PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X MIA SMA NASIONAL MALANG Eka Arum Sasi Mahardika, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:
[email protected] ABSTRAK: Pembelajaran Biologi di kelas X MIA SMA Nasional Malang masih dilaksanakan secara teoritis melalui metode tanya jawab dengan pertanyaan yang masih dalam ranah kognitif mengingat (C1) dan memahami (C2). Sehingga ranah kognitif tingkat tinggi seperti menganalisis (C4) masih belum tercapai. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa bergurau dan berbicara sendiri di luar materi pembelajaran Siswa juga sering tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Hal ini berarti motivasi siswa dalam belajar Biologi masih tergolong rendah. Motivasi belajar yang rendah mengakibatkan hasil belajar yang rendah pula. Salah satu alternatif untuk mengatasi motivasi dan hasil belajar yang rendah adalah menerapkan model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping. Inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping memudahkan siswa dalam menganalisis data. Keterlibatan siswa secara langsung untuk membuat mind mapping sesuai dengan perkembangan kognitifnya diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih menarik sehingga motivasi siswa meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi dan angket mengalami peningkatan pada setiap aspek. Hasil belajar kognitif dan psikomotor siswa juga mengalami peningkatan. Kata kunci: inkuiri terbimbing, mind mapping, motivasi, hasil belajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dan mendapat bimbingan yang intensif dari guru. Langkah-langkah pembelajaran pada model inkuiri terbimbing terdiri dari orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan masalah. Pada langkah mengumpulkan data, siswa menuliskan hasil pengamatan melalui mind mapping. Dengan menggunakan mind mapping, siswa akan lebih mudah dalam menganalisis data. Keterlibatan siswa secara langsung untuk membuat mind mapping sesuai dengan perkembangan kognitifnya diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih menarik sehingga motivasi siswa meningkat. Selain itu mind mapping dapat digunakan sebagai bentuk penilaian kinerja yang dapat mengukur kemampuan dan keterampilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran Biologi di kelas X SMA Nasional Malang menggunakan metode tanya jawab, pertanyaan berupa istilah sehingga jawaban yang diberikan masih sebatas pada kompetensi ranah mengingat (C1) dan memahami (C2) sedangkan untuk ranah kognitif tinggi misalnya menganalisis (C4) masih belum tercapai. Selama pembelajaran berlangsung, masih ada siswa yang tidak fokus dalam belajar dan sering tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Hasil ujian akhir semester ganjil tahun ajaran 2013-2014 dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 70, dari 17 siswa kelas X MIA ada 47% yang tidak memenuhi
1
2
KKM.. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dan hasil belajar siswa tergolong rendah. Dengan demikian, untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar digunakan model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Kehadiran peneliti di lapangan sebagai pengelola instrumen dan perancang tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Nasional Malang. Pengambilan data dilaksanakan di kelas X MIA pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA di SMA Nasional Malang tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 17 siswa, yaitu 3 laki-laki dan 14 perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pedoman wawancara, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa, lembar obervasi dan angket motivasi belajar siswa, lembar catatan lapangan, dan soal tes. Jenis data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai tes akhir siklus. Data kualitatif berupa hasil pengamatan observer selama penelitian berlangsung, yaitu motivasi belajar siswa dan pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping. HASIL Diperoleh data motivasi dan hasil belajar siswa sebagai berikut. 1. Data Motivasi Belajar Siswa Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi dan angket motivasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari masing-masing instrumen dijabarkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Motivasi belajar siswa berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Motivasi Belajar Siswa berdasarkan Hasil Observasi pada Siklus I dan Siklus II Aspek motivasi Siklus I (%) Siklus II (%) Attention 81,45 94,7 Relevance 49,46 82,83 Confidence 69,35 79,55 Satisfaction 79,57 90,91
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa aspek attention, relevance, confidence, dan satisfaction meningkat dari siklus I ke siklus II. Aspek relevance meningkat paling tinggi. Motivasi belajar siswa berdasarkan angket sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Motivasi Belajar Siswa berdasarkan Angket Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Aspek Persentase sebelum Kriteria Persentase setelah Kriteria motivasi tindakan (%) tindakan (%) Attention 59,51 Cukup 74,75 Baik Relevance 74,67 Baik 82,68 Baik Sekali Confidence 59,15 Cukup 75,82 Baik Satisfaction 66,67 Baik 81,62 Baik Sekali
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kriteria pada setiap aspek dari sebelum tindakan ke sesudah tindakan yaitu attention dan
3
confidence meningkat dari kriteria cukup menjadi baik. Aspek relevance dan satisfaction meningkat dari kriteria baik menjadi baik sekali. 2. Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes akhir siklus sedangkan hasil belajar psikomotor siswa diperoleh dari observasi selama siswa melakukan pengamatan. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada observasi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Observasi Awal, Siklus I, dan Siklus II Tahap Persentase Ketuntasan (%) Selisih (%) Observasi Awal 35,3 Siklus I 70,6 35,3 Siklus II 88,2 17,6
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa peningkatan ketuntasan belajar kognitif secara klasikal dari observasi awal ke siklus I lebih besar daripada peningkatan siklus I ke siklus II. Peningkatan dari observasi awal ke siklus I sebesar 35,3% sedangkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 17,6%. Hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus I dan II disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Hasil Belajar Psikomotorik pada Siklus I dan Siklus II Siklus keRata-rata nilai kelas (%) 65,95 I 82,43 II
Selisih (%) 16,48
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar psikomotorik dari siklus I ke siklus II sebesar 16,48 %. PEMBAHASAN a. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing berbantuan Mind Mapping Peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan berdasarkan angket dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 diketahui bahwa terjadi peningkatan pada setiap aspek motivasi belajar siswa. Inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping mempunyai tahapan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan sendiri konsep yang dipelajari dengan pembelajaran yang menyenangkan. Menurut Buzan (2013), mind mapping dapat mendorong sifat suka bermain dan humor yang menghasilkan ide yang benar-benar kreatif, sehingga peta pikiran menjadikan pembelajaran menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan menyebabkan motivasi belajar siswa meningkat. Motivasi belajar yang diamati dalam penelitian ini meliputi aspek attention, relevance, confidence, dan satisfaction. Pembahasan masing-masing aspek dijelaskan sebagai berikut. 1. Attention Aspek attention berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 meningkat. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi motivasi belajar, siswa yang memiliki attention (perhatian) pada pembelajaran pertemuan pertama pada siklus I diketahui berjumlah 11 dari 14 orang. Pada pertemuan kedua siklus I, siswa yang memiliki
4
perhatian berjumlah 14 dari 17 orang. Sedangkan pada pertemuan pertama siklus II dapat diketahui bahwa semua siswa yang berjumlah 16 orang memiliki perhatian terhadap pembelajaran. Begitu juga pada pertemuan kedua siklus II semua siswa yang berjumlah 17 orang memiliki perhatian terhadap pembelajaran. Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis data angket motivasi belajar siswa diketahui bahwa aspek attention mengalami peningkatan kriteria cukup menjadi kriteria baik sekali. Peningkatan aspek attention disebabkan rasa ingin tahu siswa. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, guru membimbing siswa merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis. Rasa ingin tahu siswa muncul ketika guru menyuruh siswa untuk merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis. Menurut Yosua (2013) perhatian siswa muncul karena didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan mendapat perhatian selama proses pembelajaran. Selain itu, yang menyebabkan peningkatan aspek attention dari siklus I ke siklus II karena siswa menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan. Siswa belajar materi Dunia Tumbuhan menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping. Siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari karena siswa melakukan pengamatan langsung. Menurut Sanjaya (2008:196) inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pada pembelajaran ini menetapkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Faktor lain perhatian siswa yang meningkat disebabkan pembelajaran menggunakan mind mapping. Mind mapping menggunakan gambar dan tulisan yang berwarna-warni serta mudah dipahami, sehingga dapat memusatkan pikiran siswa. Menurut DePorter dan Mike (2011:152), mind mapping menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. 2. Relevance Aspek relevance berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 meningkat. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi motivasi belajar, siswa yang memiliki aspek relevance (keterkaitan) pada pembelajaran pertemuan pertama pada siklus I diketahui berjumlah 2 dari 14 orang. Pada pertemuan kedua siklus I, berjumlah 7 dari 17 orang. Sedangkan pada pertemuan pertama siklus II dapat diketahui berjumlah 14 dari 16 orang. Pada pertemuan II siklus II semua siswa yang berjumlah 17 orang memiliki aspek keterkaitan terhadap pembelajaran. Berdasarkan Tabel 2, aspek relevance mengalami peningkatan dari kriteria baik menjadi baik sekali. Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa, aspek relevance mengalami peningkatan paling tinggi. Menurut Yosua (2013) relevansi adalah adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Peningkatan aspek relevance disebabkan pada setiap pertemuan siswa melakukan pengamatan secara langsung dan membuat mind mapping. Siswa membuat mind mapping berdasarkan tumbuhan yang mereka amati. Siswa mengaitkan hasil pengamatan dengan literatur seperti buku dan internet kemudian dituliskan melalui mind mapping.
5
Peningkatan aspek relevance terjadi karena materi pembelajaran yang dipelajari oleh siswa pada siklus II berhubungan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Jhonson & Jhonson (1991) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran dan membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping dilakukan dengan pengamatan, sehingga siswa terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran. Bahan amatan berupa tumbuhan yang sering ditemui di sekitar lingkungan, sehingga membantu siswa mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata. 3. Confidence Aspek confidence berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 meningkat. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi motivasi belajar, siswa yang memiliki aspek confidence (percaya diri) pada pembelajaran pertemuan pertama pada siklus I diketahui berjumlah 6 dari 14 orang. Pada pertemuan kedua siklus I, berjumlah 11 dari 17 orang. Sedangkan pada pertemuan pertama siklus II dapat diketahui berjumlah 13 dari 16 orang. Pada pertemuan II siklus II siswa yang memiliki aspek confidence berjumlah 16 dari 17 orang. Berdasarkan Tabel 2, aspek confidence mengalami peningkatan dari kriteria cukup menjadi kriteria baik. Peningkatan aspek confidence terjadi karena dalam setiap pertemuan guru model selalu menggunakan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008:196) inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Jadi dengan menggunakan inkuiri terbimbing maka menuntut siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya sehingga akan melatih kepercayaan diri siswa. Selain itu dalam berdiskusi dan membuat mind mapping dilakukan secara berkelompok sehingga siswa selalu belajar untuk berani mengungkapkan pertanyaan maupun pendapat saat berdiskusi kelompok. Saling ketergantungan antar kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa karena siswa merasa dirinya memiliki kemampuan yang sama dengan teman sekelompoknya. Menurut Saguni dan Sagir (2013) teman sebaya merupakan sumber penting dukungan sosial yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri. Selain itu percaya diri meningkat karena siswa mempresentasikan mind mapping yang dibuat oleh siswa sendiri. Menurut Yosua (2013) kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan ketika merasa diri kompeten atau mampu untuk dapat berinteraksi secara positif terhadap lingkungannya. Percaya diri siswa meningkat karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui inkuiri. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009) kelebihan pembelajaran inkuiri adalah memperkuat dan menambah kepercayaan diri siswa. Penelitian Brickman, et al. (2009) tentang pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri pada ketrampilan literasi Sains dan keyakinan siswa menyatakan bahwa siswa pada kelas inkuiri memiliki rasa percaya diri lebih tinggi dibanding kelas tradisional untuk pendekatan saintifik guna memecahkan masalah, meliputi penggunaan keterampilan analisis untuk merancang eksperimen dan rasa percaya diri secara umum mengenai keberhasilan belajar.
6
4. Satisfaction Aspek satisfaction berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 meningkat. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi motivasi belajar, siswa yang memiliki aspek satisfaction (kepuasan) pada pembelajaran pertemuan pertama pada siklus I diketahui berjumlah 9 dari 14 orang. Pada pertemuan kedua siklus I, berjumlah 16 dari 17 orang. Sedangkan pada pertemuan pertama siklus II dapat diketahui semua siswa berjumlah 16 orang memiliki aspek satisfaction. Begitu juga pada pertemuan II siklus II semua siswa yang berjumlah 17 orang memiliki aspek satisfaction terhadap pembelajaran. Berdasarkan Tabel 2, aspek satisfaction mengalami peningkatan dari kriteria baik menjadi baik sekali. Peningkatan aspek satisfaction terjadi karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui inkuiri. Siswa melakukan tahapan merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menyimpulkan. Menurut Syah (2011) manusia pada umumnya menerima kepuasan ketika melakukan sesuatu dengan baik. Faktor lain yang menyebabkan aspek satisfaction meningkatkan karena pembelajaran menggunakan mind mapping menyenangkan. Menurut Maqfiroh (2013) siswa yang dibelajarkan menggunakan mind map memiliki kepuasan lebih tinggi karena belajar dengan menggunakan mind map tidak membosankan, mampu mengasah kreativitas dan juga menyenangkan. Selain itu peningkatan satisfaction disebabkan siswa membuat mind mapping sesuai tujuan pembelajaran. Mind mapping dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan. Menurut Yosua (2013) keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar setelah diberi tindakan sesuai dengan penelitian Sitopu (2010) menyatakan bahwa penggunaan metode inkuiri dalam belajar Sains akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi akan memberikan motivasi bagi siswa untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya. Adanya rangsangan dan dorongan menyebabkan siswa termotivasi untuk meresponnya melalui kegiatan ilmiah. Jadi inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. . b. Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing berbantuan Mind Mapping Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar mengajar. Slameto (2003:4) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinyu dan fungsional setelah mengalami pelatihan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Sudjana (1992) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini ditinjau dari ranah kognitif dan ranah psikomotorik sesuai dengan tujuan penelitian. 1. Hasil Belajar Kognitif Siswa Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Siswa dianggap tuntas belajar jika memperoleh nilai ≥ 70. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal siswa dianggap
7
tuntas belajar bila jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 85% dari jumlah keseluruhan siswa. Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan observasi pada materi Dunia Hewan, soal tes evaluasi pada saat observasi dengan tingkatan kognitif C1-C4. Ketuntasan klasikal pada observasi awal sebesar 35,3%. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 70,6%, sedangkan berdasarkan hasil tes akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 88,2% atau terjadi peningkatan sebesar 17,6%. Pada tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 70,6% dengan jumlah siswa yang tuntas 12 siswa dan siswa yang tidak tuntas 5 siswa. Pada akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 88,2% dengan jumlah siswa yang tuntas 15 siswa dan siswa yang tidak tuntas 2 siswa. Soal tes pada siklus I dan siklus II mempunyai tingkatan kognitif C1-C4. Rendahnya ketuntasan klasikal pada siklus I ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping. Siswa masih terlihat pasif dalam kegiatan diskusi dengan anggota satu kelompok. Selain itu, rendahnya ketuntasan klasikal pada siklus I disebabkan tidak ada kesimpulan dan penguatan setelah tahap pembelajaran. Guru yang tidak memperhatikan waktu dalam pembelajaran menyebabkan adanya tahapan pembelajaran yang tidak terlaksana. Guru diharapkan dapat menggunakan waktu dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun. Pada akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 88,2% dengan jumlah siswa yang tuntas 15 siswa dan siswa yang tidak tuntas 2 siswa. Peningkatan ini disebabkan siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari menggunakan inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping sehingga siswa lebih lebih memahami materi. Menurut Buzan (2013) mind mapping membantu siswa untuk memudahkan pemahaman terhadap materi pelajaran, karena siswa terlibat langsung dalam membuat mind mapping. Menurut Ersanto (2013) siswa yang menemukan sendiri konsep yang dipelajari menyebabkan siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Selain itu peningkatan hasil belajar siswa juga dikarenakan meningkatnya motivasi hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanjaya (2008) yang menyatakan bahwa keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung memiliki hasil belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendaah, hasil belajarnya juga rendah. 2. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata klasikal hasil belajar psikomotorik siswa telah mengalami peningkatan dari 65,95% pada siklus I menjadi 82,43% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar psikomotorik ini dapat dilihat pada aktivitas siswa selama pembelajaran. Sebelum diterapkannya pembelajaran model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping kondisi siswa sangat pasif terhadap pembelajaran Biologi, namun setelah diterapkan metode model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping siswa lebih aktif melakukan proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat teramati ketika siswa melakukan pengamatan. Hasil belajar siswa ditinjau dari ranah psikomotorik dapat diamati pada saat siswa melakukan kegiatan pengamatan. Hal yang dapat diamati adalah bagaimana siswa mempersiapkan bahan yang digunakan dalam pengamatan,
8
mengamati morfologi bahan amatan dan mencatat hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan, siswa sangat antusias dalam melakukan pengamatan. Menurut Deta dkk (2013) siswa yang belajar menggunakan inkuiri terbimbing maka hasil belajar psikomotornya meningkat. Selain itu meningkatnya hasil belajar psikomotorik disebabkan siswa belajar menggunakan mind mapping sehingga membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Menurut Rohani (2004:15) bahwa suasana yang menggembirakan dan kelas yang menyenangkan akan mendorong partisipasi siswa, sehingga pembelajaran berlangsung baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil paparan data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan pembelajaran model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil lembar observasi motivasi belajar siswa tiap aspek dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa: (a) attention meningkat dari 81,45% menjadi 94,7%; (b) relevance meningkat dari 49,46% menjadi 82,83%; (c) confidence meningkat dari 69,35% menjadi 79,55%; (d) satisfaction meningkat dari 79,57% menjadi 90,91%. Berdasarkan angket motivasi belajar siswa yang diisi sebelum dan sesudah diberi tindakan juga mengalami peningkatan pada tiap aspek yaitu: (a) attention dari 59,51% meningkat menjadi 74,75%; (b) relevance dari 74,67% meningkat menjadi 82,68%; (c) confidence dari 59,15% meningkat menjadi 75,82%; (d) satisfaction dari 66,67% meningkat menjadi 81,62%. Peningkatan ini disebabkan dalam penerapan pembelajaran model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping terdapat unsur permainan sehingga siswa lebih semangat untuk belajar. Selain itu kegiatan siswa untuk menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. 2. Penerapan pembelajaran model inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa. Hal ini dapat diketahui dari ketuntasan belajar kognitif siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 70,6% meningkat menjadi 88,2% pada siklus II. Hasil belajar psikomotorik siswa meningkat dari 65,95% pada siklus I menjadi 82.43% pada siklus II. Peningkatan ini disebabkan penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind mapping dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar meningkat. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu guru sebaiknya menggunakaan model inkuiri dalam pembelajaran Biologi agar siswa dapat berpikir tingkat tinggi, karena dengan inkuiri siswa akan berlatih menganalisis (C4). Inkuiri berbantuan mind mapping di terapkan agar siswa termotivasi dalam belajar, karena dengan mind mapping akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. DAFTAR RUJUKAN Brickman, P., Gormally C., Armstrong, N & Hallar, B. 2009. Effects of Inquirybased learning on Students’ Science Literacy Skill and Confidence.
9
International Journal for the Scholarship of Teaching ang Learning. (Online), 3 (2): 1-22, (http://www. Georgiassouthern.edu/ijsotl), diakses 14 Juni 2014 Buzan, Tony. 2013. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama DePorter, B. dan Mike H. 2011. Quantum Learning. Bandung: Mizan Media Utama. Deta, U.A., Suparmi, dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. (Online), 9 (2013) 28-34,(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/2630), diakses tanggal 19 Juni 2014. Ersanto, G.F. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan Inkuiri Terbimbing melalui Lesson Study untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu. Skripsi. Malang: FMIPA UM. Hanafiah, N dan Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Jhonson, B. & Jhonson. 1991. Learning Together an Alone: Cooperatif, Competitive and Individualistic Learning 3rd. Boston: Allyn Acon Maqfiroh, L. 2013. Pembelajaran Menggunakan Mind Map Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Brawijaya Smart School. Skripsi. Malang: FMIPA UM. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta Saguni, F dan Sagir M.A. 2013. Hubungan antara Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Self Regulation terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi SMP Negeri 1 Palu. Jurnal Psikologi. (Online), (http://iainpalu.ac.id/validasijurnal/Dr%20Fatimah%20Saguni.%20M.Si/Hasil%20Penelitian/Hasil%2 0Penelitian%20STAIN%202013.pdf), diakses tanggal 19 Juni 2014. Sitopu, J.W. 2010. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Habonaron do Bona Edisi 1 Maret 2010, 34-37 Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta.
10
Sudjana, 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media. Syah, Luqman. 2011. Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi Belajar Panti Sosial. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yosua, A.W. 2013. Pengaruh Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, dan Kepuasan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Riau di Pekanbaru. Jurnal Motivasi Belajar, (Online), (http://repository.unri.ac.id:80/handle/1234 567 89/ 1840.pdf), diakses tanggal 19 Juni 2014.