PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI MASYARAKAT MARJINAL (Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: ALPRILIA NURIANI RACHMAWATI NIM 1112018200054
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1438 H
ABSTRAK Alprilia Nuriani Rachmawati (NIM : 1112018200054). Penerapan Pendidikan Karakter bagi Masyarakat Marjinal (Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta) Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pendidikan karakter merupakan suatu usaha sengaja yang dilakukan dalam membantu pengembangan karakter dengan optimal dan membentuk kepribadian seseorang melalui budi pekerti agar menjadi manusia yang bermoral, serta mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Sasaran penerapan pendidikan karakter pada penelitian ini merupakan masyarakat marjinal yang mana mereka adalah kelompok masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diakibatkan karena himpitan ekonomi, sehingga akses untuk mendapatkan kebutuhan hidup yang layak pun tidak dapat terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif dan faktor apa saja yang mendukung Yayasan Nara Kreatif menerapkan pendidikan karakter ini. Selain itu, untuk melihat kendala apa saja yang dihadapi dan apa bentuk upaya yang dilakukan agar penerapan pendidikan karakter ini berjalan efektif. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Nara Kreatif dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif berhasil dilakukan dengan adanya kedekatan, serta interaksi dan komunikasi yang terjalin dengan warga belajar. Selain itu, membangun kerjasama dengan orangtua dan pihak yayasan agar penerapan pendidikan karakter ini dapat berjalan dengan efektif.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Masyarakat Marjinal.
i
ABSTRACT Alprilia Nuriani Rachmawati (NIM : 1112018200054). Implementation of Character Education for Marginal Community (Case Study at Nara Kreatif Foundation Jakarta) Character education is a deliberate effort that made for assist the development of the optimal character and shaping one's personality through manners in order to become a morality, and able to behave and act based on the values that have become his personality. The object implementation of character education in this study is a marginal society in which they are groups of people living below poverty line resulting from the economic crush, so that access to basic life needs were not met. The purpose of this study was to determine how the implementation of character education for marginalized communities in Nara Kreatif Foundation and what factors are supporting Nara Kreatif Foundation implement this character education. Moreover, to see any constraints faced and what kind of effort made to keep the implementation of character education is effective. This research was conducted at Nara Kreatif Foundation using descriptive qualitative method of analysis. The data collection techniques in this study through observation and interviews. The results showed that the implementation of character education for marginalized communities in Nara Kreatif Foundation is successful with a proximity, as well as interaction and communication is established with the learners. Moreover, building cooperation with parents and the foundation so that the implementation of character education is to be effective. Key Word : Character Education, Marginal Community
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis ucapkan karena berkat rahmat, karunia, serta ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan para pembaca. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Namun berkat dukungan, bimbingan, serta do’a dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, atas nasehat, arahan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. 3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan proses penulisan skripsi ini. 4. Dr. Jejen Musfah, MA. Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan proses penulisan skripsi ini.
iii
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen jurusan Manajemen Pendidikan yang telah mendidik, mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan pengetahuannya selama perkuliahan. 6. Nezatullah Ramadhan, Ketua Yayasan Nara Kreatif beserta keluarga besar Yayasan Nara Kreatif (Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Pengurus, Pengajar, Anak Asuh dan Warga Belajar) yang telah memberikan izin dan memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian dan bersedia menjadi narasumber penulis hingga selesai. 7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak (Rachmat Sanjaya) dan Mamah (Ade Siti Mariam) yang tidak pernah lelah mendidik penulis sampai saat ini, yang senantiasa memberikan do’a, dukungan moril maupun materil, arahan, nasihat dan bimbingan setiap saat tanpa ada henti-hentinya, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi. 8. Kakak-kakak yang terhebat, A Deden dan A Firman yang selalu mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan perkuliahan dan memberikan dukungan sampai terselesaikannya skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat tersayang, Fitri, Risma, Uswah, Nada, Azka, Annisa, dan Shinta yang selalu mendukung setiap saat, walau terkadang sulit menyatukan waktu untuk sekedar berkumpul bersama. Namun, kalian selalu menjadi bagian dari cerita kehidupan penulis dari awal perkuliahan hingga seterusnya, dan pastinya akan selalu dirindukan. 10. Keluarga kedua yaitu Anies Nurfitriani, Sheila Ayu Mutiaroh, Bejo Nurdamirin dan Rosim yang selalu mendukung dan memotivasi, serta mendengarkan keluh kesah penulis, sampai mereka menjadi bagian dari warna baru dalam kehidupan. 11. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012, Tim Power Ranger, dan Teman MP-B yang selalu indah untuk dikenang, selalu berbaik hati dan saling support satu sama lain.
iv
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan, jasa, dan do’anya yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Penyusunan skripsi ini tentunya masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Aamiin.
Ciputat, Oktober 2016 Hormat saya,
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
v
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Alprilia Nuriani Rachmawati
NIM
:
1112018200054
Fakultas
:
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan
:
Manajemen Pendidikan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi
yang berjudul
Penerapan
Pendidikan
Karakter bagi
Masyarakat Marjinal (Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta) adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan :
Pembimbing 1 Nama
:
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA
NIP
:
19540802 198503 1 002
Pembimbing 2 Nama
:
Dr. Jejen Musfah, MA
NIP
:
19770602 200501 1004
Demikian surat pernyataan ini saya buat, dengan sebenar-benarnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, Oktober 2016 Yang menyatakan
Alprilia Nuriani Rachmawati vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI UJI REFERENSI ABSTRAK .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................................. vi DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 9 C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 9 D. Rumusan Masalah .................................................................................... 9 E.
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10
F.
Manfaat Penelitian ................................................................................... 10
BAB II KAJIAN
TEORI
TENTANG
PENDIDIKAN
KARAKTER
&
MASYARAKAT MARJINAL A. Pendidikan Karakter .................................................................................. 12 1. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................................... 12 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ............................................. 18 3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa ................................... 20
vii
4. Sumber-sumber Nilai Karakter ........................................................... 24 5. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter ...................................... 25 6. Faktor Penyebab Krisis Pendidikan Karakter ..................................... 27 7. Pendekatan Pendidikan Karakter ........................................................ 29 B. Masyarakat Marjinal ................................................................................. 32 1. Pengertian Masyarakat Marjinal ......................................................... 32 2. Penderitaan Migran Perkotaan ............................................................ 34 3. Pendidikan Kaum Miskin .................................................................... 36 C. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu ....................................................... 38 D. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian ....................................................................................... 41 B. Metode Penelitian ...................................................................................... 42 C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42 D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 43 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 45 1. Sejarah Singkat Yayasan Nara Kreatif ................................................ 45 2. Identitas Yayasan Nara Kreatif ........................................................... 47 3. Visi dan Misi Yayasan Nara Kreatif ................................................... 47 4. Data Pengurus, Pengajar, Anak Asuh dan Warga Belajar .................. 48 5. Proses Penerimaan Anak Asuh dan Warga Belajar ............................ 51 6. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 52 7. Kurikulum Pembelajaran .................................................................... 53 8. Kerjasama Yayasan ............................................................................. 53
viii
B. Deskripsi dan Analisis Data ...................................................................... 54 1. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Karakter ......................................... 54 2. Faktor Pendukung Penerapan Pendidikan Karakter ............................ 80 3. Kendala dan Upaya dalam Penerapan Pendidikan Karakter ............... 82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 89 B. Saran .......................................................................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 94
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian ........................................................................... 41 Tabel 4.1 Data Pengurus dan Pengajar Yayasan Nara Kreatif berdasarkan Jenjang Pendidikan .................................................................................................... 49 Tabel 4.2 Data Warga Belajar dan Anak Asuh berdasarkan Latar Belakang .............. 50 Tabel 4.3 Data Warga Belajar dan Anak Asuh berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 51 Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ................................................. 58 Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Pendidikan Agama Islam .................................................. 60 Tabel 4.6 Jadwal Kegiatan Hasanah Qur’ani ............................................................... 63 Tabel 4.7 Kegiatan dan Penanaman Nilai-nilai Karakter di Yayasan Nara Kreatif ..... 77 Tabel 4.8 Jadwal Kegiatan Yayasan Nara Kreatif ....................................................... 82
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Sumber Nilai Karakter dan Budaya ....................................................... 25
Gambar 4.1
Kegiatan Nara Bersih ............................................................................. 64
Gambar 4.2
Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat ................................................... 65
Gambar 4.3
Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal ............................................................. 67
Gambar 4.4
Kegiatan Karnaval perayaan HUT RI ke-71 .......................................... 70
Gambar 4.5
Suasana Buka Puasa Bersama ................................................................ 71
Gambar 4.6
Pemotongan Hewan Qurban Idul Adha 1437H ..................................... 72
Gambar 4.7
Kelas Inspirasi ........................................................................................ 74
Gambar 4.8
Nara Sehat Sunatan Massal .................................................................... 75
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Wawancara ............................................................................. 95
Lampiran 2
Hasil Wawancara Ketua Yayasan .......................................................... 99
Lampiran 3
Hasil Wawancara Kepala Sekolah ......................................................... 104
Lampiran 4
Hasil Wawancara Pengajar Paket A ....................................................... 108
Lampiran 5
Hasil Wawancara Pengajar Paket C ........................................................ 111
Lampiran 6
Hasil Wawancara Pengajar Paket B ....................................................... 114
Lampiran 7
Hasil Wawancara Warga Belajar ........................................................... 117
Lampiran 8
Hasil Wawancara Warga Belajar ............................................................ 120
Lampiran 9
Hasil Wawancara Warga Belajar ............................................................ 123
Lampiran 10 Profil Yayasan Nara Kreatif ................................................................... 126 Lampiran 11 Data Pengurus dan Pengajar Yayasan Nara Kreatif ................................ 133 Lampiran 12 Data Warga Belajar ................................................................................ 134 Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 147 Lampiran 14 Surat Pengesahan Yayasan Nara Kreatif ................................................ 148 Lampiran 15 Surat Permohonan Bimbingan ............................................................... 149 Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................................... 150
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sudah menjadi hal yang mutlak dan wajib ditempuh oleh setiap lapisan masyarakat. Dengan perkembangan yang begitu cepat ini menuntut masyarakat Indonesia harus mampu bersaing dengan Negara lain. Pada Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia sekarang ini lebih cenderung dirasakan oleh lapisan masyarakat kelas menengah dan lapisan masyarakat atas. Hal ini sangat amat memprihatinkan mengingat pemerintah sudah mencanangkan program wajib belajar Sembilan tahun bagi sekolah negeri secara gratis, namun masih saja ada masyarakat yang tidak mempergunakan kesempatan tersebut. Permasalahan ini mungkin terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai esensi pendidikan, dukungan dan kondisi dari lingkungan sekitar, serta keadaan ekonomi keluarga yang rendah. Permasalahan tersebut biasanya dirasakan dari masyarakat golongan bawah atau masyarakat pra-sejahtera atau yang lebih dikenal sebagai masyarakat marjinal. Masyarakat marjinal merupakan kelompok masyarakat yang hidup dibawah standar kemiskinan. Mereka adalah golongan masyarakat yang terpinggirkan atau yang dikucilkan dari lingkungan mereka sendiri. Menurut Paulo Freire, Kaum marjinal dibedakan dua kelompok yang jarang mendapat perhatian dalam hal pendidikan. Pertama, penyandang cacat, yaitu yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang memadai dan
1
2
pendidikannya dibedakan dengan kaum “normal” yang menjadikan kaum cacat menjadi terasing dari lingkungan sosial, tereklusi dari sistem sosial orang-orang normal. Kedua, anak-anak jalanan, kaum miskin yang sudah terbiasa dengan kekerasan.1 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta menerangkan bahwa jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen). Data tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada bulan September 2014 (412,79 ribu orang atau 4,09 persen), yang mana jumlah penduduk miskin turun sebesar 13,87 ribu atau turun 0,16 poin.2 Berdasarkan data yang diperoleh tersebut sudah seharusnya mereka yang tergolong dalam masyarakat pra-sejahtera atau masyarakat marjinal mendapatkan dan merasakan pendidikan yang layak. Dewasa ini, dapat kita perhatikan banyak anak-anak yang putus sekolah dan memilih untuk bekerja demi menyambung kehidupannya, seperti menjadi pengamen jalanan. Dukungan yang kurang dari lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi seseorang tidak dapat menempuh pendidikan. Bahkan ada angkatan usia kerja yang seharusnya sudah dapat memperoleh pekerjaan di tempat kerja yang layak, namun karena jenjang pendidikan yang diperolehnya rendah sehingga tidak dapat memperoleh itu semua, seperti menjadi asisten rumah tangga, supir angkot, tukang ojeg, dan sebagainya. Hal ini butuh perhatian khusus bagi pemerintah ataupun instansi atau lembaga swasta, dan bahkan masyarakat sendiri untuk menangani permasalahan ini. Salah satu bentuk pendidikan alternatif yang mungkin dapat dilaksanakan bagi mereka melalui pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal diselenggarakan oleh warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
1
Mohammad Ali Fauzi, “Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (Studi Kasus Pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga)”, Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang, 2007, h. 25, tidak publikasikan. 2 Sri Santo Budi Muliatinah, “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2015”, Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 15 September 2015, h. 1.
3
sepanjang hayat. Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.3 Saat ini di Indonesia sudah banyak didirikan berbagai macam satuan pendidikan non-formal, salah satunya yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.4 Dengan adanya Pusat Kegiatan Belajar (PKBM) diharapkan dapat memperbaiki pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan bagi masyarakat pra-sejahtera atau masyarakat marjinal. Kegiatan yang ada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat pun bermacam-macam, seperti adanya kegiatan pembelajaran dan kegiatan usaha (bisnis). Diharapkan dengan adanya beberapa kegiatan tersebut, dapat menarik minat masyarakat untuk dapat melanjutkan pendidikan mereka, serta mengasah kreativitas yang mereka miliki. Tidak hanya mendapatkan pembekalan ilmu dan kreativitas saja, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) disini diharapkan dapat menerapkan pendidikan karakter sama seperti halnya yang diterapkan pada sekolah formal pada umumnya. Apalagi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menangani masyarakat marjinal dimana warga belajarnya berasal dari lapisan masyarakat kelas bawah, perlu adanya penerapan pendidikan karakter disetiap kegiatan yang dilaksanakan.
3
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 135-136. 4 Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Standar dan Prosedur Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 4.
4
Menurut Thomas Lickona (1991) dalam buku Pendidikan Karakter (Gunawan: 2012) mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.5 Dewasa ini, pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan, karena banyaknya perilaku yang tidak berkarakter yang dilakukan oleh masyarakat sekarang ini. Beberapa perilaku yang tidak berkarakter yang sering kali kita temui antara lain tawuran antar pelajar, maraknya „geng motor‟, pergaulan bebas dan penggunaan NARKOBA. Berdasarkan data yang dihimpun oleh CNN Indonesia, kasus-kasus pencurian kerap terjadi di Jakarta sepanjang tahun 2014. Angka kasus pencurian dengan kekerasan (curas) mencapai 904 kasus. Sementara kasus pencurian dengan disertai pemberatan (curat) sebanyak 3.515 kasus. Tindak pencurian kendaraan bermotor (curanmor) sebanyak 3.162 kasus. Itu belum termasuk kasus-kasus kriminal lain. Kasus pemerasan misalnya hanya turun 9,79% dari tahun 2013, yakni sebanyak 433 kasus. Kasus pemerkosaan malah meningkat 10,52% dibanding tahun sebelumnya. Dari total 57 kasus pada tahun 2013, kasus pemerkosaan naik menjadi 63 kasus di tahun 2014.6 Melalui data tersebut dapat diketahui bahwa sekarang ini makin banyaknya perilaku yang tidak bermoral dan berakhlak terjadi, khususnya di Jakarta. Hal yang memicu perilaku yang tidak berkarakter tersebut mungkin dikarenakan adanya kesenjangan ekonomi-sosial-politik, tindakan KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme), serta ketidakadilan hukum sehingga perilaku tidak berkarakter pun timbul. Hal ini sangat memprihatikan bagi bangsa Indonesia, karena ini menunjukkan kelemahan dan kerapuhan karakter yang dimiliki bangsa ini. Oleh karena itu dibutuhkan peran dari berbagai sektor, 5
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.23. 6 Yohannie Linggasari dan Donatus Fernanda Putra, Jakarta Kota Paling Tak Aman Sejagat, CCTV, & Sniper Disiapkan, 2015, (http://m.cnnindonesia.com/nasional/20150129081301-20-28184/jakarta-kota-paling-takaman-sejagat-cctv-sniper-disiapkan/).
5
tidak hanya dari pemerintah, melainkan lembaga pendidikan baik negeri atau swasta, dan masyarakat sekitar yang perlu mengoptimalkan pendidikan karakter di Indonesia. Pada tahun 2010, pemerintah di Indonesia khususnya Kementerian Pendidikan Nasional telah memberlakukan program penerapan pendidikan karakter, hal ini dikarenakan sebagai bentuk perbaikan moral dan karakter bangsa di Indonesia. Program tersebut dirumuskan kedalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterapkan dalam mata pelajaran, ekstrakurikuler, dan kegiatan sehari-hari. Dengan diterapkannya pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Dalam ajaran Islam, pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma bangsa sangat penting, karena antara akhlak dan karakter merupakan satu kesatuan yang kukuh seperti pohon dan yang menjadi inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad SAW. Pilar-pilar pembentukan karakter Islam bersumber pada Al-Quran, Sunnah atau hadis, dan keteladanan Nabi Muhammad SAW.7 Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Ahzab: 21,
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah bagimu, (yaitu) bagi orang yag mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
7
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 45-46.
6
Jika di dalam Al-Qur‟an terdapat kisah para nabi atau orang-orang yang durhaka, maka tujuannya adalah untuk membina moral. Orang-orang yang baik seperti para nabi selalu berada dalam kemenangan. Sebaliknya, orang-orang yang jahat selalu berada dalam kebencian Tuhan dan akhir perjuangannya berada dalam kerugian. Hal ini dapat ditarik pelajaran agar manusia memiliki sikap yang baik agar mendapat kasih sayang Tuhan dan menjauhi perbuatan yang buruk agar tidak dibenci Tuhan.8 Berkaitan dengan pernyataan di atas Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an Surat Al-Qashash: 84,
“Siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-Qashash [28]: 84). Hal yang paling penting dalam pendidikan karakter adalah kesadaran untuk memahami apa yang dilakukannya adalah hal yang terbaik. Untuk semakin menguatkan kesadaran untuk memahami ini, dibutuhkan contoh atau suri teladan yang baik dari para pendidik dan orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan.9 Penerapan pendidikan karakter tidak hanya dilaksanakan di sekolah formal saja, melainkan perlu dilaksanakan oleh semua instansi dan seluruh lapisan masyarakat, salah satunya ialah dari bentuk pendidikan nonformal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
8
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 212. 9 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jogjakarta: ArRuzz, 2011), h. 19.
7
Dengan adanya penerapan pendidikan karakter pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) khusunya bagi masyarakat marjinal, dapat memperbaiki moral serta akhlak mereka melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang bersangkutan. Penerapan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa bagi masyarakat marjinal tentu dalam prosesnya tidaklah mudah, diperlukan proses yang panjang dan dilakukan secara bertahap agar penerapan pendidikan karakter berjalan efektif. Yayasan Nara Kreatif yang berlokasi di daerah Jakarta Timur merupakan salah satu dari sekian banyak Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) yang ada di Indonesia yang menerapkan pendidikan karakter pada setiap kegiatan yang dilaksanakan, khususnya bagi masyarakat marjinal. Yayasan Nara Kreatif didirikan pada tanggal 31 Januari 2013, dan baru adanya pengesahan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor: AHU-3071.AH.01.04.Tahun 2014. Awal mula didirikannya Yayasan Nara Kreatif yaitu bergerak dalam bidang daur ulang limbah kertas dan organik, karena melihat limbah kotor yang ada di lingkungan masyarakat sekitar yang sayang apabila tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin. Setelah satu tahun usaha dalam bidang daur ulang cukup berhasil, founder Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan membuka Sekolah Kejar Paket (A/B/C) yang mana didirikannya ini sebagai bentuk keprihatinan pada anak jalanan serta masyarakat marjinal yang tidak dapat menempuh pendidikan seperti anak pada umumnya, namun masih memiliki
semangat
untuk
belajar.
Sekolah
kejar
paket
tersebut
diselenggarakan secara gratis atau tanpa dipungut biaya sama sekali dan sumber dana yang membiayai penyelenggaraan sekolah kejar paket ini ialah keuntungan yang diperoleh dari usaha daur ulang limbah kertas dan organik. Selain kegiatan pembelajaran, di yayasan ini juga terdapat kegiatan yang mendukung seperti kegiatan pengolahan limbah dan daur ulang (recycle), olahraga, gotong royong setiap 1 bulan sekali, dll. Selain itu juga ada beberapa program yang mungkin biasanya kita dapatkan pada sekolah
8
formal, yaitu Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Majalah Dinding, Study Tour, dll. Alumni atau lulusan yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif sampai saat ini sudah mencapai ±60 orang dan kebanyakan dari lulusan tersebut lebih memilih untuk bekerja, khususnya untuk lulusan yang mengambil Paket C, sedangkan lulusan yang berasal dari Paket A dan Paket B ±30% yang melanjutkan bersekolah di Yayasan Nara Kreatif dan selebihnya melanjutkan di luar Yayasan Nara Kreatif. Penulis tertarik meneliti di Yayasan Nara Kreatif karena setiap kegiatan yang dilaksanakan ditanamkan nilai-nilai pendidikan karakter, sehingga masyarakat marjinal yang bersekolah di yayasan tersebut dapat memiliki moral dan akhlak yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Sebab menurut
founder
Yayasan
Nara
Kreatif,
Nezatullah
Ramadhan,
mengungkapkan bawah penerapan nilai-nilai pendidikan karakter ini karena melihat kemampuan yang dimiliki warga belajar yang kurang dibandingkan dengan yang lain, maka beliau pun lebih menekankan dari kepribadian atau menanamkan nilai-nilai karakter di setiap kegiatan yang dilaksanakan, karena dari kepribadian inilah dapat menunjang kesuksesan serta dapat memperbaiki sedikit demi sedikit moral atau ahlak yang sekarang ini semakin menurun10. Dalam prosesnya hal tersebut tidaklah mudah untuk diterapkan begitu saja bagi mereka, sebab dari latar belakang yang mereka miliki sangat kurangnya penanaman nilai-nilai karakter dalam kehidupan mereka seharihari. Latar belakang warga belajar yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif ini beraneka macam, ada yang berasal dari keluarga Broken Home, putus sekolah (Drop Out), Asisten Rumah Tangga (ART), buruh pabrik, dan pengamen jalanan. Terkadang penyampaian pesan ataupun contoh dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Yayasan Nara Kreatif disalah artikan oleh mereka. Lingkungan dimana mereka tinggal dan bergaul pun juga dapat menjadi salah satu faktor tidak mudahnya menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi mereka. 10
Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan, , (Jakarta, 26 Mei 2015).
9
Berdasarkan uraian masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut ke dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Pendidikan Karakter bagi Masyarakat Marjinal (Studi Kasus Yayasan Nara Kreatif Jakarta)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu:. 1. Latar belakang warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal. 2. Masih kurangnya penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal khususnya bagi warga belajar di Yayasan Nara Kreatif. 3. Masih kurangnya kerjasama dari orangtua siswa dan pihak Yayasan Nara Kreatif dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter. 4. Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif belum maksimal, khususnya dalam penyampaian pesan atau nasihat kepada warga belajar. 5. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan Nara Kreatif masih belum berjalan optimal. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas diperlukan pembatasan masalah agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, tidak meluas, dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Maka untuk menentukan fokus penelitian, penulis hanya meneliti mengenai penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal dengan studi kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis mencoba meneliti, mengkaji, dan merumuskan penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif?
10
2. Apa faktor pendukung yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif untuk menerapkan pendidikan karakter? 3. Kendala dan upaya apa saja yang dilakukan Yayasan Nara Kreatif dalam penerapan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui faktor yang mendorong Yayasan Nara Kreatif menerapkan pendidikan karakter. 2. Untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif. 3. Untuk mengetahui kendala-kendala dan upaya yang dilakukan untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa di Yayasan Nara Kreatif. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan bagi dunia pekerjaan sosial, khususnya
yang berfokus pada bidang pendidikan
yang
menerapkan pendidikan bagi masyarakat marjinal. 2. Manfaat Praktis a. Bagi yayasan, sebagai bahan masukan bagi Yayasan Nara Kreatif dan pihak terkait dalam menerapkan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal. b. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif bagi masyarakat marjinal dan dapat memberikan kontribusi pengembangan khazanah ilmu.
11
c. Bagi penulis, memberikan motivasi untuk penulis untuk belajar lebih banyak serta dapat memperoleh pengalaman langsung dalam penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif.
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER & MASYARAKAT MARJINAL
A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum pembahasan mengenai pendidikan karakter, ada baiknya kita harus memahami dulu definisi dari pendidikan itu sendiri. Banyak para ahli yang mendefinisikan pendidikan dari berbagai macam sudut pandang. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Ada pula yang mendefiniskan pendidikan bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Bagi kehidupan umat manusia, pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita) untuk maju, sejahtera, dan bahagian menurut konsep pandangan hidup mereka.2 Dengan kata lain bahwa pendidikan ialah sesuatu yang dibutuhkan
setiap
individu
sepanjang
hayatnya
untuk
dapat
menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki.
1 2
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 32.
12
13
Beberapa definisi tentang pendidikan dari para pakar pendidikan tersebut, yang perlu kita ketahui diantaranya adalah definisi yang disampaikan oleh Prof. Langeveld. Pakar pendidikan dari Belanda ini mengemukakan, bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Selain itu, definisi pendidikan juga dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam kongres Taman Siswa yang pertama pada 1930 ia menyebutkan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahpisah bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.3 Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara dapat diketahui bahwa sesungguhnya pendidikan lebih tertuju kepada memajukan budi pekerti peserta didik. Pendidikan adalah proses permartabatan menuju puncak optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya. Pendidikan adalah proses membimbing, melatih, dan memandu manusia terhindar atau keluar dari kebodohan dan pembodohan. Pendidikan adalah metamorfosis perilaku menuju kedewasaan sejati. Pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai proses elevasi yang dilakukan secara nondiskriminasi, dinamis, dan intensif menuju kedewasaan individu, dimana prosesnya dilakukan secara kontinyu dengan sifat yang adaptif dan nirlimit atau tiada akhir.4 Pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subjek didik menuju manusia masa depan yang bertanggung jawab. Kata “bertanggung jawab” mengandung makna, bahwa subjek didik dipersiapkan untuk menjadi manusia yang berani berbuat dan berani 3
Ibid, Choirul Mahfud, h. 33 Sudarwan Dani, Pengantar Kependidikan: Landasan, Teori, dan 234 Metafora Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 2-3. 4
14
pula bertanggung jawab atas perbuatannya.5 Dengan kata lain, dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan membentuk peserta didik untuk menjadi manusia yang berani dan bertanggung jawab. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa pendidikan pada dasarnya ialah suatu upaya untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi dewasa yang berbudi pekerti luhur, menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki, serta bertanggung jawab atas perbuatannya. Setelah mengetahui definisi dari pendidikan, maka selanjutnya ialah mengenai karakter. Definisi mengenai karakter
banyak
diungkapkan oleh beberapa ahli. Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassaein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang karakter, sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Hornby and Parnwell (1972) mendefinisikan karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. b. Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. c. Doni Koesoema A. (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang 5
Ibid, Sudarwan Dani, h. 4.
15
bersumber dari diri seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan. Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditegaskan bahwa karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.6 Berdasarkan uraian mengenai karakter, dapat diketahui bahwa karakter yaitu suatu nilai yang dimiliki pada tiap manusia dan nilai-nilai tersebut didasarkan atas norma agama, hukum, budaya, dan adat istiadat. Pengertian lain menerangkan karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya.7 Maka dapat diberikan kesimpulan bahwa karakter ialah nilai yang ada pada diri manusia dan mengacu pada sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan untuk melakukan hal terbaik yang dimilikinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
6
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 1-4. 7 Ngainun Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 55.
16
Setelah kita mengetahui definisi dari karakter, baik secara terminologis
ataupun
etimologis,
dapat
dengan
mudah
kita
mendefinisikan pendidikan karakter. Menurut Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter adalah pendidikan
untuk
membentuk
kepribadian
seseorang
melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggungjawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Menurut Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter
dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.8 Dengan kata lain pendidikan karakter disini sama halnya dengan pendidikan morak dan akhlak yang mana membentuk kepribadian anak, serta membina kepribadian generasi muda. Ada pula ahli yang menerangkan bahwa pendidikan karakter sama halnya dengan pendidikan akhlak dalam perspektif islam. Dalam konsep Ibn Miskawaih, pendidikan akhlak merupakan upaya menuju terciptanya sikap batiniah yang mampu mendorong secara spontan lahirnya tindakan-tindakan yang bernilai baik. Kriteria benarsalah dan baik-buruk untuk menilai suatu tindakan dikaitkan kepada Alquran dan petunjuk Nabi Muhammad, sebagai pedoman tertinggi dalam Islam. Kajian konsep akhlak telah lama dirumuskan oleh tokoh-tokoh Islam, seperti Ibnu Miskawaih, Imam Al-Ghazali, Ibn Sina, Syeikh Ataillah. Semua telaah ini menegaskan , tujuan tertinggi pendidikan 8
Ibid., h. 23-24.
17
akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku manusia. Karakter positif ini bersumber dari penghayatan dan pengamalan ajaran Allah SWT dalam rutinitas kehidupan manusia. Dalam sebuah pendidikan, pendidikan karakter ataupun pendidikan akhlak, kedua istilah ini tidak ada pertentangan. Sebab, keduanya membutuhkan sebuah tindakan nyata sebagai ekspresi nilai personal. Keduanya tidak bisa lepas dari sumber nilai-nilai dalam spiritualitas, agama, bahkan budaya.9 Maka menurut pengertian di atas bahwasanya pendidikan karakter atau pendidikan akhlak Menurut Sisca Rahmadona, Farida Hanum, dan Arif Roham mendefinisikan pendidikan karakter yaitu “Character Education is done by instilling core ethical values as the basis for a good character. The goal is the formation of good character” 10, yang dapat didefinisikan bahwa pendidikan karakter merupakan penanaman nilainilai dasar untuk sebuah karakter yang baik, karena tujuannya ialah pembentukan karakter yang baik. Pendidikan karakter diartikan juga sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal). Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum (the content of the curriculum), proses pembelajaran (the process
of
relationships),
9
instruction), penanganan
kualitas mata
hubungan pelajaran
(the (the
quality
of
handling
of
Mochamad Ziaulhaq, Sekolah Berbasis Nilai, (Bandung: Ihsan Pers, 2015), h. 17-
18. 10
Sisca Rahmadonna, Farida Hanum dan Arif Rohman, “Development of Children Character Through Model of Communication, Education, Information in Marginal Communities in Yogyakarta”,h. 263-267, dalam Proceeding: Empowering The Primary Education for The Brighter Generation, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), h.263.
18
discipline), pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.11 Pendidikan karakter juga bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah
usaha
menanamkan
kebiasaan-kebiasaan
yang
baik
(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik.12 Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja yang dilakukan dalam membantu pengembangan karakter dengan optimal dan membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti agar menjadi manusia yang bermoral, serta mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Adapun tujuan pendidikan karakter sejalan dengan UndangUndang Dasar 1945 Pasal 3 (3): “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”
11
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), h. 14. 12 Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukan, 2011), h. 6.
19
Sedangkan
fungsi
pendidikan
nasional
dirumuskan:
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan pernyataan diatas dapat dirumuskan tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter/budi pekerti peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai luhur dari setiap butir sila dari Pancasila. Secara khusus bertujuan mengembangkan potensi anak didik agar berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik, memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negara, dan mencintai sesama umat manusia. Fungsi
pendidikan
karakter
menumbuhkembangkan
kemampuan dasar peserta didik agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, membangun kehidupan bangsa yang multikultur, membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya yang luhur, berkontribusi terhadap pengembangan hidup umat manusia, membangun sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, maupun hidup berdamping dengan bangsa lain.13 Sedangkan menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter memaparkan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk
karakter
bangsa
yaitu
Pancasila,
meliputi:
(1)
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warga negara
13
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Badouse Media, 2011), h. 36-37.
20
agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Selain itu, pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan bangsa yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatid, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.14 Dari fungsi dan tujuan di atas dapat diketahui bahwasanya pendidikan karakter memiliki peran yang cukup penting untuk membentuk kepribadian peserta didik. Maka dari itu untuk mencapai tujuan tersebut dan berfungsi secara maksimal diperlukan peran dari berbagai pihak, tidak hanya guru melainkan semua pihak yang terlibat di dalamnya. 3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa Mulai tahun pelajaran 2011, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengumumkan kepada seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Ada 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter bangsa, antara lain; NO
Nilai Karakter
Uraian Sikap dan perilaku yang patuh dalam
1.
Religius
melaksanakan
ajaran
dianutnya,
toleran
agama
yang
terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat
14
Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukan, 2011), h. 7.
21
kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan peribadatan
(kepercayaan) kepada
Tuhan
dan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan manusia
dengan dan
pergaulan
manusia
serta
lingkungannya. Perilaku yang didasarkan pada upaya 2.
Jujur
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai
3.
Toleransi
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku
4.
Disiplin
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
5.
Kerja Keras
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
6.
Kreatif
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan perilaku yang tidak mudah
7.
Mandiri
bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
22
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak 8.
Demokratis
yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
9.
Rasa ingin tahu
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan
Semangat 10.
Kebangsaan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
11.
Cinta tanah air
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap dan tindakan yang mendorong
Menghargai 12.
Prestasi
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Bersahabat 13.
/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap, perkataan, dan tindakan yang
14.
Cinta Damai
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
23
Kebiasaan menyediakan waktu untuk 15.
Gemar membaca
membaca berbagai bacaan yang memberikan manfaat bagi dirinya. Sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam
16.
Peduli lingkungan disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan yang selalu ingin
17.
Peduli sosial
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
18.
Tanggung jawab
lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, karakter dimulai dalam sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.15
Berdasarkan nilai-nilai karakter yang sudah dijelaskan, maka dapat kita ketahui bahwa setiap kegiatan yang ada di setiap tingkat satuan pendidikan harus terkandung 18 karakter tersebut. Hal ini sangat penting untuk diterapkan karena dapat menanamkan kepada seluruh peserta didik nilai-nilai karakter yang positif dan memperbaiki moral atau akhlak bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Selain diterapkan oleh peserta didik, peran serta dari pendidik dan tenaga pendidik juga perlu karena sebagai panutan atau contoh bagi peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai karakter tersebut.
15
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, (Jakarta:Esensi, 2012), h. 5-8.
24
4. Sumber-Sumber Nilai Karakter Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa
dikonstruksi dari
berbagai sumber, antara lain agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Sarbaitinil, 2014 dalam Yaumi, 2014). Sumbersumber tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa bersumber dari ajaran agama. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman keyakinan dan kepercayaan. Agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, aliran kepercayaan, dan berbagai bentuk kepercayaan lain dapat hidup dengan baik di negara ini walaupun sering juga terjadi gesekangesekan kecil. Pluralitas dalam beragama telah melahirkan tata nilai, dan budaya yang beragam yang menghasilkan nilai-nilai agung dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. b. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia juga telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan nilai-nilai yang dianut secara nasional oleh warga negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun oleh para pendiri bangsa atas dasar prinsipprinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni. c. Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan dan karakter bangsa.
25
d. Tujuan pendidikan nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia.16
Agama
Tujuan Pendidi kan
Pancasila
Budaya
Gambar 2.1 Sumber Nilai Karakter dan Budaya Dari berbagai macam sumber nilai karakter dan budaya dapat dipahami bahwasanya nilai-nilai karakter tersebut timbul dari ajaran agama, pancasila, budaya, serta tujuan pendidikan itu sendiri. Apabila dapat disinkronisasikan secara keseluruhan, maka nilai-nilai karakter yang diajarkan pun akan berjalan efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi dari berbagai macam pihak agar penerapan nilai-nilai karakter dan budaya ini berjalan dengan semestinya. 5. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengena dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
16
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, & Implementasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 82-85.
26
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter (Kemendiknas, 2010a: 11-13), a. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler, ekstra kurikuler dan kokurikuler. c. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar mengandung makna bahwa materi nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar. d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh pendidik.17 Dari beberapa prinsip yang sudah dijelaskan, diketahui bahwa dalam penerapan pendidikan karakter bagi peserta didik harus dikembangkan
secara
berkelanjutan.
Maksudnya,
penerapan
pendidikan karakter tidak hanya diterapkan pada saat proses belajar saja, melainkan diterapkan melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada lingkungan sekolah agar penerapan nilai-nilai karakter dapat berjalan secara maksimal. Dalam pendidikan karakter sangat penting dikembangkan nilainilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai 17
193-194.
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.
27
kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan
sebagai
berkomitmen
untuk
basis
karakter
yang baik.
mengembangkan
karakter
Sekolah
harus
peserta
didik
berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Selain itu, sekolah harus mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antarmanusia, dan mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Yang terpenting, semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.18 Dengan tanggung jawab yang diemban sekolah tersebut, diharapkan sekolah dapat secara maksimal menerapkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik dan peserta didik pun dapat menerapkannya tidak hanya di sekolah saja melainkan di masyarakat dimana mereka tinggal. Karena bahwasanya penerapan nilai-nilai karakter tersebut akan berjalan efektif jika sudah diterapkan di lingkungan mayarakat dan memberikan dampak yang baik pula. 6. Faktor Penyebab Krisis Pendidikan Karakter a. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap/nilai dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan kita sangat meremehkan mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter. Di lain pihak, tidak dipungkiri, bahwa pelajaran-pelajaran yang
mengembangkan
karakter
bangsa
seperti
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih banyak menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan aspek psikomotorik. Di samping itu, penilaian dalam mata-mata 18
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 129-130.
28
pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan belum secara total mengukur sosok utuh untuk pribadi siswa. b. Sistem pendidikan di Indonesia hanya menyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau hanya untuk mereka yang punya bakat pada potensi akademik (ukuran IQ tinggi). c. Dunia pendidikan di Indonesia saat ini terjebak pada menyiapkan manusia dadakan atau manusia “instant”. Hal ini tergambarkan ketika menjelang Ujian Nasional atau Ujian Akhir Sekolah, dimana orangtua yang dengan gencarnya mencari lembaga bimbingan belajar untuk men-drill dan “memaksakan” anak-anaknya agar bisa menguasai bidang ilmu yang diujikan, dalam waktu yang relatif singkat. Banyak orangtua yang seolah-olah mengecilkan arti pendidikan yang telah dikenyam oleh anaknya selama ini, apabila pada akhir masa sekolah nilai ujian anaknya jelek. Sementara itu, perilaku-perilaku yang baik seperti taat pada orangtua dan guru, rajin shalat, tidak suka berbohong, berani memimpin, dan perilaku baik lainnya, jarang disentuh orangtua sebagai kriteria keberhasilan suatu kerberhasilan. d. Praktik pendidikan yang pada saat ini terjadi yaitu lebih dikuasai oleh ideologi ekonomi kapitalis dan liberalis, yang antara lain ditandai oleh penekanan kurikulum pada bidang penguasaan ilmu, teknologi dan keterampilan, pemenuhan kebutuhan dunia usaha dan industry, menganggap pendidikan sebagai salah satu komoditas yang diperjualbelikan, penerapan manajemen bisnis, tunduk pada hukum transaksional, mengaggap biaya pendidikan sebagai investasi yang menguntungkan, menganggap murid sebagai pelanggan yang harus dimanjakan, dan menempatkan guru sebagai fasilitator atau pelayan yang harus melayani keinginan para siswa. Praktik pendidikan yang demikian itu telah menggeser atau memarginalkan pendidikan agama dan pendidikan karakter.
29
e. Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia saat ini mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut antara lain, karena pelajaran agama yang diajarkan di sekolah-sekolah itu lebih banyak bersifat ritual dan dogmatik. Pelajaran agama tersebut masih berkisar pada pengajaran
tentang
persoalan
hukum-hukum,
aturan-aturan,
larangan-larangan, dan lain sebagainya. Dengan meninjau beberapa faktor di atas, sangat memprihatinkan dewasa ini bangsa Indonesia mengalami krisis karakter karena beberapa hal tersebut. Faktor tersebut disebabkan oleh beberapa hal, dari sistem pendidikan itu sendiri sampai pendidikan agama yang kurang. Krisis yang dialami sekarang ini tidak lain karena penanaman nilai-nilai karakter yang kurang ataupun guru belum mengetahui pendekatan seperti apa yang tepat agar penerapannya tersebut tepat sasaran. 7. Pendekatan Pendidikan Karakter Berikut ini ringkasan dari penjelasan Kemendiknas (2010b: 14-37) terkait tentang pendekatan karakter, a. Keteladanan Satuan pendidikan formal dan non-formal harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan. Selain itu, keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam perilaku dan sikap pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh tindaka-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. b. Pembelajaran Pembelajaran dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dan nonformal, serta di luar satuan pendidikan. 1) Kelas Pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap
30
kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 2) Satuan pendidikan formal dan nonformal Budaya satuan pendidikan formal dan nonformal adalah suasana kehidupan satuan pendidikan formal dan nonformal dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, pendidik dengan pendidik, pendidik/konselor dengan peserta didik, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan antaranggota
kelompok
masyarakat
dengan
warga
satuan
pendidikan formal dan nonformal Interaksi
sosial
kultural
internal
kelompok
dan
antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral, serta etika bersama yang berlaku di suatu satuan pendidikan formal dan nonformal. Jujur, bertanggung jawab, cerdas, kreatif, sehat dan bersih, peduli, dan gotong royong merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal. 3) Luar satuan pendidikan formal dan nonformal Pembelajaran karakter dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler
dan
kegiatan
lain
yang
diikuti
oleh
seluruh/sebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan yang akan dikembangkan dalam pembentukan karakter adalah kegiatan yang terencana, terprogram, dan tersistem. c. Pemberdayaan dan Pembudayaan Pada
tahap
implementasi
pengembangan
karakter
dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang
31
bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), dan nonformal (masyarakat). d. Penguatan Penguatan sebagai respon dari pendidikan karakter perlu dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus. Penguatan dimulai dari lingkungan terdekat dan meluas pada lingkungan yang lebih luas. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses habituasi. Hal ini akhirnya akan membentuk karakter yang akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu. Penguatan juga dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk penataan lingkungan belajar dalam satuan pendidikan
formal
dan
nonformal
yang
menyentuh
dan
membangkitkan karakter. e. Penilaian Penilaian terhadap pendidikan karakter dapat dilakukan terhadap kinerja pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Halhal yang terkait dengan penilaian kinerja pendidik atau tenaga kependidikan, antara lain: (1) hasil kerja: kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu penyelesaian kerja, kesesuaian dengan prosedur, (2) komitmen kerja: inisiatif, kualitas kehadiran, kontribusi terhadap keberhasilan kerja, kesediaan melaksanakan tugas dari pimpinan,
dan
(3)
hubungan
kerja:
kerja
sama,
integritas,
pengendalian diri, kemampuan mengarahkan dan memberikan inspirasi bagi orang lain.19
19
194-198.
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.
32
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa agar pendidikan karakter berjalan secara efektif diperlukan beberapa pendekatan. Pendidikan karakter dapat diterapkan tidak hanya pada lingkungan sekolah saja, melainkan pada lingkungan keluarga dan masyarakat. Selain itu, perlu adanya suri tauladan atau panutan yang baik sehingga peserta didik dapat mencontohkan yang baik pula. Salah satu suri tauladan yang patut dicontoh adalah Nabi Muhammad SAW yang mana dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21, “Pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik-baik buat kamu sekalian”. Selain itu, pendidik ataupun tenaga kependidikan harus dapat mencontohkan nilai-nilai karakter, agar dapat dicontoh oleh peserta didik. Penilaian dari apa yang mereka sudah lakukan juga penting dilakukan karena sebagai bahan evaluasi apakah penerapan pendidikan karakter tersebut berjalan maksimal atau tidak. B. Masyarakat Marjinal 1. Pengertian Masyarakat Marjinal Kaum marjinal sama halnya dengan masyarakat yang miskin atau masyarakat pinggiran yang hidup di bawah garis kemiskinan. Masyarakat marjinal adalah golongan masyarakat yang merasakan penderitaan atas himpitan ekonomi dalam kehidupan sehari-sehari mereka. Menurut Paulo Freire, Kaum marjinal dibedakan dua kelompok yang jarang mendapat perhatian dalam hal pendidikan. Pertama, penyandang cacat, yaitu yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang memadai dan pendidikannya dibedakan dengan kaum “normal” yang menjadikan kaum cacat menjadi terasing dari lingkungan sosial, tereklusi dari sistem sosial orang-orang normal. Kedua, anak-anak jalanan, kaum miskin yang sudah terbiasa dengan
33
kekerasan.20 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat marjinal dikelompokan menjadi dua macam, yaitu penyandang cacat dan anak jalanan. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan mereka terasingkan dari lingkungannya. Masyarakat marjinal juga dapat definisikan sebagai kalangan masyarakat
yang
akhirnya
terasing
dan
tersingkir
akibat
ketidakberdayaan mereka untuk mengakses kebutuhan-kebutuhan hidup dengan layak.21 Berdasarkan pengertian tersebut, terasingnya masyarakat marjinal dikarenakan ketidakberdayaan atau ketidak mampuan mereka untuk mengakses kebutuhan hidup yang layak. Kebutuhan yang dimaksud disini penulis mencontohkan seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Golongan masyarakat marjinal, pada umumnya terjebak dalam kemiskinan karena tiadanya modal dan akses ke sumber-sumber pendanaan
dan
peluang-peluang
usaha
yang
tidak
memihak
kepadanya. Hasil yang diperoleh dari usahanya pun rata-rata minim, dimana penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk hidup sederhana.22 Definisi di atas menjelaskan bahwa masyarakat marjinal terjebak karena masalah ekonomi yang menyebabkan penghasilan mereka pun di bawah rata-rata. Dari beberapa pengertian di atas mengenai masyarakat marjinal, dapat kita ketahui bahwa masyarakat marjinal merupakan kelompok masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diakibatkan karena himpitan ekonomi, sehingga akses untuk mendapatkan kebutuhan hidup yang layak pun tidak dapat terpenuhi, 20
Mohammad Ali Fauzi, “Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (Studi Kasus Pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga)”, Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang, 2007, h. 25, tidak publikasikan. 21 Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, dan Esti Hayu Purnamaningsih, “Konsep Diri Perempuan Marginal”, Jurnal Psikologi, 2000, h. 48. 22 Agus Wijanarko, “Pemberdayaan Masyarakat Marjinal yang Bekerja sebagai Pedagang Kaki Lima untuk Meningkatkan Pendapatannya (Studi Kasus pada Pedagang Kaki Lima di Simpang Lima Semarang)”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2005, h. 1, tidak dipublikasikan.
34
seperti ketidakberdayaan mereka untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak. 2. Penderitaan Migran Perkotaan Migran perkotaan biasanya merupakan kelompok yang kurang beruntung. Mereka hidup di tempat kumuh, pinggiran sungai, sebagai pekerja kasar, kuli bangunan, kuli angkut, tukang becak, pengemis, anak jalanan, parkir, dan lain-lain. Mereka biasanya berpendidikan rendah, tidak memahami berbagai peraturan daerah, dan lain-lain. Mereka yang hidup miskin dan menderita di perkotaan sebenarnya lebih rentan dan berbahaya ketimbang yang hidup miskin di pedesaan. Mereka yang di pedesaan lebih hidup tenang, pasrah menerima nasib, tetapi yang hidup di kota pasti tertekan dengan peluang lebih banyak untuk berperilaku menyimpang. Hidup sebagai migran perkotaan memang penuh derita untuk sebagian besar dari mereka. Salah satu derita yang biasa dialami adalah yang disebut derita status (status anguish), yaitu penderitaan yang disebabkan karena adanya pertentangan-pertentangan status bagi seseorang (Eitzen, 1991). Dari status ada tiga macam, yaitu marginalitas, status tidak konsisten (inconsistency status), dan status menarik diri (withdrawal status). Marginalitas adalah suatu kondisi yang berasal dari dua gaya hidup yang berbeda-beda dan setengahsetengah. Dalam kondisi ini biasanya banyak ketegangan-ketegangan psikologis. Dari sini biasanya lahir tingkah laku aneh-aneh sebagai gambaran adanya konflik batin di dalamnya. Status tidak konsisten dialami seorang di satu lapisan sosial rendah, tetapi dari sisi lain punya status peringkat tinggi. Sedangkan status menarik diri terjadi sebagai hasil kehilangan status dan orang-orang seperti ini biasanya mencari kambing hitam sebagai penyebab masalah dengan berbagai macam
35
reaksi perubahan yang radikal revolusioner untuk mengubah statusnya.23 Keadaan seperti itu membuat kelompok marjinal merasa hidup penuh dengan beban, tidak seperti kelompok masyarakat pada umunya. Belum lagi kerasnya hidup yang dirasakan oleh masyarakat marjinal di perkotaan, hal ini semakin menunjukkan bahwa masyarakat seperti ini dibutuhkan treatment khusus dari pemerintah. Apabila hal ini dibiarkan begitu saja, dikhawatirkan masyarakat marjinal akan semakin menjamur dimana-mana. Orang miskin di daerah perkotaan hidup di kawasan pemukiman yang memiliki berbagai fasilitas tetapi tanpa akses yang memadai untuk dapat menikmatinya. Mereka termasuk dalam kelompok masyarakat marginal, kalangan masyarakat yang akhirnya terasing dan tersingkir akibat ketidakberdayaan mereka untuk mengakses kebutuhan-kebutuhan hidup dengan layak.24 Kebutuhan hidup tersebut meliputi ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Hal yang membuat mereka tersingkir atas ketidakberdayaan mereka ialah karena mereka terasingkan atau terkucilkan dari lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal yang mungkin menyebabkan ini terjadi karena adanya kesenjangan sosial di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat marjinal yang memang berasal dari kalangan ekonomi lemah tidak dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan kelompok masyarakat kelas atas. Selain itu, rendahnya pendidikan yang masyarakat marjinal miliki semakin membuat kelompok masyarakat ini terasingkan, apalagi minimnya pengetahuan yang mereka peroleh sehingga fasilitas yang memang sudah tersedia tidak dapat dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat marjinal.
23
M. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 207-209. 24 Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, dan Esti Hayu Purnamaningsih, “Konsep Diri Perempuan Marginal”, Jurnal Psikologi, 2000, h. 48.
36
3. Pendidikan Kaum Miskin Kemiskinan ialah sebuah kelemahan negara dalam arti ketidakmampuan untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan dasar bagi warga negara atau ketidakmampuan untuk mendistribusikan barangbarang dan jasa umum secara merata. Kemiskinan yang terus berlangsung
bahkan
meningkat
dapat
disebabkan
karena
ketergantungan rakyat miskin terhadap mereka yang berada pada posisi kekuasaan, kurang dukungan hukum, dan akses pelayanan umum (pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, dan lain-lain).25 Hal tersebut menjadi masalah konkret yang sampai sekarang masih dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya dalam pengentasan kemiskinan di bidang pendidikan. Ini merupakan titik lemah bangsa Indonesia dimana pendidikan yang seharusnya dapat dirasakan oleh berbagai pihak, namun pada kenyataannya pemerataan pendidikan pun masih kurang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat serius dihadapi oleh Indonesia. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Hampir 40 persen dari penduduk (lebih dari 110 juta orang) Indonesia hidup hanya sedikit diatas garis kemiskinan nasional dan mempunyai pendapatan kurang dari US$ 2 per hari (World Bank, 2005, policy brief “Poverty Reduction”). Ditengah berbagai persoalan yang mendera negeri ini, pendidikan diharapkan bisa menjadi tumpuan harapan sebagai titik berangkat untuk bangkit dari keterpurukan dan kemiskinan. Agar hak atas
pendidikan
dapat
dipenuhi,
pemerintah
perlu
menjamin
pendidikan tanpa biaya dan wajib belajar bagi semua anak. Pemerintah juga dituntut menghargai kebebasan para orangtua untuk memilihkan anak-anaknya dalam memperoleh pendidikan berkualitas.
25
Arip Mutaqien, dkk., Menuju Indonesia Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: Khanata, 2006), h. 47.
37
Dari permasalahan tersebut, perlu adanya pengakuan dan perluasan pendidikan non-formal dan informal dan pemenuhan hak atas pendidikan, karena memiliki kaitan yang sangat erat. Meskipun pemerintah telah menaikkan anggaran pendidikan hingga 11,8% (2007), dan pada tahun yang akan datang (2008) mencapai 12% dari total APBN, pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), namun
karena
situasi
angka
kemiskinan
dan penggangguran
meningkat, ada keterbatasan dalam akses pendidikan bagi mereka yang serba kekurangan.26 Hal ini perlu segera ditangani dengan adanya bantuan ataupun kerjasama dari lingkungan sekitar, seperti perluasan lapangan pekerjaan,
membuka
balai
pelatihan
untuk
mengembangkan
kemampuan yang dimiliki masyarakat, serta yang utama ialah memasilitasi program pendidikan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Menurut Hakikur Rahman, sistem pendidikan yang interaktif juga dapat diterapkan untuk mengembangkan pendidikan bagi kelompok masyarakat marjinal, yang mana masyarakat tersebut hidup dengan berbagai kekurangan. Oleh karena itu, hal ini menjadi sebuah tantangan bagi para pemimpin di seluruh dunia untuk menyediakan program pemberantasan buta huruf, pelayanan kesehatan, dan dukungan lainnya untuk mengembangkan kehidupan masyarakat marjinal. Informasi, arus informasi yang bebas dan mudah diakses dapat dipergunakan sebagai bahan dasar yang utama dalam memberdayakan
masyarakat
pengetahuan mereka.27
marjinal
Sependapat
untuk
dengan
mengembangkan
pendapat
di
atas,
bahwasanya di era globalisasi sekarang ini pemerintah sebaiknya
26
Siti Sarah Muwahidah dan Zakkiyudin Baidhowy, Islam, Good Governance, dan Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: MAARIF Institute for Culture and Humanity, 2007), h. 57. 27 Hakikur Rahman, “Empowering Marginal Communities with Interactive Education Systems”, Jurnal Pendidikan, h. 1.
38
memfasilitasi masyarakat
yang kurang mampu dengan beberapa
keahlian atau keterampilan dan memberikan akses yang mudah untuk menggunakan fasilitas yang diberikan agar mereka pun bersaing dengan kalangan masyarakat yang lainnya, serta dapat merasakan fasilitas yang diberikan. C. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis. Pertama, penelitian tersebut berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi, yang diteliti oleh Ayu Nur Azizah (1110018200076, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan, UIN Jakarta, 2014). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa 18 nilai karakter bangsa telah diterapkan melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak. Pengimplementasian nilai-nilai tersebut tidak hanya pengajaran saja, tetapi langsung diterapkan oleh anak asuh. Meskipun mengalami banyak kendala dalam pelaksanaannya, namun pendidikan karakter budaya bangsa di panti asuhan menjadi efektif karena langsung dilaksanakan di bawah pengawasan Pembina, guru, dan senior di panti asuhan. Kedua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Ali Fauzi yang berjudul Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (3101129, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang, 2007). Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pendidikan alternatif muncul sebagai reaksi atas anggapan kurang tepatnya kurikulum nasional yang dibuat pemerintah. Selain itu, program pendidikan alternatif bagi
kaum
marjinal
juga bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan daya produksi kaum petani, kaum tukang, pengrajin dan sebagainya.
39
Ketiga, dalam penelitian yang dilakukan oleh Adhi Afwan Mubarok yang berjudul Pendidikan Karakter Anak Jalanan Melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta (07102241017, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidika, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012). Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pendidikan karakter anak jalanan dilaksanakan melalui
program
pendidikan agama islam dengan melalui perencanaan yang melibatkan beberapa faktor, antara lain pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas belajar, dan kurikulum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditemukan faktor yang mendukung keberhasilan dari program yang dilaksanakan, yaitu tersedianya alat-alat ibadah dan terdapat volunteer yang peduli dengan program tersebut. Selain faktor pendorong, ada faktor yang menghambat berlangsungnya program pendidikan karakter ini, antara lain kondisi psikis anak jalanan yang masih labil, disiplin waktu yang kurang konsisten dari pendidik, dan motivasi anak jalanan yang belum stabil untuk ikut serta dalam kegiatan. Dari beberapa penelitian di atas dalam penelitian yang sudah dilakukan belum membahas tentang permasalahan yang akan diteliti mengenai Penerapan Pendidikan Karakter bagi Masyarakat Marjinal (Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta). Perbedaan dengan beberapa penelitian yang sebelumnya yaitu terletak pada objek yang akan diteliti, masyarakat marjinal. Masyarakat marjinal disini ialah masyarakat yang mengikuti kegiatan di Yayasan Nara Kreatif dimana mereka perannya yaitu sebagai warga belajar atau peserta didik. Selain itu, penerapan pendidikan karakter disini lebih menekankan pada beberapa kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif yang mana di setiap kegiatan tersebut menanamkan nilai-nilai karakter. Dengan kata lain, penulis akan meneliti tentang penerapan pendidikan karakter khususnya pada kegiatan yang dilaksanakan bagi masyarakat marjinal.
40
D. Kerangka Berfikir Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian yang terdahulu, dapat diketahui bahwa menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter tidaklah mudah khususnya bagi masyarakat marjinal. Ada beberapa kendala yang dirasakan belum maksimalnya penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal, seperti lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal yang tidak mendukung, kurangnya kerjasama antara orangtua dengan pihak Yayasan Nara Kreatif, serta penyampaian pesan atau nasihat yang terkadang disalah artikan oleh warga belajar. Yayasan Nara Kreatif merupakan tempat dimana para warga belajar (khususnya kaum marjinal) dapat memperoleh pendidikan ataupun merasakan kegiatan-kegiatan yang sama seperti sekolah formal pada umumnya. Yayasan Nara Kreatif diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter secara maksimal disetiap kegiatan yang dilakukan agar para warga belajar mengetahui bahwa setiap kegiatan dapat diambil manfaatnya dan mereka dapat mengaplikasikan manfaat yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Nara Kreatif yang berlokasi di Perumahan Bumi Harapan Permai Pratama III, Blok K Nomor 4, Kelurahan Kampung Dukuh, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Penulis melakukan penelitian di Yayasan Nara Kreatif ini untuk mengetahui sejauh mana penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal ini berlangsung dan faktor-faktor apa saja yang mendukung, serta kendala yang dihadapi pada saat penerapan dan apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. 2. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian yang dilakukan ialah terhitung dari bulan Maret hingga bulan September 2016. Berikut merupakan waktu kegiatan penelitian yang dilakukan. Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian N o. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Kegiatan
Jan
Feb
Mar
Bimbingan skripsi BAB 1-3 Pengumpulan data Pelaksanaan penelitian Pengolahan data Bimbingan BAB 4-5 Uji referensi Munaqosah
41
Waktu Apr Mei Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
42
B. Metode Penelitian Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati, dan melihat bagaimana penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan, memahami dan memaknai sistem penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) melalui pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen.1 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.2 Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dipaparkan didepan, untuk mendapatkan data yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan, maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analisis.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dikonsolidasikan: 1. Observasi Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Dalam observasi disini, peneliti hanya sebagai pengamat yang tidak mengikuti secara penuh seluruh kegiatan yang 1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 15. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 231.
43
dilakukan anak terkait penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif. Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai kondisi objek yang diteliti, melihat dan mengamati beberapa kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif terkait penerapan nilai-nilai pendidikan karakter. Penulis melakukan observasi untuk mengikuti kegiatan keseharian beberapa warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal dalam penerapan pendidikan karakter. 2. Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bentukbentuk informasi tertentu. Peneliti mewawancarai ketua yayasan kepala sekolah dan pengajar sebagai responden, serta warga belajar sebagai informan untuk memperkuat jawaban mengenai penerapan pendidikan karakter bagi warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan Nara Kreatif.
D. Teknis Analisa Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif adalah model analisis dan mengalir (flow model). Langkah-langkah yang dipergunakan dalam model ini antara lain: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1. Pengumpulan Data Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan atau tujuan penelitian. 2. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari observasi, wawancara dan studi
dokumentasi.
Setelah
dibaca,
dipelajari,
maka
langkah
44
selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkait erat dengan
proses
mengabstraksikan
menyeleksi, dan
memfokuskan,
mentransformasikan
menyederhanakan, data
mentah
yang
diperoleh dari hasil peenelitian. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung. Langkah ini dilakukan sebelum data benarbenar dikumpulkan. Peneliti sudah megetahui data-data apa saja yang dilakukan terkait penelitian. 3. Penyajian Data Penyajian data atau kumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang mudah dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian. 4. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan atau verikfikasi merupakan langkah selanjutnya. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif. Artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang terkait dengan penelitian direduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.3
3
Ayu Nur Azizah, “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h. 37-38, tidak publikasikan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Yayasan Nara Kreatif Yayasan
Nara
Kreatif
merupakan
salah
satu
yayasan
kewirausahaan sosial (social entrepreneur) yang mana bergerak dalam bidang pengolahan limbah perusahaan (green office) dan lembaga pendidikan (green education), khususnya limbah kertas. Hasil dari pengolahan limbah tersebut dikaryakan menjadi produk berdaya guna dan berdaya jual untuk akses pendidikan sekolah bebas biaya, serta tempat tinggal (asrama).1 Yayasan Nara Kreatif berlokasi di Perumahan Bumi Harapan Permai Pratama III, Blok K Nomor 4, Kelurahan Kampung Dukuh, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Latar belakang didirikannya Yayasan Nara Kreatif ini karena bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar, terlebih dewasa ini semakin kurangnya kesadaran masyarakat terhadap limbah kotor yang ada disekitar, serta bertambahnya anak-anak usia sekolah yang putus sekolah dan menjamurnya anak jalanan di Ibu Kota Jakarta. Berdasarkan latar belakang masalah itu akhirnya Nezatullah Ramadhan selaku founder memiliki ide untuk mendirikan Yayasan Nara Kreatif. Awal mula didirikannya Yayasan Nara Kreatif ini ketika Nezatullah Ramadhan mengikuti program peminjaman modal bagi mahasiswa, pada saat itu beliau masih berkuliah atau menyandang status sebagai mahasiswa di Politeknik Negeri Jakarta jurusan Teknik Mesin. Modal
yang
diberikan
pada
saat
itu
tidaklah
banyak,
namun
dimaksimalkan penuh untuk pendirian Yayasan Nara Kreatif. Salah satu bentuk investasi modalnya yaitu untuk pembuatan mesin pengolah limbah 1
Profil Yayasan Nara Kreatif, tahun 2016, h.2.
45
46
kertas. Mesin pengolahan limbah kertas tersebut beliau ciptakan sendiri bermodal dari ilmu yang beliau dapatkan pada saat kuliah. Pada awal mulanya Yayasan Nara Kreatif berlokasi di satu petak rumah kontrakan, namun seiring berjalannya waktu akhirnya Yayasan Nara Kreatif didukung oleh salah satu rekanan kerjasamanya untuk mengkontrak 1 rumah yang lebih layak untuk dihuni. Produk yang diolah oleh Yayasan Nara Kreatif diproduksi oleh anak-anak asuh yang tinggal di asrama yang telah disediakan. Anak-anak asuh ini berasal dari anak-anak yatim, putus sekolah, dan marjinal. Mereka diasramakan tidak hanya untuk tinggal, melainkan untuk dididik dan diberikan pendidikan, serta keterampilan. Selain itu, mereka juga diberikan penanaman nilai-nilai karakter dalam kesehariannya, karena berdasarkan latar belakang mereka tersebut, penanaman nilai-nilai karakter sangatlah minim bahkan hampir tidak ada. Selain
disediakannya
asrama
atau
tempat
tinggal,
dalam
pemenuhan kegiatan sosial lainnya Yayasan Nara Kreatif memberikan fasilitas pendidikan sekolah bebas biaya, yaitu dengan mengadakan pendidikan kesetaraan sekolah kejar paket, khususnya bagi anak yatim, putus sekolah, dan marjinal. Adapun tujuan dari pelaksanaan sekolah kejar paket ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan pendidikan kesetaraan bebas biaya bagi seluruh kalangan masyarakat b. Menanamkan kepada warga belajar nilai-nilai budi pekerti yang luhur c. Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuhkembangkan potensi warga belajar untuk menjadi manusia yang mandiri, berjiwa kepemimpinan dan kreatif d. Memberikan pembinaan, pengarahan, serta wadah bagi warga belajar untuk mengembangkan serta menggali potensi diri bersosial
47
e. Mewadahi generasi muda untuk berkontribusi nyata di dunia pendidikan.2 Berdasarkan tujuan diselenggarakannya pendidikan kesetaraan tersebut, dapat diketahui bahwa Yayasan Nara Kreatif sangat concern terhadap pendidikan bagi masyarakat menengah bawah, khususnya bagi masyarakat marjinal. Keberadaan Yayasan Nara Kreatif kini menjadi wadah bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak, serta meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 2. Identitas Yayasan Nara Kreatif Yayasan Nara Kreatif merupakan kewirausahaan sosial, yang bergerak dalam pengolahan limbah perusahaan dan lembaga pendidikan, khususnya yang berbahan dasar kertas. Hasil pengolahannya tersebut digunakan untuk akses pendidikan sekolah bebas biaya dan tempat tinggal (asrama). Nama Yayasan
: Yayasan Nara Kreatif
Alamat
: Perumahan Bumi Harapan Permai Pratama III Blok K Nomor 4, Kelurahan Kampung Dukuh, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur
No. Telepon
: 021-87782967
Website
: www.narakreatif.co.id
Akta Notaris
: Netty Maria Machdar, SH Akta Nomor 65 tanggal 06 Februari 2013
3. Visi dan Misi Yayasan Nara Kreatif a. Visi Yayasan Nara Kreatif “Rumah Kreatif Melayani Umat”. Menjadi rumah kreatif seNusantara dalam pengolahan limbah kertas serta organik yang memberikan kemudahan kepada anak jalanan dan anak keluarga dhuafa dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
2
Profil Yayasan Nara Kreatif, 2016, h. 35.
48
b. Misi Yayasan Nara Kreatif 1) Memberikan kemudahan dengan mengajarkan keterampilan dan keahlian mengubah limbah kertas, serta organik yang tidak bernilai menjadi bernilai guna kepada anak keluarga dhuafa. 2) Mewujudkan kehidupan lebih baik dengan memberikan pendidikan agama dan sekolah secara gratis, sampai diberikan beasiswa untuk kuliah. 3) Mengubah situasi dan kondisi kehidupan keluarga dhuafa untuk lebih baik, dengan pendekatan karakter serta penanaman pola pikir yang lebih baik. 4) Menjadikan anak keluarga dhuafa sebagai mitra bisnis, bukan sebagai pekerja agar menumbuhkan kemandirian masyarakat secara berkelanjutan. 5) Mengubah pola pikir dan karakter anak keluarga dhuafa, untuk kreatif dalam mewujudkan kehidupan lebih baik.3
4. Data Pengurus, Pengajar, Anak Asuh dan Warga Belajar a. Data Pengurus dan Pengajar Kondisi di Yayasan Nara Kreatif ini, khususnya untuk kestrukturan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu divisi operasional dan divisi pendidikan. Untuk operasional, dipimpin oleh Kepala Operasional dan dibawahi oleh Sekretaris, Staff Produksi dan Staff Logistik. Penanggung jawab untuk produksi ini diserahkan kepada salah satu anak asuh Yayasan Nara Kreatif yang dianggap mampu untuk diberikan tanggung jawab lebih dari pada anak asuh lainnya. Selain itu untuk penanggung jawab logistik merupakan salah satu alumni warga belajar yang mengenyam pendidikan kesetaraan paket C. Sedangkan untuk pendidikan dipimpin oleh Kepala Sekolah dan dibawahi oleh Administrasi, Kesiswaan, Pengajar Sekolah Kejar Paket, dan Pengajar Agama Islam. 3
Profil Yayasan Nara Kreatif, 2016, h. 3-4.
49
Adapun
kualifikasi
pengurus
divisi
operasional,
divisi
pendidikan, dan pengajar secara keseluruhan berjumlah 16 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 6 perempuan. Pendidikan terakhir Strata 1 (S1) 4 orang, Diploma III (D3) 2 orang, SMA sebanyak 9 orang dan SMP sebanyak 1 orang. Untuk tenaga pengajar yang ada di Yayasan Nara Kreatif kebanyakan masih berstatus sebagai mahasiswa yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Dengan mengusung visi dan misi yayasan serta niat yang tulus dan ikhlas, status akademis yang dimiliki pengajar di Yayasan Nara Kreatif tidak menjadi sekat untuk berbagi terhadap sesama. Berikut merupakan data yang diterima mengenai pengurus divisi operasional dan divisi pendidikan, serta pengajar berdasarkan tingkat pendidikan di Yayasan Nara Kreatif, Tabel 4.1 Data pengurus dan pengajar Yayasan Nara Kreatif berdasarkan jenjang pendidikan No. 1. 2. 3. 4.
Tingkat Pendidikan Terakhir S1 D3 SMA SMP Jumlah
Jumlah
Prosentase
4 2 9 1 16
25 % 12,5 % 56,25 % 6,25 % 100 %
b. Keadaan Anak Asuh dan Warga Belajar Anak-anak yang berada di Yayasan Nara Kreatif terdapat dua kelompok, yaitu anak asuh dan warga belajar. Anak asuh merupakan anak yang tinggal atau diasramakan di Yayasan Nara Kreatif. Selain itu diberikan keterampilan produksi daur ulang, penanaman nilai-nilai karakter dalam keseharian, dan mengenyam pendidikan kesetaraan. Sedangkan untuk warga belajar sendiri adalah anak yang hanya
50
mengenyam pendidikan kesetaraan di Yayasan Nara Kreatif dan mengikuti beberapa kegiatan yang berlangsung, tanpa diwajibkan untuk tinggal atau diasramakan dan mengikuti keterampilan produksi daur ulang. Latar belakang mereka pun berbeda-beda, ada yang berasal dari pengamen jalanan, Asisten Rumah Tangga (ART), buruh, broken home, putus sekolah, office boy, dll. Alasan mereka bergabung di Nara Kreatif bermacam-macam, namun kebanyakan dari mereka bergabung karena ketidakmampuan dalam segi keuangan dan bahkan ada yang termarjinalkan dari lingkungan atau meresa dikucilkan dari lingkungan masyarakat. Berikut merupakan data anak asuh dan warga belajar berdasarkan latar belakang yang berada di Yayasan Nara Kreatif, Tabel 4.2 Data warga belajar dan anak asuh berdasarkan latar belakang No. 1. 2. 3. 4. 5.
Latar Belakang Putus Sekolah / Drop Out Broken Home Anak Jalanan Pekerja (ART, Buruh, Office Boy, dll.) Yatim / Piatu Jumlah
Jumlah 133 13 3
Prosentase 73,5 % 7,1 % 1,7 %
18
9,9 %
14 181
7,8 % 100 %
Data tersebut berasal studi dokumentasi dari Yayasan Nara Kreatif dari mulai bulan Januari 2015 hinggan September 2016. Adapun untuk data yang lebih terperinci terdapat di Lampiran 12. Tabel tersebut menunjukkan bahwa keberadaan jumlah anak asuh dan warga belajar ini merupakan gambaran kecil dari potret masyarakat marjinal di DKI Jakarta. Mereka butuh perhatian khusus dari pemerintah untuk mendapatkan kehidupan yang layak, serta mendapati fasilitas yang memadai seperti masyarakat pada umumnya.
51
Sedangkan data anak asuh dan warga belajar berdasarkan jenjang pendidikan di Yayasan Nara Kreatif per bulan September 2016 adalah sebagai berikut, Tabel 4.3 Data warga belajar dan anak asuh berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3.
Tingkat Pendidikan Paket A Paket B Paket C TOTAL
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
16 17 22 55
10 7 14 31
26 24 36 86
5. Proses Penerimaan Anak Asuh dan Warga Belajar Dari hasil observasi yang dilakukan, untuk proses penerimaan baik untuk anak asuh dan warga belajar tidak ada perbedaan. Mereka yang memiliki keinginan untuk bergabung menjadi bagian di Yayasan Nara Kreatif diterima baik oleh pengurus disana. Untuk jumlah anak asuh yang tinggal atau diasramakan di Yayasan Nara Kreatif berjumlah sebanyak 22 orang, terdiri dari 10 anak perempuan dan 12 anak laki-laki. Sedangkan untuk warga belajar berjumlah sebanyak 64 terdiri dari 21 anak perempuan dan 43 anak laki-laki. Adapun daerah asal mereka kebanyakan yang tinggal di sekitar Yayasan Nara Kreatif, namun tidak sedikit pula yang berasal dari luar kota DKI Jakarta. Proses kedatangan warga belajar dan anak asrama ke Yayasan Nara Kreatif melalui beberapa cara yaitu: a. Melalui teman yang terlebih dulu berada di Yayasan Nara Kreatif b. Melalui tetangga, mereka memberi informasi kepada orang-orang disekitar dan mengetahui keberadaan Yayasan Nara Kreatif c. Datang sendiri, mereka melihat-lihat spanduk yang terpasang di pagar Yayasan Nara Kreatif dan bertanya kepada pengurus untuk informasi kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif
52
d. Melalui media elektronik dan media cetak, kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif beberapa kali kerap diliput oleh stasiun TV Swasta Indonesia (Trans 7, TV One, Metro TV, Net TV, Daai TV, Kompas TV, dll.) dan masuk ke beberapa redaksi di media cetak, bahkan setiap kegiatan yang berlangsung dapat diketahui melalui social media milik Yayasan Nara Kreatif (Instagram dan Twitter). Berasal dari informasi tersebut, mereka berusaha mencari tahu seputar Yayasan Nara Kreatif.
6. Sarana dan Prasarana Untuk menunjang berbagai kegiatan yang berlangsung, maka sarana dan prasarana yang memadai pun harus diutamakan. Adapun sarana dan prasarana yang disediakan Yayasan Nara Kreatif terdiri dari ruang kantor (Ketua yayasan, divisi operasional, dan divisi pendidikan), ruang rapat, kamar anak asuh laki-laki, kamar anak asuh perempuan, dapur, kamar mandi, mini library, dll. Namun, sangat disayangkan belum adanya ruang belajar khusus untuk pendidikan kesetaraan sekolah kejar paket. Berdasarkan hasil observasi, ruang tengah dan garasi di Yayasan Nara Kreatif beralih fungsi pada saat malam hari untuk kegiatan belajar mengajar. Dengan kondisi seperti ini, pengajar bekerja keras untuk mengelola kondisi pembelajaran agar berjalan secara kondusif. Dalam hal prasarana pendukung kegiatan lainnya seperti komputer, sudah memadai meskipun kondisinya ada beberapa komputer yang tidak berfungsi dengan baik, namun untuk alat peraga dan alat olahraga belum disediakan oleh pihak Yayasan Nara Kreatif. Dengan keterbatasan tersebut tentunya akan menjadi kendala mengingat sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung kelancarana pelaksanaan kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif.
53
7. Kurikulum Pembelajaran Untuk melaksanakan pendidikan kesetaraan, kegiatan belajar mengajar
di
Yayasan
pembelajarannya
Nara
menggunakan
Kreatif,
khususnya
kurikulum
yang
untuk
dikeluarkan
sistem oleh
pemerintah yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai salah satu acuan dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hail pengamatan, kurikulum yang diterapkan juga disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif, mengingat warga belajar yang bersekolah berasal dari masyarakat marjinal. Oleh sebab itu, Yayasan Nara Kreatif mengkombinasikan kurikulum yang ada dengan hal-hal yang dibutuhkan oleh warga belajar disana. Selain itu pula, kurikulum yang ada diintegrasikan dengan nilainilai karakter agar warga belajar selain mendapatkan pemahaman secara akademik juga dapat menanamkan nilai-nilai positif dalam kehidupan kesehariannya.
8. Kerjasama Yayasan Dalam menjalani kegiatan di Yayasan Nara Kreatif, maka diperlukan kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk memenuhi kebutuhan seluruh
program.
Meskipun
terdapat
kegiatan
operasional
yaitu
pengolahan daur ulang kertas yang dapat membantu beberapa kegiatan operasional di Yayasan Nara Kreatif, namun bantuan dari beberapa perusahaan sangat membantu untuk memperlancar seluruh kegiatan yang ada. Berikut perusahaan yang menjalin kerjasama dengan Yayasan Nara Kreatif: a. PT Merck Tbk b. Bank Mandiri c. Bank BNI Syariah d. YBM BRI e. PT Nutrifood f. Garuda Food
54
g. PT Astra Internasional h. dll.
B. Deskripsi dan Analisis Data Dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan beberapa metode yang digunakan, yaitu: observasi dan wawancara. Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat membantu penulis dalam mengetahui kondisi yang sebenarnya di Yayasan Nara Kreatif, khususnya dalam penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal yang melakukan
beberapa
kegiatan di tempat tersebut. Melalui kegiatan observasi, penulis melakukan pengamatan yang bertujuan mengetahui keadaan warga belajar, anak asuh, pengurus, pengajar, dan kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif. Wawancara dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk menggali informasi langsung dari ketua yayasan, kepala sekolah, pengajar, dan warga belajar. Wawancara dilaksanakan berkaitan dengan semua kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif yang berkaitan dengan penerapan nilainilai pendidikan karakter, faktor pendukung, kendala-kendala yang dihadapi dan upaya yang dilakukan. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi, diharapkan dapat mengungkapkan bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan karakter pada masyarakat marjinal khususnya di Yayasan Nara Kreatif. Bentuk pertanyaan dan jawaban dari setiap responden yang telah dilakukan analisis dituangkan dalam bentuk deskripsi sebagai berikut.
1. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dengan menganalisis jawaban yang telah diberikan oleh beberapa narasumber, mulai dari ketua yayasan, kepala sekolah, pengajar, dan warga belajar ternyata penerapan pendidikan karakter yang berlangsung di
55
Yayasan Nara Kreatif melalui beberapa kegiatan yang dilangsungkan. Baik itu kegiatan yang sifatnya rutin ataupun yang sifatnya tentatif. Menurut beberapa warga belajar, dengan penerapan nilai-nilai pendidikan karakter ini dapat membentuk kepribadian dari warga belajar itu sendiri. Menurut Neng Saimah salah satu anak asuh dan warga belajar Nara Kreatif Paket C mengungkapkan : Salah satu nilai pendidikan karakter yang saya dapatkan ialah Leadership, karena anak asuh yang dianggap paling dewasa ialah saya, maka saya bertanggung jawab untuk adik-adik di Yayasan Nara Kreatif untuk memberikan contoh yang baik dan ketegasan saya sebagai seorang kaka untuk mendidikan adik-adik saya. Selain itu diajarkan juga sopan santun dan tentang pendidikan agama, karena di Nara Kreatif lebih ditekankan kepada pendidikan agama atau pembentukan akhlak. Menurut saya itu merupakan hal yang paling penting.4 Ditinjau dari hasil wawancara dengan salah satu warga belajar tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan yang berlangsung menandakan bahwa mereka benar-benar dibentuk dari segi kepribadian dan akhlaknya. Berdasarkan pada kajian teori yang sudah dipaparkan dalam BAB II, pendidikan karakter karakter sama halnya dengan pendidikan moral dan akhlak yang mana membentuk kepribadian anak, serta membina kepribadian generasi muda. Warga belajar Nara Kreatif yang lainnya yaitu Anita Rahayu menambahkan : Di Nara Kreatif ditanamkan banyak sekali nilai karakter, karena memang anak-anak yang bergabung di Nara Kreatif banyak yang berasal dari anak jalanan, kaum dhuafa, yang mana kalau berbicara mereka tidak mengenal sopan santun dan etika. Maka dari itu, di Nara Kreatif dididik agar perilaku mereka yang dulu jangan terbawa sampai sekarang. Selain itu, adanya penanaman akhlak dan moral bagi mereka, salah satunya dikhususkan adanya kelas pendidikan agama Islam.5
4
Hasil wawancara dengan Warga Belajar/Anak Asuh Yayasan Nara Kreatif, Neng Saimah (Paket C), pada Minggu, 4 September 2016. 5 Hasil wawancara dengan Warga Belajar Yayasan Nara Kreatif, Anita Rahayu (Paket C), pada Sabtu, 20 Agustus 2016.
56
Dilihat dari hasil wawancara tersebut, tergambarkan bahwa Yayasan Nara Kreatif menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dikarenakan latar belakang dari anak-anak yang bergabung di Nara Kreatif. Dengan adanya penerapan pendidikan karakter ini diharapkan, karakter dari setiap warga belajar dapat berubah sedikit demi sedikit. Kepala Sekolah Nara Kreatif yang bertanggung jawab untuk divisi pendidikan di Yayasan Nara Kreatif memaparkan bahwa : Penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif yang paling utama ialah menerapkan dan menanamkan nilai-nilai karakter mereka di setiap kegiatan yang dilaksanakan. Contohnya ialah pada saat proses pembelajaran, para pengajar dituntut untuk dapat memberikan nilainilai karakter yang baik disamping pengetahuan akademik. Selain itu, dalam keseharian di luar dari jam sekolah kita juga mengajari nilainilai karakter, contohnya untuk saling menghargai terhadap sesama, atau yang lebih tua, atau terhadap yang lebih muda. Selain itu, diajarkan sopan santun dan membangun akhlak mereka.6 Berdasarkan pemaparan beliau, proses pelaksanaan pendidikan karakter sendiri tidak hanya berlangsung pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) saja, melainkan di setiap kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif. Penerapan pendidikan karakter ini pun butuh peran serta dari pengajar untuk dapat mengajari nilai-nilai karakter di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dari pengamatan penulis, cara penyampaian untuk menerapakan nilai-nilai pendidikan karakter pun tidaklah mudah. Mereka harus diajari secara berkelanjutan atau terusmenerus sehingga terbentuk dengan sendirinya. Sebab pada dasarnya prinsip dari pengembangan pendidikan karakter yaitu berkelanjutan, yang mana proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses yang panjang.7 Selain itu pula, perbaikan diri dari pengajar pun mesti dilakukan karena seringkali para warga belajar mencontohkan perilaku yang dilakukan oleh pengajar. Contohnya secara tidak sengaja ada salah 6
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Nara Kreatif , Muhammad Taufik, pada Minggu, 7 Februari 2016. 7 Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 193-194.
57
satu pengajar yang minum dengan cara berdiri, hal ini sering kali ditiru oleh warga belajar. Padahal etika yang baik dan benar adalah apabila minum posisi kita diharuskan duduk.8 Maka dari itu sebelum menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter terhadap warga belajar, harus dimulai diterapkan dari diri masing-masing khususnya pengajar yang berinteraksi langsung dengan warga belajar. Ketua
Yayasan
Nara
Kreatif,
Nezatullah
Ramadhan
pun
menambahkan: Kami memang tidak memiliki dokumen atau draft untuk setiap kegiatan dan nilai-nilai karakter apa saja yang harus diterapkan, tetapi pada dasarnya kami menerapkan secara langsung melalui contoh atau tindakan yang kami lakukan. Kami selalu menanamkan kepada warga belajar bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan terdapat berbagai macam nilai-nilai yang terkandung, dan dipastikan kegiatan tersebut bermanfaat bagi mereka.9 Dari hasil pengamatan penulis, kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif memang tidak terdapat draft atau dokumen yang jelas terkait dengan kegiatan yang diselenggarakan. Namun, penulis melihat 18 nilai yang terkandung pada nilai-nilai pendidikan karakter bangsa sudah diaplikasikan di setiap kegiatan yang diselenggarakan. Berikut hasil dari pengamatan penulis terkait dengan kegiatan dan nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan. a. Pendidikan Kesetaraan Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Nara Kreatif
yaitu
dengan
menyelenggarakan
Program
Pendidikan
Kesetaraan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A, B, dan C. Pendidikan kesetaraan ini dilatarbelakangi minimnya tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat marjinal yang berada di sekitar Yayasan Nara Kreatif. Selain itu pula, kegiatan pendidikan kesetaraan ini untuk memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang termarjinalkan dari 8
Hasil observasi dari bulan Maret-September 2016. Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan, pada Senin, 28 Agustus 2016. 9
58
lingkungannya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kegiatan ini bekerjasama dengan salah satu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Depok yaitu Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) yang mana pendiri dari PKBM tersebut yaitu Pak Nurokhim merupakan Dewan Pengawas Yayasan Nara Kreatif. Pendidikan kesetaraan di Yayasan Nara Kreatif diselenggarakan tanpa dipungut biaya atau dengan kata lain gratis. Hal ini dikarenakan keuntungan atau profit hasil dari kreativitas daur ulang limbah kertas yang diproduksi dialokasikan salah satunya untuk akses kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan ini diselenggarakan pada waktu malam hari, karena mengingat rata-rata warga belajar yang bersekolah di Nara Kreatif ada yang bekerja di siang harinya, sama halnya dengan pengajar yang berkontribusi di kegiatan ini. Berikut
jadwal
Kegiatan
Belajar
Mengajar
(KBM)
yang
diselenggarakan di Yayasan Nara Kreatif.
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) HARI
Selasa
Rabu
Kamis
JAM
19.00 – 22.00
19.00 – 22.00
Sabtu
PAKET B
PAKET C
1) PKn
1) IPS
1) PKn
2) B. Indonesia
2) PKn
2) Matematika
3) IPS
3) Matematika
3) Geografi
17.30 – 21.30
19.00 – 20.00 Jumat
PAKET A
Pendidikan Agama Islam 1) B. Inggris
1) B. Inggris
1) B. Indonesia
2) IPA
2) B.Indonesia
2) Sosiologi
3) Komputer
3) IPA
3) B. Inggris
Matematika
Komputer
20.00 – 21.00
1) Ekonomi 2) Komputer
Ekstrakurikuler
59
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penerapan nilai-nilai pendidikan karakter untuk kegiatan pendidikan kesetaraan ini keseluruhan 18 nilai karakter diterapkan. Mulai dari nilai karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu contoh yang dapat dilihat dari nilai karakter religius yaitu setiap memulai dan mengakhiri Kegiatan Belajar Mengajar, warga belajar diwajibkan untuk berdoa bersama-sama, sehingga hal ini menjadi rutinitas yang berkelanjutan serta menanamkan kepada mereka apabila ingin memulai dan mengakhiri melakukan sesuatu harus berdoa terlebih dulu. Contoh nilai karakter yang lainnya yaitu displin, yang mana Kegiatan Belajar Mengajar di Nara Kreatif sudah terjadwalkan dari mulai jam masuk hingga jam pulang. Warga belajar mau tidak mau harus mentaati peraturan yang sudah ditetapkan, mereka diharuskan datang tepat waktu dan apabila mereka berhalangan hadir dikarenakan sakit atau izin maka terlebih dulu mereka harus izin kepada Wali Kelas masing-masing. Hal ini menanamkan kepada warga belajar bahwa hidup disiplin itu diperlukan, salah satunya disiplin terhadap waktu dan peraturan yang ditetapkan. Dengan penerapan nilai-nilai tersebut, diharapkan warga belajar yang mengikuti pendidikan kesetaraan di Nara Kreatif dapat memperoleh manfaat yang berlebih, tidak hanya kemampuan dari segi akademis tetapi juga pembentukan karakter mereka sehingga mereka dapat aplikasikan pada kehidupan mereka sehari-hari dan bermanfaat pula bagi orang-orang disekitar. b. Pendidikan Agama Islam Selain kegiatan pendidikan kesetaraan, Yayasan Nara Kreatif juga mengadakan kegiatan Pendidikan Agama Islam berupa kelas Agama yang dilaksanakan setiap hari Rabu dari pukul 17.30 – 21.30 WIB.
60
Kegiatan ini diselenggarakan mengingat latar belakang warga belajar yang
berasal
dari
masyarakat
marjinal
yang
membutuhkan
pengetahuan mengenai agama Islam, sebab kebanyakan dari mereka yang belum memahami mengenai materi agama Islam. Dengan diadakanya kelas agama seperti ini, diharapkan mereka mendapatkan pengetahuan mengenai Agama Islam yang mungkin sebelumnya mereka tidak ketahui. Berikut
jadwal
kegiatan
Pendidikan
Agama
Islam
yang
diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif. Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Pendidikan Agama Islam NO
JAM
KEGIATAN
1
17.30 – 18.00
Salawat
2
18.00 – 18.15
Sholat Maghrib berjamaah
3
18.15 – 18.30
Dzikir dan Do’a
4
18.30 – 19.00
Tadarus dan membaca Al-Qur’an
5
19.00 – 19.45
Materi PAI (SKI / Fiqih / Adab / Ibadah)
6
19.45 – 20.00
Sholat Isya berjamaah
7
20.00 – 20.30
Tajwid untuk Qur’an dan Iqra
8
20.30 – 21.30
Muhadoroh (berpidato) / Bahasa Arab
Berdasarkan pengamatan penulis, nilai karakter yang diterapkan pada kelas agama ini lebih didominasi pada nilai karakter religius, namun ada beberapa nilai karakter lainnya yaitu jujur, disiplin, toleransi, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai karakter religius sangat mendominasi terlebih dari materi-materi yang diajarkan. Selain itu dengan diselenggarakannya kelas agama, menumbuhkan nilai karakter mereka yang lainnya yaitu gemar membaca. Gemar membaca disini tidak hanya membaca buku
61
pengetahuan mengenai materi agama islam, melainkan membaca kitab suci Al-Qur’an. Banyak diantara mereka yang masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang sama sekali belum bisa membaca. Maka dari itu agar mereka dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, terdapat proses pembelajaran Tadarus dan Tajwid yang dibimbing oleh Ustadz. Contoh nilai karakter lainnya yang diterapkan pada kegiatan ini yaitu menghargai prestasi. Kegiatan yang diselenggarakan di kelas agama tidak hanya mendengarkan materi atau ceramah dari pengajar atau Ustadz saja, tetapi memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk menyampaikan materi mengenai agama Islam berupa kegiatan Muhadoroh (berpidato). Pada Muhadoroh ini, warga belajar secara bergiliran setiap minggunya untuk tampil di depan menyampaikan materi yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Dengan mereka tampil di depan untuk berMuhadoroh melatih kepercayaan diri mereka untuk tampil di depan umum, selain itu untuk lebih menghargai orang yang berbicara di depan. Hal inilah yang harus benar-benar dibentuk, karena terkadang ada beberapa warga belajar yang masih saja tidak mau mendengarkan (mengobrol) temannya untuk berbicara depan. Disinilah penanaman nilai-nilai karakter tersebut harus diterapkan secara berkelanjutan agar lambat laun nilai-nilai tersebut tertanam pada diri mereka tanpa harus ada paksaan dari manapun. c. Kelas Komputer Kelas komputer merupakan kegiatan akademik selanjutnya yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif. Kelas komputer ini diadakan karena era globalisasi sekarang ini mengharuskan kita untuk sadar akan teknologi, dan selain itu ada sebagian warga belajar yang masih belum bisa mengoperasikan komputer. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan diselenggarakanya kelas komputer di Yayasan Nara Kreatif. Pembelajaran kelas komputer diadakan setiap seminggu satu kali, untuk Paket A diadakan di hari Kamis, sedangakan untuk Paket B
62
dan Paket C diadakan di hari Jumat dengan durasi waktu masingmasing 1 jam. Terkadang waktu 1 jam masih terbilang kurang, terlebih karena ada hambatan yaitu fasilitas komputer yang masih kurang dan tidak diimbangi dengan jumlah warga belajar yang ada. Namun, antusias warga belajar untuk mengikuti kelas komputer ini begitu tinggi,
meskipun
terkadang
mereka
harus
bergantian
untuk
menggunakan komputer. Nilai yang diterapkan pada kegiatan kelas komputer ini salah satunya ialah disiplin dengan waktu, karena dengan waktu yang terbilang singkat maka mereka harus mempergunakan waktu tersebut dengan sebaik mungkin dengan cara hadir tepat waktu pada saat kelas dimulai. Selain itu, nilai karakter yang selanjutnya ialah toleransi yang mana dengan keterbatasan fasilitas yang ada, mau tidak mau mereka harus secara bergantian untuk dapat mempergunakan media penunjang tersebut. Maka dari itu, dibutuhkan toleransi terhadap sesame agar dapat mempergunakan fasilitas yang serupa. Nilai karakter lainnya yang diterapkan yaitu rasa ingin tahu. Dengan mengikuti kelas komputer, diharapkan keterampilan mereka dapat bertambah dan membuka wawasan mereka mengenai teknologi. Mengingat ada sebagian dari warga belajar yang masih awam mengoperasikan komputer, maka dengan diselenggarakanya kelas komputer ini menstimulus mereka untuk dapat mencari tahu tentang apa saja yang mereka pelajari untuk dapat mengoperasikan komputer. Penerapan
nilai
karakter
pada
kegiatan
ini
dibutuhkan
pendampingan dari pengajar, sebab apabila tidak ada pendampingan secara langsung maka sama saja membiarkan mereka tersesat pada ketidaktahuan mereka. d. Hasanah Qur’ani Selain kegiatan pendidikan agama Islam di hari Rabu, Yayasan Nara Kreatif bekerjasama dengan Bank BNI Syariah mengadakan kegiatan pendidikan agama Islam lainnya yang dinamakan dengan
63
Hasanah Qur’ani. Kegiatan ini terealisasi mengingat anak-anak yang berkontribusi di Yayasan Nara Kreatif minim akan pengetahuan agama Islam, dan dirasa tidak cukup apabila pendidikan agama Islam diadakan hanya satu minggu sekali. Maka dari itu, dengan adanya kegiatan agama Islam tambahan yaitu Hasanah Qur’ani, dapat membuka wawasan mereka mengenai ilmu agama Islam dan bacaan Al-Qur’an. Selain menyampaikan materi mengenai Agama Islam, ada waktu dimana tambahan untuk pendidikan umum mereka, hal ini dilakukan agar ada variasi di setiap kegiatannya dan mencegah anakanak dari kejenuhan pada saat belajar. Tenaga pengajarnya sendiri yaitu 3 orang Ustadz dan masing-masing Ustadz menyampaikan materi yang berbeda-beda. Nilai karakter yang diterapkannya pun sama halnya seperti kegiatan Pendiidkan Agama Islam, hanya saja kegiatan ini lebih rutin diadaka setiap harinya. Berikut merupakan jadwal kegiatan Hasanah Qur’ani Tabel 4.6 Jadwal Kegiatan Hasanah Qur’ani WAKTU 05.00 – 06.30 08.00 – 09.00 ( >15 Tahun) 09.00 – 10.00 10.00 – 12.00 ( <15 Tahun)
SENIN Qur’an
SELASA Qur’an
RABU Qur’an
KAMIS Qur’an
Tafsir
Hadits
Umum
Umum
Umum
Umum
Umum
Umum
Khoth
Mahfudzat
Umum
Umum
Sirah & Salawat Nabi
Sirah & Salawat Nabi
14.00 – 15.30 15.00 – 17.00 18.00 – 20.00
JUMAT Qur’an
SABTU Fiqih
Umum Dzikir
Adab
Tauhid
e. Nara Bersih Nara Bersih merupakan salah satu bentuk kegiatan seperti gotong royong membersihkan lingkungan sekitar yang diadakan setiap satu bulan satu kali di hari minggu tiap akhir bulan. Tujuan dari kegiatan
64
ini yaitu untuk menumbuhkan kepedulian warga belajar terhadap lingkungan sekitar, serta rasa memiliki terhadap tempat mereka belajar.
Gambar 4.1 Kegiatan Nara Bersih salah satunya membersihkan lingkungan sekitar di Yayasan Nara Kreatif Ada beberapa nilai-nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan Nara Bersih ini, yang paling mendominasi yaitu peduli terhadap lingkungan, mengingat tujuan diadakan kegiatan ini memang salah satunya untuk menumbuhkan rasa kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar, tidak hanya lingkungan di sekitar Nara Kreatif, melainkan lingkungan dimanapun mereka berada. Selain itu, nilai karakter berikutnya yakni tanggung jawab. Masing-masing warga belajar diberitahukan sebelumnya akan ada kegiatan Nara Bersih dan mereka diwajibkan membawa alat kebersihan sesuai dengan yang diinformasikan, biasanya alat kebersihan yang dibawa antara lain karung, sapu lidi, dan cangkul. Mereka bertanggung jawab untuk membawa serta menjaga alat kebersihan tersebut, sebab apabila mereka tidak membawa maka akan menghambat kegiatan Nara Bersih dan waktu pun tidak berlangsung efektif. Hal ini juga bersinggungan dengan nilai karakter disiplin, yang mana kegiatan Nara Bersih ini dilaksanakan di pagi hari pada pukul 07.00 – 10.00 WIB, maka tidak jarang mereka datang terlambat karena waktu pelaksanaannya yang mereka anggap terlalu pagi. Pelaksanaan kegiatan Nara Bersih
65
dilakuka pukul 07.00 WIB karena mengingat udara pagi hari yang masih sehat dan segar, serta cuaca yang belum terlalu terik. Maka dari itu, pengajarnya pun wajib mencontohkan kepada warga belajar untuk hadir tepat waktu, karena mereka menilai sosok pengajar sebagai role model di tempat mereka belajar. Jangan sampai pengajar hanya sekedar memberikan instruksi, namun tidak diimbangi dengan perilaku yang sebenarnya. f. Ekstrakurikuler (Futsal dan Pencak Silat) Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di Yayasan Nara Kreatif untuk saat ini ada dua kegiatan yaitu Futsal dan Pencak Silat. Kegiatan futsal sendiri diselenggarakan 2 minggu sekali pada hari Sabtu pukul 20.00 – 22.00 WIB, sedangkan untuk pencak silat rutin diadakan seminggu sekali pada hari Sabtu pukul 09.00 – 10.00 WIB.
Gambar 4.2 Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat Pencak silat merupakan salah satu ekstrakurikuler baru yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif yang bertujuan sebagai wadah bagi warga belajar untuk menyalurkan minat dan bakatnya pada olahraga beladiri ini, sehingga dapat mencegah dari perbuatan yang negatif seperti perkelahian atau tawuran. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan pencak silat ini, antara lain disiplin, rasa ingin tahu, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu contoh aktivitas yang terlihat penanaman nilai pendidikan karakter
66
yaitu tanggung jawab, karena dengan mempelajari silat kita bertanggung jawab agar dapat mempergunakannya sebagai seni bela diri atau olahraga saja, bukan untuk digunakan untuk melakukan perbuatan yang negatif. Selain dari pada itu, kegiatan pencak silat ini untuk menumbukan nilai karakter rasa ingin tahu karena setiap banyaknya gerakan yang dilakukan ternyata memiliki fungsinya masing-masing, maka diharapkan warga belajar timbul rasa ingin tahu untuk hal tersebut. Namun sayangnya minat warga belajar yang mengikuti kegiatan pencak silat ini tidak terlalu tinggi, justru minat yang tinggi berasal dari masyarakat sekitar yang rutin ikut serta pada kegiatan ini. Ini menjadi tugas bagi pengurus pendidikan, bagaimana caranya agar menumbuhkan minat warga belajar agar dapat antusias mengikuti ekstrakurikuler pencak silat. Selain pencak silat, kegiatan ekstrakurikuler lainnya yaitu futsal. Futsal merupakan salah satu olahraga yang digemari oleh warga belajar khususnya untuk laki-laki, karena mereka dapat menyalurkan minat dan bakat mereka pada bidang olahraga ini. Futsal sempat diadakan 1 tahun yang lalu, namun karena tidak ada penanggung jawab dan yang melatih, maka diberhentikan untuk sementara waktu sampai akhirnya aktif kembali pada bulan Agustus 2016 ini.
67
Gambar 4.3 Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal Nilai karakter yang diterapkan pada olahraga futsal ini yaitu disiplin,
kerja
keras,
rasa
ingin
tahu,
menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab. Berdasarkan pengamatan penulis salah satu nilai karakter yang terlihat pada kegiatan futsal ini yaitu bersahabat/komunikatif. Hal ini tergambarkan ketika mereka dibentuk menjadi 2 tim yang berbeda dan saling bertanding satu sama lain, terlihat kerjasama di masing-masing tim tersebut agar dapat menjadi pemenang. Selain itu, ada pula nilai karakter kerja keras yang mana untuk menjadi pemain yang handal tidaklah mudah, dibutuhkan latihan secara terus menerus, inilah yang tergambarkan dari kegiatan futsal tersebut. Meskipun kegiatan futsal diselenggarakan dengan kurun waktu 2 minggu sekali, namun antusiasme warga belajar khususnya laki-laki sangat tinggi. Inilah yang menjadi evaluasi bagi pengurus pendidikan, bagaimana
cara
agar
ekstrakurikuler
yang
diselenggarakan
mendapatkan respon yang baik serta antusiasme yang tinggi dari warga belajar. Selain itu, pastikan tertanam nilai-nilai pendidikan karakter pada setiap kegiatan dan memberikan penjelasan setiap aktivitas yang dilakukan agar mereka memahami tujuan dari aktivitas tersebut.
68
g. Kreativitas Daur Ulang Awal mula berdirinya Yayasan Nara Kreatif ialah karena bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar, karena banyaknya limbah kotor yang nampaknya dapat dimanfaatkan kembali. Hasil olahan limbah ini diproduksi sebagai produk yang bernilai guna dan bernilai jual. Bahan pengolahan limbah ini ialah berasal dari kertas bekas yang sudah tidak terpakai dan gedebong pisang yang sudah dikeringkan. Dengan adanya kreativitas daur ulang limbah kertas ini, diharapkan produk yang dihasilkan nanti dapat bermanfaat bagi masyarakat luas baik untuk instansi atau perseorangan. Hasil produksi kreativitas daur ulang tersebut dikaryakan menjadi souvenir, office supplies, media kitas, wedding kits, dan lain-lain. Dari kegiatan kreativitas daur ulang ini terdapat beberapa nilai karakter yang diterapkan yaitu kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikatif, dan peduli lingkungan. Tingkat kreativitas pada kegiatan ini benar-benar dilatih karena bahan utama untuk pengolahannya menggunakan limbah kertas dan hasilnya nanti dapat dijual baik itu untuk perseorangan ataupun perusahaan. Namun untuk sekarang, kegiatan ini hanya dilaksanakan oleh anak asuh Nara Kreatif, tetapi tidak menutup ruang bagi warga belajar apabila ingin mengetahui dan mempelajari proses kreativitas daur ulang limbah kertas ini. h. HUT Nara Kreatif Hari Ulang Tahun berdirinya Yayasan Nara Kreatif merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya pada tanggal 31 Januari. Kegiatan yang diselenggarakan biasanya mengadakan perlombaan antar Paket A, B, dan C, lalu penampilan dari masingmasing paket (puisi, menyanyi, tarian, dll.). Selain perlombaan dan penampilan, diadakan juga doa bersama yang mana sebagai salah satu wujud syukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesempatan untuk dapat memberikan manfaat bagi orang lain dengan keberadaan
69
Yayasan Nara Kreatif. Nilai karakter pada kegiatan ini antara lain, religius,
disiplin,
kerja
bersahabat/komunikatif,
keras,
peduli
kreatif,
lingkungan,
menghargai peduli
prestasi,
sosial,
dan
tanggung jawab. Contoh kegiatan dari penerapan nilai karakter tersebut yaitu pada saat penampilan warga belajar yang mana mereka dituntut untuk tampil kreatif, maka dari itu untuk menampilkan sesuatu yang kreatif dibutuhkan usaha dan kerja keras agar apa yang kita inginkan dapat terwujud. i. Hari Kartini Hari Kartini merupakan perayaan hari besar nasional sebagai bentuk memperingati perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak wanita Indonesia yang dilaksanakan tiap tahunnya pada tangga 21 April. Tujuan dilaksanakannya hari Kartini bukan semata-mata hanya peringatan hari besar melainkan kilas balik mengenai perjuangan Kartini untuk dapat meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia agar mendapati pendidikan yang setara. Perayaan yang diselenggarakan oleh Nara Kreatif berupa perlombaan dan penampilan dari warga belajar. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan ini antara lain kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil pengamatan penulis antusiasme warga belajar pada saat mengikuti perayaan Hari Kartini ini cukup tinggi, namun masih harus ditekankan tentang makna sebenarnya dari perayaan Kartini ini agar mereka mengetahui perjuangan yang sesungguhnya. j. Nara Merah Putih Nara Merah Putih diselenggarakan untuk memperingati dan memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Kegiatan ini biasa dilaksanakan setipa tanggal 17 Agustus di mulai dari pagi hingga siang hari. Bentuk kegiatannya pun bermacam-macam, seperti perlombaan dan karnaval.
70
Semua kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh warga belajar karena sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah air dan semangat kebangsaan sebagai Warga Negara Indonesia. Selain itu pula, dilatih kretivitas masing-masing warga belajar, khususnya pada kegiatan karnaval yang mana membutuhkan kreativitas agar terlihat diferensiasi dari tim yang lainnya. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan Nara Merah Putih ini antara lain disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, semangat kebangsaan,
cinta
tanah
air,
menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Gambar 4.4 Kegiatan Karnaval pada Perayaan HUT RI ke-71 k. Buka Puasa Bersama Setiap bulan suci Ramadhan, Yayasan Nara Kreatif rutin mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama, entahlah itu yang memang diselenggarakan sendiri oleh Yayasan Nara Kreatif ataupun dari pihak luar yang mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama dan Yayasan Nara Kreatif hanya sebagai wadah atau tempat kegiatannya saja. Tujuan dari diselenggarakan kegiatan ini yaitu untuk mempererat tali silahturahim, serta meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT, karena kegiatan yang diselenggarakan tidak hanya sekedar buka puasa bersama melainkan ada kultum atau ceramah dari Ustadz.
71
Gambar 4.5 Suasana Buka Puasa Bersama di Yayasan Nara Kreatif Rabu, 22 Juni 2016 Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan Buka Puasa Bersama ini salah satu yang mendominasi ialah Religius, sedangkan yang lainnya antara lain toleransi, kreatif, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial. Toleransi disini yaitu toleransi antar umat beragama yang mana ada salah satu dari warga belajar Nara Kreatif beragama Kristen, namun pengurus pendidikan tetap mengundang warga belajar tersebut untuk hadir namun tidak wajib. Hal ini untuk menghindari adanya diskriminasi terhadap umat yang beragama lain, maka dari itu perlunya penanaman nilai karakter tersebut kepada warga belajar. l. Nara Qurban Nara Qurban diselenggarakan karena mengingat perayaan hari besar agama Islam yaitu Idul Adha. Selain itu, diadakannya Nara Qurban sebagai wujud syukur kepada Allah SWT karena masih diberikan kesempatan untuk merasakan Idul Adha dan berbagi terhadap
sesama.
Bentuk
kegiatan
yang
dilaksanakan
ialah
pemotongan dan pembagian hewan qurban. Nilai yang diterapkan pada kegiatan ini antara lain religius, toleransi, dan peduli sosial. Nilai religius disini ialah bagaimana warga belajar atau anak asuh memaknai hari raya Idul Adha yang sebenarnya, dan nilai dari peduli sosial yaitu wujud kepedulian terhadap sesama yang mana membantu meringankan
72
beban orang lain salah satunya yaitu dengan pembagian hewan qurban, sedangkan nilai karakter toleransi yaitu pembagian hewan qurban disini tidak memandang ras, budaya, atau pun golongan keluarga melainkan semua masyarakat yang berada di sekitar Yayasan Nara Kreatif mendapati manfaat pembagian hewan qurban tersebut.
Gambar 4.6 Pemotongan Hewan Qurban Idul Adha 1437H m. Study Tour Study tour merupakan kegiatan rutin yang direncanakan setiap tahunnya, yang bertujuan sebagai wadah untuk menambah pengalaman dan pengetahuan baru bagi warga belajar. Selain itu, meningkatkan semangat untuk belajar dan menghilangkan kejenuhan. Untuk tahun 2016 ini, Yayasan Nara Kreatif sudah mengadakan study tour ke daerah Ciomas, Bogor dan pesertanya tidak hanya berasal dari Yayasan Nara Kreatif saja melainkan ada 2 sekolah lainnya yang ikut serta pada kegiatan ini, yaitu Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Depok dan Sekolah Taman Harapan Bekasi. Pesertanya memang sengaja dibuat tidak hanya dari Yayasan Nara Kreatif saja karena bertujuan untuk menambah relasi dan saling bertukar pengalaman satu sama lain. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan study tour ini meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin
73
tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu contoh penerapan nilai pendidikan karakter pada aktivitas yang dilakukan yaitu jujur, dimana terkadang ada saja ditemui pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mencuri hak yang bukan miliknya. Hal ini terjadi pada saat study tour tahun ini, yang mana ketika akan berangkat ada salah satu warga belajar yang kehilangan telepon genggamnya (HP) pada saat menginap di Yayasan. Tim panitia pun menggeledah seluruh isi tas anak-anak yang menginap di Yayasan pada saat itu dan menanyakan secara personal kepada masing-masing dari mereka, hingga pada akhirnya diberi pengertian bahwa mencuri barang yang bukan miliknya ialah perbuatan yang dosa dan dilarang, bahkan bisa di proses hukum. Maka, salah satu dari mereka akhirnya mengakuinya dan ditanya lebih lanjut alasan mengapa ia melakukan perbuatan tersebut, dikarenakan tidak memiliki uang dan akan menjual telepon genggamnya tersebut. Hal seperti inilah yang benar-benar harus ditanamkan kepada warga belajar yaitu sikap jujur dan keterbukaan, karena mungkin ada permasalahan yang mereka rasakan namun tidak ada wadah untuk menyampaikannya. Peran dari pengajar sangatlah penting, karena untuk membangun sebuah kedekatan dan keakraban tidak lah mudah terlebih dengan latar belakang mereka yang berasal dari masyarakat marjinal. Penerapan nilai-nilai harus lebih rutin dan berkelanjutan agar berjalan maksimal. n. Kelas Inspirasi Kelas Inspirasi merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif yang mana mengundang pembicara dari berbagai latar belakang, mulai dari pengusaha, direksi sampai CEO atau pemilik suatu perusahaan. Hal ini bertujuan agar mereka menjadi salah satu sosok yang menginspirasi mereka, karena mereka yang menjadi inspirator menceritakan kisah hidup mereka mulai dari yang
74
bukan siapa-siapa sampai pada akhirnya mereka bisa menjadi pimpinan suatu perusahaan. Dengan adanya Kelas Inspirasi seperti ini membangkitkan rasa keingintahuan mereka tentang sosok yang menjadi pembicara tersebut. Warga belajar yang hadir pada Kelas Inspirasi diwajibkan untuk bertanya kepada pembicara terkait dengan apa yang telah disampaikan.
Gambar 4.7 Kelas Inspirasi oleh CEO/Founder Momo Milk Indonesia Selasa, 31 Mei 2016 Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kelas inspirasi ini adalah salah satu kegiatan yang menarik dan mungkin jarang ditemui di sekolah formal pada umumnya. Namun sayangnya apabila kelas inspirasi ini diadakan pada waktu siang hari warga belajar yang datang jauh lebih sedikit, mengingat pada siang hari ada beberapa mereka yang bekerja. o. Nara Sehat Nara Sehat merupakan kegiatan yang diselenggarakan Nara Kreatif yang bentuk kegiatannya berupa khitanan massal, pengobatan gratis, senam/olahraga dan sebagainya. Tujuan diselenggarakan Nara Sehat sebagai salah satu wadah yang memfasilitasi masyarakat di sekitar Yayasan Nara Kreatif untuk mendapati fasilitas kesehatan tanpa dipungut biaya. Berdasarkan pengamatan penulis, kegiatan Nara Sehat
75
ini diselenggarakan karena adanya kerjasama dengan instansi yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan.
Gambar 4.8 Kegiatan Nara Sehat Sunatan Massal Tahun 2014 supported by YBM BRI Dari kegiatan Nara Sehat ada beberapa nilai karakter yang diterapkan yaitu toleransi, disiplin, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial. Toleransi disini dikarenakan peserta yang mengikuti Nara Sehat bisa berasal dari mana saja, karena kembali ke tujuan semula yaitu untuk membantu sesama, hal ini pula tak lepas dari nilai karakter peduli sosial. Maka dari itu, dengan diadakannya kegiatan seperti ini menumbuhkan rasa empati serta kepedulian terhadap sesama, yang mungkin sebelumnya belum pernah dilakukan. p. Company/Factory Visit Kunjungan ke perusahaan/pabrik atau biasa disebut dengan company/factory
visit
merupakan
kegiatan
kunjungan
untuk
mengetahui proses langsung dari sebuah barang yang di produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan diadakan kegiatan ini, diharapkan warga belajar dapat bertambah wawasan serta pengetahuan mereka yang semula mereka hanya mengetahui barang yang diproduksi tersebut dapat langsung dikonsumsi, lain halnya bila mengetahui proses pembuatannya dari awal. Dari hasil pengamatan
76
penulis, company/factory visit ini terakhir diadakan pada tahun 2015 di PT Garuda Food yang berlokasi di Bandung. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan ini antara lain disiplin, rasa ingin tahu, dan bersahabat/komunikatif. Nilai karakter yang mendominasi pada kegiatan ini ialah rasa ingin tahu, sebab diharapkan dengan adanya kunjungan seperti ini menumbuhkan rasa keingintahuan warga belajar terhadap sesuatu hal yang baru. Bukan itu saja, sikap disiplin mereka pun harus ditunjukkan ketika melakukan kunjungan, karena bisa saja perusahaan yang dikunjungi tersebut melihat dan menilai kedisiplinan warga belajar. q. Workshop Keterampilan Kegiatan workshop keterampilan disini merupakan pelatihan bagi masyarakat yang ingin mengetahui proses pembuatan daur ulang limbah kertas. Namun tidak hanya itu saja, Yayasan Nara Kreatif menyediakan workshop keterampilan menjahit dan sablon. Trainer untuk workshop keterampilan ini yaitu anak asuh Yayasan Nara Kreatif. Mereka sebelumnya sudah diberikan pembelajaran dan pelatihan terlebih dulu, sampai pada akhirnya dapat memberikan pelatihan kepada orang lain. Nilai karakter yang ditanamkan pada kegiatan ini meliputi disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial. r. 1000 Project Sama halnya seperti workshop keterampilan, kegiatan 1000 Project ini merupakan salah satu bentuk pelatihan bagi masyarakat khususnya yang bertempat tinggal di Kepulauan Seribu. 1000 Project bekerjasama dengan Astra International untuk memberikan pelatihan pembuatan gelang dan kalung yang melibatkan masyarakat Kepulauan Seribu dengan harapan mereka semua dapat terlibat dalam program ekonomi kreatif yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dari Yayasan Nara Kreatif, anak asuh lah yang dikirim untuk memberikan pelatihan bagi masyarakat yang berada disana. Tidak hanya membuat kalung dan
77
gelang saja, mereka juga melatih bagaiamana cara membuat Paper Bag dan memproduksi sabun batang sendiri. Nilai karakter yang tertanam pada kegiatan ini antara lain disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial. Diharapkan tidak hanya anak asuh saja yang dapat memberikan pelatihan, melainkan warga belajarnya pun juga dapat ikut serta pada kegiatan ini.10 Tabel 4.7 Kegiatan dan Penanaman Nilai-nilai Karakter di Yayasan Nara Kreatif NO
1
2
3
4
5
10
KEGIATAN
NILAI KARAKTER Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, Pendidikan Kesetaraan semangat kebangsaan, cinta tanah Sekolah Kejar Paket air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Religius, jujur, disiplin, toleransi, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, Pendidikan Agama menghargai prestasi, cinta damai, Islam gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab. Disiplin, toleransi, dan rasa ingin Kelas Komputer tahu. Religius, jujur, disiplin, toleransi, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, Hasanah Qur’ani menghargai prestasi, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab. Disiplin, bersahabat/komunikatif, Nara Bersih peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Hasil observasi dari bulan Maret-September 2016.
78
6
Pencak Silat
7
Futsal
8
Kreativitas Daur Ulang
9
HUT Nara Kreatif
10
Hari Kartini
11
Nara Merah Putih
12
Buka Puasa Bersama
13
Nara Qurban
14
Study Tour
15
Kelas Inspirasi
16
Nara Sehat (Pengobatan Gratis,
Disiplin, rasa ingin tahu, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab. Disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab. Kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikatif, dan peduli lingkungan. Religius, disiplin, kerja keras, kreatif, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab. Disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Religius, toleransi, kreatif, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial. Religius, toleransi, dan peduli sosial. Religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan bersahabat/komunikatif. Toleransi, disiplin, bersahabat/komunikatif, dan peduli
79
17
Sunatan Massal, dsb.) Company/Factory Visit
18
Workshop Keterampilan
19
1000 Project
sosial. Disiplin, rasa ingin tahu, dan bersahabat/komunikatif. Disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial. Disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial.
Dari hasil pengamatan penulis mengenai 18 nilai-nilai karakter bangsa yang diterapkan melalui beberapa kegiatan di Yayasan Nara Kreatif dapat diketahui bahwa pentingnya menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter, khususnya bagi mereka yang berasal dari masyarakat marjinal yang mana pembentukan karakter mereka pun minim. Salah satu pengajar Paket A pun menambahkan : Cara untuk menerapkan nilai pendidikan karakter tersebut yaitu semua harus dibangun dengan kedekatan, kalau warga belajar menganggap kita keluarga atau teman, maka akan ada rasa memiliki. Maka disini pengajar dituntut untuk memiliki kedekatan agar mudah membangun karakter mereka.11 Berdasarkan
pernyataan
tersebut,
pengajar
kedekatan agar penanaman nilai-nilai
harus
membangun
pendidikan karakter dapat
diaplikasikan secara mudah. Sebab dengan latar belakang mereka tersebut dibutuhkan daya serta upaya, dan proses agar dapat mengubah karakter mereka terdahulu, dan membentuk karakter yang diharapkan. Peran serta tidak hanya dari pengurus dan pengajar yang terlibat di Yayasan Nara Kreatif, melainkan dukungan dari lingkungan sekitar pun sangat dibutuhkan agar berjalan dengan semestinya.
11
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket A, Hoirunnisa, pada hari Rabu, 9 Desember 2015.
80
2. Faktor Pendukung Penerapan Pendidikan Karakter Di setiap kegiatan yang direncanakan, pastinya ada beberapa faktor yang mendukung agar kegiatan tersebut terealisasi. Begitu pula dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan di Yayasan Nara Kreatif, pastinya ada beberapa faktor sehingga harus diaplikasikan. Menurut Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan menjelaskan faktor utama yang melatarbelakangi penerapan pendidikan karakter : Hal yang melatarbelakangi salah satuya ialah latar belakang dari warga belajar itu sendiri, yaitu yang berasal dari masyarakat marjinal. Kami memang tidak memiliki dokumen atau draft untuk setiap kegiatan yang diselenggarakan dan berikut nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang harus diterapkan, tetapi pada dasarnya kami menerapkan kepada mereka melalui contoh ataupun tindakan yang kami lakukan, khususnya pengurus dan pengajar yang berkontribusi di Nara Kreatif.12 Berdasarkan pernyataan tersebut, faktor pendukung penerapan pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif yaitu dikarenakan latar belakang mereka yang berasal dari masyarakat marjinal. Hal ini memang butuh perhatian yang penuh mengingat minimnya nilainilai pendidikan karakter yang mereka dapatkan. Selain itu, salah satu warga belajar Yayasan Nara Kreatif menambahkan: Nilai-nilai karakter itu penting, karena tidak selamanya kita bersekolha di Nara Kreatif, ada saatnya kita akan kembali atau pulang ke masyarakat. Jadi perlunya penanaman nilai-nilai karakter disini agar nantinya pada saat diterapkan ke masyarakat lebih mudah.13 Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa selain latar belakang dari warga belajar, hal lainnya menjadi faktor pendukung yaitu karena pentingnya penerapan nilai-nilai karakter itu sendiri. Sebab mereka nantinya akan kembali lagi ke masyarakat dan diharapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan bisa diaplikasikan ke kehidupan mereka, tidak 12
Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadha, pada hari Senin, 28 Agustus 2016. 13 Hasil wawancara dengan warga belajar Yayasan Nara Kreatif, Anita Rahayu, pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016.
81
hanya di Yayasan Nara Kreatif dan apa yang mereka peroleh dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Sedangkan menurut warga belajar lainnya memaparkan : Faktor penerapan pendidikan karakter karena mungkin anak-anak remaja sekarang terlalu bebas terutama dalam pergaulan, maka dari itu keluarga Nara Kreatif agar tidak terjerumus ke pergaulan yang nekoneko di luar sana, jadi kita punya arah yaitu yang diisi dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Nara Kreatif.14 Pergaulan remaja sekarang ini juga menjadi salah satu faktor, penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif. Berdasarkan data warga belajar Yayasan Nara Kreatif, mayoritas warga belajar yang mendaftarkan diri dan mengikuti pendidikan kesetaraan di Nara Kreatif karena di latar belakangi putus sekolah, dan putus sekolah disini beraneka ragam, ada yang dikarenakan memiliki masalah dengan gurunya di sekolah, sering kali membolos, bertengkar dengan teman di sekolah, kurangnya biaya, dan ada pula yang putus sekolah di karenakan malas untuk bersekolah. Hal inilah yang menjadikan alasan pentingnya penerapan pendidikan karakter bagi mereka, khususnya bagi mereka yang berasal dari masyarakat marjinal. Melihat berbagai faktor yang melatarbelakangi penerapan pendidikan karakter itu sendiri, maka Yayasan Nara Kreatif mengupayakan dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan, baik itu yang rutin atau tentatif. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan agar penerima manfaat yakni masyarakat marjinal yang berkontribusi di Yayasan Nara Kreatif itu sendiri dapat merasakan beberapa kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan mereka, dan memberikan mereka pelajaran, serta pengalaman yang berharga. Berikut beberapa kegiatan yang dihimpun dari hasil pengamatan penulis di Yayasan Nara Kreatif.
14
Hasil wawancara dengan warga belajar/anak asuh Yayasan Nara Kreatif, Neng Saimah, pada hari Minggu, 4 September 2016.
82
Tabel 4.8 Jadwal Kegiatan Yayasan Nara Kreatif NO 1
KEGIATAN Pendidikan Kesetaraan Sekolah Kejar Paket
2
Pendidikan Agama Islam
3
Kelas Komputer
4
Hasanah Qur’ani
5
Nara Bersih
6
Pencak Silat
7
Futsal
8 9 10 11 12 13 14 15
Kreativitas Daur Ulang HUT Nara Kreatif Hari Kartini Nara Merah Putih Buka Puasa Bersama Nara Qurban Study Tour Kelas Inspirasi Nara Sehat (Pengobatan Gratis, Sunatan Massal, dsb.) Company/Factory Visit Workshop Keterampilan Liputan Media Project 1000
WAKTU Selasa & Kamis : 19.00 – 22.00 Jumat : 19.00 – 21.00 Rabu : 17.30 – 21.30 Kamis : 21.00 – 22.00 (Paket A)
16 17 18 19 20
Jumat : 19.00 – 21.00 (Paket B & C) Senin – Sabtu Minggu : 07.00 – 10.00 (di akhir bulan) Sabtu : 09.00 – 10.00 Sabtu : 19.00 – 22.00 (2 minggu 1x) Senin – Sabtu : 09.00 – 17.00 31 Januari 21 April 17 Agustus Bulan Ramadhan Idul Adha 1 tahun 1x Tentatif Tentatif Tentatif Tentatif Tentatif -
3. Kendala dan Upaya dalam Penerapan Pendidikan Karakter a. Kendala dalam Penerapan Pendidikan Karakter Dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif tidaklah mudah, pastinya ada kendala atau hambatan dalam proses penerapannya tersebut. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa narasumber, ada beberapa kendala yang dirasakan pada saat penerapan pendidikan
83
karakter. Hal ini diungkapkan oleh salah satu pengajar Yayasan Nara Kreatif yang mengungkapkan : Kesulitannya yaitu yang mana mereka berasal dari berbagai macam latar belakang dan bahkan tingkah laku mereka ada yang tidak sewajarnya dilakukan (berbicara kasar, dsb.). Terkadang para pengajar sulit menyuruh warga belajar untuk mengikuti peraturan yang diterapkan di Nara Kreatif, karena mereka mulanya hidup bebas tanpa aturan. Hal yang masih menjadi kendala adalah bagaimana cara yang efektif agar warga belajar ini mau mematuhi aturan-aturan yang berlaku dan mengubah pola pikir mereka.15 Berdasarkan pemaparan tersebut bahwasanya kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter ini adalah mengubah pola pikir mereka. Pola pikir mereka dapat berubah apabila adanya pembiasaan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh pengajar kepada warga belajar. Selain itu adanya kerjasama antara orangtua dan yayasan agar penerapan pendidikan karakter ini berjalan secara maksimal. Salah satu pengajar lain pun menambahkan bahwa : Kendala yang paling sering ditemukan adalah ketika warga belajar sulit untuk diatur dan dinasehati.16 Hal ini menjadi permasalahan yang harus ditemukan solusinya bersama-sama, karena apabila ini dibiarkan begitu saja penerapan nilai-nilai pendidikan karakter tidak akan berjalan semestinya. Pendapat yang serupa pun diungkapkan oleh Kepala Sekolah Yayasan Nara Kreatif yang mengungkapkan bahwa : Kendala yang kami hadapi dalam penerapan pendidikan karakter yaitu sifat malas dari warga belajar itu sendiri yang terkadang kurang tercapainya nilai-nilai karakter yang kami ajarkan. Karena dilihat dari latar belakang mereka yang awalnya mereka memiliki kebiasaan yang tidak mudah diatur dan ketika menjadi bagian dari kami yang mana diterapkan beberapa peraturan yang harus mereka laksanakan. Selain itu, minimnya inisiatif dari pengajar pada saat mereka mengajar 15
Hasil wawancara dengan Pengajar Yayasan Nara Kreatif, Hoirunnisa, pada hari Rabu, 9 Desember 2016. 16 Hasil wawancara dengan Pengajar Yayasan Nara Kreatif, Anis Nurfitriani, pada hari Selasa, 21 Juni 2016.
84
dan menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada warga belajar, sehingga belum tercapai secara maksimal.17 Dari beberapa pernyataan narasumber tersebut dapat diketahui bahwa memang untuk menerapkan pendidikan karakter tidaklah mudah, apalagi melihat latar belakang warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal. Pembentukan karakter mereka harus dilakukan secara berkelanjutan dan dilakukan secara aktif, serta menyenangkan agar nilai-nilai karakter dapat diaplikasikan oleh masing-masing diri warga belajar. Berbeda halnya dengan apa yang diamati oleh Ketua Yayasan Nara Kreatif. Beliau tidak hanya melihat sisi dari warga belajarnya saja melainkan dari semua sisi. Beliau mengungkapkan : Ditinjau dari sudut pandang saya, ada beberapa kendala yang saya amati antara lain, 1) Sulit untuk membangun kesepahaman dengan sesama pengajar dan belum satu visi dan misi; 2) Kesulitan untuk mencari sistem yang baik agar siswa-siswa yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif menjadi orang yang berkualitas; dan 3) Kurang kerjasama dengan orangtua siswa.18 Berdasarkan yang pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa tidak semua kendala yang dihadapi datangnya berasal dari warga belajar itu sendiri, melainkan pihak-pihak yang berkontribusi di dalamnya, salah satunya ialah pengajar. Selain itu, kerjasama yang kurang antara orangtua dengan yayasan pun menjadi kendala yang selanjutnya. Dengan mengidentifikasi beberapa kendala yang dihadapi dalam proses penerapan nilai-nilai pendidikan karakter ini, diharapkan dapat ditemukan solusi atau pemecahan agar penerapan pendidikan karakter dapat berjalan maksimal. Adapun
17
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Yayasan Nara Kreatif, Muhammad Taufik, pada hari Minggu, 7 Februari 2016. 18 Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan, pada hari Senin, 28 Agustus 2016.
85
upaya dalam mengatasi kendala pendidikan karakter akan dibahas pada pembahasan selanjutnya. b. Upaya dalam Mengatasi Kendala Penerapan Pendidikan Karakter Dalam penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal yang berkontribusi di Yayasan Nara Kreatif, khususnya warga belajar dan anak asuh pastinya ditemukan berbagai macam kendala dan permasalahan. Namun dari pada itu, dari kendala yang ada dapat ditemukan beberapa solusi atau pemecahan masalah yang dapat membantu proses penerapan pendidikan karakter. Berdasarkan wawancara dengan beberapa narasumber, penulis mendapati beberapa upaya yang dapat dilakukan agar penerapan pendidikan karakter dapat berjalan semestinya. Menurut salah satu pengajar Yayasan Nara Kreatif memaparkan upaya dalam penanganan permasalahan penerapan pendidikan karakter yakni : Solusi yang dapat dilakukan yaitu sering berbicara atau ada interaksi dengan mereka. Hal ini dilakukan agar mereka mencurahkan permasalahan mereka kepada kita sebagai pengajar. Selain itu, memantau aktivitas mereka melalui sosial media dan ikut serta berinteraksi, hal itu akan jauh membuat warga belajar lebih nyaman untuk cerita kepada pengajar apabila terdapat masalah. Namun yang terpenting ialah harus membangun kedekatan dengan warga belajar itu sendiri.19 Mengenai pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa pentingnya menjalin interaksi antara warga belajar dan pengajar. Menurut pengamatan penulis, pengajar harus dapat memposisikan diri dimana ada saatnya bisa menjadi seorang teman atau kaka dan di sisi lain menjadi pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik mereka. Dengan adanya interaksi antara warga belajar dan pengajar, maka dapat menjalin kedekatan dengan mereka, dan ketika pengajar
19
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket A Yayasan Nara Kreatif, Hoirunnisa, pada hari Rabu, 9 Desember 2015.
86
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter akan jauh lebih mudah serta dapat diaplikasikan oleh mereka Pengajar lain pun mengutarakan hal yang serupa : Membangun komunikasi dengan warga belajar, orangtua, dan lingkungan sekitar. Karena mereka akan menganggap bahwa ada yang memperhatikan mereka.20 Dari pernyataan tersebut lebih menunjukkan bahwa interaksi berupa komunikasi dengan mereka sangat penting, karena kurangnya perhatian yang mereka dapatkan di luar sana. Maka dari itu, peran serta dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk suksesnya penerapan pendidikan karakter bagi mereka. Namun lain halnya yang diungkapkan oleh pengajar pendidikan kesetaraan paket B : Solusinya adalah keikhlasan dan kesabaran, serta intospeksi diri. Dengan keikhlasan maka denga seiring berjalannya waktu, anakanak akan dapat mengikuti apa yang sudah diajarkan dan ditetapkan oleh Nara Kreatif. Sedangkan kesabaran adalah kunci utamanya, kalau semisal kita tidak sabar menghadapi mereka, bagaimana bisa menuruti kita. Yang terakhir introspeksi diri yaitu mengevaluasi apakah kita salah dalam penyampaian maupun perilaku dan mengevaluasi tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.21 Dilihat dari pernyataannya, bahwa upaya yang dilakukan tidak hanya
membangun
komunikasi
dengan
warga
belajar
yang
bersangkutan melainkan lebih kepada diri pribadi pengurus dan pengajar yang mengajari mereka untuk dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter. Bahwasanya, sebelum memberikan pembelajaran bagi mereka, pengajar harus dapat mencontohkan perilaku nilai-nilai karakter yang baik pula, karena apa yang mereka lihat begitu pula yang akan mereka tiru.
20
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket C Yayasan Nara Kreatif, Roosna Sari Mauludina, pada hari Rabu, 9 Desember 2015. 21 Hasil wawancara dengan Pengajar Paket B Yayasan Nara Kreatif, Anis Nurfitriani, pada hari Selasa, 21 Juni 2016.
87
Beliau pun menambahkan bahwa upaya selanjutnya yang dapat dilakukan
bisa
saja
dengan
menarik
minat
mereka
dengan
menyelenggarakan kegiatan yang diminati oleh anak-anak. Dengan kata lain hal ini bertujuan untuk menunjang kebutuhan dan keinginan dari anak-anak tersebut.22 Upaya lainnya yang dapat diterapkan agar penerapan nilai-nilai pendidikan berjalan dengan maksimal juga disampaikan oleh beberapa warga belajar. Salah satu warga belajar Yayasan Nara Kreatif mengungkapkan : Upaya yang dapat dilakukan yaitu membuat peraturan yang lebih ketat, karena anak-anak yang bersekolah di Nara Kreatif masih harus dipantau satu per satu agar mereka tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan. Menurut saya lebih menyadarkan anak-anak dengan sendirinya mana yang harus dan tidak seharusnya dilakukan, tanpa harus dipantau setiap saat oleh pengajar.23 Berdasarkan pemaparan warga belajar tersebut diketahui bahwa minimnya kesadaran mereka mengenai tanggung jawab yang mereka miliki, oleh karena dibutuhkannya peraturan yang ketat agar mereka paham apa yang seharusnya dilakukan. Peran serta dari pengurus dan pengajar sangat dibutuhkan untuk menciptakan suatu peraturan yang efektif, serta mensosialisasikan peraturan tersebut secara personal dengan cara penyampaian yang mereka mudah mengerti. Hal serupa juga diutarakan oleh warga belajar lainnya : Upaya yang dilakukan yaitu membuat peraturan yang lebih ketat dan menanamkan kepada anak-anak rasa bertanggung jawab. Salah satu contohnya yaitu ketika jam pelajaran belum selesai, ada saja diantara mereka yang pulang lebih dulu. Seharusnya peratura dibuat jauh lebih ketat, misalnya bisa diberi sanksi atau hukuman apabila pulang sekolah lebih dulu tanpa alasan yang jelas selama 3
22
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket B Yayasan Nara Kreatif, Anis Nurfitriani, pada hari Selasa, 21 Juni 2016. 23 Hasil wawancara dengan warga belajar Yayasan Nara Kreatif, Anita Rahayu, pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016.
88
kali, maka adanya pemanggilan orangtua atau hukuman sampai anak tersebut jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.24 Berbeda halnya dengan yang disampaikan oleh Kepala Sekolah Yayasan Nara Kreatif. Beliau mengungkapkan : Solusinya yaitu diadakan pelatihan terutama kepada pengurus dan pengajar. Mereka harus diberi training untuk mengetahui cara penanganan anak-anak yang termarjinalkan tersebut. Untuk warga belajar sendiri, mereka harus diberikan kegiatan-kegiatan yang sifatnya kegiatan yang mereka butuhkan dan berbeda dari yang sebelumnya agar mereka jauh lebih antusias. Selain itu, penanaman yang rutin nilai-nilai karakter kepada warga belajar harus lebih sering diingatkan, karena penanaman nilai karakter itu tidak bisa satu atau dua kali diajarkan, tetapi harus rutin dan sebagai pengajar harus mencontohkan yang baik pula agar berjalan maksimal.25 Agar upaya dalam penanganan kendala penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal dibutuhkan peran serta dari berbagai pihak, khususnya pengurus dan pengajar yang berinteraksi langsung dengan warga belajar. Selain itu dalam penyampaiannya pun dibutuhkan penanganan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya, karena melihat warga belajar yang diajar berasal dari latar belakang masyarakat marjinal. Maka dalam penerapannya harus diadakan pembiasaan secara berkelanjutan atau rutin, dan memberikan contoh yang baik pula kepada mereka. Salah satu pendekatan dari pendidikan karakter yaitu penguatan yang mana pendidikan karakter perlu dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus.26 Upayaupaya tersebut diharapkan dapat direalisasikan dan segera mungkin dapat diterapkan demi suksesnya proses penerapan nilai-nilai pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif.
24
Hasil wawancara dengan warga belajar Yayasan Nara Kreatif, Windy Meilani, pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016. 25 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Yayasan Nara Kreatif, Muhammad Taufik, pada hari Minggu, 7 Februari 2016. 26 Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 194-198.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif adalah sebagai berikut : 1. Penerapan pendidikan karakter dilakukan melalui beberapa kegiatan yang diselenggarakan dan terdapat kandungan nilai-nilai karakter di dalamnya, baik itu kegiatan rutin ataupun kegiatan yang sifatnya tentatif. 2. Faktor yang mendukung peneapan pendidikan karakter ini dikarenakan latar belakang warga belajar dan anak asuh yang berasal dari masyarakat marjinal yang kurang akan penanaman nilai-nilai karakter pada kehidupan kesehariannya. 3. Kendala yang dihadapi ketika menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter yaitu masih menemukan kesulitan bagaimana cara yang efektif untuk mengubah pola pikir warga belajar agar kepribadian mereka yang sebelumnya dapat berubah. Dari hasil kesimpulan di atas dapat dirumuskan teori bahwa penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif berhasil dilakukan dengan adanya kedekatan, serta interaksi dan komunikasi yang terjalin dengan warga belajar. Selain itu, membangun kerjasama dengan orangtua dan pihak yayasan agar penerapan pendidikan karakter ini dapat berjalan dengan efektif.
89
90
B. Saran Berdasarkan paparan dan kesimpulan tersebut, maka penulis menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk kedepannya agar penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif berjalan secara maksimal, antara lain : 1. Pihak yayasan dapat mencoba untuk menjalin kerjasama dengan instansi yang serupa yang menangani masyarakat marjinal, karena sebagai salah satu acuan agar penerapan pendidikan karakter dapat berjalan efektif. 2. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan harus lebih bervariatif lagi, hal ini dilakukan agar anak tidak mudah jenuh dan meningkatkan antusias anak-anak pada saat menghadirinya. 3. Kunjungan rutin orangtua atau wali ke Yayasan Nara Kreatif, hal ini perlu dilakukan agar adanya kerjasama antara pihak yayasan dan orangtua, sehingga penerapan pendidikan karakter dapat berjalan efektif. 4. Training bagi pengurus dan pengajar mengenai bagaimana teknik yang tepat untuk menerapkan pendidikan karakter, khususnya bagi masyarakat marjinal. 5. Mengaktifkan kembali kegiatan kelas membaca dengan metode yang kreatif agar warga belajar antusias dan dapat membiasakan kegiatan membaca, tidak hanya di yayasan melainkan menjadikan budidaya membaca dalam diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Amin, Maswardi Muhammad. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta: Badouse Media, 2011. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Azizah, Ayu Nur, “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2014. tidak dipublikasikan. Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2011. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. Standar dan Prosedur Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Fauzi, Mohammad Ali, “Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (Studi Kasus Pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Tharbiyah Kalibening Salatiga)”, Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang: 2007. tidak dipublikasikan. Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta, 2012. Joesoef, Soelaiman. Konsep Dasar Pendidikan Non-Formal. Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Kementerian Pendidikan Nasional. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011. Linggasari, Yohannie & Donatus Fernanda Putra. “Jakarta Kota Paling Tak Aman
Sejagat,
CCTV,
&
Sniper
Disiapkan”,
http://m.cnnindonesia.com/nasional/20150129081301-2028184/jakarta-kota-paling-tak-aman-sejagat-cctv-sniper-disiapkan/, 11 November 2015.
91
92
Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif. Jakarta: Esensi, 2012. Marzuki, Saleh. Pendidikan Nonformal. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Muliatinah, Sri Santo Budi. “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2015”, Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta, 15 September 2015. Mutaqien, Arip dkk. Menuju Indonesia Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: Khanata, 2006.
Muwahidah, Siti Sarah dan Zakkiyudin Baidhowy. Islam, Good Governance, dan Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: MAARIF Institute for Culture and Humanity, 2007. Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Purwanti, Yanti Dewi, Koentjoro, dan Esti Hayu Purnamaningsih. Konsep Diri Perempuan Marginal. Jurnal Psikologi. 2000. Purwanto, Nanang. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Ramadhan, Nezatullah. Wawancara. Jakarta, 26 Mei 2015. Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia, 2013. Sisca Rahmadonna, Farida Hanum dan Arif Rohman, Development of Children Character Through Model of Communication, Education, Information in Marginal Communities in Yogyakarta, Proceeding: Empowering The Primary Education for The Brighter Generation 2013. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2010. Wijanarko, Agus, “Pemberdayaan Masyarakat Marjinal yang Bekerja sebagai Pedagang Kaki Lima untuk Meningkatkan Pendapatannya (Studi Kasus pada Pedagang Kaki Lima di Simpang Lima Semarang)”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Negeri Semarang: 2005. tidak dipublikasikan.
93
Zubaedi. Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. _______. Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2013.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA A. Untuk Ketua Yayasan 1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Yayasan Nara Kreatif? 2. Dikelola oleh siapa sajakah Yayasan Nara Kreatif? 3. Kapan pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif mulai berlangsung? 4. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? 5. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini? 6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? 7. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif untuk lebih merangkul kepada kelompok masyarakat marjinal? 8. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal? 9. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif menerapkan pendidikan karakter disetiap program/kegiatan yang diselenggarakan? 10. Sejak kapan penerapan nilai-nilai karakter diberlakukan di Yayasan Nara Kreatif?
95
B. Untuk Kepala Sekolah 1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? 2. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini? 3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? 4. Berasal dari latar belakang apa sajakah warga belajar yang mengikuti kegiatan di Yayasan Nara Kreatif? 5. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal? 6. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? 7. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? 8. Siapa sajakah yang bertanggung jawab atas proses pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif? 9. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? 10. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
96
C. Untuk Pengajar 1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? 3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? 4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? 5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? 6. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif? 7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau belum? 8. Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif?
97
D. Untuk Warga Belajar/Anak Asuh 1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang? 2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif? 3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif? 4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif? Berikan alasannya! 5. Bagaimana menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif? 6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika mengikuti kegiatan di Nara Kreatif? 7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif menerapkan
nilai-nilai
karakter
pada
setiap
kegiatan
yang
diselenggarakan? 8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara Kreatif pada kehidupan sehari-hari? 9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai dengan yang Anda butuhkan atau belum? 10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar penerapan nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya? 11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara Kreatif lebih diminati oleh warga belajar?
98
Lampiran 2
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 28 Agustus 2016 Interviewee
: Nezatullah Ramadhan
Jabatan
: Pendiri/Ketua Yayasan Nara Kreatif
Waktu
: 10.50 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Yayasan Nara Kreatif didirikan sebagai bentuk keprihatinan pada lingkungan sekitar dimana banyak limbah organik yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar lingkungan. Berangkat dari keprihatinan inilah, saya membentuk Yayasan Nara Kreatif untuk mengolah benda yang tidak berguna menjadi berdaya guna. Beberapa produk yang diolah berasal dari limbah organik antara lain; Paper Bag, Light Craft, Certificate, Drop Box, dan lainlain. Selain itu, adanya kegiatan pendidikan dengan membuka Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat bagi masyarakat pra-sejahtera yaitu Program Kejar Paket A/B/C secara Gratis, dan menerapkan pendidikan karakter bagi masyarakat pra-sejahtera tersebut. 2. Dikelola oleh siapa sajakah Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Untuk pengelolaan yayasannya sendiri yang bertanggung jawab adalah saya pribadi sebagai founder dan Ketua Yayasan, dan tidak lupa ada struktur kepengurusan sendiri yang ikut serta mengelola Nara Kreatif, mulai dari Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Sekretaris, Bendahara, Divisi Operasional dan Divisi Pendidikan.Yayasan Nara Kreatif juga berdiri pada dua sisi yaitu divisi operasional yang menangani kreatifitas produksi daur ulang kertas dan divisi pendidikan yang mana mengurusi pendidikan kesetaraan kejar Paket A, B, dan C. Untuk masing-masing divisi memiliki 99
kepengurusan sendiri yang dipimpin oleh Kepala Operasional (Divisi Operasional) dan Kepala Sekolah (Divisi Pendidikan). 3. Kapan pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif mulai berlangsung? Jawaban: Pelaksanaan pendidikan sendiri di Nara Kreatif berlangsung sejak akhir tahun 2013, dan pembentukan pendidikan kesetaraan ini dilatar belakangi karena anak-anak sekitar yang masih belum mendapati pendidikan atau dikatakan putus sekolah karena berbagai macam alasan, seperti tidak adanya biaya, drop out dari sekolah, keluarga yang tidak mendukung untuk bersekolah, dll. Hal inilah yang mendorong kami untuk membuka pendidikan kesetaraan yang mana sasaran utama kami ialah anak-anak yatim, marjinal, dan putus sekolah. Namun tidak menutup kemungkinan ada anak-anak yang dari latar belakang yang lain untuk mengikuti pendidikan di tempat kami. 4. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Pendidikan yang dilaksanakan di Nara Kreatif yaitu Pendidikan Nonformal dalam bentuk Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C. Untuk legalitas dari dinas pendidikan sendiri, Nara Kreatif masih belum mengantongi izin, namun kami menjalin kerjasama dengan salah satu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Yayasan Bina Insan Mandiri (YBIM) atau yang lebih dikenal dengan Sekolah Master yang ada di Depok. Jadi untuk pembelajarannya dilaksanakan di Nara Kreatif, namun untuk keikutsertaan Ujian
Nasionalnya
bekerjasama
dengan
PKBM
tersebut.
Untuk
pelaksanaannya sendiri, kami disini lebih mengutamakan pendidikan yang membentuk akhlak, kepribadian, atau karakter warga belajar. Karena mengingat latar belakang mereka yang berasal dari keluarga marjinal, serta minim bahkan kurangnya pembentukan dari kepribadian mereka sendiri. Oleh karena itu, kami disini tidak terlalu mengutamakan unggul dalam bidang akademik, tapi yang lebih utama yaitu bagaimana mengubah kepribadian mereka sebelum dan sesudah mengemban pendidikan di Nara Kreatif, khususnya penerapan nilai-nilai karakter.
100
5. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini? Jawaban: Untuk divisi pendidikan sendiri terdiri dari pengurus dan pengajar. Struktur kepengurusan terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, serta Administrasi. Hal yang membedakan antara pengurus dan pengajar ialah beban tanggung jawab yang diemban. Karena untuk pengurus disini lebih mendesain dan mengevaluasi program atau kegiatan, serta merancang arah pendidikan Nara Kreatif ini akan dibawa kemana untuk kedepannya. Sedangkan untuk pengajar sifatnya yang menjalankan program yang telah disusun, serta transfer ilmu kepada para warga belajar. Namun untuk pendidikan di Nara Kreatif, tidak kami tekankan untuk menonjol di bidang akademik, kami lebih menekankan pengembangan karakter atau akhlak, maka dari itu dari pengajarnya sendiri harus mampu untuk mendeliver nilai-nilai karakter yang harus diaplikasikan kepada mereka. 6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Ditinjau dari sudut pandang saya, ada beberapa kendala yang saya amati untuk pelaksanaan pendidikan di Nara Kreatif antara lain, a. Sulit untuk membangun kesepahaman dengan sesama pengajar dan belum satu visi dan misi b. Kesulitan untuk mencari sistem yang baik agar siswa-siswa yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif menjadi orang yang berkualitas c. Kurang kerjasama dengan orangtua siswa 7. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif untuk lebih merangkul kepada kelompok masyarakat marjinal? Jawaban: Kami merangkul kelompok keluarga marjinal disini karena kami melihat mereka merupakan kelompok masyarakat yang terpinggirkan dari lingkungan masyarakat mereka sendiri, atau bisa dikatakan dikucilkan. Hal inilah yang kami ingin ubah, yaitu mereka pun pantas dan layak untuk mendapati manfaat seperti masyarakat pada umumnya. Dilihat dari latar belakang warga belajar yang mengenyam pendidikan di Nara Kreatif ada yang berasal dari Asisten Rumah Tangga (ART), buruh pabrik, office boy,
101
pengangguran, tukang ojek, pengupas bawang di pasar, juru parkir, dan lain sebaginya. Kondisi seperti ini amat sangat memprihatinkan, oleh karena itu kami mencoba memfasilitasi mereka salah satunya berupa pendidikan bebas biaya dalam bentuk Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C bebas biaya. Selain sekolah kejar paker, mereka pun kami ikut sertakan berbagai dengan berbagai kegiatan, antara lain factory visit, kelas inspirasi yang mengundang beberapa tokoh-tokoh masyarakat yang menginspirasi, seminar dan lain-lain. 8. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal? Jawaban: Program atau kegiatan di Nara Kreatif ada yang sifatnya sudah terjadwalkan dan ada yang tentatif. Untuk sifatnya yang tentatif, terkadang kegiatan dilaksanakan di Nara Kreatif (in class) ataupun kunjungan ke beberapa tempat (out class). Namun untuk sifatnya terjadwalkan ada beberapa kegiatan yaitu seperti kelas agama, kelas komputer, ekstrakurikuler futsal dan pencak silat, serta Nara Bersih. Sedangkan yang tentatif antara lain Kelas Inspirasi, Nara Sehat, Factory Visit atau Company Visit, seminar, dan lain sebagainya. Kami berusaha memberikan kegiata-kegiatan yang menunjang kemampuan mereka agar apa yang mereka miliki akan terus berkembang. 9. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif menerapkan pendidikan karakter disetiap program/kegiatan yang diselenggarakan? Jawaban: Hal yang melatar belakangi salah satunya ialah latar belakang dari warga belajar sendiri, yaitu yang berasal dari masyarakat marjinal. Kami memang tidak ada dokumen ataupun draft untuk setiap kegiatannya dan berikut nilai-nilai apa saja yang harus diterapkan, tetapi pada dasarnya kami menerapkan ke mereka melalui contoh ataupun tindakan yang kami lakukan, khususnya pengurus dan pengajar yang berkontribusi di Nara Kreatif. Kami selalu menanamkan ke warga belajar bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan terdapat berbagai macam nilai-nilai yang terkandung. Maka dari itu, tim pengurus
sendiri
yang
membuat
program
ataupun
kegiatan
harus
mempertimbangkan baik buruknya program atau kegiatan yang akan
102
dilaksanakan, dan harus dipastikan hal tersebut bermanfaat bagi mereka. Kalaupun akan mengadakan kegiatan yang sifatnya refreshing harus tetap ada nilai yang terkandung pada setiap kegiatan. 10. Sejak kapan penerapan nilai-nilai karakter diberlakukan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Penerapan nilai karakter sendiri sudah kami aplikasikan sejak Yayasan Nara Kreatif berdiri, karena tujuan kami yaitu membentuk kepribadian, akhlak, serta karakter mereka agar dapat diterapkan di lingkungan masyarakat mereka serta bermanfaat bagi orang banyak.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Ketua Yayasan Nezatullah Ramadhan
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
103
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Minggu, 7 Februari 2016 Interviewee
: Muhammad Taufik
Jabatan
: Kepala Pendidikan Sekolah Nara Kreatif
Waktu
: 19.35 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Nara Kreatif mengadakan program pendidikan kesetaraan atau sekolah kejar paket A, B, dan C yang mana dalam proses pelaksanaannya tidak hanya memberikan pengetahuan dalam bidang akademik saja, tetapi disetiap materi yang diajarkan pada setiap warga belajar ditanamkan nilai-nilai karakter atau budi pekerti, salah satu contohnya yaitu penanaman sikap sopan santun. Karena hal ini dilatar belakangi warga belajar itu sendiri yang mana mereka memiliki krisis akan penanaman nilai-nilai karakter. 2. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini? Jawaban: Struktur kepengurusan di pendidikan sendiri untuk saat ini sudah terbentuk kestrukturan, namun belum berjalan secara maksimal. Masingmasing dari pengurus dibutuhkan pelatihan-pelatihan yang mana nantinya mampu me-manage dari kepengurusan itu sendiri, sehingga tercapailah pendidikan yang baik. 3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Kendala dalam pelaksanaan pendidikan yaitu salah satunya dari kualitas tenaga pendidikan atau pengajar, karena mereka minim akan pengetahuan tentang kependidikan dan belum memiliki pengalaman untuk mengajar dan mendidik. Kualitas pendidikan akan jauh lebih baik apabila 104
didukung dengan pengajar yang memiliki kemampuan atau skill. Selain dari pengajar, kendala selanjutnya yakni dari fasilitas. Meskipun fasilitas saat ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya, seperti untuk pembelajaran komputer sudah ada 10 komputer yang tersedia, hanya saja belum ada kelas tersendiri. Untuk fasilitas yang belum terpenuhi lainnya seperti belum tersedianya ruang kelas khusus untuk belajar, media pembelajaran yang terkait dengan mata pelajaran (alat peraga), dsb. 4. Berasal dari latar belakang apa sajakah warga belajar yang mengikuti kegiatan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Warga belajar yang mengikuti pendidikan di Nara Kreatif berasal dari berbagai macam latar belakang, antara lain anak-anak jalanan, anak yatim-piatu, broken home, keluarga kurang mampu, dan anak autism. Mereka datang untuk belajar dan kami berikan fasilitas pendidikan bebas biaya. 5. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal? Jawaban: Program yang kami selenggarakan berbagai macam, ada pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C. Lalu untuk kegiatan lainnya seperti pendidikan agama Islam, keterampilan komputer, kelas inspirasi, dan Nara Bersih. Untuk Nara Bersih merupakan salah satu kegiatan yang rutin diadakan setiap 1 bulan sekali, yaitu dengan kegiatan membersihkan lingkungan sekitar yayasan. Hal ini kami lakukan untuk menanamkan kepada mereka cinta lingkungan, tanggung jawab terhadap kebersihan, kerja sama, dan rasa memiliki yang besar. Selain itu, kami juga ikutsertakan warga belajar untuk mengikuti Seminar Company/Factory Visit,dan pameran-pameran untuk menambah wawasan mereka. 6. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif yang paling utama ialah menerapkan dan menanamkan nilai-nilai karakter mereka di setiap kegiatan yang dilaksanakan. Contohnya ialah pada saat proses pembelajaran,
105
para pengajar dituntut untuk dapat memberikan nilai-nilai karakter yang baik disamping pengetahuan akademik. Selain itu, dalam keseharian diluar dari jam sekolah kita juga mengajari mereka nilai-nilai karakter, contohnya untuk saling menghargai terhadap sesama, atau yang lebih tua, atau terhadap yang lebih muda. Selain itu, diajarkan sopan santun dan membangun akhlak mereka. 7. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Cara menarik minat mereka yaitu pertama-tama kita lihat dari tujuan mereka terlebih dulu, yang mana kebanyakan dari mereka bersekolah untuk mendapatkan ijazah. Maka dari pada itu kami menjembatani mereka untuk meraih tujuan tersebut, dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan menarik yang dapat memotivasi mereka, yang mana setelah mereka mendapati Ijazah atau lulus nantinya mereka dapat menjadi orang yang bermanfaat dan sukses. Selain itu kami juga ajarkan berwirausaha, hal ini diajarkan agar orientasi mereka setelah lulus bukan hanya bekerja diperusahaan, melainkan mereka dapat membuka lapangan kerja sendiri, dan dari berwirausaha itu dapat ditanamkan sikap untuk menjadi orang mandiri tanpa bergantung kepada orang lain, serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab. 8. Siapa sajakah yang bertanggung jawab atas proses pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter ini, semua pihak yang ada didalamnya terutama pengurus dan pengajar bertanggung jawab agar tercapai tujuan yang diharapkan. Pengajar disini bertugas untuk memantau anak-anak didiknya
yang diajarkan,
sedangkan pengurus memantau
pendidikan itu secara global, yakni dari pengajarnya dan warga belajar itu sendiri. 9. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif?
106
Jawaban: Kendala yang kami hadapi dalam penerapan pendidikan karakter yaitu sifat malas dari warga belajar itu sendiri yang terkadang kurang tercapainya nilai-nilai karakter yang kami ajarkan. Karena dilihat dari latar belakang mereka yang awalnya mereka memiliki kebiasaan yang tidak mudah diatur, dan ketika mereka menjadi bagian dari kami yang mana diterapkan beberapa peraturan yang harus mereka laksanakan. Selain itu, minimnya inisiatif dari pengajar pada saat mereka mengajar dan menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada warga belajar, sehingga belum tercapai secara maksimal. 10. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Solusinya yaitu diadakan pelatihan terutama kepada pengurus dan tenaga pendidik/pengajar. Mereka harus diberikan training untuk mengetahui cara penangaan anak-anak yang termarjinalkan tersebut. Untuk warga belajarnya sendiri, mereka harus diberikan kegiatan-kegiatan yang sifatnya kegiatan yang mereka butuhkan dan berbeda dari yang sebelumnya agar mereka jauh lebih antusias. Selain itu, penanaman yang rutin nilai-nilai karakter kepada warga belajar, harus lebih sering diingatkan, karena penanaman nilai karakter itu tidak bisa satu atau dua kali diajarkan, tetapi harus rutin dan sebagai pengajar pun harus mencontohkan yang baik pula agar berjalan maksimal.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Kepala Sekolah Muhammad Taufik
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
107
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Rabu, 9 Desember 2015 Interviewee
: Hoirunnisa
Jabatan
: Pengajar Paket A / PKn
Waktu
: 15.40 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Pelaksanaan kegiatan pendidikan di Nara Kreatif berlangsung dari selasa sampai sabtu, yaitu hari Selasa, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Sedangkan untuk pendidikan Agama Islam berlangsung pada hari Rabu (Agama: B. Arab, Fiqih, Akhlak, Al-Qur’an). 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan yaitu kehadiran warga belajar yang fluktuatif, tetapi kembali ke pengajar itu sendiri sebab hal ini mungkin terjadi karena kurangnya kedekatan yang terjadi dengan warga belajar. Dilihat dari latar belakang mereka yang berasal dari keluarga marjinal dan penanaman karakter yang berbeda pula, maka pada saat mereka sekolah mereka butuh kasih sayang atau terjalin kedekatan antara pengajar dan warga belajar. Karena dengan menjalin kedekatan dan memberi mereka kasih sayang, maka akan jauh lebih mudah untuk mengambil hatinya agar mereka mau masuk sekolah. 3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Cara menerapkannya yaitu semua harus dibangun dengan chemistry/kedekatan, kalau warga belajar menganggap kita keluarga atau 108
teman, maka akan ada rasa memiliki. Maka disini pengajar dituntut untuk memiliki kedekatan agar mudah membangun karakter mereka. 4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Cara menarik minat mereka untuk Kegiatan Belajar Mengajar terlebih dulu, pengajar harus ditekankan untuk menunjukkan perilaku-perilaku yang baik kepada warga belajar dan harus mengkorelasikan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengajar juga harus dapat membaur dengan warga belajar, jangan sampai ada sekat atau gap antara pengajar dan warga belajar. Lalu membuat kegiatan yang mungkin berbeda dari yang sebelumnya, contohnya diadakan senam setiap satu bulan sekali atau pertandingan futsal, dsb. agar kegiatan yang berlangsung tidak monoton. 5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Kesulitan pasti ada, yang mana mereka berasal dari berbagai macam latar belakang dan bahkan tingkah laku mereka ada yang tidak sewajarnya dilakukan (berbicara kasar, dll.). Terkadang para pengajar sulit untuk menyuruh warga belajar untuk mengikuti peraturan yang diterapkan di Nara Kreatif, karena mereka mulanya hidup bebas tanpa aturan. Hal yang masih menjadi kendala adalah bagaimana cara yang efektif agar warga belajar ini mau mematuhi aturan-aturan yang berlaku dan merubah pola pikir mereka. 6. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Menurut saya, solusi yang dapat dilakukan yaitu sering berbicara atau ada interaksi dengan mereka, hal ini dilakukan agar mereka mencurahkan permasalahan mereka kepada kita sebagai pengajar. Selain itu, memantau aktivitas merek melalui media sosial dan ikut berinteraksi, itu akan jauh membuat warga belajar lebih nyaman untuk cerita ke pengajar apabila ada masalah. Namun yang terpenting ialah harus membangun kedekatan dengan warga belajar itu sendiri.
109
7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau belum? Jawaban: Menurut saya penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif belum terlalu efektif. Kalau dilihat dari segi tahun berdiri belum ada progress yang signifikan, tapi step by step mulai ada peningkatan, contohnya warga belajar mulai ada perubahan dari segi perilaku, berubah menjadi lebih baik lagi. Kalau dari penerapan nilai religious, ada beberapa dari mereka yang tadinya apabila mau mengerjaka sholat harus diperintah terlebih dulu, tapi lambat laun mereka sadar dengan sendirinya. Lalu, yang tadinya mungkin ada beberapa warga belajar yang berkata kasar, untuk sampai saat ini jauh lebih berkurang. 8.
Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif? Jawaban: Saran untuk pendidikan di Nara Kreatif, agar lebih banyak diberikan waktu antara pengajar dan warga belajar di luar jam belajar agar terjalin kedekatan dan interaksi yang baik. Selain itu antara pengajar yang satu dengan yang lainnya harus memiliki kesamaan visi misi agar penanaman karakter dapat berjalan maksimal.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Pengajar Hoirunnisa
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
110
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Rabu, 9 Desember 2015 Interviewee
: Roosna Sari Mauludina
Jabatan
: Pengajar Paket C / Geografi
Waktu
: 16.30 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Pelaksanaan pendidikan di Nara Kreatif, khususnya untuk Pendidikan Kesetaraa, kalau di hari awal masuk Kegiata Belajar Mengajar (KBM) yaitu hari Selasa warga belajaranya semangat dan antusias, dilihat dari presensi kehadirannya. Namun, ketika beranjak di hari Kamis, Jumat, dan Sabtu jumlah warga belajar yang hadir berkurang, entah itu karena kesibuka warga belajar yang ada beberapa masih bekerja atau hal lainnya. Kalau untuk kegiatan kelas membaca, sampai saat ini warga belajar Paket A, B, dan C selalu mengikuti kegiatan tersebut. 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Kendala yang dihadapi yaitu ketika ada beberapa warga belajar yang tidak mengikuti aturan dengan baik, dan berperilaku seenaknya sendiri. Selain itu, kehadiran warga belajar yang fluktuatif dan terkadang ada warga belajar yang tidak mengikuti KBM hingga absen satu minggu bahkan lebih. 3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Cara penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif sendiri lebih menekankan kepada pengajar, karena mereka sebagai contoh bagi warga belajar untuk berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter. Mereka 111
harus menerapkan nilai-nilai tersebut tidak hanya pada saat memberikan materi pelajaran saja, melainkan diluar dari pada itu harus dapat memberi contoh yang baik, seperti mengucapkan maaf, terima kasih, tolong, dll. 4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Cara yang menarik minat warga belajar yaitu dengan membangun kedekatan antara warga belajar dan pengajar, entah itu disetiap kegiatan yang berlangsung di Nara Kreatif ataupun di luar dari pada itu. 5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Kendala yang kami hadapi yaitu sulit untuk mengatur warga belajar, karena mungkin mereka terbiasa dengan aktivitas yang kurang baik. Namun disini kami masih belum bisa menemukan cara yang sesuai untuk menerapkan atau menanamkan nilai-nilai karakter kepada warga belajar. 6.
Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Membangun komunikasi dengan warga belajar, orang tua, dan lingkungan sekitar. Karna mereka akan menganggap bahwa ada yang memperhatikan mereka.
7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau belum? Jawaban: Di Nara Kreatif terbagi atas warga belajar dan anak asuh. Untuk anak asuh ialah anak yang tinggal atau diasramakan di Nara Kreatif, sedangkan untuk warga belajar ialah mereka hanya untuk mengikuti program pendidikan kesetaraan saja. Penerapan pendidikan karakter bagi anak asuh khususnya, sudah berjalan efektif karena mereka lebih peka atau sensitive dengan lingkungan sekitar, seperti mengucapkan salam atau ucapan terima kasih. Saya pun sebagai pengajar merasa malu, karena saya sendiri belum menerapkan nilai-nilai karakter yang baik di dalam diri. Lalu utuk penerapan
112
pendidikan karakter bagi warga belajar belum cukup maksimal, hal ini mungkin dikarenakan intensitas waktu yang kurang untuk tatap muka dengan penagajr itu sendiri. 8. Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif? Jawaban: Saran dari saya agar diberikan 1 hari full dengan adanya interaksi pengajar dan warga belajar, tetapi fokusnya yaitu dengan penanaman nilainilai pendidikan karakter dan dibantu dengan pihak-pihak yang ingin mensupport kegiatan tersebut.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Pengajar Roosna Sari Mauludina
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
113
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Selasa, 21 Juni 2016 Interviewee
: Anis Nurfitriani
Jabatan
: Pengajar / Paket B
Waktu
: 19.35 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif yaitu dengan pendidikan agama, pendidikan akademik dan pendidikan karakter. Untuk pendidikan agama dilaksanakan pada setiap hari rabu pukul 17.30-21.30 WIB dengan materi pembelajaran mengenai tajwid, akidah akhlak, fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Tadarus Al-qur’an dan iqra, bahasa Arab dan Public Speaking. Untuk pendidikan akademik dilaksanakan pada hari selasa, kamis, jum’at dan sabtu. Dengan tingkatan kelas yaitu paket A,B dan C. Ada 6 mata pelajaran yang diajarkan untuk paket A dan B, dan 7 mata pelajaran untuk paket C. Mata pelajaran yang diajarkan adalah mata pelajaran yang diuji nasionalkan yaitu : matematika, b. Indonesia, b. Inggris, ipa, ips, ekonomi, sosiologi, pkn, dan geografi. Selain dari mata pelajaran tersebut anak-anak warga belajar kami ajarkan pula ketrampilan komputer dan kegiatan esktrakurikuler silat, menari dan futsal. Dan juga beberapa seminar atau kelas edukasi dengan para motivator. Untuk pendidikan karakter yang kita laksanakan adalah pada setiap saat mereka beraktivitas artinya tidak dibatasi dengan waktu 24 jam. Dengan pengenalan adab dan sopan santun serta bagaimana cara bersyukur, berterima kasih, meminta maaf, menyayangi yang lebih kecil, menghormati yang lebih besar, seputar adab keseharian mereka.
114
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Kendala yang paling sering dihadapi adalah ketika anak-anak warga belajar sedang berkurang jumlah kehadirannya. Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu bekerja, malas, hilang tanpa kabar dan sebagainya. Karena berkurangnya minat belajar mereka adalah masalah terbesar dalam proses pendidikan di Nara Kreatif. 3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Penerapan pendidikan karakter yang dilakukan di Nara kreatif adalah dengan mengajarkan adab keseharian. Dan itu dilakukan dengan tidak terjadwalkan, artinya 24 jam perilaku mereka dibawah pengawasan dari kami. 4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Biasanya anak-anak akan tertarik dengan hal-hal baru. Jadi sebisa mungkin kami membuat kegiatan yang memang diminati dengan anak-anak. Dalam artian kegiatan yang kami adakan adalah untuk menunjang kebutuhan dan keinginan anak-anak warga belajar. 5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Kendala yang dihadapi sampai saat ini saya belum merasakan kendala yang banyak. Yang paling sering adalah ketika warga belajar sulit untuk diatur dan di nasehati. 6. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif? Jawaban: Solusinya adalah keikhlasan dan kesabaran serta introspeksi diri. Dengan keikhlasan maka dengan seiring berjalannya waktu anak-anak akan dapat mengikuti apa yang sudah diajarkan dan ditetapkan oleh nara kreatif. Sedangkan kesabaran adalah kunci utamanya, kalau semisal kita tidak sabar mengahadpi mereka bagaimana mereka bisa menuruti kita. Yang terakhir
115
instropeksi diri yaitu mengevaluasi apakah kita salah dalam penyampaian maupun perilaku dan mengevaluasi tindakan apa yang sebaiknya dilakukan. 7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau belum? Jawaban: Sejauh ini sudah cukup efektif. Bukti nyatanya adalah perubahan sikap, perilaku dari warga belajar itu sendiri. 8. Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif? Jawaban: Mengadakan workshop tentang pendidikan karakter. Dengan tujuan agar tidak melulu seperti itu-itu saja kegiatannya atau cara yang digunakan.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Pengajar Anis Nurfitriani
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
116
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Minggu, 4 September 2016 Interviewee
: Neng Saimah
Waktu
: 18.45 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang? Jawaban: Kegiatan yang saya jalani untuk sekarang ini yaitu menjadi anak asuh di Yayasan Nara Kreatif dan sedang fokus ke kegiatan kreatifitas produksi daur ulang kertas, sebab banyaknya pesanan dari beberapa perusahaan. Ayah sopir dan Ibu kuli ngupas bawang. 2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif? Jawaban: Saya sudah bersekolah di Nara Kreatf selama hampir 2 tahun dan tinggal di asrama putri Nara Kreatif menjadi anak asuh kurang lebih 1 tahun. Ayah saya bekerja sebagai sopir, sedangkan ibu saya menjadi kuli pengupas bawang di Pasar Induk Kramat Jati. 3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif? Jawaban: Selain ada sekolah kejar paket, di Nara Kreatif terdapat pendidikan pembangunan karakter, produktivitas, serta keterampilan komputer 4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif? Berikan alasannya! Jawaban: Selama ini saya selalu mengikuti semua kegiatan di Nara Kreatif, karena memang saya tinggal di Nara Kreatif dan sebagian waktu saya habiskan untuk kegiatan di Nara Kreatif. Tetapi kalau ada kegiatan outing , anak asuh yang ikut serta tidak semuanya dilibatkan, atau bisa dibilang rolling untuk kegiatan di luar Nara Kreatif. 117
5. Bagaimana menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif? Jawaban: Menurut saya kegiatan sekolah sudah menyenangkan, tapi ekstrakurikuler mesti ditambahkan meskipun sudah ada futsal dan tari, tapi mesti diperbanyak. 6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika mengikuti kegiatan di Nara Kreatif? Jawaban: Menurut pendapat saya yaitu Leadership, karena anak asuh yang dianggap paling dewasa ialah saya, maka saya bertanggung jawab untuk adikadik di Yayasan Nara Kreatif untuk memberikan contoh yang baik dan ketegasan saya sebagai seorang kaka untuk mendidik adik-adik saya. Selain itu diajarkan juga sopan santun dan tentang pendidikan agama, karena di Nara Kreatif lebih ditekankan kepada pendidikan agama atau pembentukan akhlak. Menurut saya itu merupakan hal yang paling penting. 7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif menerapkan
nilai-nilai
karakter
pada
setiap
kegiatan
yang
diselenggarakan? Jawaban: Faktornya mungkin karena anak-anak remaja sekarang terlalu bebas terutama dalam pergaulan, maka dari itu agar keluarga Nara tidak terjerumus ke pergaulan yang neko-neko di luar sana, jadi kita punya arah dengan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di Nara Kreatif. 8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara Kreatif pada kehidupan sehari-hari? Jawaban: Untuk saat ini saya masih belajar untuk menerapkan nilai-nilai yang diajarkan, apalagi mengenai leadership, karena terkadang untuk memimpin diri sendiri saja itu susah apalagi untuk memimpin banyak orang, belum lagi dengan perbedaan berbagai watak dan usia yang tidak terlalu jauh berbeda dengan saya dan itu yang menurut saya sulit. 9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai dengan yang Anda butuhkan atau belum? Jawaban: Alhamdulillah sudah cukup, selain ada pendidikan sekolahnya, terdapat pula pendidikan agama dan kreativitas produksi daur ulang kertas,
118
dan menurut saya sudah melebihi sekolah-sekolah formal pada umumnya. Bahkan adanya pengembangan karakter juga dan menurut saya lebih lengkap bersekolah di Nara Kreatif. 10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar penerapan nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya? Jawaban: Upayanya mungkin mendengarkan keluh kesah kami baik warga belajar atau anak asuh, karena mungkin mereka bingung mau menceritakan permasalahan mereka ke siapa, diharapkan dengan seperti itu kamu akan lebih terbuka. 11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara Kreatif lebih diminati oleh warga belajar? Jawaban: Menurut saya sudah lumayan banyak kegiatan yang dilaksanakan, karena warga belajar yang bersekolah di Nara Kreatif sudah memiliki kesibukan seperti bekerja. Mungkin selain dari kegiatan ekstrakurikuler, mereka harus diberikan tanggung jawab di beberapa kegiatan yang diselenggarakan, hal ini dilakukan agar mereka juga memiliki tanggung jawab di Nara Kreatif dan membentuk rasa memiliki. Selain itu, mereka harus dilibatkan di kelas kreativitas produksi daur ulang kertas, agar mereka memiliki kemampuan untuk mengolah daur ulang kertas.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Warga Belajar Neng Saimah
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
119
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Aguustus 2016 Interviewee
: Anita Rahayu
Waktu
: 17.30 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang? Jawaban: Pekerjaan yang saya jalani sekarang bekerja di PT Merck sebagai packing obat. Saya bisa bekerja di perusahaan farmasi tersebut dikarenakan mendapati fasilitas yang ditawarkan oleh Yayasan Nara Kreatif, yaitu disalurkannya sebagai pekerja di salah satu bagian dari korporasi rekanan Nara Kreatif, salah satunya yaitu PT Merck. 2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif? Jawaban: Saya sudah bersekolah di Nara Kreatif sejak Maret 2015. 3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif? Jawaban: Saya pribadi selama setahun ini menjadi anak asuh Nara Kreatif dan rutinitas kegiatan saya disini antara lain bangun pagi, solat subuh, membersihkan lingkungan yayasan, ceramah dhuha, kreativitas produksi daur ulang kertas, sablo, menjahit, dan pada malam harinya yaitu sekolah. Setiap bulannya di hari Minggu diselenggarakan kegiatan Nara Bersih, dan ada pula Kelas Inspirasi yang mengundang tokoh-tokoh yang menginspirasi, seperti Maudy Koesnaedi, CEO PT Garudafood, dan masih banyak lainnya. 4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif? Berikan alasannya! Jawaban: Selama satu tahun saya bergabung, ada beberapa kegiatan yang saya ikuti namun juga ada beberapa yang tidak. Hal ini dikarenaka pada saat itu
120
selain menjadi anak asuh, saya juga masih bekerja di tempat lain sebagai pelayan di rumah makan dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore. 5. Bagaimana menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif? Jawaban: Saya mendapatkan banyak pengalaman yang awalnya saya tidak tahu menjadi tahu, dan juga menambah wawasan. Selain itu menambah teman juga, karena yang tadinya kita monoton dengan kegiatan di dalam, jadi kita dapat menambah teman dengan adanya kegiata di luar. 6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika mengikuti kegiatan di Nara Kreatif? Jawaban: Di Nara Kreatif ditanamkan banyak sekali nilai karakter, karena memang anak-anak yang bergabung di Nara banyak yang berasal dari anak jalanan, kaum dhuafa, yang mana mereka kalau berbicara mereka tidak mengenal sopan santun dan etika. Maka dari itu, di Nara Kreatif dididik agar perilaku mereka yang dulu jangan sampai terbawa sampai sekarang. Selain itu, adanya penanaman akhlak dan moral bagi mereka, salah satunya yaitu dikhususkan adanya kelas pendidikan agama Islam. 7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif menerapkan
nilai-nilai
karakter
pada
setiap
kegiatan
yang
diselenggarakan? Jawaban: Karena nilai-nilai karakter itu penting, karena tidak selamanya kita bersekolah di Nara Kreatif, ada saatnya kita akan kembali atau pulang ke masyarakat. Jadi perlunya penanaman nilai-nilai karakter disini agar nantinya pada saat diterapkan ke masyarakat sekitar lebih mudah. Selain itu faktor lainnya ialah agar kita juga mencintai lingkungan, dengan menjaga lingkungan sekitar dan tidak membuang sampah sembarangan. 8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara Kreatif pada kehidupan sehari-hari? Jawaban: Alhamdulillah nilai-nilai yang saya dapatkan di Nara Kreatif dapat saya terapkan di kehidupan keseharian saya, meskipu saya masih harus banyak belajar.
121
9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai dengan yang Anda butuhkan atau belum? Jawaban: Untuk kegiatannya mungkin sudah sesuai, namun kalau dilihat fasilitas yang dimiliki Nara Kreatif masih kurang memadai seperti dari tempat untuk belajarnya. Saya berharap Nara Kreatif memiliki biaya untuk membenahi fasilitasnya agar terlihat seperti sekolah formal pada umumnya, yaitu ada bangku dan meja, serta ada ruang kelas sendiri agar pada saat belajar jauh lebih fokus. 10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar penerapan nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya? Jawaban: Peraturan yang lebih ketat, karena anak-anak yang bersekolah di Nara Kreatif masih harus dipantau satu per satu agar anak-anak tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan. Menurut saya lebih menyadarkan anak-anak dengan sendirinya mana hal yang harus dan tidak seharusnya dilakukan, tanpa harus dipantau setiap saat oleh pengajar. 11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara Kreatif lebih diminati oleh warga belajar? Jawaban: Kalau bisa untuk laki-laki diadakan olahraga futsal setiap minggunya dan untuk perempuan diadakan kelas tata boga.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Warga Belajar Anita Rahayu
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
122
Lampiran 9
HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Agustus 2016 Interviewee
: Windy Meilani
Waktu
: 18.30 WIB
Tempat
: Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan 1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang? Jawaban: Kegiatan yang saya sedang jalani yaitu bekerja di PT Merck di bagian Packaging. 2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif? Jawaban: Saya bersekolah di Nara Kreatif sudah hampir 1 tahun 6 bulan, sejak bulan Februari 2015. 3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif? Jawaban: Untuk kegiatan di Nara Kreatif yaitu adanya kegiatan pendidikan atau sekolah, pendidikan agama islam, dan kebersihan/Nara Bersih. 4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif? Berikan alasannya! Jawaban: Kalau untuk kegiatan di Nara Kreatif ada beberapa yang saya ikuti dan juga ada yang tidak, karena adanya kesibukan pekerjaan di siang harinya. 5. Bagaimaa menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif? Jawaban: Kegiatan yang ada di Nara Kreatif sangat menarik, banyak pelajaran yang dapat kita peroleh, apalagi kalau ada Kelas Inspirasi yang mana mengundang tokoh-tokoh yang menginspirasi. Jadi menambah pengalaman buat kita dan bisa sharing juga dengan pembicaranya. 6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika mengikuti kegiatan di Nara Kreatif?
123
Jawaban: Nilai-nilai karakter yang diterapkan sangat mendidik, seperti diajarkan sopan santu, harus menghormati yang lebih tua dari kita, dan disini kita diajarkan bagaimana menjadi seorang anak yang memiliki moral dan akhlak yang baik, meskipu latar belakang kita dari kelas menengah bawah. 7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif menerapkan
nilai-nilai
karakter
pada
setiap
kegiatan
yang
diselenggarakan? Jawaban: Faktornya menurut saya karena diajara agama Islam mengajarkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, maka dari itu perlunya menjaga kebersihan, dari mulai diri sendiri sampai lingkungan sekitar. Selain itu kalau ditinjau dari pendidikan umum, kita sebagai umat manusia harus terus banyak belajar, karena orang yang tidak berilmu itu akan sesat pada waktunya, maka pentingnya mencari ilmu karena penting bagi kita di dunia ataupun di akhirat. 8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara Kreatif pada kehidupan sehari-hari? Jawaban: Saya menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara Kreatif, seperti menjaga kebersihan. Apabila ada sampah ada di jalan, maka dibuang ke tempat sampah. Lalu apabila ada teman saya yang kurang memahami tentang pelajaran yang sudah diberikan, saya bantu untuk mengajari teman saya agar ilmu yang saya dapatkan jauh lebih bermanfaat. 9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai dengan yang Anda butuhkan atau belum? Jawaban: Menurut saya kegiatan yang ada sudah cukup sesuai, mungkin kurangnya kegiatan olahraga saja. 10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar penerapan nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya? Jawaban: Upaya yang dilakukan yaitu membuat peraturan yang lebih ketat dan menanamkan kepada anak-anak rasa bertanggung jawab. Salah satu contohnya yaitu, ketika jam pelajaran belum selesai, ada saja diantara mereka yang pulang lebih dulu. Seharusnya peraturan dibuat jauh lebih ketat, misalnya bisa
124
diberi sanksi atau hukuman apabila pulang sekolah lebih dulu tanpa alasan yang jelas selama 3 kali, adanya pemanggilan orangtua atau hukuman apa saja sampai anak tersebut jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi. 11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara Kreatif lebih diminati oleh warga belajar? Jawaban: Menurut saya sudah cukup, karena Nara Kreatif sudah cukup terkenal dan kegiatan-kegiatannya pun sudah menarik. Mungkin pengajarnya ditambah lagi, karena terkadang ada kaka-kaka pengajar yang tidak bisa mengisi di waktu yang sudah dijadwalkan.
Mengetahui,
Interviewee
Interviewer
Warga Belajar Windy Meilani
Penulis Alprilia Nuriani Rachmawati
125
Lampiran 11
DATA PENGURUS DAN PENGAJAR YAYASAN NARA KREATIF
NO NAMA 1 Rosim 2 Bejo Nurdamirin 3 Asep Wildan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA Muhammad Taufik Anis Nurfitriani Sheila Ayu Mutiaroh Muhammad Ilham Nur Gazali Hadiri Abdurrazaq Dion Arochman Wijanarko Mohammad Rizky Annisa Ayuningtias Alprilia Nuriani Bejo Nurdamirin Fardhan Zaka Ramzy Hoirunnisa Roosna Sari Mauludina
DIVISI OPERASIONAL PENDIDIKAN TERAKHIR STATUS SMA
PENGURUS
SMP DIVISI PENDIDIKAN PENDIDIKAN TERAKHIR STATUS SMA
PENGURUS
S1 Pendidikan Ekonomi SMA S1 Agama Islam S1 Agama Islam S1 Administrasi Bisnis D3 Teknik Sipil D3 Kesehatan
POSISI Kepala Operasional Penanggung Jawab Logistik Penanggung Jawab Produksi POSISI Kepala Sekolah Kesiswaan Administrasi/Sekretaris Pendidikan Agama Islam
PENGAJAR Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C
SMA
133
134
Lampiran 12 DATA WARGA BELAJAR YAYASAN NARA KREATIF NO
1
NAMA LENGKAP
Muhammad Rian Setiabudi
PAKET
ALAMAT
LATAR BELAKANG a) Tinggal bersama ayah (sudah cerai) b) Putus sekolah, dikeluarkan, karena bertengkar dengan teman
A
c) Ayah bekerja sebagai kuli bangunan 2
3
4
5
6
Rokiyah
Mega Pertiwi
Ardiyansyah
Viqi Yoga Sageatya
Aziz Maulana
B
C
Batu ampar RT 001 RW 004, Kramat Jati, Jakarta Timur Jl. Dukuh 5, RT 05 RW 04, Jakarta Timur
a) Ibu rumah tangga denggan 2 anak b) Suami bekerja sebagai PNS a) Putus sekolah karena ekonomi b) Anak ke-3 dari 3 bersaudara c) Pernah dikeluarkan dari sekolah a) Putus sekolah karena tidak boleh sekolah oleh gurunya
A
C
Jl. Balai Kambang , Condet, Jakarta Timur
C
Jl. Gotong Royong RT 012 RW 04, Jakarta Timur
7
Delas Januar Firmansyah
B
Jl. Dukuh 5, RT 015 RW 05
8
Dimas Prasetya
C
Jl. Dukuh
9
Ida Syafitri
C
Jl. Dukuh 134
b) Tinggal bersama orangtua dengan saudara a) Putus sekolah karena tidak mampu b) Tinggal sendiri/merantau a) Putus sekolah karena tidak mampu bayar biaya b) Tinggal bersama orangtua a) Putus sekolah b) Tinggal bersama orangtua c) Orangtua sudah bercerai a) Tidak memiliki pekerjaan b) Orientasi untuk mendapatkan ijazah a) Bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga
10
Zulkarnain
C
Jl. Al-Bashor RT 04 RW 03, Kp. Dukuh
11
Jibran Muhammad
B
Jl. Pucung 1, RT 01 RW 04, Condet Balekambang
12
Irwanfauzi
A
Jl. Pucung 2, RT 11 RW 02, Condet, Balekambang
13
Ricky Gunawan
C
Jl. H. M. Sabar, RT 05 RW 01, No. 29, Kp. Rambutan
14
Reynaldi Yusuf
C
Jl. Kesehatan RT 05 RW 011, No. 29, Kel. Kp. Gedong, Pasar Rebo
b) Orangtua masih ada di Bengkulu a) Putus sekolah karena sikap dan ekonomi b) Tidak ada kegiatan Putus sekolah karena malas a) Piatu b) Putus sekolah karena malas a) Yatim b) Putus sekolah karena kurang biaya c) Kegiatan di Majelis a) Putus sekolah karena malas b) Tidak ada kegiatan a) Putus sekolah karena biaya b) Tidak ada kegiatan
15
Meidina Lestari
C
Jl. Pala
16
Afda Anggraeni
A
Jl. Dukuh V, RT 004 RW 04, No. 66, Kel. Dukuh, Kec. Kramat Jati
a) Putus sekolah karena absen
Jl. Penggilingan Baru 2, RT 04 RW 08, Kp. Dukuh
a) Putus sekolah karena malu
Jl. Pucung 2, RT 012, RW 04
c) Dikeluarkan dari sekolah karena sakit 1 minggu selama PKL
17
18
19 20
Putri Oktaviani
Nurul Yahya
Muhammad Oxyfirdaus Hadzan Adha
C
C
B C
Jl. Pucung 3 RT 10 RW 04 Jl. Pucung 2, RT 011 RW 04 135
b) Tidak ada kegiatan
b) Tidak ada kegiatan a) Ibu sudah tidak ada b) Ayah bekerja
d) Tidak ada kegiatan Putus sekolah karena sekolah bulutangkis Putus sekolah karena biaya
21
Ade Saputra
C
Jl. Al-Bashor RT 004 RW 03, No. 9
22
Diah Ayu Ambarsari
C
Jl. Al-Bashor RT 003 RW 03
23
Laila Afdila
C
Jl. Al-Bashor RT 003 RW 003, No. 26
24
Zikri Ahmad Azzam
B
Jl. Asqo 2 Rambutan
25
Yayat
C
Jl. Gg. Sadar
26
Rasyid Alamsyah
C
Kp. Cakung, Jatisari - Jatiasih
27 28
Megita Halimatus Sa'diah
C
Jl. Dukuh V, No. 114 RT 005 RW 004
29
Oki Ramadi
Jl. Al-Amin RT 011 RW 06
30
Muhammad Maulana
Jl. Pucung RT 012 RW 004, Kel. Balekambang, Kec. Kramat Jati
31
Nur Hidayat
Jl. Batu Alama Jaya RT 01 RW 03
32
Martha Oko
Jl. Dukuh V, RT 009 RW 05
33
Tuju Lasmini
C
Jl. Dukuh V, RT 002 RW 04, No. 22 136
a) Ayah kerja wiraswasta b) Ibu Rumah Tangga c) Putus sekolah karena biaya a) Ayah wiraswasta b) Ibu Rumah Tangga Putus sekolah karena biaya a) Putus sekolah karena pindah b) Orangtua bercerai a) Bekerja di kios b) Putus sekolah karena biaya a) Ayah buruh b) Ibu dagang c) Malas Putus sekolah karena biaya a) Putus sekolah karena tidak naik kelas b) Dagang dan buruh a) Ayah tukang ojek b) Ibu Rumah Tangga c) Kegiatan sehari-hari bekerja a) Ayah: Buruh b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Bekerja a) Tinggal bersama tante b) Kegiatan sehari-hari di rumah c) Ayah: Petani d) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Petani b) Ibu: Petani
33
Selvi Ratna A.
Jl. BHP RT 001 RW 002
34
Ramdhan Akbar
Jl. Bhacang Fuji, RT 07 RW 08, No. 25
35
Camelia Wanda
Jl. Bhacang Fuji, RT 07 RW 08, No. 25
36
Adi Nugroho
Jl. Bhacang Fuji, RT 04 RW 07, No. 82
37
Teguh
Jl. Sigma RT 05 RW 20, No. 13, Pondok Gede
38
Clara Indah Putri
Jl. Al-Umar II, RT 002 RW 012, Lubang Buaya
39
Adi Saputra
40
Rio Pratama
41
Adin Setiawan
Rumah Sakit Kesdam
42
Sofyan
Jl. Al-Amin Kp. Karpus RT 011 RW 06, Kramat Jati
43
Dimas Putra
Jl. Juwet RT 03 RW 03 C
Jl. Dukuh V, RT 06 RW 04
Jl. Dukuh RT 07 RW 011, Condet Raya 137
c) Kegiatan: Tukang Jahit a) Ayah: Buruh Bangunan b) Ibu: Kerja di Pasar Induk a) Ayah: Karyawan di toko b) Ibu Rumah Tangga c) Tinggal bersama Ibu d) Kegiatan sehari-hari: Mengamen a) Ayah: Karyawan di toko b) Ibu Rumah Tangga c) Tinggal bersama Ibu a) Ayah: Pensiun b) Ibu Rumah Tangga c) Kegiatan sehari-hari: Mengamen a) Ayah: Satpam b) Ibu Rumah Tangga c) Kegiatan sehari-hari: Mengamen a) Ayah: Wiraswasta b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Wiraswasta b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Buruh b) Ibu: Cleaning Service a) Ibu: Buruh b) Ayah: Karyawan a) Ayah: Pedagang b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Buruh Pabrik
b) Ibu: Buruh Pabrik a) Ayah: Karyawan Jl. Batu Tumbuh RT 010 RW 09, Kramat Jati b) Ibu: Ibu Rumah Tangga Jl. Kampung Dukuh RT 07 RW 003, No. a) Ayah: Pedagang 29 b) Ibu: Ibu Rumah Tangga Jl. Kampung Dukuh RT 07 RW 003, No. a) Ayah: Pedagang 29 b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
44
Anggara Rafi
45
Hairia Ulfah
46
M. Birjan
47
Wawan Septiawan
Jl. Gunung Putri RT 01 RW 07, Gn. Putri, Bogor
Pekerjaan Wiraswasta
48
Arif Prio D.
Jl. Jengki Cipinangasem RT 04 RW 12, Kb. Pala, Makasar
Pekerja di PT Aquatiqo Air Indonesia
49
Muhammad Abdul Kolek
C
Jl. Amil Wahab, RT 08 RW 09 No. 31, Kramat Jati, Jakarta Timur
Kuliah
50
Nafa Nur Amalia
C
Jl. Dukuh VI, RT 06 RW 02, No. 21
51
Lutfi Ramadhan
C
Jl. Kemang Sari IV, RT 02 RW 09, Bekasi
52
Muhammad Batar Yudha Pratama
53
Fadil Farur Rahman
B
Jl. Dukuh VI, RT 06 RW 02, No. 21
54
Eka Rahmawati
A
Jl. Dukuh V, RT 004 RW 04, No. 26
55
Akbar Ramadhan
56 57
Herman Ramlan
A
Kp. Kemangsari IV, RT 002 RW 009 Kp. Dukuh, RT 01 RW 09
58
Feri Satriawan
C
Jl. H. Bakot, Pinang Ranti
a) Ayah: Buruh b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Sopir Angkot b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Aktivitas: di Rumah
Jl. Ketapang No. 40, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Kp. Rambutan, RT 09 RW 01
138
a) Ayah: Buruh b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Buruh b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Buruh b) Ibu: Ibu Rumah Tangga Bekerja a) Ayah: Biro Jasa b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
59
Abdul Rohim
C
Jl. Kemang Sari IV, RT 01 RW 09, Jati Bening, Bekasi
60
Dika Cahya Setiawan
B
Jln. Pondok Gede
61 62
Ahmad Sugiyanto Wahyu Muarif
C
Jl. SMA 48 RT 011 RW 01
63
Ibnu Dzakir
A
Kp. Tengah RT 08 RW 01, Kel. Tengah
64
Farhan
A
Gg. H. Sabar
65
Muh. Rizky
B
66
Ade Supriatna
Jl. Juwet RT 03 RW 03 No. 82, Kel. Dukuh Jl. Kemangsari 04, RT 02 RW 09, Jati Bening, Pondok Gede, Bekasi
a) Orangtua: Wiraswasta b) Kegiatan di Rumah a) Kegiatan: Karyawan b) Orangtua: Buruh Ayah: Satpam dan Ojek a) Ayah: Wiraswasta b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Kerja b) Ibu: Pedagang a) Anak Yatim b) Ibu: sudah menikah lagi a) Ayah: Sopir Pribadi b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Ayah: Wiraswasta
67
Febrianatasya
A
Kp. Dukuh RT 003 RW 04, No. 44, Kel. Dukuh, Kec. Kramat Jati
68
Chandra Haryanto
C
Jl. Cendrawasih 2 RT 02 RW 06, Kel. Jati Raden, Kranggan, Bekasi
Putus sekolah karena masalah ekonomi
69
Yana Suryana
B
Jl. Asmin RT 07 RW 03, Kel. Susukan, Kec. Ciracas
Putus sekolah karena masalah ekonomi
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Putus sekolah karena stroke
70
Fauzi
A
Kp. Dukuh RT 006 RW 04
a) Orangtua sudah bercerai b) Tinggal bersama nenek c) Alasan putus sekolah karena nakal
71
M. Roffif Andriawan
A
Jl. Pucung, Komp. Griya Munggang, No. 10D
Putus sekolah karena ada masalah pribadi dengan ustadz
72
Dwi Handayani
C
Jl. Juwet RT 02 RW 03
a) Orangtua sudah bercerai
139
73
Friska Maharani
B
Jl. H. M. Sabar RT 03 RW 01, No. 4
74
Rizki Febianto
A
Jl. H. M. Sabar
75
Angga Maulana
C
Jl. Dukuh V, RT 05 RW 04, No. 45
76
Asem Nirbaya, RT 17 RW 02, No. 108, Pinang Ranti
Uky Astrawan
b) Ayah berdagang kopi c) Putus sekolah karena tidak ada biaya d) Kegiatan sekarang jaga distro di PGC Orangtua sudah bercerai a) Orangtua sudah bercerai b) Sekolah hanya untuk mengisi waktu luang a) Orangtua sudah meninggal b) Tinggal bersama Paman c) Putus sekolah karena biaya d) Kegiatan sehari-hari di Rumah a) Orangtua sudah bercerai b) Alasan berhenti sekolah karena merawat ibu yang sakit stroke a) Ibu sudah meninggal
77
Asem Nirbaya, RT 17 RW 02, No. 108, Pinang Ranti
Iman Udin
78
Agus Hariyanto
A
Jl. Haji Kaiman
79
Dicky Alfiani
C
Jl. Pintu II TMII RT 04 RW 01, Kp. Makasar, Pinang Ranti, Jakarta Timur
80
Billy Bayu Januari
C
Jl. Pintu II TMII RT 04 RW 01, Kp. Makasar, Pinang Ranti, Jakarta Timur 140
b) Ayah wiraswasta c) Alasan putus sekolah karena ekonomi d) Aktifitas sehari-hari bekerja sebagai kuli di Taman Bunga TMII a) Ayah: Buruh b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Alasan putus sekolah karena bekerja, mencari duit a) Ayah meninggal dunia b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Ekonomi yang kurang a) Ayah meninggal dunia
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Alasan putus sekolah karena ekonomi 81
Mohamad Ikbal Tawakal
B
Kp. Rambutan, Jl. Galur RT 07 RW 010, No. 30
82
Wanda
C
Jl. Penggilingan Baru I, RT 09 RW 04, Kel. Dukuh
83
Ahmad Kodri
B
Jl. Penggilingan Baru I, RT 09 RW 04, Kel. Dukuh
84 85
Adam Syahroni Andi
A B
Jl. TB. Simatupang, Gg. Asem Berisil Jl. Margonda Raya, No. 336A, Depok
86
Chairul Setiawan
A
Jl. Kramat, Lubang Buaya, Jakarta Timur
87
Riska Hildayanti
C
Jl. Penggilingan Baru RT 013 RW 004, No. 25
88
Meyfani Abigael
C
Jl. Penggilingan Baru RT 16 RW 004, No. 12A, Wisma Dukuh 21
89
Andrianto
C
Jl. Dukuh 3 RT 004 RW 004, Kramat Jati, Jakarta Timur
90
Naryanto
C
Jl. Dukuh V, Gg. 100, RT 09 RW 05, Kramat Jati
91
Bisma Arya Putra
C
Jl. Kramat. RT 004 RW 002
141
a) Ayah meninggal dunia b) Ibu: Ibu Rumah Tangga Putus sekolah karena masalah ekonomi
Putus sekolah karena masalah ekonomi Putus sekolah karena masalah ekonomi a) Putus sekolah karena masalah ekonomi b) Bekerja di Klinik Daarus Syifa a) Ayah: Karyawan Swasta b) Ibu: Buruh Cuci c) Putus sekolah karena kurang biaya a) Tidak Bekerja b) Putus sekolah a) Ayah: Buruh b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Putus sekolah karena masalah ekonomi a) Kegiatan sedang melamar pekerjaan b) Putus sekolah karena orangtua sudah tidak mampu membiayai a) Ayah: Karyawan Swasta b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
92
Slamet Aryadi
B
Jl. Mahoni Dukuh, Jakarta Timur
93
Anang Kurnia Wahab
C
Jl. Tanah Merdeka RT 010 RW 002
94
Chairul Septian
C
Jl. Kampung Dukuh, RT 11 RW 004
95
Abdul Hanip
C
Jl. Kp. Pulo, RT 07 RW 09
96
Flabio Octarino
97 98
Yanih Livia Ananda
Jl. Dukuh V, Gg. Voly RT 06 RW 03
C C
Jl. Dukuh V, RT 02 RW 05 Belakang pasar induk
c) Putus sekolah a) Ayah: Karyawan Swasta b) Ibu: Buruh c) Putus sekolah a) Putus sekolah karena masalah ekonomi b) Kegiatan sehari-hari menjadi operator warnet a) Ayah: Pensiunan b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Putus sekolah dikarenakan sering membolos a) Putus sekolah karena malas b) Aktivitas sehari-hari di rumah c) Ayah: Tidak bekerja d) Ibu: Guru a) Ayah: Wiraswasta b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Putus sekolah karena sibuk dancer d) Aktivitas sehari-hari sebagai Pekerja Putus sekolah karena ada masalah a) Tinggal dengan kakek dan nenek
99
Yoga Bramantara
100 Ryan Fardilan
C
Jl. Malaca RT 04 RW 08, No. 12 Kel. Munjul, Kec. Cipayung, Jakarta Timur
A
Jl. Condet Raya, RT 02 RW 05, No. 39
142
b) Alasan putus sekolah karena masalah ekonomi c) Kegiatan sehari-hari tidak bekerja a) Ayah: Wiraswasta b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Alasan putus sekolah karena sering membolos
a) Ayah: Go-Jek 101 M. Ardiansyah
B
Jl. Dukuh V RT 010 RW 05, Dukuh, Kramat Jati
102 Arkadius Lamber
C
Jl. Kesehatan Cijantung, RT 07 RW 011
C
Jl. Kenanga, Gg. Teratai, Kel. Kalisari, Pasar Rebo
103 Muhammad Rizqi Hasbi M.
104 Agus Nurhanifah
C
Jl. Kelapa Gading I, No. I, Cililitan
105 Siti Rahayu
C
Jl. Kelapa Gading I, No. I, Cililitan
106 Eka Marliana
C
Gg. Salak RT 07 RW 04 No. 63, Kel. Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur
107 Roval Darmawan
C
Jl. Kemangsari II, No. 18A, Kec. Pondok Gede, Kel. Jati Bening
108 Ahmad Syahrul
B
Kp. Kemang RT 07 RW 9, No. 38, Pondok Gede
109 Andrian Julianto
B
Jl. Mangga RT 003 RW 009, Kel. Jati Makmur, No. 41, Pondok Gede
143
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Alasan putus sekolah karena sering membolos a) Ayah sudah meninggal b) Tinggal bersama Ibu c) Kegiatan sehari-hari tidak bekerja a) Tingga di asrama Kalisari b) Alasan putus sekolah karena mondok pesantren non-formal a) Ayah: Buruh b) Ibu sudah meninggal c) Tinggal di Kost a) Ayah: Kuli Bangunan b) Ibu: Asisten Rumah Tangga c) Tinggal di Kost Putus sekolah karena masalah biaya a) Ayah: Karyawan Swasta b) Ibu: Ibu Rumah Tangga c) Bekerja di tempat makan Bebek Kaleyo a) Ayah: Sopir b) Ibu: Ibu Rumah Tangga a) Pekerjaan sebagai Messenger di Perusahaan b) Alasan putus sekolah karena malas
c) Ayah: Karyawan Swasta d) Ibu: Ibu Rumah Tangga 110 Bima Surya Kurniawan
A
Gudang Air RT 15 RW 002
a) Alasan sekolah karena ingin belajar bersama teman-teman b) Ibu: Buruh
111 Firman Soerbakty
C
Jl. Penas IV Blok BB 5, Pondok Bambu Asri, Duren Sawit, Jakarta Timur
Alasan sekolah karena ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi
112 Makmud Rizal
B
Jl. Dukuh I, RT 001 RW 11, No. 15
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
113 Desylia
B
114 Istriyah
A
115 116 117 118
C B C C
Fuad Fadhillah Romli Pradana Bayu Firmansyah Vita Delina
Jl. Cawang III Gg. Bakti Mulia, RT 13 RW 08, No. 10 Jl. Penggilingan Baru RT 03 RW 11, Kav. 3 Jl. Dukuh RT 09 RW 04, No. 58 Jl. Kalibata City Tower Jl. Dukuh III RT 10 RW 02 Jl. Dukuh III RT 006 RW 001 Jl. Kalibata Raya, Gg. Madrasah RT 08 RW 01 Jl. Karya I RT 006 RW 001, Kel. Kp. Tengah Gg. Harum RT 09 RW 01, Kel. Rambutan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
119 M. Irfan
C
120 Eka Putri Aulia
B
121 M. Irfansyah
C
122 Novita Yulianti
B
Gg. H. Jum RT 009 RW 001, Kel. Rambutan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
123 Roy Ardiansyah
C
Jl. Joprapol RT 010 RW 005, Kel. Rambutan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
124 Syarif Setiawan 125 Bayu Aji Agung P. 126 Anjas Budi Santoso
C B B
Jl. Dukuh III Jl. Kalfari RT 03 RW 06 Jl. Kalfari RT 03 RW 06
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
127 Ananda Risqi
A
Kp. Rambutan RT 03 RW 02
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah (Belum lancar membaca
144
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143
Maisya Fauziah Rhama Chandra D. Angga Reksa S.D Jaelani M. Rommy Kurniawan Nur Fandi Rohman Rendy Dwi Alfian Fadjri Nugroho Indra Alfiyanzah Mirwan Dicky Moh. Syaifulloh Yanih Iwan Teguh Saputra Daryono Dimah Nur Halimah
A B B C C B C B B C C C C C B C
Jl. Juwet RT 010 RW 03 Jl. Dukuh 3 Jl. Dukuh 5 Jl. Kalfari RT 03 RW 06 Jl. H. Baping RT 002 RW 09 Jl. Masjid Al-Munir RT 011 RW 03 Jl. Malaka RT 004 RW 006 Jl. Dukuh V, Gg. Juwet RT 02 RW 03 Jl. Dukuh V, Gg. 100 Jl. Kp. Kemang RT 02 RW 09 Jl. Bulak sari RT 010 RW 09 Jl. Mundu RT 03 RW 04 Jl. Dukuh V RT 02 RW 05 Jl. H. Ali RT 05 RW 04 Jl. Pijar RT 006 RW 004 Pinang Ranti
144 Achmad Sahid Rivaldi
A
Jl. H. Sabar RT 05 RW 01
145 Yuni Sefianti
A
BHP Blok J-7
146 Dandi Tri Dinata
C
Jl. H. Taiman RT 08 RW 10, Kel. Gedong, Kec. Pasar Rebo
Putus sekolah karena tidak mau sekolah
147 Narni
B
Jl. Tanah Merdeka VII RT 06 RW 06, Kel. Rambutan, Kec. Ciracas
Putus sekolah
148 Tuju Lasmini
C
Jl. Dukuh, RT 02 RW 04
149 Raja Ar'rafi N.F
B
Gg. H. Jum, RT 010
150 151 152 153
C B C C
Dukuh, RT 16 RW 04, No. 18 RT 001 RW 003 Gg. H. Ali, Jl. Al-Bashor, Kel. Dukuh Jl. Lanig
Martin Luther Irwan Nirmala Qhoirunisa Ricky Susanto
145
Alasan sekolah ingin lancar membaca Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin mendapatkan pekerjaan Alasan sekolah ingin belajar Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Putus sekolah karena orangtua Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah a) Ayah: Security b) Ibu: Ibu Rumah Tangga Putus sekolah karena lingkungan sekolah
Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah a) Ayah: Pedagang b) Ingin melanjutkan sekolah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah Putus sekolah Putus sekolah Putus sekolah
154 155 156 157
Aldi Saputra Chairunnisa Ratna Puji Astuti Rizky Nuramal
C B C B
Jl. Dukuh V Jl. Pijar No. 23 Jl. Bumi Pratama III, Blok J-17 Jl. Dukuh V RT 010 RW 05
Putus sekolah karena tidak ada biaya Putus sekolah Putus sekolah Putus sekolah karena tidak mau sekolah
158 Abdurrahman Ari Prasetya
A
Jl. Juwet RT 002 RW 003, Dukuh, Kramat Jati
Putus sekolah karena latar belakang masalah keluarga
159 160 161 162 163
C A A A A
Jl. Dukuh V, RT 09 RW 05, Kramat Jati Jl. Dukuh V Dalam, RT 008 RW 05 Jl. Dukuh V Dalam, RT 008 RW 05 Jl. Dukuh V Dalam, RT 006 RW 05 Gg. H. Ali III
Putus sekolah karena ikut orangtua di Jakarta Putus sekolah karena jauh dari tempat tinggal Putus sekolah Putus sekolah Putus sekolah karena tidak naik kelas
Mendi Saputra Hari Saputra Rahma Wati Taufik Arrahman Ardika Pradana
146
Lampiran 13
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
147
Lampiran 14
SURAT PENGESAHAN YAYASAN NARA KREATIF
148
Lampiran 15
SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN
149
Lampiran 16
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
150