PENERAPAN PENDEKATAN ACCELERATED LEARNING (AL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERNALAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN CIPASUNG Dewi Kusumawati SD NEGERI CIPASUNG
Abstrak
Pembelajaran Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak sedikit permasalahan dan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang harus diselesaikan dengan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, menimbang, menaksir dan lain-lain. Dengan demikian, maka seharusnya pembelajaran matematika merupakan suatu kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Terutama pada jenjang pendidikan sekolah dasar, sebab pondasi matematika di sekolah dasar akan menjadi titik pangkal untuk pendidikan selanjutnya. Salah satu pendekatan yang dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran matematika yaitu pendekatan pembelajaran Accelerated Learning (AL). Dengan menerapkan pendelatan Accelerated Learning dapat membantu siswa dalam belajar matematika yang lebih aktif, cepat, tepat dan menyenangkan. Kata kunci : Pendekatan, Pembelajaran, Accelerated Learning
144
PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menhadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik di dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh pemerintah, keluarga, dan pengelola pendidikan. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas bangsa itu sendiri. Untuk memperlancar proses pendidikan diperlukan suatu wadah atau lembaga yang disebut sekolah. Menurut Djamarah (1997;30) secara sistematis telah merencanakan bermacam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan bermacam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga siswa memperoleh pengalaman pendidikan. Dengan demikian mendorong pertumbuhan dan perkembangannya kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dalam pendidikan. Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan dan keterampilan seseorang diperoleh melalui belajar. Keberhasilan proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam diri individu. Faktor dari luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri dari lingkungan dan instrumental. Sedangkan faktor dari dalam yaitu faktor yang berasal dari diri anak itu
sendiri, terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak sedikit permasalahan dan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang harus diselesaikan dengan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, menimbang, menaksir dan lain-lain. Dengan demikian, maka seharusnya matematika merupakan suatu kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Terutama pada jenjang pendidikan sekolah dasar, sebab pondasi matematika di sekolah dasar akan menjadi titik pangkal untuk pendidikan selanjutnya. Namun demikian pendidikan matematika sekolah dasar di Indonesia masih belum terlaksana secara optimal, menganggap matematika itu sulit, membosankan, tidak menarik bahkan dianggap mata pelajaran yang menakutkan. Permasalahan selanjutnya masih kurangnya tingkat kemampuan bernalar siswa selama proses belajar mengajar matematika. Kurangnya kualitas pembelajaran matematika tidak hanya bersumber pada kemampuan siswa, bisa jadi disebabkan cara penyampaian metode pembelajaran yang belum optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mengadakan wawancara dengan beberapa guru di SD, mereka menyatakan bahwa sering sekali mengulang pembelajaran yang seharusnya sudah dipahami di jenjang sebelumnya. Hal ini menjadikan penyebab keterlambatan pencapaian kompetensi. Menanggapi permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk dapat
145
memilih baik metode, pendekatan ataupun strategi yang lebih meningkatkan daya nalar siswa. Sehingga dalam pembelajaran selanjutnya siswa mampu menyelesaikan setiap permasalahan, tanpa harus guru mengulang kembali materi di tingkat sebelumnya. PEMBAHASAN Dalam penyelesaian masalah penulis menggunakan pendekatan accelerated learning. Pendekatan accelerated learning akan diujicobakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan bernalar siswa dalam proses pembelajaran matematika. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bersifat alamiah, sesuai dengan kemampuan otaknya sehingga anak belajar dengan caranya sendiri dan lebih menyenangkan. Sehingga prestasi belajar siswa meningkat Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar yang dilakukan oleh siswa dan mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar (pendidik). Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar beorientasi pada apayang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadumenjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung. Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Menurat Bisri (2008) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berfaasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya pada diri sendiri. Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku kearah yang positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Hudoyo) (1990:1) seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Menurut Helmaheri (2004) bahwa pembelajaran matematika hendaknya tidak menganut paradigma transfer of knowledge, yang mengandung makna bahwa siswa merupakan objek dari belajar. Oleh karena itu sangat jelas bahwa pembelajaran khususnya matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Model pembelajaran Accelerated Learning (pembelajaran yang dipercepat) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam
146
upaya meningkatkan hasil pembelajaran dan kondisi yang disukai oleh peserta didik. Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-masing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknikteknik yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat. Langkah-langkah Pembelajaran Accelerated Learning Dalam metode pembelajaran Accelerated Learning, Rose dan Nicholl (2009:94) mengemukakan enam langkah yang menjadi dasar Accelerated Learning. Keenam langkah dasar itu menjadi prinsip yang disingkat dengan istilah M-A-S-T-E-R, yaitu: 1) Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran) Langkah pertama adalah memotivasi pikiran siswa untuk siap belajar. Guru berkewajiban membuat keadaan pikiran siswa relaks, percaya diri, dan termotivasi karena jika siswa berada pada keadaan stress atau kurang percaya diri akan muncul ketakutan dan ketegangan sehingga siswa tidak akan melihat manfaat dari yang mereka pelajari yang berakibat siswa tidak dapat belajar dengan baik. 2) Acquiring The Information (Memperoleh Informasi) Siswa perlu mengambil, memperoleh, dan menyerap fakta – fakta dasar dari materi yang akan dipelajari. Guru menjelaskan materi
secara garis besar atau gagasan inti dari materi yang diajarkan untuk selanjutnya siswa yang menggali dan mengembangkan informasi. 3) Searching Out The Meaning (Menyelediki Makna) Pada tahap ini, siswa dituntut untuk membuat makna dan memahami materi yang dipelajari, yaitu dengan jalan guru memberikan sejumlah masalah atau pertanyaan yang mendorong siswa menemukan sendiri penyelesaian masalah. 4) Triggering The Memory (Memicu Memori) Rose dan Nicholl (2009: 179) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa 70% dari apa yang dipelajari hari ini dapat terlupakan dalam jangka waktu 24 jam apabila tidak melakukan upaya khusus untuk mengingatnya. Hal ini berarti pengulangan materi sangat perlu dilakukan untuk memicu memori siswa 5) Exhibiting What You Know (Mempresentasikan) Para siswa perlu menilai dan mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari serta bagaimana strategi belajar mereka bekerja dengan baik. 6) Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan) Siswa mengevaluasi cara dan hasil belajarnya. Merefleksikan pengalaman belajar siswa tidak hanya pada apa yang telah siswa pelajari tetapi juga bagaimana mereka mempelajarinya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dalam pendekatan pemecahan masalah guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
147
1. Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. 2. Menerapkan Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika dengan berbagai cara penyelesaian. 3. Guru harus melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah adalah : memahami soal, memilih pendekatan atau strategi pemecahan, menyelesaikan model , menafsirkan solusi. 4. Guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi prasyarat yang diperlukan. Dari langkah awal persiapanpersiapan guru maka akan membantu proses Penalaran pada siswa. Proses penalaran tersebut merupakan proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan atau kemampuan berpikir siswa secara logis. Berpikir logis ini diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu atau suatu proses berpikir bersifat analitik. Untuk pemecahan dilakukan dengan beberapa langkah; pertama melakukan pretes pada siswa dengan menyajikan lembar kerja siswa. Jumlah soal 10 yang harus dihitung dengan batas waktu maksimal 30 menit. Dari hasil tes tersebut yang dapat menghitung cepat dari 22 siswa hanya 5 siswa yang dapat menyelesaikan soal dalam waktu dibawah 30 menit. Sedangkan 17 Siswa lainnya di atas 30 menit.
Kedua mecari solusi dengan menerapkan pendekatan accelerated learning (percepatan dalam pembelajaran). Pada tes 1 peneliti mengadakan persiapan materi, media pembelajaran elektronik/komputer, kegiatan pembelajaran, alat evaluasi serta menyiapkan alat peraga/ instrumen dan pedoman pengamatan. Kemudian peneliti melakukan Tindakan pertama dengan menerapkan langkah-langkah pendekatan accelerated learning agar situasi pembelajaran lebih menyenangkan.. selanjutnya peneliti menganalisis hasil pembelajaran. Hasil tes pertama cukup berkembang mencapai 23% menjawab dengan cepat dan tepat dibawah waktu yang ditentukan 30 menit dengan kategori sangat baik (SB) sebanyak 5 siswa, 18% menjawab sesuai waktu yang telah ditentukan dengan kategori baik (B) sebanyak 4 siswa, 50% menjawab dengan waktu melebihi batas yang telah ditentukan dengan kategori cukup (C) sebanyak 11 siswa, sedangkan 9% menjawab agak lambat dengan waktu yang telah ditentukan dengan kategori kurang baik (KB) sebanyak 2 siswa. Terbukti dalam proses pembelajaran minat dan partisipasi aktif siswa mulai termotivasi. Pada tes kedua hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang sangat berkembang. Terbukti dalam proses pembelajaran lebih termotivasi dengan menggunakan media komputer dengan ditayangkan melalui infokus. Sehingga siswa lebih serius dalam belajar lebih aktif lagi dan suasana menyenangkan dengan dikaloborasikan dengan
148
sistem games yang relevan. Langkah-langkah yang diterapkan dalam pendekatan accelerated learning yaitu: Memotivasi Pikiran siswa untuk siap belajar; memperoleh informasi dan menyerap fakta – fakta dasar dari materi yang akan dipelajari; menyelediki makna; memicu memori dengan mengadakan pengulangan materi sangat perlu dilakukan untuk memicu memori siswa; mempresentasikan; merefleksikan pengalaman belajar siswa. Hasil tes kedua mencapai 95,5% siswa dapat menjawab dengan cepat dan tepat dengan kategori sangat baik (SB) sebanyak 21 siswa dan 4,5% kategori baik (B) sebanyak 1 siswa. Hasil perkembangan kemampuan bernalar siswa dapat lihat pada gambar diagram dibawah ini: SIMPULAN 1. Penerapan pendekatan accelerated learning merupakan pendekatan yang sangat tepat untuk membantu siswa dalam bernalar proses pembelajaran matematika. Karena siswa sangat termotivasi dengan langkah-langkah yang diterapkan sebagai berikut: memotivasi pikiran siswa untuk siap belajar; memperoleh informasi dan menyerap fakta – fakta dasar dari materi yang akan dipelajari; menyelediki makna; memicu memori dengan mengadakan pengulangan materi sangat perlu dilakukan untuk memicu memori siswa; mempresentasikan; merefleksikan pengalaman belajar siswa. Aktivitas siswa akan lebih terbukti dengan diperkuatnya alat media yang digunakan dengan strategi menggunakan sistem
games. Dari penjelasan diatas menyatakan bahwa keterampilan mengajar merupakan salah satu komponen dalam pembentukan kemampuan profesional seorang guru yang harus dikuasai . Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah. 2. Dampak dari pendekatan yang telah diujicobakan yaitu pendekatan accelerated learning dapat meningkatkan penalaran siswa dalam proses pembelajaran matematika. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bersifat alamiah, yang sesuai dengan kemampuan perkembangan otak siswa dapat mempengaruhi pada peningkatan daya nalarnya sehingga anak belajar sendiri dan lebih menyenangkan. Anak terbukti tidak merasa bosan dan lebih aktif, strategi dan metode pembelajaran lebih variatif. Kemampuan bernalar siswa mengalami perkembangan yang sangat baik sehingga dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan. DAFTAR PUSTAKA Azmi, (2008).Accelerated Learning dan Implementasinya di Indinesia.Tersedia :http// index.php.htm.(24 Maret 2011). Damayanti, Dina. (2012). Penerapan Metode Accelerated Learning dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan
149
Komunikasi Matematis Siswa SMP. Bandung: tidakditerbitka. Djamarah, SyaifulBahri.(1997). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Drost , J.I.G.M. (1998). Sekolah: Mengajar Atau Mendidik, Jogjakarta: Kanisius. Ismail, 2003. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Direktoral SLTP Dirjen Dikdasman Depdiknas.
Meier, D. (2000). The Accelerated Learning, Bandung: Kaifa.. Rose, Colin danNicholl, Malcolm J,(2002). Accelerated Learning, Bandung, NuansaCendikia. Rose, Colin. (2009). Kuasai Lebih Cepat Buku Pintar Accelerated Learning, Bandung, Kaifa, Cetakanke 2,. Riduan, (2010), Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung,Alpabeta
150