin pencetak (printer). d. Blok Teknologi ibarat mesin untuk menjalankan sistem informasi. Teknologi menangkap masukan, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan menyampaikan keluaran, serta mengendalikan seluruh sistem. Dalam sistem informasi berbasis komputer, teknologi terdiri dari tiga komponen, yaitu komputer dan penyimpan data di luar, telekomunikasi, dan perangkat lunak (software) e. Model Basis Data merupakan tempat untuk menyimpan data yang digunakan untuk melayani kebutuhan pemakai informasi. Basis data dapat diperlakukan dari dua sudut pandang yaitu secara fisik dan secara logis. Secara fisik berupa media untuk menyimpan data, seperti flashdisk, disket, disk, chip, dll. Namun yang lebih penting adalah bagaimana mencari, menggabungkan, dan mengambil data yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakai. Basis data dapat dipandang dari sudut pandang logis yang bersangkutan dengan bagaimana struktur penyimpanan data sehingga menjamin ketepatan, ketelitian, dan
relevansi pengambilan informasi untuk memenuhi
kebutuhan pemakai.
64
f. Blok Pengendalian semua sistem harus dilindungi dari bencana dan ancaman, seperti bencana alam, api, kegagalan sistem, kesalahan dan penggelapan, penyadapan, ketidakefisienan, sabotase, orang-orang yang dibayar untuk melakukan kejahatan. Beberapa cara yang perlu dirancang untuk menjamin perlindungan, integritas, dan kelancaran jalannya sistem informasi adalah: 1) Penggunaan sistem pengelolaan catatan. 2) Penerapan pengendalian akuntansi. 3) Pengembangan rancangan induk sistem informasi. 4) Pembuatan rencana darurat dalam hal sistem informasi yang gagal menjalankan fungsinya. 5) Penerapan prosedur seleksi karyawan 6) Pembuatan dokumentasi lengkap tentang sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan. 7) Pembuatan sistem penunjang untuk mengantisipasi dari kegagalan sistem informasi yang sekarang digunakan dan pembuatan tempat penyimpanan data di luar perusahaan sebagai cadangan. 8) Pembuatan prosedur pengamanan dan penggunaan alat-alat pengamanan serta pengendalian akses ke dalam suatu sistem informasi. 3. Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen Sistem akuntansi dapat dijelaskan dengan menggunakan bagan alir dokumen. Tabel 2.1 melukiskan simbol-simbol standar yang digunakan
65
oleh
analis
sistem
untuk
membuat
bagan
alir
dokumen
yang
menggambarkan sistem tertentu. Berikut ini adalah simbol-simbol standar dalam sistem akuntansi dengan pengertiannya dari masing-masing simbol tersebut: Tabel 2.1 Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen Gambar
Keterangan Dokumen.
Simbol
ini
digunakan
untuk
menggambarkan semua jenis dokumen, yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Nama dokumen dicantumkan ditengah simbol. Catatan.
Simbol
menggambarkan
ini catatan
digunakan
untuk
akuntansi
yang
digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir. Penghubung pada halaman yang sama (on page connector).
Penghubung pada halaman yang berbeda (off page connector).
Kegiatan manual. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
kegiatan
manual.
Uraian
singkat kegiatan manual dicantumkan di dalam simbol. Arsip sementara. Simbol ini digunakan untuk menunjukkan tempat penyimpanan dokumen. Arsip sementara adalah tempat penyimpanan
66
Lanjutan Tabel 2.1 Gambar
Keterangan dokumen yang dokumennya akan diambil kembali dari arsip tersebut di masa yang akan datang untuk pengolahan lebih lanjut terhadap dokumen tersebut. Digunakan simbol : A = menurut abjad N = menurut nomor urut T = menurut kronologis, menurut tanggal Arsip permanen. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
arsip
permanen
yang
merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi dalam sistem akuntansi yang bersangkutan. On
line
computer
menggambarrkan
process.
pengolahan
Simbol data
ini
dengan
komputer secara on-line. Mulai/berakhir
(terminal).
Simbol
ini
digunakan untuk menggambarkan awal dan akhir sebuah sistem akuntansi. Masuk / keluar dari satu sistem ke sistem lain.
Sumber : Mulyadi (2001)
F. Perlakuan Akuntansi Murabahah pada Perbankan Syariah 1. Pengakuan dan Pengukuran a. Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah sebesar biaya perolehan.
67
b. Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut (PSAK No 59 paragraf 62) : 1) Aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat : (a) Dinilai sebesar biaya perolehan (b) Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva 2) Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan transaksi, maka aktiva murabahah : (a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah. (b) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah daripada biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. c. Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurangan biaya perolehan aktiva murabahah. d. Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.
68
e. Keuntungan murabahah diakui (PSAK No. 59 paragraf 65) : 1) Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan keuangan yang sama. 2) Selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode laporan keuangan. f. Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu metode berikut (PSAK No. 59 paragraf 66) : 1) Jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah 2) Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan pelunasan kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah. g. Denda
dikenakan
apabila
nasabah
lalai
dalam
melakukan
kewajibannya sesuai akad. Pada saat diterima, denda diakui sebagai dana sosial. h. Pengakuan dan pengukuaran urbun (uang muka) adalah sebagai berikut (PSAK No 59 paragraf 68) : 1) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank pada saat diterima. 2) Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui sebagai pembayaran piutang.
69
3) Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan bank. 2. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) antara lain: a. Rincian piutang murabahah berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan kualitas piutang dan penyisihan penghapusan piutang murabahah. b. Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa (pihak terkait) c. Kebijakan dan metode akuntansi untuk penyisihan, penghapusan dan penanganan piutang murabahah yang bermasalah. d. Besarnya piutang murabahah baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank. 3. Penyajian Piutang murabahah disajikan pada akhir periode akuntansi. (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI): a. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
70
b. Margin murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. 4. Jurnal (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia): a. Pada saat perolehan aktiva murabahah Keterangan Persediaan/aktiva murabahah
Debit
Kredit
xxx xxx
Kas/rekening pemasok/kliring b. Pada saat penjualan aktiva murabahah kepada nasabah : Pembayaran secara angsuran Keterangan Piutang Murabahah Margin murabahah ditangguhkan
Debit
Kredit
xxx xxx
Persediaan/Aktiva murabahah
xxx
c. Penurunan nilai barang sebelum diserahkan kepada nasabah Keterangan Kerugian penurunan nilai aktiva murabahah
Debit
Kredit
xxx
Persediaan aktiva murabahah
xxx
d. Bila terjadi pembatalan akad oleh nasabah dan nilai bersih yang dapat direalisasi lebih kecil dari nilai perolehan Keterangan Beban selisih penilaian aktiva murabahah Penyisihan kerugian aktiva murabahah
Debit
Kredit
xxx xxx
71
e. Urbun (uang muka) 1) Penerimaan uang muka dari nasabah Keterangan Kas/Rekening
Debit
Kredit
xxx xxx
Kewajiban lain-uang muka murabahah
2) Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada nasabah Keterangan Kewajiban lain-uang muka murabahah
Debit
Kredit
xxx
Pendapatan operasional
xxx
Kas/rekening
xxx
3) Terjadi kerugian bank karena pembatalan pesanan Keterangan Kas
Debit
Kredit
xxx
Kerugian Pemesanan Murabahah
xxx
Piutang Uang Muka (uang muka kepada pemasok)
xxx
4) Penggantian kerugian bank Keterangan Hutang uang muka (titipan uang muka)
Debit
Kredit
xxx
Kerugian Pemesanan Murabahah
xxx
Rekening pembeli/nasabah
xxx
72
5) Kerugian bank lebih besar dari uang muka Keterangan Hutang uang muka (titipan uang muka) Piutang nasabah
Debit
Kredit
xxx xxx
Kerugian pemesanan murabahah
xxx
Beban survey murabahah
xxx
6) Apabila murabahah jadi dilaksanakan Keterangan
Debit
Kewajiban lain-uang muka murabahah (urbun)
xxx
Kredit
xxx
Piutang murabahah
f. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin) Keterangan
Debit
Kredit
xxx
Kas/rekening
xxx
Piutang murabahah Atau Keterangan Margin murabahah ditangguhkan
Debit
Kredit
xxx
Pendapatan margin murabahah
xxx
g. Pengakuan pendapatan murabahah yang performing dengan kategori kolektibilitas lancar dan DPK (Dalam Perhatian Khusus) 1) Pada saat pengakuan pendapatan
73
Keterangan
Debit
Piutang murabahah jatuh tempo
Kredit
xxx xxx
Piutang murabahah Atau Keterangan
Debit
Margin murabahah ditangguhkan
Kredit
xxx
Pendapatan margin murabahah
xxx
2) Pada saat penerimaan angsuran tunggakan (pokok dan margin) Keterangan
Debit
Kas/rekening
Kredit
xxx
Piutang murabahah jatuh tempo
h. Pemberian
potongan
pelunasan
dini
xxx
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan dua metode berikut ini: 1) Jika pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah Keterangan Kas/rekening Margin murabahah ditangguhkan Piutang murabahah Pendapatan margin murabahah
Debit
Kredit
xxx xxx xxx xxx
2) Jika setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan pelunasan dini murabahah kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah.
74
Keterangan
Debit
Kas/rekening
Kredit
xxx
Piutang murabahah
xxx
Atau Keterangan
Debit
Kredit
xxx
Margin murabahah ditangguhkan
xxx
Pendapatan margin murabahah Atau Keterangan Beban operasional-Potongan dini murabahah Kas/rekening
Debit pelunasan
Kredit
xxx xxx
i. Penerimaan denda dari nasabah Keterangan
Debit
Kas/rekening Rekening simpanan wadiahdana kebajikan
xxx
Kredit
xxx
75
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul
Variabel
Metodelogi
Temuan
Muhammad
Analisa faktor-
Margin
Analisis
Heykal
faktor yang
murabahah,
deskriptif
mempengaruhi margin
mempengaruhi
biaya
kuantitatif
murabahah.
penetapan
overhead,
2.Propors beban bagi hasil
margin
porsi bagi
DPK berpengaruh cukup
murabahah
hasil DPK,
besar terhadap margin
untuk produk
profit target
murabahah.
pembiayaan
dan tingkat
pemilikan
bunga
secara lemah terhadap
rumah (studi
pinjaman
tingkat margin murabahah.
kasus PT.
bank
Bank Syariah
konvensional
1.Biaya overhead
3.Target profit mempengaruhi
4.Tingkat bunga pinjaman bank konvensional
Mandiri)
berpengaruh sangat besar terhadap margin murabahah.
Dian
Analisa
Pembiayaan
Anaisis
Lestari
pembiayaan
murabahah
deskriptif
Syariah merupakan produk
kualitatif
pembelian rumah berdasarkan
kepemilikan rumah (KPR) BTN Syariah
1.Produk pembiayaan KPR
prinsip murabahah. 2.Penetapan margin KPR BTN
(studi kasus
Syari’ah menggunakan
BTN Syariah
persentase.
Cabang Jakarta Harmoni)
3.Praktik pembiayaan KPR Syari’ah dinilai sah dan sesuai dengan syariat.
76
Lanjutan Tabel 2.2 Peneliti
Judul
Variabel
Metodelogi
Temuan
Muhammad
Dari
Murabahah
Anaisis
1.Produk murabahah dan
Akhyar
murabahah
dan
deskriptif
musyarakah merupakan
Adnan
menuju
musyarakah
kualitatif
produk yang berpotensi
musyarakah,
sangat besar dalam
upaya
menciptakan keseimbangan
mendorong
sektor moneter dan riil
optimalisasi
2.Tren saat ini bahwa produk
sektor riil
murabahah mendominasi kegiatan operasional perbankan syariah.
H. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: PT. Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu
Kegiatan Pembiayaan Murabahah
Prosedur Umum Pembiayaan Murabahah dan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah
PAPSI dan PSAK No.59 Gambar 2.15 Kerangka Pemikiran Penelitian
77
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang menggambarkan serta menjelaskan penerapan sistem akuntansi murabahah pada bank syariah. Penelitian deskriptif menurut Muhammaad Teguh (2005:17), yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi disekitar objek penelitian untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah pada Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. Pemilihan objek tersebut didasarkan pada sampel pembiayaan yaitu lebih kepada pembiayaan murabahah KPR. Dimana Bank “X” adalah bank yang secara khusus telah berpengalaman dalam pembiayaan KPR. Dan secara resmi ditetapkan oleh pemerintah untuk menangani pembiayaan kredit perumahan pada tahun 1974. Penelitian telah dilakukan mulai dari tanggal 1 Mei 2010 sampai dengan 11 Juni 2010.
78
C. Sumber dan Jenis Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Muhammad Teguh (2005: 122), mendefinisikan data primer dan sekunder sebagai berikut: 1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli tanpa perantara, 2. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara . Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yakni serangkaian informasi yang digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta atau berupa keterangan-keterangan saja. Data yang diperlukan berupa sejarah singkat PT Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu serta perlakuan akuntansi murabahah yang diterapkan di dalam perusahaan yang terkait.
D. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Wawancara yaitu dengan melakukan komunikasi secara langsung pada pihak perusahaan yang terkait dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data dan informasi secara jelas dan lengkap.
79
2.
Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap obyek studi untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan sebagai dasar analisis serta mengkonfirmasikan obyektifitas dan keakuratan mengenai hal yang diperoleh baik dalam studi pustaka maupun dalam penelitian itu sendiri.
3.
Dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyalin, melihat, serta mengevaluasi laporan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan obyek penelitian.
E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, data-data tersebut dianalisa dengan cara membandingkannya dengan teoriteori yang ada kemudian mangambil kesimpulan dari hasil perbandingan.
Fakta/ Data/ Informasi
Teori/ Dalil/ Hukum
Kesimpulan
Gambar 3.1 Metode Analisis Data Sumber : Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin
80
Langkah-langkah yang dilakukan setelah memperoleh data-data dari Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu adalah sebagai berikut: 1. Menggambarkan produk-produk dan operasional pada Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. 2. Menggambarkan prosedur pengajuan pembiayaan murabahah pada Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. 3. Menggambarkan penerapan sistem akuntansi pembiayaan murabahah pada Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. 4. Menggambarkan apakah terdapat kesesuaian antara perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada Bank “X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) tahun 2003.
81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Bank “X” Pada tanggal 9 Februari 1950, lahir Bank Tabungan Pos (BTP) berdasarkan Undang-Undang Darurat No.9 tahun 1950. Tahun 1963 berubah menjadi Bank “X” hingga sampai dengan sekarang. Berdasarkan UndangUndang No.20 tahun 1968 tugas pokok Bank “X” disempurnakan sebagai lembaga untuk perbaikan ekonomi rakyat, dan pembangunan ekonomi nasional, dengan jalan menghimpun dana dari masyarakat, terutama dalam bentuk tabungan. Tahun 1974, pemerintah mulai dengan rencana pembangunan perumahan. Guna menunjang keberhasilan kebijakan tersebut, Bank “X” ditunjuk sebagai Lembaga Pembiayaan Kredit Perumahan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor B-49/MK/IV/1/1974 tanggal 29 Januari 1974 lahirlah Kredit Pemilikan Rumah. Tahun 1989 dengan surat tersebut, Bank “X” berubah menjadi Bank Umum. Tanggal 1 Agustus 1992, status hukum Bank “X” diubah menjadi Perusahan Perseroan (Persero) dengan pemilikan saham mayoritas adalah pemerintah melalui Departemen Keuangan RI. Pada tahun 1994 melalui Surat Keputusan Direksi
82
Bank Indonesia No.27/55/KEP/DIR tanggal 23 September 1994 dapat beroperasi sebagai Bank Devisa. Saat ini dalam kegiatan operasionalnya, Bank “X” telah memiliki 1 Kantor Pusat, 62 Kantor Cabang, 204 kantor cabang pembantu dan 20 Kantor Cabang Syariah yang tersebar di seluruh kota-kota di Indonesia. Alamat Kantor Pusat dari Bank “X” terdapat di Jl. Gajah Mada, Jakarta Pusat. 2. Visi dan Misi Bank “X” Visi dari Bank “X” adalah menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan dan mengutamakan kepuasan nasabah. Sedangkan Misi dari Bank “X” adalah sebagai berikut: a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang terkait, serta menyediakan produk dan jasa perbankan lainnya. b. Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional serta memiliki integritas yang tinggi. c. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan nasabah. d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sehat sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan shareholder value. e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
83
3. Bagan Struktur Organisasi Bank “X” Berdasarkan pasal 30 Anggaran Dasar Perseroan yang termuat dalam Akta No. 136 tanggal 31 Juli 1992, maka susunan organisasi dari Bank “X” adalah: RUPS DEWAN PENGAWAS SYARIAH
KOMISARIS
KOMITE AUDIT
DIREKTUR UTAMA Komite Personalia Pusat Komite Produk Komite Manajemen Risiko Komite Kredit Komite Kebijakan Perkreditan Komite Teknologi Komite Aset&Kewajiban
DIV MANAJEMEN RISIKO DIV PENELITIAN& PERENCANAAN DIV KEPATUHAN
DIREKTUR III
DIREKTUR IV
DIREKTUR V
DIV TREASURY
DIV AKUNTANSI
DIV PENGELOLA KEBIJAKAN KREDIT
DIV OPERASI
DIV SDM
DIV PEMASARAN RITEL
DIV LOGISTIK
DIV SYARIAH
DIREKTUR II
DIV HUKUM & HUB PERUSH
DIV INFORMASI TEKNOLOGI
KANTOR CABANG SYARIAH
DIV AUDIT INTERN
DIREKTUR I
DIV RESTRUKT PENYELESAIAN KREDIT
DIV PENGELOLA BISNIS CABANG KANTOR CABANG
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Bank “X” Sumber : Annual Report Bank “X” tahun 2009
84
Sedangkan struktur organisasi dari Divisi / Unit Usaha Syariah pada Bank “X” adalah sebagai berikut:
DIREKSI KEPALA DIVISI SEKRETARIS WAKIL KEPALA DIVISI
BAGIAN BISNIS
BAGIAN PRODUK
BAGIAN PEMBIAYAAN
BAGIAN ADM. KEUANGAN/ PELAPORAN
BAGIAN LEGAL & KEPATUHAN
BAGIAN ADM UMUM
BAGIAN PEMBINAAN
BAGIAN DANA
KANTOR CABANG
BAGIAN TEKNOLOGI BAGIAN TREASURY
BAGIAN PERENCANAAN STRATEGIS
BAGIAN MANAJEMAN RISIKO
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Unit Usaha Syariah Sumber : Buku Struktur Bank “X” Syariah (2005:18)
85
Kemudian struktur organisasi dari Kantor Cabang Syariah pada Bank “X” adalah sebagai berikut:
DIREKSI DIVISI SYARIAH KEPALA CABANG SEKRETARIS
RETAIL SERVICE TELLER SERVICE CUSTOMER SERVICE FINANCING SERVICE
OPERASIONAL TRANSACTION PROCESSING
ACCOUNT & CONTROL
FINANCING RECOVERY
FINANCING ADMINISTRATION GENERAL BRANCH ADM
ACCOUNT OFFICER
Front Office
Back Office
Gambar 4.3 Bagan Struktur Organisasi Kantor Cabang Syariah Sumber : Buku Struktur Bank “X” Syariah (2005:20)
86
4. Unit Usaha Syariah Bank “X” Semakin tinggi minat masyarakat untuk memanfaatkan jasa perbankan dan keuangan syariah merupakan konsekuensi logis semakin membaiknya pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam yang memberikan pedoman dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berbisnis. Disisi lain, minat masyarakat terhadap jasa keuangan syariah ini juga disebabkan karena beberapa keunggulan yang dimiliki oleh lembaga keuangan syariah itu sendiri yang tercermin dari prinsip-prinsip yang digunakan, khususnya prinsip yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan bunga bank turut menggairahkan minat masyarakat untuk memanfaatkan bank dan jasa keuangan syariah serta mempercepat laju perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Dalam prakteknya, ternyata bank syariah bukan hanya diminati oleh kalangan muslim, tetapi juga dimanfaatkan oleh kalangan non muslim, baik dalam kapasitasnya sebagai nasabah, karyawan maupun pemilik. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah merupakan bank yang universal dan tidak semata-mata dimanfaatkan atas pertimbangan agama, tetapi juga pertimbangan ekonomis dan kemanfaatannya. Dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan dan
memenuhi
kebutuhan masyarakat, Bank “X” telah membuka Unit Usaha Syariah pada tahun 2004 sesuai Risalah RUPS tanggal 16 Januari 2004. Anggaran Dasar
87
Bank Bank “X” telah diubah dengan akta No.29 tanggal 27 Oktober 2004 oleh Notaris Emi Sulistyowati,SH yang memungkinkan Bank “X” dapat melakukan berbagai kegiatan yang didasarkan prinsip syariah yang sesuai dengan
ketentuan
Bank
Indonesia.
Berdasarkan
Ketetapan
Direksi
No.14/DIR/SDYA/2004 tanggal 4 Nopember 2004, Divisi syariah terbentuk berikut struktur organisasi. Sedangkan struktur organisasi kantor Cabang Syariah melalui Ketetapan Direksi No. 15/DIR/DSYA/2004 tanggal 4 Nopember 2004. Saat bank Bank “X” telah mendapatkan izin prinsip dari Bank
Indonesia
untuk
pembukaan
unit
syariah
sesuai
surat
BI
No.6/1350/DPbS tanggal 15 Desember 2004. Untuk
mendukung
kegiatan
perbankan
syariah,
pelaksanaan
operasional didampingi oleh Dewan Pengawas Syariah yang bertindak sebagai pengawas, penasehat, dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan Divisi Syariah dan Pimpinan Kantor Cabang Syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan prinsip syariah, khususnya memastikan bahwa seluruh produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan ketentuan syariah. 5. Kantor Cabang Syariah Bank”X” a. Sejarah dan Perkembangan Bank “X” Kantor Cabang Syariah Berawal dari perubahan perbankan oleh pemerintah menjadi
UU
peraturan
perundang-undangan
dari UU Perbankan No. 7 tahun 1992
Perbankan No. 10 tahun 1998, dunia perbankan nasional
88
menjadi marak dengan fenomena boomingnya bank syari’ah. Persaingan dalam pasar perbankan kini kian ketat.
Belum lagi dengan
dikeluarkannya PBI No. 4/ 1/ PBI/ 2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan prinsip syari’ah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip syari’ah oleh bank umum konvensional, jumlah bank syari’ah saat ini bertambah dengan banyaknya UUS (Unit Usaha Syari’ah). Maka manajemen PT. Bank “X” (Persero), dengan call name Bank “X” melalui rapat komite pengarah
tim
implementasi restrukturisasi Bank “X” tanggal 12
Desember 2003, manajemen
Bank “X” menyusun rencana kerja dan
perubahan anggaran dasar untuk membuka UUS agar dapat bersaing di pasar perbankan syari’ah. Berdasarkan Surat No. 03/ KOM /”X”/1/ 2004 tanggal 15 Januari 2004, dewan komisaris mengajukan tanggapannya terhadap rencana kerja dan perubahan anggaran dasar tersebut kepada Meneg BUMN saat itu, Laksamada Sukardi. Dan secara bersamaan pula, berdasarkan Surat No. 100/ DIR/ DHHP/ HK/ III/ 2004, dewan direksi juga mengajukan usulan perubahan anggaran dasar Bank “X” kepada Meneg BUMN. Dan berdasarkan Surat S-263/ M- MBU/ 2004 tanggal 25 Mei 2004, Meneg BUMN menyatakan persetujuan terhadap perubahan anggaran dasar PT. Bank “X” mengenai perubahan kegiatan usaha dengan membuka UUS.
89
Tanggal 1 Oktober 2004, dewan direksi, Divisi Hukum dan Hubungan
Perusahaan
(DHHP)
mengajukan
surat
permohonan
rekomendasi komisaris atas perubahan anggaran dasar Bank dalam rangka pembentukan UUS. Maka pada tanggal 4 November 2004 berdasarkan ketetapan direksi No. 14/ DIR/ DSYA/ 2004, divisi syari’ah dan struktur organisasinya pun mulai dibentuk. Dan sebagaimana induknya, Bank “X” yang berdasarkan surat Meneg BUMN No. S-554/ M-MBU/ 2002 tanggal 21 Agustus 2002 yang memutuskan Bank “X” sebagai bank umum dengan fokus pembiayaan perumahan tanpa subsidi maka Bank “X” Syari’ah pun memfokuskan diri pada kegiatan pembiayaan perumahan. Pada bulan November 2004 dibentuklah struktur organisasi kantor cabang syari’ah PT. Bank “X”, di mana setiap kantor cabang syari’ah dipimpin oleh satu orang kepala cabang yang bertanggung jawab kepada kepala divisi syari’ah. Yang pada saat bersamaan Dirut Bank “X” meminta rekomendasi penunjukan DPS dan pada tanggal 3 Desember 2004, Dirut Bank “X” menerima surat rekomendasi DSN/ MUI tentang penunjukan DPS bagi Bank “X” Syari’ah. Yang pada tanggal 18 Maret 2005 resmi ditunjuk oleh DSN/ MUI sebagai DPS bagi Bank “X” Syari’ah, yaitu: Drs. H. A. Nazri Adlani, Drs. H. Moh. Hidayat, MBA, MBL dan Dr. H. Endy M. Astiwara, MA, FIIS, CPLHI, ACS.
90
Pada tanggal 15 Desember 2004, setelah permohonan izin sebelumnya, Bank “X” menerima surat persetujuan dari BI, Surat No. 6/ 1350/ DPbs perihal persetujuan BI mengenai prinsip pembukaan KCS (Kantor Cabang Syari’ah) Bank “X”. Maka tanggal inilah yang diperingati secara resmi sebagai hari lahirnya Bank “X” Syari’ah. Dan berdasarkan surat BI No. 7/ 102/ DPbs tanggal 14 Februari 2005 perihal permohonan izin pembukaan KCS, maka dilaksanakanlah pembukaan usaha bisnis KCS. Yang secara sinergi melalui persetujuan dari BI dan Direksi PT. Bank “X” maka dibukalah KCS Jakarta pada tanggal 14 Februari 2005. Diikuti tanggal 25 Februari 2005 dengan dibukanya KCS Bandung kemudian 17 Maret 2005 dengan KCS Surabaya dan berturut-turut tanggal 4 dan 11 April 2005 KCS Yogyakarta dan Makasar. Dan pada bulan Desember 2005 dibukanya KCS Malang dan Solo. Sementara KCS Jakarta Pasar Minggu mulai dibuka atau beroperasi pada tanggal 10 Juli 2009. KCS Jakarta Pasar Minggu berlokasi di Jl. Pasar Minggu Raya, Jakarta Selatan. KCS Jakarta Pasar Minggu merupakan salah satu KCS dari dua KCS yang ada di kota Jakarta selain KCS Harmoni. Hingga saat ini total keseluruhan Kantor Cabang Syariah yang dimiliki Bank “X” adalah 20 Kantor Cabang Syariah. KCS tersebut antara lain KCS Bandung, KCS Banjarmasin, KCS Balikpapan, KCS Batam, KCS Bekasi, KCS Bogor, KCS Cilegon, KCS Cirebon, KCS Jakarta
91
Harmoni, KCS Jakarta Pasar Minggu, KCS Makassar, KCS Malang, KCS Medan, KCS Palembang, KCS Pekanbaru, KCS Semarang, KCS Solo, KCS Surabaya, KCS Tangerang dan KCS Yogyakarta. b. Visi dan Misi Bank “X” Syariah Visi Bank “X” Kantor Cabang Syariah ini adalah menjadi Strategic Business Unit dalam Bank “X” yang sehat dan terkemuka dalam jasa keuangan syariah dan mengutamakan kemaslahatan bersama”. Kemudian Misi Bank “X” Kantor Cabang Syariah adalah: 1) Mendukung pencapaian sasaran laba usaha Bank “X”. 2) Memberikan pelayanan jasa keuangan syariah yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan produk serta jasa keuangan syariah terkait sehingga dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan memperoleh pangsa pasar yang diharapkan. 3) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah sehingga dapat meningkatkan ketahanan Bank “X” dalam menghadapi
perubahan
lingkungan
usaha
serta
meningkatkan
shareholders value. 4) Memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap stakeholders serta memberikan ketentraman pada karyawan dan nasabah.
92
c. Maksud Pendirian Bank “X” Kantor Cabang Syariah Pendirian Unit Usaha Syariah Bank “X” ini dimaksudkan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang perbankan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas dan prinsip syariah sebagai bagian dari bank “X” secara keseluruhan. d. Nilai Dasar Bank “X” Kantor Cabang Syariah Nilai dasar yang dimilki oleh Bank “X” Kantor Cabang Syariah adalah sebagai berikut: 1) Taat melaksanakan dan mengamalkan ajaran Islam secara khusyuk. 2) Selalu berusaha menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya demi kemajuan Bank “X” Kantor Cabang Syariah 3) Mengutamakan kerjasama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan Bank “X” Cabang Syariah dengan kinerja yang terbaik. 4) Selalu memberikan yang terbaik secara ikhlas bagi Bank “X” Cabang Syariah dan semua stakeholders, sebagai perwujudan dari pengabdian kepada Allah. 5) Selalu bekerja secara profesional yang kompeten dalam bidang tugasnya.
93
e. Etika Bank “X” Kantor Cabang Syariah Nilai dasar yang dimilki oleh Bank “X” Kantor Cabang Syariah adalah sebagai berikut: 1) Patuh dan taat pada ketentuan syariat serta perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. 2) Melakukan pencatatan segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan Bank “X” secara benar sebagai wujud profesionalisme dan sikap amanah. 3) Berlomba dalam kebaikan untuk memberikan yang terbaik kepada seluruh stakeholder. 4) Tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kegiatan pribadi. 5) Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan. 6) Menjaga kerahasiaan nasabah dan Bank “X”. 7) Memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan Bank “X” terhadap kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungannya. 8) Tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun keluarga. 9) Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya.
94
f. Landasan Operasional Bank “X” Kantor Cabang Syari’ah Landasan operasional dari Bank “X” Cabang Syari’ah antara lain: 1) Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai landasan utama penerapan prinsip syari’ah dalam kegiatan perekonomian/ perbankan. 2) UU. No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan terutama pasal 8 mengenai kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syari’ah. 3) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/ KEP/ DIR tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syari’ah terutama pasal 28 mengenai kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syari’ah. 4) PBI No. 4/ 1/ PBI/ 2002 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syari’ah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syari’ah oleh Bank Umum Konvensional. 5) Fatwa Dewan Syariah Nasional-MUI tentang Lembaga Keuangan Syari’ah. 6) PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah paragraf tentang Murabahah. 7) PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia).
95
g. Produk dan Jasa Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Selama ini Bank “X” dikenal dan mendapatkan tugas khusus untuk menyalurkan kredit perumahan dengan subsidi. Untuk itu produkproduk yang disediakan oleh Bank “X” Kantor Cabang Syariah adalah produk-produk yang sesuai dengan Bank “X” yang kemudian disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Produk-produk Bank “X” Kantor Cabang Syariah adalah: 1) Produk Pendanaan (a) Giro Batara iB (b) Giro Investa Batara iB (c) Tabungan Investa Batara iB (d) Tabungan Baitullah Batara iB (e) Tabungan Batara iB (f) Deposito Batara iB 2) Produk Penyaluran Dana (a) KPR iB (b) KPR Indensya iB (c) Modal Kerja iB (d) Kendaraan Bermotor iB (e) Gadai iB (f) Yasa Griya iB
96
(g) Swagriya iB (h) Investasi iB (i) KPR Subsidi iB 3) Produk Jasa (a) Layanan RTGS (Real Time Gross Settlement) (b) Layanan SKN (Sistem Kliring Nasional) Penjelasan dari masing-masing produk dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Produk Pendanaan Produk ini adalah kegiatan bank dalam pengumpulan dana yang diperoleh dari para nasabah baik perorangan maupun korporasi. Adapun produk yang ditawarkan adalah: (a) Giro Batara iB Produk ini adalah simpanan dana perorangan atau perusahaan berbentuk giro sesuai prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Bank tidak menjanjikan bagi hasil tetapi memberikan bonus yang menguntungkan bagi nasabah. (b) Giro Investa Batara iB Produk ini adalah giro yang bersifat investasi atau berjangka dengan akad mudharabah. Bank memberikan bagi hasil dan bonus yang menarik kepada nasabah.
97
(c) Tabungan Batara iB Produk ini adalah simpanan berbentuk tabungan sesuai prinsip wadiah yang dapat diambil setiap saat. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian bonus yang menguntungkan bagi nasabah. Ketentuan dari produk simpanan ini adalah saldo minimal berupa sebesar Rp. 50.000, dengan tidak terkena biaya administrasi dan dapat diambil sewaktu-waktu. (d) Tabungan Investa Batara iB Produk ini adalah tabungan yang bersifat investasi yang penarikannya dilakukan menurut syarat tertentu, dengan imbalan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam akad pembukaan rekening. Untuk menggunakan produk ini harus memenuhi ketentuan yaitu saldo minimal Rp 100 ribu. Setelah setoran pertama dana disimpan minimal selama 1 bulan. Terkena biaya administrasi sebesar Rp 4 ribu per bulan, biaya ini dikurangkan dari nisbah bagi hasil, sehingga tidak mengurangi saldo nasabah. (e) Tabungan Baitullah Batara iB Produk ini adalah produk tabungan sebagai media penyimpanan dana untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Produk ini menggunakan akad sesuai syariah yaitu mudharabah (investasi).
98
Bank menjanjikan bagi hasil yang menguntungkan dan bersaing bagi nasabah atas simpanannya. (f) Deposito Batara iB Produk ini adalah simpanan dana nasabah (shahibul maal) dalam jangka waktu tertentu yang dioperasikan oleh bank (mudharib) untuk
mendapatkan
keuntungan.
Hasil
keuntungan
dari
pengelolaan dana dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati. Pilihan jangka waktu deposito adalah 1, 3, 6, 12, atau 24 bulan dan dapat diperpanjang secara otomatis pada saat jatuh tempo. 2) Produk Penyaluran Dana Produk ini adalah produk Bank “X” Syariah dalam penyaluran dana dalam rangka investasi dari dana pihak ketiga. Saat ini produk penyaluran dana Bank “X” Syariah terdiri dari: (a) KPR iB Produk ini diberikan untuk pembelian rumah berdasarkan prinsip murabahah sebesar harga beli ditambah margin yang disepakati kedua belah pihak. Dengan produk ini maka jumlah cicilan lebih pasti karena sesuai kesepakatan awal. Lokasi rumah yang diajukan nasabah untuk dibeli bebas terletak dimana saja. Jangka waktu pelunasan pun lebih leluasa hingga 10 tahun. Serta secara otomatis dilindungi Asuransi Jiwa Pembiayaan dan Asuransi Kebakaran.
99
Pembiayaan untuk produk ini maksimal hanya 80% dari harga pasar rumah yang akan dibeli. Adapun harga pasar ditentukan oleh appraiser yang ditunjuk bank. Sedangkan uang muka dibayar langsung oleh nasabah kepada penjual (developer). (b) KPR Indensya iB Produk ini adalah produk pembiayaan dalam rangka pembelian rumah, ruko, rukan, rusun atau apartemen secara inden (atas dasar pesanan). Produk ini dapat diperoleh bagi nasabah dengan menggunakan prinsip akad istishna (jual beli atas dasar pesanan). Pengembalian secara cicilan bulanan dalam jangka waktu tertentu dengan maksimal pembiayaan 80% dari harga rumah. (c) Modal Kerja iB Produk pembiayaan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal kerja bagi nasabah lembaga atau perusahaan dengan menggunakan prinsip akad Mudharabah (bagi hasil). Bank menyediakan dana 100% dari kebutuhan modal kerja. Jangka waktu
pembiayaan
maksimal
5
tahun.
Berbagai
macam
penggunaan pembiayaannya yaitu koperasi karyawan / koperasi pegawai untuk disalurkan kepada anggota dengan pengembalian potong gaji, Kontraktor penerima SPK / Kontrak, Lembaga
100
Keuangan Syariah atau Mikro Syariah (LKS/LKMS) untuk disalurkan kepada nasabahnya, modal kerja perdagangan. (d) Kendaraan Bermotor iB Produk ini diberikan untuk pembelian kendaraan bermotor seperti mobil dan motor bagi nasabah perorangan dengan menggunakan prinsip akad murabahah (jual beli). Jangka waktu pengembalian untuk mobil adalah 5 tahun dan 4 tahun untuk motor dengan maksimal pembiayaan hingga 80% dari harga kendaraan bermotor. (e) Swagriya iB Swagriya
adalah
fasilitas
pembiayaan
berdasarkan
akad
murabahah (jual beli), yang diperuntukan bagi pemohon yang memenuhi
persyaratan
yang
ditentukan oleh bank untuk
membiayai pembangunan atau renovasi rumah, ruko, atau bangunan lain diatas tanah yang sudah dimiliki. (f) Yasa Griya iB Produk ini adalah pembiayaan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan belanja barang modal (capital expenditure) perusahaan atau lembaga dengan menggunakan prinsip akad musyarakah (bagi hasil) untuk keperluan modal kerja pembangunan proyek perumahan kepada Pengembang (developer), baik perorangan,
101
perusahaan maupun koperasi. Produk ini digunakan untuk membiayai seluruh kegiataan pembangunan konstruksi perumahan. (g) Gadai iB Pembiayaan Gadai adalah pinjaman kepada nasabah berdasarkan prinsip Qardh yang diberikan oleh bank pada nasabah berdasarkan kesepakatan, yang disertakan dengan surat gadai sebagai penyerahan barang jaminan untuk jaminan pengembalian seluruh hutang nasabah kepada bank. Barang jaminan dapat berupa emas batangan / lantakan, emas perhiasan, uang emas dan koin emas. (h) Investasi iB Produk ini adalah produk pembiayaan yang diberikan kepada lembaga atau badan usaha dengan prinsip murabahah atau musyarakah kepada nasabah lembaga yang memenuhi syarat. Produk ini untuk mendanai pembelian barang modal atau barang investasi dalam rangka peningkatan kapasitas usaha. (i) KPR Subsidi iB Pembiayaan KPR Subsidi adalah pembiayaan KPR yang disediakan kepada kelompok masyarakat yang memenuhi criteria untuk mendapatkan Subsidi Uang Muka dalam rangka pembelian Rumah Sederhana Sehat (RSH).
102
3) Produk Jasa Produk layanan jasa kemudahan yang diberikan bank berupa: (a) Layanan SKN (Sistem Kliring Nasional) Layanan kiriman uang rupiah, untuk memudahkan transaksi Pengiriman uang jangka waktu penerimaan dalam 1 hari. (b) Layanan RTGS (Real Time Gross Settlement) Sistem transfer uang on-line dengan waktu pengiriman yang cepat ke nomor rekening tujuan dengan jangka waktu penerimaan uang pada hari yang sama.
B. Prosedur Umum Pembiayaan Murabahah Dalam dunia perbankan biasanya melakukan kegiatan untuk mengelola dana nasabah guna memperoleh keuntungan. Dari keuntungan tersebut, bank akan membagikannya kepada nasabah. Baik dalam bentuk bunga di bank konvensional maupun bagi hasil pada perbankan syariah. Dan masyarakat pun membutuhkan bank untuk memenuhi kebutuhan akan dana. Karena pada dasarnya, bank merupakan lembaga penghubung antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Nasabah yang mengajukan pembiayaan ke bank syariah akan mengalami proses. Di Bank ”X” Syariah proses tersebut dapat digambarkan dalam alur pembiayaan berikut :
103
Gambar 4.4 Flowchart Mekanisme Pembiayaan Murabahah 104
Keterangan: No. 1
Keterangan Dokumentasi
2
Surat Permohonan Murabahah (SPM), data perusahaan/nasabah, spesifikasi barang Data Supplier
3
Surat Persetujuan Murabahah (SPM)
4
Surat Pernyataan Sanggup dari supplier (SPSS)
5
Tanda Terima Uang Muka Murabahah (TTUMM)
6
Surat Pemesanan Barang Pada Supplier (SPBPS)
7
Akad Murabahah antara Bank dengan Nasabah
8
Akad Murabahah antara Bank dengan Supplier
9
Surat Permohonan Realisasi Murabahah (SPRM)
10
Tanda Terima Uang Muka Oleh Supplier (TTUMOS)
11
Surat Pengiriman Barang Pada Nasabah (SPBPN)
12
Tanda Terima Barang Oleh Nasabah (TTBON)
Gambaran dari mekanisme pembiayaan murabahah sebagai contoh pembiayaan KPR dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap permohonan pengajuan pembiayaan murabahah oleh nasabah. Nasabah mengajukan pembiayaan murabahah kepada bank. Nasabah membawa SPM (Surat Permohonan Murabahah), yang berisikan tujuannya meminta bantuan bank untuk pembiayaan murabahah, menyebutkan spesifikasi barang, sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang tersebut. Setelah pengisian aplikasi permohonan maka nasabah melakukan pemenuhan kelengkapan data persyaratan pembiayaan murabahah yang dimiliki oleh perusahaan/nasabah antara lain: a. Akta pendirian perusahaan dan pengesahan dan berita negara 105
b. Fotocopy KTP/ SIM/ Passport pengurus dan pemegang saham c. Surat-surat izin yang diperlukan seperti SIUP, TDP, NPWP d. Neraca/laporan keuangan 3 tahun terakhir. 2. Data Supplier Data supplier berisikan informasi data lengkap dari supplier. Kemudian bahwa tersedianya barang atau rumah dari supplier ke pihak bank 3. Account Officer / marketing menganalisis kelayakan bisnis dan usaha, pihak nasabah maupun supplier. Tahap analisa yang dilakukan oleh Account Officer (AO) pada Bank ”X” KCS Jakarta Pasar Minggu disebut Financing Service Officer. Analisa yang dilakukan adalah 3 pilar analisa, yaitu: a. Analisa Kemampuan, dapat dilihat melalui fotocopy rekening tabungan (mutasi tabungan perbulan), slip gaji, dll. b. Analisa Kemauan, dapat diketahui melalui hasil wawancara dengan nasabah. c. Analisa Agunan, dilihat dari nilai appraiser (perusahaan rekanan Bank yang bertugas menilai harga pasar wajar sesungguhnya atas rumah, yang terdiri dari nilai appraiser atas tanah dan nilai appraiser atas bangunannya, yang hasil akumulasinya itu menjadi patokan pemberian pembiayaan yang diajukan oleh nasabah).
106
Bila nilai appraiser atas rumah tersebut lebih rendah dari harga rumah sesungguhnya (original seller) maka yang dijadikan patokan pemberian maksimal pembiayaan adalah nilai appraiser. Namun bila nilai appraiser lebih tinggi dari harga rumah maka yang dijadikan patokan adalah harga rumah tersebut. Dari hasil appraiser atas bangunan rumah tersebut itu pulalah yang dijadikan patokan dalam perhitungan besarnya premi asuransi kebakaran. Selain itu, nasabah juga dilindungi oleh asuransi jiwa yang besarnya premi ditentukan dari hasil perhitungan (by system; kerjasama dengan perusahaan asuransi syari’ah rekanan Bank berdasarkan biodata nasabah dan jangka waktu pembiayaan). 4. Bagian Administrasi pembiayaan (unit support) menganalisis nasabah dan supplier dari segi yuridis, kelengkapan dokumentasi perusahaan dalam bidang hukum, kelayakan jaminan yang diajukan nasabah (bila ada). Pihak bank juga melakukan bank checking atas nasabah dan supplier. Hasil checking ini kemudian disampaikan pada account officer bersamaan dengan analiis kulitatif dan kuantitatif untuk dipresentasikan pada komite pembiayaan. 5. Komite Pembiayaan memberikan persetujuan dengan memperhatikan hasil analisis account officer. Pada tahap persetujuan setelah dilakukan analisis minimal 1-3 hari, AO akan merekomendasinya dalam rapat bersama komite pembiayaan (terdiri
107
dari AO: Bapak Bayu Dwi Hananto, Kepala Seksi Retail: Bapak Judi Aidul Djaffar, Analis : Appraiser dan Kepala KCS Jakarta Pasar Minggu: Bapak Tri Mulyono). Bila permintaan nasabah dianggap tak layak dan tidak memenuhi criteria untuk dibiayai maka seluruh dokumen harus dikembalikan pada nasabah, dan marketing menyampaikan penolakan tersebut pada nasabah. Komite juga menilai kelayakan supplier. Bila permintaan nasabah dan supplier dianggap layak serta memenuhi criteria maka komite
akan
memberikan persetujuan. 6. Persetujuan komite khususnya menyangkut aspek berikut: a. Harga beli barang dari supplier b. Harga jual pada nasabah, c. Jangka waktu pelunasan barang d. Besarnya uang muka yang harus diserahkan oleh nasabah e. Penunjukan supplier/penjual barang f. Jaminan bila diperlukan dan g. Persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi supplier. 7. Setelah mendapat persetujuan dari komite maka account officer
akan
mengirimkan Surat Persetujuan Murabahah kepada nasabah. SPM ini pada bank konvensional disebut Offer Letter atau surat persetujuan bank terhadap permintan nasabah untuk membelikan barang.
108
(bank konvensional setuju memberikan kredit). Dalam Surat Persetujuan Murabahah ini dinyatakan: a. Spesifikasi barang yang disetujui b. Jumlah barang yang akan dibeli c. Harga beli bank pada supplier d. Harga jual bank pada nasabah e. Jangka waktu pembayaran/pelunasan f. Cara pembayaran/pelunasan, dan g. Besarnya uang muka dari nasabah. Uang muka ini untuk menandakan keseriusan nasabah untuk membeli barang tersebut dari bank. Setelah mendapat persetujuan komite pembiayaan maka selanjutnya dilakukan pemanggilan nasabah (pembeli yaitu suami-istri), penjual/ developer rumah dan notaris yang menjabat di wilayah lokasi rumah tersebut berada untuk penandatanganan akad, sedangkan dari pihak bank cukup diwakili oleh AO. Bila pembiayaan yang disetujui adalah
≤ Rp.
50.000.000,00 maka nasabah dikenakan biaya APHT (Akta Pengikatan Hak Tangguhan) dan bila > Rp. 50.000.000,00 maka nasabah dikenakan biaya SKMHT (Surat Kuasa Membebankan Hak Tangguhan). Di mana yang dijadikan jaminan adalah rumah, objek dari pembiayaan KPR ini. 8. Account officer menghubungi supplier dan meminta
Surat Pernyataan
Sanggup dari Supplier (SPSS).
109
Maksud dari SPSS adalah untuk memastikan kesanggupan supplier dalam menyediakan barang sesuai dengan spesifikasi pemesanan dari nasabah. Setelah menerima Surat Persetujuan Murabahah dari bank, nasabah menyatakan persetujuannya atas seluruh persyaratan yang diajukan bank dan melengkapi seluruh dokumen yang diminta. 9. Nasabah setuju untuk membayar uang muka (urbun) bukti keseriusan membeli barang. Plafon pembiayaan dari bank adalah maksimal 80 % dari nilai appraiser/ harga original seller rumah yang dijadikan patokan pemberian pembiayaan. Sisa pembayaran sebesar 20% sebagai uang muka daari nasabah yang langsung disetorkan kepada si penjual yang ditanggung oleh nasabah itu sendiri yang di luar dari pembiayaan KPR. Hal tersebut ditunjukkan dalam bentuk bukti / tanda terima uang muka pembelian atas rumah tersebut. 10. Bank mengeluarkan Tanda terima Uang Muka Murabahah (TTUM). 11. Bagian administrasi pembiayaan mengeluarkan Surat Pemesanan Barang Pada Supplier (SPBPS) atau Purchase Order (PO). 12. Supplier menerima PO atau SPBPS dan menyatakan barang telah tersedia dan siap dikirim kepada nasabah. 13. Bagian administrasi pembiayaan mempersiapkan akad murabahah
antara
bank dan supplier.
110
14. Akad murabahah antara bank dan nasabah setelah barang dimiliki oleh bank diiringi dengan pengikatan jaminan (bila perlu) di mana jaminan tersebut dapat berupa barang yang diperjualbelikan ataupun jaminan lainnya seperti tanah, rumah, deposito, dll. Penandatanganan akad pertama adalah penandatangan akad penunjang berupa akad wakalah antara Bank kepada nasabah untuk mewakili bank dalam membeli rumah kepada pihak penjual. Akad wakalah (berisikan nomor akad, biodata pihak ke 1, muwakkil yakni bank oleh Kepala KCS, biodata pihak ke 2, wakil yakni nasabah, perihal hal yang diwakilkan yakni pembelian rumah berdasarkan pesanan nasabah. Di dalam akad tersebut berisikan sebagai berikut: a. pasal 1 tentang definisi. b. pasal 2 tentang objek wakalah. c. pasal 3 tentang ketentuan bagi bank. d. pasal 4 tentang ketentuan bagi nasabah. e. pasal 5 penutup. Kemudian tahap akhir berupa penandatanganan akta jual-beli antara nasabah (sebagai wakil bank) dengan penjual yaitu akad murabahah pertama dengan sistem pembayaran naqdan (tunai). Maka secara prinsip rumah menjadi milik bank, yang selanjutnya bank akan menjual kembali rumah tersebut secara cicilan kepada nasabah sebesar harga pokok bank ditambah
111
dengan margin yang diinginkan oleh bank sesuai kesepakatan yakni akad murabahah, murabahah dengan sistem pembayaran cicilan (ba’i bi-tsaman ajjal). Di dalam akad tersebut berisikan sebagai berikut: a. pasal 1 tentang ketentuan pokok akad. b. pasal 2 tentang definisi. c. pasal 3 tentang pelaksanaan prinsip murabahah. d. pasal 4 tentang syarat realisasi pembiayaan. e. pasal 5 tentang jatuh tempo pembiayaan. f. pasal 6 tentang pembayaran kembali pembiayaan. g. pasal 7 tentang denda tunggakan. h. pasal 8 tentang uang muka. i. pasal 9 tentang pembayaran ekstra, pembayaran di muka dan pelunasan dipercepat. j. pasal 10 tentang jaminan dan pengikatannya. k. pasal 11 tentang asuransi. l. pasal 12 tentang penghunian dan pemeliharaan rumah. m. pasal 13 tentang nasabah wanprestasi. n. pasal 14 tentang pengawasan, pemeriksaan dan tindakan terhadap rumah jaminan. o. pasal 15 tentang tanggung jawab para pihak.
112
p. pasal 16 penagihan seketika seluruh utang murabahah dan pengosongan rumah. q. pasal 17 tentang penguasaan dan penjualan eksekusi rumah jaminan. r. pasal 18 tentang pengalihan piutang murabahah kepada pihak lain. s. pasal 19 tentang timbul dan berakhirnya hak-hak dan kewajiban. t. pasal 20 tentang kuasa yang tidak dapat ditarik kembali. u. pasal 21 tentang alamat pihak-pihak yang terkait. v. pasal 22 tentang hukum yang berlaku, pasal 23 tentang lain-lain dan pasal 24 tentang penutup) Akad tersebut ditandatangani oleh nasabah (suami-istri) di atas materai dan pihak bank oleh Kepala Kantor Cabang Syariah. Semua penandatanganan akad dilakukan secara bertahap dalam waktu 1-3 jam pada 1 hari sehingga dapat mengefisiensikan waktu tanpa melanggar ketentuan berakad sesuai syari’ah, tanpa paksaan, berdasarkan kesepakatan bersama tanpa harus merugikan satu sama lain. Akad ini disertai dengan bea materai yang dilakukan di hadapan notaris yang pada nantinya juga akan dilegarisir oleh notaris sehingga bersifat mengikat dan berkekuatan hukum yang kuat. Akad tersebut dibuat rangkap 3 yaitu untuk bank, nasabah dan notaris. 15. Setelah akad-akad terpenuhi, supplier mengeluarkan Surat Permohonan Realisasi Murabahah (SPRM).
113
Dalam SPRM ini dirinci harga jual, uang muka, sisa yang belum dilunasi dan nomor rekening supplier atau cara pembayaran lain yang diminta oleh supplier. Setelah selesai penandatanganan akad, maka selambatlambatnya
keesokan
harinya,
nasabah
dapat
mencairkan
plafon
pembiayaannya yang sebelumnya nasabah telah melunasi biaya-biaya pra akad berupa biaya prarealisasi dengan bank dan biaya administrasi jual beli dari Developer / Penjual non bank. 16. Bagian Administrasi Pembiayaan dapat melakukan instruksi pembayaran harga beli barang langsung pada rekening supplier, melalui cek atau instrumen lainnya. 17. Tanda Terima Uang Oleh Supplier (TTUOS) kepada bank dan mengirmkan barang pada nasabah dengan melampirkan. 18. Surat Pengiriman Barang Pada Nasabah (SPPBN), SPPBN Rangkap 3 (Suplier, Nasabah Dan Bank). 19. Tanda Terima Barang Oleh Nasabah (TTBON), Rangkap 2 (Supplier dan Bank). 20. Pelunasan, dapat dilakukan dengan metode pembayaran secara tunai atau angsuran. Nasabah dapat melakukan angsuran pembayaran pertamanya sebulan setelah ditandanganinya akad dengan cara menyetorkan sejumlah angsuran perbulannya ke rekening Tabungan Batara Mudharabah yang dapat pula
114
disetorkan/ ditransfer ke rekening Bank ”X” Syari’ah di Bank-bank ”X” terdekat. Transaksi pembiayaan yang paling sering terjadi pada Bank “X” Syariah adalah Pembiayaan KPR, pembiayaan KPR ”X” Syariah diberikan untuk pembelian rumah berdasarkan prinsip murabahah sebesar harga beli ditambah margin yang disepakati kedua belah pihak. Adapun keuntungan dari pembiayaan KPR Bank ”X” Syari’ah adalah: 1. Aman karena sesuai prinsip syari’ah. 2. Lebih pasti, jumlah cicilan tetap sesuai yang telah disepakati. 3. Proses cepat dan transparan. 4. Lokasi rumah bebas. 5. Persyaratan mudah. 6. Jangka waktu lebih leluasa, hingga 10 tahun. 7. Lebih aman, otomatis dilindungi Asuransi Jiwa Pembiayaan dan Asuransi Kebakaran. Secara umum persyaratan pembiayaan KPR Bank ”X” Syari’ah adalah sebagai berikut: 1. WNI, usia minimal 21 tahun atau telah menikah. 2. Usia pada saat pembiayaan lunas maksimal 65 tahun. 3. Karyawan atau wiraswastawan dengan masa kerja/ usaha minimal 1 tahun. 4. NPWP untuk pembiayaan ≥ Rp. 100.000.000,00.
115
Adapun kelengkapan data yang harus dipenuhi dalam pembiayaan KPR Bank “X” Syari’ah adalah: 1. Persyaratan Pemohon: a. Secara Umum: 1)
Aplikasi permohonan pembiayaan KPR Bank “X” Syari’ah.
2)
Surat kuasa pemotongan gaji.
3)
Surat kepada pimpinan instansi.
4)
Surat keterangan bekerja dari perusahaan (asli) atau copy SK Pegawai.
5)
Slip gaji pemohon dan pasangan (asli).
6)
Copy KTP suami dan istri yang masih berlaku (asli ditunjukkan).
7)
Pas photo 3x4 yang terbaru (suami istri).
8)
Fotokopi surat nikah (asli ditunjukkan).
9)
Kartu keluarga (asli ditunjukkan).
10) Fotokopi rekening tabungan bank lain 3-6 bulan (asli ditunjukkan). 11) SPT pasal 21 form A1 untuk pembiayaan ==> Rp. 50.000.000,00. 12) NPWP pribadi untuk pembiayaan ==> Rp. 100.000.000,00. b.Secara Khusus: Pemohon Berpenghasilan Tetap/ Karyawan: 1) Aplikasi permohonan. 2) Fotokopi KTP, KK, Surat Nikah, Pasfoto. 3) Fotokopi Slip Gaji.
116
4) Fotokopi Rekening Giro Batara Syari’ah, Tabungan Batara Wadi’ah/ Mudharabah. c. Secara Khusus: Pemohon Berpenghasilan Tidak Tetap/ Wiraswastawan: 1) Aplikasi Permohonan, 2) Fotokopi KTP, KK, Surat Nikah, PasFoto, 3) Fotokopi Rekening Tabungan/ Giro, 4) Fotokopi Akte Perusahaan, Izin Usaha, Izin Praktik, Surat izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor pokok Wajib Pajak (NPWP). 5) Laporan Keuangan Perusahaan, minimal 3 tahun terakhir. (Bila perusahaan belum dikenal atau tidak termasuk perusahaan bonafid/ go public). 2. Persyaratan Rumah: a. Sertifikat Rumah. b. IMB (Izin mendirikan Bangunan). c. PBB.(Pajak Bumi dan Bangunan)
117
C. Analisis Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu 1. Kegiatan Pra Akad a. Setelah hasil Rapat Komisi Audit (Rakomdit) menyetujui pengajuan pembiayaan, maka selanjutnya bagian Financing Service Officer memberitahukan kepada nasabah. Pemberitahuan tersebut terdiri dari perjanjian pengikatan (akad) berikut kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi nasabah. Untuk nasabah dalam masa pra akad ini harus membuka rekening tabungan serta membayar biaya pra realisasi. Cara membuka rekening tabungan adalah mengajukan permohonan pembukaan rekening kepada costumer service. Setelah itu costumer service membuatkan CIF (Customer Identification Form). Bentuk dari CIF ini adalah nomor yang sifatnya unik yaitu masingmasing nasabah memiliki CIF yang berbeda-beda. Dan masing-masing nasabah hanya memiliki satu CIF walaupun memiliki lebih dari satu tabungan pada bank yang sama. Dalam CIF ini berisi data lengkap nasabah. Baru setelah itu diberikan nomor rekening. Setiap produk tabungan memiliki nomor rekening yang berbeda. Sehingga jika nasabah ingin membuka lebih dari satu produk tabungan maka akan mempunyai lebih dari satu nomor rekening sesuai jumlah
118
tabungan yang dibuka. Kemudian setelah mempunyai buku tabungan, nasabah membayar biaya pra realisasi kepada teller. b.
Customer Service memberikan data CIF dan nomor rekening kepada bagian Financing Administration. Bagian Financing Administration mendapat dua input data yaitu dari Customer Service terkait data pembukaan fasilitas tabungan dan dari bagian Financing Service terkait data pengajuan pembiayaan. Bagian ini kemudian membuat Customer Facility Number terkait pembiayaan yang diajukan. Isi dari CFN adalah : 1) Harga jual bank kepada nasabah. 2) Tanggal akad. 3) Data nasabah. 4) Tanggal jatuh tempo.
c. Bagian Financing Administration melakukan pemeliharaan jaminan. Kegiatan pemeliharaan jaminan
adalah mendaftarkan jaminan
yang akan diberikan nasabah. Jaminan yang dimaksud disini adalah jaminan yang bersifat materiil dan immaterial untuk mendukung keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk melunasi utang murabahah sesuai akad. Dan terakhir merinci biaya-biaya yang harus dibayar nasabah. Perincian biaya dilakukan sebelum nasabah membuka rekening tabungan dan membayar biaya pra akad sehingga
119
nasabah mengetahui besarnya biaya yang harus dibayar. Dengan kata lain bahwa kegiatan pembiayaan bersifat paralel. Dapat digambarkan kegiatan pra akad adalah sebagai berikut :
Nasabah
Rakomdit menyetujui
Penjadwalan akad (Financing Service)
Buka rekening tabungan
Pembayaran biaya pra akad
Customer Service
Teller
CIF & No Rek Financing Administration
CFN
Accounting
Hitung biaya pra akad Pendaftaran jaminan
Jurnal & Laporan Keuangan
Copy slip pembayaran
1. Financing Service 2. Kepala seksi 3. Kepala Cabang 4. Notaris 5. Nasabah
AKAD
Gambar 4.5 Kegiatan Pra Akad Sumber : Diolah
120
Salah satu syarat yang harus dipenuhi nasabah dalam masa sebelum akad adalah membayar biaya pra akad. Biaya tersebut terdiri dari : a. Biaya notaris b. SKMHT/APHT c. Biaya Appraiser d. Premi Asuransi Jiwa e. Premi Asuransi Kebakaran f. Biaya administrasi g. Angsuran I & Saldo minimal Dengan demikian maka nasabah dapat dikatakan dirugikan karena harus membayar biaya yang belum seharusnya dibayarkan. Padahal bisa saja syarat untuk nasabah cukup dengan membuka rekening dan jika perlu biaya akad yang jika tidak terealisasi dapat dikembalikan. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya appraiser, biaya administrasi dan saldo minimal. Sedangkan biaya lain dibayarkan saat akad telah terjadi. Cara tersebut sedikit menyulitkan karena nasabah harus melakukan minimal dua kali pembayaran dalam satu bulan akad tersebut. Yaitu membayar biaya sebelum akad dan biaya sesudah akad. Menurut Pendapat Mahzab Maliki, Syafi’ie, Hambali, dan Hanafi, sebaiknya rancangan alur pembayaran yang harus dibayarkan nasabah dalam masa akad adalah:
121
Biaya pra akad : 1. B.Appraiser 2. B.Administrasi 3. Saldo minimal
AKAD
Biaya pasca akad : 1. B.Notaris 2. SKMHT/APHT 3. Premi Ass.Jiwa 4. Premi Ass.Kebakaran 5. Angsuran I
Angsuran berikutnya
Gambar 4.6 Alur Pembayaran Sumber : Diolah Dengan alur diatas maka nasabah tidak dibebankan dengan biaya yang seharusnya belum ditanggungnya dalam masa pra akad. Teknis pembayaran biaya pasca akad dapat dilakukan pada saat hari berlangsungnya akad sehingga proses pencairan dapat dipercepat. Dengan demikian maka proses pasca akad seperti pembukaan CFN dapat dilakukan secepatnya sebagaimana ketika pemberlakuan pembukaan fasilitas tersebut pada model pembiayaan yang berlaku sekarang. 2. Kegiatan Pasca akad Setelah proses akad berlangsung, kepala cabang memerintahkan bagian Financing Administration untuk menindak lanjuti kegiatan pasca akad. Kemudian bagian ini melakukan beberapa kegiatan terkait kegiatan pasca akad yaitu : a. Meregister dan menyimpan dokumen akad sebagai arsip riwayat pembiayaan atau biasa disebut Dossier A. Dokumen akad yaitu berkas
122
permohonan pembiayaan dan jaminan baik soft copy maupun hard copy. Serta mengurus kelengkapan akad dan fasilitas yang akan diperoleh nasabah seperti Akta tanah, IMB, Asuransi Jiwa, dan Asuransi Kebakaran. b. Memasukkan data nasabah ke sistem yang dikenal dengan CFN (Customer Facility Number). Yang selanjutnya setiap transaksi langsung masuk ke sistem. c. Setelah menerima Surat Pencairan Dana (SPD) dan Daftar Rincian Realisasi (DRR), maka Financing Administration membuat memo pendebetan biaya realisasi dan memo pencairan dana pembiayaan. Memo tersebut
diserahkan
kepada Operation Head
untuk diteliti dan
ditandatangani. Kemudian diserahkan kepada Kepala Cabang. Bank ”X” Syariah bekerjasama dengan PT. Sigma Cipta Caraka yaitu Perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang Informasi Tehnologi dan Perbankan. Sehingga sistem administrasi dan akuntansi di Bank ”X” Syariah Cabang Jakarta Pasar Minggu menggunakan sistem sigma yang berguna untuk mencatat transaksi pelayanan. Setelah data-data yang diperlukan dimasukkan ke dalam sistem, maka secara otomatis setiap pengolahan transaksi akan dikerjakan oleh sistem. Sedang bagian yang terkait hanya memasukkan transaksi yang terjadi. Berikut ini gambaran sistem informasi yang dimiliki oleh Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu yaitu:
123
Customer Service memberikan CIF & No Rek
Financing Service memberikan kelengkapan akad
Transaksi Angsuran nasabah
Acc&Control Mengecek hasil dari sigma
Financing Administration mengecek kelengkapan, meregister, menyimpan, dan memasukkan data ke sistem
Lap Loan Inquiry SIGMA
Teller Mendebet kas & masukkan no rek nasabah
Jurnal & Lap Keuangan
Gambar 4.7 Sistem Akuntansi Sumber : Diolah Semua proses transaksi dilakukan oleh sistem sigma. Cara kerja sistem ini adalah dengan menggunakan kode nasabah. Kode nasabah yang dibuat untuk dimasukkan ke dalam sistem itulah yang disebut Customer Facility Number (CFN). Berikut adalah ilustrasi Customer Facility Number : xxxxxxxx MRI xx No urut Jenis pembiayaan CIF
124
Nomor CFN ini untuk seterusnya menjadi kode pembiayaan untuk satu nasabah. Sehingga yang muncul di jurnal ketika nasabah membayar angsuran adalah kode nomor tersebut, bukan nama nasabah. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan nasabah. Data CFN ini juga berfungsi untuk memgetahui dan memantau semua hal terkait pembayaran nasabah. Berikut ini adalah tampilan layar hasil masukan dari pembukaan Customer Facility Number:
LOAN INQUIRY NASABAH PEMBIAYAAN Bank “X” SYARIAH
”X”7003
D19701BO03
5-10-2005(b)
KANTOR CABANG JPM(a)
B104KN7M
LOAN INQUIRY Loan No.(e)
: xxxxxxxx
ACTIVE(d)
Cust.Fac.No( f ): xxxxxxxx MR1 xx
Loan Holder(g): Fulan Bin Fulan
xxxxxxxxx(h)
Loan Type (j) : ARM1F Start Date(k)
8:27:01(c)
Proc. : 8
: 27-09-2005
Branch : xxx Ccy.(i) : IDR Cacl.
: 360
Maturity Date(l): 27-09-2015
A/O
: MS
B.Hasil(%)(m) : xxxxxxxx
Penalty (%)(n) :
.0005
Base
:
Repayment(o) : xxxxxxxx
Fac. Sts(p)
: ACTIVE
Accrue : 1
---------------------------PRINCIPAL---------------------MARGIN-------------Original Amount
:
xxxxxxxxx(q)
xxxxxxxxx(r)
Paid/Amort. Amount :
xxxxxxxxx(s)
xxxxxxxxx(t)
Outstanding
:
xxxxxxxxx(u)
xxxxxxxxx(v)
Past Due
:
0
Write Off (W/O) Paid Un-Authorized
: :
0
0
0
0
0
125
Lanjutan hal 125 W/O Un-Authorized
:
0
0
---------------------------PENALTY--------------------------FEE-------------Paid
:
0
0
Paid Un-Authorized
:
0
0
Write Off (W/O)
:
0
-------- O/S Pokok (Net) --------
W/O Un-Authorized
:
0
xxxxxxxxxx(w)
F3-Exit F5-RepaySch F6-Activity F7-AccHst F8-PastDue F10-NextScr
Keterangan dari tampilan layar loan inquiry : a. BANK ”X” KCS JAKARTA PASAR MINGGU : Nama institusi atau kantor cabang syariah. b. Tanggal saat membuka tampilan layar. c. Jam saat membuka tampilan layar. d. Menunjukkan status keadaan layar apakah aktif atau tidak. e. Loan No. : Nomor pembiayaan. f. CFN (Customer Facility Number) atau nomor kode pembiayaan nasabah. g. Loan Holder : Nama nasabah pembiayaan. h. Nomor CIF (Customer Identification Form) yang berisi data-data nasabah pembiayaan. i. Ccy (currency) : Penghitungan mata uang yang digunakan dalam contoh IDR (Indonesian Rupiah).
126
j. Loan Type : Tipe pembiayaan nasabah. k. Start Date : Tanggal persetujuan pencairan dan akad. l. Maturity Date : Tanggal akhir kerjasama pembiayaan. m. Margin/Bagi Hasil : Prosentase margin yang diperoleh Bank ”X” Syariah sesuai kesepakatan. n. Penalty : Prosentase denda jika nasabah terlambat dalam pembayaran. Angka tersebut adalah prosentase denda tiap hari keterlamabatan. o. Repayment : Cicilan yang harus dibayarkan nasabah dalam satu kali angsuran. p. Fac. Sts : Status pembiayaan sampai saat tanggal tersebut. q. Original Amount Principal : Harga jual bank kepada nasabah yang terdiri dari harga pokok ditambah margin. r. Original Amount Margin : Nilai total margin yang akan diterima bank s. Paid/Amort. Amount Principal : Jumlah rupiah yang telah dibayarkan nasabah kepada bank. t. Paid/Amort. Amount Margin : Margin yang telah diterima bank dari jumlah rupiah yang tellah dibayarkan nasabah. u. Outstanding Principal : Sisa jumlah rupiah yang harus dibayarkan oleh nasabah. v. Outstanding Margin : Margin yang masih akan diterima oleh bank dari sisa pembayaran (keuntungan ditangguhkan).
127
w. Harga pokok yang masih harus dibayar oleh nasabah. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Original Amount Margin (r) = Margin (m) x Pokok (w) 2. Original Amount Principal (q) = Pokok (w) + Original Amount Margin (r) 3. Repayment(o)=Original Amount Principal(q) : [lama angsuran (l-k)x12] Setelah terjadi pembayaran angsuran maka secara otomatis (oleh sistem) nilai pokok penjualan (w) akan berkurang sesuai nilai pokok yang telah dibayarkan. Berikut ini adalah ilustrasi penghitungan angka-angka tersebut : Harga pokok sebuah rumah yang dibiayai bank kepada nasabah adalah Rp 150.000.000. Jangka waktu pembiayaan tersebut adalah 10 tahun. Margin yang akan diperoleh bank sesuai kesepakatan adalah 10% per tahun. Sehingga perhitungan dari ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Original Amount Margin (r) = [10%x10thn](m) x Rp 150.000.000(w) = Rp 150.000.000 2. Original Amount Principal (q) =Rp 150.000.000(w) + Rp 150.000.000(r) = Rp 300.000.000 3. Repayment (o) = Rp 300.000.000(q) : (10 thnx12 bln)
= Rp 2.500.000 per bulan
Misalkan pembayaran angsuran telah berlangsung selama 5 bulan sehingga nasabah telah membayar 5 kali angsuran yang besarnya:
128
Rp 2.500.000 x 5 bln = Rp 12.500.000 Sehingga secara otomatis (oleh sistem) setelah pengkreditan angsuran oleh teller maka jumlah pokok (w) yang muncul sebesar : Rp 150.000.000 – [Rp 1.250.000 x 5] = Rp 143.750.000 Jumlah pokok tersebut terus akan berkurang sesuai jumlah angsuran yang dibayarkan oleh nasabah. Kemudian angka lain yang akan terus berubah adalah : 1. Paid /Amort. Amount Principal (s) Rp 2.500.000(o) x 5 = Rp 12.500.000 (berubah sesuai jumlah rupiah angsuran yang dibayarkan nasabah) 2. Paid/Amort. Amount Margin (t) Rp 1.250.000 x 5 = Rp 6.250.000 (keuntungan yang telah terealisasi diterima bank) 3. Outstanding Principal (u) Rp 300.000.000(q) – Rp 12.500.000(s) = Rp 287.500.000 (sisa angsuran yang harus dibayar nasabah) 4. Outstanding Margin (v) Rp 150.000.000(r) – Rp 6.250.000(t) = Rp 143.750.000(keuntungan yang masih ditangguhkan) Angka-angka tersebut diatas digunakan untuk mengetahui posisi pembiayaan masing-masing nasabah. Sedangkan untuk mengetahui lancar
129
tidaknya pembayaran angsuran maka hal tersebut dapat dilihat pada halaman kedua CFN yang berisi tanggal jatuh tempo pembayaran setiap bulannya. Kegiatan
bagian
Financing
Administration
berikutnya
adalah
pemeliharaan jaminan. Kegiatan ini berupa pendaftaran jaminan yaitu : 1. Jika pembiayaan dalam bentuk KPR maka pendaftaran jaminan berisi harga rumah, alamat, surat-surat kepemilikan rumah. 2. Untuk pembiayaan multiguna mobil atau motor maka pendaftaran jaminan berisikan jenis/merk, nomor rangka, no mesin, harga dealer dan BPKB. Setelah nasabah membayar biaya pra relisasi dan telah dilakukan akad maka kemudian bagian Financing Administration menerbitkan memo pendebetan biaya realisasi KPR Bank ”X” Syariah. Memo tersebut diserahkan kepada Operation Head. Lalu Operation Head menyerahkan kepada kepala cabang. Setelah diperiksa dan disetujui kepala cabang menyerahkannya ke bagian akuntansi untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam jurnal setelah dibandingkan dengan copy formulir penyetoran. Disinilah awal kegiatan bagian akuntansi. Dalam memo pendebetan biaya realisasi ini terdapat perincian biaya yang harus dibayarkan dalam masa pra akad. Jurnal yang tertera dalam memo tersebut akan muncul di jurnal umum secara otomatis oleh sistem setelah
130
bagian Financing Administration memasukkan biaya-biaya tersebut ke CFN. Begitu pula ketika menerbitkan memo pencairan dana pembiayaan. Berikut tampilan jurnal harian Bank ”X” Cabang Syariah setelah bagian Financing Administration melakukan pencairan pembiayaan : Bank ”X” Syariah
Jam : 15.08.08 Tgl : 20-05-2010 Hal : 1
Wilayah : 01-Jakarta
JOURNAL HARIAN TGL : 20-05-2010
Cabang : 701-KCS Jakarta Pasar Minggu
Ccy : IDR
Ledger A/C No
Ref
Keterangan
Tgl Posting
Nilai Transaksi
01-701-1114-
O/B
Piutang Murabahah KPR
20-05-2010
300.000.000 DR
01-701-1141-
O/B
Margin Murabahah ditangguhkan-KPR
20-05-2010
150.000.000 CR
01-701-1551-
O/B
Persediaan Murabahah-Rumah
20-05-2010
150.000.000 CR
Uraian diatas adalah penjelasan singkat mengenai sistem sigma yang digunakan di Bank ”X” Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. Secara umum cara kerja sistem ini telah sesuai dengan prinsip dan kaidah akuntansi. Penggunaan sistem ini adalah untuk mempermudah dan mengefisiensikan proses akuntansi. Apabila terjadi kesalahan keluaran dari sistem (out put) , maka kemungkinan besar kesalahan terjadi pada saat pengguna memasukkan (input) data. Untuk itu bagian Accounting & Control bertugas memeriksa hasil keluaran tersebut dengan membandingkannya dengan bukti-bukti transaksi. Setelah itu mencetak jurnal harian serta laporan keuangan harian untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan.
131
3. Analisis Jurnal Akuntansi Pembiayaan Murabahah di Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu Bank ”X” Cabang Syariah melakukan dua peran sekaligus dalam melakukan pembiayaan murabahah, yaitu ketika bank berperan sebagai penjual dan ketika berperan sebagai pembeli atau sering disebut dengan sistem murabahah paralel. Alur sistem murabahah di Bank “X” Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu adalah sebagai berikut:
6. Bayar secara cicilan kredit
4. Penyerahan suratsurat kepemilikan rumah / kendaraan
Bank “X” Syariah Penjual Pembeli
1. Pengajuan pembiayaan
2.membayar sisa pembiayaan 80% (tunai) 3. Bayar uang muka 20% Penjual (Developer)
Nasabah (pembeli) 5. Penyerahan rumah / kendaraan
Gambar 4.8 Alur Sistem Murabahah Sumber : Diolah Berikut ini adalah jurnal-jurnal terkait pembiayaan murabahah di Bank “X” Kantor Cabang Syariah yaitu:
132
a. Saat Bank ”X” Syariah melakukan pembelian rumah atau kendaraan Keterangan Persediaan murabahah-Rmh/Mbl/Mtr
Debit
Kredit
xxx xxx
Kas Teller atau Giro Batara Syariah
Persediaan dicatat sebesar harga perolehan, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan hingga barang tersebut siap untuk dipakai atau dijual. Secara prinsip jurnal ini sesuai dengan PAPSI tahun 2003 bagian III halaman 35: jurnal pada saat perolehan aktiva murabah. Dimana PAPSI tersebut merupakan cerminan dari PSAK No. 59. b. Pada saat nasabah membayar biaya-biaya dan angsuran pertama (urbun) yang dibayarkan pada saat pra akad : Keterangan Kas Teller / Rekening Tab.Bank ”X” Syariah Kewajiban Nasabah - Biaya Notaris - Biaya SKMHT/APHT - Biaya Appraisal - Premi Asuransi - Biaya Administrasi - Uang muka
Debit
Kredit
xxx
xxx
Jurnal ini juga sesuai dengan PAPSI 2003 Bagian III halaman 35 : jurnal penerimaan uang muka dari nasabah. c. Pada saat pencairan atau setelah akad dilaksanakan sehingga penjualan aktiva murabahah kepada nasabah terealisasi yaitu:
133
Keterangan Piutang Murabahah-Rmh/Mbl/Mtr
Debit
Kredit
xxx
Margin Murabahah ditangguhkan
xxx
Persediaan Murabahah-Rmh/Mbl/Mtr
xxx
atau Keterangan Kewajiban Nasabah - Biaya Notaris - Biaya SKMHT/APHT - Biaya Appraisal - Premi Asuransi - Biaya Administrasi - Uang muka
Debit
Kredit
xxx
Piutang Murabahah
xxx
Di Bank ”X” Syariah juga ditambah satu jurnal penjualan yang tidak diatur PAPSI yaitu : Keterangan
Debit
Rek KPR Bank ”X” Syariah a.n Nasabah Rek Tab Bank ”X” Syariah a.n Rek Perantara Transfer (Rek Penjual)
xxx
Kredit xxx
Penambahan jurnal penjualan hanya digunakan sebagai tambahan yang menerangkan bahwa barang telah terjual. d. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin) Keterangan Kas Teller/ Rekening Bank ”X” Syariah Piutang Murabahah
Debit
Kredit
xxx xxx
134
Keterangan Margin Murabahah ditangguhkan Pendapatan Margin Murabahah
Debit
Kredit
xxx xxx
Kedua jurnal ini pun sesuai dengan PAPSI tahun 2003 Bagian III hal 35: pada saat penerimaan angsuran dari nasabah. Pengakuan Pokok dan Margin dilakukan secara tetap (flat) selama jangka waktu angsuran. Apabila nasabah melakukan pembayaran lebih kecil dari kewajibannya maka pengakuan margin dilakukan secara proporsional juga atau sebanding dengan porsi margin yang terkandung dalam angsuran normal. Terhitung bulan Juni 2010, dari ratusan nasabah pembiayaan murabahah Bank ”X” Syariah Kantor Cabang Jakarta Pasar Minggu belum ada yang sampai pada waktu pelunasan. Juga belum ada pembiayaan yang non performing. Hal itu terkait karena baru beroperasinya Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu pada bulan Juli 2009. Sehingga jurnal di Bank ”X” Syariah hanya sampai dengan pembayaran angsuran. 4. Studi Kasus Pembiayaan KPR pada Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Ibu Iska Lestari, berusia 47 tahun seorang Pegawai yang bekerja sebagai Guru di SMP 40 dengan penghasilan perbulan kurang lebih Rp.8.827.000.- (terdiri dari penghasilan dari mengajar dan usaha penanaman modal untuk pedagang buah yang setiap bulannya mendapatkan 5% dari modal yang ditanamnya) . Ia sudah bekerja selama 25 tahun di SMP 40. Ibu
135
Iska Lestari memiliki suami bernama Bapak Reno yang bekerja pada PT. Intan Persada sebagai Warehouse. Pada tanggal 5 April, Ibu Iska Lestari mengajukan pembiayaan KPR syariah kepada Bank ”X” Syariah Kantor Cabang Jakarta Pasar Minggu. Ibu Iska mengajukan pembiayaan untuk pembelian rumah dengan jumlah pembiayaan Rp. 150 .000.000.-, dengan jangka waktu 84 bulan atau 7 tahun. Sebelum bank menyetujui pembiayaan tersebut, Ibu Iska Lestari sebagai calon nasabah harus membuka rekening tabungan Batara Wadiah/ Mudharabah untuk memperlancar proses pembayaran angsuran dan kewajiban lainnya, kemudian Ibu Iska mengisi formulir pembiayaan yang diberikan oleh Analis atau Account Officer (Alamanda Yosy Belladona), serta melengkapi semua persyaratan. Selanjutnya analis melakukan wawancara kepada Ibu Iska Lestari. Dari hasil wawanncara tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
I. PERMOHONAN 1. Jenis Pembiayaan
: KPR ”X” Syariah
2. Jumlah Pembiayaan
: Rp.150.000.000.-
3. Jangka Waktu
: 84 bulan atau 7 tahun
4. Peruntukan
: Pembelian Rumah
5. Angsuran per bulan
:Rp.2.873.514.- (Lihat Lampiran)
136
II. INFORMASI PEMOHON 1. Data Pemohon a. Nama
: Iska Lestari
b. Tempat / tgl Lahir
: Surakarta, 06 April 1963
c. Pekerjaan
: Pegawai
d. Jabatan
: Guru
e. Nama Instansi
: SMPN 40
f. Masa Kerja
: 25 tahun
g. Pendidikan
: Sarjana
h. Status Perkawinan
: Menikah
i. Tanggungan
: Pemohon dan 2 anak
j. Alamat KTP
: Jl. Cililitan RT 001/003 Kebon Pala, kec. Makasar, Jakarta Timur
k. Alamat saat ini
: Jl. Cililitan RT 001/003 Kebon Pala, kec. Makasar, Jakarta Timur
l. NPWP pemohon
: 48.569.130.7-006.000
2. Data Suami Pemohon a. Nama
: Reno
b. Tempat/ Tgl Lahir
: Surabaya, 28 Oktober 1954
137
c. Pekerjaan
: Karyawan Swasta
d. Jabatan
: Warehouse
e. Nama Instansi
: PT. Intan Persada
f. Masa Kerja
: 3 Tahun
3. Data Pekerjaan a. Pekerjaan Pemohon Instansi/Perusahaan SMPN 40
Bidang Usaha Pendidikan
Jabatan Guru
Lama Bekerja 25
Gaji Rp.5.300.000.-
Alamat Instansi Pemohon : Jl. Rajawali, Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur b. Pekerjaan Suami Instansi/Perusahaan PT. Intan Persada
Bidang Usaha Kontraktor
Jabatan Warehouse
Lama Gaji Bekerja 3 Rp.2.000.000.-
Alamat Instansi Pasangan Pemohon : Ruko Kalimas 01, Kalimalang Bekasi 4.
Data Penghasilan a. Berdasarkan Data Pemohon Saat Wawancara 1) Penghasilan Kotor Pemohon/bulan
Rp 5.327.000
2) Panghasilan Tambahan Pemohon/bulan Rp 3.500.000 3) Total Penghasilan Pemohon/bulan
Rp 8.827.000 (1+2)
4) Penghasilan Pasangan (suami/istri)/bulanRp 2.300.000
138
5) Total Penghasilan Keluarga/bulan
Rp 11.127.000
6) Total Pengeluaran Keluarga/bulan
Rp 3.500.000
7) Penghasilan Bersih Keluarga/bulan
Rp 7.627.000 (5+6)
(3+4)
b. Berdasarkan Penilaian Analisis KCS Jakarta Pasar Minggu 1) Penghasilan Kotor Pemohon/bulan
Rp 5.300.000
2) Panghasilan Tambahan Pemohon/bulan Rp 2.500.000 3) Total Penghasilan Pemohon/bulan
Rp 7.800.000 (1+2)
4) Penghasilan Pasangan (suami/istri)/bulanRp 2.000.000 5) Total Penghasilan Keluarga/bulan
Rp 9.800.000 (3+4)
6) Total Pengeluaran Keluarga/bulan
Rp 4.000.000
7) Penghasilan Bersih Keluarga/bulan
Rp 5.800.000 (5+6)
Catatan: Penilaian terhadap penghasilan dilakukan berdasarkan pernyataan dari calon nasabah pada saat wawancara, slip gaji dan hasl observasi ke tempat usaha tambahan.
Berdasarkan hasil rekomendasi analis maka permohonan pembiayaan KPR atas nama Iska Lestari dapat dipertimbangkan, AO membuat Surat Persetujuan
Pemberian
Pembiayaan
(SP3).
Kemudian
AO
akan
merekomendasinya dalam rapat bersama komite pembiayaan (terdiri dari AO: Alamanda Yossy Belladona, Kepala Seksi Retail: Bapak Judi Aidul Djaffar, Analis: Appraiser dan Kepala KCS Jakarta Pasar Minggu: Bapak Tri Mulyono). Dan tahap terakhir adalah tahap pelaksanaan/ penandatanganan akad. Setelah mendapat persetujuan komite pembiayaan maka selanjutnya dilakukan pemanggilan nasabah (Ibu Iska Lestari dan Suami), penjual/ 139
developer rumah dan notaris yang menjabat di wilayah lokasi rumah tersebut berada untuk penandatanganan akad, sedangkan dari pihak bank cukup diwakili oleh AO. Penandatanganan akad pertama adalah penandatangan akad penunjang berupa akad wakalah antara Bank kepada nasabah untuk mewakili bank
dalam
membeli
rumah
kepada
pihak
penjual.
Selanjutnya
penandatanganan akta jual-beli antara nasabah (sebagai wakil bank) dengan penjual yaitu akad murabahah pertama dengan sistem pembayaran naqdan (tunai). Namun sebelum akad dilaksanakan Ibu Iska Lestari harus menyetorkan ke dalam rekening tabungannya biaya-biaya dengan rincian sebagai berikut : a. Administrasi bank b. Biaya Notaris untuk mengikat jaminan dan legalisasi akad c. Biaya cadangan pembebanan hak tanggungan yang besarnya sesuai dengan tarif yang berlaku. d. Premi asuransi kebakaran (single) yang besarnya sesuai tarif yang berlaku e. Premi asuransi jiwa (single) yang besarnya sesuai tarif yang berlaku f. Pengendapan saldo Batara Syariah sesuai dengan ketentuan yang berlaku g. Saldo blokir sebesar 1X angsuran Berikut perhitungan pembiayaan serta angsuran KPR yang harus dibayar atas nama nasabah Iska Lestari yaitu:
140
A. Skim Pembiayaan 1. Harga Rumah
Rp. 200.000.000
Uang Muka (min 20%)
Rp. 50.000.000
(min Rp.40.000.000)
3. Pembiayaan yang disetujui
Rp. 150.000.000
(mak Rp.160.000.000)
4. Jangka waktu (mak 10 thn)
84 bulan 7 tahun
2.
5. Ekivalen Margin
8.7024%
6. Angsuran
Rp.
2.873.514
7. Margin Keuntungan Bank
Rp. 91.375.200
8. Harga Jual Bank
Rp.241.375.200 (pembiayaan+margin)
B. Dana yang harus tersedia (Prarealisasi dengan Bank) 1. Angsuran bulan terakhir
Rp. 2.873.514
2. Biaya Legalisir Akta
Rp.
3. Biaya SKMHT/APHT
Rp. 800.000
4. Biaya Appraiser
Rp. 150.000
5. Premi Asuransi Jiwa
Rp. 1.946.000
6. Premi Asuransi Kebakaran
Rp. 1.350.600
7. Saldo Rekening/ Tabungan
Rp. 350.000
125.000
a. Saldo min (Rp. 100.000) b.Tab.Wajib (Rp. 250.000) 8. Biaya Administrasi
Rp. 937.500
Dana Yang Harus Tersedia
Rp. 8.532.614
141
Berikut ini adalah jurnal-jurnal terkait pembiayaan murabahah di Bank “X” Syariah : a. Saat Bank ”X” Syariah melakukan pembelian rumah untuk Iska Lestari Keterangan Persediaan murabahah-Rmh
Debit
Kredit
Rp.150.000.000 Rp.150.000.000
Kas Teller
b. Pada saat Ibu Iska Lestari membayar biaya-biaya dan angsuran pertama (urbun) yang dibayarkan pada saat pra akad: Keterangan
Debit
Kas Teller Kewajiban Nasabah - Biaya Notaris - Biaya SKMHT/APHT - Biaya Appraisal - Premi Asuransi - Biaya Administrasi - Uang muka - Rekening.Tab a.n Iska Lestari
Rp.8.532.614
Kredit
Rp. 125.000 Rp. 800.000 Rp. 150.000 Rp. 3.296.600 Rp. 937.500 Rp. 2.873.514 Rp. 350.000
c. Pada saat pencairan atau setelah akad dilaksanakan sehingga penjualan aktiva murabahah kepada nasabah terealisasi yaitu: Keterangan Piutang Murabahah-Rmh
Debit
Kredit
Rp.241.375.200
Margin ditangguhkan
Rp. 91.375.200
Persediaan Murabahah
Rp. 150.000.000
142
Keterangan Kewajiban Nasabah - Biaya Notaris - Biaya SKMHT/APHT - Biaya Appraisal - Premi Asuransi - Biaya Administrasi - Uang muka - Rekening.Tab a.n Iska Lestari
Debit
Kredit
Rp. 125.000 Rp. 800.000 Rp. 150.000 Rp. 3.296.600 Rp. 937.500 Rp. 2.873.514 Rp. 350.000
Piutang Murabahah
Rp.8.532.614
d. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin) Keterangan
Debit
Kas Teller/ Rekening Bank ”X” Syariah
Rp 1.785.714
Margin Murabahah Ditangguhkan Piutang Murabahah
Rp. 1.087.800
Pendapatan Margin Murabahah Keterangan:
Kredit
Rp 1.785.714 Rp. 1.087.800
a. Jumlah biaya yang disetujui : Jumlah bulan = Angsuran Pokok perbulan (Rp. 150.000.000 : 84 bulan = Rp 1.785.714) b. Total Margin: Jumlah bulan = Pendapatan Margin perbulan (Rp. 91.375.200 : 84 bulan = Rp. 1.087.800)
143
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Cabang Jakarta Pasar Minggu, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prosedur umum atau mekanisme pengajuan pembiayaan murabahah Bank “X” Kantor Syari’ah Jakarta Pasar Minggu melalui 4 tahap, yaitu: Tahapan pengajuan permohonan pembiayaan murabahah, tahapan analisa, 3 pilar analisa yaitu Analisa Kemampuan, Kemauan dan Agunan, tahapan persetujuan, tahapan pelaksanaan atau penandatanganan akad. Namun pada kegiatan pra akad kurang sesuai dengan pendapat keempat mahzab, yakni mengenai biaya yang harus dibayarkan nasabah. Dimana nasabah harus membayar biaya yang seharusnya belum dibayar, yaitu biaya Notaris, SKMHT/APHT, premi asuransi jiwa, asuransi kebakaran, dan angsuran pertama. 2. Secara penyajian maupun pelaporan akuntansi pada pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh Bank ”X” Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu telah sesuai dengan PSAK No.59 dan PAPSI tahun 2003. Sistem akuntansi yang diterapkan dapat dikatakan tidak bermasalah. Mengingat sistem hanya sebagai alat untuk mempermudah dalam memberikan output laporan secara efisien.
144
B.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Peninjauan ulang biaya-biaya yang harus dibayar nasabah sebelum akad. Sebaiknya biaya yang harus dibayar sebelum akad meliputi biaya Appraiser, biaya administrasi, dan saldo minimum. Dengan demikian nasabah tidak harus membayar biaya yang belum seharusnya dibayar seperti biaya notaris, biaya asuransi, biaya SKMHT/APHT, 2. Dalam penggunaan sistem diharapkan untuk meningkatkan ketelitian dan koordinasi yang baik antar pengguna sistem. Apabila terjadi kesalahan pada hasil atau laporan data (output) dari sistem, maka kesalahan terjadi pada saat pengguna memasukkan (input) data ke sistem, ini disebabkan karena kesalahan dari pengguna sistem (human error).
C. Implikasi 1. Karena Bank ”X” Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu belum menerapkan PSAK No. 102 tentang Pembiayaan Murabahah, sehingga masih ada beberapa kegiatan yang belum sesuai dengan PSAK No. 102. Contohnya masalah biaya yang harus dibayar nasabah pada kegiatan pra akad. Penerapan itu baru akan direalisasikan mulai awal tahun 2011. Selama penulis melakukan penelitian, karyawan Bank ”X” Syariah Cabang Jakarta Pasar Minggu sedang mengadakan pelatihan guna menunjang penerapan PSAK No 102 awal tahun 2011. 145
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta, Departemen Agama RI. 1987. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta, Central Bank of Indonesia and Tazkia Institute. 1999. --------------. Bank Syari’a., Dari Teori ke Praktik. Jakarta, Gema Insani Press & Tazkia Cendekia. cet ke 2. 2001. --------------. Bank Syari’a. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Jakarta, Gema Insani Press & Tazkia Cendikia. 1997. A,Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta, Gema Insani. 2007. Bank BTN. Buku Kerja 2005. Jakarta, PT Bank Tabungan Negara (Persero). 2005. --------------. Kronologis Dokumen Pendirian BTN Syari’ah. Jakarta, PT Bank Tabungan Negara (Persero). td. --------------. Tabel Margin Produk Pembiayaan KPR BTN Syari’ah. Jakarta, PT Bank Tabungan Negara (Persero). td. Bank Indonesia. Himpunan Ketentuan Perbankan Syari’ah Indonesia Agustus 1999-Januari 2005. Jakarta, BI-Direktorat Perbankan Syari’ah. 2005. Belkaui. Teori Akuntansi. Jakarta, Salemba Empat. 2001. Bungin, M, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta, Kencana Prenada Media Group. cet ke 3. 2007. Dewan Syari’ah Nasional- MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syari’ah. Jakarta, MUI Pusat. Edisi ke 2. 2003. Harahap, Sofyan, Wiroso dan Muhammad Yusuf. Akuntansi Perbankan Syari’ah. Jakarta, LPFE Usakti. cet ke 1. 2005. Haward F. Slettler.“ Definisi Sistem Akuntansi,” artikel diakses tanggal 03 Maret 2008, dari http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/41definisi-sistem-akuntansi.pdf
146
Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 59, Akuntansi Perbankan Syari’ah. Jakarta, IAI. 2002. --------------. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 102, Akuntansi Perbankan Syari’ah. Jakarta, IAI. 2007. --------------. PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia). Jakarta, Bank Indonesia. 2003. Imam Al-Qutubi. “ Maqasid Syariah,” artikel diakses tanggal 19 April 2009, dari http://maqasid-syariah.blogspot.com/2009_04_01_archive.html John Mc Manama. “ Pengertian Sistem Menurut Para Ahli,” artikel diakses tanggal18November2009,darihttp://www.creativebrain.web.id/media.p hp?action=readnews&id=84&title=Pengertian%20Sistem%20Menurut %20Para%20Ahli Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta, RajaGrafindo Persada. cet ke 6. 2002. Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta, EKONISIA. 2003. Muhammad. Pengantar Akuntansi Syariah. , Jakarta, Salemba Empat. 2002. Muhammad.“ Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam,” artikel diakses tanggal 25 Mei 2007, dari http://www.docstoc.com/docs/47375762/Pengertian-BankSyariah.htm Mulyadi. Sistem Akuntansi. Jakarta, Salemba Empat. 2001. Reev Fess, Warren. Pengantar Akuntansi. Jakarta, Sa;emba Empat. 2005. Romney, Marshall B. Accounting Information Systems. Jakarta. Salemba Empat. 2004. Sri Nurhayati. “ Akuntansi Syariah di Indonesia,” artikel diakses tanggal 25 Juni 2008, dari http://books.google.co.id Sudarsono. “ Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam,” artikel diakses tanggal 25 Mei 2007, dari http://www.docstoc.com/docs/47375762/Pengertian-BankSyariah.htm Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada. 2004.
147
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tujuan dan Beberapa Segi Hukum. Jakarta, Ghalia Indonesia. 2009. Syahatah, Husain. Pokok Pikiran Akuntansi Islam, Ushul al-Fikr al-Muhasabi alIslami. Jakarta, Akbar Media Eka Sarana. 2001. Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2005. Widodo, Hertanto dkk. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil. Mizan. 1999. Wirdyaningsih, dkk. Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia. Jakarta, Kencana Prenada Media. 2006. Wiyono, Slamet. Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAKD dan PAPSI. Jakarta: Grasindo. 2005. Yaya, Rizal, et all. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta, Salemba Empat. 2009.
148
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Nur Aini Rahman
2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 5 Januari 1988 3. Alamat
: Jl. H. Samali Ujung II No.26 Rt.04/09, Kalibata, Jakarta Selatan
II.
III.
PENDIDIKAN 1. SD
: SDI Robithoh, Jakarta Selatan (1994-2000)
2. SMP
: SMPN 58, Jakarta Selatan (2000-2003)
3. SMA
: SMAN 3, Jakarta Selatan (2003-2006)
4. S1
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010)
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota OSIS SMPN 58 Jakarta 2. Anggota Biro Pendidikan SMAN 3 Jakarta
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: (Alm) H. Abdul Rachman Syafi’ie
2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 6 Mei 1958 3. Alamat
: Jl. H. Samali Ujung II No.26 Rt.04/09, Kalibata, Jakarta Selatan
4. Ibu
: Nurbaiti As’ad
5. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 30 November 1965 6. Alamat
: Jl. H. Samali Ujung II No.26 Rt.04/09, Kalibata, Jakarta Selatan
7. Anak Ke dari
: ke 2 dari 4
v
LAMPIRAN
Lampiran 1: Sertifikat Magang di Bank “X” KCS Jakarta Pasar Minggu
149
Lampiran 2: Struktur Organisasi Bank “X” KCS Jakarta Pasar Minggu
Tri Mulyono KEPALA CABANG
Judi Aidul Djaffar RETAIL SERVICE Indah Udani Putri Nunik Susilowati TELLER SERVICE Linda Handayani CUSTOMER SERVICE
Eko Nugroho ACCOUNTING&CONTROL
Muhammad Rifa’i OPERASIONAL
Hadi Sulistyo TRANSACTION PROCESSING
Asrina Wiratna FINANCING ADMINISTRATION
Agus Budi Santoso FINANCING SERVICE Bayu Dwi Hananto ACCOUNT OFFICER
Front Office
Back Office
150
Lampiran 3: Informasi Produk Bank “X” Syariah
151
Lampiran 4: Formulir Permohonan Pembiayaan Murabahah KPR
152
153
154
155
156
Lampiran 5: Persyaratan Pembiayaan Murabahah KPR KPR BTN iB ■Untuk pembelian rumah, ruko atau apartemen (baru atau lama) ■Margin bersaing ■Angsuran tetap sampai lunas ■Jangka waktu sampai 15 tahun ■Proses cepat & mudah ■Bebas pilih lokasi ■Pembiayaan s.d 80% ■ Bebas penalti PERSYARATAN UMUM a) Warga Negara Indonesia b) Menjadi Nasabah BTN Syariah c) Telah berusia 21 tahun atau menikah d) Pada saat pembiayaan lunas usia pemohon tidak melebihi 65 tahun e) Memiliki penghasilan yang cukup menurut perhitungan Bank f) Mempunyai pekerjaan / usaha dengan masa kerja minimal 1 (satu) tahun g) Tidak memiliki pembiayaan bermasalah h) Menyampaikan NPWP sesuai ketentuan KELENGKAPAN DATA PERMOHONAN PEMBIAYAAN 1) Berpenghasilan Tetap / Karyawan a) Aplikasi permohonan b) Copy KTP, K Keluarga, Surat Nikah/ Cerai, pasphoto terbaru pemohon dan pasangan c) Copy slip gaji atau Surat Keterangan Penghasilan yang telah disahkan oleh pejabat berwenang d) Surat Keterangan Bekerja dari perusahaan calon nasabah bekerja / SK pengangkatan pegawai e) Copy rekening simpanan di Bank f) Surat Kuasa Pemotongan Gaji yang ditandatangani oleh Pimpinan (utk angsuran kolektif) g) Copy sertifikat, IMB dan PBB (untuk rumah second / lama) 2) Berpenghasilan Tidak Tetap / Wiraswasta a) Aplikasi Pemohon b) Copy KTP, Kartu Keluarga, Surat Nikah/Cerai, pasphoto terbaru pemohon dan pasangan c) Surat Keterangan Penghasilan d) Copy rekening simpanan di bank e) Copy Akta Perusahaan, Ijin Usaha, SIUP/TDP, ijin praktek, dll f) Laporan Keuangan Perusahaan g) Copy sertifikat, IMB dan PBB (untuk rumah second / lama) BIAYA – BIAYA a) Administrasi (0,75%) b) Appraisal c) Premi Asuransi Jiwa dan Kebakaran (Single Premium) d) Biaya Notaris untuk Akad dan Pengikatan e) Angsuran terakhir
157
Lampiran 6: Simulasi Angsuran Pembiayaan Murabahah KPR
158
Lampiran 7: Perhitungan Pembiayaan Murabahah KPR
PERHITUNGAN PEMBIAYAAN KPR BTN SYARIAH (RUMAH) A
Skim Pembiayaan
1
Nama Pemohon
:
Muhammad Andi
2
Tanggal Lahir
:
04November 1971
3
Jenis Pembiayaan
:
KPR BTN Syariah
4
Kondisi Rumah (1=Baru; 2=Second)
:
1
rumah baru
5
Nasabah Kolektif (1=Ya; 2=Tidak)
:
2
non kolektif !
6
Harga Rumah
:
7
Uang Muka
8
Pembiayaan yang disetujui
:
9
Jangka Waktu (maksimal 15 th)
:
10
Ekivalen Margin
:
min. 20%
250,000,000
min.
80,000,000
150,000,000
maks.
320,000,000
120
10 9,3602%
11
Angsuran Rp.
12
Persyaratan Gaji Bersih Minimal
:
3,457,177
13
Margin keuntungan Bank
:
140,402,849
14
Harga Jual Bank
:
290,402,849
15
Luas Bangunan (m2)
:
42
16
Luas Tanah (m2)
:
80
17
Nilai Bangunan
:
B
Dana yang harus tersedia (Prarealisasi dengan Bank)
1
Angsuran bulan terakhir (diblokir)
:
2,420,024
2
Biaya Legalisir Akta, PHKuM
:
125,000
3
Biaya SKMHT/APHT Biaya Appraiser: (1=Kolektif;2= Perorangan)
:
5
Premi Asuransi Jiwa
EFEKTIF
pembiayaan + margin
Appraiser
Notaris
800,000 2
1,210
#########
200,000,000
APHT
FLAT
denda
2,420,024
:
th
38
400,000,000
15,0000%
4
Umur
150,000
:
1,946,000
single premium
159
6
Premi Asuransi Kebakaran
:
1,350,600
7
Setoran Minimum
:
350,000
8
a. Setoran Minimum Buka Rekening (diblokir)
100,000
b. Setoran Wajib
250,000
single premium
wadiah / mudharabah
Biaya Administrasi
:
937,500
Dana yang harus tersediaPrarealisasi dengan Bank
:
8,079,124
(0,75% x Pembiayaan)
JANGAN LUPA BAWA MATERAI
160
Lampiran 8: Laporan Laba Rugi Bank “X” KCS Jakarta Pasar Minggu BANK “X” KCS JAKARTA PASAR MINGGU LAPORAN LABA / RUGI Periode Bulan Juli 2009-Mei 2010 (dalam jutaan rupiah)
Keterangan Pendapatan Operasi Utama Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan Margin Murabahah Pendapatan Sewa Ijarah Total Pendapatan Operasi Utama Pendapatan Operasi Lainnya Pendapatan Fee Hawalah Pendapatan Fee Rahn Keterangan Pendapatan Fee Kafalah Pendapatan Fee Wakalah Pendapatan Fee Investasi Terikat Pendapatan Administrasi Pendapatan Operasi Lainnya Pendapatan Non Operasi Total Pendapatan Beban Operasi Utama Beban Bonus Wadiah Beban Administrasi dan Umum Beban Tenaga Kerja Beban Promosi Beban Sewa Beban Penyusutan Aktiva Tetap Beban Penyisihan Kerugian Aktiva Total Beban Operasi Utama Beban Operasi Lainnya Total Beban LABA (RUGI)
Jumlah Rp. 984 Rp. 886 Rp. 1.870 Rp.
56 Jumlah
Rp. 84 Rp. 393 Rp. 331 Rp. 864 Rp. 435 Rp. 3.169 Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
24 118 365 16 182 104 327 Rp. 1.136 Rp. 374 Rp. ( 1.510) RP. 1.659
161
162