Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REASONING AND PROBLEM SOLVING BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA I Kadek Purwanta1, I.G.A.Agung Sri Asri, I Ketut Adnyana Putra 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem Solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yaitu Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 295 orang siswa. Sampel ditentukan dengan teknik random sampling berjumlah 40 orang siswa SD Negeri 5 Penatih sebagai kelompok eksperimen, SD Negeri 2 Penatih yang berjumlah 39 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Data hasil belajar dikumpulkan dengan instrumen tes. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda biasa dengan jumlah 30 butir. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis statistik parametrik uji-t. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika Model Pembelajaran Reasoning And Problem Solving dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014. Ini diperoleh berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit sebesar 2,52 dan ttab pada taraf signifikansi 5 % dan dk = 77 sebesar 2,000 karena thit > ttab, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari paparan di atas, Model Pembelajaran Reasoning And Problem Solving berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014. Kata-kata kunci: reasoning and problem solving, hasil belajar Abstract The purpose this study was to know significant differences between the learning outresult of students who take mathematics learning Reasoning And Problem Solving with students who take conventional learning in the fifth grade SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur. This research is a quasi experimental study with a study design that was Nonequivalent Control Group Design. The study population was all students totaling 295 fifth grade students. Samples was determined by random sampling technique amounts to 40 students of SD Negeri 5 Penatih as the experimental group, SD Negeri 2 Penatih totaling 39 students as a control group. Learning outresult data collected with the test instrument. The tests used commonly in the form of multiple choice with the amount of 30 grains. The data collected were analyzed using parametric statistical analysis techniques t-test. These results indicate there is a significant difference math learning outcomes Learning Model Reasoning And Problem Solving with conventional learning in the fifth grade SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur school year 2013/2014. It was based on the analysis of data, obtained thit of 2.52 and ttab at 5% significance level and df = 77 of 2,000 for
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
thit> ttab, then H0 is rejected and Ha accepted. From the above explanation, Model Learning Reasoning And Problem Solving effect on students' mathematics learning outcome in the fifth grade SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur school year 2013/2014. Keywords: reasoning and problem solving model, learning outcome
PENDAHULUAN Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Menurut Trianto (2010: 3) “Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan sangat penting bagi manusia karena dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan serta dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku. Salah satu pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh manusia adalah pendidikan matematika. Tanpa bantuan matematika kiranya tak mungkin dicapai kemajuan yang begitu pesatnya baik dalam bidang obat-obatan, ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer dan sebagainya. Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain, memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Menurut Heruman (2007: 1) matematika adalah “ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil”. Sedangkan menurut Badan Standar Pendidikan Nasional (2011: 9) “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Menurut Uno (2002: 60) matematika merupakan “pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali
semua aturan-aturan yang ada dan harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari”. Tujuan pelajaran matematika di SD agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, dan tepat dalampemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas masalah atau keadaan; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta 6) sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP, 2011: 9-10) Dimyati dan Moedjiono (2009:3) bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar”. Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2006: 22) hasil belajar siswa adalah “kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”. Menurut Sanjaya (2008: 256) hasil belajar adalah “sesuatu yang diperoleh siswa sebagai konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadi perubahan perilaku pada yang bersangkutan baik prilaku dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotor”. Hasil belajar adalah “perubahan tingkah laku memiliki unsur subjektif (rohani) dan unsur motorik (jasmani)” (Hamalik, 2009: 30). Pada umumnya hasil belajar itu ditunjukan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dengan nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah melakukan serangkaian proses evaluasi. Hasil belajar siswa dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. hasil belajar siswa merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar siswa dapat ditampilkan dari tingkah laku dengan memberikan gambaran yang lebih nyata dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu. Hasil tes belajar siswa berupa perubahan tingkah yang terdiri dari tiga ranah yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Secara teoritis dari timbulnya permasalahan tersebut yaitu Faktor yang terdapat di dalam individu dan faktor yang berasal dari luar individu. Menurut Rumini (1995: 61) hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor adalah faktor yang terdapat di dalam individu dikelompokkan menjadi dua faktor, meliputi faktor psikis dan faktor fisik. faktor yang berasal dari luar individu adalah guru dalam mengelola pembelajaran di kelas seperti penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas dan dengan mempertimbangkan konsep perkembangan jiwa peserta didik. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka diadakan penelitian di kelas V semester ganjil untuk meneliti model pembelajaran Reasoning And Problem Solving. Dalam proses pembelajaran perlu dikembangkan suatu model pembelajaran, agar proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dalam mata pelajaran matematika melalui Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving siswa dapat menikmati suasana yang lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat dimaksimalkan karena memiliki keunggulan. Model ini pembelajaran yang melakukan pemusatan pada proses pembelajaran dan keterampilan siswa memecahkan masalah dengan penalaran. Ketika dihadapkan dengan suatu
pertanyaan atau soal, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan pikirannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Model pembelajaran Reasoning And Problem Solving merupakan alternatif pembelajaran yang konstruktif. Dalam suatu pembelajaran yang konstruktif perlu memiliki kemampuan reasoning and problem solving yang merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa untuk memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning atau kemampuan bernalar. Model pembelajaran Reasoning And Problem Solving merupakan alternatif pembelajaran yang konstruktif. Dalam suatu pembelajaran yang konstruktif perlu memiliki kemampuan reasoning and problem solving yang merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa untuk memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning atau kemampuan bernalar. Menurut Krulik dan Rudnick (1996: 2) “Reasoning merupakan bagian berpikir yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Kemampuan yang termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami suatu konsep konsep”. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuankemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide. Menurut Krulik dan Rudnick (1996: 5) problem adalah “suatu situasi yang tak jelas jalan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban”. Sedangkan menurut Takdir (2012: 65) memecahkan masalah (Problem Solving) adalah “metode belajar yang mengharuskan pelaksananya menemukan jawaban tanpa bantuan khusus”. Sehingga anak didik yang mampu memecahkan masalah dari suatu persoalan akhirnya akan menjadi seorang penemu, hasil penemuan itu diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi pada kegiatan pembelajaran berlangsung. Sementara itu Riyanto (2009: 285) mendefinisikan bahwa “pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah”. Menurut Ngalimun (2012: 154) problem solving atau pemecahan masalah adalah “mencari atau menemukan cara penyelesaian”. Dari pendapat tersebut problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut Amri (2010: 130) aspek yang tedapat pada suatu pemecahan masalah yaitu: 1) Siswa memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber. 2) Siswa mengembangkan kemampuan menyeleksi tindakan. 3) Siswa menerapkan dan mengadaptasi berbagai stratigies untuk memecahkan masalah. 4) Siswa memantau dan merefleksikan proses pemecahan masalah. Sedangkan aspek yang ada pada suatu penalaran yaitu: 1) Siswa membuat dugaan penyelesaian dari suatu masalah. 2) siswa mengembangkan suatu pemecahan masalah yang ada. 3) Siswa memilih dan menggunakan cara pemecahan masalah berdasarkan masalah. Model pembelajaran Reasoning And Problem Solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran sebagai berikut. 1) Membaca dan berpikir, (mengidentifikasi fakta dan masalah) pada tahap ini siswa ditugaskan untuk membaca buku matematika dan buku LKS tentang materi yang akan diajarkan. 2) Mengeksplorasi dan merencanakan
(pengorganisasian informasi, melukiskan diagram pemecahan), pada tahap ini siswa ditugaskan untuk mencari masalah yang belum dimengerti tentang materi yang akan diajarkan. 3) Menyeleksi strategi
(menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis), pada tahap ini siswa ditugaskan untuk mendiskusikan materi yang diajarkan dengan kelompoknya. 4) Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan), pada tahap ini perwakilan siswa menyampaikan hasil diskusinya. 5) Refleksi dan perluasan mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalahmasalah variatif yang orisinil), pada tahap ini guru memberikan umpan balik atau
penguatan yang positif atas usaha yang telah dilakukan siswa dan memberikan penekanan terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa dengan memberikan penyelesaian yang tepat (Krulik dan Rudnick, 1996: 7). Keunggulan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving sebagai berikut. 1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, 2) Berpikir dan bertindak kreatif, 3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, 4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, 5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, 6) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, 7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja (Yeatts, 2005: 8). Berdasarkan keunggulan tersebut, model pembelajaran Reasoning And Problem Solving siswa dapat belajar lebih aktif karena siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah pada pelajaran matematika. Siswa menikmati suasana yang lebih menyenangkan, dalam pembelajaran mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan hasil belajar dapat maksimal.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Yamin (2011:201) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan strategi pembelajaran yang digunakan oleh pembelajar (dosen, guru) untuk menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap dan sistematis, dengan menyampaikan secara verbal. Sedangkan menurut Trianto (2010: 58) pembelajaran konvensional merupakan “pembelajaran dimana seluruh kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru, guru membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem Solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Desain penelitian ini adalah desain eksperimen semu (quasi experimental design). Menurut Sugiyono (2011:443) dalam eksperimen semu terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut diberi pre-test dan post-test. Nilai Pre-test diambil dari nilai ulangan umum untuk menyetarakan melalui Uji-t. Dan post-test diberikan setelah perlakuan (treatment). Dalam menentukan subjek untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak memungkinkan mengubah kelas yang telah ada. Dengan demikian randomisasi tidak bisa dilakukan. Dalam menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak terhadap kelas yang ada. Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2012: 80). Sedangkan Menurut Arikunto (2010:173) Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Oleh karena itu, yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa Kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai. Pada Gugus ini terdapat sembilan SD yaitu SD Negeri 1 Penatih, SD Negeri 2 Penatih, SD Negeri 3 Penatih, SD Negeri 4 Penatih, SD Negeri 5 Penatih, SD Negeri 6 Penatih. Berdasarkan keterangan ketua gugus, dinyatakan seluruh kelas di Gugus I Gusti Ngurah Rai setara secara akademik. Dalam pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu tetapi pengacakan kelas, sehingga untuk menentukan sampel melakukan pengacakan kelas di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai. Berdasarkan, karakteristik populasi yang terdiri dari tujuh sekolah dasar sedangkan dalam penelitian ini peneliti hanya memerlukan dua kelas (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol), maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Probability Sampling yaitu Simple Random Sampling, Menurut Sugiyono (2012: 8) Simple Random Sampling merupakan “pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi”. Setelah randomisasi diperoleh dua kelompok, yaitu kelas V SD Negeri 2 Penatih sabagai kelompok kontrol dan kelas V SD Negeri 5 Penatih sebagai kelompok eksperimen. Untuk kelas telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukan pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benarbenar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Untuk meyakinkan bahwa kedua kelas yang dijadikan sampel merupakan kelas yang setara atau memiliki kemampuan awal yang sama, maka peneliti melakukan analisis pada nilai ulangan semester genap kelas IV tahun ajaran 2012/2013 sebelumnya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan kedua kelas adalah analisis uji-t tidak berkorelasi. Berdasarkan perhitungan diperoleh thit = 0,76, sementara ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1 + n2 – 2 = 40 + 39 – 2 =
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
77 adalah 2,000, sehingga thit < ttabel. Karena thit < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok atau dengan kata lain kedua kelompok setara. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012: 39).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Reasoning And Problem Solving. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar matematika siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes, yaitu tes untuk mengukur hasil belajar matematika. Instumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika siswa adalah tes hasil belajar pada ranah kognitif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice test). Tes hasil belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes akan diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan indeks kesukaran. Dari hasil uji coba instrumen diperoleh 33 butir soal dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 55 butir soal yang diujicobakan. Uji reliabilitas dilakukan untuk setiap butir soal yang valid dan daya beda pada kriteria cukup baik, baik dan sangat baik pada taraf kesukaran 0.30-0.70. Jumlah butir tes yang diikutkan dalam uji reliabilitas adalah 33 butir. Dari hasil uji reliabilitas diperoleh r11 = 0,90, ini berarti r11>0,70 (0,90 > 0,70), dengan demikian tes hasil belajar matematika dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian.
Dilihat dari uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran butir soal maka soal yang digunakan sebanyak 30 butir tes dengan jumlah 3 soal memiliki tingkat kesukaran sukar, yaitu nomor 31, 35, dan 42, dengan jumlah 17 soal memiliki tingkat kesukaran sedang yaitu nomor 6, 7, 10, 12, 16, 18, 19, 24, 25, 28, 30, 33, 36, 40, 43, 45, dan 51, serta dengan jumlah 10 soal memiliki tingkat kesukaran mudah. yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 9, 15, 20, 21, 38, dan 49. Data tentang tes hasil belajar matematika dikerjakan dengan perhitungan manual juga menggunakan bantuan Microsoft Excel. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar matematika siswa masingmasing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis chi-square, uji homogenitas data dilakukan dengan uji-F, uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan menunjukkan nilai rata- rata tes hasil belajar matematika kelompok eksperimen dengan pembelajaran Reasoning And Problem solving adalah 68,17 dengan varian sebesar 67,21 dan standar deviasi 8,19. Sedangkan nilai rata- rata kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional adalah 63,16 dengan varian sebesar 98,22 dan standar deviasi 9.91. Dari data tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen memiliki nilai ratarata tes hasil belajar matematika kelompok eksperimen dengan pembelajaran Reasoning And Problem solving lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Uji normalitas sebaran data hasil belajar matematika dengan menggunakan chi-square (x2) diperoleh hasil belajar matematika kelompok eksperimen harga x2hit = 4.50 dan harga x2tab pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 sebesar 11,07. Ini menunjukkan bahwa X2hit < X2tab. maka ini berarti data hasil belajar matematika kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sementara hasil
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 40 – 1 = 39 dan db penyebut 39 – 1 = 38 adalah 1,76. Ini berarti Fhit < Ftab, sehingga kedua kelompok data homogen. Data hasil belajar matematika pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen selanjutnya diuji hipotesis menggunakan uji-t. Ringkasan hasil analisis uji-t terhadap hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
belajar matematika siswa kelompok kontrol diperoleh harga x2hit = 6.39 dan harga x2tab pada taraf siginifikansi 5% dengan dk = 5 sebesar 11,07. Ini menunjukkan bahwa x2hit < x2tab,, maka ini berarti data hasil belajar matematika kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan dengan Uji F. Dari hasil perhitungan uji F diperoleh Fhit sebesar 1.46 dan Ftab pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang Tabel 1. Uji Hipotesis Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N
Taraf Signifikansi
40 39
5%
_
dk
77
X
S2
68,17
67,21
63,16
98,22
Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai thit sebesar 2.52, sedangkan harga ttab pada taraf signifikan 5% dan dk = n1+n2–2 =77 diperoleh sebesar 2,000, sehingga thit lebih besar dari ttab. Ini berarti hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran model Reasoning And Problem Solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014 ditolak. Ini berarti hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014.
S gab
9.08
thit
2,52
ttab
Simpulan
2,000
Terdapat perbedaan yang signifikan
Sebelum dilakukan treatment pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menganalisis hasil ulangan matematika semester genap kelas IV tahun ajaran 2012/2013 dari kedua kelas sampel untuk mengetahui kesetaraannya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan tersebut adalah statistik parametrik yaitu uji-t. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas V SD Negeri 2 Penatih dan kelas V SD Negeri 5 Penatih memiliki distribusi data yang normal dan homogen serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tesebut memiliki kemampuan yang setara. Karena kedua kelompok setara, maka selanjutnya dirandom untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan randomisasi diperoleh dua kelas, yaitu kelas V SD Negeri 2 Penatih sabagai kelas kontrol dan kelas V SD Negeri 5 Penatih sebagai kelas eksperimen. Perlakuan diberikan sebanyak 8 kali masing-masing untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dan pada pertemuan kedelapan masing-masing kelompok diberikan post test. Setelah mendapat nilai post test, dilanjutkan nilai tersebut dianalisis didapat rata-rata kelompok eksperimen = 68.17
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan rata-rata kelompok kontrol = 63.16. Ini berarti rata-rata yang lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol disebabkan karena kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran keterampilan pemecahan masalah dengan model pembelajaran dengan model Reasoning And Problem Solving. Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t didapat thit= 2.52, sementara ttab pada taraf signifikansi 5% dan dk = 77 adalah 2,000. Ini berarti thit > ttab, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014. Perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional disebabkan karena saat kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving berlangsung, siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang disampaikan oleh guru maupun masalah yang dihadapi siswa agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Di dalam proses belajar ini aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain, siswa selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui. Dengan menggunakan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving dalam pembelajaran, siswa akan memusatkan perhatiannya untuk memberikan suatu pendapatnya terhadap masalah yang diberikan oleh guru, dan siswa akan terlatih untuk mengembangkan daya pikir, kreativitas, serta keberaniannya dalam mengemukakan pendapat. Pada proses pembelajarannya guru memberi
kesempatan pada seluruh siswa mengemukakan pendapatrnya pada kegiatan diskusi kelompok, dengan melakukan interaksi dengan sumbersumber belajar. Semua siswa dalam kelompok memiliki kesempatan berbicara dan mengomentari masalah yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini akan sangat menyenangkan bagi siswa sehingga siswa merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran yang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk menyampaikan pendapatnya melaui keterampilan pemecahan masalah. berbeda dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional hanya diberikan materi dengan metode ceramah yang diselingi sedikit tanya jawab, kemudian diikuti pemberian evaluasi. Dengan pembelajaran seperti ini guru cenderung lebih aktif berbicara dari pada siswa. Hal ini yang menyebabkan siswa pasif dalam pembelajaran karena tidak memiliki kesempatan untuk berbicara serta mengemukakan pendapatnya, sehingga jika ada siswa yang belum memahami materi pelajaran tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru. Pembelajaran seperti ini akan membuat siswa cepat bosan dan jenuh. Perbedaan hasil belajar matematika yang tampak antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari perbedaan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Arini (2010) yang menunjukkan bahwa Pendekatan Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V Sekolah Dasar Nomor 3 Pajahan Kecamatan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pupuan. Selanjutnya dilakukan oleh Wijayanti (2010) menunjukkan bahwa Pemecahan Masalah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Pupuan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem Solving lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem Solving memiliki nilai rata-rata hasil belajar matematika = 68,17 > = 63,16 siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil analisis dengan uji-t, diketahui bahwa thit = 2,52 > ttabel ( = 0,05, 77)= 2,000. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Reasoning And Problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas VSD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan hasil penelitian maka dapat diajukan saran kepada: Para siswa agar membiasakan untuk belajar aktif dan kreatif dalam pembelajaran matematika dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas individu maupun kelompok. Guru di SD untuk menggunakan model pembelajaran Reasoning And Problem solving dalam pembelajaran matematika, karena model pembelajaran Reasoning And Problem solving memberikan hasil yang lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan model yang
sama tetapi dengan melibatkan sampel yang lebih luas. DAFTAR RUJUKAN Amri, Sofan. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif Dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arini, Ni Wayan Sayun. 2010. Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD No 3 Pajahan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha. BSNP. 2011. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemendiknas. Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching Reasioning and Problem Solving in Junior and Senior Hig School. Massachusets: Allyn & Bacon. Ngalimun.
2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Rumini, Sri, dkk. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UPP IKIP Yogyakarta.
Uno,
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup.
Wijayanti, Ni Nyoman. 2010. Implementasi Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pupuan Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta -------. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Takdir, Mohamad. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vacational Skill. Jogjakarta: Divapress. Trianto, 2010. Terpadu. Aksara.
Model Jakarta
Pembelajaran : PT Bumi
Hamzah B. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada. Yeatts, Karol L. 2005. Navigating trough Problem Solving and Reasoning. Amerika: National Council of Teachers of Mathematics.