Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR HIPOTETIK DEDUKTIF PADA MATERI LARUTAN ASAM BASA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA IMPLEMENTATION OF LEARNING CYCLE HYPOTHETICAL DEDUCTIVE IN ACID BASE SOLUTION TO IMPROVE CONCEPT OF STUDENT Wihdati Suryani1, Suyatno2, Erman3 Mahasiswa S2 pendidikan sains pps Unesa 2 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya 3 Jurusan Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Surabaya 1
Email:
[email protected]
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran dengan model siklus belajar hipotetik deduktif untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi larutan asam basa. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan model Research &Development (R&D). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari RPP, BAS, LKS, dan tes penguasaan konsep. Perangkat pembelajaran diujicobakan terhadap siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 5 Gresik pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Rancangan ujicoba menggunakan One Group Pre-test and Post-test Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Validitas perangkat pembelajaran masing-masing memperoleh kriteria sangat baik/valid; (2) Kepraktisan perangkat pembelajaran yang terdiri dari keterlaksanaan RPP pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga mendapat kriteria baik dengan rata-rata 3,48, keterbacaan BAS dan LKS mendapat kategori mudah, aktivitas siswa mengalami peningkatan kea rah pembelajaran yangberpusat pada siswa, siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran; dan (3) keefektifan perangkat pembelajaran dengan melihat skor peningkatan penguasaan konsep siswa dengan rata-rata nilai n-gain sebesar 0,74 dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran dengan model siklus belajar hipotetik deduktif untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi larutan asam basa layak digunakan dalam pembelajaran. Kata kunci: Model Siklus Belajar Hipotetik Deduktif, Larutan Asam Basa , Penguasaan Konsep. Abstract. This study aims to determine the validity, practicality, and effectiveness of the learning device
with hypothetical deductive learning cycle model to improve students' mastery of concepts in a solution of acid-base material. This learning device development using the model of Research & Development (R & D). Learning tools developed consisting of RPP, BAS, worksheets and tests mastery of concepts. Learning devices tested against the class XI SMA Muhammadiyah Gresik 5 in the second semester of the academic year 2014/2015. The design of trials using One Group Pre-test and post-test design. The results showed that (1) The validity of the learning device respectively acquire the criteria very good / valid; (2) Practicality device that consists of a feasibility study at a meeting RPP first, second, and third gets good criteria with an average of 3.48, legibility BAS and the LKS gets easy category, the student activity increased towards the yangberpusat learning in students, students responded positively to learning; and (3) the effectiveness of the learning device to see scores increase student mastery of concepts with an average value of n-gain of 0.74 with the high category. Based on the results of data analysis and discussion, we concluded that the learning device with hypothetical deductive learning cycle model to improve students' mastery of concepts on acid-base solution worthy material used in learning. Keywords: Hypothetical Deductive Learning Cycle Model , solution Acids Bases, Control Concepts
B - 109
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
. tersebut, sehingga siswa tidak dapat membangun konsep-konsep kimia yang fundamental pada awal mereka belajar kimia, hal ini mengakibatkan hasil belajar kimia siswa menjadi rendah [3]. Materi asam basa merupakan bagian dari materi yang dipelajari di kimia. Materi asam basa sering dianggap sulit pada tingkat SMA karena materi asam basa melibatkan pemahaman banyak materi lain yaitu stoikiometri, sifat materi, kesetimbangan, dan reaksi kimia, sehingga membutuhkan pemahaman siswa. Materi asam basa yang dipelajari mencakup teori asam basa dan perhitungan pH larutan, sehingga materi pokok asam basa ini bersifat hafalan, hitungan, dan membutuhkan pemahaman konsep yang kuat. Pada materi asam basa yang sering menjadi kesulitan siswa adalah tentang pH, deskripsi teoritis asam basa, dan kekuatan asam basa serta sebagian besar siswa tidak dapat menghubungkan konsep larutan dengan yang ada di sekitarnya sehingga siswa sering mempelajari materi asam basa dengan cara menghafal [4]. Masalah yang banyak dihadapi pada saat ini adalah (1) proses pembelajaran selama ini masih mengutamakan proses menghafal tanpa adanya pemahaman dan pengaplikasian konsep yang telah dipelajari; (2) siswa mampu menghafal konsep-konsep dalam sains, tetapi ketika berhadapan dengan masalah di kehidupan sehari-hari yang memerlukan penerapan sains, siswa tidak mampu mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah; dan (3) siswa memiliki banyak pengetahuan, tetapi kurang dilatih untuk menemukan pengetahuan, konsep, dan menerapkan ilmu pengetahuan [5]. Salah satu model dan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep terutama pada materi larutan asam basa yaitu model siklus belajar hipotetik deduktif. Model siklus belajar menggunakan pandangan konstruktivisme yang
PENDAHULUAN Perkembangan sains dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat, hal ini tentunya memerlukan daya dukung sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia Indonesia tahun 2012 berada di bawah sumber daya manusia Negara ASEAN lainnya yaitu Indonesia menempati peringkat ke-121, di bawah Singapura yang menempati peringkat ke19, Brunei Darussalam di peringkat ke-30, Malaysia di peringkat ke-65, Thailand diperingkat ke 103, dan Filipina di peringkat ke114. Salah satu aspek pendidikan yang memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu pendidikan sains. Keterkaitan sains dengan sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pendidikan sains mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industralisasi dan globalisasi, dapat menguasai dan menerapkan teknologi dengan baik. Adanya pendidikan sains yang berkualitas akan berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam kehidupan, serta mampu menguasai konsep-konsep sains dengan baik [1]. Kimia merupakan bagian dari sains, tujuan pengajaran kimia di SMA/MA adalah peserta didik dapat memahami konsep, prinsip, hukum, teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Dengan mempelajari kimia diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia. Akan tetapi, di lapangan mata pelajaran kimia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Siswa tidak bisa mengenali konsepkonsep kunci atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep-konsep B - 110
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
menuntun siswa memulai proses pembelajaran dengan pertanyaan “mengapa”. Kelebihan model siklus belajar hipotetik deduktif diantaranya: 1) memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan beraktivitas ilmiah seperti pengamatan, 2) dapat mengembangkan konsep diri siswa, dan tingkat pengharapan sehingga dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal, dan 3) memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi, sehingga dari beberapa kelebihan siklus belajar hipotetik deduktif diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dan membuat siswa menjadi lebih kritis, kreatif, dan berani menyampaikan pendapat. Penelitian terhadap pembelajaran model siklus belajar, yang didasarkan pendekatan konstruktivisme telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, implementasi pembelajaran kimia menggunakan model siklus belajar hipotetik deduktif pada materi larutan penyangga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa.
deduktif serta melakukan pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas, penilaian hasil belajar, dan menyebaran angket respon siswa setelah kegiatan belajar mengajar. Analisis Data Data-data yang telah terkumpul kemudian dilakukan analisis secara deskriptif kuantitatif. Data keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, dan respon siswa dihitung melalui persentase, sedangkan penguasaan siswa dianalisis sesuai Permendikbud No.104 tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterlaksanaan Pembelajaran Untuk menguji keberhasilan penerapan model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran diamati menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP yang diamati oleh dua orang pengamat selama tiga kali pertemuan. Hasil pengamatan dari dua orang pengamat mengenai keterlaksanaan RPP pada uji coba 1 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keterlaksanaan RPP pada Uji Coba 1. Pertemuan ke1-3
METODE Penelitian ini merupakan penelitian penerapan dengan uji coba menggunakan rancangan one group pretest-posttest design yang diujicobakan pada 15 siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 5 Gresik. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.
Jumlah Aspek RPP Teramati 29 29
Keterlaksanaan RPP (%) 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua langkahlangkah yang tertera pada sintak pembelajaran yang telah dikembangkan dapat terlaksana dengan sangat baik oleh guru dan siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas Siswa Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh dua orang pengamat dan dilaksanakan setiap periode 3 menit dengan menilai aktivitas dominan dalam periode 2 menit tersebut. Hasil analisis aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada uji coba 1 dapat dilihat pada Gambar 1.
Prosedur Penelitian Persiapan Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian serta melakukan proses validasi Pelaksanaan Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran siklus belajar hipotetik
B - 111
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
3 = Keberminatan siswa dalam menerapkan model siklus belajar hipotetik deduktif pada materi pembelajaran lain 4 = Kejelasan guru pada saat melaksanakan pembelajaran 5 = Kemudahan dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotetsis, menentukan variabel, merencanakan dan melaksanakan percobaan, dan analisis data
Persentase
20 15 aktivitas siswa
10
pert 1
5
pert 2
0 1 3 5 7 9
pert 3
Aktivitas Siswa
Gambar 1 Aktivitas Siswa pada Uji Coba 1 Gambar 1 menunjukkan bahwa aktivitas positif siswa (aktivitas 1-9). Adanya dominasi dari aktivitas siswa yang meliputi aktivitas fisik maupun mental di setiap pertemuan dan keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung, menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis multiple representasi lebih berpusat pada siswa. Respon Siswa Penyebaran angket respon dilakukan setelah uji coba I yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil analisis persentase respon siswa dapat disajikan dalam Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2 hasil keseluruhan respon siswa terhadap model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif dikategorikan respon siswa adalah positif. Respon positif tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat menerima dengan baik semua komponen pembelajaran yang menyebabkan harapan untuk mencapai keberhasilan dalam pengajaran menjadi lebih tinggi. Penguasaan Konsep Analisis ketuntasan individu pada aspek pengetahuan secara singkat ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai Tes Pengetahuan Siswa Siswa 1
Persentase
100 80 60 40 20 0
2 3
Aspe k Per… 1
2
4 5
3 4 5 6 Aspek pertanyaan
6
Gambar 2 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Keterangan: 1 =Siswa tertarik terhadap komponen pembelajaran (materi/isi pelajaran, LKS, suasana belajar, dan cara guru mengajar). 2 = Kemudahan dalam memahami komponen yaitu materi dalam BAS, bahasa dalam BAS, LKS, cara mengajar guru, dan contoh-contoh soal.
7 8 9 10 11 12
B - 112
Ketuntasan Siswa Pretest N
KET
1.23
TT
1.38
TT
1.23
TT
1.08
TT
0.92
TT
1.69
TT
1.23
TT
1.38
TT
1.54
TT
1.23
TT
1.85
TT
0.77
TT
Ketuntasan Siswa Postest N KET 3.54 T 3.23
T
3.23
T
2.92
T
2.92
T
3.23
T
3.54
T
3.38
T
3.23
T
3.54
T
3.38
T
2.77
T
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 13 14 15 Ratarata
1.54
TT
1.85
TT
2.31
TT
1,41
TT
3.54
T
3.69
T
3.69
T
3.32
T
prakarsa serta tetap menjaga keingintahuan mereka tentang topik yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari tindakan [5]. Keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam model siklus belajar hipotetik deduktif, telah membantu terjadinya proses asimilasi dan akomodasi materi larutan asam basa dalam struktur kognitif mereka. Menurut Vygotsky, interaksi sosial dengan teman sebaya maupun orang yang lebih ahli mengenai tugas yang kompleks pada zone perkembangan terdekat mereka, akan mampu membuat siswa belajar lebih baik. Pada model pembelajaran ini, interaksi sosial telah dilakukan dalam kelompok belajarnya dan dengan bimbingan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran [6]. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang terjadi disebabkan oleh adanya pemrosesan informasi yang efektif. Teori pemrosesan informasinya, menegaskan bahwa informasi ditransfer secara keseluruhan dari lingkungan ke panca indera, kemudian masuk ke dalam suatu sensory register otak kita sebagai stimulus atau rangsangan [7].
Keterangan: P : Predikat KET : Ketuntasan Individual T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Pada saat pretest, semua siswa dinyatakan tidak tuntas tetapi pada saat posttest semua siswa dinyatakan tuntas. Rata-rata ketuntasan individual siswa pada pretest sebesar 1,41 dan pada posttest menunjukkan peningkatan dengan rata-rata ketuntasan sebesar 3,32.
Peningkatan penguasaan konsep ini berkaitan dengan aktivitas siswa, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model siklus belajar hipotetik deduktif mengalami peningkatan dalam dominasi aktivitas siswa dari setiap pertemuan. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya aktivitas siswa yang lebih dominan atau siswa berperan aktif dalam pembelajaran menjadikan siswa lebih mudah memahami materi pelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan kognitif siswa karena mereka terlibat dalam proses pembelajaran secara langsung dan berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga terjadi keterlibatan intelektual dan emosional daalm kegiatan belajar mengajar, asimilasi dan akomodasi kognitif dalam mencapai pengetahuan, perbuatan, serta pembentukan sikap dan nilai dapat dikuasai dengan baik [6]. Dalam model siklus belajar hipotetik deduktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan awalnya, untuk membentuk minat dan
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Keterlaksanaan RPP pada pertemuan 1-3 pada kelas XI IPA di SMA Muhammadiyah 5 Gresik dalam proses pembelajaran secara keseluruhan terlaksana dengan kategori sangat baik. 2. Aktivitas siswa selama penerapan perangkat pembelajaran sudah menggambarkan kesesuaian dengan model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif.
B - 113
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
3. Siswa menunjukkan respon positif terhadap pelaksanaan model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif yang telah dilaksanakan oleh peneliti. 4. Penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan dengan dilihat dari nilai n-gain UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Agus, M. Hasbi, S.P, selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 5 Gresik yang telah memberikan ijin, bantuan, dan saran dalam pelaksanaan penelitian.. DAFTAR PUSTAKA 1. Maryati. 2007. Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan sains Di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Padang: Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. 2. BSNP. 2006. Naskah Akademik Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. 3. Melati. 2012. Meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar siswa SMAN 1 Sungai Ambawang melalui pembelajaran model Advance Organizer berlatar numbered heads together (NHT) pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Jurnal Visi lmu Pendidikan. 4. Sheppard, Keith. 2006. High School students’s understanding of Titrations and related acid-base phenomena. Educational research in Columbia university, New York. 5. Taufiq, Wiyono, Ketang. 2012. Aplikasi Model Pembelajaran Siklus Belajar Hipotetik Deduktif untuk Meningkatkan Ketrampilan Generik Sains Siswa SMA pada Materi Pokok Kesetimbangan Benda Tegar. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan Sains UPI Bandung, halaman 641-648. 6. Slavin, R.E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice. 9 th Ed.. Boston: Allyn & Bacon. 7. Gagne, N.L., and Berliner, D.C. 1988. Educational Psychology. Second Edition. Boston: Hougton Miff Lin Company.
B - 114