PENERAPAN “SCIENTIFIC APPROACH” DALAM KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS IV SDIT ALAMY KECAMATAN SUBANG – KABUPATEN SUBANG Eli Hermawati Universitas Kuningan ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses pembelajaran IPS belum memberikan kesempatan yang memadai kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dasar berpikir kritis, rasa ingin tau, inkuiri, dan memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan dasar tersebut memerlukan proses pembelajaran yang bisa melibatkan siswa secara aktif menemukan jawaban, berpikir, dan memecahkan permasalahan sosial yang dihadapinya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis melalui penerapan “scientific approach”. Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Alamy Kecamatan Subang - Kabupaten Subang dengan sampel penelitian siswa kelas IV SDIT Alamy. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Ada pun desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group desain. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan instrumen penelitian berupa tes dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa “scientific approach” berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini terlihat dari hasil dari hasil uji beda rata-rata (uji t) kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada guruguru untuk membiasakan siswa terampil dalam berpikir kritis yaitu dengan menggunakan “scientific approach”. Pendekatan ini dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran guna mengembangkan kemampuan siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan mampu berpikir kritis. Kata Kunci: “Scientific Approach”, Kemampuan Berpikir Kritis
160
PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keresahan yang dirasakan peneliti pada dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPS. Proses pembelajaran IPS belum memberikan kesempatan yang memadai kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dasar berpikir kritis, rasa ingin tau, inkuiri, dan memecahkan masalah. Berkaitan dengan hal tersebut, perubahan kurikulum di negara kita menuntut para guru melakukan perubahan cara mengajar dan belajar peserta didik untuk lebih inovatif. Hal ini diharapkan agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Seiring dengan perkembangan kurikulum, maka mata pelajaran IPS juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat yang penuh dengan perubahan sosial yang cepat dan komplek karena suatu perubahan mempengaruhi dan dipengaruhi perubahan yang lainnya. Oleh karena itu pembelajaran IPS tidak hanya sebatas berisi konsep dan fakta-fakta yang harus dihafal, tetapi siswa dituntut untuk mampu berpikir secara kritis dan mampu memecahkan permasalahan sosial yang ada disekitarnya. Sejauh ini proses pembelajaran IPS di sekolah dasar masih bersifat teoritis, sehingga materi pembelajaran terpisah dari kehidupan nyata siswa, sedangkan pembelajaran bermakna yaitu pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan kehidupan nyata siswa.
Oleh karena itu, perlunya peningkatan kualitas pembelajaran dengan melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan mengembangkan pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut pada kurikulum 2013 ini ditekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dimana dalam pembelajarannya meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik lebih diharapkan memegang peranan penuh di dalam kelas. Dalam setiap kegiatan pembelajara Guru hanya berfungsi sebagai fasilitator. Dalam kegiatan proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berpikir kritis dimasukkan ke dalam penelitian karena dianggap mampu menjadi indikator apakah scientific approach sudah dapat dikatakan berhasil dan optimal untuk dilaksanakan. Karena pada dasarnya pembelajaran scientific approach erat kaitannya dengan cara berpikir kritis, dalam hal ini dimaksud agar siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan mampu berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa untuk menjadi manusia yang mampu membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa usaha perbaikan
161
proses pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilaksanakan, melatih siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah sosial. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Hosnan (2014: 32) mengemukakan pengertian pendekatan adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mngadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan. Adapun pengertian pendekatan pembelajaran antara lain sebagai berikut: a. Persepektif (sudut pandang; pandangan) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran. b. Suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran.
c. Sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajran dengan cakupan teoritis tertentu. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif dan inovatif. Afektif malalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Ranah sikap agar siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan agar siswa “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill). Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar Tiga Ranah Pembelajaran Saintifik Pendekatan Saintifik
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan
162
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014:34). Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Hosnan, (2014:37) mengemukakan beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa b. Pembelajaran membentuk students self concept c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa f. Pembelajaran meningktkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya. Konsep Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 Hosnan, (2014:38) menjelaskan pendekatan ilmiah/scientific approach mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut: a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
163
ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” b. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” d. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. e. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah f. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana yang dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semu mata pelajaran. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapat dilihat, seperti tabel berikut: Tabel Kegiatan Pembelajaran
mengaplikasikan materi pembelajaran. d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Sedangkan proses pembelajaran yang mengimplementasikan scientific approach akan menyentuh tiga ranah, yaitu: attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan skill/ keterampilan. Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. a. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
Kegiatan Mengamati (observing) Menanya (questioning) Pengumpulan data (experimenting) Mengasosiasi (associating)
Aktivitas Belajar Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat) Mengajukan pertanyaan dari faktual sampai ke yang bersipat hipotesis: diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan) Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data;
164
Mengkomunikasikan
dimulai dari unsrtuctured-unistructure-multistructurecomplicated structure Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulian, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya.
Definisi Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan. Berpikir kritis juga dapat dipahami sebagai kegiatan menganalisis idea atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakanya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna (Susanto, 2013:121). Dalam hal ini berpikir kritis berkaitan dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi yang ada pada manusia dan perlu dikembangkan untuk kemampuan yang optimal. Menurut Ennis (Susanto, 2013: 121) berpikir kritis adalah suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis merupakan kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenaran berdasarkan pola penalaran tertentu. Selanjutnya, Ennis menyebutkan ada enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yang disingkat dengan FRISCO, yaitu Focus (fokus), Reason (alasan), Inference (menyimpulkan), Situation (situasi), Clarity (kejelasan), dan Overview (pandangan menyeluruh). Pendapat senada dikemukakan juga oleh Anggelo (Susanto, 2013: 122) bahwa berpikir
kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Berpikir kritis dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara. Fisher (2007) misalnya, mengemukakan bahwa proses berpikir kritis adalah menjelaskan bagaimana sesuatu itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Siswa hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sampai sejauhmana ia mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argumen sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang. Menjadi seorang pemikir yang kritis juga meliputi pengembangan sikap-sikap tertentu, seperti keinginan untuk bernalar, keinginan untuk ditantang, dan hasrat untuk mencari kebenaran. Pada prinsipnya, orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah mereka menerima atau menolak informasi. Jika belum cukup memiliki pemahaman, maka mereka juga mungkin menangguhkan keputusan mereka tentang infomasi itu. Dalam berpikir kritis siswa dituntut
165
menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Baron dan Sternberg (Susanto, 2013:123) mengemukakan lima kunci dalam berpikir kritis, yaitu: praktis, reflektif, masuk akal, keyakinan, dan tindakan. Proses dapat dikelompokan dalam berpikir dasar dan kompleks. Berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sejumlah langkah dari sederhana menuju kompleks. Aktivitas berpikir rasional meliputi menghafal, membayangkan, mengelompokan, menggeneralisasi, membandingkan, mengevaluasi, menganalisis, mensintesis, mendeduksi, dan menyimpulkan. Cara Pengajaran Berpikir Kritis Menurut Sutisyana (Susanto, 2013: 127), kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditumbuh kembangkan melalui proses mengamati, membandingkan, mengelompokan, menghipotesis, menyimpulkan data, menafsirkan, menyimpulkan, menyelesaikan masalah, dan mengambil keputusan. Dalam proses pembelajaran, misalnya dalam pembelajaran IPS, dapat dijadikan sarana yang tepat dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Karena dalam pembelajaran IPS banyak konsep atau masalah yang ada di lingkungan siswa, sehingga dapat dijadikan suatu objek untuk dapat menumbuhkan cara berpikir kritis siswa. Untuk dapat menumbuhkan berpikir kritis siswa dapat diterapkan suatu bentuk latihanlatihan yang mengacu pada pola pikir siswa. Latihan-latihan ini dapat
dilakukan secara kontinu, intensif, serta terencana sehingga pada akhirnya siswa akan terlatih untuk dapat menumbuhkan cara berpikir yang lebih kritis. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat melahirkan cara berpikir yang lebih kritis pada siswa. Guru dapat memberikan kesempatan dan dukungan kepada siswa untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritisnya dengan memberikan metode pembelajaran yang sesuai dan dapat membantu siswa menumbuhkan pengetahuan keterampilan nalar yang nantinya dapat berpengaruh pada kemampuan untuk berpikir kritis. Guru dapat mengembnagkan suasana kelas dimana siswa berpartisipasi selama proses belajar berlangsung. Kegiatan kelas yang mengacu pada aktivitas siswa adalah dengan mengisi lembar kerja atau dengan mengadakan tanya jawab yang dikembangkan guru. Hal ini dapat berupa mengingat kembali informasi yang telah disampaikan. Pemahaman secara luas atau mendalami tersebut dapat melatih siswa mengembangkan berpikir kritisnya. Savage dan Amstrong (Susanto, 2013:128) mengembangkan empat pendekatan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran, yaitu: (1) kemampuan berpikir kreatif (creative thinking); (2) kemampuan berpikir kritis (critical thinking); (3) kemampuan memecahkan masalah (problem solving); dan (4) kemampuan mengambil keputusan (decision making). Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dapat
166
dikembangkan melalui pembelajaran yang bersifat student-centered, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru memberikan kebebasan berpikir dan keleluasaan bertindak kepada siswa dalam memahami pengetahuan serta dalam menyelesaikan masalahnya. Guru tidak lagi mendoktrin siswa untuk menyelesaikan masalahnya hanya dengan cara yang telah ia ajarkan, namun juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan cara-cara baru. Dalam hal ini, siswa diberi kesempatan untuk mengkontruksi pengetahuan oleh dirinya sendri, tidak hanya menunggu transfer dari guru. Tahapan-Tahapan Melatih Siswa Berpikir Kritis Untuk mengajarkan atau melatih siswa agar mampu berpikir kritis harus ditempuh melalui beberpa tahapan. Tahapan-tahapan ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief (Susanto, 2013:129), yaitu: a. Keterampilan menganalisis Keterampilan menganalisis, yaitu keterampilan menguaraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguaraikan atau memerinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, diantaranya: menguaraikan, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan, dan memerinci.
b. Keterampilan menyintesis Keterampilan menyintesis, yaitu keterampilan yang berlawanan dengan keterampilan menganalisis, yakni keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. c. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah Merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru. d. Keterampilan menyimpulkan Keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian atau pengetahuan yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian atau pengetahuan (kebenaran) baru yang lain. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan.
167
e. Keterampilan mengevaluasi atau menilai Ketermapilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuasi. Metode Penelitian eksperimen kuasi yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Non-Equivalent (pretest dan postest) control group design, yang merupakan bentuk desain penelitian dalam metode eksperimen kuasi. Yang terdiri dari dua kelompok subjek, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang menerapkan “scientific approach”, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang tidak menerapkan “scientific approach” dan pembelajaran berlangsung secara konvensional. Dalam desain ini dilakukan tes awal dengan test yang sama untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok, setelah itu diberi perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelompok dan diakhiri dengan
tes akhir terhadap kedua kelompok untuk mengetahui pengaruh “scientific approach” terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS”
Lokasi dan Subjek Penelitian Pelaksaan penelitian dilakukan pada tanggal 1 September s.d 12 September 2015. Penelitian dilaksanakan di SDIT Alamy Kecamatan Subang - Kabupaten Subang. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDIT Alamy sebanyak 50 siswa. Dengan perincian, siswa Kelas C sebanyak 25 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas B sebanyak 25 siswa sebagai kelas kontrol. Pemilihan lokasi penelitian di sekolah tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah tersebut telah melaksanakan kurikulum 2013. Sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan dilaksakan. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data yang refresentatif digunakan dua jenis instrumen, yaitu jenis tes dan non tes. Intrumen tes adalah soal-soal kemampuan berpikir kritis, sedangkan intrumen non tes yaitu lembar observasi selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik. 1. Tes Tes tertulis ini disusun berdasarkan indikator dan kompetensi dasar pada materi pembelajaran IPS di SD kelas IV semester ganjil yang dibuat juga berdasarkan indikator berpikir kritis. Kompetensi dasar diambil dari
168
kurikulum 2013 karena kurikulum tersebut sudah digunakan di SDIT Alamy Subang. Langkah-langkah dalam membuat tes adalah: a. Menentukan tujuan tes b. Menentukan acuan yang akan dipakai dalam tes c. Membuat kisi-kisi d. Membuat soal sesuai kisi-kisi 2. Lembar Observasi Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2008) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Observasi merupakan pedoman secara lengkap untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati terlalu bersar. Observasi dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengamatan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Berdasarkan sifat dari observasi yang merupakan alat pengumpul data, maka dalam observasi ini peneliti menyediakan format pengamatan sebagai instrumen yang berisi uraianuraian tentang prilaku baik guru maupun siswa. Teknik Pengolahan Data Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif yaitu hasil tes prates, pascates dan hasil observasi. Data yang berupa hasil tes pratest dan pascates siswa akan dianalisis dengan teknik:
1. Menghitung nilai prates dan pascates sesuai dengan skala penilaian yang telah ditetapkan. 2. Menganalisis data nilai pratest dan pacsates secara statistik menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Adapun teknik analisis yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji T. Menghitung statistic descriptif skor prates, skor pascates, dan skor gain meliputi skor terendah, skor tertinggi, dan rata-rata. Akan lebih dijelaskan dalam teknik analisis data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka ada beberapa hasil penelitian yang dihasilkan pada penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penerapan “Scientific Approach” dalam Kurikulum 2013 pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SDIT Alamy Kecamatan Subang – Kabupaten Subang Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SDIT Alamy Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan dua kelas, kelas C sebagai kelas ekspserimen dan kelas B sebagai kelas kontrol. Pola rancangan “scientific approach” dalam pembelajaran IPS adalah mendorong berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah. Langkah pembelajarannya mengampit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang 169
tertuang pada kegiatan pembelajaran. Pada proses pembelajarannya menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penerapan pendekatan ini, digunakan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami materi menggunakan pendekatan ilmiah. Kondisi pembelajaran diarahkan mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber. Siswa mengamati dari gambar dan mencari tahu dari sumber lain. Langkah-langkah pendekatan ilmiah (saintific approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 meliputi: menggali informasi melalui mengamati (observing), menanya (questioning), pengumpulan data (experimenting), mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (Hosnan, 2014: 37). Penerapan “scientifik approach” ini dilakukan di SDIT Alamy Subang kelas IV. Pembelajarannya dilaksanakan pada tanggal 1 s.d 12 September 2015 yang dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Setiap pertemuannnya berlangsung selama dua jam pelajaran (70 menit) mulai pukul 07.30 – 08.40 WIB. Pertemuan pertama dilakukan kegiatan prates atau tes awal. Pertemuan ke dua, dan tiga, kegiatan pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik. Pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke empat dilakukan pascates atau tes akhir. Setiap pertemuan dikemas dalam tiga tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut gambaran secara garis besar rancangan kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS. Proses Pembelajaran “Scientific Approach” dalam Pembelajaran IPS SDIT Alamy kelas IV. Materi pelajaran yang akan dibahas dalam pembelajaran IPS adalah tentang kenampakan alam dan buatan. Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dibahas bedasarkan urutan langkah-langkah dalam pendekatan saintifik. 1) Mengamati (Observing) Langkah pertama pada pendekatan ini, siswa diminta untuk mengamati gambar. Guru memperlihatkan gambar yang ada di slide infokus yang telah dibuat. a) Guru memulai pembelajaran dengan melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa. (1) Perhatikan gambar berikut ini! (2) Pernahkan kalian lihat peristiwa ini sebelumnya? (3) Pernahkan didaerah kalian terjadi peristiwa alam seperti ini? (4) Kejadian ini dikarenakan oleh apa? b) Guru mengajak siswa untuk mengamati gambar yang sudah disediakan dalam slide infokus dan menghubungkannya dengan kejadian-kejadian yang pernah siswa lihat atau mendengar sebelumnya. Gambar yang disajikan mengenai kenampakaan alam dan buatan beserta peristiwaperistiwa alam. c) Guru merangsang siswa untuk aktif berbicara mengemukakan pendapatnya 170
berkaitan dengan gambar yang diamatinya d) Guru memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Hal ini dilakukan agar berkomunikasi dengan semua siswa. (1) Apa yang kamu pikirkan mengenai gambar ini? (2) Apa perbedaannya antara sungai dan waduk? (3) Kenapa peristiwa ini bisa terjadi? 2) Menanya (Questioning) Langkah ke dua pada pendekatan ini adalah dengan bertanya. Pada kegiatan belajarnya guru membuka kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dan siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang sudah diamati, dilihat, disimak, dan dibaca. 3) Mengumpulkan Informasi (Experimenting) Pada tahap ini, siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok diberikan LKS untuk dikerjakan bersama. Mereka melakukan diskusi dengan teman kelompoknya. Untuk memecahkan permasalah yang disajikan oleh guru, siswa dituntut untuk lebih banyak membaca buku, melihat peta. Diharapkan siswa dapat mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapinya. 4) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Associating)
Langkah berikutnya pada penelitian ini adalah associating (menalar/mengolah informasi). Kegiatan pembelajaran dalam associating/menalar ini dilakukan sebagai berikut: (a) Siswa sudah dibagi kelompok dan mereka duduk perkelompok. (b) Guru meminta siswa mengamati gambar-gambar yang ada dalam LKS. (c) Guru meminta siswa agar bisa menjelaskan peristiwa apa yang sedang terjadi dalam gambar dengan terperinci. (d) Guru meminta siswa untuk membandingkan kenampakan alam dan buatan yang ditemukan dilingkungan mereka. (e) Kemudian meminta siswa untuk mendiskusikan dan mengasosiasikannya dengan kelompok masing-masing. (f) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan pada Lembar Kerja Siswa yang telah disediakan oleh guru. Mereka bekerjasama dengan kelompoknya, saling memberikan bantuan informasi. (g) Guru mengawasi proses belajar, dengan memastikan semua siswa ikut terlibat aktif dalam diskusi pada kelompoknya masing-masing. 5) Mengkomunikasikan Pembelajaran Pada tahap ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah dipelajari. Setiap kelompok mengajukan perwakilan perwakilan kelompokya maju
171
kedepan untuk mempresentasikan dari apa yang sudah mereka diskusikan. Dan kelompok yang lain mendengarkan dengan baik. Setiap kelompok bergiliran membacakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Diakhir guru menjelaskan tentang
kenampakan alam dan buatan beserta peristiwa alam yang sering terjadi di Indonesia. 2. Pengaruh “scientific approach” pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
80 70 60 50 pretes 40
pascates
30
kategori
20 10 0 Eksperimen
Kontrol
3. Hasil Observasi Aktivitas Selama Proses Pembelajaran Selama proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa. Aktivitas siswa dalam belajar meliputi keaktifan siswa dalam memahami pengetahuan yang dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh siswa, siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman), siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya, dan siswa berpkir reflektif. Sedangkan aktivitas guru meliputi kemampuan membuka pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, aktivitas pada saat melaksanakan evaluasi, dan kemampuan menutup pembelajaran. Berikut hasil
pengamatan observer untuk aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. a. Observasi dalam Proses Pembelajaran Hasil persentase proses pembelajaran dengan penerapan “scientific approach” adalah 87% dengan kriteria „sangat baik‟. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPS dengan penerapan “scientific approach” sangat baik dan terarah sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis siswa. b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan “scientific approach” dalam meningkatkan
172
berpikir kritis siswa adalah 71% dengan kriteria „baik‟. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat melaksanakan pembelajaran berpikir kritis dengan penerapan “scientific approach” dengan baik. Siswa sudah bisa mengemukakan pendapatnya sendiri, berdiskusi dengan temannya, dan dapat mempresentasikan hasil di depan teman-temannya. Pembahasan Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis. Pembahasan hasil penelitian ini akan diuraikan berdasarkan komponenkomponen yang diteliti, yaitu sebagai berikut. 1. Penerapan “Scientific Approach” dalam Kurikulum 2013 pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SDIT Alamy Kecamatan Subang – Kabupaten Subang Pembelajaran difokuskan pada kemampuan siswa yang dimulai dari kegiatan siswa mengamati dan mempertanyakan hal yang diamati mengenai kenampakan alam dan buatan serta berbagai peristiwa alam. Pertanyaan muncul berdasarkan pengamatan yang dilakukan siswa, sehingga siswa mulai belajar dengan masalah yang muncul dari proses mengamati tersebut. Siswa belajar menemukan solusi dari masalah tersebut, kegiatan ini menjadikan siswa lebih terlibat aktif dalam mencari solusi dalam menyelesaikan masalah yang muncul. Selanjutnya pada tahap kegiatan penemuan yang dikemas dalam lembar kerja siswa (LKS). Siswa mengumpulkan data yang diperlukan dan menjawab
pertanyaan yang tersedia dalam LKS secara berkelompok. Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan scientific umumnya mencerminkan aktivitas sesuai dengan karekteristik pendekatan scientific. Sehingga siswa yang belajar dengan pendekatan scientific mempunyai aktivitas dan kesempatan melakukan pengamatan dalam proses awal pembelajarannya sehingga dari proses mengamati ini siswa menemukan masalah yang harus mereka temukan solusinya dengan kegiatan bertanya, untuk pertama kali melakukan kegiatan ini siswa merasa kurang terbiasa dengan kegiatan ini, guru terus mendorong dan memotivasi siswa dalam kegiatan bertanya, kegiatan pembelajaran ini dapat mendorong siswa melakukan proses kegiatan berpikir. Kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah scientific inilah yang memungkinkan munculnya indikator-indikator berpikir kritis pada siswa. Hal ini dapat dilihat saat siswa mengikuti tahapan-tahapan dengan pendekatan scientific yaitu dari mengamati, menanyakan, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan hasil. Dari hasil pengamatan penelitian ini, ada beberapa masalah yang terdapat dalam setiap langkahnya. Antara lain: a. Mengamati Masalah yang terdapat pada proses ini adalah pada aspek waktu, dimana pada proses
173
b.
c.
d.
e.
2.
mengamati memerlukan waktu yang tidak sedikit. Mulai dari merancang media untuk diamati siswa, sarana yang mendukung, serta penyajian masalah yang kontroversial sesuai dengan materi yang dipelajari siswa. Menanya Pada proses menanya, masalah yang muncul biasanya berasal dari pertanyaan itu sendiri. Kendalanya adalah kesulitan dalam membuat pertanyaan yang baik dan menarik minat siswa serta membuat siswa berpikir kritis terhadap suatu kajian. Dibutuhkan pengalaman sehingga mempunyai keterampilan untuk membuat pertanyaan yang menarik. Pengumpulan Data Masalah yang ada adalah dari kesiapan guru dalam menyajikan pelajaran dan mengaitkannya dengan fenomena yang sekarang terjadi. Mengasosiasi Pada tahap ini, kesulitan yang terdapat pada tahap ini adalah menarik hubungan dari setiap fenomena yang ada. Mengkomunikasikan Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya dari tugas yang diberikan guru. Siswa belajar untuk berani tampil kedepan dan menjelaskan kepada teman-temannya. Masalah yang dihadapi adalah tidak semua siswa memperhatikan temannya yang sedang presentasi didepan. Banyak siswa yang mengobrol dengan dengan temannya. Pengaruh “scientific approach” pada Pembelajaran IPS untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis (H0) ditolak dan diterimanya (H1). Perbedaan skor antara kelas eksperimental yang menerapkan “scientific approach” mengalami peningkatan daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan “scientific approach” Itu artinya, “scientific approach” berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sejalan dengan pedapat Savage & Amstrong (Susanto, 2014:160) yang menyatakan bahwa mengembangkan pendekatan penemuan sebagai salah satu bagian dari upaya guru dalam membantu para siswa sekolah dasar untuk meningkatkan keterampilan berpikir. Jika ditinjau secara statistik perbedaan peningkatan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: rata-rata prates kelas eksperimen yaitu 31,2 dan pada saat pascates rata-ratanya 76. Itu artinya, setelah diberikan perlakuan dengan “scientific approach” mengalami kenaikan. Sedangkan untuk kelas kontrol, pada saat prates rata-ratanya 34,6 dan pada saat pascates rataratanya 35,4. Itu artinya, tidak mengalami kenaikan dari prates. Jika dilihat dari rerata, maka rata-rata NGain untuk kelas eksperimen 0,65 dan kelas kontrol 0,01. Ini artinya, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen termasuk kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol termasuk dalam kategori rendah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah ketika proses 174
pembelajaran, siswa susah untuk dikondisikan guru untuk mengumpulkan informasi dan mengolah informasi tersebut. Selain itu, ada salah satu siswa yang mengganggu pada saat pembelajaran sehingga pembelajaran pada saat itu tidak kondusif. Diduga siswa tersebut mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mengganggu temantemannya yang sedang belajar. Guru langsung menangani dengan mendatangkan guru bantu kelas untuk menanngani salah satu siswa tersebut. 3. Observasi Selama Proses Pembelajaran dengan “Scientific Approach” dalam Pembelajaran Berpikir Kritis Secara keseluruhan, pelaksanaan “scientific approach” dalam pembelajaran berpikir kritis kelas IV SDIT Alamy sudah terlaksana dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan kepada guru yang meliputi kemampuan membuka pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, aktivitas pada saat melaksanakan evaluasi, dan kemampuan menutup pembelajaran. Hasil persentase aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan penerapan “scientific Approach” adalah 87% dengan kriteria „sangat baik‟. Hal ini menunjukkan bahwa guru dapat melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran berpikir kritis dengan penerapan “scientific approach” dengan sangat baik dan terarah. Sedangkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas IV SDIT Alamy yang menerapkan
“scientific approach” dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dilihat cukup baik, siswa dapat mengikuti pembelajaran secara terarah, siswa sudah bisa diajak melakukan pengamatan sederhana dari gambar yang disajikan, siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran yaitu dengan melakukan pemecahan masalah, mencari solusi dari soal yang ditugaskan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti buku paket siswa, dan peta. Dan yang terakhir siswa sudah bisa untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya didepan kelas. Hasil persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan “scientific approach” dalam meningkatkan berpikir kritis siswa adalah 71% dengan kriteria „baik‟. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat melaksanakan pembelajaran berpikir kritis dengan penerapan “scientific approach” dengan baik. Siswa sudah bisa mengemukakan pendapatnya sendiri, berdiskusi dengan temannya, dan dapat mempresentasikan hasil di depan teman-temannya. Namun dalam proses pembelajarannya tentu masih mengalami hambatan-hambatan. Hambatan pertama guru kesulitasn dalam pengkondisian siswa dalam belajar, ditengah pembelajaran ada salah seorang siswa yang membuat keributan dikelas sehingga pembelajaran ditunda dan guru menangani siswa tersebut. Disamping hal tersebut pada tahap kegiatan pembelajaran “scientific approach” guru kesulitan mengarahkan siswa untuk mengasosiasi (menganalisis data).
175
DAFTAR PUSTAKA Fisher, Alice. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Erlangga. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Impleentasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. ALFABETA. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.
176