perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CLASS-WIDE PEER TUTORING (CWPT) DISERTAI MEDIA CERGAM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: EVI NOOR HIDAYAH K4308033
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Evi Noor Hidayah
NIM
: K4308033
Jurusan/Program Studi
: P.MIPA/Pendidikan Biologi
Menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul,
”PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN CLASS-WIDE PEER TUTORING (CWPT) DISERTAI MEDIA
CERGAM
UNTUK
MENINGKATKAN
KUALITAS
PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber kajian pustaka yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, April 2012 Yang membuat pernyataan
Evi Noor Hidayah
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CLASS-WIDE PEER TUTORING (CWPT) DISERTAI MEDIA CERGAM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: EVI NOOR HIDAYAH K4308033
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd
NIP. 19660415 199103 1 002
NIP. 19760125 200501 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D
Sekretaris
: Dr. Baskoro Adi Prayitno, S.Pd, M.Pd
Anggota I
: Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
Anggota II
: Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n Dekan, Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user v
...................... ...................... ...................... ......................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Evi Noor Hidayah. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CLASS-WIDE PEER TUTORING DISERTAI MEDIA CERGAM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi ditinjau dari aspek performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi pada siswa kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan langkahlangkah penelitian terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data penelitian menggunakan angket, observasi, dan wawancara. Teknik validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan triangulasi observer. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Tindakan penelitian dilakukan sebanyak tiga siklus. Hasil siklus I menjelaskan bahwa secara umum target penelitian belum tercapai dengan ditunjukkan rata-rata indikator performance guru sebesar 86,46%, iklim kelas sebesar 62,14%, sikap ilmiah siswa 62,86%, dan motivasi berprestasi siswa 53,33%. Hasil siklus II menjelaskan bahwa target penelitian belum tercapai secara optimal yang ditunjukkan dengan rata-rata indikator performance guru sebesar 100%, iklim kelas sebesar 67,86%, sikap ilmiah siswa 63,81%, dan motivasi berprestasi siswa 65,40%. Hasil siklus III menjelaskan bahwa secara umum target penelitian telah tercapai yang ditunjukkan dengan rata-rata indikator performance guru sebesar 100%, iklim kelas sebesar 75,71%, sikap ilmiah siswa 75,72%, dan motivasi berprestasi siswa 79,05%. Siklus dihentikan dalam siklus III karena target penelitian telah tercapai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring disertai media cergam dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi ditinjau dari aspek performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi pada siswa kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 Kata kunci: Class-Wide Peer Tutoring, media cergam, kualitas pembelajaran biologi.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Evi Noor Hidayah. IMPLEMENTATION OF CLASS-WIDE PEER TUTORING LEARNING MODEL WITH DREW STORY MEDIUM TO IMPROVE QUALITY OF BIOLOGY LEARNING IN CLASS X 7 OF 2nd SENIOR HIGH SCHOOL OF SUKOHARJO SCHOOL YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, 2012. The aim of this research is improve quality of biology learning for teacher’s performance, conditioning class, student science attitude in class, and student motivation of achievement in student class X 7 in 2nd senior high school of Sukoharjo. The research is classroom action research. The steps of research include planning, acting, observing, and reflecting. The collecting data of research uses questionnaire, observation, and interview. Validation data uses triangulation of methods and triangulation of observers. The research uses descriptive as analytic data. The acts of research are consists of three cycles. The result in cycles I describes that generally the research target is not achieve yet that showed teacher’s performance indicators are 86,46%, conditioning class indicators are 62,14%, science attitude of students in class are 62,86%, and motivation of achievement in students are 53,33%. The result in cycles II describes that the research target is not achieve yet optimally that showed teacher’s performance indicators are 100%, conditioning class indicators are 67,86%, science attitude of students in class are 63,81%, and motivation of achievement in students are 65,40%. The result in cycles III describes that the research target is completely achieve and showed that teacher’s performance indicators are 100%, conditioning class indicators are 75,71%, science attitude of students in class are 75,72%, and motivation of achievement in students are 79,05%. Cycles stopped in cycles III because the research target is achieve. The conclusion of this research describes that the implementation of Class-Wide Peer Tutoring learning model with drew story medium can improve quality of biology learning for teacher’s performance, conditioning class, science attitude of student, and motivation of achievement in student of class X 7 in 2nd senior high school of Sukoharjo. Keyword: Class-Wide Peer Tutoring, drew story medium, quality of biology learning.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya dalam setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai satu urusan, bersegeralah menyelesaikan urusan yang lain. (Al-Insyirah: 6-7) Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Q.S. Al Baqarah: 286) Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu: cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk/bimbingan guru, dan waktu yang lama. (Ali bin Abi Thalib) Kemuliaan itu datang bukan dari usaha, tetapi karena karunia dari Allah. (Kitab Ta’lim Muta’alim) Hidup untuk belajar, belajar apapun, dari manapun, dan dari siapapun. Never ending learning for the best future... (Penulis)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, dan teriring sholawat atas RosulNya, saya mempersembahkan karya sederhana ini kepada: Ibu dan Bapak. Terimakasih atas kesabaran yang tiada batas, cinta yang tulus suci, lantunan do’a yang tiada pernah putus, perjuangan yang tiada pernah mampu terbalas, semangat dan dukungan yang tak pernah lelah diberikan, kerja keras dan usaha memberikan yang terbaik untuk ananda. Adik-adikku tersayang (Yusron, Abdul, Ainul, Laily, dan Hanif), kalian adalah pelangi yang selalu memberi warna dalam hidupku. Kedua bibi, terima kasih atas fasilitas, dan bantuan yang telah banyak diberikan dalam menempuh pendidikan serta kehidupan sehari-hari. Bapak Prof. Dr. rer.nat Sajidan, M.Si dan Bapak Bowo Sugiharto, M.Pd, terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya. Bapak Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D, terima kasih telah memberikan banyak kebijakan, saran, masukan, dan nasehat-nasehatnya. Bapak dan Ibu dosen pendidikan biologi, terima kasih atas bimbingan, ilmu, dan nasehat yang diberikan. Fety, Resty, Rahma, April, Isna, Fatim, Novita, Shelli, Devi, Vera, Mia terimakasih atas kebersamaan dan ukhuwah yang indah, semoga ukhuwah kita terjaga selamanya. Kakak-kakak, teman-teman dan adik-adik LSP FKIP UNS 2010 dan 2011 terima kasih atas ilmu, perjuangan, dan kebersamaan suka duka dalam mengemban amanah di LSP Teman-teman sebimbingan skripsi, terima kasih atas kerjasamanya. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2008, terima kasih atas kebersamaan, semangat, dan perjuangan yang indah. Almamater commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) Disertai Media Cergam untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”
dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan, tetapi berkat bantuan, dorongan, dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 5. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Dra. Sri Widoretno, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Drs. Bambang Suryono, Dipl. Ed, selaku kepala SMA Negeri 2 Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 8. Dra. Hj. Sri Sulastri selaku guru mata pelajaran Biologi yang senantiasa membantu kelancaran penelitian. 9. Siswa-siswi kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. 10. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan dukungan. 11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, April 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
I
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
Ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................
Vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
Ix
KATA PENGANTAR ................................................................................
x
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B.
Perumusan Masalah ...........................................................................
5
C.
Tujuan Penelitian ...............................................................................
5
D.
Manfaat Penelitian .............................................................................
5
BAB II. LANDASAN TEORI A.
Tinjauan Pustaka 1. Kualitas Pembelajaran Biologi ……………………………..
7
a. Performance Guru dalam Kelas ………………………..
8
b. Fasilitas Pembelajaran …………………………….........
11
c. Iklim Kelas ……………………………………………..
11
d. Sikap Imiah Siswa ……………………………………...
12
e. Motivasi Berprestasi ……………………………………
13
2. Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring commit to user a. Model Pembelajaran CWPT ……………………………
16
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Model Pembelajaran CWPT ………………
18
c. Penilaian Model Pembelajaran CWPT ………………….
20
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CWPT
20
3. Media Cergam ……………………………………………..
22
B.
Kerangka Berpikir .............................................................................
25
C.
Hipotesis Tindakan ............................................................................
27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian ...................................................................
29
b. Waktu Penelitian ....................................................................
29
2. Subyek Penelitian .........................................................................
30
3. Data dan Sumber Data a. Data Penelitian ........................................................................
30
b. Sumber Data ...........................................................................
30
4. Pengumpulan Data a. Wawancara .............................................................................
31
b. Observasi ................................................................................
31
c. Angket ....................................................................................
32
d. Kajian Dokumentasi ...............................................................
32
e. Tes ..........................................................................................
33
5. Uji Validitas Data .........................................................................
33
6. Analisis Data ................................................................................
34
7. Indikator Kinerja Penelitian .........................................................
35
8. Prosedur Penelitian .......................................................................
35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Pratindakan ………………………………………………
B.
Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
C.
41
a. Siklus I ……………………………………………………...
56
b. Siklus II ……………………………………………………..
70
c. Siklus III ………………………………………………........ commit to user ……………………........ Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
83
xiii
94
perpustakaan.uns.ac.id
D.
digilib.uns.ac.id
Pembahasan ………………………………………………………...
104
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Simpulan ............................................................................................
110
B.
Implikasi ............................................................................................
110
C.
Saran ..................................................................................................
111
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
112
LAMPIRAN ................................................................................................
118
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ....
29
Tabel 3.2. Teknik Penilaian Angket Skala Likert …………………..........
32
Tabel 4.1. Lembar Observasi Fasilitas Pembelajaran Prasiklus …………
41
Tabel 4.2. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Prasiklus
45
Tabel 4.3. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Prasiklus …………
49
Tabel 4.4. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Prasiklus ……………
49
Tabel 4.5. Prosentase Capaian Indikator Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus ……………………………………..
51
Tabel 4.6. Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus ……………………………………..
51
Tabel 4.7. Prosentase Capaian Indikator Motivasi Berprestasi Prasiklus ..
53
Tabel 4.8. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Berprestasi Prasiklus …..
54
Tabel 4.9. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Siklus I ....
59
Tabel 4.10. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Siklus I …………
61
Tabel 4.11. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Siklus I …………….
61
Tabel 4.12. Prosentase Capaian Indikator Sikap Ilmiah Siswa Siklus I …
64
Tabel 4.13. Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Siswa Siklus I ……
64
Tabel 4.14. Prosentase Capaian Indikator Motivasi berprestasi Siklus I ...
66
Tabel 4.15. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Berprestasi Siklus I …..
66
Tabel 4.16. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus I ………………………………………………….......
68
Tabel 4.17. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Siklus II
73
Tabel 4.18. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Siklus II ………... Tabel 4.19. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Siklus II …………...
75 75
Tabel 4.20. Prosentase Capaian Indikator Sikap Ilmiah Siswa Siklus II ...
77
Tabel 4.21. Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Siswa Siklus II .......
77
Tabel 4.22. Prosentase Capaian Indikator Motivasi Berprestasi Siklus II..
79
Tabel 4.23. Prosentase Capaian Aspek commitMotivasi to user Siklus II …………........
80
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.24. Perolehan Poin Kelompok untuk Evaluasi Siklus II ………...
81
Tabel 4.25. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus II ……………………………………………………..
82
Tabel 4.26. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Siklus III
89
Tabel 4.27. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Siklus III ………..
90
Tabel 4.28. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Siklus III …………..
90
Tabel 4.29. Prosentase Capaian Indikator Sikap Siswa Siklus III ……….
91
Tabel 4.30. Prosentase Capaian Aspek Sikap Siswa Siklus III ………….
91
Tabel 4.31. Prosentase Capaian Indikator Motivasi berprestasi Siklus III
92
Tabel 4.32. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Siklus III ……………...
93
Tabel 4.33. Perolehan Poin Kelompok untuk Evaluasi Siklus III ……….
93
Tabel 4.34. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus III …………………………………………………….
94
Tabel 4.35. Prosentase Capaian Indikator Performance Guru Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ……………………………
95
Tabel 4.36. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ……………………………………..
97
Tabel 4.37. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ……………………………………..
97
Tabel 4.38. Prosentase Capaian Indikator Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ….
98
Tabel 4.39. Prosentase Capaian Aspek Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ….
99
Tabel 4.40. Prosentase Capaian Indikator Motivasi Berprestasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ……………........................
100
Tabel 4.41. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Berprestasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ……………........................
101
Tabel 4.42. Perolehan Poin Sesi Tutoring Kelompok Siklus II dan Siklus III ……………………………………………………………
102
Tabel 4.43. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I, Siklus II, dan commit to user Siklus III …………………………………………………….
103
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Aspek Kualitas Pembelajaran Meliputi Performance Guru dalam Kelas, Fasilitas Pembelajaran, Iklim Kelas, Sikap Ilmiah Siswa, Motivasi Berprestasi Siswa ………………...
8
Gambar 2.2
Skema Kerangka Berpikir …………………………………
28
Gambar 3.1
Skema Triangulasi Model Sutopo …………………………
33
Gambar 3.2
Skema Triangulasi Observer ………………………………
34
Gambar 3.3
Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman …………...
34
Gambar 3.4
Ilustrasi Jalannya Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) …………………………………………..
37
Gambar 3.5
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ……………………….
40
Gambar 4.1
Grafik Perubahan Prosentase Indikator Performance Guru Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ………………..
Gambar 4.2
Grafik Perubahan Prosentase Indikator Iklim Kelas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ……………….
Gambar 4.3
95
96
Grafik Perubahan Prosentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III …………………………………………………...
Gambar 4.4
Grafik
Perubahan
Prosentase
Indikator
98
Motivasi
Berprestasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III …... 100 Gambar 4.5
Perolehan Poin Sesi Tutoring Kelompok A dan B Siklus I, Siklus III Pertemuan Pertama, dan Siklus III Pertemuan Kedua ……………………………………………………… 103
Gambar 4.6
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus
commit to user xvii
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran Silabus ………………………………………………………………….
118
RPP Siklus I …………………………………………………………..
129
RPP Siklus II …………………………………………………………..
149
RPP Siklus III …………………………………………………………..
164
Lampiran 2. Instrumen Penelitian Kisi-Kisi Lembar Observasi ...............................................................
188
Lembar Observasi ………………………………………………………
190
Kisi-Kisi Angket ………………………………………………………..
198
Angket Kualitas Pembelajaran Biologi ………………………………...
200
Kisi-Kisi Wawancara …………………………………………………..
202
Pedoman Wawancara …………………………………………………..
204
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian Data Kelompok Tutoring Siswa………………………………………
210
Evaluasi Hasil Tindakan Tiap Siklus ………………………………….
211
Analisis Hasil Observasi dan Angket ………………………………….
212
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian Dokumentasi Pratindakan …………………………………………….
244
Dokumentasi Tindakan Tiap Siklus …………………………………..
245
Lampiran 5. Perizinan
252
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah bagian integral dari pembangunan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang terjadi baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi penyempurnaan kurikulum dan sarana prasarana pembelajaran. Selain itu, perlu dilakukan pembaharuan dalam penggunaan metode pembelajaran. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Proses pembelajaran dapat terjadi baik di dalam maupun di luar kelas. Salah satu tanda seseorang belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Proses pembelajaran yang ideal tentu akan membuahkan hasil yang lebih baik dan optimal.
Dalam
hal
ini,
guru
memegang
peranan
penting
dalam
mengorganisasikan kelas sebagai bagian dari proses pembelajaran dan siswa sebagai subyek yang terlibat di dalamnya. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh beberapa aspek antara lain: kinerja guru di dalam kelas, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi belajar siswa. Guru Biologi kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo sudah memiliki kinerja yang baik. Dalam mengajar guru tersebut sudah membuat RPP dan Silabus yang sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan sekolah. Di dalam RPP sudah dituliskan metode pembelajaran yang inovatif untuk mengajar meskipun dalam pelaksanaannya belum sesuai, dalam pengamatan yang dilakukan terhadap kinerja (performance) guru, guru sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab singkat. Aspek fasilitas pembelajaran dipengaruhi oleh ukuran dan luas ruang kelas, suhu udara, pencahayaan, suara, dan media pembelajaran. Secara umum to cukup user memadai. Ukuran ruang kelas fasilitas pembelajaran di kelas Xcommit 7 sudah
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
sudah disesuaikan dengan jumlah siswa, pencahayaan dan intensitas cahaya yang masuk ke ruangan sudah cukup terang untuk proses pembelajaran, jarak pandang siswa yang duduk paling belakang dari papan tulis sejauh 6 meter tidak terlalu sulit bagi siswa untuk melihat tulisan di papan tulis. Media dan alat pembelajaran yang terdapat di dalam kelas berupa whiteboard dan board marker. Fasilitas penunjang yang digunakan guru adalah ruang multimedia dan laboratorium. Ruang multimedia dilengkapi dengan LCD dan komputer yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, sedangkan ruang laboratorium terdapat alat-alat yang digunakan untuk praktikum yang merupakan bagian dari pembelajaran Biologi. Guru tidak selalu menggunakan fasilitas penunjang tersebut karena terbatasnya jumlah fasilitas dan waktu. Aspek yang mempengaruhi iklim kelas yaitu perhatian dan minat siswa, suasana kelas untuk kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna, serta perwujudan nilai dan semangat keteladanan, prakarsa, dan kreativitas guru. Hasil observasi di kelas X 7 menunjukkan proses pembelajaran yang berlangsung saat pelaksanaaan materi biologi dan ruang lingkup Biologi serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari belum sepenuhnya melibatkan aktivitas siswa. Selama proses pembelajaran interaksi siswa dengan guru masih kurang, guru hanya memberi 4 sampai 5 kali pertanyaan pada siswa mengenai topik pembicaran. Pada saat pengamatan guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab untuk menyampaikan informasi. Guru masih mendominasi pembelajaran sehingga menyebabkan siswa menjadi bosan, mengantuk, dan banyak siswa melakukan aktivitas negatif seperti mencoret-coret buku, mengganggu teman lain, berbicara dengan teman maupun mengerjakan pekerjaan lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Akibatnya siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam pembelajaran. Minat yang rendah ditunjukkan dari 36 siswa, siswa di kelas awalnya terdapat 22 siswa (61,11%) yang memperhatikan penjelasan guru namun berkurang menjadi 8 siswa (22,22%) yang memperhatikan hingga akhir pelajaran. Selama proses pembelajaran banyak siswa yang melakukan aktivitas negatif seperti berbicara dengan teman; mengantuk, dan to user mengerjakan aktivitas lain yangcommit tidak berhubungan dengan pelajaran. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
menunjukkan iklim pembelajaran yang berlangsung kurang kondusif yang ditandai dengan kurangnya minat dan perhatian terhadap pelajaran serta suasana kelas yang tidak kondusif. Hasil wawancara antara peneliti dengan siswa menunjukkan sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran biologi, siswa sering bosan saat pembelajaran biologi berlangsung dan sering tidak memperhatikan saat guru menyampaikan pelajaran. Hal ini menunjukkan minat dan perhatian siswa kurang dalam mengikuti pelajaran biologi. Minat dan perhatian berkaitan dengan motivasi belajar. Minat merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Minat yang rendah akan menyebabkan motivasi belajar siswa rendah. Motivasi yang rendah terlihat dari kurangnya ketertarikan siswa pada pembelajaran biologi, kurangnya semangat dalam belajar yang ditandai dengan kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, serta kurangnya ketekunan dan keuletan dalam mengerjakan tugas. Pengamatan di kelas menunjukkan hanya 24 siswa (66,67%) yang mau mengerjakan LKS yang diberikan guru dengan sungguh-sungguh dan 12 siswa (33,33%) yang mau berdiskusi dengan temannya. Ketika dilakukan wawancara ternyata siswa tidak pernah ke perpustakaan untuk mendalami materi biologi, selama ini sumber belajar yang ada hanya berasal dari LKS dan buku paket dari guru. Ketika siswa diminta untuk menyelesaikan tugas atau berdiskusi tentang suatu masalah, mereka hanya mengerjakan seadanya dan lebih memilih menunggu guru membahasnya di kelas. Hal ini menunjukkan siswa kurang termotivasi untuk menyelesaikan tugas. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa kemandirian siswa dalam belajar masih rendah. Pengamatan terhadap aspek sikap siswa dalam kualitas pembelajaran ditunjukkan dengan indikator antara lain hasrat ingin tahu, respek terhadap fakta, fleksibel dalam berpikir dan bertindak, memiliki pikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan atau kehidupan. Berdasarkan pengamatan, ketika guru mengajukan pertanyaan pada siswa terlihat hanya siswa tertentu saja yang memperhatikan dan berani menjawab pertanyaan tersebut. Ketika siswa diberi kesempatan untuk to user bertanya, tidak satu pun siswa commit yang berani mengajukan pertanyaan sekalipun
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka masih belum paham. Siswa lebih memilih diam dan menunggu guru memberi penjelasan berikutnya. Dari hasil observasi ini masalah yang timbul adalah kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan iklim di kelas menjadi kurang kondusif, terlihat dari pengamatan bahwa mayoritas siswa tidak memperhatikan pelajaran dan melakukan aktivitas negatif. Sikap siswa dalam proses pembelajaran juga kurang mendukung interaksi dalam pembelajaran. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa menunjukkan rendahnya kualitas pembelajaran di kelas X 7. Alternatif penyelesaian permasalahan tersebut adalah dengan perbaikan sistem pembelajaran biologi kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo menggunakan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT). CWPT atau disebut juga pengajaran berpasangan seluruh kelas merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan dua orang siswa untuk saling menyampaikan materi. Model pembelajaran ini mengharuskan siswa berperan sebagai tutor dan tutee secara bergantian selama sesi
tutoring, sehingga tutor maupun tutee akan
menunjukkan peningkatan kemampuan penguasaan materi. Model pembelajaran CWPT juga mampu memperbaiki sikap siswa dalam proses pembelajaran karena pada sesi tutoring siswa dituntut untuk aktif baik berlaku sebagai tutor maupun tutee secara bergantian. Media cergam merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang didesain berupa modul pembelajaran. Di dalam media tersebut berupa materi pelajaran yang dibuat dalam bentuk alur cerita disertai gambargambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Media cergam yang disertakan dalam penerapan model pembelajaran CWPT diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa. Dengan meningkatnya motivasi siswa, maka kemampuan penguasaan materi dan sikap siswa akan menunjang meningkatnya interaksi dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran CWPT dapat meningkatkan kemampuan penguasaan materi dan sikap siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan commit to user penelitian tentang kualitas pembelajaran. Hasil penelitian nanti diharapkan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa khususnya siswa kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo, yang meliputi aspek performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengangkat judul penelitian: “Penerapan Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) Disertai Media Cergam untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) disertai media cergam dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi ditinjau dari aspek performance guru dalam pembelajaran, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi siswa melalui penerapan model pembelajaran CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) disertai media cergam pada kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1.
Bagi Siswa a. Meningkatkan iklim kelas menjadi lebih kondusif melalui penerapan model pembelajaran CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) disertai media cergam b. Meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi melalui penerapan model pembelajaran CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) disertai commit to user media cergam
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi melalui penerapan model pembelajaran CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) disertai media cergam 2.
Bagi Guru a. Memberikan variasi pembelajaran pada guru melalui penerapan model pembelajaran CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) disertai media cergam b. Memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di dalam kelas
3.
Bagi Sekolah a. Meningkatkan kualitas pembelajaran biologi sebagai upaya pemenuhan standar proses pada delapan Standar Nasional Pendidikan sesuai dengan PP no. 19 tahun 2005. b. Umpan balik (feed back) bagi sekolah dalam upaya pengembangan kualitas pembelajaran di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kualitas Pembelajaran Siswa Istilah kualitas merupakan sesuatu yang bersifat kualitatif. Menurut Glaser dalam Uno tahun 2007, kualitas lebih menmgarah pada sesuatu yang baik. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Sehingga kualitas pembelajaran artinya membahas tentang bagaimana agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan luaran yang baik pula (Uno, 2007: 153). Menurut Widoyoko (2008: 6), faktor kualitas pembelajaran merupakan faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan hasil pembelajaran yang pada akhirnya akan berujung pada meningkatnya kualitas pendidikan karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau setidaknya-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Selain itu, peserta didik juga menunjukkan kemauan belajar yang kuat, semangat belajar yang tinggi, serta rasa percaya diri yang besar (Mulyasa, 2008: 101). Berdasarkan uraian di atas, kualitas pembelajaran dapat diartikan sebegai suatu kondisi atau keadaan yang baik, yang mampu mendukung terjadinya interaksi dalam pembelajaran sehingga menghasilkan output yang baik. Menurut Widoyoko (2008: 12) kualitas pembelajaran meliputi aspek: kinerja guru dalam kelas, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi belajar siswa yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Performance guru dalam kelas
Fasilitas pembelajaran Kualitas pembelajaran
Iklim kelas
Sikap Ilmiah Siswa
Motivasi Berprestasi Siswa Gambar 2.1. Aspek Kualitas Pembelajaran Meliputi Performance Guru dalam Kelas, Fasilitas Pembelajaran, Iklim Kelas, Sikap Ilmiah Siswa, Motivasi Berprestasi Siswa. (Widoyoko, 2008: 12 modifikasi Suciati, 2011) a.
Performance Guru dalam Kelas Menurut Ilyas (1999) yang dikutip Indrawati (2006: 45), kinerja adalah
penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan penampilan individu dan kelompok kerja personil. Departemen Pendidikan Tinggi (Dikti), (2008: 7) menyatakan bahwa kinerja guru dapat dilihat dari cara guru membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar. Berbagai strategi dapat diterapkan untuk membentuk peserta didik yang baik antara lain: strategi pengorganisasian (organizational strategy), strategi penyampaian (delivery strategy), dan strategi pengelolaan (management strategy) (Uno, 2007: 154). Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran karena guru bertanggung jawab terhadap proses kegiatan yang berlangsung (Widoyoko, 2008: 12). Aspek performance guru berupa kemampuan guru dalam menunjukkan keterampilan atau kompetensi pada waktu mengajar di kelas. Guru merupakan salah satu aktor utama dalam pembelajaran, memiliki peran yang sangat penting menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan pendidikan itu sendiri. commit to user Menurut Supriadi (1999) dalam Widoyoko (2008) bahwa mutu pendidikan yang
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa sepertiganya ditentukan oleh guru. Pernyataan ini didukung oleh Darling et al (2000: 23), menyatakan bahwa dari hasil analisis secara kuantitatif, kualitas guru mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Nyborg, (2011: 249) menyatakan bahwa guru dapat mempengaruhi motivasi siswa dengan berbagai cara. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru dengan performance yang baik akan menumbuhkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapun dalam PP No. 19 Tahun 2005 ditegaskan bahwa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Salah satu kompetensi pedagogik adalah keterampilan dasar mengajar yang juga berkaitan dengan kompetensi profesional. Menurut Nalole (2010: 815) keterampilan dasar mengajar merupakan salah satu keterampilan yang menuntut latihan terprogram untuk dapat menguasainya. Keterampilan dasar mengajar seorang guru antara lain: 1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran; 2) keterampilan menjelaskan; 3) keterampilan bertanya; 4) keterampilan memberi penguatan 5) keterampilan memberi variasi; 6) keterampilan membimbing diskusi kelompok diskusi kecil; 7) keterampilan mengajar kelompok kecil atau perorangan 8) keterampilan mengelola kelas. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan seorang guru mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan, kinerja guru meliputi tiga hal yaitu: 1) perencanaan pembelajaran; 2) pelaksanaan pembelajaran/KBM; 3) melakukan penilaian hasil pembelajaran. Sedangkan kinerja guru dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja guru saat pelaksanaan pembelajaran atau performance guru dalam kelas. Untuk itu, dirumuskan indikator penilaian kinerja guru dalam kelas (teacher performance) yaitu sebagai berikut: 1) Kemampuan membuka pelajaran, meliputi dapat menarik perhatian siswa, to userapersepsi, menyampaikan tujuan memberikan motivasi awal, commit memberikan
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran yang akan diberikan, memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan. 2) Sikap guru dalam proses pembelajaran, meliputi kejelasan artikulasi suara, variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa, antusisme dalam penampilan, mobilitas posisi mengajar. 3) Penguasaan bahan belajar (materi pelajaran), meliputi bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP, kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi), kejelasan dalam memberikan contoh, memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar. 4) Kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran), meliputi kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan, penyajian bahan belajaran sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan, memiliki keterampilan dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa, ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan. 5) Kemampuan menggunakan media pembelajaran, meliputi memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media, ketepatan penggunaan media dengan materi yang disampaikan, memiliki keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran, membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 6) Evaluasi pembelajaran, meliputi penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian, penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP. 7) Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran, meliputi meninjau kembali materi yang telah diberikan, memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan,memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran 8) Tindak Lanjut/Follow up, meliputi memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok, menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikunya, memberikan motivasi untuk selalu terus belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
b. Fasilitas Pembelajaran Fasilitas pembelajaran dapat disebut juga dengan lingkungan fisik kelas (the physical environment). Lingkungan fisik kelas atau fasilitas pembelajaran memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap belajar siswa dan kinerja guru. Fasilitas pembelajaran yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran adalah ukuran kelas, luas ruang kelas, suhu udara, cahaya, suara, dan media pembelajaran (Widyoko, 2008: 9). Ruang kelas yang tidak nyaman, panas, dingin, dan banyak yang lalu lalang merupakan kendala untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik. Guru agar dapat mengajar dengan baik membutuhkan ketenangan, keamanan, kenyamanan, penerangan yang cukup dan bebas dari gangguan keramaian. Media pembelajaran merupakan adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta belajar (Uno, 2007: 65). Media juga merupkan unsur pendukung fasilitas pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pembelajaran akan membantu berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Penggunaannya pun disesuaikan dengan kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan lebih mudah memahami materi pelajaran apabila didukung dengan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan pokok bahasan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. c.
Iklim Kelas Iklim pembelajaran menurut Dikti (2008: 8) mencakup: 1) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik,menantang, menyenangkan, dan bermakna. 2) Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreatifitas guru. Kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitanya dengan sifatsifat murid, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat efektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya (Usman, 2005: commit to user 30).
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Menurut Freiberg dan Stein yang dikutip oleh Muijs (2008: 165) iklim kelas adalah sebuah konsep yang luas yang mencakup mood (suasana perasaan) atau atmosfer yang diciptakan oleh guru kelas melalui aturan-aturan yang ditetapkan, cara guru berinteraksi dengan murid, dan bagaimana lingkungan fisik dikelola. Berdasarkan uraian di atas, maka iklim kelas yang kondusif perlu diciptakan oleh guru maupun siswa dengan membangun suasana kelas yang menyenangkan untuk proses dan kegiatan pembelajaran, sehingga perhatian peserta didik dapat terpusat pada pelajaran. Kelas yang menyenangkan di sini dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang mampu membuat siswa merasa senang dan tidak bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian iklim di dalam kelas akan kondusif dan mendukung kegiatan pembelajaran. d. Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap adalah perilaku, gerakgerik. Sedangkan dalam Djaali (2009: 114) “sikap adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu”. Perilaku/ sikap siswa yang berkualitas dapat dilihat antara lain adanya persepsi dan sikap positif terhadap belajar, mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya, mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta memantapkan sikapnya, mau dan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna, mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap dan bekerja produktif (Dikti, 2007: 8). Menurut Widoyoko (2008: 209) pengertian sikap siswa merupakan derajat afeksi positif atau negatif siswa terhadap pembelajaran, khususnya materi yang dapat diukur melalui pengetahuan atau pemahaman, perasaan dan kecenderungan terhadap mata pelajaran, materi maupun guru yang diukur melalui skala sikap. Sedangkan yang dimaksud sikap ilmiah menurut Andari (2011:24) merupakan bentuk sikap positif yang biasa dikaitkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku yang bersifat keilmuan to user terhadap stimulus tertentu. Sikap commit ilmiah dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
dalam pembelajaran sains pada saat siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek lapangan. Sikap ilmiah diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri siswa, jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, dan toleran merupakan sikap dan nilai yang terbentuk melalui pembelajaran sains. Pelaksanaan pembelajaran sains melalui kegiatan yang menarik dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri anak sebagai bekal yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Badan Penelitian dan Pengembangan Depdikas (2003: 17), menyatakan indikator sikap ilmiah yang terintegrasi dalam pembelajaran Biologi meliputi: 1) membedakan fakta dan opini; 2) berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi; 3) rasa ingin tahu; 4) peduli terhadap lingkungan; 5) berpendapat secara ilmiah dan kritis; 6) berani mengusulkan perbaikan atas suatu kondisi dan bertanggung jawab terhadap usulannya; 7) bekerja sama; 8) jujur; 9) tekun dan tidak mudah menyerah. Pada suatu kegiatan pembelajaran tidak semua indikator tersebut harus dilakukan, guru dapat memilih sesuai dengan kebutuhan ketersediaan alat/bahan, kemampuan siswa, alokasi waktu serta kemampuan guru. e.
Motivasi Berprestasi Menurut Mc. Donald dalam Hamalik (2003: 158): Motivation is an
energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction. “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di dalam perumusan ini ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut: 1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahanperubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis manusia. 2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikiologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi menimbulkan kelakuan yang bermotif. 3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang commit to user bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon ini merupakan suatu langkah ke arah pencapaian suatu tujuan. Menurut Uno (2008: 23) menyatakan bahwa motivasi sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada dalam diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa motivasi adalah adanya perubahan energi yang terjadi dalam diri seseorang sebagai penggerak dan pengarah yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku, sehingga motivasi merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Motif keberhasilan (achievement motivation) terdiri dari tiga komponen yaitu: dorongan kognitif misalnya kebutuhan untuk mengetahui, mengerti, dan memecahkan masalah; harga diri misalnya ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status atau harga diri; kebutuhan berafiliasi misalnya ada siswa yang berusaha menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran/ penerimaan dari teman-teman atau dari orang lain (atasan) yang dapat memeberikan status kepadanya (Slameto, 2003: 26). Hamalik (2003: 162-163) mengemukakan jenis motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik yakni jenis motivasi yang timbul sebagai akibat dari dalam individu sendiri tanpa adanya paksaan atau dorongan orang lain tetapi atas kemauannya sendiri dan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, karena ada ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Garis besarnya commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
motivasi mengandung nilai-nilai yang dikemukakan oleh Hamalik (2003: 161162) sebagai berikut: 1) Motivasi menentukan tingkat keberhasilan pernuatan belajar murid. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. 2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan. 3) Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha mencari cara untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. 4) Berhasil atau gagalnya dalam memebangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas. 5) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas mengajar. Penggunaan asas motivasi adalah sangat essential dalam proses belajar mengajar. Penggunaan motivasi menjadi factor yang menentukan pengajaran efektif. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, menurut Hamalik (2003: 166- 168) cara untuk membangkitkan motivasi belajar antara lain: memberi angka, memberi pujian, memberi hadiah, kerja kelompok, persaingan, dan melalui film pendidikan. Motivasi belajar adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk belajar misalnya kebutuhan untuk mengetahui, mengerti, dan memecahkan masalah dalam belajar akan membuat seseorang mau belajar lebih giat agar ia dapat memenuhi tujuan belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
2. Model Pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT) 1) Model Pembelajaran CWPT Model pembelajaran merupakan hal penting yang harus dipahami oleh seorang guru. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009: 37), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan penggunaan kelompok kecil siswa untuk saling bekerja sama dalam belajarnya. Chang & Lederman (1994: 168) menambahkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif berdampak nyata bagi siswa, di mana siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan baik sehingga akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Peer Mediated Instructions and Intervention (PMII) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan sebagai alternatif penyelesaian permasalahan kelas yang dalam pelaksanaannya siswa bertugas untuk mengajar teman sekelasnya atau siswa lain. Salah satu dari model PMII yang sering digunakan adalah Class-Wide Peer Tutoring (CWPT). CWPT merupakan salah satu pembelajaran di mana siswa dapat saling membantu satu sama lain dengan waktu tertentu untuk belajar dan berlatih bersama (DuPaul, Ervin, & Hook, 1998: 1). Maheady & Gard (2010: 71) menyatakan bahwa CWPT merupakan suatu prosedur instruksional yang komprehensif dengan strategi pembelajaran berbasis pengajaran timbal balik disertai penguatan kelompok di mana seluruh siswa di kelas dilibatkan secara aktif dan disibukkan oleh proses pembelajaran dan latihan dasar kemampuan akademik secara sistematis dan menyenangkan. lebih lanjut Greenwood (1997: 53) menjelaskan model CWPT merupakan produk hasil penelitian aplikatif yang menguntungkan sejak lama, yaitu lebih dari 15 tahun penelitian dan telah dikembangkan di beberapa sekolah di Kansas oleh peneliti Joseph Delquadri, Charles Greenwood, dan guru-guru di tingkat sekolah menengah. CWPT merupakan model pembelajaran yang identik dengan sistem tutor sebaya. Menurut Herianto (2010: 1) melalui pembelajaran tutor sebaya, siswa menjadi subyek pembelajaran yang diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar to cara user tersebut, siswa akan lebih paham dan tepat bertanya bagi temannya.commit Dengan
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang setiap materi bahan ajar melalui pengulangan materi yang disampaikan kepada temannya. Menurut Kamps, Barbetta, & Delquadri (1994: 50) CWPT merupakan salah satu pengajaran berbasis kelompok pasangan dengan tingkatan level dan variasi materi yang berbeda yang dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa. Model CWPT mengharuskan siswa belajar bersama dalam kelompok pasangannya secara menyeluruh (seluruh kelas). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan karakteristik model pembelajaran CWPT yaitu semua pasangan kelompom dibuat di dalam kelas, pengajaran
dilakukan
secara
terstruktur
dan
menyeluruh
serta
adanya
pengumpulan poin harian masing-masing kelompok. Fulk & King (2001: 51) menyebutkan bahwa CWPT tidak hanya dapat digunakan untuk mengajar materi dasar seperti membaca dan matematika tetapi juga sains, IPS, bahasa asing dan kesehatan. Menurut Budiati (2010), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa strategi pembelajaran ini dikembangkan oleh Juniper Gardens Children’s Project University of Kansas. CWPT telah diteliti dan digunakan sejak tahun 1980 dan berulangkali telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini dapat meningkatkan capaian akademis. CWPT telah terbukti efektif pada siswa pre-school sampai tingkat menengah dan telah digunakan dengan sukses pada pendidikan umum dan khusus, siswa dengan kemampuan bahasa Inggris terbatas, siswa yang kurang memperhatikan pelajaran, siswa yang dalam resiko kegagalan akademis dan tingkat kemampuan yang terabaikan. Greenwood, Maheady, & Delquadri dalam Hall (1999), menyatakan bahwa Manfaat utama penggunaan metode ini adalah agar guru dapat mengaktifkan seluruh siswa secara serempak sambil mengawasi kemajuan mereka. Sugiharto (2008), juga menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran CWPT dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa. Dalam teori Vygotsky yang disebutkan oleh Slavin (1995) bahwa perkembangan dan pencapaian prestasi akademik seseorang diawali dari interaksi sosial dalam kelompok. Lebih lanjut Vygotsky menegaskan dalam Muijs (2008: 27) bahwa co-operation (kerja sama)lah yang menjadi dasar belajar. Pengajaran commit to user oleh orang lain yang lebih formal maupun informal yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
berpengetahuan merupakan suatu sarana transisi utama pengetahuan tentang budaya tertentu. Vygotsky meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat siswa menangani tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan mereka atau masih berada dalam zone of proximal development (ZPD) mereka. ZPD adalah daerah antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan dalam memecahkan masalah secara mandiri dengan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Selanjutnya, teori Vygotsky lain yang relevan adalah mengenai scaffolding yaitu sejumlah besar bantuan yang diberikan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran yang selanjutnya dikurangi dengan segera setelah anak mampu mengerjakan sendiri sehingga anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar. Berdasarkan teori tersebut Vygotsky dalam Doolittle (1995) menyatakan idenya untuk merekomendasikan pembelajaran kooperatif di kelas karena pembelajaran ini menunjukkan dukungan yang kuat terhadap ZPD dalam perkembangan kognitif. 2) Pelaksanaan Model Pembelajaran CWPT Di dalam model pembelajaran CWPT terdaoat tiga prosedur utama menurut Maheady & Gard (2010: 73) yaitu pengenalan materi pokok, sesi tutoring, dan pemberian poin. Pengenalan materi pokok dilakukan oleh guru kemudian siswa dibentuk kelompok untuk kegiatan tutoring. Selanjutnya masingmasing kelompok dilakukan pemberian poin secara terstruktur. Fulk & King (2001: 50) menyatakan bahwa setiap siswa pada masing-masing tim tersebut selanjutnya dipasang-pasangkan. Salah satu siswa dalam setiap pasangan berperan sebagai tutor (guru) yang menyediakan stimulus bagi siswa lain. Sedangkan, siswa lain dalam pasangan tersebut berperan sebagai siswa yang belajar (tutee) dengan merespon tutor secara oral maupun tertulis. Menurut Fulk & King (2001: 50) pemasangan siswa dalam pelaksanaan model CWPT ada dua pendapat. Beberapa peneliti menyarankan guru commit to user peneliti lain menyarankan guru memasangkan siswa secara acak, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
sebaiknya memasangkan siswa setelah mengadakan tes kemampuan akademik. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pemilihan pasangan dalam kegiatan tutoring dapat dilakukan secara acak tanpa memperhatikan kemampuan akademik dan dapat pula dengan memperhatikan kemampuan akademik. Prosedur pelaksanaan CWPT menurut Greenwood (1988) dalam DuPaul et al (1998: 583) adalah seluruh siswa di kelas dibagi menjadi dua kelompok yang selanjutnya dipasang-pasangkan menjadi tutor dan tutee yang duduk berdekatan, tutor telah dilengkapi dengan naskah berisi materi akademik sesuai dengan konten yang akan diajarkan. Jika jumlah siswa yang dipasangkan tidak genap dapat dibentuk kelompok yang beranggotakan tiga siswa. Selanjutnya,
tutor
mengajarkan satu bagian dari naskah kepada tutee dalam waktu tertentu, tutee merespon secara oral bagian yang diajarkan. Tutor melakukan perhitungan poin berdasarkan jawaban yang diberikan tutee. Kedua siswa bertukar peran saat waktu yang telah ditentukan habis. Siswa yang berperan sebagai tutor (tutee) sekarang diajar oleh siswa yang berperan sebagai tutee (tutor) dalam waktu yang sama. Pada setiap sesi tutoring guru mencatat perolehan poin setiap siswa. Selanjutnya, guru menjumlahkan seluruh perolehan poin yang dihasilkan oleh masing-masing tim. Tim dengan peroleh poin terbanyak diumumkan sebagai tim pemenang dan diberikan penghargaan oleh anggota dari tim lain. Keterangan tersebut sesuai dengan Maheady & Gard (2010: 71) yang menyatakan bahwa setiap siswa melaksanakan perannya (sebagai tutor ataupun tutee) dalam waktu tertentu. Apabila waktu tersebut telah berakhir, maka siswa bertukar peran, sehingga tutor sekarang menjadi tutee dan sebaliknya. Pada akhir sesi tutoring, poin dikumpulkan dari semua anggota kedua tim dan dijumlahkan bersama untuk menentukan tim pemenang pada hari tersebut. Selanjutnya, Greenwood (1988) dalam DuPaul, et al (1998: 583) mengungkapkan peran guru dalam pelaksanaan model CWPT adalah mengawasi sikap seluruh pasangan tutoring dan membantu siswa selama pelaksanaan kegiatan tutoring. Fulk & King (2001: 49) menambahkan uraian petunjuk pelaksanaan CWPT untuk guru sebagai berikut (a) menjelaskan tujuan dan urutan commit to user pada peningkatan kesempatan teknik yang akan digunakan dengan menekankan
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
berlatih, (b) lebih menekankan pada kerjasama dan saling melengkapi daripada saling bersaing, (c) memilih materi yang akan digunakan dalam sesi tutoring, (d) melatih siswa untuk berperan sebagai tutor dan tutee termasuk cara dalam memberikan feedback, mengoreksi kesalahan, dan menghitung skor, (e) mendemonstrasikan cara memberi dan menerima koreksi dari teman, (f) membagi kelas menjadi dua kelompok besar, (g) memasangkan seluruh siswa dan membimbingnya melakukan sesi tutoring, (h) memfasilitasi diskusi dan menjawab pertanyaan dan permasalahan jika diperlukan, (i) membimbing siswa untuk bertukar pasangan dan kembali melakukan sesi tutoring, (j) kembali pada langkah (h). 3) Penilaian Model Pembelajaran CWPT Teknik penilaian yang digunakan dalam pembelajaran dengan model CWPT dilakukan berdasarkan perolehan poin masing-masing kelompok. Tutee mendapatkan poin berdasarkan kebenaran jawabannya. Greenwood (1988) dalam DuPaul et al (1998: 583) menyatakan tutor memberikan dua poin untuk setiap jawaban benar yang diberikan tutee tanpa bantuan tutor. Selanjutnya, tutor memberikan satu poin untuk tutee yang memberikan jawaban benar dengan bantuannya. Tutee yang memberikan jawaban salah setelah mendapat kesempatan tiga kali untuk menjawab dan memperoleh bantuan tutor, tidak mendapatkan poin. 4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CWPT Menurut Nobel (2005), pembelajaran dengan model CWPT memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode ini antara lain sebagai berikut. a) Pelaksanaannya mudah CWPT merupakan model pembelajaran yang fleksibel yang dapat diaplikasikan mulai dari tingkat sekolah Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Metode ini juga dapat digunakan pada sekolah umum ataupun sekolah dengan siswa yang berkebutuhan khusus. Greenwood, Meyer, & Terry (2001: 45) menjelaskan bahwa CWPT sangat membantu semua siswa dengan kemampuan yang berbeda dan mudah untuk commit user Greenwood & Delquadri (1995: diterapkan dalam pembelajaran. lebihtolanjut
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
24) menyatakan CWPT merupakan pembelajaran yang efektif bagi guru maupun siswa. CWPT dapat diimplementasikan sebagai usaha preventif terhadap kegagalan belajar. Sederidis, Greenwood, & Delquadri (1997: 443) menambahkan
dengan
penerapan
CWPT,
setelah
dilakukan
survei
memberikan hasil bahwa tingkat kepuasan siswa dan guru yang positif. b) Bermanfaat untuk tutor maupun tutee Tutor dan tutee mendapatkan manfaat dari penggunaan model CWPT. Nobel (2005) menyimpulkan bahwa dalam sistem pengajaran CWPT yang berulang, kedua siswa baik tutor maupun tutee menunjukkan peningkatan penguasaan materi. Selanjutnya, Jenkins dan Jenkins (1981) dalam Nobel (2005) menyatakan bahwa CWPT juga mampu memperbaiki self-concept, sikap di sekolah dan meningkatkan rasa nasionalisme. Selain itu, Arjanggi & Suprihatin (2010: 96) menjelaskan hasil penelitiannya di Unissula Semarang bahwa tutor sebaya yang identik dengan CWPT efektif dalam meningkatkan kesadaran dan kemandirian belajar siswa. c) Pengajaran secara personal CWPT dapat mengefesiensikan waktu mengajar karena setiap siswa diharuskan berperan sebagai tutor dan tutee dan melakukan pengajaran secara personal. Penggunaan model ini memungkinkan semua siswa belajar pada tingkat optimal dalam waktu yang bersamaan. d) Meningkatkan prestasi akademik Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa CWPT mampu meningkatkan kemampuan akademik siswa. CWPT merupakan cara yang efektif untuk mengajar siswa dengan berbagai tingkatan dengan materi yang bervariasi. Penelitian oleh Rahmawati (2008: 9) di SMA Negeri 1 Palu menyatakan bahwa terjadi peningkatan daya serap dalam pembelajaran setelah diterapkan sistem tutor sebaya yang identik dengan CWPT. e) Meningkatkan kesempatan memberikan tanggapan Kesempatan memberikan tanggapan merupakan interaksi antara pengajaran langsung dari guru dan tanggapan siswa. CWPT merupakan salah satu model commit to userDalam penelitian Purwanti (2011) untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dijelaskan bahwa dengan menerapkan model CWPT di SMA Al Islam 1 Surakarta dapat meningkatkan keaktifan berkomunikasi siswa. Selanjutnya, Nobel (2005) menambahkan kelemahan penggunaan metode ini di dalam kelas, antara lain sebagai berikut. a) Pelatihan siswa Siswa perlu diberikan pelatihan pelaksanaan CWPT sebelum melakoninya. Pelatihan tersebut cukup menghabiskan waktu banyak terutama karena pengaruh tingkatan akademik maupun umur. Siswa dengan tingkat akademik rendah cenderung lebih sulit menangkap prosedur pelaksanaan daripada siswa dengan tingkat akademik tinggi. Begitu juga dengan pengaruh umur, siswa yang lebih muda biasanya lebih sulit menangkap prosedur daripada siswa yang lebih tua. b) Mengorganisasi sistem Sistem akan berjalan dengan tenang dan perlahan-lahan saat prosedur CWPT sudah diajarkan kepada siswa, akan tetapi dalam mengorganisasi sistem tersebut guru mungkin akan menemui beberapa permasalahan. Guru harus mengawasi sesi tutoring, dan memastikan semua berjalan dengan baik, menjadi pengingat saat pergantian peran, memberikan pujian atau koreksi kesalahan jika dibutuhkan. Jika terjadi kesalahan pelaksanaan prosedur, maka guru perlu melatih ulang beberapa siswa atau kelompok kecil agar dapat melaksanakan prosedur dengan baik.
3. Media Cergam Media pembelajaran adalah sarana penunjang yang digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Santyasa (2007: 3) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu jenis media pembelajaran adalah modul. Modul merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang tergolong dalam media cetak. Anderson (1987: 169) menjelaskan bahwa media cetak memiliki ciri khusus mampu memperagakan simbol-simbol verbal dan representasi gambar diam seperti gambar coretan tangan, gambar grafik, dan foto. Modul merupakan sistem pembelajaran individual. Tujuan utama penggunaan modul dalam pembelajaran adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran di dalam kelas. Menurut Saliman (2008) modul merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang tidak diproyeksikan. Artinya media tersebut tidak memerlukan proyektor (alat proyeksi) untuk melihatnya. Media ini banyak digunakan karena mudah dan praktis. Ciri-ciri modul menurut Sukarto (2011) antara lain sebagai berikut. 1. Modul merupakan unit pembelajaran terkecil yang direncanakan dan ditulis secara sistematis dan operasional yang terdiri dari beberapa komponen yaitu rumusan tujuan, deskripsi isi pembelajaran, daftar alat-alat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran, kegiatan pembelajaran (teks bacaan dan petunjuknya), LKS, kunci jawaban LKS, lembar evaluasi, kunci evaluasi, petunjuk guru. 2. Sebuah modul dirancang untuk memungkinkan siswa belajar secara mandiri seoptimal mungkin. 3. Modul dirancang dalam penilaian terhadap kemajuan siswa dapat dilakukan secara cermat melalui evaluasi tiap akhir subpokok bahasan pelajaran. 4. Modul digunakan untuk siswa sesuai dengan kemampuan belajarnya masingmasing. 5. Modul disusun berdasarkan pada prinsip belajar tuntas. Salah satu bentuk modul pembelajaran adalah cergam. Cergam merupakan bacaan yang banyak digemari siswa yang di dalamnya terdapat kronologis peristiwa yang memudahkan siswa memahami suatu materi. Cergam identik dengan komik. Komik pembelajaran bersifat sederhana, jelas, dan mudah untuk dipahami siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Menurut Santyasa (2007: 14) komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri gambar yang lucu. Buku komik menyediakan ceritera-ceritera yang sederhana, mudah ditangkap dan dipahami isinya, sehingga sangat digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut fungsinya, komik dibedakan atas komik komersial dan komik pendidikan. Komik komersial jauh lebih diperlukan di pasaran, karena: bersifat personal, menyediakan humor yang kasar, dikemas dengan bahasa percakapan dan bahasa pasaran, memiliki kesederhanaan jiwa dan moral, dan adanya kecenderungan manusiawi universal terhadap pemujaan pahlawan. Sedangkan komik pendidikan cerderung menyediakan isi yang bersifat informatif. Komik pendidikan banyak diterbitkan oleh industri, dinas kesehatan, dan lembaga-lembaga non profit. Jadi, media cergam merupakan suatu media pembelajaran yang berbentuk cerita dengan alur-alur tertentu, pada tempat dan waktu tertentu yang dilengkapi gambar-gambar untuk memperjelas cerita dan alur cerita, serta dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi atau pesan tertentu di dalamnya. Media cergam digunakan untuk memahamkan siswa dalam memahami materi. Manfaat penggunaan media cergam berdasarkan beberapa penelitian adalah sebagai berikut. 1. Menurut Partini (2011), penggunaan modul alur cerita dan bergambar dalam sub pokok bahasan sistem pencernaan makanan pada manusia mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa di MAN Wonokromo. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kelas yang diberi perlakuan menunjukkan motivasi dan prestaasi belajar yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. 2. Menurut Junaedi (2011), pemanfaatan modul berilustrasi gambar dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VIII mata pelajaran sains biologi di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) Wonokromo Bantul. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa siswa dalam kelompok eksperimen memiliki motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang berada dalam kelompok kontrol. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang baik tidak hanya dilihat dari nilai akhir hasil belajar, tetapi juga dilihat dari kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, baik keterlibatan fisik, emosional, dan mental. Penggunaan metode disertai media yang kurang tepat dalam pembelajaran biologi mengakibatkan indikator dan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor terutama proses selama kegiatan pembelajaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor sarana, faktor guru, dan faktor peserta didik. Meskipun guru telah menggunakan variasi pembelajaran dan didukung dengan fasilitas yang memadai, namun, jika guru kurang dalam berinteraksi dengan siswa selama proses pembelajaran kemudian mengakibatkan siswa menjadi kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, maka proses pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang bermakna bagi siswa sehingga hasilnya kurang optimal. Salah satu permasalahan dalam pembelajaran biologi adalah proses pembelajaran yang menekankan pada faktor menghafal siswa kurang dilibatkan dalam proses tersebut. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif, kurang termotivasi mengikuti pelajaran dan pada akhirnya menyebabkan proses pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif. Permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas X.7 SMA Negeri 2 Sukoharjo adalah rendahnya kualitas pembelajaran biologi pada siswa. Hal ini ditandai dengan siswa kurang berminat mengikuti pelajaran, cenderung pasif dan tidak berani mengungkapkan pendapat maupun melengkapi pendapat teman, lebih suka bercanda, dan kurang berminat mengerjakan tugas. Kurangnya sikap ilmiah siswa dan kurangnya motivasi mengikuti pelajaran sehingga menyebabkan iklim kelas menjadi kurang kondusif. Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar-peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses pembelajaran. Kurangnya iklim kelas yang kondusif, sikap ilmiah siswa, dan motivasi commit to biologi user berprestasi siswa dalam pembelajaran menyebabkan berkurangnya
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitas pembelajaran biologi. Permasalahan ini diperkuat dengan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa di mana 35% siswa tidak mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Adapun faktor penyebab dari permasalahan ini diperkirakan adalah kurangnya interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru. Oleh karena itu, salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran biologi adalah dengan meningkatkan performance guru, iklim kelas yang kondusif, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi siswa terhadap pelajaran biologi serta interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu yang digunakan adalah penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring disertai penggunaan media cergam yang digunakan sebagai modul pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring diharapkan mampu meningkatkan interaksi siswa dalam belajar baik interaksi dengan guru maupun dengan siswa yang lain. Penggunaan cergam diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa. Dengan meningkatnya interaksi antarsiswa dan interaksi siswa dengan guru serta motivasi yang tinggi, maka siswa akan memiliki sikap ilmiah yang lebih baik karena siswa dituntut untuk aktif dalam diskusi maupun berperan sebagai tutor maupun tutee. Meningkatnya motivasi dan sikap ilmiah siswa terhadap pelajaran akan meningkatkan iklim pembelajaran menjadi lebih kondusif, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring mampu meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa ditinjau dari performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran biologi. Adapun alur dari kerangka pemikiran disajikan dalam diagram (Gambar 2). commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan yang dijumpai dalam pembelajarandisertai dengan tinjauan pustaka, dihubungkan dengan permasalahan yang ada pada proses pembelajaran Biologi di kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) disertai meia cergam dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor Penyebab: 1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran 2. Pembelajaran biologi belum sesuai dengan hakikat Biologi sebagai sains, pelajaran biologi cenderung banyak menghafal 3. Ketika diskusi, kerja sama siswa kurang, interaksi antar siswa kurang
Prosedur (Do) 1. Mengelompokkan siswa menjadi dua kelompok besar, masing-masing kelompok besar siswa dipasang-pasangkan untuk kegiatan tutoring 2. Siswa mendiskusikan materi dalam sesi tutoring secara bergantian, di akhir kegiatan tutoring dilakukan perhitungan poin lalu memberi penghargaan dan evaluasi bersama
1. 2. 3.
4.
Permasalahan pembelajaran: Performance guru kurang optimal dalam pembelajaran Iklim di kelas kurang kondusif karena interaksi antar siswa maupun antara guru dan siswa masih kurang Sikap ilmiah siswa dalam pelajaran biologi kurang, ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran masih kurang dan tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas juga kurang Motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran biologi kurang, ditunjukkan dengan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran biologi
Perencanaan (Plan) Penerapan Model Pembelajaran ClassWide Peer Tutoring disertai Media Cergam
Refleksi (reflection): - Performance guru meningkat - Iklim kelas meningkat - Sikap ilmiah siswa meningkat - Motivasi berprestasi siswa meningkat
Target: Peningkatan aspek kualitas pembelajaran ≥ 63%, dengan dasar hasil observasi pratindakan ≤ 45%
Gambar 2.2. Skema Kerangka Berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sukoharjo yang beralamat di Jalan Raya Solo-Kartasura Mendungan, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. Sekolah ini terletak pada jarak kurang lebih 40 km dari pusat kota Sukoharjo dan berjarak kurang lebih 10 km dari pusat kota Surakarta. Adapun alasan digunakannya sekolah ini untuk penelitian karena di dalam sekolah tersebut terjadi permasalahan dalam pembelajaran seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap penyelesaian. Penjelasan mengenai alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian No Rencana Kegiatan Tahun 2011-2012 Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei 1 Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru Biologi b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian e. Seminar Proposal 2 Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I commit to user - Perencanaan
29
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
3
Rencana Kegiatan
Tahun 2011-2012 Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
- Pelaksanaan tindakan - Observasi - Refleksi b. Siklus II - Perencanaan - Pelaksanaan tindakan - Observasi - Refleksi c. Siklus III - Perencanaan - Pelaksanaan tindakan - Observasi - Refleksi Analisis Data dan Pelaporan a. Analisis data (hasil tindakan 3 siklus) b. Menyusun laporan (skripsi) B. Subyek Penelitian Subjek penelitian adalah kelas X.7 semester genap SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Pemilihan subjek pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa subjek tersebut mempunyai permasalahanpermasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi.
C. Data Dan Sumber Data 1. Data Penelitian Data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian adalah gambaran keadaan proses pembelajaran yang sebenarnya (deskripsi kualitatif). Aspek kualitatif penelitian adalah kualitas pembelajaran biologi siswa yang meliputi motivasi belajar, sikap siswa, iklim kelas, dan penguasaan konsep biologi siswa. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian diperoleh dari informasi hasil wawancara dengan guru dan siswa, catatan observasi peneliti di tempat berlangsungnya penelitian, dokumen pembelajaran yang berupa silabus pembelajaran, rencana commit to userdan laporan penilaian hasil belajar. pelaksanaan pembelajaran, buku teks pelajaran
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk memperoleh data meliputi observasi, wawancara, angket, tes dan dokumentasi yang didapat dari siswa dan guru di lapangan. 1. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar (Nasution, 2003: 106). Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi sistemik di mana peneliti bersama guru telah merancang bentuk instrumen observasi yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran berupa aspek-aspek yang akan diteliti. Kerja sama ini sangat membantu peneliti dalam memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan instrumen yang digunakan berupa lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan dengan memberikan tanda check (√) pada pilihan yang tepat. Fokus dalam observasi ini adalah performance guru dalam pembelajaran, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh tiga observer dan guru untuk menghindari adanya subyektivitas. 2. Wawancara Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah manusia sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data digunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan siswa untuk mendapatkan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada siswa. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang tepat. Wawancara dilakukan berulang kali untuk mendapatkan lebih banyak masukan dalam setiap proses pembelajaran yang dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya. Beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan wawancara atau diskusi adalah: commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Meminta pendapat dari guru maupun siswa mengenai pelaksanaan proses pembelajaran di kelas yang meliputi kelebihan, kekurangan, dan hambatan yang terjadi di kelas. 2) Mengungkapkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di kelas 3) Mendiskusikan hal-hal yang ditemukan selama observasi dengan guru, kemudian secara bersama menyamakan persepsi, sehingga apabila ada kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. 3. Angket Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan untuk pengumpulan data penelitian yang bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis. Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Angket dibagikan kepada siswa untuk mengetahui aspek yang terkait dengan iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Selain itu angket juga diberikan untuk mengetahui tingkat kepuasaan penerapan model CWPT dalam proses pembelajaran. Angket yang digunakan berupa angket langsung dan sekaligus memberikan alternatif jawaban. Angket yang digunakan dalam penelitian mengacu pada skala Likert. Menurut Mardapi (2008: 117-118) skala Likert memiliki 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor penilaian skala Likert bergantung pada penilai asal penggunaanya konsisten. Skor untuk pernyataan positif dan negatif adalah kebalikannya. Tabel 3.2. Teknik Penilaian Angket Skala Likert (Arikunto, 1995: 81) Skor untuk aspek yang dinilai Skor (+) (-) Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 4. Kajian Dokumentasi Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan commit to user dalam proses pembelajaran, dalam penelitian ini berupa silabus, Rencana
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), nilai siswa, daftar hadir, dan materi pelajaran yang digunakan. Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan selengkapnya terlampir. 5. Tes Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan terhadap tingkat penguasaan konsep biologi siswa. Tes dilakukan pada saat sesi tutoring untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep untuk tiap-tiap sub materi pada tiap siklus. E. Uji Validitas Data Informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Untuk menjaga validitas data dalam penelitian digunakan teknik triangulasi data. Menurut Moleong (2007: 330) triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Artinya dari data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Model pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi angket motivasi belajar, lembar observasi motivasi belajar yang ditunjukkan melalui sikap dan peran serta siswa dalam kegiatan belajar, wawancara informal dengan guru mata pelajaran dan siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai skema triangulasi dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Data
Angket Wawancara
Siswa
Observasi Gambar 3.1. Skema Triangulasi Model Sutopo (2002 : 81) Selain menggunakan triangulasi metode, validitas data diuji dengan triangulasi sumber. Menurut Sutopo (2002: 81), triangulasi sumber adalah. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun triangulasi sumber dalam penelitian ini adalah triangulasi observer yang dapat dijelaskan dalam skema triangulasi sumber pada Gambar 3.2. Observer 1 Observasi
Data
Observer 2 Observer 3
Gambar 3.2. Skema Triangulasi Observer (Sutopo, 2002) F. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif karena sebagian besar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang perkembangan proses pembelajaran. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang mengacu pada model analisis interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya skema model analisis interaktif dapat dilihat pada Gambar 3.3. Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan
Gambar 3.3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) Reduksi
data
merupakan
proses
seleksi,
pemfokusan,
dan
penyederhanaan dari data lapangan yang toberlangsung selama kegiatan pelaksaan commit user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian. Penyajian data merupakan pemaparan atas semua data yang telah diseleksi dan direduksi yang diringkai secara urut dan sistematis. Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan, dan penggolongan data. Analisis lapangan data-data berupa catatan lapangan dari peneliti disajikan dalam narasi informasi untuk mengadakan refleksi yang jelas.
G. Indikator Kinerja Penelitian Menurut Mulyasa (2008: 101) pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Dalam hal ini, kualitas pembelajaran dikatakan meningkat ketika indikator-indikator kualitas pembelajaran mencapai sebesar 63% atau lebih. Angka tersebut diperoleh berdasarkan koordinasi dan kesepakatan antara guru dan peneliti. Indikator-indikator yang ditingkatkan yaitu performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi siswa. Masing-masing indikator tersebut diketahui meningkat atau tidak setelah diamati dan dianalisis menggunakan lembar observasi dan angket serta dilengkapi dengan wawancara kepada guru dan siswa. Apabila target yang ingin dicapai tersebut belum tercapai, maka siklus akan berulang sampai target yang telah ditentukan dapat tercapai. Akan tetapi, apabila pada siklus pertama target yang telah ditentukan telah tercapai maka siklus akan dilanjutkan ke siklus kedua untuk lebih meyakinkan bahwa target yang ditentukan benar-benar telah tercapai.
H. Prosedur Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama guru bidang studi biologi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto (2008: 3) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, user sebuah kelas secara bersama yang sengaja dimunculkan dancommit terjaditodalam
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian ini bertujuan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan tindakan berulang atau siklus yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan disertai evaluasi tindakan, dan refleksi. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah penerapan model Class-Wide Peer
Tutoring
(CWPT).
Adapun
langkah-langkah
pembelajaran
yang
direncanakan adalah sebagai berikut. a) Guru membagikan modul cergam pada pertemuan sebelumnya untuk dipelajari siswa. b) Siswa diminta membawa bahan berupa benda asli tumbuhan. c) Seluruh siswa di dalam kelas dibagi menjadi dua tim besar. d) Seluruh siswa dipasang-pasangkan oleh guru dalam setiap tim menjadi pasangan tutor dan tutee secara acak untuk memudahkan teknis pelaksanaan tindakan dan efisiensi waktu. e) Tutor dan tutee melaksanakan kegiatan tutoring (kegiatan tutoring dilakukan dengan dua sesi di mana siswa saling bertukar peran menjadi tutor dan tutee) seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4. f) Masing-masing sesi tutoring berlangsung selama ± 25 menit. g) Pada setiap akhir kegiatan tutoring dilakukan perhitungan poin berdasarkan pada kriteria di bawah ini: (1) Jika tutee dapat menjawab pertanyaan dengan benar tanpa bantuan, maka mendapat poin 2. (2) Jika tutee dapat menjawab pertanyaan dengan benar dengan bantuan, maka mendapat poin 1. (3) Jika tutee tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar, maka tidak mendapat poin 0. h) Selama kegiatan tutoring yang dilakukan tutor dan tutee di dalam kelas, siswa dipantau dan dibimbing oleh guru. i) Perolehan total poin masing-masing kelompok dihitung oleh siswa bersamacommit to user sama dengan guru.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j) Guru menobatkan tim dengan perolehan poin terbanyak sebagai pemenang. k) Guru memberi penghargaan kepada tim pemenang. l) Guru menganalisis dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. m) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
Meja Guru
A1
B1
I1
J1
I2
J2
A2
B2
C1
D1
K1
L1
K2
L2
C2
D2
E1
F1
M1
N1
M2
N2
E2
F2
G1
H1
O1
P1
O2
P2
G2
H2
Q1
R1
Q2
R2
: Pintu masuk kelas : Meja siswa : Pembawa Kamera (Dokumentasi)
: Papan Tulis : Observer : Arah Jalannya Tutoring
Gambar 3.4. Ilustrasi Jalannya Model Pembelajaran CWPT Solusi terhadap masalah dibuat berdasarkan kajian teori dan input dari lapangan yang berupa kondisi dan proses pembelajaran di kelas beserta permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Solusi ini diputuskan oleh peneliti bersama guru Biologi di sekolah yang bersangkutan (SMA Negeri 2 Sukoharjo). Solusi yang dimaksud bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ditinjau dari performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi siswa. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Statistik yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh bertujuan untuk
menggambarkan proses pembelajaran
yang sebenarnya
berlangsung di kelas. Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksakan tindakan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1998) dalam Basrowi (2008: 68) yang berupa model spiral. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Sebelum ke tahap perencanaan (planning), terlebih dahulu melakukan tahap persiapan, yaitu permintaan izin kepada kepala sekolah dan guru Biologi SMA Negeri 2 Sukoharjo untuk melakukan observasi guna mendapatkan gambaran awal tentang keadaan kegiatan pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi masalah yang ada. Tahap perencanaan (planning) meliputi persiapan perangkat untuk pelaksanaan PTK, yaitu menyusun materi ajar, pembuatan bahan ajar, rencana pelaksanaan pengajaran yang termasuk di dalamnya model mengajar, perangkat pembelajaran, media dan teknik atau instrumen observasi. Sebelum ke tahap pelaksanaan, semua perangkat untuk pelaksanaan PTK dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran biologi. Tahap pelaksanaan (acting) dilakukan oleh guru dengan penerapan model CWPT (Class Wide Peer Tutoring). Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Tahap
pengamatan
(observing)
meliputi
kegiatan
pemantauan,
pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan pembelajaran di kelas. Pokok observasi pada penelitian ini adalah kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X7 selama proses pembelajaran dengan penerapan model CWPT (Class Wide Peer Tutoring) yang diamati dengan lembar observasi. Sebagai data tambahan (pendamping) adalah hasil wawancara terhadap guru dan siswa, angket yang menunjukkan kualitas pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi motivasi belajar, sikap siswa, dan iklim pembelajaran di kelas, serta kajian commit to user dokumen yang ada.
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap refleksi (reflecting) adalah menganalisis hasil observasi tentang kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X 7 pada siklus satu. Apabila kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X 7 meningkat, maka pembelajaran dikatakan meningkat. Namun, apabila kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X 7 belum meningkat maka perlu dilakukan evaluasi untuk perbaikan pada tindakan kelas selanjutnya. Tahap refleksi dilakukan guru dan tim peneliti untuk menganalisis proses, hambatan, kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I sehingga tidak terjadi kesalahan yang terulang pada siklus II dan selanjutnya. Berdasarkan keberhasilan dan kegagalan pada pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk menentukan tindakan perbaikan berikutnya. Adapun skema prosedur penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada Gambar 3.5.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Identifikasi masalah di kelas Perencanaan - Penyusunan proposal penelitian - Penyusunan instrumen penelitian Refleksi : - Pelaksanaan siklus I - Pencapaian target siklus I Pengamatan: Performance guru, Iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi sebagai aspek kualitas pembelajaran
Pelaksanaan: Penerapan model pembelajaran CWPT disertai media cergam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa Perbaikan perencanaan berdasarkan refleksi siklus I Refleksi : - Pelaksanaan siklus II - Pencapaian target siklus II
Pengamatan: Performance guru, Iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi sebagai aspek kualitas pembelajaran
Pelaksanaan: Penerapan model pembelajaran CWPT disertai media cergam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa Perbaikan perencanaan berdasarkan refleksi siklus II Refleksi : - Pelaksanaan siklus III - Pencapaian target silus III, jika belum berhasil lanjut siklus berikutnya
Pengamatan: Performance guru, Iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi sebagai aspek kualitas pembelajaran
Pelaksanaan: Penerapan model pembelajaran CWPT disertai media cergam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa Tindak lanjut Perbaikan pembelajaran oleh guru sampai target kualitas pembelajaran meningkat.
commit to user Tindakan Kelas Gambar 3.5. Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI PRATINDAKAN/PRASIKLUS Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan. Kualitas pembelajaran dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Kualitas pembelajaran merupakan suatu keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran. Kualitas pembelajaran siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain: performance guru dalam kelas, fasilitas pembelajaran, dan iklim kelas. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi antara lain: sikap siswa terhadap pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa. Hasil pengamatan prasiklus terhadap aspek kualitas pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Fasilitas Pembelajaran Fasilitas pembelajaran dapat disebut juga dengan lingkungan fisik kelas (the physical environment). Aspek fasilitas ini merupakan variabel statis yang tidak dapat ditingkatkan dengan tindakan CWPT. Adapun hasil observasi fasilitas pembelajaran saat pelaksanaan prasiklus terangkum pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Lembar Observasi Fasilitas Pembelajaran Prasiklus Aspek Lingkungan fisik Ruang kelas
Ruang laboratorium
Indikator Pencahayaan Suhu Ukuran ruang kelas Perabot dalam kelas Media pendidikan dalam kelas Perlengkapan lain dalam kelas Perabot dalam lab Peralatan pendidikan dalam lab Media pendidikan dalam lab Perlengkapan lain dalam lab
Kondisi Ada dan baik Baik, tidak panas Cukup, ukuran 8,5 x 8,5 m Ada dan baik Ada dan baik Ada dan baik Ada dan baik Ada dan baik Ada dan baik Ada dan baik
Dengan keterangan kondisi ada dan baik sebagai berikut. 1) Pencahayaan: ada dan baik dengan daya maksimum lampu < 15 watt/m2; berdasarkan SNI 03-6197-2000. 2) Suhu: baik, tidak panas (suhu berkisar 250C- 300C) commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 3) Ukuran ruang kelas: kapasitasis 36 siswa 4) Luas ruang kelas: 8,5 x 8,5 m/peserta didik (rasio minimum 2m2/ peserta didik; berdasarkan permendiknas no 24 th 2007) 5) Perabot di kelas: ada dan baik (meliputi: meja dan kursi peserta didik (rasio 1 buah/ peserta didik), meja dan kursi guru (rasio 1 buah/guru), lemari (rasio 1 buah/ruang), papan panjang (rasio 1 buah/ruang); (berdasarkan permendiknas no 24 th 2007) 6) Media pendidikan di kelas: ada dan baik (meliputi: papan tulis (rasio 1 buah/ruang dengan jarak pandang 6 m dari bangku siswa paling belakang) berdasarkan Permendiknas no 24 tahun 2007, ukuran minimum 90 cm x 200 cm dan ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik melihatnya dengan jelas. 7) Perlengkapan lain di kelas: ada dan baik (meliputi: tempat sampah, jam dinding, soket listrik (rasio masing-masing 1 buah/ruang, berdasarkan permendiknas no 24 th 2007) 8) Perabot di ruang laboratorium: ada dan baik (meliputi: kursi peserta didik (rasio 1 buah/ peserta didik), meja demonstrasi (rasio 1 buah/peserta didik), meja kerja (1 buah/7 peserta didik), meja persiapan (1 buah/ lab), lemari alat (1 buah/ lab), lemari bahan (1 buah/ lab), bak cuci (1 buah/ lab), berdasarkan Permendiknas no 24 th 2007) 9) Peralatan pendidikan di lab: ada dan baik (meliputi: alat peraga dan gambargambarnya, gelas kimia (rasio 30 buah/ lab), pembakar spiritus (rasio 6 buah/ lab), kaki tiga (rasio 6 buah/ lab), pipet tetes (rasio 100 buah/ lab), mikroskop (rasio 6 buah/ lab), berdasarkan Permendiknas no 24 th 2007) 10) Media pendidikan di lab: ada dan baik (meliputi: papan tulis (rasio 1 buah/ lab), berdasarkan permendiknas no 24 th 2007) 11) Perlengkapan lain di lab: ada dan baik (meliputi: alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah, dan jam dinding (rasio masing - masing 1 buah/ lab), berdasrkan permendiknas no 24 th 2007) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Hasil
observasi
fasilitas
pembelajaran
terlihat
bahwa
fasilitas
pembelajaran di SMA Negeri 2 Sukoharjo sudah cukup baik. Fasilitas ini meliputi lingkungan fisik kelas, ruang kelas, dan ruang laboratorium. Ruang kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo memiliki ukuran 8,5m x 8,5m dengan kapasitas 36 siswa. Berdasarkan Permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, kapasitas maksimum siswa di kelas adalah 32 siswa dengan rasio minimum ruang gerak 2 m2/ peserta didik. Jika dibuat perhitungan maka ruang kelas X 7 cukup memenuhi standar digunakan sebagai ruang kelas dengan rasio ruang kelas sebesar 2,007 m2/peserta didik. Lingkungan fisik kelas yang baik harus memiliki pencahayaan yang cukup dan suasana yang nyaman, lingkungan ini tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin. Pencahayaan di kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo berasal dari cahaya lampu dan juga cahaya matahari. Cahaya lampu di kelas berasal dari dua buah lampu berdaya 20 watt. Menurut SNI 03-6197-2000 daya pencahayaan maksimum ruang kelas adalah 15 watt/ m2. Maka dapat dibuat perhitungan daya lampu yang terpasang di ruang kelas X 7 adalah sebagai berikut. a. Luas ruang kelas: 8,5 m x 8,5 m = 72,25 m2. b. Daya lampu: 2 buah (titik lampu) x 20 watt (lampu yang dipakai) = 40 watt/ m2 . c. Daya ruang kelas = Daya / luas ruang = 40/ 72,25 = 0.55 watt/ m 2 (memenuhi syarat kurang dari 15 watt/ m2) Selain cahaya yang berasal dari lampu, pencahayaan di ruang kelas juga didapatkan dari sinar matahari yang masuk ke kelas melalui jendela di samping kiri dan kanan kelas. Suhu udara di ruang kelas X 7 tidak terlalu panas, suhu berkisar antara 280C- 320C. Di dalam ruangan tersebut dilengkapi dengan kipas angin yang siap dinyalakan untuk menurunkan suhu ruangan jika terlalu panas. Media pendidikan di dalam kelas yang ada antara lain papan tulis (white board) 1 buah yang diletakkan di depan dengan jarak pandang 6 m dari siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 yang duduk paling belakang. Selain itu, di dalam kelas terdapat perlengkapan lain seperti tempat sampah, jam dinding, dan soket listrik. Selain menggunakan ruang kelas, proses pembelajaran juga dilaksanakan di laboratorium. Di dalam laboratorium dilengkapi dengan perabot- perabot antara lain: meja dan kursi peserta didik dengan rasio 1 buah/peserta didik, meja demonstrasi 1 buah, lemari alat 4 buah, lemari bahan 2 buah, bak cuci 5 buah. Selain itu, terdapat sebuah papan tulis (white board) yang terletak di depan sebagai media pendidikan dalam ruang laboratorium. Peralatan pendidikan dalam laboratorium meliputi: gelas ukur sejumlah 15 buah, gelas kimia 30 buah, pembakar spiritus 10 buah, kaki tiga 6 buah, pipet tetes 36 buah dalam kondisi baik, dan mikroskop 15 buah dalam kondisi baik. Perlengkapan lain dalam laboratorium meliputi: alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah, dan jam dinding. Adapun proses pembelajaran yang berlangsung di laboratorium telah terjadwal dan untuk kelas X 7 mendapatkan jatah penggunaan laboratorium setiap hari Selasa. Meskipun demikian, proses pembelajaran tidak selalu menggunakan laboratorium. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan dalam pengelolaan laboratorium yang digunakan untuk tiga mata pelajaran sekaligus yaitu fisika, kimia, dan biologi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Sukoharjo sudah cukup baik dan memenuhi standar sarana dan prasarana sekolah menegah atas berdasarkan Permendiknas No 24 Tahun 2007.
Fasilitas pembelajaran yang lengkap dan baik akan
memperlancar kegiatan pembelajaran di sekolah. Guru tidak lagi monoton menggunakan media atau sumber belajar, siswa juga lebih kreatif dan nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini akan mendukung peningkatan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah. Jika ruang kelas yang digunakan tidak nyaman, terlalu panas atau terlalu dingin, dan banyak yang lalu lalang, maka hal tersebut menjadi kendala dalam mencapai pembelajaran yang lebih baik dan optimal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 2) Performance Guru Aspek performance guru dapat dilihat dari cara guru dalam membuka dan menutup pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan ajar, skenario atau proses pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan memberikan tindak lanjut. Adapun hasil observasi performance guru saat pelaksanaan prasiklus terangkum dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Prasiklus No. Performance Guru Keterlaksanaan 1. Kemampuan Membuka Pelajaran a. Menarik perhatian siswa Ya b. Memberikan motivasi awal Tidak c. Memberikan apersepsi (kaitan materi dengan Ya materi yang akan disampaikan) d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan Ya diberikan e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan Ya diberikan 2. Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran a. Kejelasan artikulasi suara Ya b. Variasi gerakan badan tidak mengganggu Ya perhatian siswa c. Antusiasme dalam penampilan Tidak d. Mobilitas posisi mengajar Tidak 3. Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran) a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkahTidak langkah yang direncanakan dalam RPP b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar Ya (materi) c. Kejelasan dalam memberikan contoh Ya d. Memiliki wawasan yang luas dalam Ya menyampaikan bahan belajar 4. Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran) a. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang Ya disampaikan b. Penyajian bahan belajaran sesuai dengan Ya tujuan/indikator yang telah ditetapkan c. Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan Ya mesikap pertanyaan siswa d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang Tidak disediakan 5. Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran: a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan Tidak media b. Ketepatan/kesesuaian penggunaan media dengan Ya materi yang disampaikan c. Memiliki keterampilan dalam penggunaan media Ya pembelajaran d. Membantu meningkatkan perhatian siswa dalam Tidak kegiatan pembelajarancommit to user 6. Evaluasi Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 No.
7.
8.
Performance Guru a. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian c. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran: a. Meninjau kembali materi yang telah diberikan b. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan c. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak Lanjut/Follow up a. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok b. Menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya. c. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar Jumlah Jawaban YA
Keterlaksanaan Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak 20
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa guru telah memiliki kemampuan membuka pelajaran, penguasaan bahan ajar, kegitan belajar mengajar, kemampuan menutup pelajaran, dan kemampuan memberi tindak lanjut yang baik. Namun demikian, guru masih belum mampu membangun sikap positif siswa dalam belajar dan menggunakan media pembelajaran dengan baik. Kemampuan tindak lanjut dalam proses pembelajaran juga masih kurang. Hal ini menyebabkan siswa kurang optimal dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan membuka pelajaran meliputi dapat menarik perhatian siswa, memberikan motivasi awal, memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan, dan memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan. Sedangkan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembelajaran prasiklus, masih ada beberapa indikator yang tidak muncul yaitu memberikan motivasi awal. Hal ini berpengaruh terhadap motivasi siswa sehingga siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Sikap guru dalam proses pembelajaran, meliputi kejelasan artikulasi suara, variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa, antusisme dalam penampilan, dan mobilitas posisi mengajar. Sedangkan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembelajaran prasiklus, masih ada beberapa indikator yang tidak muncul yaitu antusiasme dalam penampilan dan mobilitas posisi mengajar. Antusiasme penampilan guru mempengaruhi commit to userminat siswa dan mobilitas posisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 mengajar guru yang kurang menyeluruh akan mengurangi perhatian siswa terhadap pelajaran. Penguasaan bahan belajar (materi pelajaran), meliputi bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP, kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi), kejelasan dalam memberikan contoh, dan memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar. Sedangkan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembelajaran prasiklus, masih ada satu indikator yang tidak muncul yaitu kesesuaian bahan ajar terhadap RPP. Keadaan ini seringkali terjadi dalam pembelajaran. Penyebab utamanya tidak lain adalah kurangnya pengelolaan waktu yang baik dari guru dan beberapa hal tak terduga seperti adanya pengurangan jam pelajaran akibat beberapa agenda sekolah. Kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran), meliputi kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan, penyajian bahan belajaran sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan, memiliki keterampilan dalam menanggapi dan mesikap pertanyaan siswa, dan ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan. Sedangkan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembelajaran prasiklus, masih ada satu indikator yang tidak muncul yaitu ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disebabkan pengelolaan waktu yang kurang baik dari guru. Selain itu, terkadang ada agenda sekolah yang bersifat mendadak sehingga menyebabkan pengurangan jam pelajaran. Kemampuan menggunakan media pembelajaran, meliputi memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media, ketepatan penggunaan media dengan materi yang disampaikan, dan memiliki keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran, membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran, meliputi penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian, penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP. Sedangkan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembelajaran prasiklus, masih ada satu indikator yang tidak muncul yaitu menggunakan berbagai bentuk dan ragam penilaian yang berbeda. Hal ini commit to user disebabkan faktor pengelolaan waktu yang kurang baik dari guru sehingga tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 memungkinkan bagi guru dalam memodifikasi ragam penilaian seperti penilaian proyek dan sebagainya. Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran, meliputi meninjau kembali materi yang telah diberikan, memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, dan memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran prasiklus guru sudah menunjukkan semua indikator dalam menutup kegiatan pembelajaran. Tindak lanjut meliputi memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok, menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya, memberikan motivasi untuk selalu terus belajar. Sedangkan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembelajaran prasiklus, masih ada beberapa indikator yang tidak muncul yaitu menginformasikan bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya dan memberikan motivasi untuk terus belajar. Hal ini disebabkan karena waktu pembelajaran prasiklus ini bertepatan dengan waktu sebelum istirahat kedua. Sehingga siswa dan guru sama-sama tidak fokus dan mulai lelah dalam mengikuti maupun menyampaikan pembelajaran. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa performance guru biologi kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo sudah cukup baik dalam hal kemampuan membuka pelajaran, penguasaan bahan ajar, kegitan belajar mengajar, kemampuan menutup pelajaran, dan kemampuan memberi tindak lanjut dengan baik, tetapi guru masih belum mampu membangun sikap positif siswa dalam belajar dan menggunakan media pembelajaran dengan baik. Performance guru memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran karena guru bertanggung jawab terhadap proses kegiatan yang berlangsung. Kinerja atau performance guru yang baik dan berkualitas akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di dalam kelas, sebaliknya kinerja atau performance guru yang kurang berkualitas akan membuat kualitas pembelajaran yang ada di dalam kelas menurun karena proses pembelajaran yang ada di dalam kelas pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan yang merupakan hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, dimana guru commit to user memiliki multiperan yang tidak hanya sebagai pengajar saja.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 3) Iklim Kelas Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses pembelajaran. Hasil
observasi
terhadap
iklim
kelas
saat
pelaksanaan
proses
pembelajaran prasiklus menunjukkan bahwa iklim kelas X 7 kurang kondusif, banyak siswa di kelas yang membuat gaduh dengan kurang tertib mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, berbicara sendiri dengan teman, maupun bercanda saat proses pembelajaran. Hal ini diperkuat melalui hasil lembar observasi iklim kelas yang terlihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Prasiklus No Indikator Prosentase 1 Kekompakan siswa 37,14% 2 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 48,57% 3 Kepuasan siswa 31,43% 4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran 60% Jumlah 177,14% Rata-rata 44,285% Berdasarkan Tabel 4.3 rata-rata capaian indikator iklim kelas prasiklus adalah 44,285% dengan nilai indikator iklim kelas berkisar antara 31,43% - 60%. Adapun prosentase capaian aspek iklim kelas prasiklus dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Prasiklus No Aspek Prosentase 1 Hubungan antarsiswa 42,86% 2 Hubungan antara siswa dengan guru 45,71% Jumlah 88,57% Rata-rata 44,285% Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat rata-rata capaian aspek untuk iklim kelas prasiklus adalah 44,285% dengan nilai aspek berkisar 42,86% - 45,71%. Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat aspek hubungan antar-siswa dan hubungan antara siswa dengan guru dalam pelaksanaan pembelajaran biologi di kelas X 7 masih sangat rendah, ditunjukkan dari partisipasi siswa yang masih rendah dan commit to user pembelajaran. Kepuasan siswa kurangnya kekompakan siswa dalam pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang tampak yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran yang tengah berlangsung. Data tersebut diperkuat dengan hasil pemberian angket dan wawancara terhadap beberapa siswa. Berdasarkan angket dan wawancara ditunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa bosan dengan pembelajaran biologi yang dilaksanakan karena dalam mengajar guru sering menggunakan metode mengajar yang membuat siswa cenderung menghafal dan kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Dari ketiga metode pengambilan data yang dilakukan untuk mengetahui aspek iklim kelas dalam kualitas pembelajaran biologi dapat disimpulkan bahwa iklim kelas di kelas X 7 pada saat prasiklus masih rendah jauh di bawah target. Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas tersebut dan mempengaruhi proses pembelajaran. Iklim kelas merupakan salah satu aspek dari kualitas pembelajaran, iklim kelas yang rendah menyebabkan kualitas pembelajaran rendah. 4) Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Pembelajaran Sikap ilmiah merupakan sikap yang diharapkan pada saat dan setelah melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sains biologi. Hasil observasi prasiklus terhadap sikap ilmiah siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa kelas X 7 mashi kurang, hal ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang kurang disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran. Saat proses pembelajaran masih banyak siswa yang kurang bersemangat mengikuti pelajaran seolah-olah tidak ingin belajar, ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya tidak ada satu pun siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Begitu pula saat guru mengajukan pertanyaan hanya 1-3 orang siswa saja yang berani menjawab pertanyaan. Hasil ini diperkuat dengan lembar observasi dan pemberian angket mengenai sikap commit to user siswa terhadap proses pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Adapun prosentase capaian indikator sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran prasiklus dapat dilihat dari Tabel 4.5. Tabel 4.5. Prosentase Capaian Indikator Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus No Indikator Prosentase 1 Rasa ingin tahu terhadap materi biologi 42,86% 2 Berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan 40% berargumentasi 3 Berani mengusulkan perbaikan atas suatu kondisi dan 42,86% bertanggung jawab terhadap usulannya 4 Bekerja sama 48,57% 5 Jujur 48,57% 6 Tekun dan tidak mudah menyerah 45,71% Jumlah 268,57% Rata-rata 44,76% Berdasarkan Tabel 4.5 capaian indikator sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran prasiklus rata-rata indikator sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran adalah 44,76% dengan nilai indikator antara 40% - 48,57%. Pada saat pelaksanaan pembelajaran prasiklus guru menggunakan metode pembelajaran diskusi informasi disertai media pembelajaran berupa papan tulis (white board). Pada proses pembelajaran ini guru memberikan tugas untuk mendikusikan masalah yang ada di LKS, tetapi pada saat pelaksanaan diskusi banyak siswa yang kurang antusias untuk melakukan diskusi. Siswa justru lebih senang bercanda dibanding melakukan diskusi dengan temannya untuk menyelesaikan masalah. Selama proses pembelajaran berlangsung tidak satu pun siswa yang berani mengajukan pertanyaan pada guru meskipun ketika diberi pertanyaan mereka belum paham dengan materi yang diajarkan. Adapun capaian aspek sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran untuk lembar observasi prasiklus dapat dilihat dari Tabel 4.6. Tabel 4.6. Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus No Aspek Prosentase 1 Sikap ilmiah siswa 44,76% Berdasarkan Tabel 4.6 capaian aspek sikap ilmiah siswa terhadap commit to useradalah 44,76%. Berdasarkan nilai pembelajaran untuk lembar observasi prasiklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 tersebut, sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi masih sangat rendah, dibuktikan dengan banyak siswa yang kurang memperlihatkan sikap ingin tahu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, banyak siswa yang tidak berani bertanya dan memberikan saran serta masih banyak siswa yang kurang bekerja sama. Kejujuran siswa dalam hal diskusi juga masih kurang, yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang cenderung tidak berdiskusi dengan temannya. Ketika membuat hasil diskusi yang dipresentasikan di depan kelas, tidak dibuat berdasarkan hasil diskusi tetapi hanya berdasarkan buku saja. Ketekunan siswa dalam pembelajaran ini juga terlihat masih sangat kurang terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan tugsanya sendiri dan cenderung menunggu teman yang lain mengerjakan. Selain dari observasi dan pemberian angket juga dilakukan wawancara terhadap siswa untuk mengetahui sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran biologi. Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa siswa kurang tekun dan kurang memiliki hasrat ingin tahu terhadap pelajaran biologi sehingga ketika guru menyampaikan pertanyaan siswa tidak memiliki keberanian dalam menjawab pertanyaan maupun memberikan saran atau tanggapan atas suatu permasalahan. Dari ketiga metode pengambilan data yang dilakukan untuk mengambil data sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi didapatkan kesimpulan bahwa sikap ilmiah siswa kelas X 7 terhadap pelajaran biologi masih rendah. Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi merupakan salah satu aspek dari kualitas pembelajaran. Siswa yang menunjukkan sikap ilmiah yang baik akan memiliki peluang yang lebih baik dalam belajar daripada siswa yang kurang memiliki sikap ilmiah. Sikap siswa yang kurang ilmiah menyebabkan kualitas pembelajaran belum mampu tercapai dengan baik. 5) Motivasi Berprestasi Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction (Donald dalam Hamalik, 2003). “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran prasiklus terhadap motivasi berprestasi siswa menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa kelas X 7 masih kurang. Banyak siswa yang kurang tertarik mengikuti pelajaran biologi dan kurang memiliki dorongan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Ketika diberikan suatu permasalahan oleh guru, banyak siswa yang kurang berminat menyelesaikan masalah tersebut dan kurang tekun dalam menghadapi kesulitan. Mereka tampak putus asa ketika mengerjakan tugas yang sulit dari guru dan akhirnya hanya sedikit siswa yang mau mengerjakan tugas tersebut. Hal ini diperkuat dengan lembar observasi dan hasil pemberian angket motivasi berprestasi siswa terhadap proses pembelajaran biologi. Adapun prosentase capaian indikator motivasi berprestasi prasiklus dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Prosentase Capaian Indikator Motivasi Berprestasi Prasiklus No Indikator Prosentase 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan 45,71% prestasi 2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 45,71% 3 Cermat menentukan target prestasi 45,71% 4 Usaha menanggulangi berbagai penghambat pencapaian 42,86% keberhasilan 5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih 40% singkat dan mudah 6 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 51,43% 7 Kesempurnaan penyelesaian tugas 45,71% 8 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 45,71% 9 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan 42,86% menyelesaikan tugas Jumlah 405,7% Rata-rata 45,08% Berdasarkan Tabel 4.7 hasil capaian indikator motivasi berprestasi untuk hasil prasiklus didapatkan rata-rata 45,08% dengan nilai antara 40% - 51,43%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata indikator motivasi berprestasi untuk prasiklus masih sangat rendah. Pada saat pelaksanaan pembelajaran banyak siswa yang tidak tertarik mengikuti proses pembelajaran. Untuk 20 menit pertama siswa tampak antusias dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Mereka memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Pada menit setelahnya siswa commit to user siswa mulai gaduh dan bersikap tampak bosan dengan kegiatan yang berlangsung,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 kurang baik. Hal ini menunjukkan sensitivitas siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi berkurang. Selanjutnya ketika guru memberikan suatu tugas/permasalahan untuk didiskusikan, banyak siswa tidak mengerjakan tugas dengan sempurna dan tidak didiskusikan dengan baik. Adapun prosentase capaian aspek motivasi berprestasi prasiklus dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Berprestasi Prasiklus No Aspek Prosentase 1 Berorientasi pada keberhasilan 45,71% 2 Antisipasi kegagalan 44,29% 3 Inovatif 45,71% 4 Tanggung jawab 44,76% Jumlah 180,47% Rata-rata 45,12% Berdasarkan Tabel 4.8 capaian aspek motivasi berprestasi siswa memiliki nilai rata-rata 45,12% dengan nilai antara 44,29% - 45,71%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa masih kurang berorientasi terhadap keberhasilan dan tanggung jawab yang kurang. Hal ini ditunjukkan dari sikap siswa yang enggan melaksanakan kegiatan diskusi ketika mendapatkan tugas untuk diselesaikan. Kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah juga masih kurang dan hal ini membuktikan bahwa aspek inovatif siswa masih rendah. Dalam hal antisipasi kegagalan, masih banyak siswa yang tidak menentukan target belajarnya sehingga hal ini membuktikan bahwa sikap siswa terhadap tugas kurang mengantisipasi kegagalan dan kemungkinan-kemungkinan mendapatkan nilai yang baik pun juga kurang diperhatikan siswa. Motivasi berprestasi ditinjau dari aspek-aspek orientasi terhadap keberhasilan, antisipasi kegagalan, inovatif, dan tanggung jawab. Aspek orientasi terhadap keberhasilan meliputi sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi dan kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi, aspek antisipasi kegagalan meliputi cermat dalam menentukan target prestasi dan usaha untuk menanggulangi penghambat, aspek inovatif meliputi penemuan cara menyelesaikan masalah secara singkat dan menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar, serta aspek tanggung commit tojawab user yang meliputi kesempurnaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 menyelesaikan tugas, berdiskusi dengan baik, serta percaya diri dan tangguh dalam menyelesaikan tugas. Selain dari observasi dan pemberian angket juga dilakukan wawancara terhadap siswa untuk mengetahui motivasi berprestasi siswa terhadap pelajaran biologi. Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa motivasi berprestasi siswa masih rendah. Hal ini didapatkan dari siswa yang kurang tertarik mengikuti kegiatan pelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, bahkan kadang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dari ketiga metode pengambilan data yang dilakukan untuk mengambil data motivasi berprestasi siswa didapatkan kesimpulan bahwa motivasi berprestasi siswa kelas X 7 terhadap pelajaran biologi masih rendah. Motivasi berprestasi merupakan salah satu aspek kualitas pembelajaran. Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi memiliki gairah yang besar untuk melakukan kegiatan pembelajaran, sebaliknya siswa yang motivasi berprestasinya rendah cenderung pasif dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan pada akhirnya kualitas pembelajaran belum mampu tercapai dengan baik. Hasil prasiklus terhadap aspek kualitas pembelajaran di kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo menunjukkan fasilitas pembelajaran yang ada di kelas cukup baik, lingkungan kelas nyaman dan kondusif untuk dihuni oleh 36 siswa, performance guru juga sudah cukup baik dalam hal pengorganisasian, penyampaian, dan pengelolaan pembelajaran. Walaupun dalam hal ini guru masih belum mampu membentuk sikap positif siswa dalam belajar sehingga siswa kelas X 7 belum mampu aktif dalam proses pembelajaran. Iklim kelas saat proses pembelajaran belum kondusif, banyak siswa yang membuat gaduh karena tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti berbicara dengan teman lain maupun bercanda saat pembelajaran berlangsung. Sikap atau sikap siswa juga kurang baik saat mengikuti proses pembelajaran, hal ini ditunjukkan dari siswa yang kurang menerapkan sikap ilmiah dalam pembelajaran biologi. Sedangkan motivasi berprestasi siswa juga masih rendah yang ditandai dengan banyaknya siswa yang kurang berminat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, kurang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 bertanggung jawab saat mengerjakan tugas, dan sebagian besar siswa tidak tertarik untuk mengerjakan kegiatan diskusi saat proses pembelajaran. Untuk mengatasi permaslahan ini maka perlu adanya suatu tindakan untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring
(CWPT) dengan disertai media cerita bergambar.
Penggunaan media cergam diharapkan akan mampu meningkatkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran biologi. Dengan meningkatnya minat siswa maka diharapkan motivasi siswa juga akan meningkat. Model pembelajaran CWPT merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa dibentuk dalam kelompokkelompok yang berpasangan, kemudian diminta untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sistem tutoring. Dalam model pembelajaran ini, siswa diminta untuk
berdiskusi
tentang permasalahan
yang diberikan
dalam
pembelajaran. Penggunaan metode tutoring dengan kelompok berpasangan dalam model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan kekompakan siswa dalam menyelesaikan tugas dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu, model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan tutoring untuk menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga nantinya siswa akan lebih aktif dan iklim kelas menjadi lebih kondusif. Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
dilakukan
tindakan
untuk
menyelesaikan permasalahan kualitas pembelajaran yang ada di kelas X 7. Adapun aspek yang akan ditingkatkan adalah performance guru dalam kelas, iklim kelas, sikap siswa terhadap pembelajaran (dalam hal ini adalah sikap ilmiah), dan motivasi berprestasi siswa. B. DESKRIPSI HASIL TINDAKAN TIAP SIKLUS a. Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus
I meliputi: perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). 1) Perencanaan Tindakan Tahap-tahap yang ada dalam tahap perencanaan adalah meliputi commit user dari angket dan lembar observasi penyusunan instrumen pembelajaran yangtoterdiri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 aspek kualitas pembelajaran (performance guru, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi berprestasi siswa), media cergam sub pokok bahasan Bryophyta, LKS tutor dan tutee, cergam Bryophyta, soal tes evaluasi siklus I, lembar observasi keterlaksanaan sintaks proses pembelajaran, silabus pembelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bersama guru berkolaborasi menetapkan tindakan yang akan diberikan pada siswa, mulai dari RPP sampai dengan penyediaan alat dan bahan yang diperlukan selama kegiatan berlangsung. Selain itu, peneliti juga mengkonsultasikan soal evaluasi yang akan diberikan pada siswa. 2) Pelaksanaan Tindakan Penerapan model pembelajaran CWPT disertai cergam Bryophyta menggunakan sintaks pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut. Siklus I dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sebelum menginjak pertemuan ini, guru telah memberikan modul cergam pada pertemuan sebelumnya untuk dipelajari siswa. Pelajaran diawali dengan guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi awal sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan tentang salah satu ciri khas dari Bryophyta dan menyemangati siswa untuk dapat membangun konsepnya dalam belajar. Selanjutnya, guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar kemudian memasang-masangkan siswa dalam pasangan. Guru membagi LKS berisi tugas yang harus diselesaikan oleh masing-masing siswa (tutor maupun tutee). Selanjutnya siswa melakukan tutoring sesi pertama dengan pasangannya sambil mengerjakan tugas di dalam LKS. Pada sesi pertama ini, tutor menjelaskan materi mengenai ciri dan klasifikasi Bryophyta kepada tutee. Tutor menjelaskan materi kepada tutee berdasarkan materi pokok yang dibicarakan. Sedangkan tutee mendengarkan penjelasan tutor kemudian merangkum hal-hal yang diterangkan tutor. Setelah sesi tutoring pertama selesai selanjutnya guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa yang berperan sebagai tutee dalam pasangan kelompok. Tutor boleh memberikan bantuan kepada tutee apabila kesulitan dalam commit to user hanya berupa kata kunci yang menjawab soal, tetapi bantuan yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 menjurus ke jawaban soal, bukan jawabannya secara langsung. Penilaian dilakukan oleh tutor menurut ketentuan yaitu: tutee menjawab dengan benar tanpa bantuan diberikan 2 poin, tutee menjawab dengan benar dengan bantuan tutor diberikan 1 poin, dan tutee yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar tidak diberikan poin atau poin 0. Dengan cara ini, diharapkan dapat melatih kejujuran siswa yang merupakan salah satu indikator dalam aspek sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi. Selain itu, dengan tutoring diharapkan siswa dapat aktif baik secara fisik, mental maupun sosialnya. Selanjutnya, guru meminta siswa bertukar peran untuk melaksanakan kegiatan tutoring pada sesi kedua. Siswa yang awalnya berperan sebagai tutor secara bergantian menjadi tutee dan sebaliknya. Pada sesi yang kedua tutor menjelaskan materi mengenai daur hidup dan peranan Bryophyta. Setelah selesai melaksanakan kegiatan tutoring, tutee mengerjakan soal evaluasi dari guru yang diberikan melalui tutor. Guru meminta siswa untuk saling membantu dan tidak saling mencela dalam melakukan kegiatan tutoring. Dengan melakukan kegiatan tutoring, diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai tutor maupun tutee. Seusai melaksanakan kegiatan tutoring, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menghitung perolehan poin masing-masing pasangan dan menobatkan kelompok dengan perolehan poin terbanyak sebagai pemenangnya. Dengan penobatan tim pemenang ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kekompakan dan kepuasan siswa serta motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi. Di akhir kegiatan pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari materi Bryophyta yang telah didiskusikan dalam kegiatan tutoring. Guru membantu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan bertanya kepada para siswa dan siswa ada yang menjawab serta menanggapi pendapat temannya. Dengan sistem ini, diharapkan siswa dapat memiliki keberanian dalam bertanya dan menanggapi pendapat temannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 3) Tahap Pengamatan dan Evaluasi Tahap pengamatan dan evaluasi dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi, angket, dan dokumentasi kegiatan pembelajaran di kelas. Lembar observasi yang digunakan mengacu pada kisi-kisi yang telah ditentukan sebelumnya. Observasi dilakukan oleh tiga orang observer sebagai pembanding data hasil pengamatan. Sedangkan angket diberikan setelah proses pembelajaran siklus 1 berakhir. Selain menggunakan angket dan lembar observasi juga diberikan tes evaluasi siklus I sebagai data penyerta untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah dilakukan tindakan siklus I. Sedangkan wawancara siklus I dilakukan di luar jam pelajaran untuk mendapatkan masukan dalam setiap proses pembelajaran. Wawancara dilakukan pada guru dan siswa secara luas dan mendalam mengenai proses pembelajaran yang dilakukan di siklus I. Adapun hasil pengamatan siklus I terhadap aspek kualitas pembelajaran adalah sebagai berikut. a) Performance Guru Aspek performance guru dapat dilihat dari cara guru dalam membuka dan menutup pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan ajar, skenario atau proses pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan memberikan tindak lanjut. Adapun hasil observasi performance guru saat pelaksanaan siklus I terangkum pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Siklus I No. Performance Guru Keterlaksanaan 1. Kemampuan Membuka Pelajaran a. Menarik perhatian siswa Ya b. Memberikan motivasi awal Ya c. Memberikan apersepsi (kaitan materi dengan Ya materi yang akan disampaikan) d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan Ya diberikan e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan Ya diberikan 2. Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran a. Kejelasan artikulasi suara Ya b. Variasi gerakan badan tidak mengganggu Ya perhatian siswa c. Antusiasme dalam penampilan Ya d. Mobilitas posisi mengajar Ya commit to user 3. Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 No.
4.
5.
6.
7.
8.
Performance Guru a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkahlangkah yang direncanakan dalam RPP b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi) c. Kejelasan dalam memberikan contoh d. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran) a. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan b. Penyajian bahan belajaran sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan c. Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan mesikap pertanyaan siswa d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran: a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media b. Ketepatan/kesesuaian penggunaan media dengan materi yang disampaikan c. Memiliki keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran d. Membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran Evaluasi Pembelajaran a. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian c. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran: a. Meninjau kembali materi yang telah diberikan b. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan c. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak Lanjut/Follow up a. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok b. Menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya. c. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar Jumlah Jawaban YA
Keterlaksanaan Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya 26
Tabel 4.9 menunjukkan secara umum bahwa guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam performance di kelas, tetapi guru masih belum mampu mengefektifkan waktu selama proses pembelajaran dengan baik. Sehingga dalam pelaksanaannya masih belum sesuai dengan sintaks pembelajaran CWPT. Penyebabnya adalah banyaknya siswa yang masih belum terbiasa dengan model pembelajaran ini. Selain itu, siswa masih banyak yang bingung dalam melaksanakan kegiatan tutoring. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 b) Iklim Kelas Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antarpeserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses pembelajaran. Tabel 4.10. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Siklus I No Indikator Prosentase 1 Kekompakan siswa 60% 2 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 68,57% 3 Kepuasan siswa 51,43% 4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran 68,57% Jumlah 248,57% Rata-rata 62,14% Berdasarkan Tabel 4.10 rata-rata capaian indikator iklim kelas untuk lembar observasi siklus I adalah 62,14% dengan nilai indikator iklim kelas berkisar antara 51,43% - 68,57%. Hasil ini meningkat dari nilai prasiklus sebesar 17,86%. Hasil observasi dan angket saat pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa iklim kelas di kelas X 7 sudah lebih kondusif dibandingkan saat pelaksanaan prasiklus. Hal ini ditunjukkan dari sudah banyak siswa yang terlibat dan didukung oleh guru dalam berdiskusi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun prosentase capaian aspek iklim kelasnya berdasarkan hasil siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Siklus I No Aspek Prosentase 1 Hubungan antarsiswa 64,29% 2 Hubungan antara siswa dengan guru 60% Jumlah 124,29% Rata-rata 62,15% Berdasarkan Tabel 4.11 rata-rata capaian aspek iklim kelas untuk lembar observasi siklus I adalah 62,15% dengan nilai indikator iklim kelas berkisar antara 60% - 64,29%. Berdasarkan hasil siklus I, diketahui aspek hubungan antarsiswa sudah bagus ditandai dari siswa telah mampu bekerjasama dalam menyelesaikan tugas, terlihat kompak antar teman satu dengan teman yang lain, dan tidak saling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 menggangu saat menyelesaikan tugas dari guru. Dukungan guru juga turut mendukung kekompakan siswa dalam kelas. Nilai tersebut didukung oleh hasil angket dan wawancara yang hasilnya sejalan dengan data pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Berdasarkan Tabel 4.10 capaian indikator iklim kelas meningkat dari hasil prasiklus, tetapi hasil tersebut masih di bawah target tuntas kualitas pembelajaran yaitu 63% (sesuai kesepakatan antara peneliti dan guru serta didasarkan atas hasil prasiklus) yang berarti iklim kelas di kelas X 7 belum cukup kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Selain hasil observasi dan angket dilakukan pula wawancara untuk memperkuat hasil iklim kelas. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa keterlibatan siswa meningkat setelah dilakukan tindakan. Hal ini dibuktikan dari pengakuan responden yang menyatakan dapat terlibat secara aktif ketika dilakukan pelaksanaan pembelajaran CWPT. Selain itu responden lebih tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran karena proses pembelajaran yang dilakukan merupakan hal yang baru dan belum pernah dilakukan. Responden mengatakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan menjadikan mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih bisa bekerjasama dengan teman-temannya meskipun ada beberapa yang masih kurang peduli dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Ketiga data yang diambil untuk mengetahui iklim kelas saat pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa telah ada peningkatan rata-rata capaian indikator iklim kelas dibandingkan dengan saat prasiklus meskipun nilai iklim kelas ini belum mencapai target tuntas kualitas pembelajaran. Target tuntas kualitas pembelajaran ditentukan berdasarkan kondisi awal sebelum tindakan disertai dengan kesepakatan antara guru dan peneliti yaitu sebesar 63%. Iklim kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hubungan antarsiswa dan hubungan antara siswa dengan guru. Berdasarkan lembar observasi hasil triangulasi observer, nilai indikator tertinggi adalah keterlibatan siswa, di mana dari indikator ini menunjukkan siswa memiliki tingkat keterlibatan yang besar dalam mengikuti pembelajaran biologi. commit to user Sedangkan nilai indikator terendah adalah kepuasan siswa. Dasar ini diambil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 karena aspek iklim kelas akan lebih akurat melalui pengamatan. Angket hanya merupakan data yang mendukung saja. Proses pembelajaran siklus I menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar, membuktikan pengetahuan yang diperoleh serta bekerja sama dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Proses kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam belajar menyebabkan iklim kelas yang berlangsung menjadi lebih kondusif dibandingkan dengan proses pembelajaran yang hanya sekedar menerima informasi yang diberikan guru. Peningkatan iklim kelas di siklus I ditandai dengan peningkatan kualitas dan jumlah keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Secara kuantitatif berupa jumlah siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan secara kualitatif berupa aktivitas siswa dalam sesi tutoring. Selain itu peningkatan iklim kelas ditandai dengan peningkatan hubungan siswa dengan guru dan antar peserta didik yang lain. Hubungan siswa ditandai dengan kekompakan siswa. Pada proses pembelajaran yang berlangsung kekompakan siswa meningkat seiring dengan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan hubungan antara siswa dan guru ditunjukkan dengan meningkatnya dukungan guru dan kepuasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa kelas X 7 pada pelaksanaan proses pembelajarannya telah mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari siswa yang pada awalnya kurang tekun dalam mengikuti pelajaran menjadi lebih tekun dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Rasa ingin tahunya meningkat dan lebih berani untuk bertanya dan mengajukan pendapatnya. Tetapi, masih ada siswa yang kurang jujur, terutama saat mengerjakan LKS dan soal evaluasi pada sesi tutoring. Adapun prosentase capaian indikator sikap ilmiah siswa berdasarkan hasil siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.12. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 Tabel 4.12. Prosentase Capaian Indikator Sikap Ilmiah Siswa Siklus I No 1. 2 3 4 5 6
Indikator Rasa ingin tahu terhadap materi biologi Berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi Berani mengusulkan perbaikan atas suatu kondisi dan bertanggung jawab terhadap usulannya Bekerja sama Jujur Tekun dan tidak mudah menyerah Jumlah Rata-rata
Prosentase 62,86% 62,86% 62,86% 62,86% 60% 65,71% 377,15% 62,86%
Berdasarkan Tabel 4.12 rata-rata capaian indikator sikap ilmiah siswa siklus I adalah 62,86% dengan nilai indikator berkisar antara 60% - 65,71%. Hasil ini meningkat dibandingkan dengan nilai prasiklus sebesar 18,1%. Adapun capaian aspek sikap ilmiah siswa siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Siswa Siklus I No Aspek Prosentase 1 Sikap ilmiah siswa 62,86% Berdasarkan Tabel 4.13 rata-rata capaian aspek sikap ilmiah siswa siklus I adalah 62,86% dengan nilai aspek sikap ilmiah siswa adalah 62,86%. Data tersebut didukung oleh hasil wawancara yang menunjukkan hasil yang sejalan dengan hasil angket dan observasi. Sikap siswa dalam proses pembelajaran masih belum menunjukkan sikap ilmiah yang seharusnya dimiliki seorang siswa dalam proses pembelajaran biologi. Berdasarkan Tabel 4.13 nilai rata-rata untuk aspek sikap ilmiah siswa menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan nilai prasiklus. Aspek sikap ilmiah ditandai dengan peningkatan rasa ingin tahu siswa, keberanian bertanya dan memberi saran, kerja sama, kejujuran, dan ketekunan dalam menyelesaikan tugas. Selain hasil observasi dan angket dilakukan pula wawancara untuk memperkuat hasil sikap ilmiah siswa. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran CWPT. Responden mengatakan menjadi lebih bersemangat mengikuti pelajaran dikarenakan kegiatan pelajaran yang dilakukan lebih menarik. Selain itu, lebih memiliki rasa ingin tahu commit to userdemikian, ada beberapa responden terhadap kegiatan yang berlangsung. Meskipun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 yang juga menjawab kurang jujur dan kurang berani dalam bertanya ataupun memberikan saran terhadap kegiatan pembelajaran. Dari ketiga data yang diambil untuk mengetahui sikap ilmiah siswa saat pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa telah ada peningkatan sikap ilmiah siswa dibandingkan dengan prasiklus. Berdasarkan hasil triangulasi observer yang didukung dengan hasil wawancara, indikator terendah adalah kejujuran siswa. Hal ini ditandai dengan kurangnya kejujuran siswa dalam berdiskusi dengan teman kelompoknya. Indikator tertinggi adalah ketekunan dalam menyelesaikan tugas, yang ditandai dengan ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru seperti menyelesaikan LKS dengan baik dan mengikuti prosedur pembelajaran dengan semestinya. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di siklus I menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, siswa diminta untuk mampu bekerja sama dengan siswa lain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani dalam bertanya dan memberi saran, jujur, dan tekun dalam menyelesaikan tugas. d) Motivasi Berprestasi Hasil pengamatan terhadap motivasi berprestasi pada pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa motivasi kelas X 7 pada pelaksanaan proses pembelajarannya telah mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari siswa yang pada awalnya kurang berminat mengikuti pelajaran, kurang bersemangat mengikuti pelajaran, kurang tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru menjadi lebih bersemangat dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang berminat mengikuti proses pembelajaran, tidak memperhatikan penjelasan dari guru, kurang tekun dalam menyelesaikan tugas/masalah dan kurang bertanggung jawab menyelesaikan tugas dari guru. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi dan angket yang ditunjukkan pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15. Adapun prosentase capaian indikator untuk motivasi berprestasi siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.14. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Tabel 4.14. Prosentase Capaian Indikator Motivasi berprestasi Siklus I No Indikator Prosentase 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan 51,43% prestasi 2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 51,43% 3 Cermat menentukan target prestasi 51,43% 4 Usaha menanggulangi berbagai penghambat pencapaian 54,29% keberhasilan 5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih 51,43% singkat dan mudah 6 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 57,14% 7 Kesempurnaan penyelesaian tugas 54,29% 8 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 57,14% 9 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan 51,43% menyelesaikan tugas Jumlah 480,01% Rata-rata 53,33% Berdasarkan Tabel 4.14 rata-rata capaian indikator motivasi berprestasi untuk lembar observasi siklus I adalah 53,33% dengan nilai indikator motivasi berprestasi berkisar antara 51,43% - 57,14%. Hasil ini mengalami kenaikan dari nilai prasiklus sebesar 8,25%. Adapun capaian aspek motivasi berprestasi siswa untuk lembar observasi siklus I terdapat pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Berprestasi Siklus I No Aspek Prosentase 1 Berorientasi pada keberhasilan 51,43% 2 Antisipasi kegagalan 52,86% 3 Inovatif 54,29% 4 Tanggung jawab 54,29% Jumlah 212,87% Rata-rata 53,22% Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa rata-rata indikator motivasi berprestasi siswa meningkat dari nilai prasiklus. Beberapa indikator telah mencapai target ketuntasan. Adapun yang masih belum mencapai tingkat ketuntasan adalah cermat menentukan target prestasi, kesempurnaan penyelesaian tugas, dan melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa karena adanya kegiatan yang menarik maka siswa lebih berminat mengikuti pelajaran, lebih tekun dan ulet menghadapi kesulitan dan senang mencari dan menyelesaikan masalah yang ada dalam proses pembelajaran. Tetapi, karena faktor tuntutan waktu, kebanyakan siswa cenderung tidak berdiskusi dan hanya commitkerja to user melihat modul saja tanpa melakukan sama yang baik dengan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 Selain itu, tugas di dalam LKS juga tidak dikerjakan dengan sempurna sebagai akibat dari terbatasnya waktu dan tugas yang diberikan kepada siswa terlalu banyak. Motivasi
berprestasi
memiliki
empat
aspek
yaitu
berorientasi
keberhasilan, antisipasi kegagalan, inovatif, dan tanggung jawab. Berdasarkan Tabel 4.15, faktor orientasi keberhasilan membuat siswa melakukan inovasiinovasi dalam belajarnya sehingga siswa dapat mencapai target prestasi yang ditentukan. Untuk itulah siswa dituntut untuk dapat bertanggung jawab terhadap hal-hal yang sudah menjadi tugasnya. Selain hasil observasi dan angket dilakukan pula wawancara untuk memperkuat hasil motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa responden termotivasi mengikuti pelajaran setelah dilakukan pembelajaran dengan penggunaan media cergam pada model pembelajaran CWPT. Responden mengatakan cukup tertantang terhadap permasalahan yang diberikan oleh guru dan berusaha menyelesaikannya dengan baik dengan cara berdiskusi dengan siswa atau guru. Responden juga cukup tertarik mengikuti kegiatan pelajaran. Di sisi lain, ada beberapa masukan dari responden yang menyatakan bahwa cergam pembelajaran yang diberikan masih kurang jelas dan membuat bingung alur ceritanya sehingga kurang menarik motivasi responden untuk mengikuti pembelajaran. Dari ketiga data yang diambil untuk mengetahui motivasi berprestasi siswa saat pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa terjadi banyak peningkatan motivasi berprestasi dibandingkan dengan saat prasiklus, namun peningkatan ini masih belum cukup tinggi karena ada beberapa indikator yang belum mencapai target ketuntasan 63%. Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak hanya diminta untuk melihat materi yang dikemas dalam cergam tetapi juga menjelaskan informasi yang diperoleh dari modul cergam. Penerapan proses pembelajaran seperti ini merupakan kegiatan yang belum pernah dilakukan oleh siswa sehingga kegiatan yang dilakukan cukup menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan commit to user pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 e) Data Pendukung Pada siklus I ini, sintaks pemberian poin kepada siswa dalam kelompok belum dapat terlaksana. Sehingga tidak ada dokumentasi untuk perolehan poin tiap kelompok. Tetapi, tes evaluasi tetap dilaksanakan dan hasil tes ini berfungsi sekaligus sebagai evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan di siklus I terhadap capaian hasil belajar kognitif siswa pada materi Bryophyta. Hasil tes evaluasi siklus I menunjukkan prosentase siswa yang lulus KKM sebesar 34,29% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari sekolah sebesr 67. Jumlah siswa yang lulus KKM sebanyak 12 siswa dan jumlah siswa yang tidak lulus KKM sebanyak 23 siswa. Pada siklus I siswa tidak ada yang mendapatkan nilai optimal. Nilai optimal didapatkan jika siswa mampu menjawab 90% pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah dipelajari. Tabel 4.16. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus I Ktiteria Frekuensi Prosentase Tuntas 12 34,29% Belum tuntas 23 65,71% Jumlah 35 100% Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan prosentase siswa yang lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada proses pembelajaran siklus I hanya sebesar 34,29% dengan jumlah siswa yang lulus KKM sebanyak 12 siswa dan yang belum lulus KKM sebanyak 23 siswa yaitu sebesar 65,71%. Pada proses pembelajaran siklus I tidak ada siswa yang mendapatkan nilai optimal. Nilai optimal didapatkan jika siswa mampu menjawab 90% pertanyaan dari materi yang telah dilakukan. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan pada siklus I belum memberikan hasil yang optimal. 4) Tahap Analisis dan Refleksi Tahap analisis dan refleksi meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi performance guru, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi berprestasi siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus I sebagai bahan perencanaan pada siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus I secara umum belum mencapai hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil ini, maka dapat diperoleh hasil refleksi sebagai berikut. 1. Performance guru dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan yang cukup baik tetapi guru masih belum menggunakan waktu yang tersedia secara optimal. Ada beberapa sintaks yang kurang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan ada satu sintaks yang sama sekali tidak terlaksana yaitu sintaks pemberian poin dan penghargaan kepada siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya manajemen waktu yang baik dari kedua pihak yaitu guru dan siswa. 2. Iklim kelas belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, masih ada beberapa siswa yang kurang terlibat mengikuti pelajaran, membuat gaduh dengan bermain sendiri, kurang tertib mengikuti prosedur pembelajaran, siswa juga kurang mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Akan tetapi kekompakan siswa mengalami sedikit peningkatan, dukungan guru kepada siswa juga meningkat, dibuktikan dengan banyak siswa yang bertanya dan guru mesikap dengan baik pertanyaan siswa. 3. Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan walaupun peningkatannya masih belum signifikan. Saat pelaksanaan pembelajaran siswa masih ada siswa yang kurang berani dalam bertanya dan memberi saran, siswa juga masih belum memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kurang jujur, dan kurang kerja sama. Meskipun demikian, siswa lebih tekun dalam mengikuti proses pembelajaran dan mengerjakan tugas dengan pelaksanaan tindakan siklus I. 4. Motivasi berprestasi siswa sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah pelaksanaan siklus I, tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran, kurang bertanggung jawab melakukan kegiatan dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 b. Siklus II 1) Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi siklus I menunjukkan adanya kelemahan sehingga perlu ada perbaikan di siklus II. Untuk mengatasi masalah yang ada di siklus I, peneliti bersama guru melakukan langkah-langkah perbaikan, antara lain sebagai berikut. a) Berdasarkan refleksi yang dilakukan di siklus I, guru masih belum optimal dalam melaksanakan sintaks pembelajan sesuai RPP. Sebagai tindak lanjut terhadap hal tersebut, peneliti memberikan training dan pelatihan kepada siswa dan guru untuk dapat melaksanakan sintaks pembelajaran yang sesuai dengan pokok sintaks dari model pembelajaran CWPT. b) Berdasarkan refleksi yang dilakukan di siklus I, guru masih belum mampu mengelola atau mengatur waktu sehingga dalam hal ini guru terkesan kurang tegas terhadap siswa. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus I, guru harus lebih bersikap tegas dan menerapkan peraturan-peraturan saat sesi tutoring, sehingga siswa tidak seenaknya dalam pembelajaran. Selain itu perlu dilakukan perbaikan berupa penyederhanaan LKS dan sintaks pembelajaran. c) Berdasarkan refleksi yang dilakukan di siklus I, siswa masih kurang mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan masih menunggu jawaban teman lain. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus I, guru lebih tegas dalam mengarahkan diskusi kepada siswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri. d) Berdasarkan refleksi yang dilakukan di siklus I, siswa banyak yang bosan dengan sistem pembelajaran tutoring seperti ini. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus I, guru membuat suasana pembelajaran menjadi lebih komunikatif serta memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menarik ditambah dengan pemberian penghargaan kepada kelompok pemenang dalam sesi tutoring. Selain itu, diberikan pula bahan pengamatan yang lebih banyak untuk menambah keingintahuan siswa. e) Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I, siswa belum mampu commit to userbaik. Masih banyak siswa yang mengikuti prosedur pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 bingung dan belum memahami prosedur pembelajaran dengan baik. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus I, guru memperjelas prosedurprosedur pembelajaran yang harus dilakukan dan meminta siswa untuk melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur kegiatan pembelajaran yaitu dengan memotivasi siswa untuk mempelajari modul yang telah diberikan pada pertemuan siklus I. Selain itu, peneliti turut serta memberikan pelatihan dan training kepada guru maupun siswa untuk menjelaskan prosedur-prosedur pembelajaran yang benar sesuai sintaksnya. f) Penyusunan rencana pengajaran (RPP) pertemuan ke-2. RPP disusun sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran pada model pembelajaran CWPT dengan sedikit modifikasi. Adapun modifikasi tersebut terdapat pada langkah-langkah pembelajaran pada pokok sintaks pemberian poin dan penghargaan dilakukan di akhir sesi tutoring kedua. Dengan harapan siswa dapat merasa puas dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berjalan di siklus II. g) Penyusunan lembar kegiatan siswa (LKS) dan media cergam. h) Penyusunan instrumen lain seperti, lembar observasi iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran biologi, lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket iklim kelas, sikap ilmiah siswa dan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran biologi, serta pedoman wawancara sama seperti yang digunakan pada siklus I, dan tes evaluasi siklus II. 2) Pelaksanaan Tindakan Penerapan model pembelajaran CWPT disertai cergam Pterydophyta menggunakan sintaks pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut. Siklus II dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sebelum menginjak pertemuan ini, guru telah memberikan modul cergam pada pertemuan sebelumnya untuk dipelajari siswa. Pelajaran diawali dengan guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi awal sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan tentang salah satu ciri khas dari Pterydophyta dan menyemangati siswa untuk dapat commitSelanjutnya to user membangun konsepnya dalam belajar. guru membagi siswa menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 dua kelompok besar kemudian memasang-masangkan siswa dalam pasangan. Guru membagi LKS berisi tugas yang harus diselesaikan oleh masing-masing siswa (tutor maupun tutee). LKS ini telah disederhanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Selanjutnya, siswa melakukan tutoring sesi pertama dengan pasangannya sambil mengerjakan tugas di dalam LKS. Sesi pertama ini, tutor menjelaskan materi mengenai ciri dan klasifikasi Pterydophyta kepada tutee sambil mengerjakan LKS baik tutor maupun tutee. Setelah sesi tutoring pertama selesai, selanjutnya guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa yang berperan sebagai tutee dalam pasangan kelompok. Tutor boleh memberikan bantuan kepada tutee apabila kesulitan dalam menjawab soal, tetapi bantuan yang diberikan hanya berupa kata kunci yang menjurus ke jawaban soal, bukan jawabannya secara langsung. Penilaian dilakukan oleh tutor menurut ketentuan yaitu: tutee menjawab dengan benar tanpa bantuan diberikan 2 poin, tutee menjawab dengan benar dengan bantuan tutor diberikan 1 poin, dan tutee yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar tidak diberikan poin atau poin 0. Dengan cara ini, diharapkan dapat melatih kejujuran siswa yang merupakan salah satu indikator dalam aspek sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dengan tutoring diharapkan siswa dapat aktif baik secara fisik, mental maupun sosialnya. Selanjutnya, guru meminta siswa bertukar peran untuk melaksanakan kegiatan tutoring pada sesi kedua. Siswa yang awalnya berperan sebagai tutor secara bergantian menjadi tutee dan sebaliknya. Pada sesi yang kedua tutor menjelaskan materi mengenai daur hidup dan peranan Pterydophyta. Setelah selesai melaksanakan kegiatan tutoring, tutee mengerjakan soal evaluasi dari guru yang diberikan melalui tutor. Guru meminta siswa untuk saling membantu dan tidak saling mencela dalam melakukan kegiatan tutoring. Dengan melakukan kegiatan tutoring, diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai tutor maupun tutee. Seusai melaksanakan kegiatan tutoring, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menghitung perolehan poin masing-masing pasangan dan commit topoin userterbanyak sebagai pemenangnya. menobatkan kelompok dengan perolehan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Dengan penobatan tim pemenang ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kekompakan dan kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi. Di akhir kegiatan pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari materi Pterydophyta yang telah didiskusikan dalam kegiatan tutoring bersama. Guru membantu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan bertanya kepada para siswa dan siswa ada yang menjawab serta menanggapi pendapat temannya. Dengan sistem ini, diharapkan siswa dapat memiliki keberanian dalam bertanya dan menanggapi pendapat temannya. 3) Tahap Pengamatan dan Evaluasi Observasi yang dilakukan pada siklus II masih sama seperti halnya pada siklus II yaitu untuk mendapatkan data tentang aspek kualitas pembelajaran seperti performance guru, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut. Hasil pengamatan siklus II terhadap aspek kualitas pembelajaran. a) Performance Guru Aspek performance guru dapat dilihat dari cara guru dalam membuka dan menutup pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan ajar, skenario atau proses pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan memberikan tindak lanjut. Adapun hasil observasi performance guru saat pelaksanaan siklus II terangkum dalam Tabel 4.17. Tabel 4.17. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Siklus II No. Performance Guru Keterlaksanaan 1. Kemampuan Membuka Pelajaran a. Menarik perhatian siswa Ya b. Memberikan motivasi awal Ya c. Memberikan apersepsi (kaitan materi dengan Ya materi yang akan disampaikan) d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan Ya diberikan e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan Ya diberikan 2. Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran a. Kejelasan artikulasi suara Ya b. Variasi gerakan badan tidak mengganggu Ya perhatian siswa commit to user c. Antusiasme dalam penampilan Ya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 No. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
Performance Guru d. Mobilitas posisi mengajar Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran) a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkahlangkah yang direncanakan dalam RPP b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi) c. Kejelasan dalam memberikan contoh d. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran) a. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan b. Penyajian bahan belajaran sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan c. Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan mesikap pertanyaan siswa d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran: a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media b. Ketepatan/kesesuaian penggunaan media dengan materi yang disampaikan c. Memiliki keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran d. Membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran Evaluasi Pembelajaran a. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian c. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran: a. Meninjau kembali materi yang telah diberikan b. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan c. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak Lanjut/Follow up a. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok b. Menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya. c. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar Jumlah Jawaban YA
Keterlaksanaan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 30
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam performance di kelas. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam tindakan ini sudah dapat terlaksana dengan baik yang dibuktikan dengan performance guru yang meningkat secara optimal yang mencapai 100%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 b) Iklim Kelas Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses pembelajaran. Tabel 4.18. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Siklus II No Indikator Prosentase 1 Kekompakan siswa 68,57% 2 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 74,29% 3 Kepuasan siswa 60% 4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran 68,57% Jumlah 271,43% Rata-rata 67,86% Berdasarkan Tabel 4.18 rata-rata capaian indikator iklim kelas untuk lembar observasi siklus II adalah 67,86% dengan nilai indikator iklim kelas berkisar antara 60% - 74,29%. Hasil ini meningkat dari nilai siklus I sebesar 5,72%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa iklim kelas di kelas X 7 sudah lebih kondusif dibandingkan saat pelaksanaan siklus I. Hal ini ditunjukkan dari siswa yang terlibat dan didukung oleh guru dalam berdiskusi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun prosentase capaian aspek iklim kelasnya berdasarkan hasil siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.19. Tabel 4.19. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Siklus II No Aspek Prosentase 1 Hubungan antarsiswa 71,43% 2 Hubungan antara siswa dengan guru 64,29% Jumlah 135,72% Rata-rata 67,86% Berdasarkan Tabel 4.19 rata-rata capaian aspek iklim kelas untuk lembar observasi siklus II adalah 67,86% dengan nilai indikator iklim kelas berkisar antara 64,29% - 71,43%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa aspek hubungan antarsiswa sudah bagus ditandai dari siswa telah mampu bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, terlihat kompak antar teman satu dengan teman yang lain, dan tidak saling mengganggu saat menyelesaikan tugas dari guru. Dukungan guru juga turut mendukung kekompakan siswa dalam kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Berdasarkan Tabel 4.18 capaian indikator iklim kelas meningkat dari hasil siklus I namun masih di bawah target tuntas kualitas pembelajaran yaitu 63% (sesuai kesepakatan antara peneliti dan guru serta didasarkan atas hasil prasiklus) yang berarti iklim kelas di kelas X 7 belum cukup kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Selain hasil observasi dan angket dilakukan pula wawancara untuk memperkuat hasil iklim kelas. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa keterlibatan siswa meningkat setelah dilakukan tindakan. Hal ini dibuktikan dari seluruh responden menjawab mereka dapat terlibat secara aktif ketika dilakukan pelaksanaan pembelajaran CWPT. Selain itu responden lebih tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran karena proses pembelajaran yang dilakukan merupakan hal yang baru dan belum pernah dilakukan. Responden mengatakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan menjadikan mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih bisa bekerjasama dengan teman-temannya meskipun ada beberapa yang masih kurang peduli dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Ketiga data yang diambil untuk mengetahui iklim kelas saat pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa telah ada peningkatan rata-rata capaian indikator iklim kelas dibandingkan dengan saat prasiklus meskipun nilai iklim kelas ini belum mencapai target tuntas kualitas pembelajaran. Iklim kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hubungan antarsiswa dan hubungan antara siswa dengan guru. Berdasarkan lembar observasi hasil triangulasi observer, nilai indikator tertinggi adalah keterlibatan siswa, di mana dari indikator ini menunjukkan siswa memiliki tingkat keterlibatan yang besar dalam mengikuti pembelajaran biologi. Sedangkan nilai indikator terendah adalah kepuasan siswa. Proses pembelajaran siklus II menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar, kerja sama yang baik dengan teman kelompoknya dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Proses kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam belajar commit to user menyebabkan iklim kelas yang berlangsung menjadi lebih kondusif dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 dengan proses pembelajaran yang hanya sekedar menerima informasi yang diberikan guru. Peningkatan iklim kelas di siklus II ditandai dengan peningkatan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu ditandai pula dengan peningkatan hubungan antara siswa dengan guru dan antar peserta didik yang lain. Hubungan siswa ditandai dengan kekompakan siswa. Pada proses pembelajaran yang berlangsung kekompakan siswa meningkat seiring dengan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan hubungan antara siswa dan guru ditunjukkan dengan meningkatnya dukungan guru dan kepuasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Sikap Siswa Ilmiah dalam Pembelajaran Hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa kelas X 7 pada pelaksanaan proses pembelajarannya telah mengalami peningkatan sikap ilmiah. Adapun prosentase capaian indikator sikap ilmiah siswa dalam pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.20. Tabel 4.20. Prosentase Capaian Indikator Sikap Ilmiah Siswa Siklus II No Indikator Prosentase 1. Rasa ingin tahu terhadap materi biologi 62,86% 2 Berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan 62,86% berargumentasi 3 Berani mengusulkan perbaikan atas suatu kondisi dan 62,86% bertanggung jawab terhadap usulannya 4 Bekerja sama 65,71% 5 Jujur 62,86% 6 Tekun dan tidak mudah menyerah 65,71% Jumlah 382,86% Rata-rata 63,81% Berdasarkan Tabel 4.20 rata-rata capaian indikator sikap ilmiah siswa siklus II adalah 63,81% dengan nilai indikator berkisar antara 62,86% - 65,71%. Hasil ini meningkat dibandingkan dengan nilai siklus I sebesar 0,95%. Adapun untuk capaian aspek sikap ilmiah siswa untuk siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.21. Tabel 4.21. Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Siswa Siklus II No Aspek Prosentase 1 Sikap ilmiah siswa 63,81% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Berdasarkan Tabel 4.21 capaian aspek sikap ilmiah siswa siklus II adalah 62,86%. Nilai tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan nilai siklus I. Peningkatan aspek sikap ilmiah ditandai dengan peningkatan rasa ingin tahu siswa, keberanian bertanya dan memberi saran, kerja sama, kejujuran, dan ketekunan dalam menyelesaikan tugas. Selain hasil observasi dan angket dilakukan pula wawancara untuk memperkuat hasil sikap siswa. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran CWPT. Responden mengatakan menjadi lebih bersemangat mengikuti pelajaran dikarenakan kegiatan pelajaran yang dilakukan lebih menarik. Selain itu, siswa lebih memiliki rasa ingin tahu terhadap kegiatan yang berlangsung. Meskipun demikian, ada beberapa responden yang juga menjawab kurang jujur dan kurang berani dalam bertanya ataupun memberikan saran terhadap kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil triangulasi observer yang didukung dengan hasil wawancara, indikator terendah adalah kejujuran siswa. Hal ini ditandai dengan kurangnya kejujuran siswa dalam berdiskusi dengan teman kelompoknya. Indikator tertinggi adalah ketekunan dalam menyelesaikan tugas, yang ditandai dengan ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru seperti menyelesaikan LKS dengan baik dan mengikuti prosedur pembelajaran dengan semestinya. Dari ketiga data yang diambil untuk mengetahui sikap siswa saat pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa telah ada peningkatan sikap siswa dibandingkan dengan saat siklus I. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di siklus II menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, siswa diminta untuk mampu bekerja sama dengan siswa lain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani dalam bertanya dan memberi saran, jujur, dan tekun dalam menyelesaikan tugas. Sikap ilmiah merupakan bentuk sikap positif yang biasa dikaitkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku yang bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu. Sikap ilmiah dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran sains pada saat commitsimulasi, to user dan kegiatan proyek lapangan. siswa melakukan diskusi, percobaan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 Sikap ilmiah diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri siswa, jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, dan toleran merupakan sikap dan nilai yang terbentuk melalui pembelajaran sains. d) Motivasi berprestasi Hasil pengamatan terhadap motivasi berprestasi pada pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa motivasi kelas X 7 pada pelaksanaan proses pembelajarannya telah mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari siswa yang pada awalnya kurang berminat mengikuti pelajaran, kurang bersemangat mengikuti pelajaran, kurang tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru menjadi lebih bersemangat dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang berminat mengikuti proses pembelajaran, tidak memperhatikan penjelasan dari guru, kurang tekun dalam menyelesaikan tugas/masalah dan kurang bertanggung jawab menyelesaikan tugas dari guru. Hal ini diperkuat dengan data dari hasil observasi dan pemberian angket. Adapun prosentase capaian indikator untuk motivasi berprestasi siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22. Prosentase Capaian Indikator Motivasi berprestasi Siklus II No Indikator Prosentase 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan 62,86% peningkatan prestasi 2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 65,71% 3 Cermat menentukan target prestasi 65,71% 4 Usaha menanggulangi berbagai penghambat 62,86% pencapaian keberhasilan 5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang 68,57% lebih singkat dan mudah 6 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 62,86% 7 Kesempurnaan penyelesaian tugas 68,57% 8 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 68,57% 9 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan 62,86% menyelesaikan tugas Jumlah 588,57% Rata-rata 65,40% Berdasarkan Tabel 4.22 rata-rata capaian indikator motivasi berprestasi siklus II adalah 65,40% dengan nilai indikator motivasi berprestasi berkisar antara commit to kenaikan user 62,86% - 68,57%. Hasil ini mengalami dari nilai siklus I sebesar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 12,07%. Adapun capaian untuk aspek motivasi berprestasi siswa siklus II terdapat pada Tabel 4.23. Tabel 4.23. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Siklus II No Aspek 1 Berorientasi pada keberhasilan 2 Antisipasi kegagalan 3 Inovatif 4 Tanggung jawab Jumlah Rata-rata
Prosentase 64,29% 64,29% 65,71% 66,67% 260,96% 65,24%
Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukkan bahwa rata-rata indikator motivasi berprestasi meningkat dari nilai siklus I. Banyak indikator yang telah mencapai target ketuntasan kualitas pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang telah melakukan kerjasama dan diskusi yang baik dengan temannya untuk menyelesaikan tugas dan kegiatan tutoring. Selain itu, siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran tutoring dalam pembelajaran biologi. Adapun yang masih belum mencapai tingkat ketuntasan adalah sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi, usaha menanggulangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan, menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar, serta percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas. Hal ini terjadi karena faktor tuntutan waktu dan kurangnya kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran. Akibatnya kebanyakan siswa cenderung menunggu teman lain yang sudah mengerjakan tugas lalu menyalin tugas temannya. Selain hasil observasi dan angket dilakukan pula wawancara untuk memperkuat hasil motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa siswa termotivasi mengikuti pelajaran setelah dilakukan pembelajaran dengan penggunaan media cergam pada model pembelajaran CWPT. Responden mengatakan cukup tertarik untuk belajar dan berusaha menyelesaikannya tugas guru dengan baik terutama dalam berdiskusi dengan siswa atau guru. Di sisi lain ada beberapa masukan dari responden yang menyatakan bahwa modul cergam pembelajaran yang diberikan masih kurang jelas gambar dan tulisannya, serta membuat bingung alur ceritanya commit to user sehingga siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Dari ketiga data yang diambil untuk mengetahui motivasi berprestasi siswa saat pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa banyak peningkatan motivasi berprestasi dibandingkan dengan saat prasiklus, namun peningkatan ini masih belum optimal karena ada beberapa indikator yang belum mencapai target ketuntasan. Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak hanya diminta untuk melihat materi yang dikemas dalam cergam tetapi juga menjelaskan informasi yang diperoleh dari modul cergam. Penerapan proses pembelajaran seperti ini merupakan kegiatan yang belum pernah dilakukan oleh siswa sehingga kegiatan yang dilakukan cukup menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. e) Data Pendukung Pada siklus II ini, sintaks pemberian poin kepada siswa sudah dapat terlaksana dengan baik. Hasil dari perolehan poin siswa dapat diketahui berdasarkan Tabel 4.24. Selain itu, hasil tes evaluasi dalam pemberian poin tersebut juga berlaku sebagai hasil evaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap capaian hasil belajar kognitif siswa pada materi Pterydophyta setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II. Tabel 4.24. Perolehan Poin Kelompok untuk Evaluasi Siklus II Sesi I Kelompok A Kelompok B 63 69
Sesi II Kelompok A Kelompok B 76 75
Pada Tabel 4.24 menunjukkan pada sesi tutoring pertama, kelompok yang mendapatkan perolehan poin tinggi adalah kelompok B, sedangkan pada sesi kedua kelompok dengan perolehan poin tinggi adalah kelompok A. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada usaha dari masing-masing kelompok untuk mendapatkan poin yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa motivasi siswa untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik sudah mulai tampak dalam pembelajaran. Hasil tes evaluasi siklus II menunjukkan prosentase siswa yang lulus KKM sebesar 85,71% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari sekolah commit to user sebesar 67. Jumlah siswa yang lulus KKM sebanyak 30 siswa dan jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 yang tidak lulus KKM sebanyak 5 siswa. Pada siklus II, ada dua siswa yang mendapatkan nilai optimal. Nilai optimal didapatkan jika siswa mampu menjawab 90% pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah dipelajari. Tabel 4.25. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus II Ktiteria Tuntas Belum tuntas Jumlah
Frekuensi 30 5 35
Prosentase 85,71% 14,29% 100%
Berdasarkan Tabel 4.25 menunjukkan prosentase siswa yang lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada proses pembelajaran siklus II sebesar 85,71% dengan jumlah siswa yang lulus KKM sebanyak 30 siswa dan yang belum lulus KKM sebanyak 5 siswa yaitu sebesar 14,29%. Pada proses pembelajaran siklus II ada dua siswa yang mendapatkan nilai optimal. Nilai optimal didapatkan jika siswa mampu menjawab 90% pertanyaan dari materi yang telah dilakukan. Hal ini mengandung pengertian bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus II sudah memberikan hasil yang optimal. 5) Tahap Analisis dan Refleksi Tahap analisis dan refleksi meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi performance guru, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi berprestasi siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus II sebagai bahan perencanaan pada siklus III. Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus II secara umum sudah mencapai hasil yang memuaskan tetapi masih ada beberapa indikator yang pencapaiannya masih belum optimal. Ada beberapa indikator yang masih belum mencapai target ketuntasan kualitas pembelajaran biologi yaitu 63% (sesuai kesepakatan antara peneliti dan guru serta didasarkan atas hasil prasiklus). Berdasarkan hasil siklus II ini, maka dapat diperoleh refleksi sebagai berikut. 1. Performance guru dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan yang cukup baik dan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah menerapkan semua sintaks pembelajaran CWPT dengan baik. Manajemen waktu yang baik dari guru turut memberikan kontribusi yang nyata bagi meningkatnya aspek commit to user performance guru dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 2. Iklim kelas belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, tetapi dari sisi kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi, masih ada beberapa siswa yang kurang puas dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa masih kurang mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Akan tetapi kekompakan siswa dan dukungan guru dalam pembelajaran sudah mengalami peningkatan yang optimal. Hal ini dibuktikan dengan banyak siswa yang bertanya dan guru mesikap dengan baik pertanyaan siswa. 3. Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Saat pelaksanaan pembelajaran siswa masih ada yang kurang berani dalam bertanya dan memberi saran, siswa juga masih belum memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kurang jujur. Kerja sama siswa dalam pembelajaran dan kegiatan diskusi sudah mengalami peningkatan yang baik. Selain itu, siswa lebih tekun dalam mengikuti proses pembelajaran dan mengerjakan tugas dengan pelaksanaan tindakan siklus II. 4. Motivasi siswa sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah pelaksanaan siklus II, tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang termotivasi dan tertantang dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa peningkatan yang terjadi dalam pembelajaran siklus II ini didukung oleh faktor materi pembelajaran, yaitu Pterydophyta. Beberapa siswa kurang tertantang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena materi pembelajaran Pterydophyta terlalu banyak untuk dipelajari dalam satu kali pertemuan. c. Siklus III 1) Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi siklus II menunjukkan adanya kelemahan, sehingga perlu adanya perbaikan di siklus III. Untuk mengatasi masalah yang ada di siklus II, peneliti bersama guru melakukan langkah-langkah perbaikan, antara lain. a) Berdasarkan refleksi yang dilakukan di siklus II, siswa masih belum menunjukkan kepuasan dalam kegiatan pembelajaran dan masih kurang mandiri dalam menyelesaikan tugas. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil commit to user refleksi siklus II, guru lebih tegas dalam mengarahkan diskusi kepada siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 untuk mengerjakan tugas secara mandiri dan memberikan penghargaan secara keseluruhan kepada semua siswa serta memotivasi siswa dalam pembelajaran. b) Berdasarkan refleksi yang dilakukan di siklus II, siswa masih belum berani dalam bertanya dan memberi saran untuk perbaikan pembelajaran. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus II, guru memberikan kebebasan dan kesempatan yang lebih kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat. Bagi siswa yang bertanya atau berpendapat diberikan poin tambahan nilai. c) Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus II, siswa masih banyak yang kurang jujur dalam pembelajaran. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus II, guru menegaskan kepada siswa untuk bersikap jujur dalam pengamatan, mengerjakan tugas dan mengerjakan soal evaluasi. Guru memperingatkan siswa yang kurang jujur dengan memberikan pengurangan nilai terhadap siswa yang kurang jujur. d) Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus II, siswa masih banyak yang belum menunjukkan motivasi dalam belajar dan mencapai target prestasinya. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus II, siswa diminta untuk membawa berbagai macam bahan pengamatan tumbuhan Spermatophyta supaya siswa melakukan pengamatan dengan baik sehingga siswa tidak hanya membaca buku atau modul yang telah diberikan. e) Penyusunan rencana pengajaran (RPP) pertemuan ke-3 dan ke-4. RPP disusun sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran pada model pembelajaran CWPT dengan sedikit modifikasi. Adapun modifikasi tersebut terdapat pada langkah-langkah pembelajaran pada pokok sintaks pemberian poin dan penghargaan dilakukan di akhir sesi tutoring pertama dan kedua, tetapi pemberian penghargaan tetap dilakukan di akhir pembelajaran sehingga pembelajaran tetap berlangsung kondusif. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa dapat merasa puas dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berjalan di siklus III. f) Penyusunan lembar kegiatan siswa (LKS) dan cergam. g) Penyusunan instrumen lain seperti, lembar observasi iklim kelas, sikap siswa, commitdalam to user pembelajaran biologi, lembar dan motivasi berprestasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket iklim kelas, sikap siswa dan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran biologi, serta pedoman wawancara sama seperti yang digunakan pada siklus I dan siklus II, dan tes evaluasi siklus III. 2) Pelaksanaan Tindakan Penerapan model pembelajaran CWPT disertai cergam Spermatophyta menggunakan sintaks pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut. Siklus III dilaksanakan selama dua kali pertemuan, masing-masing 2 x 45 menit. Sebelum menginjak pertemuan ini, guru telah memberikan cergam pembelajaran pada pertemuan sebelumnya untuk dipelajari siswa. Cergam pembelajaran ini telah diperbaiki berdasarkan refleksi siklus II. Pada pertemuan pertama, materi yang dipelajari adalah tumbuhan Gymnospermae. Pelajaran diawali dengan guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi awal sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan tentang salah satu ciri khas dari Spermatophyta dan menyemangati siswa untuk belajar. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar kemudian memasang-masangkan siswa dalam pasangan. Guru membagi LKS berisi tugas yang harus diselesaikan oleh masing-masing siswa (tutor maupun tutee). Selanjutnya siswa melakukan tutoring sesi pertama dengan pasangannya sambil mengerjakan tugas di dalam LKS dan melakukan pengamatan tumbuhan Gymnospermae yang telah dibawa. Sesi pertama ini, tutor menjelaskan materi mengenai ciri dan klasifikasi Gymnospermae kepada tutee sambil mengerjakan LKS baik tutor maupun tutee. Setelah sesi tutoring pertama selesai selanjutnya guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa yang berperan sebagai tutee dalam pasangan kelompok. Tutor boleh memberikan bantuan kepada tutee apabila kesulitan dalam menjawab soal, tetapi bantuan yang diberikan hanya berupa kata kunci yang menjurus ke jawaban soal, bukan jawabannya secara langsung. Penilaian dilakukan oleh tutor menurut ketentuan yaitu: tutee menjawab dengan benar tanpa bantuan diberikan 2 poin, tutee menjawab dengan benar dengan bantuan tutor to user diberikan 1 poin, dan tutee yang commit tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 tidak diberikan poin atau poin 0. Seusai melaksanakan kegiatan tutoring, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menghitung perolehan poin masingmasing pasangan dan menobatkan kelompok dengan perolehan poin terbanyak sebagai pemenangnya. Pemberian penghargaan tetap dilakukan di akhir proses pembelajaran. Dengan cara ini diharapkan dapat melatih kejujuran siswa yang merupakan salah satu aspek sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dengan tutoring diharapkan siswa dapat aktif baik secara fisik, mental maupun sosialnya. Selanjutnya guru meminta siswa bertukar peran untuk melaksanakan kegiatan tutoring pada sesi kedua. Siswa yang awalnya berperan sebagai tutor secara bergantian menjadi tutee dan sebaliknya. Pada sesi yang kedua tutor menjelaskan materi mengenai daur hidup dan peranan Gymnospermae. Setelah selesai melaksanakan kegiatan tutoring, tutee mengerjakan soal evaluasi dari guru yang diberikan melalui tutor. Guru meminta siswa untuk saling membantu dan tidak saling mencela dalam melakukan kegiatan tutoring. Dengan melakukan kegiatan tutoring, diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai tutor maupun tutee. Seusai melaksanakan kegiatan tutoring, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menghitung perolehan poin masing-masing pasangan dan menobatkan kelompok dengan perolehan poin terbanyak sebagai pemenangnya untuk sesi tutoring yang kedua. Dengan penobatan tim pemenang ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kekompakan dan kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi. Di akhir kegiatan pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari materi Gymnospermae yang telah didiskusikan dalam kegiatan tutoring. Guru membantu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan bertanya kepada para siswa dan siswa ada yang menjawab serta menanggapi pendapat temannya. Dengan sistem ini diharapkan siswa dapat memiliki keberanian dalam bertanya dan menanggapi pendapat temannya. Pada pertemuan kedua, materi yang dipelajari adalah tumbuhan commit to userguru melakukan apersepsi dan Angiospermae. Pelajaran diawali dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 memberikan motivasi awal sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan tentang salah satu ciri khas dari Angiospermae dan menyemangati siswa untuk belajar. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar kemudian memasang-masangkan siswa dalam pasangan. Guru membagi LKS berisi tugas yang harus diselesaikan oleh masing-masing siswa (tutor maupun tutee). Selanjutnya siswa melakukan tutoring sesi pertama dengan pasangannya sambil mengerjakan tugas di dalam LKS dan melakukan pengamatan tumbuhan Gymnospermae yang telah dibawa. Sesi pertama ini, tutor menjelaskan materi mengenai ciri dan klasifikasi Angiospermae kepada tutee sambil mengerjakan LKS baik tutor maupun tutee. Setelah sesi tutoring pertama selesai selanjutnya guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa yang berperan sebagai tutee dalam pasangan kelompok. Tutor boleh memberikan bantuan kepada tutee apabila kesulitan dalam menjawab soal, tetapi bantuan yang diberikan hanya berupa kata kunci yang menjurus ke jawaban soal, bukan jawabannya secara langsung. Penilaian dilakukan oleh tutor menurut ketentuan yaitu: tutee menjawab dengan benar tanpa bantuan diberikan 2 poin, tutee menjawab dengan benar dengan bantuan tutor diberikan 1 poin, dan tutee yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar tidak diberikan poin atau poin 0. Seusai melaksanakan kegiatan tutoring, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menghitung perolehan poin masingmasing pasangan dan menobatkan kelompok dengan perolehan poin terbanyak sebagai pemenangnya. Pemberian penghargaan tetap dilakukan di akhir proses pembelajaran. Dengan cara ini diharapkan dapat melatih kejujuran siswa yang merupakan salah satu aspek sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dengan tutoring diharapkan siswa dapat aktif baik secara fisik, mental maupun sosialnya. Selanjutnya guru meminta siswa bertukar peran untuk melaksanakan kegiatan tutoring pada sesi kedua. Siswa yang awalnya berperan sebagai tutor secara bergantian menjadi tutee dan sebaliknya. Pada sesi yang kedua tutor menjelaskan materi mengenai daur hidup dan peranan Angiospermae. Setelah committutee to user selesai melaksanakan kegiatan tutoring, mengerjakan soal evaluasi dari guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 yang diberikan melalui tutor. Guru meminta siswa untuk saling membantu dan tidak saling mencela dalam melakukan kegiatan tutoring. Dengan melakukan kegiatan tutoring, diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai tutor maupun tutee. Seusai melaksanakan kegiatan tutoring, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menghitung perolehan poin masing-masing pasangan dan menobatkan kelompok dengan perolehan poin terbanyak sebagai pemenangnya untuk sesi tutoring yang kedua. Dengan penobatan tim pemenang ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kekompakan dan kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi. Di akhir kegiatan pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari materi Angiospermae yang telah didiskusikan dalam kegiatan tutoring. Guru membantu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan bertanya kepada para siswa dan siswa ada yang menjawab serta menanggapi pendapat temannya. Dengan sistem ini diharapkan siswa dapat memiliki keberanian dalam bertanya dan menanggapi pendapat temannya. 3) Tahap Pengamatan dan Evaluasi Observasi yang dilakukan pada siklus III masih sama seperti halnya pada siklus I dan II yaitu untuk mendapatkan data tentang aspek kualitas pembelajaran seperti performance guru, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus III yang telah dirata-rata dalam dua kali pertemuan adalah sebagai berikut. Hasil pengamatan siklus III terhadap aspek kualitas pembelajaran. a) Performance Guru Aspek performance guru dapat dilihat dari cara guru dalam membuka dan menutup pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan ajar, skenario atau proses pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan memberikan tindak lanjut. Adapun hasil observasi performance guru saat pelaksanaan siklus III terangkum pada Tabel 4.26. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Tabel 4.26. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kelas Siklus III No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Performance Guru Kemampuan Membuka Pelajaran a. Menarik perhatian siswa b. Memberikan motivasi awal c. Memberikan apersepsi (kaitan materi dengan materi yang akan disampaikan) d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran a. Kejelasan artikulasi suara b. Variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme dalam penampilan d. Mobilitas posisi mengajar Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran) a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi) c. Kejelasan dalam memberikan contoh d. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran) a. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan b. Penyajian bahan belajaran sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan c. Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan mesikap pertanyaan siswa d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran: a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media b. Ketepatan/kesesuaian penggunaan media dengan materi yang disampaikan c. Memiliki keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran d. Membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran Evaluasi Pembelajaran a. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian c. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran: a. Meninjau kembali materi yang telah diberikan b. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan c. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak Lanjut/Follow up a. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok b. Menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya. c. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar Jumlah Jawaban YA
Keterlaksanaan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 30
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam performance di kelas. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 tindakan ini sudah dapat terlaksana dengan baik yang dibuktikan dengan performance guru yang meningkat secara optimal yang mencapai 100%. b) Iklim Kelas Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam siklus III ini iklim pembelajaran sudah cukup kondusif dan capaian indikator sudah sesuai dengan target yang telah ditentukan. Iklim pembelajaran yang kondusif ini mendukung tercapainya proses pembelajaran yang optimal. Adapun prosentase capaian indikator iklim kelas siklus III terdapat pada Tabel 4.27. Tabel 4.27. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Siklus III No Indikator Prosentase 1 Kekompakan siswa 77,14% 2 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 77,14% 3 Kepuasan siswa 71,43% 4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran 77,14% Jumlah 302,85% Rata-rata 75,71% Berdasarkan Tabel 4.27 rata-rata capaian indikator iklim kelas untuk lembar observasi siklus III adalah 75,71% dengan nilai indikator iklim kelas berkisar antara 71,43% - 77,14%. Hasil ini meningkat dari nilai siklus II sebesar 7,85%. Hasil observasi saat pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa iklim kelas di kelas X 7 sudah jauh lebih kondusif dibandingkan saat pelaksanaan siklus I dan II. Hal ini ditunjukkan dari siswa yang terlibat dan didukung oleh guru dalam berdiskusi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun prosentase capaian aspek iklim kelasnya siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.28. Tabel 4.28. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Siklus III No Aspek Prosentase 1 Hubungan antarsiswa 77,14% 2 Hubungan antara siswa dengan guru 74,29% Jumlah 151,43% Rata-rata 75,72% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Berdasarkan Tabel 4.28 rata-rata capaian aspek iklim kelas untuk lembar observasi siklus III adalah 75,72% dengan nilai indikator iklim kelas berkisar antara 74,29% - 77,14%. Berdasarkan hasil observasi siklus III, diketahui aspek hubungan antarsiswa sudah bagus ditandai dari siswa telah mampu bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, terlihat kompak antar teman satu dengan teman yang lain, dan tidak saling menggangu saat menyelesaikan tugas dari guru. Dukungan guru juga turut mendukung kekompakan siswa dalam kelas. c) Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa kelas X 7 pada pelaksanaan proses pembelajarannya telah mengalami peningkatan sikap ilmiah yang optimal. Hal ini ditunjukkan dari siswa yang pada awalnya kurang tekun dalam mengikuti pelajaran menjadi lebih tekun dan bersemangat dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Rasa ingin tahunya meningkat dan lebih berani untuk bertanya dan mengajukan pendapatnya. Adapun prosentase capaian indikator sikap siswa siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.29. Tabel 4.29. Prosentase Capaian Indikator Sikap Siswa Siklus III No Indikator 1. Rasa ingin tahu terhadap materi biologi 2 Berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi 3 Berani mengusulkan perbaikan atas suatu kondisi dan bertanggung jawab terhadap usulannya 4 Bekerja sama 5 Jujur 6 Tekun dan tidak mudah menyerah Jumlah Rata-rata
Prosentase 77,14% 74,29% 74,29% 77,14% 74,29% 77,14% 454,29% 75,72%
Berdasarkan Tabel 4.29 rata-rata capaian indikator sikap siswa siklus III adalah 75,72% dengan nilai indikator berkisar antara 74,29% - 77,14%. Hasil ini meningkat dibandingkan dengan nilai siklus II sebesar 11,91%. Adapun capaian aspek sikap siswa untuk lembar observasi siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.30. Tabel 4.30. Prosentase Capaian Aspek Sikap Siswa Siklus III No Aspek Prosentase 1 Sikap ilmiah siswa 75,71% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Berdasarkan Tabel 4.30 rata-rata capaian aspek sikap siswa siklus III adalah 75,71%. d) Motivasi Berprestasi Hasil pengamatan terhadap motivasi berprestasi pada pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa motivasi kelas X 7 pada pelaksanaan proses pembelajarannya telah mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari siswa yang pada awalnya kurang berminat mengikuti pelajaran, kurang bersemangat mengikuti pelajaran, kurang tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru menjadi lebih bersemangat dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi dan angket. Adapun prosentase capaian indikator untuk observasi motivasi berprestasi siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.31. Tabel 4.31. Prosentase Capaian Indikator Motivasi berprestasi Siklus III No Indikator Prosentase 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan 80% peningkatan prestasi 2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 74,29% 3 Cermat menentukan target prestasi 77,14% 4 Usaha menanggulangi berbagai penghambat 80% pencapaian keberhasilan 5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang 74,29% lebih singkat dan mudah 6 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 74,29% 7 Kesempurnaan penyelesaian tugas 88,57% 8 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 85,71% 9 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan 77,14% menyelesaikan tugas Jumlah 711,43% Rata-rata 79,05% Berdasarkan Tabel 4.31 rata-rata capaian indikator motivasi berprestasi untuk lembar observasi siklus III adalah 79,05% dengan nilai indikator motivasi berprestasi berkisar antara 74,29% - 88,57%. Hasil ini mengalami kenaikan dari nilai siklus II sebesar 13,65%. Adapun capaian aspek motivasi berprestasi siswa untuk lembar observasi siklus III terdapat pada Tabel 4.32. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 Tabel 4.32. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Siklus III No Aspek 1 Berorientasi pada keberhasilan 2 Antisipasi kegagalan 3 Inovatif 4 Tanggung jawab Jumlah Rata-rata
Prosentase 77,14% 78,57% 74,29% 83,81% 313,81% 78,45%
Berdasarkan Tabel 4.32 rata-rata capaian aspek motivasi berprestasi siswa pada siklus III adalah 78,45% dengan nilai aspek motivasi berprestasi berkisar antara 74,29% - 83,81%. e) Data Pendukung Pada siklus III ini, sintaks pemberian poin kepada siswa sudah dapat terlaksana dengan baik. Hasil dari perolehan poin siswa dapat diketahui berdasarkan Tabel 4.33 yang merupakan hasil rata-rata dari perolehan poin dalam dua kali pertemuan. Selain itu, hasil tes evaluasi dalam pemberian poin tersebut juga berlaku sebagai hasil evaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap capaian hasil belajar kognitif siswa pada materi Spermatophyta setelah pelaksanaan pembelajaran siklus III. Tabel 4.33. Perolehan Poin Kelompok untuk Evaluasi Siklus III Siklus III Pertemuan I Sesi I Sesi II Kel A Kel B Kel A Kel B 76 72 69 72
Siklus III Pertemuan II Sesi I Sesi II Kel A Kel B Kel A Kel B 79 70 80 76
Pada Tabel 4.33 menunjukkan pada sesi tutoring pertama, kelompok yang mendapatkan perolehan poin tinggi adalah kelompok B, sedangkan pada sesi kedua kelompok dengan perolehan poin tinggi adalah kelompok A. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada usaha dari masing-masing kelompok untuk mendapatkan poin yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa motivasi siswa untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik sudah mulai tampak dalam pembelajaran. Hasil tes evaluasi siklus III menunjukkan prosentase siswa yang lulus KKM sebesar 97,22% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari sekolah commit to user sebesar 67. Jumlah siswa yang lulus KKM sebanyak 35 siswa dan jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 yang tidak lulus KKM sebanyak 1 siswa. Pada siklus III, ada sebelas (11) siswa yang mendapatkan nilai optimal. Nilai optimal didapatkan jika siswa mampu menjawab 90% pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan aspek-aspek dalam kualitas proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa. Tabel 4.34. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus III Kriteria Frekuensi Prosentase Tuntas 35 97,22% Belum tuntas 1 2,78% Jumlah 36 100% 6) Tahap Analisis dan Refleksi Tahap analisis dan refleksi meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi indikator performance guru, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi berprestasi siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus III sebagai bahan pengambilan keputusan terhadap kesimpulan peningkatan kualitas pembelajaran. Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan tindakan siklus III yaitu telah terjadi peningkatan secara optimal dalam kualitas pembelajaran. Target kualitas pembelajaran dalam siklus III telah mencapai ketuntasan yaitu 63% berdasarkan kesepakatan dengan guru dan peneliti yang merujuk pada tingkat kemampuan siswa.
C. PERBANDINGAN HASIL TINDAKAN ANTAR SIKLUS Perbandingan hasil masing-masing aspek kualitas pembelajaran biologi dari prasiklus, siklus I, siklus II, hingga siklus III.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 a) Performance Guru Grafik Perubahan Prosentase Indikator Performance Guru Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III 6
5
5
4
4
4
3 2
4
4
4
3
3
3
3
2
2
2
3
3 prasiklus siklus I
1
1
0
siklus II siklus III
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan indikator: 1. Kemampuan membuka pelajaran 2. Sikap guru dalam proses pembelajaran 3. Penguasaan bahan belajar 4. Kegiatan belajar mengajar 5. Kemampuan menggunakan media pembelajaran 6. Evaluasi pembelajaran 7. Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran 8. Tindak lanjut/follow up
Gambar 4.1. Grafik Perubahan Prosentase Indikator Performance Guru Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat semua indikator performance guru dalam kelas meningkat dari hasil prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Adapun capaian indikator performance guru dalam pembelajaran secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.35. Tabel 4.35. Prosentase Capaian Indikator Iklim Kelas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Indikator Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III 1 Kemampuan 80% 100% 100% 100% Membuka Pelajaran 2 Sikap Guru dalam 50% 100% 100% 100% Proses Pembelajaran 3 Penguasaan Bahan 75% 75% 100% 100% Belajar (Materi Pelajaran) 4 Kegiatan Belajar 75% 75% 100% 100% Mengajar (Proses Pembelajaran) 5 Kemampuan 50% 75% 100% 100% Menggunakan Media Pembelajaran commit to user 6 Evaluasi 66,67% 66,67% 100% 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 No
Indikator Prasiklus Pembelajaran Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran Tindak Lanjut/Follow up Jumlah Rata-rata
7
8
Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II Siklus III
100%
100%
100%
100%
33,33%
100%
100%
100%
530% 66,25%
691,67% 86,46%
800% 100%
800% 100%
Berdasarkan Tabel 4.35 menunjukkan prosentase capaian indikator performance guru dalam pembelajaran yang selalu meningkat dalam tiap siklusnya. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa performance guru dalam pembelajaran sudah meningkat secara optimal yang dibuktikan dengan strategi pembelajaran yang diterapkan dalam tindakan ini sudah dapat terlaksana dengan baik. b) Iklim Kelas Grafik Perubahan Prosentase Indikator Iklim Kelas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
77.14 77.14 77.14 74.29 68.57 68.57 71.43 68.57 60 60 60 51.43 48.57 37.14
31.43
prasiklus siklus I
siklus II 1
2
3
4
Keterangan indikator: 1. Kekompakan siswa 2. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 3. Kepuasan siswa 4. Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran
siklus III
Gambar 4.2. Grafik Perubahan Prosentase Indikator Iklim Kelas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Berdasarkan Gambar 4.2 terlihat semua indikator iklim kelas meningkat dari hasil prasiklus hingga pada saat pelaksanaan siklus III. Adapun capaian indikator iklim kelas secara keseluruhan dari prasiklus hingga siklus III commit to user ditunjukkan pada Tabel 4.36.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 Tabel 4.36. Prosentase Capaian Indikator II, dan Siklus III No Indikator Prasiklus 1 Kekompakan siswa 37,14% 2 Keterlibatan siswa 48,57% dalam pembelajaran 3 Kepuasan siswa 31,43% 4 Dukungan guru dalam 60% kegiatan pembelajaran Jumlah 177,14% Rata-rata 44,285%
Iklim Kelas Prasiklus, Siklus I, Siklus Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II Siklus III 60% 68,57% 77,14% 68,57% 74,29% 77,14% 51,43% 68,57%
60% 68,57%
71,43% 77,14%
248,57% 62,14%
271,43% 67,86%
302,85% 75,71%
Berdasarkan Tabel 4.36 capaian indikator iklim kelas untuk setiap siklus tindakan yang dilaksanakan dalam pembelajaran memberikan hasil yang meningkat yang dibuktikan dengan frekuensi keterlibatan dan kekompakan siswa menjadi lebih banyak serta dukungan guru dalam proses pembelajaran yang lebih baik. Selain itu, siswa memiliki kepuasan dalam mengikuti proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terutama sangat terlihat pada saat pembelajaran siklus III. Tabel 4.37. Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Prasiklus, Siklus dan Siklus III No Indikator Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II 1 Hubungan antarsiswa 42,86% 64,29% 71,43% 2 Hubungan antara 45,71% 60% 64,29% siswa dengan guru Jumlah 88,57% 124,29% 135,72% Rata-rata 44,285% 62,15% 67,86%
I, Siklus II,
Siklus III 77,14% 74,29% 151,43% 75,72%
Berdasarkan Tabel 4.37 capaian aspek iklim kelas meningkat setiap siklus tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa iklim pembelajaran di dalam kelas semakin kondusif dan memberikan dampak yang nyata bagi proses pembelajaran di dalam kelas. Hubungan antarsiswa dan antara siswa dan guru yang baik dalam proses pembelajaran akan memberikan kontribusi yang baik pula dalam proses pembelajarannya. Sebaliknya, apabila hubungan antarsiswa dan antara siswa dengan guru kurang berjalan secara optimal maka proses pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang bermakna bagi siswa sehingga menciptakan iklim commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 pembelajaran yang kurang kondusif sehingga tidak mendukung tercapainya kualitas pembelajaran yang optimal. c) Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Grafik Perubahan Prosentase Indikator Untuk Lembar Observasi Respon Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III 90 80
77.14
70
74.29 74.29
77.14
74.29
77.14
65.71 65.71 62.86 62.86 62.86 62.86 62.86 60
60 50
48.57 48.57 42.86
40
42.86
40
45.71
Keterangan indikator: 1. Rasa ingin tahu 2. Berani dalam bertanya dan berargumen 3. Berani mengusulkan saran dan bertanggung jawab terhadap usulannya 4. Kerja sama 5. Jujur 6. Tekun dan tidak mudah menyerah
30 20 prasiklus
10
siklus I
0
1
2
3
4
5
6
siklus II siklus III
Gambar 4.3. Grafik Perubahan Prosentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui semua indikator sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran yang meningkat dari hasil prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Hal ini didukung dengan data capaian indikator dari prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III seperti terdapat pada Tabel 4.38. Tabel 4.38. Prosentase Capaian Indikator Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Indikator Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III 1 Rasa ingin tahu terhadap 42,86% 62,86% 62,86% 77,14% materi biologi 2 Berani dan santun dalam 40% 62,86% 62,86% 74,29% mengajukan pertanyaan dan berargumentasi 3 Berani mengusulkan 42,86% 62,86% 62,86% 74,29% commit to user perbaikan atas suatu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 No
Indikator Prasiklus
4 5 6
kondisi dan bertanggung jawab terhadap usulannya Bekerja sama Jujur Tekun dan tidak mudah menyerah Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II Siklus III
48,57% 48,57% 45,71%
62,86% 60% 65,71%
65,71% 62,86% 65,71%
77,14% 74,29% 77,14%
268,57% 44,76%
377,15% 62,86%
382,86% 63,81%
454,29% 75,72%
Berdasarkan Tabel 4.38 capaian untuk setiap indikator sikap siswa terhadap pembelajaran meningkat dalam setiap siklusnya. Peningkatan nilai tiaptiap indikator ditunjukkan oleh adanya sikap siswa yang menunjukkan sikap ilmiah yang berkembang dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini didukung dengan adanya media berupa preparat asli kemudian siswa melakukan pengamatan sambil melakukan kegiatan tutoring. Dengan cara tersebut sikap ilmiah siswa dapat berkembang sehingga mendukung tercapainya kualitas pembelajaran yang optimal. Adapun nilai capaian aspek sikap siswa untuk setiap siklus dalam pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 4.39. Tabel 4.39. Prosentase Capaian Aspek Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Indikator Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III 1 Sikap ilmiah siswa 44,76% 62,86% 63,81% 75,71% Berdasarkan Tabel 4.39 capaian aspek sikap siswa dalam proses pembelajaran yang berupa sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi meningkat dalam setiap siklusnya. Hal ini tampak terutama pada siklus III yang didukung dengan media pembelajaran yang berupa bahan (dalam hal ini adalah preparat asli dari berbagai jenis tumbuhan Spermatophyta) yang dibawa oleh siswa sehingga siswa dapat melakukan pengamatan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 d) Motivasi berprestasi Grafik Perubahan Prosentase Indikator Motivasi Belajar Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III 100 90
88.57
80
80
80
77.14 74.2974.29 68.57 68.5768.57 65.7165.71 62.86 62.86 62.86 62.86 57.14 57.14 54.29 54.29 51.4351.4351.43 51.43 51.43 51.43 45.7145.7145.71 45.7145.71 42.86 42.86 40 74.29
70 60 50 40
77.14
85.71
30
prasiklus
20
siklus I siklus II
10
siklus III
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan indikator: 1. Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi 2. Kegiatan untuk mencapai prestasi 3. Cermat menentukan target prestasi 4. Usaha menanggulangi berbagai penghambat dalam pencapaian prestasi 5. Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah 6. Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 7. Kesempurnaan penyelesaian tugas 8. Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 9. Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas
Gambar 4.4. Grafik Perubahan Prosentase Indikator Motivasi Berprestasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui semua indikator motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran yang meningkat dari hasil prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Hal ini didukung dengan data capaian indikator dari prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III seperti terdapat pada Tabel 4.40. Tabel 4.40. Prosentase Capaian Indikator Motivasi Berprestasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Indikator Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III 1 Sensitif terhadap hal45,71% 51,43% 62,86% 80% hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi 2 Kegiatan-kegiatan 45,71% 51,43% 65,71% 74,29% untuk mencapai commit to user prestasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 No 3 4
5
6
7 8 9
Indikator Cermat menentukan target prestasi Usaha menanggulangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar Kesempurnaan penyelesaian tugas Melakukan kegiatan diskusi dengan baik Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas Jumlah Rata-rata
Prasiklus 45,71%
Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II Siklus III 51,43% 65,71% 77,14%
42,86%
54,29%
62,86%
80%
40%
51,43%
68,57%
74,29%
51,43%
57,14%
62,86%
74,29%
45,71%
54,29%
68,57%
88,57%
45,71%
57,14%
68,57%
85,71%
42,86%
51,43%
62,86%
77,14%
405,7% 45,08%
480,01% 53,33%
588,57% 65,40%
711,43% 79,05%
Berdasarkan Tabel 4.40 capaian indikator motivasi berprestasi siswa meningkat setiap siklusnya, terutama pada siklus III peningkatan capaian indikator motivasi berprestasi siswa cukup tinggi melebihi batas tuntas kualitas pembelajaran. Hal ini mendukung tercapainya kualitas pembelajaran yang optimal karena faktor utama dalam belajar adalah motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri. Apabila siswa sudah memiliki motivasi yang tinggi maka akan mendukung
terlaksananya
proses
pembelajaran
yang
optimal
sehingga
memberikan hasil yang optimal pula. Adapun capaian aspek motivasi berprestasi siswa untuk setiap siklusnya terdapat pada Tabel 4.41. Tabel 4.41. Prosentase Capaian Aspek Motivasi Berprestasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Indikator Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III 1 Berorientasi pada 45,71% 51,43% 64,29% 77,14% commit to user keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 No 2 3 4
Indikator Antisipasi kegagalan Inovatif Tanggung jawab Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III 44,29% 52,86% 64,29% 78,57% 45,71% 54,29% 65,71% 74,29% 44,76% 54,29% 66,67% 83,81% 180,47% 212,87% 260,96% 313,81% 45,12% 53,22% 65,24% 78,45%
Berdasarkan Tabel 4.41 capaian aspek motivasi berprestasi menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap siklusnya. Meskipun pada siklus I masih belum menunjukkan nilai ketuntasan kualitas pembelajaran yang baik, tetapi hasil tersebut meningkat dalam pelaksanaan di siklus II dan siklus III. Dapat disimpulkan bahwa hasil refleksi tiap-tiap siklus sudah dilaksanakan dengan baik. Sebagai akibatnya nilai capaian aspek dapat meningkat secara optimal. e) Data Pendukung Hasil belajar merupakan tujuan dari proses pembelajaran. Hasil belajar dapat berupa hasil belajar kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pada proses pembelajaran hasil belajar diukur untuk mengetahui seberapa besar capaian hasil belajar siswa setelah pelaksanaan siklus. Hasil belajar yang diukur berupa hasil belajar kognitif dan diukur menggunakan tes evaluasi. Selain itu, hasil belajar dapat pula dilihat dari nilai perolehan poin siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti tertuang dalam Tabel 4.42. Tabel 4.42. Perolehan Poin Sesi Tutoring Kelompok Siklus II dan Siklus III Siklus II Siklus III Pertemuan I Siklus III Pertemuan II Sesi I Sesi II Sesi I Sesi II Sesi I Sesi II Kel Kel Kel Kel Kel A Kel B Kel A Kel B Kel A Kel B Kel A Kel B A B A B 63 69 76 75 76 72 69 72 79 70 80 76 Berdasarkan Tabel 4.42 dapat diketahui bahwa perolehan poin siswa dalam tiap-tiap kelompok selalu meningkat setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa sudah banyak siswa yang termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan perubahannya secara grafik dapat digambarkan dalam Gambar 4.5. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
80 60 40 20 0
Siklus II Siklus III ke I Siklus III ke II Sesi I Kel Sesi I Kel Sesi II Kel Sesi II Kel A B A B
Gambar 4.5. Perolehan Poin Sesi Tutoring Kelompok A dan B Siklus I, Siklus III Pertemuan Pertama, dan Siklus III Pertemuan Kedua Adapun hasil belajar siswa yang berupa nilai prosentase ketuntasan belajar siswa pada tiap-tiap siklus terdapat pada Tabel 4.43. Tabel 4.43. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Indikator Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II Siklus III 1 Tuntas 34,29% 85,71% 97,22% 2 Belum tuntas 65,71% 14,29% 2,78% Jumlah 100% 100% 100% Berdasarkan Tabel 4.43 dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tiap-tiap siklus tindakan memberikan hasil belajar kognitif yang sejalan dengan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran. Adapun prosentase ketuntasan belajar siswa setiap siklus dapat digambarkan dalam diagram pada Gambar 4.6. Jumlah Siswa Tuntas (dalam %)
Jumlah Siswa Belum Tuntas (dalam %)
Siklus I
Siklus I
Siklus II
Siklus II
Siklus III
Siklus III
Gambar 4.6. Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Gambar 4.6 diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Kesimpulan akhir yang diperoleh berdasarkan hasil observasi, pemberian angket, wawancara, dan dokumentasi yang arahnya sejalan commit to user sesuai dengan target capaian yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 D. PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran CWPT mampu meningkatkan kualitas pembelajaran biologi ditinjau dari performance guru, iklim kelas, sikap siswa terhadap pembelajaran, dan motivasi berprestasi. Peningkatan kualitas pembelajaran ini dapat dilihat melalui hasil observasi, angket serta wawancara antara peneliti dengan guru dan siswa. Dengan didukung oleh proses pembelajaran yang semakin meningkat dalam setiap siklus, maka hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Suatu
pembelajaran
dikatakan
berhasil
dan
berkualitas
apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran CWPT. Model pembelajaran CWPT merupakan suatu model pembelajaran yang mampu membuat peserta didik aktif berdiskusi dengan peserta didik lainnya melalui sistem tutoring. Dengan kegiatan tutoring ini, keterlibatan peserta didik semakin besar dalam proses pembelajaran dan menjadikan proses pembelajaran lebih hidup. Hal ini ditunjukkan dari prosentase ketuntasan belajar siswa yang meningkat dalam tiap siklusnya. Terlebih jika performance guru sudah meningkat dengan baik. Performance guru mempengaruhi motivasi dan sikap siswa dalam pembelajaran. 1) Performance guru Performance guru merupakan salah satu aspek kualitas pembelajaran yang merupakan kunci dari tercapainya kualitas pembelajaran yang optimal. Pembelajaran dengan menerapkan model CWPT memberikan alternatif guru untuk bertindak sebagai fasilitator dan mediator. Peran guru yang optimal dalam proses pembelajaran mendukung terciptanya iklim kelas yang kondusif. Dengan demikian, proses pembelajaran yang baik mendukung tercapainya hasil belajar yang optimal. Penerapan model pembelajaran CWPT telah terbukti meningkatkan aspek performance guru dalam proses pembelajaran. Guru telah mampu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 melaksanakan seluruh tahapan sintaks dalam pembelajaran CWPT sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara runtut. 2) Iklim kelas Iklim kelas merupakan kondisi kelas saat berlangsungnya proses pembelajaran. Setelah dilakukan penerapan model pembelajaran CWPT, terjadi peningkatan iklim kelas yang sebelumnya kurang kondusif menjadi lebih kondusif setelah pelaksanaan siklus III. Hal ini didukung dengan penelitian oleh Greenwood, et. al dalam Hall (1999), menyatakan bahwa manfaat utama penggunaan model pembelajaran ini adalah agar guru dapat mengaktifkan seluruh siswa secara serempak sambil mengawasi kemajuan mereka. Keaktifan siswa secara keseluruhan mendukung terciptanya iklim kelas yang kondusif sehingga proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Dengan meningkatnya keaktifan siswa maka dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Sugiharto (2008), menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran CWPT dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa. Utley, Reddy, Delquadri, Greenwood, Mortweet, Bowman (2001) mengatakan bahwa CWPT efektif
dalam
meningkatkan
respon
akademik
siswa
yang selanjutnya
meningkatkan prestasi akademik siswa. Greenwood, et al. (1984) menyatakan CWPT dapat meningkatkan respon akademik siswa dan hasil belajar yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan pada penugasan presentasi (menjelaskan materi), kebutuhan terhadap tutor (untuk memahami materi yang salah satu caranya adalah dengan bertanya), jawaban dan tanggapan dengan segera sebagai bentuk koreksi jika terjadi kesalahan pemahaman. Respon akademik siswa yang meningkat akan menimbulkan iklim kelas yang kondusif. Hasil penelitian juga menunjukkan kemajuan yang baik dalam diri siswa meliputi siswa yang menunjukkan perkembangan sikap ilmiah sehingga menjadikan iklim kelas semakin kondusif. Meningkatnya iklim kelas ini juga didukung oleh tingginya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai dampak dari penggunaan model pembelajaran CWPT yang disertai modul commit to user cergam.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 3) Sikap ilmiah siswa Model pembelajaran CWPT (saling tukar pengetahuan dalam kelompok pasangan) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur instruksional yang komprehensif dengan strategi pembelajaran berbasis pengajaran timbal balik disertai penguatan kelompok di mana seluruh siswa di kelas dilibatkan secara aktif dan disibukkan oleh proses pembelajaran dan latihan dasar kemampuan akademik secara sistematis dan menyenangkan. Dengan model pembelajaran ini peserta didik bertukar informasi dengan cara melakukan kegiatan tutoring dengan teman kelompoknya dalam satu pasangan. Model pembelajaran ini dapat membuat siswa untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat dan mandiri. Greenwood, et al. (1984) menambahkan bahwa penggunaan CWPT mampu meningkatkan jumlah sikap akademik siswa dalam proses pembelajaran, yaitu pada saat sesi tutoring. Selama tutoring, siswa lebih sering manulis, academic talk (membicarakan materi), dan membaca dengan keras dan tenang. Sikap akademik yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran merujuk pada sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dengan model pembelajaran CWPT, yaitu sikap untuk tekun dalam menyelesaikan tugas, kerjasama, dan kejujuran siswa. Selain itu, siswa menjadi lebih berani dalam bertanya dan berargumen dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian dari Purwanti (2011) yang menyatakan bahwa model pembelajaran CWPT disertai penggunaan modul hasil penelitian mampu meningkatkan keaktifan berkomunikasi siswa kelas X 5 SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun 2010/2011. 4) Motivasi berprestasi siswa Media cergam merupakan salah satu media pembelajaran yang berupa rangkuman materi pembelajaran Plantae yang dikemas dalam bentuk cerita dengan gambar-gambar mengenai Plantae. Penggunaan media cergam diharapkan akan meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran biologi sehingga mampu memotivasi siswa dalam belajar biologi. Dengan meningkatnya motivasi siswa dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa sehingga iklim kelas menjadi kondusif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Cergam
yang
digunakan
sebagai
modul
dalam
penelitian
ini
mempengaruhi peningkatan kualitas pembelajaran khususnya motivasi dan hasil belajar siswa. Ibrahim (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor keterbacaan modul berpengaruh terhadap tingginya motivasi siswa dan hasil belajar dalam mata pelajaran akuntansi di SMA Terbuka Kalimantan. Dewi (2007), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIID SMP Muhammadiyah 8 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 khususnya pada materi pokok Pencemaran Lingkungan sebesar 30%. Penelitian yang lain oleh Novianti dan Syaichudin (2008) menjelaskan bahwa media komik dapat mengatasi rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran dan membantu menyediakan fasilitas untuk mendukung berlangsungnya proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat diartikan bahwa penerapan model pembelajaran CWPT disertai penggunaan media cergam dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa. Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitian. Budiati (2010) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran dengan model CWPT dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 8 Surakarta tahun 2008/2009 setelah diterapkan model pembelajaran CWPT dalam pembelajaran. Hasil penelitian relevan yang lain adalah mengenai pembelajaran tutor sebaya. Pembelajaran dengan tutor sebaya identik dengan model pembelajaran CWPT yang juga menggunakan teknik atau sistem tutoring. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat beberapa temuan mengenai pembelajaran tutor sebaya. Salah satunya dalam penelitian oleh Kurnia (2006) yang mengatakan bahwa pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran menggambar Konstruksi Bangunan pada siswa tingkat II SMK Negeri 5 Bandung. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah penerapan pembelajaran tutor sebaya. Lebih lanjut, Priyogo (2011) menjelaskan hasil penelitiannya yang menunjukkan peningkatan hasil belajar yang terdiri dari empat aspek yaitu commit to user mengerjakan soal di depan kelas keaktifan menjawab dan mengajukan pertanyaan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 dan prestasi belajar setelah dilakukan penerapan strategi pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya. Parwata (2008) menjelaskan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran teknik tutor sebaya lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keterangan tersebut didukung oleh penelitian Supalal (2009) yang menjelaskan bahwa metode eksperimen yang dikombinasikan dengan tutor sebaya dalam kelompok dapat meningkatkan daya serap siswa yang mencapai 75% nilai ketuntasan untuk penguasaan konsep materi jamur.
Trisnawati (2010)
menambahkan penerapan tutor sebaya disertai modul hasil penelitian dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berdiskusi pada siswa SMA Negeri 3 Surakarta kelas X 10. Hal ini relevan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan penerapan pembelajaran CWPT yang didukung dengan metode eksperimen (pengamatan obyek asli Plantae) disertai penggunaan cergam. Budiono (2006) menjelaskan bahwa hasil penelitian yang berlangsung dalam tiga siklus didapatkan adanya peningkatan prosentase penguasaan kompetensi belajar rata-rata kelas untuk setiap siklusnya tetapi belum mencapai ketuntasan belajar kelas yang diharapkan. Meskipun demikian, penggunaan modul dapat meningkatkan sikap kemandirian siswa dalam belajar. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran berbasis modul, siswa dituntut untuk mempelajari modul terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran di dalam kelas berlangsung. Dengan demikian, pembelajaran dapat berlangsung efektif dan optimal. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran biologi siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan melalui penerapan model pembelajaran CWPT disertai media cergam telah memenuhi target yang diinginkan.
Peningkatan
masing-masing
indikator
dari
aspek
kualitas
pembelajaran yang diteliti antara lain performance guru meningkat menjadi 100%, iklim kelas meningkat menjadi 75,71%, sikap ilmiah siswa dalam to user pembelajaran meningkat menjadicommit 75,72%, dan motivasi berprestasi meningkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 menjadi 79,05%. Sedangkan hasil pratindakan menunjukkan nilai rata-rata tiap aspek berkisar antara 44% - 46%. Secara teoritis, menurut Mulyasa (2008) target kualitas pembelajaran yang optimal dalam proses pembelajaran adalah 75% siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Tetapi untuk mengambil angka 75% sebagai target dalam penelitian ini terlalu beresiko ketika melihat angka dari pratindakan hanya berkisar 45%. Sehingga target penelitian ini berdasarkan pada kesepakatan bersama guru yaitu sebesar 63%. Target tersebut didasarkan pada kondisi pratindakan yang menunjukkan prosentase sangat rendah dengan rata-rata tiap aspek berkisar 44% - 46%. Sementara untuk batas KKM kognitif dari sekolah adalah 65. Oleh karena itu, yang ditargetkan dalam penelitian ini minimal sebesar 63% siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring disertai media cergam mampu meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa yang meliputi meningkatnya performance guru, sikap ilmiah siswa, motivasi berprestasi, dan iklim kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) disertai media cergam dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X 7 SMA Negeri 2 Sukoharjo, yang meliputi aspek performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi siswa.
B. IMPLIKASI Berdasarkan kajian teori serta melihat hasil penelitian ini, akan disampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa. 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk: a. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai arti pentingnya penerapan strategi maupun metode pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa di SMA Negeri 2 Sukoharjo. b. Sebagai salah satu sumber acuan/referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian mengenai masalah kualitas pembelajaran biologi siswa. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran Biologi di SMA Negeri 2 Sukoharjo, yaitu dengan penerapan pembelajaran melalui model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring disertai media cergam dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa.
110 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 C. SARAN 1.
Kepada siswa a. Siswa hendaknya mengembangkan kekompakan dan kemandirian untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga iklim kelas mampu lebih kondusif. b. Siswa hendaknya menaati peraturan yang diterapkan sekolah maupun yang telah disepakati bersama sehingga iklim kelas mampu lebih kondusif. c. Siswa hendaknya mengembangkan sikap disiplin dan tanggung jawab sehingga mampu meningkatkan sikap siswa menjadi lebih kondusif. d. Siswa hendaknya mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan pendapat atau menanggapi pendapat dari siswa lain sehingga pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.
2.
Kepada guru a. Guru hendaknya mempelajari dengan baik langkah-langkah pembelajaran sehingga mampu membagi waktu proses pembelajaran dengan baik b. Guru hendaknya lebih mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan saat proses pembelajaran. c. Guru hendaknya lebih tegas dalam mengarahkan siswa agar siswa tidak terlalu lama dalam melaksanakan praktikum.
3.
Kepada sekolah a. Perlu adanya optimalisasi penggunaan fasilitas pembelajaran sehingga dapat mencapai kualitas pembelajaran biologi yang optimal. b. Perlu adanya pelatihan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran yang inovatif.
4.
Kepada peneliti lain Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih luas
sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan model pembelajarn CWPT disertai media cergam dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi. commit to user