NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan
Hal: 142-149)
ISSN : 2354-5968 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS V SDN BADER 01TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Taurinda Mahardiyanti STKIP Doktor Nugroho Magetan
Abstrak: Matematika selalu menjadi momok dalam pembelajaran di sekolah, fakta menunjukkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya pemahaman siswa ialah karena kurang tepatnya metodeyang dipilih oleh guru dalam penyampaian materi pembelajaran dan kurangnya kesempatan siswa untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dengan menggunakan representasi mereka sendiri. Dalam hal ini guru memilih model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis dan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Bader 01. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Bader 01tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes formatif, dan data kemampuanrepresentasi matematis siswa yang diperoleh dari hasil observasi representasi matematis siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian terlihat adanya peningkatankemampuan representasi matematis siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBI).Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prosentasekemampuan representasi matematis siswa pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I sebasar 40%, pada siklus II 60%, dan pada siklus III 83,33 %. Kemampuan representasi matematis siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 20%, dan dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 23,33%. Selain dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa, dari hasil penelitian penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBI) juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 56,67%, siklus II 70% dan siklus III 90%. Prosentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,33%, dan dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 20%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis dan hasil belajar siswa kelas V SDN Bader 01 tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: metode pembelajaranProblem Based Learning (PBI),representasi matematis
142 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan
Hal: 142-149)
ISSN : 2354-5968 Abstract : Mathematics always state as scourge at school, the facts show that student learning outcomes in mathematics remains low. One of the factor caused the low yields mathematics learnin is the lack of student understanding of the subject matter presented by the teacher, and one of the factor that influence students understanding is due to less precise method chosen by the teacher in delivering the material and the opportunities for student to understand the concepts by their own representation is limited.. In this case teacher choose Problem Based Learning(PBL) model in learning of mathematics in primary schools. This study aims to determine whether the application of Problem Based Learning (PBL) model can enhance the ability of mathematical representations and mathematics learning outcomes of fifth grade students of SDN 01 Bader.. The subjects of this study are fifth grade students of SDN 01 Bader in the scholing year of 2014/2015, amount 30 students, which consist of 18 female and 12 male. The data used inthis study is that student learning outcome data obtained from formative tests, and data representation of students' mathematic alabilities gained from the observation of mathematical student representation in learning activities.. The result shows there are an increasement in the student’s the mathematic representation ability after used Problem Based Learning (PBI) model. It can be seen from the increase in the percentage of student’s mathematic representation ability in each cycle. In the first cycle is 40%, in the second cycle is 60%, and 83.33% in the third cycle. Student’s ability in mathematic representation from first cycle to the second cycle increased by 20%, and from second cycle to third cycle increased by 23.33%. In addition to increase representation of students' mathematic abilities, from the research application of Problem Based Learning (PBI) learning method can also improve student learning outcomes, it can be seen from the increase in the percentage of student’s mastery learning in first cycle is 56.67%, second cycle is 70% and 90% the third cycle. Percentage of student’s mastery learning from first cycle to second cycle increased by 13.33%, and from second cycle to third cycle increased by 20%. From the research can be concluded that the using of Problem Based Learning (PBL) method can enhance the ability of the mathematic representation and student learning outcomes in SDN Bader grade 01 school year of 2014/2015. Keywords: Problem Based Learning (PBI) model, mathematic representation.
143 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu pelajaran yang selalu menjadi momok bagi siswa, karena mereka memandang matematika merupakan pelajaran yang paling sulit.Siswa beranggapan demikian karena matematika memiliki konsep yang abstrak sehingga sulit untuk dipahami.Diperlukan kemampuan representasi yang baik untuk menkonkritkan konsep yang abstrak tersebut. Kegiatan pembelajaran matematika diharapkan mampu membuat siswa terampil menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, baik di bidang matemataika maupun di luar bidang matematika, serta mampu membuat siswa berkembang daya nalarnya, sehingga siswa mampu berfikir kritis, logis, sistematis dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu bersikap objektif, jujur dan disiplin. Tujuan pembelajaran matematika untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2006) ialah agar siswa mampu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep tersebut secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam memecahkan suatu permasalahan; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menafsirkan model dan menafsirkan solusi/penyelesaian yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau pemasalahan, dan yang terakhir adalah (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam NCTM (2000) juga diungkapkan terdapat lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu: kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan repreprsentasi. Berdasarkan uraian tersebut diatas, Depdiknas dan NCTM memuat representasi sebagai salah satu standart yang harus dimiliki oleh siswa.Sehingga representasi matematis siswa sangat perlu untuk dikembangkan.Namun faktanya pembelajaran matematika di sekolah, khususnya di sekolah dasar masih belum mampu mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa. Hal ini dapat terlihat dari penyampaian pembelajaran
Hal: 142-149)
matematika oleh guru yang masih terpaku pada buku teks, dan cara pengajaran matematika yang masih terbiasa dengan penyajian materi, memberikan contoh soal, dan meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan. Representasi matematis merupakan suatu ungkapan dari ide dan gagasan siswa dalam mennyelesaikan permasalahan matematika.kemampuan representasi matematis diperlukan siswa untuk menemukan dan membuat suatu alat atau cara berpikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematis dari yang sifatnya abstrak menuju konkret, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Oleh karena itu pembelajaran di kelas sebaiknya memberi kesempatan yang cukup bagi siswa untuk melatih dan mengembangkan kemampuan representasi matematis. Standart representasi matematis dalam NCTM (2000) menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk memenuhi 3 standart yaitu: (1) Membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, dan mengomunikasikan gagasan atau ide matematika; (2) Memilih, menerapakan, dan menerjemahkan representasi matematika untuk memecahkan masalah; dan (3) Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena matematis, fisik, dan sosial. Berdasarkan fakta yang ada guru belum menggunakan metode yang mampu menggali kemampuan representasi matematis siswa. Oleh karena itu peneliti akan menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika. Metode Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif bagi siswa.Menurut Arends dalam (Trianto, 2007) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata), sehingga diharapkan siswa dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, membuat siswa lebih mandiri, dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu metode yang yang menekankan adanya permasalahan nyata (yang sering ada dalam kehidupan sehari-hari) agar siswa mampu
144 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
berpikir kritis, mampu membangun pengetahuan mereka sendiri, dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memberikan kesempatan yang lebih luas pada siswa untuk mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa. Siswa sekolah dasar masih memiliki kemampuan representasi yang rendah, karena pada umumnya pembelajaran matematika yang di terapkan di tingkat sekolah dasar masih konvensional, oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas V SDN Bader 01 tahun pelajaran 2014/2015.Jadi secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa melalui penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk memberikan variasi metodeyang dapat digunakan untuk mengembangkan representasi matematis siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat pula dan dapat memberikan masukan dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran matematika di sekolah dasar. METODE Penelitian ini tergolong dalam Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reserch).Suharsimi Arikunto (2006:3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pendalaman terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan atau dibuat dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru untuk dilakukan oleh siswanya. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perecanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan (observasi) dan tahap evaluasi refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan metode tes dan observasi. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah soal tes formatif, dan lembar observasi.Data yang dianalisis dalam penelitian ini ialah data dari hasil tes formatif yang akan digunakan untuk
Hal: 142-149)
mengukur hasil belajar siswa dan data dari hasil observasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus.Pada tiap siklus peneliti melaksanakan pengamatan terhadap kemampuan representasi matematis siswa.Sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti di setiap akhir siklus diberikan tes hasil belajar pada siswa.Setelah selesai melaksanakan pembelajaran tiap siklusnya peneliti melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran masing-masing siklus. Hasil penelitian ini dapat disajikan dalam tiga siklus.Pada setiap siklus dikemukakan hasil penelitian berupa kemampuan representasi siswa dan tes formatif siswa.Dengan melihat data hasil observasi berupa chek list dan tes formatif pada siklus I, II dan III dapat diketahui kemampuan representasi matematis siswa dan hasil belajarmatematika siswa kelas V SDN Bader 01dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). 1. SIKLUS I Hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut. a. Tahap Perencanaan Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I, serta menyiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan, diantaranya soal tes formatif dan kunci jawaban tes formatif serta lembar observasi. b. Tahap Pelakasanaan Pada tahap pelaksanaan dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah di susun pada tahap perancanaan, kemudian pada pertemuan akhir siklus dilaksanakan tes formatif dengan jumlah siswa yang hadir adalah 30 siswa (semua siswa hadir). c. Tahap Observasi Rincian data dari hasil observasi dan data tes formatif yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1) Hasil observasi kemampuan representasi matematis siswa Berdasarkan hasil analisis dari lembar observasi kemampuan representasi matematis siswa pada siklus I, jumlah siswa yang mampu merepresentasikan permasalahan matematika dengan baik adalah 12 siswa dengan prosentase 40 %, siswa yang dapat merepresentasikan namun kurang tepat sebanyak 14 siswa dengan
145 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
prosentase 46,67% dan siswa yang tidak mampu sama sekali merepresentasikan permasalahan matematis sejumlah 4 siswa dengan prosentase 13,33%. 2) Hasil tes formatif Berdasarkan hasil analisis tes formatif siklus I dapat dilihat siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dengan prosentase 56,67% dan siswa yang tidak tuntas 13 siswa dengan prosentase 43,33%. d. Tahap Refleksi Dari hasil observasi diatas, ditemukan kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut: 1) Banyak siswa yang belum berani bertanya. 2) Banyak siswa yang belum aktif dalam diskusi kelompok 3) Banyak siswa yang masih belum mampu merepresentasikan gagasannya dengan baik. 4) Ada siswa yang tidak mampu merepresentasikan soal-soal matematika Hasil refleksi pada siklus I ini digunakan untuk menyusun rencana atau tindakan pada siklus II. 2. SIKLUS II Hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut. a. Tahap Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II, serta menyiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan, diantaranya soal tes formatif dan kunci jawaban soal tes formatif serta lembar observasi. Selain itu pada siklus II direncanakan tindakan sesuai permasalahan pada siklus I yang merupakan perbaikan dari kekurangan siklus I seperti berikut: 1) Memberikan motivasi pada siswa untuk berani bertanya. 2) Memberikan arahan pada siswa agar siswa aktif dalam kelompok 3) Memberikan dorongan dan arahan pada siswa agar mampu merepresentasikan gagasan yang dimiliki dengan baik. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah di susun pada tahap perancanaan, kemudian pada pertemuan akhir siklus dilaksanakan tes formatif dengan jumlah siswa yang hadir adalah 30 siswa (semua siswa hadir).
Hal: 142-149)
c. Tahap Observasi Rincian data dari hasil observasi dan data tes formatif yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1) Hasil observasi kemampuan representasi matematis siswa Berdasarkan hasil analisis dari lembar observasi kemampuan representasi matematis siswa pada siklus II, jumlah siswa yang mampu merepresentasikan permasalahan matematika dengan baik adalah 18 siswa dengan prosentase 60%, siswa yang dapat merepresentasikan namun kurang tepat sebanyak 10 siswa dengan prosentase 33,33% dan siswa yang tidak mampu sama sekali merepresentasikan permasalahan matematis sejumlah 2 siswa dengan prosentase 6,67%. 2) Hasil tes formatif Berdasarkan hasil analisis tes formatif siklus II dapat dilihat siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa dengan prosentase 70% dan siswa yang tidak tuntas 9 siswa dengan prosentase 30%. d. Tahap Refleksi Dari hasil observasi diatas, ditemukan kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut: 1) Masih ada siswa yang belum berani bertanya khususnya apabila mengalami kesulitan. 2) Masih ada siswa yang belum mampu merepresentasikan gagasan/ ide-ide matematiknya dengan baik. Hasil refleksi pada siklus II ini digunakan untuk menyusun rencana atau tindakan pada siklus III. 3. SIKLUS III Hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut. a. Tahap Perencanaan Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus III dimulai peneliti menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus III, serta menyiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan, diantaranya soal tes formatif dan kunci jawaban tes formatif serta lembar observasi.Selain itu pada siklus III direncanakan tindakan sesuai permasalahan pada siklus II yang merupakan perbaikan dari kekurangan siklus II seperti berikut: 1) Memberikan motivasi pada siswa untuk bertanya apabila mengalami kesulitan 2) Mengarahkan siswa agar mampu merepresentasikan ide-ide matematis dengan baik. b. Tahap Pelakasanaan
146 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Pada tahap pelaksanaan dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah di susun pada tahap perancanaan, kemudian pada pertemuan akhir siklus dilaksanakan tes formatif dengan jumlah siswa yang hadir adalah 30 siswa (semua siswa hadir). c. Tahap Observasi Rincian data dari hasil observasi dan data tes formatif yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1) Hasil observasi kemampuan representasi matematis siswa Berdasarkan hasil analisis dari lembar observasi kemampuan representasi matematis siswa pada siklus II, jumlah siswa yang mampu merepresentasikan permasalahan matematika dengan baik adalah 25 siswa dengan prosentase 83,33%, siswa yang dapat merepresentasikan namun kurang tepat sebanyak 5 siswa dengan prosentase 16,67% dan sudah tidak ada siswa yang tidak mampu sama sekali merepresentasikan permasalahan matematis. 2) Hasil tes formatif Berdasarkan hasil analisis tes formatif siklus II dapat dilihat siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa dengan prosentase 90% dan siswa yang tidak tuntas 3 siswa dengan prosentase 10%. d. Tahap Refleksi Hasil refleksi pelaksanaan pada siklus III adalah sebagai berikut. 1) Semua siswa sudah mampu merpresentasikan ide-ide matematis mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika meskipun belum semua siswa mampu merepresentasikan dengan baik. 2) Banyak siswa yang sudah tuntas dalam kegiatan pembelajaran Dari hasil refleksi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis dan hasil belajar siswa pada siklus III mengalami peningkatan yang lebih baik dari siklus sebelumnya karena kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya telah mengalami perbaikan.Maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil penelitian yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut. 1. Representasi Matematis siswa Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I, II dan III akan dibuat tabel sebagai berikut.
Hal: 142-149)
Tabel 1 : Siswa No
1. 2. 3.
Prosentase Representasi Matematis
Tingkat Kemampuan Representasi Matematis Siswa Baik Sedang Kurang
Siklus I
II
III
40% 46,67% 13,33%
60% 33,33% 6,67%
83,33% 16,67% 0
Berdasarkan tabel 1 dapat dibuat grafik sebagai berikut. 100,00% 80,00% 60,00%
Siklus I
83,33%
Siklus II
60,00% 40,00%
40,00%
46,67% 33,33%
Siklus III
16,67%13,33% 6,67% 0,00%
20,00% 0,00% Baik
Sedang
Kurang
Gambar 1: Grafik ProsentaseKemampuan Representasi Matematis Siswa Dari tabel 1 dan gambar 2 dapat diketahui bahwa prosentase siswa yang merepresentasikan permasalahan matematika dengan baik dari ketiga siklus mengalami peningkatan.Prosentase siswa yang merepresentasikan permasalahan matematika dengan baik pada siklus I sebasar 40%, pada siklus II 60%, dan pada siklus III 83,33 %. Kemampuan representasi matematis siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 20%, dan dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 23,33%. Prosentase siswa yang masih kurang tepat dan tidak mampu sama sekali dalam merepresentasikan permasalahan matematika dari ketiga siklus mengalami penurunan. Dan pada siklus ke III sudah tidak ada lagi siswa yang tidak mampu sama sekali dalam merepresentasikan permasalahan matematika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBI) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas V SDN Bader 01 tahun pelajaran 2014/2015.
147 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Hal: 142-149)
2. Tes Formatif Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I, II dan III akan dibuat tabel sebagai berikut. Tabel 2 : Ketuntasan Belajar Siswa Siklus Tuntas
Ketuntasan Belajar Tidak Prosentase Tuntas 56,67% 13
b. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matemataika siswa kelas V SDN Bader 01 tahun pelajaran 2014/2015.
Prosentase Saran
I
17
43,33%
II
21
70%
9
30%
III
27
90%
3
10%
Berdasarkan tabel 2 dapat dibuat grafik sebagai berikut: 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00%
90,00%
Siklus I
70,00% 56,67%
Siklus II 43,33% 30,00% 10,00%
0,00% Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 2: Grafik Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Dari Tabel 2 dan gambar 2 dapat diketahui prosentase siswa yang tuntas pada siklus I sebesar 56,67%, siklus II 70% dan siklus III 90%. Prosentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,33%, dan dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 20%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika Kelas V SDN Bader 01 tahun pelajaran 2014/2015. PENUTUP Simpulan Berdasarkan rumusan masalah serta hasil dari pembahasan penelitian, maka peneliti dapat memberi kesimpulan sebagai berikut: a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas V SDN Bader 01 tahun pelajaran 2014/2015.
a. Bagi Guru Diharapkan guru benar-benar harus memposisikan diri sebagai fasilisator dan motivator serta memberikan kesempatan pada semua siswanya agar dapat merepresentasikan ide-ide matematis mereka dengan baik. Paradigma lama yang selalu menempatkan guru sebagai sumber informasi sebaiknya tidak dilakukan lagi, lebih meningkatkan kinerja dan kreatifitas untuk bisa memecahkan masalah baru yang muncul dalam penelitian ini. b. Bagi Siswa Diharapkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBI) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan mengkonstruk pengetahuannya sendiri sehingga siswa mampu merepresentasikan permasalahan matematika dengan baik, sehingga dapat mempermudah siswa dalam penyelesaian masalah matematika yang akan berdampak pada meningkatkan hasil belajar matematika siswa. c. Bagi Sekolah Dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika hendaknya pihak sekolah memberikan dukungan untuk para guru sehingga dapat menerapkan metode pembelajaran inovatif yang akan memberikan kesempatan yang lebih lluas pada siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri. DAFTAR PUSTAKA Akbar-Hawadi, Reni. 2004. Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Manajemen
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Media. Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
148 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Hal: 142-149)
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia. Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soetopo, Hendyat. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Supaptomo, Catur. 2009. Matematika Asyik. Jakarta: Grasindo. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama. Haji, Saleh. 2014. Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, Vol 1 Tahun 2014 ISSN 2355-0473, hal. 49-56. Program Pascasarjana Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.Pdf. Hartono, Rudi. 2013. Ragam Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Press Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. NCTM. 2000. Principle and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Pertanyaan & Jawaban. Jakarta: Grasindo. Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Baru
Riyanto, Yatim .2012. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. Sabirin, Muhamad. Representasi dalam Pembelajaran Matematika.JPM IAIN Antasari, Vol. 01 No.2 Januari-Juni 2014, h.33-44.Pdf. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
149 Volume 02, Number 02, November 2014