Penerapan Metode CTL untuk Meningkatkan Kompetensi Membaca Puisi (Supriyanto)
117
PENERAPAN METODE CTL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBACA PUISI Supriyanto H.T. SMP Negeri 1 Kalitengah, Kec. Kalitengah, Lamongan
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi membaca Puisi pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 1 Kalitengah, Lamongan Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan rancangan PTK. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kalitengah. Adapun subjek PTK ini adalah kelas VII C sebanyak 26 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kritis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) penerapan metode CTL mampu meningkatkan keaktivan siswa. (2) penerapan metode CTL dapat meningkatkan kompetensi membaca puisi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika sebelum tindakan ketidaktuntasan dalam membaca puisi mencapai 21 siswa, menurun pada siklus I ada 15 siswa, dan pada siklus II semua tuntas. Rata-rata kompetensi membaca puisi juga meningkat, hal ini terlihat pada pratindakan rata-rata kemampuan membaca puisi sebesar 60,46, pada siklus I menjadi 65,69, dan siklus II rata-rata kemampuan membaca puisi 73. Dengan hasil ini maka penerapan metode CTL dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca puisi. Kata kunci : metode CTL, kompetensi, membaca puisi
Abstract: The purpose of this research was to improve the competence of reading Poetry at Seventh C graders in the First State Junior High School Kalitengah, Lamongan in the academic year of 2014/ 2015. The research used Classroom Action Researc design. The research was conducted at the First State Junior High School Kalitengah. The subject was 26 students of seventh C grade. The data were collected by observation method. Data were analyzed using critical analysis comparative. The results showed that 1) the application of the CTL method capable of improving the students’ activity. (2) the application of the CTL method could improve the competence of students in reading poetry. The results also showed that before the action the students’ competence in reading poetry reached 21 students, it was decreased in the first cycle there were 15 students, and the second cycle all was completed. The competence average to read poetry also increased, as seen in pre-action the average ability to read poetry at 60.46, the first cycle was 65.69, and the second cycle was 73. By these results, the application of the CTL method could increase the students’ competence in reading poetry. Keywords: CTL method, competence, reading poetry
118
PENDAHULUAN Sampai saat ini pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Kalitengah, Lamongan belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal. Hal ini terlihat ketika siswa membaca puisi kurang menghayati bahkan sebagian tidak menghayati isi puisi. Penghayatan terhadap puisi sangat kurang, hal ini juga terlihat pada saat siswa tampil kurang berekspresi. Hal itu disebabkan siswa tidak memahami/mempelajari terlebih dahulu puisi yang akan dibaca. Bahkan beberapa siswa terlihat mukanya ditutupi dengan buku atau naskah puisi pada saat membaca. Selain kurang dalam penghayatan, siswa juga kurang memperhatikan intonasi, lafal, terhadap puisi yang baca. Jarang terlihat, siswa membaca dengan memperhatikan naik-turun, tinggi-rendah, serta keras-lembut suara dalam bacaannya. Kalau awal pembacaannya datar, untuk selanjutnya datar, sebaliknya kalau intonasinya keras seterusnya cenderung keras. Dari segi lafal, siswa pun kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata, siswa yang duduk di deret bangku paling belakang hanya mendengar samar-samar. Bahkan ada yang tidak terdengar sama sekali. Tempo rata-rata terlalu cepat terkesan membaca puisi adalah sesuatu yang terlalu memberatkan, sehingga sesegera mungkin untuk menyelesaikan bacaan itu. Kepercayaan diri siswa dalam membaca puisi juga sangat kurang. Tidak ada siswa yang dengan kemauan sendiri tampil untuk membaca puisi. Ada siswa yang bersedia tetapi dengan malu-malu dan bermalas-malasan bahkan dengan sedikit paksaan. Hasilnya, siswa membaca dengan semaunya tidak bersungguh-sungguh.
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
Membaca puisi merupakan salah satu bentuk pertunjukan sastra yang bertujuan untuk menyampaikan ide/curahan/harapan yang mengandung amanat/pesan yang disampaikan. Seseorang yang akan membaca sebuah puisi, sebelumnya harus memahami dan menghayati puisi yang akan dibacanya. Dia harus dapat mewujudkan kembali apa yang dikehendaki penyair. Seorang pembaca puisi adalah perantara antara penyair sebagai pencipta dengan pendengar sebagai penikmat. Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak dapat dikatakan ringan, karena pembaca puisi harus berusaha mewujudkan ide/pesan penyair dengan cara cermat. Persiapan sangatlah diperlukan sebelum seseorang tampil membacakan puisi. Persiapan itu antara lain: memahami puisi yang akan dibaca, melakukan penghayatan terhadap puisi, mengekspersikan puisi, berlatih sebelum tampil, serta memberi tanda (anotasi) untuk memudahkan dalam menentukan mana yang harus dibaca dengan intonasi tinggi atau rendah, mana yang perlu penekanan, dan mana yang perlu suara keras dan sebagainya. Untuk menunjang pemahaman, menentukan tema sebelum tampil sangat penting. Dengan menemukan tema, dapat diketahui secara garis besar isi dari puisi itu sehingga untuk memahaminya akan lebih mudah. Selain kemampuan membaca puisi yang rendah, siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran membaca puisi. Pada saat guru menyampaikan materi siswa kurang perhatian. Para siswa ’sibuk’ dengan kegiatan sendiri yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran membaca puisi. Misalnya, berbicara dengan teman, bercanda, menggambar kartun kesayangan, mencatat pelajaran yang bukan pelajaran bahasa Indonesia, ada juga yang melamun / ’bengong’.
Penerapan Metode CTL untuk Meningkatkan Kompetensi Membaca Puisi (Supriyanto)
Guru dalam proses pembelajaran membaca puisi memiliki peran yang sangat penting, khususnya sebagai model. Dengan peran ini, guru akan menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Metode yang tepat untuk pembelajaran membaca puisi agar siswa dapat membaca puisi dengan baik adalah CTL. CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka. Jadi konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di depan maka diajukan rumusan masalah sebagai berkaitana dengan 1) apakah penerapan metode CTL dapat meningkatkan keaktivan pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIIIC SMPN 1 Kalitengah, Lamongan, dan apakah penerapan metode CTL dapat meningkatkan kompetensi membaca puisi bagi siswa kelas VIII C SMPN 1 Kalitengah, Lamongan ?
119
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kalitengah, Lamongan, Jawa Timur. Jumlah siswa sekolah ini ada 269, yang terdiri atas 10 kelas dengan rincian 3 kelas 7, 3 kelas 8, dan 4 kelas 9. Adapun kelas yang dipakai untuk PTK adalah kelas VIIIC. Pada tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research yang disingkat CAR atau penelitian Tindakan Kelas (PTK). CAR atau PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan supardi, 2006: 3). Sedangkan menurut Rochiati Wiriaatmadja (2005: 66) penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok peneliti dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Penelitian Tindakan Kelas ini diterapkan di kelas karena menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesional guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Kalitengah, Lamongan, Jawa Timur dan Peneliti adalah guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIC tahun pelajaran 2014/2015, sebanyak 26 siswa. Seperti telah dijelaskan di atas, penelitian ini melibatkan siswa kelas VIIIC dengan pertimbangan mereka mewakili ciri umum kelas yang diteliti.
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
120
Karakteristik yang tampak pada kelas ini adalah anak-anaknya cukup kreatif dan antusias dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam memberikan pengarahan pada saat pembelajaran tidak sulit, bergantung pada metode yang diterapkan oleh Peneliti. Prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus atau sampai indikator yang diharapkan tercapai. Kegiatan dari masing-masing siklus melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan, (2) pengenalan awal terhadap aktivitas pembelajaran membaca puisi, kemampuan membaca puisi siswa dan kinerja Peneliti, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) pelaksanaan atau implementasi tindakan, (5) pengamatan dan evaluasi, dan (6) refleksi. Berikut ini uraian masing-masing tahapan secara garis besar. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah peristiwa dan informasi tentang kompetensi membaca puisi yang berupa penilaian tes unjuk kerja / performance dan hasil pengamatan proses pembelajaran yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi setelah diterapkan CTL. No 1 2 3 4 5
Interval 00.00 % - 39.99 % 40.00 % - 59.99 % 60.00 % - 79,99 % 80.00 % - 89.99 % 90.00% - 100 %
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Peristiwa atau kegiatan, yaitu proses pembelajaran membaca puisi dengan menerapkan CTL yang diajar oleh Peneliti dan 2) dokumen dan arsip, yaitu informasi tertulis yang berupa kurikulum, silabus pembelajaran, rencana pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu : pengamatan dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kritis komparatif, dengan mendeskripsikan temuan-temuan data dan membandingkannya dengan indikatorindikator kinerja yang sudah ditentukan. Teknik analisis kritis yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelemahan dan kelebihan siswa dan peneliti dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria. Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Hasil analisis kuantitaif, selanjutnya dikonsultasikan pada pedoman konversi. Pedoman konversi yang digunakan adalah nilai absolut skala lima. Pedoman konversinya adalah sebagai berikut: Kriteria Sangat kurang Prestasi Kurang Cukup berprestasi Prestasi tinggi Prestasi tinggi sekali
Tabel 1: Pedoman Konversi Nilai Absolut Skala Lima
Indikator Kinerja Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil apabila sekurangkurangnya mencapai indikator sebagai berikut: Meningkatnya prestasi siswa dalam kompetensi membaca puisi dengan penerapan metode CTL, telah mencapai nilai rata-rata 70 dan mencapai
ketuntasan 75% secara klasikal pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Kalitengah tahun pelajaran 2011/2011. PEMBAHASAN Pada pertemuan pertama, hari Rabu, 6 Oktober 2010 yaitu jam Ke-1-ke3 yaitu dari pukul 07.00-09.00.
Penerapan Metode CTL untuk Meningkatkan Kompetensi Membaca Puisi (Supriyanto)
Pelaksanaan tindakan siklus pertama ini, penekanannya adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemanfaatan metode yang bervariasi misalnya dengan pembentukan kelompok belajar, memaksimalkan Peneliti sebagai model serta memberikan penilaian, baik penilaian aktivitas siswa maupun penilaian unjuk kerja (performance) siswa. Pada pertemuan pertama, Peneliti sudah melaksanaakan skenario yang direncanakan. Peneliti mengajak siswa mencatat hal-hal yang penting dalam membaca puisi, Peneliti berdiskusi dengan siswa untuk membahas hal-hal yang harus diperhatikan ketika membaca puisi, Peneliti bertindak sebagai model dan siswa memperhatikan puisi yang dibacakan oleh Peneliti, membentuk diskusi kelompok, serta memberi tugas kepada siswa untuk berlatih membaca puisi dengan kelompok. Dalam pelaksanaan tindakan terdapat beberapa hambatan. Hambatan itu antara lain metode yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan hal yang baru bagi siswa. Oleh karena itu, Peneliti harus banyak memberikan perhatian dan arahan kepada siswanya. Adapun hambatan yang berasal dari siswa lebih banyak disebabkan kurang terbiasa dengan metode yang diterapkan. Hal itu terlihat pada saat berdiskusi. Siswa banyak yang mengalami kebingungan, tidak tahu yang harus dikerjakan dengan berdiskusi. Dengan kondisi itu, terlihat siswa masih ada yang mengobrol dengan teman, ada yang masih diam terpaku, hanya memperhatikan teman saja. Sehingga dalam siklus pertama ini diskusi kelompok kurang efektif. Kemampuan membaca puisi siswa masih rendah. Intonasi, ekspresi, serta penampilannya masih sangat kurang. Hal ini disebabkan siswa belum bisa memahami dan menghayati puisi yang
121
dibaca. Siswa hanya sekedar membaca tanpa melibatkan perasaan. Penampilan pada saat membaca puisi, juga demikian. Siswa belum bisa memahami pembacaan puisi sebagai sebuah pertunjukkan yang harus memperhatikan tentang gerak tubuh, gerak mata, serta bloking. Yang tampak, pembacaan puisi dengan sikap sempurna dan kadang ada yang mukanya ditutupi. Sehingga, pada siklus pertama meskipun sudah dikenai tindakan tetapi hasilnya belum maksimal. Dalam pembelajaran membaca puisi, siswa yang sangat aktif hanya ada 1 siswa, siswa yang aktif ada 6 siswa. Untuk kemampuan membaca puisi, siswa yang mendapatkan nilai di atas 70 atau lebih hanya 11 siswa, sedangkan 15 siswa nilainya di bawah 69, dengan nilai rata-rata 60,46.Adapun ketuntasan klasikal mencapai 19,23 %. Siklus kedua, dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Oktober 2010 dan hari Jumat, 22 Oktober 2010. Sebelum siklus kedua dilaksanakan, peneliti melakukan perencanaan terlebih dahulu. Pada saat perencanaan, peneliti menyampaikan kelebihan dan kekurangan pada saat melaksanakan tindakan pada siklus pertama. Ada beberapa hal yang mendapat perhatian oleh peneliti untuk perbaikan siklus kedua. Perbaikan dilakukan antara lain: diskusi kelompok, keaktifan dalam pembelajaran, motivasi peneliti, dan kemampuan membaca puisi. Untuk memperbaiki kemampuan membaca puisi siswa, dengan memperhatikan dan mengamati pembacaan puisi yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga siswa bisa mengetahui tentang intonasi, ekspresi, pelafalan, serta penampilannya. Hampir semua siswa memperhatikan cara membacakan puisi. Untuk memperbaiki diskusi kelompok, Peneliti memberikan tugas
122
kepada siswa agar dalam kelompok ada salah satu siswa yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Pemimpin inilah yang bertugas memimpin jalannya diskusi agar lebih terarah dan memberi kesempatan anggota kelompok untuk mengeluarkan ide-idenya. Langkah ini tampaknya efektif, terlihat dari beberapa siswa sudah tidak malu-malu lagi untuk bertanya dan berpendapat dengan teman satu kelompok. Sehingga diskusi kelihatan hidup. Keaktifan siswa sudah mulai tampak. Siswa mencatat penjelasan Peneliti, memperhatikan dengan sungguh-sungguh puisi yang dibacakan, ada beberapa siswa yang memberikan respon ketika siswa membaca puisi, aktif dalam berdiskusi, dan para siswa tidak lagi malu-malu saat berlatih dengan kelompok. Peneliti banyak memberi motivasi pada siswa. Sebelum menyampaikan materi, Peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa aktivitas selama pembelajaran akan dinilai. Siswa bersemangat dalam pembelajaran. Para siswa banyak yang bertanya bila tidak jelas cara membacanya. Pada saat berdiskusi Peneliti berkeliling kesemua kelompok. Bila dilihat secara keseluruhan, pada siklus kedua ini ada peningkatan. Hal itu terlihat dari hasil yang dicapai selama pembelajaran berlangsung baik keaktifan siswa maupun kemampuan membaca puisi. Keaktifan siswa pada siklus kedua ada 5 siswa atau 19,2 % yang sangat aktif, siswa yang aktif sudah lebih banyak yaitu sejumlah 9 siswa atau 4,65%. Siswa yang cukup aktif 11 siswa atau 42,3% sedangkan yang kurang aktif ada 1 siswa atau 3,9%. Adapun kemampuan membaca puisi siswa juga mengalami peningkatan. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah 69 tidak ada, sedangkan yang mendapat nilai 70 atau lebih ada 26 siswa siswa
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
dengan nilai rata-rata 73. Ketuntasan klasikal mencapai 100 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata maupun klasikal tes kemampuan membaca puisi yang dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja yaitu nilai rata-rata 70 dan mencapai ketuntasan 75% secara klasikal. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan kemampuan membaca puisi dengan penerapan CTL di kelas VIIIC SMP Negeri 1 Kalitengah, Lamongan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1. Penerapan CTL dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran membaca puisi siswa. Peningkatan keaktifan ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar, lebih antusias/tertarik mengikuti pembelajaran membaca puisi sehingga KBM berlangsung lebih hidup. Siswa memiliki motivasi dalam memperhatikan pembacaan puisi yang dibaca oleh peneliti, aktif dalam memberikan respon terhadap pembacaan puisi siswa lain, aktif pada saat diskusi, aktif dalam mencatat penjelasan Peneliti, dan aktif berlatih dengan teman kelompok. Keaktivan yang dilakukan oleh siswa terbagi menjadi empat tingkatan yaitu sangat aktif, aktif, cukup aktif, dan kurang aktif. Pada siklus pertama siswa yang sangat aktif ada 1 siswa atau 3,8 %, siswa yang aktif ada 6 siswa atau 23,1 %, sedangkan siswa yang cukup aktif berjumlah 9 siswa atau 34,6 % dan yang kurang aktif 10 siswa atau 38,5 %. Pada siklus kedua, siswa yang sangat aktif meningkat menjadi 5 siswa atau 19,2 %, sedangkan siswa yang aktif jumlahnya 9 siswa atau
Penerapan Metode CTL untuk Meningkatkan Kompetensi Membaca Puisi (Supriyanto)
34,6 %, adapun siswa yang cukup aktif ada 11 siswa atau 42,3 %, dan siswa yang kurang aktif hanya1 siswa atau 3,9 %. 2. Penerapan CTL dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari intonasi, ekspresi, pelafalan, serta penampilan siswa. Siswa sudah dapat membaca puisi dengan bersuara lembut atau keras dan bersuara naik atau turun sesuai dengan penghayatan mereka terhadap puisi itu. Penghayatan terhadap puisi, juga tercermin melalui ekspresi yang ditampilkan. Ekspresi itu terlihat dari gerak wajah siswa yang sedih, gembira, senang, terharu, putus asa dan sebagainya pada saat siswa membaca puisi. Artikulasi dan volume suara sudah terlihat jelas dan mampu mengatasi suara penonton hingga bangku paling belakang. Gerak tubuh pun juga sudah dipakai oleh siswa. Peningkatan kemampuan membaca puisi siswa, juga terlihat dari hasil nilai rata-rata yang dicapai mulai siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus I, nilai rata-rata yang dicapai adalah 65,69 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 42,3 %. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa menjadi 73 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 100%. Dengan pencapaian nilai rata-rata dan ketuntasan pada siklus II, maka indikator kinerja dalam penelitian ini tentang meningkatkan kompetensi membaca puisi dengan menerapkan CTL telah tercapai, yaitu nilai ratarata mencapai 70 atau lebih dengan ketuntasan klasikal 75 %. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajat. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Error! Hyperlink
123
reference not valid.. Online diunduh tanggal 21 Desember, Pukul 21.30 WIB. Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo. Dahlan. Pengertian Kompetensi. http://dahlanforum.wordpress.com/ 2008/04/17 /pengertian-kompetensi Online diunduh, 26 Juni 2010. Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas. Farida Rahim.2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Gunoto Saparie. 2008. Pengajaran Sastra Masih Diomprengkan. http://www.suarakaryaonline.co m/news.htm/?id=170743, Online diunduh tanggal 21 Desember, Pukul 21.30 WIB. Henry Guntur Tarigan. 1993. Membaca Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Herman J. Waluyo. 2005. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Herman J. Waluyo. 2008. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Kennedy, X.J. .1971. An Introduction to Poetry. Boston: Little, Bronw and Company.
124
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.
Panitia Sertifikasi Peneliti Rayon 13.
Prantaningrih. 2003. “ Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi dengan Teknik Model pada Siswa Kelas 3 IPA 1 SMU 2 Semarang” dalam Jurnal Morfema, April 2003.
Slamet, St.Y. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Lembaga Pengembangtan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakaan UNS (UNS Press).
Rachmat Djoko Pradopo. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Presss. Rene Wellek & Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Purwaningtyas. 2007. Pengaruh Pendekatan Kontekstual (CTL) terhadap Keterampilan Menulis Deskripsi Ditinjau dari motivasi Belajar Siswa. Tidak Dipublikasikan.
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sri Utari S. Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Peneliti Rayon 13.
Sternberg, Robert J. 1994. Encyclopedia of Human intelligence. New York: Macmillan Publishing.
Sarwiji Suwandi. 2008: Model Asesmen dalam Pembelajaran: Surakarta:
Sri