e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVEEXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA Kadek Metta Udayani1, Dra. Ni Nyoman Kusmariyatni2, Luh Putu Putrini Mahadewi3 1Jurusan
PGSD, 2Jurusan PGSD, 3Jurusan TP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1,
[email protected],
[email protected] Abstrak: Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan diterapkannya model Predict –Observe-Explain (POE) dalam mata pelajaran IPA kelas V semester II SD N 7 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa kelas V semester II SD N 7 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 20 orang siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus I mencapai 62,5% dengan kriteria kurang. Pada siklus II, persentase hasil belajar IPA siswa kelas V meningkat hingga mencapai 82,3% dengan kriteria baik. Hasil belajar dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 19,8%. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 65%, pada siklus II sebesar 90% sehingga diketahui ketuntasan belajar pada siklus I ke siklus II meningkat sebesar 25%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Predict–Observe-Explain (POE) dapat meningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD N 7 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Kata Kunci:
Predict-Observe-Explain (POE), hasil belajar, dan IPA
Abstract This research is a classroom action research conducted in two cycles. The purpose of this study to Determine the increase of science learning outcomes by implementing a model of of Predict-explain is observed in the subjects of science at V class the second semester of SD N 7 Banyuning in the academic year 2015/2016. Subject of research is the second half of the five-grade elementary SD N 7 Banyuning the 2015/2016 school year as many as 20 students. Methods of data collection in this study is the test method. Data were Analyzed with descriptive quantitative techniques. The results showed that the percentage of students learning science class V in the first cycle Reaches 62.5% with the criteria of "Less Appropriate". In the second cycle, the percentage of students' science learning class V increase to 82.3% with the criteria of "Good". Learning outcomes of the first cycle to the second cycle Increased by 19.8%. Mastery learning in the first cycle of 65%, in the second cycle of 90% so known mastery learning in the first cycle to the second cycle Increased by 25%. Based on Reviews These results it can be concluded that the models of Predict– Observe-Explain (POE) can improve learning outcomes of science students in the second semester of class V SD N 7 Banyuning in the academic year 2015/2016. Keywords: Predict –Observe-Explain (POE), learning outcomes., and Science
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Diketahui bahwa masih banyak terdapat anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan jadi sudah diketahui kualitas manusia nantinya akan bagaimana apabila banyak anak-anak yang tidak bersekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan sangat penting untuk manusia dan negara kita. Berkaitan dengan ini dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Pendidikan ini dilakukan dengan segala usaha yang dilaksanakan secara sadar dan bertujuan untuk mengubah manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu. Perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan pendidikan yang sangat penting. Seperti halnya yang diungkapkan oleh (Oemar Hamalik: 2007: 79) yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyelesaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Kutipan diatas menekankan bahwa pendidikan merupakan suatu cara yang dilakukan dengan segala usaha dan dilaksanakan secara sadar untuk mengubah manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, menjadikan manusia yang lebih baik dan meningkatkan kualitas manusia. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bangsa dan negara akan dapat memasuki era globalisasi dengan tegar apabila memiliki pendidikan yang berkualitas. Oleh sebab itu pendidikan dapat menentukan kemajuan dari suatu bangsa. Dunia pendidikan tidak tentu saja tidak dapat kita pisahkan dengan peserta
didik, sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan generasi penerus yang menjadi kunci keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa. Dalam mengisi pembangunan di Indonesia peserta didik di harapkan mampu mengaplikasikan ilmunya yang telah di peroleh dalam proses pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam pengembangan dan kemajuan Ilmu Pengatahuan serta Teknologi (IPTEK). Melalui pengajaran IPA dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitaan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut (Trianto, 2010:56). Kemampuan yang diperolehnya diharapkan dapat digunakan untuk mengungkapkan fenomena-fenomena alam dalam kehidupan sehari- hari. Khususnya pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, siswa dituntut untuk menunjukan aktifitas dalam setiap proses pembelajaran karena dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa mempelajari pengenai teori dan praktik langsung tentang kehidupan maupun lingkungan yang ada di sekitarnya. Seperti diketahui misalnya, bahwa hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memerlukan keterlibatan peran siswa secara aktif melalui pelaksanaan interaksi dalam kelompok, baik observasi maupu pengamatan terhadap suatu objek sehingga pembelajaran benar-benar sesuai dengan harapan kurikulum yang telah digunakan disekolah. Walaupun kurikulum tingkat satuan pendidikan sudah diberlakukan namun dalam pelaksanaannya di kelas masih mengalami banyak kendala dari segi teknis maupun non-teknis. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya keluhan yang datang baik dari pihak guru maupun siswa karena pembelajaran dirancang belum memberikan hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan wawancara, observasi awal dan pencatatan dokumen yang dilakukan pada tanggal 23 November 2015 dengan guru bidang study IPA kelas V banyak data yang diperoleh 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diantaranya (1) guru kesulitan dalam merancang rencana pembelajaran yang sinkron dengan indikator pencapaian suatu kompensi, (2) kebingungan dalam memilih model pembelajaran inovatif yang mendukung pelaksanaan KTSP, (3) kurangnya pemberdayaan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pembelajaran kurikulum tingkat satuan pendidikan, (4) pembelajaran berpusat pada guru (teacher centured), (5) siswa pasif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan guru sehingga pemahaman siswa kurang dan akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, (6) penggunaan media yang minim, sehingga motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran kurang, (7) jumlah siswa kelas V 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa putri dan 10 siswa putra, (8) Kriteria ketuntasan (KKM) yang di tetapkan sekolah adalah 63 yaitu dengan rata-rata 57,85, (9) dari 20 siswa hanya 6 orang saja yang mampu mencapai KKM dengan persentase 27,78%, sedangkan 14 siswa lainnya belum mampu mencapai KKM atau masih berada di bawah KKM. Keadaan ini di alami oleh SD N 7 Banyuning, yang sebagian besar siswanya tergolong memiliki kompetensi yang belum mengembirakan. Artinya walaupun secara individual beberapa siswa di SD N 7 Banyuning ada yang memiliki hasil belajar cukup baik, namun secara klasikal kompetensi dasar IPA masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang sudah diperoleh muncul permasalahan menyatakan bahwa terjadi ketidaksesuaian antara kuriklum dan fakta yang terjadi di lapangan. Ketidaksesuaian tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Observasi awal dan observasi khusus yang telah dilakukan ke sekolah SD N 7 Banyuning dengan guru mata pelajaran IPA di kelas V secara lebih mendalam. Selama observasi dapat di temukan beberapa faktor penyebab timbulnya permasalahan dalam pembelajaran IPA, sebagai berikut. Pertama, rendahnya pencapaian hasil belajar yang disebabkan karena pengajaran masih dipandang sebagai transfer pengetahuan belum sebagai membangun pengetahuan, keterampilan berproses, dan sikap.
Kedua, siswa cenderuang bersifat pasif selama kegiatan belajar- mengajar berlangsung. Ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Siswa juga cenderung mendengarkan penjelasan guru saja. Dalam pembelajaran guru kurang mampu membangun pengetahuan awal siswa. Ketiga, aktivitas belajra siswa masih kurang. Dalam hal ini peran guru serta siswa dalam kegiatan pembelajaran yang belum optimal, seperti siswa masih malu bertanya, siswa malas berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelas, tidak ada keberanian siswa untuk berusaha menjawab soal-soal latihan yang diberikan guru. Sebagian besar siswa tidak mau bertanya baik kepada teman maupun kepada guru. Mereka beranggapan bahwa yang bertanya dianggap anak yang bodoh. Selain itu siswa juga malu menyampaikan pendapatnya karena takut menjawabnya dianggap salah, dan juga sering menanyakan hal-hal yang dianggap sulit oleh siswa. Keempat, kegiatan belajar berkelompok jarang dilakukan. Hal ini seolah-olah menjadi pemisah antara siswa yang pintar dan siswa yang mempunyai kemampuan kurang. Maka siswa cenderung untuk bekerja secara individu tanpa melalui proses bertukar pikiran dengan siswa lainnya. Ini mengakibatkan siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan semakin tertinggal, sedangkan siswa yang pintar akan semakin jauh meninggalkan siswa yang berkemampuan kurang. Sehingga pembelajaran yang dilakukan siswa kurang bermakna. Kelima, guru belum mampu menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat. Guru harus mempunyai strategi agar pembelajaran menjadi menarik dan siswa dapat belajar secara efektif. Oleh karena itu pemilihan metode mengajar yang tepat sangat penting, karena tidak semua metode dapat digunakan pada tiap pokok bahasan. Salah satu model pembelajaran yang mampu mengeksplorasi pengetahuan awal siswa, serta meninggalkan pemahaman konsep yang nantinya bermuara pada peningkatan hasil belajar 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
siswa yaitu model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Model pembelajaran yang mengacu pada pandangan kontruktivis tersebut adalah model Predict- Observe- Explain (POE). Model pembelajaran POE mengacu caracara yang dapat ditempuh oleh seorang guru untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsepnya. Pembelajaran melalui model pembelajaran ini siswa di ibaratkan sebagai seorang ilmuan yang memberi kebebasan untuk mengeksplorasi atau mengembangkan segala ide dan kemampuannya untuk menemukan sendiri pengetahuannya, belajar bermakna hanya terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning) yaitu suatu proses siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah di ketahui. Penggunaan model POE oleh guru dalam proses pembelajaran untuk memberikan pengertian yang mendalam pada aktifitas desain belajar dan strategi belajar, dimana awal belajar berasal dari sudut pandang siswa melainkan bukan menggunakan model POE, siswa dapat mengkontruksi pengetahuan baru berdasarkan observasi secara nyata. Menurut White dan Gustone (1992) dalam Warsono dan Hariyanto (2014) memperkenalkan POE (Predict- ObserveExplain) sebagai model pembelajaran yang efesien untuk menimbulkan idea tau gagasan siswa dan melakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE (PredictObserve- Explain) adalah meliputi prediksi siswa dari hasil demontrasi, mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka berikan dair hasil demontrasi, dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka. Penggunaan media sangat menjajikan dalam penggunaannya di bidang pendidikan. Dengan pendayagunaan benda-benda di lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di sekolah yang dapat membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa (Arsyad, 2010). Hal ini dijelaskan bahwa peranan media dalam pembelajaran
merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri, serta mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Pemanfaatan media lingkungan dalam pembelajaran IPA pernah dikembangkan oleh Mardana (2011) hasil yang dicapai, antara lain : aktivitas siswa dikelas yang memanfaatkan lingkungan lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media konvensional. Demikian juga hasil belajar yang dicapai menunjukan perbedaan yang sangat signifikan. Lebih dari 90% siswa sangat senang belajar dengan memanfaatkan benda-benda yang ada dilingkungan sekitar sebagai media belajar IPA, karena mereka dengan mudah mendapatkan media tersebut. Guru- guru yang terlibat merasa sangat terbantu. Siswa lebih sibuk mencari jawaban dengan berinteraksi dengan media daripada bertanya dengan guru. Jadi proses pembelajaran terpusat pada siswa (student centered). Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan tersebut dan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah dikemukakan diatas, maka penerapan model pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran IPA yang akan dikaji lebih jauh dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Predict- Observe- Explain (POE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 7 Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas yang bermasalah. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Negeri 7 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 10 siswa lakilaki. Objek dari penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas V di Sekolah Dasar 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Negeri 7 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016, model Predict –ObserveExplain(POE). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan satu metode yaitu metode observasi dan metode tes. Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar ranah kognitif siswa. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data pendukung yaitu penilaian hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotorik menggunakan lembar observasi yang tercantum dalam RPP. Metode observasi dilakukan tanpa memberi ujian ataupun tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara pengamatan terhadap peserta didik. “Metode tes adalah cara memperoleh data yang terbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan skor yang dibandingkan dengan criteria tertentu”(Agung, 2005: 59). Sedangkan Pendapat nurkancana, (1992:34) Tes adalah suatu cara mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Dari dua pendapat diatas, dapat dinyatakan bahwa metode tes pada hakikatnya merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan atau tugas yang semuanya harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta, dan hasil dari tes berupa skor. Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah tes essay. Dalam penelitian ini, data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan
rumus-rumus seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Maen), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum dari suatu data yang dianalisis (Agung, 2010:67). Selanjutnya, statistik deskriptif memiliki tiga tujuan penting diantaranya: a) untuk menggambarkan data atau fenomena yang diperoleh dari lapangan dalam bentuk numeric, b) meringkas data dalam bentuk gambar, c) menampilkan data dalam bentuk tabel sehingga para evaluator dapat dengan lebih mudah memahami fenomena yang muncul dari pada siswa (Sukardi, 2004). Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyususn secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SD N 7 Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Materi pelajaran yang dipelajari siswa dikemas dalam dua siklus pembelajaran, dan setiap siklus dirinci menjadi tida kali pertemuan dalam pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes atau evaluasi. Tiap kali pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran tatap muka dengan waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit. Pertemuan diadakan dua kali dalam seminggu, setiap hari Senin dan Selasa sesuai jadwal mata pelajaran IPA di kelas V Semester II SD N 7 Banyuning. Pada awal kegiatan, guru terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran di kelas pada materi pesawat sederhana akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran Predict-Observe- Explain (POE). Penilaian yang akan digunakan guru dalam mengevaluasi pembelajaran melalui penilaian kognitif yaitu dengan hasil tes ulangan siswa. terkait dengan model pembelajaran POE siswa menggunakan 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
alat dan bahan percobaan/ demontrasi untuk pembuktian kebenaran dari hipotesis yang mereka buat sebelumnya. Setiap proses pembelajaran pada masing-masing siklus, siswa belajar dengan menggunakan media pembelajaran yang difasilitasi lembar kerja siswa (LKS) oleh guru sebagai penuntun siswa dalam proses pembelajaran dikelas. Guru kemudian menyampaikan tentang model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE). Dalam model pembelajaran PredictObserve-Explain (POE), siswa belajar dalam kelompok melalui tiga tahapan, yaitu dugaan (predict), observasi (observe), dan menjelaskan (explain). Lebih lanjut guru membantu siswa membentk kelompok yang terdiri dari 5 orang dalam setiap kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun dari segi akademik. Dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang terbentuk 4 kelompok yang beranggotakan lima orang. Dalam proses pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE). Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut tentang deskripsi proses pembelajaran dan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II. Hasil pengamatan dan temuan selama pemberian tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala atau masalah yang hasrus diperbaiki. Adapun hambatan yang ditemui selama penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) pada pembelajaran matematika pada siklus I adalah sebagai berikut. a. Proses pembelajaran pada siklus I secara umum belum dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan rencana yang diharapkan. Hal ini disebabkan, siswa masih nyaman dengan pola belajar dikelas yang hanya duduk, mendengarkan, ceramah dari guru, menulis pertanyaanpertanyaan penting yang disampaikan oleh guru secara lisan maupun tuliskan di papan tulis dan dilanjutkan dengan tanya jawab dengan guru. b. Siswa belum mampu secara optimal melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti yang direncanakan dalam rencara pelaksanaan pembelajaran, yang mengacu pada langkah PredictObserve- Explain (POE), seperti dalam melaksanakan prediksi atau dugaan,
beberapa siswa dalam kelompok kebanyakan diam dan bingung, namun setelah didekati dengan guru siswa baru mulai bertanya. c. Dalam mengerjakan LKS, secara umum siswa belum mampu mengerjakan LKS secara tuntas pada setiap pertemuan karena masih bertumpu mengerjakan satu orang saja. d. Pada saat siswa melakukan percobaan atau pembuktian, ada beberapa kelompok yang belum mampu memahami petunjuk kerja LKS dengan baik, sehingga perlu bimbingan guru yang lebih intensif pada kelompok tersebut. e. Sebagian Penyusunan laporan hasil praktikum. Secara umum siswa masih kurang dalam menyajikan hasil laporan praktikum. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat hasil percobaan dan kesimpulan. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat hasil percobaan dan kesimpulan. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa jarang melakukan percobaan dan membuat laporan percobaan, sehingga sanngat perlu tuntunan dan bimbingan guru dalam menulis hasil percobaan dan merumuskan kesimpulan. f. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Siswa kebanyaan mengalami kendala dalam menyajikan redaksi kalimat yang baik dalam menjawab permasalahan PR. Ini dapat disebabkan karena siswa masih terbiasa dengan pembelajaran sebelumnya, dimana mereka jarang diberikan pekerjaan rumah, dan meskipun telah diberikan PR jarang dikumpulkan ataupun di bahas bersama guru. g. Hasil belajar IPA siswa, belum tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan siklus I, maka perlu diadakan tindakan selanjutnya melalui tindakan siklus II. Adapun tindakan tersebut adalah sebagai berikut. a. Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, siswa ditekankan kembali mengenai proses pembelajaran yang diterapkan yang lebih mengutamakan aktivitas siswa secara optimal di dalam kelas. Siswa diberi kesempatan untuk dapat melakukan setiap langkah-langkah PredictObserve- Explain (POE) secara lebih optimal. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator serta salah satu sumber belajar bukan satu-satunya sumber 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
belajar. b. Siswa diberikan motivasi dan penekanan kembali bahwa setiap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan selalu diperhatikan oleh guru sebagai pertimbangan dalam pencapaian hasil belajar yang lebih maksimal. Semua siswa diharapkan melakukan aktivitas dan bertanggung jawab atas keberhasilan kelompok dan anggota kelompoknya. Guru juga menekankan bahwa setiap anggota kelompok yang memberikan pertanyaan, tanggapan, kritik, saran, atau jawaban yang disampaikan ketika pembelajaran berlangsung. c. Memberikan refleksi terhadap semua siswa yang belum mencapai kriteria yang telah ditentukan. Siswa diharapkan melakukan diskusi kelompok lebih intensif dan mengerjakan tugasnya dalam kelompok dengan sunggusungguh. Dan siwa juga ditekankan dalam menjawab permasalahan yangdisajikan dapam LKS ataupun PR tidak hanya mencontek semua kata-kata dalam buku, melainkan agar membuat dengan kata-kata sendiri. d. Pada laporan praktikum, siswa ditekankan agar berupaya untuk memberikan paparan yang lengkap pada setiap item yang diminta pada laporan. e. Membagikan LKS sebelum pembelajaran dilaksanakan, yaitu di akhir pembelajaran sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan maksud agar siswa dapat membaca dan mencermati lebh awal tentang kegiatan percobaan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya, sehingga siswa dapat melakukan dan membuat laporan percobaan dengan hasil yang lebih optimal. f. Dalam mengintensifkan percobaan yang dilakukan setiap pertemuan, guru memberikan kesempata kepada masingmasing untuk menyiapkan dan mencari sendiri semua alat dan bahan percobaan yang tersedia dilingkungan siswa sesuai dengan petunjuk percobaan yang tersedia
di lingkungan siswa dengan petunjuk percobaan yang disajikan dalam LKS, kecuali alat dan bahan percobaan yanag susah di dapatkan, disiapkan oleh guru. g. Guru lebih intensif melakukan monitoring dan pengamatan terhadap setiap tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh setiap siswa dengan masuk ke setiap kelompok secara adil. h. Guru melakukan refleksi secara lebih intensif pada setiap awal dan akhir pertemuan terkait dengan aktivitas di dalam kelas, serta memberikan motovasi proses pembelajaran siswa. i. Melakukan pendekatan secara individual kepada beberapa siswa yang hasil belajarnya maish dibawah kreteria ketuntasan minimal (KKM). Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I yaitu dengan melakukan beberapa perbaikan tindakan. Pada siklus II pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama empat kali pertemuan, berikut jadwal pelaksanaan penelitian siklus II. Proses pembelajaran yang berlangsung pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disiapkan dengan menggunakan model pembelajaran POE. Pada pertemuan keempat, siswa diberikan tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan intrumen tes yang terdiri dari 10 soal Essay yang dikerjakan dalam waktu 50 menit. Data hasil belajar siswa dikumpulkan menggunakan lembar observasi disetiap pertemuan pembelajaran, yaitu tiga kali pertemuan dan menggunakan tes pada pertemuan keempat (akhir siklus). Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mengetahui hasil peningkatan persentase hasil belajar siswa. Adapun hasil peningkatan hasil belajar siswa disajikan pada tabel 1
Tabel 1. Peningkatan Persentase Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Variabel Tindakan Rata-rata Kriteria Persentase Hasil Belajar Ranah Kognitif
Pra siklus Siklus I Siklus II
57,85% 62,5% 82,3%
Kurang Kurang Baik
7
Peningkatan
19,8%
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan tabel 1, diketahui ratarata persentase hasil belajar matematika siswa pada pra siklus sebesar 57,85% berada pada kategori kurang. Pada siklus I rata-rata perentase hasil belajar matematika siswa sebesar 62,5% berada pada kategori kurang, dan pada siklus II meningkat menjadi 82,3% berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil tersebut, terjadi peningkatan persentase hasil belajar IPA siswa dari pra siklus hingga siklus II sebesar 19,8%
dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran POE merupakan salah satu model pembelajaran yang memacu membuat pembelajaran menjadi berpusat pada siswa, motivasi siswa dan meningkatkan daya serap siswa dengan melakukan demontrasi. Dalam pembelajaran dengan model POE, “siswa dilatih untuk dapat mempresentasikan ide atau gagasan mereka kepada temantemannya” Kurniasih & Berlin (2015:789). Pembelajaran yang berpusat pada siswa menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran untuk memperoleh/mengkonstruksi pengetahuannya sendiri yang dilakuakan secara individu atau berkelompok melalui kegiatan demonstrasi dan diskusi. Dalam memperoleh atau mengkronstruksi pengetahuannya sendiri, guru juga memberikan bimbingan sehingga tidak terjadi miskonsepsi. Ketiga, dalam proses pembelajaran guru juga menggunakan media pembelajaran untuk menarik minat/perhatian siswa untuk belajar dan sebagai alat bantu mengajar agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran agar penggunaan media pembelajaran efektif dan bisa menjadi pemusat perhatian siswa. Media pembelajaran yang digunakan berupa media konkret. Media konkret merupakan “benda-benda asli atau tiruan dalam bentuk nyata (berwujud, dapat dilihat, dan dapat diraba) yang digunakan sebagai sumber belajar untuk menyampaikan informasi melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya” (Restuti, 2016). Keempat, guru bersama siswa pada saat kegiatan inti dan setelah kegiatan inti melaksanakan evaluasi, agar siswa mengetahui kemampuan yang mereka miliki sesuai dengan tujuan pembelajaran secara berkelompok ataupun individu. Dengan kegiatan evaluasi, siswa mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa, dengan mengetahui hal tersebut dapat mendorong siswa belajar lebih baik lagi. “Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan
PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD N 7 Banyuning. Setelah menganailisis data hasil belajar IPA siswa, diketahui hasil yang diperoleh siswa mengalami peningkatan dari observasi awal ke siklus I, siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA siswa dari refleksi awal ke siklus I meningkat sebesar 4,35% dari rata-rata 57,85 % menjadi rata-rata 62,5 % dan dari siklus I ke siklus II rata-rata hasil belajar IPA sebesar 19,8% yakni dari rata-rata 62,5% pada siklus I meningkat menjadi 82,3 % pada siklus II. Keberhasilan penerapan model pembelajaran POE untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD N 7 Banyuning pada mata pelajaran IPA dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, pada awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kepada siswa pentingnya materi yang mereka pelajari. Siswa akan terdorong untuk belajar karena materi yang diajarkan ada relevasinya dengan kehidupan mereka dan memiliki tujuan yang jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sopah (dalam Rahman dan Sofan Amri, 2014:15) yang menyatakan bahwa, “sesuatu yang memiliki arah tujuan, sasaran yang jelas, manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut”. Kedua, pembelajaran yang 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi” Rahman dan Sofan Amri (2014:19). Kelima, selama proses pembelajaran berlangsung dari awal sampai akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan/rasa bangga kepada siswa secara berkelompok maupun individu berupa kata-kata pujian, tepuk tangan, senyuman dan acungan jempol atas keberhasilan yang mereka capai. Penguatan/rasa bangga diberikan kepada siswa agar lebih termotivasi untuk terus berprestasi dan berhasil. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman dan Sofan Amri (2014:19) “keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya”. Terjadinnya peningkatan disebabkan oleh diterapkannya model pembelajaran Predict- Observe- Explain (POE). Menurut Liew (2004), berdasarkan penemuan dari penelitian yang telah dilakukan memiliki implikasi untuk pengembangan kurikulum, strategi belajar, pengembangan guru dan penelitian pemahaman siswa serta tingkat prestasii belajar siswa. Belajar dengan model pembelajaran Predict- Observe- Explain (POE) mampu mengekplorasi pengetahuan siswa sendiri dan berperan aktif dalam proses pembelajaran yang ada menciptakan ide-ide baru untuk menciptakan konsep ilmu pengetahuan melalui metode eksperimen. Interaksi antar siswa dalam kelompok yang heterogen memungkinkan dalam diri siswa tumbuh rasa tanggung jawab dan saling membantu satu sama lainnya. Keberhasilan penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian mengenai model pembelajaran POE juga dilakukan oleh G.A Dewi Wismayani dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Predict-ObserveExplain (POE) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X semenster Genap SMA Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2011/2012”. Menyatakan bahwa pembelajaran POE berpengaruh terhadap hasil belajar fisika, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan sehingga pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari mudah
diingat dan bertahan lama. Penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika yang pada Siklus I didapat persentase 65,21% pada Siklus II didapat persentase 86,71%. Dari persentase nilai tersebut diketahui ada peningkatan sebesar 21,5%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran PredictObserveExplain (POE) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 7 Banyuning, kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil tindakan dari siklus I dan II terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar Dari 14,6 % yaitu dari 62,5 % pada siklus I yang masih berada pada kualifikasi kurang baik menjadi 82,3 pada siklus II yang berada pada kualifikasi baik. Selain itu, tingkat ketuntasan hasil belajar IPA secara klasikal terjadi peningkatan 25% yaitu dari 65 % pada siklus I menjadi 90 % pada siklus II. Hal ini berarti dengan modal pembelajaran Predict- Observe- Explain (POE) dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dijadikan saran guna peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yakni 1. Disarankan bagi siswa, melalui penelitian ini siswa dapat lebih mengembangkan aspek kognitif, disamping aspek afekif, dan psikomotor siswa dalam pembelajaran IPA. 2) disarankan bagi guru guru dapat menerapkan model pembelajaran Predict- Observe- Explain (POE) dalam pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa (student centered) sebagai salah satu alternative dalam memilih model pembelajaran inovativ yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep, aktivitas belajar, hasil belajar siswa dan mengurangi dominasi 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Technique in Diagnosing Student’s Understanding of Science and Identitying Their Level of Achievement. Tersedia pada http://espace.library.curtin.edu.au/R ?func=search-simplego&ADJACENT= adtWCU20050228.145638. (Diakses pada tanggal 20 Desember 2015) Mardana I Gede. 2011. Penelitian Model Pembelajaran Bermasalah Berbantuan media Lingkungan di SMA. Laporan Hasil penelitian. Singaraja: Undiksha Rahman, Muhammat & Sofan Amri. 2014. Model Pembelajaran ARIAS Assurance, Relevance, Interst, Assessment, Statisfaction Terintegratif Dalam Teori dan Praktik Untuk Penunjang Penerapan Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya Restuti. 2016. “Penggunaan Media Benda Konkret Dalam Peningkatan Pembelajaran Sifat-Sifat Cahaya di Sekolah Dasar”. Jurnal Kalam Cendekia PGSD Kebumen. Vol. 4, No. 4 (hlm. 3). Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Warsono dan Hariyanto. 2014. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Wismayani. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Predict- ObserveExplain (POE) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X semenster Genap SMA Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNDIKSHA.
guru dalam pembelajaran. Melalui model pembelajaran Predict- Observe- Explain (POE), siswa dalam kelompoknya akan berusaha menggali informasi sendiri mengenai materi yang dibahas dari membuat prediksi terhadap jawaban sementara, membuktikan hipotesis mereka serta menjelaskan kembali terkait dugaan dengan hasil observasi. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam memberikan fasilitas seperti LKS dan mediator, serta sebagai salah satu sumber pembelajaran di kelas. Disamping itu, tanpa disadari siswa dapat meningkatkan aktivitas siswa meningkat melalui model pembelajaran yang dapat memfasilitasi berkembangnya aspek afektif dan psikomotor siswa. Oleh karenanya, guru disarankan untuk menggunakan model pebelajaaran Predict- Observe- Explain (POE) dalam pembelajaran IPA. 3) disarankan bagi sekolah, Sekolah diharapkan agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan dalam pengembangan dan model pembelajaran pada pembelajaran IPA, serta diharapkan juga dapat dikembangkan dalam pembelajaran bidang studi lainnya ataupun pada kelas yang berbeda. 4) disarankan bagi peneliti lain, agar melaksanakan penelitian sejenis dengan pemilihan pokok bahasan, mata pelajaran, kelas, dan tempat penelitian yang berbeda untuk mendapatkan gambaran yang lebih meyakinkan mengenai penerapan model pembelajaran Predict- Observe- Explain (POE) untuk meningkatkan hasil belajar IPA. DAFTAR PUSTAKA Agung Gede A. A. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja Arsyad Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hamalik Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran: Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena. Liew Chong-Wah. 2004. The Effectiveness Predict-Observe-Explain (POE) 10