1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU
Lucki Winandasari Pebriana,Drs. Asim, M.Pd, Drs. Bambang Tahan S., M.Pd Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang
[email protected] ABSTRAK Pembelajaran fisika di kelas X-2 MAN 2 Malang Kota selama ini cenderung menggunakan metode ceramah dan diskusi kelas, metode praktikum dan diskusi dengan teman sebaya serta kegiatan pendahuluan di awal pembelajaran untuk memotivasi siswa belum diterapkan, sehingga kemampuan aspek psikomotorik belum pernah diamati, dan motivasi belajar fisika siswa rendah. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi belajar fisika siswa adalah pembelajaran LC 7E. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu melalui penerapan pembelajaran LC 7E. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan yang diberikan adalah penerapan pembelajaran LC 7E. Penelitian dilakukan di kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, rubrik penilaian afektif, rubrik penilaian psikomorik, dan angket motivasi belajar siswa. Motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika tiap aspek telah mencapai 70% dari skor maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran LC 7E dapat meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu. Motivasi belajar siswa yag diukur berdasarkan angket dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,39%, hasil belajar siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II sebesar 8,90 %. Kata kunci: pembelajaran LC 7E, motivasi belajar, hasil belajar. PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu diperoleh informasi bahwa: (1) siswa memiliki motivasi yang masih rendah, hal ini terbukti pada saat guru menerangkan hampir 60% masih belum siap dengan pembelajaran, pada saat guru memberikan pertanyaan kurang dari 15% yang mengacungkan tangan, siswa tidak perhatian terhadap tugas yang diberikan oleh guru, tugas yang dikumpulkan juga tidak tepat waktu, suasana kelas yang tidak kondusif dan ramai saat pembelajaran, siswa juga kurang percaya diri dalam mengungkapkan ide dalam kegiatan diskusi kelas, (2) guru menggunakan power point dalam mengajar tetapi kurang menghubungkan pelajaran fisika dengan fenomena kehidupan sehari-hari, (3) kegiatan praktikum belum pernah dilakukan.
2
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran dengan rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru (Lie, 2002: 30). Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran LC 7E. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah penerapan pembelajaran LC 7E dalam rangka meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu?, (2) Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar fisika siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu dalam penerapan pembelajaran LC 7E?, (3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu dalam penerapan pembelajaran LC 7E?.
KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran LC 7E Learning cycle (LC) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. LC pada mulanya terdiri dari fase-fase exploration, pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988). LC 3 fase saat ini telah dikembangkan menjadi 5 fase dan 7 fase. Pada LC 7 fase (LC 7E) ini terdiri dari 7 tahap yaitu : elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand. (Johnston dalam Iskandar, 2005). Cohen dan Clough (dalam Soebagio, 2000) menyatakan bahwa LC 7E merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut. 1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. 2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar. 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut. Fase Elicit Fase ini guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal siswa. Pada fase ini guru mengetahui sampai dinama pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaanpertanyaan yang merangsang mengetahuan awal siswa. Fase Engagement Fase ini guru berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan, guru mengembangkan minat dan motivasi siswa dengan menunjukkan demontrasi atau permasalahan sehari-hari.
3
Fase Exploration Siswa mengeksplorasi materi dan gagasan baru dalam situasi baru dengan bimbingan minimal. Situasi baru akan memberikan pengalaman baru yang memunculkan pertanyaan dan masalah baru. Hal itu akan mendorong munculnya gagasan-gagasan siswa yang menimbulkan perdebatan dan analisis dari alasan munculnya gagasan itu. Pengumpulan data dan analisis akan mengarahkan siswa pada penerimaan maupun penolakan gagasan itu (Yuliati, 2008:49). Fase Explanation Fase explanation, guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, memberikan fakta dan klarifikasi terhadap penjelasannya, dan mendengarkan penjelasan siswa secara kritis. Fase Elaboration Fase ini adalah fase dimana siswa menerapkan konsep atau keterampilannya pada situasi baru dan memberikan kesemapatan kepada siswa untuk menyelidiki konsep-konsep tersebut lebih lanjut. Penerapan konsep tersebut diarahkan pada kehidupan sehari-hari (Yuliati, 2008:50). Fase Evaluation Fase ini diisi dengan mengevaluasi seluruh pengalaman belajar siswa. Aspek yang dievaluasi pada fase ini adalah pengetahuan atau keterampilan, aplikasi konsep, dan perubahan proses berfikir siswa. Evaluasi dapat dilakukan secara tertulis pada akhir pembelajaran maupun lisan dalam bentuk pertanyaan selama belajar (Yuliati, 2008:50). Fase Extand Fase ini bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan dan menjelaskan contih penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran LC 7E di atas, maka dapat diuraikan bahwa penerapan pembelajaran LC 7E adalah suatu penerapan model pembelajaran LC 7E. Dimana penerapan pembelajaran LC 7E ini merupakan suatu rangkaian proses pembelajaran yang memiliki 7 fase yaitu: elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand. Motivasi Belajar Fisika Menurut Djamarah (2002:62) motivasi merupakan faktor yang menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan pebelajar. Dari pernyataan tersebut motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya dalam belajar. Sebaliknya mereka yang motivasinya rendah akan terlihat tampak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran. Sehingga berakibat banyak mengalami kesulitan dalam belajar. Akhirnya motivasi mempunyai arti yang sangat penting dalam belajar, fungsi motivasi yang terpenting adalah sebagai pendorong timbulnya aktivitas, sebagai pengarah, dan sebagai penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
4
mengadakan perubahan tingkah laku. Dalam penelitian ini variabel-variabel motivasi yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Aspek Motivasi dan Indikatornya No 1
2
Variabel Attention (perhatian terhadap pelajaran) Relevance (keterkaitan)
3 Confidence (percaya diri) 4 Satisfication (kepuasan)
a. b. c. d. a. b. a. b. c. d. a. b. c. d.
Indikator rasa senang terhadap pelajaran perhatian terhadap tugas ketepatan waktu menyelesaikan tugas ketenangan di dalam kelas kegunaan materi yang dipelajari dalam kehidupan seharihari keterkaitan materi dengan disiplin ilmu lainnya keyakinan akan keberhasilan memahami pelajaran keyakinan terhadap kebenaran materi pelajaran keyakinan dapat memahami pelajaran percaya diri mengemukakan pendapat dalam diskusi kepuasan terhadap hasil belajar kesediaan membantu teman yang belum bisa kesenagan dalam belajar kepuasan setiap mengikuti pelajaran
(Sumber: Dasianto,2009)
Hasil Belajar Siswa Hasil dari aktivitas belajar ditandai dangan adanya proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu (Winkel, 2009). Hasil belajar berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami bahan kajian yang diajarkan. Hasil belajar dapat diukur dari indikator: (1) daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi yang tinggi, baik individu maupun kelompok, (2) perilaku yang digunakan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai siswa, baik individu maupun kelompok. Dimyati dan Mudjiono (2006: 20) menjelaskan hasil belajar mencakup tiga hal, yaitu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar, kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dan perubahan tingkah laku di ranah kognitif dan afektif. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Tindakan ditekankan pada penerapan model pembelajaran LC 7E untuk meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu dengan materi pembelajaran adalah Listrik Dinamis. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu yang berjumlah 34 siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Kehadiran peneliti pada tindakan pembelajaran ini sebagai pengajar atau guru dibantu dengan dua orang observer. Tahapan penelitian dilakukan dengan menggunakan siklus yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan
5
observasi kelas dan wawancara dengan guru kelas. Dengan berpatokan pada hasil studi pendahuluan ini, perencanaan penelitian tindakan kelas dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, format catatan lapangan, RPP, LKS, rubrik kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik siswa, dan angket motivasi belajar fisika siswa. Analisis data pada penelitian ini sebagaimana dalam Moleong (2005:248), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan yang ditulis dalam rekaman data yang dipersiapkan. Data yang diperoleh disederhanakan melalui seleksi pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Data yang sudah diklasifikasikan dan disederhanakan, dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang bermakna. Data yang telah diorganisir ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan mengandung pengertian luas. Data penelitian ini dikumpulkan dengan tiga cara yakni lembar observasi (untuk keterlaksanaan pembelajaran), rubrik (untuk penilaian afektif dan psikomotorik), dan angket (untuk motivasi belajar). Keterlaksanaan model pembelajaran bersifat kualitatif (berbentuk kalimat yang menjelaskan aktivitas siswa dan guru). Sedangkan motivasi belajar dan hasil belajar kuantitatif (berupa angka). PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN Paparan Data Setelah semua proses pengumpulan dan analisis data, maka diperoleh hasil penelitian. Pada penelitian kali ini, hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk kolom ringkas yang berisi tentang semua informasi dari hasil observasi. Kolom ringkas laporan berikut ini merupakan jawaban dari masalah yang sudah dirumuskan pada bab sebelumnya. Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan Pembelajaran LC 7E Siklus I dan Siklus II TTahap pembelajaran E Elicit Engagement Eksploration Eksplanation Elaboration Evaluation Extand Rata-rata
Siklus I (%) 56,25 54,68 64,58 62,50 62,50 52,50 62,50 59,36
Siklus II (%) 84,37 75,78 81,25 90,62 75,00 78,75 81,25 81,00
Kenaiakan (%) 28,12 21,10 16,67 28,12 12,50 26,25 18,75 21,64
6
Tabel 4.2 Data Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Aspek Motivasi Attention Relevance Convidence Satisfaction Rata-rata
Siklus I (%) 70,00 64,30 67,00 63,50 66,20
Siklus II (%) 80,15 81,30 80,70 80,20 80,59
Kenaikan (%) 10,15 17,00 13,70 16,70 14,39
Tabel 4.3 Presentase Hasil Belajar Kelas X-2 Siklus I dan Siklus II Hasil Belajar
Rata- Rata Nilai Siswa Siklus I
Kognitif Afektif
Psikomotorik
Siklus II
Peningkatan
Tes kemampuan kognitif
76.50
78,47
1,97
Nilai tugas Keaktifan merespon dalam presentasi dan diskusi Kekompakan kelompok dalam presentasi dan diskusi Keseriusan dalam mengikuti pelajaran Kerjasama kelompok Cara merangkai/ menggunakan alat Ketelitian/ kecermatan pengamatan Kebersihan dan kerapian
75,25 2,09
78,26 3,03
3,01 1,30
1.85
3,15
1,00
2,47
3,47
1,47
1,85 1,76
3,32 3,29
1,53
1,91
2,94
1,03
2,26
3,29
1,03
Pembahasan Keterlaksanaan Pembelajaran LC 7E Keterlaksanaan pembelajaran LC 7E meliputi tahap elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand. Secara umum, model pembelajaran LC 7E pada siklus I terlaksana dengan persentase sebesar 59,36% dengan kriteria cukup, sedangkan pada siklus II sudah terlaksana dengan persentase 81,00% dengan kriteria baik. Peningkatan disebabkan karena guru telah melaksanakan pembelajaran tanpa ragu-ragu dan lebih percaya diri, guru telah mampu memotivasi siswa dalam belajar dan memberikan bimbingan yang menyeluruh pada semua kelompok. Pembelajaran konstektual yang diterapkan guru dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk menemukan sesuatu yang diinginkannya melalui pengamatan secara langsung. Disamping itu siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah secara mandiri dengan berkelompok melalui kegiatan pengamatan objek secara langsung. Cohen dan Cloug (dalam Fajaroh dan Dasna, 2003) menyatakan bahwa siklus belajar merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah, karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa
7
menurut Fajaroh dan Dasna (2003), penerapan siklus belajar memberi keuntungan sebagai berikut. 1. Siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa. 2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu. 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. Motivasi Belajar Fisika Siswa Sesuai dengan hasil analisis secara deskriptif untuk kriteria tingkat motivasi siswa terhadap penerapan pembelajaran LC 7E terjadi peningkatan pada siklus I ke siklus II yaitu sebesar 14,39%. Berdasarkan hasil persentase tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran semakin meningkat, artinya siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran LC 7E. Dengan demikian ada kemauan dan semangat untuk mengikuti pelajaran yang nantinya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Winkel (1997) yang menyatakan dua hal yaitu jika peserta didik merasa senang akan bergairah dan bersemangat, sebaliknya peserta didik yang merasa tidak senang tidak akan bergairah dalam belajar dan akan mengalami kesulitan. Jika suatu objek dihayati sebagai suatu yang berharga, maka timbullah perasan senang (positif) dan sebaliknya jika suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang tidak berharga atau tidak bermanfaat, akan timbul perasaan tidak senang (negatif). Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu, jadi rasa ingin tahu perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama berlangsungnya pembelajaran, bahkan lebih lama lagi (Suciati,2001). Indikator perhatian dengan kriteria baik menunjukkan bahwa siswa mempunyai rasa senang terhadap pelajaran, rasa ingin tahu, perhatian terhadap tugas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas dan menciptakan ketenangan di kelas. Keterkaitan menunjukkan adanya hubungan meteri pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Indikator keterkaitan, dengan kriteria baik siswa bisa memahami apa yang dipelajari dalam pembelajaran dengan baik, memahami keterkaitan materi yang disampaikan dengan apa yang telah dipelajari, mamahami materi pelajaran sesuai dengan keinginan, mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, kesesuaian metode belajar, perasaan terdorong dalam belajar, dan kegunaan materi ajar. Kepercayaan diri merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan, konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Indikator keyakinan, dengan kriteria baik siswa merasa yakin akan keberhasilan setelah mengikuti pembelajaran, merasa yakin terhadap materi yang dipelajari,
8
yakin dapat memahami pelajaran dengan baik dan percaya diri yang kuat (Suciati, 2001: 134). Kepuasan merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat menggunakan pemberian penguatan (rainforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dan sebagainya. Indikator kepuasan menunjukan terjadi peningkatan, dimana di akhir pembelajaran siswa merasa sangat puas terhadap hasil belajar, senang atas rainforcement, bersedia untuk membantu teman yang belum berhasil, keinginan untuk berprestasi, mempunyai kesenangan dalam belajar, kepuasan dalam setiap mengikuti pelajaran (Suciati, 2001: 34). Hasil Belajar Fisika Siswa Pada siklus I hasil belajar siswa masih rendah. Pada aspek kognitif siswa rata-rata siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya sekitar 67,60% (data diperiksa pada lampiran 20). Hal ini masih dibawah standar dari sekolah yaitu minimal 70% rata- rata siswa yang tuntas. Aspek afektif dan psikomotor juga rendah. Solusi pada siklus II pada aspek afektif yaitu guru menunjuk siswa secara acak dan bergantian untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan. Pada siklus I hasil belajar siswa rendah sehinggga perlu dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II hasil belajar siswa yang berupa aspek kognitif sudah mengalami peningkatan yang signifikan dan rata-rata ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 76,50%. Sedangkan aspek afektif juga mengalami peningkatan yang besar karena selama proses pembelajaran, siswa menunjukkan keaktifan dalam setiap tahap di dalam penerapan pembelajaran siklus belajar. Pada aspek psikomotorik juga mengalami peningkatan besar karena siswa sudah terampil menggunakan alat. Pada siklus I siswa telah dilatih untuk menggunakan alat dengan benar. KESIMPULAN Penerapan pembelajaran pembelajaran LC 7E melalui tujuh tahapan elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand pada siklus I belum terlaksana secara maksimal, yaitu dengan persentase sebesar 59,36%, pada siklus II penerapan pembelajaran tersebut telah terlaksana dengan persentase sebesar 81,00%. Penerapan pembelajaran LC 7E dapat meningkatkan. Penerapan pembelajaran LC 7E dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan persentase sebesar 14,39%. Penerapan pembelajaran LC 7E yang dilakukan pada siklus I dan siklus II terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan hasil belajar kognitif sebesar 1,97%, peningkatan hasil belajar afektif sebesar 3,24%, hasil belajar psikomotorik dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 3,17%. DAFTAR PUSTAKA Asy’ary, Muslichhach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-TeknologiMasyarakat Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Jakarta:
9
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorak Ketenagaan. Dasna I, Wayan & Fajaroh, Fauziatul. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle), (Online), http://www.dikmenum.go.id/e-learning, diakses 18 Agustus 2011. Iskandar, S. M. 2005. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Kimia. Malang: Penerbit UM. Khairil, 2009. Potensi model perkuliahan genetika di jurusan Biologi FMIPA UM dalam memberdayakan kemampuan metakognisi, kerja ilmiah dan hasil belajar kognitif mahasiswa. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia. Moleong, L. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suciati. 2001. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Proyek Pengembangan Univesitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Wartono. 2007.Kemampuan/Ketrampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Negeri Malang. Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajarn Fisika Teori dan Praktek. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang.