PENERAPAN PEMBMELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MEMAHAMKAN MATERI LINGKARAN BAGI SISWA KELAS VIII BL-1 SMP NEGERI 2 SAMARINDA
Zulfia Murni, Cholish Sa’dijah, dan Hery Susanto Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika, Samarinda, Dosen Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Dosen Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK: Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar dan hasil diskusi dengan beberapa guru matematika di lapangan, dapat diketahui bahwa siswa SMP Negeri 2 Samarinda kurang memahami secara baik dan benar materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring. Keprihatinan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif yang difokuskan pada materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share merupakan salah satu strategi pembelajaran konstruktivis. Oleh karena itu penyajiannya di kelas diupayakan agar siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri. Pengetahuan selanjutnya di bangun oleh siswa dengan cara bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok. Setiap siswa di tuntut untuk saling bekerja sama. Setidaknya ada dua manfaat yang dapat diperoleh dalam pembelajaran kooperatif yaitu manfaat akademik dan manfaat sosial. Secara akademik siswa meningkatkan pemahaman materi, secara sosial siswa belajar hidup berinteraksi dengan siswa lain atau bermasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif TPS yang dapat memahamkan materi lingkaran bagi siswa kelas VIII BL-1 SMPN 2 Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Perangkat penelitian ini berupa RPP dan LKS. Sedangkan instrumennya adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, tes pemahaman, wawancara, dan dokumentasi. Hasil belajar siswa yang di ukur melalui tes di akhir tindakan telah menunjukkan bahwa 82,14 % dari keseluruhan siswa memperoleh skor lebih dari atau sama dengan 75 (dari skor maksimum 100) dan siswa telah memahami materi lingkaran. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaan kooperatif Think Pair Share. Demikian pula ketika pembelajaran berlangsung terlihat aktivitas dan sikap antusias mereka ketika menyelesaikan permasalah dalam lembar kerja siswa, yang dilanjutkan dengan menyampaikan hasil kerja mereka di depan kelas. Kata Kunci : Pembelajaran, Kooperatif Think Pair Share, Lingkaran
Matematika dan cara berpikir matematika mendasari bangunan pendidikan disiplin ilmu yang lain dan mengembangkannya, selain mengembangkan matematika itu sendiri (Plato dan Howson dalam Hudojo, 2005). Matematika tidak hanya berperan dalam bidang matematika itu sendiri, bahkan diaplikasikan pada bidang lain. Oleh karena itu,
matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD (Hudojo, 2005). Menurut (Kurikulum KTSP 2006) matematika diberikan mulai sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, siste-
376
377, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
matis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerja sama. Menurut Hudojo (2005) matematika merupakan ilmu yang memiliki objek penelaahan yang abstrak, yaitu pada hakekatnya matematika hanya terdapat pada pikiran manusia. Keabstrakan objek inilah yang membuat matematika sulit untuk dipahami. Agar siswa mudah dalam memahami matematika, guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Suherman (2003:260) pembelajaran kooperatif merupakan suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam bekerja kelompok siswa sering lebih paham akan apa yang disampaikan oleh temannya sendiri dari pada oleh guru. Menurut S. Nasution (2005 : 43) bahasa yang digunakan oleh siswa lebih mudah ditangkap oleh siswa lain. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan Johnson dan Johnson (Nurhadi dkk, 2004:63) adalah sebagai berikut (1) memudahkan siswa dalam melakukan penyesuaian sosial, (2) meningkatkan sikap tenggang rasa, (3) meningkatkan motivasi belajar instrinsik, (4) meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar, (5) menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois. Model pembelajaran kooperatif lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator agar siswa dapat memahami proses pembelajaran dengan baik. Akan tetapi tidak semua pembelajaran dapat berjalan dengan lancar terutama pada pembelajaran matematika. Banyak sekali kesulitan yang dialami oleh siswa karena objek matematika yang
abstrak, sehingga guru dan siswa dihadapkan pada beberapa hambatan sepertihal nya pada kelas VIII BL-1 SMPN 2 Samarinda. Berdasarkan pengalaman, pengamatan dan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran matematika, diperoleh gambaran siswa saat pembelajaran matematika berlangsung, antara lain: (1) siswa kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung, (2) pemahaman siswa mengenai materi yang dijelaskan guru masih rendah. Hal ini diperkuat dengan fakta-fakta yang ditemukan peneliti yakni masih banyak siswa yang belum menguasai konsep dasar lingkaran, (3) pembelajaran selalu berpusat pada guru (teacher center), (4) metode pembelajaran yang sering digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. Dalam penelitian ini, peneliti memilih materi lingkaran karena berdasarkan pengalaman mengajar selama ini masih banyak siswa yang belum memahami materi dengan baik dan benar. Materi lingkaran merupakan materi dasar yang banyak digunakan pada matematika lanjutan maupun dalam bidang studi lain. Konsep lingkaran dapat digunakan untuk menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Dan dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masalah yang dijumpai memerlukan penyelesaian dengan menggunakan pengetahuan tentang lingkaran. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dalam penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif think pair share yang dikembangkan oleh Frank Lyman (1985) dengan langkah-langkahnya adalah think (berpikir)-pair (berpasangan)-share (berbagi). Pada tahap think siswa berpikir/ memikirkan penyelesaian dari suatu permasalahan yang diberikan guru secara individu. Pada tahap pair siswa berpasangan (pada penelitian ini
Murni, dkk, Penerapan Pembmelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) , 378
berpasangan secara berkelompok berdua) untuk mendiskusikan penyelesaian permasalahan berdasarkan pada hasil berpikir secara individu. Sedangkan pada tahap share siswa yang merupakan perwakilan kelompok menyampaikan hasil kerja kelompoknya (kesepakatan hasil diskusi pada tahap pair) ke kelompok lain atau kepada seluruh anggota kelas. Think Pair Share (TPS) memiliki kelebihan antara lain: (1) memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, merespon, dan saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan, (2) lebih mudah dan cepat dalam pembentukan kelompoknya, (3) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena satu kelompok hanya terdiri dari dua siswa. Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut diharapkan TPS dapat memahamkan siswa kelas VIII BL-1 SMPN 2 Samarinda pada materi lingkaran yaitu hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring. Siswa dikatakan paham apabila 80 % siswa mencapai ketuntasan belajar klasikal dan memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 75. METODE Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dilakukan pada obyek yang alamiah sebab obyek berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan ini dikhususkan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research), karena dilaksanakan di dalam kelas untuk mengatasi persoalan yang dihadapi, dalam hal ini lemah atau kurangnya pemahamn siswa pada materi lingkaran, dan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran tentang tingkah laku serta kinerja subjek penelitian selama penelitian berlangsung. PTK mempunyai
empat tahap, yakni: perencanaan, pelaksanan, observasi dan refleksi. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII BL-1 SMPN 2 Samarinda semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan banyak siswa 28 orang yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Kehadiran peneliti di lapangan merupakan hal yang mutlak diperlukan, karena peneliti bertindak sebagai perencana tindakan, pemberi tindakan, pengumpul data, penganalis data serta sekaligus pembuat laporan hasil penelitian. Perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), tes, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar validasi. Dengan teknik pengumpulan datanya ada yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan di luar pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini meliputi (1) data hasil validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, (2) hasil observasi aktivitas guru dan siswa, (3) data hasil tes siswa diakhir penelitian dan (4) hasil wawancara terhadap subyek penelitian. Analisis data dimulai dengan menelaah semua data yang tersedia. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data ini dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) menarik kesimpulan serta verifikasi. Mereduksi data yaitu kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh untuk penyusunan laporan penelitian. Menyajikan data yaitu kegiatan menyajikan hasil reduksi data secara naratif. Penarikan kesimpulan dan verifikasi yaitu proses memberikan kesimpulan terhadap hasil
379, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
penafsiran dan evaluasi yang meliputi pencarian makna data dan pemberian penjelasan. Untuk data kuantitatif analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis validitas instrumen, analisi data hasil observasi aktivitas guru dan siswa serta analisis data hasil belajar. Analisis validitas instrumen digunakan untuk mengetahui kevalidan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Hasil diperoleh melalui kegiatan validasi yang dilakukan oleh 3 orang validator. Setelah validator mengisi lembar validasi, skor hasil validasi dari masing-masing validator ditotal kemudian diolah menjadi persentase skor rata-rata hasil validasi. Hasil validasi dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:
SR
Sr 100% Sm
Keterangan: SR= Persentase skor rata-rata hasil validasi Sr = Skor rata-rata validasi dari masing-masing validator Sm = Skor maksimal yang dapat diperoleh dari hasil validasi Kesimpulan analisis data disesuaikan dengan kriteria skor rata-rata hasil validasi sebagai berikut: 75% ≤ SR ≤ 100% : Valid tanpa revisi 50% ≤ SR ≤ 74% : Belum valid dengan sedikit revisi 25% ≤ SR ≤ 49% : Belum valid dengan banyak revisi SR < 24% : Tidak valid Analisi data terhadap hasil observasi aktivitas guru dan siswa diperoleh melalui kegiatan observasi yang dilakukan tiga orang observer selama pembelajaran berlangsung. Data aktivitas guru dan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas, dianalisis dengan menggunakan persentase sebagai berikut: Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
jumlahskor 100% skor maksimal Taraf keberhasilannya sebagai berikut: 90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik 80% ≤ NR < 90% : Baik 70% ≤ NR < 80% : Cukup 60% ≤ NR < 70% : Kurang 0% ≤ NR < 60% : Sangat Kurang Analis data terhadap hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes siswa pada akhir tindakan pembelajaran. Setelah hasil tes siswa diperoleh, hasil tes siswa diberi skor sesuai pedoman penskoran, kemudian dianalisis menggunakan rumus:
S SR 100% n Dimana: SR= Persentase skor rata-rata hasil tes siswa S = jumlah siswa yang mendapat skor ≥ 75 N = Jumlah siswa Pada penelitian ini tes dikatakan berhasil jika hasil prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sekurangkurangnya 80% dari keseluruhan siswa mendapatkan nilai ≥ 75. Data hasil wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan respon siswa terhadap materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring dengan pembelajaran Thik Pair Share . Pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil wawancara menunjukkan bahwa 2/3 dari jumlah siswa sudah memahami materi.
Murni, dkk, Penerapan Pembmelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) , 380
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi dalam kelas VIII BL1 dan diskusi dengan beberapa guru matemtaika SMPN 2 Samarinda. Didapatkan fakta bahwa pembelajaran di dalam kelas masih menggunakan metode ceramah, siswa kurang aktif dan pembelajaran berpuasat pada guru. Sebelum dilakukan tindakan, terlebih dahulu dilakukan tes 1/awal untuk pembentukan kelompok serta untuk mengetahui pemahaman siswa akan materi prasyarat hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring yaitu bagian-bagian lingkaran, keliling dan luas lingkaran. Diperoleh masih banyak siswa yang kurang memahami konsep dengan baik dan benar, sehingga perlu diingatkan kembali materi prasyarat mengenai bagian-bagian lingkaran, keliling dan luas lingkaran. Paparan data tahap perencanaan tindakan yaitu meliputi (1) menyusun satu RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk tiga kali pertemuan yang sesuai dengan pembelajaran TPS dengan alokasi waktu 6 x 40 menit, (2) menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa) yang sesuai dengan materi yang dipelajari, (3) menyusun lembar observasi aktivitas guru, (4) menyusun lembar observasi aktivitas siswa, (5) menyusun lembar pedoman wawancara, (6) menyusun tes dan kisi-kisi yang berfungsi sebagai rambu-rambu pelaksanaan evaluasi, (7) menyusun lembar validasi yang berfungsi untuk memvalidasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Selain mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, peneliti juga meminta bantuan tiga validator untuk memvalidasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Peneliti juga meminta bantuan tiga
observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan, tindakan dilaksanakan dalam enam pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit tiap pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal berisi motivasi dan apersepsi, kegiatan inti berisi tahapan pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu berpikir- berpasanganberbagi, dan kegiatan penutup berisi refleksi dan simpulan. Tes 2/akhir dilaksanakan pada pertemuan kelima. Kemuadian dilanjutkan dengan wawancara pada pertemuan terakhir. Pengamatan tindakan selama proses pembelajaran dilakukan oleh dua orang guru matematika SMPN 2 Samarinda dan seorang teman sejawat. Didapatkan hasil observasi kegiatan aktivitas guru dan siswa masuk kategori “sangat baik”. Refleksi tindakan, refleksi digunakan untuk menentukan apakah terdapat kelemahan dan kekurangan dalam tindakan, disamping itu refleksi digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah paham materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring yaitu dengan kriteria keberhasilan minimal 80 % siswa memiliki rata-rata lebih dari atau sama dengan 75. Dilihat dari hasil pengerjaan tes akhir didapat 82,14 % siswa memperoleh rata-rata skor lebih dari sama dengan 75. Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada tiga siswa menyatakan bahwa ke-3 siswa senang mengikuti pembelajaran dengan TPS dan telah mamahami materi lingkaran, sehingga berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan telah sesuai dengan kriteria keberhasilan. Berdasarkan analisis data yang diuraikan di atas, disimpulkan bahwa tindakan telah
381, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
mencapai kriteria keberhasilan, baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Dengan demikian cukup satu siklus untuk memahamkan materi lingkaran pada pokok bahasan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring. Berdasarkan pembelajaran yang telah berlangsung temuan-temuan penelitian yang didapat pada guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan antara lain 1. Langkah menyampaiakan tujuan pembelajaran dengan membangkitkan pengetahuan prasyarat, terutama tentang bagian-bagian lingkaran, keliling dan luas lingkaran sangat membantu siswa untuk membangun pemahaman pada materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring. 2. Format kelompok yang tidak diubah ternyata dapat membawa dampak positif, dengan tiga kali bersama siswa semakin kompak dan berani mengemukakan pendapat. 3. Strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini ternyata dapat membawa siswa yang pendiam menjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya, meskipun pada awalnya sedikit dipaksa untuk berbicara. 4. Penggunaan LKS dapat membantu arah berpikir siswa, akibatnya siswa dapat membangun pemahaman mereka sendiri. 5. Diskusi antar kelompok pada saat menyampaikan hasil kerja kelompok dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan ide kelompoknya. Selain itu proses klarifikasi dapat membantu siswa untuk menyamakan persepsi dan memperbaiki kesalahan yang terjadi. 6. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) siswa telah memahami materi lingkaran yakni hubungan sudut pusat, panjang
busur dan luas juring. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh yakni 82,14 % siswa tuntas belajar. Baerdasarkan hasil tersebut, maka tampak bahwa siswa telah mampu membangun pemahaman pada materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring. Pembahasan Pembelajaran yang dilakukan sebanyak enam kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit. Materi yang diteliti dalam penelitian ini adalah materi tentang lingkaran yakni hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring dengan menerapkan pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pembelajaran kooperatif Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1985 dari University Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur Think (berpikir), Pair (berpasangan) dan Share (berbagi). Pembelajaran diawali dengan guru memberikan pertanyaan tentang materi pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan kelompok berdua (pasangannya) dan pada tahap terakhir masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas kepada kelompok lain atau seluruh anggota kelas. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap penelitian sesuai dengan model penelitian tindakan kelas yang merujuk pada rancangan Kemmis dan Taggart yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi. Langkah-langkah yang diterapkan guru termuat dalam RPP yang meliputi kegiatan pendahulu yakni (1) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) mengaitkan pengetahuan sebelumnya (materi
Murni, dkk, Penerapan Pembmelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) , 382
prasyarat) dengan materi yang akan dipelajari, (3) menjelaskan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti terdapat tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pair (berpasangan), Share (berbagi). Pada kegiatan penutup guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah dipelajari dan guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Pada pelaksanaan penelitian yakni penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada kegiatan pendahuluan guru menjelaskan hubungan antara materi bagia-bagian lingkaran, keliling serta luas lingkaran atau materi prasyarat dengan materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring yang akan dipelajari. Pada penjelasan tersebut guru jga melakukan tanyajawab dengan siswa. Pada tahap inti guru membagikan LKS untuk dikerjakan siswa secara individu terlebih dahulu. Pada tahap pair, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang anggotanya sebanyak dua orang siswa. LKS dikerjakan secara kelompok berdua. Pada tahap share, kelompok berbagi dengan menyampaikan hasil kerja / diskusi kelompok berdua di depan kelas dan kelompok lain menanggapi serta memberikan masuka-masukan dan saransaran. Berdasarkan hasil observasi dari observer selama proses pembelajaran prosentase skor rata-rata pada observasi aktivitas guru yang diberikan ke-tiga observer adalah 93,33 % pada pertemuan pertama, 96 00 % pada pertemuan kedua dan 97,67 % pada pertemuan ketiga. Prosentase skor rata-rata observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama 92,33 %, pada pertemuan kedua 93,00 %, dan pad pertemuan ketiga 96,00 %. Berdasarkan hasil prosentase yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kriteria sangat baik. Untuk pemahaman siswanya, berdasarkan hasil analisis nilai tes akhir dapat diperoleh 23 dari 28 siswa yang mengikuti tes memperoleh skor lebih besar atau sama dengan 75. Keadaan ini dapat dikatakan bahwa 82,14 % dari seluruh siswa telah memahami materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring. Begitupun hal nya dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada seluruh siswa menyatakan bahwa 2/3 dari seluruh siswa merasa senang dengan pembelajaran dengan TPS dan telah memahami materi lingkaran. Berdasarkan analisis yang diuraikan di atas target atau kriteria ketuntasan belajar telah tercapai. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada meteri hubungan sudut pusat panjang busur dan luas juring ini telah sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran think pair share. Meskipun pelaksanaan telah sesuai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran think pair share tetapi masih terdapat kendala yang dihadapi oleh peneliti. Kendala tersebut yakni siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran banyak yang lambat sehingga waktu pembelajaran terlaksana melebihi waktu yang direncanakan. Sebagai solusi selanjutnya pengaturan waktu lebih optimal oleh peneliti agar pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal dan sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan supaya tidak terpakai waktu untuk pembejaran bidang studi yang berikutnya. PENUTUP Kesimpulan Ada beberapa langkah yang digunakan dalam menerapkan pembelajaran think pair share dalam penelitian ini. Penerapan pembelajaran kooperatif
383, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
think pair share mengantarkan siswa kelas VIII BL-1 SMPN 2 Samarinda tahun pelajaran 2012/2013 untuk dapat lebih memahami materi lingkaran yaitu hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring, dan akibat nya berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Dari data hasil penelitian menyatakan bahwa prosentase hasil tes secara klasikal, siswa yang memperoleh skor ≥ 75 adalah 82,14% Berdasarkan prosentase hasil observasi aktivitas guru dan siswa yang diberikan oleh ketiga observer dalam kriteria sangat baik Hasil wawancara yang dilakukan pada seluruh siswa secara umum menyatakan pembelajaran kooperatif think pair share merupakan pembelajaran yang asik, menarik, menyenangkan, membuat siswa cepat dan mudah memahami materi pelajaran. Saran Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat disampaikan (1) bagi
guru matematika SMPN 2 Samarinda disarankan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif think pair share sebagai alternatif melaksanakan pembelajaran di kelas, (2) bagi guru yang melaksanakan pembelajaran seperti ini, hendaknya: pada proses pembelajaran seharusnya lebih peka terhadap gerak-gerik siswanya, serta lebih aktif dalam menegur dan mengarahkan siswanya, sehingga siswa yang berkemampuan rendah juga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Apabila pembelajaran didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi sebaiknya guru segera mengubah strategi, yang awalnya kesempatan diberikan kepada yang mampu dialihkan menjadi model penunjukkan langsung (agak memaksa tetapi hasilnya baik untuk siswa yang berkemampuan rendah dan sedang untuk dapat menyampaikan sesuatu yang telah dipahaminya, (3) bagi peneliti selanjutnya agar mencermati lagi perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN Hudojo, 2005. Pengembangn Kurikulum dan Pebelajaran Matematika. Malang: UM Press Hudojo, H. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: PPS UM. Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses belajar & Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Pres. Suherman. 2003. Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer, Edisi Revisi.Bandung: JICA.