PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA (Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Disusun oleh: ATIK FATIMAH K 1204015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA
Disusun oleh: ATIK FATIMAH K 1204015
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 ii
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Slamet Mulyono, M.Pd.
Dra. Ani Rakhmawati, M.A.
NIP 131913144
NIP 131658566
iii
PENGESAHAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : .............................. Tanggal : ..............................
Tim penguji skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Amir Fuady, M. Hum.
____________
Sekretaris
: Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum.
Anggota I
: Drs. Slamet Mulyono, M.Pd.
Anggota II
: Dra. Ani Rakhmawati, M. A.
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 131658563
iv
____________ ____________
ABSTRAK Atik Fatimah. K1204015. Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang terletak di desa Gumpang, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang berjumlah 37 siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa belajar mengajar menulis narasi yang terjadi di dalam kelas, guru dan siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dan tes atau pemberian tugas. Teknik uji validitas data menggunakan bentuk triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis. Prosedur penelitian meliputi tahap: identifikasi masalah, persiapan, penyusunan rencana tindakan, implementasi tindakan, pengamatan, dan penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan aplikasi pendekatan, observasi proses, evaluasi hasil dan refleksi pembelajaran sebanyak tiga siklus, penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, kerja sama dan kekompakkan siswa dalam tim atau kelompok, serta keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas menulis narasi. Adapun peningkatan hasil pembelajaran dapat dilihat dari perolehan nilai siswa dalam menulis narasi yang meningkat dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar sebesar 38% (14 siswa), siklus II terjadi peningkatan sebesar 57% (21 siswa), dan siklus III sebesar 81% (30 siswa). Hal ini membuktikan bahwa pendekatan kontekstual mampu mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar dan sekaligus meningkatkan hasil belajar, yakni kemampuan menulis narasi siswa.
v
MOTTO “Allah tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang diberikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (Q. S. Ath-Thalaaq: 7-8)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi
ini
penulis
terima
kasih,
persembahkan
cinta
kasih,
dan
sebagai sayang
wujud penulis
kepada: · Kedua orangtuaku Bapak Djoni Raharjo dan Ibu Sukarmi
tersayang
yang
selalu
mencurahkan
perhatian dan doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. · Kakakku
Anik
Hanifah
yang
tak
pernah
lelah
membantuku dan memberi motivasi sehingga aku dapat menggapai cita-cita. · Sahabat-sahabatku (Nana, Anin, Jaguar, Tika, Ajeng) yang telah menggoreskan cerita indah dan makna hidup dalam sebagian perjalananku.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2. Drs. Suparno, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIPUNS yang telah memberi izin penulisan skripsi; 3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., selaku Ketua Program Bahasa dan Sastra Indonesia dan sekaligus pembimbing I yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan studi; 4.
Dra. Ani Rakhmawati, M.A., selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberi masukan positif bagi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan;
5. Bapak Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang dengan sabar membimbing penulis dan meluangkan waktu untuk penulis; 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus menularkan ilmunya kepada penulis; 7. Ibu Sri Lestari, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian; 8. Bapak Eko Pramono, A. Ma., selaku guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang bersedia memberikan waktunya untuk membantu penulis dalam melaksanakan penelitian; 9. Seluruh siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini. viii
Semoga segala bantuan yang telah diberikan senantiasa mendapatkan ridho dari Allah SWT. Penulis berusaha meramu setiap teori yang ada agar sampai pada target dan tujuan, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena penulis hanya manusia sebagai makhluk yang serba terbatas. Berawal dari itu saran dan kritik yang dapat memberikan masukan senantiasa penulis harapkan untuk menambah wawasan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Surakarta,
April 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
6
C. Tujuan Penelitian........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian......................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
8
1. Hakikat Menulis ....................................................................
8
a. Pengertian Menulis ...................................................
8
b. Tahap-tahap Menulis.................................................
9
c. Jenis-jenis Tulisan.....................................................
11
d. Pengertian Narasi ......................................................
13
e. Teknik Penilaian Pembelajaran Menulis...................
16
2. Hakikat Pembelajaran ..........................................................
17
a. Pengertian Pembelajaran ...........................................
17
b. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan dalam Pembelajaran ..........................................................
19
c. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran................
20
d. Pembelajaran Menulis di SD ....................................
21
3. Hakikat Pendekatan Kontekstual ..........................................
22
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual ..........................
22
b. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ......................
24
c. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional......................................
25
d. Tujuh Komponen Pendekatan Kontekstual ..............
26
e. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis.........................
x
30
B. Penelitian yang Relevan .............................................................
31
C. Kerangka Berpikir ......................................................................
33
D. Hipotesis Tindakan.....................................................................
35
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
36
A. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................
36
B. Subjek Penelitian ........................................................................
37
C. Pendekatan Penelitian.................................................................
37
D. Sumber Data ...............................................................................
38
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
39
F. Teknik Uji Validitas Data...........................................................
40
G. Teknik Analisis Data ..................................................................
40
H. Indikator Keberhasilan Tindakan ..............................................
41
I. Prosedur Penelitian.....................................................................
42
J. Proses Penelitian.........................................................................
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................
45
A. Deskripsi Survei Awal................................................................
45
B. Deskripsi Hasil Penelitian ..........................................................
50
1. Siklus I............................................................................
50
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ................................. 50 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I .................................. 51 c. Observasi dan Interpretasi.......................................... 53 d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I .................... 58 2. Siklus II ..........................................................................
59
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ................................ 59 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ................................. 61 c. Observasi dan Interpretasi.......................................... 63 d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II................... 66 3. Siklus III .........................................................................
66
a. Perencanaan Tindakan Siklus III ............................... 66 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III................................. 68 c. Observasi dan Interpretasi........................................... 69 xi
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus III .................. 72 C. Pembahasan ................................................................................
73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................
78
A. Simpulan.....................................................................................
78
B. Implikasi .....................................................................................
79
C. Saran ...........................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
83
LAMPIRAN....................................................................................................
85
xii
DAFTAR TABEL halaman Tabel 1. Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif.............
15
Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................
36
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan ....................................................
41
Tabel 4. Persentase Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran ...........................
74
xiii
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir.................................................................
34
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ....................................................
38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1
halaman
1.1
Perangkat Pembelajaran..........................................................................
85
1.2
Lembar Penilaian Hasil Menulis Siswa ..................................................
86
1.3
Pedoman Lembar Observasi Siklus I/II/III .............................................
88
1.4
Catatan Lapangan Survei Awal...............................................................
89
1.5
Hasil Wawancara Survei Awal ...............................................................
92
1.6
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ..........................................
95
1.7
Lembar Observasi Siklus I......................................................................
98
1.8
Catatan Lapangan Siklus I ......................................................................
99
1.9
Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I................................................................ 102
1.10 Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus I..................................................... 103 1.11 Foto-foto Penelitian pada Siklus I........................................................... 105
LAMPIRAN 2 2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II.......................................... 106 2.2 Lembar Observasi Siklus II...................................................................... 109 2.3 Catatan Lapangan Siklus II ...................................................................... 110 2.4 Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus II .................................................... 112 2.5 Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ............................................................... 114 2.6 Foto-foto Penelitian pada Siklus II .......................................................... 115 2.7 Bahan Materi Menulis Narasi .................................................................. 116
LAMPIRAN 3 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ........................................ 117 3.2 Lembar Observasi Siklus III .................................................................... 120 3.3
Catatan Lapangan Siklus III.................................................................... 121
3.4
Hasil Pekerjaan Siswa Siklus III............................................................. 124
3.5
Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus III.................................................. 125
3.6
Foto-foto Penelitian pada Siklus III ........................................................ 127
xv
3.7
Daftar Rekap Nilai Siswa........................................................................ 128
3.8
Surat Putusan Dekan FKIP tentang izin menyusun skripsi..................... 129
3.9
Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Rektor..................................... 130
3.10 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Dekan ..................................... 131 3.11 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala SDN Gumpang 1 Kartasura............................................................................................... 132 3.12 Surat Keterangan Penelitian.................................................................... 133
xvi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa memungkinkan manusia dapat memikirkan suatu masalah secara teratur, terus-menerus, dan berkelanjutan. Sebaliknya, tanpa bahasa peradaban manusia tidak mungkin dapat berkembang baik. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah. Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dalam pengajaran atau proses belajar-mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, guru memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam berbagai pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal tersebut tidak menjadi pengecualian bagi guru bahasa Indonesia karena tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang mempunyai peran yang penting dalam dunia pendidikan. Secara umum fungsi dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai sarana: (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa; (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai
1
keperluan menyangkut berbagai masalah; dan (5) sarana pengembangan penalaran (Depdiknas, 2004: 10). Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk berkomunikasi, dengan bahasa manusia dapat menyampaikan pesan, pikiran, perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu: menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca, dan menulis, (Sarwiji Suwandi, 2004:1). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, baik itu di SD, SMP maupun SMA pada dasarnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu mengembangkan keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut. P ada setiap keterampilan berbahasa mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu hubungan yang berurutan dan teratur, mula-mula dengan belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara biasanya dipelajari sebelum memasuki bangku sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari setelah memasuki bangku sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal, Dawson, dkk. (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993:1). Kaitannya dengan pembelajaran di sekolah dasar, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Aspek kemampuan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa non sastra. Sedangkan aspek kemampuan bersastra meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam sastra. Membicarakan pengajaran bahasa Indonesia tidak akan lepas dari kegiatan menulis. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, yaitu tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Henry Guntur Tarigan, 1993: 3).
Menulis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki dan dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Kemampuan menulis di sekolah dasar sangat penting karena merupakan penanaman dasar menulis ke jenjang yang lebih tinggi. Berbeda dengan kemampuan yang lain, kemampuan berbahasa, khususnya kemampuan menulis, sudah menuntut siswa untuk membangun pemahaman tentang tata cara menulis. Artinya, siswa sekolah dasar sudah dituntut mampu menggunakan ejaan, kosakata, dan mampu membuat kalimat dan menghubunghubungkan kalimat dalam satu paragraf sesuai dengan tingkat kemampuan siswa SD. Meski demikian, selama ini pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah cenderung konvensional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori-teori linguistik yang rumit. Serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis (Helpian Purnama: 2007). Pembelajaran menulis di SD antara lain mempelajari tentang pengenalan huruf, ejaan, pengembangan ide atau gagasan, membuat surat pribadi, dan dilanjutkan dengan pengembangan menyusun karangan. Demikian halnya dengan siswa kelas V SD, pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mereka mendapatkan materi tentang menulis. Adapun pembelajaran menulis pada siswa kelas V SD salah satunya membahas tentang menulis karangan berdasarkan pengalaman (menulis narasi). Sebagai salah satu materi pembelajaran, maka pembelajaran menulis tersebut perlu disampaikan dengan metode yang tepat sehingga mencapai standar kompetensi yang diharapkan yaitu siswa mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan. Namun
kenyataan
di
lapangan
menunjukkan
bahwa
kompetensi
pembelajaran menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu dibuktikan dengan siswa masih mengalami kesulitan menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan pemilihan kata atau diksi yang kurang tepat, misalnya dapat dilihat dari tugas karangan siswa. Pada umumnya siswa belum maksimal menuangkan gagasan mereka secara kronologis.
Secara umum memang siswa mampu menulis, namun mereka kurang memiliki ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan belum mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa atau kaidah bahasa yang digunakan. Akibatnya nilai keterampilan menulis narasi siswa SD Negeri Gumpang I Kartasura Kelas V masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran menulis narasi (mengarang) yang hanya mencapai angka 6,0 (standar ketuntasan belajar minimal untuk Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura adalah 6,9). Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya kualitas pembelajaran menulis narasi di kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa kesulitan dalam menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan yang utuh, (2) kurangnya kemampuan siswa dalam menentukan topik menulis narasi, (3) kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan paragraf, (4) guru kesulitan dalam membangkitkan minat belajar siswa, (5) guru belum menemukan metode atau cara yang tepat untuk menyampaikan materi menulis. Berdasarkan paparan di atas, masalah yang ada membutuhkan adanya perbaikan dalam pembelajaran menulis narasi. Hal ini dilakukan agar mendorong siswa secara keseluruhan terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis. Untuk itu peneliti bersama guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura melakukan sharing ideas untuk mencari solusi yang tepat dalam mengatasi kesulitan siswa dalam menuangkan idenya dalam bentuk tulisan narasi sehingga kemampuan dan motivasi siswa untuk menulis meningkat. Guru bersama peneliti menyadari bahwa kemampuan setiap anak tidak sama, melainkan memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Selain itu melihat pembelajaran yang selama ini diterapkan lebih didominasi oleh guru, sehingga siswa mendapat porsi yang sedikit dalam mengekspresikan ide dan gagasan mereka. Padahal, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya (Mohammad Ali Mochtar: 2003). Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Untuk itu peneliti bersama guru memberikan alternatif penerapan pendekatan kontekstual untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis tersebut. Pendekatan
Kontekstual
adalah
suatu
strategi
pembelajaran
yang
menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2006: 253). Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu (1) konstruktivisme, (2) questioning, (3) inquiry, (4) learning community, (5) modelling, (6) refleksi, dan (7) authentic assessment. Alasan dipilihnya pendekatan kontekstual ini adalah, bahwa melalui pendekatan kontekstual: (1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena siswa dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran dan posisi guru lebih berpindahpindah (depan, tengah, dan belakang), (2) Guru tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi aktif, dan (3) guru akan termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan kontekstual mengarahkan guru untuk menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi guna membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut siswa diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, diskusi, pembentukan kelompok belajar, sampai kegiatan refleksi. Melalui pendekatan kontekstual ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas dan antusias siswa dalam menulis narasi. Berdasarkan uraian di atas dan kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa pendekatan kontekstual perlu dioptimalkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di depan, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa jauh penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan proses keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura? 2. Seberapa jauh penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura?
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah. 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. 2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat peneliti sampaikan terbagi dalam manfaat praktis dan teoretis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan kebahasaan, terutama dalam kegiatan menulis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar keterampilan menulis, khususnya menulis narasi dengan pendekatan kontekstual. b. Bagi Guru 1) Menawarkan inovasi cara pembelajaran menulis narasi. 2) Memotivasi siswa dalam kegiatan menulis.
3) Meningkatkan kualitas mata pelajaran Bahasa Indonesia. c. Bagi Sekolah Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis baik proses ataupun hasil sehingga menghasilkan kualitas siswa yang baik pula di sekolah tersebut. d. Bagi Peneliti Dengan melakukan penelitian di sekolah secara langsung, peneliti memperoleh pengalaman dan wawasan pembelajaran menulis di sekolah. Dari hasil pengamatan dan pengalaman langsung tersebut, peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran menulis narasi dengan pendekatan kontekstual.
BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan seperti artikel, sketsa, puisi, maupun bentuk karangan. Melalui kegiatan menulis, penulis akan memberikan masukan berbagai informasi maupun pengetahuan kepada pembaca dari hasil tulisannya. Sarwiji Suwandi (2005: 1) menyatakan bahwa menulis adalah kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi antara keduanya demi tercapainya suatu tujuan. Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk diekspresikan secara tertulis (Syarkawi, 2008). Pendapat lain menyatakan bahwa menulis adalah menyusun buah pikiran dan perasaan atau data-data informasi yang diperoleh menurut organisasi penulisan sistematis, sehingga tema karangan atau tulisan yang disampaikan sudah dipahami pembaca (Yant Mujiyanto, dkk. 2000: 63). Menurut Suyitno dan Purwadi (2000:1) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sementara itu Sabarti Akhadiah, dkk. (1996:1) mengatakan bahwa tulisan
merupakan
sebuah
sistem
komunikasi
antar
manusia
yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
8
pemakainya. Senada dengan pendapat tersebut Atar Semi (1990:8), menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk dan lambang bahasa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambing tulisan yang diorganisasikan secara logis dan sistematis. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.
b. Tahap-tahap Penulisan Berkaitan dengan menulis ada beberapa tahap dalam proses menulis, Tompkins (dalam Khaerudin Kurniawan, 2006) menyajikan lima tahap proses menulis, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Ia menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinear, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya setelah menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir menulis yang diungkapkan Tompkins (dalam Khaerudin Kurniawan, 2006) sebagai berikut. 1) Tahap Pramenulis Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan berikut: a) Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri b) Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis c) Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis d) Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis e) Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan. 2) Tahap Membuat Draft Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah: a) Membuat draft kasar b) Lebih menekankan isi daripada tata tulis
3) Tahap Merevisi Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah: a) Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok) b) Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan temanteman sekelompok atau sekelas c) Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman d) Membuat perubahan yang substansif pada draft pertama dan draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir. 4) Tahap Menyunting Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar adalah: a) Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri b) Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka sekelas/sekelompok c) Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis mereka sendiri 5) Tahap Berbagi Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagai (sharing) atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar: a) Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau b) Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan. Sabarti Akhadiah, dkk. (1996: 2-5), mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi: 1) Tahap Prapenulisan Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, didalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis karangan meliputi: a) Menentukan Topik b) Membatasi Topik c) Menentukan Tujuan Penulisan d) Menentukan Bahan Penulisan e) Membuat Kerangka Karangan
2) Tahap Penulisan Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf persyaratan dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca secara tepat. 3) Tahap Revisi Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti secara menyeluruh mengenai/logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat, maka selesailah sebuah tulisan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahaptahap penulisan meliputi tiga langkah utama yaitu: prapenulisan, penulisan dan revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik.
c. Jenis- jenis Tulisan Ketika penulis membuat sebuah tulisan, hal pertama yang dapat dilakukan yaitu menyusun kerangka tulisan. Kerangka ini dibuat agar tulisan yang dihasilkan dapat mengungkapkan informasi, maksud dan tujuan yang sistematis serta tidak melenceng kemana-mana. Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan, dapat dilihat gagasan, tujuan, wujud, dan sudut pandang penulis. Khaerudin Kurniawan (2006) menyatakan berdasarkan kerangka tulisan tersebut dapat diketahui tujuan penulis, dapat diketahui bentuk tulisan dari sebuah naskah (tulisan). Pada umumnya, tulisan dapat dikelompokkan atas
empat macam bentuk, yaitu: narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Jos Daniel Parera (1993:5) juga membuat klasifikasi yang sama, yaitu: 1) narasi, 2) eksposisi, 3) deskripsi, dan 4) argumentasi. Narasi merupakan tulisan yang terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada tokoh yang menghadapi suatu konflik (Sunarno: 2007). Menurut Khaerudin Kurniawan (2006), narasi merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Menurut Gorys Keraf (2003 : 136), narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertannyaan “Apa yang telah terjadi?”. Deskripsi adalah tulisan yang dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, sedih, takut, sepi, dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan pancaindera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat. Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi. Pada umumnya, deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan yang lainnya (Khaerudin Kurniawan, 2006). Sunarno (2007) menyatakan bahwa eksposisi merupakan karangan yang berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Sementara itu Lamuddin Finoza (2002 : 194) menyatakan bahwa eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Karena jenis karangannya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan.
Atar Semi (1990:47) menyatakan bahwa argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis. Pendapat lain mengatakan bahwa argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis (Lamuddin Finoza, 2002:197).
d. Pengertian Narasi Secara umum tulisan dapat dikembangkan dalam empat bentuk atau jenis, yaitu : narasi, eksposisi, deskripsi dan argumentasi. Salah satu jenis tulisan yang dipelajari adalah tulisan narasi. Tulisan narasi merupakan tulisan yang menceritakan suatu peristiwa yang tesusun secara teratur sehingga menimbulkan pengertian-pengertian yang dapat merefleksi interpretasi penulisannya. Sedangkan deskripsi merupakan suatu bentuk tulisan yang tujuannya memberikan perincian detail tentang obyek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitifitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung obyek tersebut. Tulisan eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan
informasi
tentang sesuatu,
sehingga dapat
memperluas
pandangan atau pengetahuan seseorang. Tulisan argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis (Atar Semi, 1990 : 37-47). Lamuddin Finoza (2002:191) berpendapat bahwa narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Gorys Keraf (2003:136) membatasi pengertian narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin serta dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Jadi, narasi menceritakan
serangkaian kegiatan yang terjadi pada suatu kejadian secara berurutan dalam jalinan kesatuan waktu. Pendapat lain menyatakan bahwa, narasi merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejahterakan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah (Jos Daniel Parera, 1993:5). Sementara itu, Suyitno dan Purwadi (2000:42) mengungkapkan, bahwa narasi adalah tulisan yang berisikan atau yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisnya. Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Pola narasi secara sederhana adalah awal – tengah – akhir. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat
mengikat
pembaca.
Bagian
tengah
merupakan
bagian
yang
memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pegungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannnya dengan panjang, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan narasi yang berupa fiksi adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam, Sunarno (2007). Menurut Gorys Keraf (2003:136-139) secara umum narasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut : 1) Narasi Ekspositoris Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utama hasil narasi ini adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah
membaca kisah tersebut. Narasi ini mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada pembaca atau pendengar. Runtutan kejadian atau peristiwa tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca. Narasi ekspositoris masih dibagi lagi menjadi narasi ekspositoris yang bersifat khusus dan yang bersifat general. 2) Narasi Sugestif Sama juga dengan narasi ekspositoris, namun tujuan atau sasaran utamanya bukan mamperluas pengetahuan seseorang. Tujuan narasi sugestif adalah berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Narasi ini selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi pembacanya. Tabel 1. Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif Narasi Ekspositoris 1. Memperluas pengetahuan
Narasi Sugestif 1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2 Menyampaikan
informasi 2. Menimbulkan daya khayal.
mengenai suatu kejadian. 3. Didasarkan pada penalaran 3. Penalaran hanya berfungsi sebagai untuk mencapai kesepakatan
alat untuk menyampaikan makna,
rasional.
kalau
perlu
penalaran
dapat
dilanggar. Bahasanya lebih condong ke 4.Bahasanya
lebih
condong
ke
bahasa informatif dengan titik
bahasa informatif dengan titik
berat pada penggunaan kata-
berat pada penggunaan kaa-kata
kata denotatif
konotatif
Gorys Keraf (2003:136) juga merumuskan bahwa narasi adalah bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu perisiwa yang telah terjadi. Jadi, peristiwa yang telah terjadi dan dikisahkan pada karangan narasi diceritakan selelngkap-lengkapnya sesuai
dengan cerita sebenarnya. Peristiwa yang diceritakan tidak bersifat statis, melainkan bersifat dinamis dan terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa dan disusun menurut urutan waktu. Unsur waktu lebih ditekankan untuk membedakan narasi dengan karangan yang lain. Dengan adanya unsur waktu narasi dapat menggambarkan perubahan-perubahan yang ada pada objeknya. Jadi, dengan demikian
narasi
menggambarkan
objek
yang dinamis. Pengalaman-
pengalaman yang dijalani penulis merupakan sumber inspirasi sebuah tulisan bersifat naratif.
e. Teknik Penilaian Pembelajaran Menulis Penilaian yang dilakukan pada karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif dan selintas. Maksudnya adalah penilaian tersebut bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. Guru cenderung melakukan penilaian yang besifat analitis karena guru memerlukan penilaian secara lebih objektif dan terinci mengenai kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif. Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001:305) menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. Perincian karangan ke dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Sedangkan Hartfield (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001:301) menyatakan bahwa salah satu model penilaian terhadap karangan siswa yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu dengan mempergunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap
aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor yang dapat dipertanggungjawabkan (tabel rincian penilaian terlampir).
2. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Menurut Oemar Hamalik (2003: 57) pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : 1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik. 2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. 3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Gino, dkk. (2000:31) istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau pengajaran yang berarti cara (pembuatan) mengajar atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Belajar merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan. Proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. Dalam kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen. Adapun yang dimaksud dengan komponen tersebut antara lain: 1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan.
3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. 4) Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. 7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Dalam proses belajar mengajar terdapat komponen yang sangat penting yakni tercapainya suatu tujuan. Bloom (dalam Gino, dkk., 2000:19-21) membagi tujuan belajar menjadi tiga, yaitu: a. Kemampuan kognitif, meliputi: 1) Pengetahuan, merupakan tingkat rendah dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk yang dipelajari. 2) Pengertian/Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan belajar ranah kognitif berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya. 3) Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi, atau abstraksi lainnya sesuai dengan situasi yang kongkret. 4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran kebagianbagian yang menjadi unsur pokok. 5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok menjadi struktur baru. 6) Evaluasi (penilaian) merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud/tujuan tertentu.
b. Kemampuan afektif, meliputi: 1) Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimuli secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. 2) Merespon, merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimuli dan merasa terikat secara aktif memperhatikan. 3) Menilai, merupakan kemampuan gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi. 4) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diresponnya. 5) Karakteristik, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasi masing-masing
nilai
waktu
merespon
dengan
jalan
mengidentifikasikan karakteristik nilai atau membuat pertimbanganpertimbangan. c. Kemampuan psikomotor, meliputi: 1) Gerak tubuh, gerak tubuh yang mencolok merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh. 2) Koordinasi
gerak,
ketepatan
yang
dikoordinasikan,
biasanya
berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan. 3) Non
verbal,
komunikasi
non
verbal
merupakan
kemampuan
komunikasi tanpa kata, kemampuan menggunakan bahasa isyarat. 4) Perilaku bicara, merupakan kemampuan berbicara yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi secara lisan.
b. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan dalam Pembelajaran Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan yang ditentukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan telah tercapai. Adapun keberhasilan pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: (a) motivasi belajar, (b) bahan belajar, (c) alat bantu belajar, (d) suasana belajar, (e) kondisi subjek yang belajar (Gino, dkk., 2000: 36-39). Pentingnya tujuan pengajaran atau pembelajaran adalah memberikan suatu kerangka kerja yang dapat membuat siswa cocok. Dengan demikian tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan bersama.
c. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar berhubungan dengan bagaimana seseorang melakukan suatu kegiatan jasmani dan rohani dalam rangka memperoleh pengetahuan baru. Soedomo Hadi, (2005: 23) mengemukakan bahwa tugas-tugas pendidik dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Tugas Educational (Pendidik) Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan “kepribadian” anak didik, sehingga anak didik akan menjadi manusia yang mempunyai sopan santun tinggi, mengenal kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, mempunyai tenggang rasa terhadap sesama, rasa sosialnya berkembang, dan lain-lain. 2. Tugas Instruksional Dalam tugas ini kewajiban pendidik dititikberatkan pada perkembangan dan
kecerdasan
daya
intelektual
anak
didik,
dengan
tekanan
perkembangan kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotorik, sehingga anak dapat menjadi manusia yang cerdas, bermoral baik, dan sekaligus juga terampil.
3. Tugas Managerial (Pengelolaan) Dalam hal ini pendidik berkewajiban mengelola kehidupan lembaga (kelas atau sekolah yang diasuh oleh guru). Pengelolaan itu meliputi: a) Personal atau anak didik, yang lebih erat berkaitan dengan pembentukan kepribadian anak. b) Material dan sarana, yang meliputi alat-alat, perlengkapan media pendidikan, dan lain-lain yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. c) Operasional atau tindakan yang dilakukan, yang menyangkut metode mengajar, sehingga dapat tercipta kondisi yang seoptimal mungkin bagi terlaksananya proses belajar mengajar dan dapat memberikan hasil sebaik-baiknya bagi anak didik.
d. Pembelajaran Menulis di SD Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar meliputi dua aspek, yaitu: aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Aspek
kemampuan
berbahasa
meliputi
keterampilan
mendengarkan
(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa nonsastra. Adapun aspek kemampuan bersastra meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam sastra. Pembelajaran menulis di sekolah dasar merupakan salah satu komponen yang menentukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) di SD, mata pelajaran menulis (mengarang) diberikan pada semester pertama dengan standar kompetensi, yakni mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. Adapun kompetensi dasarnya adalah menulis karangan berdasarkan pengalaman (menulis narasi) dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan, menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama,
kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dan lain-lain) dengan kalimat efektif dan memperhatikan ejaan, menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya. Berdasarkan paparan di atas, maka mata pelajaran menulis yang diberikan di SD khususnya yang diajarkan pada siswa kelas V SD salah satunya adalah pembelajaran mengarang berdasarkan pengalaman yang sesuai dengan kompetensi dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), yakni menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Sebagai salah satu materi pembelajaran, maka pembelajaran menulis tersebut perlu disampaikan dengan metode yang tepat sehingga mencapai standar kompetensi yang diharapkan yaitu siswa mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan. Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa menulis merupakan segenap rangkaian kegiatan seseorang yang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain.Di dalam kegiatan menulis, seseorang hendak mengungkapkan buah pikiran dan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan salah satunya adalah berupa pengungkapan pengalaman. Dengan demikian, salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar menulis yang dilakukan di SD tersebut, pada umumnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dalam hal ini, siswa dapat mengungkapkan berbagai pengalamannya baik itu pengalaman buruk yang mengecewakan, memalukan, dan menakutkan maupun sebaliknya berupa pengalaman menyenangkan yang membanggakan, membahagiakan, dan memalukan.
3. Hakikat Pendekatan Kontekstual a. Pengertian Pendekatan Kontekstual Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Belajar dalam kontekstual bukan hanya sekedar mendengarkan
dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Menurut Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, (2004: 13), pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Sementara
itu
Wina
Sanjaya,
(2006:253)
menyatakan
bahwa
pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Senada dengan pendapat tersebut, Johnson (2007: 67) menyatakan bahwa sistem kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
b. Karakteristik Pendekatan Kontekstual Menurut Johnson (dalam Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, 2004: 13-14), menyatakan bahwa terdapat delapan karakteristik dalam sistem pembelajaran kontekstual, antara lain: 1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connection) Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). 2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work) Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat. 3. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning) Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata. 4. Bekerja sama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. 5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturin the individual) Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati temannya dan juga orang dewasa. 7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”. 8. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment) Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pendidikan.
c. Perbedaan
Pendekatan
Kontekstual
dengan
Pembelajaran
Konvensional Menurut Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk (2004: 35-36) ada perbedaan pokok antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional seperti yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah sekarang ini, perbedaan tersebut antara lain: Pembelajaran Konvensional: 1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif 2. Siswa belajar secara individual 3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4. Perilaku dibangun atas kebiasaan 5. Keterampilan dibangun atas dasar latihan 6. Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor 7. Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman 8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill) 9. Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang), hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah atau yang benar
10.Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran 11. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 12. Hasil belajar diukur hanya dengan tes Pembelajaran Kontekstual: 1. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran 2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi 3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan 4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri 5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman 6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri 7. Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan 8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks yang nyata 9. Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan skemata siswa 10. Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan
membawa
skemata
masing-masing
ke
dalam
proses
pembelajaran 11. Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing 12. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dan lain-lain
d. Komponen Pendekatan Kontekstual Kontekstual (CTL) sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas (komponen). Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (Wina Sanjaya, 2006: 262-267). Komponen pendekatan kontekstual tersebut antara lain: (1) konstruktivisme (constructivism); (2) menemukan (inquiry); (3) bertanya (questioning); (4) masyarakat belajar (learning community); (5) pemodelan (modelling); (6) refleksi (reflection); dan (7) penilaian nyata (authentic assessment). 1. Konstruktivisme (constructivism) Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2.
Menurut kontruktivisme, pengetahuan itu berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Asumsi itu yang kemudian melandasi kontekstual. Pembelajaran melalui kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Sebab, pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasari itulah, maka penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata. Menemukan (inquiry) Komponen yang kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. 3. Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan persoalan. Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama
dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling berbagi. Dalam kelas kontekstual, penerapan komponen masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain. 5. Pemodelan (modelling) Yang dimaksud komponen modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, dan sebagainya. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang pernah jadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan temannya. Melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 6. Refleksi (reflection) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessmet) Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus
selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
e. Pendekatan
Kontekstual
dalam
Pembelajaran
Keterampilan
Menulis Keterampilan menulis mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan. Namun demikian, pembelajaran menulis di sekolah-sekolah ternyata belum mendapat tempat yang cukup. Pembelajaran menulis hanya mendapat porsi waktu yang sedikit dibandingkan dengan pembelajaran kebahasaan yang lainnya. Selain itu, guru hanya berorientasi untuk melihat hasil tulisan siswa tanpa membelajarkan proses menulis pada siswa. Akhirnya, tujuan pembelajaran menulis hanya mengarah pada pencapaian kemampuan menulis siswa (Ari Kusmiatun, 2005: 133). Menulis merupakan suatu proses bukan produk. Pembelajaran keterampilan menulis akan lebih mudah apabila berorientasi pada proses bukan produk (Brookes, Arthur dan Peter Grundy, 1991: 12). Pada model pembelajaran kontekstual, pembelajaran menulis dipadukan atau dikaitkan satu dengan yang lain agar sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat. Pembelajaran menulis dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik, agar memungkinkan mereka belajar menerapkan isi pembelajaran dalam pemecahan problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Wagiran, 2005: 172). Pembelajaran keterampilan menulis dengan pendekatan kontekstual berorientasi pada keterampilan menulis sebagai suatu proses. Pembelajaran keterampilan menulis yang berorientasi pada proses memiliki langkahlangkah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Brown, H. Douglas (1994: 335-336), yakni (1) pusatkan perhatian pada proses menulis yang mengarah pada hasil akhir; (2) bantulah para siswa untuk memahami proses menulis mereka; (3) bantulah mereka untuk membuat judul-judul strategi tahapan pramenulis (prewriting), membuat konsep (drafting), dan menulis kembali (rewriting); (4) berikan waktu pada siswa untuk menulis (write) dan menulis kembali (rewrite); (5) letakkan kepentingan utama pada proses revisi; (6) biarkan siswa menemukan apa yang ingin mereka katakan ketika mereka menulis; (7) berikanlah pada siswa umpan balik melalui proses mengarang (bukan hanya hasil akhir) ketika mereka berusaha mengungkapkan perasaan yang semakin dekat dengan tujuan; (8) dapatkan umpan balik dari guru dan teman-teman mereka; (9) adakan diskusi individual antara guru dan siswa selama proses menulis. Pendekatan kontekstual dengan lima karakteristik pembelajarannya dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis. Lima karakteristik pembelajaran kontekstual yang disebutkan oleh Wina Sanjaya (2006: 254), yakni (1) pengaktifan pengetahuan yang ada (activating knowledge); (2) pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya (acquiring knowledge); (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) dengan
cara menyusun konsep sementara, meminta tanggapan atau pendapat orang lain, dan merevisi serta mengembangkan konsep tersebut; (4) mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge); dan (5) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan (reflecting knowledge). Secara garis besar, penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran keterampilan menulis dapat dilaksanakan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (1) guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari; (2) guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, masing-masing beranggotakan 6-7 siswa; (3) guru memberikan tugas pada siswa dengan terlebih dahulu memberikan contoh; (4)siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu tim dengan cara memeriksa, mengoreksi, dan memperbaiki kesalahan temannya; dan (5) guru merefleksi kegiatan hari itu.
Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu: 1) Penelitian Esty Widjayanti tahun 2007 dengan judul: “ Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Drama ( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Diponegoro Surakarta), dan 2) Penelitian Sri Harjani yang berjudul: “ Pengembangan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan dengan Pendekatan Kontekstual di SD Puhgogor 02 Bendosari Sukoharjo”. Penelitian Esty Widjayanti menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran apresisasi drama mengalami peningkatan pada setiap siklus-siklusnya. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor siswa mulai dari siklus ke-1 sampai siklus ke-3. Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya hampir sama. Kesalahan dalam memahami unsur-unsur intrinsik teks drama, serta kurangnya kemampuan siswa dalam membaca dialog tokoh dengan baik. Namun dengan diterapkannya pendekatan kontekstual, kekurangan dan kesalahan siswa dapat dikurangi. Selain itu, siswa semakin tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sastra, khususnya apresiasi drama serta terjadi peningkatan baik proses maupun hasil pembelajaran apresiasi drama. Sedangkan hasil yang dicapai dalam penelitian Sri Harjani menunjukkan bahwa tujuh komponen pendekatan kontekstual berdampak positif bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaaan. Setelah penelitian tindakan dilakukan, siswa lebih aktif dan memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang berlangsung. Selain
itu, guru dan siswa dapat mengetahui keberhasilannya melalui kegiatan refleksi. Kedua penelitian di atas pada dasarnya memiliki relevansi dalam hal pemilihan model pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Penggunaan model-model pembelajaran yang bervariasi menjadikan guru lebih kreatif dalam menyimpulkan pelajaran pada siswa. Model pembelajaran yang diterapkan menjadikan siswa tidak cepat bosan dan mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
C. Kerangka Berpikir Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses pemerolehan informasi atau
keterampilan. Keberhasilan dalam belajar berhubungan dengan cara
pengajaran dan seberapa besar minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Demikian pula dengan penggunaan metode dalam pembelajaran juga mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Berkaitan
dengan
penelitian
ini
adalah
hasil
pembelajaran
keterampilan menulis siswa rendah. Kekurangan tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang selama ini diterapkan masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang diberi kesempatan dalam mengembangkan keterampilannya. Selain itu, siswa sendiri juga kurang berminat dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga dalam kegiatan belajar mengajar cenderung bersifat pasif. Pada dasarnya, menulis merupakan suatu keterampilan yang perlu dipelajari dengan latihan-latihan yang banyak dan teratur atau secara rutin. Tanpa pernah berlatih, maka keterampilan menulis tidak akan berkembang walaupun didukung dengan teori-teori yang memadai. Proses pembelajaran menulis perlu dilaksanakan dengan memposisikan siswa sebagai subjek, dengan harapan siswa dapat mengembangkan serta menuangkan ide-ide kreatifnya. Sehingga siswa dapat merasakan adanya manfaat dan tertarik untuk mempelajarinya. Maka dari itu perlu diterapkan pembelajaran menulis yang lebih memfungsikan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan menciptakan suasana belajar dengan mengutamakan kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan bergairah, sharing dengan teman, dan tidak membosankan. Sehingga akan mendukung proses belajar mengajar siswa keaktifan siswa akan terbangun dengan sendirinya. Pendekatan kontekstual mengandung 7 prinsip dalam pelaksanaannya. Dalam prinsip-prinsipnya tercermin beberapa sikap yang mengembangkan kemampuan dan keterampilan berbahasa. Siswa dilatih untuk mengkontruksi dan menemukan sendiri pengetahuan dan pengalaman secara langsung dan model yang dicontohkan guru, berkomunikasi dalam kelompok, kemudian merefleksi pengetahuan yang diperoleh. Dengan begitu diharapkan melalui prinsip-prinsip kontekstual yang diterapkan didalam kelas akan dapat mengembangkan kemampuan menulis narasi pada siswa. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini, berikut ini disajikan secara singkat garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pembelajaran berpusat pada guru
Keterampilan menulis siswa rendah
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual Siswa tertarik dengan
Pembelajaran berpusat
pembelajaran menulis
pada siswa
Pembelajaran bermakna bagi siswa
Keterampilan menulis meningkat
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan menulis narasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis narasi. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang terletak di desa Gumpang, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Tepatnya di Jalan Slamet Riyadi No. 250 Gumpang, Kartasura. Sekolah ini dipimpin oleh Sri Lestari, S. Pd, yang bertindak sebagai kepala SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V dengan guru kelas V SD, yakni Bapak Eko Pramono, A. ma., dan siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang berjumlah 37 siswa. Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilakukan selama 5 bulan, yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan Februari 2009. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian N o
1
2
Kegiatan Persiapan survei awal sampai penyusunan proposal Seleksi informan, penyiapan instrumen dan alat/media
3
Pelaksanaan Siklus I, II, III
4
Analisis data
5
Okt
Bulan Des
Nop
Jan
Feb
x x
x x
x
x x
x
x
Penyusunan laporan dan ujian
x x
x x
x
x
36
x x
x x
x
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura dan siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
C. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suhardjono (2007:58) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins dalam Rochiati, 2006:11). Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Kasihani Kasbolah (2001:2) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki mutu pendidikan yang secara langsung menyentuh masalah lapangan, yaitu masalah yang ada di kelas. Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas kita perlu mengetahui ciri-ciri atau karakteristik dari PTK itu sendiri. Dengan mengetahui ciri-ciri yang ada pada penelitian tindakan kelas diharapkan pengertian tentang jenis penelitian tindakan akan menjadi lebih jelas. Ciri atau karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (Kasihani Kasbolah, 2001:15–17) yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri 2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik faktual
3. Penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan 4. Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Untuk lebih jelasnya rangkaian dapat dilihat pada gambar berikut: Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007:16)
D. Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain:
1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yakni berbagai kegiatan pembelajaran menulis narasi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa dengan penerapan pendekatan kontekstual. 2. Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura dan para siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. 3. Dokumen yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis narasi, hasil belajar siswa berupa tulisan atau karangan siswa, catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung dalam setiap siklus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Observasi Teknik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran menulis narasi yang dilakukan guru dan siswa. Dalam penelitian ini peneliti sebagai partisipasi pasif yang hanya mengamati jalannya pembelajaran berlangsung. 2. Wawancara Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, berbagai informasi mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis narasi, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui metode pembelajaran menulis narasi yang diterapkan guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan guru tersebut, serta untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis narasi. Dalam penelitian ini tidak semua siswa menjadi sumber wawancara peneliti. 3. Tes/Pemberian Tugas Teknik ini dilakukan guru untuk mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melaksanakan tes
dengan cara memberikan tugas menulis karangan narasi. Tujuannya untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual.
F. Teknik Uji Validitas Data Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data, misalnya data tentang kesulitan-kesulitan guru dalam mengajarkan materi menulis narasi (mengarang) di kelas dan kesulitankesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran menulis narasi. Selain itu, juga digunakan triangulasi metode, misalnya data tentang peningkatan keterampilan menulis narasi siswa, selain diperoleh melalui observasi langsung (pengamatan) terhadap sikapnya selama pembelajaran juga diperoleh dari hasil wawancara, dan analisis dokumen berupa pekerjaan siswa atau hasil tulisan yang dibuat siswa.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Kriteria dalam teknik ini berdasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan secara bersama-sama antara guru dan peneliti, sebab penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kerja sama antara peneliti dengan guru. Analisis kritis terhadap keterampilan menulis mencakup kemampuan siswa dalam menyusun kerangka karangan dan mengembangkan ke dalam beberapa alinea, pengorganisasian isi dan gagasan, pemilihan kata,serta penggunaan ejaan dan tanda baca secara tepat.
H. Indikator Keberhasilan Tindakan Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti merumuskan indikatorindikator ketercapaian hasil belajar. Berdasarkan prosedur yang dilakukan selama pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, indikator keberhasilan tindakan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan Persentase Aspek yang diukur
Target Capaian
Cara Mengukur
Siklus Terakhir Keaktifan siswa selama
70%
Diamati saat pembelajaran
pembelajaran mnulis
berlangsung dengan
narasi
menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi.
Keaktifan siswa dalam
70 %
Diamati saat pembelajaran
bekerja sama dan
berlangsung, dari jumlah siswa
kompak dalam
yang aktif dalam bertukar
kelompok
pendapat, membantu kesulitan yang dihadapi teman dalam kelompok dll.
Mampu menulis narasi
70%
Diamati dari hasil kerja siswa
dengan baik dan
berupa tulisan narasi, baik dari
mencapai nilai 69 atau
segi pengorganisasian gagasan
lebih
maupun mekanik (bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan) dan dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai sebesar 69 ke
atas.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang diharapkan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap Pengenalan Masalah Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. mengidentifikasi masalah. b. menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan. c. menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus sebelumnya. d. menyusun alat monitoring dan evaluasi. 2. Tahap Persiapan Tindakan Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi: a. penyusunan jadwal penelitian. b. penyusunan rencana pembelajaran. c. penyusunan soal evaluasi. 3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan Rencana tindakan disusun dalam 3 siklus, yaitu siklus I, siklus II, siklus III. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi. 4. Tahap Implementasi Tindakan Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 5. Tahap Pengamatan Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. 6. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian.
J. Proses Penelitian Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualitas kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura melalui pendekatan kontekstual. Setiap tindakan peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. 1.Tahap Perencanaan a. Rancangan Siklus I Dalam tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun skenario pembelajaran sebagai berikut: a. guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang pengalamannya dalam menulis narasi. Selanjutnya guru menjelaskan mengenai karakteristik menulis narasi. b. guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. c. guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan mengarang dan sekaligus
memberikan
contoh
kerangka
karangan
beserta
pengembangannya d. guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa tim atau kelompok belajar yang beranggotakan 6-7 siswa, kemudian memberikan kesempatan untuk menamai timnya. e. Guru memberikan tugas untuk menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya berdasarkan tema yang disediakaan guru. f.
Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu kelompok dengan cara memeriksa, mengoreksi dan memperbaiki kesalahan dalam karangan.
g. Guru
bersama
siswa
mengevaluai
pembelajaran yang telah berlangsung.
dan
menyimpulkan
hasil
b. Rancangan Siklus II dan Siklus III Siklus II dan III dilaksanakan dengan tahapan-tahapan seperti pada siklus I yaitu tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Akan tetapi dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I (refleksi) sehingga kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II dan III. 2. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilaksanakan sesuai skenario pembelajaran
yang
direncanakan, yang dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan. 3. Tahap observasi dan interpretasi Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual berlangsung. Interpretasi dilaksanakan setelah pembelajaran menulis narasi selesai antara peneliti dan guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. 4. Tahap analisis dan refleksi Analisis dilakukan setelah seluruh data terkumpul, sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang memenuhi target tindakan. Dari hasil analisis dilakukan refleksi untuk menentukan siklus berikutnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Survei Awal Kegiatan survei awal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 31 Oktober 2008 pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan pratindakan ini, guru melaksanakan proses belajar mengajar seperti biasa dan peneliti akan mengamati jalannya pembelajaran yang terjadi di kelas sebagai partisipan pasif. Setelah
selesai
menyampaikan
materi
mengenai
langkah-langkah
menyusun karangan seperti menentukan tema, judul, membuat kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka karangan, kemudian guru melaksanakan suatu tes untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis narasi berdasarkan pengalaman siswa. Secara terinci, pembelajaran menulis narasi yang dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu: 1) guru menjelaskan langkah-langkah menyusun kerangka karangan, siswa diharuskan mencatat sambil memperhatikan; 2) guru mendikte siswa dengan memberikan penjelasan berupa contoh kerangka karangan beserta pengembangannya yang ditulis di papan tulis; 3) guru menugaskan siswa untuk menulis berdasarkan pengalaman dengan judul yang telah ditentukan; 4) guru mengharuskan siswa untuk mengembangkan kerangka karangan menjadi empat alinea; 5) guru mengumpulkan hasil karangan yang telah ditulis siswa seadanya; dan 6) guru menilai hasil karangan siswa. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut menunjukkan pembelajaran menulis cenderung konvensional, yakni guru memberikan banyak penjelasan tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab. Selain itu, pembelajaran dengan model tersebut dapat mengakibatkan siswa menjadi pasif, sehingga siswa malas untuk berpikir
45
kreatif dalam mengungkapkan pengalamannya. Pembelajaran dengan metode tersebut lebih berorientasi pada hasil berupa tulisan siswa daripada proses mengarang. Berdasarkan hasil karangan siswa kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura dikategorikan rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain: (1) siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara lancar dan runtut; (2) perbendaharaan kata (kosa kata) yang dimiliki siswa terbatas, sehingga banyak siswa yang mengulang kata-kata yang sama dalam satu alinea; (3) belum mampu memilih kata (diksi) secara tepat; (4) belum mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat; (5) kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan paragraf. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan yang diberikan guru pada saat survei awal sebagian besar siswa memperoleh nilai yang tidak memuaskan. Berdasarkan hasil pekerjaan yang dibuat siswa secara keseluruhan belum memenuhi aspek-aspek yang terdapat dalam karangan. Dalam hal ini, tulisan yang dibuat oleh siswa belum sesuai dengan aspek-aspek yang dinilai. Yakni aspek isi, organisasi, kosa kata, penggunaan bahasa, dan mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan). Jumlah siswa yang mampu menulis dengan mengorganisasikan gagasan secara baik dan lancar, serta memilih kata dan penggunaan ejaan secara tepat masih dikategorikan rendah. Hal itu ditunjukkan dari hasil pekerjaan siswa yang telah dinilai oleh peneliti dan juga guru yang bersangkutan sebagian besar siswa belum memenuhi aspek-aspek yang dinilai. Hal ini dapat dilihat dari penilaian terhadap karangan yang menggunakan model penilaian Hartfield (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307) yang mengemukakan salah satu model penilaian terhadap karangan siswa yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, dengan mempergunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu (terlampir). Bedasarkan hasil pekerjaan siswa yang telah dinilai, maka perolehan nilai siswa yang terkumpul dalam pembelajaran mengarang pada kegiatan survei awal ini tergolong rendah. Dari hasil perolehan nilai, maka siswa yang sudah mencapai
batas ketuntasan belajar, yaitu yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 69 adalah sekitar 22%, sedangkan 78% lainnya belum mencapai batas ketuntasan. Berdasarkan hasil perolehan nilai tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran mengarang belum terkembangkan dengan baik. Dari kegiatan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura yang menjadi partner dalam penelitian ini, serta dari observasi peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, ada beberapa faktor yang menjadikan keterampilan siswa dalam pembelajaran mengarang rendah, yaitu sebagai berikut: 1. Siswa Terlihat Tidak Tertarik pada Pembelajaran Menulis Berdasarkan kegiatan observasi kelas, serta wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa maupun guru, terungkap bahwa siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran menulis. Hal ini terbukti pada saat peneliti melakukan pengamatan. Menurut siswa pelajaran menulis itu sulit dan membosankan, sedangkan keterangan dari guru yang membuat siswa tidak tertarik dengan pelajaran menulis karena pelajaran itu dianggap sulit bagi siswa dan selama ini pembelajaran menulis bersifat individual, menjelaskan materi kemudian dilanjutkan dengan menulis yang dikumpulkan seadannya. Lebih lanjut, guru juga menggungkapkan bahwa penilaian terhadap hasil tulisan siswa dilakukan secara sepintas serta minimnya pemberian umpan balik dari guru maupun rekan sejawat atau sesama teman belajar. Menurut keterangan yang diperoleh siswa, metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini membuat siswa menjadi tidak tertarik pada pembelajaran menulis. Hal ini dapat dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan di dalam kelas, yakni pada saat pembelajaran menulis berlangsung sebagian besar siswa tampak tidak bersemangat mengikuti pelajaran menulis atau mengarang. Hal ini dapat dilihat dari respon terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan kata lain siswa banyak yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru terkait dengan materi yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa menunjukkan sikap kurang kooperatif dan tidak memperhatikan pelajaran dengan sepenuhnya. Selain itu, siswa juga seenaknya sendiri berbicara dengan teman sebangkunya, melamun, menelungkupkan kepalanya di meja dan sebagainya terutama bagi mereka yang duduk di kursi paling belakang sehingga pelajaran yang disampaikan oleh guru berlalu begitu saja. 2. Siswa Kesulitan dalam Mengorganisasikan Gagasan
Pada saat kegiatan mengarang berlangsung, kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan untuk mengawali kegiatannnya dalam menulis yakni memulai merangkai kata-kata, terlebih menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan secara runtut dan sistematis. Pada umumnya siswa masih kacau untuk menuliskan suatu tulisan yang baik. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa kebanyakan siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tulisan yang telah dibuat siswa, pengungkapan gagasan tidak lancar, gagasan yang dikemukakan kacau, terpotong-potong atau melompat-lompat sehingga urutan gagasan tidak logis dan belum menunjukkan adanya kohesif dan koheren. 3. Kesulitan dalam Memilih Kata dan Menggunakan Ejaan serta Tanda Baca Sebagian besar siswa belum mampu memilih kata dan menggunakan ejaan serta tanda baca secara tepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa, sebagian besar siswa belum menggunakan kosakata yang bervariasi. Dalam hal ini, penguasaan kosakata yang dimiliki siswa terbatas seperti mengulang-ulang kata yang sama dalam satu kalimat. Siswa masih banyak mengulang kata seperti kalau, kemudian, dan, sehingga dan sebagainya. Hal ini, tidak berbeda jauh dengan aspek mekanik, sebagian besar siswa juga sering melakukan kesalahan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca seperti penulisan huruf kapital, kurang tanda koma, titik, penulisan kata yang salah misalnya kurang menuliskan satu huruf pada kata melaksanakan ditulis melasanakan, kata berhenti ditulis berenti, kata harta ditulis hata dan sebagainya. 4. Guru Kesulitan dalam Mengkondisikan Kelas Pada saat pembelajaran menulis berlangsung di kelas terlihat tidak kondusif. Berdasarkan pengamatan, pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berkaitan dengan materi menulis sebagian besar siswa tampak berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Terutama bagi mereka yang duduk di belakang dan beberapa siswa lainnya ada yang berteriak-teriak secara berlebihan apabila diminta menjawab pertanyaan dari guru yang bersangkutan. Hal ini sering mengakibatkan suasana kelas menjadi tidak kondusif dalam arti ramai atau gaduh, sehinggga guru seringkali tampak kesal atau marah. Berdasarkan perilaku siswa yang bersangkutan, guru harus menjelaskan materi secara berulang-ulang sampai siswa merasa paham dan mengerti. 5. Guru Belum Menemukan Metode yang Tepat untuk Mengajarkan Materi Menulis
Selama ini dalam mengajarkan materi mengarang pada siswa, guru cenderung menggunakan metode konvensional seperti metode ceramah dan tugas. Pada awal kegiatan belajar mengajar, guru menjelaskan tentang langkah-langkah menyusun karangan hingga mengembangkannya ke dalam beberapa alenia dengan cara mendekte siswa secara perlahan-lahan yang selanjutnya ditulis di papan tulis dan hal ini tentu saja membuat siswa menjadi lebih pasif serta malas berpikir. Setelah itu dilanjutkan dengan menulis karangan secara individual dan dikumpulkan tanpa adanya umpan balik yang dilakukan secara bersama-sama. Padahal tidak sedikit siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menulis karangan, terbukti hasil pekerjaan yang telah siswa kerjakan belum memuaskan. Berdasarkan survei awal tersebut, peneliti kemudian melakukan tukar pendapat dengan guru untuk menyamakan persepsi. Berdasarkan hasil tukar pendapat tersebut kemudian disepakati untuk pertemuan selanjutnya penelitian dilakukan pada hari selasa, 4 November 2008.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing terdiri atas 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 3 November 2008 di ruang guru SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Guru kelas V dan peneliti mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis, seperti yang telah dikemukakan pada deskripsi pratindakan bahwa kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura tergolong rendah. Kemudian, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Adapun pelaksanaannya akan dilakukan pada hari Selasa, 4 November 2008 dan Jumat, 7 November 2008. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru yang bersangkutan sepakat untuk merencanakan skenario pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang pengalamannya dalam menulis narasi. Selanjutnya guru menjelaskan mengenai halhal apa saja yang perlu diperhatikan ketika menulis narasi. b) guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. c) guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan menulis narasi dan sekaligus
memberikan
contoh
kerangka
karangan
beserta
pengembangannya. d) guru membentuk tim atau kelompok belajar yang beranggotakan 67 siswa kemudian memberikan kesempatan untuk menamai tim atau kelompoknya masing-masing. e) guru memberikan tugas kepada masing-masing tim untuk menyususn
kerangka
karangan
dan
mengembangkannya
berdasarkan tema yang telah disediakan. f) setiap anggota tim diminta untuk mengembangkan kerangka karangan ke dalam beberapa alinea. g) siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu tim. h) Setiap anggota tim menukarkan hasil pekerjaannya dengan tim lain dengan cara saling memeriksa, mengoreksi, dan memperbaiki kesalahan dalam tulisan. i) guru bersama siswa mengevaluasi dan menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 4 November 2008 dan Jumat, 7 November 2008 di ruang kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan disepakati bersama antara peneliti dan guru yang bersangkutan, pelaksanaan pembelajaran menulis narasi pada siklus I ini dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Adapun tugas peneliti sebagai partisipan pasif yang melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah sebagai berikut: a.
guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa tentang pengalamannya dalam menulis narasi misalnya: Apakah anak-anak pernah menulis narasi?; Hal-hal apa yang perlu diperhatikan ketika menulis narasi?
b.
guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c.
guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan menulis narasi dan sekaligus
memberikan
contoh
kerangka
karangan
beserta
pengembangannya. d.
guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa tim atau kelompok belajar yang beranggotakan 6-7 siswa kemudian memberikan kesempatan untuk menamai tim atau kelompoknya.
e.
guru memberikan tugas pada masing-masing tim untuk menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya berdasarkan tema yang telah disediakan.
f.
setiap anggota tim mengembangakan kerangka karangan yang telah disusun ke dalam beberapa alinea.
g.
siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu timnya.
h.
Setiap anggota tim menukarkan hasil pekerjaannya dengan tim lain dengan cara memeriksa, mengoreksi, dan memperbaiki kesalahan dalam tulisan.
i.
guru bersama siswa mengevaluasi dan menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya
kegiatan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.
c. Observasi dan Interpretasi Tindakan I Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura dengan materi keterampilan menulis narasi. Peneliti mengambil
posisi
di
belakang
kelas
agar
keberadaannya
tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pada pelaksanaan proses pembelajaran menulis narasi, guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan menulis narasi. Pada awal pembelajaran, guru membuka pelajaran bahasa Indonesia dengan mengucapkan salam. Setelah itu, guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan menanyakan pengalaman siswa dalam menulis narasi, misalnya : Apakah anak-anak pernah menulis narasi?; Hal-hal apa yang harus diperhatikan ketika menulis narasi?; Setelah itu, guru mengajarkan materi mengenai langkah-langkah menulis narasi adalah sebagai berikut : 1) menentukan tema yang yang akan dipilih; 2) menentukan judul; 3) menyusun kerangka karangan; dan 4) mengembangkan kerangka karangan ke dalam beberapa alenia. Selanjutnya guru memberikan contoh sebuah kerangka karangan beserta pengembangannya ke dalam beberapa alenia. Selain itu, guru juga menjelaskan pula mengenai pengorganisasian gagasan yang padu, penggunaan ejaan dan tanda baca yang kurang tepat dan sebagainya. Setelah guru selesai mengajarkan materi pembelajaran menulis narasi,
kemudian guru mengelompokkan siswa ke dalam tim atau kelompok belajar secara heterogen beranggotakan 6-7 anak sesuai dengan tingkat prestasi akademik yang berbeda-beda (berkemampuan tinggi, sedang dan rendah). Masing-masing
tim
yang
telah
terbentuk
tersebut
diberi
kesempatan untuk menamai timnya sesuai dengan kesepakatan. Sebagian besar mereka menamai timnya sesuai kesepakatan. Sebagian besar mereka menamai timnya dengan mengambil nama macam-macam bunga, seperti kelompok atau tim bunga garuda, mawar, melati, kamboja, kenanga, dan jemani. Setelah semua tim terbentuk guru meminta perwakilan dari anggota kelompok untuk mengambil secara acak satu lipatan kertas yang telah diberi nomer dan berisi tema yang berbeda-beda. Sehingga setiap kelompok mendapatkan tema yang berbeda-beda. Kemudian guru memerintahkan kepada masing-masing tim untuk menyusun kerangka karangan dan mengembangkan kerangka karangan ke dalam beberapa alinea berdasarkan tema yang telah disediakan oleh guru. Guru memantau dan memandu kegiatan tim atau kelompok dengan memberikan bimbingan dan pengarahan pada tim yang belum mengerti tentang tugas tersebut, kemudian guru meminta untuk mengumpulkan tugas tersebut. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran pertemuan pertama, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pada pertemuan kedua, guru membuka pelajaran bahasa Indonesia dengan mengucapkan salam. Setelah itu, guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Sebelum membuka pelajaran, guru mengulang materi pada pertemuan pertama, yakni mengulas kembali materi tentang langkah-langkah menulis narasi, hal-hal apa yang perlu diperhatikan ketika menulis narasi, dan sebagainya. Selain itu, guru juga bertanggung jawab tentang kesulitan siswa dalam menyusun kerangka karangan.
Kemudian guru membagikan tugas pertemuan yang lalu kepada masing-masing tim sesuai dengan nama tim yang telah terbentuk. Dalam kesempatan kali ini, guru meminta setiap tim untuk mendiskusikan kembali tugas yang telah mereka susun sesuai tugas pada pertemuan lalu. Selanjutnya
guru
menugasi
masing-masing
anggota
tim
untuk
mengembangkan kerangka karangan yang telah mereka susun ke dalam beberapa alinea ke dalam bentuk karangan yang utuh. Guru memantau dan memandu kegiatan tim dengan memberikan bimbingan dan pengarahan pada tim yang belum mengerti tentang tugas yang diberikan. Guru memotivasi tiap-tiap tim agar bekerja sama dan menjaga kekompakkan dalam kelompok. Setelah itu, guru menugasi siswa untuk berdiskusi dan saling mengoreksi hasil tulisan atau karangan teman satu timnya. Setiap tim menganalisis dan memperhatikan pengorganisasian gagasan, pemilihan kata, penggunaan ejaan dan tanda baca dalam karangan. Hal itu dilakukan agar siswa dapat menganalisis dan memperbaiki letak kesalahan yang telah diperbuat oleh masing-masing anggota tim dan sekaligus untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan masing-masing anggota tim dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya, masing-masing tim dapat menyempurnakan hasil kerjanya sesuai dengan saran atau masukan yang diberikan. Setelah itu, guru bersama siswa mengevaluasi dan merefleksi bersama hasil pembelajaran yang telah berlangsung pada hari itu. Pada akhir pembelajaran, guru menutup pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan salam. Dari hasil kegiatan tersebut diperoleh deskripsi tentang jalannya proses belajar mengajar (KBM) bahasa dan sastra Indonesia yang secara garis besar adalah sebagai berikut: 1)
Sebelum mengajar, guru telah membuat RPP yang akan dijadikan sebagai
pedoman
dalam
mengajar.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2)
Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran keterampilan menulis dengan benar, yakni dengan cara mengajar secara konseptual. Artinya, guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal pembelajaran, guru dengan jelas mengemukakan apa yang akan diajarkan hari itu kepada siswa, yaitu bagaimana langkah-langkah sebelum membuat karangan. Sebelum menyuruh
siswa
membuat
kerangka
karangan
dan
mengembangkannya, guru memberikan contoh sebuah kerangka karangan beserta pengembangannya ke dalam beberapa alinea, sekaligus memberikan penjelasan tentang pengorganisasian gagasan yang padu, penggunaan ejaan dan tanda baca. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakannya, yakni menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya ke dalam beberapa alinea. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar keterampilan menulis narasi, diperoleh gambaran tentang aktivitas dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut : 1)
Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebanyak 16 siswa atau sekitar 43%, sedangkan 21 siswa atau sekitar 57%
lainnya
tampak
mengobrol
dengan
temannya,
tidak
memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru, melamun, dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. 2)
Siswa yang terlibat aktif dalam tim atau kelompok selama pembelajaran menulis narasi berlangsung sebanyak 17 siswa atau sekitar 46%, sedangkan 20 siswa atau sekitar 54% lainnya lebih memilih berdiam diri atau pasif dalam kelompok.
3)
Siswa yang mau bekerja sama dan kompak dalam tim sebanyak 16 siswa atau sekitar 43%, sedangkan 21 siswa atau sekitar 57% lainnya
masih mendominasi tim dan bersikap egois seperti tidak mau membantu temannya yang kesulitan dalam menulis narasi. 4)
Siswa yang mengerjakan tugas menulis narasi yang diberikan oleh guru dengan serius dan sungguh-sungguh sebanyak 15 siswa atau sekitar 41% sedangkan 22 siswa atau sekitar 59% lainnya malas berpikir dan cenderung bersikap pasif dalam kelompok. Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang telihat dalam
kegiatan tindakan ini, yaitu : 1)
Dalam menyampaikan materi keterampilan menulis narasi, guru banyak memberikan penjelasan atau berceramah dan cenderung mendominasi kelas. Dengan kata lain, siswa kurang diberi kesempatan untuk tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dimengerti dari materi yang disampaikan.
2)
Guru tidak memberikan umpan balik kepada siswa tentang seberapa jauh tingkat pemahaman siswa setelah materi tersebut disampaikan.
3)
Guru kurang mampu mengkondisikan kelas, pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berkaitan dengan menulis narasi, sebagian besar siswa banyak yang mengobrol sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru, bahkan diantara mereka ada yang tidak mau mengerjakan tugas. Siswa yang bersangkutan lebih memilih mengobrol dengan teman sekelompoknya atau dengan anggota kelompok lain, bahkan mengganggu tim atau kelompok lain, sehingga suasana kelas tampak ramai dan gaduh.
4)
Guru belum bisa memantau kegiatan tim atau kelompok secara menyeluruh dan hanya tim-tim tertentu yang sering mendapatkan bimbingan dan pengarahan.
5)
Guru kurang memotivasi siswa agar bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi. Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa dapat diidentifikasi
beberapa kelemahan, ditemukan beberapa hal sebagai berikut :
1)
Pada
awal
pembelajaran
menulis
narasi,
kerja
sama
dan
kekompakkan antaranggota tim belum terlihat. Hanya 2 tim (12 siswa) atau sekitar 32% saja yang menunjukkan kekompakkan, sedangkan anggota tim lainnnya belum menunjukkan kekompakkan dalam timnya. 2)
Pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan narasi, terbukti saat mengerjakan tulisan narasi banyak siswa yang kurang percaya diri dan masih bertanya-tanya kepada teman satu kelompok atau kelompok lain. Selain itu mereka masih banyak melakukan kesalahan baik dari segi pengorganisasian gagasan maupun segi mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan). Hal ini dibuktikan dari segi hasil, hanya 14 siswa atau sekitar 38% yang mencapai batas ketuntasan, sedangkan 23 siswa tau sekitar 62% lainnya belum menunjukkan ketuntasan belajar.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1)
Guru tidak hanya di depan kelas, saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga harus sering memantau masing-masing anggota tim dengan memberikan bimbingan dan pengarahan secara menyeluruh tidak hanya kepada tim-tim tertentu saja.
2)
Guru hendaknya memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk bertanya jawab tentang hal-hal yang belum jelas dan dimengerti oleh siswa dari materi yang telah disampaikan.
3)
Untuk mengatasi siswa yang masih bingung dan kurang jelas dalam mengerjakan tugas, sebaiknya guru menjelaskan secara lebih mendetail tentang petunjuk-petunjuk dalam mengerjakan tugas tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
4)
Untuk mendorong siswa agar mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru, terlibat aktif dalam kelompok, dan mau
mengerjakan tugas secara serius dan sungguh-sungguh, sebaiknya guru memberikan hadiah kepada siswa, misalnya berupa nilai tambahan, ungkapan-ungkapan pujian seperti bagus sekali, baik sekali, pandai sekali atau pintar sekali, tepat sekali, ataupun dengan memberi nilai tambahan kepada kelompok. 5)
Untuk mengatasi masalah siswa yang bersikap egois dan tidak mau bekerja sama dalam tim, dapat diatasi dengan guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang tujuan dan keharusan bekerja sama dalam sebuah tim. Penjelasan ini dapat dilakukan dengan cara meminta setiap anggota tim agar selalu bekerja sama dan menjaga kekompakkan dalam tim.
6)
Dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi, guru bersamasama siswa selalu melakukan analisis dan evaluasi bersama untuk memperbaiki hasil tulisan atau karangan yang telah dibuat.
2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan II Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 November 2008 di ruang tamu kantor guru SDN Gumpang 1 Kartasura. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan selanjutnya, pada siklus II akan dilaksanakan hari Selasa, 11 November 2008. Kemudian peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan dalam siklus II kali ini berbeda dari siklus sebelumnya, yakni menggunakan bantuan media pembelajaran berupa gambar berseri. Dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan analisis hasil observasi terhadap proses pembelajaran menulis narasi yang dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan
kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran menulis narasi pada siklus I. Sebagai upaya mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya disepakati hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam mengerjakan materi menulis narasi siswa. Hal-hal tersebut meliputi: 1) Guru tidak hanya di depan kelas saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga harus memantau masing-masing anggota tim dengan memberikan bimbingan dan pengarahan secara menyeluruh tidak hanya pada tim-tim tertentu saja. 2) Untuk mengatasi masalah siswa yang bersikap egois dan tidak mau bekerja sama dalam tim, dapat diatasi dengan guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang tujuan dan keharusan bekerja sama dalam sebuah tim atau kelompok. Penjelasan ini dapat dilakukan dengan cara meminta setiap anggota tim agar selalu bekerja sama dan menjaga kekompakkan dalam tim. 3) Untuk mengatasi siswa yang malas dalam mengerjakan tugas, guru selalu memotivasi dan mendorong siswa dengan memberikan penghargaan berupa nilai tambahan, ungkapan-ungkapan pujian seperti bagus sekali, baik sekali, pandai sekali atau pintar sekali, tepat sekali, dan sebagainya. 4) Untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi, guru dan siswa selalu melakukan analisis dan evaluasi bersama untuk memperbaiki hasil tulisan yang telah dibuat. 5) Guru menggunakan bantuan media pembelajaran berupa gambar berseri yang telah diacak. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian siswa dalam menulis narasi. Adapun tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi (Selasa, 11 November 2008)
a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa berkaitan dengan topik yang
dikembangkan
dalam
menulis
narasi,
yaitu
tentang
bagaimana agar menghasilkan tulisan atau karangan yang baik, dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar tulisan itu jelas. b) Guru
menanyakan
kesulitan
yang dihadapi
siswa selama
pembelajaran menulis narasi yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. c) Siswa menyimak refleksi yang dilakukan guru terhadap hasil tulisan yang telah disusun oleh masing-masing kelompok pada pembelajaran yang lalu. d) Guru membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 6-7 siswa dan guru meminta siswa untuk segera berkumpul pada kelompoknya masing-masing. Kemudian guru memberi tugas untuk membuat sebuah karangan berdasarkan gambar berseri yang sudah diacak dan siswa diminta untuk mengurutkannya serta memberikan judul. Setiap kelompok mempunyai tema yang berbeda-beda. e) Guru memberikan contoh terlebih dahulu dengan menceritakan sebuah gambar berseri yang berjudul “Bermain Kembang Api” dan siswa diminta untuk bertanya apa yang belum dimengerti, setelah itu guru meminta siswa untuk segera mengerjakan tugas yang telah diberikan. f) Siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman satu timnya dengan cara saling berdiskusi, memeriksa, dan mengoreksi karangan yang telah dibuat. g) Guru dan siswa mendiskusikan kesimpulan terhadap hasil pembelajaran pada pertemuan kali ini. 2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP). 3) Peneliti dan guru menyiapkan media pembelajaran berupa gambar berseri yang telah diacak yang nantinya siswa diminta untuk mengurutkannya dan memberikan judul.
4) Peneliti dan guru menyiapkan rubrik penilaian siswa yang didasarkan pada aspek-aspek penilaian karangan, yakni aspek isi karangan, organisasi gagasan, kosa kata, penggunaan bahasa, dan mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan). 5) Peneliti dan guru menyusun pedoman observasi untuk mengamati keaktifan, kerja sama, kekompakkan, dan sikap siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan II ini dilaksanakan pada hari Selasa, 11 November 2008 di ruang kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus II ini, pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Guru memberikan apersepsi, yakni menggali pengetahuan awal siswa dengan bertanya jawab kepada siswa tentang bagaimana agar menghasilkan tulisan atau karangan yang baik, dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar tulisan itu jelas dan sebagainya. 2) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran menulis narasi yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. 3) Siswa menyimak refleksi yang dilakukan guru terhadap hasil tulisan yang telah disusun oleh masing-masing kelompok pada pembelajaran yang lalu. 4) Guru membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 6-7 siswa dan guru meminta siswa untuk segera berkumpul pada kelompoknya masing-masing. Kemudian guru memberi tugas untuk membuat sebuah karangan berdasarkan gambar berseri yang sudah diacak dan siswa
diminta untuk mengurutkannya serta memberikan judul. Setiap kelompok mempunyai tema yang berbeda-beda. 5) Guru memberikan contoh terlebih dahulu dengan menceritakan sebuah gambar berseri yang berjudul “Bermain Kembang Api” dan siswa diminta untuk bertanya apa yang belum dimengerti, setelah itu guru meminta siswa untuk segera mengerjakan tugas yang telah diberikan. 6) Siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman satu timnya dengan cara saling berdiskusi, memeriksa, dan mengoreksi karangan yang telah dibuat. 7) Guru
dan
siswa
mendiskusikan
kesimpulan
terhadap
hasil
pembelajaran pada pertemuan kali ini. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya proses pembelajaran menulis narasi yang berlangsung.
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati proses pembelajaran menulis narasi di ruang kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Peneliti mengambil posisi di belakang kelas agar keberadaannya tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mendeskripsikan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah dapat teratasi atau belum. Pada pelaksanaan proses pembelajaran, guru memberikan apersepsi dan menyegarkan ingatan siswa mengenai penjelasan teori pada pertemuan yang lalu. Setelah itu, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai hal-hal apa saja yang mereka ketahui agar sebuah tulisan atau karangan itu mudah dipahami oleh pembaca. Sebagian besar siswa menjawab, yakni tulisannya rapi dan dapat dibaca. Selanjutnya, guru mengelompokkan siswa yang terdiri dari 6-7 siswa dan guru meminta
siswa untuk segera berkumpul pada kelompoknya masing-masing sesuai anggota pada siklus I. Setelah semua tim terbentuk, guru membagikan gambar berseri sebagai media pembelajaran menulis narasi. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian dan membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dengan ditampilkannya gambar berseri siswa akan belajar berpikir logis mengenai hubungan sebab akibat, serta kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain yang mengikutinya. Guru memberikan tugas individual kepada siswa untuk membuat sebuah karangan berdasarkan gambar berseri yang telah diacak dan siswa diminta untuk mengurutkan dan memberikan judul. Dari setiap kelompok mempunyai tema yang berbeda-beda. Ketika guru memantau kegiatan tiap-tiap tim, guru tersebut menemukan beberapa siswa yang malas mengerjakan tugas, bahkan ada diantara mereka yang tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Kemudian, guru tersebut memberikan peringatan berupa teguran kepada siswa dengan cara mendekati dan memberikan penjelasan kepada siswa tentang pentingnya mengerjakan tugas tersebut. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru memantau tiaptiap tim untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada tim yang belum
mengerti
tentang
tugas
yang
diberikan.
Guru
selalu
memperingatkan masing-masing tim agar memberikan bantuan bagi anggota timnya yang mengalami kesulitan dalam menulis narasi. Setelah semua anggota tim menyelesaikan tugas tersebut, guru meminta siswa untuk menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman satu timnya dengan cara berdiskusi, memeriksa, dan saling mengoreksi tulisan yang telah mereka buat. Setelah itu, guru mengumumkan kepada semua tim bahwa kegiatan mengarang yang telah mereka lakukan telah berakhir. Guru pun berterima kasih kepada semua tim yang sudah mengerjakan tugas dengan baik dan meminta siswa agar selalu berlatih menulis narasi supaya mereka bisa
menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung serta menutup pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan salam. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar menulis narasi, diperoleh gambaran tentang aktivitas dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut: 1) Siswa aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebanyak 22 siswa atau sekitar 60%, sedangkan 15 siswa atau sekitar 40% lainnya sesekali mengobrol dengan temannya, tidak memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Menurut keterangan yang diperoleh siswa, mereka tampak bosan dan jenuh dalam pembelajaran menulis narasi karena harus menulis secara terus-menerus. 2) Siswa yang terlibat aktif dalam tim atau kelompok selama pembelajaran menulis narasi berlangsung sebanyak 25 siswa atau sekitar 68%, sedangkan 12 siswa atau sekitar 32% lainnya melamun, bersikap pasif atau diam, bermain alat tulis, mengantuk dan sebagainya. 3) Siswa yang mau bekerja sama dan kompak dalam kelompok sebanyak 23 siswa atau sekitar 62%, sedangkan 14 siswa atau sekitar 38% lainnya masih mendominasi kelompok, dan bersikap egois seperti tidak mau membantu anggota kelompoknya yang kesulitan dalam menulis narasi. 4) Siswa yang mengerjakan tugas menulis narasi yang diberikan oleh guru dengan serius dan sungguh-sungguh sebanyak 24 siswa atau sekitar 65%, sedangkan 13 siswa atau sekitar 35% lainnya malas berpikir dan cenderung pasif dalam kelompok. Beberapa kelemahan yang dimiliki guru yang terlihat dalam kegiatan tindakan ini, yaitu:
Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab mengenai
kesulitan-kesulitan
yang
mereka
hadapi
selama
pembelajaran menulis narasi berlangsung. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas. Guru kurang memberikan peringatan dan teguran bagi siswa yang mengobrol
dengan
teman
kelompoknya,
tidak
memperhatikan
penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, melamun, mengantuk, dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa dapat diidentifikasi beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut : 1) Kerja sama dan kekompakkan dalam tim belum maksimal, masih ada beberapa siswa yang bersikap egois dan mendominasi kelompok. 2) Pada umumnya, berdasarkan hasil pekerjaan siswa didapat 21 siswa atau sekitar 57 % siswa yang sudah mampu menulis narasi dengan cukup baik dan mencapai batas ketuntasan belajar. Akan tetapi 16 siswa atau sekitar 43% siswa masih perlu perbaikan.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut : 1) Untuk mengatasi masalah siswa yang bersikap egois dan tidak mau bekerja sama dalam tim, guru memberikan penjelasan tentang pentingnya kerja sama dan kekompakkan dalam sebuah tim. 2) Untuk mengatasi masalah siswa yang malas dan bosan mengerjakan tugas menulis narasi, sebaiknya guru memberikan peringatan berupa teguran dengan cara mendekati dan menanyakan alasan mereka. 3) Guru memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran menulis berlangsung, tidak hanya pada pertemuan yang lalu. 4) Guru menyediakan waktu yang cukup bagi siswa yang berkeinginan tampil membacakan hasil tulisan mereka di depan kelas.
3. Siklus III a. Perencanaan Tindakan III Pada hari Kamis, 13 November 2008 di ruang tamu kantor guru SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, peneliti dan guru yang bersangkutan mengadakan diskusi. Dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan analisis hasil observasi terhadap proses pembelajaran menulis narasi yang dilaksanakan pada siklus II. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran menulis narasi pada siklus II. Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti dan guru mengambil keputusan sebagai berikut : 1) Untuk mengatasi masalah siswa yang bersikap egois dan tidak mau bekerja sama dalam tim, guru memberikan penjelasan tentang pentingnya kerja sama dan kekompakan dalam tim.
2) Untuk mengatasi masalah siswa yang malas dan bosan mengerjakan tugas menulis narasi, sebaiknya guru memberikan peringatan berupa teguran dengan cara mendekati dan menanyakan alasan mereka. 3) Guru memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran menulis narasi berlangsung. 4) Guru menyedikan waktu yang cukup bagi siswa yang berkeinginan tampil membacakan hasil karangannya di depan kelas. Adapun tahap perencanaan tindakan III meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Guru memberikan apersepsi mengenai ciri-ciri tulisan yang baik dan jelas. b. Guru
menanyakan
kesulitan
yang
dihadapi
menyelesaikan tugas pada pembelajaran yang lalu.
siswa
dalam
c. Siswa menyimak refleksi yang dilakukan guru terhadap
hasil
karangan yang telah disusun oleh masing -masing kelompok pada pembelajaran yang lalu. d. Guru memberikan hadiah pada siswa yang berprestasi dalam hal penulisan narasi. e. Guru membentuk kelompok yang masing masing terdiri dari 6-7 siswa dan guru meminta siswa untuk segera berkumpul pada kelompoknya masing-masing. f. Guru memberikan contoh dengan menceritakan pengalaman yang paling berkesan. g. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menceritakan pengalamannya yang paling berkesan dalam bentuk karangan dengan topik bebas. h. Setiap anggota tim menukarkan hasil kerjanya dengan teman satu timnya dengan cara menganalisis hasil tulisan, kemudian menyempurnakan hasil kerjanya. i. Guru meminta siswa secara sukarela untuk menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas. j. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis narasi. 3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan III Tindakan III dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Jumat, 14 November 2008 di ruang kelas V SD Negeri Gumpang 1
Kartasura. Pada pelaksanaan tindakan III dilaksanakan selama 2x35 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus III ini, pembelajaran dilakukan oleh guru kelas,
sedangkan
peneliti
melakukan
observasi
terhadap
proses
pembelajaran menulis narasi yang berlangsung. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Guru memberikan apersepsi mengenai ciri-ciri tulisan yang baik dan jelas. 2) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan tugas pada pembelajaran yang lalu. 3) Siswa menyimak refleksi yang dilakukan guru terhadap hasil karangan yang telah disusun oleh masing -masing kelompok pada pembelajaran yang lalu. 4) Guru memberikan hadiah pada siswa yang berprestasi dalam hal penulisan narasi. 5) Guru membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 6-7 siswa dan meminta siswa untuk berkumpul pada kelompoknya masingmasing. 6) Guru memberikan contoh dengan menceritakan pengalaman yang paling berkesan. 7) Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
untuk
menceritakan
pengalamannya yang paling berkesan dalam bentuk karangan dengan topik bebas. 8) Setiap anggota tim menukarkan hasil kerjanya dengan teman satu timnya
dengan
cara
menganalisis
hasil
tulisan,
kemudian
menyempurnakan hasil kerjanya. 9) Guru meminta siswa secara sukarela untuk menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas. 10) Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung.
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati proses pembelajaran menulis narasi di ruang kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Peneliti mengambil posisi di belakang kelas agar keberadaannya tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Kegiatan observasi ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus II sudah dapat teratasi atau belum. Pada pelaksanaan tindakan III ini, Jumat 14 November 2008, proses pembelajaran menulis narasi tersebut dilaksanakan selama satu kali pertemuan yang berlangsung selama 2x35 menit. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menjadi partisipan pasif yang duduk di kursi paling belakang. Pada pelaksanaan proses pembelajaran menulis narasi tersebut, guru membuka pelajaran bahasa Indonesia dengan berdoa kemudian guru melakukan presensi kepada siswa untuk mengetahui ada tidaknya siswa yang tidak masuk sekolah. Sebelum guru memulai pelajaran, guru terlebih dahulu menanyakan kabar atau keadaan siswa pada hari itu. Setelah itu, guru memberikan apersepsi dan menyegarkan kembali ingatan siswa mengenai penjelasan teori pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya guru memberikan hadiah berupa alat tulis kepada 3 orang siswa yang telah menuliskan tugas siklus II dengan baik. Siswa terlihat antusias menantikan penerimaan hadiah kecil ini. Dalam kesempatan pemberian hadiah tersebut guru menyisipkan pesan agar siswa menulis narasi yang baik, supaya mendapatkan penghargaan walaupun hanya sekedar pujian dari guru dan orang tua. Guru juga menasehati siswa agar lebih teliti dalam menulis, hal ini dimaksudkan supaya siswa tidak mengulangi kesalahan penulisan lagi dalam menulis. Selanjutnya guru mengelompokkan siswa secara heterogen sesuai dengan anggota timnya pada siklus sebelumnya. Setelah semua tim terbentuk, guru terlebih dahulu memberikan contoh dengan menceritakan pengalaman yang paling berkesan. Setelah itu, guru memberikan tugas
individual kepada siswa yakni menceritakan pengalaman yang paling berkesan ke dalam bentuk karangan dengan topik bebas. Pada saat kegiatan berlangsung, guru menginformasikan kepada setiap tim bahwa kegiatan menulis narasi yang mereka lakukan pada hari itu sebagai pertemuan terakhir. Sehingga guru memperingatkan setiap anggota tim agar mengerjakan tugas tersebut dengan serius dan sungguhsungguh. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru memantau siswa dengan berjalan mengelilingi tiap-tiap tim untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada tim yang masih memerlukan bantuan serta menegur siswa yang malas mengerjakan tugas dengan cara mendekati mereka dan memberikan penjelasan tentang pentingnya tugas tersebut. Setelah waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas berakhir, guru menugasi siswa untuk menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman satu timnya dengan cara saling berdiskusi, memeriksa, dan mengoreksi tulisan yang telah mereka buat. Kemudian, guru meminta kepada siswa yang memiliki keterampilan menulis narasi tinggi untuk membantu anggota timnya yang kesulitan dalam menulis narasi. Pada saat siswa bekerja dalam tim, guru berkeliling dalam kelas, sambil memberikan pujian kepada tim yang bekerja dengan baik dan secara bergantian guru duduk bersama dalam setiap tim untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota tim itu bekerja. Untuk mengetahui hasil diskusi mereka, guru meminta siswa secara sukarela untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas, sedangkan bagi siswa yang tidak tampil mendapatkan tugas untuk memberikan tanggapan, masukan, saran maupun kritik terhadap hasil tulisan temannya. Selanjutnya, guru meminta semua anggota tim unutk memberikan tepuk tangan pada siswa yang telah tampil secara sukarela. Setelah itu, guru mengumumkan kepada semua tim bahwa kegiatan menulis narasi yang telah mereka lakukan telah berakhir. Guru pun berterima kasih kepada semua tim yang sudah mengerjakan tugas dengan
baik dan meminta siswa agar selalu berlatih menulis narasi supaya mereka bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung serta menutup pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan salam. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar menulis narasi, diperoleh gambaran tentang aktivitas dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut : 1) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebanyak 31 siswa atau sekitar 84%, sedangkan 6 siswa atau sekitar 16%
lainnya
sesekali
berbicara
dengan
temannya,
tidak
memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Menurut keterangan yang diperoleh siswa, mereka tampak bosan dan jenuh dalam pembelajaran menulis narasi karena harus menulis secara terus-menerus. 2) Siswa yang terlibat akkif dalam tim atau kelompok selama pembelajaran menulis narasi berlangsung sebanyak 30 siswa atau sekitar 81%, sedangkan 7 siswa atau sekitar 19% lainnya melamun, bersikap pasif atau diam dan sebagainya. 3) Siswa yang mau bekerja sama dan kompak dalam kelompok sebanyak 29 siswa atau sekitar 78%, sedangkan 8 siswa atau sekitar 22% lainnya masih mendominasi kelompok, dan bersikap egois seperti tidak mau membantu anggota timnya yang kesulitan dalam menulis narasi. 4) Siswa yang mengerjakan tugas menulis narasi yang diberikan oleh guru dengan serius dan sungguh-sungguh sebanyak 30 siswa atau sekitar 81%, sedangkan 7 siswa atau sekitar 19% lainnnya malas berpikir dan cenderung bersikap pasif dalam kelompok. Kelemahan yang dimiliki oleh guru pada tindakan kesatu dan kedua sudah mampu teratasi dengan baik pada tindakan III. Secara keseluruhan guru sudah mampu mengelola kelas dengan baik sehinggga tidak ditemukan kelemahan guru pada pelaksanaannya.
Adapun hasil penilaian keterampilan menulis narasi siswa berdasarkan penilaian terhadap aspek-aspek menulis yang mencakup aspek isi karangan, organisasi gagasan, penggunaan bahasa, dan aspek mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan) dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 69 sebanyak 30 siswa atau sekitar 81%, sedangkan 7 siswa atau sekitar 19% belum menncapai batas ketuntasan.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan III Proses belajar mengajar menulis narasi dengan menerapkan pendekatan kontekstual di kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura pada siklus III dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II telah dapat teratasi. Guru berhasil memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib dan penuh semangat. Guru sudah mampu mengatasi kesalahan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar tanpa membuat siswa merasa direndahkan. Banyak siswa yang sudah mau mengerjakan tugas yang diberikan secara serius dan sungguh-sungguh. Beberapa siswa yang pada awalnya bersikap egois dan mendominasi kelompok, akhirnya sedikit demi sedikit dapat menghilangkan sikap itu dan mereka menyadari arti pentingnya kerja sama dan kekompakan dalam sebuah tim. Secara keseluruhan, proses pembelajaran menulis narasi berjalan dengan baik dan lancar. Peningkatan indikator-indikator ini dapat dilihat dari nilai perolehan siswa dalam rubrik penilaian hasil menulis yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III, sedangkan indikator peningkatan hasil belajar yang telah diraih setiap anggota kelompoknya. Secara keseluruhan, prestasi setiap tim atau kelompok sudah dikategorikan cukup baik.
C. Pembahasan Berdasarkan perumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan tindakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, serta paparan hasil penelitian yang meliputi peningkatan proses keterampilan menulis narasi dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura dan peningkatan hasil keterampilan menulis narasi dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Berdasarkan hasil pengamatan tindakan I, II, dan III dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan pembelajaran (baik proses maupun hasil) menulis narasi dengan menerapkan pendekatan kontekstual dari siklus I sampai dengan siklus III. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5 : Persentase Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran No
1.
Kegiatan Siswa
Keaktifan
siswa
selama
Persentase
pembelajaran
Siklus
Siklus
Siklus
I
II
III
43%
60%
84%
menulis narasi 2.
Keaktifan siswa dalam kelompok
46%
68%
81%
3.
Kerja sama dan kekompakkan siswa dalam
43%
62%
78%
41%
65%
81%
38%
57%
81%
tim atau kelompok 4.
Siswa yang mengerjakan tugas menulis narasi dengan serius dan sungguh-sungguh
5.
Ketuntasan siswa
hasil
dalam
belajar
menulis
(keterampilan
narasi)
dengan
memperhatikan aspek-aspek menulis yang mencakup isi dan organisasi gagasan,
penggunaan kosa kata, penggunaan bahasa dan aspek mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tuliasan.
Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research) ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu : (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap observasi dan interpretasi ; dan (4) tahap analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil survei ini, peneliti menemukan bahwa kualitas pembelajaran menulis narasi di kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura masih tergolong rendah. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran menulis narasi. Selanjutnya, peneliti dan guru kelas V menyusun rencana pembelajaran guna melaksanakan siklus I. Siklus pertama ini mendeskripsikan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Ternyata masih terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan dalam pelaksanaannya. Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang ada selama proses pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Selama pelaksanaan siklus II ini juga terdapat sedikit kelemahan. Kemudian, kelemahan pada siklus II ini diatasi dengan melaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada siklus III.
Selain itu, siklus III merupakan siklus yang menguatkan hasil siklus I dan siklus II bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan penerapan pendekatan kontekstual yang mampu mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan siswa dapat terkembangkan dengan baik yang berakibat pada meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik di kelas. Pendekatan kontekstual juga sebagai salah satu metode alternatif bagi guru untuk menarik perhatian siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi. Keberhasilan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi dapat dilihat dari indikatorindikator sebagai berikut :
1. Dengan adanya pembentukan tim atau kelompok belajar, siswa saling berinteraksi dan berdiskusi untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa tim, masing-masing terdiri 6-7 anggota. Setiap anggota tim yang memiliki kemampuan menulis narasi tinggi diharapkan menjadi seorang asisten yang dapat memberikan bantuannya kepada anggota timnya yang mengalami kesulitan dalam menulis narasi. Dalam hal ini, masing-masing anggota tim harus saling memahami dan mengetahui siapa anggota timnya yang masih memerlukan bantuan. Hal ini mengacu pada pendapat bahwa ada rasa tanggung jawab dan kerja sama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima (Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, 2003:48).
2. Siswa termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi. Pada awalnya, pembelajaran yang dilakukan di kelas membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Hal ini terjadi akibat metode yang digunakan guru selama proses belajar mengajar berlangsung cenderung konvensional. Dalam hal ini, guru memberikan banyak penjelasan yang menitikberatkan pada aspek kognitif kemudian dilanjutkan dengan menulis narasi secara individual. Dengan metode yang kurang bervariasi tersebut, siswa menjadi tidak bersemangat dan kurang termotivasi mengikuti pembelajaran. Setelah diterapkannya pendekatan kontekstual, sedikit demi sedikit siswa mulai tertarik mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan dan kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 3. Siswa belajar secara berkelompok dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa Dengan adanya praktik mengarang secara berkelompok akan memudahkan siswa dalam berpikir karena mereka dapat saling bertukar ide atau gagasan, bertanya jawab mengenai kesulitan-kesulitan yang mereka alami selama kegiatan menulis narasi berlangsung. Siswa diajak untuk bekerja sama dan saling berdiskusi dengan cara mengoreksi, memeriksa dan memperbaiki hasil tulisan dengan teman satu timnya. Dari kegiatan inilah, siswa terlibat secara aktif baik itu dalam kegiatan kelompok maupun dalam proses belajar mengajar berlangsung. Semua anggota kelompok harus memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok, karena kerja sama dengan orang lain akan menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri. 4. Keterampilan menulis siswa meningkat Dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis narasi, keterampilan menulis siswa dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada awal kegiatan survei, perolehan nilai siswa tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai pada kegiatan pratindakan hanya 8 siswa atau sekitar 22% yang mencapai batas ketuntasan belajar. Setelah diterapkannnya pendekatan kontekstual, keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan dari masing-masing siklus. Dalam hal ini, ketuntasan hasil belajar siswa telah memenuhi aspek-aspek menulis yang mencakup isi dan organisasi gagasan, enggunaan kosa kata, penggunaan bahasa, dan aspek mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan).
Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai dari setiap siklus. Siswa yang telah mencapai batas ketuntasan pada siklus I, yaitu yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 69 sebanyak 14 siswa atau sekitar 38%, sedangkan 23 siswa belum mencapai batas ketuntasan. Kemudian pada siklus II, persentase kemampuan siswa dalam
menulis narasi mengalami
peningkatan, yaitu 57 % (21 siswa). Peningkatan yang cukup signifikan terjadi dari siklus II ke siklus III yakni mencapai 81% atau berjumlah 30 siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Secara singkat simpulan hasil penelitian yakni terdapat peningkatan kualitas pembelajaran baik itu proses maupun hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terjadi setelah guru dan peneliti melakukan beberapa upaya peningkatan pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual, antara lain sebagai berikut : 1. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I sebanyak 16 siswa atau sekitar 43%, kemudian meningkat ke siklus II menjadi 22 siswa atau sekitar 60% dan pada siklus III mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mencapai 31 siswa atau sekitar 84%. 2. Kerja sama dan kekompakkan siswa dalam tim atau kelompok mengalami peningkatan dalam setiap siklus. Pada siklus I sebanyak 16 siswa atau sekitar 43%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 23 siswa atau sekitar 62%, dan siklus III mencapai peningkatan yang mencapai 29 siswa atau sekitar 78%. 3. Siswa yang mengerjakan tugas menulis narasi dengan serius dan sungguhsungguh mengalami peningkatan dalam setiap siklus. Pada siklus I sebanyak 15 siswa atau sekitar 41%, kemudian siklus II meningkat sebanyak 24 siswa atau sekitar 65%, dan pada siklus III mengalami peningkatan yang mencapai 30 siswa atau sekitar 81%. Adapun peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan hasil belajar dalam pembelajaran menulis narasi, yaitu sebagai berikut :
1. Keterampilan menulis narasi siswa pada siklus III berdasarkan penilaian terhadap aspek-aspek menulis mencakup aspek isi karangan, organisasi gagasan, penggunaan kosa kata, penggunaan bahasa, dan aspek mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan) dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 69 sebanyak 30 siswa atau sekitar 81%. 2. Keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I yang semula mencapai 14 siswa atau sekitar 38%, kemudian terjadi peningkatan 21 siswa atau sekitar 57% pada siklus II. Berdasarkan paparan di atas, peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran sebenarnya diiringi pula dengan pengoptimalan tindakan yang dilakukan secara efektif sebagai berikut : Memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan cara saling mengoreksi, memeriksa hasil tulisan teman dalam satu kelompoknya. Memantau dan mengamati kegiatan tiap-tiap tim secara menyeluruh dengan memberikan bimbingan atau pengarahan kepada setiap anggota tim yang memerlukan bantuan. Memberikan penghargaan berupa ungkapan pujian, nilai tambahan, dan hadiah kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi maupun bagi tim-tim yang aktif dan berprestasi. Setelah melakukan aplikasi pendekatan, observasi proses, evaluasi hasil dan refleksi perilaku pembelajaran sebanyak 3 siklus, penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis narasi dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi.
B. Implikasi Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari guru, siswa, dan lingkungan belajar. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyajikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Faktor dari pihak siswa yaitu motivasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Faktor lingkungan yaitu terciptanya situasi belajar yang kondusif sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam memahami apa yang mereka pelajari. Berpijak dari hal di atas, maka perlunya terjalin kerja sama yang baik antara guru dan siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat meningkat. Kemampuan yang dimiliki guru baik itu dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan mempengaruhi proses pembelajaran tersebut berhasil dengan baik atau sebaliknya. Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki motivasi dan terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa penerapan pendekatan kontekstual terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, dalam hal (1) kemampuan mengorganisasikan gagasan secara runtut dan padu, (2)
pemilihan kata (diksi) secara tepat, (3) penggunaan kosa kata yang bervariatif, dan (4) teknik penulisan yang sesuai dengan ejaan, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan pendekatan kontekstual sebagai salah satu metode pembelajaran yang inovatif. Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis narasi terbukti mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa dilatih untuk mengkonstruksi dan menemukan pengetahuan dan pengalaman siswa sendiri. Dari kegiatan tersebut, siswa dapat menemukan dan menyadari kekurangannya sendiri, kemudian memperbaikinya agar tidak mengulangi lagi kesalahan dalam penulisan. Melalui penerapan pendekatan kontekstual tersebut siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru namun sudah berpindah pada siswa. Adapun
kelemahan
penerapan
pendekatan
kontekstual
di
dalam
pembelajaran ini, yakni kurangnya kesadaran siswa untuk menjaga suasana tenang di dalam kelompok. Sebab masih terdapat beberapa kelompok yang anggotanya gaduh dan mengganggu kelompok lain, sehingga siswa membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan tindakan pada siklus I, II, dan III, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi baik proses maupun hasil. Peningkatan dari segi proses dapat dilihat dari minat, keaktifan, motivasi, dan kerja sama siswa dalam pembelajaran. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai unjuk kerja siswa dari siklus I - siklus III.
c. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti mengajukan saran kepada beberapa pihak berikut ini: 1. Bagi Siswa a. Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar secara aktif dengan menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan belum dimengerti dari penyampaian materi yang telah guru berikan. b. Siswa banyak berlatih menulis narasi untuk menuangkan ide atau gagasannya secara runtut dan padu sehingga sedikit demi sedikit siswa dapat menghasilkan tulisan yang baik. c. Kegiatan belajar kelompok setiap anggota tim tidak bersikap egois atau mendominasi kelompok dan diharapkan dapat bekerja sama dan saling berdiskusi untuk menuntaskan tugas yang diberikan. 2. Bagi Guru a. Guru memilih metode pembelajaran yang dapat memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran. b. Guru dapat meningkatkan kinerjanya secara profesional baik itu dalam hal pengembangan dan penyampaian bahan ajar atau materi yang akan diberikan maupun dalam pengelolaan kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukan sedikit demi sedikit akan mengalami peningkatan. Selain itu, guru hendaknya membuka diri untuk menerima berbagai masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih
meningkatkan
kinerja
dan
menumbuhkan
sikap
profesionalisme yang ada pada dirinya. 3. Bagi Sekolah a. Memberi kesempatan dan memotivasi guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan kinerjanya secara profesional dengan cara mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar pendidikan, diklat, dan sebagainya.
b. Menyediakan
sarana
yang
dapat
mendukung
kegiatan
pembelajaran agar dapat berjalan secara optimal. 4. Bagi Peneliti dan Pembaca Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan diharapkan agar dapat menerapkan atau mengaplikasikan teori yang telah diperoleh dengan melakukan penelitian langsung di sekolah, yakni berkolaborasi dengan guru untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran di kelas dan sekaligus memberikan solusi bagi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Ari Kusmiatun. 2005. “ Harmoni Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual dalam Pembelajaran Menulis”. Menuju Budaya Menulis (Suatu Bunga Rampai). Yogyakarta: Tiara Wacana. Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Brooks, Arthur dan Peter Grundy. 1991. Writing for Study Purposes. New York: Cambridge University Press. Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. White Plains NY 10606: Addisson Wesley Longman, Inc. Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar; Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar (SD) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gino, dkk. 1995. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press. Gorys Keraf. 2003. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Helpian Purnama. 2007. Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah, Metamorfosis Ulat Menjadi Kepompong dalam http: // www. asepmuhsin. wordpress. com/ 2007/ 09/. Diakses tanggal 22 Januari 2008. Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Johnson, Elaine.B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center. Jos Daniel Parera. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga. Khaerudin Kurniawan. 2006. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut dalam http: // www. ialf. edu/ kipbipa/ papers/ khaerudinkurniawan. doc. diakses tanggal 4 Agustus 2008. Lamuddin Finoza. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
83
Mohammad Ali Mochtar. 2003. Pendekatan Kontekstual. Dalam http: //www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Singkawang&id= 30499. Diakeses pada tanggal 19 Januari 2008 pukul 09.30 WIB. Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rochiati Wiriatmaja. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Bandung: Remaja Rosdakarya. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura Ridwan. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sarwiji Suwandi. 2004. Materi Perkuliahan Menyimak, tidak dipublikasikan. .2005. Bahasa dan Notasi dalam Karya Tulis Ilmiah. (Materi Perkuliahan mata kuliah Menulis Ilmiah), tidak dipublikasikan. Soedomo Hadi. 2005. Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta: LPP dan UNS Press. Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sunarno. 2007. Jenis Karangan dalam http: // sunarno 5. wordpress. com/ 2007/ 12/ 06/ jenis- karangan/. Diakses tanggal 22 Agustus 2008. Suyitno dan Purwadi. 1999. Dasar-dasar Komposisi. Surakarta: UNS Press. Syarkawi. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia dalam http: //www. one. indoskripsi. com/ click/ 2338/ 0-56k. Diakses tanggal 4 Agustus 2008. Wagiran. 2005. “ Implementasi Life Skill dalam Pembelajaran Menulis”. Menuju Budaya Menulis (Suatu Bunga Rampai). Yogyakarta: Tiara Wacana. Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Press. Yant Mujiyanto, dkk. 2000. Buku Pegangan Kuliah FKIP Puspa Ragam Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.
79
Lampiran 1.1 Perangkat Pembelajaran STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SEKOLAH DASAR Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2008/2009 Semester I No. 1.
Standar Kompetensi Mendengarkan 1.Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
2.
Berbicara 2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara
3.
Membaca 3.Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membacacepat 75 kata/menit, dan membaca puisi.
4.
Menulis 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.
Kompetensi Dasar 1.1 Menanggapi penjelasan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya. 2.1 Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. 2.2 Menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar. 2.3 Berwawancara sederhana dengan narasumber ( petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. 3.1 Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat. 3.2 Menemukan gagasan utama suatu teka yang dibaca dengan kecepatan 75 kata/menit. 3.3 Membaca puisi dengan lafal, dan intonasi yang tepat. 4.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. 4.2 Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dll.) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan ejaan. 4.3 Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya.
Lampiran 1. 2 Lembar Penilaian Hasil Menulis Siswa LEMBAR PENILAIAN HASIL MENULIS SISWA Siklus I/II/III : Aspek Skor yang dinilai 27 – 30
22 - 26 I S I
17 – 21
13 – 16 18 – 20 O R G A N I S A S I
14 – 17
10 – 13
7–9
18 – 20 K O S A K A T A
14 – 17
10 – 13
Kriteria
SANGAT BAIK – SEMPURNA: tema/ide cerita kreatif/segar*pengembangan tema kreatif*pengembangan ide tuntas*isi lagu dikembangkan dengan baik*substansif. CUKUP – BAIK: tema/ide cerita cukup kreatif/segar* pengembangan tema cukup*pengembangan ide terbatas* isi lagu dikembangkan tetapi tidak lengkap*substansi kurang. SEDANG - CUKUP: tema/ide cerita terbatas* informasi terbatas*pengembangantema tidak cukup*pengembangan ide kurang* isi lagu tidak dikembangkan*substansi tidak cukup. SANGAT KURANG: Tema tidak jelas*tema tidak berkembang* ide mandeg. *tidak ada substansi. SANGAT BAIK – SEMPURNA: gagasan diungkapkan dengan jelas* padat* tertata dengan baik* urutan logis*ada kohesif dan koheren. CUKUP – BAIK: pengungkapan gagasan kurang lancar* gagasan kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat* bahan pendukung terbatas*urutan logis tetapi tidak lengkap* cukup kohesif dan koheren. SEDANG – CUKUP: pengungkapan gagasan tidak lancar* gagasan kacau, terpotong-potong atau melompat-lompat* urutan logis tetapi lengkap* kurang kohesif dan koheren. SANGAT KURANG: pengungkapan gagasan tidak komunikatif *gagasan tidak terorganisasi*tidak kohesif dan koheren serta tidak layak nilai. SANGAT BAIK – SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata sangat baik*pilihan kata dan ungkapan tepat*menguasai pembentukan kata. CUKUP – BAIK: pemanfaatan potensi kata cukup baik* pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata. SEDANG – CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.
P E N G B A H A S A
7–9
SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata sangat terbatas*sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna*tidak menguasai pembentukan kata*pengetahuan tentang kosa kata rendah* tak layak nilai.
22 – 25
SANGAT BAIK – SEMPURNA: konstruksi kalimat lengkap dan efektif*hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan. CUKUP – BAIK: konstruksi kalimat sederhana tetapi efektif* kesalahan kecil pada konstruksi kalimat*terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. SEDANG – CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam rangkaian kalimat*makna membingungkan atau kabur. SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis* terdapat banyak kesalahan*tidak komunikatif*tidak layak nilai. SANGAT BAIK – SEMPURNA: menguasai aturan penulisan*hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan dan tanda baca. CUKUP – BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi tidak mengaburkan makna. SEDANG – CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca*makna membingungkan atau kabur. SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan*terdapat banyak kesalahan ejaan*tulisan tidak terbaca*tak layak nilai.
18 – 21
11 – 17 5 – 10
5 M E K A N I K
4 3 2
JUMLAH SKOR : (Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308 dengan modifikasi)
Lampiran 1. 3 Pedoman Lembar Observasi Siswa Siklus I / II / III
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI
Siklus
:
Hari, Tanggal : Waktu No.
:
Aktivitas dalam
Persentase
Pembelajaran
1.
Siswa
aktif
< 20%
selama
pembelajaran 2.
Siswa
aktif
kelompok
dalam selama
pembelajaran 3.
Kerja
sama
kekompakkan
dan sisiwa
dalam kelompok 4.
Siswa mengerjakan tugas dengan
serius
sungguh-sungguh
dan
21%-
41%-
61%-
40%
60%
80%
> 81%
Lampiran 1. 4 Catatan Lapangan Survei Awal LAPORAN (FIELDNOTE) HASIL OBSERVASI SURVEI AWAL PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Tujuan
: Mengamati survei awal proses pembelajaran menulis narasi dan evaluasi proses pembelajaran menulis yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
Lokasi
: Ruang Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Hari
: Jumat
Tanggal
: 31 Oktober 2008
Waktu
: Pukul 09.30 – 10.30 WIB
Jumlah Siswa : 37 siswa (22 laki-laki + 15 perempuan)
Deskripsi Hasil Observasi Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas V yang berukuran kurang lebih 5x6 meter. Di dalam ruangan kelas tersebut terdapat sepasang meja dan kursi untuk guru, 20 meja dan 20 buah kursi untuk siswa, pada dinding kelas tertempel gambar Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia, gambar burung Garuda, papan tulis, jam dinding daftar pengurus kelas, papan pengumuman, jadwal pelajaran, dan data statistik siswa. Pada saat observasi ini dilakukan ada satu siswa yang tidak hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa yang tidak menyangka akan diamati, terlihat gaduh dan bertanya pada gurunya perihal peneliti. Kemudian guru memperkenalkan peneliti kepada siswa, setelah itu guru bersangkutan memulai kegiatan belajar mengajar pada pagi itu. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan membuka pelajaran dan mengecek siswa yang tidak mengikuti pelajaran bahasa Indonesia pagi itu dengan mmelihat presensi kelas tersebut. Peneliti menempatkan diri sebagai partisipan pasif dengan berada di tempat duduk bagian belakang, sehingga peneliti dapat
mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar dengan leluasa tanpa mengganggu pelajaran yang sedang berlangsung. Guru memulai pelajaran hari itu dengan materi pelajaran tentang menulis. Kemudian guru menjelaskan tentang langkah-langkah sebelum mengarang serta contoh kerangka karangan beserta pengembangannya. Selain itu, guru juga menambahkan penjelasan tentang penggunaan ejaan dan tanda baca serta penulisan alinea dalam tulisan. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencatatnya ke dalam buku tulis. Siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar terlihat kurang antusias, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal itu dapat dikatakan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran pada waktu itu kurang. Setelah siswa mendengarkan penjelasan guru, mereka diminta untuk menyusun karangan yang berisi tentang pengalaman yang pernah mereka alami. Guru meminta siswa menulis pengalaman mereka saat berada di kebun binatang. Siswa diminta menulis karangan yang berjumlah lima alinea. Guru sesekali berkeliling melihat hasil tulisan siswa, walaupun hanya did deretan paling depan. Akhirnya bel berbunyi yang menandakan waktu pembelajaran menulis pada pagi itu telah usai. Guru kemudian meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Setelah itu, guru mengakhiri pembelajaran menulis pada pagi itu dengan mengucapkan salam kepada siswa.
Refleksi : Kegiatan belajar mengajar di kelas V berlangsung pasif, sebab pada umumnya siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diajarkan oleh guru. Guru juga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan umpan balik, baik itu pertanyaan atau hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. Selain itu, motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis sangat rendah. Hal itu dibuktikan pada saat pembelajaran banyak siswa yang tidak memperhatikan karena banyak diantara mereka yang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Observasi ini merupakan survei awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kondisi awal dalam pembelajaran menulis yang dilakukan oleh guru.
Survei awal ini dilakuakan untuk mengidentifikasi masalah sehingga peneliti dapat menentukan rencana untuk tindakan penelitian selanjutnya.
Lampiran 1. 5 Hasil Wawancara Survei Awal
Hasil Wawancara Survei Awal Informan : Guru Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura Tujuan
: Memperoleh data tentang proses pembelajaran menulis narasi dan evaluasi proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura
Lokasi
: Ruang guru SDN Gumpang 1 Kartasura
Hari
: Jumat
Tanggal
: 31 Oktober 2008
Waktu
: 10. 30 s. d 10. 45 WIB.
Deskripsi Hasil Wawancara Setelah jam mata pelajaran bahasa Indonesia selesai, Pak Eko langsung menuju ruang guru. Kemudian, beliau mau meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Pak Eko menjelaskan proses pembelajaran menulis narasi siswa kelas V SD. Beliau mengatakan bahwa pembelajaran menulis yang dilakukan selama ini masih menitikberatkan pada aspek kognitif yang berupa hafalan, yang banyak memberikan penjelasan teori dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas menulis secara individual dan dikumpulkan seadanya. Selain itu, guru juga berterus terang bahwa pembelajaran menulis, khususnya menulis narasi jarang diberikan. Guru menganggap siswa sudah mampu mengerjakannya. Lebih lanjut, guru tersebut mengungkapkan bahwa kesulitan seringkali dialami siswa, yaitu: siswa belum mampu mengembangkan kerangka karangan dan mengembangkannya; siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara runtut; perbendaharaan kata (kosakata) yang dimiliki siswa terbatas, sehingga banyak siswa yang mengulang –ulang kata yang sama dalam satu alinea; siswa belum mampu memilih kata dan menggunakan ejaan serta tanda baca secara tepat seperti kesalahan dalam penulisan huruf kapital, tanda koma, dan titik. Penulisan spasi atau jarak antara satu kata dengan yang lainnya saling berdekatan sehingga banyak tulisan yang kurang jelas dan tidak terbaca. Adapun penilaian terhadap hasil karangan siswa, beliau masih menekankan pada kualitas isi karangan, kerapian tulisan dan penilaian dilakukan masih secara selintas akan tetapi beliau menegaskan meskipun dilakukan secara selintas, namun tetap melihat aspek-aspek penggunaan ejaan dan tanda baca yang terdapat dalam hasil tulisan anak didiknya. Adapun mengenai metode yang digunakan pada saat pembelajaran menulis masih menekankan pada kerja siswa secara individual.
Refleksi: Informan mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis narasi pernah dilakukan, akan tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Nilai yang diperoleh siswa belum begitu memuaskan. Disamping itu, guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis siswa diantaranya: kesulitan menentukan topik, mengembangkan ide atau gagasan, dan penggunaan EYD. Pembelajaran menulis yang dilakukan selama ini, menunjukkan bahwa guru belum pernah menerapkan metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan dan kerja sama siswa.
Deskripsi Hasil Wawancara Informan : Siswa Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura Lokasi
: Ruang kelas SDN Gumpang 1 Kartasura Hari
Tanggal
: Jumat
: 31 Oktober 2008 Waktu
: Pukul 11. 00 s. d 11. 15 WIB. Pada pukul 11. 00 WIB, suasana kelas tampak ramai karena pada
siang itu waktu istirahat. Sebagian besar siswa berhamburan keluar kelas untuk bermain kejar-kejaran dan istirahat di kantin untuk membeli makanan/mainan. Beberapa diantara mereka ada yang menghabiskan waktu istirahatnya bercanda di dalam kelas. Di sela-sela tawa canda mereka, peneliti berusaha melakukan wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui proses pembelajaran menulis (mengarang) yang pernah mereka pelajari. Wawancara pertama dengan Dema yang beralamat di desa Ngentak. Dia menjelaskan bahwa guru banyak memberikan penjelasan, baik itu dengan ceramah maupun di papan tulis dan dilanjutkan dengan pembelajaran menulis secara individual, setelah itu baru dikumpulkan. Wawancara terakhir kepada Bagus, tidak jauh berbeda dengan pernyataan Dema, dia menambahkan bahwa ia tidak begitu menyukai pembelajaran menulis karena dianggap sulit. Selain itu, dia juga bosan dengan metode pembelajaran yang digunakan guru, karena guru hanya
menjelaskan sekilas tentang menulis kemudian dilanjutkan dengan pelajaran menulis yang dilakukan secara sendiri-sendiri.
Refleksi: Informan yang pernah mendapatkan materi pelajaran menulis yang selama ini telah diajarkan di kelas V ini, menyatakan ketidaksukaannya dengan cara mengajar guru dalam memberikan materi tentang menulis, sebab menurutnya cara guru pada saat mengajarkan materi menulis kurang menarik dan masih sulit dipahami siswa.
Lampiran 1. 6 Rencana Pembelajaran Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Nama Sekolah
: SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
:V/I
Hari / Tanggal
: Selasa, 4 November 2008
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Pertemuan
: Pertama
A. Standar Kompetensi Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. B. Kompetensi Dasar Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. C. Materi Pokok Menulis narasi berdasarkan pengalaman pribadi D. Skenario Pembelajaran No 1
Jenis Kegiatan
Waktu
Pendahuluan a. Guru mengkondisikan kelas dan
10 menit
mempersiapkan
siswa
untuk
mengikuti pelajaran b. Guru menjelaskan manfaat dan tujuan kegiatan pembelajaran menulis c. Bertanya
jawab
tentang
Metode Tanya ceramah
jawab,
pengalaman
siswa
dalam
menulis (mengarang) 2
50 menit
Inti a. Guru membagi siswa dalam bentuk
kelompok,
setiap
Masyarakat
kelompok beranggotakan 6-7 siswa,
dan
kesempatan
belajar
memberikan
untuk
menamai
tim/kelompoknya b. Guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan menulis dan sekaligus memberikan contoh kerangka
karangan
Ceramah.
beserta
Pemodelan
pengembangannya c. Guru meminta siswa untuk menyususn kerangka karangan dan
mengembangkannya
berdasarkan tema yang telah
Tugas pribadi
disediakan d. Setiap
anggota
tim
mengembangkan
kerangka
karangan yang telah disusun ke dalam beberapa alinea e. Siswa
mendiskusikan
Konstruktivisme hasil
pekerjaannya
dengan
teman
satu
dengan
cara
tim
memeriksa, mengoreksi, dan memperbaiki kesalahan dalam tulisan f.
Guru
memberi
penguatan
Assesment
mengenai hasil tulisan siswa 3
Penutup a. Guru
10 menit menyimpulkan
pembelajaran
yang
hasil telah
b.
berlangsung
Refleksi, Tanya
Guru memberi kesempatan
jawab
pada siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang jelas c.
Guru menutup pelajaran
E. Sumber Belajar 1. Buku Aku Cinta Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 5 2. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah F. Penilaian 1. Penilaian Proses Diarahkan pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas. Penilaian proses ini diarahkan pada keaktifan siswa dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok, partisipasi dalam kelompok, kesungguhan siswa mengerjakan tugas dan ketepatan proses dalam menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya. 2. Penilaian Hasil Menilai hasil kerja siswa dalam menyusun kerangka karangan secara keseluruhan.
Guru Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura
Eko Pramono,
Peneliti
Atik Fatimah
NIP. 500141754
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN Gumpang 1 Kartasura
Sri Lestari, S. Pd NIP. 130841410
Lampiran 1. 7 Lembar Observasi Siswa Siklus I
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI
Siklus
:I
Hari, Tanggal : Jumat, 7 November 2008 Waktu No
: Pukul 07.00 s.d. 08.10
Aktifitas
dalam
Pembelajaran
1.
Siswa
aktif
Persentase <20%
21%-
41%-
61%-
40%
60%
80%
selama
43%
dalam
46%
pembelajaran 2.
Siswa
aktif
kelompok
selama
pembelajaran 3.
Kerja
sama
kekompakkan
dan
43%
siswa
dalam kelompok 4.
Siswa
mengerjakan
tugas dengan serius dan sungguh-sungguh
41%
>81%
Lampiran 1. 8 Catatan Lapangan Siklus I
LAPORAN (FIELDNOTE) HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Tujuan
: Mengamati proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
Lokasi
: Ruang Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Hari
: Selasa dan Jumat
Tanggal
: 4 November 2008 dan 7 November 2008
Waktu
: Pukul 09.15-10.25 dan 07.00-08.10 WIB
Jumlah Siswa : 36 siswa (21 laki-laki + 15 perempuan)
Deskripsi Hasil Observasi
Guru membuka pelajaran bahasa Indonesia pada pagi itu dengan mengucapakan salam, lalu guru mengecek kondisi dan menanyakan siapa yang absen pada hari itu. Kondisi kelas belum terkendali sehingga guru bersuara keras dan lantang untuk mengimbangi mereka yang tampak gaduh setelah pergantian jam pelajaran. Guru kemudian memulai pelajaran, guru menginformasikan bahwa pelajaran menulis pada pagi itu akan menggunakan metode yang berbeda dari biasanya, yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Guru memberikan penjelasan lebih detail mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual, walaupun sebagian siswa tampak tidak mengerti dengan penjelasan yang diucapakan guru. Setelah guru selesai memberikan penjelasan kepada siswa, kemudian guru memberikan apersepsi terlebih dahulu dengan menggali pengetahuan siswa mengenai menulis. Kemudian guru mengulas kembali pelajaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan menulis. Selanjutnya, guru menyampaikan pembelajaran dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh anak didiknya dalam pelajaran menulis. Setelah itu, guru memberikan salah satu contoh kerangka karangan beserta pengembangannya.
Guru kemudian mengelompokkan siswa ke dalam beberapa tim atau kelompok belajar yang beranggotakan 6-7 siswa. Guru meminta untuk memberikan nama pada setiap tim atau kelompok. Beberapa menit kemudian, semua tim atau kelompok sudah bisa menentukan nama timnya masing-masing, yakni diambil dari nama bunga seperti bunga mawar, melati, kamboja, kenanga, garuda dan jemani. Guru kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun kerangka karangan beserta pengembangannya ke dalam beberapa alinea berdasarkan tema yang telah disediakan. Setelah siswa menyelesaikan tugas tersebut, kemudian guru memeinta untuk mengumpulkan tugas tersebut. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran pertama, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan kedua, guru membuka pelajaran bahasa Indonesia pagi itu dengan mengucapakan salam lalu dilanjutkan dengan berdoa. Selanjutnya, guru mengecek kondisi dan menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari itu. Ada satu siswa yang absen pada hari itu yaitu Galih. Setelah itu, guru mengulas kembali materi pada pertemuan yang lalu untuk menyegarkan ingatan siswa tentang langkah-langkah menulis narasi, hal-hal apa yang perlu diperhatikan ketika menulis narasi dan sebagainya. Selanjutnya, guru membagikan tugas pertemuan yang lalu kepada masingmasing tim sesuai dengan nama kelompok yang terbentuk. Guru menugasi mereka untuk mengembangkan kerangka karangan yang telahh mereka susun ke dalam beberapa alenia ke dalam bentuk karangan yang uth. Guru memantau dan mengamati kegiatan tim dengan memberikan bimbingan dan perhatian pada tim yang belum mengerti tentang tugas yang diberikan. Guru memotivasi tiap-tiap tim agar bekerja sama dan menjaga kekompakkan dalam kelompok. Setelah itu guru menugasi mereka untuk berdiskusi dan saling mengoreksi hasil tulisan atau karangan dengan teman satu timnya, kemudian guru meminta setiap tim untuk menukarkan hasil pekerjaannya dengan tim lain. Setiap tim menganalisis dan memperhatikan pengorganisasian gagasan, pemilihan kata,
penggunaan ejaan dan tanda baca dalam tulisan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan masing-masing anggota tim dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru bersama siswa mengevaluasi dan merefleksi bersama hasil pembelajaran yang telah berlangsung pada hari itu. Guru kemudian meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Setelah itu, guru mengakhiri pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan salam.
Refleksi: Kegiatan belajar mengajar di kelas V berlangsung pasif. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru kurang memberikan umpan balik kepada siswa. Guru juga kurang dalam mengkondisikan kelas, sehingga pada saat guru menjelaskan materi banyak siswa yang tidak memperhatikan. Selain itu, posisi guru lebih banyak berada di depan kelas sehingga tidak dapat mengendalikan aktivitas siswa yang duduk di belakang. Dari segi kerja sama dan kekompakkan siswa juga belum telihat. Selain itu, pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan narasi, siswa terlihat kurang percaya diri sehingga mereka masih banyak melakukan kesalahan baik dari segi pengoganisasian gagasan maupun segi mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan).
Lampiran 1. 9 Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I
Lampiran 1. 10 Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus I DAFTAR PEROLEHAN NILAI SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA SIKLUS I PENELITIAN TINDAKAN KELAS No.
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jumlah
I
II
III
IV
V
Skor/Nilai
1.
Kunto Arif Wibowo
18
11
12
13
3
57
2.
Feri Ana S
20
14
13
14
3
64
3.
Nanda Nuh Diantana
21
14
14
14
3
66
4.
Alvin
22
15
15
16
3
71
5.
Andika Ardiansah
22
16
15
14
3
70
6.
Andika Damar W
23
14
13
13
2
65
7.
Arlita Eka S
21
16
15
14
4
70
8.
Ayu Mega Nanda
20
15
15
14
3
67
9.
Choiru Himawan
21
14
13
14
3
65
10.
Dadang Setiana
21
14
15
15
4
69
11.
Demma Taufan Duwa
24
16
17
16
4
77
12.
Farid Yulistiawan
21
14
14
13
3
65
13.
Galih
-
-
-
-
-
-
14.
Irfan Syalendra
20
14
14
13
3
64
15.
Krisna Wahyu A
22
14
13
15
3
67
16.
Liya A S
22
15
15
15
4
71
17.
Lustina Rima M
22
14
13
13
3
65
18.
Marcel Dion
15
11
12
12
2
52
19.
Muhammad Fatur Rossi
20
13
13
14
3
63
20.
Muhammad Hendry Nur
20
15
14
13
2
64
21.
Nirmal
20
13
14
13
3
63
22.
Nur Pratiwi
21
15
15
15
4
70
23.
Reni Dwi A
20
14
14
14
3
65
24.
Riski Yadil Majid
22
17
14
15
4
72
25.
Roemi Muslikah
21
14
14
14
2
65
26.
Vicky Nilam Sari
22
15
14
14
4
69
27.
Yoga Ade S
20
13
13
14
2
62
28.
Bagus
21
14
14
13
3
65
29.
Sony Widyas Tanto
21
13
13
13
3
63
30.
Erlin Ernawati
23
15
14
14
4
70
31.
Zulfi
22
16
15
15
3
71
32.
David Eka K
21
15
14
13
4
67
33.
Niluh Gede Zelline A D
21
14
14
13
3
65
34.
Agustina Nur Palupi
22
16
15
14
4
71
35.
Maryam Harum Hasanah
22
14
14
15
4
69
36.
Afan Bahroni Safrudin
22
14
13
13
3
66
37.
Aulia Indah S
22
15
15
14
3
69
Keterangan : I =Isi berkaitan dengan gagasan yang akan dikemukakan. II = Organisasi isi. III = Kosa kata berkaitan dengan pilihan struktur dan kosa kata. IV = Penggunaan bahasa. V = Mekanik yang mencakup tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan.
Lampiran 1. 11 Foto- foto Penelitian pada Siklus I
Lampiran 2. 5 Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus II DAFTAR PEROLEHAN NILAI SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA SIKLUS II PENELITIAN TINDAKAN KELAS No.
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jumlah
I
II
III
IV
V
Skor/Nilai
1.
Kunto Arif Wibowo
19
11
13
13
3
59
2.
Feri Ana S
21
15
14
13
4
67
3.
Nanda Nuh Diantana
20
15
14
14
3
67
4.
Alvin
23
16
16
15
4
74
5.
Andika Ardiansah
23
15
15
15
4
72
6.
Andika Damar W
22
14
14
13
4
67
7.
Arlita Eka S
22
15
16
16
3
72
8.
Ayu Mega Nanda
22
15
14
15
4
69
9.
Choiru Himawan
22
13
14
14
3
66
10.
Dadang Setiana
21
16
15
14
4
70
11.
Demma Taufan Duwa
24
17
17
17
4
79
12.
Farid Yulistiawan
22
14
15
14
4
69
13.
Galih
22
14
14
15
4
69
14.
Irfan Syalendra
22
13
13
14
3
65
15.
Krisna Wahyu A
23
15
14
15
3
70
16.
Liya A S
23
16
15
15
4
73
17.
Lustina Rima M
21
14
14
14
4
66
18.
Marcel Dion
15
12
13
13
2
55
19.
Muhammad Fatur Rossi
21
14
14
14
3
66
20.
Muhammad Hendry Nur
21
16
15
14
3
69
21.
Nirmal
20
13
15
13
4
65
22.
Nur Pratiwi
22
15
16
15
4
72
23.
Reni Dwi A
21
15
15
14
3
68
24.
Riski Yadil Majid
23
16
15
15
4
73
25.
Roemi Muslikah
22
15
15
14
3
69
26.
Vicky Nilam Sari
22
14
15
15
4
70
27.
Yoga Ade S
21
15
14
13
3
66
28.
Bagus
22
14
14
14
3
67
29.
Sony Widyas Tanto
21
14
13
14
4
66
30.
Erlin Ernawati
22
15
15
15
4
71
31.
Zulfi
23
15
15
16
3
72
32.
David Eka K
22
15
14
14
3
68
33.
Niluh Gede Zelline A D
21
15
15
14
3
68
34.
Agustina Nur Palupi
23
15
16
15
4
73
35.
Maryam Harum Hasanah
21
15
16
15
3
70
36.
Afan Bahroni Safrudin
21
15
14
15
4
69
37.
Aulia Indah S
22
14
16
15
4
71
Keterangan : I = Isi berkaitan dengan gagasan yang akan dikemukakan. II = Organisasi isi. III = Kosa kata berkaitan dengan pilihan struktur dan kosa kata. IV = Penggunaan bahasa. V = Mekanik yang mencakup tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan.
Lampiran 3. 5 Daftar Perolehan Nilai siswa Siklus III DAFTAR PEROLEHAN NILAI SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA SIKLUS III PENELITIAN TINDAKAN KELAS No.
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jumlah
I
II
III
IV
V
Skor/Nilai
1.
Kunto Arif Wibowo
20
12
13
14
3
62
2.
Feri Ana S
21
15
15
14
3
68
3.
Nanda Nuh Diantana
21
14
15
15
4
69
4.
Alvin
23
16
15
17
4
75
5.
Andika Ardiansah
23
16
16
14
4
73
6.
Andika Damar W
23
15
15
14
4
71
7.
Arlita Eka S
23
16
15
16
4
74
8.
Ayu Mega Nanda
22
16
15
15
4
72
9.
Choiru Himawan
23
15
14
13
4
69
10.
Dadang Setiana
22
15
16
15
4
72
11.
Demma Taufan Duwa
25
18
17
18
4
82
12.
Farid Yulistiawan
22
15
15
14
4
70
13.
Galih
23
15
15
14
4
71
14.
Irfan Syalendra
23
14
14
13
3
67
15.
Krisna Wahyu A
23
15
15
14
4
71
16.
Liya A S
25
17
16
16
4
78
17.
Lustina Rima M
22
15
15
14
4
70
18.
Marcel Dion
19
13
13
12
3
60
19.
Muhammad Fatur Rossi
22
14
14
15
4
69
20.
Muhammad Hendry Nur
23
16
15
15
4
73
21.
Nirmal
21
15
14
14
4
67
22.
Nur Pratiwi
23
16
16
16
4
75
23.
Reni Dwi A
21
15
15
15
4
70
24.
Riski Yadil Majid
23
17
16
16
4
76
25.
Roemi Muslikah
23
16
15
15
4
73
26.
Vicky Nilam Sari
24
15
15
14
4
72
27.
Yoga Ade S
23
14
14
14
4
69
28.
Bagus
23
15
15
15
4
72
29.
Sony Widyas Tanto
22
14
15
14
3
68
30.
Erlin Ernawati
23
15
15
14
4
72
31.
Zulfi
-
-
-
-
-
-
32.
David Eka K
23
16
13
14
4
70
33.
Niluh Gede Zelline A D
23
15
15
15
4
72
34.
Agustina Nur Palupi
23
16
16
16
4
75
35.
Maryam Harum Hasanah
21
15
16
15
4
71
36.
Afan Bahroni Safrudin
22
15
14
15
4
70
37.
Aulia Indah S
23
15
15
15
4
72
Keterangan : I = Isi berkaitan dengan gagasan yang akan dikemukakan. II = Organisasi isi. III = Kosa kata berkaitan dengan pilihan struktur dan kosa kata. IV = Penggunaan bahasa. V = Mekanik yang mencakup tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan.
Lampiran 1. 6 Rencana Pembelajaran Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Nama Sekolah
: SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
:V/I
Hari / Tanggal
: Selasa, 4 November 2008
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Pertemuan
: Pertama
A. Standar Kompetensi Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. B. Kompetensi Dasar Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. C. Materi Pokok Menulis narasi berdasarkan pengalaman pribadi D. Skenario Pembelajaran No 1
Jenis Kegiatan
Waktu
Pendahuluan a. Guru mengkondisikan kelas dan
10 menit
mempersiapkan
siswa
untuk
mengikuti pelajaran b. Guru menjelaskan manfaat dan tujuan kegiatan pembelajaran menulis c. Bertanya
jawab
tentang
Metode Tanya Ceramah
jawab,
pengalaman
siswa
dalam
menulis (mengarang) 2
50 menit
Inti a. Guru membagi siswa dalam bentuk
kelompok,
setiap
Masyarakat
kelompok beranggotakan 6-7 siswa,
dan
kesempatan
belajar
memberikan
untuk
menamai
tim/kelompoknya b. Guru menjelaskan materiyang berkaitan dengan menulis dan sekaligus memberikan contoh kerangka
karangan
Ceramah,
beserta
Pemodelan
pengembangannya c. Guru meminta siswa untuk menyususn kerangka karangan dan
mengembangkannya
berdasarkan tema yang telah
Tugas pribadi
disediakan d. Setiap
anggota
tim
mengembangkan
kerangka
karangan yang telah disusun ke dalam beberapa alinea e. Siswa
mendiskusikan
Konstruktivisme hasil
pekerjaannya
dengan
teman
satu
dengan
cara
tim
memeriksa, mengoreksi, dan memperbaiki kesalahan dalam tulisan f.
Guru
memberi
penguatan
Assesment
mengenai hasil tulisan siswa 3
Penutup a. Guru
10 menit menyimpulkan
pembelajaran
yang
hasil telah
berlangsung b. Guru
memberi
pada
siswa
kesempatan
untuk
Refleksi, Tanya
bertanya
jawab
apabila ada yang kurang jelas c. Guru menutup pelajaran
E. Sumber Belajar 1. Buku Aku Cinta Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 5 2. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah F. Penilaian 1. Penilaian Proses Diarahkan pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas. Penilaian proses ini diarahkan pada keaktifan siswa dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok, partisipasi dalam kelompok, kesungguhan siswa mengerjakan tugas dan ketepatan proses dalam menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya. 2. Penilaian Hasil Menilai hasil kerja siswa dalam menyusun kerangka karangan secara keseluruhan.
Guru Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura
Eko Pramono,
Peneliti
Atik Fatimah
NIP. 500141754 Mengetahui, Kepala Sekolah SDN Gumpang 1 Kartasura
Sri Lestari, S. Pd NIP. 130841410
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Nama Sekolah
: SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
:V/I
Hari / Tanggal
: Jumat, 7 November 2008
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Pertemuan
: Kedua
A. Standar Kompetensi Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. B. Kompetensi Dasar Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. C. Materi Pokok Menulis narasi berdasarkan pengalaman pribadi D. Skenario Pembelajaran No 1
Jenis Kegiatan
Waktu
Pendahuluan a. Guru mengkondisikan kelas dan
10 menit
mempersiapkan
siswa
Metode Tanya
jawab,
ceramah
untuk
mengikuti pelajaran b. Guru menjelaskan manfaat dan tujuan kegiatan pembelajaran menulis 2
50 menit
Inti a. Guru
membentuk
kelompok
yang beranggotakan 6-7 siswa
Masyarakat belajar
sesuai
kelompok
pada
pertemuan yang lalu b. Guru meminta siswa untuk mengembangkan
kerangka
karangan yang telah mereka susun ke dalam beberapa alenia ke dalam bentuk karangan yang utuh c. Guru meminta setiap tim saling
Assesment
berdiskusi dan bekerja unutk memeriksa
dan
mengoreksi
hasil karangan timnya d. Guru dan siswa mengevaluasi hasil pekerjaan siswa 3
Penutup a. Guru
10 menit menyimpulkan
pembelajaran
yang
hasil telah
Refleksi, Tanya jawab
berlangsung b. Guru pada
memberi siswa
kesempatan
untuk
bertanya
apabila ada yang kurang jelas c. Guru menutup pelajaran
E. Sumber Belajar 1. Buku Aku Cinta Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 5 2. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah F. Penilaian 1. Penilaian Proses Diarahkan pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas. Penilaian proses ini diarahkan pada keaktifan siswa dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok, partisipasi dalam kelompok, kesungguhan siswa
mengerjakan tugas dan ketepatan proses dalam menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya. 2. Penilaian Hasil Menilai hasil kerja siswa dalam menyusun kerangka karangan secara keseluruhan.
Guru Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura
Eko Pramono,
Peneliti
Atik Fatimah
NIP. 500141754
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN Gumpang 1 Kartasura
Sri Lestari, S. Pd NIP. 130841410
Lampiran 2. 1 Rencana Pembelajaran Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Nama Sekolah
: SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
:V/I
Hari / Tanggal
: Selasa , 11 November 2008
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. B. Kompetensi Dasar Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. C. Materi Pokok Menulis narasi berdasarkan gambar berseri D. Skenario Pembelajaran No 1
Jenis Kegiatan
Pendahuluan a. Mengucapkan
salam
dan
pengkondisian kelas b. Memberikan apersepsi kepada siswa tentang langkah-langkah dalam
mengarang
dan
menannyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada pertemuan
Waktu
Metode
10 menit
Tanya jawab, Ceramah
yang lalu 2
50 menit
Inti a.
Guru membagi siswa menjadi 67 siswa sesuai dengan kelompok
Masyarakat Belajar
pada siklus I b.
Guru
memberikan
contoh
Pemodelan
berdasarkan gambar berseri c.
Guru
meminta
menulis
siswa
narasi
untuk
berdasarkan
gambar berseri dengan tema
Kontruksivisme,
yang berbeda-beda pada tiap
Inquiry
kelompoknya. d.
Siswa
mendiskusikan
hasil
pekerjaannya dengan teman satu tim dengan cara memeriksa, mengoreksi
dan
Assesment
memperbaiki
kesalahan dalam tulisan e. Guru
bersama-sama
menganalisis
hasil
siswa pekerjaan
Assesment
siswa
3
10 menit
Penutup a. Guru
menyimpulkan
pembelajaran
yang
hasil
Refleksi
telah
berlangsung b. Guru memberi kesempatan pada
Tanya Jawab
siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang jelas c. Guru menutup pelajaran
E. Sumber Belajar 1. Buku Aku Cinta Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 5 2. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
3. Gambar Berseri F. Penilaian 1. Penilaian Proses Diarahkan pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas. Penilaian proses ini diarahkan pada keaktifan siswa dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok, partisipasi dalam kelompok, kesungguhan siswa mengerjakan tugas dan ketepatan proses dalam menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya. 2. Penilaian Hasil Menilai hasil kerja siswa dalam menyusun kerangka karangan secara keseluruhan.
Guru Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura
Eko Pramono,
Peneliti
Atik Fatimah
NIP. 500141754
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN Gumpang 1 Kartasura
Sri Lestari, S. Pd NIP. 130841410
Lampiran 1. 3 : Rencana Pembelajaran Siklus III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III
Nama Sekolah
: SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
:V/I
Hari / Tanggal
: Jumat, 14 November 2008
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. B. Kompetensi Dasar Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. C. Materi Pokok Menulis narasi berdasarkan pengalaman pribadi D. Skenario Pembelajaran No 1
Jenis Kegiatan
Pendahuluan a. Mengucapkan
salam
dan
pengkondisian kelas b. Memberikan apersepsi kepada siswa tentang langkah-langkah dalam
mengarang
dan
menannyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada pertemuan
Waktu
Metode
10 menit
Tanya jawab
yang lalu 2
Inti a. Guru
memberikan
reward 50 menit kepada siswa yang berprestasi dalam hal penulisan narasi
b.
Guru membantu kelompok yang
Masyarakat Belajar
beranggotakan 6-7 siswa c.
Guru
memberikan
pengalaman
contoh
yang
paling
Pemodelan
berkesan. d.
Siswa
meminta
siswa untuk
menceritakan pengalaman yang
Kontruksivisme,
paling berkesan dalam bentuk
Inquiry
karangan yang utuh. e. Setiap anggota tim menukarkan hasil karangan dengan teman satu timnya. f.
Assesment
Setiap anggota tim berdiskusi dan bekerja untuk memeriksa, dan mengoreksi hasil karangan
g. Guru
meminta siswa secara
Peragaan
sukarela untuk menyampaikan hasil
pekerjaannya
di
depan
kelas. h. Siswa yang tidak tampil diberi tugas
untuk
tanggapan,
Diskusi
memberikan
masukan,
saran
terhadap hasil tulisan temannya. i.
Guru dan siswa mengevaluasi
Assesment
hasil pekerjaan siswa. 3
10 menit
Penutup a. Guru
menyimpulkan
pembelajaran berlangsung
yang
hasil telah
Refleksi
b. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila ada
Tanya Jawab
yang kurang jelas c. Guru menutup pelajaran
E. Sumber Belajar 1. Buku Aku Cinta Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 5 2. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah F. Penilaian 1. Penilaian Proses Diarahkan pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas. Penilaian proses ini diarahkan pada keaktifan siswa dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok, partisipasi dalam kelompok, kesungguhan siswa mengerjakan tugas dan
ketepatan
proses
dalam
menyusun
kerangka
karangan
dan
mengembangkannya. 2. Penilaian Hasil Menilai hasil kerja siswa dalam menyusun kerangka karangan secara keseluruhan.
Guru Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura
Eko Pramono,
Peneliti
Atik Fatimah
NIP. 500141754
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN Gumpang 1 Kartasura
Sri Lestari, S. Pd NIP. 130841410
Lampiran 1. 10 Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus I
DAFTAR PEROLEHAN NILAI SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA SIKLUS I PENELITIAN TINDAKAN KELAS No.
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jumlah
I
II
III
IV
V
Skor/Nilai
1.
Kunto Arif Wibowo
18
11
12
13
3
57
2.
Feri Ana S
20
14
13
14
3
64
3.
Nanda Nuh Diantana
21
14
14
14
3
66
4.
Alvin
22
15
15
16
3
71
5.
Andika Ardiansah
22
16
15
14
3
70
6.
Andika Damar W
23
14
13
13
2
65
7.
Arlita Eka S
21
16
15
14
4
70
8.
Ayu Mega Nanda
20
15
15
14
3
67
9.
Choiru Himawan
21
14
13
14
3
65
10.
Dadang Setiana
21
14
15
15
4
69
11.
Demma Taufan Duwa
24
16
17
16
4
77
12.
Farid Yulistiawan
21
14
14
13
3
65
13.
Galih
-
-
-
-
-
-
14.
Irfan Syalendra
20
14
14
13
3
64
15.
Krisna Wahyu A
22
14
13
15
3
67
16.
Liya A S
22
15
15
15
4
71
17.
Lustina Rima M
22
14
13
13
3
65
18.
Marcel Dion
15
11
12
12
2
52
19.
Muhammad Fatur Rossi
20
13
13
14
3
63
20.
Muhammad Hendry Nur
20
15
14
13
2
64
21.
Nirmal
20
13
14
13
3
63
22.
Nur Pratiwi
21
15
15
15
4
70
23.
Reni Dwi A
20
14
14
14
3
65
24.
Riski Yadil Majid
22
17
14
15
4
72
25.
Roemi Muslikah
21
14
14
14
2
65
26.
Vicky Nilam Sari
22
15
14
14
4
69
27.
Yoga Ade S
20
13
13
14
2
62
28.
Bagus
21
14
14
13
3
65
29.
Sony Widyas Tanto
21
13
13
13
3
63
30.
Erlin Ernawati
23
15
14
14
4
70
31.
Zulfi
22
16
15
15
3
71
32.
David Eka K
21
15
14
13
4
67
33.
Niluh Gede Zelline A D
21
14
14
13
3
65
34.
Agustina Nur Palupi
22
16
15
14
4
71
35.
Maryam Harum Hasanah
22
14
14
15
4
69
36.
Afan Bahroni Safrudin
22
14
13
13
3
66
37.
Aulia Indah S
22
15
15
14
3
69
Keterangan : I = Isi berkaitan dengan gagasan yang akan dikemukakan. II = Organisasi isi. III = Kosa kata berkaitan dengan pilihan struktur dan kosa kata. IV = Penggunaan bahasa. V = Mekanik yang mencakup tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan.
Lampiran 2. 4 Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus II DAFTAR PEROLEHAN NILAI SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA SIKLUS II PENELITIAN TINDAKAN KELAS No.
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jumlah
I
II
III
IV
V
Skor/Nilai
1.
Kunto Arif Wibowo
19
11
13
13
3
59
2.
Feri Ana S
21
15
14
13
4
67
3.
Nanda Nuh Diantana
20
15
14
14
3
67
4.
Alvin
23
16
16
15
4
74
5.
Andika Ardiansah
23
15
15
15
4
72
6.
Andika Damar W
22
14
14
13
4
67
7.
Arlita Eka S
22
15
16
16
3
72
8.
Ayu Mega Nanda
22
15
14
15
4
69
9.
Choiru Himawan
22
13
14
14
3
66
10.
Dadang Setiana
21
16
15
14
4
70
11.
Demma Taufan Duwa
24
17
17
17
4
79
12.
Farid Yulistiawan
22
14
15
14
4
69
13.
Galih
22
14
14
15
4
69
14.
Irfan Syalendra
22
13
13
14
3
65
15.
Krisna Wahyu A
23
15
14
15
3
70
16.
Liya A S
23
16
15
15
4
73
17.
Lustina Rima M
21
14
14
14
4
66
18.
Marcel Dion
15
12
13
13
2
55
19.
Muhammad Fatur Rossi
21
14
14
14
3
66
20.
Muhammad Hendry Nur
21
16
15
14
3
69
21.
Nirmal
20
13
15
13
4
65
22.
Nur Pratiwi
22
15
16
15
4
72
23.
Reni Dwi A
21
15
15
14
3
68
24.
Riski Yadil Majid
23
16
15
15
4
73
25.
Roemi Muslikah
22
15
15
14
3
69
26.
Vicky Nilam Sari
22
14
15
15
4
70
27.
Yoga Ade S
21
15
14
13
3
66
28.
Bagus
22
14
14
14
3
67
29.
Sony Widyas Tanto
21
14
13
14
4
66
30.
Erlin Ernawati
22
15
15
15
4
71
31.
Zulfi
23
15
15
16
3
72
32.
David Eka K
22
15
14
14
3
68
33.
Niluh Gede Zelline A D
21
15
15
14
3
68
34.
Agustina Nur Palupi
23
15
16
15
4
73
35.
Maryam Harum Hasanah
21
15
16
15
3
70
36.
Afan Bahroni Safrudin
21
15
14
15
4
69
37.
Aulia Indah S
22
14
16
15
4
71
Keterangan : I = Isi berkaitan dengan gagasan yang akan dikemukakan. II = Organisasi isi. III = Kosa kata berkaitan dengan pilihan struktur dan kosa kata. IV = Penggunaan bahasa. V = Mekanik yang mencakup tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan.
Lampiran 3. 5 Daftar Perolehan Nilai Siswa Siklus III
DAFTAR PEROLEHAN NILAI SISWA KELAS V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA SIKLUS III PENELITIAN TINDAKAN KELAS No.
Aspek yang Dinilai
Nama Siswa
Jumlah
I
II
III
IV
V
Skor/Nilai
1.
Kunto Arif Wibowo
20
12
13
14
3
62
2.
Feri Ana S
21
15
15
14
3
68
3.
Nanda Nuh Diantana
21
14
15
15
4
69
4.
Alvin
23
16
15
17
4
75
5.
Andika Ardiansah
23
16
16
14
4
73
6.
Andika Damar W
23
15
15
14
4
71
7.
Arlita Eka S
23
16
15
16
4
74
8.
Ayu Mega Nanda
22
16
15
15
4
72
9.
Choiru Himawan
23
15
14
13
4
69
10.
Dadang Setiana
22
15
16
15
4
72
11.
Demma Taufan Duwa
25
18
17
18
4
82
12.
Farid Yulistiawan
22
15
15
14
4
70
13.
Galih
23
15
15
14
4
71
14.
Irfan Syalendra
23
14
14
13
3
67
15.
Krisna Wahyu A
23
15
15
14
4
71
16.
Liya A S
25
17
16
16
4
78
17.
Lustina Rima M
22
15
15
14
4
70
18.
Marcel Dion
19
13
13
12
3
60
19.
Muhammad Fatur Rossi
22
14
14
15
4
69
20.
Muhammad Hendry Nur
23
16
15
15
4
73
21.
Nirmal
21
15
14
14
4
68
22.
Nur Pratiwi
23
16
16
16
4
75
23.
Reni Dwi A
21
15
15
15
4
70
24.
Riski Yadil Majid
23
17
16
16
4
76
25.
Roemi Muslikah
23
16
15
15
4
73
26.
Vicky Nilam Sari
24
15
15
14
4
72
27.
Yoga Ade S
23
14
14
14
4
69
28.
Bagus
23
15
15
15
4
72
29.
Sony Widyas Tanto
22
14
15
14
3
68
30.
Erlin Ernawati
23
16
15
14
4
72
31.
Zulfi
-
-
-
-
-
-
32.
David Eka K
23
16
13
14
4
70
33.
Niluh Gede Zelline A D
23
15
15
15
4
72
34.
Agustina Nur Palupi
23
16
16
16
4
75
35.
Maryam Harum Hasanah
21
15
16
15
4
71
36.
Afan Bahroni Safrudin
22
15
14
15
4
70
37.
Aulia Indah S
23
15
15
15
4
72
Keterangan : I = Isi berkaitan dengan gagasan yang akan dikemukakan. II = Organisasi isi. III = Kosa kata berkaitan dengan pilihan struktur dan kosa kata. IV = Penggunaan bahasa. V = Mekanik yang mencakup tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan.
Lampiran 3. 7 Daftar Rekap Nilai Siswa
Rekap Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V SDN Gumpang 1 Kartasura No.
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Kunto Arif Wibowo
57
59
62
2.
Feri Ana S
64
67
68
3.
Nanda Nuh Diantana
66
67
69
4.
Alvin
71
74
75
5.
Andika Ardiansah
70
72
73
6.
Andika Damar W
65
67
71
7.
Arlita Eka S
70
72
74
8.
Ayu Mega Nanda
67
69
72
9.
Choiru Himawan
65
66
69
10.
Dadang Setiana
69
70
72
11.
Demma Taufan Duwa
77
79
82
12.
Farid Yulistiawan
65
69
70
13.
Galih
-
69
71
14.
Irfan Syalendra
64
65
67
15.
Krisna Wahyu A
67
70
71
16.
Liya A S
71
73
78
17.
Lustina Rima M
65
66
70
18.
Marcel Dion
52
55
60
19.
Muhammad Fatur Rossi
63
66
69
20.
Muhammad Hendry Nur
64
69
73
21.
Nirmal
63
65
68
22.
Nur Pratiwi
70
72
75
23.
Reni Dwi A
65
68
70
24.
Riski Yadil Majid
72
73
76
25.
Roemi Muslikah
65
69
73
26.
Vicky Nilam Sari
69
70
72
27.
Yoga Ade S
62
66
69
28.
Bagus
65
67
72
29.
Sony Widyas Tanto
63
66
68
30.
Erlin Ernawati
70
71
72
31.
Zulfi
71
72
-
32.
David Eka K
67
68
70
33.
Niluh Gede Zelline A D
65
68
72
34.
Agustina Nur Palupi
71
73
75
35.
Maryam Harum Hasanah
69
70
71
36.
Afan Bahroni Safrudin
66
69
70
37.
Aulia Indah S
69
71
72
Lampiran 1. 3 Pedoman Lembar Observasi Siswa Siklus I / II / III
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI
Siklus
:
Hari, Tanggal : Waktu No.
:
Aktivitas dalam
Persentase
Pembelajaran
1.
Siswa
aktif
< 20%
selama
pembelajaran 2.
Siswa
aktif
kelompok
dalam selama
pembelajaran 3.
Kerja
sama
kekompakkan
dan sisiwa
dalam kelompok 4.
Siswa mengerjakan tugas dengan
serius
sungguh-sungguh
dan
21%-
41%-
61%-
40%
60%
80%
> 81%
Lampiran 1. 7 Pedoman Lembar Observasi Siswa Siklus I
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI
Siklus
:I
Hari, Tanggal : Jumat, 7 November 2008 Waktu No
: Pukul 07.00 s.d. 08.10
Aktifitas
dalam
Pembelajaran
1.
Siswa
aktif
Persentase <20%
21%-
41%-
61%-
40%
60%
80%
selama
43%
dalam
46%
pembelajaran 2.
Siswa
aktif
kelompok
selama
pembelajaran 3.
Kerja
sama
kekompakkan
dan
43%
siswa
dalam kelompok 4.
Siswa
mengerjakan
tugas dengan serius dan sungguh-sungguh
41%
>81%
Lampiran 2. 2 Pedoman Lembar Observasi Siswa Siklus II
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI
Siklus
: II
Hari, Tanggal : Selasa, 11 November 2008 Waktu No.
: Pukul 09.15 s.d. 10.25
Aktivitas dalam
Persentase
Pembelajaran
1.
Siswa
aktif
< 20%
selama
21%-
41%-
61%-
40%
60%
80%
60%
pembelajaran 2.
Siswa
aktif
kelompok
dalam
68%
selama
pembelajaran 3.
Kerja
sama
kekompakkan
dan
62%
siswa
dalam kelompok 4.
Siswa mengerjakan tugas dengan
serius
sungguh-sungguh
dan
65%
> 81%
Lampiran 3. 2 Pedoman Lembar Observasi Siswa Siklus III
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI
Siklus
: III
Hari, Tanggal : Jumat, 14 November 2008 Waktu No.
: Pukul 07.00 s.d. 08.10
Aktivitas dalam
Persentase
Pembelajaran
1.
Siswa
aktif
< 20%
21%-
41%-
61%-
40%
60%
80%
> 81%
selama
84%
dalam
81%
pembelajaran 2.
Siswa
aktof
kelompok
selama
pembelajaran 3.
Kerja
sama
kekompakkan
dan
78%
siswa
dalam kelompok 4.
Siswa mengerjakan tugas dengan
serius
sungguh-sungguh
dan
81%
Lampiran 1. 4 Catatan Lapangan Survei Awal
LAPORAN (FIELDNOTE) HASIL OBSERVASI SURVEI AWAL PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Tujuan
: Mengamati survei awal proses pembelajaran menulis narasi dan evaluasi proses pembelajaran menulis yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
Lokasi
: Ruang Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Hari
: Jumat
Tanggal
: 31 Oktober 2008
Waktu
: Pukul 09.30 – 10.30 WIB
Jumlah Siswa : 37 siswa (22 laki-laki + 15 perempuan)
Deskripsi Hasil Observasi Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas V yang berukuran kurang lebih 5x6 meter. Di dalam ruangan kelas tersebut terdapat sepasang meja dan kursi untuk guru, 20 meja dan 20 buah kursi untuk siswa, pada dinding kelas tertempel gambar presiden dan wakil presiden republik Indonesia, gambar burung garuda, papan tulis, jam dinding, daftar pengurus kelas, papan pengumuman, jadwal pelajaran, dan data statistik siswa. Pada saat observasi ini dilakukan ada satu siswa yang tidak hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa yang tidak menyangka akan diamati, terlihat gaduh dan bertanya pada gurunya perihal peneliti. Kemudian guru memperkenalkan peneliti kepada siswa, setelah itu guru bersangkutan memulai kegiatan belajar mengajar pada pagi itu.
Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan membuka pelajaran dan mengecek siswa yang tidak mengikuti pelajaran bahasa Indonesia pagi itu dengan melihat presensi kelas tersebut. Peneliti menempatkan diri sebagai partisipan pasif dengan berada di tempat duduk bagian belakang, sehingga peneliti dapat mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar dengan leluasa tanpa mengganggu pelajaran yang sedang berlangsung. Guru memulai pelajaran hari itu dengan materi pelajaran tentang menulis. Kemudian guru menjelaskan tentang langkah-langkah sebelum mengarang serta contoh kerangka karangan beserta pengembangannya. Selain itu, guru juga menambahkan penjelasan tentang penggunaan ejaan dan tanda baca serta penulisan alinea dalam tulisan. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencatatnya ke dalam buku tulis. Siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar terlihat kurang antusias, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal itu dapat dikatakan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran pada waktu itu kurang. Setelah siswa mendengarkan penjelasan guru, mereka diminta untuk menyusun karangan yang berisi tentang pengalaman yang pernah mereka alami. Guru meminta siswa menulis pengalaman mereka saat berada di kebun binatang. Siswa diminta menulis karangan yang berjumlah lima alinea. Guru sesekali berkeliling melihat hasil tulisan siswa, walaupun hanya did deretan paling depan. Akhirnya bel berbunyi yang menandakan waktu pembelajaran menulis pada pagi itu telah usai. Guru kemudian meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Setelah itu, guru mengakhiri pembelajaran menulis pada pagi itu dengan mengucapkan salam kepada siswa.
Refleksi : Kegiatan belajar mengajar di kelas V berlangsung pasif, sebab pada umumnya siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diajarkan oleh guru. Guru juga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan umpan balik, baik itu pertanyaan atau hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. Selain itu, motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis sangat rendah. Hal itu dibuktikan pada saat pembelajaran banyak siswa yang tidak
memperhatikan karena banyak diantara mereka yang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Observasi ini merupakan survei awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kondisi awal dalam pembelajaran menulis yang dilakukan oleh guru. Survei awal ini dilakuakan untuk mengidentifikasi masalah sehingga peneliti dapat menentukan rencana untuk tindakan penelitian selanjutnya.
Lampiran 1. 8 Catatan Lapangan Siklus I
LAPORAN (FIELDNOTE) HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Tujuan
: Mengamati proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
Lokasi
: Ruang Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Hari
: Selasa dan Jumat
Tanggal
: 4 November 2008 dan 7 November 2008
Waktu
: Pukul 09.15-10.25 dan 07.00-08.10 WIB
Jumlah Siswa : 36 siswa (21 laki-laki + 15 perempuan)
Deskripsi Hasil Observasi
Guru membuka pelajaran bahasa Indonesia pada pagi itu dengan mengucapakan salam, lalu guru mengecek kondisi dan menanyakan siapa yang absen pada hari itu. Kondisi kelas belum terkendali sehingga guru bersuara keras dan lantang untuk mengimbangi mereka yang tampak gaduh setelah pergantian jam pelajaran. Guru kemudian memulai pelajaran, guru menginformasikan bahwa pelajaran menulis pada pagi itu akan menggunakan metode yang berbeda dari biasanya, yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Guru memberikan penjelasan lebih detail mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual, walaupun sebagian siswa tampak tidak mengerti dengan penjelasan yang diucapakan guru. Setelah guru selesai membeikan penjelasan kepada siswa, kemudian guru memberikan apersepsi terlebih dahulu dengan menggali pengetahuan siswa mengenai menulis. Kemudian guru mengulas kembali pelajaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan menulis. Selanjutnya, guru menyampaikan pembelajaran dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
anak didiknya dalam pelajaran menulis. Setelah itu, guru memberikan salah satu contoh kerangka karangan beserta pengembangannya. Guru kemudian mengelompokkan siswa ke dalam beberapa tim atau kelompok belajar yang beranggotakan 6-7 siswa. Guru meminta untuk memberikan nama pada setiap tim atau kelompok. Beberapa menit kemudian, semua tim atau kelompok sudah bisa menentukan nama timnya masing-masing, yakni diambil dari nama bunga seperti bunga mawar, melati, kamboja, kenanga, garuda dan jemani. Guru kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun kerangka karangan beserta pengembangannya ke dalam beberapa alinea berdasarkan tema yang telah disediakan. Setelah siswa menyelesaikan tugas tersebut, kemudian guru memeinta untuk mengumpulkan tugas tersebut. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran pertama, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan kedua, guru membuka pelajaran bahasa Indonesia pagi itu dengan mengucapakan salam lalu dilanjutkan dengan berdoa. Selanjutnya, guru mengecek kondisi dan menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari itu. Ada satu siswa yang absen pada hari itu yaitu Galih. Setelah itu, guru mengulas kembali materi pada pertemuan yang lalu untuk menyegarkan ingatan siswa tentang langkah-langkah menulis narasi, hal-hal apa yang perlu diperhatikan ketika menulis narasi dan sebagainya. Selanjutnya, guru membagikan tugas pertemuan yang lalu kepada masingmasing tim sesuai dengan nama kelompok yang terbentuk. Guru menugasi mereka untuk mengembangkan kerangka karangan yang telahh mereka susun ke dalam beberapa alenia ke dalam bentuk karangan yang uth. Guru memantau dan mengamati kegiatan tim dengan memberikan bimbingan dan perhatian pada tim yang belum mengerti tentang tugas yang diberikan. Guru memotivasi tiap-tiap tim agar bekerja sama dan menjaga kekompakkan dalam kelompok. Setelah itu guru menugasi mereka untuk berdiskusi dan saling mengoreksi hasil tulisan atau karangan dengan teman satu timnya, kemudian guru
meminta setiap tim untuk menukarkan hasil pekerjaannya dengan tim lain. Setiap tim menganalisis dan memperhatikan pengorganisasian gagasan, pemilihan kata, penggunaan ejaan dan tanda baca dalam tulisan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan masing-masing anggota tim dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru bersama siswa mengevaluasi dan merefleksi bersama hasil pembelajaran yang telah berlangsung pada hari itu. Guru kemudian meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Setelah itu, guru mengakhiri pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan salam.
Refleksi: Kegiatan belajar mengajar di kelas V berlangsung pasif. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru kurang memberikan umpan balik kepada siswa. Guru juga kurang dalam mengkondisikan kelas, sehingga pada saat guru menjelaskan materi banyak siswa yang tidak memperhatikan. Selain itu, posisi guru lebih banyak berada di depan kelas sehingga tidak dapat mengendalikan aktivitas siswa yang duduk di belakang. Dari segi kerja sama dn kekompakkan siswa juga belum telihat. Selain itu, pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan narasi, siswa terlihat kurang percaya diri sehingga mereka masih banyak melakukan kesalahan baik dari segi pengoganisasian gagasan maupun segi mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan).
Lampiran 2. 3 Catatan Lapangan Siklus II
LAPORAN (FIELDNOTE) HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Tujuan
: Mengamati proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
Lokasi
: Ruang Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Hari
: Selasa
Tanggal
: 11 November 2008
Waktu
: Pukul 09.15-10.25 WIB
Jumlah Siswa : 37 siswa (22 laki-laki + 15 perempuan)
Deskripsi Hasil Observasi Guru membuka pelajaran bahasa Indonesia dengan mengucapkan salam. Sebelum guru melanjutkan materi, guru bertanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-kesulitan mereka ketika menulis narasi pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya guru menjelaskan materi pelajaran yang akan disampaikan pada hari itu dan memberitahukan tujuan pembelajran dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh para siswa. Kemudian, guru mengulas kembali materi pada pertemuan yang lalu untuk menyegarkan ingatan siswa tentang langkah-langkah menyusun karangan. Guru kemudian mengumpulkan siswa yang terdiri dari 6-7 siswa sesuai dengan anggota timnya pada siklus I. Setelah semua tim terbentuk, guru kemudian membagikan gambar berseri. Siswa tampak ribut dan tidak sabar ingin segera
mengamati gambar berseri tersebut. Setelah tiap tim mendapatkan lembaran gambar berseri, guru memberikan tes individual kepada siswa untuk membuat sebuah karangan berdasarkan gambar berseri yang telah diacak dan siswa diminta untuk mengurutkan dan memberikan judul. Dari setiap kelompok mempunyai tema yang berbeda. Guru memantau tiap-tiap tim untuk memberikan perhatian dan bimbingan kepada tim yang belum mengerti tentang tugas yang diberikan. Ketika guru memantau kegiatan tiap-tiap tim, guru menemukan beberapa siswa yang malas mengerjakan tugas, bahkan ada diantara mereka yang tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Mereka lebih memilih berbicara dengan teman satu tim atau mengganggu teman yang lain. Kemudian, guru tersebut memberikan peringatan berupa teguran kepada siswa dengan cara mendekati dan memberikan penjelasan kepada siswa tentang pentingnya mengerjakan tugas tersebut. Seperti biasa, guru selalu memperingatkan masing-masing tim agar memberikan bantuan bagi anggota timnya yang mengalami kesulitan dalam menulis narasi. Setelah semua anggota tim menyelesaikan tugas tersebut, guru meminta siswa untuk menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman satu timnya dengan cara berdiskusi, memeriksa, dan saling mengoreksi tulisan yang telah mereka buat. Bunyi bel akhirnya berdering dan menandakan pelajaran menulis pada hari itu telah berakhir. Selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Kemudian guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam.
Refleksi: Pelaksanaan pembelajaran menulis narasi di kelas V berjalan lancar. Pada saat pembelajaran, siswa mulai aktif bertanya mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, siswa terlihat mulai antusias dengan pembelajaran menulis narasi, apalagi dalam siklus II ini menggunakan bantuan media gambar berseri. Tapi ada beberapa kendala yang masih dihadapi oleh guru yaitu kerja sama dan kekompakkan siswa dalam tim belum maksimal terlihat, walaupun sudah ada peningkatan. Sebagian besar siswa masih bersikap egois dan mendominasi kelompok. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang memerlukan perbaikan. dalam menulis narasi yang baik dan padu, baik dari segi pengorganisasian gagasan dan mekanik.
Lampiran 3. 3 Catatan Lapangan Siklus III
LAPORAN (FIELDNOTE) HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Tujuan
: Mengamati proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura.
Lokasi
: Ruang Kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura
Hari
: Jumat
Tanggal
: 14 November 2008
Waktu
: Pukul 07.00-08.10 WIB
Jumlah Siswa : 36 siswa (21 laki-laki + 15 perempuan
Deskripsi Hasil Observasi Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan membuka pelajaran dan mengecek berapa siswa yang tidak mengikuti pelajaran bahasa Indonesia pada pagi itu dengan melihat presensi kelas tersebut. Hari itu ada satu siswa yang absen yaitu Zulfi. Peneliti menempatkan diri sebagai partisipan pasif dengan berada di tempat duduk bagian belakang ruangan. Sehingga peneliti dapat mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar dengan leluasa tanpa mengganggu pelajaran yang sedang berlangsung. Setelah itu, guru melanjutkan materi kali ini dengan mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang lalu. Guru menjelaskan mengenai kesalahan atau kekurangan tulisan siswa agar kesalahan tersebut diperbaiki pada tindakan hari ini. Selanjutnya guru memberikan hadiah kepada tiga orang siswa yang telah mengerjakan tugas siklus II dengan baik. Hal itu dilakukan untuk memotivasi siswa agar semakin giat belajar. Setelah itu, guru melanjutkan pada materi yang akan dipelajari hari ini. Terlebih dahulu guru mengelompokkan siswa sesuai
dengan anggota tim pada siklus sebelumnya. Setelah tim terbentuk, guru terlebih dahulu memberikan contoh pengalaman yang paling berkesan, yang merupakan topik yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini. Setelah memberikan contoh, guru menugasi siswa secara individual untuk menceritakan pengalaman yang paling berkesan ke dalam bentuk karangan dengan tema bebas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan belum mereka pahami. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru memantau siswa dengan cara berjalan mengelilingi tiap-tiap tim untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada tim yang masih memerlukan bantuan. Guru menegur siswa yang malas mengerjakan tugas dengan cara mendekati mereka dan memberikan penjelasan tentang pentingnya tugas tersebut dan guru terlihat banyak memberikan bimbingan kepada siswa yang bersagkutan. Setelah waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas berakhir, guru menugasi siswa untuk menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman satu timnya dengan cara saling berdiskusi, memeriksa, dan mengoreksi tulisan yang telah mereka buat. Selanjutnya, guru meminta siswa secara sukarela untuk membacakan hasil tulisannya di depan kelas, sedangkan bagi siswa yang tidak tampil mendapatkan tugas untuk memberikan tanggapan, masukan, saran maupun kritik terhadap temannya. Setelah itu, guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran, guru menyampaikan terima kasih kepada seluruh siswa karena sudah melakukan kegiatan menulis dengan baik dan sekaligus mengumumkan bahwa kegiatan menulis pada hari itu telah berakhir. Akhirnya, guru menutup pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan salam.
Refleksi:
Pelaksanaan pembelajaran menulis di kelas V berlangsung aktif. Siswa sangat antusias mengikuti pelajaran tersebut. Minat siswa telah termotivasi dengan baik. Keterampilan menulis narasi siswa semakin meningkat. Selain itu, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, mengembangkan materi, serta mengelola kelas juga meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, penelitian ini terbukti memperbaiki kualitas pembelajaran menulis narasi siswa, baik dari segi proses maupun hasil.