PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM MENUMBUHKAN INDUSTRI KREATIF Oleh: Tjokorda Udiana Nindhia Pemayun*
A PENDAHULUAN Awal pembicaraan naskah ini, izinkan penulis mengawali dengan ucapan terimakasih kepada lembaga ISI Denpasar yang telah memberikan kesempatan sebagai pembicara pada seminar dalam rangka diesnatalis
VII. Selanjutnya, awal pembicaraan mengenai tema tentang
“Meningkatkan mutu pendidikan seni melalui industry kreatif kita membangun karakter bangsa”. Pada zaman gelobal dengan media komunikasi yang serba canggih membongkar pikiran setiap manusia, gaya hidup, dan perilaku masyarakat. Orang begitu cepat terpengaruh media komunikasi dunia maya menyebabkan prilaku dan pola pemikiran masyarakat menjadi berubah. Hal inilah yang secara nyata terjadi di kehidupan sosial masyarakat saat ini. Pendidikan karakter bangsa sudah waktunya dianalisa kembali agar selaras dengan perkembangan dunia global sehingga mampu menumbuhkan industri kreatif yang dapat menghantar semua insan di dunia untuk hidup yang lebih baik dan bermartabat.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kreatif .Kreatif dalam pengertian selalu ingin mencoba dan berbuat yang baru dalam semangat modivikasi sesuatu yang berguna. Industri kreatif salah satu aktivitas yang kaya akan kemunculan ide-ide dan inovasi baru dalam berbagai bidang. Topik ini dikemukakan untuk mengetahui nilai-nilai budaya lokal yang berkembang menjadi produk-produk industri kreatif di Bali serta proses transformasi yang mengiringnya. Masyarakat Bali dalam kenyataannya berbasis nilai budaya adiluhung, yang mewujud dalam berbagai komponen dalam sektor industri kreatif. Untuk konteks Bali, keberadaan modal budaya ini didukung oleh keberhasilan industrialisasi pariwisata dalam beberapa dasawarsa terakhir yang menjadi tata perekonomian baru masyarakatnya. Hubungan antara nilai budaya lokal dan industri kreatif di Bali mendapat tempat dan momentupnya dengan dicanangkannya Tahun Indonesia kreatif 2009.
------------. *Tjokorda Udiana Nindhia Pemayun adalah dosen tetap pada Fakultas Seni Rupa dan Disain, Jurusan Seni Rupa Murni, Program Studi Seni Patung di Institut Seni Indonesia ISI Denpasar. Naskah ini dibacakan hari Kamis tanggal 22 Juli 2010 pada forum seminar akademik dalam rangka Diesnatalis VII ISI Denpasar, bertema “Meningkatkan mutu pendidikan seni melalui industry kreatif kita membangun karakter bangsa”.
1
Kini muncul fenomena ekonomi baru “gelombang keempat” dalam peradaban manusia yang ditandai oleh keberadaan kebudayaan sebagai modal yang harus dikelola, diciptakan dan menjadikannya sumber kesejahteraan baru bagi manusia. Dalam Draft Pokok-pokok Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 disebutkan, dalam upaya menanggapi arus deras gelombang ekonomi keempat ini, Pemerintah RI telah meluncurkan cetak biru Ekonomi Kreatif Indonesia, yakni konsep ekonomi baru berorientasi pada kreativitas budaya serta warisan budaya dan lingkungan. Cetak biru tersebut akan memberi acuan bagi tercapainya visi dan misi industri kreatif Indonesia sampai tahun 2030. Landasan utama industri kreatif adalah sumber daya manusia Indonesia yang akan dikembangkan sehingga mempunyai peran sentral dibanding faktor-faktor produksi lainnya. Penggerak industri kreatif adalah dikenal sebagai sistem tripel helix, yakni cendekiawan (intellectual), dunia usaha (business), dan pemerintah (government). Dalam cetak biru Ekonomi Kreatif Indonesia tersebut dicatat 14 cakupan bidang ekonomi kreatif, yakni (1) jasa periklanan, (2) arsitektur, (3) seni rupa, (4) kerajinan, (5) desain, (6) mode, (7) film, (8) musik, (9) seni pertunjukan, (10) penerbitan, (12) software, (13) TV dan radio, dan (14) video game. Tentu saja cakupan penelitian ini terkait dengan beberapa bidang ekonomi kreatif tersebut.
Mengacu pada fenomena di atas, maka Masalah yang mesti didiskusikan yakni Bagaimana menyikapi pendidikan karakter bangsa dalam menumbuhkan industri kreatif ? Bagaimana menumbuhkan industri kreatif tersebut? Apa langkah yang tepat sebagai insan bangsa yang beretika dan bermartabat? Apa peran sebagai insan seni dalam menumbuhkan industri kreatif? Upaya-upaya pengembangan industri kreatif ? Bagaimana peran lembaga ISI Denpasar dalam menumbuhkan industtri kreatif.
Begitu banyak masalah yang teridentivikasi, dalam kesempatan ini hanya beberapa yang dapat disampaikan dan selebihnya tentu menurut penulis memerlukan suatu pengkajian lebih mengkhusus agar terkait dengan tema seminar ini, yang dapat nantinya terealisasikan dan memberikan sumbangan kepada bangsa, agar dapat memberikan daya kehidupan yang lebih baik melalui pendidikan karakter bangsa dan terciptanya industri kreatif. Terkait dengan hal tesebut lebih mengkhusus akan dibahas sebagai berikut dalam naskah ini.
2
B PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM MENUMBUHKAN INDUSTRI KREATIF Menganalisis kembali pentingnya pendidikan karakter. Untuk dapat menumbuhkan industri kreatif, paling awal yang perlu diperhatikan yakni karakter bangsa yang dulu sangat jaya dan dikagumi berbagai negara dan bangsa. Keberadaan di zaman sekarang karakter bangsa mengalami permasalahan yang serius. Lemahnya pendidikan karakter yang dipengaruhi oleh kemajuan media teknologi informasi menjadi pendorong terjadinya prilaku-prilaku seperti kekerasan, hujatan, pengerusakan fasilitas umum. Maka itu pendidikan karakter yang baik dan berbudaya sudah waktunya untuk diformat kembali. Salah satu materi yang mempunyai potensi untuk mewujudkan pendidikan karakter adalah menumbuhkan daya kreatif dan daya inovasi agar terwujud industr kreatif.
Nilai dalam seni membangun identitas bangsa. Nilai-nilai dalam budaya lokal mesti digali kembali, dikembangkan, ditelusuri, dan dianalisis dalam berbagai aspek untuk dapat diangkat dan diinovasi sebagai bentuk-bentuk karya seni yang tumbuh berdasarkan daya kreatif yang tinggi dan inovasi baru untuk bisa membangun identitas bangsa yang dapat bersaing di dunia global. Seni dalam berbagai jenis dan sifatnya dalam konteks budaya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosiologi masyarakat pendukungnnya yang mecirikan suatu identitas kedaerahan yang kaya untuk dieksplorasi untuk menumbuhkan dan mewujudkan industry kreatif.
Ekonomi Kreatif atau Industri kreatif Ekonomi kreatif – merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi kreatif. Industri kreatif – didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (Kementrian perdagangan 2009).
Mengapa mesti industry kreatif ? Mengenai hai ini, industri kreatif kalau disimak dan disadari secara mendalam dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu, 3
industri kreatif dapat menciptakan iklim bisnis yang positif dalam kontek bagi masyarakat yang ingin merubah dan meningkatkan daya hidup. Selain hal itu, industtri kreatif juga dapat membangun citra dan identitas bangsa berbasis pada sumber daya yang terbarukan. Oleh sebab itu, untuk menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggullan kompotitif suatu bangsa sepatutnya diawali dengan pendidikan karakter yang baik dan berbudaya tinggi, sehingga dapat memberikan dampak sosial yang positif.
Dampak sosial yang positif. Memberikan dampak sosial yang positif dalam kontek industri kreatif akan dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan meningkatnya dan membaiknya kualitas hidup tentu dapat membagun karakter bangsa bermodalkan kreativitas budaya untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu peningkatan toleransi sosial antara insan anak bangsa beragam suku di Indonesia, yang terkonsentrasikan terhadap insan-insan kreatif anak bangsa yang dihasilkan lembaga ISI Denpasar menandakan dinamika dan magnet investasi dan peluang kerja yang lebih baik pada bidang industri kreatif di masa depan.
Karakter, citra, dan identitas menumbuhkan industri kreatif merupakan suatu budaya di masa lalu dan warisan budaya yang dinikmati sekarang adalah suatu contoh nyata leluhur kita kaya akan daya cipta dan daya inovasi. Produk-produk yang diciptakan oleh insane-insan kreatif anak bangsa Indonesia, khususnya di Bali sejatinya kalau dipahami mendalam dapat mengangkat budaya dan kearifan lokal yang dikemas secara apik dalam produk-produk disain ciptaan dan inovasi baru sehingga dapat diterima di pasar internasional dalam beragam kreasi dan inovasi dalam bentuk ciptaan karya seni. Dengan demikian karakter bangsa dan citra suatu bangsa akan tampak dengan jelas dengan identitasnya yang secara otomatis akan terbawa. Citra adalah kesan dan persepsi yang diterima oleh seseorang ketika melihat, mendengar dan merasakan sesuatu tentang Indonesia (Bali). Hal tersebut dapat kita contohkan jika Ekspor hasil industri kreatif- Sebagai Brand Negara – semakin baik ekspor produk industri kreatif Indonesia (Bali), tersebut menandakan kreativitas bangsa Indonesia (masyarakat Bali) semakin diperhitungkan daya cipta dan inovasinya.
Sumber daya terbarukan Terdapatnya sumber daya terbarukan yang berbasis pengetahuan, kreativitas yang dimiliki masyarakat tentu dapat membawa suatu perubahan yang baik. Bila dilihat senyatanya bahwa industri kreatif berasal dari ide manusianya. Hal tersebut sangat berbeda dengan industri yang 4
bermodalkan bahan baku fisikal, industri kreatif bermodalkan ide-ide kreatif, talenta, dan keterampilan. Selaju dengan hal tersebut, ide-ide adalah sumber daya yang selalu terbarukan yang akan tercipta oleh insane yang kreatif. Selanjutnya, kebudayaan Bali memiliki berbagai nilai budaya yang merupakan modal budaya (cultural capital) yang penting, yang secara nyata dapat ditransformasikan menjadi produk-produk budaya yang bermanfaat secara ekonomi untuk mendukung tumbuhnya industry kreatif. Hal tersebut akan terwujud jika proses transformasi menunjukkan keberhasilan masyarakat Bali sebagai pemilik dan pendukung kebudayaan Bali dalam pengalihan modal budaya menjadi modal ekonomi kreatif. Bali yang sejak lama dikenal sebagai “daerah budaya” baik disadari atau tidak, ternyata sangat mendukung pengembangan industri kreatif tersebut. Produk-produk industri kreatif yang ternyata berkorelasi positif dengan pengembangan budaya tradisional yang secara turun-temurun diwarisi, dilakukan, dan dikembangkan kembali untuk menemukan kebaruan berlandaskan seni masa lalu.
Dalam membahas industri kreatif bidang (dalan naskah ini penulis mengambil contoh seni patung di Bali, sesuai bidang yang penulis pahami) ditinjau dari berbagai aspek nilai, yaitu nilai bentuk, nilai simbolik, dan nilai ekonomi yang merupakan trasformasi nilai-nilai sastra dan budaya lokal di Bali. Industri kreatif telah didefinisikan pada bagian sebelumnya sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan
serta
lapangan
pekerjaan
dengan
menghasilkan
dan
mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Di era globalisasi dewasa ini, pencerahan melalui komoditas dan komodifikasi seluruh aspek kehidupan (Adorno dan Horkeimer dalam Piliang, 2003: 88). Globalisme yang kemudian melahirkan ideologi pasar secara kasat mata mengalirkan budaya benda dari negara-negara imperialis, agen globalisasi ke negara-negara sedang berkembang (Atmadja, 2005: 52). Sementara budaya benda menurut Piliang (2004) bukanlah sedekah atau bantuan melainkan berfungsi sebagai komoditas. Komodifikasi menurut Piliang (2003: 18) adalah sebuah proses menjadikan sesuatu yang sebelumnya bukan komoditas, kini menjadi komoditas. Komodifikasi menurut Ridwan, dkk., (tt) adalah penyederhanaan; variasi bentuk dan ukuran; pengubahan ke bentuk baru agar lebih sederhana; pengubahan; perubahan bentuk dan ukuran. Komodifikasi seperti yang disebutkan di atas, dalam pengembangan industri kreatif memegang peran penting.
5
Inovasi dan kreativitas Dalam kontek inovasi dan kreativitas dalam industri kreatif sangat diperlukan suatu sikap mental terhadap kemandirian ide dan gagasan yang akan dimunculkan sebagai daya cipta, inovasi dan kreativitas. Seiring dengan tumbuhnya daya cipta, kreativitas, dan inovasi tersebut bembawa pola pemikiran yang setidaknya memiliki karakter dan identitas lokal yang terbarukan dengan tidak meninggalkan nilai lokal lama. Saat ini registrasi HAKI asing jauh lebih banyak dibandingkan registrasi HAKI lokal hal tersebut terbukti dari banyaknya motifmotif nusantara dan karya-karya masyarakat lokal diklaim oleh asing. Penciptaan nilai baru yang berdasar pada kreativitas, bisa dengan cara mengkolaborasikan dan memanfaatkan konsep-konsep teknologi yang telah ada, sehingga melahirkan suatu ide yang baru berpotensi HAKI. Dengan ter-registrasinya karya-karya anak bangsa menandakan kesadaran akan pentingnya HAKI di masa mendatang akan terwujud dengan baik, dan dapat menyelamatkan dari aspek hukumnya.
Dalam konteks hukum Dalam konteks hukum yang berkembang di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan HAKI memang dirasakan sebagai petir yang mengelegar di saat terlena akan keindahan masa lampau. Dalam era industri kreatif, karya seni adalah bagian dari HAKI yang timbul akibat adanya tindakan kreatif manusia dalam menghasilkan karya yang inovatif. Kreasi-kreasi yang diciptakan tersebut tentunya adalah karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia dan dapat medatangkan nilai ekonomi untuk kesejahteraan penciptanya. Hukum memberikan perlindungan seniman dan karya-karya-nya yang lahir dari sebuah proses penciptaan, daya intelektual, karsa, serta rasa yang bernilai. Untuk itu, pemikiran saya sepatutnya lembaga seni sebagai pencetak insan-insan kreatif di Indonesia dan pencipta karya seni tentunya memiliki program untuk mengadakan inventarisasi kekayaan seni berpotensi HAKI untuk memunculkan karakter kekayaan budaya yang kita miliki.
HAKI patut disadari oleh insan dan pelaku seni mulai saat sekarang HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) patut disadari semua pihak termasuk oleh insane seni dan pelaku seni mulai saat sekarang tanpa terkecuali daya cipta-daya cipta yang lain berpotensi HAKI tersebut. Secara umum, persoalan HAKI tidak sederhana seperti yang kita pikirkan atau yang tercantum dalam Undang-Undang no:19 tahun 2002 tentang hak cipta, nyatanya kreasi para seniman secara hukum belum dihargai sebagaimana mestinya, baik oleh masyarakatnya maupun kalangan seniman sendiri, dan pemerintah. HAKI sebagai institusi 6
hukum dirasa belum mampu melindungi kepentingan hukum para seniman – dan seniman merasa tidak perlu perlindungan hukum. Seniman lebih memandang keberadaan HAKI hanya dari aspek kepentingan moralitas ketimbang keuntungan ekonomis.
C PENUTUP Berdasarkan hasil pemaparan di atas, tentu masih menyisakan beragam permasalahan yang belum terpecahkan. Dalam kesempatan ini dapat kiranya penulis memberiakan pemikiran akhir dari tulisan ini bahwa Pendidikan karakter bangsa bagi saya perlu digalakan dan diformat kembali agar dapat menumbuhkan insan seni dengan daya kreatif yang memiliki budi pekerti. Kemudian, Industri kreatif akan dapat terwujud bila berbuat dan berkreativitas dengan didasari perkembangan global saat ini. Pada dasarnya, nilai budaya adalah nilai-nilai budaya adiluhung dan utama dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut dihormati sebagai hal-hal yang tertinggi, yang menjadi aspirasi, pedoman, dan cita-cita hampir seluruh anggota masyarakat pemilik kebudayaan yang bersangkutan. Dalam tulisan ini, nilai-nilai seni budaya lokal secara konseptual mewujud berbagai komponen (produk) sektor industri kreatif di Bali yang banyak terkait dengan keberadaan industri pariwisata budaya yang berkembang saat ini.
Industri kreatif dapat dipahami sebagai bagian dari dari ekonomi kreatif yaitu wujud dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim prekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumberdaya yang terbarukan. Hal itu itu sejalan dengan kebijkanan Pemerintah Republik Indonesia yang Tahun Indonesia Kreatif dengan konsentrasi industri kreatif dan aneka kegiatan kreatif yang berbasis budaya unggul (Depbudpar, 2008; Deperindag, 2008).
Nilai seni dan budaya di sisi yang satu dan industri kreatif di sisi yang lain sering dipertentangkan dalam kenyataannya. Nilai seni dan budaya merupakan kebudayaan ekspresif. Industri kreatif merupakan kebudayaan progresif atau, dengan kata lain, yang pertama menjadi ungkapan tradisi dan kebudayaan sedangkan yang kedua menjadi ungkapan ekonomi dan modernitas. Tulisan makalah ini menggambarkan sinergi keduanya di tengah kehidupan dan perkembangan masyarakat Bali dengan kebudayaannya yang mengalami globalisasi dalam beberapa warsa terakhir ini, dan diintensifkan dengan kemunculan industrialisasi budaya berbagai aspek yang berkembang sekarang. 7
DAFTAR ACUAN Anonim. 1999. Direktori Seni Pertunjukan Tradisional. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MASPI) Bekerjasama dengan Artiline. Anonim. 2008. Pokok-pokok Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 (Draft). Bourdieu, Pierre. 1971. An Outline of a Theory of Practice. Cambridge: Polity. Geriya, I Wayan. 1989. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Nasional, Global: Bunga Rampai Antropologi Pariwisata. Denpasar: Upada Sastra. Kartini, Ni Nyoman. 2002. “Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dalam Sanjungan dan Hujatan”, tesis Program Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Kompas, “Tahun Indonesia Kreatif 2009, Krisis Jadi Peluang bagi Ekonomi Kreatif”, Rabu, 31 Desember 2008, hlm. 21. Lodra, I Nyoman. 2002. “Kerajinan Perak Suarti sebagai Karya Tandingan Pasar Global”, tesis Program Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Sedyawati. 2008. “Klasifikasi Industri Budaya” yang disampaikannya pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2008. Soedarsono, R.M. 1999. Seni Pertunjukan dan Pariwisata Rangkuman Esai tentang Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Yogyakarta: BP. ISI Yogyakarta. Suastika, I Made. 2004. “Pentingnya Pemahaman Nilai Budaya dalam rangka Ajeg Bali”, orasi ilmiah guru besar Universitas Udayana. -----. 2006. “Etos Kerja Wanita Bali: Refleksi Nilai Karya Sastra dan Aktualisasinya dalam Kehidupan Masyarakat” dalam buku Bali Bangkit Kembali. Jakarta: Kerjasama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia & Universitas Udayana. -----. 2007. Lascarya: Nilai Budaya Bali dan Aktualisasinya dalam Kehidupan. Depasar: S3 Kajian Budaya Universitas Udayana. -----. 2008. “Jaringan Naskah Bali: Sebuah Studi Awal” dalam buku Isu-isu Kontemporer Cultural Studies. Bandung: CV. Bintang WarliArtika. Tribana, I Gusti Ketut. 2010.”Memformat kembali pendidikan karakter” dalam Bali Post, Minggu 18 Juli 2010. Hal. 4 Barker, Chris. 2005. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Berger, Arthur Asa. 2000. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Djelantik, A. A. M. 1999. Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, dan Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan Macdonell, Diane. 2005. Teori-teori Diskursus (terjemahan Eko Wijayanto). Jakarta: Penerbit Teraju PT Mizan Publika. Mantra, Ida Bagus. 1996. Landasan Kebudayaan Bali. Denpasar: Upada Sastra. Piliang, Yasraf Amir. 1999a. Hiper-Realitas dan Kebudayaan. Yogya: LKis. Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra. Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ritzer, George. 2005. Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Sachari, Agus. 2002. Estetika Makna, Simbol, dan Daya. Bandung: Penerbit ITB. Sadali, Achmad. 2000. “Asas-asas Identitas Seni Rupa Nasional”, dalam Refleksi Seni Rupa Indonesia, Dulu, Kini, dan Esok. Jakarta: Balai Pustaka. Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana. Sarup, Madan. 2008. Postrukturalisme dan Posmodernisme. Yogyakarta: Jalasutra. Story, Jhon. 2003. Teori Budaya dan Budaya Pop. Yogyakarta: CV Qalam. Story, Jhon.2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop.. Yogyakarta: Jalasutra. Soedarso, S. P. dkk. 1992. Seni Patung Indonesia. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Udiana N. P., Tjokorda. 2002. 2007. Motif Garuda di Bali Perspektif Fungsi dan Makna dalam Seni Budaya. Denpasar: Pustaka Larasan.
8
RIWAYAT HIDUP PENULIS DR. Tjokorda Udiana Nindhia Pemayun, S.Sn.,SH.,M.Hum. lahir di Denpasar, 26 Pebruari 1973, umur 37 Tahun, dosen tetap FSRD. ISI. Denpasar. Status menikah, Alamat kantor jln. Nusa Indah Denpasar, Tlp 0361227316 Fax:0361-236100,Denpasar80235, E-mail:
[email protected]. Alamat rumah : Jln. Batuyang No. 64 Br Tegehe Batubulan Sukawati Gianyar E-mail:
[email protected]. Tlp. Rumah. 0361-299010. Hp.0818557519. Riwayat pendidikan, 1981-1986 : SD, 1986-1990 : SMP, 1990-1992 : SMA, 1992-1996 : S-1 Program Studi Seni Rupa dan Disain Universitas Udayana, Jurusan Seni Rupa Murni Bidang keahlian seni patung, 1992-1998:S-1 Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar Bidang Hukum Perdata, 2000-2002: Pendidikan S-2 Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Fakultas Ilmu Budaya, Proram Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, 2006 Magang selama 6 bulan di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, khusus mengenai bidang Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Pendidikan S-3 Program Doktor Kajian Budaya, Pascasarjana Unud, bidang kajian estetika (seni patung) Buku yang telah diterbitkan: Motif Garuda di Bali ( buku dibiayai oleh LP2M Universitas Udayana 2003). Garuda di Bali: Perspektif Fungsi dan Makna dalam Seni Budaya ( Penerbit: Pustaka Larasan 2008). Garis dalam Seni Rupa (Penerbit: FSRD ISI Denpasar, 2010), Tinjauan Seni Rupa Patung Ogoh-Ogoh Jilid I (Penerbit: Sari kahyangan Indonesia, 2010). Sebagai pembicara dalam Seminar: “Perubahan Bentuk Pahatan Garuda Sejak Berakhirnya Kebudayaan Hindu du Jawa sampai di Bali” disampaikan dalam seminar FSRD ISI Denpasar 28 September 2006. “Garis dalam Bentuk dan Irama Hitam Putih” disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Hibah Unggulan di ISI Denpasar tahun 2007. “Patung Topeng dalam Perspektif Historis” disampaikan dalam “Workshop Seni Rupa” Proses pembuatan patung topeng Tanggal 24 November 2008. Mata kuliah yang diampu 1. Seni patung I dan VI 2. Pengetahuan HAKI 3. Tinjauan Seni Patung
9