PENERAPAN KONSEP EVA UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI RESTORAN & PARIWISATA PERIODE TAHUN 2004 – 2006
SKRIPSI Program Studi Manajemen
Nama
:
MARIA MAGDALENA DIRKS
NIM
:
4310411-331
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
PENERAPAN KONSEP EVA UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI RESTORAN & PARIWISATA PERIODE TAHUN 2004 – 2006
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Manajemen
Nama
:
MARIA MAGDALENA DIRKS
NIM
:
4310411-331
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
:
Maria Magdalena Dirks
NIM
:
4310411-331
Program Studi
:
Manajemen
Judul Skripsi
:
Penerapan Konsep EVA Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Industri Restoran dan Pariwisata Periode Tahun 2004 – 2006
Tanggal Ujian Skripsi
:
Disahkan Oleh: Pembimbing
( Priono, SE, ME ) Tanggal :
Dekan,
Ketua Jurusan Manajemen/Akuntansi
( Drs. Hadri Mulya,MSi ) Tanggal :
(Tafiprios, SE.,MM ) Tanggal :
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan cinta kasih-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Penerapan Konsep EVA Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Industri Restoran dan Pariwisata Periode Tahun 2004 – 2006”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dengan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta. Dengan segala usaha dan kemampuan yang terbatas, penulis menyadari sepenuhnya, bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dorongan dan doa dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Hadri Mulya, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti proses kegiatan belajar. 2. Bapak Tafiprios, SE., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen/Akuntansi yang telah membantu proses pembuatan skripsi ini. 3. Bapak Priono, SE ME selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing pembuatan skripsi ini. 4. Yang tercinta dan terkasih , kedua orang tua yang selalu memberi doa, dorongan dan cinta tulus kepada penulis.
5.
Sahabat, rekan, handai taulan dan pihak lain yang telah dengan tulus membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Dan pada akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan mahasiswa Universitas Mercu Buana sebagai bahan referensi dan pembanding dalam rangka penyelesaian tugas akhir serta kenang-kenangan kecil untuk anakku tersayang.
Jakarta, April 2008
MARIA M DIRKS
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...........................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
v
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Penelitian ..................................................
1
B.
Perumusan Masalah ...........................................................
3
C.
Batasan Masalah .................................................................
4
D.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................
4
LANDASAN TEORITIS A.
Konsep Manajemen Keuangan ..........................................
6
1. Definisi dan aktivitas keuangan ....................................
6
2. Memaksimumkan nilai perusahaan ...............................
7
B.
Mengetahui Kinerja Keuangan ..........................................
7
C.
Konsep EVA (Economic Value Added) .............................
9
1. Pengertian dasar EVA ...................................................
9
2. Kegunaan konsep EVA .................................................
11
3. Bagaimana perusahaan menciptakan EVA ...................
11
Pasar Modal ........................................................................
12
D.
E.
Konsep Reksa Dana ...........................................................
16
1. Pengertian reksa dana ....................................................
16
2. Karakteristik reksa dana ................................................
16
3. Jenis reksa dana .............................................................
17
4. Manfaat bagi pemodal ...................................................
18
5. Risiko reksa dana ..........................................................
19
6. Portofolio investasi .......................................................
20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.
Gambaran Umum ...............................................................
22
1. PT. Anta Express Tour & Travel .................................
22
2. PT. Fast Food Indonesia ...............................................
23
3. PT. Pembangunan Jaya Ancol .....................................
24
B.
Metode Penelitian ...............................................................
26
C.
Variabel dan Pengukurannya .............................................
26
D.
Definisi Operasional Variabel ............................................
26
E.
Metode Pengumpulan Data ................................................
27
F.
Metode Analisis Data .........................................................
28
BAB IV. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Analisis Hasil .....................................................................
30
1. Laporan keuangan PT. Anta Express Tour & Travel...
31
2. Laporan keuangan PT. Fast Food Indonesia ..................
40
3. Laporan keuangan PT. Pembangunan Jaya Ancol ........
47
B.
Pembahasan.........................................................................
53
1. Penghitungan EVA atas kinerja keuangan .................... PT. Anta Express Tour & Travel
55
2. Penghitungan EVA atas kinerja keuangan .................... PT. Fast Food Indonesia
57
3. Penghitungan EVA atas kinerja keuangan .................... PT. Pembangunan Jaya Ancol
59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan ........................................................................
62
B.
Saran ...................................................................................
62
1. Saran kepada manajemen perusahaan ...........................
63
2. Saran kepada para pemegang saham/investor ...............
64
DAFTAR TABEL Halaman 32
Tabel 1.
PT. Anta Express Tour & Travel Laba Rugi Periode 2004 - 2006 (Unit: Rupiah)
Tabel 2.
PT. Anta Express Tour & Travel Neraca Periode Tahun 2004 - 2006 (Unit: Rupiah)
37
Tabel 3.
PT. Fast Food Indonesia Laba Rugi Periode 2004 - 2006 (Unit:Rupiah)
43
Tabel 4.
PT. Fast Food Indonesia Neraca Periode Tahun 2004 - 2006 (Unit: Rupiah)
45
Tabel 5.
PT. Pembangunan Jaya Ancol Laba Rugi Periode 2004 - 2006 (Unit:Rupiah)
49
Tabel 6.
PT. Pembangunan Jaya Ancol Neraca Periode Tahun 2004 - 2006 (Unit: Rupiah)
52
Tabel 7.
PT. Anta Express Tour & Travel Perhitungan EVA Periode Tahun 2004 – 2006
56
Tabel 8.
PT. Fast Food Indonesia Perhitungan EVA Periode Tahun 2004 – 2006
58
Tabel 9.
PT. Pembangunan Jaya Ancol Perhitungan EVA Periode Tahun 2004 – 2006
60
Tabel 10 Ringkasan Perhitungan EVA atas 3 (tiga) perusahaan PT. Anta Tour, PT Fast Food Indonesia dan PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tahun 2004 - 2006
61
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan unit kegiatan bisnis yang mengelola sumber – sumber ekonomi untuk menyediakan barang atau jasa bagi kepentingan masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut digunakan untuk kelangsungan dan pengembangan usaha. Faktor modal merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan. Modal yang dimaksud disini adalah modal yang disetor oleh investor atau pemegang saham. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang disetor oleh para investor, perlu adanya pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu mengelola dana yang berasal dari para investor, dengan menilai seberapa besar capital gain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat capital gain maka akan semakin tinggi nilai perusahaan yang tercermin dalam nilai saham di bursa efek. Hal ini dapat diketahui secara umum, karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang telah terbuka (go public) atau biasa disingkat dengan tbk serta tercantum pada pasar modal (bursa efek)
1
Perusahaan go public adalah perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat umum, menurut pendapat J. Supranto (2004:264) Go public
merupakan proses
timbal balik antara perusahaan yang membutuhkan modal untuk meningkatkan kegiatan usahanya dengan pemodal yang menanamkan modalnya kepada perusahaan. Selama ini alat ukur yang biasa digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan, yang dapat dibagi dalam 5 (lima) jenis yaitu: rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Namun kemudian disadari bahwa menggunakan analisis tersebut memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah bahwa rasio keuangan tersebut mengabaikan biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Mengingat keterbatasan analisis rasio keuangan tersebut sebagai alat ukur maka kini ada pendekatan konsep baru yang disebut dengan Economic Value Added (EVA). Konsep
EVA, menurut Agnes Sawir (2005:49) adalah pengukuran kinerja
perusahaan yang harus mempertimbangkan harapan para investor secara adil dengan mempertimbangkan biaya modal rata – rata tertimbang ( Weighted Average Cost of Capital, WACC ). Dengan menggunakan EVA diharapkan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomi perusahaan yang realistis, dan juga dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga dapat mempermudah para pemakai laporan keuangan dalam melakukan analisis untuk berinvestasi.
2
Konsep EVA secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ukuran perhitungan riil dari operasi perusahaan. EVA diperoleh dari laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT / Net Operation Profit After Tax ) dikurangi biaya modal ( cost of capital), yaitu jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan yang merupakan jumlah dari total utang dan modal saham dikalikan dengan biaya modal rata – rata tertimbang (WACC). Mengingat pentingnya konsep EVA tersebut memotivasi penulis untuk melakukan penelitian dan menjadikan hal tersebut sebagai topik dalam penelitian dengan judul “PENERAPAN KONSEP EVA UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN
PADA
INDUSTRI
RESTORAN
DAN
PARIWISATA”
B. Perumusan Masalah Pengukuran kinerja perusahaan dapat diukur dengan menggunakan pendekatan Analisis Economic Value Added ( EVA ). Dengan menggunakan EVA diharapkan dapat melihat secara riil bagaimana kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana kinerja keuangan industri restaurant dan pariwisata dengan konsep EVA ( Economic Value Added )?”
3
C. Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah, penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah Economic Value Added ( EVA ). 2. Perusahaan dalam industri restoran dan pariwisata yang diteliti adalah perusahaan go public yang masih tercatat hingga tanggal 12 November 2007 di pasar modal, dalam hal ini Bursa Efek Jakarta (BEJ). 3. Nama – nama perusahaan tersebut yang diteliti laporan keuangannya adalah: ■ PT. Anta Express Tour & Travel ■ PT. Fastfood Indonesia ( brand name : Kentucky ) ■ PT. Pembangunan Jaya Ancol 4. Adapun laporan keuangan yang penulis teliti mulai dari tahun 2004 hingga 2006
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan industri restaurant dan pariwisata dengan konsep EVA. Adapun kegunaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penerapan ilmu ekonomi, terutama dalam menganalisa kinerja keuangan statu perusahaan
4
2. Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini akan membantu pihak perusahaan untuk memahami bagaimana mengevaluasi kinerja bisnis dengan mempertimbangkan tujuan investor pada umumnya. 3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor untuk mengambil keputusan dalam menanamkan modalnya di perusahaan. 4. Bagi Perguruan Tinggi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Manajemen Keuangan 1. Definisi Dan Aktivitas Keuangan Menurut Darsono (2006:1), manajemen keuangan ialah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal semurah – murahnya dan menggunakan seefektif , seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Adapun aktivitas yang dimaksud meliputi: 1. Aktivitas pembiayaan (Financing Activity) 2. Aktivitas Investasi (Investment Activity) 3. Aktivitas Bisnis (Business Activity) Akivitas pembiayaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemilik dan manajemen dalam mencari modal untuk membiayai kegiatan bisnis. Sumber pembiayaan terdiri dari sumber eksternal (seperti:modal pemilik dan modal saham) dan dari internal (seperti: modal ditahan, penyusutan, amortisasi, deplesi – depreciation, amortization dan deplesion , juga penjualan harta tetap yang tidak produktif) Aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan dana berdasarkan pemikiran akan memperoleh hasil yang sebesar – besarnya dan risiko yang sekecil – kecilnya. Aktivitas itu meliputi: modal kerja (harta lancar), investasi pada saham
6
dan obligasi, harta tetap, harta yang tidak berwujud (seperti:hak paten, hak pengelolaan hutan, hak pengelolaan tambang dan sebagainya) Aktivitas bisnis ialah kegiatan untuk mencari laba melalui efektivitas penjualan barang atau jasa dan efisiensi biaya yang melahirkan laba. Aktivitas itu dapat dilihat dari laporan rugi-laba, yang terdiri dari unsur: pendapatan (sales/revenue), beban (expense), dan laba-rugi (profit-loss).
2. Memaksimumkan Nilai Perusahaan Nilai ialah suatu yang dijunjung tinggi dan dihormati. Dalam perusahaan hal itu diwujudkan dalam perhitungan laba operasi bersih atau net operating after tax yang lazim disebut sebagai NOPAT. Perusahaan dapat dikatakan memiliki nilai maksimum jika NOPAT lebih besar daripada biaya modal yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Memaksimumkan nilai perusahaan adalah tugas pokok tim manajemen, khususnya manajer keuangan.
B. Mengetahui Kinerja Keuangan Dalam dunia bisnis, ada beberapa pihak yang memerlukan laporan kinerja keuangan, yaitu pihak internal perusahaan (seperti: para manajer, CEO, CFO dan atau Serikat Pekerja) dan pihak eksternal perusahaan (seperti: pemegang saham, kantor pajak, pasar modal – bila sudah menjadi perusahaan terbuka, bank dan kreditor lainnya).
7
Kinerja keuangan ialah hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka – angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode sekarang harus dibandingkan dengan: 1. Kinerja keuangan periode masa lalu 2. Anggaran neraca dan rugi-laba 3. Rata – rata kinerja keuangan perusahaan sejenis. Kegiatan perusahaan dapat disajikan dalam laboran keuangan yang terdiri dari: 1. Laporan posisi keuangan (Balance Sheet) 2. Laporan rugi-laba (Income Statement) 3. Laporan laba ditahan (Retained Earning Statement) 4. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ( Source and Aplication of Funds / Cash Flow Statement ) Perusahaan yang memiliki kinerja baik adalah perusahaan yang hasil kerjanya di atas perusahaan pesaingnya, atau di atas rata-rat perusahaan sejenis. Analisis kinerja keuangan dapat disajikan dengan perhitungan rasio sebagai berikut: 1. Analisis arus kas (cash flow analysis) 2. Analisis likuiditas (liquidity analysis or working capital analysis) 3. Analisis leverage (leverage analysis or debt management analysis) 4. Analisis profitabilitas (profitability analysis) 5. Analisis aktivitas (activity analysis) 6. Analisis penilaian (valuation analysis) 7. Analisis pertumbuhan (growth analysis)
8
8. Analisis kesehatan (healthy analysis) 9. Analisis sistem Du Pont 10. Analisis EVA Hasil analisis merupakan informasi bagi manajemen untuk membuat berbagai keputusan yang berkaitan dengan bidang pembiayaan, investasi dan operasi. Setiap manajer membutuhkan informasi keuangan untuk membuat program kerja, anggaran, dan pengendalian. Oleh sebab itu informasi keuangan harus disajikan tepat waktu dan akurat. Informasi tersebut disajikan oleh akuntan intern kemudian diperiksa oleh akuntan publik.
C. Konsep EVA (Economic Value Added) 1. Pengertian Dasar Eva Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G. Bennett Steward III. Konsep EVA menjadi sitem manajemen keuangan yang popular dewasa ini, kurang lebih 300 perusahaan di dunia telah mengadopsi sistem berbasis EVA. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001:1) EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa keuntungan (kesejahteraan) hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi ( operating cost ) dan biaya modal ( cost of capital ). Secara umum, EVA mempunyai beberapa batasan sebagai berikut:
9
1. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai ( value ) dari modal ( capital ) yang telah ditanamkan oleh investor dan pemegang saham untuk operasi usaha. 2. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax / NOPAT) dikurangi dengan biaya modal ( cost of capital ). 3. Angka NOPAT dan Capital tidak dapat begitu saja diambil dari laporan laba rugi perusahaan, karena ada beberapa penyesuaian yang harus dilakukan. 4. Biaya modal perusahaan merupakan biaya tertimbang dari modal / Weight Average Cost of CapitalI/ WACC untuk debt dan equity yang digunakan oleh perusahaan. Sebab itu, perusahaan harus menghitung berapa besarnya biaya hutang ( cost of debt ) dan biaya modal sendiri ( cost of equity ). 5. Apabila perusahaan memiliki EVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah menciptakan nilai (creating value). Sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan destructing ata destroying value. Kita dapat menghitung nilai yang diciptakan oleh sebuah perusahaan yang sudah go public untuk setiap periode waktu dalam arti prosentase, kapitalisasi, ekuitas, indexed to dollars invested, atau per share basis.
10
2. Kegunaan Konsep EVA Konsep EVA dapat digunakan secara maksimal oleh pemegang saham dalam menetapkan target EVA pada awal tahun, kemudian menghitung EVA pada akhir tahun. Dasar pemberian bonus manajemen berdasarkan pada pencapaian EVA secara aktual dibandingkan dengan EVA target di awal tahun.
3. Bagaimana Perusahaan Menciptakan EVA? Dalam praktek bisnis digunakan beberapa cara untuk menciptakan EVA, sebagai berikut: 1. Meningkatkan RONA (Return On Net Asset), misalnya dengan memangkas biaya, meningkatkan efisiensi modal kerja dan sebagainya. 2. Mengurangi WACC (Weight Average of Cost Capital) dengan mengoptimalkan hutang, pembelian kembali saham (share buyback) dan mengimplentasikan transparansi. 3. Meningkatkan investasi modal, misalnya hal melakukan strategi pertumbuhan laba yang tepat dan memperoleh hasil positif atas investasi NPV. 4.
Mengurangi investasi modal dalam hal penjualan usaha / aset yang tidak perlu.
11
5. Memberikan kesempatan untuk memperoleh nilai tambah yang kompetitif , seperti : inovasi produk / jasa , inovasi pada proses, investasi dalam hal kesetaraan merk serta investasi untuk intellectual capital. Cara – cara tersebut ada yang bersifat jangka pendek (seperti: meningkatkan harga jual produk, menjual produk yang marjinnya lebih tinggi, menekan harga pembelian bahan baku dan sebagainya) dan adapula yang bersifat jangka panjang (seperti: inovasi produk, inovasi proses, investasi dalam ekuitas merek, serta investasi dalam modal intelektual).
D. Pasar Modal Pasar modal atau capital market, menurut J. Supranto (2004:1) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
12
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
13
1. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapat dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham ABC dengan harga per saham RP 3.000,kemudian menjualnya dengan harga RP 3.500,- per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar RP 500,- untuk setiap saham yang dijualnya. Sebagai instrumen investasi, saham memiliki rasio, antara lain:
14
1. Capital Loss Merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang dibeli dengan harga RP 2.000,- per saham, kemudian harga tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai RP 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga RP 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar RP 600,- per saham. 2. Risiko Likuiditas Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat bagi pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari – hari, harga – harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Terjadinya fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh faktor kinerja dari perusahaan itu sendiri ataupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat
15
suku bunga, inflasi, nilai tukar serta faktor non ekonomi, seperti kondisi sosial politik atau faktor lainnya.
E. Konsep Reksa Dana 1. Pengertian Reksa Dana Dalam kamus keuangan Reksa Dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Menurut Undang – Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Jadi terdapat tiga hal dari definisi tersebut : (1) adanya dana dari masyarakat pemodal, (2) dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan (3) dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
2. Karakteristik Reksa Dana Reksa dana mempunyai karteristik yaitu : 1. Pemilik reksa dana adalah dari berbagai pihak yang memasukkan atau menginvestasikan dananya sesuai dengan tujuan investor tersebut.
16
2. Investasi kepada efek, yang dikenal dengan instrument investasi. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut diinvestasikan ke dalam instrument investasi seperti rekening koran, deposito, surat utang jangka pendek, commercial paper dan obligasi (surat utang jangka panjang). 3. Reksa dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Saat ini terdapat 15 (lima belas) perusahaan yang mempunyai ijin dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) untuk mengelola reksa dana. Lima besar pengelola reksa dana tersebut adalah Schorer Inv. Mgt. Ind, Fortis Investment, Manulife Asset Mgt Ind, NISP Seguritas, Bahana TCW IM. 4. Reksa dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang. 5. Reksa dana merupakan produk investasi yang berisiko. Risiko disini disebabkan harga instrumen portofolio yang berubah setiap waktu.
3. Jenis Reksa Dana Ada dua jenis reksa dana yaitu reksa yaitu reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka. Reksa dana tertutup adalah reksa dana yang transaksi perdagangan unit penyertaannya dilakukan melalui Bursa Saham ( Efek ). Jumlah saham reksa dana tertutup tidak berubah – ubah dari waktu ke waktu kecuali adanya
17
tindakan perusahaan. Biasanya harga saham reksa dana tertutup selalu lebih rendah dari nilai aktiva bersihnya, hal itu disebabkan adanya biaya transaksi. Reksa dana tertutup ini tidak ada lagi di Indonesia, karena dengan reksa dana tertutup, investor tidak akan memperoleh dana secepatnya. Reksa dana terbuka yaitu reksa dana dimana pemegang unit menjual unitnya langsung kepada manager investasi terkecuali Exchange Traded Fund (EFT). Harga unit penyertaan ditentukan oleh harga penutupan perdagangan pada hari yang bersangkutan. Oleh karenanya investor tidak mengetahui harga jual atau beli dari unit penyertaan dan akan diketahui pada keesokan harinya.
4. Manfaat bagi pemodal Manfaat yang dapat diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam reksa dana, antara lain: Pertama, pemodal meskipun dengan modal yang relatif kecil, dapat melakukan diversifikasi investasi dan efek. Sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portofolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak memiliki dana yang besar. Dengan reksa dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, dan obligasi.
18
Kedua, reksa dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham – saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal (investor) memiliki pengetahuan tersebut. Ketiga, efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada reksa dana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi seperti telah disebutkan pada halaman sebelumnya.
5. Risiko reksa dana Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, reksa dana juga dapat mengakibatkan beberapa risiko, antara lain: 1. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut.
2. Risiko likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
19
3. Risiko wanprestasi Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal – hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak – pihak yang terkait dengan reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam yang dapt menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana.
6. Portofolio investasi Dilihat dari portofolio investasinya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: 1. Reksa dana pasar uang (money market funds), yaitu investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. 2. Reksa dana pendapatan tetap (fixed income funds), yaitu investasi dengan nilai sekurang – kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek bersifat utang. Reksa dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari reksa dana pasar
uang.
Tujuannya
adalah untuk
menghasilkan tingkat
pengembalian yang stabil. 3. Reksa dana saham (equity funds), yaitu investasi dengan nilai sekurang – kurangnya 80% dari akiva dalam bentuk yang bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua
20
jenis reksa dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. 4. Reksa dana campuran (discretionary funds), yaitu investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang.
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Dalam penelitian ini, penulis menganalisa tiga perusahaan terbuka yang tercatat pada Bursa Efek Jakarta (BEJ), yaitu PT. Anta Express Tour &Travel Service tbk, PT Fastfood Indonesia tbk (dengan merek dagang: Kentucky) dan PT. Pembangunan Jaya Ancol tbk.
1. PT. Anta Express Tour & Travel Service (Anta) PT. Anta Express Tour & Travel Service tbk (perusahaan) didirikan berdasarkan akta yang dibuat dihadapan notaris Lody Herlianto, S.H. notaris pengganti John Leonard Waworuntu, S.H. nomor 21 tanggal 10 Mei 1972. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan Nomor Y.A 5/405/16 tanggal 22 Nopember 1974, dengan nama perusahaan PT. China Travel Service. Kemudian pada tahun 1976, disahkan penggantian nama menjadi PT. Anta Express Tour & Travel Service, dengan Surat Keputusa nomor Y.A.5/197/7 tertanggal 9 April 1976. Pada tahun 2001 menerima pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia
sesuai
dengan
Surat
Keputusan
Nomor
C.0011.HT.01.04.TH tertanggal 29 Maret 2001 mengenai rencana penawaran
22
saham dan pada tahun 2001 diterbitkan Surat Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No.5-4070/PAM/2001 tanggal 28 Desember 2001 mengenai pendaftaran PT. Anta Express Tour & Travel (Antatour) sebagai perusahaan terbuka. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Antatour mempunyai kantor pusat di Jl. Hayam Wuruk No.88, Jakarta Pusat 11160. Antatour telah memperoleh ijin usaha dari Direktorat Jendral Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (d/h Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi) yaitu Ijin Usaha Biro Umum No.52/D.2/BPU/IV/79 tertanggal 17 Oktober 1987. Perusahaan memperoleh keagenan dari IATA (International Air Transport Association) dan anggota asosiasi lainnya, seperti ASITA (Association of The Indonesian Tours and Agent). Struktur kepemilikan saham Antatour sebagai berikut: (per Oktober 2007) •
PT. Trans Lifestyle
55.00%
•
Kresna Graha Sekurindo
33.60%
•
Masyarakat
11.40%
PT. Anta Express Tour & Travel Service mempunyai 3 (tiga) buah anak perusahaan, yaitu : •
PT. Vayatour
(jumlah saham Antatour : 98.16%)
•
PT. Vaya Micetama Servindo (jumlah saham Antatour : 0.80%)
•
PT. Vaya Transport
(jumlah saham Antatour : 0.09%)
23
2. PT. Fast Food Indonesia (Fast) PT. Fastfood Indonesia (Fast) adalah sebuah badan usaha yang didirikan oleh kelompok Gelael pada tahun 1978, kemudian kelompok Salim juga bergabung pada tahun 1990 serta terdaftar sebagai perusahaan go public pada tahun 1994. Operasi restoran yang pertama pada bulan Oktober 1979 di jalan Melawai kemudian berkembang menjadi 270 restoran di 60 kota besar di Indonesia. Fast memperoleh hak waralaba KFC dari Yum! Restaurant International (YRI) yang juga pemilik waralaba untuk merek dagang seperti : Pizza Hut, Taco Bell, A & W, dan Long John Silvers. Perusahaan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan kepemilikan saham sebagai berikut: •
PT. Gelael Pratama
43.77%
•
PT. Megah Eraraharja
35.77%
•
Masyarakat
20.00%
•
Koperasi
0.46%
3. PT. Pembangunan Jaya Ancol (PPJA) Pada tahun 1966, Pemerintah Daerah DKI menunjuk PT. Pembangunan Jaya Ancol sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol guna mengembangkan
kawasan
Ancol
sebagai
kawasan
wisata
terpadu.
24
Pelaksanaan pembangunan dibuat bertahap sesuai dengan meningkatnya perekonomian nasional serta pendapatan (daya beli) masyarakat. Dengan akta notaris No 33 tertanggal 10 Juli 1992, status BPP Proyek Ancol diubah menjadi Perusahaan Perseroan atau PT. Pembangunan Jaya Ancol dengan struktur kepemilikan 80% oleh Pemda DKI dan 20% oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol. Luas kawasan yang dikelola adalah 552 Ha dengan HPL (Hak Pengelolaan Lahan) seluas 477 Ha berlokasi di kelurahan Ancol Jakarta Utara. Kedudukan hukum kantor pusat PPJA beralamat di Gedung Cordova Tower Lantai 7, Jalan Pasir Putih Raya, Blok E5 Ancol. Pada tahun 2004, berdasarkan akta No. 13 tanggal 1 April 2004, status PPJA diubah dalam rangka “go public” dengan pengembangan bidang usaha, antara lain: •
Menjalankan usaha – usaha di bidang pembangunan, yaitu bertindak sebagai pengembang, pemborong dan konstruksi
•
Menjalankan usaha di bidang jasa yaitu konsultan bidang perencanaan dan pengawasan pembangunan
Dengan struktur kepemilikan saham sebagai berikut (per Oktober 2007) : •
Pemda DKI
72%
•
PT Pembangunan Jaya
18%
•
Masyarakat
10%
25
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis pada laporan keuangan dari tiga perusahaan yang dijadikan obyek penelitian ini, adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Arti dari deskriptif kuantitatif menurut Suharsimi Arikunto (2006:239) yaitu suatu metode yang berusaha memahami dan menggambarkan secara eksploratif pada obyek penelitian yang berupa angka dan rasio. Rancangan penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam penulisan ini menggunakan metode analisis data sekunder untuk periode 3 tahun (mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2006) dari 3 perusahaan yang diteliti.
C. Variabel dan Skala Pengukuran Variabel didefinisikan sebagai sesuatu simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai . Untuk penelitian terdapat empat jenis skala pengukuran yaitu Nominal, Ordinal, Interval dan Ratio (NOIR). Dalam penelitian ini digunakan jenis skala pengukuran yaitu pengukuran dengan skala ratio. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu obyek (item) tertentu dengan obyek lainnya.
D. Definisi Operasional Variabel Yang dimaksud dengan operasional variabel yaitu penjelasan dari pengertian teoritis tentang variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Tujuan penggunaan
26
variabel adalah untuk mempermudah mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Operasional variabel dalam penelitian ini adalah: -
Variabel 1 yaitu NOPAT
(Net Operating Profit After Tax) : Laba operasi
(usaha) ditambah pendapatan / penghasilan / perolehan dari bunga dikalikan dengan hasil pengurangan prosentase pajak penghasilan. -
Variabel 2 yaitu Capital Investment : merupakan hasil penambahan dari investasi
awal dan investasi akhir dibagi dua. Adapun untuk mencari hasil investasi awal atau akhir adalah dengan mengurangi total hutang (kewajiban) dan ekuitas dikurangi dengan hutang lancar. -
Variabel 3 yaitu WACC (Weight Average Cost of Capital/ Rerata Tertimbang
atas Biaya modal) : diperoleh dari hasil perkalian antara biaya atas hutang (kewajiban) dengan hasil pengurangan persentase pajak kemudian dikalikan dengan biaya atas kapital.
E. Metode Pengumpulan Data Metode dan prosedur yang akan dilaksanakan penulis dalam mengumpulkan data,meliputi: 1. Mengumpulkan dan mencatat data – data yang bersifat kuantitatif berupa laporan keuangan dari tiga perusahaan tersebut. Juga data yang bersifat kualitatif berupa catatan atau penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dan mendukung data kuantitatif yang ada di Bursa Efek Jakarta.
27
2. Melakukan studi kepustakaan dengan cara mempelajari literatur – literatur dan bahan – bahan kuliah yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
F. Metode Analisis Data Adapun analisa datanya meliputi langkah-langkah yang perlu diterapkan untuk menghasilkan EVA dengan melakukan langkah – langkah sebagai berikut: 1. Menghitung dan memasukan laba operasi setelah pajak (EBIT / Earning Before Income Tax) 2. Mengurangi prosentase dari pajak penghasilan 3. Mengurangi biaya modal Atau dengan menggunakan formula : EVA = EBIT – Pajak – Biaya Modal atau dengan menggunakan : EVA = (NOPAT - C) x WACC Masing – masing perusahaan akan dilakukan penghitungan EVA setiap tahunnya untuk periode tiga tahun. Kemudian dicari rata – rata EVA per periode tiga tahun dari masing – masing perusahaan. Menurut Agnes Sawir (2005: 49) dari perhitungan rata – rata EVA jika hasilnya sama dengan nol ( EVA = 0 ), dapat diartikan kinerja keuangan perusahaan tersebut mencapai titik impas. Apabila hasil rata – rata EVA kurang dari nol ( EVA < 0 ) atau negatif , itu menandakan kinerja perusahaan kurang baik, namun bila nilai rata – rata EVA lebih dari nol ( EVA > 0) atau positif , dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan dalam kondisi sehat dan memiliki prospek yang baik.
28
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001:1) konsep EVA (Economic Value Added) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta
jika
perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). Untuk dapat menghitung EVA harus diketahui terlebih dulu nilai NOPAT (Net Operating Profit After Tax) kemudian dikurangi dengan biaya modal (investasi) dan WACC (Weighted Average Cost of Capital). Nilai NOPAT diperoleh dari laporan keuangan laba rugi perusahaan sedangkan nilai investasi dan WACC diperoleh dari laporan keuangan neraca perusahaan. Dalam bab ini , penulis membagi dalam 2 (dua) sub bab, yaitu analisis hasil dan pembahasan. Pada analisis hasil ditampilkan laporan keuangan perusahaan yang telah go public (laporan laba rugi dan neraca) dengan melakukan analisa komparisi selama periode 3 (tiga) tahun : 2004 - 2006, yaitu pada 3 (tiga) perusahaan yang termasuk dalam klasifikasi perusahaan industri pariwisata:
PT. Anta Express Tour & Travel
(PT. Anta Tour), PT. Fast Food Indonesia (merek dagang: Kentucky Fried Chicken) , dan PT. Pembangunan Jaya Ancol. Sedangkan pada sub bab pembahasan di sajikan hasil penghitungan EVA atas tiga perusahaan tersebut dalam periode tahun 2004 hingga tahun 2006.
29
A. Analisis Hasil Salah satu sumber pendanaan perusahaan adalah dengan menjual saham (menawarkan investasi) kepada masyarakat. Penawaran ini dilakukan secara prosedural dan resmi berdasarkan peraturan yang berlaku di bursa efek. Persyaratan mutlak sebagai sebuah perusahaan yang terbuka / terdaftar di pasar bursa adalah melaporkan setiap kegiatan keuangan yang berpengaruh terhadap harga efek di bursa efek (UU Penanaman Modal tahun 1995: Pasal 86). Dengan memberikan laporan keuangan yang transparan dan berkala, diharapkan masyarakat dapat mempunyai informasi yang memadai untuk melakukan investasi dan sedini mungkin dapat menghindari kerugian material dikarenakan salah memperoleh informasi mengenai kondisi kesehatan perusahaan tersebut. Dengan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia saat ini, sangatlah sedikit masyarakat mengetahui bagaimana cara menilai kesehatan suatu perusahaan yang terbuka. Biasanya mereka menyerahkan penilaian tersebut dan mempercayakannya kepada para manajer investasi. Namun demikian, sebaiknya masyarakat selaku pihak investor juga harus mengetahui kondisi riil dari perusahaan yang akan didanai, terlepas dari tujuannya hanya untuk mencari keuntungan dalam jangka pendek ataukah ikut dalam kepemilikan perusahaan (kepesertaan modal).
30
1. Laporan Keuangan PT. Anta Express Tour & Travel (PT. Anta Tour) PT. Anta Tour berdiri sejak tanggal 10 Mei 1972, terdaftar di bursa efek pada tanggal
18
Januari
2002.
Modal
dasar
perusahaan
sebesar
RP
190,000,000,000 dan modal yang telah disetor RP 57,000,000,000. Harga perdana saham yang ditawarkan adalah RP 125,- / lembar saham sedangkan harga tertinggi per Juli 2007 sebesar RP 150,- / lembar saham. Selama periode 3 (tiga) tahun kinerja keuangannya sebagai berikut:
(a). Laporan Laba Rugi Perusahaan PT. Anta Tour pada periode tersebut berhasil membukukan laba dengan peningkatan keuntungan sebesar 15% pada tahun 2005 (dibandingkan dengan tahun 2004) dan kenaikan sebesar 20% pada tahun 2006.
31
Tabel 1. PT. Anta Express Tour & Travel Laba Rugi Periode 2004 – 2006 (Unit:Rupiah)
Uraian Penjualan & pendapatan usaha (Beban pokok penjualan & beban langsung) Laba Kotor (Beban Usaha) Laba Usaha
2004 2005 2006 1,219,330,396,078 1,413,607,895,801 1,544,505,342,150 -1,160,300,370,853 -1,345,137,384,433 -1,472,390,686,019 59,030,025,225 68,470,511,368 72,114,656,131 -56,201,064,521 2,828,960,704
Penghasilan (Beban) lain-lain bersih Penghasilan bunga Bagian Laba (Rugi) Bersih Perusahaan Asosiasi (Amortisasi goodwill) (Beban bunga & keuangan) Pendapatan (beban) lain - lain
-63,874,966,610 4,595,544,758
-65,829,488,677 6,285,167,454
4,854,738,387 6,030,131,769 6,384,569,625 427,875,239 885,193,926 488,174,483 -171,165,994 -171,165,994 -171,165,994 0 0 0 -882,934,051 -318,731,724 -174,329,586 5,480,963,193 5,634,835,561 6,241,890,722
Laba sebelum pajak
7,683,699,091
10,625,676,527
12,669,737,079
(Pajak/PPH badan) Laba dari aktivitas normal
-1,199,471,870 6,484,227,221
-3,159,012,395 7,466,664,132
-3,760,736,589 8,909,000,490
Pos luar biasa Laba sebelum hak minoritas
6,484,227,221
7,466,664,132
8,909,000,490
-100,510,333 6,383,716,888
-115,511,616 7,351,152,516
-122,285,287 8,786,715,203
(Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan) Laba bersih Sumber: Laporan Keuangan BEJ
Adapun keuntungan tersebut diperoleh dari aktivitas keuangan sesuai dengan tabel 1, dimana terlihat adanya trend kenaikan pada pos
32
penjualan dan pendapatan usaha. Dimana pada tahun 2004 berhasil mencapai penjualan sebesar RP 1,219,330,396,078, tahun 2005 sebanyak RP 1,413,607,895,801 dan di tahun 2006 sebesar RP 1,544,505,342,150. Apabila diprosentasekan maka kenaikan penjualan di tahun 2005, naik sebesar 16% sedangkan untuk kinerja tahun 2006, meningkat sebanyak 9%. Pada pos beban pokok penjualan dan beban langsung terlihat pula trend kenaikan biaya, dimana pada tahun 2004 biaya yang merupakan beban langsung sebesar RP 1,160,300,370,853, di tahun 2005 sebanyak RP 1,345,384,433 serta di kinerja tahun 2006 menjadi sebesar RP 1,472,390,686,019 atau adanya peningkatan biaya beban langsung sebesar 16% di tahun 2005 dan 9% di tahun 2006. Dari dua pos pemasukan dan pengeluaran di atas di peroleh laba kotor usaha sebesar RP 59,030,025,225 di tahun 2004, dan RP 68,470,511,368 di tahun 2005 serta RP 72,114,656,131 di tahun 2006 atau terdapat peningkatan keuntungan sebesar 15% di tahun 2005 dan 20% di tahun 2006. Laba kotor tersebut harus dikurangi lagi dengan pos beban usaha sebesar RP 56,20,064,521 di tahun 2004, kemudian laba kotor tahun 2005 harus dikurangi dengan beban usaha pada tahun berjalan sebesar RP 63,874,966,610 serta di tahun 2006, laba kotornya harus dikurangi sejumlah RP 65,829,488,677.
33
Atas aktivitas keuangan tersebut maka diperoleh laba usaha sebesar RP 2,828,960,704 di tahun 2004, kemudian di tahun 2005 tercapai laba usaha 4,595,544,758 serta di tahun 2006 mencapai RP 6,285,167,454. Dimana dalam perhitungan prosentase terdapat kenaikan laba usaha di tahun 2005 sebesar 62% dan 37% di tahun 2006. Dalam penghitungan laba rugi, laba usaha di atas harus ditambah dan atau dikurangi dengan penghasilan lain – lain dan biaya lain – lain. Sehingga untuk kinerja PT. Anta Tour di tahun 2004, diperoleh laba sebelum pajak (EBIT) sebesar RP 7,683,699,091 dan di tahun 2005 sebanyak RP 10,625,676,527 serta di tahun 12,699,737,079 atau adanya peningkatan sebesar 38% di tahun 2005 dan 19% di tahun 2006. Sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku bahwa dalam menjalankan kegiatan usaha, setiap pengusaha wajib untuk membayar pajak kepada pemerintah. Sehingga pada kegiatan usaha di tahun 2004, PT Anta Tour melaksanakan kewajibannya dengan membayar pajak sebesar RP 1,199,471,870 (16% dari EBIT) dan RP 3,159,012,395 (30% dari EBIT) di tahun 2005 serta di tahun 2006 menyetor pajak sebanyak RP 3,760,736,589 (30% dari EBIT).
34
Setelah membayar kewajiban pajak, PT. Anta Tour mempunyai kewajiban lain yaitu membayar hak minoritas atas laba bersih atas anak perusahaan sebesar RP 100,510,333 di tahun 2004, dan RP 115,511,616 pada tahun 2005 serta di tahun 2006, sebesar RP 122,285,287. Sehingga laba bersih yang berhasil dibukukan di tahun 2004 oleh PT Anta Tour adalah RP 6,383,716,888, hasil kinerja tahun 2005 tercapai laba bersih sebesar RP 7,351,152,516 dan di tahun 2006 membukukan RP 8,786,715,203.
(b)
Laporan Neraca Perusahaan Dalam neraca perusahaan, dapat diketahui seberapa besar jumlah aktiva,
kewajiban
dan
ekuitasnya.
Dengan
mengetahui
neraca
perusahaan dapat diukur kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya untuk saat ini dan prediksi di tahun yang akan datang. Pada laporan neraca terdapat pos aktiva lancar (Inggris: current asset) dimana dalam keuangan adalah jenis aktiva yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh dari jenis aktiva lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar di muka. Aktiva lancar ini juga dapat digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam membayar
35
hutang jangka pendeknya (biasanya untuk jangka waktu satu tahun ) yaitu dengan menggunakan formula : aktiva lancar / kewajiban lancar. Jika perbandingan utang lancar melebihi aktiva lancarnya (rasio lancar menunjukan angka di bawah 1), maka perusahaan dikatakan mengalami kesulitan melunasi utang jangka pendeknya. Jika rasio lancarnya terlalu tinggi, maka sebuah perusahaan dikatakan kurang efesien dalam mengurus aktiva lancarnya. Pada tabel 2, mengenai neraca perusahaan PT. Anta Tour, terlihat bahwa di tahun 2004 aktiva lancarnya sejumlah RP 171,496,021,663, dan mengalami kenaikan sebesar 8.4% di tahun 2005 sehingga menjadi RP 185,893,263,617. Sedangkan aktiva lancar pada tahun 2006 menjadi RP 213,877,525,658 atau mengalami kenaikan sebanyak 15.1%. Setelah pos aktiva lancar maka pada laporan neraca terdapat pos aktiva tidak lancar. Yang dimaksud dengan aktiva tidak lancar atau disebut juga sebagai aktiva jangka panjang, adalah jenis aktiva yang diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu tahun. Contohnya adalah gedung, alat produksi, investasi jangka panjang, serta aktiva tak berwujud. Aktiva berwujud yang tidak lancar sering pula disebut sebagai aktiva tetap (fixed asset).
36
Pada laporan neraca PT Anta Tour, terdapat aktiva tidak lancar sebanyak RP 46,522,183,900 di tahun 2004, naik sebesar 5.1% di tahun 2005, sehingga aktiva tidak lancarnya menjadi RP 48,913,150,602 dan naik 3.8% pada tahun 2006 yaitu menjadi RP 50,791,413,214. Tabel 2. PT. Anta Express Tour & Travel Neraca Periode 2004 – 2006 (Unit:Rupiah) Uraian
2004
1. Aktiva Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Total Aktiva 2. Kewajiban & Ekuitas Kewajiban : Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar
171,496,021,663 46,522,183,900 218,018,205,563
2005 185,893,263,617 48,913,150,602 234,806,414,219
2006 213,877,525,658 50,791,413,214 264,668,938,872
146,906,501,173 156,351,112,401 179,014,636,563 127,890,977,047 134,746,076,302 155,956,198,308 19,015,524,126 21,605,036,099 23,058,438,255
Keuntungan yang ditangguhkan Hak minoritas atas aktiva bersih
181,247,943
743,692,854
865,978,141
Ekuitas : 70,930,456,447 77,711,608,964 84,788,324,168 Modal Saham 57,000,000,000 57,000,000,000 57,000,000,000 Tambahan modal disetor 770,460,494 770,460,494 770,460,494 Selisih perubahan ekuitas 7,556,987,061 7,556,987,061 7,556,987,061 Saldo Laba Ditentukan penggunaannya 87,304,023 151,141,192 192,293,708 Tidak ditentukan penggunaannya 5,515,704,869 12,233,020,217 19,268,582,905 Total Kewajiban & Ekuitas
218,018,205,563
234,806,414,219
264,668,938,872
Sumber: Laporan Keuangan BEJ
37
Sehingga total aktiva dari PT Anta Tour pada tahun 2004 sebesar RP 218,018,205,563 dan mengalami peningkatan sebesar 7.7% di tahun 2005 menjadi sebesar RP 234,806,414,219 serta adanya kenaikan sebanyak 12.7% di tahun 2006 sehingga total aktivanya menjadi RP 264,668,938,872. Adapun perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tidak lancar pada PT. Anta Tour adalah sebagai berikut: Pada tahun 2004 terdapat 79% aktiva lancar dan 21% aktiva tidak lancar. Perbandingan rasio yang sama pada tahun 2005. Sedangkan di tahun 2006, persentase aktiva lancarnya meningkat menjadi 81% dan aktiva tidak lancarnya berkurang menjadi 19%. Setelah pos aktiva, pada laporan neraca terdapat pos kewajiban dan ekuitas. Yang dimaksud dengan kewajiban adalah adalah utang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Kewajiban adalah kebalikan dari aktiva yang merupakan sesuatu yang dimiliki. Contoh kewajiban adalah uang yang dipinjam dari pihak lain, giro atau cek yang belum dibayarkan, dan pajak penjualan yang belum dibayarkan ke negara. Terdapat dua macam kewajiban, yaitu kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar. (1) Kewajiban lancar - kewajiban yang dapat diharapkan untuk dilunasi dalam jangka pendek (biasanya satu tahun). Biasanya terdiri dari hutang pembayaran (hutang dagang, gaji, pajak, dan lain - lain), pendapatan ditangguhkan, bagian dari hutang jangka panjang yang
38
jatuh tempo tahun ini, obligasi jangka pendek (misalnya dari pembelian peralatan), dan lain - lain. (2) Kewajiban tidak lancar atau jangka panjang - kewajiban yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun. Biasanya terdiri dari hutang jangka panjang, obligasi pensiun, dan lain - lain. Dan yang dimaksud dengan ekuitas dapat dilihat dari dua sisi: (1) Dari sudut pemilik, ekuitas adalah hak residual pemilik atas aset setelah dikurangi dengan semua kewajiban. (2) Dari sudut perusahaan, ekuitas adalah “hutang” perusahaan kepada pemilik yang dipandang sebagai pihak eksternal. Ekuitas disebut juga sebagai “modal”. Dalam laporan neraca PT Anta Tour tahun 2004, terdapat kewajiban total sebesar RP 146,906,501,173 dan terdapat kenaikan 6.4% sehingga kewajiban
perusahaan
di
tahun
2005
menjadi
sebesar
RP
156,351,112,401 serta di tahun 2006 meningkat sebesar 14.5% atau sebesar
RP
179,014,636,563.
Dengan
persentase
perbandingan
kewajiban sebesar 87% untuk kewajiban lancar dan 13% untuk kewajiban
tidak
lancar
di
tahun
2004.
Sedangkan
persentase
perbandingan di tahun 2005, kewajiban lancar 86% dan 14% kewajiban tidak lancar. Sedangkan persentase di tahun 2006 sebesar 87% untuk kewajiban lancar dan 13% untuk kewajiban tidak lancar. Bila dilihat komposisi kewajiban lancar seperti itu maka wajar bila komposisi aktiva
39
lancarnya harus lebih besar dari aktiva tidak lancar. Sehingga perusahaan dapat memenuhi pembayaran kewajibannya. Dan hal tersebut dapat dilihat dalam rasio lancarnya sebesar 1.38 di tahun 2004, 1.38 pada tahun 2005 dan di tahun 2006 sebanyak 1.37. Sedangkan total ekuitasnya di tahun 2004 sebesar RP 70,930,456,447 dan meningkat 9.6% di tahun 2005 sehingga menjadi RP 77,711,608,964 serta terdapat peningkatan 9.1% di tahun 2006 hingga mencapai jumlah ekuitas sebesar RP 84,788,324,168.
2. Laporan Keuangan PT. Fast Food Indonesia PT. Fast Food Indonesia berdiri sejak tanggal 19 Juni 1978, terdaftar di bursa efek pada tanggal 11 Mei 1993. Modal dasar perusahaan sebesar RP 60,000,000,000 dan modal yang telah disetor RP 44,625,000,000. Harga perdana saham yang ditawarkan adalah RP 5,700,- / lembar saham sedangkan harga tertinggi per Juli 2007 sebesar RP 2,300,- / lembar saham. Selama periode 3 (tiga) tahun kinerja keuangannya sebagai berikut: (a)
Laporan Laba Rugi Perusahaan PT Fast Food Indonesia berhasil membukukan keuntungan selama tahun 2004 hingga tahun 2006 dengan peningkatan keuntungan sebesar 11% di tahun 2005 dan 67% di tahun 2006 seperti pada tabel 3. Di tahun 2004 terdapat pencatatan penjualan dan pendapatan usaha sebesar RP 889,423,127,000 dan peningkatan 16% di tahun 2005
40
dengan jumlah pendapatan sebesar RP 1,028,392,996,000 serta kenaikan sebesar 24%
sehingga penjualan di tahun 2006 menjadi RP
1,276,416,367,000. Adapun beban pokok penjualan dan beban langsung di tahun 2004 sebesar RP 353,016,936,000 dan naik 16% di tahun 2005 sehingga beban langsung menjadi RP 418,007,106,000. Untuk kinerja tahun 2006, beban pokok penjualan dan beban langsungnya meningkat 24% sehingga total beban menjadi RP 491,545,978,000. Dengan mengurangi pos penjualan dengan pos beban pokok maka diperoleh laba kotor sebesar RP 536,406,191,000 di tahun 2004, RP 610,385,890,000 untuk tahun 2005 (meningkat 14%) dan RP 784,870,389,000 (meningkat 29%) untuk kinerja tahun 2006. Setelah diperoleh laba kotor, maka untuk mengetahui hasil laba usaha, perolehan laba kotor harus dikurangkan dengan beban usaha. Pada
kinerja
tahun
2004
diperoleh
laba
usaha
sebesar
RP
47,957,019,000 dimana beban usahanya sebesar RP 488,449,172,000. Di tahun 2005, laba kotornya sejumlah RP 52,679,000,000 dengan beban usaha sebesar RP 557,706,890,000 atau terdapat kenaikan sebesar 10% pada laba usaha dan 14% kenaikan pada beban usaha. Kinerja keuangan di tahun 2006, membukukan laba usaha sebesar RP 89,871,538,000 dan beban usaha sejumlah RP 694,998,851,000 atau kenaikan 71% pada laba usaha dan peningkatan 25% pada beban usaha.
41
Setelah diperoleh laba usaha, pada laporan laba rugi akan ditambah dan atau dikurangkan dengan pos pendapatan lain atau beban keuangan yang lainnya untuk memperoleh laba sebelum pajak (EBIT). Di tahun 2004, diperoleh EBIT sebesar RP 162,983,265,747, untuk tahun 2005 dibukukan EBIT sebanyak RP 179,423,407,362 (meningkat 10% dari EBIT tahun 2004) dan RP 178,362,027,746 untuk EBIT tahun 2006 (terjadi penurunan 1%). Penurunan EBIT ini disebabkan dari kenaikan beban usaha di tahun 2006 sebesar 17%. Sebagai salah satu kewajiban pokok dari PT. Fast Food Indonesia adalah membayar pajak penghasilan badan kepada pemerintah Indonesia, yaitu sebesar RP 52,320,010,761 di tahun 2004, menyetor RP 54,909,781,566 di tahun 2005 (meningkat 5%) serta membayar sejumlah RP 52,141,120,055 (berkurang sebesar 5%). Pada tabel 3, terlihat kewajiban lainnya dari PT. Fast Food Indonesia adalah membayar
hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan
sejumlah RP 54,593,989 di tahun 2004, dan RP 12,073,862 untuk kinerja di tahun 2005 serta RP 7,461,902 untuk tahun 2006.
42
Tabel 3. PT. Fast Food Indonesia Laba Rugi Periode 2004 – 2006 (Unit:Rupiah) Uraian 2004 2005 2006 Penjualan & pendapatan usaha 889,423,127,000 1,028,392,996,000 1,276,416,367,000 (Beban pokok penjualan & beban langsung) -353,016,936,000 -418,007,106,000 -491,545,978,000 Laba Kotor 536,406,191,000 610,385,890,000 784,870,389,000 (Beban Usaha) Laba Usaha
-488,449,172,000 47,957,019,000
Penghasilan (Beban) lain-lain bersih Penghasilan bunga Bagian Laba (Rugi) Bersih Perusahaan Asosiasi (Amortisasi goodwill) (Beban bunga & keuangan) Pendapatan (beban) lain - lain
-557,706,890,000 52,679,000,000
-694,998,851,000 89,871,538,000
4,260,813,000 5,191,859,000 6,095,037,000 2,338,209,000 3,403,705,000 6,410,290,000 0 0 0 0 0 0 -3,912,474,000 -4,571,457,000 -5,053,784,000 5,835,078,000 6,359,611,000 4,738,531,000
Laba sebelum pajak
52,217,832,000
57,870,859,000
95,966,575,000
(Pajak/PPH badan) Laba dari aktivitas normal
-14,902,017,000 37,315,815,000
-16,579,384,000 41,291,475,000
-27,037,772,000 68,928,803,000
Pos luar biasa Laba sebelum hak minoritas
0 37,315,815,000
0 41,291,475,000
0 68,928,803,000
(Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan) Laba bersih Sumber: Laporan Keuangan, BEJ
0 37,315,815,000
0 41,291,475,000
0 68,928,803,000
(b)
Laporan Neraca Perusahaan Dalam laporan neraca PT. Fast Food Indonesia – tabel 4, pada posisi aktiva lancar di tahun 2004 tercatat RP 121,330,143,000, dan di tahun
43
2005 terjadi kenaikan aktiva lancar sebesar 3.7% sehingga menjadi RP 125,832,989,000 sedangkan untuk tahun 2006 terdapat peningkatan sebesar 26% dengan jumlah aktiva lancar RP 158,551,835,000. Adapun pencatatan aktiva tidak lancarnya untuk tahun 2004 sebesar RP 200,653,503,000 dan terdapat kenaikan 25.6% di tahun 2005 menjadi RP 252,072,354,000 serta peningkatan 28.9% dengan membukukan sejumlah RP 352,023,148. Sehingga total aktiva dari PT. Fast Food Indonesia menjadi RP 321,983,646,000 di tahun 2004, dan di tahun 2005 sebesar RP 377,905,343,000 (meningkat sebesar 17.4%) serta RP 483,574,983,000 untuk kinerja tahun 2006 (dengan adanya peningkatan sebesar 28% dari tahun 2005). Apabila melihat komposisi antara aktiva lancar dan tidak lancarnya adalah : tahun 2004 dengan perbandingan 38% aktiva lancar dan 62% aktiva tidak lancar, tahun 2005 terjadi perbandingan 33% aktiva lancar dan 67% aktiva tidak lancar, Dan di tahun 2006 perbandingannya adalah 33% aktiva lancar dan 67% aktiva tidak lancar.
44
Uraian
Tabel 4. PT. Fast Food Indonesia Neraca Periode 2004 – 2006 (Unit:Rupiah) 2004 2005
1. Aktiva Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Total Aktiva 2. Kewajiban & Ekuitas Kewajiban : Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar
121,330,143,000 200,653,503,000 321,983,646,000
125,832,989,000 252,072,354,000 377,905,343,000
2006 158,551,835,000 325,023,148,000 483,574,983,000
127,037,793,000 149,700,515,000 195,366,352,000 94,829,303,000 110,742,451,000 148,044,538,000 32,208,490,000 38,958,064,000 47,321,814,000
Keuntungan yang ditangguhkan Hak minoritas atas aktiva bersih Ekuitas : 194,945,853,000 228,204,828,000 288,208,631,000 Modal Saham 44,625,000,000 44,625,000,000 44,625,000,000 Tambahan modal disetor Saldo Laba Ditentukan penggunaannya 1,482,830,000 1,841,437,000 2,254,352,000 Tidak ditentukan penggunaannya 148,838,023,000 181,738,391,000 241,329,279,000 Total Kewajiban & Ekuitas 321,983,646,000 Sumber: Laporan Keuangan, BEJ
377,905,343,000
483,574,983,000
Dalam neraca PT. Fast Food Indonesia, di dalam pos kewajibannya tercatat RP 127,037,793,000 di tahun 2004 dengan komposisi 75% kewajiban lancar dan 25% kewaajiban tidak lancar.
45
Di tahun 2005 terdapat kenaikan sebesar 17.8% sehingga kewajibannya menjadi RP 149,700,515,000 dengan komposisi 74% kewajiban lancar dan 26% kewajiban tidak lancar (hutang jangka panjang). Sedangkan untuk tahun 2006, tercatat total kewajiban sejumlah RP 195,366,352,000 (terdapat peningkatan 30.5% dari kewajiban tahun 2005), dengan komposisi 76% kewajiban lancar dan 24% kewajiban tidak lancar. Dengan informasi komposisi di atas, PT Fast Food Indonesia mempunyai rerata kewajiban lancar sebesar 75% sedangkan aktiva lancarnya hanya separoh dari kewajiban lancarnya (rerata: 35%). Dan dari hasil penghitungan rasio lancarnya adalah untuk tahun 2004, rasio lancarnya 1.28 , di tahun 2005 – rasio lancarnya 1.14 serta tahun 2006 – rasio lancarnya 1.07%. Suatu perusahaan yang sehat, rasio lancarnya minimal = 1 (100%). Adapun perkembangan ekuitas dari PT. Fast Food Indonesia sebagai berikut: tahun 2004 tercatat total ekuitas sebesar RP 194,945,853,000, di tahun 2005 dibukukan sebesar RP 228,204,828,000 (terdapat kenaikan sebesar 17.1% dari tahun 2004) dan tahun 2006 tercapai ekuitas sebanyak RP 288,208,631,000 (terjadi peningkatan sebesar 26.3% dari jumlah ekuitas di tahun 2005).
46
3. Laporan Keuangan PT. Pembangunan Jaya Ancol (PPJA) PT. Pembangunan Jaya Ancol (PPJA) berdiri sejak tanggal 10 Juli 1992, terdaftar di bursa efek pada tanggal 02 Juli 2004. Modal dasar perusahaan sebesar
RP 1,440,000,000,000 dan
modal
yang telah
disetor
RP
400,000,000,000. Harga perdana saham yang ditawarkan adalah RP 1,025,- / lembar saham sedangkan harga tertinggi per Juli 2007 sebesar RP 1,390,- / lembar saham. Selama periode 3 (tiga) tahun kinerja keuangannya sebagai berikut:
(a) Laporan Laba Rugi Perusahaan Pada tabel 5, tercatat besar penjualan dan pendapatan usaha di tahun 2004 sebesar RP 542,815,049,915, di tahun 2005 dibukukan sejumlah RP 617,880,605,251 (meningkat 14% dari tahun 2004) serta di tahun 2006 tercatat peningkatan sebesar 12% dari tahun 2005 dengan jumlah sebesar RP 693,140,686,434. Beban pokok penjualan dan beban langsung yang harus dikeluarkan pada periode tersebut adalah sebesar RP 261,442,898,790 untuk tahun 2004, dan RP 322,740,780,593 (peningkatan sebesar 23% dari tahun 2004) serta RP 381,981,506,292 (meningkat sebanyak 18% dari tahun 2005). Akibat dari pos di atas, maka diperoleh laba kotor sebesar RP 281,372,151,125 untuk tahun 2004, dan di tahun 2005 – RP
47
295,139,824,658 ( peningkatan sebesar 5% ) serta RP 311,159,180,142 di tahun 2006 dengan adanya peningkatan sejumlah 5% dari kinerja tahun 2005. Pada laporan laba rugi tahun 2004 dicatat sebagai beban usaha sebesar RP 114,166,443,298, di tahun 2005 sebesar RP 124,159,124,304 (kenaikan 9% dari tahun 2004) serta peningkatan beban sebesar 17% di tahun 2006 sehingga menjadi RP 144,873,417,592. Atas pengurangan beban usaha dari laba kotor diperoleh laba usaha di tahun 2004 sebesar RP 167,205,707,827 dan di tahun 2005 sejumlah RP 170,980,700,354 (terdapat peningkatan sebesar 2%) serta di tahun 2006 terjadi penurunan sebesar 3% dari tahun 2005 sehingga laba usahanya menjadi RP 166,285,762,550. Ditambah dengan pendapatan lain – lain dan atau dikurangkan dengan beban keuangan yang lain, diperoleh laba sebelum pajak (EBIT) sebesar RP 162,983,265,747 dan kenaikan 10% dari tahun 2004 sehingga EBIT tahun 2005 menjadi RP 179,423,407,362 serta di tahun 2006 tercatat EBIT sebesar RP 178,362,027,746 (penurunan sebanyak 1% dari EBIT tahun 2005). Untuk pembayaran pajak penghasilan badan (PPH Badan), PPJA wajib membayar RP 52,320,010,761 (sebesar 30.3% dari EBIT -2004) dan RP
54,909,781,566
(sebesar
30.6%
dari
EBIT-2005)
serta
RP
52,141,120,055 (sebesar 29.8% dari EBIT-2006)
48
Tabel 5. PT. Pembangunan Jaya Ancol (PPJA) Laba Rugi Periode 2004 – 2006 (Unit:Rupiah) Uraian 2004 2005 Penjualan & pendapatan usaha 542,815,049,915 617,880,605,251 (Beban pokok penjualan & beban langsung) -261,442,898,790 -322,740,780,593 Laba Kotor 281,372,151,125 295,139,824,658
2006 693,140,686,434 -381,981,506,292 311,159,180,142
(Beban Usaha) Laba Usaha
-144,873,417,592 166,285,762,550
-114,166,443,298 167,205,707,827
Penghasilan (Beban) lain-lain bersih Penghasilan bunga Bagian Laba (Rugi) Bersih Perusahaan Asosiasi (Amortisasi goodwill) (Beban bunga & keuangan) Pendapatan (beban) lain - lain
-124,159,124,304 170,980,700,354
-4,222,442,080 8,442,707,008 12,076,265,196 5,417,226,131 8,216,282,892 8,880,836,708 613,310,687 1,426,630,350 -589,074,334 -1,041,113,495 -4,948,843,350 -1,486,504,329 -1,890,496,310 -4,263,022,053 286,298,095 5,674,999,132
Laba sebelum pajak
162,983,265,747
179,423,407,362
178,362,027,746
(Pajak/PPH badan) Laba dari aktivitas normal
-52,320,010,761 110,663,254,986
-54,909,781,566 124,513,625,796
-52,141,120,055 126,220,907,691
Pos luar biasa Laba sebelum hak minoritas
110,663,254,986
124,513,625,796
126,220,907,691
(Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan) Laba bersih
-54,593,989 110,608,660,997
-12,073,862 124,501,551,934
-7,461,902 126,213,445,789
Sumber: Laporan Keuangan, BEJ Selain dikurangi dengan pajak penghasilan, EBIT juga akan dikurangkan dengan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan.
49
Pada laporan laba rugi PPJA di tahun 2004 diperoleh data bahwa perusahaan membayar hak tersebut sebesar RP 54,593,989, di tahun 2005 dibayarkan RP 12,073,862 (terjadi penurunan sebesar 77.9% dibanding dengan tahun 2004) serta RP 7,461,902 (terjadi penurunan sebesar 38.2% dari tahun 2005). Dengan pengurangan di atas diperoleh laba bersih sejumlah RP 110,608,660,997 di tahun 2004, kemudian di tahun 2005 tercapai laba bersih sebesar RP 124,501,551,934 (kenaikan sebesar 13%) serta di tahun 2006 dibukukan laba bersih sejumlah RP 126,213,445,789 (naik sebesar 1% saja dari kinerja tahun sebelumnya).
(b) Laporan Neraca Perusahaan Secara rinci dan komparisi dari perkembangan neraca dari PT. Pembangunan Jaya Ancol (PPJA) dapat diketahui pada tabel 6. Pada pos aktiva lancar atas neraca PPJA tercatat angka sebesar RP 277,641,845,169 untuk kinerja tahun 2004, sedangkan di tahun 2005 terjadi kenaikan sebesar 17,2% sehingga aktiva lancarnya menjadi RP 325,502,223,077. Dan pada tahun 2006, aktiva lancarnya sebanyak RP 327,167,948,482 (kenaikan sebanyak 0.5% dari aktiva tahun 2005). Sedangkan catatan aktiva tidak lancarnya di tahun 2004 sebesar RP 494,568,357,955
dan
di
tahun
2005
terbukukan
sebesar
RP
580,493,602,946 (kenaikan sebesar 17.4% dari tahun 2004) serta di tahun
50
2006 tercatat aktiva tidak lancarnya sebesar RP 627,103,169,948. (naik sebesar 8% dibanding dengan tahun 2005). Adapun total aktivanya di tahun 2004 tercatat RP 772,210,203,124 dengan komposisi sebesar 36% aktiva lancar dan 64% aktiva tidak lancar. Di kinerja tahun 2005 diperoleh total aktiva sebanyak RP 905,995,826,023 (peningkatan sebesar 17.3% dari tahun 2004) dengan komposisi : 36% aktiva lancar dan 64% aktiva tidak lancar. Kemudian di tahun 2006, dibukukan total aktiva sebesar RP 954,271,118,430 (kenaikan 5.3% dari total aktiva tahun 2005) dengan komposisi aktiva lancar sebesar 34% dan 66% aktiva tidak lancar. Kewajiban yang dicatat pada neraca tahun 2004 adalah sebesar RP 209,141,866,701 dengan komposisi 69% kewajiban lancar dan 31% kewajiban tidak lancar. Kemudian di tahun 2005 tercatat total kewajiban sebesar RP 259,254,500,197 (kenaikan 24% dari total kewajiban tahun 2004) dengan komposisi 77% kewajiban lancar dan 23% kewajiban tidak lancar. Sedangkan untuk kinerja tahun 2006, tercatat total kewajiban sebesar RP 230,580,047,149 (penurunan sebesar 11.1% dari total kewajiban tahun 2005) dengan komposisi 56% kewajiban lancar dan 44% kewajiban tidak lancar . Adapun
hasil
penghitungan
rasio
lancarnya
(aktiva
lancar
dibandingkan dengan kewajiban lancarnya) adalah 1.93 untuk kinerja tahun 2004, tahun 2005 diperoleh hasil 1.63 dan tahun 2006 sebesar 2.55.
51
Tabel 6. PT. Pembangunan Jaya Ancol (PPJA) Neraca Periode 2004 – 2006 (Unit:Rupiah)
Uraian 1. Aktiva Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Total Aktiva 2. Kewajiban & Ekuitas Kewajiban : Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar Keuntungan yang ditangguhkan Hak minoritas atas aktiva bersih Ekuitas : Modal Saham Tambahan modal disetor Saldo Laba Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya
2004 277,641,845,169 494,568,357,955 772,210,203,124
2005 325,502,223,077 580,493,602,946 905,995,826,023
2006 327,167,948,482 627,103,169,948 954,271,118,430
209,141,866,701 259,254,500,197 230,580,047,149 143,893,230,807 199,932,174,795 128,432,899,079 65,248,635,894 59,322,325,402 102,147,148,070 1,054,221,521 302,559,397
411,983,776 394,234,611
0 347,135,636
561,711,555,505 645,935,107,439 723,343,935,645 400,000,000,000 400,000,000,000 400,000,000,000 36,709,233,000 36,709,233,000 36,709,233,000 14,393,661,508 110,608,660,997
Total Kewajiban & Ekuitas 772,210,203,124 Sumber: Laporan Keuangan, BEJ
15,499,748,118 193,726,126,321 905,995,826,023
15,499,748,118 271,134,954,527 954,271,118,430
Kewajiban lain yang harus dibayar oleh PPJA adalah membayar hak minoritas atas aktiva bersih pada tahun 2004 sebesar RP 302,559,397, kemudian di tahun 2005 sebanyak RP 394,234,611 serta RP 347,135,636.
52
Adapun ekuitas total pada tahun 2004 sebesar RP 561,711,555,505 dan ditahun 2005 terdapat kenaikan sebesar 15% dari tahun 2004 sehingga ekuitasnya menjadi RP 645,935,107,439. Kemudian di tahun 2006 tercatat total ekuitas sebesar RP 723,343,935,645 (terjadi kenaikan sebesar 12% dari total ekuitas tahun 2005).
B. Pembahasan Dalam penghitungan formula EVA, diperlukan operation variabel NOPAT, Invested Capital (C) dan WACC . Sehingga dalam pembahasan ini dilakukan tahapan sebagai berikut: 1. Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax) 2. Mencari hasil Invested Capital (C) 3. Mengkalkulasi WACC (Weight Average Cost of Capital) Tahapan tersebut dilakukan untuk masing – masing tahun dari masing – masing perusahaan. NOPAT diperoleh dari laba operasi / usaha ditambah dengan pendapatan lain kemudian dikurangi dengan pajak penghasilan. Atau dengan memasukkan dalam formula penghitungan : NOPAT = (Laba Operasi + Pendapatan Lain-lain Bersih) – Pajak Penghasilan. Data untuk NOPAT diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan.
53
Sedangkan Invested Capital (C) diperoleh dari investasi awal ditambah investasi akhir, hasil dari penambahan tersebut dibagi dua. Yang dimaksud dengan investasi awal adalah total kewajiban dan modal / ekuitas di tahun sebelumnya dikurangi dengan total kewajiban lancar di tahun sebelumnya. Dan investasi akhir adalah total kewajiban dan modal ekuitas di tahun yang berjalan dikurangi dengan total kewajiban lancar di tahun yang berjalan. Atau dalam formula : Investasi Awal + Investasi Akhir 2
Untuk mengetahui WACC diperlukan rasio kewajiban dan rasio ekuitas. Kemudian rasio kewajiban ditambah dengan rasio ekuitas. Untuk menghitung rasio – rasio tersebut digunakan formula sebagai berikut: Rasio Kewajiban = Total Kewajiban Total Kewajiban + Ekuitas
Rasio Ekuitas
x NOPAT x 1- (%) Pajak Total Kewajiban
= Total ekuitas x NOPAT Total Kewajiban + Ekuitas Total Ekuitas
Kemudian kedua rasio tersebut dijumlahkan. Invested Capital dan WACC diperoleh dari data laporan neraca perusahaan. Dalam pembahasan ini, penghitungan EVA disajikan dalam tabel, dimana tabel tersebut di dalamnya telah dimasukkan formula EVA. Hasil tersebut diperoleh dengan cara penghitungan program excel – windows.
54
1. Penghitungan EVA Atas Kinerja Keuangan PT. Anta Tour Secara rinci operasional variabel dan hasil penghitungan EVA periode tahun 2004 hingga tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 7. Pada tabel tersebut diketahui hasil NOPAT untuk tahun 2004 sebesar RP 6,484,227,221, dan di tahun 2005 sejumlah RP 7,466,664,132 serta RP 8,909,000,490 untuk tahun 2006. Untuk invested capital (C) diperoleh angka sebesar RP 85,990,964,346 di tahun 2004, sedangkan di tahun 2005 terdapat hasil RP 95,093,783,217 dan di tahun 2006 diperoleh hasil investasi sebanyak RP 104,386,539,241. Sedangkan untuk nilai WACC, di tahun 2004 diperoleh hasil 5.5% (2.5% dari biaya kewajiban dan 3.0% dari biaya ekuitas) dengan tingkat persentase pajak sebesar 15.6%. Untuk kinerja tahun 2005, diperoleh point WACC 5.4% (2.2% dari biaya kewajiban dan 3.2% dari biaya ekuitas) adapun tingkat persentase pajak sebesar 29.7%. Dan nilai WACC di tahun 2006, diperoleh sebesar 5.7% (2.4% dari biaya kewajiban dan 3.4% dari biaya ekuitas) dan tingkat persentase pajaknya sebesar 29.7%. Dengan demikian diperoleh hasil EVA untuk kinerja keuangan di tahun 2004, positif 1,768,439,749 dan di tahun 2005 : positif 2,317,853,120 serta di tahun 2006: positif 2,924,485,805. Arti dari nilai EVA yang positif adalah bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah menciptakan nilai (creating value).
55
Tabel 7. PT. Anta Express Tour & Travel Perhitungan EVA Periode tahun 2004-2006 Uraian
2004
2005
2006
EVA = (NOPAT - C) x WACC
1,768,439,749
2,317,853,120
2,924,485,805
Uraian Laba Operasi / Usaha Pendapatan lain-lain bersih Net Operating Profit Before Tax
2004 2,828,960,704 4,854,738,387 7,683,699,091
2005 4,595,544,758 6,030,131,769 10,625,676,527
2006 6,285,167,454 6,384,569,625 12,669,737,079
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan/Net Operating Before Tax (%)
1,199,471,870 15.6%
3,159,012,395 29.7%
3,760,736,589 29.7%
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
6,484,227,221
7,466,664,132
8,909,000,490
Uraian Total Kewajiban & Modal Awal Total Kewajiban Lancar Awal
2004 2005 2006 202,750,229,702 218,018,205,563 234,806,414,219 120,895,529,526 127,890,977,047 134,746,076,302 Investasi Awal 81,854,700,176 90,127,228,516 100,060,337,917
Total Kewajiban & Modal Akhir Total Kewajiban Lancar Akhir
218,018,205,563 234,806,414,219 264,668,938,872 127,890,977,047 134,746,076,302 155,956,198,308 Investasi Akhir 90,127,228,516 100,060,337,917 108,712,740,564
(Invest Awal + Invest Akhir)/2
85,990,964,346
95,093,783,217 104,386,539,241
Invested Capital (C)
85,990,964,346
95,093,783,217 104,386,539,241
Uraian NOPAT Total kewajiban Total ekuitas Total kewajiban & ekuitas
2004 6,484,227,221
2005 7,466,664,132
2006 8,909,000,490
146,906,501,174 156,351,112,401 179,014,636,563 71,111,704,389 78,455,301,819 85,654,302,309 218,018,205,563 234,806,414,220 264,668,938,872
Total kewajiban /(Total kewajiban+total ekuitas) Biaya kewajiban : NOPAT/Total Kewajiban Pajak (%) Total persentase kewajiban
67.4% 4.4% 15.6% 2.5%
66.6% 4.8% 29.7% 2.2%
67.6% 5.0% 29.7% 2.4%
Total ekuitas /(Total kewajiban+total ekuitas) Biaya ekuitas: NOPAT/ Total Ekuitas Total persentase ekuitas
32.6% 9.1% 3.0%
33.4% 9.5% 3.2%
32.4% 10.4% 3.4%
Total persentase kewajiban + persentase ekuitas
5.5%
5.4%
5.7%
5.5%
5.4%
5.7%
Weight Average Cost of Capital (WACC)
Sumber: Laporan Keuangan BEJ (data diolah)
56
2. Penghitungan EVA Atas Kinerja Keuangan PT. Fast Food Indonesia Penghitungan EVA secara rinci dapat dilihat pada tabel 8, dalam sajian program windows – excel. Dalam tabel tersebut disajikan secara time series , dari kinerja keuangan tahun 2004 hingga tahun 2006. Hal tersebut dilakukan untuk melihat perkembangan dan perubahan kinerjanya. Hasil NOPAT di tahun 2004 sebesar RP 37,315,815,000, dan di tahun 2005 tercapai sebanyak RP 41,291,475,000 sedangkan di tahun 2006 diperoleh hasil sebesar RP 68,928,803,000. Untuk nilai invested capital di tahun 2004 diperoleh jumlah sebesar RP 208,982,544,500 dan tahun 2005 sebesar RP 247,158,617,500 serta pada tahun 2006 dicapai hasil sebanyak RP 301,346,668,500. Nilai WACC untuk masing – masing tahun sebagai berikut: Di tahun 2004 diperoleh 19.8% (8.3% dari biaya kewajiban dan 11.6% untuk biaya ekuitas) dengan tingkat persentase pajak sebesar 28.5%. Pada tahun 2005 di dapatkan WACC sebesar 18.7% (7.8% dari biaya kewajiban dan 10.9% dari biaya ekuitas) dengan tingkat persentase pajak sebesar 28.6%. Sedangkan untuk kinerja keuangan tahun 2006 diperoleh WACC sebesar 24.5% (10.2% untuk biaya kewajiban dan 14.3% dari biaya ekuitas). Sehingga diperoleh nilai EVA: tahun 2004 sebesar negatif (-) 4,126,419,033, dan di tahun 2005: -4,982,833,054 serta di tahun 2006: 4,877,218,144. Dengan diperoleh nilai EVA yang negatif, menunjukkan bahwa PT. Fast Food Indonesia belum bisa menciptakan nilai.
57
Tabel 8. PT. Fast Food Indonesia Perhitungan EVA Periode tahun 2004 – 2006 Uraian
2004
2005
2006
EVA = (NOPAT - C) x WACC
-4,126,419,033
-4,982,833,054
-4,877,218,144
Uraian Laba Operasi / Usaha Pendapatan/Penghasilan Bunga Net Operating Profit Before Tax
2004 47,957,019,000 4,260,813,000 52,217,832,000
2005 52,679,000,000 5,191,859,000 57,870,859,000
2006 89,871,538,000 6,095,037,000 95,966,575,000
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan/Net Operating Before Tax (%)
14,902,017,000 28.5%
16,579,384,000 28.6%
27,037,772,000 28.2%
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
37,315,815,000
41,291,475,000
68,928,803,000
Uraian Total Kewajiban & Modal Awal Total Kewajiban Lancar Awal
2004 2005 2006 280,570,521,000 321,983,646,000 377,905,343,000 89,759,775,000 94,829,303,000 110,742,451,000 Investasi Awal 190,810,746,000 227,154,343,000 267,162,892,000
Total Kewajiban & Modal Akhir Total Kewajiban Lancar Akhir
321,983,646,000 377,905,343,000 483,574,983,000 94,829,303,000 110,742,451,000 148,044,538,000 Investasi Akhir 227,154,343,000 267,162,892,000 335,530,445,000
(Invest Awal + Invest Akhir)/2
208,982,544,500 247,158,617,500 301,346,668,500
Invested Capital (C)
208,982,544,500 247,158,617,500 301,346,668,500
Uraian NOPAT Total kewajiban Total ekuitas Total kewajiban & ekuitas
2004 37,315,815,000
2005 41,291,475,000
2006 68,928,803,000
128,049,410,000 149,700,515,000 195,366,352,000 194,597,287,000 228,204,828,000 288,208,631,000 322,646,697,000 377,905,343,000 483,574,983,000
Total kewajiban /(Total kewajiban+total ekuitas) Biaya kewajiban : NOPAT/Total Kewajiban Pajak (%) Total persentase kewajiban
39.7% 29.1% 28.5% 8.3%
39.6% 27.6% 28.6% 7.8%
40.4% 35.3% 28.2% 10.2%
Total ekuitas /(Total kewajiban+total ekuitas) Biaya ekuitas: NOPAT/ Total Ekuitas Total persentase ekuitas
60.3% 19.2% 11.6%
60.4% 18.1% 10.9%
59.6% 23.9% 14.3%
Total persentase kewajiban + persentase ekuitas
19.8%
18.7%
24.5%
19.8%
18.7%
24.5%
Weight Average Cost of Capital (WACC)
Sumber : Laporan Keuangan BEJ (data diolah)
58
3. Penghitungan EVA Atas Kinerja Keuangan PT. Pembangunan Jaya Ancol Pada tabel 9, dapat dilihat perincian proses penghitungan EVA atas kinerja keuangan PT. Pembangunan Jaya Ancol mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2006. Untuk penghitungan NOPAT pada kinerja keuangan PT. Pembangunan Jaya Ancol diperoleh hasil sebagai berikut ; di tahun 2004 tercapai NOPAT sebesar RP 120,303,000,000 kemudian di tahun 2005 diperoleh hasil sebanyak RP 124,287,201,680 sedangkan di tahun 2006 dicapai hasil RP 123,025,479,203. Adapun invested capital diperoleh angka sebagai berikut: tahun 2004 sebesar RP 540,690,777,252, di kinerja tahun 2005 sebanyak RP 667,190,311,773 serta di tahun 2006 tercapai investasi sebesar RP 765,950,935,290. Untuk nilai WACC diperoleh hasil di tahun 2004 sebesar 26.4% (10.9% dari biaya kewajiban dan 15.6% untuk biaya ekuitas) dengan persentase pajak penghasilan sebesar 30.3%. Pada tahun 2005 diperoleh nilai WACC sebesar 23.3% (9.5% dari biaya kewajiban dan 13.8% dari biaya ekuitas) dan persentase pajak penghasilannya sebesar 30.6%. Dan di kinerja keuangan tahun 2006 diperoleh nilai WACC sebesar 21.9% (9.1% dari biaya kewajiban dan 12.9% dari biaya ekuitas) sedangkan persentase pajak penghasilan badan sebesar 29.8%.
59
Tabel 9. PT. Pembangunan Jaya Ancol Penghitungan EVA Periode tahun 2004 – 2006 Uraian
2004
EVA = (NOPAT - C) x WACC
2005
2006
-22,635,512,789
-31,111,208,614
-45,075,034,239
Laba Operasi / Usaha Pendapatan/Penghasilan Bunga Net Operating Profit Before Tax
2004 167,206,000,000 5,417,000,000 172,623,000,000
2005 170,980,700,354 8,216,282,892 179,196,983,246
2006 166,285,762,550 8,880,836,708 175,166,599,258
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan/Net Operating Before Tax (%)
52,320,000,000 30.3%
54,909,781,566 30.6%
52,141,120,055 29.8%
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
120,303,000,000
124,287,201,680
123,025,479,203
Uraian Total Kewajiban & Modal Awal Total Kewajiban Lancar Awal Investasi Awal
2004 571,873,970,058 118,809,387,872 453,064,582,186
2005 772,210,203,124 143,893,230,807 628,316,972,317
2006 905,995,826,023 199,932,174,795 706,063,651,228
Investasi Akhir
772,210,203,124 143,893,230,807 628,316,972,317
905,995,826,023 199,932,174,795 706,063,651,228
954,271,118,430 128,432,899,079 825,838,219,351
(Invest Awal + Invest Akhir)/2
540,690,777,252
667,190,311,773
765,950,935,290
Invested Capital (C)
540,690,777,252
667,190,311,773
765,950,935,290
NOPAT
2004 120,303,000,000
2005 124,287,201,680
2006 123,025,479,203
Total kewajiban Total ekuitas Total kewajiban & ekuitas
209,142,000,000 563,068,000,000 772,210,000,000
257,392,834,646 646,329,342,050 903,722,176,696
230,580,047,149 723,691,071,281 954,271,118,430
Total kewajiban /(Total kewajiban+total ekuitas) Biaya kewajiban : NOPAT/Total Kewajiban Pajak (%) Total persentase kewajiban
27.1% 57.5% 30.3% 10.9%
28.5% 48.3% 30.6% 9.5%
24.2% 53.4% 29.8% 9.1%
Total ekuitas /(Total kewajiban+total ekuitas) Biaya ekuitas: NOPAT/ Total Ekuitas Total persentase ekuitas
72.9% 21.4% 15.6%
71.5% 19.2% 13.8%
75.8% 17.0% 12.9%
Total persentase kewajiban + persentase ekuitas
26.4%
23.3%
21.9%
26.4%
23.3%
21.9%
Uraian
Total Kewajiban & Modal Akhir Total Kewajiban Lancar Akhir
Uraian
Weight Average Cost of Capital (WACC)
Sumber: Laporan Keuangan BEJ (data diolah)
60
Dari formula EVA diperoleh hasil EVA untuk tahun 2004 sebesar negatif (-) 22,635,512,789, dan tahun 2005 sebesar -31,111,208,614 sedangkan tahun 2006 tercapai -45,075,034,239. Dengan hasil EVA yang negatif, berarti PT. Pembangunan Jaya Ancol belum bisa menghasilkan nilai ekonomis bagi para pemegang sahamnya.
4. Ringkasan Penghitungan EVA dari masing – masing perusahaan sebagai berikut: Tabel 10 Ringkasan Penghitungan EVA atas 3 (tiga) Perusahaan PT Anta Tour, PT Fast Food Indonesia dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tahun 2004 - 2006 Nama Perusahaan
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Anta Tour
1,768,439,749
2,317,853,120
2,924,485,805
Fast Food Indonesia (Brand: Kentucky)
-4,126,419,033 -4,982,833,054 -4,877,218,144
Pembangunan Jaya Ancol
-22,635,512,789 -31,111,208,614 -45,075,034,239
Sumber : Data Diolah
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dengan menghitung EVA pada hasil penelitian tiga perusahaan terbuka ( go public ) yaitu PT. Anta Tour, PT Fast Food Indonesia dan PT Pembangunan Jaya Ancol, mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2006, diperoleh hasil bahwa: (1) Dalam laporan keuangan dari ketiga perusahaan tersebut menunjukkan hasil keuntungan (2) Namun setelah dilakukan penghitungan dengan cara EVA ( Economic Value Added ), diperoleh hasil bahwa yang menunjukkan angka positif hanya PT. Anta Tour. Sedangkan kedua perusahaan lainnya, yaitu PT Fast Food Indonesia dan PT Pembangunan Jaya Ancol menunjukkan hasil yang negatif. (3) Hasil yang negatif dari kedua perusahaan tersebut, disebabkan adanya biaya yang tinggi untuk kapital (modal) dan kewajiban
B. Saran Atas hasil penelitian ini, penulis memberikan masukan dan saran baik bagi manajemen perusahaan dari ketiga perusahaan tersebut maupun kepada para pemegang saham / investor, sebagai berikut:
62
1. Saran kepada Manajemen Perusahaan Meskipun secara umum, perusahaan telah menggunakan rasio keuangan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan namun tidak ada salahnya manajemen mencoba menerapkan penghitungan EVA agar analisa kinerja keuangan dilakukan secara totalitas (komprehensif).
Untuk memperoleh hasil EVA yang konstan positif , masing – masing perusahaan harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut: a. Meningkatkan NOPAT (Net Operating Profit After Taxi) (1) meningkatkan harga jual produk (2) menjual produk yang menghasilkan keuntungan yang tinggi (high of marginal income) (3) menekan harga pembelian bahan baku (4) membuat perencanaan pembayaran pajak (penghematan pajak / tax saving)
b. Mengefisiensikan Investasi (1) keputusan investasi hanya untuk strategi pertumbuhan yang positif (2) menjual bisnis / aset yang kurang mendatangkan keuntungan atau hanya memberikan beban keuangan yang tinggi / tidak produktif. (3) restrukturisasi bisnis yang tidak mendatangkan keuntungan
63
c. Mengefisiensikan nilai WACC (1) mengoptimalkan penggunaan hutang (2) pembelian kembali (buy back) saham (3) meningkatkan transparansi
2. Saran kepada Para Pemegang Saham / Investor. Meskipun cara penghitungan EVA ini belum secara umum digunakan oleh pengelola (manajemen) perusahaan, tidak ada salahnya para investor ataupun calon investor untuk menyarankan atau meminta pada pihak manajemen yang terkait untuk menggunakan perhitungan EVA dalam mengevaluasi hasil kinerja keuangan disamping menggunakan rasio keuangan yang biasa digunakan. Untuk mendorong manajemen perusahaan bersedia menggunakan EVA dalam mengevaluasi kinerja keuangan, para pemegang saham / investor dapat menetapkan target EVA pada awal tahun, kemudian menghitung EVA secara aktual pada akhir tahun. Basis bonus manajemen juga akan didasarkan pada pencapaian EVA aktual dibandingkan dengan EVA yang ditargetkan. Dengan kata lain penghitungan EVA digunakan dalam penilaian PMS (Performance Management System).
64
Daftar Pustaka
Adler Haymans Manurung. 2006. Cara Menilai Perusahaan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amin Widjaja Tunggal. 2001. Memahami Konsep Economic Value Added ( EVA ) Dan Value – Based Management ( VAM ), Harvarindo, Jakarta. Darsono Prawironegoro. 2006. Manajemen Keuangan, Diadit Media, Jakarta. Dewi Astuti. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Herman Darmawi. 2006. Pasar Finansial Dan Lembaga – Lembaga Finansial, PT. Bumi Aksara, Jakarta. James, O Gil. 2006. Dasar – Dasar Analisis Keuangan, Alih Bahasa : Eka Herawaty, Cetakan Keempat, PPM, Jakarta. Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya. 2006. Metodologi Penelitian Keuangan, Prosedur, Ide dan Kontrol, Graha Ilmu, Yogyakarta. Sutrisno. 2007.Manajemen Keuangan, Teori, Konsep Dan Aplikasi, Cetakan Kelima, Ekonisia, Yogyakarta.