PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI MEDIA GAMBAR DAN METODE DEMONSTRASI PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MAN SALATIGA DAN MAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh: Fathonah NIM. M1.12.006
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama NIM Program Studi Konsentrasi Tanggal Ujian Judul Tesis
: Dra. Hj. Fathonah : M1.12.006 : Pendidikan Agama Islam : PAI : 16 September 2015 :“PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI MEDIA GAMBAR DAN METODE DEMONSTRASI PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MAN SALATIGA DAN MAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015”
”
Panitia Munaqosah Tesis 1. Ketua Penguji
: Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.
________________
2. Sekretaris
: Dr. H. Miftahuddin, M.Ag.
________________
3. Penguji I
: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
________________
4. Penguji II
: Dr. Winarno, M.Pd. .
________________
5. Penguji III
: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag.
________________
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga,
September 2015
Yang Membuat Pernyataan
Dra. Hj. Fathonah
iii
MOTTO
صههى ه سى َل ه ص ََلةَ َزفَ َع سهه َم إِ َذا ا ْفتَت ََح ان ه ُ َزأَ ٌْتُ َز َ َّللاُ َعهَ ٍْ ِه َو َ َِّللا ُّ ْي َم ْن ِكبَ ٍْ ِه َوقَ ْب َم أَنْ ٌَ ْس َك َع َوإِ َذا َزفَ َع ِمه َ ٌَ َد ٌْ ِه َحتهى ٌُ َحا ِذ ِانس ُكىع س ْج َدتَ ٍْ ِه َو ََل ٌَ ْسفَ ُع ُه َما بَ ٍْ َه ان ه Artinya : “"Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila memulai shalat, maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya dan mengangkat tangan sebelum rukuk dan ketika berdiri dari rukuk, namun beliau tidak mengangkat kedua tangannya antara dua sujud."(HR. Muslim: 586).1
صلواكمارأيتمونى أصلى Artinya
: “Sembahyanglah Seperti yang kamu lihat aku bersembahyang.(HR. Ahmad: 3944).2
1
Muslim, Hadist Nomor 586, Kitab 9 Imam dan Rowi Hadis, Diunduh hari Senin, 7 September 2015, Jam 16.00 WIB. 2 Ahmad, Hadist Nomor 3944, Kitab 9 Imam dan Rowi Hadis, Diunduh hari Senin, 7 September 2015, Jam 19.00 WIB.
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya terbaikku kepada : 1. Bapak Marsani (Alm) dan Ibu Suyatmi (Alm) serta Mertuaku Bapak H.Jaiz Hadi Pranoto (Alm) dan Ibu Hj. Sutidjah yang mendidik dan membimbingku dengan sabar kepada jalan Allah SWT. 2. Suamiku Jaka Rebawa yang selalu setia menjalani kehidupan bersamaku dalam suka maupun duka. 3. Anakku Muhammad Ilham Zakky Arif yang selalu menjadi penyejuk dalam setiap waktuku 4. Untuk semua dosen Pasca Sarjana IAIN Salatiga 5. Sahabat-sahabat, teman kuliah angkatan 2012 dan teman mengajar di MAN Salatiga. 6. Seluruh pembaca yang budiman.
v
ABSTRACT
THE CONTRIBUTION OF SCIENTIFIC APPROACH APLICATION USING PICTURES AND DEMONSTRATION METHOD TO IMPROVEMENT OF LEARNING MOTIVATION IN FIQIH SUBJECTIN MAN SALATIGA AND MAN SURUH SEMARANG REGENCY IN 2014/2015 ACADEMIC YEAR. Keywords: Scientific Approach Using Pictures, Demonstration Method, Learning Motivation Islamic based-education is one of the ways of improving human‟s morality to perform religious obligations as a servant of The Creator. In Islamic teachings, a human has to perform several commands, one of them is having prayer in a daily basis (Salat). This routine is the concrete form of worshipping God. This is a qualitative research which applies descriptive approach examining the application of scientific approach using pictures and demonstration method and its role to learning motivation improvement in Fiqih subject in MAN Salatiga, MAN Suruh Semarang Regency. The data collection method employs observation, documentation and non-structured interview. The data analysis was done by applying analytical inductive approach. The results shows that the application of scientific approach using pictures and demonstration method and its role to learning motivation improvement in Fiqih subject in MAN Salatiga and MAN Suruh Semarang Regency in 2014/2015 academic year runs well. Besides that, the principal and vice principal of academic matters are all supportive to teacher‟s creativity in attempt to improve students‟ learning motivation. The application of demonstration method in MAN Salatiga and MAN Suruh Semarang regency can be manifested through teaching and learning process in Fiqih subject especially about daily prayer (Salat). Students learning motivation in Fiqih subject especially about daily prayer tends to be high. The application of scientific approach using pictures and demonstration method in Fiqih subject contributes to students‟ high motivation in learning. It can be explained that the students are highly motivated and their motivation seems to increase.
vi
PRAKATA
بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji Syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI MEDIA GAMBAR
DAN
METODE
DEMONSTRASI
PENGARUHNYA
TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN
FIQIH
DI
MAN
SALATIGA
DAN
MAN
SURUH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015” yang secara akademis menjadi syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam. Di samping itu, apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, kepadanya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan restu dan selalu mendo‟akan pada penulisan tesis ini. 3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A., selaku Ka Prodi PAI Pascasarjana IAIN
Salatiga yang telah memberikan arahan pada penulisan tesis ini. 4. Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. dan Dr. Adang Kuswaya, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk menuntun agar tesis ini cepat selesai. 5. Seluruh dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak bekal ilmu kepada Penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan tesis ini. 6. Bapak Drs. H. Sudar, M.Ag., selaku Kepala MAN Salatiga dan Bapak Drs. Muhlas selaku Kepala MAN Suruh Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin untuk meneliti di tempat yang beliau pimpin. 7. Kepada Seluruh narasumber, yang bersedia memberikan berbagai informasi guna terselesaikannya penyusunan tesis ini.
vii
8. Suami dan anakku yang selalu mensuport dan memberikan inspirasi hingga selesainya penulisan ini 9. Semua pihak dan teman-temanku seperjuangan yang tak dapat saya sebut satu persatu lagi yang sedikit maupun banyak telah membantu dalam proses penulisan tesis ini. Sungguh kami tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali do‟a semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat atas amal kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari bahwa apa yang telah tersaji dalam penulisan ini masih jauh mencapai kesempurnaan. Masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut atau ada hal yang kurang sesuai, karena hanya sebatas inilah yang dapat penulis sampaikan, maka dengan segala bentuk kritik dan saran sangat kami harapkan, demi menindak lanjuti pada kajian-kajian yang lebih lanjut.
Salatiga,
September 2015
Penulis,
Dra. Hj. Fathonah NIM: M.1.12.006
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS……………………………….………..
ii
HALAMAN PERNYATAAN...…………………………….……………........
iii
MOTTO..............................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN..............................................................................................
v
ABSTRAK …………………………….............................................................
vi
PRAKATA …………………………………………….………..……………. vii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….
xi
DAFTAR GAMBAR...…………………………………………………........
xii
DAFTAR LAMPIRAN …...………………………………………………….. xiii BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................
1
B. Rumusan Masalah......................................................................
7
C. Signifikansi Penelitian................................................................
8
D. Tinjauan Pustaka.........................................................................
11
E. Metodologi Penelitian.................................................................
18
F. Sistematika Penulisan Tesis........................................................
24
BAB II: LANDASAN TEORI A. Teori Pendekatan Ilmiah (Scientific) .......................................... 25 B. Media Pembelajaran.................................................................... 29 C. Metode Demonstrasi.................................................................... 47 D. Teori Motivasi............................................................................ 51 BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Sekolah............................................................................. 58
ix
1.
Profil MAN Salatiga............................................................
58
2.
Profil MAN Suruh Kabupaten Semarang............................
74
B. Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar.......... 84 C. Penerapan Metode Demonstrasi.................................................. 89 D. Motivasi Belajar Siswa pada Pelajaran Fiqih............................. 92 BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis........................................................................................ 95 B. Pembahasan................................................................................. 101 BAB V: PENUTUP A. Simpulan...................................................................................... 106 B. Saran ........................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….................. 110 LAMPIRAN………………………………………………………………….... 115 RIWAYAT HIDUP PENULIS……………………………………………....... 138
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.3 Struktur Organisasi MAN Salatiga..................................................
69
Tabel 2.3 Keadaan Guru dan Pegawai MAN Salatiga....................................
70
Tabel 3.3 Keadaan Siswa MAN Salatiga.........................................................
70
Tabel 4.3 Keadaan Sarpras MAN Salatiga.......................................................
71
Tabel 5.3 Struktur Organisasi MAN Suruh Kabupaten Semarang...................
80
Tabel 6.3 Keadaan Guru dan Pegawai MAN Suruh Kabupaten Semarang......
81
Tabel 7.3 Keadaan Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang..........................
81
Tabel 8.3 Keadaan Sarpras MAN Suruh Kabupaten Semarang.......................
82
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Diagram Komponen dalam Analisis Data.................................... 23 Gambar 2.1: Pendekatan Scientific dan 3 Ranah yang disentuh........................ 27 Gambar 2.2: Langkah-langkah Pendekatan Scientific....................................... 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kode Penelitian............................................................................ Lampiran 2: Pedoman Wawancara................................................................... Lampiran 3: Catatan Observasi........................................................................ Lampiran 4: Gambar Gerakan Salat.................................................................... Lampiran 5: Surat Kteranagan Melakukan Penelitian........................................ Lampiran 6: Lembar Bimbingan Tesis............................................................. Lampiran 7: Dokumentasi Wawancara............................................................. Lampiran 8: Riwayat Hidup Penulis................................................................
xiii
115 117 122 128
132 134
136 138
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah sebagai wahana pembentukan manusia yang bermoralitas tinggi dan mampu melaksanakan ibadah dengan baik sebagai seorang hamba dari sang pencipta. Di dalam ajaran Islam terdapat perintahyang harus dilaksanakan oleh seorang hamba, diantaranya adalah mendirikan salat yang merupakan penyembahan seorang hamba secara khusuk kepada Allah SWT semata.3 Dan dari kekhusukan salat yang dilakukan akan membuahkan prilaku yang baik sebagai wujud peningkatan keimanan seorang hamba. Islam telah membimbing orang kepada ketaatan dan ibadah, untuk menjaga hal penting baik secara fisik, pemikiran, kejiwaan, dan emosional dari tergelincir kepada nafsu yang hina serta kerusakan terutama kepada para remaja dan pemuda. Dan mencegah mereka dari terbawa arus kefasikan serta kehinaan.4 Rasulullah Saw memerintahkan kepada kita untuk mengajarkan salat serta memperkenalkan Al Qur‟an sejak dini. Begitu pula para sahabat Rasulullah mengikuti jejak beliau dalam mendidik anak-anak mereka untuk dekat dengan Al Qur‟an. Menghafal Al Qur‟an menjadi pijakan pertama bagi para pendidik dalam mengasah awal kecerdasan generasi Islam. 5
3
Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, Yogyakarta: UII Prees, 2002, 87. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H Ba‟adillah Press, 2002, 127. 5 Fuad Fadillah, Pendidikan Anak Secara Islami, Bandung: Al-Ma‟arif , 1990, 17. 4
1
Salat merupakan hal urgen dalam agama, karena salat merupakan tiang agama.6 Untuk itu pemahaman tentang salat dan tata cara pelaksanaannya harus di ketahui secara jelas sekaligus dikuasai dengan benar agar dalam melaksanakannya mencapai kesempunaan dan memenuhi ke sah-hannya salat. Salat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki hikmah bagi berbagai dimensi kehidupan manusia, baik secara individu maupun secara sosial. Dalam pelaksanaan salat ada yang melaksanakan secara sendirian (Munfarid) ada juga yang melaksanakan secara berjamaah. Salat berjamaah dalam berbagai keterangan memiliki pahala yang lebih besar dibandingkan salat sendirian. Selain itu salat berjamaah memiliki keutamaan dalam berbagai dimensi, yaitu : pahala, moral individu dan sosial.7 Karena urgensi salat yang demikian besar dimana keutamaan yang pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat. 8 Salat yang khusuk akan dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an surat Al-Ankabut (29): 45 yang berbunyi :
ۗ َه ا ْنفَ ْحشَا ِء َوا ْن ُم ْن َك ِس ص ََلةَ ۖ إِنه ان ه ب َوأَقِ ِم ان ه ِ وح ًَ إِنَ ٍْكَ ِمهَ ا ْن ِكتَا ِ ُاُ ْت ُم َما أ ِ ص ََل َة تَ ْن َه ٰى ع َّللاِ أَ ْكبَ ُس ۗ َو ه َونَ ِر ْك ُس ه )٩٢:٥٤,َصنَ ُعىنَ (انعنكبىت ْ َّللاُ ٌَ ْعهَ ُم َما ت Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.9 6
Didin Hafinuddin, Membentuk Pribadi Qur’ani, Bandung: Harokah, 2002, 90. Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam..., 28. 8 Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam..., 33. 9 Sunarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, 635. 7
2
Karena keurgenan salat bagi manusia terutama seorang muslim maka salat menjadi salah satu materi yang diajarkan dalam mepel fiqih dari mulai Madrasah Ibtidaiyah sampai Madrasah Aliyah termasuk juga di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang. Pelajaran tentang salat ini tidak hanya cukup diterangkan dengan ceramah saja, karena dalam gerakangerakannya memiliki tata cara sendiri-sendiri. Akan tetapi motivasi belajar siswa rendah dalam mengikuti pelajaran fiqih, selain materi monoton, penyampaian guru pun kebanyakan selalu dengan ceramah saja. Pada dasarnya seorang pendidik memiliki fungsi sebagai pengelola, stabilitator, inovator, dinamisator, creator dan motivator belajar. Untuk itu, guru harus selalu melakukan upaya dalam meningkatkan motivasi belajar secara terus menerus dengan sungguh-sungguh. Upaya peningkatan motivasi belajar dapat dilakukan melalui media pembelajaran, termasuk dengan media pembelajaran gambar sebagai pendekatan scientifik dan metode demonstrasi sebagai tehnik memahamkan siswa secara praktik. Dengan melalui media pembelajaran gambar sebagai pendekatan scientific dan metode demonstrasi dalam pelajaran salat logikanya siswa bisa melihat langsung gerakan-gerakan salat dan penempatan tiap tahapan dengan benar dan siswa akan merasa senang karena dapat melakukan praktik langsung. Upaya ini dapat menekankan kepada upaya peningkatan motivasi belajar. Hal ini penting karena pendidik selain melaksanakan tugas pokok dituntut
untuk
mengoptimalkan
fungsi
sebagai
pendidik
sehingga
berkemampuan terhadap motivasi belajar. Motivasi belajar digali oleh guru
3
sehingga dapat menggerakkan nilai–nilai internal diri peserta didik. Bilamana motivasi belajar mampu ditingkatkan dengan media pembelajaran gambar dan metode demonstrasi maka peluang untuk mengoptimalkan hasil belajar dalam pelajaran salat dapat dicapai. Peningkatan proses pembelajaran menggunakan media secara efektif dan metode demonstrasi dapat meningkatkan kualitas hasil belajar.10 Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas yang dilaksakannya. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, guru harus mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar karena memang siswalah subyek utama dalam proses belajar.11 Dalam sistem pendidikan moderen fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan perlu dibantu dengan media pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Hal ini disebabkan karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan dan kewenangan.12 Kemampuan guru dalam menjalankan perannya sebagai pengajar, administrator dan pembina ilmu dapat dilihat dari sejauh manakah guru dapat menguasai metode dan media pembelajaran di sekolah untuk kepentingan anak didiknya. Untuk mengupayakan pendidikan yang berkualitas, guru seringkali menemukan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran. 10
Sanaky, Media Pembelajaran, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2009, 1-2. M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, 21. 12 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2000, 15. 11
4
Khususnya bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih menunjukkan kekurangan dan keterbatasan. Terutama dalam kualitas proses belajar mengajar yang dikembangkannya yang selanjutnya berakibat langsung kepada rendah dan tidak meratanya kualitas hasil yang dicapai oleh para siswa.13 Di sisi lain proses perkembangan anak didik merupakan suatu proses yang progresif terus maju dan tidak mundur, tidak kembali pada perkembangan semula yang meningkat dari kecil hingga besar, dari tidak mengerti hingga mengerti antara satu dengan yang lain akan mengalami perbedaan. Dalam perkembangan anak didik tersebut antara satu faktor dengan faktor lain akan saling berkaitan yang dapat dilihat dalam perubahan secara proporsi ukuran tubuh yang dibarengi dengan perubahan komposisi tubuh, seperti berat badan, tinggi badan, kemampuan intelektual dan kemampuan menggunakan motoriknya. Maka dari itu, untuk mencapai hasil maksimal pada semua proses belajar mengajar dan lebih khusus mapel fiqih tentang salat seorang pendidik harus mampu mengoptimalkan potensi anak didik secara maksimal. Proses belajar mengajar yang seperti itu tidaklah semudah membalikkan kedua belah tangan, butuh usaha keras dalam pembelajaran, salah satu di antaranya adalah penggunaan media pembelajaran gambar sebagai pendekatan scientific dan metode demonstrasi.
13
Abdul Majid dan Dian Andayani, Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 37.
5
Pembelajaran dengan menggunakan ceramah saja sangat menjenuhkan siswa dan hasilnyapun kurang maksimal, berbeda dengan pembelajaran yang melibatkan semua indra peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk melibatkan sebanyak mungkin alat indra siswa dalam proses belajar mengajar maka metode ceramah itu perlu divariasikan dengan media dan metode yang lain. Dengan menggunakan media pembelajaran yang dipersiapkan
dengan
baik
berarti
guru
telah
membantu
siswanya
mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti pengamatan, daya ingat, minat, perhatian, berpikir, fantasi, emosi dan perkembangan kepribadian mereka. Sikap jiwa mereka yang tenang dengan minat belajar yang besar sangat potensial sekali untuk ditumbuhkembangkan sebagai dasar materi keimanan, ibadah, sikap sosial, pembentukan akhlak karimah dan sebagainya.14 Secara umum proses pembelajaran yang terjadi di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang khususnya kelas X berjalan dengan baik dan lancar nilai pelajaran fiqihnya pun rata-rata baik, tetapi motivasi belajar siswa terhadap pelajaran fiqih tentang salat rendah dan tidak banyak siswa yang aktif dalam proses pembelajarannya, padahal pelajaran fiqih termasuk pelajaran yang sangat penting dan harus dikuasai siswa terutama tentang ibadah dan lebih khusus lagi tentang salat. Maka guru harus pandai memahami kebutuhan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
14
Amirudin Rosyad dan Darhim, Media Pengajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1996, 59.
6
Jadi sekali lagi, bahwa materi salat dalam mendidik generasi Islam pada awal tumbuh kembang mereka adalah lebih utama dan merupakan prestasi yang mengagumkan dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Oleh karena itu dalam penyampaian materinya harus dapat membangkitkan motivasi mereka untuk mempelajarinya, agar lebih dapat memahami dan mengiasai materi yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar dan Metode Demonstrasi Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”. dalam penelitian ini penulis mencari perbedaan penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan metode demonstrasi serata pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar mapel fiqih materi salat pada siswa di MAN Salatiga dengan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana penerapan pendekatan scientific melalui media gambar pada mata pelajaran fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015?
7
2. Bagaimana penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimana motivasi belajar mata pelajaran fiqih siswa di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015? 4. Apakah penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih mempengaruhi motivasi belajar siswa di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015? C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Untuk mengetahui penerapan pendekatan scientific melalui media gambar pada mata pelajaran fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.
b.
Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.
c.
Untuk mengetahui motivasi belajar mata pelajaran fiqih siswa di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.
8
d.
Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih mempengaruhi motivasi belajar siswa di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini adalah sebagai suatu penelitian tentang kondisi riil penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih materi salat di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang sekaligus koreksi tehadap pelaksanaan KBM yang telah dilaksakan di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang terutama pada penggunaan pendekatan, metode dan pemanfaatan media pembelajaran. Dari hasil penelitian ini diharapkan, antara lain : a.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya yang berkenaan dengan penggunaan pendekatan, metode dan pemanfaatan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar serta dapat menjadi bahan masukan bagi siapapun yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian ini pada bidang penelitian yang relevan.
b.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi: 1) Bagi penulis, hal ini bisa menambah wawasan dan cakrawala keilmuan khususnya tentang penggunaan pendekatan, metode dan
9
pemanfaatan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar. 2) Bagi kepala sekolah, sebagai bahan evaluasi dan supervisi terhadap kinerja guru dalam pelaksanaan KBM 3) Bagi guru, dapat dijadikan sebagai evaluasi dan pembenahan terstruktur terhadap kinerja yang telah dilaksanakan agar dalam melakukan pembelajaran di kelas pada waktu selanjutnya lebih memperhatikan kondisi, kemampuan dan kebutuhan yang diharapkan siswa. Sehingga dalam menerapkan pendekatan dan metode belajar lebih tepat. Selain itu guru juga dapat memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia disekolah guna mengaktifkan seluruh indra siswa dalam mengikuti KBM. 4) Seluruh pembaca, sebagai pengetahuan atau informasi untuk menambah partisipasi dan kepedulian terhadap dunia pendidikan karena dibutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih bermutu. D. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi merupakan hal
penting dalam melakukan pembelajaran tentang salat.
Sudah banyak tentunya penelitian–penelitian yang di lakuakan oleh para peneliti tentang pendekatan scientific melalui media pembelajaran dan metode pembelajaran. Sudah tentu bahwa kajiannya pun semakin luas dan komplek. Namun tetaplah ada hal yang belum tersentuh oleh penelitian10
penelitian terdahulu, karena setiap hasil penelitian selalu memiliki sisi yang masih dapat dikaji atau dijadikan refrensi oleh peniliti lain. Adapun penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelum penelitian ini yaitu sebagai berikut: Ida Muflikhah meneliti dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual dan Karyawisata Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Raguklampitan 3 Batealit Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian yang dilakukan menujukkan adaya pengaruh positif Media AudioVisual dan Karyawisata Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Raguklampitan 3 Batealit Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011” dapat diterima kebenarannya. Dengan nilai pengaruh = R = R2 X 100% = 0,95952 X 100% = 0,9206 X 100% = 92,06%. Sedangkan sisanya 92,06 – 100 = 7,94% adalah pengaruh dari variabel lain di luar penelitian ini. Hal ini berarti dengan adanya pengaruh variabel Media Audio Visual akan meningkatkan hasil belajar atau dapat dikatakan bahwa Media Audio Visual ini berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil belajar di kelas V MI Miftahul Huda Raguklampitan 3 Batealit Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011.15 Syarifah Nur dalam “Pengamalan Salat Fardhu Dalam Kalangan Pelajar Politeknik Kuching Sarawak Tahun 2010”, Peneliti menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan nilai min dan peratus serta statistik 15
Ida Muflikhah, Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual dan Karyawisata Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Raguklampitan 3 Batealit Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011, Tesis, Semarang: UNWAHAS, 2011.
11
inferensi Korelasi Person dengan menggunakan Perisian Statistical Package For The Social Sciences ( SPSS ) versi 15.0. Hasil analisis yang dilakukan Syarifah menunjukkan bahawa responden mengetahui dan memahami tentang kepentingan salat. Namun, tahap pengamalan pelajar dalam melaksanakan solat masih kurang memuaskan. Oleh itu, beberapa cadangan turut dikemukakan kepada pihak tertentu untuk diambil tindakan bagi
meningkatkan
tahap
kesadaran
dan
mempertingkatkan
lagi
pengamalan salat dalam kalangan pelajar hingga para pelajar benar-benar bisa menjalankan salat dengan benar.16 Budi Santoso, dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi Salat Melalui Media Pada Siswa Kebonromo Kecamatan
Kelas IV Semester I di SD Negeri III
Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran
2011/2012” dengan hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan motivasi belajar dengan kategori tinggi yaitu 58,3%. Peningkatan itu dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu terdapat rata-rata skor motivasi belajar 24,6 sebelum tindakan, kemudian menjadi 31,04 atau meningkat 26,0% pada siklus I, kemudian menjadi 36 atau meningkat 47,9% pada siklus II, dan menjadi 39 atau meningkat 58,3% pada siklus ke III. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan untuk meningkakan motivasi belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Kebonromo Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012 telah berhasil. Dengan peningkatan rata-rata skor motivasi belajar setelah diberi tindakan minimal 50%. 16
Syarifah Nur, Pengamalan Salat Fardhu Dalam Kalangan Pelajar Politeknik Kuching Sarawak Tahun 2010, Tesis: Kualalumpur University, 2010. Di unduh dari
[email protected], hari Senin, 13 April 2015, Pukul. 13.30 WIB.
12
Tindakannya yaitu 1) Meminta siswa memperhatikan gerakan salat pada media gambar; 2) Meminta siswa untuk mempraktikkan gerakan-gerakan salat secara bersama-sama; 3) meminta siswa untuk mempraktikkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat secara berkelompok dibimbing oleh ketua kelompoknya masing-masing.17 Sujadi meneliti dengan judul “Pengaruh Salat Berjama‟ah dan Puasa Sunah Terhadap Moralitas Siswa Kelas XI SMK Assa‟idiyyah Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian yang disimpulkan oleh Sujadi mengungkapkan bahwa salat berjamaah para siswa kelas XI yang berjumlah 30 sebagai sampel berlangsung konsisten dan baik. Para siswa juga menjalankan puasa sunnah dengan baik, beegitu juga salat berjamaah dan puasa sunnah berpengaruh secara signifikan terhadap moralitas siswa kelas XI di SMK Assa‟idiyyah Mejobo Kudus tahun pelajaran 2013/2014 sebesar 64,3 %.18 Dari penelitian terdahulu yang penulis uraiakan diatas di antaranya penelitian dengan jenis penelitian kuantitatif dan kajiannya masih dalam kerangka kurikulum 2007 (KTSP), selain itu penelitian yang sudah ada baru mengkaji tentang media pembelajaran, prestasi belajar dan motivasi secara umum dalam kajian pendidikan. Perbedaan yang ada dalam penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian terdahulu adalah: penelitian ini lebih fokus pada penerapan pendekatan scientific melalui 17
Budi Santoso, Upaya Peningkatan Motivasi Salat Melalui Media Pada Siswa Kelas IV Semester I di SD Negeri III Kebonromo Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012, Tesis, Surakarta: IAIN Surakarta, 2012. 18 Sujadi, Pengaruh Salat Berjama’ah dan Puasa Sunah Terhadap Moralitas Siswa Kelas XI SMK Assa’idiyyah Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014, Tesis, Semarang: UNWAHAS, 2014.
13
media gambar dan metode demonstrasi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran fiqih materi salat. Dan perbedaan lain adalah pada tempat penelitian yang peneliti lakukan di kelas X MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang, kemudian yang paling urgen perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis lebih fokus menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif naturalistik. 2. Kerangka Teori a. Teori Pendekatan Ilmiah (scientific) Pendekatan ilmiah diartikan sebagai proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif dapat mengkonsep dari apa yang dia amati, dia tanyakan, dia kumpulkan, kemudian dia kategorikan atau kelompokkan, dan selanjutnya dia komunikasikan atas hasil yang didapatkan.19 Pendekatan ilmiah (scientific)
merupakan konsep dasar yang
menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, bertanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.20 Menurut Mc Collum yang dikutip Imam Ma‟ruf menjelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan 19
Imam Ma‟ruf dkk, Modul Materi Pelatihan Kurikulum 2013, Surakarta: FITK IAIN Surakarta, 2013, 71. 20 Sudarwan, Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, 178.
14
pendekatan ilmiah (scientific) di antaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan, ketrampilan mengamati, melakukan analisis dan berkomunikasi.21 Pendekatan ilmiah (scientific), lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional. b. Metode Demonstrasi Metode secara harfiah adalah cara, dalam pemakaian secara umum metode diartikan sebagai cara melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.22 Lebih lanjut akan dikemukakan secara rinci tentang pengertian metode menurut beberapa ahli. Zuhairini dkk, mengartikan metode sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.23 Moh. Athiyah Al-Abrosy, sebagaimana dikutip Khoiron Rosyadi menurutnya metode adalah jalan yang kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam pelajaran, yang merupakan rencana untuk diri sendiri sebelum memasuki kelas dan diterapkan dalam kelas itu sesudah memasuki kelas.24 Ahmad Tafsir mengartikan metode sebagai cara yang paling tepat dan cepat dalam melaksanakan sesuatu.25
21
Imam Ma‟ruf dkk, Modul Materi Pelatihan Kurikulum 2013...,78. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung,: PT Remaja Rosdakarya, 2000, 201. 23 Zuhairini, et.all, Metode Pendidikan Islam, Solo: Ramadhani, 1993, 66. 24 Khoirun Rosyadi, Pendidikan Profetik, Cet I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, 209. 25 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, 9. 22
15
Dari beberapa pengertian metode menurut beberapa ahli tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa metode adalah cara ataupun jalan untuk mencapai tujuan yang ingin diwujudkan dalam proses belajar megajar.
Metode
digunakan
guru
sebagai
upaya
dalam
mengoperasionalkan tujuan kurikulum agar dapat diterima siswa dengan mudah. Sedangkan secara sitematis demonstrasi adalah upaya peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau cara mengerjakan sesuatu.26 c. Teori motivasi Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.27 Santrock yang dikutip oleh sardiman menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin 26
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 102. Pintrich, A Motivational Science Perspective on The Role of Student Motivation in Learning and Teaching Contexts. Journal of Educational Psychology, 2003, 85. 27
16
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.28 Dari pemahaman di atas motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Dengan berlandaskan pada masalah, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang berdasarkan studi lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif naturalistik. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif, menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif dengan metode naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Sumber datanya ialah situasi
28
Sardiman AM, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, 37.
17
wajar, peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi wajar, sebagaimana adanya. Peneliti adalah instrument kunci yang mengadakan pengamatan dan wawancara sendiri.29 3. Objek Studi Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), dimana Subyek studinya adalah guru fiqh dan siswa dalam proses pembelajaran yang bersifat studi kasus dengan mengambil pada penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi pengaruhnya terhadap motivasi belajar mata pelajaran fiqih materi salat siswa. Dan objek penelitian ini di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015, dikarenakan beberapa hal, yaitu: a.
Sekolah yang penulis teliti merupakan Madrasah Aliyah yang mengajarkan mata pelajaran fiqih dan negeri sekaligus madrasah favorit di kota masing-masing, sehingga nilai tawarnya memiliki nilai lebih untuk diteliti;
b.
Dengan dua sekolah yang berbeda wilayah maka semakin banyak dinamika yang dapat kita gambarkan dan problematika yang kita temukan;
29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, 14-15.
18
c.
Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah yang terdekat dengan rumah penulis sehingga dari segi biaya dapat lebih menghemat dan dari segi waktupun dapat terjangkau, akan tetapi secara peta kewilayahan, kedua sekolah tersebut sudah beda wilayahnya, sehingga dapat terjaga keobyektifitasannya dalam melakukan penelitian serta hasil penelitiannya dapat berfarian atau heterogen;
d. Dengan melakukan penelitian pada sekolah sebagaimana tersebut di atas dapat membuat sebuah perbandingan tentang tingkat keberhasilan dan hambatan yang dihadapi dalam penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi mata pelajaran fiqih. 4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu research yang dilakukan dikancah atau medan terjadinya gejala-gejala.30 Maka jenis data yang dibutuhkan dan yang digunakan adalah jenis data lapangan yang disajikan secara deskriptif. b. Sember Data Untuk mengumpulkan sejumlah data diperlukan sumber data diberbagai sumber yaitu: 1) Data Primer Data Primer dalam penelitian ini adalah data penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi mata pelajaran fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten 30
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 9.
19
Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Data ini dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. 2) Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah kondisi objektif di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Data ini berupa letak geografis, struktur organisasi, jumlah siswa, guru, media pendidikan, media gambar dan metode demonstrasi yang digunakan serta lain - lain. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data peneliti menjadikan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, waka kurikulum, waka sarpras dan guru PAI untuk menjadi informan dalam penggalian dan pengumpulan data. Data kualitatif diambil melalui : a. Observasi Observasi partisipan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.31 Peneliti terlibat langsung, sehinggga observasi partisipan digunakan untuk mencari data-data tentang penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi mata pelajaran fiqih. b. Wawancara Wawancara ini dilakukan agar memperoleh data untuk memperkuat data hasil observasi. Selebihnya wawancara dilakukan secara open-
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 129.
20
ended, tak berstruktur, sehingga lebih fleksibel.32 Daftar yang dimintai wawancara tersebut adalah: kepala sekolah sebagai supervisor untuk mengetahui tentang penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi mata pelajaran fiqih. Guru PAI sebagai pelaksana pembelajaran di kelas untuk mengetahui perangkat pembelajaran, metode, dan media yang disiapkan sekaligus digunakan dalam proses pembelajaran. Waka Kurikulum sebagai penanggung jawab palaksanaan kurikulum di satminkal, untuk mengetahui rencana, dan pelaksanaan proses pendidikan di satminkal dan siswa. c. Dokumentasi Dokumentasi ini berupa arsip-arsip tentang profil di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015, sarana prasarana, kurikulum yang disiapkan, RPP, silabus dan buktibukti perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi mata pelajaran fiqih. 6. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.33
32 33
Nana Sudjana, Prosedur Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 202. Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif..., 71.
21
Analisa data sebagaimana menurut Patton yang dikutip oleh Lexy J Moleong adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.34 Analisis dilakukan atas data yang ditemukan di lapangan, dan bukan sebagai upaya untuk menguji teori yang telah ditetapkan sebelumnya, mengingat bahwa penelitian kualitatif menolak pra-konsep sebelum terjun di lapangan.35 Adapun analisis data pada penelitian ini mengikuti model Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono: Periode pengumpulan Reduksi data
Data co llection Data
Selama Setelah Antisipas i Display data ANALISIS Selama
Kesimpulan/verifikasi Selama
display
Setelah Data reduction
Setelah
Conclusions:drawing/ verifying
Gambar 1.1 Diagram komponen dalam analisis data.36 Berdasarkan definisi dan diagram di atas, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Menelaah data yang berhasil dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
34
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., 103. Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif..., 166. 36 Sugiyono, Prosedur Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, 246. 35
22
b.
Mengadakan reduksi data dengan cara mengambil data yang dapat diolah lebih lanjut.
c.
Menyusun data dalam satuan-satuan yang relevan.
d.
Melakukan kategorisasi sambil melakukan pengkodean (coding)
e.
Mengadakan pemeriksaan keabsahan data
f.
Menafsirkan data dan mengambil kesimpulan secara induktif dengan cara berfikir berdasarkan fakta-fakta khusus, kemudian diarahkan kepada penarikan kesimpulan yang bersifat umum.37
F. Sistematika Penulisan Tesis Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka terlebih dahulu penulis sajikan tentang sistematika penulisan tesis secara garis besarnya. Bab satu, pada bab ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Tesis. Bab dua, tentang landasan teori. Pada bab ini membahas tiga sub bab, yaitu sub bab pertama tentang teori pendekatan scientifik, sub bab kedua tentang teori media demonstrasi. dan sub bab ketiga membahas tentang teori motivasi. Bab tiga membahas Data Penelitian Lapangan. Pada bab ini membahas empat sub bab, yaitu: sub bab pertama membahas tentang profil. sub bab kedua membahas tentang penerapan pendekatan scientific melalui media gambar. Sub bab ketiga membahas tentang penerapan metode demonstrasi,
37
H. M. Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta: Golden Terayon Press, 2003, 45.
23
dan sub bab keempat membahas tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Bab empat analisis data hasil penelitian lapangan dan pembahasan. Bab lima penutup, meliputi: simpulan dan Saran.
24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Pendekatan Ilmiah (scientific) Pendekatan ilmiah diartikan sebagai proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif dapat mengkonsep dari apa yang dia amati, dia tanyakan, dia kumpulkan, kemudian dia kategorikan atau kelompokkan, dan selanjutnya dia komunikasikan atas hasil
yang
didapatkan.38 Pendekatan ilmiah (scientific)
merupakan konsep dasar yang
menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam
pembelajaran
sebagaimana
dimaksud
meliputi
mengamati,bertanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.39 Menurut Mc Collum yang dikutip Imam Ma‟ruf menjelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) di antaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan, ketrampilan mengamati,
38
Imam Ma‟ruf dkk, Modul Materi Pelatihan Kurikulum 2013, Surakarta: FITK IAIN Surakarta, 2013, 71. 39 Sudarwan, Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, 178.
25
melakukan analisis dan berkomunikasi.40 Pendekatan ilmiah (scientific), lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional. 1. Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah) Sebuah
pendekatan
pembelajaran
dapat
dikatakan
sebagai
pembelajaran scientific jika memiliki tujuah (7) kriteria, yaitu: a.
Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kirakira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b.
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
40
Imam Ma‟ruf dkk, Modul Materi Pelatihan Kurikulum 2013,...,78.
26
g.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.41
2. Langkah-Langkah
Pembelajaran
pada
Pendekatan
Scientific
(Pendekatan Ilmiah)
Gambar 2.1 Pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh42 Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
41 42
Imam Ma‟ruf dkk, Modul Materi Pelatihan Kurikulum 2013,...,81. Achmad Hasim, Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Kemdikbud RI, 2012, 25.
27
a.
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
b.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
c.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
d.
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e.
Kurikulum yang baik menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
f.
Pendekatan
ilmiah
(scientific
sebagaimana dimaksud
appoach)
dalam
pembelajaran
meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:
Gambar 2.2 Langkah-langkah pendekatan scientific43
43
Achmad Hasim, Pengembangan Kurikulum, ..., 28.
28
B. Media Pembelajaran Sudah sejak dulu bermacam-macam alat diciptakan dalam upaya untuk mempermudah komunikasi murid dan guru dalam proses belajar mengajar. Guru memegang kunci peranan dalam proses belajar mengajar. Guru memegang kunci efektifitas dan efesiensi komunikasi. Pengalaman juga telah menunjukkan bahwa dalam komunikasi itu banyak terjadi penyimpangannya. Jika tidak efektif dan efesien karena berbagai sebab.Di antara sebab-sebab itu adalah cenderung verbalisme, ketidaksiapan murid, motivasi yang rendah dan sebagainya. Maka salah satu alternatif jalan keluar itu adalah penggunaan alat peraga atau media pembelajaran. Berkaitan dengan media dalam al-Qur‟an surat al-ghasiyyah ayat 17-21 Allah swt memberikan gambaran media/perumpamaan untuk diperhatikan manusia, sehingga manusia memahami kekuasaan Allah swt dengan fikirannya dan menjadikan manusia iman kepada Allah swt. Sehingga manusia yang beriman itu dapat masuk surga Allah swt.
)٢١-٥٢ :شٍَ ْه ِ (اَ ْن َغا Artinya : “Apakah mereka itu tidak melihat kepada unta-unta bagaimana dijadikan. Dan melihat langit bagaimana ditinggikan. Dan melihat gunung-gunung bagaimana ditegakkan. Dan melihat kepada bumi ini bagaimana dihamparkan, maka berilah peringatakan. Karena
29
Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan” ( QS. Al-Ghasyiyah : 17-21)44 Para ahli pendidikan dalam memberikan definisi tentang media pembelajaran berbeda-beda, berikut ini penulis kemukakan beberapa pengertian media pembelajaran menurut para ahli tersebut, antara lain: Menurut Gene L. Wilkinson bahwa “Media pembelajaran dimaksudkan segala alat dan bahan selain buku teks, yang dipakai untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar. 45 Senada dengan definisi diatas Sudarwan Danim mengungkapkan bahwa “media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu yang lengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. 46 Sedangkan media pembelajaran menurut Drs. Darhim “Media pembelajaran adalah seperangkat softwere (perangkat lunak) atau handwere (perangkat keras) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.47 Hamidjojo dalam bukunya Azhar Arsyad mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran, agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.48 Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat diambil pengertian bahwa media pembelajaran adalah alat atau seperangkat alat yang digunakan oleh 44
Sunarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, 1055. Gene Wilkinson, Media dalam Pembelajaran, Jakarta: CV Rajawali , 1984, 5. 46 Sudarwan Danim, Media Komunikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, 7. 47 Darhim, Media Komunikasi dan Teori Belajar, Jakarta: Dirjen Bibaga dan UT , 1996, 45
104. 48
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada , 1995, 4.
30
pendidik (guru) untuk menyalurkan pesan atau informasi belajar sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun macam-macam alat peraga yang dipergunakan dalam pendidikan agama Islam sebagai berikut : (1) Peraga dua dimensi, yaitu alat peraga yang mempunyai ukuran panjang dan lebar misalnya buku bacaan, gambar, grafik, peta, buletin board, tulisan dan sebagainya; (2) Alat peraga tiga dimensi, yaitu yang termasuk dalam kategori tiga dimensi adalah model, boneka asli, globe, pameran dan sebagainya; (3) Alat peraga proyeksi, yang termasuk alat peraga ini adalah slide, OHP, Film, radio, televisi, komputer dan lain sebagainya.49 Sedangkan bila dilihat dari cara penggunaanya, alat peraga ada dua macam, yaitu : (1) Alat peraga langsung, artinya alat peraga yang meragakannya secara langsung tentang sesuatu yang dibicarakan, contohnya praktik wudlu alat peraganya air, keimanan alat peraganya alam sekitar; (2) Alat peraga tidak langsung, artinya alat peraga yang diperhatikan bukan benda sebenarnya, tetapi hanya tiruan yang berupa gambar atau model. 50 Dari macam-macam alat peraga di atas, tidak dilihat dari segi kecanggihan alatnya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi peranannya dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut : (1) Media pembelajaran dapat
49 50
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru , 1998, 26. S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1989, 99-100.
31
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar; (2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; (3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu; (4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya, misalnya, melalui karya wisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.51 Di samping manfaat diatas, penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar menjagar mempunyai nilai dan faedah sebagai berikut : (1) Menambah kegiatan belajar murid; (2) Menyebabkan hasil belajar lebih permanen dan mantap; (3) Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran; (4) Memberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan motivasi, perhatian dan aktifitas pada murid.52 Dengan demikian, maka kegunaan alat peraga sangat penting artinya bagi seorang guru dalam proses belajar mengajar guna menunjang pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific). Dalam suatu proses belajar mengajar, unsur yang amat penting adalah metode, pendekatan yang digunakan dan media pembelajaran. Aspek ini
51 52
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,..., 26. S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, ..., 99-100.
32
saling berkaitan, pemilihan terhadap salah satu jenis metode dan pendekatan tertentu akan mempengaruhi jenis media yang akan digunakan, meski masih banyak hal lain yang harus diperhatikan dalam memilih media. Fungsi utama media adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.53 Para ahli pendidikan menjelaskan bahwa fungsi dan manfaat media pembelajaran disebutkan sebagai berikut : a. Fungsi Media pembelajaran, antara lain: 1) Menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran; 2) Menggugah emosi dan sikap siswa; 3) Memperlancar pemahaman dan pengingatan siswa terhadap pelajaran; 4) Mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran.54 b. Manfaat Media pembelajaran, antara lain: 1) Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme; 2) Memperbesar perhatian siswa; 3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap; 4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siawa; 5) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup; 6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa; 7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan
53 54
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, ..., 15. Azhar Arsyad, Media Pengajaran, ...., 17.
33
cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.55 1. Media Gambar Dewasa ini gambar fotografi secara luas dapat diperoleh dari berbagai sumber, misanya dari surat-surat kabar, majalah-majalah, brosurbrosur dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi dan foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar sebagai pembebelajaran dengan pendekatan scientifik. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks.56 Gambar dengan jenis foto merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran hal ini disebabkan kesederhanaannya,
tanpa
memerlukan
perlengkapan
dan
tidak
diproyeksikan untuk mengamatinya. Media gambar termasuk kepda gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu: pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, 55
Azhar arsyad, Media Pengajaran, ..., 26. Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, 47. 56
34
misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan cetak. Kedua adalah transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparancies. Jadi media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Jadi media gambar dalam salat adalah media gambar orang sedang salat yang dipergunakan untuk memvisualisasikan orang sedang salat disampaikan guru kepada siswa. a.
Pengertian Media Gambar Di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai derngan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Alat peraga dapat memberi gagasan dan dorongan kepada guru dalam mengajar peserta didik. Sehingga tidak tergantung pada gambar dalam buku teks, tetapi dapat lebih kreatif dalam mengembangkan alat peraga agar para murid menjadi senang belajar. Hamalik menyatakan media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan 35
ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor.57 Selanjutnya Sadiman menyebutkan bahwa media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja.58 Selain itu Soelarko menyatakan bahwa media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan.59 b.
Fungsi Media Gambar Pemanfaatan media pembelajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi
guru-siswa
dan interaksi siswa dengan lingkungan
belajarnya. Menurut Hamalik, fungsi utama dari media pembelajaran gambar adalah sebagai alat bantu mengajar yang dipergunakan guru.60 Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah : a). Fungsi edukatif; artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan. b). Fungsi sosial; artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang. c). Fungsi ekonomis; artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal. d). Fungsi politis; berpengaruh pada politik pembangunan. e). Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang 57
Omar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1989, 34. Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, 29. 59 Soelarko, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Depdikbud, 1980, 3. 60 Omar Hamalik, Media pendidikan,..., 24 58
36
mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern Fungsi-fungsi tersebut diatas terkesan masih bersifat konseptual, sehingga Rohani menyatakan bahwa fungsi praktis yang dijalankan oleh media pengajaran adalah sebagai berikut: a). Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi pesrta didik, misalnya kaset video rekaman kehidupan di luar sangat diperlukan oleh anak yang tinggal didaerah pegunungan. b). Mengatasi batas ruang dan kelas, misalnya gambar tokoh pahlawan yang dipasang diruang kelas. c). Mengatasi keterbatasan kemampuan indera. d). Mengatasi peristiwa alam, misalnya
rekaman
peristiwa
letusan
gunung
berapi
untuk
menerangkan gejala alam. e). Menyederhanakan kompleksitas meteri. f). Memungkinkan siswa mengadakan kontak langsung dengan masyarakat atau alam sekitar. g). Pemanfaatan Media Gambar Dalam Proses Belajar Mengajar.61 Di antara media pendidikan, gambar/ foto adalah media paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu ada pepatah Cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata. Gambar ilustrasi foto adalah gambar yang tidak dapat diproyeksikan, dapat dipergunakan, baik dalam lingkungan anak-anak 61
Ahmad Rohani, Media Instruktsional Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, 6.
37
maupun dalam lingkungan orang dewasa. Gambar yang berwarna umumnya menarik perhatian. Semua gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran sendiri. Karena itu gambar dapat dipergunakan sebagai media pendidikan dan mempunyai nilai-nilai pendidikan bagi peserta didik yang memungkinkan belajar secara efisien. Anonim menyatakan bahwa dalam PBM yang perlu diperhatikan yaitu : Prinsip-prinsip pemakaian media gambar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain: a). Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok pelajaran. Bilamana tujuan instruksional yang ingin dicapainya adalah kemampuan siswa membandingkan kelompok hewan bertulang belakang dengan tidak, maka gambar-gambarnya harus memperhatikan perbedaan yang mencolok. b). Padukan gambargambar kepada pelajaran, sebab keefektivan pemakaian gambargambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan. Bilamana gambar-gambar itu akan dipakai semuanya, perlu dipikirkan kemungkinan dalam kaitan pokok-pokok pelajaran. Pameran gambar di papan pengumuman pada umumnya mempunyai nilai kesan sama seperti di dalam ruang kelas. Gambar-gambar yang riil sangat berfaedah untuk suatu mata pelajaran, karena maknanya akan membantu pemahaman para siswa dan cara itu akan ditiru untuk halhal yang sama dikemudian hari. c). Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan banyak gambar tetapi tidak efektif. Hematlah penggunaan gambar yang mendukung makna. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik dari pada dua kali mempertunjukkan gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih. 62 Banyaknya ilustrasi gambar-gambr secara berlebihan, akan mengakibatkan para siswa merasa dirongrong oleh sekelompok gambar yang mengikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau inpresi visual yang jelas, jadi yang terpenting adalah pemusatan
62
Anonim. 2009. Pengertian Media, Pemanfaatan Media Gambar Data Proses Belajar Mengajar. http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-media-pemanfaatan-media.html. diakses 13 Januari 2015.
38
Perhatian pada gagasan utama. Sekali gagasan dibentuk dengan baik, ilustrasi tambahan bisa berfaedah memperbesar konsep-konsep permulaan. Penyajian gambar hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan memperagakan konsep-konsep pokok artinya apa yang terpenting dari pelajaran itu. Lalu diperhatikan gambar yang menyertainya, lingkungannya, dan lain-lain berturut-turut secara lengkap. d). mengurangi penambahan kata-kata pada gambar oleh karena gambar-gambar itu sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru. Misalnya dalam mata pelajaran biologi. Para siswa mengamati gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur menjelaskan bahwa mengapa bentuk tidak sama, apa ciri-ciri membedakan satu sama lain. Guru bisa saja tidak bisa mudah dipahami oleh para siswa yang bertempat tinggal di lingkungan hutan tropis asing. Demikian pula istilah supermarket terdengar asing bagi siswa-siswa yang hidup si kampung. Melalui gambar itulah mereka akan memperoleh kejelasan tentang istilah Verbal. e). Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan, seni grafis dan bentukbentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi para siswa dalam membaca gambargambar itu. f). Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi
39
guru bisa mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi belajar bagi para siswa. Memilih gambar yang baik dalam pengajaran, Dalam pemilihan gambar yang baik untuk kegiatan pengajaran terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain: a). Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu dikatakan asli. b). Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis. Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar. c). Bentuk item. Hendaknya sipengamat dapat memperoleh tanggapan yang tetap tentang obyek-obyek dalam gambar. d). Perbuatan. Gambar hendaknya hal sedang melakukan perbuatan. Siswa akan lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang sedang bergerak. e). Fotografi. Siswa dapat lebih tertarik kepada gambar yang nilai fotografinya rendah, yang dikerjakan secara tidak profesional seperti terlalu terang atau gelap. Gambar yang bagus belum tentu menarik dan efektif bagi pengajaran. f). Artistik. Segi artistik pada umumnya
40
dapat mempengaruhi nilai gambar. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.63 c.
Kriteria Memilih Gambar Kriteria-kriteria
memilih
gambar
seperti
yang
telah
dikemukakan di atas juga berfungsi untuk menilai apakah suatu gambar efektif atau tidak untuk digunakan dalam pengajaran. Gambar yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat digunakan sebagai media dalam mengajar. Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detail, warna dan latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang jelasan. Akan tetapi gambar juga menjadi tidak efektif, apabila terlalu sering digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar sebaiknya disusun menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas. Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis cerita, mencari gambargambar
yang
sama,
dan
menggunakan
gambar
untuk
mendemonstrasikan suatu obyek. Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan 63
Anonim. 2009. Pengertian Media, Pemanfaatan Media Gambar Data Proses Belajar Mengajar. http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-media-pemanfaatan-media.html. diakses 13 Januari 2015.
41
gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa. Mengajar siswa membaca gambar, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar siswa membaca gambar: a). Warna. Siswa sangat tertarik pada gambar-gambar berwarna. Umumnya pada mulanya mereka mengamati warna sebelum mereka mengetahui nama warna, barulah ia tafsirkan. Pada umumnya mereka memilikji kriteria tersendiri tentang kombinasi warna-warna. Melatih menanggapi, membedakan, dan menafsirkan warna perlu dilakukan guru terhadap para siswa. b). Ukuran. Dapat dibandingkan mana yang lebih besar antara seekor ayam dengan seekor sapi, mana yang lebih tinggi antara seorang manusia dengan gereja, dan sebagainya. c). Jarak. Maksudnya agar anak dapat mengira-ngira jarak antara suatu obyek dengan obyek lainnya dalam suatu gambar, misalnya jarak antara puncak gunung latar belakangnya. d) Sesuatu gambar dapat menunjukkan suatu gerakan. Mobil yang sedang diparkir yang nampak dalam sebuah gambar, dalam gambar terdapat sebuah simbolsimbol gerakan. e). Temperatur. Bermaksud anak memperoleh kesan apakah di dalam gambar temperaturnya dingin atau panas. Bandingkan gambar yang menunjukkan musim salju dan gambar
42
orang-orang yang berada dalam keadaan membuka pakaian. Maka dapat dibedakan temperatur rendah dan keadaan panas. d.
Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Beberapa kelebihan dalam pengajaran menggunakan media gambar adalah: a). Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata. b). Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan menit yang lalu kadangkadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini. c). Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar. d). Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman. e). Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan yang khusus. Selain
kelebihan-kelebihan
tersebut,
gambar
atau
foto
mempunyai beberapa kelemahan yaitu : a). Gambar atau foto hanya menekankan presepsi indra mata. b). Gambar atau foto benda yang 43
terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. c). Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar. 2. Penggunaan Media Gambar dalam Pelajaran Salat a. Pengertian Salat Salat menurut arti bahasa ialah berdo‟a. Sedangkan menurut istilah syara‟ adalah rangkaian ucapan dan perbuatan tertentu yang didahului dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai syarat dan rukunnya. Selanjutnya Kurnia Saputra menyebutkan 3 definisi salat menurut beberapa sumber: a). Definisi salat menurut ahli Fikih adalah Perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadat kepada Allah sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan. b). Definisi salat menurut ahli hakekat adalah Menghadapkan jiwa kepada Allah, yang mana dapat melahirkan rasa takut kepada Allah SWT serta dapat membangkitkan kesadaran yang dalam terhadap kebesaran serta kesempurnaan kekuasaan-Nya. c). Definisi salat menurut ahli makrifat adalah menghadap kepada Allah dengan sepenuh jiwa dan sebenarbenarnya khusyuk dihadapan-Nya, serta ikhlas kepada-Nya dengan disertai hati dalam berzikir, berdoa dan memuji.64
64
Kurnia Saputra, 2006, Pemahaman Salat, http://myquran.org/forum/index.php? topic=14081.0., diakses 15 Januari 2015.
44
b. Landasan Salat 1) Dalil dari Al-Qur’an Setiap hamba Allah yang beragama Islam diwajibkan untuk melaksanakan salat sebagai manifestasi rasa syukur yang mendalam terhadap Dzat yang Maha Pencipta lagi Maha Penyayang, sekaligus sebagai perwujudan pengabdian seorang hamba terhadap Tuhan-Nya, sehingga terjadilah keseimbangan antara makhluk terhadap sang Kholiq (Hablum minallah), hal ini sebagaimana firman dalam firman Allah:
Artinya: Dan dirikanlah salat, tunaikan zakat dan ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku‟.(QS. Al-Baqarah : 43). Selanjutnya, dalam Al-qur‟an Surat : Adzariyat : 56
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. .(QS. Adzariyat : 56).
Artinya: “…Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(QS. AlBayyinah : 5) 45
Firman Allah:
Artinya: “Maka apabila kamu Telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S An Nisaa; 103) 2) Dalil dari As-Sunnah Di dalam sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, ada banyak sekali perintah salat sebagai dalil yang kuat dan qath`i tentang kewajiban salat. Diantaranya adalah hadits-hadits berikut ini: Sabda Rasulullah saw:
َّ َح َّدثٌََا ُعبَ ْي ُد ال أَ ْخبَ َرًَا َح ٌْظَلَتُ ب ُْي أَبِي ُس ْفيَاىَ ع َْي ِع ْك ِر َهتَ ْب ِي َ ََّللاِ ب ُْي ُهى َسى ق َّ صلَّى َّ ال َرسُى ُل َّ ض َي َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َّ َن َ َِّللا َ َال ق َ ََّللاُ َع ٌْهُ َوا ق ِ خَ الِ ٍد ع َْي ا ْب ِي ُع َو َر َر َّ َّللاُ َوأَ َّى ُه َح َّودًا َرسُى ُل َّ س َشهَا َد ِة أَ ْى ََل إِلَهَ إِ ََّل َّللاِ َوإِقَ ِام ٍ اْلس ََْل ُم َعلَى خَ ْو ِ ْ بٌُِ َي . َضاى َ صىْ ِم َر َه َ الص َََّل ِة َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة َو ْال َحجِّ َو Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari 'Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dibangun diatas lima (landasan);
46
persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan". (HR. Bukhari dan Muslim)65 c. Praktek Gerakan Salat Terdapat beberapa gerakan salat yang diajarkan pada siswa dalam pengajaran salat menurut Joko (2011) yaitu: a). Takbir, mengangkat kedua tangan, b). Bersedekap di dada, c). Memandang tempat sujud dan khusyu`, d). Do‟a iftitah. e). Membaca ta`awudz, f). Membaca al-fatihah (sebagai rukun dan keutamaannya), g). Membaca surat pendek, h). Ruku`, i). Berdiri i`tidal dan do`anya, j). Sujud, k). Duduk diantara dua sujud, l). Sujud, m). Membaca alfatihah pada setiap rakaat, n). Tasyahud awal, o). Bangkit kerakaat ketiga dan keempat, p). Tasyahud akhir, q). Salam.66 C. Metode Demonstrasi Metode secara harfiah adalah cara, dalam pemakaian secara umum metode diartikan sebagai cara melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.67 Berikut ini penulis kemukakan secara rinci tentang pengertian metode menurut beberapa ahli, sebagai berikut: 1.
Zuhairini dkk, mengartikan metode sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.68
65
Hadist Imam Bukhari dan Imam Muslim, Tentang Pembangunan Islam, Hadist No. 7 dan 19, diakses dari Lidwa Pustaka i – Software Kitab 9 Imam Hadist, 28 November 2014. 66 Joko Adi Yulianto, 2011, Sifat dan Gerakan Salat, http://pendidikan.blogspot.com. diunduh 15 Januari 2015. 67 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000, 201.
47
2.
Moh. Athiyah Al-Abrosy, sebagaimana dikutip Khoiron Rosyadi menurutnya metode adalah jalan yang kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam pelajaran, yang merupakan rencana untuk diri sendiri sebelum memasuki kelas dan diterapkan dalam kelas itu sesudah memasuki kelas.69
3.
Ahmad Tafsir mengartikan metode sebagai cara yang paling tepat dan cepat dalam melaksanakan sesuatu.70 Dari beberapa pengertian metode menurut beberapa ahli tersebut maka
dapat penulis simpulkan bahwa metode adalah cara ataupun jalan untuk mencapai tujuan yang ingin diwujudkan dalam proses belajar megajar. Metode digunakan guru sebagai upaya dalam mengoperasionalkan tujuan kurikulum agar dapat diterima siswa dengan mudah. Sedangkan secara sitematis demonstrasi adalah upaya peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau cara mengerjakan sesuatu.71 Unsur utama dalam demonstrasi ini adalah kesatuan indra yang mampu menangkap pengertian dan pemahaman secara utuh. Metode demonstrasi juga merupakan metode interaksi edukatif yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang ada di dalamnya dan cara mana yang paling tepat dan sesuai melalui pengamatan induktif.72
68
Zuhairini, et.all, Metode Pendidikan Islam, Solo: Ramadhani, 1993, 66. Khoirun Rosyadi, Pendidikan Profetik, Cet I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, 209. 70 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, 9. 71 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 102. 72 Basyarudin Utsman, Metodologi Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002, 7. 69
48
Dalam penggunaan metode demonstrasi seorang guru di tuntut perannya sebagai seorang demonstrator yaitu dengan memperlihatkan suatu proses kepada seluruh komunitas kelas.73 Hal ini melihat tujuan dari metode demonstrasi
adalah
peniruan
terhadap
model
sehingga
dalam
memperagakannya. Seorang guru harus benar-benar menguasai atas apa yang akan
didemonstrasikan.
Berdasarkan
pengertian
tersebut
peragaan
demonstrasi dibagi menjadi dua yaitu :74 Peragaan langsung; menciptakan bentuk demonstrasi dengan menunjukkan benda aslinya ataupun mengadakan percobaan-percobaan atau praktek yang dapat langsung diamati oleh siswa, misalnya: memperhatikan atau mengamati orang yang sedang salat, berwudlu, membaca Al-Qur‟an dan sebagainya. Peragaan tidak langsung; yaitu bentuk demonstrasi dengan menunjukkan benda tiruan atau suatu model, jadi yang diamati bukan peristiwanya, kejadian dan bendanya secara langsung tetapi tiruan dari kejadian dan benda-benda tersebut, seperti latihan manasik Haji, sosiodrama tentang masuknya Abu Bakar menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW, gambar dan sebagainya. Setiap metode memiliki tujuan dan manfaat yang berbeda-beda, walau terkadang ada kemungkinan kesamaan. Tujuan dan manfaat metode demonstrasi adalah sebagaimana terdapat dalam bukunya Muhibbin Syah sebagai berikut : Agar perhatian siswa dapat lebih dipusatkan, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa, menambah
73
Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, 29. Basyarudin Utsman, Metodologi Pembelajaran,..., 10.
74
49
aktivitas siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan, menjadikan haril pembelajaran yang lebih mantap, menghemat waktu belajar di kelas, membantu siswa mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang didemonstrasikan, membangkitkan minat, psikomotor dan aktivitas siswa, memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.75 Dalam melakukan metode demonstrasi terlebih dahulu merumuskan langkah-langkahnya, agar demonstrasi yang dilaksanakan berjalan sesuai materi yang diajarkan dan berjalan dengan baik. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah : membuat rumusan tujuan demonstrasi, menentukan demonstrasi yang akan dilakukan, menyediakan alat-alat yang akan digunakan untuk demonstrasi, merancang tempat agar semua siswa dapat mengamati, mencoba dahulu sebelum di demonstrasikan, menjelaskan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, agar siswa paham betul dalam pelaksanaan demonstrasi, memberi petunjuk kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting selama pelaksanaan demonstrasi, memperhitungkan waktu yang tersedia, menjelaskan kepada siswa hal-hal yang penting selama pelaksanaan demonstrasi, mendiskusikan dengan siswa proses dan hasil demonstrasi, mengevaluasi proses dan hasil demonstrasi.76 Kelebihan metode demonstrasi antara lain: Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa dapat lebih 75
Muhibbin Syah, Psikologi Pendiidkan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda Karya, 1997, 209. 76 Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, Malang : UMM Press, 2005, 158-159.
50
terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada anak didik, kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya.77 Sedangkan kelemahan metode demonstrasi antara lain: Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.78 D. Teori motivasi Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.79 Santrock yang dikutip oleh sardiman menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan 77
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 201. 78 Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, ..., 201. 79 Pintrich, A Motivational Science Perspective on The Role of Student Motivation in Learning and Teaching Contexts. Journal of Educational Psychology, 2003, 85.
51
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.80 Dari pemahaman di atas motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu antara lain: 1) Harapan guru; 2) Instruksi langsung; 3) Umpan balik (feedback) yang tepat; 4) Penguatan dan hadiah; dan 5) Hukuman. Sardiman menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah: 1) Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama 80
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, 37.
52
yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik; 2) Persaingan/ kompetisi; 3) Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri; 4) Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan; 5) Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan; 6) Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif; 7) penggunaan media yang menarik dalam pembelajaran.81 Pentingnya
motivasi
belajar,
Penelitian
psikologis
banyak
menghasilkan teori-teori motivasi tentang perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan dan ada yang berupa manusia. Peneliti yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan behavioris. Peneliti yang menggunakan teliti manusia adalah peneliti kognitif. Temuan ahli- ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industry, tenaga kerja, urusan pemasaran, rekruting militer, konsultasi, dan pendidikan. Para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.82 Motivasi
belajar
juga
penting diketahui
oleh seorang guru.
Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: 1) Membangkitkan, meningkatkan,
81 82
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ..., 40. Rika Milliyana, Pentingnya Motivasi Belajar, Bandung: Insan Pratama, 2010, 72.
53
dan
memelihara
semangat
siswa
untuk
belajar
sampai
berhasil;
membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya talh kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar; 2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa bermacam-macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar. Di antara yang bersemangat belajar, ada yang tidak berhasil dan berhasil. Dengan bermacamragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar; 3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih salah satu di antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagosis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa; 4) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pendagosis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi semangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.83 Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yaitu: 1) Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar 83
Rika Milliyana, Pentingnya Motivasi Belajar, ..., 73.
54
keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian; 2) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu: a) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka; b) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.84 Pendekatan scientifik yang disuguhkan oleh guru dalam hal yag penulis teliti sesuai teori-teori yang penulis paparkan di atas adalah guru menampilkan langsung berupa media gambar tentang gerakan-gerakan salat yang benar. 84
John W. Santrock, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Bandung, 2007, 58.
55
kemudian siswa mengamati, bertanya bila ada yang belum dipahami, kemudian mereka mencoba untuk berdemonstrasi sesuai arahan dan bimbingan guru, kemudian siswa dibagi beberapa kelompok untuk mendiskusikan hasil paparan guru dan praktik para siswa, setelah tersimpulkan kemudian setiap kelompok mempresentasikannya di depan kelas hasil diskusi secara bergantian. Pembelajaran kooperatif dengan sendirinya akan muncul dalam langkahlangkah pada proses belajar yang diterapkan guru, dengan demikian siswa yang mengikuti proses pembelajaran secara langsung maupun tidak, dapat termotivasi dengan pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam melakukan pembelajaran. Oleh karena itu setiap guru harus mampu meramu pendekatan dan metode yang tepat dalam setiap melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pendekatan, media dan metode sangat penting dalam meningkatkan motivasi siswa untuk fokus pada pelajaran yang diikuti, dengan kefokusan dan antusias serta keaktifan siswa pada pelajaran yang berlangsung maka akan memberikan pengetahuan yang integral pada diri siswa yang endingnya tujuan pembelajaran yang diharapkan guru dapat tercapai dengan maksimal, apalagi jika pendekatan, media dan metode yang diterapkan guru dibarengi dengan pemberian riward terhadap siswa, dapat membuat siswa semakin termotivasi untuk bisa.
56
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil 1. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga a. Profil Nama Madrasah
: Madrasah Aliyah Negeri Salatiga
NSS
: 131133730001
Status Madrasah
: Negeri / Swasta *)
Alamat Madrasah
: Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Salatiga Kode Pos 50714 Telepon 0298-323031
Kelurahan
: Sidorejo Lor
Kecamatan
: Sidorejo
Kabupaten/Kota *) : Salatiga Provinsi
: Jawa Tengah
Kepala Madrasah
:
Nama Lengkap
: Drs. H. Sudar, M.Ag
NIP
: 195608201981031009
Pangkat dan Gol/Ruang
: Pembina Utama Muda / IV.c
Masa Kerja sbg Guru
: 19 Tahun
Masa Kerja sbg Kepsek
: 16 Tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Menengah (SM)/D-1/D-2/D-3/S1/S-2/S-3 *) 57
Fakultas/Jurusan
: Manajemen Pendidikan Islam
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan Madrasah Aliyah ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas X sampai kelas XII. Pada tahun kedua (kelas XI), seperti halnya siswa SMA, siswa MA memilih salah satu dari 4 jurusan yang ada, yaitu Ilmu Alam, Ilmu Sosial, Ilmu-ilmu Keagamaan Islam, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga (kelas XII), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (UN) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan Madrasah Aliyah dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi umum, perguruan tinggi agama Islam, atau langsung bekerja. Kurikulum Madrasah Aliyah sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Atas, hanya saja pada MA terdapat porsi lebih banyak muatan pendidikan agama Islam, yaitu Fiqih, Akidah, Akhlak, Al Quran, Hadits, Bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam.85 Madrasah Aliyah Negeri Salatiga (MAN SALATIGA) sebagai satuan pendidikan menengah di lingkungan Kementerian Agama adalah merupakan sekolah yang berasal dari Pendidikan Guru Agama, kemudian pada tahun 1990 berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 64 / 1990 beralih status menjadi MAN SALATIGA. Berdiri di wilayah Salatiga dengan luas tanah 2.882 m2 85
Dokumentasi, Profil MAN Salatiga, Salatiga: Tata Usaha, 21 November 2014.
58
Hak milik No. 49, dengan luas bangunan 5.113 m2 di Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 12 Telp. (0298) 323031.86 Sebagai lembaga pendidikan formal yang berciri khas Islam sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor
2 tahun 2008
Madrasah Aliyah Negeri Salatiga (MAN SALATIGA) membuka jurusan Ilmu Alam, Ilmu Sosial, Bahasa dan Ilmu Keagamaan. Sedangkan untuk kurikulum 2013 sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah Negeri Salatiga (MAN SALATIGA ) membuka peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu-ilmu Sosial (IIS), Ilmu Bahasa dan Budaya (IBB) dan IIK (Ilmu-ilmu Keagamaan). Dan mengembangkan muatan lokal Bahasa Jawa dan Mulok-Speaking, serta pengembangan diri unggulan wajib Pramuka dan ekstra kurikuler pilihan lainnya. Sesuai dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), MAN SALATIGA sebagai lembaga
pendidikan
formal
berkomitmen
menyelenggarakan
pendidikan serta latihan sebagai pemenuhan kebutuhan pasar kerja dengan membentuk sumber manusia yang berakhlak mulia, unggul, berbudaya, sekaligus mandiri dan berwawasan ke depan. Melalui kurikulum Madrasah Aliyah Negeri Salatiga ini diharapkan pelaksanaan program-program pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga 86
Dokumentasi, Profil MAN Salatiga, Salatiga: Tata Usaha, 21 November 2014.
59
sesuai dengan karakteristik potensi, dan kebutuhan peserta didik agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : 1) Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Belajar untuk memahami dan menghayati; 3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; 4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan 5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. b. Visi-Misi 1) Visi Visi adalah cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga satuan pendidikan, yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan, untuk: a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang; b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
satuan
pendidikan
dan
segenap
pihak
yang
berkepentingan; c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga satuan pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional;
60
d) diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah; e) disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan; f)
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Madrasah
Aliyah
Negeri
Salatiga
sebagai
lembaga
pendidikan menengah berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan peserta didik, orang tua peserta didik, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah Aliyah Negeri Salatiga
juga diharapkan merespon
perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era informasi dan globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Aliyah Negeri Salatiga ingin mewujudkan harapan dan respon dalam visi berikut: Dengan indikator visi sebagai berikut : a) Unggul dalam prestasi a.1)
Naik kelas 100% secara normatif yang diperoleh dengan cara yang jujur.
a.2)
Lulus Ujian Madrasah dan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional 100 % dengan peningkatan nilai ratarata peserta didik menjadi 7,50 yang diperoleh dengan cara religius dan jujur. 61
a.3)
Lulus Ujian Nasional 100 %, dengan nilai rata-rata 7,50 yang dilakukan dengan cara religius dan jujur.
a.4)
Seluruh lulusan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja/berwirausaha sesuai bakat dan keterampilannya dengan minimal 30 % diterima di perguruan tinggi favorit yang dilakukan dengan religius dan jujur.
a.5)
Unggul dalam lomba mapel/olimpiade sains sampai tingkat nasional yang dilakukan dengan religius dan jujur.
a.6)
Unggul dalam berbagai lomba keagamaan sampai tingkat nasional yang dilakukan dengan religius dan jujur.
a.7)
Unggul dalam berbagai lomba olah raga sampai tingkat nasional yang dilakukan dengan religius dan jujur.
a.8)
Unggul dalam berbagai lomba seni sampai tingkat nasional yang dilakukan dengan religius dan jujur.
a.9)
Unggul dalam berbagai lomba KIR, debat dan pidato sampai tingkat nasional yang dilakukan dengan religius dan jujur.
a.10) Terwujudnya lingkungan madrasah yang bersih, indah, rapi, sejuk, nyaman, dan sehat yang dilakukan dengan religius dan peduli lingkungan. a.11) Mampu membaca Al Qur‟an dengan fasih dan menulis huruf arab dengan benar yang dilakukan dengan disiplin dan religius. 62
a.12) Hafal beberapa surat/juz Al Qur‟an, minimal hafal juz ama dan doa-doa harian yang dilakukan dengan disiplin dan religius. b) Berakhlakul karimah b.1)
Unggul dalam iman dan taqwa yang dilakukan dengan disiplin.
b.2)
Menjalankan ibadah wajib dengan benar yang dilakukan dengan disiplin dan religius.
b.3)
Menjalankan sholat lima waktu dengan berjamaah yang dilakukan dengan disiplin dan religius.
b.4)
Tertanamnya pembiasaan akhlakul karimah pada warga madrasah yang dilakukan dengan disiplin dan religius.
b.5)
Mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan sesama yang dilakukan dengan disiplin dan religius.
b.6)
Menghargai,
menghormati,
menyayangi
dan
suka
menolong sesama yang dilakukan dengan religius dan peduli. b.7)
Demokratis, jujur, disiplin, sportif, bertanggungjawab dan percaya diri yang dilandasi dengan sifat religius.
b.8)
Menjaga sopan santun dan berbudi pekerti luhur yang dilakukan dengan sifat religius.
b.9)
Mentaati peraturan yang berlaku. yang dilakukan dengan disiplin.
63
c)
Terampil c.1)
Terampil berbahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan bahasa Jawa yang dilakukan dengan disiplin.
c.2)
Unggul dan terampil dalam aplikasi komputer dan internet yang dilakukan dengan religius dan disiplin.
c.3)
Terampil dalam memperbaiki mesin otomotif khususnya sepeda motor yang dilakukan dengan religius dan disiplin.
c.4)
Terampil dalam menjahit dan mendesain busana. yang dilakukan dengan religius dan disiplin.
c.5)
Memiliki semangat kewirausahaan/entepreunership dalam bidang tata busana, otomotif atau teknologi informasi yang dilakukan dengan religius dan disiplin.
c.6)
Memiliki ketrampilan dibidang kepramukaan, olahraga, seni dan agama sesuai bakat dan minat yang dilakukan dengan religius dan disiplin.87
2) Misi Misi madrasah adalah sesuatu yang harus diemban atau harus dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi penyusunan program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan. Misi madrasah digunakan untuk : 87
Observasi dan Dokumentasi, Visi Missi MAN Salatiga, Salatiga: Tata Usaha, 21 November 2014.
64
a)
memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
b)
merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
c)
menjadi dasar program pokok satuan pendidikan;
d)
menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh satuan pendidikan;
e)
memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program satuan pendidikan;
f)
memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit satuan pendidikan yang terlibat;
g)
dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
termasuk
komite
sekolah/madrasah
dan
diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah; h)
disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan;
i)
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
j)
memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
k)
merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
l)
menjadi dasar program pokok satuan pendidikan; 65
m)
menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh satuan pendidikan;
n)
memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program satuan pendidikan;
o)
memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit satuan pendidikan yang terlibat;
p)
dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
termasuk
komite
sekolah/madrasah
dan
diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah; q)
disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan;
r)
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Adapun misi MAN Salatiga adalah sebagai berikut :
a)
Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik yang dilakukan dengan sifat religius, jujur, peduli, dan disiplin.
b)
Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari ilmu
agama,
ilmu
pengetahuan,
66
dan
teknologi
dengan
menciptakan lingkungan yang Islami di madrasah yang dilakukan dengan religius, jujur, dan disiplin. c)
Menumbuhkembangkan akhlakul karimah pada seluruh warga madrasah. yang dilakukan dengan religius, jujur, dan disiplin.
d)
Menyelenggarakan pembinaan pengembangan diri dan pelatihan keterampilan untuk menumbuhkembangkan minat, bakat dan ketrampilan peserta didik yang dilakukan dengan religius, jujur, peduli, dan disiplin.88
88
Observasi dan Dokumentasi, Visi Missi MAN Salatiga, Salatiga: Tata Usaha, 21 November 2014.
67
c. Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi yang telah dibentuk di MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015, adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Bagan Stuktur Organisasi MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015
MAPENDA
KEPALA SEKOLAH KOMITE SEKOLAH
BENDAHARA TATA USAHA
Waka KURIKULUM
Sie Olah Raga Dan UKS
Waka SARPRAS
Waka KESISWAAN
Sie Kesenian DanMading
Sie Drum Band
Sie Pramuka Pi Dan PMR
Waka HUMAS
Sie Keagamaan
Sie PramukaPa
Wali Kelas
Dewan Guru Peserta Didik MAN Salatiga
Keterangan =
= Garis Intruksional = Garis Koordinasi.89
89
MAN Salatiga Bidang Tata Usaha, Data Dokumentasi Struktur Organisasi MAN Salatiga, Salatiga, 25 November 2014.
68
d. Keadaan Guru dan Pegawai Tabel 2.3 Keadaan Guru dan Pegawai MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015
Ijazah Terakhir
Guru Negeri (PNS) 13 46 59
S2 S1 D3 D2 D1 Jumlah
Ijazah Terakhir
Pegawai Negeri (PNS) 1 1 4 1 7
S2 S1 D3 D2 D1 SMA/SMK SMP/MTs SD/MI Jumlah
Guru Tetap (GT) -
Jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) 11 11
Jumlah Pegawai Pegawai Tetap Tidak Tetap (GT) (GTT) 2 1 5 1 2 11
Seluruhnya 13 57 70
Seluruhnya 1 3 1 9 2 2 18
e. Keadaan Siswa Tabel 3.3 Keadaan Siswa MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 No.
Kelas
1 2 3 Jumlah
X XI XII
Jumlah Rombongan 8 10 9 27
69
Lakilaki 122 124 107 353
Perempuan
Seluruhnya
128 207 188 523
250 331 295 876
f. Sarana Prasarana Tabel 4.3 Sarana Prasarana MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 Milik Rusak Ringan
Baik No.
Jenis Ruang Jml
Luas (m2)
1.
Ruang Teori/Kelas
27
1,900
2.
Laboratorium IPA
-
-
3.
Laboratorium Kimia
1
72
4.
Laboratorium Fisika
1
72
5.
Laboratorium Biologi
1
72
6.
Laboratorium Bahasa
1
72
7.
Laboratorium IPS
-
-
8.
Laboratorium Komputer
2
144
9.
Laboratorium Multimedia
1
126
10.
Ruang Perpustakaan Konvensional
1
72
11.
Ruang Perpustakaan Multimedia
-
-
12.
Ruang Keterampilan
1
72
13.
Ruang Serba Guna/Aula
-
-
14.
Ruang UKS
1
18
15.
Ruang Praktik Kerja
1
36
16.
Bengkel
-
-
17.
Ruang Diesel
-
-
18.
Ruang Pameran
-
-
70
Jml
Luas (m2)
Rusak Berat Jml
Luas (m2)
Milik Rusak Ringan
Baik No.
Jenis Ruang Jml
Luas (m2)
19.
Ruang Gambar
-
-
20.
Koperasi/Toko
3
100
21.
Ruang BP/BK
1
45
22.
Ruang Kepala Sekolah
1
45
23.
Ruang Guru
1
255
24.
Ruang TU
1
96
25.
Ruang OSIS
1
40
26.
Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki
1
7
27.
Kamar Mandi/WC Guru Perempuan
1
8
28.
Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki
5
35
29.
Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan
5
35
30.
Gudang
1
100
31.
Ruang Ibadah
1
177.9
32.
Rumah Dinas Kepala Sekolah
-
-
33.
Rumah Dinas Guru
-
-
34.
Rumah Penjaga Sekolah
1
35
35.
Sanggar MGMP
-
-
36.
Sanggar PKG
-
-
37.
Asrama Siswa
-
-
38.
Ruang Multimedia
1
100
71
Jml
Luas (m2)
Rusak Berat Jml
Luas (m2)
Milik Rusak Ringan
Baik No.
Jenis Ruang Jml
Luas (m2)
39.
Ruang Pusat Belajar Guru
-
-
40.
Ruang Olahraga
-
-
Jml
Luas (m2)
Rusak Berat Jml
Luas (m2)
Catatan:
a) Semua sarana dan prasarana yang ada agar dicantumkan secara lengkap. b) Jenis dan jumlah sarana dituliskan secara lengkap dalam kolom keterangan. g. Nama-nama Nara Sumber Untuk mendapatkan informasi tentang penerapan pendekatan scientific media gambar dan metode demonstrasi pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar di MAN Salatiga pada kajian mata pelajaran fiqih, peneliti menggali informasi dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk wawancara ada beberapa nara sumber yang peneliti jadikan sumber informasi, yaitu sebagai berikut: 1) H.SDR
: Jabatan Kepala Sekolah
2) JS
: Jabatan Waka Kurikulum
3) TMO
: Jabatan Guru
4) MM
: Siswa MAN Salatiga
5) AS
: Siswa MAN Salatiga
6) RS
: Siswa MAN Salatiga
72
7) AM
: Siswa MAN Salatiga
8) SAN
: Siswa MAN Salatiga
2. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kabupaten Semarang a. Profil Wilayah Suruh terlebih desa Reksosari merupakan wilayah dengan mayoritas penduduk Islam dan sangat dikenal sebagai tempat beberapa pesantren yang telah banyak meluluskan alumni. Para tokoh masyarakat serta masyarakat melihat hal tersebut untuk mengikuti perkembangan maka didirikanlah beberapa lembaga pendidikan formal yaitu sekolah atau madrasah, dengan harapan disamping snatri mendapatkan bekal non formal mereka juga memperoleh pendidikan formal dari sekelah atau madrasah. Untuk tingkat SMP, didirikan dua lembaga pendidikan yaitu SMP NU dan MTs Darul Ulum
serta tingkat lanjutan atas didirikan
Mu‟alimin. Dengan adanya beberapa lembaga pendidikan tersebut keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya sambil nyantri di pesantren semakin kuat dan tentunya animo untuk itu juga semakin banya. MAN Suruh pada mulanya adalah Mu‟alimin NU/PGA NU Darul Ulum Suruh di Reksosari, didirikan pada tahun 1962 oleh organisasi NU MWC Suruh dengan susunan pengurus dan pengelola sebagai berikut: 1) Ketua
: M. Asim (selaku Ketua MWC Suruh)
2) Penulis
: A. Asyikin 73
3) Bendahara
: H. Abdul Aziz (Kepala Desa Plumbon)
4) Kepala Sekolah
: H. Abdul Fatah
5) Wakil Kepala
: KH. Khafiq Amin
dengan anggota pengurus seluruh ranting NU Kecamatan Suruh sebanyak 17 ranting. Sejak berdiri tahun 1962 sampai dengan tahun 1977 sekolah tidak dapat berkembang dengan baik karena sarana fisik yang terbatas, minimnya dana pemeliharaan dan pengembangan serta situasi politik yang tidak mendukung. Pada akhirnya Kepala Sekolah mengundurkan diri dan mengembalikan sekolah kepada pengurus NU MWC Suruh dan selanjutnya mengangkat Bapak Zumar sebagai Kepala Sekolah dengan susunan pengurus sebagai berikut: 1)
Ketua
: KH. Zaenudin
2)
Wakil Ketua
: Much. Syuchron
3)
Penulis
: Jumanto
4)
Bendahara
: Asmu‟I, B.A
5)
Anggota
: 1). Mawardi 2). Asyikin 3). Marjuki Gh. 4). Mahfud 5). Amzah 6). Slamet
6)
Kepala Sekolah
: Zumar
74
Untuk meperlancar perkembangan madrasah, maka dibentuklah suatu yayasan. Yayasan tersebut dinamakan Yayasan Darul Ulum yang kemudian mengelola madrasah. Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Agama pada tahun 1979 tentang peleburan sekolah kejuruan menjadi madrasah aliyah, yayasan tidak sanggup melaksanakan karena perubahan (fisik, teknis dan laborat). Penegerian Mu‟alimin menjadi MAN Suruh sebenarnya merupakan proses relokasi MAN Temanggung pada tahun 1980 berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 27 tahun 1980 tentang relokasi Madrasah Negeri dan Pendidikan Guru Agama Negeri. Kemudian madrasah diserah terimakan dari Yayasan Darul Ulum yang diwakili oleh Bapak Zumar kepada Drs. Marsudin selaku Kepala MAN Suruh yang pertama berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 27 tahun 1980 tentang Relokasi Madrasah Negeri dan Pendidikan Guru Agama Negeri. Selanjutnya Yayasan darul Ulum mengembangkan Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Reksosari Suruh (MTs DU Reksosari Suruh) sampai sekarang. Adapun Kepala Madrasah yang memimpin Madrasah Aliyah Negeri Suruh adalah senbagai berikut: 1)
Drs. H. Marsudin
: periode tahun 1980 – 1989
2)
Drs. Hadis
: periode tahun 1989 – 1998
3)
Drs. H. Sunarto
: periode tahun 1998 – 1999
4)
Drs. H. Qowa‟id
: periode tahun 1999 – 2003 75
5)
Drs. H. Suharto, M.Ag
: periode tahun 2003 – 2009
6)
Drs. Muchlas
: periode tahun 2009 – sekarang
Lokasi madrasah berada di Desa Reksosari Kecamatan Suruh ini tepatnya berjarak 2 km dari kecamatan Suruh, berjarak 40 km dari Ibukota Kabupaten Semarang yaitu Ungaran dan berjarak 60 km dari Ibukota Propinsi Jawa tengah yaitu Semarang. Alumni MAN Suruh pertama adalah tahun 1983, yang pada saat itu telah banyak yang sukses dalam beberapa kedudukan di masyarakat ataupun dinas/instansi. Di masyarakat beberapa alumni MAN Suruh menjadi lurah/kepala desa, sekretaris desa/carik, kepala dusun, sementara di instansi negeri ada yang menjadi staf dosen di IAIN Walisongo (sekarang STAIN Salatiga), tentara, polisi dan PNS, untuk jenjang pendidikan beberapa alumni telah ada yang menyelesaikan program S-2 dan beberapa menyelesaikan S-3. Di berbagai bidang kehidupan masyarakat beberapa alumni MAN Suruh mampu membuka lapangan kerja mandiri bahkan menampung tenaga kerja. Jumlah alumni yang telah berhasil menempuh pendidikan di MAN Suruh Kabupaten Semarang berjumlah + 4200 siswa yang berasal dari beberapa daerah di sekitar Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Grobogan dan beberapa dari Luar Pulau Jawa.90
90
MAN Suruh Bidang Tata Usaha, Observasi dan Data Dokumentasi Sejarah Perkembangan MAN Suruh, Kabupaten Semarang, 13 Desember 2014.
76
b. Visi-Misi MAN Suruh Kabupaten Semarang sebagai lembaga pendidikan yang mengharapakn suatu perubahan dalam setiap langkahnya untuk memberikan bekal bagi siswa didik maka diperlukan suatu visi, misi maupun tujuan dan sasaran sebagai berikut: 1) Visi “BERAKHLAQUL
KARIMAH,
CERDAS,
TERAMPIL,
BERIMAN DAN BERTAQWA” 2) Misi a) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran Islam sehingga siswa menjadi tekun beribadah, jujur, disiplin, sportif, tanggung jawab, percaya diri, hormat pada orang tua, dan guru serta menyayangi sesama. b) Melaksanakan pembelajaran dan pendampingan secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal dengan memiliki nilai UN di atas standar minimal, unggul dalam prestasi keagamaan, dan unggul dalam keterampilan sebagai bekal hidup di masyarakat. c) Melaksanakan pembelajaran ekstrakurikuler
secara efektif
sesuai bakat dan minat sehingga setiap siswa memiliki keunggulan dalam berbagai lomba keagamaan, unggul dalam berbagai lomba olah raga, dan seni. d) Menumbuhkan sikap gemar membaca dan selalu haus akan pengetahuan. 77
e) Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan konsekuen. f)
Menerapkan
manajemen
partisipatif
dengan
melibatkan
seluruh warga sekolah dan stakeholder. g) Mengadakan komunikasi dan koordinasi antar madrasah, masyarakat, orang tua dan instansi lain yang terkait secara periodik dan berkesinambungan.91
91
Observasi dan Dokumentasi, Visi Misi MAN Suruh, Kabupaten Semarang: Tata Usaha, 13 Desember 2014
78
c. Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi yang telah dibentuk di MAN Suruh Tahun Pelajaran 2014/2015, adalah sebagai berikut : Tabel 5.3 Bagan Struktur Organisasi MAN Suruh Tahun Pelajaran 2014/2015 KEPALA SEKOLAH
MAPENDA BENDAHARA
KOMITE SEKOLAH TATA USAHA
Waka KURIKULUM
Sie Olah Raga Dan UKS
Waka KESISWAAN
Sie Kesenian DanMading
Waka HUMAS
Waka SARPRAS
Sie Drum Band
Sie Pramuka Pi Dan PMR
Sie Keagamaan
Sie PramukaPa
Wali Kelas Dewan Guru/BK
Peserta Didik MAN Suruh Kab. Semarang
= Garis Intruksional
Keterangan =
= Garis Koordinasi.92
92
MAN Suruh Bidang Tata Usaha, Data Dokumentasi Struktur Organisasi MAN Suruh, Kabupaten Semarang, 13 Desember 2014.
79
d. Keadaan Guru dan Pegawai Tabel 6.3 Keadaan Guru dan Pegawai MAN Suruh Tahun Pelajaran 2014/201593
Ijazah Terakhir
Guru Negeri (PNS) 11 47 58
S2 S1 D3 D2 D1 Jumlah
Ijazah Terakhir
Pegawai Negeri (PNS) 1 1 3 1 6
S2 S1 D3 D2 D1 SMA/SMK SMP/MTs SD/MI Jumlah
Guru Tetap (GT) -
Jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) 9 9
Jumlah Pegawai Pegawai Tetap Tidak Tetap (GT) (GTT) 3 1 3 1 2 10
Seluruhnya 11 56 67
Seluruhnya 1 4 1 6 2 2 16
e. Keadaan Siswa Tabel 7.3 Keadaan Siswa MAN Suruh Tahun Pelajaran 2014/201594 No.
Kelas
1 2 3 Jumlah
X XI XII
Jumlah Rombongan 5 7 6 18
93
Lakilaki 96 110 98 304
Perempuan
Seluruhnya
54 100 82 236
150 210 180 540
Observasi dan Dokumentasi, Keadaan Guru dan Pegawai MAN Suruh, Kabupaten Semarang: Tata Usaha, 16 Desember 2014 94 Observasi dan Dokumentasi, Keadaan Siswa MAN Suruh, Kabupaten Semarang: Tata Usaha, 16 Desember 2014
80
f. Sarana Prasarana Tabel 8.3 Sarana Prasarana MAN Suruh Tahun Pelajaran 2014/201595 Milik Rusak Ringan
Baik No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Jenis Ruang
Ruang Teori/Kelas Laboratorium IPA Laboratorium Kimia Laboratorium Fisika Laboratorium Biologi Laboratorium Bahasa Laboratorium IPS Laboratorium Komputer Laboratorium Multimedia Ruang Perpustakaan Konvensional Ruang Perpustakaan Multimedia Ruang Keterampilan Ruang Serba Guna/Aula Ruang UKS Ruang Praktik Kerja Bengkel Ruang Diesel Ruang Pameran Ruang Gambar Koperasi/Toko Ruang BP/BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang OSIS Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki Kamar Mandi/WC Guru Perempuan Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan
Jml
Luas (m2)
20 1 1 1 1 1 2
1,600 72 72 72 72 72 144
1
126
1
72
-
-
1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
72 90 18 36 80 45 45 255 96 40
1
7
1
8
5
35
5
35
95
Jml
Luas (m2)
Rusak Berat Jml
Luas (m2)
Observasi dan Dokumentasi, Sarana Prasarana MAN Suruh, Kabupaten Semarang: Tata Usaha, 16 Desember 2014.
81
Milik Rusak Ringan
Baik No.
30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Jenis Ruang Jml
Luas (m2)
1 1
100 177.9
-
-
1 1
35 100
-
-
1
250
Gudang Ruang Ibadah Rumah Dinas Kepala Sekolah Rumah Dinas Guru Rumah Penjaga Sekolah Sanggar MGMP Sanggar PKG Asrama Siswa Ruang Multimedia Ruang Pusat Belajar Guru Ruang Olahraga
Jml
Luas (m2)
Rusak Berat Jml
Luas (m2)
g. Nama-nama Nara Sumber Untuk mendapatkan informasi tentang penerapan pendekatan scientific media gambar dan metode demonstrasi pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar di MAN Suruh Kabupaten Semarang pada kajian mata pelajaran fiqih, peneliti menggali informasi dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk wawancara ada beberapa nara sumber yang peneliti jadikan sumber informasi, yaitu sebagai berikut: 1) H.SD
: Jabatan Kepala Sekolah
2) HP
: Jabatan Waka Kurikulum
3) WKH
: Jabatan Guru
4) NR
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
5) LM
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
6) MJ & RS
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang 82
7) TH & SNA : Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang 8) RY & SK
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
B. Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar 1. MAN Salatiga Dalam proses KBM pelajaran fiqih materi salat sesuai hasil observasi tanggal 21-24 November 2014 dan wawancara pada tanggal 23 dan 29 April 2015 di MAN Salatiga, pelaksanaan KBM yang dilakukan guru fiqih
menerapkan pendekatan scientifik melalui media gambar
dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan kepala sekolah yang mengharuskan setiap ruangan kelas terdapat proyektor untuk pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dan setiap guru di wajibkan mampu mengoprasionalkannya.96 Menurut JS selaku waka kurikulum di MAN Salatiga untuk mapel umum menggunakan kurikulum 2006 atau yang lebih lazim disebut kurikulum KTSP, sedangkan untuk pembelajaran PAI termasuk fiqih di dalamnya dan bahasa Arab menggunakan kurikulum 2013. Maka dari itu pembelajaran fiqih menggukan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di kelas maupun luar kelas, sedangkan untuk penilaian semua menggunakan kurikulum 2006.97
96
H.SDR, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar berkaitan dengan Fasilitas yang ada di MAN Salatiga , Jam: 10.00 WIB, Tempat: Ruang Kepala Madrasah, 23 April 2015. 97
JS, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar berkaitan dengan Kurikulum yang di terapkan di MAN Salatiga , Jam: 11.00 WIB, Tempat: Ruang Waka Kurikulum, 29 April 2015.
83
Dalam mengajarkan mata pelajaran fiqih, pendidik/guru
TMO selaku
mata pelajaran fiqih menuturkan selalu menggunakan
Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar jika berkaitan dengan pendidikan salat, guru sudah mendesain gambar-gambar gerakan salat di dalam laptopnya yang kemudian ditampilkan melalui proyektor yang ada di dalam kelas, dengan tampilan gambar tersebut menurut TMO siswa dapat melihat dan menghayati secara langsung gerakan-gerakan salat yang di ajarkan dan dimaksud guru, selain memudahkan dalam menjelaskan, menurut TMO pendekatan yang digunakan lebih efektif dan efisien.98 TMO juga menjelaskan bahwa pendekatan yang diterapkan memiliki banyak kelebihan positif dan sesuai dengan usia anak didik, apalagi terkadang pelajaran agama ada yang di jam siang menjelang sore, kalau hanya ceramah saja menjadikan anak bosan dan mengantuk.99 Dalam menerapkan pendekatan scientific melalui media gambar, TMO selaku guru mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajaran scientific sebelum masuk kelas, setelah pembelajaran dimulai apa yang dibutuhkan tinggal dipasangkan dan digunakan.100 Segala
sarana-prasarana
pembelajaran
telah
disediakan
sekolah
sebagaimana yang dijelaskan oleh Waka kurikulum, dimaksudkan agar pembelajaran yang berlangsung dapat terjalankan dengan baik dan
98
TMO, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Salatiga , Jam: 10.00 WIB, Tempat: Ruang Guru, 30 April 2015. 99 TMO, Observasi Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Salatiga , Jam: 10.20-14.15 WIB, Tempat: Ruang Guru dan Kelas, 30 April 2015. 100 TMO, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Salatiga , Jam: 10.00 WIB, Tempat: Ruang Guru dan Kelas, 30 April 2015.
84
mendapatkan hasil yang baik dan juga siswa merasa faham benar dengan apa yang disampaikan guru. Berkaitan dengan penerapan pendekan scientific melalui media gambar pada Mapel Fiqih, MM, AS,RS, AM dan SAN yang merupakan siswa MAN Salatiga mengiyakan bahwa guru fiqih mereka dalam mengajarkan tentang salat menerapkan pendekan scientific melalui media gambar.101 Menurut As yang duduk di bangku kelas XI B guru sangat kreatif dalam menerapkan pendekan scientific melalui media gambar, sehingga AS dan kawan-kawan mudah memahami pelajaran salat yang disampaikan, selain itu siswa sangat jelas dengan gerakan-gerakan dan tata cara salat yang benar. Sehingga sangat bermanfaat bagi para siswa dalam menjalankan salat dengan sungguh-sunggu.102 2. MAN Suruh Kabupaten Semarang Proses Belajar Mengajar di MAN Suruh Kabupaten Semarang berjalan sangat baik, selain selalu adanya koordinasi antara kepala sekolah, waka-waka yang ada, guru, staf dan karyawan secara kontinu juga kebijakan kepala sekolah yang sangat mendukung dan memberikan suport penuh terhadap setiap kreativitas guru yang ingin diterapkan dalam proses belajar mengajar. Selain itu sikap kepala sekolah yang demokratis dan terbuka membuat para guru mata pelajaran terutama guru PAI tidak canggung dan ragu-ragu dalam menerapkan berbagai pendekatan
101
MM dkk, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Salatiga , Jam: 10.00 WIB, Tempat: Ruang Kelas, 29 April 2015. 102 AS dkk, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Salatiga , Jam: 10.00 WIB, Tempat: Ruang Kelas, 29 April 2015
85
pembelajaran
yang
tentunya
membutuhkan
dukungan
sarana
prasaranayang memadai.103 Kepala sekolah membuat kebijakan bahwa dalam proses belajar mengajar guru menggunakan sistem terbuka dan pembelajaran terpadu antara Kooperatif Learning, Participative Learning, Mastery Learning, Contructivism Learning dan CTL. Selain itu kepala sekoalah juga membuat kebijakan untuk segala sarana prasarana pembelajaran terpenuhi disetiap kelas.104 Menurut HP Waka kurikulum MAN Suruh Kabupaten Semarang, MAN Suruh menerapkan Kurikulum 2006 (KTSP), namun dalam proses belajar mengajarnya sistem dan pendekatan yang digunakan mengacu pada Kurikulum 2013, karena dianggap pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 lebih menyentuh dan mudah di ikuti serta dipahami oleh siswa. Ini dikarenakan pembelajaran yang diterapkan bersifat autentik dengan pendekatan scientifik.105 Menurut WKH selaku guru Mapel fiqih, selama melaksanakan pembelajaran Mapel fiqih terutama tentang kajian salat WKH selalu menggunakan pendekatan scientifik melalui media gambar, selain mudah dan jelas untuk dipahami anak didik, pendekatan ini juga tidak menguras
103
MAN Suruh, Observasi dan Wawancara Umum kepada kep. Sekolah dan Waka Kurikulum, Tempat: Ruang Tamu MAN Suruh Kab. Semarang, Pukul. 09.30-11.00 WIB, 17 September 2014. 104 H.SD, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 09.00-10.00 WIB, Tempat: Ruang Kepala Sekolah, 28 April 2015. 105 HP, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 10.20 WIB, Tempat: Ruang Waka Kurikulum, 28 April 2015.
86
tenaga dan waktu dalam penyampaian materi.106 Sama dengan di MAN Salatiga, guru fiqh MAN Suruh juga mendesain gambar-gambar gerakan salat di dalam laptopnya untuk ditampilkan melalui proyektor kelas senagai bahan pembelajaran fiqh materi salat sehingga semua siswa dengan sama mampu melihat tampilan gambar yang ditayangkan guru. Menurut WKH dengan pendekatan scientifik melalui media gambar untuk menjelaskan materi salat dapat membantu secara maksimal dalam mempercepat tangkapan dan pemahaman yang benar siswa tentang materi yang disampaikan, selain itu dengan penyajian pendekatan yang ada siswa termotivasi untuk memperhatikan dan mengikuti secara seksama dari tampilan sang disajikan pendidik. Yang akhirnya pencapaian pemahaman dan penguasaan materi secara maksimal dapat diperoleh.107 Selain
mempermudah
dan
meringankan
pendidik
dalam
memahamkan materi kepada siswa dengan menggunakan pendekatan scientifik melalui media gambar menurut NR dan kawan-kawan yang merupakan siswa di MAN Suruh Kabupaten Semarang, menurut mereka dengan pendekatan scientifik melalui media gambar dapat menarik perhatian siswa, membuat siswa dapat berkonsentrasi pada materi yang disajikan, dan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti penyajian materi pelajaran.108
106
WKH, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 10.40 WIB, Tempat: Ruang Guru, 28 April 2015. 107 WKH, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 10.45 WIB, Tempat: Ruang Guru, 28 April 2015. 108 NR dkk, Wawancara Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 11.00 WIB, Tempat: Ruang Kelas, 28 April 2015.
87
C. Penerapan Metode Demonstrasi 1. MAN Salatiga Secara umum menurut Waka kurikulum dan guru Mapel fiqih hampir semua pembelajaran dan semua mapel menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajarannya. karena menurut beliau metode ini menandaskan peserta didik tidak hanya paham dengan materi namun juga dapat mempraktekan hasil penguasaan materi yang diterima.109 Dalam menerapkan metode demonstrasi TMO selaku guru Mapel fiqih menggunakan langkah-langkah diantaranya: Membuat rumusan tujuan demonstrasi, Menentukan demonstrasi yang akan dilakukan, Menyediakan alat-alat yang akan digunakan untuk demonstrasi, Merancang tempat agar semua siswa dapat mengamati, Menjelaskan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya agar siswa paham betul dalam pelaksanaan demonstrasi, Memberi petunjuk kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting selama pelaksanaan demonstrasi, Memperhitungkan waktu yang tersedia, Menjelaskan kepada siswa halhal yang penting selama pelaksanaan demonstrasi, Mendiskusikan dengan siswa proses dan hasil demonstrasi, dan Mengevaluasi proses dan hasil demonstrasi.110 Dalam proses demonstrasi guru menunjuk siswa secara 109
JS dan TMO, Wawancara Tentang Penerapan Metode Demonstrasi, MAN Salatiga , Jam: 10.00 WIB, Tempat: Ruang Waka Kurikulum, 29 April 2015. 110
TMO, Wawancara Tentang Penerapan Metode Demonstrasi, MAN Salatiga , Jam: 10.30 WIB, Tempat: Ruang Guru, 29 April 2015.
88
bergantian untuk mendemonstrasikan gerakan-gerakan salat sebagaimana materi yang sudah dijelaskan guru melalui media gambar, dan apabila masih ada gerakan salat siswa yang salah, guru kemudian membenahinya secara langsung. Lebih lanjut menurut TMO penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran salat memiliki beberapa kelebihan antara lain: Membantu anak didik memahami dengan jelas proses jalannya salat, Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada anak didik, dan Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya.111 Menurut RS dan AM dalam penerapan metode demonstrasi semua anak didik atau siswa dapat berperan aktif dan setelah proses demonstrasi selesai guru selalu mengevaluasi secara langsung serta memberi masukanmasukan guna perbaikan dan pengembangan lebih baik padi praktik sehari-hari yang dilakukan oleg peserta didik.112 2. MAN Suruh Kabupaten Semarang Menurut WKH selaku guru Mapel fiqih di MAN Suruh Kabupaten Semarang bahwa dalam proses pembelajaran Mapel fiqih lebih banyak menggunakan metode demonstrasi, karena ajaran-ajaran yang ada perlu di demonstrasikan agar peserta didik lebih memahami dan bisa melakukan dengan baik dan benar pada materi yang diterima terutama tentang materi 111
TMO, Wawancara Tentang Penerapan Metode Demonstrasi..., 29 April 2015. AM dan RS, Wawancara Tentang Penerapan Metode Demonstrasi, MAN Salatiga , Jam: 11.30 WIB, Tempat: Ruang Kelas, 29 April 2015. 112
89
salat.113Penerapan metode demonstrasi di MAN Suruh dilaksanakan dengan cara siswa yang sudah paham dengan materi yang disampaiakan guru diminta ke depan kelas untuk mempraktikkan gerakan-gerakan salat sebagaimana yang diajarkan guru melalui media gambar. Lebih lanjut WKH menjelaskan bahwa dalam mengajarkan Mapel fiqih menggunakan metode demonstrasi karena memiliki tujuan agar perhatian siswa dapat lebih dipusatkan; Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang dipelajari; Pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa; Menambah aktivitas siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan; Menjadikan hasil pembelajaran yang lebih mantap; Menghemat waktu belajar dikelas; Membantu siswa mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang didemonstrasikan; Membangkitkan minat, motivasi, psikomotor dan aktivitas siswa; dan Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.114 Menurut TH dan SNA metode demonstrasi yang diterapkan guru membuat siswa senang dan dapat turut serta dengan baik dan khidmat dalam proses pembelajaran dengan metode demonstrasi yang sedang berlangsung.115
113
WKH, Wawancara Tentang Penerapan Metode Demonstrasi, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 10.00 WIB, Tempat: Ruang Guru, 28 April 2015. 114 WKH, Wawancara Tentang Penerapan Metode Demonstrasi, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 10.15 WIB, Tempat: Ruang Guru, 28 April 2015. 115 TH dan SNA, Wawancara Tentang Penerapan Metode Demonstrasi, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 11.15 WIB, Tempat: Ruang laboratorium Agama, 28 April 2015
90
D. Motivasi Belajar Siswa pada Pelajaran Fiqih 1. MAN Salatiga Menurut Waka kurikulum dan Guru Mapel fiqih MAN Salatiga secara umum motivasi belajar peserta didik di MAN Salatiga terhadap mata pelajaran sangat baik, semakin mereka mengalami peningkatan pengalaman belajar semakin meningkat pula motivasi para anak didik terhadap mata pelajaran yang di pelajari. Dan semakin kreatifnya guru dalam penerapan media, pendekatan maupun metode dalam proses belajar mengajar semakin meningkat pula motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran yang di pelajari.116 Menurut MM dan kawan-kawan mereka sangat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dan belajar ketika guru fiqih menyajikan pembelajaran fiqih dengan cara yang baru dan metode yang sesuai untuk menggerakkan psikomotor peserta didik, diantaranya dengan pendekatan scientific. Sesuatu yang jelas dan tidak statis ditampilkan guru membuat siswa
termotivasi
untuk
melihat,
memahami,
mengikuti,
dan
mempraktikkannya. Sedangkan dengan metode demonstrasi yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran, MM menjelaskan dapat membuat peserta didik saling belajar dari teman dan tau kekurangan dan kesalahan yang dimiliki, sehingga termotivasi untuk membenahi dan
116
JS dan TMO, Wawancara Tentang Motivasi Belajar Siswa, MAN Salatiga, Jam: 11.00 WIB, Tempat: Ruang Waka Kurikulum, 29 April 2015
91
memperbaiki sekaligus termotivasi mengubah kebiasaan yang salah menjadi benar.117 2. MAN Suruh Kabupaten Semarang Menurut WKH selaku guru Mapel fiqih memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud motivasi belajar di MAN Suruh adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat belajar siswa. atau dengan kata lain sebagai pendorong semangat belajar siswa. Selain pada sisi proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan dan metode yang sesuai tentang salat, menurut WKH pembangunan motivasi belajar siswa di MAN Suruh juga dilakukan dengan cara memberi penjelasan yang mendalam tentang hukum-hukum salat, hikmah yang terkandung dalam salat, dan makna salat.118 Menurut penjelasan RY, SK dan kawan-kawan siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang dalam mengikuti mata pelajaran fiqih, mereka senang dan merasa termotivasi, karena guru yang mengajar mapel fiqih menurut mereka sangat kreatif dalam menerapkan pendekatan, media dan metode dalam mengajar, diantaranya mereka termotivasi ketika guru mapel fiqih menggunakan pendekatan scientific melalui media gambar, dan metode demonstrasi selain mereka bisa melihat secara langsung materi yang dimaksudkan guru, mereka juga mudah memahami dan
117
MM. dkk, Observasi dan Wawancara Tentang Motivasi Belajar Siswa, MAN Salatiga, Jam: 12.30 WIB, Tempat: Ruang Kelas, 29 April 2015. 118 WKH, Wawancara Motivasi Belajar Siswa Tentang Salat, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 10.15 WIB, Tempat: Ruang Guru, 28 April 2015.
92
mengikuti materi yang disampaikan. Selain itu mereka juga mampu mempraktekannya dengan baik dan benar.119 Dari pemaparan hasil lapangan di atas merupakan data empiris yang peniliti dapatkan melalui beberapa metode, diantara laian dengan cara melakukan interview non terstruktur dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada narasumber dan kemudian dijawabnya pertanyaan itu, kemudian peneliti mendapatkan data dengan observasi langsung ke sekolah yang menjadi obyek penelitian serta dengan dokumentasi pelaksanaan pemebelajaran dan pada waktu wawancara. Secara empiris memang dari kedua sekolah yang penulis teliti menerapkan pendekatan scientifik dengan menggunakan media gambar serta metode demonstrasi dalam menjelaskan dan menerangkan pelajaran fiqh tentang salat. karena dengan pendekatan dan metode itu memudahkan guru dalam menjelaskan materi terhadap siswa, selain siswa dapat melihat langsung dan dapat meniru apa yang diperlihatkan guru, siswa juga mampu dengan mudah mempraktikkan gerakan-gerakan yang sesuai petunjuk guru. Dengan demikian antara kajian teoritik dengan hasil empiris yang peneliti temukan dilapangan terdapat kesinambungan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan scientifik dengan media gambar dan metode demonstrasi mampu meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
119
RY dkk, Wawancara Motivasi Belajar Siswa Tentang Salat, MAN Suruh Kabupaten Semarang , Jam: 11.30 WIB, Tempat: Ruang Kelas, 28 April 2015
93
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan
belajar
dalam
rangka
memperoleh
penghargaan
atau
menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru.120 Motivasi belajar mempunyai arti kebermaknaan, nilai, dan keuntungankeuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan. Sedangkan dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan dan tujuan merupakan hal yang ingin di capai oleh seorang individu. 120
Analisis penulis tentang motivasi dasar anak didik/siswa dalam proses belajar mengajar, dimana sangat bamyak sekali faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran diantaranya terdapat pada pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran berlangsung. Dengan pendekatan dan metode yang sesuai dapat mendorog siswa untuk bersedia memperhatikan, menghayati, mendiskusikan, mengolah dan mempraktikkan materi yang diberikan guru dengan penuh motivasi tinggi.
94
Tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal ini
yaitu perilaku
unutk belajar atau mengikuti pembelajaran. Peran seorang guru sangatlah signifikan dalam proses belajar mengajar terutama meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.121 Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya melalui kesesuaiannya dalam menerapkan pendekatan, metode maupun media agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah121
Dalam proses pembelajaran seorang guru harus mampu menjadi seorang motivator, selain sebagai penyampai pengetahuan, guru dengan ketrampilan yang dimiliki dapat membuat prilaku belajar siswa lebih efektif.
95
masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya. Setelah penulis melakukan penelitian dilapangan tentang Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar dan Metode Demonstrasi Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015, dan sudah penulis tuangkan hasilnya dalam bab tiga, maka hasil penelitian itu penulis analisis sebagai berikut: 1. Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar Dari sederet penelitian yang penulis lakukan dari bulan September 2014 sampai dengan April 2015 di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015, Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum sangat mendukung segala kreativitas guru dengan segala upayanya dalam meningkatkan motivasi siswa agar dapat tercapai secara maksimal. Bentuk dukungan Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum adalah memenuhi sarana-prasaran yang memadai disetiap kelas dan membuat kebijakan-kebijakan yang demokratis seperti memberikan kebebasan kepada guru dalam menggunakan fasilitas sekolah guna meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mapel fiqih tentang salat dan kebebasan menerapkan kreativitasnya dalam proses belajar mengajar di kelas baik penerapan pendekatan, metode maupun media.
96
Namun dalam hal pendekatan pada proses pembelajaran kepala sekolah baik MAN Salatiga maupun MAN Suruh memberikan ancerancer diantaranya pendekatan yang dapat digunakan antara lain CTL, Kooperative Laearning, Participative Learning, Mastery Learning dan Contructivism Learning untuk dapat diterapkan guru dalam proses belajar mengajar. Dari semua sekolah baik MAN Salatiga maupun MAN Suruh yang penulis teliti dalam pelaksanaan pembelajaran fiqh tentang materi salat sama-sama menerapkan pendekatan scientifik melalui media gambar, diamana guru menyiapkan terlebih dahulu gambar-gambar gerakan salat yang akan ditampilkan sebagai bahan materi pelarjaran didalam laptopnya, yang kemudian pada waktu proses pembelajaran berlangsung gambar-gambar gerakan salat itu ditampilkan malalui proyektor yang tersedia di kelas. Dalam penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar mendapat perhatian baik dari kepala sekolah, waka kurikulum dan para guru. Pelaksanaan riilnya pun berjalan dengan baik secara bertahap dan teratur. Dengan menggunakan pendekatan scientifik melalui media gambar menurut para siswa, mampu mengatasi dan sekaligus sebagai solusi keterbatasan individu para siswa, dimana dengan pendekatan ini semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk menggunakan indra penglihatannya tanpa terbatasi ruang dan kondisi indra yang dimiliki. Karena tampilan gambar oleh guru dapat dilihat dari berbagai penjuru dengan jelas tanpa terhalang teman di depannya. 97
2. Penerapan Metode Demonstrasi Secara umum penerapan metode demnostrasi di MAN Salatiga dan MAN Suruh terealisasikan dengan baik dalam proses belajar Mapel fiqih tentang salat. Realisasi penerapan metode demonstrasi baik di MAN Salatiga maupun MAN Suruh sebagaimana penjelasan Waka kurikulum dan guru Mapel fiqih, terealisasi dengan baik dan sangat diminati oleh para siswa. Realisasi penerapan metode demonstrasi pada Mapel fiqih tentang salat menurut pendapat beberapa siswa yang menjadi narasumber dalam penelitian ini dapat mempermudah para siswa dalam memahami, menghayati dan mampu meniru dan mengaplikasikan materi yang diterima. Metode demonstrasi yang diterapkan guru di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang merupakan metode kesatuan indra siswa yang mampu menangkap pengertian dan pemahaman secara utuh. Metode demonstrasi juga dimaksudkan guru di MAN Salatiga dan MAN Suruh sebagai metode interaksi edukatif yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan salat secara benar sebagaimana yang disampaikan guru. Namun ada perbedaan teknis dalam penerapan metode demonstrasi, di MAN Salatiga dengan tehnik menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan kelas mempraktikkan gerakan-gerakan salat yang sudah di ajarkan guru melalui media gambar. Sedangkan di MAN Suruh guru memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada siswa yang sudah paham benar 98
dengan materi untuk maju mempraktikkan gerakan-gerakan salat sesuai yang di ajarkan guru melalui media gambar dengan guru teyap memberikan arahan ketika terjadi ketidaksesuaian. 3. Motivasi Belajar Siswa pada Pelajaran Fiqih Secara umum motivasi belajar siswa pada pelajaran fiqih terutama tentang salat di MAN Salatiga dan MAN Suruh menurut Waka kurikulum dan guru Mapel fiqih baik. Hal ini terdukung hasil observasi peneliti bahawa dalam proses pembelajaran fiqih para siswa antusias, konsentrasi dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam proses belajar Mapel fiqih tentang salat dengan menggunakan penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi. Di MAN Suruh kabupaten Semarang menurut paparan guru Mapel fiqih dalam membangkitkan motivasi belajar siswa pada Mapel fiqih tentang salat tidak hanya menggunakan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi, namun disela-sela penggunaan pendekatan dan metode itu sang guru memberikan pemahaman mendalam kepada siswa tentang hukum-hukum salat, hikmah yang terkandung dalam salat, dan makna salat. Dari pemaparan diatas dapat di ambil benang merah bahawa dalam penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi di MAN Salatiga dan MAN Suruh terdapat banyak persamaan hanya dalam membangun motivasi siswa terdapat perbedaan dimana di MAN Suruh ada penambahan penajaman tentang penyampaian hukum-hukum salat, hikmah yang terkandung dalam salat, dan makna sola yang dinilai guru 99
dengan menyampaikan penajaman materi itu mampu membangun motivasi belajar siswa pada Mapel fiqih tentang salat dan siswa burupaya mampu mengaplikasikan gerakan salat pada pelaksanaan salat dengan baik dan benar. Dari hasil analisis dapat dikatakan bahwa penerapan scientifik melalui media gambar dan metode demonstrasi di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang diterapkan dan terlaksana dengan baik sehingga mampu memotivasi para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan guru pada mata pelajaran fiqh materi salat. B. Pembahasan Dari analisis di atas maka dapat dilakukan pembahasan disini: Secara umum seluruh sekolah memberi dukungan secra penuh dengan baik, bahkan semua satuan pendidikan yang penulis teliti melakukan usaha-usaha mengeluarkan kebijakan yang dapat menstimulus tumbuh kembangnya kreativitas para guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Dari hasil penelitian di MAN Salatiga dan MAN Suruh kabupaten Semarang sangat baik dalam pengupayaan penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Mapel fiqih tentang salat, dimana pihak sekolah (kepala dan Waka kurikulum) tidak hanya mendukung secara kebijakan tertulis tetapi juga memberikan fasilitas dan memenuhi sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam mensukseskan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi guna meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih terutama tentang salat.
100
Penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi di semua sekolah berjalan dan terlaksanakan dengan baik dari mulai pra, persiapan, proses sampai pada evaluasi hasil belajar. Tidak ada kendala dalam penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi, karena penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi, sangat diminati oleh siswa karena dapat membantu dan sebagai solusi dalam mempermudah pemahaman siswa pada materi yang disampaiakn guru dan dapat meningkatkan motivasi belajar para siswa. Hanya saja ada beberapa siswa yang masih belum mampu mengikuti dan memahami materi secara maksimal. Namun hal ini dikarenakan pengaruh faktor internal siswa. Peningkatan Motivasi belajar siswa yang diinginkan oleh seorang guru hendaknya mapu mendorong siswa untuk berbuat sesuatu yang bermakna, dimana motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak siswa dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; Menuntun arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran yang dicantumkan guru dalam RPP (Rancangan Program Pembelajaran);
Menyeleksi
perbuatan,
yakni
menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tercapainya tujuan pembelajaran; misalnya, siswa tidak bergurau sendiri, tidak bermain-main dalam mengikuti pelajaran dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak ada gunanya atau justru mengahambat proses pembelajaran. 101
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran fiqih terutama tentang salat tinggi, selain penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi secara benar, seorang guru di MAN Salatiga dan MAN Suruh kabupaten Semarang juga hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar, pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari siswa; Guru hendaknya
mampu
mengoptimalisasikan
unsur-unsur
dinamis
dalam
pembelajaran, karena dalam proses belajar, seorang siswa terkadang dapat terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun mental siswa. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan seorang guru) adalah dengan cara : (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang di alaminya; (2) meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar; (3) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar; (4) menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar; (5) merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil. Guru mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan kemampuan siswa. Perilaku belajar yang ditunjukkan siswa merupakan suatu rangkaian perilaku yang ditunjukkan pada kesehariannya. Untuk itu, maka pengalaman yang diberikan oleh guru terhadap siswa dalam meningkatkan motivasi 102
belajar adalah: (1) siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca hal-hal penting dari bahan tersebut dicatat; (2) guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara memecahkannya; (3) guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian kepada siswa dalam mengatasi kesukaran; (4) guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran; (5) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu memecahkan masalah dan mungkin akan membantu rekannya yang mengalami kesulitan; (6) guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan belajarnya sendiri; (7) guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri. Hambatan pada penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh kabupaten semarang hanya pada keterbatasan siswa secara internal dalam memahami dan mendalami materi yang diberikan guru, disisi lain karena waktu guru untuk memberikan bimbingan terhadap siswa waktunya sangat terbatas.
103
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan uraian data dan analisis yang telah dibahas pada bab empat, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut : 1. Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar dan Metode Demonstrasi Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih di MAN Salatiga maupun MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 ditemukan oleh penulis berjalan dengan baik, dan disisi lain kepala sekolah beserta Waka kurikulum sangat mendukung segala kreativitas guru dengan segala upayanya dalam meningkatkan motivasi siswa agar pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Bentuk dukungan Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum adalah memenuhi sarana-prasaran yang memadai di setiap kelas dan membuat kebijakan-kebijakan yang demokratis seperti memberikan kebebasan kepada guru dalam menggunakan fasilitas sekolah guna meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mapel fiqih tentang salat dan kebebasan menerapkan kreativitasnya dalam proses belajar mengajar di kelas baik penerapan pendekatan, metode maupun media.
104
2. Penerapan metode demonstrasi di MAN Salatiga dan MAN Suruh terealisasikan dengan baik dalam proses belajar Mapel fiqih tentang salat. Realisasi penerapan metode demonstrasi baik di MAN Salatiga maupun MAN Suruh sebagaimana penjelasan Waka kurikulum dan guru Mapel fiqih, terealisasi dengan baik dan sangat diminati oleh para siswa. Realisasi penerapan metode demonstrasi pada Mapel fiqih tentang salat dapat mempermudah para siswa dalam memahami, menghayati dan mampu meniru dan mengaplikasikan materi yang diterima. Metode demonstrasi yang diterapkan guru di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang merupakan metode kesatuan indra siswa yang mampu menangkap pengertian dan pemahaman secara utuh. Metode demonstrasi juga dimaksudkan guru di MAN Salatiga dan MAN Suruh sebagai metode interaksi edukatif yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan salat secara benar sebagaimana yang disampaikan guru. 3. Motivasi belajar siswa pada pelajaran fiqih terutama tentang salat di MAN Salatiga dan MAN Suruh dapat dikatakan baik. Hal ini terdukung hasil observasi peneliti bahawa dalam proses pembelajaran fiqih para siswa antusias, konsentrasi dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam proses belajar Mapel fiqih tentang salat dengan menggunakan penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan metode demonstrasi. Di MAN Suruh kabupaten Semarang dalam membangkitkan motivasi belajar siswa pada Mapel fiqih tentang salat tidak hanya menggunakan pendekatan scientifik melalui media gambar dan penerapan 105
metode demonstrasi, namun disela-sela penggunaan pendekatan dan metode itu sang guru memberikan pemahaman mendalam kepada siswa tentang hukum-hukum salat, hikmah yang terkandung dalam salat, dan makna salat. 4. Penerapan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih mempengaruhi motivasi belajar siswa di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 dengan baik, hal ini dibuktikan melalui observasi dan wawancara langsung kepada siswa tentang motivasi para siswa dalam mengikuti mata pelajaran fiqih dengan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific melalui media gambar dan metode demonstrasi. Di dapatkan penjelasan para siswa sangat termotivasi, dan motivasi para siswa dapat meningkat dalam mengikuti mata pelajaran fiqih. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan kepada kepala sekolah hendaknya meluangkan sedikit waktunya untuk memantau pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dan melakukan supervisi terhadap guru. Kepala Sekolah hendaknya selalu meningkatkan pengetahuannya, mengingat peran Kepala Sekolah sebagai inovator yang memiliki berbagai strategi yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Selain itu kepala sekolah harus selalu meningkatkan sarana prasarana sekolah agar pembelajaran yang dilakukan guru dapat terlaksanakan dengan maksimal.
106
Bagi Waka kurikulum senantiasa berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan kinerja tim yang kuat dan mampu senantiasa membawa pada perubahan yang positif bagi lembaga pendidikan Bagi para guru senantiasa meningkatkan kreativitasnya agar pemebelajaran tidak monoton, sehingga siswa merasa senang dan dapat termotivasi untuk aktif, konsentrasi dan antusias mengikuti pelajaran yang disampaiakan guru. Bagi para siswa hendaknya senantiasa mendengarkan dan mengikuti arahan guru agar proses belajar yang dilalui siswa dapat mendapatkan hasil yang baik dan berguna dimasa mendatangnya.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Penerbit PT. Rineka Cipta, 2003. Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 2005. Agung, Hartono dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998. Asnawir, dkk. Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra 2002. Anonim. Pengertian Media, Pemanfaatan Media Gambar Data Proses Belajar Mengajar. http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertianmedia-pemanfaatan-media.html. diakses 13 Pebruari 2014 2009. Arif S. Sadiman. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1984. Arifin, Sayy H.M.. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Kritis dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner. Cet. III. Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993 Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Baraja, Abubakar. Psikologi Perkembangan; Tahapan-tahapan dan Aspekaspeknya dari 0 Tahun Sampai Akil Baligh. Jakarta: PT Sudia Press, 2007. Daradjat, Zakiyah. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1975. Depag RI.. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Drektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2002 Departemen Pendidikan Nasional. Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Dit. PTKSD, 2003. _________Ketentuan umum; kurikulum Berbasis Kompetensi Pra Sekolah, Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas, 2003. ________Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003.
108
Djamarah, B Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Reneka Cipta, 2000. __________Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Gulo,W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2002. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: UGM Press, 1980. Hadipranata, Arif. Peran Psikologi di Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM, 2000. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2000. _________Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1989. Hamid, Syamsul Rizal. 2001. Buku Pintar Agama Islam, Cet. IX. Jakarta: Penebar Salam, Heinich, dkk. Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Pretice Hall, Engelwood, 1996. Ismail, SM. Strategi Pembelajaran Pendidikan Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Cet. VI. Semarang: Rasail Media Grup, 2011. Joko, Adi Yulianto. Sifat dan Gerakan Sholat. http: //pandidikan. blogspot. com/2011/04/sifat-dan-gerakan-holat. Html, 2011. M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996. Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Cet. III. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: PT Usaha Nasional, 1982. Marimba, D Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Cet. VIII. Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1989. Maslow, H Abraham. Motivasi dan Kepribadian I; Teori dan Motivasi dengan Pendekatan Hirearki Kebutuhan Manusia. Jakarta: PT Pustaka Binama, 1994.
109
Milliyana, Rika. Pentingnya Motivasi Belajar. Lawyers, Webdesign Berlin, 2010. Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: PT Rake Sarasin, 1989. Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar; Penerapan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama. Surabaya: CV Citra Media, 1996. Mujiman, Haris. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar, 2006. Mulyasa E. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep Strategi dan Implikasi. Bandung: PT Rosda Karya, 2002. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada, 2008. Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. Cet. VIII. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Nasution. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: PT Logos, 1997. Permen RI Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta, 2005. Pintrich, P. R. A Motivational Science Perspective On The Role of Student Motivation in Learning and Teaching Contexts. Journal of Educational Psychology, 95, 2003. Raharjo. R. PBM-PAI di Sekolah; Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Cet. I. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Roestiyah, N.K. Didatik dan Metodik. Jakarta: Bina Aksara, 1989. Rohmat. Media Pembelajaran Suatu Pengantar, Yogyakarta : Logung Pustaka, 2010 . Rohani, Ahmad. Media Instruktsional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Rosyad, Amirudin dan Darhim. Media Pengajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1996. Sadiman, Arif, dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persadar, 2003. 110
Santrock, John W. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Bandung, 2007. Sanaky, Hujair AH. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2009. Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000. Slamet. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Shochib, Moh. Pola Asuh Orang Tua; dalam Membentuk Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998. Soekamto, Toeti, dkk. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbub, 1992. Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Subroto, Suryo. Proses Belajar Mengajar dan Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Cet. III. Bandung: Alfabeta, 2007. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Sumantri,Mulyani. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: LPTK, 1988. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002. Tadjab. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abitama, 1994. Usman, M. Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. UU No 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003.
111
Wirawan, Sarwono Sarlito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1976. , Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT.Gramedia, 1989. Yamin, Martinus. Insan Yang Suci; Konsep Fitrah dalam Islam. Cet. I. Bandung: Mizan, 2004. Yunus, Mahmud. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1995. Zuhairini, dkk. Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
112
Lampiran 1 (Koding) Kodeng Penelitian
Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar dan Metode Demonstrasi Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 1. Informan/ Narasumber a. MAN Salatiga 1) H.SDR (H. Sudar)
b.
: Jabatan Kepala Sekolah
2) JS
(Joko Susilo)
: Jabatan Waka Kurikulum
3) TMO
(Trimakno)
: Jabatan Guru
4) MM
(Marga Maulida)
: Siswa MAN Salatiga
5) AS
(Agustinah Sinta)
: Siswa MAN Salatiga
6) RS
(Rahma Syaritha)
: Siswa MAN Salatiga
7) AM
(Afida Maratus)
: Siswa MAN Salatiga
8) SAN
(Santiko)
: Siswa MAN Salatiga
MAN Suruh Kabupaten Semarang 1) H.SD (H. Sudardi)
: Jabatan Kepala Sekolah
2) HP
(Helina Pancawardhani)
: Jabatan Waka Kurikulum
3) WKH
(Wakhidah)
: Jabatan Guru
4) NR (Neyla Rahmawati) : Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang 5) LM (Lreyn Melinda)
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
6) MJ (Miftahul Jannah)
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
7) RS (Rosita)
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
8) TH (Tiyas Hanafi)
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
113
9) SNA (Sinta Nuriyah Aprilia) : Siswa MAN
Suruh Kabupaten
Semarang 10) RY (Rani Yulanto)
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
11) SK (Sri Kotimah)
: Siswa MAN Suruh Kabupaten Semarang
2. Metode Kode W P D O
Metode penelitian Wawancara Pengamatan Dokumentasi Observasi
114
Lampiran 2 (Pedoman Wawancara) PEDOMAN WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH
A. IDENTITAS NARASUMBER Nama : ...................................................................... Tempat / Tanggal Lahir : ...................................................................... Jenis Kelamin :....................................................................... Umur : ...................................................................... Nama Instansi :....................................................................... Alamat Instansi :....................................................................... Jabatan Dalam Instansi :....................................................................... Alamat Rumah : ...................................................................... Nomor Telp/HP :....................................................................... B.
PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah Pertanyaan berikut sesuai dengan kenyataan 2. Jawablah dengan sikap yang baik dan penuh kejujuran dan setelah anda jawab semua, mohon segera diserahkan kepada kami. Terima kasih.
Tanggal Wawancara Tempat Jam Pewawancara
: : : :
1.
Bagaimanakah profil sekolah yang Bpak/Ibu pimpin ini?
2.
Sistem dan kebijakan bagaimanakah yang Bapak/Ibu terapkan dalam kegiatan belajar mengajar?
3.
Adakah komunikasi yang baik antara kepala, waka kurikulum dan guru PAI di sekolah yang Bapak/Ibu pimpin dalam merumuskan kebijakan tentang pembelajaran? mohon dijelaskan!
4.
Langkah kongkret apa sajakah yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam memfasilitasi PBM di sekolah?
5.
Langkah apa yang Bpk/Ibu lakukan untuk memotivasi guru PAI untuk tetap semangat dalam dalam melaksankan PBM?
6.
Bagaimana tata tertib dan visi misi disekolah yang Bapak/Ibu pimpin?
115
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA WAKA KURIKULUM
A. IDENTITAS NARASUMBER Nama : ...................................................................... Tempat / Tanggal Lahir : ...................................................................... Jenis Kelamin :....................................................................... Umur : ...................................................................... Nama Instansi :....................................................................... Alamat Instansi :....................................................................... Jabatan Dalam Instansi :....................................................................... Alamat Rumah : ...................................................................... Nomor Telp/HP :....................................................................... B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah Pertanyaan di bawah ini sesuai dengan kenyataan 2. Jawablah dengan sikap yang baik dan penuh kejujuran dan setelah anda jawab semua, mohon segera diserahkan kepada kami. Terima kasih. Tanggal Wawancara : Tempat : Jam : Pewawancara : 1.
Kurikulum apakah yang sedang di terapkan pada sekolah anda saat ini?
2.
Bagaimana teknis pengaturan penerapan kurikulum mapel Fiqih disekolah anda?
3.
Sejauh mana kewenangan dan tanggung jawab anda dalam pengaturan kurikulum disekolah?
4.
Menurut anda, bagaimana Motivasi secara umum para siswa terhadap mata pelajaran Fiqih ?
5.
Adakah komunikasi dan kerja sama yang baik antara anda sebagai waka kurikulum dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran Fiqih dalam menyusun serta mengevaluasi out put PBM terutama mata pelajaran Fiqih?
6
Sejauh mana peran anda dalam menentukan arah pelaksanaan dalam PBM di sekolah?
116
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA GURU MAPEL FIQIH
A. IDENTITAS NARASUMBER Nama : ...................................................................... Tempat / Tanggal Lahir : ...................................................................... Jenis Kelamin :....................................................................... Umur : ...................................................................... Nama Instansi :....................................................................... Alamat Instansi :....................................................................... Jabatan Dalam Instansi :....................................................................... Alamat Rumah : ...................................................................... Nomor Telp/HP :....................................................................... B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah Pertanyaan berikut ini sesuai dengan kenyataan 2. Jawablah dengan sikap yang baik dan penuh kejujuran dan setelah anda jawab semua, mohon segera diserahkan kepada kami. Terima kasih. Tanggal Wawancara : Tempat : Jam : Pewawancara : 1.
Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengajar mata pelajaran Fiqih?
2.
Pendekatan belajar apa saja yang Bapak/Ibu gunakan dalam mengajar mata pelajaran Fiqih terutama materi tentang shalat?
3.
Metode pembelajaran apa saja yang sudah Bapak/Ibu terapkan dalam mengajar mata pelajaran Fiqih terutama materi tentang shalat ? mohon dijelaskan!
4.
Bagaimanakah motivasi belajar para siswa ketika anda ajar pelajaran Fiqih terutama materi tentang shalat?
5.
Apakah sebelum anda mengajar mata pelajaran Fiqih terutama materi tentang shalat, sudah anda persiapkan perangkat pembelajarannya?
6
Bagaimanakah langkah anda dalam memahamkan siswa pada mata pelajaran Fiqih materi tentang shalat yang jarang diminati para siswa?
7
Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fiqih terutama materi tentang shalat?
117
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA TENTANG PENDEKATAN SCIEINTIFIC MEDIA GAMBAR, METODE DEMONSTRASI DAN MOTIVASI
A. IDENTITAS NARASUMBER Nama : ...................................................................... Tempat / Tanggal Lahir : ...................................................................... Jenis Kelamin :....................................................................... Umur : ...................................................................... Nama Instansi :....................................................................... Alamat Instansi :....................................................................... Alamat Rumah : ...................................................................... Nomor Telp/HP :....................................................................... B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah Pertanyaan berikut ini sesuai dengan kenyataan 2. Jawablah dengan sikap yang baik dan penuh kejujuran dan setelah anda jawab semua, mohon segera diserahkan kepada kami. Terima kasih. Tanggal Wawancara : Tempat : Jam : Pewawancara : 1. Apakah dalam menyajikan pelajaran guru anda menggunakan Media gambar? 2.
Apakah materi tentang gerakan-gerakan salat juga di disajikan guru anda melalui media gambar?
3.
Apakah dengan media gambar memperjelas penyajian pesan materi dari guru anda? Apakah dengan menggunakan media gambar dalam penyajian materi salat dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anda pada materi yang disampaikan? Apakah dengan menggunakan media gambar dapat memberikan kesamaan pengalaman para siswa pada materi yang disampaikan? Apakah penggunaan media gambar dalam penyajian materi dapat menjadi solusi bagi siswa yang memiliki keterbatasan individu? Apakah guru anda dalam mengajar fiqih materi salat menggunakan metode Demonstrasi?
4.
5. 6. 7.
118
8.
Apakah anda ikut serta berperan aktif dalam kegiatan demonstrasi?
9.
Apakah semua siswa bersedia mengerjakan demonstrasi dengan tertib dan baik?
10.
Apakah guru anda menyimpulkan dan menjelaskan hasil dari demonstrasi setelah pelaksanaan demonstrasi selesai ?
11.
Apakah anda dan teman-teman merasa senang pelajaran fiqih materi salat di sajikan dengan menggunakan media gambar? jelaskan alasannya!
12.
Apakah anda memperhatikan pelajaran dengan baik saat materi disajikan dengan media gambar?
13.
Apakah anda dan teman-teman aktif dalam proses belajar mengajar?
14.
Apakah anda dan teman anda termotivasi dengan guru menggunakan media gambar dan metode demonstrasi dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih materi shalat?
15.
Apakah anda bertanya ketika belum memahami media gambar pelajaran yang disajikan guru anda?
16.
Apakah anda dan kawan-kawan bertanya ketika belum memahami media gambar pelajaran yang disajikan guru anda?
119
Lampiran 3 (Catatan Observasi) Catatan Lapangan Pengamatan
Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar dan Metode Demonstrasi Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015
Catatan Nomor : 01 Hari/Tanggal
: Senin, 22 September 2014
Waktu
: 07.00-10.00 WIB;
Tempat
: MAN Salatiga
Pengamatan peneliti laksanakan pada hari Senin tanggal 22 September 2014. Peneliti mengamati bagaimana situasi yang tercipta di lingkungan MAN Salatiga. Subjek utama pengamatan adalah warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru fiqh dan siswa serta situasi/suasana yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut. Menjelang jam 07.00 WIB di Senin pagi, terlihat anak-anak berseragam rapi mulai berdatangan. Ada yang diantar oleh ortang tuanya ada juga yang datang sendiri. Terlihat pak satpam sibuk menyebrangkan para sisiwa dan guru yang berdatangan. Itulah pandangan yang lazim terlihat di MAN Salatiga tersebut ketika pagi hari. Lebih ke dalam lagi, beberapa guru dengan senyum hangat menyambut siswa yang baru saja memasuki sekolah dengan budaya salam dan salim. Suasana di pagi haripun sudah tercipta dalam keadaan yang ceria. Tepat jam 07.00 pagi WIB bel berbunyi. Para petugas terlihat sudah menyiapkan peralatan upacara bendera hari senin. Para siswa dan gurupun berhambur kelapangan, dan para petugas menyiapkan seluruh siswa yang sudah dilapangan. Upacara berlangsung dengan khitmat, seluruh petugas yang cakap menjalankan tugasnya dengan baik. Untuk do‟a selalu guru PAI yang bertugas. Upacara yang dipimpin Pak Sudar selaku kepala sekolah dan inspektur upacara berlangsung dengan lancar. Upacara usai, para siswa
120
masuk ke kelas masing-masing dan setelah masuk semua dilanjutkan berdoa bersama di dalam kelas. Pembelajaran berlangsung di tiap kelas. Tidak lama kemudian terlihat sosok yang masih muda beliau adalah guru fiqh masuk ke kelas XI MIA 7. Ada hal yang menarik bagi peniliti yakni hubungan antara guru dan murid yang begitu dekat. Terlihat tidak ada jarak yang terlalu jauh diantara mereka. Akan tetapi tetap memperhatikan batasan dan etika. Guru mulai mengeluarkan beberapa berkas dari tas dan setelah peniliti cek itu merupakan RPP dan bahan ajar yang di jadikan rambu-rambu sekaligus pedoman untuk melaksanakan pembelajaran pada hari itu. Guru mengucap salam yang kemudian disambung dengan pengulasan materi pada pertemuan sebelumnya, setelah kurang lebih 10 menit kemudian guru menyampaikan materi yang akan menjadi bahasan pada pertemuan pada hari senin, 22 September 2014, yaitu pelajaran fiqh materi salat. terlihat guru menampilkan materi dengan proyektor yang sudah ada di kelas didalam materi itu tertampilkan gerakan-gerakan salat dan orang yang sedang salat. Setelah guru menyampaiakan beberapa materi fiqh tentang salat secara teoritik dengan pendekatan scientifik melalui media gamabar kemudian diperjelas dengan jaringjaring pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk membentuk kelompok dan melakukan diskusi tentang materi sekaligus membuat rumusan masalah dan memecahkannya dengan teman kelompoknya. Selama proses diskusi guru mengelilingi siswa untuk memberi bantuan pada kelompok yang kesulitan sekaligus memberikan penilaian proses pada seluruh siswa. Setelah dapat menyelesaikan diskusi setiap kelompok maju mengekplorasikan hasil diskusinya didepan kelompok yang lain (di dapan kelas) presentasi berlangsung aktif, antar kelompok dengan mediator guru salaing mengomentari dan memberi masukan. Setelah selesai mendiskusikan tentang salat kemudian guru meminta anak sesuai kelompoknya maju mendemonstrasikan salat dengan gerakan-gerakan yang sesuai pada penyampaian materi guru. Secara bergantianpun masing-masing kelompok maju mendemonstrasikan gerakan salat dengan baik, jika masih ada yang belum benar langsung diebenahi guru dengan arahan yang mendidik. Setelah semua kelompok maju, guru memberi penguatan dengan menjelaskan hal-hal yang penting dan belum tersentuh penjelasannya oleh para kelompok. Setelah selama 10 menit guru menjelaskan kemudian guru mempersilahkan kepada siswa yang belum paham dan kurang jelas untuk bertanya atau mungkin ada yang ingin berpendapat. Para siswapun dengan semangat menanggapi penjelasan guru. Setelah 10 menit 121
berlangsung bel
pergantian
pelajaran
berbunyi, guru
mengajak siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, setelah tersimpulkan kemudian guru berkemas dan mengucap salam tanda pembelajaran mapel fiqh hari senin itu selesai dan gurupun meninggalkan ruangan. setelah itu observasi peneliti teruskan untuk mencari data-data lain yang peneliti butuhkan dalam penulisan tesis, seperti: visi-misi sekolah, sejarah dan lain-lain. Kesimpulan
peneliti:
Sekolah
mencoba
untuk
menciptakan
suasana
humanis.Terlihat dengan begitu besarnya perhatian guru sejak anak memasuki sekolah mereka di pagi hari. Suasana humanis itu berlangsung pada kegiatan pembelajaran di kelas dan juga aktivitas anak dilingkungan sekolah. persiapan mengajar telah disiapkan secara baik oleh guru dari mempersiapkan bahan ajar dan administrasi pemebelajaran dengan standar kompetensi yang sesuai. Pembelajaran yang dilakukan guru sudah sesuai dengan pokok aturan pembelajaran scientifik yaitu guru melalui media gambar yang langsung bisa di lihat dan diamati siswa, kemudian penerapan metode demonstrasi juga dijalankan dengan baik untuk menguatkan materi menjadi pemahaman aplikatif pada diri siswa. Motivasi belajar siswapun baik sekali, antusiasme terhadap pelajaran dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu bukti motivasi belajar mereka terhadap pelajaran fiqh materi salat adalah baik.
122
Catatan Lapangan Pengamatan
Penerapan Pendekatan Scientifik Melalui Media Gambar dan Metode Demonstrasi Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih di MAN Salatiga dan MAN Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015
Catatan Nomor : 02 Hari/Tanggal
: Selasa 23 September 2014
Waktu
: 07.00-12.00 WIB
Tempat
: MAN Suruh Kab. Semarang
Pengamatan peneliti laksanakan pada hari Selasa tanggal 23 September 2014. Peneliti mengamati bagaimana situasi yang tercipta di lingkungan MAN Suruh Kab. Semarang. Subjek utama pengamatan adalah warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru Mapel fiqh dan siswa serta situasi/suasana yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut. Menjelang jam 07.00 WIB di Selasa pagi, terlihat anak-anak berseragam abu-abu batik mulai berdatangan. Ada yang diantar oleh ortang tuanya ada juga yang datang sendiri. Terlihat pak satpam sibuk menyebrangkan para sisiwa dan guru yang berdatangan. Itulah pandangan yang terlihat di MAN Suruh Kab. Semarang ketika pagi hari. Sebagaimana sekolah yang lain di MAN Suruh Kab. Semarang juga terlihat beberapa guru dengan senyum hangat menyambut siswa yang baru saja memasuki sekolah dengan budaya salam dan salim. Suasana di pagi haripun sudah tercipta dalam keadaan yang ceria. Tepat jam 07.00 pagi WIB bel berbunyi, para siswa masuk ke kelas masingmasing dan setelah masuk semua dilanjutkan berdoa bersama di dalam kelas dipimpin ketua kelas. karena pembelajaran fiqh hari itu tidak ada yang di jam pagi, adanya di jam ke empat yaitu 09.45-11-15, maka peneliti putuskan untuk melihat visi-misi dan
123
administrasi sekolah yang lain, yang peneliti butuhkan dalam penulisan tesis dari jam 07.15-09.30 WIB. Tepat pukul 09.45 WIB bel masuk kelas setelah istirahat 30 menit berbunyi. Siswa berbondong-bondong masuk kelas. Tidak lama kemudian terlihat sosok guru Mapel fiqh masuk ke kelas X MIPA 4. sebagaimana halnya disekoalah-sekolah lainnya hubungan antara guru dan murid yang begitu dekat dan baik. Guru mulai menyiapkan bahan ajar dan RPP yang di jadikan rambu-rambu sekaligus pedoman untuk melaksanakan pembelajaran pada hari itu. Guru mengucap salam yang kemudian disambung dengan pengulasan materi pada pertemuan sebelumnya, setelah kurang lebih 10 menit kemudian guru menyampaikan materi yang akan menjadi bahasan pada pertemuan pada hari Rabu, 23 September 2014, yaitu materi tentang salat. Setelah guru menyampaikan beberapa materi tentang salat secara teoritik dengan pendekatan scientifik melalui media gambar, yaitu selain materi tertulis guru menampilkan gambar-gambar gerakan salat yang benar melalui proyektor yang sudah ada di dalam kelas yang kemudian diperjelas dengan jaring-jaring pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk membentuk kelompok dan melakukan diskusi tentang salat dan berbagai materi yang berkaitan, seperti: rukun salat, sarat syah salat, gerakan salat yang benar, imam, makmum, dan lain-lain dengan teman kelompoknya. Selama proses diskusi guru mengelilingi siswa untuk memberi bantuan pada kelompok yang kesulitan sekaligus memberikan penilaian proses pada seluruh siswa. Setelah dapat menyelesaikan diskusi setiap kelompok maju memaparkan hasil diskusinya didepan kelompok yang lain (di dapan kelas) presentasi berlangsung aktif, antar kelompok dengan mediator guru salaing mengomentari dan memberi masukan. Diskusi berlangsung sangat aktif, setelah diskusi selesai guru meminta kepada siswa yang sudah paham benar tentang gerakan salat untuk maju mendemonstrasikan salat yang benar. Secara bergantian siswa mendemonstrasikan gerakan salat. Setelah semua maju, guru memberi penguatan dengan menjelaskan hal-hal penting yang berkaitan dengan salat, diantaranya: hikmah salat, pahala bagi orang yang rajin salat berjamaah, siksaan bagi orang yang meninggalkan salat, kemuliaan orang yang tidak pernah meninggalkan salat dan lain-lain. penekanan ini dimaksudkan guru untuk menyentuh dan menggerakkan hati siswa supaya selalu aktif mengerjakan salat terutama salat secara berjamaah. Setelah selama 10 menit guru menjelaskan kemudian guru memberikan soal kepada siswa sebanyak 10 pertanyaan. Para siswapun dengan semangat 124
mengerjakan soal dari guru selama 20 menit, setelah 20 menit soal dikumpulkan dan di cocokkkan denganwaktu 10 menit. Di dalam proses pencocokan jawaban guru juga memberi penguatan-penguatan materi. 5 menit waktu tersisa digunakan untuk menyimpulkan bersama hasil pembelajaran pada hari Selasa itu hingga bel istirahat ke dua berbunyi pukul 11.15 WIB, guru kemudian berkemas dan mengucap salam tanda pembelajaran mapel fiqh hari Selasa itu selesai dan gurupun meninggalkan ruangan dan siswa berhambur keluar untuk istirahat ke dua. Kesimpulan peneliti: Sekolah telah menciptakan suasana humanis. Dengan besarnya perhatian guru kepada siswa memasuki sekolah mereka di pagi hari. Semua yang ada dilingkungan sekolah MAN Suruh Kab. Semarang sangat ramah. penerapan pendekatan scientifik melalui media gambar dan metode demonstrasi telah dilaksanakan secara baik oleh guru dari mempersiapkan bahan ajar dan administrasi pemebelajaran dengan standar kompetensi yang sesuai. Pembelajaran yang dilakukan guru sudah sesuai dengan pokok aturan yang telah ada, yaitu pembelajaran berbasis ilmiah (scientific) dan penilaian secara autentik serta kaidah PAIKEM, tidak ada siswa yang jenuh semua mengikuti pembelajaran denga senang dan hasil jawaban soalnyapun mendapat nilai baik. Dalam menguatkan materi tentang salat selain guru menggunakan media gambar sebagai bentuk pendekatan pembelajaran scientifik dan metode demonstrasi sebagai penguatan aplikatif, sehingga motivasi siswa mengikuti pembelajaran sangat baik. Yang menarik lagi adalah guru memberikan penguatan hati dengan menyampaikan hikmahhikmah salat, ganjaran dan hukuman bagi yang mengerjakan dan yang meninggalkan salat dan pahala-pahala yang di dapat dari salat agar hati siswa tersentuh untuk senantiasa melaksanakan salat dengan baik dan bila bisa selalu berjamaah.
125
Lampiran 4 (Gambar-gambar Gerakan Salat)
1) Takbiratul Ihram
Gerakan awal sholat dengan posisi tubuh berdiri tegak (gambar 1), mengangkat kedua tangan sejajar telinga (gambar 2), lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah (gambar 3). Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak menjadikan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh.
126
2) Ruku’
Ruku‟ (gambar 4) adalah gerakan membungkuk saat sholat. Ruku‟ yang sempurna ditandai dengan tulang belakang yang lurus (gambar 4) sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung, air tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. 3) Sujud Posisi sujud (gambar 6 di atas) yang menungging dengan meletakkan kedua tangan di lantai di sebelah kanan dan kiri telinga, dengan lutut, ujung kaki, dan dahi juga di atas lantai berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak.
127
4) Duduk di antara sujud
Dalam shalat terdapat dua jenis duduk: iftirosy (tahiyat awal) dan tawaru‟ (tahiyat akhir). Perbedaan duduk iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru‟ (tahiyat akhir) terletak pada posisi telapak kaki.
128
5) Salam
Salam adalah gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
129
Lampiran 5
130
131
Lampiran 6
132
133
Lampiran 7 Dokumentasi 1. MAN Salatiga
134
Dokumentasi
2. MAN Suruh Kabupaten Semarang
135
Lampiran 8
RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama
: Dra. Hj. Fathonah
Tempat Tanggal Lahir
: Kudus, 21 Mei 1965
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Kadipurwo RT 03 RW 06 Bener, Tengaran, Kab. Semarang
Program Studi
: Pascasarjana, Konsentrasi PAI
Biografi Pendidikan : MIN Kudus
: Lulus Tahun 1979
MTs. N Kudus
: Lulus Tahun 1982
PGAN Lasem
: Lulus Tahun 1985
S1. IAIN Walisongo Salatiga/Tarbiyah/PAI
: Lulus Tahun 1992
S2. STAIN/IAIN Salatiga/PAI
: Masuk Tahun 2012
Demikian riwayat hidup penulis dalam perjalanan pendidikan, semoga dapat menjadi perkenalan awal untuk menjalin tali persaudaraan. Mohon maklum adanya. Salatiga,
September 2015
Tertanda,
Fathonah NIM. M.1.12.008
136