Rosnawati, Penerapan Satuan Kegiatan... PENERAPAN SATUAN KEGIATAN HARIAN BERKARAKTER PADA ANAK USIA 3 - 4 TAHUN DI PAUD NOOR IKHSAN KABUPATEN ACEH BESAR Rosna1
ABSTRAK
Penelitian ini mengamati penerapan Satuan Kegiatan Harian (SKH) berkarakter dengan menggunakan indikator yang telah ditentukan Pemerintah sebagai dasar kompetensinya dan keberhasilan indikator yang dicapai oleh anak pada saat berada di sekolah dan ketika mereka berada dilingkungan rumah/keluarga masing-masing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengamati setiap gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan subjek penelitian berjumlah 15 anak. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain: observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan SKH berkarakter memiliki pengaruh yang beragam terhadap perilaku anak di sekolah dan di rumah/keluarganya. Karakter disiplin yang berhasil terbentuk secara konsisten sebanyak rata-rata 58% dari sejumlah anak selama anak disekolah dan 52% dari sejumlah anak selama anak di rumah/keluarga. Kemudian karakter toleransi dan cinta damai yang berhasil terbentuk secara konsisten dan jelas teramati pada diri anak-anak murid PAUD Noor Ikhsan kelompok usia 3 – 4 tahun sebanyak rata-rata 39% dari sejumlah anak selama anak disekolah dan 31% dari sejumlah anak selama anak di rumah/keluarga. Sedangkan karakter percaya diri yang berhasil terbentuk secara konsisten dan jelas teramati dengan pencapaian rata-rata sebesar 23% dari sejumlah anak selama anak disekolah dan 42% dari sejumlah anak selama anak di rumah/keluarga. Kata Kunci : SKH Berkarakter
1
Rosna, Mahasiswa S1 Program Studi PG-PAUD STKIP Bina Bangsa Getsempena
ISSN 2355-102X
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 17
Rosnawati, Penerapan Satuan Kegiatan... dini yang bermuatan karakter dalam kegiatan
PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 Tentang Perlindungan
pembelajaran
memperoleh
pengajaran
dalam
pendidikan
rangka
dan
(Kemendikbud,
2012).
Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak
sehari-hari
Sayangnya, undang-undang Nomor 20 Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
pengembangan
Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang
dengan minat dan bakatnya, maka setiap anak
Standar Pendidikan Anak Usia Dini sebagai
harus diberikan pendidikan yang berkarakter
ketentuan
menurut tingkatan kemampuan yang dimiliki
penyelenggaraan pendidikan belum begitu
seiring pertumbuhan usia anak itu sendiri.
jelas mengatur muatan pembentukan karakter
Dengan demikian, pendidikan karakter perlu
dalam perencanaan kegiatan pembelajaran
dikembangkan bagi anak di usia dini 0–6
bagi anak usia dini. Sehingga perlu dilakukan
Tahun sebagai usia golden age dimana
penelitian
perkembangan yang terjadi pada masa ini
penerapan muatan karakter dalam pelaksanaan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kegiatan pendidikan anak usia dini sehari-hari.
anak selanjutnya. Pola
hukum
yang
yang
tepat
untuk
mengatur
melakukan
Dasar penelitian ini akan mengambil
pendidikan
anak
usia
dini
beberapa bentuk karakter-karakter baik dan
haruslah dibangun berdasarkan pertumbuhan
mulia yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia
dan perkembangan anak secara tepat yang
yang beradab dan agamis untuk dijadikan
pelaksanaannya dikemas sesuai dengan dunia
sumber acuan pendidikan karakter dalam
anak, yaitu bermain yang merupakan kegiatan
Satuan Kegiatan Harian Pendidikan Anak Usia
rutinitas yang sangat menyenangkan bagi
Dini di PAUD Noor Ikhsan. Melalui penelitian
anak. Bermain sambil belajar atau belajar
ini diharapkan dapat memenuhi ketentuan
sambil bermain.
yang tepat dalam penerapan muatan karakter
Wadah atau lembaga yang tepat untuk melaksanakan proses tersebut dikenal sebagai Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini: PAUD,
tersebut dengan menggunakan peralatan dan metode pengajaran yang sesuai. Teknis
penelitian
ini
mengamati
TK/RA, Playgroup/Kelompok Bermain, TPA,
penerapan indikator-indikator karakter mulia
dan jenis pelayanan anak usia dini lainnya.
dalam satuan kegiatan harian Pendidikan Anak
Lembaga Pendidikan anak usia dini sebagai
Usia Dini dengan memperhatikan hasil-hasil
salah
penelitian
satu
bagian
berpartisipasi
dalam
terdepan Sistem
yang
ikut
Pendidikan
karakter
sebelumnya yang
wajib
terhadap
kriteria
diterapkan
dalam
Nasional yang saat ini telah melakukan
pendidikan anak usia dini
pendekatan konsep pendidikan bagi anak usia
permasalahan sebagai berikut: (1) Apa saja
ISSN 2355-102X
dengan rumusan
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 18
indikator-indikator
dalam
matrik
Satuan
Kegiatan Harian Berkarakter di PAUD Noor
Cinta bangsa dan tanah air (Kemendiknas, 2012: 25-32).
Ikhsan?; dan (2) Apakah penerapan muatan
Satuan Kegiatan Harian (SKH) adalah
karakter dalam kegiatan pendidikan anak usia
penjabaran dari Satuan Kegiatan Mingguan
dini di PAUD Noor Ikhsan memiliki pengaruh
(SKM)
langsung dalam perilaku dan kepribadian anak
pembelajaran
sehari-hari di sekolah, di rumah dan di
individual, kelompok, maupun klasikal dalam
lingkungan bermainnya ?.
satu hari (Depdiknas, 2009: 20). Sedangkan,
Tujuan
penelitian
ini
adalah
yang
memuat yang
kegiatan-kegiatan
dilaksanakan
secara
SKH Berkarakter merupakan penerapan nilai-
melakukan penerapan matrik Satuan Kegiatan
nilai
Harian
dengan
Toleransi, dan Percaya Diri dalam matrik
menggunakan indikator-indikator keberhasilan
satuan kegiatan harian yang disesuaikan
yang telah ditentukan oleh Pemerintah sebagai
dengan pedoman pendidikan bagi anak usia
dasar kompetensinya di PAUD Noor Ikhsan
dini yang telah diatur oleh Pemerintah.
dan
(SKH)
mengetahui
berkarakter
secara
langsung
karakter
yang
meliputi
Disiplin,
hasil
Disiplin adalah mereka yang mampu
pengajaran berdasarkan tingkat keberhasilan
mengarahkan tingkah lakunya sendiri sesuai
indikator-indikator yang telah tercapai dalam
dengan kebutuhan serta norma-norma (patokan
kegiatan anak di lingkungan sekolah, rumah
tingkah laku) yang diterimanya. Melalui
dan pergaulan sehari-hari.
pendidikan disiplin, individu belajar mengatur
Definisi istilah dalam penelitian ini
perbuatannya
sendiri
(Jurnal
Balitbang
adalah: Pendidikan Karakter adalah segala
Dikbud, 2007: 25). Toleransi adalah sikap atau
usaha
sifat menenggang berupa menghargai serta
yang
dapat
dilakukan
untuk
mempengaruhi karakter siswa sebagai suatu
membolehkan
usaha
pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya
yang
disengaja
untuk
membantu
berbeda
suatu
pendirian,
seseorang sehingga ia dapat memahami,
yang
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai
(Purwadarminta, 2003: 650). Percaya diri
etika yang inti (Megawangi, 2009:10). Nilai-
merupakan suatu sikap atau keyakinan atas
nilai karakter yang termuat adalah Kecintaan
kemampuan diri sendiri sehingga dalam
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Jujur,
tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas,
Disiplin, Toleransi, Percaya diri, Mandiri,
merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang
Kreatif, Tolong-menolong, kerjasama dan
sesuai keinginan dan tanggung jawab atas
gotong royong, Hormat dan sopan santun,
perbuatannya,
Tanggung Jawab, Kerja Keras, Kepemimpinan
dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi
dan keadilan, Rendah hati, Peduli lingkungan,
serta
dapat
dengan
pendapat,
sopan
pendirian
dalam
mengenal
sendiri
berinteraksi
kelebihan
kekurangan diri sendiri (Lauter, 2002: 4).
ISSN 2355-102X
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 19
dan
Perkembangan Sosial-emosional anak usia 3-4 tahun berdasarkan Erikson (Santrock,
menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
2010: 11) berada dalam periode Initiative vs
Penelitian
kualitatif
deskriptif
ini
Guilt (inisiatif vs rasa bersalah), yakni anak
dilaksanakan di PAUD Noor Ikhsan yang
diminta untuk memikirkan tanggung jawab
terletak di Gampong Teureubeh No. 91 Kota
terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan
Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh
peliharaan mereka dan rasa bersalah muncul
pada semester genap tahun akademik 2012-
ketika anak tidak bertanggung jawab dan
2013 dengan murid berjumlah 15 anak berusia
dibuat
3-4 tahun, terdiri dari 5 anak laki-laki dan 10
merasa
sangat
cemas.
Dengan
mengembangkan rasa tanggung jawab pada
anak perempuan.
anak maka akan berdampak terhadap inisiatif anak
sehingga
melakukan
lembar observasi dan dokumentasi, serta
perubahan dan perbaikan menuju yang baik
diperkuat dengan wawancara terhadap orang
dan benar misalnya dengan mandi, berbagi
tua anak serta masyarakat di lingkungan
dengan
sekitar PAUD Noor Ikhsan. Adapun nilai
teman,
anak
dapat
Instrumen penelitian ini menggunakan
merapikan
mainan,
dan
merawat hewan dan tumbuhan. Oleh karena
karakter
itu pendidikan karakter sebagai usaha aktif
Kegiatan
untuk
membentuk
ditanamkan
kebiasaan
terus-menerus
yang
diterapkan
Harian
(SKH)
dalam
Satuan
dan
diamati
baik
perlu
pengaruhnya adalah 3 (tiga) nilai karakter
sebagai
sifat
mulia yaitu : Disiplin, Toleransi, dan Percaya
kebaikan anak sejak kecil.
Diri. Kriteria penilaian dalam penerapan SKH Berkarakter menggunakan bobot pilihan, yaitu : (1) Belum Muncul (BM), yang berarti: anak
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian
belum menunjukkan perilaku yang diharapkan.
kualitatif deskriptif. Dasar filosofis yang
(2) Mulai Muncul (MM), yang berarti: anak
mendasari penelitian ini adalah fenomenologis
mulai menunjukkan perilaku yang diharapkan
yang
Deskriptif
dengan bantuan orang lain. (3) Sering Muncul
Phenomenology (Amedeo Giorgi, 2009: 172).
(M), yang berarti: anak menunjukkan perilaku
Penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian
yang diharapkan namun terkadang masih perlu
yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
dibantu/diingatkan. (4) Konsisten (K), yang
dan kejadian yang terjadi. Penelitian ini
berarti: sudah menjadi kebiasaan anak secara
memusatkan
masalah-
otomatis dan tidak perlu diingatkan. Adapun
masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
contoh SKH Berkarakter adalah sebagai
penelitian berlangsung dengan melakukan
berikut:
kadang
disebut
perhatian
juga
kepada
penggambaran peristiwa dan kejadian yang
ISSN 2355-102X
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 20
Tabel 1 SKH BERKARAKTER ANAK USIA 3 -4 TAHUN PAUD NOOR IKHSAN Tema Sub Tema Hari/Tanggal
WAKTU
: Tanah Airku : Benderaku dan Lagu Kebangsaan : ....................................................
METODE KEGIATAN
08.00-08.15
Membentuk Barisan
08.15-08.45
BCCT
08.45-09.15
Sentra Audio Visual
09.15-09.35
09.35-09.45
09.45-10.00
10.00-10.20
10.20-11.00
TAHAPAN KEGIATAN -
Upacara Bendera Sederhana Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Pengucapan Janji PAUD Salawat dan Doa pagi, Salam Keagamaan, Nasional Lagu-lagu Nasional / Daerah
- Menyaksikan film dokumenter tentang perang kemerdekaan Pilar Karakter - Pemberian tugas membuat Bendera Merah Putih dari kertas Istirahat / - Guru meminta anak untuk Makan mencuci tangan - Guru mempersiapkan meja lebar untuk tempat makan bersama - Guru meminta salah seorang anak memimpin doa makan - Guru meminta anak membuka kotak bekal masing-masing - Guru mengajak anak-anak untuk saling berbagi makanan bagi yang tidak membawa bekal Bermain - Guru memperhatikan Bebas keadaan anak yang sedang bermain Pilar Karakter - Lanjutan tugas membuat Bendera Merah Putih dari kertas Penutup - Menyanyikan lagu-lagu nasional/perjuangan, doa penutup dan bersalaman
ISSN 2355-102X
INDIKATOR KEBERHASILAN /KODE INDEKS KARAKTER - (K.1.3, K.2.1) - (K.1.3, K.2.1) -
MEDIA 1. Bendera Merah Putih, Tiang Bendera 2. Speaker
(K.1.3, K.2.1) (K.3.4) (K.3.4) (K.2.10,K.3.1,K.3. 2) - (K.2.10,K.3.1,K.3. 1. TV 2) 2. DVD 3. CD Film - (K.2.1, K.3.6, 1. Kertas warna K.3.9) 2. Lem, Gunting 3. Batang kayu - (K.1.3, K.1.4, K.1.5, K.2.2, K.2.4)
- (K.1.3, K.1.5, K.2.4)
K.1.4, 1. Alat bermain K.2.2, luar ruang 2. Bak Pasir
- (K.2.1, K.3.9)
Kertas warna Lem, Gunting Batang kayu Mikrophon, Speaker
K.3.6, 1. 2. 3. - (K.2.10,K.3.1,K.3. 1. 2) 2.
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 21
Rosnawati, Penerapan Satuan Kegiatan...
atas
Penerapan SKH berkarakter ini terdiri
anak bermain terlebih dahulu kemudian
kegiatan
makan.
awal,
kegiatan
inti,
istirahat/makan, dan kegiatan akhir. Kegiatan
Kegiatan akhir merupakan kegiatan
awal merupakan kegiatan untuk pemanasan
penenangan yang dilaksanakan secara klasikal.
dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan
Kegiatan yang dapat diberikan pada kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain, misalnya
akhir, misalnya membacakan cerita dari buku,
upacara
mendramatisasikan suatu cerita,
bendera,
berdoa/mengucap membicarakan
senam
salam,
tema
atau
bersama,
bermain subtema,
pagi, dan
sebagainya.
mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok hari, menyanyi, berdoa, dan sebagainya.
Kegiatan inti merupakan kegiatan yang
dapat
mengaktifkan
perhatian,
HASIL PENELITIAN
kemampuan, sosial dan emosional anak.
PAUD Noor Ikhsan yang didirikan
Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan
pada tanggal 24 September 2006 merupakan
yang memberi kesempatan kepada anak untuk
program lanjutan kegiatan Children Center
bereksplorasi dan bereksperimen sehingga
Dinsos NAD-Unicef yang telah berakhir,
dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan
seiring
kreativitas anak, serta kegiatan yang dapat
psikososial anak-anak usia dini korban konflik
meningkatkan
dan bencana alam Tsunami Aceh di daerah
pengertian-pengertian,
berakhirnya
masa
pengungsian
Desa
rehabilitasi
konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan
relokasi
Teurebeh
bekerja yang baik yang dilaksanakan secara
Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh
individual/ kelompok.
Besar. Berdasarkan latar belakang tersebut,
Istirahat/Makan merupakan kegiatan
maka penyelenggaraan pendidikan di PAUD
yang digunakan untuk mengisi kemampuan
Noor Ikhsan dilakukan dengan memberikan
anak yang berkaitan dengan makan, misalnya
pendidikan berbasis penanganan trauma pasca
mengenalkan
bencana yang dialami anak-anak usia dini
kesehatan,
makanan
yang
bergizi, tata tertib makan berupa cuci tangan,
dengan
berdoa sebelum dan sesudah makan, kemudian
karakter terhadap anak usia di PAUD Noor
makan yang baik. Setelah kegiatan makan
Ikhsan, sehingga prinsip penyelenggaraan
selesai, anak melakukan kegiatan
bermain
pendidikan anak usia dini di PAUD Noor
dengan alat permainan di luar kelas dengan
Ikhsan dapat semakin kuat dalam membentuk
maksud untuk mengembangkan motorik kasar
keperibadian anak usia dini di masa tumbuh
anak
kembangnya. Adapun hasil penelitian yang
dan
bersosialisasi.
Kegiatan
ini
penerapan
disesuaikan dengan kemauan anak, anak
dinyatakan
makan kemudian bermain atau sebaliknya
sebagaimana tabel berikut init:
ISSN 2355-102X
dalam
pendidikan
bobot
berbasis
persentase
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 22
Tabel 2. Hasil Penilaian Karakter Disiplin setelah Penerapan SKH Berkarakter di sekolah No. Indeks K.1.1.
Persentase
Indikator Disiplin Selalu datang tepat waktu Dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu Menggunakan benda sesuai dengan fungsinya Mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya Berusaha mentaati aturan yang telah disepakati Tertib menunggu giliran Menyadari akibat bila tidak disiplin Rerata
K.1.2. K.1.3. K.1.4. K.1.5. K.1.6. K.1.7.
Berdasarkan data hasil pengamatan
menunjukkan
BM 33
MM 13
M 7
K 47
0
33
13
53
13 0 0 7 0
13 13 7 7 27
20 13 33 27 13
53 73 60 60 60
8
16
18
58
perilaku
disiplin
yang
diatas yang mencerminkan perilaku anak di
diharapkan namun terkadang masih perlu
lingkungan sekolah diperoleh bahwa karakter
dibantu dan diingatkan oleh guru. Persentase
disiplin belum muncul untuk rata-rata 8%, hal
pelaksanaan
tersebut dapat diamati pada anak yang belum
diperoleh rata-rata sebesar 58%, kondisi
menunjukkan
diharapkan.
tersebut terlihat sangat jelas apabila kita
Karakter disiplin mulai muncul pada 16%, hal
berada dalam ruangan kelas karena anak-anak
itu
dilaksanakannya
yang sudah memiliki karakter disiplin akan
perilaku yang diharapkan walaupun dengan
menjadi kebiasaan anak secara otomatis dan
bantuan
tidak perlu diingatkan.
perilaku
ditunjukkan
orang
dengan
lain.
yang
Rata-rata
18%
indikator
disiplin
tertinggi
Tabel 3. Hasil Penilaian Karakter Toleransi setelah Penerapan SKH Berkarakter di sekolah No. Indeks K.2.1. K.2.2. K.2.3. K.2.4. K.2.5. K.2.6. K.2.7.
Indikator Toleransi Senang bekerja sama dengan teman. Mau berbagi makanan atau mainan dengan teman. Selalu menyapa bila bertemu Menunjukkan rasa empati. Senang berteman dengan siapa saja Menghargai pendapat teman dan tidak memaksakan kehendak sendiri Mau menengahi teman yang sedang berselisih
ISSN 2355-102X
BM 0 0 7 13 13
Persentase MM M 13 27 20 27 27 27 40 13 27 27
K 60 53 40 33 33
0
53
20
27
7
33
33
27
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 23
K.2.8. K.2.9. K.2.10. K.2.11.
Tidak suka membuat keributan atau mengganggu teman Tidak suka menang sendiri Senang berdiskusi dengan teman Senang menolong teman dan orang dewasa Rerata
7 0 0 0
13 27 27 20
33 33 40 47
47 40 33 33
4
27
30
39
Berdasarkan data hasil pengamatan
perilaku toleransi yang diharapkan namun
diatas yang mencerminkan perilaku anak di
terkadang masih perlu dibantu dan diingatkan
lingkungan sekolah diperoleh bahwa karakter
oleh guru. Persentase pelaksanaan indikator
toleransi yang belum muncul untuk rata-rata
toleransi tertinggi diperoleh rata-rata sebesar
4%, hal tersebut dapat diamati pada anak yang
39%, kondisi tersebut terlihat sangat jelas
belum menunjukkan perilaku yang diharapkan.
apabila kita berada dalam ruangan kelas
Karakter toleransi mulai muncul pada rata-rata
karena
27%,
dengan
karakter toleransi dan cinta damai akan
dilaksanakannya perilaku yang diharapkan
menjadi kebiasaan anak secara otomatis dan
walaupun
tidak perlu diingatkan.
hal
Selanjutnya
itu
dengan rata-rata
ditunjukkan
bantuan 30%
orang
lain.
anak-anak
yang
sudah
memiliki
menunjukkan
Tabel 4. Hasil Penilaian Karakter Percaya Diri setelah Penerapan SKH Berkarakter di sekolah No. Indeks K.3.1. K.3.2. K.3.3. K.3.4. K.3.5. K.3.6. K.3.7. K.3.8. K.3.9.
Persentase
Indikator Percaya Diri Berani menyatakan pendapatnya Berani bertanya dan menjawab pertanyaan Bangga dengan dirinya Berani melakukan sesuatu tanpa bantuan Berani mencoba hal yang baru Mau melakukan tantangan dan tidak mudah menyerah Berani mempertahankan apa yang dipahami Ingin tampil menjadi juara Bangga terhadap hasil karya sendiri Rerata
BM
MM
M
K
0 7 0 13 13 7 20 0 0
27 27 27 20 20 33 27 27 20
27 40 53 53 53 47 40 47 47
47 27 20 13 13 13 13 27 33
7
25
45
23
Berdasarkan data hasil pengamatan
hal tersebut dapat diamati pada anak yang
diatas yang mencerminkan perilaku anak di
belum menunjukkan perilaku yang diharapkan.
lingkungan sekolah diperoleh bahwa karakter
Karakter percaya diri mulai muncul pada rata-
percaya diri belum muncul untuk rata-rata 7%,
rata
ISSN 2355-102X
25%,
hal
itu
ditunjukkan
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 24
dengan
dilaksanakannya perilaku yang diharapkan walaupun
dengan
lain.
orang tua anak dalam mengamati secara
Selanjutnya rata-rata tertinggi sebesar 45%
langsung perilaku anak sehari-hari di rumah
menunjukkan perilaku percaya diri yang
selama penerapan SKH Berkarakter di PAUD
diharapkan namun terkadang masih perlu
Noor
dibantu dan diingatkan oleh guru. Sedangkan
peneliti secara rutin mengunjungi tempat
rata-rata sebesar 23% sudah konsisten dalam
kediaman anak di rumahnya masing-masing
berperilaku percaya diri, kondisi tersebut
dan melakukan wawancara langsung dengan
terlihat
orang tua anak. Hasil wawancara terhadap
menjadi
bantuan
kebiasaan
orang
Selanjutnya, peneliti juga melibatkan
anak
secara
otomatis dan tidak perlu diingatkan.
Ikhsan.
Untuk
keperluan
tersebut,
orang tua anak dinyatakan dalam bobot persentase sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 5. Hasil Penilaian Karakter Disiplin Setelah Penerapan SKH Berkarakter di Rumah
No. Indeks K.1.1. K.1.2. K.1.3. K.1.4. K.1.5. K.1.6. K.1.7.
Indikator Disiplin
Ada
Apakah anak selalu bangun tepat waktu Apakah anak dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu Apakah anak menggunakan benda sesuai dengan fungsinya Apakah anak mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya Apakah anak berusaha mentaati aturan yang telah disepakati Apakah anak tertib menunggu giliran Apakah anak menyadari akibat bila tidak disiplin Rerata
Persentase KadangTidak Kadang
80
13
7
27
20
53
53
27
20
60
20
20
47
20
33
47 47
20 20
33 33
52
20
28
Berdasarkan data hasil wawancara dan
yang belum memiliki karakter disiplin sama
pengamatan orang tua anak mengenai perilaku
sekali selama mereka di rumah dan rata-rata
anak sehari-hari dilingkungan rumah mereka
28 % dari sejumlah anak yang masih kadang-
masing-masing
karakter
kadang berperilaku disiplin karena belum
disiplin sudah ada dilaksanakan oleh rata-rata
menjadi kebiasaan dan masih memerlukan
52%. Sebaliknya masih terdapat rata-rata 20%
teguran dari orang tua mereka.
ISSN 2355-102X
diperoleh
bahwa
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 25
Tabel 6. Hasil Penilaian Karakter Toleransi Setelah Penerapan SKH Berkarakter di Keluarga
No. Indeks K.2.1. K.2.2. K.2.3. K.2.4. K.2.5. K.2.6. K.2.7. K.2.8. K.2.9. K.2.10. K.2.11.
Indikator Toleransi
Ada
Apakah anak senang bekerja sama dengan teman. Apakah anak mau berbagi makanan atau mainan dengan teman. Apakah anak selalu menyapa bila bertemu Apakah anak menunjukkan rasa empati. Apakah anak senang berteman dengan siapa saja Apakah anak menghargai pendapat teman dan tidak memaksakan kehendak sendiri Apakah anak mau menengahi teman yang sedang berselisih Apakah anak tidak suka membuat keributan atau mengganggu teman Apakah anak tidak suka menang sendiri Apakah anak senang berdiskusi dengan teman Apakah anak senang menolong teman dan orang dewasa Rerata
Berdasarkan data pengamatan dan wawancara dengan orang tua anak mengenai
Persentase KadangTidak Kadang
dari
40
20
40
33
27
40
27 20 47
27 47 13
47 33 40
33
33
33
27
33
40
40
20
40
27 20 27
13 27 40
60 53 33
31
27
42
kakak-kakaknya.
Sebagaimana
hasil
wawancara peneliti dengan orang tua anak:
perilaku anak sehari-hari dilingkungan rumah
“….anak
mereka
bahwa
bertengkar dan berebut dengan
kadang-kadang
kakaknya untuk mengunakan kamar
karakter
masing-masing toleransi
dilaksanakan
diperoleh
masih
oleh rata-rata
42%
selama
saya,
Izza,
sering
mandi di pagi hari waktu mau
mereka berada di lingkungan rumah/keluarga.
berangkat
Terdapat rata-rata 31% yang sudah ada
menangis
memiliki karakter toleransi selama mereka di
menyerobot langsung masuk ke
rumah dan rata-rata 27 % yang belum
kamar mandi. Izza harus harus
berperilaku toleransi karena belum menjadi
selalu
kebiasaan dan masih memerlukan teguran dari
menggunakan
orang tua mereka. Kondisi tersebut diatas pada
daripada kakaknya dan tidak mau
umumnya terjadi karena anak-anak yang
mengalah. Selain itu kakaknyapun
menjadi objek penelitian ini adalah anak
terkadang suka juga rebutan mainan
tunggal atau anak bungsu sehingga anak
dengan Izza dan Izza harus selalu
cenderung berperilaku untuk lebih menang
memperoleh
ISSN 2355-102X
sekolah, biasanya apabila
lebih
ia
kakaknya
didahulukan kamar
mandi
apapun
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 26
yang
diinginkannya walaupun berada di tangan
wawancara, 7 Juli 2013).
kakaknya…”(Zannariah,
Tabel 7. Hasil Penilaian Karakter Percaya Diri setelah Penerapan SKH Berkarakter di Keluarga Persentase
No. Indeks K.3.1. K.3.2. K.3.3. K.3.4. K.3.5. K.3.6. K.3.7. K.3.8. K.3.9.
Indikator Percaya Diri Apakah anak berani menyatakan pendapatnya Apakah anak berani bertanya dan menjawab pertanyaan Apakah anak bangga dengan dirinya Apakah anak berani melakukan sesuatu tanpa bantuan Apakah anak berani mencoba hal yang baru Apakah anak mau melakukan tantangan dan tidak mudah menyerah Apakah anak berani mempertahankan apa yang dipahami Apakah anak ingin tampil menjadi juara Apakah anak bangga terhadap hasil karya sendiri Rerata
Ada
Tidak
KadangKadang
47 47 40 40 40
27 20 7 13 20
27 33 53 47 40
33
27
40
33 47 53
27 20 7
40 33 40
42
19
39
Berdasarkan data pengamatan dan wawancara dengan orang tua anak mengenai
“….Aswin sering menemani saya
perilaku anak sehari-hari dilingkungan rumah
di dapur, tak apalah selagi tidak
mereka
ada
masing-masing
diperoleh
bahwa
bapaknya
yang
menjaga
karakter percaya diri sudah ada dimiliki oleh
biarlah ia di dapur. Saya kan
rata-rata 42% anak selama mereka berada di
sering buat kue penganan untuk
lingkungan rumah/keluarga. Pada umumnya
dititip ke warung. Kuenya macam-
anak-anak tersebut ingin tampak lebih pintar
macam tapi itu lho dia sering
ketika mereka berada di rumah. Anak-anak
tanya-tanya sama saya bahan-
lebih suka menunjukkan bahwa mereka lebih
bahan apa yang saya campurkan
pintar dalam setiap aktivitas orang tua mereka
kalo sedang buat kue dan dia suka
di rumah. Sebagai contoh ketika orang tua
bantu menguleni tepung. Memang
memasak, anak suka menggunakan peralatan
tidak mengapa cuma saya jadi
masak dan menemani ibunya memasak di
harus
dapur dengan dalih untuk membantu orang
menggunakan peralatan masak,
tuanya, sebagaimana salah satu wawancara
jaga-jaga takut dia kecelakaan
sering
awasi
kalo
peneliti dengan orang tua anak:
ISSN 2355-102X
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 27
dia
saja…”( Sofiatun, wawancara, 30
secara tradisonal tetapi anak lebih cenderung
Mei 2013)
diajak bermain dalam suasana yang riang gembira. Pembelajaran yang diberikan lebih
Sebaliknya masih terdapat rata-rata
ditekankan untuk memancing interaksi anak
19% yang belum memiliki karakter percaya
dalam kelompoknya. Anak-anak dibebaskan
diri sama sekali selama mereka di rumah.
untuk
Selebihnya terdapat rata-rata 39% anak yang
menunjukkan minat dan bakatnya, dan bebas
masih
bertanya apa saja kepada guru. Selebihnya
kadang-kadang
memiliki
karakter
mengutarakan
percaya diri karena pada umumnya mereka
anak
berada di lingkungan keluarga dengan latar
pengalamannya
belakang
maupun peristiwa disekitarnya.
perkonomian
kurang
mampu,
lebih
sebagaimana salah satu wawancara peneliti dengan orang tua anak:
dituntut
pendapatnya,
dalam
untuk
belajar
melihat
dari
kejadian
Sesuai dengan Visi PAUD Noor Ikhsan yakni membentuk generasi masa depan Aceh sebagai generasi yang maju, cerdas,
“….Intan kurang bergaul dengan
terampil, dan bermartabat dalam mewujudkan
teman-temannya di sekitar rumah.
cita-citanya untuk membangun daerah di masa
Ia sering
main saja sendiri di
yang akan datang dan Misi PAUD Noor
halaman rumah. Sering nangis
Ikhsan yakni menjadikan anak-anak Aceh
kalo
yang memiliki ilmu pengetahuan dan kelak
diejek
teman-temannya
karena bajunya jelek. Kalo minta
mampu
merubah
kondisi
jajan juga jarang saya kasih duit
masyarakatnya
karena biaya rumah tangga juga
sejahtera. Sehingga semakin jelas bahwa
pas-pasan. Ibu kan tahu ayahnya
pendidikan Karakter harus diterapkan di
kerja gak tetap, jadi kadang-
PAUD Noor Ikhsan untuk mewujudkan visi
kadang ada jajan kadang-kadang
dan misi mulia tersebut.
tidak. Begitulah kalo sudah di
Model
menuju
perikehidupan
masyarakat
pendidikan
Karakter
yang
yang
rumah, katanya dia malas main
diterapkan di PAUD Noor Ikhsan selama
dengan
penelitian ini mengadopsi metode STAR (Stop,
teman-
temannya….”(Rhadiah,
Think, Act and Review). Dalam penggunaan
wawancara, 6 Juli 2103)
metode tersebut anak-anak diberikan refleksi pilar selama 15 sampai 20 menit sesuai dengan
PEMBAHASAN
tema yang digunakan. Anak-anak dikondisikan
Penerapan SKH Berkarakter di PAUD
untuk mengerti secara jelas apa arti setiap
Noor Ikhsan pada anak usia 3- 4 tahun, tidak
pilar, bagaimana menimbulkan perasaan cinta
diberikan pelajaran membaca dan berhitung
ISSN 2355-102X
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 28
terhadap nilai pilar yang diajarkan dan
kesepakatan bersama diantara anak agar
bagaimana mempraktekkannya.
mematuhi peraturan-peraturan bersama yang
Kurikulum yang diberikan disusun sedemikian
rupa
agar
anak-anak
mereka tetapkan sendiri membuat setiap pelanggaran
yang
dilakukan
oleh
salah
menyenanginya, yaitu dengan diskusi terbuka,
seorang anak akan mendapat teguran dari
bermain, bernyanyi, membaca buku cerita,
teman-temannya maupun guru. Sebagai contoh
kunjungan, dan latihan-latihan dalam tindakan
Azita yang sebelumnya sering terlambat ikut
nyata. Misalnya setelah dibacakan buku cerita
senam karena sering telat bangun pagi mulai
kepada anak, maka guru bertanya dengan
menunjukkan disiplin datang tepat waktu
menegaskan pertanyaan yang terkait nilai-nilai
setelah
karakter yang ada. Ataupun seusai berkunjung
manfaatnya dalam setiap pertemuan oleh guru.
ke suatu tempat, kepada si anak ditanyakan
ditanamkan
Kebiasaan
pilar
mengantri
disiplin
dan
dan
menata
hal-hal bernilai karakter yang dilihatnya,
kembali permainan yang telah dipergunakan
sehingga anak dapat bebas mengeksplorasi
sudah dapat dilakukan oleh beberapa anak
secara total seluruh informasi yang dilihatnya
walaupun masih perlu diberikan beberapa
selama perjalanan. Kesenangan anak-anak
peringatan oleh guru. Penggunaan alat yang
bermain dapat dipakai sebagai kesempatan
bukan pada tempatnyapun akan memberikan
untuk belajar hal-hal yang nyata, sehingga
peringatan salah oleh lingkungannya sehingga
daya cipta, imajinasi dan kreativitas anak
di kemudian hari anak akan menggunakan alat
dapat berkembang. Dengan bermain dan
sesuai fungsinya. Berdasarkan hasil observasi
aktivitas
peneliti
konkrit
dapat
memberikan
terhadap
Aswin
yang
sering
momentum alami bagi anak untuk belajar yang
menggunakan mistar kayu sebagai pedang-
sesuai umur dan kebutuhan spesifik anak.
pedangan yang digunakan untuk memukul temannya sehingga temannya menangis karena berdarah. Perbuatan tersebut menimbulkan
Karakter Disiplin Berdasarkan hasil pengamatan yang
rasa bersalah yang cukup dalam. Aswin
telah dilakukan dalam penelitian ini terhadap
bersembunyi di belakang pintu, kemudian guru
karakter disiplin yang ditanamkan kepada anak
mengajak Aswin untuk meminta maaf kepada
melalui proses pembelajaran menggunakan
temannya. Semenjak saat itu Aswin tidak
SKH Berkarakter dapat dilihat bahwa anak-
pernah menggunakan alat yang tidak sesuai
anak
fungsinya.
yang
berkarakter
disiplin
secara
konsisten dan sudah menjadi kebiasaan anak
Penerapan karakter disiplin di sekolah
secara otomatis memiliki persentase yang
juga mempengaruhi perilaku disiplin anak di
tertinggi
rumah.
pada
keberhasilannya.
ISSN 2355-102X
setiap Dengan
indikator menggunakan
Berdasarkan
hasil
pengamatan
langsung di sekolah dan hasil wawancara
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 29
dengan
orang
tua
sekolah
Kemudian peneliti bekerja sama dengan
menunjukkan bahwa anak sudah konsisten
pendidik mencoba melakukan penanaman pilar
untuk
mematuhi
karakter toleransi terhadap Arum secara
ketentuan yang berlaku di sekolah dan ada
khusus selama beberapa kali pertemuan di
menunjukkan sikap disiplin selama dirumah
sekolah namun hasilnya kurang memuaskan.
dengan mematuhi kebiasaan yang berlaku di
Kemudian
rumah tangga.
kunjungan ke rumah Arum dan langsung
berperilaku
anak
di
disiplin,
peneliti
mencoba
melakukan
bertemu dengan orang tua Arum. Ternyata Arum di lingkungan rumah terlalu mendapat
Karakter Toleransi Berdasarkan hasil pengamatan yang
perhatian yang terlampau berlebihan dari
telah dilakukan dalam penelitian ini terhadap
orang tua bahkan lebih cenderung mendapat
karakter
menunjukkan
perlakuan yang khusus karena Arum adalah
optimalisasi. Sebagai contoh, Putra yang
anak tunggal, sehingga Arum memiliki sifat
semula selalu menyerakkan semua pasir ke
manja dan sering memberi perintah kepada
lantai dan tidak mau memasukkan pasir ke
orang tua untuk memenuhi keinginannya.
toleransi
telah
dalam botol yang telah disiapkan karena
Berdasarkan
pengamatan
tersebut
kurang senang dengan temannya yang suka
peneliti dapat menyatakan bahwa penanaman
mengambil botol dan peralatan yang telah
pilar
disediakan oleh pendidik, terindikasi bahwa
perhatian yang serius dari orang tua selama
Putra belum memiliki sikap toleransi dan
anak
belum mau bekerja sama dengan teman-
Sehingga pesan-pesan karakter yang telah
temannya. Tetapi, setelah penerapan SKH
diterima anak selama di sekolah mendapat
Berkarakter dengan menekankan pilar karakter
tindak lanjut dan dapat diterapkan oleh orang
toleransi melalui komunikasi penuh dan
tua di rumah agar anak dapat menghargai
memberikan perhatian khusus terhadap Putra,
pendapat orang lain dan tidak memaksakan
maka
cukup
kehendaknya sendiri. Apabila kita melihat
menggembirakan terhadap perubahan karakter
hasil pengamatan terhadap rata-rata persentase
Putra, Ia kini mulai sering mengalah dan mau
pencapaian keberhasilan terhadap indikator
berbagi dengan teman-temannya.
toleransi pada tabel 3. dan tabel 6. terlihat
diperoleh
hasil
yang
karakter
berada
toleransi
dalam
harus
mendapat
lingkungan
rumah.
Namun sebaliknya penanaman pilar
perbedaan yang sangat mencolok terhadap
karakter toleransi kurang berhasil terhadap
skor rata-rata tertinggi atas perubahan karakter
Arum. Ia sering menggigit lengan teman-
yaitu rata-rata 39% anak konsisten berhasil
temannya dan tidak mau meminta maaf.
memiliki karakter toleransi ketika anak berada
Kondisi ini setelah peneliti amati ternyata
disekolah namun ketika anak-anak telah
Arum
berada di lingkungan rumah mereka masing-
sering
ISSN 2355-102X
diganggu
teman-temannya.
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 30
masing, maka karakter toleransi dengan skor
dan lebih sering berdiam diri karena seragam
tertinggi 42% dengan nilai pelaksanaan adalah
olahraga sebagai satu-satunya pakaian seragam
“kadang-kadang” melakukan perbuatan sesuai
yang dimilikinya sering dipakai di hari yang
karakter toleransi yang telah ditanamkan
lain.
selama di sekolah.
melakukan komunikasi dengan orang tua agar
Kemudian,
peneliti
dan
pendidik
Berdasarkan data tersebut peneliti
pemakaian seragam olahraga sebagai satu-
dapat menyatakan bahwa selama anak berada
satunya pakaian seragam PAUD Noor Ikhsan
di sekolah seluruh anak diberikan perlakuan
yang dimilikinya dapat dikenakan sesuai
yang sama derajatnya oleh pendidik sehingga
jadwal yang telah disepakati bersama yakni
pilar karakter toleransi dapat diterima dan
hari Rabu dan hari Kamis.
dilaksanakan oleh anak dengan sepenuhnya
terlihat
tanpa ada perbedaan
status sosial anak.
mengikuti senam dan mulai menunjukkan
Tetapai ketika anak telah berada di rumah,
keberaniannya dalam berkomunikasi dengan
maka kondisi keluarga memiliki perlakuan
teman-temannya yang lain.
bahwa
Joa
mulai
Hasilnya dapat bersemangat
yang berbeda-beda untuk masing-masing anak
Berdasarkan data tabel 4 terlihat
sesuai tingkat umur anak didalam keluarga.
bahwa persentase capaian tertinggi indikator
Kondisi inilah yang dapat saja menjadi
keberhasilan karakter percaya diri pada saat
penghambat pembentukan karakter toleransi
anak disekolah adalah sebesar rata-rata 45%
pada diri anak, mengingat anak memiliki
dengan
waktu yang lebih panjang ketika mereka
karakter ini sering muncul
berada di rumah dibandingkan waktu mereka
menunjukkan perilaku yang diharapkan namun
berada di sekolah.
terkadang masih perlu dipandu oleh guru atau
kriteria
“muncul”
dalam
artian
ketika anak
diingatkan oleh guru dan teman-temannya. Sedangkan pada saat anak berada di rumah
Karakter Percaya Diri Selama
SKH
diperoleh rata-rata 42% anak sudah ada
Berkarakter dengan menanamkan pilar percaya
memiliki karakter percaya diri sebagaimana
diri
dapat dilihat pada tabel 7.
beberapa
diterapkannya
anak
mulai
menunjukkan
indikator keberhasilan yang cukup memuaskan
Berdasarkan data tersebut peneliti
yang semula anak masih malu-malu dalam
dapat menyatakan bahwa pada saat anak
berintraksi dengan sesama anak maupun
berada di sekolah anak masih cenderung untuk
dengan guru. Sebagai contoh Joa yang belum
menunggu dan mengikuti seluruh proses
memiliki seluruh
pembelajaran
seragam sekolah seperti
yang
sedang
berlangsung.
teman yang lain cenderung untuk menyisihkan
Sehingga untuk mengaktualisasikan karakter
diri dari kelompok teman-temanya. Pada saat
percaya diri seperti keberanian menyatakan
mengikuti senam Joa sering tidak bersemangat
pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan
ISSN 2355-102X
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 31
dan lainnya si anak harus mengikuti alur
ketika
pembelajaran yang sedang berlangsung dengan
pendidikan karakter di setiap kegiatan
panduan pendidik. Tetapi tatkala anak sudah
harian dengan maksimal melalui program-
berada di rumah, anak merasa cenderung lebih
program yang digemari oleh anak dan
“bebas”
dilanjutkan oleh orang tua ketika anak
mengutarakan
pendapat
sesuai
keinginannya tanpa harus menunggu ataupun
sekolah
mampu
menerapkan
sudah berada di rumah/keluarga.
menyesuaikan alur kegiatan yang berlangsung
2. Berdasarkan penelitian terhadap 15 anak
dalam kehidupan keluarga sehari-hari di
usia 3-4 tahun di PAUD Noor Ikhsan yang
rumah. Sebagai contoh anak dapat menyatakan
diberikan muatan pendidikan karakater
pendapatnya untuk menu masakan apa yang
dalam Satuan Kegiatan Harian diperoleh
harus dimasak ibunya untuk esok hari tanpa
hasil
harus menunggu ibunya pada saat memasak di
pembentukan karakter disiplin, karakter
dapur pada keesokan harinya.
toleransi, dan karakter percaya diri anak
Selanjutnya peneliti dapat menyatakan
yang
cukup
baik
terhadap
selama di sekolah dan di rumah/keluarga.
bahwa karakter percaya diri yang terbentuk
3. Karakter disiplin yang berhasil terbentuk
selama anak di sekolah akan memberikan
secara konsisten dan teramati pada diri
kecenderungan kepada anak untuk lebih
anak-anak PAUD Noor Ikhsan usia 3-4
berprestasi
tahun
menurut
kemampuannya.
berdasarkan
indikator
yang
Sedangkan percaya diri untuk berprestasi akan
diharapkan diperoleh pencapaian rata-rata
sulit terbentuk dalam diri anak apabila
sebesar 58% selama anak disekolah dan
lingkungan keluarga tidak memunculkan iklim
52% selama anak di rumah/keluarga.
persaingan yang sehat diantara sesama anggota keluarga.
4. Karakter Toleransi yang berhasil terbentuk secara konsisten dan teramati pada diri anak-anak PAUD Noor Ikhsan usia 3-4
SIMPULAN DAN SARAN
tahun
berdasarkan
indikator
yang
Penerapan SKH Berkarakter dalam Kurikulum
diharapkan diperoleh pencapaian rata-rata
Satuan Pendidikan Anak Usia Dini di PAUD
sebesar 39% selama anak disekolah dan
Noor Ikhsan memberikan pengaruh yang
31% selama anak di rumah/keluarga.
beragam terhadap pembentukan karakter anak
5. Karakter Percaya Diri yang berhasil
usia dini sebagai peserta didik, sehingga dapat
terbentuk secara konsisten dan teramati
disimpulkan sebagai berikut:
pada diri anak-anak PAUD Noor Ikhsan
1. Pembentukan karakter terjadi dalam diri
usia 3-4 tahun berdasarkan indikator yang
anak selama berada dalam lingkungan
diharapkan diperoleh pencapaian rata-rata
sekolah,
sebesar 23% selama anak disekolah dan
keluarga,
dan
lingkungan
masyarakat. Pencapaian terbaik terjadi
ISSN 2355-102X
42% selama anak di rumah/keluarga.
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 32
Berdasarkan simpulan tersebut, ada beberapa saran
yang
penulis
kemukakan
PNFI Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
sebagai
berikut:
Annonymous,
1. Penerapan
SKH
Karakter
dalam
Kurikulum Satuan Pendidikan Anak Usia Dini membutuhkan pendidik yang mahir dan terlatih dalam memberikan refleksi pilar karakter dalam setiap pertemuannya.
2007, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Pusat Kurikulum, Jakarta.
Aisyah, Siti, dkk, 2009. Materi Pokok Pembelajaran Terpadu: Cetakan Ketujuh, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Pendidik dituntut untuk mengerti ilmu psikologi anak secara praktis agar muatan karakter yang diberikan mencapai hasil yang diharapkan.
Asmawati, Luluk, dkk. 2008. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, Cetakan Pertama, Edisi Kesatu, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
2. Diperlukannya kenyamanan lingkungan sekolah yang meliputi sarana prasarana yang
memadai,
ruang
belajar
yang
menyenangkan, interaksi sosial antara pendidik, anak dan orang tua yang baik serta banyak kegiatan yang digemari anak. Kondisi tersebut akan menimbulkan rasa senang
dan
cinta
sekolah,
sehingga
karakter yang dibangun di sekolah akan tertanam dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Annonymous, 2005, Kurikulum 2004. Standar Kompetensi. Depdiknas, Jakarta. Annonymous, 2005, Pedoman Pengembangan Silabus di Taman Kanak-kanak, Depdiknas, Jakarta.
Falsafi, Muhammad Taqi, 2003. Anak, Antara Gen dan Pendidikan, Cetakan Kedua Penerbit Cahaya, Bogor. Lauter, P. 2002. Tes Kepribadian. Gaya Media Pratama, Jakarta. Megawangi, Ratna, 2009. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa, Cetakan Ketiga, Penerbit Indonesia Heritage Foundation, Bogor. Mini, Rose, dkk., 2007. Panduan Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak, Cetakan 2010, Penerbit Indocam Prima, Jakarta. Muslich, Masnur, 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensial, Cetakan Kedua, Bumi Aksara, Jakarta. Peraturan
Annonymous, 2005, Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Depdiknas, Jakarta. Annonymous, 2012, Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal
ISSN 2355-102X
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Unicef Indonesia, 2010. Penuntun Hidup Sehat, Edisi Keempat, Diterbitkan oleh : Kemenkes RI.: Jakarta.
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 33
Santrock, John W, 2010. Child Development, Ed. 13th, McGraw-Hill Company, NY. Sukmadinata, (2006), diakses pada tanggal 30 Maret 2013. Melalui website: http://www.becerita.com/2012/1 1/jenis-jenis-rancanganpenelitian-dan.html Suyanto, Prof, Ph.D (2011), Pendidikan Karakter [online], diakses pada tanggal 30 Maret 2013. Melalui website : http://suparlan.com/2/2012/07/2 3/pendidikan-karakter/ Syaodih, Ernawaulan, 2008. Materi Pokok untuk Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini, Cetakan Pertama, Edisi Kesatu, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
ISSN 2355-102X
Volume I Nomor 1. Maret 2014 | 34