PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SDN PERUMNAS BUMI KELAPADUA KAB. TANGERANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh MAULIDYA NOOR IZZATI NIM 109018300039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SDN PERUMNAS BUMI KELAPADUA KAB. TANGERANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Maulidya Noor Izzati NIM 109018300039
Yang Mengesahkan, Dosen Pembimbing:
Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
i
ii
SURAT PENYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Maulidya Noor Izzati
NIM
: 109018300039
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Alamat
: JL. Dayung IC No.06 RT.01/06 Kelapa Dua, Tangerang
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonseia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing
: Otong Suhyanto, M. Si
NIP
: 19681104 199903 1 001
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, Desember 2013 Yang Menyatakan
Maulidya Noor Izzati NIM. 109018300039
iii
ABSTRAK
Maulidya Noor Izzati (NIM: 109018300039). Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar matematika siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI). Penelitian ini dilakukan di SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan PTK dilakukan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PMRI dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari persentase aktivitas diskusi siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 87.5%, aktivitas bekerja sama dengan teman satu kelompok 87.5% pada siklus I dan 93.75% pada siklus II. Pada siklus I dan II aktivitas belajar siswa tergolong dalam kategori sangat baik. Selain itu, penerapan model PMRI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal ini menunjukan adanya peningakatan hasil belajar siswa sebesar 16.2%.
Kata Kunci: Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Hasil Belajar
iv
ABSTRACT
Maulidya Noor Izzati (NIM: 109018300039). The Implementation of Indonesian Model Realistic Mathematics Education To Improve Learning Outcomes of Students in Grade VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. This study aims to describe students mathematics learning activity and to improve the outcomes of the learning through a model of Indonesian Realistic Mathematics Education (PMRI). This research was conducted in SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang, using a classroom action research method (CAR). The classroom action research method activities are carried out in four stages, namely planning, action, observation, and reflection. The results showed that the application of the model PMRI can enhance students learning activities, this can be seen from the discussion activity percentage of students in the first cycle and second cycle which amounted to 87.5%, activities in collaboration with a group of friends 87.5% in the first cycle and 93.75% in the second cycle. In the first and second cycles of learning activities of students classified in the excellent category. In addition, the application of this PMRI model can improve the student learning outcomes. This increase can be seen through the mastery level of student learning. In the first cycle reaches the level of mastery learning students and 67.6% in the second cycle reaches 83.8%. This shows an increase in student learning outcomes by 16.2%.
Keywords: Indonesian model Realistic Mathematics Education (PMRI), Learning Outcomes
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Hanya dengan rahmat dan pertolongan-Nya segala daya dan upaya manusia dalam berusaha dapat mencapai hasil yang diinginkannya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat manusia, Nabi Muhammad SAW, sebagai peletak dasar-dasar pendidikan anak dengan penuh akhlak al-karimah dan menjadikan mereka makhluk yang harus dimuliakan dan disempurnakan perilaku dan potensinya. Apa yang penulis uraikan dalam pembahasan skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis capai. Namun demikian, sebagai manusia yang penuh kekurangan penulis menyadari bahwa skripsi ini belum bisa dikatakan sebagai karya yang sempurna. Tapi, inilah yang dapat penulis persembahkan sebagai pemenuhan tugas dan wujud tanggung jawab keilmuan dari penulis. Selesainya skripsi ini tak lepas dari adanya bantuan pihak, baik langsung maupun tidak langsung, moril maupun materil. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa’I, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Fauzan, MA. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 3. Otong Suhyanto, M.Si, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah mencurahkan pikiran dan meluangkan waktunya bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada dosen-dosen PGMI yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga dan sangat berguna bagi penulis. 5. Para staf perpustakaan, baik Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
yang
telah
membantu
penulis
dalam
mencari
referensi
untuk
menyelesaikan skripsi ini. 6. Muchid. AF, S.Ag, selaku Kepala SDN Perumnas Bumi Kelapadua yang telah memberikan izinnya untuk dapat melaksanakan penelitian di SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang 7. Itar Sutarsih, S.PdSD, selaku guru kelas VA yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melakukan penelitian di SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. 8. Ayahanda tercinta Tabroni, S.Sos, dan ibunda tercinta Sarmi, yang tak pernah berhenti mendo’akan dan memberi motivasi serta bantuan moril maupun materil kepada penulis dengan tulus dan ikhlas. 9. Kakak tersayang Fauzan Afdhila dan adik tersayang Ayunda Indarwulan, yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku tercinta, Mia Zainab, S.Pd, Nova Ghinayatul Fuadhah, S.Pd, Yasmine Raguan, S.Pd, Mela Regina, Asrotun, Devi Kurnia Amalia, S.Pd, Dewi Anjani, Ahmad Surur, Yanita Puspita Sari, yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-temanku seperjuangan Prodi PGMI angkatan 2009 yang telah memberikan
motivasi
dan
dorongan
besar
bagi
penulis
untuk
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh, amin.
Jakarta, Desember 2013
Penulis Maulidya Noor Izzati
vii
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian .......................................
4
C. Pembatasan Fokus Penelitian .....................................................
4
D. Perumusan Masalah Penelitian ...................................................
5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...............................................
5
BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Deskripsi Teoritik .......................................................................
7
1. Konsep Belajar dan Hasil Belajar ........................................
7
a. Konsep Belajar .................................................................
7
b. Hasil Belajar .....................................................................
11
2. Konsep Pembelajaran Matematika .......................................
14
a. Pengertian Matematika .....................................................
14
b. Pembelajaran Matematika di SD.......................................
15
c. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD ................
16
3. Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ................................................................................. a.
17
Pengertian Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ............................................................ viii
17
b. Karakteristik Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).............................................
20
c. Prinsip-prinsip Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).............................................
21
d. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD ...............................................................................
23
e. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ...
24
f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) .......................
25
B. Hasil Penelitian yang Relevan .....................................................
26
C. Kerangka Berpikir ........................................................................
27
D. Hipotesis Tindakan .......................................................................
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
29
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .................
29
1. Metodologi Penelitian ............................................................
29
2. Rancangan Sikulus Penelitian ................................................
30
C. Subjek Penelitian ........................................................................
33
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................
33
E. Tahapan Intervensi Tindakan .....................................................
33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ..............................
34
G. Data dan Sumber Data ...............................................................
35
H. Instrumen Pengumpul Data ........................................................
36
1. Lembar Pedoman Observasi ..................................................
36
2. Tes Hasil Belajar ....................................................................
37
3. Catatan Lapangan ...................................................................
39
I. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
40
1. Observasi ................................................................................
40
2. Tes ..........................................................................................
40
3. Catatan lapangan ....................................................................
40
ix
4. Studi Dokumentasi .................................................................
41
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan .........................................
41
K. Ananlisis Data dan Interpretasi Data ..........................................
42
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ......................................
44
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPETASI HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan .................................
45
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ..............................................
45
a. Tahap Perencanaan ...........................................................
46
b. Tahap Pelaksanaan ...........................................................
46
c. Tahap Observasi ...............................................................
55
d. Tahap Refleksi ..................................................................
59
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ............................................
61
a. Tahap Perencanaan ...........................................................
61
b. Tahap Pelaksanaan ...........................................................
62
c. Tahap Observasi ...............................................................
71
d. Tahap Refleksi ..................................................................
76
B. Analisis Data ..............................................................................
78
C. Interpretasi Hasil Analisis Data ................................................
79
D. Pembahasan ................................................................................
83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Keimpulan ..................................................................................
85
B. Saran ...........................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Kisi-ksi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa ................ 36
Tabel 3.2
Kisi-ksi Instrumen Observasi Aktivitas Mengajar Guru .............. 37
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I ......................................... 38
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Teas Akhir Siklus II ...................................... 39
Tabel 3.5
Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru .............................................................. 43
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus I .............................................................................. 56
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI Siklus I ............................................................................... 57
Tabel 4.3
Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus I ....................... 58
Tabel 4.4
Hasil Refleksi Siklus I .................................................................. 60
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus II .............................................................................. 72
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI Siklus II .............................................................................. 73
Tabel 4.7
Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus II ..................... 75
Tabel 4.8
Hasil Refleksi Siklus II ................................................................. 77
Tabel 4.9
Persentase Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI ............ 79
Tabel 4.10
Persentase Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI ......... 80
Tabel 4.11
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II ........................... 82
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Proses Matematisasi Horizontal dan Vertikal .............................. 18
Gambar 3.1
Siklus Penellitian Tindakan Kelas ................................................ 32
Gambar 4.1
Siswa Menunjukan Waktu Dengan Menggunakan Jam Analog .. 50
Gambar 4.2
Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I ........................................ 55
Gambar 4.3
Siswa Melakukan Pengukuran Panjang Benda ............................ 63
Gambar 4.4
Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Dengan Menggunakan Tangga Satuan Panjang ................................................................ 64
Gambar 4.5
Siswa Melengkapi Catatan Lomba Lari ....................................... 67
Gambar 4.6
Siswa Berdiskusi Menemukan Penyelesaian masalah ................. 70
Gambar 4.7
Diagram Histogram Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI ................................................................................. 80
Gambar 4.8
Diagram Histogram Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI ................................................................................. 81
Gambar 4.9
Diagram Histogram Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI ................................................................................. 82
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Siklus II)
Lampiran 3
Contoh Jawaban Siswa
Lampiran 4
Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I
Lampiran 5
Instrumen Tes Akhir Siklus I
Lampiran 6
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I
Lampiran 7
Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II
Lampiran 8
Instrumen Tes Akhir Siklus II
Lampiran 9
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas belajar Siswa Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus II Lampiran 14 Nilai Ulangan Siswa Sebelum Penelitian Lampiran 15 Hasil Tes Akhir Siklus I Lampiran 16 Hasil Tes Akhir Siklus II Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Lampiran 18 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Lampiran 20 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II Lampiran 21 Peningakatan Aktivitas Belajar Siswa Lampiran 22 Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru Lampiran 23 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Lampiran 24 Lembar Uji Referensi Lampiran 25 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 26 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 27 Surat Keterangan Penelitian
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pentingnya matematika dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK menuntut adanya pengembangan pemahaman matematika pada setiap individu. Proses pengembangan pemahaman matematika dapat dilakukan sejak indivdu tersebut ada pada jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Namun pada kenyataannya, dilapangan masih banyak ditemui siswa yang tidak menyukai matematika. Bagi mereka matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit dan sukar untuk dimengerti, sehingga mengakibatkan kurangnya antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Disamping itu, akibat nyata lain dari minimnya antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran matematika adalah masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika. Mengingat matematika merupakan pelajaran wajib bagi siswa tingkat sekolah dasar kelas I sampai kelas VI dan merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UASBN, maka matematika perlu mendapatkan perhatian khusus bagi seorang pendidik. Salah satu karakteristik matematika adalah sebagai studi dengan objek kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini tentu dirasa sulit untuk dicerna siswa, terutama pada tingkat sekolah dasar yang masih berada dalam tahap operasional konkret. Guru perlu berhati-hati dalam menanamkan konsepkonsep matematika pada siswa. Di satu sisi siswa SD pola berpikirnya masih terbatas pada benda-benda nyata, sedangkan di sisi lain objek-objek pada konsep matematika bersifat abstrak. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran matematika di SD haruslah disesuaikan dengan kegidupan siswa. Kegiatan pembelajaran matematika yang tidak terkait dengan konteks kehidupan siswa akan dirasa kurang bermakna, kurang menarik, dan sulit di pahami siswa.
1
2
Selama ini kegiatan pembelajaran yang mendominasi kelas-kelas matematika adalah pada penekanan transfer ilmu dan latihan. Guru mendominasi kegiatan di kelas dan berfungsi sebagai sumber belajar utama. Guru menyajikan pengetahuan dan konsep matematika kepada siswa, siswa memperhatikan penjelasan guru dan contoh yang diberikan , kemudian siswa ditugaskan untuk menyelsaikan soal-soal sejenis yang diberikan guru. Kegiatan pembelajaran matematika hanya berkutat pada hal-hal tersebut. Pembelajaran matematika masih jarang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa
sehari-hari.
Pembelajaran
semacam
ini
dirasakan
kurang
memperhatikan aktivitas, interaksi dan pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa, sehingga timbul berbagai anggapan negatif siswa terhadapa pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari adalah model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI). Dalam PMRI, dunia nyata dijadikan sebagai sumber pemunculan konsep matematika dan aplikasi dari konsep matematika. Penggunaan masalah-masalah kontekstual dalam PMRI adalah sebagai sebagai langkah awal dalam proses pembelajaran. Kemudian dengan bantuan dan atau tanpa bantuan guru, para siswa diharapkan mampu menemukan
konsep
atau
pengertian-pengertian
matematika
melalui
permasalahan kontekstual. Dalam pembelajaran siswa dituntut terlibat aktif, mampu menjelaskan dan mengungkapkan alasan terhadap solusi yang diperoleh. Peranan guru dalam PMRI adalah sebagai fasilitator dan motivator. Dengan PMRI diharapkan mampu mengakrabkan matematika dengan lingkungan siswa, melalui pengaitan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan pengalaman sehari-hari siswa, sehingga siswa lebih mudah mengingat konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika yang ia pelajari. Bahkan siswa juga akan lebih terbiasa untuk mengaplikasikan konsep atau prinsip matematika tersebut dalam menyelesaikan soal maupun permasalahan matematis dalam kehidupannya sehari-hari.
3
Pada proses pembelajaran matematika di SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang khususnya siswa kelas VA menunjukan masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini terlihat dari hasil UTS semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika 65, hanya 15 siswa yang mampu mencapai nilai KKM atau mencapai 41% dan 22 siswa lainnya belum mencapai KKM atau mencapai 59%, begitu pula dilihat dari rata-rata nilai siswa sebesar 48.6. Selain itu, kegiatan pembelajaran matematika di kelas jarang dikaitkan dengan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa masih sering mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada permasalahn matematika yang berkaitan kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep pembelajaran matematika yang berorientasi pada kehidupan siswa sehari-hari adalah pembelajaran dengan model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Berpijak pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka kiranya perlu diadakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK), dalam hal ini penulis mengangkat judul “Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 1. Berdasarkan latar bealakang masalah di atas, maka identifikasi area dalam penelitian ini adalah : a) Pembelajaran matematika siswa belum berorientasi pada pembelajaran yang bermakna sehingga hasil belajar matematika masih rendah. b) Proses pembelajaran matematika yang terjadi masih satu arah yaitu guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center).
4
c) Model pembelajaran matematika yang diterapkan masih menggunakan model pembelajaran yang menekankan pada pengerjaan soal-soal latihan atau drill and practice. 2. Fokus penelitian pada penelitian ini adalah : a) Peningkatan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang, terutama pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran. b) Peningkatan hasil belajar matematika pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. c) Penggunaan model pendidikan matematika realistik Indonesia dalam pembelajaran matematika.
C. Pembatasan Fokus Penelitian Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada : 1. Penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia pada penelitian ini dibatasi pada materi pengukuran waktu, jarak dan kecepatan pada kelas V. 2. Model pendidikan matematika realistik Indonesia yang dimaksud dalam penelitian
ini
adalah
model
pembelajaran
matematika
yang
memanfaatkan permasalahan kontekstual sebagai jembatan bagi siswa dalam memahami konsep matematika dengan menggunakan modelmodel matematika yang dibangun sendiri oleh siswa. 3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif pada aspek pemahaman dan penerapan dilihat dari nilai ratarata kelas dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
5
D. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagimana aktivitas belajar
matematika
melalui penerapan model
pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang? 2. Apakah penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang?
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelituan ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar matematika melalui penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang. 2. Untuk mendeskripsikan penerapan model pendidikan matematika realistik
Indonesia
(PMRI)
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
matematika pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi guru Diharapkan akan membantu mempermudah guru dalam mengerjakan atau menyampaikan materi matematika dan untuk menambah literatur guru tentang pendekatan, model, metode, dan strategi pembelajaran.
2. Bagi siswa
6
Untuk
belajar,
matematika
tanpa
khususnya rasa
dalam
jenuh.
mempelajari
Siswa
juga
mata
pelajaran
diharapkan
mampu
meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran di kelas dan memahami konsep matematika dengan mengaitkan pelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari. 3. Bagi sekolah Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan bagi lembaga sekolah sekaligus sebagai kerangkan acuan dalam mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa. 4. Bagi peneliti Sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang pembelajaran di sekolah
dan
sebagai
pengalaman
yang
sangat
berharga
dalam
mengimplementasikan model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) di lapangan secara langsung.
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Deskripsi Teoretik 1. Konsep Belajar dan Hasil Belajar a. Konsep Belajar Sebagian besar proses perkembangan berlangsung selama kegiatan belajar. Belajar selalu identik dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah pada yang lebih baik atau pun yang kurang baik. Hal lain yang juga berkaitan dengan belajar adalah pengalaman dalam bentuk interaksi dengan orang lain maupun lingkungan sekitar. Adapun pengertian belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya, dan dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.1 Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, belajar merupakan faktor penentu proses perkembangan seseorang dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, dan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman . Pengalaman yang dimaksud adalah dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan sikap, kebiasaan, peningkatan keterampilan, kesanggupan menghargai, adanya perkembangan sikap-sikap sosial, emosional.
1
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), h. 21
7
8
Dalam hal ini banyak ahli yang memberikan pendapat yang berbedabeda mengenai pengertian belajar. 1) Menurut Cronbach “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.”2 2) Menurut Hilgard “Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (wheter in a laboratory or in a natural environment) as distinguished from change by factors not attributable to training.”3 3) Menurut Harold Spears “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.”4 4) Menurut Witherington “Belajar
merupakan
perubahan
dalam
kepribadian,
yang
dimanifestasikankan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.”5
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seorang individu untuk membentuk suatu perubahan pada dirinya baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap, atau perilaku. Perubahan yang terjadi dapat berupa penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan, penambahan informasi, pengetahuan, atau keterampilan yang telah ada, dan 2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 231.
3
Ibid., h. 232.
4
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 54.
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 155.
9
reduksi atau penghulangan sifat kepribadian atau perilaku tertentu yang tidak dikehendaki. Berdasarkan definisi-definisi belajar yang ada maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-cirinya sebagai berikut:6 1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik actual maupun potensial 2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama 3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha yang dilakukan dengan sengaja. Dengan kata lain, belajar adalah kegiatan mental/psikis yang terjadi dalam diri siswa secara sadar dan aktif sehingga terjadi perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Belajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan. Tujuan belajar berkaitan dengan adanya perubahan atau pembentukan tingakah laku tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanya mungkin terjadi dalam proses belajar disekolah. Lebih lanjut Winarno mengungkapkan tujuan belajar disekolah adalah untuk mencapai :7 1) Pengumpulan pengetahuan 2) Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan 3) Pembentukan sikap dan perbuatan Dalam dunia pendidikan masa kini, tujuan pendidikan tersebut lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom, yaitu
6
Alisuf Sabri, Op.Cit., h. 56.
7
Ibid., h. 58.
10
pencapaian tujuan belajar dalam tiga ranah, kognitif (intelegensi), afektif (emosional), dan psikomotorik (keterampilan). Adapun keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor-faktor dari dalam diri individu maupun faktor-faktor lingkungan. 1) Faktor-faktor dalam diri individu Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar, faktorfaktor dalam diri siswa memegang peranan yang paling menentukan, baik itu faktor fisiologis maupun psikologis. Pertama, faktor fisiologis atau aspek jasmaniah yang mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu tersebut, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah, kondisi fisik yang menyangkut kelengkapan dan kesehatan panca indra. Kedua, faktor psikologis mencakup kondisi kesehatan psikis, kemampuan intelektual, social, psikomotor, serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Setiap individu memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, maka sudah tentu perbedaan tersebut berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Diantara faktor psikologis yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya adalah minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif.8
8
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 107.
11
2) Faktor-faktor Lingkungan Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar mencakup keluarga, suasana lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.9 Pertama, keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam pendidikan yang memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Kedua, suasana lingkungan rumah di pemukiman padat dan kurang tertata dan pemukiman yang jarang dan tertata akan memberikan pengaruh yang berbeda pada proses dan hasil belajar individu. Ketiga, lingkungan sekolah meliputi lingkungan fisik seperti kondisi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar, sumber belajar, media belajar dan sebagainya. Selain itu lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya.
Keempat,
lingkungan masyarakat tempat individu berada juga memberikan pengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Belajar adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam diri individu yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dengan tujuan untuk memperoleh hasil berupa perubahan tingkah laku dalam bentuk penambahan pengetahuan, pembentukan kepribadian atau penguasaan keterampilan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri individu dan lingkungannya. b. Hasil Belajar Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.10 9
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 163. 10
Ibid., h. 102.
12
Pencapaiaian hasil belajar seseorang dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku seseorang, baik
dalam bentuk
penguasaan konsep dan
pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. Sebagaian besar kegiatan atau perilaku yang ditunjukan seseorang merupakan hasil belajar, secara formal maupun nonformal. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sejalan dengan pendapat Howard Kingsley, Benyamin Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.11 Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan belajar baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang mengarah pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif mengarahkan pada hasil belajar intelektual, ranah afektif mengarahkan pada hasil belajar berupa sikap dan perilaku, dan psikomotor mengarahkan pada hasil belajar berupa keterampilan dan kemampuan bertindak. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif adalah yang paling banyak dinilai oleh pada guru disekolah karena ranah kognitif berkaitan erat dengan kemampuan siswa dalam menguasai dan memahami bahan pengajaran. Hasil belajar siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari diri siswa maupun dari luar diri siswa. Pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Di samping itu, dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka akan dapat mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan bagi siswa sehingga dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini 11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), h. 22.
13
agar siswa tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami kesulitan belajar.12 Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, jelas bahwa berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik bersumber dari diri siswa maupun dari luar diri siswa. Salah satu faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor lingkungan sekolah, di antaranya penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru saat mengajar. Setiap aktivitas belajar yang dilakukan siswa diharapkan akan menghasilkan suatu manfaat atau pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Hasil dari kegiatan belajar tersebut dapat diukur melalui tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun oleh guru-guru yang bersangkutan. Untuk setiap mata pelajaran pada setiap semester minimal dilakukan satu tes hasil belajar. Hasil belajar merupakan implikasi dari kegiatan belajar yang dilakukan individu yang terlihat dari adanya perubahan perilaku individu tersebut dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil belajar yang diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar disekolah tentunya meliputi ketiga aspek tersebut, akan tetapi aspek kognitif seringkali menjadi yang lebih diutamakan karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pemahaman pengetahuan.
12
Abu Ahmadi dan Joko Prasetya, Op.Cit, h. 108.
14
2. Konsep Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Istilah “matematika” berasal dari kata Yunani “mathein” atau manthenein” yang artinya “belajar”. Berdasarkan kata asalnya, maka kata “matematika” berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir (bernalar). Beberapa ahli mengungkapkan definisi mengenai matematika antara lain : 1) Menurut Russefendi “Matematika
terorganisasikan
dari
unsur-unsur
yang
tidak
didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya beralku secara umum, karena itulah matematika disebut ilmu deduktif.”13 2) Menurut Reys dkk “Matematika adalah tela’ah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.”14 3) Menurut Bourne “Matematika merupakan konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkngannya.”15
13
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), h.
4. 14
Ibid., h. 4.
15
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h.19.
15
Dari definisi-definisi di atas terlihat bahwa matematika adalah ilmu yang memiliki banyak cabang sehingga tidak dapat disimpulkan secara sederhana. Matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar munculnya beberapa disiplin ilmu baru dan perkembangan teknologi modern. Matematika merupakan pengetahuan eksak, konsep matematika tidak cukup hanya dihafalkan tetapi harus difahami melalui suatu proses berpikir dan memecahkan maslaah matematika. b. Pembelajaran Matematika di SD Matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki, dan menggunakan simbol yang memiliki arti yang padat, selain itu matematika merupakan ilmu dengan objek abstrak. Hal ini tidak sejalan dengan perkembangan mental anak usia SD yang berada pada usia sekitar 7 sampai 12 tahun. Mengacu pada teori perkembangan Piaget, anak usia sekitar ini masih berpikir pada tahap operasional konkrit artinya siswa SD belum berfikir formal. Ciri-ciri anak pada usia ini adalah belum dapat memahami sesuatu yang bersifat abstrak, proses berpikirnya masih bersifat konkrit dengan bantuan benda-benda yang nyata. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika di SD guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk menghubungkan antara dunia anak yang masih berpikir konkrit dengan matematika yang bersifat abstrak. Pembelajaran matematika yang dipelajari siswa SD diharapkan dapat digunakan siswa untuk kepentingan hidupnya sehari-hari, dalam kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis, sistematis, kritis, dan cermat, dan akhirnya dapat digunakan untuk mempelajari ilmu yang lain. Pada dasarnya pembelajarn matematika di sekolah tidak hanya mengerjakan soal-soal seperti yang banyak terjadi di sekolah-sekolah saat ini, dimana siswa dianggap sebagai mekanik yang mampu mengerjakan banyak soal tanpa memahami nilai-nilai esensi dari matematika. Seharusnya pembelajaran matematika mampu melatih siswa
16
untuk mengkomunikasikan gagasannya dan menyampaikan alasan secara matematik kemudian mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika kedalam kehidupan sehari-hari. c. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak bisa terlepas dari sifatsifat matematika yang abstrak, sedangkan sifat perkembangan intelektual siswa SD masih berada pada tahap operasional konkrit. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa karakteristik pembelajarn matematika di sekolah sebagai berikut :16 1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral Metode spiral dalam pembelajaran matematika merupakan metode dimana pembelajaran mengenai suatu konsep atau topik selalu dikaitkan atau dihubungkan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari sebelumnya. Konsep sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat mempelajari dan memahami konsep selanjutnya. Konsep baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari konsep sebelumnya. 2) Pembelajaran matematika bertahap Materi matematika diajarkan secara bertahap yaitu dari konsep-konsep sederhana menuju konsep yang lebih sulit, pembelajaran dimulai dari konsep yang konkrit, semi konkrit, dan akhirnya pada konsep yang abstrak. 3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun sesuai dengan tahap perkembengan psikologis siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif. 4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. 5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran bermakna merupakan cara mengajarkan materi pembelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam pembelajaran matematika yang bermakna, aturan-aturan, dalil-dalil, dan 16
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Op.Cit, h. 25.
17
sifat-sifat tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi ditemukan sendiri oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD yang kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan dengan objek abstrak, sedangkan siswa pada jenjang sekolah dasar masih berada pada tahap berfikir konkrit. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD dengan menciptakan kegaiatan pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan siswa dan memanfaatkan benda-benda konkrit dalam membantu siswa membentuk konsep matematika.
3. Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) a. Pengertian Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Istilah matematika realistik semula muncul dalam pendidikan matematika di negeri Belanda yang dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Model pendidikan ini merupakan reaksi terhadap pendidikan matematika modern (new math) di Amerika dan pendidikan matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang sebagai “mechanistic mathematics education”. Model pendidikan ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas. Freudenthal berpendapat bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha mereka sendiri.17
17
Supinah, dkk. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP, (Yogyakarta: P4TKM, 2008), h. 14.
18
Treffers membedakan dua macam matematisasi, yaitu vertikal dan horizontal. Digambarkan oleh Gravemeijer (1994) sebagai proses penemuan kembali (reinvention process), seperti ditunjukkan gambar berikut.18
Gambar 2.1 Proses Matematisasi Horizontal dan Vertikal Pada matematisasi horizontal, proses pembelajaran dimulai dari soalsoal kontekstual, siswa mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan orang lain.bagian ini disebut juga dengan matematika informal. Sedangkan dalam matematisasi vertikal, juga dimulai dari soalsoal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang diharapkan siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Bagian ini disebut dengan matematika formal.
18
Ibid., hal. 15
19
Pada dasarnya, Realistic Mathematics Education (RME) atau di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu teori yang telah dikembangkan khusus untuk perkembangan pendidikan matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan model pendidikan matematika yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika. siswa tidak belajar konsep matematika secara langsung dari guru, tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang diketuinya. PMRI memberi kesempatan siswa mengkonstruksi sendiri konsep-konsep matematika melalui sesuatu yang diketahuinya. Dari sesuatu yang diketahui, siswa melakukan, berbuat, mengerjakan, menginterpretasikan, dan semacamnya, yang akhirnya siswa memahami konsep matematika.19 PMRI menggunakan permasalahan realistik yang ada disekitar siswa sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk belajar, sedangkan pada pendidikan matematika mekanistik permasalahan realistik ditempatkan sebagai bentuk aplikasi suatu konsep matematika sehingga sering juga disebut sebagai kesimpulan atau penutup dari proses pembelajaran. Jadi, PMRI diawali dari fenomena atau permasalahan yang ada disekitar siswa, kemudian siswa dengan bantuan
guru
diberikan
kesempatan
untuk
menemukan
megkonstruksikan konsep sendiri.
19
Husen Windayana, “Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Kritis, Serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Dasar, No. 8, 2007, h. 2.
dan
20
b. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pendidikan
Matematika
Realistik
Indonesia
(PMRI)
memiliki
dengan
masalah
karakteristik sebagai berikut. 1) Menggunakan Masalah Kontekstual Kegiatan
pembelajaran
matematika
diawali
kontekstual, sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara langsung. Masalah kontekstual dalam PMRI memiliki beberapa fungsi, antara lain: a) membantu siswa dalam menggunakan konsep matematika, b) membentuk model dasar matematika dalam mendukung pola pikir siswa bermatematika, c) memanfaatkan realitas sebagai sumber aplikasi matematika, d) melatih kemampuan siswa dalam menerapkan matematika pada situasi nyata. 2) Menggunakan Model-model Istilah model berkaitan dengan model matematika yang dibangun sendiri oleh siswa. Ketika siswa menghadapi permasalahan kontekstual, siswa
akan
menggunakan
strategi-strategi
pemecahan
untuk
mereperesentasikan permasalahn kontekstual menjadi permasalahn matematik, repersentasi inilah yang disebut model matematika. bentuk model matematika dapat berupa lambang-lambang matematika, simbol, grafik, skema, diagaram, dan manipulasi alajabar. Model matematika digunakan siswa sebagai jembatan untuk mengantarkan mereka dari matematika informal informal (matematisasi horizontal) ke matematika formal (matematisasi vertikal). 3) Menggunakan Produksi dan Konstruksi Model Proses produksi dan konstruksi model dilakukan sendiri oleh siswa secara bebas dengan bimbingan guru. Siswa diberikan
21
kesempatan untuk mengembangkan berbagai strategi informal yang dapat mengarahkan pada pengkonstruksian berbagai prosedur untuk memecahkan masalah. Strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah kontestual tersebut dijadikan sebagai sumber inpirasi dalam pengkonstruksian pengetahuan matematika formal. 4) Interaktif Dalam PMRI, interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru merupakan bagian yang sangat penting. Bentuk interaksi yang akan terjadi dalam proses pembelajaran dapat berupa negosiasi, penjelasan, setuju dan tidak setuju, pertanyaan, dan sebagainya. Bentuk intersksi ini dapat digunakan siswa dalam memperbaiki atau memperbaharui modelmodel yang telah mereka konstruksikan. Sedangkan bagi guru dapat digunakan untuk menuntun siswa pada konsep matematika formal yang akan diperkenalkan. 5) Interwinment Interwinment adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika, hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya, atau keterakitan antara matematika dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya keterkaitan antara konsep penjumlahan dengan pengurangan, penjumlahan dengan perkalian, atau perkalian dengan pembagian.
c. Prinsip-prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Dalam pelaksanaan PMRI terdapat prinsip-prinsip yang harus diketahui. Gravemeijer (1994) mengungkapkan tiga prinsip RME yaitu, yaitu Guided re-invention, Didactical Phenomenology dan Self-delevoped Model.20
20
Supinah, dkk. Modul Matematika SD Program BERMUTU, Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, (Sleman: P4TK Matematika, 2009), h. 72.
22
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Terbimbing PMRI memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual dengan bantuan dari guru. Siswa ditantang untuk bekerja secara aktif dalam memgkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Pembelajaran matemtika tidak dimulai dari pemberian sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya diikuti dengan contoh-contoh, tetapi dimulai dengan pemberian masalah yang bersifat kontekstual dengan kehidupan siswa, kemudian melalui aktivitas siswa diharapkan dapat ditemukan sifat atau definisi atau teorema oleh siswa sendiri. Prinsip reinvention menuntut siswa untuk belajar dengan doing mathematics sehingga siswa dapat mempelajari matematika secara aktif dan bermakna. 2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik Pembelajaran matematika cenderung berorientasi pada pemberian informasi dan penggunaan matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan masalah. PMRI mencoba untuk merubah paradigma tersebut dengan menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa memecahkan masalah dengan caranya sendiri. Dalam proses memecahkan masalah tersebut, siswa diharapkan dapat melangkah ke arah matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Proses matematisasi horizontalvertikal ini diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa lebih mudah memahami matematika dengan objek abstrak. Dalam proses memecahkan masalah siswa dibiasakan untuk berpikir bebas dan berani berpendapat, karena setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam memecahkan masalah yang diberikan atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi cara itu benar dan hasilnya benar. Hal tersebut merupakan suatu fenomena didaktik. Dengan memperhatikan fenomena didaktik yang terjadi di dalam kelas, maka akan terbentuk kegiatan pembelajaran yang tidak berpusat pada guru (teacher centered) melainkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). 3) Self-developed Models atau Model yang Dibangun Sendiri oleh Siswa Pada saat siswa menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan guru, maka siswa akan mengembangkan suatu model matematika dari permasalahan tersebut. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa, baik dalam proses matematisai horizontal maupun matematisasi vertikal. Kebebasan diberikan siswa untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dan dengan sendirinya akan memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa.
23
Soedjadi mengungkapkan, dalam pembelajaran matematika realistik diharapkan terjadi urutan “situasi nyata” → “model dari situasi itu” → “ model ke arah formal” → “pengetahuan formal”. Menurutnya, inilah yang disebut “button up” dan merupakan prinsip PMRI yang disebut “Selfdeveloped Models”.21 d. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD Pada Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Bab 1 tentang Standar Proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.22 Jika ditinjau dari sudut pandang PMRI, ketiga macam proses tersebut merupakan karakteristik dari PMR. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penerapan PMR dalam proses pembelajaran matematika di sekolah sejalan dengan kurikulum, terlebih lagi pada jenjang sekolah dasar dimana usia siswa yang masih berada pada tahap operasional konkret. Kegiatan eksplorasi merupakan fokus dari karakteristik PMRI yang pertama, yaitu penggunaan masalah kontekstual. Kegiatan elaborasi merupakan fokus dari karakteristik PMRI yaitu, penggunaan model. Pada tahap ini siswa juga diarahkan dalam produksi dan konstruksi model yang dilakukan oleh siswa sendiri. Kegiatan konfirmasi merupakan fokus pada karakteristik PMRI yaitu, Interaksi. Pada tahap ini gagasan siswa tidak hanya dikomunikasikan ke siswa lain tetapi juga dapat dikembangkan berdasarkan tanggapan dari siswa lain. Karakter interaktivisme pada tahap elaborasi ini memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dalam mengembangkan strategi dan membangun konsep matematika.
21
22
Ibid., h. 74.
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 28.
24
Kesamaan karakteristik antara kurikulum Indonesia dengan model PMRI memiliki potensi yang besar dalam usaha pengembangan kemampuan matematika pada siswa SD. e. Langkah-langkah
Pembelajaran
dengan
Model
Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Langkah-langkah pembelajaran dengan model PMRI adalah sebagai berikut:23 1) Mengkondisikan siswa untuk belajar. Guru mengkondisikan siswa untuk belajar dengan menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa, mengingatkan materi prasyarat yang harus dimiliki siswa, dan mempersiapkan kelengkapan belajar/alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran. 2) Mengajukan masalah kontekstual. Guru mengawali pembelajaran dengan pengajuan masalah kontekstual yang dimasksudkan untuk memicu terjadinya penemuan kembali (re-invention) matematika oleh siswa. Masalah kontekstual yang diajukan guru hendaknya masalah yang memberi peluang untuk memunculkan berbagai strategi pemecahan masalah oleh siswa. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi horizontal. 3) Membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Dalam memahami masalah, mungkin masih ada siswa yang mengalami kesulitan. Guru sebagai fasilitator hanya memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian situasi dan kondisi masalah (soal) yang belum dipahami siswa. Dengan demikiann terdapat kesatuan pemahaman terhadap masalah kontekstual. Guru juga meminta siswa untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masalah kontekstual dengan bahasa mereka sendiri. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi horizontal. 4) Meminta siswa menyajikan penyelesaian masalah. Siswa secara individu atau kelompok menyelesaikan masalah kontekstual yang diajukan guru dengan cara mereka sendiri, sehingga sangat mungkin terjadi perbedaan dalam penyelesaian masalah antara siswa satu dengan siswa lainnya. Dalam proses ini guru mengamti dan memotivasi siswa dalam memperoleh penyelesaian soal. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk melakukan “re-invention” atau menemukan kemabali 23
Warli, Pembelajaran Matematika Realistik Materi Geometri Kelas IV, 2008. h. 6
25
ide/konsep/definisi matematika. pada tahap ini juga siswa diarahkan untul menggunakan model-model, gambar, simbol, skema, atau diagram yang dikembangkan sendiri oleh siswa sesuai dengan pengetahuan yang dimiliknya untuk memudahkan mereka menyelesaikan masalah. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi horizontal. 5) Membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah. Guru memberikan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok, selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan di depan kelas. Guru sebagai fasilitator dan moderator mengarahkan siswa berdiskusi dan membimbing siswa sehingga diperoleh jawaban yang benar. Pada tahap ini akan tampak penggunaan ide atau kontribusi siswa sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa melalui optimalisasi interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru , dan siswa dengan sarana prasarana. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi vertikal. 6) Bernegosiasi. Berdasarkan hasil diskusi kelompok atau diskusi kelas yang telah dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep/teorema/prinsip matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi vertikal. f. Kelebihan
dan
Kelemahan
Pendidikan
Matematika
Realistik
Indonesia (PMRI) Terdapat beberapa kelebihan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) antara lain:24 1) PMRI merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi siswa. 2) PMRI merupakan pembelajaran yang mengajarkan siswa bahwa matematika adalah sustu bidang kajian ilmu yang dikonstruksi dan dikembangakan sendiri oleh siswa. 3) PMRI merupakan pembelajaran yang menekankan pada cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan caranya sendiri-sendiri. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu 24
Ibid., h. 8.
26
dengan yang lain akan diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat seseuai dengan tujuan dari proses penyelesaian soal atau masalah tersebut. 4) PMRI merupakan pembelajaran yang mengutamakan proses. Untuk mempelajari matematika siswa harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan guru. Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses itu pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi. Sedangkan beberapa kelemahan PMRI yang merupakan tantangan yang harus dihadapi guru dalam pelaksanaan PMRI antara lain : 1) Upaya mengimplementasikan PMRI membutuhkan banyak perubahan paradigma bagi guru, siswa, peranan sosial, peranan konteks, dan peranan alat peraga. 2) Pencarian soal atau masalah kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacammacam cara. 3) Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan soal merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru. 4) Proses pembangunan kemampuan berpikir siswa, melalui soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berpikir siswa harus diikuti dengan cermat, agar guru bisa membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali konsep-konsep matematika tertentu.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan antara lain: 1. Suci Hartati (2008) melakukan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas IV A SD Muhammadiyah Karangwaru. Dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat
27
mengoptimalkan hasil belajar, aktivitas siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran.25 2. Muhammad Amin Fauzi (2008) melakukan penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimen) terhadapt siswa kelas Iva dan kelas IVb SDN 060857 Medan. Dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa Pembelajaran Matematika
Realistik
(PMR)
lebih
efektif
dibandingkan
dengan
pemelajaran konvensional dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa.26 3. Ana Rohmawati (2010) melakukan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 10 Malang. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun datar.27
C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan Dalam proses pembelajaran matematika di SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang selama ini didominasi oleh guru, artinya kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sedangkan siswa masih kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya menyampaikan informasi suatu konsep, memberikan contoh soal, kemudian siswa diberikan banyak soal latihan untuk mengaplikasikan konsep yang diberikan. Hal tersebut menyebabkan kondisi siswa SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang, khususnya siswa kelas VA cendenrung pasif dan cepat merasa 25
Suci Hartati, “Optimalisasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Karangwaru”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008, tidak dipublikasikan. 26
Muhammad Amin Fauzi, “Efektivitas Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Kompetensi dan dan Berkonteks Lokal Topik Pembagian di SDN 060857”, Skripsi pada Universitas Negeri Medan, Medan, 2008, tidak diterbitkan. 27
Ana Rohmawati, “Penerapan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 10 Malang”, Skripsi pada Universitas Negeri Malang, Malang, 2010, tidak dipublikasikan.
28
jenuh karena hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan guru. Kegiatan pembelajaran matematika di kelas jarang dikaitkan dengan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa masih sering meangalami kesulitan ketika dihadapkan pada permasalahan matematika yang berkaitan kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep pembelajaran matematika yang berorientasi pada kehidupan siswa sehari-hari adalah pembelajaran dengan model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI). Pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) merupakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar siswa. Siswa tidak belajar konsep matematika secara langsung dari guru, tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang diketahui dan dilakukan langsung oleh siswa. PMRI memberi kesempatan siswa mengkonstruksi
sendiri
konsep-konsep
matematika
melalui
suatu
permasalahan yang bersifat kontekstual dalam kehidupan sehari-hari siswa. Diharapkan dengan penerapan model PMRI dalam proses pembelajaran matematika di kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya pada mata pelajaran matematika.
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan perumusan masalah dan kajian teori yang telah dijabarkan, maka disimpulkan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Dengan menerapkan model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) maka akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang pada mata pelajaran matematika.”
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas V A SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Tempat penelitian ini diambil karena jarak yang dekat dengan lokasi peneliti, dan kepala sekolah serta dewan guru memberi apresiasi yang baik terhadap penelitian ini.
B. Metodologi Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1 Menurut Suhardjono Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya.2 Kegiatan PTK berfokus pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, penelitian ini dirancang dan dilakukan sendiri oleh peneliti yang berkolaboratif bersama guru di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dalam pembelajaran sehingga kualitas proses dan hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini bermula dari permasalahan praktis yang terjadi di dalam kelas dimana peneliti sebagai pengelola pembelajaran, kemudian hasil penelitian tersebut direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang
1
Suharsismi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 3.
2
Ibid., h. 58.
29
30
menunjang. Dalam melakukan PTK, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:3 a. Inkuiri reflektif. PTK berawal dari permasalahan pembelajaran yang real terjadi di kelas. Masalah yang menjadi fokus adalah permasalah yang spesifik dan kontekstual sehingga tidak merisaukan kerepresentatifan sampel dan generalisasi. b. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi harus berkolaborasi dengan guru dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan PTK, sampai penyusunan laporan hasil penelitian. c. Reflektif. Penelitian tindakan kelas menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. PTK secara terus menerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dimanfaatkan dalam memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya. 2. Rancangan Siklus Penelitian Rancangan Penelitian adalah terjemahan dari research design, artinya rencana atau prosedur yang akan dilalui dalam mengumpulkan informasi untuk menajawab permasalahan penelitian.4 Dalam penelitian ini, peneliti menyusun rancangan penelitian dengan sistem siklus yang terdiri dari 4 - 5 pertemuan setiap satu siklus. Siklus akan selalu berlanjut sampai mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Siklus pada PTK merupakan siklus yang berulang sesuai dengan kebutuhan, tidak terbatas harus satu atau dua kali. Siklus akan selalu berulang jika permasalahan yang dihadapi belum terselesaikan, namun siklus akan berhenti jika permasalahan kelas yang dikaji telah terselesaikan.
3
Ibid., h. 110.
4
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h.59
31
Suharsimi Arikunto mengemukakan empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: (a) Perencanaan, (b) Tindakan, (c) Pengamatan, (d) Refleksi.5 a. Perencanaan (Planning) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi: 1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan karakteristik model PMRI. 2) Membuat lembar observasi: untuk melihat bagaimana aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru di kelas ketika model PMRI dilaksanakan pada mata pelajaran matematika. 3) Membuat media pembelajaran yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep matematika dengan baik. 4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi yang disampaikan telah dikuasai oleh siswa. b. Tindakan (Acting) Pada tahapan tindakan (acting) merupakan implementasi dan pelaksanaan
isi
rancangan
sekenario
pembelajaran
yang
telah
direncanakan, yaitu kegiatan pembelajaran matematika menggunakan tindakan di kelas dengan menerapkan model PMRI.
5
Ibid., h. 16.
32
c. Pengamatan (Observation) Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses observasi dilakukan dalam kelas selama melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model PMRI. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran. d. Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki dan dijadikan pedoman dalam merencanakan siklus berikutnya. Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan SIKLUS SELANJUTNYA
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
33
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang, dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Subjek penelitian yang dipilih adalah keseluruhan populasi siswa pada kelas tersebut.
D. Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian Kehadiran peneliti di lokasi penelitian berperan sebagai pengumpul data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian, peneliti juga berperan sebagai pemberi tindakan. Peneliti berperan sebagai pengajar yang membuat rancangan kegiatan pembelajaran sekaligus melakukan kegiatan pembelajaran selama kegiatan penelitian. Sedangkan kehadiran kolaborator adalah untuk membantu peneliti membuat rancangan kegiatan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya, selain itu kolaborator juga berperan sebagai observer yang melakukan pengamatan dan penilaian terhadap peneliti dalam melakukan proses pembelajaran matematika dengan model PMRI dan mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Dalam pelakasnaan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu menyusun tahapan-tahapan dalam melakukan intervensi tindakan di kelas. Tahap I : Peneliti bersama guru kelas berkolaborasi dalam menyiapkan semua rancangan pembelajaran, menetapkan materi pokok dan materi pendukung lainnya untuk menyusun alat evaluasi, menentukan media sebagai penunjang proses pembelajaran.
34
Tahap II :
Peneliti
bersama
guru
kelas
berkolaborasi
dalam
melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan sekaligus melakukan pengamatan baik pada aktivitas belajar siswa maupun aktivitas mengajar guru. Semua kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran dicatat dalam format catatan lapangan. Tahap III : Peneliti bersama guru kelas berkolaborasi dalam mencatat semua kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran untuk digunakan sebagai sumber dan pengolahan data. Tahap IV : Peneliti bersama guru kelas menggunakan data yang telah terkumpul untuk mendapatkan gambaran tentang hasil tindakan yang telah dilakukan kemudian data tersebut dipadukan dan dianalisis. Disetiap akhir siklus dilakukan penilaian akhir siklus, selanjutnya peneliti dan kolaborator melakukan diskusi untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada setiap pembelajaran sehingga bisa diperbaiki pada siklus selanjutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Untuk mengetahui tingkat pencapaian atau ketuntasan penelitian dalam suatu siklus, maka dalam penelitian ini ditetapkan beberapa indikator keberhasilan yang diharapkan sebagai hasil dari pemberian tindakan dalam penelitian dan dijadikan sebagai pedoman ketuntasan penelitian dalam suatu siklus. 1. Jika pada akhir siklus diperoleh data yang menunjukan minimal 80% siswa mencapai nilai KKM. 2. Jika pada akhir siklus terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa.
35
Suatu siklus penelitian dikatakan tuntas apabila indikator keberhasilan yang telah ditetapkan diatas telah tercapai. Namun jika hanya salah satu indikator yang tercapai maka dapat disimpulkan siklus penelitian tersebut tidak tuntas dan harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
G. Data dan Sumber Data Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta/angka. Sumber data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.6 Jenis data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitaif. 1. Data Kualitatif berupa hasil observasi selama proses pembelajaran, hasil catatan lapangan terhadap pembelajaran matematika dengan model PMRI, dan hasil dokumentasi. 2. Data kuantitatif berupa hasil pekerjaan siswa (LKS dan PR), hasil tes setiap akhir siklus. Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data diperoleh.7 Sumber data menunjukan asal informasi, maka data harus diperoleh dari sumber yang tepat, jika data yang diperoleh tidak tepat dapat mengakibatkan data yang dikumpulkan tidak relevan dengan masalah yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas, dan peneliti.
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 96. 7
Ibid., h. 107
36
H. Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menjadi instrumen utama dimana peneliti menjadi orang yang mengumpulkan data pada penelitian tindakan kelas. Instrumen pendukung lainnya adalah: 1. Lembar Pedoman Observasi Instrumen ini dirancang oleh peneliti, untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru di kelas selama kegiatan pembelajaran matematika dengan model PMRI. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas selaku kolaborator dan observer dalam kegiatan penelitian ini. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa Fokus Penelitian
Dimensi
Penerapan
1. Kegitan
Pendidikan
Awal
Matematika
2. Kegiatan
Realistik
Inti
Indonesia
Matematika
1. Merespon pertanyaan yang diajukan guru 1. Menyelesaikan masalah kontekstual yang diajukan 2. Interaksi dalam proses
(PMRI) pada Pembelajaran
Indikator
pembelajaran 3. Kegiatan Penutup
No. Butir Soal 1
2, 3 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
1. Melakukan refleksi mengenai materi yang
11, 12
sudah dipejari 2. Mengerjakan tugas/posttest
13
37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Mengajar Guru Fokus Penelitian Penerapan
Dimensi
Indikator
1. Kegiatan 1. Melakukan apersepsi
Pendidikan
Awal
Soal 1
2. Menyampaikan tujuan
Matematika
pelajaran yang ingin
Realistik
dicapai
Indonesia
No. Butir
2
2. Kegiatan 1. Mengawali pembelajaran
(PMRI) pada
Inti
Pembelajaran
dengan mengajukan masalah
3
kontekstual
Matematika
2. Membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah
4, 5
kontekstual yang diajukan 3. Menggunakan metode pembelajaran yang
6, 7, 8, 9
mengaktifkan siswa 4. Menggunakan media/alat peraga yang menunjang
10, 11
proses pembelajaran 3. Kegiatan 1. Melakukan refleksi Penutup
mengenai materi yang sudah
12
dipejari 2. Melakukan penilaian
13
2. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar merupakan instrumen yang disususn oleh peneliti untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan mengetahui serta menilai sejauhmana pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa mengenai konsep yang telah diajarkan dengan pemberian tindakan tertentu. Pada
38
penelitian ini tindakan yang diberikan adalah berupa pembelajaran matematika dengan model PMRI.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I No
1
Indikator Mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore dan malam
Aspek C2
C3
No. Soal
√
11
2
Menuliskan waktu dengan notasi 24 jam
√
1
3
Menuliskan waktu dengan notasi 12 jam
√
4
4
5
6
7
8
9
Mengubah waktu dari notasi 24 jam menjadi notasi 12 jam Mengubah waktu dari notasi 12 jam menjadi notasi 24 jam Menggambar jam dengan notasi waktu tertentu Menentukan kesetaraan antar satuan waktu (jam, menit, dan detik) Menentukan waktu ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam Mengubah jam ke menit dan detik, dan sebaliknya
√
2
√
7
√
10
√
12
√
3 √
5
10
Melakukan penjumlahan satuan waktu
√
8
11
Melakukan pengurangan satuan waktu
√
6
√
9
12
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu
39
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I No
Indikator
1
Mengukur panjang benda
2
Melakukan konversi satuan panjang
3
Aspek C2
C3
Soal
√
11
√
Menyelesaikan operasi hitung satuan
1 √
panjang
No.
4
Membandingkan kecepatan lari siswa 4
dengan membandingkan waktu tempuh
√
2
√
7
jika jarak lintasannya sama Membandingkan kecepatan lari siswa 5
dengan membandingkan jarak lintasan jika waktu tempuhnya sama
6 7
8
9
10
√
Mengukur waktu, jarak, dan kecepatan Menyelesaikan operasi hitung satuan kecepatan
√
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan waktu Memecahkan masalah yang berkaitan dengan jarak Memecahkan masalah yang berkaitan dengan kecepatan
10 12
√
3
√
5
√
8
3. Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan instrumen yang digunakan peneliti untuk mendeskripsikan informasi yang rinci dan kejadian menarik selama proses pembelajaran yang mungkin terlewat dalam observasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penerapan model PMRI.
40
I. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang valid pada suatu penelitian, maka teknik pengumpulan data sangat menentukan kualitas penelitian tersebut dengan kecermatan dalam memilih dan menyusun, maka teknik pengumpulan data ini akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah yang valid. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Observasi atau Pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.8 Kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini berupa aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran matematika dengan model PMRI.
2.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengumpulan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.9 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif yang dibuat peneliti berdasarkan pada bahan ajar dan tujuan khusus yang telah di dirumuskan peneliti. Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan dilaksanakan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi yang telah disampaikan melalui penerapan model PMRI.
3.
Catatan lapangan merupakan teknik pengumpulan data berupa catatan deskriptif tentang apa yang terjadi dalam pembelajaran mencakup kesan dan penafsiran yang bersifat subjektif.
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012) h. 220. 9
Suharsismi Arikunto, Op.Cit., h. 193.
41
4.
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan fokus masalah yang diteliti.10
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan pemeriksaan keterpercayaan data atau temuan yang telah diperoleh. Pemeriksaan keabsahan atau keterpercayaan data atau hasil temuan dalam penelitian tindakan ini akan menggunakan triangulasi. Triangulasi diartikan pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.11 Dengan melakukan triangulasi peneliti memeriksa keterpercayaan atau keabsahan data dengan mengecek data dari berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan keterpercayaan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Triangulasi teknik, yaitu pengumpulan data dari sumber yang sama dengan menggunakan metode yang berbeda. Dalam penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah siswa, sedangkan teknik yang digunakan untuk memperoleh data tersebut dengan menggunakan teknik observasi, tes hasil belajar, dan catatan lapangan. 2. Teknik member check, yaitu memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian, maupun kelengkapannya. 3. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul. 10
11
Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit., h. 222.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta cv, 2011) h. 241.
42
K. Analisis Data dan Interpretasi Data Analisis data adalah kegiatan mencermati, menguraikan, mengaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar, dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tenatng keberhasilan tindakan pernaikan pembelajaran.12 Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul dan dilakukan setiap kali setelah pemberian suatu tindakan atau satu siklus berakhir. 1. Analisis Data Hasil Observasi Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru melalui model PMRI dianalisis untuk memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model PMRI. Analisis data observasi adalah sebagai berikut : a. untuk setiap aspek yang diamati diberi skor sesuai dengan pedoman penskoran pada kisi-kisi lembar observasi yang telah dibuat b. menghitung skor total yang telah diperoleh setelah keterlaksanaan pembelajaran. Skor total yang telah diperoleh tersebut dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:13
Keterangan : P
= angka persentase
f
= frekuensi yang sedang dicari persentasenya = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
12
Muhadi, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Shira Media, 2011), h. 140 13
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
h, 43.
43
Tabel 3.5 Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru Persentase Rata-rata 76% - 100% 51 – 75% 26% - 50 < 25%
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang
2. Analisis Hasil Tes Belajar Data hasil tes akhir siklus di analisis untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa melalui penarapan model PMRI yang dilihat dari tingkat pencapaian ketuntasan belajar mengacu pada KKM sebesar 65. Pemberian tindakan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila tingkat ketuntasan siswa mencapai 80% dari keseluruhan siswa. Rumus yang digunakan yaitu:
Sedangkan
Stringer
mengemukakan
beberapa
menginterpretasikan hasil analisis data sebagai berikut:
teknik
14
1. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan dapat berkenaan dengan perbedaan antara hasil analisis, peyebab, aplikasi dan implikasi dari hasil analisis; 2. Hubungkan temuan dengan pengalaman pribadi. Temuan hasil analisis dapat dikaitkan dengan pengalaman pribadi peneliti; 3. Minta nasihat dari teman yang kritis. Meminta nasihat kepada teman yang memiliki pandangan kritis apabila mengalami kesulitan; 4. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literatur; 14
Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit., h. 157
44
5. Kembalikan pada teori. Menghubungkan kembali teori yang relevan dengan hasil analisis yang telah diperoleh.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Model pendidikan matematika realistik Indonesia adalah sebuat model pembelajaran yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai jembatan
untuk
memahami
konsep-konsep
matematika
dengan
memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar siswa. siswa tidak belajar konsep matematika secara langsung dari guru, tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang diketuhaui dan dilakukan langsung oleh siswa. Berdasarkan teori yang telah diuraikan diharapkan penerapan model PMRI dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. Selain dalam aspek peningkatan hasil belajar masih banyak aspek lain yang dapat dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya dengan memanfaatkan model PMRI diantaranya aspek pemecahan masalah, koneksi matematika, kemampuan komunikasi matematika dan sebagainya.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan
Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN Perumn Bumi Kelapa Dua Tangerang pada kelas VA dengan jumlah siswa 37 orang yang terdiri dari 21 siswa lakilaki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat pertemuan pemberian tindakan dan satu kali pertemuan pemberian tes akhir siklus. Pada setiap pertemuan dilaksanakan dalam alokasi waktu 2x35menit. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pada setiap siklusnya melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut maka diperoleh data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VA dengan menerapkan model PMRI pada pembelajaran matematika.
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I Pelaksanaan siklus I dilakukan selama empat kali pertemuan pembelajaran yang dimulai pada tanggal 18 Oktober 2013 sampai 25 Oktober 2013 dan diakhiri pada tanggal 26 Oktober 2013 dengan memberikan tes akhir siklus I kepada siswa. Dalam pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
45
46
a. Tahap Perencanaan Sebelum melaksankan kegiatan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat perencanaan tindakan yang disesuaikan dengan permasalahan yang telah teridentifikasi. Perencanaan tindakan ini meliputi : 1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menentukan materi waktu sebagai fokus pembelajaran dan penekanan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model PMRI; 2) menyiapkan bahan ajar dan lembar kerja siswa serta media/alat yang dapat menunjang proses pembelajaran; 3) menyusun instrumen observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru sebagai pedoman observer dan peneliti dalam melakukan kegiatan pengamatan selama proses pembelajaran: 4) menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Pada
tahap
pembelajaran
pelaksanaan disesuaikan
tindakan dengan
penelitian, rencana
kegiatan
pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti dan mendapat persetujuan dari observer. Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan dalam empat kali pertemuan pemberian tindakan, dan satu kali pertemuan tes akhir siklus I yang dilakukan selama 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Rincian pelaksanaan tindakan penelitian yaitu sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Oktober 2013 dimulai pada pukul 10.00 – 11.10 WIB. Sebelum memulai pembelajaran Ibu Itar selaku guru kelas terlebih dahulu mengenalkan peneliti kepada siswa kelas VA sebagai guru yang
akan
mengajar
pelajaran
matematika,
kemudian
mempersilahkan peneliti memulai kegiatan pembelajaran. Peneliti
47
memulai kegiatan pembelajaran dengan mengkondisikan kelas agar siswa siap menerima pelajaran yang akan disampaikan, kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan “pukul berapa kalian bangun tidur? Pukul berapa kalian berangkat sekolah? Pukul berapa kalian pulang sekolah? Dan pukul berapa kalian tidur malam?”. Pada pertemuan awal siswa terlihat masih malu-malu dan ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, namun ada satu siswa yang berani menjawab
pertanyaan
guru.
Kemudian
siswa
menjawab
pertanyaan guru “saya bangun pukul lima pagi, berangkat sekolah pukul setengah tujuh, pulang sekolah pukul dua belas, dan tidur malam pukul sembilan malam.” Kemudian guru meminta siswa lain memberikan tepuk tangan kepada siswa yang berani menjawab
pertanyaan
guru
dan
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru mengajukan sebuah masalah kontekstual dengan bertanya “apa kalian pernah memperhatikan tanda-tanda apa yang menunjukan waktu pagi, siang, sore dan malam?”. Sama seperti pertanyaan sebelumnya, kebanyakan siswa hanya terdiam dan ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan guru hanya satu atau dua siswa yang berani mengemukakan pendapatnya. Kemudian guru membagikan kartu bergambar kepada siswa yang menunjukan waktu pagi, siang, sore, dan malam. Guru meminta siswa untuk memperhatikan gambar pada kartu
yang didapatnya dan
menentukan gambar tersebut menunjukan waktu pagi, siang sore, atau malam kemudian menempelkan pada kolom yang telah dibuat guru. Setelah siswa menempelkan kartu bergambar sesuai dengan waktunya, guru memberikan penjelasan tentang pembagian waktu dan
tanda-tandanya
berdasarkan
gambar,
kemudian
guru
menjelaskan penulisan waktu dengan notasi jam 24an dan 12an.
48
Agar siswa lebih bisa membedakan penulisan waktu dengan notasi jam 24an dan 12an, guru membentuk siswa kedalam 8 kelompok diskusi yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya. Setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya, guru membagikan LKS dan menjelaskan tugas yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok. Kegiatan berikutnya adalah guru membacakan cerita pertama yang didalamnya terdapat waktu-waktu tertentu yang harus didiskusikan siswa untuk dituliskan dengan menggunakan notasi jam 24an. Setelah selesai membacakan cerita pertama, guru melanjutkan cerita kedua dan meminta siswa berdiskusi untuk menuliskan waktu dengan notasi jam 12an. Pada pertemuan pertama ada beberapa kelompok yang tidak bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Setelah selesai membacakan cerita dan siswa telah selesai berdiskusi untuk menentukan penulisan waktu yang tepat dengan notasi jam 24an dan 12an, guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Namun tidak ada kelompok yang berani untuk mempresentasikan hasil diskusinya, oleh karena itu guru menunjuk kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi. Pada saat perwakilan satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya siswa lain hanya diam dan tidak memberikan tanggapan tentang hasil diskusi yang disampaikan. Setelah memberikan penjelasan tentang hasil diskusi, guru bertanya
kepada siswa “apakah masih ada yang belum
dimengerti?” tetapi siswa hanya diam dan menundukan kepala. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, dan bersama-sama siswa menyimpulkan
kegiatan
pembelajaran
pembelajaran diakhiri dengan membaca doa.
hari
ini.
Kegiatan
49
2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu 19 Oktober 2013 dimulai pukul 08.00 – 09.10. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca doa dan mengabsen kehadiran siswa, guru pun mengkondisikan kelas agar siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini terlihat beberapa siswa yang berani menanggapi pertanyaan yang diajukan guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok belajar dengan cara berhitung dari satu sampai tujuh dari siswa yang duduk paling depan sampai siswa yang duduk paling belakang. Setelah selesai berhitung siswa diminta berkumpul dengan siswa lain yang menyebutkan angka yang sama. Siswa terlihat bingung ketika guru membagikan jam analog dan jam digital pada setiap kelompok, kemudian guru menjelaskan bahwa hari ini kita akan belajar sambil bermain kuis tim dan menjelaskan peraturan permainannya. Siswa diminta mengubah waktu yang ada pada soal, dari notasi jam 24an menjadi jam 12 menggunkan jam analog dan dari notasi jam 12an menjadi jam 24an menggunakan jam digital. Penggunaan jam analog dan jam digital dimaksudkan agar siswa dapat lebih memahami perbedaan antara notasi jam 24an dan 12an dengan cara merubah waktu pada jam secara langsung. Siswa diberikan waktu berdiskusi dengan teman kelompoknya sebelum menjawab pertanyaan. Guru pun memulai kuis tim dengan membacakan soal yang harus dijawab siswa secara rebutan.
50
Gambar 4.1 Siswa Menunjukan Waktu dengan Menggunakan Jam Analog
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa lain untuk menentukan apakah jawaban yang diberikan oleh satu kelompok itu benar atau salah. Setelah semua soal selesai dijawab, guru membacakan hasil akhir perolehan skor dan memberikan reward kepada kelompok dengan skor tertinggi. Dengan kelompok diskusi yang sama guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk menggambarkan jam dengan notasi waktu tertentu. Guru membebaskan siswa untuk menggambar jam dalam bentuk apapun dan tidak membatasi pada penggunaan jam analog. Sementara siswa bekerja sama dengan teman satu kelompoknya, guru berkeliling memperhatikan kegiatan diskusi siswa. Guru memperhatikan ada beberapa kelompok yang menggambar jam dengan jam digital sementara kelompok lainnya hanya terpaku pada jam analog. Setelah selesai berdiskusi, guru meminta siswa mengumpulkan LKS. Kemudian guru memberikan penguatan terkait materi yang disampaikan pada hari ini tentang mengubah waktu dari notasi jam 24an menjadi jam 12an atau sebaliknya. Guru memberikan
51
kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami, tetapi siswa hanya terdiam. Karena tidak ada siswa yang ingin bertanya, guru mengajak siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari ini. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru membagikan soal evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu, dan terlihat dari hasil jawaban evaluasi masih banyak siswa yang keliru dalam mengubah penulisan waktu dengan notasi jam 24an dan jam 12an.
3) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Oktober 2013. Kegiatan pembelajaran dimulai pukul 09.30 – 10.40, sebelum memulai pembelajaran guru mengkondisikan kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran dengan bertanya “apa kabar semua?” dan siswa menjawab “Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar”. Kemudian guru melakukan apersepsi untuk mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan disampaikan hari ini dengan bertanya “berapa lama sih waktu istirahat kalian di sekolah?”. Beberapa siswa terlihat mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru, tetapi hanya siswa yang itu-itu saja yang berani menanggapi pertanyaan guru. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi pertanyaan guru, mereka hanya terdiam dan menundukan kepala. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini. Kegiatan
selanjutnya
guru
membentuk
siswa
kedalam
beberapa kelompok diskusi dengan cara yang sama seperti pertemuan sebelumnya, yaitu siswa berhitung dari angka dari 1 sampai 7 tetapi pada pertemuan ini dimulai dari siswa yang duduk paling belakang sampai siswa yang duduk paling depan. Setelah siswa
berkumpul
dengan
teman
satu
kelompoknya
guru
52
membagikan LKS dan jam analog kepada setiap kelompok dan menjelaskan tugas yang harus didiskusikan setiap kelompok, yaitu menentukan kesetaraan waktu antar satuan jam, menit, dan detik, menentukan waktu dalam bentuk ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam dengan menggunakan jam analog. Selama siswa berdiskusi, guru berkeliling memperhatikan kegiatan diskusi siswa dan memberikan bimbingan siswa dalam meneyelesaikan masalah. Pada saat kegiatan diskusi masih ada siswa yang tidak berpartisipasi dalam kelompoknya dan bercanda mengganggu kelompok lain. Setelah selesai berdiskusi guru bertanya adakah kelompok yang berani mempresentasikan hasil diskusinya tanpa harus ditunjuk guru. Dari tujuh kelompok diskusi, dua kelompok mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya tanpa ditunjuk guru, sedangkan kelompok lain masih belum berani mengajukan diri. Diantara dua kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya guru memberikaan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk bertanya atau menanggapi hasil presentasi yang disampaikan, tetapi hanya sedikit siswa yang berani bertanya, menanggapi atau mengungkapkan pendapatnya mengenai hasil diskusi yang dipresentasikan di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan kepada kelompok yang berani mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas juga pada siswa yang berani bertanya atau menanggapi hasil presentasi. Selanjutnya guru memberikan penjelasan mengenai kesetaraan waktu dan menunjukan waktu dalam bentuk ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam dengan jam analog. Terlihat beberapa siswa masih bingung dengan bentuk waktu ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam dan kembali bertanya guru, pertanyaan tersebut tidak langsung guru jawab tetapi guru tanyakan kembali kepada siswa untuk menjawab pertanyaan temannya. Karena tidak ada siswa yang berani
53
menjawab pertanyaan temannya, maka guru menunjuk siswa yang dianggap sudah mengerti untuk menjelaskan kembali di depan kelas.
Siswa
tersebut
memberikan
penjelasan
dengan
menggambarkan jam yang menunjukan waktu ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam di papan tulis.
4) Pertemuan Keempat Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Oktober 2013 dimulai pukul 10.00 – 11.10. Kegiatan pembelajaran diawali
dengan
melakukan
apersepsi
terkait
materi
yang
disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan disampaikan hari ini. Guru pun menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini. Kemudian guru bertanya kepada siswa “apabila Danar pulang sekolah pukul 13.00 dan satu jam kemudian Danar tidur siang, pukul berapakah Danar tidur siang?” kebanyakn siswa menjawab secara bersamaan, tetapi guru meminta siswa yang berani menjawab untuk mengacungkan tangan. Pada pertemuan ini siswa terlihat sudah aktif dan berani untuk menjawab pertanyaan guru, kemudian guru menunjuk secara acak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjelaskan jawabannya di papan tulis. Setelah beberapa pertanyaan guru sampaikan dan dijawab oleh siswa dengan caranya masing-masing, guru memberikan penjelasan tentang konsep penjumlahan dan pengurangan satuan waktu dengan menggunakan jam analog dan jam digital. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok diskusi kemudian membagikan lembar kerja kelompok siswa dan menugaskan siswa untuk mendiskusikan penyelesaian masalah yang ada pada lembar kerja yang dibagikan. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru berkeliling memperhatikan proses diskusi dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang
54
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang ada pada lembar kerja. Beberapa kelompok terlihat kurang bekerja sama dalam kelompok, karena hanya dua atau tiga orang yang berdiskusi sedangkan anggota lainnya bercanda atau malah mengobrol dengan anggota kelompok lain. Setelah selesai berdiskusi, guru bertanya kelompok berapa yang mau mempresentasikan hasil diskusinya. Tanpa bertanya dua kali, beberapa kelompok mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang belum mempresentasikan hasil diskusinya untuk menanggapi hasil diskusi yang disampaikan di depan. Pada pertemuan keempat ini terlihat beberapa siswa yang sebelumnya tidak pernah bertanya atau menanggapi hasil diskusi mulai mengacungkan tangan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya. Setelah kegiatan presentasi hasil diskusi selesai, guru mengarahkan siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan hasil penyelesaian masalah untuk memperoleh jawaban yang benar dan bersama siswa menarik kesimpulan tentang penyelesaian masalah yang ada pada lembar kerja. Selanjutnya guru melakukan konfirmasi dengan memberikan penguatan tentang konsep penjumlahan dan pengurangan satuan waktu dan bertanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami.
5) Pertemuan Kelima Pada pertemuan kelima diadakan tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada hari Sabtu 26 Oktober 2013. Materi yang diujikan pada tes akhir siklus I ini adalah tentang pembagian waktu, notasi jam 24an dan 12an, kesetaraan waktu dan operasi hitung satuan waktu. Pada pertemuan sebelumnya siswa telah diberitahu bahwa hari ini akan dilakukan tes akhir siklus I, maka ketika guru memasuki kelas siswa terlihat masih mempelajari
55
materi-materi
yang
telah
disampaikan
pada
pertemuan
sebelumnya. Kemudian guru mengkondisikan kelas dengan bertanya “apa kalian sudah siap?” ada siswa yang menjawab sudah siap namun ada siswa yang menjawab belum siap. Guru pun meminta siswa untuk menyimpan semua catatan dan bukunya di dalam tas dan mulai membagikan soal tes akhir siklus kepada siswa. Tes akhir siklus I dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 09.30. Kegiatan tes akhir siklus I berjalan lancar walaupun masih ada beberapa siswa yang terlihat bertanya kepada teman sebangku atau teman dibelakangnya, guru pun mengingatkannya untuk mengerjakan tes secara mandiri tanpa harus bertanya kepada temannya.
Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I
c. Tahap Observasi Tahap kegiatan observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan oleh Ibu Itar selaku guru kelas VA yang bertindak sebagai observer dalam penelitian ini. Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar instrumen observasi aktivitas belajar siswa dan lembar aktivitas mengajar guru yang terdiri dari 13 butir pada setiap lembar instrumen. Data hasil observasi
aktivitas
belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
56
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model PMRI Siklus I No
Indikator/Aspek yang dinilai
Pert 1
Skor Pert Pert 2 3
Menanggapi pertanyaan 2 3 yang diajukan guru Menggunakan model matematika dalam 2 menyelesaiakan masalah 3 3 kontekstual yang diberikan guru Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk 3 menemukan 3 3 penyelesaiannya dengan teman satu kelompok Bekerja sama dengan teman 4 3 4 satu kelompok Antusias mengikuti proses 5 3 3 pembelajaran Bertanya pada saat proses 6 1 1 pembelajaran Menanggapi pertanyaan 7 1 1 dari siswa lain Berani mengungkapkan 8 1 1 pendapat Mempresentasikan hasil 9 2 2 diskusi di depan kelas Menanggapi hasil presentasi 10 2 2 kelompok lain Memperhatikan penjelasan 11 3 3 guru Bersama guru 12 menyimpulkan materi yang 3 3 telah dipelajari Mengerjakan tugas/latihan 13 3 3 yang diberikan guru 20 32 Jumlah 57.7 61.5 Rata-rata (%) Rata-rata Keseluruhan Tabel 4.2 1
RataPert Jumlah rata (%) 4
3
4
12
75
3
3
12
75
4
4
14
87.5
4
3
14
87.5
4
4
14
87.5
2
2
6
37.5
2
2
6
37.5
2
2
6
37.5
3
3
10
62.5
2
2
8
50
3
4
13
81.25
4
4
14
87.5
3
3
12
75
39 75
40 76.9 67.8%
141
57
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Dengan Model PMRI Siklus I Skor RataNo Indikator/Aspek yang dinilai Pert Pert Pert Pert Jumlah rata (%) 1 2 3 4 1 Melakukan apersepsi 2 3 3 4 11 68.75 Menyampaikan tujuan 2 pembelajaran yang hendak 3 2 3 3 11 68.75 dicapai Mengajukan masalah 3 kontekstual untuk mengawali 2 3 3 3 11 68.75 pembelajaran Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah 4 kontekstual dengan 2 3 3 3 11 68.75 menggunakan model-model matematika Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan 5 3 3 3 4 13 81.25 mendiskusikan penyelesaian masalah yang ditemukan Melaksanakan pembelajaran 6 3 3 3 3 12 75 yang mengaktifkan siswa Memfasilitasi adanya interaksi 7 3 3 2 3 11 68.75 antara siswa dengan siswa Memfasilitasi adanya interaksi 8 3 3 2 3 11 68.75 antara siswa dengan guru Memotivasi siswa untuk 9 2 2 2 2 8 50 bertanya Menggunakan media/alat 10 peraga yang menunjang proses 3 2 3 3 11 68.75 pembelajaran Melibatkan siswa dalam 11 pemanfaatan media 3 3 3 3 12 75 pembelajaran Melakukan refleksi kegiatan 12 3 3 4 4 14 87.5 pembelajaran bersama siswa Melakukan penilaian sesuai 13 dengan kompetensi yang 2 3 3 3 11 68.75 hendak dicapai 35 35 37 40 147 Jumlah 67.3 67.3 71.2 76.9 Rata-rata (%) Rata-rata Keseluruhan 70.7%
58
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika belum optimal, masih terdapat beberapa kekurangan yaitu siswa masih belum aktif untuk bertanya, menanggapi pertanyaan siswa lain dan mengungkapkan pendapatnya. Hal ini terlihat dari presentasenya sebesar 37.5%. selain itu siswa masih belum terbiasa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas sehingga saat diminta mempresentasikan hasil diskusinya di depa kelas siswa masih malu-malu. Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada proses pembelajaran matematika pada siklus I sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari persentase setiap itemnya. Tetapi masih terdapat beberapa item yang menujukan aktivitas mengajar guru dikelas masih rendah, yaitu guru kurang mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya sehingga berakibat pada kurangnya aktivitas siswa untuk bertanya, menanggapi pertanyaan, ataupun mengemukakan pendapat. Adapun hasil tes belajar akhir siklus I tentang materi waktu dengan menggunakan model PMRI adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Dengan Model PMRI Siklus I Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai siswa Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas
97 50 68 67.6% 32.4%
Dari tabel diatas menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat pada tabel dari 37 siswa hanya 25 siswa yang mencapai KKM atau mencapai 67.6% dan 12 siswa lainnya belum mencapai KKM atau mencapai 32.4%. Sedangkan hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah 80%
59
siswa mencapai nilai KKM yaitu 65 pada tes akhir siklus. Hal ini menunjukan bahwa penelitian pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelas data hasil tes akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran 15.
d. Tahap Refleksi Tahapan refleksi dilakukan setelah melewati tahap pelaksanaan tindakan dan tahap observasi. Kegiatan refleksi dimaksudkan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan pada siklus I sudah mencapai keberhasilannya atau belum, selain itu hasil kegiatan refleksi
dapat
dijadikan
acuan
peneliti
dalam
merancang
perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya untuk meningkatkan hasil yang diharapkan dan tidak mengulang kesalahan yang sama pada siklus sebelumnya. Selanjutnya peneliti bersama observer melakukan refleksi dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh selama proses pembelajaran. Setelah peneliti dan observer berdiskusi dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari kegiatan pelaksanaan tindakan dan observasi, diketahui 32.4% siswa belum mencapai KKM dan 67.6% siswa lainnya sudah mencapai KKM. Artinya 32.4% atau sebanyak 12 siswa belum mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan yaitu KKM sebesar 65, sedangkan 67.6% atau 25 siswa lainnya sudah mencapai ketuntasan belajar sesuai yang diharapkan. Tetapi indikator keberhasilan yang peneliti tetapkan pada penelitian ini adalah 80% siswa mencapai nilai KKM, namun hanya 67.6% siswa yang mencapai KKM berdasarkan hasil tes akhir siklus I. Selain itu berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru masih terlihat adanya kekurangan. Dalam proses pembelajaran pada siklus I siswa masih belum berani untuk bertanya, mengungkapkan pendapatnya, dan menanggapi
60
pertanyaan atau hasil presentasi dari kelompok lain. Hal ini terlihat dari persentase ketiga aktivitas tersebut hanya mencapai 37.5%. Pada aktivitas guru terlihat guru kurang memotvasi siswa untuk bertanya segingga menyebabkan siswa pasif dalam mengajukan pertanyaan. Adapun hasil refleksi siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Refleksi Siklus I No Kekurangan Solusi 1 Siswa masih belum berani Guru memberikan reward berupa bertanya pada saat proses tambahan poin atau hadiah lainnya pembelajaran kepada siswa yang berani bertanya, menanggapi pertanyaan atau 2 Siswa belum aktif dalam mengungkapkan pendapatnya menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh siswa lainnya 3 Siswa belum berani mengungkapkan pendapatnya saat proses pembelajaran 4 Siswa belum aktif menanggapi Guru melakukan pengaturan giliran hasil presentasi yang untuk kelompok yang bertanya atau disampaikan kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok lain 5 Guru kurang memberikan Guru memotivasi siswa untuk berani motivasi kepada siswa untuk bertanya tanpa merasa takut salah dan berani bertanya selama proses memberikan reward kepada siswa pembelajaran yang berani bertanya 6 Rata-rata nilai siswa sebesar 68 Penyampaian materi dilakukan secara perlahan dengan menggunakan 7 67.6% siswa atau 25 orang siswa masalah-masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa seharimencapai KKM hari dan memanfaatkan media/alat 8 32.4% siswa atau 12 orang belajar yang ada disekitar siswa; siswa belum mencapai KKM Guru membimbing siswa melakukan kegiatan pengamatan secara langsung; Membentuk kelompok belajar yang heterogen dengan menggabungkan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai agar terjadi proses peer teaching dalam kegiatan diskusi dan memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam setiap kegiatan diskusi
61
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa penelitian pada siklus I belum berhasil karena belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan masih terdapat kekurangan serta hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu penelitian ini dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II Pelaksanaan siklus II dilakukan selama empat kali pertemuan pembelajaran yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 2013 sampai 8 November 2013 dan diakhiri pada tanggal 9 November 2013 dengan memberikan ujian akhir siklus II kepada siswa. Dalam pelaksanaan siklus II kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan Sebelum melaksankan kegiatan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat perencanaan tindakan dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus I. Perencanaan tindakan ini meliputi : 1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menentukan materi jarak dan kecepatan sebagai fokus pembelajaran dan penekanan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model PMRI; 2) menyiapkan bahan ajar dan lembar kerja siswa serta media/alat yang dapat menunjang proses pembelajaran; 3) menyusun instrumen observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru sebagai pedoman observer dan peneliti dalam melakukan kegiatan pengamatan selama proses pembelajaran: 4) menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan pembelajaran.
kegiatan
yang
terjadi
selama
proses
62
b. Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan keenam Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Selasa 29 Oktober 2013 dimulai pukul 09.30 – 10.40. Kegiatan pembelajaran diawali mengkondisikan kelas agar siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan mereview materi-materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan melakukan tanya jawab untuk mengetahui kemampuan awal siswa terkait materi yang akan disampaikan hari ini. Pada pertemuan ini terlihat siswa mulai berani menanggapi pertanyaan yang diajukan guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini. Sebelum memasuki kegiatan inti pada pembelajaran hari ini, guru membagi siswa menjadi delapan kelompok diskusi secara acak dengan menggabungkan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya, guru membagikan lembar kerja dengan daftar beberapa benda yang harus di ukur oleh siswa menggunakan penggaris. Guru menginstruksikan siswa untuk membagi tugas dengan anggota kelompok lainnya. Setelah memahami penjelasan tugas yang disampaikan guru dan membagi tugas dengan anggota kelompoknya, siswa mulai mengukur panjang benda-benda yang ada di sekita kelas seperti papan tulis, meja, lemari, spidol dan lainnya. Sementara siswa melakukan pengamatan dan pengukuran benda-benda guru memperhatikan kegiatan siswa dan terlihat semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan ini.
63
Gambar 4.3 Siswa Melakukan Pengukuran Panjang Benda
Setelah selesai melakukan pengukuran dan siswa kembali berkumpul
dengan
mendemonstrasikan
cara
anggota konversi
kelompoknya, satuan
panjang
guru dengan
menggunakan pita sepanjang ½ meter dan diubah kedalam satuan centimeter dengan menggunakan potongan pita sepanjang 1 cm. Guru menempelkan potongan pita 1 cm dibawah pita sepanjang ½ meter hingga sama panjang. Dapat dilihat oleh siswa bahwa pita dengan panjang ½ meter sama dengan 50 pita dengan panjang 1 cm, jadi ½ meter artinya sama dengan 50 cm. dari contoh konversi tersebut, guru mengingatkan siswa dengan model tangga satuan panjang yang telah dipelajari siswa pada kelas IV dan menghubungakan contoh konversi yang disampaikan guru dengan model tangga satuan panjang. Setelah dirasa cukup penjelasan yang diberikan, guru meminta siswa mengkonversi panjang benda yang telah mereka ukur sesuai dengan yang ada pada LKS. Dalam menyelesaikan soal konversi satuan panjang siswa terlihat masih mengalami kebingungan dan mulai bertanya kepada guru. Guru pun menghampiri setiap kelompok untuk memberikan bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan masalah konversi satuan panjang. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru memanggil
64
kelompok secara acak untuk mempresntasikan hasil diskusinya dan tanpa saling tunjuk atau malu-malu siswa perkelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Gambar 4.4 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi dengan Menggunakan Tangga Satuan Panjang
Dari hasil presentasi yang disampaikan setiap kelompok masih terdapat beberapa perdedaan jawaban terutama pada soal pengukuran panjang benda. Kemudian guru dengan bantuan siswa mengukur kembali benda-benda yang ada pada daftar untuk memperoleh hasil yang tepat dan kembali memberikan penjelasan mengenai cara konversi satuan panjang dan operasi hitung satuan panjang. Setelah memberikan penguatan terkait materi yang telah disampaikan, guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswa yang masih belum mengerti. Banyak siswa yang mengacungkan tangan ingin bertanya, karena pada awal pertemuan guru menyampaikan akan memberikan reward bagi siswa yang berani bertanya atau menanggapi pertanyaan temannya. Selesai kegiatan tanya-jawab, guru mengajak siswa menyimpulkan kegiatan
65
pembelajaran hari ini dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Pertemuan Ketujuh Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 1 November 2013 dimulai pukul 10.00 – 11.10. guru mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan kelas agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, dilanjutkan dengan melakukan apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajran yang akan dicapai hari ini. Pembentukan kelompok diskusi pada pertemuan ini guru meminta siswa menyebutkan kata “tak tik tuk dang ding dung der dut” setiap siswa menyebutkan satu suku kata. Kemudian siswa diminta berkumpul dengan siswa lain yang menyebutkan kata yang sama. Setelah berkumpul dengan anggota kelompoknya guru membagikan lembar kerja dan bola kepada setiap siswa kemudian menjelaskan tugas yang harus dilakukan setiap kelompok, yaitu menghitung kecepatan bola yang menggelinding di atas meja. Kemudian guru bertanya “apa saja yang perlu kita ketahui untuk menghitung kecepatan bola tersebut?” kebanyakan siswa hanya diam karena belum mengetahui konsep kecepatan, tetapi ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Selanjutnya guru memberikan penjelasan tahapan yang harus dilakukan setiap kelompok untuk menghitung kecepatan bola tersebut. Setelah memahami penjelasan guru, siswa mulai bekerja sama dengan anggota kelompoknya untuk menghitung kecepatan bola. Sementara itu guru berkeliling untuk membantu siswa menghitung waktu bola menggelinding dari ujung kanan sampai ujung kiri meja. Setelah data yang dibutuhkan diperoleh guru meminta siswa menghitung kecepatan bola tersebut dan berdiskusi
66
untuk membuat diagram hubungan antara waktu, jarak dan kecepatan. Selanjutnya guru memberikan penjelasan tentang operasi hitung satuan kecepatan dan menugaskan siswa dengan kelompok yang sama untuk menyelesaikan soal tentang operasi hitung satuan panjang. Setelah selesai berdiskusi, guru meminta kelompok yang selesai pertama untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan dilanjutkan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan siswa terlihat semakin aktif dan berani untuk mengajukan pertanyaan ataupun menanggapi pertanyaan dari temannya dengan adanya motivasi pemberian reward dari guru. kegiatan selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran hari ini kemudian menutup kegiatan pembelajaran dengan doa.
3) Pertemuan Kedelapan Pertemuan kedelapan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2 November 2013 dimulai pukul 08.00 – 09.10. Guru mengawali pembelajaran dengan mengkondiskan kelas agar siswa siap mengikuti
kegiatan
pembelejaran
dan
dilanjutkan
dengan
melakukan apersesi dengan mengajukan pertanyaan “siapa yang ingat apa yang kita pelajari kemarin?” beberapa siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban bahkan ada siswa yang mendeskripsikan kegiatan pembelajaran kemarin namun ada juga siswa yang menjawab secara singkat padat dan jelas. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini. Kemudian guru meminta siswa berhitung dari satu sampai tujuh dimulai dari siswa yang duduk paling depan dan diakhiri siswa yang duduk paling belakang untuk membentuk kelompok
67
diskusi. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menguji konsentarsi siswa. Setelah siswa selesai berhitung dan berkumpul bersama siswa lain yang menyebutkan angka yang sama, guru membagikan lembar kerja dan menjelaskan kegiatan pengamatan yang akan siswa lakukan pada pertemuan ini. Kegiatan lomba lari pada pertemuan ini dimaksudkan agar siswa memahami konsep jarak dan kecepatan berdasarkan apa yang ia alami sendiri. Selanjutnya guru meminta pelari pertama dari setiap kelompok untuk bersiap di garis start, dan siswa yang bertugas mengukur waktu bersiap di garis finish. Pada hitungan ketiga pelari pertama mulai berlari menuju garis finish dengan jarak yang sama. Setelah pelari pertama sampai digaris finish guru bertanya kepada siswa yang bertugsa mengukur waktu berapa waktu yang di peroleh oleh setiap pelari dan menugaskan siswa lain untuk untuk mncatat hasil perolehan waktunya. Kemudian lomba lari dilanjutkan dengan pelari kedua, pelari kedua diminta berlari selama 3 detik dan siswa yang bertugas mengukur jarak linatasan mengukur berapa jarak pelari kedua dari garis start smpe titik berhentinya ketika telah berlari selama 3 detik kemudian mencatatnya pada LKS yang diberikan guru. Setelah menyelesaikan kegiatan lomba lari dan mnelengkapi catatan, guru membimbing siswa untuk kembali ke dalam kelas.
Gambar 4.5 Siswa Melengkapi Catatan Lomba Lari
68
Selanjutnya siswa setiap kelompok diminta menuliskan waktu dan jarak yang di tempuh oleh pelari pertama dan kedua pada tabel yang ada dipapan tulis. Kemudian guru meminta siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menentukan pemenang pada lomba lari pertama dan kedua berdasarkan perolehan waktu dan jarak yang di tempuh dan memberikan alasannya dengan membuat hubungan antara waktu, jarak, dan kecepatan. Guru memfasilitasi kegiatan diskusi siswa dengan berkeliling dan memberikan bantuan dan arahan-arahan dalam menyelesaikan masalah yang ada. Setelah siswa selesai berdiskusi guru menunjuk secara acak kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya. Terlihat adanya perbedaan-perbedaan hasil diskusi yang disampaikan pada kegiatan presentasi,
ada beberapa kelompok
yang sudah
memahami hubungan waktu, jarak, dan kecepatan namun masih ada kelompok yang belum memahaminya. Oleh karena itu, setelah semua
kelomok
mempresentasikan
hasil
diskusinya
guru
membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah yang tepat dan memberikan penjelasan tentang hubungan waktu, jarak, dan kecepatan. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya dengan memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya, banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk purapura bertanya agar mendapatkan reward tersebut, tetapi guru hanya memberikan reward kepada siswa yang benar-benar mengajukan pertanyaan mengenai hal yang belum dipahaminya dari kegiatan yang telah dilakukan hari ini. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru memberikan penguatan terkait konsep jarak dan kecepatan dan bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari ini.
69
4) Pertemuan Kesembilan Pertemuan kesembilan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 November 2013 dimulai pukul 10.00 – 11.10. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan pembelajara, kemudian guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab terkait materi yangtelah disampaikan
pada
pertemuan-pertemuan
sebelumnya
dan
dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran hari ini. Siswa meminta guru untuk membentuk kelompok dengan menyebutkan kata-kata “tak tik tuk dang ding dung der dut”, kemudian setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya yang menyebutkan kata yang sama guru membagikan lembar kerja dan menjelaskan tugas yang harus didiskusikan siswa. Pada pertemuan ini guru membacakan cerita tentang si kelinci sombong dan kura-kura dan dari cerita itu setiap kelompok diminta untuk menemukan penyelesaian masalah dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS. Kemudian guru membacakan cerita dan siswa menyimak cerita guru sambil sesekali tertawa kareana gerak dan mimik yang ditimbulkan guru dalam membaca cerita. Setelah membacakan cerita sebanyak dua kali, guru menugaskan siswa untuk mulai berdiskusi menentukan penyelasaian masalah. Selama proses diskusi guru berkeliling dan mengarahkan siswa untuk menggunakan model matematika seperti diagram hubungan kecepatan yang kemarin telah di pelajari.
70
Gambar 4.6 Siswa Berdiskusi Menemukan Penyelesaian Masalah
Setelah
selesai
secara
acak
guru
meminta
siswa
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Dari hasil presentasi yang disampaikan setiap kelompok, terlihat siswa lebih mudah memahami konsep jarak, waktu dan kecepatan dengan diagram hubungan yang telah disepakati bersama pada pertemuan sebelumnya. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dengan caranya masing-masing, guru membimbing siswa untuk menentukan jawaban yang tepat dari permasalahan tersebut. Selanjutnya guru memberikan penguatan terkait materi yang telah disampaikan pada pertemuan hari ini, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal yang belum dipahaminya. Pertanyaan yang diajukan siswa tidak langsung dijawab oleh guru, tetapi guru lemparkan lagi kepada siswa lainnya
untuk
menanggapi
pertanyaan
yang
disampaikan
temannya. Kegiatan pembelajaran berakhir tepat ketika bel pulang sekolah berbunyi. Guru mengingatkan lagi pesan moral yang terdapat pada cerita si kelinci sombong dan kura-kura, dan memberitahu siswa bahwa pertemuan besok akan diadakan tes
71
akhir yang kedua maka siswa diminta untuk mempelajari kembali materi yang telah disampaikann. Kemudian kegiatan pembelajaran ditutup dengan doa.
5) Pertemuan Kesepuluh Pada pertemuan kesepuluh diadakan tes akhir siklus II yang dilaksanakan pada hari Sabtu 9 November 2013. Materi yang diujikan pada tes akhir siklus II ini adalah tentang jarak dan kecepatan. Pada pertemuan sebelumnya siswa telah diberitahu bahwa hari ini akan dilakukan tes akhir siklus II, maka ketika guru memasuki kelas siswa terlihat masih mempelajari materi-materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru mengkondisikan kelas dengan bertanya “apa kalian sudah siap?” beberapa siswa menjawab sudah siap namun beberapa siswa lain yang menjawab belum siap. Guru pun meminta siswa untuk menyimpan semua catatan dan bukunya di dalam tas dan mulai membagikan soal tes akhir siklus kepada siswa. Tes akhir siklus II dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 09.30. Kegiatan tes akhir siklus II berjalan lancar dan terlihat siswa lebih percaya diri mengerjakan soal-soal yang diberikan guru secara mandiri dibandingkan dengan pada saat tes akhir siklus I.
c. Tahap Observasi Kegiatan observasi dilakukan oleh Ibu Itar selaku observer selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar instrumen observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.
72
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus II No
Indikator/Aspek yang dinilai
Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru Menggunakan model matematika dalam 2 menyelesaiakan masalah kontekstual yang diberikan guru Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk 3 menemukan penyelesaiannya dengan teman satu kelompok Bekerja sama dengan teman 4 satu kelompok Antusias mengikuti proses 5 pembelajaran Bertanya pada saat proses 6 pembelajaran Menanggapi pertanyaan dari 7 siswa lain Berani mengungkapkan 8 pendapat Mempresentasikan hasil 9 diskusi di depan kelas Menanggapi hasil presentasi 10 kelompok lain Memperhatikan penjelasan 11 guru Bersama guru 12 menyimpulkan materi yang telah dipelajari Mengerjakan tugas/latihan 13 yang diberikan guru Jumlah Rata-rata (%) Rata-rata Keseluruhan 1
Skor Pert Pert Pert Pert Jumlah 1 2 3 4
Ratarata (%)
3
4
3
3
13
81.25
3
3
3
3
12
75
4
3
4
3
14
87.5
4
3
4
4
15
93.75
4
4
4
3
15
93.75
3
3
3
3
12
75
3
3
3
3
12
75
3
3
3
3
12
75
4
4
3
4
15
93.75
3
3
3
3
12
75
3
3
4
3
13
81.25
3
4
4
4
15
93.75
3
3
3
3
12
75
42 42 44 44 80.8 80.8 84.6 84.6 82.7%
172
73
Tabel 4.6 Hasil Obesrvasi Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI Siklus II No 1
Indikator/Aspek yang dinilai
Melakukan apersepsi Menyampaikan tujuan 2 pembelajaran yang hendak dicapai Mengajukan masalah 3 kontekstual untuk mengawali pembelajaran Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah 4 kontekstual dengan menggunakan model-model matematika Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan 5 mendiskusikan penyelesaian masalah yang ditemukan Melaksanakan pembelajaran 6 yang mengaktifkan siswa Memfasilitasi adanya interaksi 7 antara siswa dengan siswa Memfasilitasi adanya interaksi 8 antara siswa dengan guru Memotivasi siswa untuk 9 bertanya Menggunakan media/alat 10 peraga yang menunjang proses pembelajaran Melibatkan siswa dalam 11 pemanfaatan media pembelajaran Melakukan refleksi kegiatan 12 pembelajaran bersama siswa Melakukan penilaian sesuai 13 dengan kompetensi yang hendak dicapai Jumlah Rata-rata (%) Rata-rata Keseluruhan
Pert 1 3
Skor Pert Pert 2 3 3 3
RataPert Jumlah rata (%) 4 4 13 81.25
3
3
3
3
12
75
3
4
3
4
14
87.5
3
3
4
4
14
87.5
3
4
3
3
13
81.25
4
4
4
3
15
93.75
4
4
3
4
15
93.75
3
3
4
4
14
87.5
3
3
3
3
12
75
3
3
4
3
13
81.25
4
4
4
3
15
93.75
3
3
3
3
12
75
3
3
3
4
13
81.25
42 80.8
44 84.6
44 45 84.6 86.5 84.1 %
175
74
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa pada proses pelaksanaan tindakan siklus II siswa sudah mengalami peningkatan dalam aktivitas belajar siswa. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II, antara lain: 1. Siswa semakin bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model PMRI karena siswa terlibat langsung dalam menemukan konsep suatu materi dengan memanfaatkan media/alat belajar yang ada disekitar mereka; 2. Hampir semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok karena mereka merasa termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, terlebih dengan guru membentuk kelompok diskusi yang menggabungkan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai; 3. Siswa
semakin
berani
untuk
bertanya,
mengungkapkan
pendapat, dan menanggappi pertanyaan atau hasil diskusi kelompok lain dengan adanya pemberian reward; 4. Siswa terbiasa dengan kegiatan mempresentasikan hasil diskusi kelompok, tanpa harus ditunjuk oleh guru setiap kelompok mengajukan diri untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya terlebih dahulu.
Berdasarkan tabel 4.6 aktivitas mengajar guru mengalami peningkatan yang optimal. Guru semakin baik dalam menciptakan suasana belajar yan mengaktifkan siswa, selain itu terdapat peningkatan pada kegiatan guru memotivsi siswa untuk bertanya yang mengakibatkan adanya peningkatan pada aktivitas bertanya siswa.
75
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tes akhir siklus II yang dilakukan setelah pemberian tindakan pada siswa mengenai materi jarak dan kecepatan dengan menggunakan model PMRI. Adapun hasil tes akhir siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Dengan Model PMRI Siklus II Nilai tertinggi
95
Nilai terendah
55.5
Rata-rata nilai siswa
73
Jumlah siswa yang tuntas
83.8%
Jumlah siswa yang belum tuntas
16.2%
Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai siswa pada tes akhir siklus II mencapai 73 sedangkan pada tes akhir siklus I hanya mencapai 68. Selain itu adanya peningkatan siswa yang mencapai nilai KKM, pada tes akhir siklus II dari 37 siswa sebanyak 31 siswa yang mencapai nilai KKM atau mencapai 83.8% dan hanya 6 siswa yang belum mencapai KKM atau mencapai 16.2%. Hal ini menunjukan bahwa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya, yaitu 80% siswa mencapai nilai KKM. Untuk lebih jelas data hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 16.
76
d. Tahap Refleksi Kegiatan refleksi dimaksudkan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari hasil refleksi yang diperoleh menunjukan adanya perbaikan dan peningkatan hasil pada siklus II. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan pada aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru serta peningakatn hasil belajar siswa pada tes akhir siklus II yang telah mencapai target indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil refleksi, penelitian pada siklus II dikatakan sudah berhasil karena sudah memenuhi dua indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan, yaitu 80% siswa mencapai nilai KKM dan adanya peningakatn aktivitas belajar siswa, maka pemberian tindakan pada penelitian diakhiri pada siklus II. Berdasarkan diskusi peneliti dengan observer dengan memperhatikan data-data yang telah diperoleh maka diperoleh hasil sebagai berikut:
77
Tabel 4.8 Hasil Refleksi Siklus II
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Hasil Refleksi Siklus II Guru mampu menciptakan suasana belajar yang mengaktifkan siswa dengan memanfaatkan media/alat belajar yang ada di sekitar siswa dan melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan konsep materi yang akan dipelari Penggunakaan masalah kontekstual yang ada pada keseharian siswa mampu memotivasi san membuat siswa merasa tertantang untuk menemukan penyelesaiannya. Kegiatan diskusi yang dilakukan pada setiap pertemuan dapat memotivasi siswa untuk bekerja sama dan terlibat secara aktif dalam kelompoknya untuk menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan guru Penggunaan masalah dan model kontekstual yang diterapkan guru pada pembelajaran matematika memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan Siswa terbiasa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan berdiskusi dengan kelompok lain untuk memperoleh jawaban yang tepat dari permasalahan yang didiskusikan Guru telah mampu memotivasi siswa untuk berani bertanya, mengungkapkan pendapatnya, dan menanggapi pertanyaan dari siswa lain ataupun hasil diskusi kelompok lain. Dengan motivasi pemberian reward siswa menjadi lebih berani untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, dan menanggapi pertanyaan dari siswa lainnya Rata-rata nilai siswa berdasarkan tes akhir siklus II sebesar 73 meningkat dari hasil tes akhir siklus I dengan rata-rata nilai siswa sebesar 68 31 siswa mencapai nilai KKM pada tes akhir siklus II atau mencapai 83.8% 6 siswa belum mencapai nilai KKM pada tes akhir siklus II atau mencapai 16.2%
78
B. Analisis Data Tahap analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, data tersebut berupa hasil observasi aktivitas belajar siswa, hasil observasi aktivitas mengajar guru, tes hasil belajar siswa, dan catatan lapangan mengenai kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil data yang diperoleh dari pengumpulan data dengan teknik observasi adalah sebagi berikut: 1. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada suklis I diperoleh rata-rata persentase sebesar 67.8% sedangakan pada siklus II diperoleh ratarata persentase sebesar 82.7%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model PMRI. 2. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I diperoleh ratarata persentase sebesar 70.7% dan pada siklus II diperoleh rata-rata persentase sebesar 84.1%. Hal ini pun menunjukan adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu meningakatkan aktivitas belajar siswa.
Sedangkan hasil data yang diperoleh dari pengumpulan data dengan teknik tes hasil belajar adalah sebagai berikut: 1. Perolehan nilai rata-rata siswa pada tes akhir siklus I sebesar 71.5 dan pada tes akhir siklus II sebesar 75.6. Hal ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dengan menggunakan model PMRI. 2. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 70.3% sedangkan pada siklus II mencapai 86.5%. Pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa belum mencapai target yang ditetapkan peneliti, namun pada siklus II terjadi peningkatan tingkat ketuntasan siswa hingga mencapai 86.5%.
79
C. Interpretasi Hasil Analisis Data Dari hasil analisis data yang dilakukan maka diperoleh informasi bahwa pada pelaksanaan siklus I dari hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran menunjukan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa masih rendah dan belum optimal. Namun terjadi peningkatan pada hasil belajar dan aktivitas belajar siswa setelah dilakukan perbaikanperbaikan pada siklus II. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan sebagai pedoman bagi observer dalam melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dari lembar observasi digunakan peneliti dan observer sebagai bahan untuk melakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Hasil observasi yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI Data Rata-rata Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Siklus I
Siklus II
67.8%
82.7%
Berdasarkan tabel 4.9 terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan model pendidikan matematika realistik Indonesia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang selama proses pembelajaran. Untuk lebih jelas data peningkatan persentase aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 21.
80
Adapun persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II disajikan dalam diagram berikut:
Gambar 4.7 Diagram Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI
Sedangkan hasil observasi aktivitas mengajar guru yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Persentase Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI Data Rata-rata Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Siklus I
Siklus II
70.7%
84.1%
Berdasarkan tabel 4.10 terjadi peningkatan aktivitas mengajar guru dari siklus I ke siklus II sebesar 13.5%. Hal ini menunjukan bahwa guru mengalami perbaikan dalam menciptakan kegiatan pembelajaran matematika dengan menerapkan model pendidikan matematika
81
realistik Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. Untuk lebih jelas data peningkatan persentase aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada lampiran 22. Adapun persentase aktivitas mengajar guru pada siklus I dan siklus II disajikan dalam diagram berikut:
Gambar 4.8 Diagram Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI
2. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes formatif, yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar matematika siswa yang berkaitan materi waktu, jarak dan kecepatan. Adapun hasil belajar pada setiap tes akhir siklus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
82
Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Data
Siklus I
Siklus II
Rata-rata Nilai Secara Klasikal
71.5
75.6
Persentase Ketuntasan Belajar
70.3%
86.5%
Dari tabel 4.8 dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II baik dari perolehan nilai rata-rata siswa maupun tingkat ketuntasan belajarsiswa. Peningkatan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 16.2%. Peningkatan hasil belajar ini menunjukan tercapainya indikator keberhasilan tindakan yaitu 80% siswa mencapai nilai KKM sebesar 65. Untuk lebih jelas data peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada lampiran 23. Adapun persentase ketuntasan belajar siswa tersaji dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI
83
D. Pembahasan Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pendidikan metematika realistik Indonesia telah menunjukan hasil yang cukup efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika di kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pendidikan matematika
realistik Indonesia, karena dalam proses
pembelajaran siswa di bimbing untuk menemukan konsep tentang suatu materi secara mandiri. Penemuan dan pembentukan konsep ini difasilitasi dengan menggunakan permasalahan kontekstual yang ada disekitar dan keseharian siswa dan penggunaan model matematika. Kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan dalam setiap pertemuan membuat siswa terbiasa untuk bekerja sama dengan siswa lain, berani mengemukakan pendapat, dan
mendiskusikan
suatu
permasalahan
untuk
menemukan
penyelesaiannya. Selain itu siswa dituntut untuk berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan siswa lainnya. Hal ini terbukti berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan pada siklus I mencapai 67.8% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82.7% Sejalan dengan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia, hal serupa terjadi pada tes hasil belajar siswa. Hal ini terbukti berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 71.5 dan terjadi peningkatan pada tes akhir siklus II dengan diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 75.6. Selain peningakatn rata-rata nilai siswa, tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 16.2%. Pada siklus I tingkat ketuntatasn siswa mencapai 70.3% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86.5%. Begitu pula dilihat dari catatan lapangan yang diperoleh selama proses pemberian tindakan dengan model pendidikan matematika realistik Indonesia di kelas VA SDN Perumnas Buni
84
Kelapadua Kab. Tangerang menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil observasi, tes hasil belajar siswa, dan catatan lapangan bahwa penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang.
Bab V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Aktivitas belajar matematika siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang dengan penerapan model PMRI menunjukan adanya perubahan yang signifikan, terlihat adanya peningakatan persentase aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Melalui penerapan model PMRI siswa diarahkan untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam menemukan penyelesaian masalah kontektual yang diberikan dengan menggunakan model-model matematika yang dibentuk oleh siswa. Hasil diskusi kelompok siswa kemudian dipresentasikan dan dibandingkan dengan kelompok lain untuk menemukan konsep matematika. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model PMRI dapat meningkatkan antusiasme siswa mengikuti pembelajaran matematika, siswa merasa tertantang untuk menemukan penyelesaian masalah yang diberikan guru sehingga siswa terlibat aktif dalam setiap aktivitas pembelajaran di kelas. 2. Penerapan model PMRI dalam pembelajaran matematika dapat meningakatkan hasil belajar matematika siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 16.2% dengan persentase ketuntasan siswa pada siklus I mencapai 70.3% dan siklus II mencapai 86.5%.
85
86
B. Saran Berdasarkan proses penelitian yang telah dilaksanakan, maka penelitian ini dapat memberikan saran sebagai berikut :mudah dimengert siswa 1. Pembelajaran matematika dengan model PMRI cukup baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan demikian model PMRI memiliki potensi yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika di SD 2. Hendaknya ada penelitian lebih lanjut yang meneliti aspek daya matematis lainnya dengan model PMRI seperti tentang koneksi matematika, kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah.
Daftar Pustaka Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Fathani, Abdul Halim. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyajarta: Ar-Ruzz Media, 2009. Fauzi, Muhammad Amin. Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi dan Berbasis Lokal Topik Pembagian di SDN 060857, 2008. http://eprints.umk.ac.id/1758/8/ABSTRAK.pdf.
(Di
akses pada 16
Januari 2013). Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching, 2006. Hartati, Suci. Optimalisasi Pembelajaran Matematika Dengan menggunakan Pendekatan
Matematika
Realistik
Pada
Siswa
Kelas
IV
SD
Muhammadiyah Karangwaru, 2008. http://digilib.uin-suka.ac.id/1271/ . (Di akses pada 15 Januari 2013). Muhadi. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media, 2011. Rohmawati, Ana. Penerapan Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 10 Malang, 2010. http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=46112. (Di akses pada 15 Januari 2013). Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta cv, 2011.
Supinah, dkk. Modul Matematika SD Program BERMUTU, Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Sleman: P4TK Matematika, 2009. Supinah, dkk. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: P4TK Matematika, 2008. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Suwangsih, Erna dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press, 2006. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Warli. Jurnal Pemebelajaran Matematika Realistik Materi Geometri Kelas IV, 2008.
http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/files/journals/2/articles/4/public
/JURNAL-WARLI-4.pdf. (Di akses pada 19 Januari 2013).
Wijaya,
Ariyadi.
Pendidikan
Matematika
Realistik,
Suatu
Alternatif
Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Windayana, Husen. Jurnal Pendidikan Dasar, Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Kritis, Serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar, 2007. http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_8 Oktober_2007/Pembelajaran_Matematika_Realistik_dalam_Meningkatk an_Kemampuan_Berpikir_Logis,Kreatif,_dan_Kritis,_Serta_Komunikasi _MatematikSiswa_Sekolah_Dasar.PDF. (Di akses Pada 15 Januari 2013).
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah
: SDN Perumnas Bumi Kelapa Dua
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
:V/I
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (1x pertemuan)
Standar Kompetensi 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menuliskan tanda waktu dengan meggunakan notasi 24 jam Indikator 1. Mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore, dan malam 2. Menuliskan waktu dengan notasi 24 jam 3. Menuliskan waktu dengan notasi 12 jam Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore, dan malam 2. Siswa dapat menuliskan waktu dengan notasi 24 jam 3. Siswa dapat menuliskan waktu dengan notasi 12 jam
Materi Pokok : 1. Pembagian waktu pagi, siang, sore, dan malam. 2. Penulisan waktu dengan notasi 24 jam. 3. Penulisan waktu dengan notasi 12 jam. Metode Pembelajaran : tanya jawab, index card match, diskusi kelompok. Langkah – langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal Kegiatan Guru 1. Mengucap salam dan mengkondisikan kelas, serta menyiapkan materi dan media pembelajaran 2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan terkait materi yang akan di bahas untuk mengetahui kemampuan awal siswa 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Kegiatan Siswa Menjawab salam dan bersiap mengikuti pembelajaran matematika Menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru
Mendengarkan penjelasan dari guru
Nilai Karakter Disiplin
Rasa ingin tahu
Menghargai
B. Kegiatan Inti B.1 Eksplorasi Kegiatan Guru 1. Mengajukan masalah kontekstual
dengan bertanya apa saja yang menunjukan waktu pagi, siang, sore,
Kegiatan Siswa Menanggapi pertanyaan yang diberikaan guru tentang tanda yang menunjukan waktu pagi, siang, sore, dan malam
Nilai Karakter Komunikatif kritis
dan malam 2. Kemudian guru membagikan kartu bergambar waktu pagi, siang, sore, dan malam kepada siswa dan menugaskan siswa menempelkan gambar tersebut
Menempelkan gambar yang diberikan guru sesuai dengan waktunya pada kolom yang sudah disediakan guru
Kritis Komunikatif
sesuai dengan waktunya 3. Membagi siswa menjadi 6 kelompok dan membagikan LKS untuk dikerjakan siswa secara berkelompok 4. Menjelaskan tugas kelompok yaitu untuk menuliskan waktu-waktu tertentu yang disebutkan guru dalam cerita dengan menggunakan notasi waktu 24 jam dan 12 jam
Mengikuti instruksi guru membuat 6 kelompok.
Menghargai
Menyimak penjelasan tugas kelompok yang harus didiskusikan.
Menghargai
B.2 Elaborasi Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter Kerja sama Komunikatif
1. Membacakan cerita dan menugaskan setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan penulisan waktu yang tepat sesuai dengan yang ada dalam cerita
Berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk menentukan penulisan waktu yang tepat sesuai dengan yang ada dalam cerita
2. Meminta perwakilan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
Menunjuk perwakilan kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi
Berani Percaya diri
3. Melakukan tanya jawab dengan siswa terkait hasil presentasi yang disampaikan siswa
Melakukan tanya jawab dan memberikan tanggapan mengenai hasil presentasi yang disampaikan kelompok lain. Menerima reward dan memberikan reward pada kelompok lain yang telah mempresentasikan hasil diskusinya Menyimak penjelsan yang diberikan guru dan memberikan tanggapan.
Aktif Komunikatif
4. Memberikan reward pada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dengan tujuan memotivasi kelompok lainnya 5. Meberikan penjelasan secara singkat dan meluruskan kesalahan-kesalahan pemahaman yang terjadi selama kegiatan diskusi dengan menggunakan alat peraga yang telah disiapkan
Saling menghargai Kompetisi
Menghargai
B.3 Konfirmasi Kegiatan Guru 1. Memberikan penguatan yang terkait dengan materi pembelajaran 2. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum dipahami siswa 3. Bersama-sama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan Siswa Menyimak penjelasan guru Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum dipahami Bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran
Nilai Karakter Menghargi Aktif Komunikatif Komunikatif
C. Kegiatan Akhir Kegiatan Guru 1. Memberikan post test kepada siswa 2. Mengakhiri kegiatan pebelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam 3. Memberikan peguatan secara kontekstual dan pesan-pesan moral
Kegiatan Siswa Mengerjakan post test yang diberikan guru Bersama dengan guru berdoa dan menjawab salam, sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran Menyimak penjelasan yang diberikan guru
Media Pembelajaran : kartu bergambar, jam analog, jam digital, LKS Sumber Belajar
: Buku paket kelas V SD semester I
Nilai Karakter Jujur Tanggung jawab Religius Disipin
Menghargai
Penilaian No.
Indikator
Tenik Penilaian
Bentuk Penilaian
Nomor Soal
Skoring
1.
Mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore, dan malam
Tes Individu
Uraian Terbatas
1
40
2.
Menuliskan waktu dengan notasi 24 jam
Tes Individu
Uraian Terbatas
2
30
3.
Menuliskan waktu dengan notasi 12 jam
Tes Individu
Uraian Terbatas
3
30
Observer,
Tangerang, 18 Oktober 2013 Peneliti,
(Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD) NIP. 19610526 198109 2 003
(Maulidya Noor Izzati) NIM. 109018300039 Mengetahui, Kepala Sekolah
( H. Muchid. AF, S.Ag) NIP. 19550424 1983 1 002
Cerita A Penulisan waktu dengan notasi 24 jam Simaklah cerita berikut, lalu diskusikan dengan teman kelompokmu penulisan waktu dengan notasi 24 jam yang ada pada cerita ini!
Libur lebaran tahun ini aku dan keluargaku mudik ke kampung halamanku di Jogja. Mudik kali ini, aku dan keluargaku memilih untuk naik mobil pribadi, jadi sudah sejak malam hari kami mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa mudik, tidak lupa oleh-oleh untuk kakek dan nenek dikampung. Kami berangkat dari Jakarta pagi harinya pukul enam pagi agar tidak terjebak macet di jalan. Sekitar pukul dua belas siang kami beristirahat di rest area yang ada di pinggir tol daerah Cileunyi Bandung untuk merenggangkan badan dan melaksanakan shalat dzuhur dan ashar dengan cara di jama’. Setelah selesai shalat dan beristirahat kami melanjutkan perjalanan kami menuju Jogja. Hatiku senang sekali karena akan bertemu kakek dan nenek yang sudah lama tidak aku temui, banyak yang ingin aku ceritakan pada kakek dan nenek. Tidak terasa aku tertidur dan ketika bangun hari sudah mulai sore, jamku menunjukan pukul lima sore. Kami sudah sampai di daerah Karang Pucung, Ayahku segera mencari masjid terdekat karena waktu berbuka puasa akan segera tiba. Pukul lima lewat lima puluh lima adzan maghrib berkumandang dan kami pun segera berbuka puasa dan melaksanakan shalat maghrib. Namun ternyata ayah memberitahu kami untuk menunggu waktu isya dan melaksanakan shalat tarawih di masjid itu. Setelah shalat tarawih selesai, sekitar pukul sembilan malam kami melanjutkan perjalanan kami menuju Jogja. Walaupun hari sudah malam tetapi jalanan tetap macet, mungkin karena sekarang banyak yang mudik yah. Lagi-lagi aku tertidur selama perjalanan dan ketika aku terbangun sudah pukul sebelas malam, kami sudah sampai di daerah Banyumas tapi tetap saja jalanan ramai dan macet. Pukul tiga lewat tiga puluh aku dibangunkan ibuku, kami berhenti di rumah makan di daerah Purworejo untuk sahur. Setelah shalat subuh, kami melanjutkan perjalanan dari Purworejo pukul lima lewat dua puluh lima pagi hari. Udara diluar dingin sekali, sepertinya kami akan segera sampai dikampung halaman. Pukul delapan pagi kami sampai di kota Jogjakarta dan masih butuh beberapa jam lagi untuk sampai ke rumah kakek dan nenek. Aah sudah lama sekali aku tidak pulang kampung, dan akhirnya pukul sembilan lewat tiga puluh pagi kami tiba dirumah kakek dan nenek di Wonosari dan mereka menyambut kedatangan kami dengan suka cita.
Cerita B Penulisan waktu dengan notasi 12 jam
Simaklah cerita berikut, lalu diskusikan dengan teman kelompokmu penulisan waktu dengan notasi 12 jam yang ada pada cerita ini!
Dita adalah seorang siswi kelas 5 SDN Bina Bangsa, setiap hari Ia bangun pukul lima pagi, kemudian Ia shalat subuh. Setelah shalat subuh, Dita mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Sebelum pergi sekolah Dita sarapan bersama ayah, ibu, dan kakaknya. Setelah selesai sarapan, Dita dan kakaknya pergi sekolah bersama-sama pukul setengah tujuh pagi. Dita sampai di sekolah pukul tujuh tepat dan Ia tidak pernah terlambat sampai di sekolah. Selama disekolah Dita mengikuti pelajaran dengan baik, Dita termasuk anak yang pintar karena Ia mendapat peringkat dikelasnya. Pukul dua belas siang bel sekolah pun berbunyi menandakan waktu belajar sudah selesai, siswa-siswi bersiap pulang sekolah. Sepulang sekolah Dita langsung menuju rumah dan tiba pukul setengah satu siang. Sesampainya di rumah, Dita mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah, menyimpan tas dan peralatan sekolah pada tempatnya, kemudian shalat dzuhur dan dilanjutkan dengan makan siang bersama ibu. Setelah selesai makan Dita membantu ibu mencuci piring yang dipakainya untuk makan. Selesai membantu ibu merapikan meja makan, Dita kembali ke kamarnya untuk tidur siang sampai pukul setengah tiga sore. Ibu memperbolehkan Dita bermain sore hari apabila Dita sudah shalat ashar. Dita bermain bersama teman-temannya ditaman dekat rumah sampai pukul setengah lima sore tanpa harus dipanggil Ibu untuk pulang. Setelah selesai bermain Dita mandi dan membantu ibu menyiapkan makan malam. Ketika adzan maghrib terdengar Dita melaksanakan shalat berjamaah bersama ayah, ibu dan kakaknya kemudian membaca Al-Quran sampai pukul tujuh malam dan dilanjutkan shalat isya. Pukul setengah delapan malam Dita makan malam bersama keluarganya, setalah itu Dita belajar malam bersama ibu dan kakaknya, Ia memeriksa apakah ada PR yang belum Ia kerjakan dan menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari. Dan pukul sembilan malam Dita bersiap tidur agar tidak bangun kesiangan esok harinya.
Lembar Kerja Kelompok Siswa
Nama Kelompok
: ……………………………………
Nama Anggota Kelompok
: 1. …………………………………
Nilai
2. ………………………………… 3. ………………………………… 4. ………………………………… 5. ………………………………… Kelas
: ……………………………………
Hari/Tanggal
: ………../……..…………………..
Dengarkanlah cerita yang dibacakan ibu guru, kemudian isilah titik-titik dengan waktu yang disebutkan dalam cerita! a. Waktu dengan notasi 24 jam
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
b. Waktu dengan notasi 12 jam
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
Tugas Individu Nilai Nama
: __________________________________________
Kelas
: __________________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________________
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tepat…! 1. Sebutkanlah kegiatan yang kamu lakukan pada waktu pagi hari, siang hari, dan malam hari! Masing-masing 2 kegiatan! 2. Isilah titik-titik berikut sesuai dengan waktu yang ditunjukkan dengan notasi 24 jam!
3. Isilah titik-titik berikut sesuai dengan waktu yang ditunjukkan dengan notasi 12 jam!
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah
: SDN Perum Bumi Kelapa Dua
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
:V/I
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (1x pertemuan)
Standar Kompetensi 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan Indikator 1. Mengukur panjang benda 2. Melakukan konversi satuan panjang 3. Menyelesaikan operasi hitung satuan panjang Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengukur panjang benda 2. Siswa dapat melakukan konversi satuan panjang 3. Siswa dapat menyelesaikan operasi hitung satuan panjang
Materi Pokok
: satuan panjang, dan opreasi hitung satuan panjang
Model Pembelajaran
: Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Metode Pembelajaran
: Pengamatan, diskusi kelompok, tanya jawab
Langkah – langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal Kegiatan Guru 1. Mengucap salam dan mengkondisikan kondisi kelas, serta menyiapkan materi dan media pembelajaran 2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan terkait materi yang akan di bahas untuk mengetahui kemampuan awal siswa 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Kegiatan Siswa Menjawab salam dan bersiap memulai pembelajaran
Nilai Karakter disiplin
Menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru
Rasa ingin tahu
Mendengarkan penjelasan dari guru
Menghargai
B. Kegiatan Inti B.1 Eksplorasi Kegiatan Guru 1. Memmbagi siswa menjadi 8 kelompok
dan membagikan LKS yang harus
Kegiatan Siswa Mengikuti instruksi guru membentuk 8 kelompok
Nilai Karakter Aktif
diselesaikan oleh setiap kelompok 2. Menjelaskan tugas yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok, yaitu mengukur panjang benda yang
Menyimak penjelasan tugas yang Menghargai harus diselesaikan dan mulai membagi tugas dengan teman satu kelompok
telah ditentukan dengan menggunakan mistar atau meteran 3. Mengawasi dan memfasilitasi kegiatan siswa mengukur panjang benda
Mengukur panjang benda dan mencatat hasilnya pada LKS yang diberikan guru
Aktif
4. Mendemonstrasikan contoh konversi satuan panjang dengan menggunakan pita 0.5 meter diubah menjadi satuan
Memperhatikan guru mendemonstrasikan contoh konversi satuan panjang
Menghargai
Berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk mengkonversi satuan jarak benda yang sudah diukur
Kerjasama Teliti
cm dengan potongan pita 1 cm kemudian menghubungkannya dengan penggunaan model tangga satuan panjang 5. Menugaskan siswa untuk mengkorvesi satuan panjang benda yang telah diukur
B.2 Elaborasi Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter Kerja sama teliti
1. Setelah siswa selesai mengkonversi satuan panjang benda yang telah diukur, siswa diminta untuk melanjutkan tugasnya tentang operasi satuan panjang 2. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, guru meminta beberapa perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka
Melanjutkan diskusi untuk menyelesaikan operasi hitung satuan panjang
Menunjuk perwakilan kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi
Berani Percaya diri
3. Melakukan tanya jawab dengan kelompok lain secara bergilir terkait hasil presentasi yang disampaikan siswa 4. Meberikan penjelasan secara singkat dan meluruskan kesalahan-kesalahan pemahaman yang terjadi selama kegiatan diskusi dengan menggunakan alat peraga yang telah disiapkan
Melakukan tanya jawab dan memberikan tanggapan mengenai hasil presentasi yang telah disampaikan Menyimak penjelasan yang diberikan guru dan memberikan tanggapan.
Aktif Komunikatif
Menghargai
B.3 Konfirmasi Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1. Memberikan penguatan yang terkait dengan materi pembelajaran 2. Memotivasi siswa untuk berani bertanya hal yang belum dipahaminya dengan pemberian reward 3. Bersama-sama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran
Menyimak penjelasan guru
Nilai Karakter Menghargi
Melakukan tanya jawab dengan guru dan siswa lain tentang materi yang belum dipahami Bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran
Aktif Komunikatif
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter Religius Disipin
Komunikatif
C. Kegiatan Akhir Kegiatan Guru 1. Mengakhiri kegiatan pebelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam 2. Memberikan peguatan secara kontekstual dan pesan-pesan moral
Bersama dengan guru berdoa dan menjawab salam, sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran Menyimak penjelasan yang diberikan guru
Media Pembelajaran : mistar, meteran, pita Sumber Belajar
: Buku paket kelas V SD semester I
Menghargai
Penilaian No.
Indikator
Tenik Penilaian Tes Kelompok
Bentuk Penilaian Uraian Terbatas
Nomor Soal
Skoring
1
20
1.
Mengukur panjang benda
2.
Melakukan konversi satuan panjang
Tes Kelompok
Uraian Terbatas
2
20
3.
Menyelesaikan operasi hitung satuan panjang
Tes Kelompok
Uraian Terbatas
3
10
Observer,
Tangerang, 29 Oktober 2013 Peneliti,
(Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD) NIP. 19610526 198109 2 003
(Maulidya Noor Izzati) NIM. 1091018300039 Mengetahui, Kepala Sekolah
(H. Muchid. AF, S.Ag) NIP. 19550424 1983 1 002
Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok Siswa
Nama Kelompok
: ____________________________
Nama Anggota Kelompok
: 1. __________________________
Nilai
2. __________________________ 3. __________________________ 4. __________________________ 5. __________________________ Kelas
: ____________________________
Hari/Tanggal
: ____________________________
1.
Kalian sudah membawa mistar atau meteran kan…? Ayo, sekarang kalian ukur panjangpang benda berikut..! a. Papan tulis = ……… cm b. Meja = …….. cm c. Pintu = ……. cm d. Lemari = ……. Cm e. Buku matematika = ……. cm f. Penghapus papan tulis = ……. Cm g. Jendela = ….. cm h. Ubin = …… cm i.
Spidol = ….. cm
2. Setelah menyelesaikan soal nomor 1, berdiskusilah dengan teman kelompok untuk mengubah satuan panjang benda-benda yang sudah kalian ukur menjadi satuan panjang berikut.
a. Papan tulis = ……… km b. Meja = …….. dam
Masih ingat tangga satuan panjang kan?
c. Pintu = ……. m d. Lemari = ……. km e. Buku matematika = ……. mm f. Penghapus papan tulis = ……. hm g. Jendela = ….. dm h. Ubin = …… m i.
Spidol = ….. mm
3. Nah, sekarang coba kalian selesaikan soal-soal berikut! a. 12 dm + 15 dam = … dm b. 12 km + 100 m = … cm c. 67 hm – 4 km = … hm d. 49 dm – 1.200 mm = … cm e. 15 m x 5 m = … dam
Selamat mengerjakan
Lampiran 4
Kisi-kisi Tes Akhir Siklus 1 Penelitian Tidakan Kelas Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika
Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
: Matematika :V/I : Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
Indikator
2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam
Mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore, dan malam Menuliskan waktu dengan notasi 24 jam Menuliskan waktu dengan notasi 12 jam Mengubah waktu dari notasi 24 jam menjadi notasi 12 jam Mengubah waktu dari notasi 12 jam menjadi 24 jam Menggambar jam dengan notasi waktu tertentu Menentukan kesetaraan antar satuan waktu (jam, menit, dan detik) Menentukan waktu ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam Mengubah jam ke menit dan detik, dan sebaliknya Melakukan penjumlahan satuan waktu Melakukan pengurangan satuan waktu Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu
2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu
Aspek C2 C3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Bentuk Soal Uraian Uraian Uraian Uraian Uraian Uraian
Nomor Soal 11 1 4 2 7 10
Uraian
12
Uraian Uraian Uraian Uraian Uraian
3 5 8 6 9
Lampiran 5
Nama
: _____________________________________
Kelas
: _____________________________________
Mata Pelajaran
: _____________________________________
Nilai
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini!
1. Perhatikanlah gambar jam berikut! Penulisan waktu dengan notasi 24 jam adalah pukul …. sore
2. Ubahlah penulisan waktu berikut dengan notasi 12 jam! a. Pukul 22.00 = b. Pukul 16.30 =
3. Setengah jam yang lalu Ayah berangkat ke kantor. Jika sekarang pukul 08.00, maka Ayah berangkat pukul ….
4. Tuliskan waktu yang ditunjukan pada jam-jam berikut dalam notasi 12 jam! a. Setiap hari Senin dan rabu Alya mengikuti bimbingan belajar pukul tiga sore. b. Pukul 8 malam Ibu selalu mematikan televise karena waktunya kami belajar.
5. Pada kegiatan lari marathon minggu lalu, Fikri sampai di garis finish setelah berlari selama 105 menit. Artinya fikri telah berlari selama … jam … menit.
6.
6 jam
29 menit
35 detik
4 jam
45 menit
18 detik –
… jam
… menit
… detik
7. Perhatikan jam dibawah ini! Ubahlah penulisan waktu dengan notasi 24 jam! a.
b.
2.45
9.15
siang
malam
8. 3 jam
23 menit
17 detik
4 jam
49 menit
39 detik +
... jam
… menit
… detik
9.
Menurut jadwal keberangkatan, kereta api Parahyangan
dari
Jakarta
ke
Bandung
berangkat pukul 06.15 dan tiba di Bandung pukul 08.55. Akan tetapi karena terjadi suatu kerusakan, kereta api Parahyangan mengalami keberangkatan selama 49 menit. a.
Pukul berapa kereta api Parahyangan berangkat dari Jakarta?
b.
Pukul berapa kereta api Parahyangan tiba di Bandung?
10. Riza berangkat sekolah pukul 6.30 pagi dan sampai di sekolah pukul6.45 pagi. Pukul 07.00 bel sekolah berbunyi, semua siswa masuk ke kelas masing-masing untuk mengkuti kegiatan pembelajaran. Pukul 12.15 bel pulang sekolah berbunyi, Riza bersiap pulang ke rumah bersama temantemannya. Gambarlah jam yang sesuai dengan waktu yang ada pada cerita di atas!
11. Buatlah jadwal kegiatan sehari-harimu dari pagi, siang, sore, dan malam pada tabel dibawah ini! No
Pukul
Kegiatan
Keterangan Waktu
1
12.
05.00 – 05.15
Bangun tidur dan shalat subuh
Pagi hari
Perhatikan jam disamping! Dari angka 12 sampai angka 5, jarum panjang pada jam disamping melewati …. menit = …. detik.
Selamat mengerjakan……… Good luck!!
Lampiran 6
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I No
Jawaban
Skor
1
Pukul 15.00 ………………………………………...……… 1
1
a. Pukul 10.00 ………………………………………….... 0.5 Pukul 10.00 malam ………...………...………………... 1 2
3
2 b. Pukul 4.30 …………………………………..………… 0.5 Pukul 4.30 sore ……………………………………...…. 1 Pukul 08.00 – 30 menit = ……………………………..… 0.5 = Pukul 07.30 ………………….. 0.5 a. Pukul 3.00 ……………………………………..………. 0.5 Pukul 3.00 sore ………………………………………... 1
4
5
6
7
8
1
2 b. Pukul 8.00 ……………………………………………... 0.5 Pukul 8.00 malam ……………………………………... 1 105 menit = 1 jam ………...………………………..…….. 0.5 = 1 jam 45 menit ……………………………… 0.5 6 jam 29 menit 35 detik 4 jam 45 menit 18 detik – 35 detik - 18 detik = 17 detik ……….…...………. 0.5 (60 + 29) menit - 45 menit = 44 menit …………………… 0.5 (6 – 1) jam – 4 jam = 1 jam ………………………. 0.5 a. Pukul 14.45 ……………………………………………. 1 b. Pukul 21.15 ……………………………………………. 1 3 jam 23 menit 17 detik 4 jam 49 menit 39 detik + 17 detik + 39 detik = 56 detik ………………………..…. 0.5 23 menit + 49 menit = 72 menit = 72 menit – 60 menit = 12 menit ……..…………………… 0.5 3 jam + 4 jam = 7 jam = 7 jam + 1 jam = 8 jam ………….……..……………. 0.5
1
1.5
2
1.5
a. Waktu berangkat Pukul 06.15 + 49 menit = Pukul 07.04 ………………... 0.5
9
b. Waktu tiba Lama perjalanan = 08.55 – 06.15 = 2 jam 40 menit ………….............… 0.5
2
Waktu tiba = Pukul 07.04 + 2 jam 40 menit ………...… 0.5 = Pukul 09.44 ……………………………... 0.5 a. c.
10 ……………………….. 0.5 ………………………….… 0.5 b. d.
11
12
……………………..… 0.5 …………………………….. 0.5 1 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5 2 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5 3 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5 4 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5 5 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5 6 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5 25 menit ………………………………………………..… 0.5 = 1500 detik ……………………………………. 0.5 Skor Maksimal
2
3
1 20
Lampiran 7
Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II Penelitian Tidakan Kelas Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
:V/I
Standar Kompetensi : Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah
Aspek Kompetensi Dasar 2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan
2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan
Indikator Mengukur panjang benda Melakukan konversi satuan panjang Menyelesaikan operasi hitung satuan panjang Membandingkan kecepatan lari siswa dengan membandingkan waktu tempuh jika jarak lintasannya sama. Membandingkan kecepatan lari siswa dengan membandingkan jarak lintasan jika waktu tempuhnya sama Mengukur waktu, jarak, dan kecepatan Menyelesaikan operasi hitung satuan kecepatan Memecahkan masalah yang berkaitan dengan waktu Memecahkan masalah yang berkaitan dengan jarak Memecahkan masalah yang berkaitan dengan kecepatan
C2
C3 √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Bentuk Soal
Nomor Soal
Uraian Uraian Uraian
10 1 6
Uraian
3
Uraian
9
Uraian Uraian Uraian Uraian Uraian
8 2 5 7 4
Lampiran 8
Nama
: _____________________________________
Kelas
: _____________________________________
Mata Pelajaran
: _____________________________________
Nilai
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan teliti! 1. a. 9300 mm = …. dam b. 4,5 km = ….. m 2. a. 18 km/jam = ….. m/detik b. 2 km/jam + 5 hm/jam = ….. dam/jam
3. Raya dan Davi mengikuti lomba lari dengan jarak yang harus ditempuh sepanjang 450 meter. Jika Raya berlari selama 75 menit dan Davi 90 menit, berapakah kecepatan lari Raya dan Davi dan siapakah yang akan mencapai garis finish terlebih dahulu?
4. Sebuah kereta api berangkat dari stasiun A pukul 08.00. Kereta tersebut sampai di stasiun B pukul 13.00. Apabila jarak antara kedua stasiun tersebut 1200 hm, berapa km/jam-kah kecepatan kereta api tersebut?
5. Pak Yanto melakukan perjalanan dari Solo ke Surabaya dengan menggunakan sepeda motor selama 6 jam 35 menit. Jika Pak Yanto sampai di Surabaya pukul 20.58, pukul berapa Pak Yanto berangkat dari Solo? 6. a. 50 mm + 13 hm = ….. m b. 27 hm + 13 dam – 9 m = ….. dam
7. Pak Rudi memiliki bambu sepanjang 5 meter. Bambu tersebut akan dipotong-potong untuk dijadikan obor dengan panjang 75 cm. Berapa banyakkah potongan bambu yang akan dijadikan obor dan berapa siswa bambu Pak Rudi?
8. Sebuah bus melaju dengan kecepatan 120km/jam. Jika bus tersebut telah melaju selama 90 menit, berapa Km-kah jarak yang telah ditempuh bus terserbut?
9. Rafa dan Indri berangkat sekolah pukul 06.30 dan tiba pukul 07.00. Jika jarak rumah Rafa ke sekolah adalah 270 meter dan jarak rumah Indri ke sekolah adalah 330 meter, maka berapakah kecepatan berjalan Rafa dan Indri agar merekasampai disekolah tepat waktu ?
10. Ukurlah panjang benda dibawah ini! a.
b.
Selamat Mengerjakan…… ^^
Lampiran 9
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II No
Jawaban
Skor
a. 9300 mm = 9300 : 10.000 ………………………….…… 0.5 = 0,93 dam ……………………………........… 0.5 1
2 b. 4,5 km = 4,5 x 1000 …………………………………..… 0.5 = 450 m ……………………………………….… 0.5 a. 18 km/jam = … m/detik = ……………........................ 0.5 = 5 m/ detik ……………….……………... 0.5
2
2.5
b. 2 km/jam + 5 hm/jam = … dam/jam = 200 dam/jam
..………………. 0.5
= 50 dam/jam + …….………….. 0.5 = 250 dam/jam
…….………….. 0.5
Kecepatan Raya = 450 meter : 75 menit …………………… 0.5 = 6 meter/menit …………………………... 0.5 3
Kecepatan Davi = 450 meter : 90 menit …………………… 0.5
2.5
= 5 meter/menit …………………………... 0.5 Jadi, Pemenangnya adalah Raya …………………………… 0.5 Waktu = 13.00 – 08.00 = 5 jam ……………………………. 0.5 Jarak = 1200 hm = 120 km ……………………………….. 0.5 4
Kecepatan = jarak : waktu = 120 km : 5 jam ……………………………….. 0.5 = 24 km/jam ……………………………………. 0.5
2
5
Pukul 20.58 – 6 jam 35 menit = …………………………… 0.5 = Pukul 14.23 ……………… 0.5
1
a. 50 mm + 13 hm = … m 50 mm = 50 : 1000 =
0.05 m
13 hm = 13 x 100 = 130
m + ……………………… 0.5
= 130.05 m ……………………….… 0.5
6
b. 27 hm + 13 dam – 9 m = … dam
2,5
27 hm = 27 x 10 = 270 dam 13 dam = 13 x 1
= 13 dam + ………………………. 0.5 = 283 dam …………………………. 0.5
9m
= 9 : 10
= 0.9 dam – = 281.1 dam …………………………. 0.5
a. Panjang bambu 5 meter = 500 cm ………………………. 0.5 7
dipotong, 500 cm : 75 cm = 6 potong bambu …………… 1
2
sisa bambu Pak Rudi adalah 50 cm …….……………..… 0.5 Kecepatan = 120 km/jam
8
Waktu
= 90 menit = 1 ½ jam = 3/2 jam ……………….. 0.5
Jarak
= kec x waktu
1,5
= 120 km/jam x 3 jam ………………………… 0.5 2 = 180 km ……………………………………….. 0.5 Waktu perjalanan = 07.00 – 06.30 = 30 menit ……………. 0.5 Kec Rafa = jarak : waktu …………………………………... 0.5 = 270 meter : 30 menit …………………………... 0.5 9
= 9 menit/meter ………………………………….. 0.5
Kec Indri = jarak : waktu = 330 meter : 30 menit ………………………...… 0.5 = 11 meter/ menit ………………………………... 0.5
3
10
a. 5 cm ……………………………………………………... 0.5 b. 7 cm ……………………………………………………... 0.5 Skor Maksimal
1 20
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Petunjuk 1. Bacalah dengan dengan teliti setiap pernyataan, kemudian jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Berilah tanda checklist (√) untuk jawaban yang tepat berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Keterangan pilihan jawaban: 1 = kurang 3 = baik 2 = cukup 4 = sangat baik No
Indikator/Aspek yang dinilai
1.
Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru Menggunakan model matematika dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang diajukan guru Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk menemukan penyelesaiannya dengan teman satu kelompok Bekerja sama dengan teman satu kelompok Antusias mengikuti proses pembelajaran Bertanya pada saat proses pembelajaran Menanggapi pertanyaan dari siswa lain Berani mengemukakan pendapat Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Menanggapi hasil presentasi kelompok lain Memperhatikan penjelasan dari guru Bersama guru menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
1
Skor 2 3
Mengetahui, Observer (Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD) NIP. 19610526 198109 2 0003
4
Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Petunjuk 1. Bacalah dengan dengan teliti setiap pernyataan, kemudian jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Berilah tanda checklist (√) untuk jawaban yang tepat berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Keterangan pilihan jawaban: 1 = kurang 3 = baik 2 = cukup 4 = sangat baik
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Indikator/Aspek yang dinilai
1
Skor 2 3
4
Melakukan apersepsi Menyampaikan kompetensi/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai Mengajukan masalah kontekstual untuk mengawali pembelajaran Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan model-model matematika Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah yang telah ditemukan Melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan siswa Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dan guru Memotivasi siswa untuk bertanya Menggunakan media/alat peraga yang menunjang proses pembelajaran Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajara Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama siswa Melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai Mengetahui, Observer (Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD) NIP. 19610526 198109 2 0003
Lampiran 12
Catatan Lapangan PTK Siklus I Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Pertemuan 1 (1 Oktober 2013) Siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan materi yang dipelajari dengan masalah kontestual yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Pada saat siswa ditugaskan membuat kelompok masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menertibkan, karena siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok dikelas. Namun setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing mereka mulai berdiskusi dengan baik. Pada saat presentasi di depan kelas siswa masih merasa malu dan
masih kurang aktif dalam bertanya, mengajukan pendapat,
maupun menanggapi hasil presentasi kelompok lain. Setelah selesai penyampaian materi, guru kolaborator memberikan masukan agar tidak usah terlalu panjang dalam penyampaian apersepsi karena akan memakan waktu untuk menjelaskan materi inti
Pertemuan 2 ( 4 Oktober 2013) Pada pertemuan kedua materi yang disampaikan tentang waktu dengan notasi jam 24an dan jam 12an. Guru menugaskan siswa membuat kelompok diskusi dan pada hari kedua tidak membutuhkan waktu selama hari pertama untuk siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Guru membagikan jam analog dan jam digital pada setiap kelompok agar siswa dapat secara langsung menentukan waktu dengan notasi jam 24an dan jam 12an. Pada saat diskusi masih terdapat beberapa kelompok yang masih belum memahami perbedaan waktu dengan notasi jam 24an
dan notasi jam 12an, kemudian guru menghampiri
kelompok tersebut dan memberikan contoh notasi jam 24an dan jam 12an dengan
menggunakan jam analog yang telah dibagikan. Pada saat presentasi di depan kelas masih ada beberapa siswa yang merasa malu sehingga suaranya tidak terlalu terdengar siswa yang duduk dibelakang. Ketika guru menanyakan kepada siswa siapa yang ingin bertanya atau memberikan tanggapan, kebanyakan siswa menundukan kepala dan diam karena tidak berani mengemukakan pendapatnya, hanya 1-3 orang siswa yang berani bertanya atau menanggapi hasil presentasi kelompok lain.
Pertemuan 3 ( 5 Oktober 2013) Pada pertemuan ketiga materi yang disampaikan adalah tentang kesetaraan waktu. Pada saat diskusi, beberapa kelompok siswa masih mengalami kesulitan dalam menemukan konsep ¼jam, ½jam, dan ¾jam, kemudian guru berkeliling mengamati kegiatan diskusi siswa dan memberikan bantuan untuk menentukan waktu ¼jam, ½jam, dan ¾jam dengan menggunakan jam analog. Pada pertemuan ketiga beberapa orang siswa sudah berani untuk mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan yang diajukan siswa lain maupun pertanyaan dari guru. Setelah selesai jam belajar, guru kolaborator memberikan saran agar anggota kelompok diskusi dibuat secara heterogen, menggabungkan siswa yang pandai dengan siswa yang masih kurang secara seimbang agar terjadi proses peer teaching antara siswa.
Pertemuan 4 (18 Oktober 2013) Pada pertemuan keempat guru membentuk kelompok diskusi secara heteregon mengikuti saran yang diberikan guru kolaborator. Kegiatan diskusi kelompok siswa berjalan secara aktif, dan pada saat presentasi di depan kelas siswa tidak lagi malu-malu menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Siswa yang bertanya dan menanggapi hasil presentasi kelompok lain di depan kelas adalah siswa yang sama dengan siswa yang bertanya pada pertemuan sebelumnya, jadi hanya siswa yang itu-itu saja yang berani berani bertanya dan menanggapi pertanyaan atau hasil presentasi.
Lampiran 13
Catatan Lapangan PTK Siklus II Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Pertemuan 6 (29 Oktober 2013) Pada pertemuan keenam siswa mulai berani menanggapi pertanyaan yang diajukan guru ketika memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi. Materi yang disampaikan pada pertemuan ini adalah tentang satuan panjang untuk mengenalkan siswa pada konsep jarak. Guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan secara langsung dengan mengukur benda-benda yang ada disekitar kelasnya. Sebelum memulai pengamatan guru meminta siswa berbagi tugas dengan anggota kelompoknya. Selama proses pengamatan hamper semua siswa bekerja sama dengan anggota kelompoknya, tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak mau membantu teman kelompoknya dan hanya berkeliling kelas. Setelah selesai melakukan pengukuran benda, siswa kembali ke tempat duduknya dan memperhatikan guru mendemonstrasikan cara konversi satuan panjang. Ada beberapa siswa yang terlihat masih bingung menyelsaikan soal tentang konversi satuan panjang dan bertanya kepada guru. Ketika guru menunjuk kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya, tanpa malu-malu dan saling tunjuk dua anggota kelompok tersebut maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dari beberapa kelompok terdapat hasil yang berbeda, kemudian guru bersama siswa mengukur kembali benda-benda yang ada dalam daftar untuk memperoleh hasil yang tepat.
Pertemuan 7 ( 1 November 2013) Pada pertemuan ini guru membentuk kelompok siswa dengan cara siswa menyebutkan kata “tak tik tuk dang ding dung der dut”, cara ini digunakan guru untuk mengumpulkan konsentrasi siswa untuk siap mengikuti pembelajaran matematika. Pertemuan kali ini guru mengajak siswa untuk menghitung kecepatan sebuah bola yang menggelinding di atas meja. Kebanyakan siswa masih belum memahami konsep kecepatan, kemudian guru menjelaskan tahapan yang harus dilakukan setiap kelompok untuk dapat menghitung kecepatan bola tersebut. Setelah
siswa
menghitung
kecepatan
bola,
setiap
kelompok
membuat
diagram/skema hubungan antara waktu, jarak, dan kecepatan dengan versi kelompoknya masing-masing. Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa menarik kesimpulan untuk menentukan diagram/skema mana yang paling mudah untuk di ingat. Pada pertemuan ini siswa lebih berani untuk bertanya atau menanggapi hasil presentasi kelompok lain, karena pada awal pertemuan guru member informasi bahwa siswa yang bertanya akan mendapatkan reward di akhir pertemuan.
Pertemuan 8 ( 2 November 2013) Pada pertemuan ini guru menggali kemampuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang dipelajari kemarin dan siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban yang intinya adalah tentang hubungan dan cara menghitung kecepatan. Sebelum memulai kegiatan, guru mengingatkan siswa akan ada reward di akhir pembelajaran bagi siswa yang bertanya, mengajukan pendapat, atau menanggapi pertanyaan/presentasi siswa lain. Pertemuan ini siswa kembali diajak untuk menghitung kecepatan dengan kegiatan lomba lari. Guru mengajak siswa menuju lapangan sekolah untuk memulai kegiatan lomba lari, namun beberapa siswa terlihat menyalahgunakan ajakan guru belajar diluar kelas dengan bermain dengan siswa lain. Setelah guru menegurnya mereka kembali bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Dari hasil lomba lari siswa diminta untuk menentukan kecepatan pelari tersebut. Ketika melakukan presentasi hasil diskusi guru melakukan giliran bagi kelompok yang
menanggapi hasil resentasi yang disampaikan. Terdapat beberapa perbedaan dari tanya jawab hasil presentasi, kemudian guru membimbing siswa menemukan hasil yang tepat dari perbedaan-perbedaan tersebut. Pemberian reward pada akhir pembelajaran efektif untuk membuat siswa mau mengajukan pendapat ataupun bertanya.
Pertemuan 9 (8 November 2013) Pada pertemuan kesembilan guru membacakan cerita yang berkaitan tentang permasalahan waktu, jarak, dan kecepatan. Siswa secara berkelompok menyelesaikan permasalahan waktu, jarak, dan kecepatan berdasarkan cerita yang dibacakan guru. Setelah dua kali pertemuan kemarin siswa mempelajari tentang konsep kecepatan, pada pertemuan ini siswa terlihat tidak mengalami kesulitan dalam menemukan penyelsaian masalah yang diberikan. Hanya ada beberapa siswa yang bertanya untuk memperjelas masalah yang diberikan, namun sebelum guru menjawab, guru melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa lain untuk menjawab dan beberapa siswa berebut untuk menanggapi pertanyaan temannya. Pada kegiatan presentasi, masih dilakukan giliran untuk kelompok lain menanggapi presentasi yang disampaikan. Pada akhir pertemuan guru membuka kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya, banyak siswa yang mengangkat tangan untuk bertanya, tetapi banyak pula siswa yang bertanya asal-asalan hanya untuk mendapatkan reward dari guru. Guru hanya memberikan reward bagi siswa yang bertanya dan menganggapi pertanyaan secara benar dan serius.
Lampiran 14
Hasil Ulangan Siswa Sebelum Penelitian Responden
Nilai
Responden
Nilai
S.01
10
S.20
70
S.02
77
S.21
66
S.03
80
S.22
90
S.04
30
S.23
23
S.05
20
S.24
40
S.06
10
S.25
23
S.07
10
S.26
56
S.08
66
S.27
50
S.09
30
S.28
70
S.10
77
S.29
60
S.11
47
S.30
70
S.12
40
S.31
66
S.13
87
S.32
13
S.14
83
S.33
13
S.15
13
S.34
53
S.16
87
S.35
70
S.17
20
S.36
90
S.18
30 30
S.37
30
Jumlah
1800
S.19
Rata-rata Nilai Siswa
= 48.6 Nilai Tertinggi = 90 Nilai Terendah = 10
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
= 41%
Lampiran 15
Hasil Tes Akhir Siklus I Responden
Nilai Tes Siklus I
Responden
Nilai Tes Siklus I
S.01
70
S.20
90
S.02
87.5
S.21
67.5
S.03
77.5
S.22
95
S.04
60
S.23
77.5
S.05
62.5
S.24
72.5
S.06
50
S.25
60
S.07
67.5
S.26
65
S.08
70
S.27
80
S.09
65
S.28
60
S.10
65
S.29
75
S.11
87.5
S.30
90
S.12
57.5
S.31
62.5
S.13
97.5
S.32
65
S.14
70
S.33
70
S.15
62.5
S.34
70
S.16
95
S.35
62.5
S.17
60
S.36
82.5
S.18
70 77.5
S.37
60
Jumlah
2647.5
S.19 Rata-rata Nilai Siswa
= 71.5 Nilai Tertinggi = 97.5 Nilai Terendah = 50
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
= 67.6%
Lampiran 16
Hasil Tes Akhir Siklus II Responden
Nilai Tes Siklus II
Responden
Nilai Tes Siklus II
S.01
72.5
S.20
85
S.02
87.5
S.21
70
S.03
80
S.22
90
S.04
67.5
S.23
75
S.05
62.5
S.24
82.5
S.06
57.5
S.25
65
S.07
70
S.26
75
S.08
80
S.27
82.5
S.09
72.5
S.28
65
S.10
75
S.29
70
S.11
92.5
S.30
75
S.12
62.5
S.31
67.5
S.13
95
S.32
75
S.14
95
S.33
72.5
S.15
60
S.34
77.5
S.16
97.5
S.35
70
S.17
70
S.36
85
S.18
77.5
S.37
62.5
S.19
72.5
Jumlah
2797.5
Rata-rata Nilai Siswa
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
= 75.6 = 86.5% Nilai Tertinggi = 97.5 Nilai Terendah = 57.5
Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Indikator/Aspek yang dinilai Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru Menggunakan model matematika dalam menyelesaiakan masalah kontekstual yang diberikan guru Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk menemukan penyelesaiannya dengan teman satu kelompok Bekerja sama dengan teman satu kelompok Antusias mengikuti proses pembelajaran Bertanya pada saat proses pembelajaran Menanggapi pertanyaan dari siswa lain Berani mengungkapkan pendapat Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Menanggapi hasil presentasi kelompok lain Memperhatikan penjelasan guru Bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru Jumlah Rata-rata (%)
Pert 1 2
Skor Pert 2 Pert 3 3 3
Pert 4 4
12
Rata-rata (%) 75
Jumlah
3
3
3
3
12
75
3
3
4
4
14
87.5
3 3 1 1 1 2 2 3 3 3 30 57.7
4 3 1 1 1 2 2 3 3 3 32
4 4 2 2 2 3 2 3 4 3 39
14 14 6 6 6 10 8 13 14 12 141
87.5 87.5 37.5 37.5 37.5 62.5 50 81.25 87.5 75 881.25
61.5
75.0
3 4 2 2 2 3 2 4 4 3 40 76.9
67.8
Lampiran 18 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No
Indikator/Aspek yang dinilai
1
Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru Menggunakan model matematika dalam menyelesaiakan masalah kontekstual yang diberikan guru Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk menemukan penyelesaiannya dengan teman satu kelompok Bekerja sama dengan teman satu kelompok Antusias mengikuti proses pembelajaran Bertanya pada saat proses pembelajaran Menanggapi pertanyaan dari siswa lain Berani mengungkapkan pendapat Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Menanggapi hasil presentasi kelompok lain Memperhatikan penjelasan guru Bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru Jumlah Rata-rata (%)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pert 1 3
Skor Pert 2 Pert 3 3 3
Pert 4 4
13
Rata-rata (%) 81.25
Jumlah
3
3
3
3
12
75
3
3
4
4
14
87.5
4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 42 80.8
3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 42 80.8
4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 44 84.6
4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 44 84.6
15 15 12 12 12 15 12 13 15 12 172
93.75 93.75 75 75 75 93.75 75 81.25 93.75 75 1075 82.7
Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I No.
Indikator/Aspek yang dinilai
Skor Pert 1
Pert 2 Pert 3
Pert 4
Jumlah
Rata-rata (%)
1
Melakukan apersepsi
2
3
3
3
11
68.75
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
3
2
3
3
11
68.75
3
3
2
3
3
11
68.75
2
3
3
3
11
68.75
3
3
3
4
13
81.25
6
Mengajukan masalah kontekstual untuk mengawali pembelajaran Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan model-model matematika Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah yang ditemukan Melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa
3
3
3
3
12
75
7
Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan siswa
3
3
2
3
11
68.75
8
Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan guru
3
3
2
3
11
68.75
9
Memotivasi siswa untuk bertanya
2
2
2
2
8
50
10
Menggunakan media/alat peraga yang menunjang proses pembelajaran
3
2
3
3
11
68.75
11
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran
3
3
3
3
12
75
12
Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama siswa
3
3
4
4
14
87.5
13
Melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
2
3
3
3
11
68.75
Jumlah
35
35
37
40
147
918.75
Rata-rata (%)
67.3
67.3
71.2
76.9
4 5
70.7
Lampiran 20 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II No.
Indikator/Aspek yang dinilai
Skor Pert 1
Pert 2 Pert 3
Pert 4
Jumlah
Rata-rata (%)
1
Melakukan apersepsi
3
3
3
4
13
81.25
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
3
3
3
3
12
75
3
3
4
3
4
14
87.5
3
3
4
4
14
87.5
3
4
3
3
13
81.25
6
Mengajukan masalah kontekstual untuk mengawali pembelajaran Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan model-model matematika Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah yang ditemukan Melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa
4
4
4
3
15
93.75
7
Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan siswa
4
4
3
4
15
93.75
8
Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan guru
3
3
4
4
14
87.5
9
Memotivasi siswa untuk bertanya
3
3
3
3
12
75
10
Menggunakan media/alat peraga yang menunjang proses pembelajaran
3
3
4
3
13
81.25
11
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran
4
4
4
3
15
93.75
12
Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama siswa
3
3
3
3
12
75
13
Melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
3
3
3
4
13
81.25
Jumlah
42
44
44
45
175
1093.75
Rata-rata (%)
80.8
84.6
84.6
86.5
4 5
84.1
Lampiran 21
Peningakatan Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI
No
Indikator/Aspek yang dinilai
1
Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru Menggunakan model matematika dalam menyelesaiakan masalah kontekstual yang diberikan guru Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk menemukan penyelesaiannya dengan teman satu kelompok
2
3
Rata-rata Siklus I (%) 75
Rata-rata Siklus II (%) 81.25
75
75
87.5
87.5
4
Bekerja sama dengan teman satu kelompok
87.5
93.75
5
Antusias mengikuti proses pembelajaran
87.5
93.75
6
Bertanya pada saat proses pembelajaran
37.5
75
7
Menanggapi pertanyaan dari siswa lain
37.5
75
8
Berani mengungkapkan pendapat
37.5
75
9
Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
62.5
93.75
10
Menanggapi hasil presentasi kelompok lain
50
75
11
Memperhatikan penjelasan guru Bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari
81.25
81.25
87.5
93.75
Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru Jumlah
75
75
881.25
1075
67.8
82.7
12 13
Rata-rata (%)
Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa = X siklus II – X siklus I = 82.7% - 67.8% = 14.9% ~15%
Lampiran 22
Peningakatan Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI No 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13
Indikator/Aspek yang dinilai Melakukan apersepsi Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai Mengajukan masalah kontekstual untuk mengawali pembelajaran Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan model-model matematika Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah yang ditemukan Melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan siswa Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan guru Memotivasi siswa untuk bertanya Menggunakan media/alat peraga yang menunjang proses pembelajaran Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama siswa Melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
Jumlah Rata-rata (%)
Rata-rata Siklus I (%) 68.75
Rata-rata Siklus II (%) 81.25
68.75
75
68.75
87.5
68.75
87.5
81.25
81.25
75
93.75
68.75
93.75
68.75
87.5
50
75
68.75
81.25
75
93.75
87.5
75
68.75
81.25
918.75
1093.75
70.7
84.1
Peningkatan Persentase Aktivitas Mengajar Guru = X siklus II – X siklus I = 84.1% - 70.7% = 13.5%
Lampiran 23
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI Data
Siklus I
Siklus II
71.5
75.6
Jumlah siswa tuntas
26 siswa
32 siswa
Jumlah siswa belum tuntas
11 siswa
5 siswa
Prosentase ketuntasan siswa
70.3%
86.5%
Rata-rata nilai
Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa = X siklus II – X siklus I = 86.5% - 70.3% =16.2%