PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA BERMAIN BOLA BASKET DI KELAS IX-2 SMPN 1 PATUMBAK RASKEN KARO-KARO Guru SMPN 1 Patumbak Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan dan aktivitas siswa dalam bermain bola basket dapat meningkat atau tidak dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing di kelas IX-2 Semester ganjil SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014. Sebelum diterapkan metode pembelajaran Role Playing dilakukan pretes, yaitu nilai rata-rata pretes adalah 37. Kemudian dilanjutkan KBM, akhir KBM ke II dan KBM ke IV dilakukan tes hasil belajar Formatif I dan Formatif II hasilnya masing-masing menunjukkan 63 dan 73 dan persentase ketuntasan klasikal adalah 51,4% pada siklus I dan 85,7% pada siklus II. Melihat data tersebut ada perubahan dan perubahan tersebut akibat tindakan guru selama KBM pada Siklus II. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain memperagakan (28% ), bertanya sesama teman (15%), bertanya kepada guru (28%), dan yang tidak relevan dengan KBM (29%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain memperagakan (44%), bertanya sesama teman (28%), bertanya kepada guru (9%), dan yang tidak relevan dengan KBM (19%). Kata Kunci : Model Pembelajaran Role Playing, Keterampilan Siswa
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wadah untuk berkembangnya potensi peserta didik, sebab pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembangunan dan kemajuan dalam menanggapi tantangan masa depan. Namun apabila kualitas pendidikan itu sendiri rendah, maka yang tercipta adalah sumber daya manusia yang rendah pula. Pada umumnya semua anak memiliki tingkat intelektual awal yang sama dan bahwa kemampuan lebih merupakan hasil pencarian ketimbang anugerah. Seorang anak bisa menjadi lebih cerdas atau kurang cerdas, bergantung pada lingkungan keluarga dimana seorang anak pertama kali mengawali hidupnya dan pada proses sosial dan
pendidikan yang dialaminya. Di sini sebuah lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam proses perkembangan intelektual anak didik (Jamaluddin, 2003). Pada kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian tentang rendahnya keterampilan dalam bermain bola basket siswa pada mata pelajaran Penjaskes, dan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi. Tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Hal ini ditandai adanya kecenderungan guru dalam
70
mengajarkan materi tersebut dengan metode ceramah secara klasikal. Permainan bola basket memiliki aturan dan banyak pemain yang memiliki fungsinya masingmasing. Permainan ini banyak menggunakan istilah-istilah dengan bahasa asing untuk menyebutkan posisi setiap pemain dan juga peraturannya. Hal ini belum banyak diketahui oleh anak didik. Mereka lebih tertarik memainkan bola tanpa aturan yang lengkap, mendribell bola bola tanpa menguasai teknik yang benar dan belum menerapkan formasi dalam permainan bola basket. Maka dari itu anak-anak bermain bola basket tanpa aturan yang standart dan terkesan semeraut. Rendahnya aktivitas siswa dalam belajar baik menyimak penjelasan guru dan cenderung teburu-buru ingin memainkan bola basket daripada mengikuti penjelasan dari guru. Lain halnya dengan siswi yang tidak tertarik melakukan permainan bola basket. Namun permainan bola basket ini bagian dari cabang olah raga dan juga termasuk untuk dipelajari dalam mata pelajaran Penjaskes di kelas IX Sekolah Menengah Pertama. Baik siswa perempuan maupun laki-laki diwajibkan untuk mempelajari apa yang sudah ditentukan dalam kurikulum. Tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Berimplikasi pada hasil belajar psikomotorik siswa yang rendah.
Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian terhadap pembelajaran penjaskes dengan mengupayakan model Role Playing. Selain harapan yang telah disampaikan di atas penelitian ini diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam melakukan pembelajaran dari guru sebagai pusat belajar agar beralih ke siswa. Model Role Playing atau bermain peran adalah bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan perasaan sikap dan tingkah laku dan nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan untuk menghayati perasaan sudut pandang dan cara berpikir orang lain (membayangkan diri sendiri seperti dalam keadaan orang lain (Depdiknas 1998). Oleh karena itu penulis melakukan penelitian berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Bermain Bola Basket Di Kelas IX-2 SMPN 1 Patumbak”. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah Apakah keterampilan bermain bola basket siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Role Playing di kelas IX-2 semester ganjil SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014? Apakah aktivitas belajar Penjaskes siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing di kelas IX-2 semester ganjil SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014?
71
Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain. Untuk mengetahui apakah keterampilan bermain bola basket siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Role Playing di kelas IX-2 semester ganjil SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar penjaskes siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Role Playing di kelas IX-2 semester ganjil SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. a. Perencanaan Penelitian Perencanaan penelitian berkaitan dengan identifikasi, analisis, dan rencana penelitian. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara orientasi lapangan dan observasi: b. Melaksanakan dialog dengan tutor dari LPMP Sumut, dengan sesama guru tentang permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan pelajaran Penjaskes. c. Observasi kegiatan pembelajaran Penjaskes di kelas IX-2. 1. Pelaksanaan Tindakan Kelas a. Siklus I Kegiatan pada siklus I meliputi: 1. Perencanaan Tindakan a. Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan tutor dan teman sejawat tentang alat evaluasi pembelajaran yang akan digunakan yang sesuai dengan materi yang telah ditetapkan yakni Permainan Bola basket. b. Membuat instrumen penelitian (lembar ovservasi kegiatan pembelajaran) 2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Action/ Observation) Melaksanakan tindakan pembelajaran ke-1 sesuai dengan skenario oleh peneliti sebagai guru di Kelas IX-2. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa. Diakhir siklus dilakukan tes penguasaan yakni tes formatif 1. 3. Refleksi ( Reflective) Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan berdiskusi
72
dengan observer tentang hasil observasi, evaluasi hasil belajar siswa dan meminta masukan kepada siswa mengenai proses pembelajaran Penjaskes. Dari hasil refleksi peneliti kemudian berkolaborasi dengan tutor dan teman sejawat (observer) sesama sesama guru Penjaskes untuk mencari solusi memperbaiki dan menguatkan rencana tindakan siklus ke-2. b. Siklus II Kegitan pada siklus II meliputi: 1. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran pada siklus I, maka pada siklus II disusun skenario pembelajaran dengan model pembelajaran Role Playing. 2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi ( Action/ Observation) Melaksanakan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan skenario oleh peneliti sebagai guru di kelas IX-2. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa. Diakhir siklus dilakukan tes penguasaan yakni tes formatif 2. 3. Refleksi ( Reflective) Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan menganalisis hasil observasi, evaluasi hasil belajar siswa dan aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran.
B. Instrumen Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes penampilan (performance) dan observasi. Tes penampilan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada tingkat psikomotorik dan observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. a.
Tes Keterampilan Tes Keterampilan adalah penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dalam berbagai konteks yang dalam pembelajaran penjas berarti gerakan gerakan dasar teknik yang telah diajarkan. Tes disusun berdasarkan indikator kemampuan melakukan teknik permainan bola basket yakni Mendribel Bola, Mengumpan Bola, memasukan bola kedalam keranjang, mengumpan bola kepada kawan dan Umpan terobosan dan diberi skor 1 jika dilakukan dengan benar dan 0 jika salah. b. Lembar Aktivitas Belajar Siswa Lembar aktivitas ini digunakan pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Yang menggunakan lembar aktivitas belajar siswa ini adalah dua orang pengamat, yang mengamati masingmasing satu kelompok setiap satu KBM yang sudah ditentukan oleh peneliti/guru. Pengamat tidak boleh berdiri bersamaan untuk menghindari data bias. Pengamat mentabulasi
73
data/menceklis pada lembar aktivitas ini selama dua menit sekali. Akhir kerja kelompok maka pengamat menandatangani lembar pengamat kemudian menyerahkan kepada peneliti. Sebagai contoh, bila kerja kelompok ditentukan oleh peneliti selama 20 menit maka pengisian data pada lembar aktivitas jumlah per siswa ada 10 ceklis. 10 ceklis ini posisinya pada 4 aktivitas ini sesuai dengan pengamatan. Setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis sehingga setiap aktivitas dapat ditentukan persentasenya. C. Teknik Analisa Data Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes praktek pada setiap akhir putaran. Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai tes praktek Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperlukan rata-rata tes praktek dapat dirumuskan X X N X
X
= Nilai rata-rata =
Jumlah semua nilai
siswa
N
=
Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila di kelas tersebut mendapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih tinggi sama dengan KKM. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
Siswayangtuntasbelajar x100% siswa
P
3. Untuk lembar observasi Untuk menghitung lembar observasi aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut: %= X
X x100% dengan X
jumlahhasi lpengama tan P1 P2 jumlahpengamat 2
Ket :
%
= persentase
X
= Rata-rata
X
= Jumlah Rata-rata
P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 4. Aspek yang diamati Mengadakan analisis terhadap data hasil pengamatan, hal ini dimaksudkan apakah penelitian bisa dihentikan atau dilanjutkan pada siklus berikutnya. a. Ranah Psikomotor Skala penilaian yang digunakan sesuai dengan instrument yang telah direncanakan, yaitu jika siswa dapat melakukan praktek dan 0 jika siswa tidak dapat melakukannya. Mutu Pembelajaran dikatakan baik 74
apabila siswa yang mendapat nilai diatas mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa b. RanahAfektif Dengan pengamatan setiap dua menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 20 menit tersebut adalah 10 kali. Nilai aktivitas untuk setiap KBM adalah rata-rata dari nilai aktivitas kedua pengamat. Karena dalam satu siklus terdapat dua KBM, maka nilai aktivitas tiap kategori untuk satu siklus adalah rata-rata dari aktivitas kedua KBM. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian Persiklus Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti melakukan pengujian kemampuan psikomotorik awal siswa untuk permainan bola basket. Hasilnya diperoleh rata-rata kemampuan siswa dalam permainan sepak bola sebesar 37 dengan nilai terendah 12 dan tertinggi 65, tidak seorangpun dari 35 orang siswa yang memperoleh di atas KKM, dengan demikian ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 0% atau kemampuan awal siswa sangat rendah. 1. Data Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari RPP 1, tes psikomotor (kemampuan) dan instrument
penilaian aktivitas siswa. Seluruh instrument dan perencanaan tindakan disusun dalam diskusi antara peneliti dengan pembimbing LPMP Sumut dan guru sejawat. b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2013 di kelas IX-2 dengan jumlah siswa 35 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siklus I siswa diberi tes psikomotorik sebagai formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Tes formatif I tersebut dilakukan pada tanggal 7 November 2013. Adapun data hasil penelitian pada Siklus I adalah disajikan dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Tes Siklus I Nilai 40 50 60 70 80 90 Jumlah
Frekuensi 4 10 3 9 8 1 35
Rata-rata
63
Merujuk pada Tabel 4.1. di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing diperoleh nilai rata-rata
75
belajar siswa adalah 63 dengan KKM sebesar 70, ketuntasan belajar hanya mencapai 51,4% % atau ada 16 siswa dari 35 siswa sudah tuntas belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus iklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 51,4% % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena guru belum memaksimalkan pembelajaran dengan model Role Playing dengan baik. Siswa belum terbiasa terbia belajar dengan menggunakan model Role Playing sehingga banyak siswa yang hanya diam melihat temannya berlatih. Data hasil test pada siklus I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut: Data hasil formatif ormatif I ini dapat disajikan kembali embali dalam grafik histogram sebagai berikut:
Frekuensi
Grafik Data Hasil Formatif I 10 5 0 40 50 60 70 80 90 Nilai
Gambar .4.1 Grafik data hasil Formatif I c. Observasi Kondisi ini didukung melalui rekaman data aktivitas belajar siswa yang belum begitu baik dan hasil dokumentasi beberapa bagian dalam
pembelajaran. Data aktivitas belajar siswa ditunjukkan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Pada Siklus I N o 1 2 3 4
Aktivitas Memperagakan Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan Jumlah
Jumlah 56 31 56 57 200
Skor
Persentae
14 7,75 14 14,25 50
28% 15% 28% 29% 100%
Merujuk pada Tabel 4.2 berdasarkan data yang tertera pada tabel. 4.2 di atas, maka dapat disimpulkan tidak ada poin yang menonjol dan mendominasi diantara 4 kriteria penilaian aktivitas yang direkam oleh pengamat satu dan dua. Angka yang terekam untuk poin aktivitas yang tidak relevan dengan KBM mencapai 29%. Hal ini tentu mempengaruhi poin aktivitas yang lainnya. Angka 29% ini menunjukan siswa belum melaksanakan KBM dengan Role Playing dengan baik. Aktivitas lain yang persentasenya cukup ukup besar adalah bertanya bertanya kepada guru dan aktivitas memperagakan dengan persentasi masing-masing 28%, %, yang ke keempat aktivitas bertanya kepada teman rendah dengan persentase 15% karena masing-masing masing siswa masih merasa KBM dengan menggunakan model Role ole Playing masih baru dalam benak siswa siswa. Sehingga aktivitas belajar siklus iklus I belum teratur. Data aktivitas belajar siswa di atas dapat disajikan kembali seperti gambar 4.2 berikut berikut.
76
Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I 60 50 40 30 20 10 0
Jumlah
2.
3.
Proporsi %
Gambar 4.2. Aktivitas Siswa Siklus I d. Refleksi Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran Role Playing sudah dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan namun aktivitas yang tidak relevan dengan KBM tercatat tinggi, sehingga kondisi pembelajaran belum dapat dikendalikan dengan baik oleh guru. Kondisi ini berdampak pada nilai kemampuan siswa yang rendah dimana hanya 51,4% siswa yang lulus secara klasikal, sehingga siklus I masih dikatakan gagal. Aktivitas siswa yang tidak relevan dengan KBM juga sangat tinggi yakni 29%. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil aktivitas siswa dan dokumentasi penelitian sebagai berikut: 1. Konsentrasi siswa belum terfokus saat guru memberikan motivasi belajar
4.
5.
6.
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pengetahuan siswa tentang teknik-teknik menggiring bola dan mengoper bola masih rendah. Guru kurang memperhatikan penggunaan waktu yang telah dialokasikan pada setiap fase dalam KBM sehingga pembelajaran terkesan lambat. Kurangnya bola sebagai media belajar bermain bola basket. Siswa kurang antusias selama pembelajaran berlangsung, terlihat dari enggannya siswa memperagakan teori dan cenderung menonton siswa yang aktif berlatih di dalam kelompoknya. Penerapan model pembelajaran Role Playing dari sisi guru maupun sisi siswa belum berjalan sesuai yang diharapkan.
e. Tindakan Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Setelah melaksanakan refleksi, peneliti kemudian mendiskusikan hasil refleksi yang meliputi data formatif 1 siswa dan juga data aktivitas belajar siswa dengan narasumber dari LPMP, observer, serta guru sejawat yang mengajar mata pelajaran yang sama dengan peneliti. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus
77
I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan untuk dilakukan pada siklus berikutnya. Adapun tindakan perbaikan pelaksanaan yang akan dilakukan yakni: 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Sebelum pembelajaran berlangsung di sekolah guru memerintahkan siswa untuk meningkatkan intensitas membaca, memahami, dan mempraktekkan teknik-teknik dalam bermain bola basket terlebih dahulu di rumah. 3. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 4. Guru menambah bola basket untuk menunjang keativan siswa belajar sehingga menekan persentase siswa yang hanya menonton temannya berlatih. 5. Guru harus memberikan metode pembelajaran praktek yang simpel, praktis dan bertahan. 6. Guru berlatih menguasai model Role Playing sebelum memasuki Siklus II
2. Data Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 2, tes kemampuan psikomotorik siklus II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi aktivitas siswa. Diakhir siklus II akan diberikan tes psikomotorik (formatif II) pada siswa. Seluruh instrumen diperoleh setelah melakukan diskusi dalam refleksi siklus I dan perencanaan siklus II bersama pembimbing peneliti dari LPMP Sumut dan UNIMED serta guru sejawat. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 November dan 21 November 2013 di kelas IX-2 dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat peneliti dibantu oleh dua orang guru. Pertemuan kegiatan belajar mengajar ke 4 pada siklus dua dilaksanakan pada minggu
78
Nilai 43 57 71 86 100 Jumlah
Frekuensi 4 1 19 10 1 35
materi yang telah diberikan dengan cara bermain peran.
Data Hasil Formatif II 20 Frekuensi
Merujuk pada Tabel 4.3 di atas diperoleh nilai rata-rata rata tes praktek sebesar 73 tepat pada KKM 70 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85,7% % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus iklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus iklus II ini dipengaruhi oleh adanya perubahan rubahan aktivitas belajar yang sudah berpusat pada siswa dalam menerapkan pembelajaran model pembelajaran Role Playing sehingga siswa menjadi lebih merasa senang dan tidak bosan dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
10 Frekuensi
5 0
Nilai
Rata-rata
73
15
43 57 71 86 100
selanjutnya yaitu pada tanggal 21 November 2013 Pada akhir belajar mengajar siklus II siswa diberi tes kemampuan sebagai formatif II pada tanggal 28 November 2013 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes praktek. praktek Adapun data kemampuan siswa hasil penelitian pada siklus iklus II adalah pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Deskripsi Data Hasil Tes Siklus II
Gambar 4.3. Grafik Formatif II c. Observasi Kondisi ini didukung melalui rekaman data aktivitas belajar siswa siklus iklus II yang telah membaik dan hasil dokumentasi beberapa bagian dalam pembelajaran. Data aktivitas belajar siswa siklus iklus II ditunjukkan dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Aktivitas Siswa Pada Siklus II No
Aktivitas
Jumlah
Skor
Persentase
1
Memperagakan Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan Jumlah
89 55
22,25
44%
13,75
28%
4,5
9%
9,5 50
19% 100%
2 3 4
18 38 200
Merujuk pada Tabel 4.4 untuk aktivitas siswa yang paling dominan minan pada siklus II adalah memperagakan/ praktik menggunakan bola yaitu ((44%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.
79
Aktivitas siswa yang lain yang mengalami peningkatan adalah bertanya antar siswa (28%). Sementara aktivitas yang mengalami penurunan adalah diskusi antara siswa dengan guru (9%), Melakukan yang tidak yang relevan dengan KBM (19%). Hal ini menggambarkan berkurangnya ketergantungan siswa dalam pembelajaran terhadap guru, siswa lebih memilih berdiskusi dengan teman atau langsung mencoba sendiri daripada bertanya kepada guru, dan siswa mudah dapat beradaptasi dengan penerapan model Role Playing dan alur pembelajaran sehingga aktivitas tidak relevan cenderung berkurang. Data aktivitas belajar siswa di atas dapat disajikan kembali seperti gambar 4.4 berikut:
Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus II 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Yang Tidak…
bertanya Kepada…
Bertanya Kepada…
Memperagakan
Jumlah Proporsi %
Gambar 4.4 Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Mengingat hasil observasi selama siklus II nilai yang diperoleh siswa dalam penilaian kinerja ranah psikomotorik 85,7% memperoleh
nilai di atas 70 keseluruhan ranah psikomotorik telah tercapai ketuntasan belajar, dan karena keterbatasan dana dan waktu penelitian maka penelitian ini diakhiri pada siklus II. d. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan pemberian tindakan kelas dengan model pembelajaran Role Playing. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekurangan pada siklussiklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Peningkatan aktivitas belajar siswa disajikan dalam Gambar 4.5.
80
50%
Grafik Aktivitas siklus I dan II
45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
Siklus 1
28%
15%
28%
29%
Siklus 2
44%
28%
9%
19%
Gambar 4.5 Grafik aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II Keterangan: siklusnya hingga pada siklus II 1. Memperagakan mencapai ketuntasan. Peningkatan 2. Bertanya pada teman hasil belajar tiap siklus disajikan 3. Bertanya pada guru dalam Gambar 4.6 4. Yang tidak relevan Hasil belajar siswa mengalami peningkatan tiap 120
Grafik Peningkatan Hasil Uji Penampilan Siswa
100
80 60 40 20 0
Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata nilai tes
Ketuntasan klasikal (%)
Siklus 1
90
40
63
51,4
siklus 2
100
43
73
85,7
e. Tindakan Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Role Playing dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan tindakan perbaikan terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan adalah
81
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran keterampilan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan Merujuk pada data-data yang dipaparkan sebelumnya dapat diulas tiga data diantaranya: 1. Ketuntasan Hasil belajar siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Role Playing memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan menguasai teknik bermain bola basket pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin baiknya penampilan siswa tiap siklusnya (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu 51,4% dan 85,7%, sehingga pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Dari 17 indikator yang dinilai dalam kemampuan siswa melakukan permainan bola basket maka indikator terendah nilainya adalah kemampuan melakukan tembakan runner oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam indikator ini. Sehingga pada siklus II kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran
Role Playing menekankan pada beberapa aspek diantaranya: memotivasi siswa, memberi penekanan pada aspek yang paling lemah dikuasai siswa, memodelkan (mendemonstrasikan) membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan waktu. Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dan penerapan model pembelajaran Role Playing diharapkan siswa dapat menampilkan dengan baik apa yang telah mereka pelajari sehingga mereka akan lebih memaknai tentang apa yang telah mereka lakukan. 2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Role Playing paling dominan adalah aktivitas memperagakan yaitu 28% pada siklus I naik menjadi 44% pada siklus II. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bertanya pada teman yaitu 15% pada siklus I naik menjadi 28% pada siklus II dan bertanya pada guru yaitu 28% pada siklus I turun menjadi 9% pada siklus II yang berarti ketergantungan siswa terhadap guru mulai berkurang. Sedangkan aktivitas siswa yang lain adalah aktivitas tidak relevan terhadap KBM yang turun dari siklus I sebesar 29% menjadi sebesar 19% pada siklus II. Sehingga secara umum penerapan model
82
pembelajaran Role Playing telah berhasil memberikan kemampuan siswa secara tuntas dalam menguasai teknik bermain sepak bola. Namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat dikemukakan dalam pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Faktor kesungguhan di antara subjek satu sama lain tidak dapat diketahui. 2. Kegiatan masing-masing subjek di luar kegiatan penelitian tidak dapat dikontrol. 3. Bola yang digunakan oleh sampel kualitasnya tidak sama, misalnya beratnya, kerasnya, merknya sehingga dapat mempengaruhi hasil tes. 4. Jumlah bola yang digunakan kurang mencukupi untuk mendukung kelancaran pembelajaran. 5. Penelitian dilakukan hanya 4 bulan dengan pengambilan data selama 1 bulan, sehingga peningkatan hasil belum tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Keterampilan/psikomotorik siswa pada materi pokok Bola Basket dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing pada
Siklus I mencapai rata-rata 63 dengan ketuntasan klasikal 51,4% dan Siklus II mencapai 73 dengan ketuntasan klasikal 85,7%. Dengan demikian terjadi peningkatan keterampilan/ psikomotorik belajar siswa dalam bermain bola basket di kelas IX2 SMP N 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain memperagakan (28%), bertanya sesama teman (15%), bertanya kepada guru (28%), dan yang tidak relevan dengan KBM (29%). Selanjutnya data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain memperagakan (44%), bertanya sesama teman (28%), bertanya kepada guru (9%), dan yang tidak relevan dengan KBM (19%). Dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas siswa semakin meningkat pada setiap siklus. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan model pembelajaran Role Playing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model ini
83
dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai model pembelajaran, walaupun dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas IX-2 SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. RUJUKAN Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta PT. Rineksa Cipta. Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta; Erlangga. Ibrahim, R. dan Syaodikin, N. S., (1988), Perencanaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun., (2009), Models Of Teaching Edisi Kedelapan,Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta. Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi fisik, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 1. Jakarta; Tiga Serangkai Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3, Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara Indonesia. Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suharno. 1986. Ilmu Kepelatihan Olah Raga .Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
84