Saya Tidak Pernah Merasa Selesai INSPIRASI
Pembasmi Bakteri Susu Karya Siswa Madrasah LIPUTAN KHUSUS
Penerapan Had atau Ta’zir bagi Pelaku LGBT
ISSN : 0215-3289
No. 355 / JUMADIL AKHIR - RAJAB 1437 H / APRIL 2016 / TH. XXXI
Prof. Masdar Hilmy, MA, Ph.D
MPA 355 / April 2016
1
Seluruh tamu undangan Muslimat NU melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.
Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jatim dan Subbag Inmas menghadiri undangan Hari Ulang Tahun Muslimat NU ke-70 di stadion Gajayana Malang, Sabtu (26/3).
Presiden RI Joko Widodo beserta Menteri Agama dan Menteri Sosial membuka acara hari Ulang Tahun Muslimat NU ke-70 di stadion Gajayana Malang, Sabtu (26/3).
Penyerahan secara simbolis hasil-hasil rekomendasi pada Rakerpim dari Kabag TU H. Mustain kepada Kakanwil Kemenag Prov. Jatim H. Mahfudh Shodar, di aula Al Ikhlas Kemenag Sumenep, Jumat (18/3).
Sekjen Kemenag RI, Prof. Dr. Nursyam, MSi saat menghadiri Rakerpim Kanwil Kemenag Prov. Jatim di Sumenep, Rabu (16/3).
Suasana Pembukaan Rakerpim Kanwil Kemenag Prov. Jatim di aula Al-Ikhlas Kankemenag Sumenep, Rabu (16/3).
2
MPA 355 / April 2016
MPA 355 /APRIL 2016
Media informasi, komunikasi, dan edukasi, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Pemimpin Umum: H. Mahfudh Shodar Wakil Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi: H. Musta’in Wakil Pemimpin Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid Staf Ahli: H. Husnul Maram, H. Ach. Faridul Ilmi, H. Supandi, H. Mas’ud, H. M. Syakur, H. M. Fachrur Rozi Dewan Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid, H. Abd. Hadi AR H. Athor Subroto, H. Hartoyo H. Ahmad Husein AR Sekretaris Redaksi: Machsun Zain, Syaikhul Hadi Bendahara: Ahmad Hidayatullah Staf: Khusnul Khotimah Distribusi/Tata Usaha: Husnul Khotimah Staf: Sukardjito Litbang: Hj. Hikmah Rahman Staf Redaksi Editor: Choirul Mustofa Reporter: M. Hisyam, Suprianto, Dedy Kurniawan Anni Athi’ah dan Feri Ariya Santi Design-Layout: Muhammad Munib Ilustrator: M. Tajudin Nurcholis Korektor: Rasmanna Rahiem Khoththot: M. Midzhar Koresponden: Berkedudukan di setiap Kankemenag Kab/Ko se-Jawa Timur. Alamat Redaksi: Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo, Telp. 031 - 8680490, Fax. 031 - 8680490 e-mail:
[email protected] Diterbitkan Oleh: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Dicetak oleh: PT. Antar Surya Jaya, Jl. Rungkut Industri III/68 & 70 SIER Surabaya, Telp. (031) 8475000 (2200-2203) Fax. : 031-8470600 Isi di luar tanggung jawab percetakan
S
ebagai simbol emansipasi perempuan, R. A. Kartini tak pernah mati. Hingga kini dirinya masih menjadi inspirasi wanita Indonesia. Perjuangan Kartini, kata Hj. Nurul Istiqomah Mahfudh Shodar (Ketua Dharma Wanita Persatuan Kanwil Kemenag Prov. Jatim), harus dilanjutkan dalam bentuk yang berbeda. “Kini bisa berupa pembebasan negeri ini dari korupsi,” tandasnya. Oleh karenanya, sambung Dra. Hj. Siti Dalilah Candrwati, M.Ag (Ketua Pengurus Wilayah Aisyiah Jawa Timur), tidak boleh ada pembatasan bagi kaum hawa untuk mengaktualisasikan dirinya. “Jadi tidak boleh lagi ada pembatasan hanya karena status gender,” tegasnya. Apalagi regulasi telah memberikan ruang bagi kaum hawa untuk beraktualisasi. Meski menurut Erfaniah Zuhriah, SAg, MH (Ketua Pusat Studi Gender dan Anak UIN Malik Ibrahim Malang), masih ada semacam ketidaksiapan laki-laki terhadap eksistensi kaum perempuan di ranah publik. “Budaya dominasi laki-laki belum sepenuhnya hilang,” simpulnya. Wahidah Zein Br Siregar, MA, Ph.D (Sosiolog UIN Sunan Ampel Surabaya) mensinyalir, pengakuan perempuan dalam politik belum berjalan efektif. Kuota 30 persen yang diberikan kepada perempuan dalam daftar caleg selama ini bersifat pura-pura. Padahal kata Dra. Hj. Masruroh Wahid, M.Si (Ketua Pengurus Wilayah Muslimat NU Jawa Timur), Islam tak membedakan antara laki-laki dan perempuan di dalam meraih ilmu pengetahuan. Bagi Dra. Hj. Syariah Zaidun (Penasehat organisasi Wanita Islam Jawa Timur), percuma memperjuangkan kesetaran hak perempuan dengan laki-laki jika tidak mampu mengangkat harkat dan martabat keluarga. Sementara Dra. Mistin, M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu) mengatakan, menjadi ibu rumah tangga tak berarti mengingkari perjuangan Kartini. Sebab dengan menjadi ibu turut berperanserta dalam menyiapkan generasi penerus bangsa yang handal. Sedangkan Drs. H. Mohammad Fachrur Rozi, MHI (Kepala Bidang Penais dan Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur) mendorong kaum perempuan untuk mengakses peluang. Meski diakuinya, kondisi geografi disertai dengan topografi Indonesia, aksesnya tidak bisa dirasakan oleh seluruh kaum perempuan Indonesia. “Di wilayah Timur perempuan Indonesia tidak seberuntung saudaranya yang ada di wilayah Jawa dan Sumatera,” ungkapnya. Pembaca setia, cuplikan menarik beragam pendapat di atas dapat Anda baca selengkapnya di rubrik Lensa Utama. Dan terbukti, sebagai simbol emansipasi perempuan, inspirasi Kartini memang tak pernah mati.
Enterpreneurship ----------------------- 4 Teropong -------------------------------- 5 Lensa Utama ---------------------------- 6 Liputan Khusus------------------------- 15 Cahaya Hati----------------------------- 19 Agama----------------------------------- 20 Tafsir Maudlu’i ------------------------- 24 Bilik Santri ------------------------------ 27 Lensa Khusus --------------------------- 29 AMO ------------------------------------ 42
Edukasi ---------------------------------- 34 Informasi-------------------------------- 36 Ta’aruf ----------------------------------- 34 Serambi Madrasah---------------------- 42 Khotbah --------------------------------- 44 Lintas Peristiwa------------------------- 50 Kuliner ---------------------------------- 58 LAA Remaja----------------------------- 59 Sari Hikmah----------------------------- 60 Dunia Islam----------------------------- 66
MPA 355 / April 2016
3
entrEpreneurSHIP
Bu Sumiyati Pembuat Vetsin Alami Berbahan Rumput Vetsin atau penyedap rasa yang mengandung MSG masih kerap dipakai oleh sebagian besar penjual makanan / kuliner, disamping ibu rumah tangga dalam memasak. Kata banyak orang memang makanan menjadi lezat.
T
etapi dibalik kelezatan makanan yang disajikan bersama bahan vetsin / penyedap rasa semacam itu, terdapat anca man yang dapat membahayakan kese hatan seseorang. Lebih-lebih jika dikon sumsi dalam jumlah yang berlebihan. Hal inilah yang mendasari Bu Sumiyati untuk membuat vetsin / penyedap rasa sendiri berbahan alami. Dengan menggunakan bahan dasar ”rumput sawi langit”, vetsin / penyedap rasa buatannya bisa menjadi alternatif pengganti MSG. Ditangan Bu Sumiyati, rumput sawi langit yang salama ini tumbuh liar dan dianggap tanaman pengganggu, diolah sedemikian rupa sehingga menjadi bumbu masak yang tidak membahayakan kesehatan. Sejak tahun 2012, perempuan 60 tahun ini sudah membuat penyedap rasa ber bahan rumput sawi langit itu. Proses produksinya dilakukan di rumahnya yang berada di tepi Sungai Brantas. Semua proses masih dilakukan secara sederhana. Bahanbahan yang dibutuhkan untuk membuat penyedap rasa tidaklah rumit. Selain daun rumput sawi langit, bahan-bahan lain yang diperlukan adalah bawang bombay, bawang putih, gula putih, dan garam. Semua bahan tersebut disangrai, kemudian dihaluskan menggunakan blender. Untuk satu resep bumbu penyedap, ia membutuhkan sekitar 20 gram rumput sawi langit. Perempuan ini, mengaku tidak pernah kesu litan memperoleh bahan-bahan ola hannya. Karena rumput ini dapat ditemukan dengan mudah di pekarangan rumah atau dipinggir jalan. Di pekarangan rumahnya yang mungil, Bu Sumiyati membudayakan rumput sawi langit di pot walau masih dalam jumlah yang terbatas. ”Saya beli ke teman-teman kalau bahan baku rumput tidak mencukupi”, jelasnya. Perempuan yang hanya tamatan Sekolah Rakyat (dulu disingkat SR, sekarang menjadi SD) ini, selanjutnya mengungkapkan bahwa ia tak pernah me nimba ilmu secara khusus mengenai khasiat tanaman bagi kesehatan. Kemampuan mengolah daun rumput sawi langit menjadi bahan penyedap masakan ini, ia peroleh dari 4
MPA 355 / April 2016
sebuah komunitas sosial bernama ”Lili Group” di Malang pada tahun 2012 lalu. Suatu saat, Bu Sumiyati, yang ketika itu menjadi Ketua Pemulung ’Aufa’ di Malang ditawari untuk mengikuti pelatihan itu. Kini, Bu Sumiyati telah menjadi satusatunya produsen penyedap rasa berbahan dasar rumput sawi langit di Malang. Produknya dipasarkan dengan label ”ASRUM BHR”, (singkatan dari Aseli Rumput Budidaya Halaman Rumah). Diakui, keahlian yang ia peroleh di pelatihan, ia terapkan untuk menambah penghasilan keluarganya. Jadwal hariannya cukup padat. Selepas Shubuh hingga pukul 07.00 WIB, ia menjalankan kegiatannya sebagai pemulung dengan mengumpulkan plastik bekas. Baru pada siang harinya, ia berganti profesi sebagai peracik penyedap rasa. Untuk satu botol penyedap rasa seberat 140 gram, ia menjual dengan harga Rp. 30 ribu. Bu Sumiyati menjamin tidak ada bahan kimia berbahaya yang ditambahkan dalam produknya. ”Karena tidak mengandung bahan pengawet, bumbu penyedap rumput hanya tahan sekitar enam bulan saja”, ungkap perempuan berjilbab ini. Jaminan keamanan bumbu masak buatannya ini, telah dibuktikan dengan dikantonginya ”Izin P – IRT”. Bu Sumiyati juga memegang ”Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan” dari Dinas Kesehatan Kota Malang. ”Uji Laboratoriun” juga sudah dilakukan di sebuah Universitas Swasta di Kota Malang.
Selama ini, konsumen pro duknya adalah kalangan dosen di Malang. Penyedap rasa berbahan dasar rumput sawi langit ini, sempat dipasarkan hingga Fillipina. Bu Sumiyati, sang pembuat ”Vetsin Alami” ini, menuturkan bahwa selama ini produknya baru dipasarkan dari pameran yang satu ke pameran yang lain. Keikutsertaannya dalam sebuah Komunitas UKM bernama ”Preman Super” (singkatan Prem puan Mandiri Sumber Perubahan) di Malang, telah banyak mem berikan manfaat. Jaringan yang dibangun – pun jadi semakin luas. Sehingga dapat mengantarkan produknya mengikuti pameran di Filipina pada tahun 2013. Namun, keterbatasn modal dan pemasaran masih menghambat pengembangan produknya. ”Karena modal terbatas, saya (hanya) membuat dalam jumlah sedikit dan (baru) membuat lagi jika ada pesanan”, demikian kata penutup dari Bu Sumiyati yang beralamat di Jalan MT. Haryono Gang 17, Dinoyo, Malang. Kiranya tidak berlebihan, bila kita katakan bahwa Bu Sumiyati ini adalah seorang ”changer” (orang yang selalu aktif mengadakan perubahan diri dan ling kungannya kearah yang lebih baikdan bermanfaat), serta sekaligus ”manager” (orang yang mampu mengelola segenap unsur yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan). Bermula dari seorang pemu lung kemudian diangkat menjadi ketua sebuah perkumpulan pemulung. Lantas bergabung dengan Lili Group sebuah komunitas sosial yang memberikan sejumlah kegiatan dan ketrampilan. Ia berhasil dan membuat inovasi, salah satunya mampu meracik bumbu penyedap dengan bahan alami. Kemudian menyiapkan bahan, mem produksi, memasarkan, membuat jaringan lewat pameran. Sampai bisa mendapat market, perizinan, jaminan savety dari otoritas yang ber wenang. Mampu memanej 2 macam usahanya, yaitu sebagai pemulung dan sekaligus sebagai produsen bumbu penyedap rasa masakan. Walaupun masih terbatas tetapi cukup menjanjikan. Anda tertarik silahkan berkonsultasi sendiri dengan Bu Sum ! (diolah dari sk republika 170316) ; •Ahar
teropong
KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM
S
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesdungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.“ (An-Nahl : 97)
ebelum nabi Muhammad Saw diutus kedudukan kaum perempuan di ma sya rakat sangat rendah. Pada masa peradaban Yunani kaum perempuan disebut sebagai kotoran setan. Zaman berikutnya, era Romawi, nasib perempuan pun tidak lebih baik. Baik dalam keluarga maupun masyarakat kekuasaan masih didominasi kaum laki-laki. Perempuan tidak mendapatkan hak privat termasuk hak waris. Di benua Hindia dikala itu seorang laki-laki yang meninggal dunia, isterinya harus bersedia dibakar hidup-hidup bersama jenazah suaminya. Di kalangan masyarakat Arab jahiliyah sebelum Islam, seorang bapak akan malu bila isterinya melahirkan seorang bayi perempuan, maka segera ia menguburkannya hidup-hidup. Nabi Muhammad Saw diutus untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Termasuk kaum perempuan yang terangkat martabatnya Islam datang. Dalam kehidupan rumah tangga misalnya, antara pihak suami dan pihak isteri masing-masing ditetapkan hak dan kewajibannya yang diatur secara adil. Hak dan kewajiban itu ditetapkan sesuai dengan fitrahnya. Kelebihan kaum perempuan dari lakilaki berdasarkan fitrahnya, bahwa para ibu bisa melahirkan anak-anaknya, merawatnya dan menjadi pengasunya. Patutlah bila para ibu disebut sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya. Disinilah letaknya pandangan al-Qur’an dalam menghargai kaum perempuan. Mereka adalah refleksi dari terwujudnya harapan manjusia dan kemanusiaan yang agung. Dari jerih payah ibu dalam mengasuh dan mendidik putraputrinya ini, lahirlah generasi umat yang cerdas, beriman dan bertakwa yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Al-Qur’an memandang kaum laki-laki dan perempuan secara setara. Kare nanya mereka mesti bisa bekerja sama secara simbiotik mutualistik yang saling mengun tungkan. Bila selama ini terjadi bias gender, hal itu disebabkan adanya perlakuan kaum laki-laki yang kurang mengakomodasi pan dangan dan pemikiran kaum perempuan. Sebagaimana kaum laki-laki tidak semua optik perempuan selalu objektif dan positif. Adakalanya bersifat destruktif. Al-Qur’an memberikan contoh kaum perempuan yang destruktif maupun konstruktif. Dalam alQur’an surat at-Tahrim ayat 10 ditunjukkan
adanya dua orang perempuan yang diadzab oleh Allah karena kedurhakaannya. Pada hal keduanya isteri orang-orang yang shalih Mereka itu adalah Wali’ah, istri nabi Nuh As yang tenggelam bersamasama dengan orang-orang yang durhaka lainnya dan Walihah istri nabi Luth As yang juga diadzab Allah bersama-sama kaum nabi Luth lainnya yang melakukan liwath (persetubuhan sesama jenis kelamin) seperti kaum lesbian dan gay saat ini. Kedua orang perempuan tersebut tidak dapat diselamatkan sekalipun suaminya yaitu nabi Nuh dan nabi Luth As adalah utusan Allah. Masingmasing mempertanggungjawabkan sendiri keyakinan dan amal perbuatannya. Sebaliknya dalam ayat 11 surat yang sama disebutkan adanya seorang yang beragama monoteisme -tauhid- beriman kepada Allah yang maha esa, walaupun suaminya yaitu Raja Fir’aun kafir dan mengaku dirinya sebagai tuhan yang minta disembah. Pada ayat 12 surat at-Tahrim berbeda lagi. Dalam keadaan menyendiri tanpa suami, seorang perempuan bernama Maryam binti Imran ditetapkan oleh Allah sebagai perempuan suci yang senantiasa mengabdi dan beribadah kepada Allah. Tapi kemudia ia dikaruniai anak pada hal tidak bersuami. Anak itu adalah nabiyullah Isa As. Al-Masih
Isa bin Maryam adalah nabi terakhir dari nabi-nabi kaum Bani Israil. Dilahirkan di kota Bethlehem. Kelahirannya merupakan mukjizat ilahi. Ibundanya, Maryam binti Imran adalah seorang perawan yang dikenal suci dan sangat menjaga kehormatan dirinya. Ketika melahirkan Isa As merupakan ujian yang sangat berat baginya. Kisah dalam al-Qur’an tersebut menun jukkan bahwa kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki. Mereka mempunayai peranan sendiri baik yang bersifat positif maupun negatif. Kisah dua orang yang diadzab karena kedurhakaannya dan dua orang perempuan yang beriman dan taat kepada Allah dalam surat at-Tahrim tersebut, bahwa sebagaimana pihak lakilaki kaum perempuanpun diberi kebebasan memilih keyakinan dan amal perbuatannya. Riwayat ini sekaligus menjawab ungkapan orang dalam bahasa Jawa “wong wadon iku, suwargo nunut neroko katut” (Bagi seorang perempuan, surganya maupun nerakanya tergantung suaminya). Ungkapan ini tidak sesuai dengan fakta sebagaimana yang dikisahkan dalam al-Qur’an surat at-Tahrim tersebut. Sebab baik laki-laki maupun perempuan amal perbuatannya akan dibalas oleh Allah sesuai dengan keimanannya dan keikhlasannya masing-masing. •RAW MPA 355 / April 2016
5
Kartini Masa Kini
Ketidakpercayaan Wanita Terhadap Kaumnya Sendiri Sejarah mencatat, bahwa R. A. Kartini adalah simbol perjuangan perempuan Indonesia. Dengan kegigihannya dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita, sehingga dirinya dikenal sebagai simbol gerakan emansipasi wanita. Kartini adalah salah satu dari perempuan tangguh yang telah berjuang demi mengisi kemerdekaan negeri ini.
M
enurut Hj. Nurul Istiqomah Mahfudh Shodar, sudah layaknya perempuan masa kini melan jutkan perjuangannya. Meski tentu saja bentuk perjuangannya sangat berbeda. Saat ini perjuangan bisa berbentuk dengan mem bebaskan negeri ini dari belenggu korupsi. Sebab penyakit masyarakat yang satu ini sudah sangat akut sekali. Hal itulah yang ditunjukkan Dharma Wanita Persatuan Kanwil Kemenag Prov. Jatim dengan terlibat dalam gerakan ‘Saya Perempuan Anti Korupsi’ atau SPAK yang digagas KPK. “Sudah saatnya kita optimalkan pe ran perempuan dalam keluarga dan masya rakat, sehingga lahir generasi anti korupsi di masa yang akan datang,” tuturnya bersemangat. Menurut Ketua DWP Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini, SPAK merupakan wujud nyata kesetaraan gender yang menempatkan peran perempuan pada posisi yang tepat. Sebab peran perempuan sangat strategis untuk mencegah perilaku koruptif baik sebagai ibu, istri maupun sebagai anggota masyarakat. “Dalam beberapa kasus dijumpai, bahwa perilaku koruptif seorang suami bermula dari tuntutan gaya hidup materialistik istrinya,” paparnya. “Mari kita cegah suami korupsi dengan cara hidup sederhana,” ajaknya serius. Peran strategis perempuan dalam memerangi korupsi, tentu harus diimbangi dengan peningkatan wawasan dan kapa sitas. Lantaran itulah, sudah sepatutnya kaum wanita lebih mengorganisasikan diri dan mengembangkan kepemimpinan agar dapat berperan lebih optimal. Apalagi di tengah pengaruh perkembangan arus 6
MPA 355 / April 2016
Hj. Nurul Istiqomah Mahfudh Shodar Ketua DWP Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur.
informasi yang begitu deras. “Sebagai istri dan seorang ibu, perempuan harus membuka wawasan seluas-luasnya. Sebab inilah kunci untuk membina keluarga yang harmonis,” tukasnya. “Dengan keluarga harmonis pasti kelak akan terlahir generasi yang berkualitas,” tandas istri Kakanwil Kemenag Prov. Jatim ini. Memang tak dapat dipungkiri, saat ini peluang perempuan untuk berkiprah di ranah publik semakin terbuka lebar. Sehingga banyak para wanita yang berakti vitas di luar rumah, baik sebagai aktivis
sosial, pekerja, maupun sebagai pendidik. “Meski demikian, tentu tidak boleh mealpakan tanggungjawabnya sebagai seorang ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang pada sang buah hati,” kata ibu tiga anak ini mengingatkan. Para suami hendaknya memberikan kepercayaan kepada istrinya dalam ber kiprah di masyarakat. Tanpa dukungan suami, peran strategis perempuan tidak akan sanggup diejawantahkan dalam rea litas. “Maka yang dibutuhkan adalah saling kerjasama. Istri adalah mitra suami dalam segala hal. Termasuk demi perbaikan umat saat ini,” tandas Kepala Kepala MI Raudatul Ulum Karang Ploso Malang ini. R. A. Kartini, tutur Dra. Hj. Siti Dalilah Candrwati, M.Ag, merupakan lambang eman sipasi perempuan dalam pembangunan. Kaum wanita memiliki hak yang setara dengan kaum laki-laki dalam membangun bangsa. Di dalam surat an-Nahl ayat 97 disebutkan dengan gamblang, bahwa Allah SWT membe rikan kesempatan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk beramal shaleh. Bagi Ketua Pengurus Wilayah Aisyiah Jawa Timur ini, tidak boleh ada pembatasan bagi kaum hawa untuk mengaktualisasikan diri dalam masyarakat. Jadi tidak boleh lagi ada pembatasan hanya karena status gender. Meskipun tidak dapat dipungkiri, masih saja ada beberapa pihak yang mencoba membatasi ruang gerak wanita dengan beragam alasan. Tak ada yang perlu dirisaukan jika perempuan aktif berkiprah dalam kerja-kerja keumatan. Tentu saja, selama dia memegang prinsip-prinsip agama. Disebutkan wanita kelahiran Surabaya 20 Juni 1960 ini, bahwa al-Qur’an sudah memberikan panduan
yang sangat jelas. “Prinsip wanita dalam ranah sosial, karir dan politik, adalah bertanggungjawab dan berpegang teguh dengan ajaran agama, serta senantiasa menjaga martabat diri dan keluarga,” ungkapnya menyitir surat an-Nisa’ ayat 34. Di sisi lain, lanjutnya, kaum wanita harus lah mematangkan kesiapan skill mau pun pengetahuannya. Dengan demi kian kaum perempuan layaknya memiliki perencaaan keluarga atau family planning yang lebih baik. Didalamnya ada peningkatan usia pendidikan. Artinya, yang tadinya ratarata hanya cukup memperoleh pendidikan setingkat SMP, dengan program ini ditingkatkan hingga pendidikan sarjana. Menurut ibu tiga anak ini, dengan peningkatan usia pendidikan ini selain perempuan menjadi lebih terdidik, secara otomatis usia perkawinannya juga bisa ditingkatkan menjadi 7-8 tahun. Dalam rentang waktu itu, pasangan suami-istri biasanya mampu melahirkan 2-4 anak. “Jadi dengan peningkatan usia pendidikan ini mampu pula mengurangi ledakan jumlah penduduk,” ulasnya. Dalam family planning ini, perempuan juga harus mampu melakukan pengaturan jarak melahirkan atau tandimul an-nasl. Dengan pengaturan ini, secara psikologis membuat perempuan makin siap dalam menata mental, ekonomi, hingga pemberihan kasih sayang. Pengaturan jarak kelahiran ini, bukan berarti membatasi kelahiran (tahdid an-nasl) dengan jumlah tertentu dalam konsep Keluarga Berencana (KB) selama ini. “Justru pembatasan kelahiran seolah tidak memberikan kepercayaan bagi sebuah keluarga dalam menghasilkan keturunan,” ujarnya. Pasangan suami-istri sebaiknya diberi kan hak otonom mengatur jumlah anak ber dasarkan kemampuan ekonominya. Otomatis antara keluarga akan berbedabeda. “Dengan kebebasan ini, tentu peluang mencetak generasi berkualitas makin terbuka lebar,” imbuh Dosen Prodi Hukum Keluarga Fakulatas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya ini menegaskan. Ketika regulasi memberikan ruang bagi kaum hawa untuk beraktualisasi, tutur Erfaniah Zuhriah, SAg, MH, disinyalir masih saja ada semacam ketidaksiapan kaum lakilaki terhadap eksistensi kaum perempuan di ranah publik. “Budaya dominasi laki-laki kan memang belum sepenuhnya hilang di tengah masyarakat kita..,” kilahnya. Budaya yang tidak sensitif gender tersebut, sambung Ketua Pusat Studi Gender dan Anak UIN Malik Ibrahim Malang ini, turut pula dilanggengkan oleh teks-teks agama yang sengaja disalahpersepsikan. “Misalnya surat an-Nisa’ ayat 34 yang dimaknai, bahwa pemimpin harus dari golongan laki-laki. Padahal ayat ini spesifik merujuk kepemimpinan laki-laki dalam lingkup rumah tangga,” urainya.
Dra. Hj. Siti Dalilah Candrawati, M.Ag Ketua Pengurus Wilayah Aisyiah Jawa Timur.
Bagi ibu dua anak ini, di ranah publik semua memiliki hak berpartisipasi yang sama. Yang menentukan eksistensi seseorang, ditentukan oleh kapabilitasnya. Namun yang membuatnya masghul, masih saja ada pelabelan negatif perempuan tidak bisa menjadi pemimpin. Parahnya lagi, ini sering dimanfaatkan sebagai komoditas politik. Awalnya perempuan diharamkan menjadi Kepala Negara. Namun ketika ada deal politik, ternyata klaim itu berubah. “Ini kan tidak konsisten dalam membaca konteks kekinian,” ucapnya heran. Selain itu, perlu ada rekonstruksi pema haman tentang kodrat yang seringkali justru membelenggu perempuan. Selama ini sudah terlanjur diimani, bahwa kodrat perempuan hanya berkutat pada persoalan masak, macak, manak dan momong. Padahal, makna kodrat sendiri, adalah pemberian Tuhan yang tidak bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan. Seperti hamil, melahirkan, menyusui, atau memiliki alat reproduksi. Itu menjadi sesuatu yang given bagi perempuan. Sedangkan laki-laki diberikan anugerah sperma untuk membuahi rahim. Jadi perihal memasak dan mengasuh anak itu adalah persoalan skill yang siapa saja bisa melakukannya. Persoalan mendidikpun juga bukan semata tugas perempuan. Sebab pemberian pendidikan bagi anak merupakan tugas ayah dan ibu. “Yang terakhir ini kini sudah mulai tampak ada perubahan mindset. “Mengubah itu memang membutuhkan proses panjang. Apalagi di tengah kungkungan budaya selama ini,” simpul wanita kelahiran Malang 18 Januari 1973 ini sedikit bernafas lega. Selain perlu adanya perubahan mindset
Erfaniah Zuhriah, SAg, MH Ketua Pusat Studi Gender dan Anak UIN Malik Ibrahim Malang.
masyarakat, menurut Mediator Yudisial Pengadilan Agama ini, dalam menyambut era keterbukaan kiprah kaum hawa juga harus mempersiapkan diri secara matang. Sebab banyak problem kepemimpinan wanita di lapangan muncul justru lantaran perempuan sendiri. Sebagai perbandingan, jumlah pemilih perempuan dalam pemilu lebih banyak dari pada laki-laki. Tapi justru keterwakilan kaum hawa di legislatif sangat minim. Salah satu penyebabnya adalah faktor ketidakpercayaan perempuan terhadap kaumya sendiri. MPA 355 / April 2016
7
Jadi yang terpenting saat ini, ujarnya, adalah mendidik kaum perempuan agar lebih berdaya dan lebih mengetahui hak dan kewajibannya. Maka penulis enam judul buku ini menyerukan, agar momentum Kartini saat ini jangan lagi diperingati hanya dari sisi seremonial saja. Kalaupun terpaksa mengadakan acara peringatan dalam bentuk lomba, usahakanlah dalam bentuk yang meningkatkan skill dan kapasitas perempuan. “Ini agar wanita ke depan lebih berkembang dan memiliki daya saing,” harapnya. Perempuan memang gagal memenuhi kuota 30 persen sebagai legislator di parlemen pada pemilu 2014 silam. Tak hanya gagal, tapi dibandingkan pemilu 2009, angkanya kian turun dari 18,2 persen menjadi 17,3 persen saja. Padahal jika merujuk pada jumlah caleg mengalami peningkatan dari 33,6 persen (2009) menjadi 37 persen (2014). Menurut Wahidah Zein Br Siregar, MA, Ph.D, hasil tersebut menunjukkan bahwa proses afirmasi atau pengakuan perempuan dalam politik belum berjalan efektif. Sosiolog UIN Sunan Ampel Surabaya ini mensinyalir, bahwa kuota 30 persen yang diberikan kepada perempuan dalam daftar caleg selama ini bersifat pura-pura atau pretending. Dalam pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pemi lihan Umum DPR, DPD dan DPRD dise butkan, bahwa daftar bakal calon yang disusun partai politik memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan perempuan. Bahkan Pasal 56 ayat 2 menyebutkan bahwa dalam setiap 3 orang bakal calon terdapat sekurang-kurang nya 1 orang perempuan. “Artinya apa? Kuota 30 persen ini sifatnya tidak wajib. Apalagi kuota tersebut hanya berlaku pada tahap pencalonan saja. Jadi seolah-olah dibuka, tapi afirmasi sesungguhnya belum,” simpulnya. Proses afirmasi sebenarnya ada berbagai macam cara dan tipe dalam impelemen tasinya. Misalnya afirmasi dengan kuota berarti ada sekian persen perempuan yang dimasukkan dalam daftar caleg. Ada pula afirmasi lain yakni afirmasi sebelum perem puan bisa menjadi calon legislatif. Jadi semacam dukungan bagi perempuan untuk bisa menjadi calon legislator. “Ini tentu jauh lebih penting,” tukasnya singkat. Akibat dari pemberitaan yang ada, selama ini politik terlanjur dimaknai buruk. Itu pula yang menyebabkan sebagain kaum perempuan cenderung antipati terhadapnya. “Padahal politik itu sangat penting. Sebab setiap hari kehidupan kita bersentuhan 8
MPA 355 / April 2016
Wahidah Zein Br Siregar, MA, Ph.D Sosiolog UIN Sunan Ampel Surabaya.
dengan politik,” tandas wanita kelahiran Binjai 5 Januari 1969 ini. Yang lebih dipikirkan terlebih dulu terhadap afirmasi ini, adalah mendorong perempuan untuk bisa berkiprah dalam dunia politik. Harus dibangun pula kesadaran pentingnya politik dalam tata kehidaupan. Selain itu, masyarkat juga harus didik, bahwa jika seorang wanita yang aktif di ranah politik itu bukan berarti meninggalkan kewajiban di dalam rumah tangga. Tapi demi berkonstribusi positif demi perbaikan kesejahteraan umat.
Jadi memang perlu secara intens mensosialisasi pentingnya peran perempuan di dalam masyarakat. Tak kalah pentingnya, juga mendorong masyarakat untuk mendefinisikan gender secara lebih baik. “Dukungan aspek inilah yang belum tampak,” ucap mantan pembantu Dekan 1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya ini menyayangkan. Menurut jebolan Program Master di The Flinders University of South Australia ini, di sinilah pentingnya pendidikan politik. Dimana di dalamnya mengajarkan bagai mana masyarakat memahami tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Pemerintah juga bisa menjelaskan peran dan kehadiran negara dalam mengatasi problem kema syarakatan. “Janganlah pendidikan politik itu sekedar dijadikan ajang kampanye partai atau caleg semata,” ucapnya mengingatkan. Lantaran itulah, lulusan program Doktoral The Australion National University ini meng himbau, agar sosialisasi dikembalikan pada fungsi utama yakni sebagai pendidikan politik seumur hidup. Karena sebagai long life education, maka sudah seharusnya pendidikan politik dikenalkan pada anak sejak dini. Didiklah mereka bahwa politik itu merupakan sarana untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan. “Jika ini terus dilakukan niscaya akan muncul optimisme masyarakat terhadap dunia politik kita,” pungkas ibu dua anak ini menggaransi. Laporan: Anni Athi’ah, Suprianto (Surabaya)
Mercusuar Kaum Perempuan
Mendidik Anak Tak Cukup Berbekal Titel Pendidikan Pendidikan kaum perempuan, kini jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak sekali perempuan yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi. Tak hanya tingkat sarjana, tapi juga magister dan bahkan doktor hingga profesor. Kemajuan ini merupakan peraihan yang cukup menggembirakan.
I
slam, kata Dra. Hj. Masruroh Wahid, M.Si memang tak membedakan antara lakilaki dan perempuan di dalam menuntut ilmu. Perempuan tidak didiskriminasikan dalam memperoleh dan mempelajari ilmu pengetahuan. Sebab perempuan juga menjadi pendidik anak-anaknya dan keluarganya. “Jika perempuan bodoh, bagaimana bisa mendidik anak-anaknya,” tukas Ketua Pengu rus Wilayah Muslimat NU Jawa Timur ini. Seiring dengan perolehan pendidikan tinggi tersebut, lanjutnya, perempuan kemu dian mempunyai keahlian atau profesi. Mereka menempuh jalan profesionalitas dengan bekerja dan beraktivitas. “Menjadi seorang profesional, terkadang menyita waktu dan tidak banyak kesempatan untuk keluarga terutama anak-anaknya,” kata mantan anggota DPRD (1999 – 2008) ini mengingatkan. “Apalagi sekarang ini Indonesia darurat narkoba. Ini merupakan lampu merah untuk mendapatkan perhatian secara serius,” ungkapnya. Oleh karena itulah, tutur lulusan S2 Fakultas PSDM UNAIR Surabaya ini, seorang ibu harus menyediakan porsi yang cukup untuk keluarga. Namun demikian, pertemuan dengan keluarga itu tidak ditentukan jumlah jam atau lamanya. Lebih dari itu, adalah bagaimana kualitas pertemuan itu sendiri. “Karena banyak juga ibu-ibu di rumah tidak bekerja apa-apa, tapi anak-anaknya berada di mana dan bergaul dengan siapa mereka tidak tahu,” tukasnya memberikan contoh. Untuk itulah, perempuan yang berkarir harus menyisihkan waktu pertemuan dengan anak-anak mereka. Yang terpenting, per temuan itu harus berkualitas. Dalam
Dra. Hj. Masruroh Wahid, M.Si Ketua Pengurus Wilayah Muslimat NU Jawa Timur
pertemuan tersebut, perempuan bisa menjadi ibu, teman, atau tempat curhat anak-anaknya. Perempuan kembali kepada keluarga itu tidak harus kembali ke rumah secara fisik. Jika ada profesi yang bisa dikerjakan tidak jauh dari keluarganya, itu akan lebih baik. “Kembali ke keluarga itu bukan berarti tidak bekerja. Boleh saja bekerja. Apalagi bekerja untuk kemaslahatan umat, masyarakat atau negara,” jelasnya. Bagi perempuan asli Jombang ini, bekerja di dekat rumah atau berkarir adalah pilihan. Kita tidak bisa memaksa orang untuk bekerja di dalam rumah atau di luar rumah.
Itu sepanjang perempuan dapat mengatur rumah tangganya agar tenang, anakanaknya tetap terdidik dengan baik, tetap mendapatkan kasih sayang dan perhatian dengan cukup. “Jadi, saya kira tidak ada masalah dengan perempuan yang bekerja di luar rumah,” tegasnya. Alumnus S1 IAIN Sunan Ampel Surabaya ini kembali menekankan, bahwa back to the family itu bukan berarti kembali ke rumah. Tetapi bagaimana mengembalikan perhatian dan kasih sayang itu kembali kepada keluarga. “Anak jangan hanya diserahkan kepada pembantu saja. Seorang MPA 355 / April 2016
9
ibu harus tetap melakukan kontrol terhadap anak-anaknya,” imbuhnya. Termasuk pula mengontrol sekolah dan mengajinya. Sekali waktu perlu mengetes anaknya; apakah dia pandai dalam membaca al-Qur’an dan sebagainya. Ini merupakan bentuk perhatian terhadap kemajuan dan pendidikan anak-anaknya. “Di sisi lain, kebutuhan ekonomi juga perlu diperhatikan. Suami dan isteri mestilah bergotong royong. Isteri membantu suami, suami merelakan isterinya untuk bekerja,” paparnya. Bagi Dra. Hj. Syariah Zaidun, percuma memperjuangkan kesetaran hak perempuan dengan laki-laki jika tidak mampu mengangkat harkat dan martabat keluarga. Menyelamatkan keluarga jauh lebih utama dari pada menuntut keadilan gender. Sebab dari keluargalah terlahir bibit-bibit unggul generasi penerus bangsa. “Jadi, sebelum memperbicangkan kesetaraan gender, maka perbaiki dulu kualitas keluarga,” ujarnya. Penasehat organisasi Wanita Islam Jawa Timur ini sangat mafhum, bahwa mendidik anggota keluarga bukanlah tugas wanita semata. Sebab di dalamnya juga diperlukan peranserta sang suami. Meski demikian, peran perempuan khususnya sosok ibu dalam rumah tangga tidak bisa disepelekan. Sebab ibulah yang pertama kali memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sejak dalam kandungan. Melihat peran strategis perempuan, maka sudah seharusnya kaum hawa senantiasa mengembangkan pengetahuan dan skillnya. Sebab dengan perempuan yang lebih terdidik niscaya akan mampu melahirkan generasi cerdik pandai di masa mendatang. Dibukanya era MEA atau Masyarakat Ekonomi Asia saat ini, tentu harus menjadi motivasi berlebih kaum perempuan. Khususnya para ibu dalam mempersiapkan anak-anaknya menghadapi kompetisi global. “Di era ini, perempuan harus bangkit dan menyadari betul siapa yang keluar dari rahimnya. Itu yang harus dipersiapkan dan diselamatkan,” tegas istri Prof. Dr. Muchammad Zaidun, SH, M.Si ini mengingatkan. Ketua Muslimah Al-Falah Subaya ini memendam rasa kagum yang dalam terhadap pola pengasuhan para ibu zaman dulu. Diakui atau tidak dengan kearifannya banyak dari mereka terbukti mampu menghasilkan generasi yang berkualitas. Padahal jika melongok dari sisi pengetahuan yang dimiliki mereka sangat terbatas. Hal ini berbeda dengan para orangtua masa kini yang ratarata memilih background pendidikan tinggi, tapi justru seakan gagap mendidik anak10
MPA 355 / April 2016
Dra. Hj. Syariah Zaidun Penasehat Wanita Islam Jawa Timur
anaknya menghadapi tantangan zaman. Bagi Pembina KB-TK Muslim Jam bangan Surabaya ini, dalam mendidik anak tidak cukup berbekal titel pendidikan semata. Tapi juga harus lebih menyelami psikologi perkembangan anak. Dengan itu pula para ibu bisa menciptakan suasana belajar nyaman bagi anak. Sehingga mereka betah berlama-lama di dalam rumah dan tak mudah silau dengan dunia luar. “Tak hanya itu, dengan bekal ilmu psikologi juga mampu mengharmoniskan kehidupan suami-istri,” ulasnya sambil melepas seutas senyum. Bagi Pembina Wanita Pusura ini, kaum perempuan juga harus mampu memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya. Ini bisa dicapai jika mereka juga terlibat aktif dalam masyarakat. Meskipun terkadang di dalam masyarakat masih menyisakan kekhawatiran ketika mereka berkiprah di luar rumah. “Saya kira para perempuan harus menyikapinya dengan searif-arifnya,” ujarnya. “Kalau masih memiliki suami, berbagi peranlah dengannya. Siapa yang harus eksis di ruang publik dan siapa yang mengurus rumah,” tambahnya. Bu Sari – panggilan karibnya – pun melanjutkan, bahwa selagi suami berdaya secara ekonomi, maka istri bisa mengambil peran domestik. Itu tak menghalangi aktif dalam kegiatan bermasyarakat dengan cata tan ada izin dari suami dan bisa membagi waktu. Ini berbeda kalau keadanan ekonomi keluarga berkekurangan, atau karena me mang suami meninggal. “Saat inilah perem puan tepat meniti karir di luar rumah. Tapi kalau bisa pekerjaan itu tak jauh dari rumah, sehingga fungsi pengawasan kepada anak tidak terabaikan,” terangnya. Jadi memang tidak ada pembatasan bagi perempuan untuk berkiprah di ranah publik. Selama itu didasarkan pada kebutuhan dan berdampak manfaat yang lebih besar. Namun terkadang fungsionaris Ikatan Persau da raan Haji Indonesia (IPHI) Provinsi Jawa
Dra. Mistin, M.Pd Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu
Timur dibuat geram dengan para wanita yang menyia-akan kesempatan amanah. “Kalaupun amanah itu diambil, tapi justru tak mampu mememberikan kontribusi nyata,” kilahnya. Jadi sumber masalahnya sebenarnya pada perem puan itu sendiri. Ruang aktualisasi sudah terbuka lebar. Sayangnya, banyak kaum perempuan yang tidak mempersiapkan diri sebelum mengambil peluang tersebut. “Maka jangan salahkan jika masih saja dipertanya kan kapasitas kepemimpinan perempuan di tengah masyarakat,” kata ibu tiga anak ini. Menjadi ibu rumah tangga tak berarti menging kari perjuangan Kartini. Sebab dengan menjadi ibu, seorang perempuan turut perperanserta dalam menyiapkan gene rasi penerus bangsa yang handal. “Dengan ini.. berarti kaum perempuan berpartisipasi dalam pembangunan,” tandas Dra. Mistin, M.Pd. “Jadi, menjadi Kartini masa kini tidak harus menjadi wanita karir. Menjadi ibu rumah tanggapun itu juga Kartini,” ucapnya menegaskan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu ini melanjutkan, bahwa menjadi ibu rumah tangga itu bukan sesutu yang gampang. Sebab menjadi ibu saat ini dituntut untuk terus berpacu dalam mengembangkan wawasan serta skill dalam mendidik buah hatinya. Jika tidak dilakukan, jangan pernah berharap akan terlahir generasi cerdas selama para perempuan khususnya para ibu belum terdidik. Apalagi program pendidikan selama lebih menitiberatkan pada peserta didik. Artinya belum menyentuh ibunya. Semisal siswa mengalami kesulitan belajar, seringkali itu hanya dilihat dari aspek pola belajar siswa semata. Padahal penyebabnya tak melulu faktor itu. Bisa jadi penyebabnya adalah faktor asupan gizi yang diterima selama ini. “Anehnya, program perbaikan gizi hanya bertumpuh pada anak saja. Seharusnya program seperti itu juga membidik para ibu. Sebab ibulah yang memerikan asupan gizi mereka selama ini,” bebernya serius. Keseriusannya tersebut diimpelemnta sikan dalam program bertajuk ‘Pendidikan Non Formal Perempuan’ (PNFP) di Kota Batu. Sasarannya adalah para ibu, khususnya di daerah terpencil di Kota Wisata tersebut. Jadi sudah ada program perbaikan Gizi bagi anakanak. Ibupun menjadi sasaran program ini, dengan diberikan pelatihan bagaimana cara menyiapkan gizi yang berimbang bagi putraputrinya. Kita berikan pemahaman bagi mereka, bahwa gizi yang baik itu tidak harus mahal. Bisa dengan memanfaatkan aneka tanaman di sekitar rumah. Ini juga sekaligus menggugurkan pemahaman selama ini, bahwa anak sehat itu yang gemuk. “Padahal sehat itu adalah keseimbangan asupan gizi yang diterima tubuh,” ulas wanita ramah ini menjelaskan. Mereka juga mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana memperlakukan anak sejak dalam kandungan hingga pasca melahirkan. Jadi tak hanya materi kese hatan, tapi juga materi parenting, tata boga, tata busana, lingkungan hidup, per tanian, koperasi UM, ketahanan pangan, pengetahuan tentang hukum dan agama. Mantan Kepala Dinas pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu ini menjalaskan, bahwa dalam angkatan pertama PNFP ini telah berhasil merekrut 300 ibu-ibu dari 10 dusun yang berasal dari desa yang berbeda. Masingmasing dusun mendapatkan kuota 30 orang. Targetnya, dengan ilmu yang didapat melalui wajib belajar nantinya bisa bermanfaat untuk kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dicontohkan, dalam pelajaran boga, para perempuan produktif ini mendapat pengetahuan banyak tentang pembuatan kue dan makanan. Kalau hal itu diaktualisasikan, maka ibu-ibu bisa membuat kue atau makanan yang dapat dijual. “Jadi.. hemat saya, pemberian pendidikan semacam ini sangat banyak manfaatnya,” ujar wanita berkerudung ini. “Apalagi kurikulum sudah
Drs. H. Mohammad Fachrur Rozi, MHI Kepala Bidang Penais dan Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur.
diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan ibu-ibu di desa. Intinya, apa yang diajarkan bisa diterapkan di desa tersebut,” tambahnya optimistis. Menurut Drs. H. Mohammad Fachrur Rozi, MHI, pemberdayaan perempuan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dari waktu ke waktu berkembang sesuai dengan porsinya. Bahkan ketika pada masa penajajahan, pemberdayaan yang dipelopori Kartini semangatnya terus menyala. Salah satu indikatornya, adalah peluang untuk mengakses pendidikan, peluang untuk berpolitik, entrepreneur, birokrasi, militer dan sebagainya. Dari sisi pendidikan kaum perempuan setara bahkan kadang lebih maju ketimbang lelaki. “Dengan demikian, dalam rangka pembangunan mencetak generasi masa depan didahukui oleh kaum perempuan,” simpulnya. Perempuan sebagai ibu, tutur Kepala Bidang Penais dan Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur ini, adalah merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Ini yang kemudian dapat dijadikan sebagai strategi dalam pembentukan karakter bangsa. Namun tak dapat dipungkiri dengan kondisi geografi disertai dengan topografi Indonesia yang seperti itu, aksesnya tidak bisa dirasakan oleh seluruh kaum perempuan Indonesia. “Di bagian wilayah Timur mungkin perempuan Indonesia tidak seberuntung saudaranya yang ada wilayah Jawa dan Sumatera,” ungkapnya. Yang menjadi salah satu penyebab perempuan di Indonesia belum bisa mengakses peluang, sambung pria kelahiran Pamekasan 26 September 1962 ini, adalah belum memadainya sarana dan prasarana yang ada. Ketika dirinya berkunjung di kepulauan Maluku, ternyata banyak perempuan yang sanggup mengakses peluang di Jawa, namun mereka enggan kembali ke daerahnya untuk membangun.
Untuk itulah, konsep kemaritiman yang ada merupakan suatu langkah cerdas untuk mendorong agar wilayah-wilayah Timur tidak tertinggal jauh dibanding dengan mereka yang tinggal di wilayah Barat. Dari sisi agama, lanjut mantan Kepala Kankemenag Kab. Probolinggo ini, Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin tidak mengekang dan mendiskriditkan perempuan. Sebab Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan. Ketika di zaman Rasulullah SAW Sayidatina Aisyah merupakan pelopor bagi pencerahan. Dimana ratusan ribu Hadits beliau hafal dan pahami. Ini menunjukkan transformasi keilmuan dari perilaku dan karakter Rasul. Setelah beliau wafat, juga bermunculan perempuan-perempuan yang cerdas dan berprestasi. Dalam program Kementerian Agama, lanjut mantan Kasubbag Subbag Tata Usaha Kankemenag Kab. Jember ini, pemberdayaan perempuan dilakukan melalui Penyuluh Agama Islam. Ini bekerjasama dengan BkkbN yang memberikan orientasi tentang pende wasaan usia nikah dan Keluarga Berencana, yang tentunya sangat bermanfaat bagi pemberdayaan perempuan. Selain itu juga bekerjasama dengan Biro Kesma provinsi Jawa Timur melalui seminar dan diskusi tentang penyetaraan gender. Ini lagi-lagi menunjukkan keberpihakan kepada perempuan. Dan hal itu tidak hanya didiskusikan saja, tetapi juga dalam tatanan kehidupan masyarakat secara nyata. Perlindungan terhadap perempuan dan anak, katanya, juga menjadi program utama pemerintah. Karena pada kenya taannya kita masih melihat di media adanya KDRT hingga pelecehan di tempat umum. Inilah fakta yang terjadi. Namun masih banyak yang belum terungkap. Fachrur Rozi menyarankan, sebelum memanfaatkan peluang yang sudah disediakan oleh pemerintah, semestinya terlebih dahulu mempersiapkan diri sebagai perempuan yang berdaya. “Pemberdayaan perempuan sangat bergantung pada perempuan itu sendiri dalam meraih peluang,” tukasnya. Perempuan, katanya, adalah sosok yang lemah lembut dan mengayomi dengan kasih sayang. Jadi jangan mentang-mentang bekerja dalam dunia militer, lantas seolaholah menghapus sisi feninimnya. “Perempuan dengan keberdayaannya hendaklah menjadi mercusuar bagi kaumnya,” tandasnya. •Laporan: Anni Athi’ah, Muhammad Hisyam, Suprianto, Feri Aria Santi (Surabaya). MPA 355 / April 2016
11
LIPUTAN KHUSUS
Memutus Matarantai Narkoba
"Jangan Takut Melapor Demi Kebaikan Bersama" Jawa Timur tercatat sebagai provinsi yang mengalami kerugian ekonomi terbesar di Indonesia akibat penyalahgunaan narkoba. Dari total kerugian secara nasional yang mencapai Rp. 57 triliun pertahun, provinsi di ujung Timur Pulau Jawa ini menyumbang angka sebesar Rp. 9,5 triliun.
B
erdasarkan data Badan Nasional Narkotika Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2014 Jawa Timur masih menduduki peringkat pertama jumlah pengguna narkoba terbesar di Indonesia, yakni sekitar 400 ribu orang. Sementara secara nasional jumlah penggunana narkoba mencapai 4,1 juta pengguna. Dari 34.443 kasus narkoba yang berhasil diungkap, Jatim menyumbangkan angka 9.112 kasus. “Yang memprihatinkan, kasus narkoba tersebut didominasi usia muda,” ujar Ria Damayanti, SH, MM dengan mata nanar. Melihat fakta ini, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Jawa Timur ini berharap semua pihak untuk merapatkan barisan melawan narkoba. Dan tindakan pencegahan harus dimaksimalkan. “Sebab mencegah itu lebih baik dari mengobati. Artinya sebelum bahaya naroba ini menjalar dan tak terbendung, lebih baik dicegah sejak dini,” tukasnya. Tak heran jika sosialisasi terus digalakkan oleh BNNP. Tak hanya melalui media massa baik cetak maupn elektronik, tapi juga menngunakan media konvensional seperti acara car freeday dan lain sebagainya. “Di sini kita ingin menyadarkan semua pihak bahwa Narkoba bukan hanya tanggung jawab polisi saja, akan tetapi tanggung jawab kita bersama,” tandas wanita berusia 54 tahun ini. “Lantaran itulah, baik instansi pemerintah, swasta, keluarga dan institusi pendidikan juga harus terlibat aktif,” serunya. Tak hanya itu, tahun ini BNNP Jatim juga akan menggandeng pondok pesantren dalam sosialisasi bahaya narkoba. Langkah ini diambil agar ada pendekatan yang berbeda. Jika selama ini bahaya narkoba didekati dari unsur kesehatan dan hukum, paling tidak dengan menggandeng dunia pesantren akan ada pendekatan dari sisi teks-teks agama. Hal ini juga sekaligus untuk menepis anggapan bahwa pesantren disinyalir menjadi sarang narkoba. Sementara itu, meski hukuman pelaku kejahatan narkoba sangat berat, toh tak mengendurkan peredarannya selama ini. Memang diakui, luasan wilayah Indonesia yang sangat besar menjadi salah satu kendala dalam melakukan pengawasan di tengah keterbatasan personel dan anggaran. Selain itu, tak semua kab/ko memiliki BNN. Hal ini ditambah lagi dengan mindset masyarakat 12
MPA 355 / April 2016
Ria Damayanti, SH, MM Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Jawa Timur.
yang seolah malu ketika mendapati anggota keluarganya menjadi pecandu, sehingga muncul keengganan melaporkannya ke BNN karena khawatir ditangkap. Padahal sudah ada peraturan bersama antara BNN, Kepolisian, Kejaksaan, Kemenkum HAM, Kemesos dan Kemenkes. Bahkan dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 pasal 54 disebutkan, bahwa pecandu dan
penyalahgunaan wajib direhabilitasi sosial dan medis. Dalam pasal selanjutnya, yakni pasal 55 menyebutkan dengan detil, bahwa jika pecandu narkoba masih dibawah umur merupakan kewajiban orangtua untuk mendampingi. Dan jika dewasa bisa datang sendiri untuk melaporkan diri. “Sekali lagi, jangan takut ditangkap. Justru dengan datang akan disembuhkan melalui program direha bilitasi. Itupun tanpa dipungut biaya,” beber mantan staf Bidang Hukum Polda Jatim ini. Sejatinya BNNP Jatim tak henti-hentinya memberikan pemahaman kepada mayarakat. Ini sangat penting. Sebab dari sanalah bisa diputus mata rantai penyebaran narkoba. “Jadi janganlah takut untuk melaporkan demi kebaikan bersama. Ini demi memutus mata rantai penyebaran narkoba,” ucapnya penuh harap. Selain itu, BNNP Jatim juga menyerukan kepada keluarga agar fungsinya dimaksi malkan. Terutama dalam pengawasan. Apalagi pengguna narkoba saat ini tak saja berla tar belakang keluarga disharmoni, tapi justru banyak ditemukan pecandu yang berasal dari keluarga baik-baik. Disinilah pentingnya penanaman nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada anggota keluarganya sejak dini. “Selain itu pola komunikasi antara orangtua dan anak harus ditingkatkan kuali tasnya,” tukas mantan Kepala BNN Kabu paten Tulungagung ini mewanti-wanti. •Pri
LIPUTAN KHUSUS
Penerapan Had atau Ta’zir bagi Pelaku LGBT Dunia medis mencap perilaku LGBT sebagai peyakit. Tapi dari dari sudut pandang ilmu sosial, perilaku tersebut sebenarnya dilakukan atas kesadaran. Menurut Prof. Dr. Warsono, MS, dalam kontruksi sosial disebutkan bahwa dalam berperilaku, bergaya dan bersikap selalu dilakukan secara sadar. “Asumsi dasarnya, tindakan orang melakukan sesuatu dengan sadar pasti memiliki alasan dan tujuan,” tuturnya.
M
enurut Rektor Universitas Negeri Surabaya ini, yang perlu ditelisik lebih jauh lagi adalah apakah tujuan serta dasar argumentasi para pelaku LGBT sebenarnya. Jika dalam dunia hiburan tanah air banyak bertebaran karakter laki-laki gemulai, jelas tujuannya demi menarik pemirsa yang ujungnya adalah persoalan rating. Sosok lelaki yang memerankan perem puan ini, tak hanya terjadi di panggung hiburan modern. Tapi juga dalam kesenian tradisional ludruk. Hal itu dilakukan agar lebih menarik dan lebih mudah untuk melakukan improvisasi. “Seksualitas itu selalu saja menarik untuk dibicarakan. Dan ketika peran perempuan itu diperankan perempuan, tentu ekplorasinya sangat terbatas,” tukasnya. Di pentas hiburan, karakter pria gemulai ini menjadi kenyataan sendiri. Meskipun diluar panggung para pelaku berkehidupan secara normal. Namun maraknya fenomena LGBT akhir-akhir ini cukup mengkha watirkan. Apalagi dengan nada kampanye mereka beralasan, bahwa orientasi seksualnya merupakan sesuatu yang alamiah. Padahal secara kodrati Tuhan menciptakan lakilaki dan perempuan dengan ciri fisik dan kencenderungan yang berbeda. Lalu muncul wacana yang dikembangkan aktivis LGBT, bahwa menjadi laki-laki atau perempuan itu merupakan pilihan masingmasing orang. Memang dalam teori sosial, orang berhak menkongkontruksi dirinya menjadi apa. “Jika itu dilakukan secara tertutup bisa jadi tidak masalah. Persoalan muncul justru ketika dilakukan secara terbuka. Sebab bisa menjadi problem sosial,” tutur lelaki kelahiran Boyolali 19 Mei 1960 ini mengingatkan. Menurut mantan Dekan Fakultas Ilmu
Prof. Dr. Warsono, MS Rektor Universitas Negeri Surabaya.
Sosial Unesa Surabaya ini, gerakan yang terbuka inilah yang harus dikendalikan agar tidak berkembang. Sebab jika dibiarkan akan mengganggu harmoni sosial selama ini. Apalagi orientasi seks menyimpang ini tidak sesuai dengan noma serta nilai agama. Ketika norma di masyarakat itu masih kuat, tentu penyimpagan seksual cukup dikenai sanksi sosial. Namun ketika tatanan masyarakat ini tidak ada, maka di sinilah diperlukan kehadiran negara berupa perundang-udangan. Kita juga seharusnya mendidik masyarakat dulu supaya mereka itu lebih perduli. “Karena bagaimanapun mereka adalah kontrol dari norma sosial,” ujar Penulis Buku ‘Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen’ ini menyerukan.
Membendung gerakan LGBT tidak harus dengan perang urat saraf dan opini. Sebab melalui media pembelajaran edukatif bisa dilakukan. “Tanpa harus memperkelankan ikon LGBT yang justru menjadi kampanye gratis. Melalui media ini bisa dipelajari bagaimana struktur keluarga yang normal,” papar Ratno Abidin, MPd. Menurut Ketua Prodi PG-PUD FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya ini, dengan media pembelajaran edukatif siswa usia PAUD bisa menggunaknnya. Sehingga dengan alat ini diharakan sejak dini anak sudah mengenali jender sejak dini. Sebab menurutnya, sejak usia tiga tahun anak memang perlu dikonstruksi untuk menjadi heteroseksual. Ada sekitar 50 permainan anti LGBT yang telah dibuat oleh para mahasiswa UM Surabaya. Ada berbagai media dengan mengusung beragam tema. Seperti permai nan bentuk rumah yang dilengkapi dengan boneka yang membentuk struktur keluarga seperti ayah, ibu, kakak laki-laki, kakak perempuan, adik laki-laki dan perempuan. Ada juga pohon keluarga, serta boneka lakilaki dan perempuan yang lengkap dengan aksesoris khas masing-masing. Adapun ide awal pembuatan APE tersebut, adalah munculnya keresahan di kalangan masyarakat dengan wabah LGBT akhir-akhir ini. Hal itu makin diperparah dengan pembiasan informasi terkait kelompok dengan penyimpangan seksual. Apa yang dilakukan para mahasiswa adalah sebuah usaha untuk mengingatkan para orang tua, agar menjaga anak-anaknya dengan mengawasi media pembelajaran sejak dini. “APE ingin menegaskan pentingnya MPA 355 / April 2016
13
LIPUTAN KHUSUS Lantaran itulah, anggota bidang Komuni kasi Informasi Pemuda Muhammadiyah Surabaya ini mengingatkan pentingnya peran orangtua dalam pengasuhan putraputrinya. Namun kecenderungan orangtua modern saat ini – dengan alasan kesibukan – lebih mempercayakan pengasuhan anaknya kepada pembantu maupun tempat penitipan anak. “Padahal sebenarnya guru yang terbaik adalah orangtua,” tandasnya. Pro kontra menyikapi fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) hingga kini masih menyeruak. Padahal Majelis Ulama Indonesia telah memberikan fatwa terkait persoalan tersebut. “Lesbian, Gay dan Biseksual secara tegas MUI mengharamkannya. Karena
Ratno Abidin, MPd Ketua Prodi PG-PUD FKIP Universitas Muhammadiyah
membuat media pembelajaran yang ramah terhadap anak dan jauh dari konstruksi LGBT,” beber Ratno – panggilan karibnya – memberikan alasan. Media pembelajaran juga bisa digunakan sebagai alat deteksi dini kecenderungan anak. Misalnya dalam bermain ataupun memilih mainan. Jika ditemukan sikap dan perilaku tidak wajar, anak bisa langsung diberikan pengertian dan diarahkan sejak awal. “Sebab cara pandang, sikap pilihan orientasi seks anak ketika dewasa itu juga dipengaruhi bagaimana dirinya mendapatkan pemaha man ketika usia balita,” tandasnya.
KH. Abdussomad Buchori Ketua Umum MUI Jawa Timur
memang agama sendiri mengharamkannya,” tutur KH. Abdussomad Buchori. “Dengan demikian, jangan pernah memberdebatkan lagi legalitas LGBT,” tegasnya. Ketua Umum MUI Jawa Timur ini menjelaskan, dalam Fatwa MUI Nomer 57 tahun 2014 disebutkan bahwa para pelaku homoseksual (gay dan lesbian) dan biseksual dikategorikan sebagai bentuk kejahatan atau jarimah. “Karena bentuk kejahatan, maka para pelaku harus diberikan had atau ta’zir,” jelasnya. “Jika korban dari kejahatan homoseksual, sodomi dan pencabulan adalah anak-anak, maka pelakunya harus dikenakan hukuman seberat-beratnya hingga hukuman mati,” imbuh Wakil Ketua MUI Pusat ini. MUI berharap pemerintah tidak mele gal kan keberadaan komunitas homo sek sual serta komunitas lain yang memiliki orientasi seks menyimpang. Apalagi sampai melegalkan perkawinan sejenis. Untuk men cegahnya, pemerintah harus terus melakukan pencegahan terhadap makin meluasnya wabah LGBT ini dengan sosialisasi dan rehabilitasi. Selain itu, MUI juga mendesak DPR ber sama pemerintah segera menerbitkan pera turan perundang-undangan yang membe rikan hukuman berat bagi pelakunya. Sifat hukumannya adalah zawajir dan mawani’. Artinya, sebuah hukuman yang mampu membuat pelakunya menjadi jera dan men cegah orang lain untuk melakukannya. Lelaki kelahiran Mojokerto 3 April 1943 ini mengusulkan, agar aktivitas seksual menyimpang tersebut masuk sebagai delik umum. Sebab perilaku ini merupakan bentuk kejahatan yang menodai martabat luhur kemanuasiaan. “Maka saya jadi heran ketika ada tokoh yang justru mendukung gerakan LGBT atas nama Hak Asasi Manusia,” imbuh ayah 4 anak ini menyesalkan. Padahal nash al-Qur’an dan teks Hadits sudah jelas-jelas melarang perilaku seks menyimpang tersebut. Bagi mantan Ketua Jam’iyyah Qurro’ wal Huffad Pusat ini, memang tidak dibenarkan melakukan diskriminasi bagi pelaku LGBT. “Yang diperlukan mereka adalah rehababilitasi, bukan justru membenarkan perilakunya,” tukasnya. Oleh sebab itu, dia mewanti-wanti agar jangan ada lagi upaya mengkaburkan sesuatu yang sudah jelas hukumnya dalam agama. Sehingga hukum yang sudah jelas menjadi bias. Ini justru akan membingungkan umat. Padahal sudah sangat mendesak mem bentengi umat dari pengaruh LGBT. “Saya berharap agar para orangtua lebih mem perketat pengawasan putra-putrinya. Jika tidak ingin buah hatinya terjangkit penyakit seksual yang terlaknati ini,” tandasnya mewanti-wanti. •Laporan: Suprianto, M. Tajudin Nurcholis, Rasmanna Rahem (Surabaya).
14
MPA 355 / April 2016
LIPUTAN KHUSUS
Rio Haryanto
Prestasi Gemilang Generasi Emas Siapa yang tak kenal Rio Haryanto? Pria kelahiran Solo 22 Januari 1993 ini, adalah orang Indonesia pertama yang mampu mengikuti olahraga adu balapan jet darat; Formula 1. Ini bukan balapan mobil amatir. Sebab kecepatan mobil bisa mencapai hingga 300 km/jam. Disamping membutuhkan konsentrasi tinggi, olahraga ini meniscayakan ketepatan dalam mengambil keputusan.
Di
balik kegarangannya melintasi race di ajang bergengsi, ternyata Rio – begitu dirinya biasa dipanggil – mempunyai sisi religius. Terlahir dari pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati, dia tumbuh sebagai bocah Muslim. Tak heran jika sisi religiusitasnya ter bawa juga ke dalam arena balapan. Sebelum melenggang ke F1, sudah menjadi kebiasaan Rio untuk menempelkan kertas bertuliskan ayat Kursi di sisi kanan kockpitnya. Saat memulai mengendarai kuda besinya, Rio terbiasa membaca ayat kursi ter sebut. Dengan membaca ayat tersebut, mem buat dirinya lebih merasa tenang saat tampil sekaligus mengingat kepada Allah SWT. Rio memang seorang Muslim yang taat. Ketika balapan berlangsung pada bulan Ramadhan, dia tetap menjalankan puasa. Itu terjadi saat mengikuti ajang GP2 series yang berlangsung di Inggris. Padahal waktunya sepanjang 18 jam, karena berbukanya pukul 10 malam. Dulu, ketika berharap-harap cemas menunggu keputusan untuk bisa tampil atau tidak di ajang F1, pemuda murah senyum ini juga memperbanyak tahajjud. Dengan doa-doa yang dipanjatkannya, kini keinginan
untuk berlaga di F1 terbukti dapat dijalani. Di sisi lain, bungsu 4 bersaudara ini dikenal kepedulian sosialnya juga cukup tinggi. Salah satu buktinya, dirinya memiliki sebuah Pondok Pesantren dan Panti Asuhan yang terletak di Solo. “Sejak 2003, Kakekku punya lahan di Solo. Awalnya membangun Masjid, kemudian ada ide untuk mendirikan Pondok Pesantren dan Panti Asuhan,” tutur Rio bersahaja. Di pondok pesantren ini banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh anak-anak, mulai dari Taman Kanak-kanak hingga Seko lah Dasar. Tak jarang juga di waktu senggang rehat balapan, Rio dan keluarga mengadakan santunan sekaligus meminta doa kepada anak yatim yang diasuhnya. Kini dirinya tengah mengikuti ajang F1, yang diawali di sirkuit Albert Park Melbourne Australia. Meski masih panjang perjuangan itu, masyarakat seantero Indonesia tumpah ruah memberikan dukungan kepadanya demi mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Tak saja Rio Haryanto. Indonesia juga pantas berbangga dengan nama Muhammad Alfatih Timur. CEO kitabisa.com ini masuk tokoh muda yang membuat perubahan besar
lingkungan sosial. Selama berbulan-bulan Forbes, majalah bisnis terkemuka di dunia, mencari 300 anak muda terbaik dan tercerdas yang dianggap membawa perubahan. Dari ribuan nominasi, Muhammad Alfatih Timur menjadi salah satu dari 30 nama yang dipilih. Kitabisa.com dilaunching pada 6 Juni 2013. Ini merupakan website penggalangan dana secara online untuk berbagai donasi. Kitabisa.com melakukan assesment dan verifikasi untuk setiap pengguna yang akan menggalang dana, serta mewajibkan setiap penggalangan dana untuk memberikan laporan penggunaan dana kepada donatur. Timmy – panggilan akrabnya –telah me nangani berbagai proyek sosial yang diusul kan masyarakat. Setelah memeriksa kelaya kannya, materi tersebut ditayangkan di situsnya. Masyarakat lantas mengumpulkan uang dengan besaran yang beragam. Uang yang terkumpul kemudian digunakan untuk pembiayaan proyek yang diusulkan masya rakat tersebut. Timmy menyebut kitabisa.com sebagai “penghubung kebaikan”. Pihaknya ber tanggungjawab mengawal proyek hingga ter danai dan memberikan uangnya. Diantara proyek yang telah sukses dikawal, adalah MPA 355 / April 2016
15
LIPUTAN KHUSUS Wakaf Qur’an untuk kaum marjinal dan parsel untuk penderita kusta. Pria kelahiran Bukittinggi 1991 ini, sesungguhnya pemuda biasa saja. Pendidikan SD diselesaikan di Painan, SMP di Lubuk Basung dan SMA di Padang. Ketika menjadi mahasiswa FE UI, aktivitasnya memang sangat padat. Dua bidang yang paling disu kainya, adalah politik dan bisnis. Keduanya diselaraskan menjadi marketing politik. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengaku, bahwa dia sangat fokus pada isu kemiskinan. Dirinya sering terharu jika melihat realita kemiskinan yang ada. “Target saya menciptakan bisnis sosial berskala besar yang dapat memberikan dam pak sosial sekaligus menciptakan profit,” akunya. “Jangan hidup seperti lilin. Mampu menerangi sekitarnya, tapi lambat laun justru meleleh,” tegasnya. Untuk menjadi seorang entrepreneur, tuturnya, tak harus dimulai dari ide besar. Tapi bisa dari ide-ide kecil. Yang penting, action. “Jadi, tak usah takut untuk memulai. Jalani yang bisa dilakukan,” tukasnya serius. “Pastikan ide itu menjadi nyata. Perjelas konsep dari ideide cemerlang itu, lalu launching meski ide itu sederhana saja,” katanya. Lalu tips untuk menjadi sukses? Mulailah dari sumber masalah. Libatkan diri kita ke dalam masalah tersebut. Lantas tetapkan hati dan teguhkan jiwa dalam masalah tersebut. Lalu lakukan aksi untuk memecahkan masalah itu. “Jangan lupa memelihara keber lanjutan aksimu, agar tidak timbul masalah yang sama untuk kedua kalinya,” selanya. “Pastikan kamu menuntaskan pekerjaan sampai benar-benar selesai. Dan teruslah belajar dan jangan pernah berhenti, sampai mati,” ujarnya. Prestasi gemilang juga diraih Muhammad Kusrin. Meski cuma lulusan SD, dia mahir merakit TV dari barang bekas komputer yang tak terpakai. Kemahiran itu dimulai ketika dia merantau ke Jakarta menjadi kuli bangunan. Di waktu senggang dirinya gemar mengotakatik perkakas eletronik dan berburu barang elektronik bekas di Jatinegara. Barang-barang rongsokan itu diperbaikinya sendiri. Setelah balik ke kampung halaman, Kusrin membuat pemancar radio amatir. Lewat komunikasi radio inilah, dia menemu kan komunitas hobi bongkar elektronik. Diapun ikut nimbrung bekerja pada seorang rekannya yang memproduksi TV tabung. Sambil bekerja, Kusrin bereksperimen mengubah monitor komputer menjadi TV. Eksperimennya ini ditekuninya hingga lima tahun lamanya. Lalu dia berhenti bekerja dan memu tuskan untuk membangun bisnis sendiri. Pada 2011 dia mengajukan perizinan ke kabupaten dan provinsi untuk mendirikan industri TV rakitan baru. Usaha perakitan TV tabung milik Kusrin perlahan bangkit dengan bendera ‘UD Haris Elektronik’. Dengan 16
MPA 355 / April 2016
terbukti melanggar pasal 120 ayat 1 UU Republik Indonesia nomor 3 tahun 2014 tentang perindustrian. Dengan pelanggaran tersebut, dirinya dijatuhi hukuman enam bulan denda masa percobaan satu tahun disertai denda sebesar Rp 2,5 juta. Kusrin merasa iba dan kasihan dengan 30 karyawannya. Otomatis selama proses hukum, tidak ada aktifitas pekerjaan di rumahnya. “Semua berhenti total, tidak produksi. Anak isteri mereka kan juga butuh makan,” keluhnya. Kusrin mengaku tengah mengajukan izin usahanya kepada pemerintah. Sayang nya, sebelum proses perizinan turun, dia keburu ditangkap oleh pihak kepolisian. Dia sangat berharap agar SNI segera bisa keluar, sehingga karyawannya bisa mendapatkan penghasilan lagi. Kasus Kusrin mencuat di sosial media. Alfatih Timur
Kusrin
dibantu satu orang pekerja, Kusrin mempro duksi tiga merek TV; Maxreen, Veloz dan Zener dengan varian 14 dan 17 inci. Harganya berkisar antara 400 ribu hingga 800 ribu. Belakangan televisi rakitan tersebut semakin laris dan permintaan semakin tinggi dari berbagai daerah. Karyawannya bertambah jumlahnya, dari satu orang menjadi 12 orang pada 2012 dan berlipat lagi hingga 30 orang pada 2015. Dalam sehari Kusrin mampu memproduksi 150 unit TV atau empat hingga lima ribu unit per bulan. Namun sayangnya, usahanya tersebut justru mengantarkannya kepada masalah hukum. Produk televisinya dianggap ba rang ilegal karena tanpa izin SNI. Lantas barang-barang itupun dimusnahkan pihak berwenang begitu saja. Pria asal Karanganyar Jawa Tengah inipun diputus bersalah, karena
Ramai-ramai orang memperbincangkannya. Riuh-rendah pemberitaan itulah, yang justru menghantar perakit televisi asal Karanganyar ini diundang ke Istana Merdeka. Dia ditemui langsung oleh Presiden Jokowi didampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin. Disaat itulah Muhammad Kusrin menerima peng hargaan SPPT-SNI (Sertifikat Produk Peng gunaan Tanda-Standar Nasional Indonesia) Cathode Ray Tube TV. Setelah keluar dari masalah hukum yang menjeratnya, Kusrin dapat tersenyum lega. Sertifikat SNI telah dikantongi. “Saya senang, sudah plong dan lega. Apalagi mengurus sertifikat SNI ini mudah dan murah. Seka rang saya dapat fokus kembali bekerja,” ujarnya. “SNI ini untuk tiga merek TV saya; Veloz, Zener dan Maxreen,” ucapnya bangga. •Il, Syam, Pri/berbagai sumber
Zawiyah
Tong Kosong Berbunyi Lagi
P Ilung S. Enha
enghuni setia serambi rumah Mbah Kiai Ngarip, tengah asyik mendengarkan cerita Kang Badrul tentang ‘Aliran Suci’ di Probolinggo. Tampak Kang Jamari, Kang Kamijan dan Kang Slamet manggut-manggut. Cuma Firdaus yang wajahnya kelihatan kurang bersahabat. Dirinya kurang suka dengan omongan Badrul yang terlalu memojokkan aliran tersebut. “Lha masak shalat kok memakai bahasa Jawa? Ini kan payah. Jelas-jelas ngawur!” ujar Kang Badrul sewot. “Tapi kita nggak bisa sertamerta menyalahkannya begitu saja, Kang!” sergah Firdaus. “Lho?! Shalat itu ibadah tauqifiyah, Yus. Sudah tetap ketentuaannya. Tak boleh ditambah-tambah, tidak boleh ada yang mengintervensinya!” tegas Kang Badrul dengan suara agak meninggi. “He..he.. ‘Aliran Suci’ kok malah menodai kesucian Islam,” tukas Kang Kamijan menggeleng-gelengkan kepala. “Tapi Kang, kita juga perlu mengkaji terlebih dahulu apa yang menjadi spirit mereka..” kilah Firdaus. “Kamu ini aneh, Yus. ‘Aliran Suci’ itu jelas-jelas menyimpang, kok masih dibela-bela. FKUB dan MUI setempat sudah menyatakan, bahwa aliran tersebut jelas-jelas menyimpang dari Syariat Islam,” tandas Kang Badrul geram. “Tapi spirit mereka kan bagus tho, Kang?” ujar Firdaus. “Bagus bagaimana tho, Yus?” tanya Kang Jamari terbengong-bengong. “Spirit mereka memakai bahasa Jawa itu, agar bisa memahami dan menghayati yang dibacanya. Lha kalau nggak paham dengan yang dilafadhkan, bagaimana sampeyan bisa shalat dengan khusyu’?” tanya Firdaus yang membuat Kang Jamari terdiam. “Kalau soal itu kan bisa dipelajari di luar shalat, Yus. Lha kalau terjemahannya juga dibaca dalam keadaan shalat, itu namanya sedang latihan shalat,” sela Kang Slamet yang membuat Firdaus juga tersudut. “Eeh, tapi begini.. Kang. Apa sampeyan-sampeyan semua sudah mengerti arti bacaan-bacaan shalat yang saban hari sampeyan lakukan?” semua terdiam saling pandang. Sementara Kang Badrul justru mendongakkan wajah. “Kalau aku ya jelas-jelas ngerti, Yus. Sejak awal-awal di pesantren aku sudah hafal terjemahan seluruh bacaan shalat yang ada,” kata Badrul yang agak jengkel mendengar ucapan Firdaus. “Kalau begitu.. kenapa shalat sampeyan kok cepatnya kayak orang sedang senam pagi,” tukas Firdaus yang membuat Kang Badrul terdiam seribu bahasa. “Lho, berarti khusyuk tidaknya orang shalat itu tak tergantung pada ngerti-tidaknya arti lafadh yang dibacanya, ya?” tanya Kang Kamijan lugu. Pembicaraan mereka tiba-tiba terhenti. Mbah Kiai Ngarip keluar dari rumahnya dengan santai. Duduk mereka bergeser sedikit memberi ruang kepada Mbah Kiai untuk berdampingan dengan mereka. “Ada apa tho ini.. kok suasananya jadi tampak serius begini,” tanya Mbah Kiai Ngarip dengan senyum. “Ini lho Mbah Kiai.. kami tadi sedang memperbincangkan tentang shalat dengan bahasa selain Arab,” kata Kang Jamari berterur terang. “Oooh.. itu. Ya sudah jelas, tho.. harus sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: shalatlah kalian semua sebagaimana kalian melihat aku shalat,” tegas Mbah Kiai Ngarip mantap. “Di zaman Nabi SAW dulu, tak sedikit sahabat yang berdarah non-Arab sehingga kesulitan melafadhkan hurufhuruf Arab. Namun Rasulullah tak memberi keringanan agar memakai bahasanya masing-masing,” paparnya. “Salman al-Farisy berasal dari Persia, namun Rasulullah tak menyuruhnya shalat dengan bahasa Persi. Syuhaib arRumi berasal dari Romawi, tetapi beliau tak pernah membolehkannya shalat dengan bahasa Romawi. Juga Bilal bin Rabah yang berasal dari Habasyah, Afrika. Namun Rasulullah SAW tidak pernah memberi keringanan untuk shalat dengan bahasanya sendiri,” ungkap Mbah Kiai Ngarip mencontohkan. “Lha kalau al-Fatihah dan suratnya bahasa Arab lalu disambung dengan terjemahannya, Mbah?” tanya Kang Slamet membuat yang lain terhenyak. “Terjemah al-Quran itu bukan al-Quran, sehingga tidak boleh dibaca dalam shalat. Seperti halnya bahwa al-Quran itu adalah mukjizat. Sedangkan terjemahannya itu bukanlah mukjizat,” terang Mbah Kiai. “Tapi kalau itu dimaksudkan Sang Imam agar makmumnya bisa lebih mengerti, Mbah? Kan mayoritas makmum tidak mengerti bahasa Arab tho, Mbah..” tanya Firdaus menimpali. “Makmum itu kan bukan objek imam tho, Yus. Imam dan makmum itu sama-sama subjek dalam shalat untuk bersama-sama menghadap Allah SWT secara ikhlas, thuma’ninah, tawadhu’ dan khusyuk,” tandas Mbah Kiai Ngarip. “Lagi pula dari setiap terjemahan itu cenderung terjadi distorsi, sehingga tak bisa sama persis antara terjemah yang satu dengan terjemah lainnya,” jelasnya. Firdaus, Kang Kamijan, Kang Badrul, Kang Slamet dan Kang Jamari manggut-manggut. Mereka kini jadi semakin paham kenapa shalat harus memakai bahasa Arab. “Aliran-aliran yang shalat dengan bahasa selain Arab dulu sudah pernah muncul, lantas masuk ke tong sampah dan kini muncul lagi. Latar belakangnya sama. Sama-sama kuat semangat keagamaannya tapi miskin ilmu,” ujar Kiai Ngarip. “Itu namanya.. tong kosong berbunyi lagi!” celetuk Kang Slamet yang disambut tawa berbarengan. Dan tawa merekapun keburu disergap senyap malam. MPA 355 / April 2016
17
INSPIRASI
Pembasmi Bakteri Susu Karya Siswa Madrasah Ingin produksi susu sapi bebas bakteri? Beranjangsanalah ke MTsN 1 Malang. Sebab dua siswi dari madrasah ini telah menemukan alat yang mampu membunuh bakteri tanpa mempengaruhi produktivitas sapi. Alat ini berfungsi untuk membasmi bakteri mastitis pada susu sapi. Namanya Mastitis Therapeutic Technology: Innovation of Dairy Cows Matitis Therapeutic Tool Trough Electroporation Technology.
M
eski namanya panjang dan ter dengar agak rumit, tapi sesunguhnya alat tersebut sangat se derhana. Berbentuk box seukuran smartphone dengan ketebalan sekitar 1 cm dan dilengkapi dengan layar LCD. Di bagian atasnya, terdapat dua panel yang berfungsi untuk mengatur frekuensi dan besaran voltase. Sedangkan di bagian bawah kotak ajaib berwarna abu-abu ini terdapat colokan dua kabel berwarna merah dan hitam. Sedangkan penggunaannya sendiri sangat simpel. Cukup hubungkan alat dengan aki kering sudah siap digunakan. Tinggal mengatur frekuensi ke angka 2000 Hz dan voltase pada bilangan 9 Volt. Lalu ujung dua kabel warna hitam dan merah yang hanya memiliki panjang 30 cm tersebut ditempelkan ke ambing sapi. Adapun proses terapi cukup dilakukan selama 8 menit pada pagi dan petang selama 4 hari-berturut-turut “Proses sterilisasi susu dengan alat ini langsung pada sapinya tidak menunggu susu diperah terlebih dahulu. Jadi praktiskan?” ujar Lailatul Chusniah bernada promosi. Alat hasil kreasi siswa inipun sudah 18
MPA 355 / April 2016
diuji Laboratorium di Universitas Brawijaya. Selain itu, telah dilakukan Uji Lapangan di peternakan daerah Dau dan Pujon Malang selama dua minggu. Menurut guru pembimbing Karya Ilmiah Remaja (KIR) MTsN Malang ini, alat elektro radiogram ini merupakan solusi terbaik yang ada saat ini. Sebab untuk menghilangkan bakteri, selama ini peternak memakai antibiotik kimia yang justru bisa mengkontaminasi susu yang dihasilkan sapi. Dalam jangka panjang bahkan bisa mempengaruhi produktivitas susu.
Kelemahan lain antibiotik kimia, harganya terlalu mahal. Selain itu, setelah proses injeksi, untuk beberapa saat sapi tidak bisa diperah susunya. Tentu ini merugikan peternak. Tak hanya itu, antibiotik kimiawi ini juga meninggalkan residu setelah pengobatan. “Berbeda dengan alat kami. Selain biayanya murah juga tidak menimbukan efek samping,” ucapnya bangga. Dengan beragam keunggulan tersebut, tak heran jika pada ajang Indonesia Science Project Olympiade (ISPO) 2016 di Semarang pada 20-21 Februari 2016 lalu mampu unjuk gigi. Tak tanggungtanggung, karya Amelia Putri Wulandari dan Nalita Livia Chandradevi ini menyabet medali emas kategori Teknologi. Dan kini, MTsN 1 Malang tengah mem persiapkan alat pembasmi bakteri sapi ini untuk mengikuti ajang serupa di Thailand yang berlangsung pada 24-30 Juli mendatang. “Dari disain awal, kini para siswa terus menyempurnakannya. Dan semoga di Thailand besok mampu berbicara banyak,” tukas Laili – panggilan karibnya – penuh harap. •Pri
CAHAYA HATI
Memaafkan Isteri yang Bersikap Kasar
S
uatu saat, ada seorang tamu pria mengun jungi Khalifah Umar bin AlKhaththab. Ia bermaksud mengadukan keburukan perilaku isterinya yang acapkali berkata kasar dan keras kepada suaminya itu. Sebelum mendapat izin masuk ketempat Sang Khalifah, orang itu berdiri di depan pintu menunggu Khalifah keluar. Tiba-tiba terdengar oleh tamu itu, suara isteri Kalifah Umar (dari dalam rumah dengan jelas) yang mengeluarkan kata-kata kasar dan keras kepada Sang Khalifah. Khalifah diam saja, tanpa berkomentar sepatah kata pun. Tidak menjawab umpatan isterinya itu. Mengetahui hal yang demikian itu, sang tamu tiba-tiba merasa malu. Beberapa saat kemudian ia lantas membalikkan langkah seraya bergumam, ” Jika demikian keadaan Umar bin Al-Khaththab yang terkenal keras dan tegas, apalagi ia seorang khalifah (dalam menghadapi isterinya), betapa pula dengan saya”. Ketika tamu itu sudah berbalik langkah hendak kembali pulang kerumahnya; Khalifah Umar (ayahanda Hafshah, isteri Rasulullah Saw) keluar dan melihat orang itu. Lantas Sang Khalifah memanggilnya seraya bertanya, ”Apa keperluanmu wahai saudaraku?” ”Wahai Amirul Mukminin”, jawab orang itu selepas mengucapkan salam dan berbagi sapa sejenak dengan Khalifah yang dihormatinya itu. ”Sebenarnya saya datang untuk mengadukan kepada Khalifah perihal keburukan perilaku isteri saya. Tapi ketika saya sampai disini, saya mendengar langsung isteri Khalifah ternyata bersikap demikian juga kepada Khalifah. ’Jika demikian keadaan Amirul Mukminin dengan istrinya, betapa pula keadaan saya dengan isteri saya’. Saya pun mambatalkan niat saya tersebut dan bermaksud akan pulang”. ”Wahai saudaraku! Saya memafkan isteri saya karena beberapa sebab : ia adalah juru masak makananku, membuatkan roti untukku, mencucikan pakaianku, dan menyu sui anak-anakku. Padahal semua itu tidak wajib atas dirinya. Selain itu, ia menenang kan hatiku dari perbuatan haram. Karena itu, saya memaafkannya,” ucap Khalifah menje laskannya. ”Wahai Amirul Mukminin ! Demikian pula halnya dengan isteri saya”, ucap sang tamu. ”Maafkanlah isterimu, wahai sauda raku. Itu tidaklah lama kok!”, saran Sang Khalifah (yang kala remaja pernah bekerja sebagai penggembala domba itu). Betapa gembiranya sang tamu mendapat pengarahan demikian, langsung dari Sang Khalifah. Segera ia pamit memohon diri kepada Sang Khalifah untuk kembali ke
rumahnya. Dan sejak itu, orang tersebut tak pernah bersikap dan bertindak keras terhadap isteri tercintanya. Dalam sambutan perdananya, ketika Umar bin Al-Khaththab diangkat sebagai Khalifah, beliau berdoa yang diselipkan dalam pidatonya, ”Ya Allah Yang Maha Kuasa. Aku seorang yang keras, karena itu jadikanlah aku berhati lembut ; aku ini lemah, karena itu karuniailah aku kekuatan. Kini, orang-orang Arab bagaikan unta-unta binal, sedangkan kekang kendali mereka berada di tanganku. Lihatlah, aku akan menjaga mereka agar tetap diatas jalan mereka”. Riwayat diatas, mengisyaratkan bahwa sejelek apapun perangai seorang isteri, ia adalah isteri kita juga. Berada dalam tanggung jawab kita, untuk memperbaikinya. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari seorang suami dan keluarganya. Begitu juga sebaliknya. Disamping kelemahan dan kekurangannya pasti terselip kelebihan dan kebaik annya. Mendidik, membina, melu ruskan, membangun komunikasi positif, saling memahami, menghargai, meng hormati, saling melengkapi, membantu dan menutupi; serta saling memaafkan kesa lahan diantara keduanya sebagai wujud pengendalian emosi; adalah lebih utama ketimbang menghadapinya dengan kekerasan dan kekasaran yang dapat berujung pada pasal kekerasan dalam rumah tangga (kdrt). ”Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka” (QS. 2 : 187). Kekerasan yang dibalas dengan kekerasan hanya akan berujung pada dendam dan keke cewaan. Sebaliknya kekerasan yang dibalas dengan kelembutan dan permaafan dapat
melahirkan kesadaran, kasih sayang, dan ke muliaan. Dan itulah bagian dari ciri orang yang bertaqwa. ”Dan, jika kamu memaafkan, itu adalah lebih dekat kepada taqwa” (QS. 2 : 237). Berkaitan dengan ”kemauan memaafkan” ini, Dr. Frederic Luscin dalam bukunya Forgive for Good, seorang doktor dalam konseling dan kesehatan psikologi dari Stanford University USA, telah mengadakan sebuah penelitian bersama tim-nya. Melibatkan 259 orang peserta yang tinggal di San Franscisco. Para peserta diminta menghadiri enam sesi khusus. Setiap sesi memakan waktu satu setengah jam. Dalam setiap sesi, mereka diberi pemahaman tenang keutamaan memberi maaf dan mereka diminta memberikan maaf kepada orang yang telah melakukan kesalahan kepada mereka. Akhirnya hasil penelitian menyimpulkan, bahwa ”memberikan maaf merupakan satu resep yang dapat menjamin kesehatan dan kebahagiaan seseorang. Karena hal tersebut dapat meredakan perasaan marah, mengendalikan stres, serta mencegah kegundahan hati”. Demikianlah, walaupun Khalifah Umar dikenal bertemperamental keras dan tegas, tetapi hatinya dihiasi dengan kelembutan (sesuai dengan doa yang dipanjatkannya kepada Allah Swt). Sehingga beliau dapat memahami isterinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan akhirnya bisa memaafkan isterinya. Wallaahu ’alaam. (ref. pesan indah dari mekkah dan madinah – ar. Usmani : 2008 dan al-quran for life excellence – dz.abidin : 2008 dan kitab al-quranul karim) •Ahar MPA 355 / April 2016
19
di Era Global Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku´lah bersama orang-orang yang ruku´ (QS. Ali Imran [3]: 42-43)
D
alam Tafsir Al-Maraghi Juz 1, 2, dan 3, halaman 264, ayat tersebut di atas dijelaskan bahwa Allah Swt telah memilih pelayanan (Maryam) untuk Baitul Maqdis, membebaskan diri Maryam dari aib jasmani dan ruhani. Memberikan kekhususan pada Maryam dengan mela hirkan seorang Nabi tanpa disentuh lelaki. Dan, mengutamakan Maryam di atas semua kaum wanita pada segala zaman. Hal ini didukung pula oleh sabda Rasulullah Saw: “Penghulu kaum wanita penghuni surga ialah Maryam binti Imran, kemudian Fatimah, kemudian Khadijah, dan kemudian Asiyah isteri Fir’aun”. Di dalam ayat ke 43 berikutnya, Allah Swt berfirman: Taatlah kamu (Maryam) kepada Tuhanmu, dan berdoalah dengan segala kerendahan hati bersama orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan, memang, Maryam tetap tinggal di dalam mihrabnya melakukan ibadah. Dari tafsir Al-Maraghi tersebut dapat diambil pelajaran bahwa, Maryam adalah wanita pilihan Allah. Bahkan, putri Imran ini mencurahkan waktunya untuk kemakmuran Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) –masjid, tempat transit Rasulullah Saw saat Isra’ Mi’raj. Maryam adalah wanita suci, tak pernah tersentuh lelaki. Lebih dari itu, Maryam adalah wanita utama dan popular dengan aktifitasnya pada zamannya. Lebih menakjubkan, Maryam adalah seorang wanita yang taat kepada Allah, taqarrub, rendah hati. Suka bergaul dengan orang-orang ahli shalat, dan dia sendiri adalah ahli ibadah dan suci. Betapa hebatnya, bila wanita Indonesia di 20
MPA 355 / April 2016
Era Global ini memiliki sifat dan kepribadian seperti Maryam binti Imran itu. Bisa dipastikan, bahwa negara dan bangsa akan menjadi teratur, ramah, dan sopan, serta aman tentram damai. Terhindar dari keresahan, kegaduhan, dan pertikaian –yang biasanya bersumber dari pengaruh perempuan. Bagaimana sebenarnya peranan wanita Islam dalam berkiprah? Peranan wanita dalam keluarga Keluarga, merupakan fondasi dasar penyebaran Islam. Dari keluarga, muncul pemimpin-pemimpin yang memperjuangkan ajaran Allah. Akan datang bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimah Allah. Peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum wanita. Wanita sebagai seorang istri Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegun dahan, sang istri pula yang dapat menenangkannya. Dan, ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri yang dapat menye mangatinya. Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami, melainkan sang istri yang dicintainya. Mengenai hal ini, ada baiknya mencontoh apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah Saw di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah Saw merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?
Raden Adjeng Kartini
“Demi Allah, Allah tidak akan menghi nakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturrahmi, me nanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaq ‘alaih) Tidak ada pangkat tertinggi melainkan pangkat seorang Nabi. Tidak ada ujian yang paling berat selain ujian menjadi seorang Nabi. Untuk itu, tidak ada obat penenang bagi Rasulullah dalam mengemban amanah nubuwahnya melainkan istri yang sangat dicin tainya. Sampai-sampai ketika Aisyah cemburu kepada Khadijah, dan berkata “Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?” Lantas Rasulullah marah dan bersabda: “Bagaimana engkau berkata demikian? Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendus takanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak mambantuku, dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan.” (HR Ahmad dengan Sanad yang Hasan). Demikian kecintaan Rasulullah kepada Khadijah. Dan, demikian seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluar ganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya. Percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulit. Ini peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukan hal yang wajib dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin. Isteri dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan suami. Perbuatan seperti itu adalah hal yang sangat mulia. Wanita sebagai seorang Ibu Tidak ada kemulian terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita, melainkan perannya menjadi seorang Ibu. Bahkan Rasulullah bersabda ketika ditanya oleh seseorang:
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. AlBukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447) Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah kaum ibu. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu. Mari kita simak perkataan seorang shahabiyah, Khansa, ketika melepaskan keempat anaknya ke medan jihad. “Wahai anak-anakku, kalian telah masuk Islam dengan sukarela dan telah hijrah berdasarkan keinginan kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah putra dari ayah yang sama dan dari ibu yang sama, nasab kalian tidak berbeda. Ketahuilah bahwa sungguh akhirat itu lebih baik dari dunia yang fana. Bersabarlah, tabahlah dan teguhkanlah hati kalian, serta bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung. Jika kalian menemui peperangan, maka masuklah ke dalam kancah peperangan itu. Raihlah kemenangan dan kemuliaan di alam yang kekal dan penuh kenikmatan” Keesokan harinya, masuklah keempat anak tersebut dalam medan pertempuran dengan hati yang masih ragu-ragu. Lalu, salah seorang dari mereka mengingatkan saudarasaudaranya akan wasiat yang disampaikan oleh ibu mereka. Mereka-pun bertempur bagaikan singa dan menyerbu bagaikan anak panah dengan gagah berani dan tidak pernah surut setapak pun hingga mereka memperoleh syahadah fii sabilillah satu per satu. (Sirah Shahabiyah hal 742, Pustaka As-Sunnah) Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka. Maka, semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu. Demikian peran mulia seorang ibu. Tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak -melainkan peran mendidik anakanaknya menjadi anak yang diridhai Allah dan Rasulnya. Karena, anak-anaknya sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya. Bukankah, banyak dikalangan orangorang besar, bahkan sebagian para imam dan ahli ilmu merupakan orang-orang yatim.
Yang hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Dan lihatlah hasil yang di dapatkannya. Mereka berkembang menjadi seorang ahli ilmu dan para imam kaum muslimin. Misalnya, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al-Bukhori dll, adalah para ulama yang dibesarkan hanya dari seorang ibu. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anakanak mereka dalam kebaikan. Tentu para pembaca tahu dengan Imam Shalat Masjidil Haram, Asy-Syaikh Abdurrahman Sudais. Apa yang melatarbelakangi beliau menjadi Imam shalat Masjidil Haram? Tidak lain adalah karena harapan dan doa dari ibu beliau. Seorang ibu yang terus menerus memotivasi anaknya untuk menjadi imam
Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau. HR. Al-Bukhari No. 5971 dan Muslim No. 6447
masjidil haram, telah membuat tekad Syaikh Sudais kecil menjadi besar. Membuatnya bersemangat untuk menghafalkan al-Qur’an dan selalu berusaha agar keinginannya dan keinginan ibunya tercapai untuk menjadi Imam Masjidil Haram. Pembaca tentu pernah pula membaca kisah seorang tabi’in Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi. Seorang ulama yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk berjihad selama 30 tahun. Dia hidup bersama ibunya. Dengan bekal yang diberikan oleh sang ayah, namun dihabiskan hanya untuk pendidikan anaknya oleh ibunya. Menjadikan sang anak berkembang menjadi seorang ulama dan pemuka Madinah. Majelis ta’limnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Abu Hanifah, An-Nu’man, Yahya bin Sa’id AlAnshari, Sufyan as-Tsauri, Abdurrahman bin Amru Al-Auza’i, Laits bin Sa’id dan lainnya. Hal ini karena pengaruh dari seorang ibu yang shalehah yang mendidik anaknya dengan sangat baik.
Ini adalah segelintir kisah-kisah yang mengagumkan akan pengaruh yang amat besar dari seorang ibu. Dan, masih banyak kisah lain jika kita mau mencari dan membacanya. Karenanya, jika para wanita sadar akan pentingnya dan sibuknya kehidupan di keluarga, niscaya mereka tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusi hal-hal di luar keluarganya. Apalagi berangan-angan untuk menggantikan posisi laki-laki dalam mencari nafkah. Peranan wanita dalam masyarakat dan Negara Wanita, disamping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai peran lain di dalam masyarakat dan Negara. Jika ia adalah seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut. Namun, dengan batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi. Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan Negara. Ia punya peran masing-masing yang tentu berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi. Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan. Atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin. Namun, tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah. Misalnya, Shahabiyah Ummu Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan. Jika kita melihat akan keutamaan yang diberikan Allah untuk kaum wanita, maka jelaslah bahwa wanita merupakan tumpuan dasar kemuliaan suatu masyarakat, bahkan Negara. Masyarakat atau Negara yang baik dapat terlihat dari baiknya perempuan di dalam Negara tersebut. Begitu pula sebaliknya. Karenanya, peran wanita, baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan peran yang sangat agung. Tidak sepantasnya kaum wanita meremehkannya. Persamaan gender yang didengungkan oleh kaum Barat, tidak lain adalah untuk menghancurkan fondasi keislaman seorang muslimah. Sehingga ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita. Ingatlah, pemimpin yang adil dan generasi yang baik akan muncul -seiring dengan baiknya kaum wanita pada waktu tersebut. Contohlah Maryam binti Imran. •AS MPA 355 / April 2016
21
Emansipasi
Kedok Kebebasan Perempuan Bicara emansipasi wanita, tidak lepas dengan Kartini. Seorang wanita priyayi Jawa yang memiliki pemikiran maju di masanya. Namanya, diangkat menjadi penggerak emansipasi wanita Indonesia. Berkat surat-surat korespondennya kepada sahabat Belanda -kemudian diangkat menjadi sebuah buku berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’.
B
ila disimpulkan arti Emansipasi, dan apa yang dimaksudkan oleh Kartini adalah -agar wanita mendapatkan hak pendidikan seluas-luasnya dan setinggitingginya. Agar wanita juga di akui kecer dasannya. Diberi kesempatan yang sama untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimi likinya. Wanita tidak merendahkan dan di rendahkan derajatnya di mata dunia. Dalam hal ini tidak ada perkara yang menyatakan bahwa wanita menginginkan kesamaan hak keseluruhan dari pria. Karena, pada hakikatnya pria dan wanita memliki kelebihannya masing-masing. Lantas sekarang, emansipasi dijadikan kedok ‘kebebasan’ para wanita. Menjadi sangat miris bila pengertian emansipasi wanita ini lantas di anggap sebagai pemberontakan wanita dari kodrat kewanitaannya. Wanita melupakan ‘kewanitaannya’ dan lebih menun jukkan keperkasaannya secara fisik. Notabene, bukan ‘lahannya’. Namun, memaksakan agar ‘diakui’. Saat wanita lupa bahwa selain cerdas di luar sana juga harus cerdas di dalam rumahnya. Emansipasi wanitapun dijadikan kedok untuk memperdagangkan diri dalam balutan kontes putri dan ratu dengan tameng menguji kecerdasan kontestannya. Apakah hubungannya kecerdasan yang dinilai dalam balutan baju seksi dan wajah mempesona ? Dan ada juga yang menjual kecantikan untuk memperoleh ‘nilai’ lebih dalam hal pendidikan, pekerjaan, bahkan status sosial. Suatu bentuk pelacuran terselubung yang malah menghancurkan derajat wanita dimata pria. Lantas di mana letak kebanggaan seorang wanita ? Jadi, apa arti emansipasi bila akhirnya hanya menjadi olok-olokan. Merendahkan martabat kaum wanita itu sendiri? 22
MPA 355 / April 2016
Sejarah bangsa merupakan catatan pengalaman perkembangan bangsa. Pri bahasa mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Oleh karena itu bangsa yang mau maju sudah tentu harus belajar sejarah. Kalau bangsa ini ingin memiliki masyarakat wanita yang maju, sesuai dengan cita-cita dan perjuangan Kartini, maka sejarah Kartini perlu dicermati kembali. Sebab kalau
tidak, perjuangan para Kartini masa kini bisa saja kurang sesuai lagi dengan apa yang menjadi cita-cita ibu Kartini. Walaupun sekarang ini sudah banyak wanita Indonesia yang berpendidikan tinggi dan menduduki jabatan penting di berbagai instansi. Perjuangan Kartini dilatar belakangi kehidupan para wanita pada zamannya. Pada umumnya hanya menjalankan kehidupan sebagai ibu rumah tangga. Apa yang dikerjakan ibu rumah tangga pada waktu itu juga terbatas pada tugas menjalankan fungsi sebagai istri. Mengasuh anak, mengurus dapur, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Kartini melihat para wanita pada waktu itu tidak memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan kaum lelaki untuk mengenyam pendidikan tinggi. Dalam kondisi seperti itu, Kartini juga melihat adanya kesen jangan intelektual di antara suami istri dalam hal pendidikan. Padahal untuk bisa mem bentuk keluarga yang baik, terutama dalam mendidik anak, selain diperlukan seorang ayah yang berpendidikan tinggi, juga diper lukan seorang ibu berpendidikan tinggi pula. Dari latar belakang sejarah perjuangan Kartini -sudah jelas bahwa arah perjuangan Kartini adalah memajukan kaum wanita yang dimulai dari pendidikan. Kartini tidak pernah menganggap pekerjaan sebagai ibu rumah tangga -sebagai pekerjaan yang lebih rendah daripada pekerjaan yang dilakukan oleh kaum lelaki. Dalam perjuangannya untuk memajukan kaum wanita Indonesia -antara lain melalui buku yang ditulis dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Ternyata Kartini mendapat dukungan penuh dari suaminya. Ini artinya perjuangan Kartini tidak dimaksudkan untuk bersaing atau mengalahkan kaum lelaki.
Sisi lain yang sangat penting dari kenyataan tersebut adalah suami Ibu Kartini adalah seorang lelaki yang hidup pada zaman dulu, tapi berpikir maju dan modern. Dukungan terhadap istrinya -menunjukkan bahwa suami Ibu Kartini sangat mengerti kalau perjuangan hak azasi adalah perjuangan universal -yang tidak perlu memandang jenis kelamin. Sikap suami Ibu Kartini tersebut -cukup layak dicontoh oleh kaum lelaki Indonesia dalam menyikapi perjuangan emansipasi wanita Indonesia masa kini. Sekarang ini, kita sudah bisa melihat kemajuan para wanita Indonesia. Pekerjaan atau jabatan yang dulu hanya diduduki oleh kaum lelaki, sudah banyak yang diduduki oleh kaum wanita. Berbagai pekerjaan atau jabatan, mulai dari pegawai negeri/swasta, pilot, pengacara, notaris, dokter, direktur, menteri, bahkan sampai jabatan presiden sudah bisa diperankan oleh wanita Indonesia. Pertanyaan yang mungkin perlu dire nungkan adalah, apakah peran sebagai ibu rumah tangga pada zaman sekarang ini dianggap lebih rendah daripada peran sebagai wanita karir ? Apakah wanita yang tetap memilih kehidupan sebagai ibu rumah tangga dapat dianggap sebagai ketinggalan zaman? Perlu diingat kembali, pada zaman dulu -saat belum banyak bermunculan wanita karir, para ibu rumah tangga sangat menguasai paling sedikit 2 macam keteram pilan yang tidak banyak dikuasai kaum lelaki, yaitu memasak dan menjahit. Memasak dan menjahit, dua pekerjaan yang sangat penting bagi pertumbuhan generasi yang sehat, jasmani dan rahni.
Kebebasan dari emansipasi adalah kebebasan dari perbudakan, persamaaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Misal, persamaan hak -seperti kaum wanita dengan kaum pria. Di zaman modern seperti sekarang ini banyak kaum wanita menganggap bahwa emansipasi menunjukkan tidak ada lagi diferensiasi antara kaum wanita dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Masalah inilah yang timbul dan saat ini menjadi kendala besar untuk meningkatkan martabat kaum wanita. Padahal, menurut ilmu histories, pelopor emansipasi kaum wanita R.A Kartini menguraikan bahwa emansipasi bertujuan untuk membebaskan kaum wanita dari perbudakan dan keterbelakangan. Misal, pada pada waktu dijajah oleh bangsa Belanda kaum wanita tidak diperbolehkan untuk sekolah seperti kaum pria. Kaum wanita pada waktu itu hanya dijadikan budak penjajah dan mengurusi semua keperluan dapur. Maka dari itu, emansipasi dijadikan sebagai tonggak baru untuk mengangkat dan memajukan derajat kaum wanita. Beliau mendirikan sebuah sekolah yang khusus untuk kaum wanita. Dewasa ini emansipasi seringkali disalah artikan. Emansipasi sering kali menjadi alasan yang dicari bagi kaum perempuan. Khususnya, remaja putri untuk mendapatkan kebebasan seluas-luasnya, dan seringkali berlebihan kadarnya. Kita bisa melihat fakta-fakta yang terjadi di era ini, seperti riset yang dilakukan yang menyatakan bahwa dari data yang dihimpun dari 100 remaja, terdapat 51 remaja
perempuannya sudah tidak lagi perawan. Hasil Riset ini disampaikan oleh Sugiri kepada sejumlah media dalam Grand Final Kontes Rap dalam memperingati Hari AIDS sedunia di lapangan parkir IRTI Monas, Minggu (28/ 11/2010). Sugiri juga merincikan bahwa di Sura baya perempuan yang sudah tidak perawan lagi mencapai 54%. Di Medan 52%, serta Bandung mencapai 47%. Data ini dikumpulkan selama kurun waktu 2010 saja. Selain itu, lebih ekstrim lagi jika kita mem bicarakan pelacur-an anak gadis di bawah umur. Wajah lugu dan pikiran yang masih polos diracuni oleh paham-paham hidup senang secara itu. Sungguh mengerikan. Paham itu ditanamkan orang tua mereka sendiri. Akibatnya, tidak jarang ditemui, orang tua yang tega menjual anaknya demi materi. Selebihnya dilakukan sendiri oleh si perem puan muda tersebut dengan ala san untuk mendapatkan hidup yang lebih layak dan untuk menghidupi orangtuanya di rumah. Perbuatan ini tanpa mereka sadari telah menjatuhkan harga diri perempuan secara global. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah dan jasajasa pahlawannya” ujar Bung Karno. Kita seharusnya dapat memanfaatkan emansipasi perem puan yang sudah diperjuangkan Kartini dengan sebaik-baiknya. Membekali diri untuk berpartisipasi membangun bangsa ini. Mengharumkan nama kaum perem puan. Menjadikan bangga bangsanya. Tidak menjadi seseorang yang menjatuhkan mar tabatnya sebagai seorang perempuan. •AS
KELUARGA BESAR KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN MOJOKERTO
IKUT BERBELASUNGKAWA YANG DALAM ATAS MENINGGALNYA
Dra. TITIK NOOR HAYATI
NIP. 195707181986032001 JABATAN : PENGAWAS SEKOLAH MADYA PENDAIS PADA TK/RA/SD/MI KEC. PURI PADA HARI RABU, 16 MARET 2016 KEPALA Drs. H. AHMAD RODLI, M.Ag NIP. 195803251990031001
MPA 355 / April 2016
23
Maudlu’i Kontemporer Pengasuh : Prof. Imam Muchlas, MA
01
Mental-Baja dalam Jihad (Masalah Tolikara)
D
an berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (S22 Alhajji 78). Tema dan Sari Tilawah l Orang yang beriman wajib berjihad untuk membela agamanya l Jihad itu tidak boleh lemah-semangat tetapi harus sungguh-sungguh sepenuh daya-kemampuan. l Islam itu warisan agama dari Nabi Ibrahim, muslim. l Nabi dan umat nabi menjadi saksi terhadap seluruh manusia. l Orang Islam wajib shalat, membayar zakat dan berjihad dengan mental-baja sangat militant. l Allah itu pengayom orang beriman Pengayom yang paling ideal. Masalah dan analisa jawaban 1. Apa makna Jihad yang sebenarnya? Jawaban hipotetis: Jihad itu ialah maksi ma lisasi perjuangan yang sungguhsungguh untuk mentaati hukum Allah.
24
MPA 355 / April 2016
2. Apa kaitan antara Jihad fi Sabilillah dengan Perang-Sabil? Jawaban hipotetis: Perang-Sabil itu sebagian dari Jihad fi Sabilillah; Beda antara keduanya bahwa Jihad itu ialah puncak semangat semua perjuangan untuk mematuhi hukum Allah mencakup seluruh lini kehidupan manusia. Adapun Perang-Sabil itu jihad dalam arti seperti pengertian diatas ini, jika jihad ini mendapat perlawanan lawan dengan persenjataan perang, sehingga jihad harus dilakukan dengan persenjataan-perang sehingga dapat mengalahkan musuh tersebut. 3. Bagaimanakah gerak-perjuangan kita dalam Jihad dijaman yang sekarang ini? Jawaban hipotetis: Dengan berlangsungnya Perang-Salib tahun 1292, yang akhirnya dimenangkan orang Islam, maka kaum Salib melanjutkan Perang Salib dahulu itu dan diperkeras lagi sesudah jatuhnya Turki Usmani tahun 1924M bukan dengan peralatan perang saja, tetapi mereka gerakkan apa yang dina makan dengan GhazwulFikri. Dan Ghazwul-Fikri itu ialah Perang Kebudayaan; Perang atau konfrontasiKebudayaan dan ini mirip dengan Jihad fi Sabilillah dalam arti yang seluas-luasnya. Pendalaman dan penelitian BAB SATU Jihad itu Berjuang Apa makna Jihad yang sebenrnya? Jawaban hipotetis: Jihad itu ialah maksimalisasi berjuang yang sungguhsungguh untuk mentaati hukum Allah, terurai sebagai berikut:
(1) Pengertian Jihad # Jihad secara bahasa artinya ialah usaha dengan menumpahkan seluruh daya ke mampuan dan kekuatan mengejar obyek tujuan yang dikehendaki.. # Jihad menurut istilah syar’i, ialah mencu rahkan segala daya kekuatan dalam berjuang menjunjung tinggi kalimat Allah mencakup seluruh lini kehidupan, sehingga dalam hal ini dinamakan JIHAD AKBAR. # Jihad dalam arti khusus ialah Perang-Sabil seperti makna jihad tersebut diatas dengan peralatan senjata perang sebab lawan menentang Islam dengan senjata tempur. Para 'ulama` menyatakan bahwa Jihad secara umum meliputi kehidupan indivi dual maupun masyarakat luas dalam seluruh lini kehidupan, kemasyarakatan, politik, ekonomi, adu kekuatan mental, fisik, mela wan musuh yang indrawi sampai yang tidak kelihatan, maka namanya Jihad Akbar. (2) Jihad Akbar Jihad Akbar disebut dalam Al-Quran dan & hadis di beberapa tempat:
Maka janganlah kamu mengikuti orangorang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur’an dengan jihad yang besar” (s25 Al-Furqan 52) (Lihat pula QS 9 At-Taubat 73). Dan itulah tempat kembali yang seburukburuknya” (S9 At-Taubat 73). Jihad dalam ayat ini tidak mencakup perang melawan orang munafik, sebab menghadapi kaum munafik itu perlu taktik dan strategi yang tepat. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” S29 Al-‘Ankabut 69) Ibnu Katsir mencatat hadis Ibnu Abi Hatim dari Ibnu ‘Abbas bahwa Jihad itu pertempuran yang menyeluruh mencakup
semua masalah-masalah dalam hidup. Dan lebih lanjut dijelaskan sbb: Makna dan maksud lafal jihad ialah “Sangat tekun Lillahi Ta’ala, menekan hawa nafsu mengatasi hambatan, melawan setan dan bala tentara setan, orang kafir yang menyerang, sehingga jihad itu mencakup seluruh lahan kehidupan”. Jihad yang sebenarnya ialah jihad dengan tangan, dengan lisan, dengan hati bahkan sampai usaha yang paling sederhana dapat dimasukkan jihad, jika dikerjakan dengan kesungguhan yang maksimal. Jihad dengan hati ialah suka duka hati memegang teguh iman; Jihad hati, jihad lisan difahamkan dari hadis Nabi Saw:
Abdullah bin ‘Amru r.a. berkata: “Datanglah seorang laki-laki kepada Nabi Saw lalu dia meminta izin untuk ikut berjihad. Maka Nabi Saw bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Iya”. Maka beliau bersabda: “Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti)“ (HR Bukhari no. 2728 dan Muslim no. 4623). Beberapa amalan sederhana dapat menjadi jihad, berdasarkan hadis berikut:
“Dari Abu Hurairah ia berkata; Nabi Saw bersabda: “Orang yang memberi kecukupan kepada para janda dan orang-orang miskin atau orang yang berdiri menunaikan shalat malam (Qiyamullail) dan berpuasa siang harinya”, maka ia seperti halnya seorang mujahid di jalan Allah (HR Bukhari no. 4934). (3) Perkembangan dan arah tujuan jihad Jihad digerakkan oleh Nabi Saw mulai awal masa hijriyah, yaitu berwujud gerakan dakwah yang mengkhususkan pembinaan mental untuk berbuat adil dan penyamaan derajat social-umat selain takwanya, yaitu antara penguasa dengan orang-awam, bangsawan dengan kaum pariya, pakar dengan kaum bersahaja, kyai yang zuhud dengan santri biasa, antara hamba dengan tuan Rasulullah Saw. bersabda dalam hadis riwayat Ahmad:
Allah berfriman:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (S 5 Al-Maidah 8). Kita semua harus bersiap-siap meng hadapi lawan yang menghambat agama Allah, baik yang kelihatan maupun yang tidak terlihat, firman Allah: “Abu Nadhrah telah menceritakan kepada kami orang yang pernah mendengar khutbah Rasulullah Saw pada hari tasyriq, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non Arab) dan Tidak ada kelebihan bagi orang ‘ajam atas orang Arab, Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?” mereka menjawab: Rasulullah Saw telah menyampaikan. *Rasulullah Saw bersabda: “Hari apa ini?” mereka menjawab: Hari haram. *Rasulullah Saw bersabda: “Bulan apa ini?” mereka menjawab: Bulan haram. *Rasulullah Saw bersabda: “Tanah apa ini?” mereka menjawab: Tanah haram. *Rasulullah Saw bersabda: “Allah mengharamkan darah dan harta kalian diantara kalian (aku (Abu Nadhrah) berkata; Aku tidak tahu apakah beliau menyebut kehormatan atau tidak)- seperti haramnya hari kalian ini, di bulan ini dan di tanah ini.” Rasulullah Saw bersabda: “Apa aku sudah menyampaikan?” mereka menjawab: Rasulullah Saw telah menyam paikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir” (HR Ahmad no.22391).
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (S8 Al-Anfal 60). Islam tidak menerapkan dakwah dengan mengedepankan masuk Islam-nya obyek sasaran dakwah, tetapi yang lebih dahulu dilakukan ialah pembinaan mental umat masyarakat supaya menjunjung tinggi nilainilai keadilan, sosialisme, HAM. Jika musuh melawan dakwah Islam dengan kekerasan dan senjata maka berlakulah firman Allah, pembalasan perang dengan perang menurut aturan hukum perang dalam Islam:
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (S2 Al-Baqarah 190). Bersambung...
MPA 355 / April 2016
25
PROFIL Dr. H. Abd. Wakid Evendi, S.Ag, M.Ag
Terus Berkarya ala Kepompong
B
ekerja dalam kesunyian. Itulah model kerja Dr. H. Abd. Wakid Evendi, S.Ag, M.Ag selama ini. “Sebab dalam kensunyian kita akan merengkuh nilai hakiki kehidupan,” tutur Kepala Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam pada Bidang Penais Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini berfilosofi. Bekerja model ini laksana kepompong. Meski di luar tampak diam dan tak sedap dipandang mata, tetapi dia terus berproses. Ketika pada saatnya berevolusi menjadi kupu-kupu, maka nampaklah keindahannya. “Sebagai penyuluh sudah seharusnya meniru kepompong. Harus senantiasa bekerja dan berkarya meski berada diluar hingarbingar dinamika birokrasi,” ujar lelaki kelahiran Lamongan 10 september 1970 ini. “Nah, ketika seorang penyuluh mampu membuktikan kapasitasnya, tentu saja akan menjadi sosok mempesona yang menjadi incaran siapapun,” imbuhnya. Sebagai penyuluh, dia merasakan betul pahit manisnya menjalani profesi tersebut. Selain tantangan yang tak mudah saat terjun di masyakarat, ternyata masih saja ada yang memandang sumir. Bahkan ada yang menyamakan profesi mulia ini dengan penyulu
atau pemburu katak. “Entah karena namanya hampir sama, namun yang jelas pedas sekali didengarnya,” tukasnya memendam rasa kecewa. Meski demikian, tak berarti suami Khurotul Lailiyah, S.Kep.Ns ini dihinggapi kemarahan yang berlebih. Olokan itu justru menjadi semacam amunisi untuk lebih serius menjalankan tugas sebagai Penyuluh Agama di tengah masyarakat.
Drs. H. Pardi, M.Pd.I
Guru adalah Thariqah Saya
M
enjadi guru madrasah merupakan impiannya. Bagi Drs. H. Pardi, M.Pd.I, kemuliaan terbesar dalam hidup adalah mejadi guru. “Bagi saya, guru adalah panggilan jiwa dan merupakan profesi yang sambung dengan Rasulullah,” tuturnya bersahaja. Lantaran itulah, tak heran jika lelaki kela hiran Tuban 29 Juli 1969 ini langsung mengabdi di madrasah selepas menyelesaikan pendidikan sarjana. Tak hanya mengajar, dirinya juga tercatat sebagai pendiri hingga pengurus yayasan. “Saya juga dipercaya sebagai Kepala MI Khoirul Huda Pabean Sedati,” beber ayah empat anak ini. Namun amanah sebagai Kepala Madrasah terpaksa untuk sementara harus diletakkan. Sebab pada tahun 2000, dirinya diangkat sebagai guru PNS di lingkungan Kankemenag Kab. Pasuruan. Apalagi tempat kerja barunya ini berada nun jauh di dataran tinggi Bromo. Tak heran, jika dia berangkat pukul 5 pagi dari rumahnya di Sedati menuju SDN Tosari 1 dan 2. Setelah dua tahun berselang, dirinya bisa sedikit bernafas lega karena dimutasi di dataran lebih rendah yakni 26
MPA 355 / April 2016
SDN Puspo yang berjarak 20 km di bawah Tosari. Setelah hampir 3 tahun mengabdi sebagai guru agama di lingkungan Sekolah Dasar Negeri, tawaran untuk kembali ke pangkuan madrasah menghampirinya. Sontak saja, ini disambutnya dengan suka cita. “Waktu itu saya tak berpikir panjang mau ditempatkan di mana. Yang terpenting bagi saya adalah mengajar di
“Sebelum mendatangai desa binaan, saya harus menghabiskan waktu sebulan untuk menghabiskan berpuluh-puluh buku tetang penyuluhan,” tukas Penyuluh Teladan Tingkat Provinsi Jawa Timur dari Kankemenag Kabupaten Sidoarjo ini. “Ini saya lakukan karena saya benarbenar ingin memahami betul tupoksi saya,” katanya serius. Pada masa awal menjadi penyuluh, putra pasangan H. Moh. Anwar dan Sutikah ini harus menghabiskan waktu selama dua bulan penuh berkeliling ke desa binaan. Dari sana, akhirnya dia menemukan mutiara terpendam yang jika dikelola dengan baik akan menjadi kekuatan luar biasa. “Saya melihat banyak masjid dan TPQ yang belum dikelola dengan baik. Padahal jika ini dimenej secara seksama akan menjadi sarana efektif dalam membina umat,” ungkap Doktor lulusan Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya ini. Dengan riset inilah, kemudian dirinya menata ulang TPQ di Kecamatan Candi yang merupakan daerah binaannya. Melalui Forum Komunikasi Kepala TPQ yang digagasnya, menjadikan Sidoarjo sebagai satu-satunya di Indonesia yang memiliki TPQ terakredetasi. Sedangkan di masjid binaannya, dosen Pascasarjana Unsuri Surabaya ini menata manajemen dan menyusun kurikulum khutbah. “Saya kira sebagai penyuluh, kita tidak boleh berpangku tangan. Tapi harus senantiasa terus bekerja dengan ikhlas. Adapun hasilnya, serahkan saja kepada Allah,” pungkas Penyuluh Teladan II tingkat nasional tahun 2010 ini. •pri
madrasah. Karena itulah khittah saya,” ucapnya dengan mata berbinar. Sebagai rasa syukur, dia bertekad untuk mewakafkan diri dan mendedikasikan penuh loyalitasnya untuk madrasah. Tak sia-sia, pengabdian Mantan Ketua KKG MI Kabupaten Pasuruan ini didaulat sebagai Kepala MIN Bulusari Pasuruan pada 2007. Setelah lima tahun mengabdi di sana, kini dirinya mendapatkan promosi sebagai Kepala MTsN Prigen Pasuruan hingga 2012. Setelah itu, dia dipercaya sebagai Kepala MTsN Bangil Pasuruan. Selama hampir 16 tahun mengabdi sebagai pendidik, dia sangat menikmatinya. Bahkan kalaupun harus mengakhiri pengabdian sebagai guru madrasahpun dirinya rela. Sebab baginya, menjadi guru laksana meniti jalan ibadah kepada Tuhan. “Saya merasa.. guru adalah thariqah saya,” katanya lirih. Namun siapa yang bisa mengelak takdir. Tepat 1 tahun 2 bulan lebih 12 hari menahkodai MTsN Bangil, dirinya dilantik sebagai Kepala Seksi Kesiswaan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Prov. Jatim. “Meski secara formal tidak sebagai guru lagi, toh saya masih mengajar di beberapa kelompok pengajian. Lagi pula tupoksi saya yang baru kan masih bersinggungan dengan madrasah,” pungkasnya lega. •pri
Suasana Bussines Days yang dilakukan oleh santri yang berminat di entrepreneurship.
Pondok Pesantren Al Ihsan Nganjuk
Mengasah Jiwa Entrepreneur Via Business Day Membentuk jiwa entrepreneur perlu dilakukan sedini mungkin kepada para santri. Sebab jiwa bisnis itulah, yang membuat mereka siap terjun ke masyarakat tanpa bergantung pada orang lain. Pondok pesantren Al-Ihsan Baron Nganjuk memformat pendidikan entrepreneurship dalam bentuk pendampingan dan pembelajaran di kelas dan praktek lapangan.
S
ebagai pesantren yang memiliki visi ke depan mencetak pengusaha sukses yang berkah melimpah, selalu mendorong santrinya agar mengimplementasikan pendi dikan entrepreneur tersebut ke ruang nyata di masyarakat. “Para santri diperkenalkan bisnis dan pembentukan karakter, serta logikalogika bisnisnya,” ujar KH. Drs. Ikhsan Abadi, M.E.I. “Ini mengingat Muslim yang kuat lebih dicintai Allah dibandingkan dengan Muslim yang lemah,” tegasnya. Menurut Ketua Majelis Kiai PP AlIhsan ini, logika-logika yang ada di dunia bisnis agak berbeda dengan logika lainnya – seperti logika hukum misalnya. Dalam logika bisnis, orang bisnis diibaratkan sebagai pengambil kebijakan untuk masa depan. Sedangkan dirinya tidak tahu masa depan nanti seperti apa. Ibarat penembak burung, tapi burungnya terbang. Sedangkan logika hukum, ada kejadian baru memikirkan apa hukumnya. “Kalau orang bisnis menunggu kejadian, tentu akan terlambat. Jadi, harus visioner,” ujarnya meyakinkan. Di pondok yang berdiri tahun 2012
KH. Drs. Ikhsan Abadi, M.E.I. Ketua Majelis Kiai PP Al-Ihsan, Nganjuk.
ini, para santri yang rata-rata berusia sekolah menengah pertama dan atas sudah dikenalkan dengan dunia bisnis. Setidaknya aktivitas entrepreneurship ini diperoleh santri di setiap hari Sabtu. Dibimbing oleh coach entrepreneur yang mumpuni, para santri diajarkan bagaimana mempersiapkan bisnis yang akan dijalani. Mulai dari merencanakan, memenej, mempresentasikan, hingga eksekusi dan evaluasi terhadap bisnis yang mereka lakukan. Santri-santri yang berminat di bagian ini, diarahkan bagaimana membuat perencanaan bisnis yang baik. Pada langkah awal, mereka harus menuangkannya dalam bentuk proposal perencanaan. Di dalamnya terinci perencanaan mulai dari latar belakang hingga berapa modal yang harus dikeluarkan, sehingga benar-benar terencana bisnisnya. Proposal ini kemudian dipresentasikan dan dinilai apakah layak untuk diaplikasikan di lapangan ataukah tidak. Praktek bisnis di lapangan juga kerap dilakukan oleh santri. Salah satu bentuknya, pada momen-momen tertentu digelar business MPA 355 / April 2016
27
Para santri mempersiapkan daging qurban untuk pembagian hewan Qurban. Salah seorang santri sedang memperesentasikan proposal bisnisnya di depan ustadz.
Pusat Aqidah dan Qurban Aqiqah Berkah, salah satu tempat belajar entrepreneur santri.
Selain ilmu teoritis bisnis, santri juga diajari bagaimana membuat produk, salah satunya membuat Coffe MIX.
day. Di arena ini, mereka menjajakan barangbarang atau makanan ringan yang diperoleh dengan membuat sendiri atau bekerjasama dengan orang lain. Para pembelinya, adalah teman mereka sendiri dan juga wali santri yang kebetulan berkunjung ke pesantren. “Ajang ini sekaligus sebagai tempat mengasah keterampilan dan pembelajaran sekaligus merasakan bagaimana menjalankan bisnis, meski masih skala kecil,” ujarnya. Selain itu, unit bisnis aqiqah ‘’berkah’’ yang dipunyai pondok pesantren, juga tidak disia-siakan sebagai tempat pembelajaran para santri. Unit tersebut cukup representatif untuk belajar, mengingat bisnis aqiqah pondok ini sudah mempunyai cabang di tiga kota; yaitu Jombang, Madiun dan Tulungagung. Dari banyaknya masyarakat yang dilayani, sehingga perputaran bisnisnya cukup tinggi. Standarisasi yang diterapkannyapun cukup apik. Baik dari sisi pemesanan, ukuran kambing, serta proses pemasakan dan pengirimannya. ‘’Proses pengiriman di sini mempunyai standard maksimal 1 jam sampai 28
MPA 355 / April 2016
di tempat. Oleh karenanya, dicari cabang yang paling dekat dengan pemesan,’’ ungkap pria asli Ngawi ini menerangkan. Pada bisnis aqiqah tersebut, santri-santri yang sudah tingkat SMA dimagangkan untuk mengelola bisnis dari sisi administrasi. Mereka terlibat langsung di kantor yang tak jauh dari lokasi pesantren. Pembelajaran ini sangat menguntungkan, karena masih satu yayasan pengelolaannya dengan pondok pesantren. Dengan begitu pengaturan waktunya dapat fleksibel dan tidak mengganggu aktivitas santri di pondok. “Mereka bisa mengamati secara langsung sehingga tahu bagaimana seandainya membuat yang serupa di luar,’’ ungkapnya bernada harap. Ke depan, pondok pesantren yang bercitacita santrinya mencapai 10.000 anak di tahun 2030 ini berencana mendirikan Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Disamping untuk pengelolaan keuangan riel secara Islami, tempat ini nantinya juga dijadikan sebagai tempat belajar untuk bagaimana mengelola keuangan tanpa riba. “Karena bisnis yang ada pada saat ini tidak lepas dari riba,” terangnya.
Selain sisi entrepreneur, santri juga mendapatkan pengalaman dari sisi yang lain. Terutama saat penyebaran daging qurban atau daging aqiqah yang diamanahkan kepada pondok. Sudah belasan tahun belakangan, pondok pesantren ini memang dipercaya lembaga sosial Peduli Dhu’afa untuk penyebaran ratusan hewan qurban untuk wilayah Nganjuk. Pada momen tersebut biasanya dimanfaatkan dengan melibatkan santri dalam prosesnya. Ini agar para santri bisa lebih dekat dengan masyarakat saat mendistribusikan daging. “Dengan mengetahui kondisi masyarakat, mereka dapat pembelajaran yang benar bahwa masyarakat membutuhkan. Dan setelah lulus nanti, mereka siap menjadi pemimpin di masyarakat,” imbuh mantan dosen Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. Pesantren yang berlokasi di Kabupaten Nganjuk bagian Timur ini, kini juga sedang proses pembangunan pabrik tahu. Di pabrik ini nantinya akan mempekerjakan masyarakat sekitar, sehingga manfaatnya juga akan terasa. Di sisi lain, pondok ini juga memiliki klinik “Dokter Kita” yang siap melayani 24, jam untuk santri, ustadz dan masyarakat sekitar. Setidaknya dalam satu tahun, ada tiga momen pengobatan gratis bekerjasama dengan terapis lain yang dilaksanakan di balai desa setempat. •Syam
LENSA KHUSUS
Kanwil Kemenag Prov. Jatim Siap Jadi yang Terbaik di Indonesia Kanwil Kemenag Prov Jatim menghelat Rapat Kerja Pimpinan yang dipusatkan di Kabupaten Sumenep. Mengambil tema Memperkuat Karakter Kepemimpinan Manajerial dalam Meneguhkan Revolusi Mental, acara ini dilangsungkan pada 16-18 Maret lalu.
R
akerpim 2016 ini sendiri diikuti oleh seluruh pejabat eselon III dan IV di lingkungan Kemenag se-Jawa Timur, perwakilan kepala Madrasah dan KUA di tiap kabupaten/kota, serta perencana dan analis kepegawaian. Selain, pembukaan acara yang dihadiri 106 peserta ini juga dihadiri oleh ketua yayasan serta pengurus RA Perwanida se-Jawa Timur. Yang menjadi kian semarak, Rakerpim ini dihadiri langsung oleh Sekjen Kemenag RI, Prof. Dr. H. Nursyam, MSi. Di hadapan Sekjen Kemenag RI, Drs. H. Mahfudh Shodar dengan tegas menyatakan kesiapannya mewujudkan Revolusi Birokrasi, Zona Integritas serta mengejawantahan 5 budaya kerja di lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Jatim. “Dengan kerja keras serta dibantu ibu-ibu Dharma Wanita, insyaalloh Kanwil Kemenag Prov. Jatim siap menjadi yang terbaik di Indonesia,” tandasnya. Tak hanya itu, dalam Rakerpim yang dihelat di Sumenep 16-18 Maret ini Kakanwil Kemenag Prov. Jatim ini juga memastikan
tahun ini akan mewujudkan penyerapan anggaran yang paling tinggi di Indonesia. Tentu tak sekedar mengejar penyerapan anggaran tinggi semata, tapi juga paling benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Sementara itu, saat menjadi keynote speaker pembukaan rakerpim 2016 di lingkungan Kanwil Kemenag Jatim, Prof. Dr. Nursyam mengingatkan bahwa krisis karakter menjadi tantangan terbesar saat ini. “Saya ingin para penyuluh dan pendidik bisa menjawab permasalahan tersebut serta
menunjukkan bahwa masih ada tempat mendidik karakter bangsa melalui madrasah dan pesantren,” katanya penuh harap. Hal ini menyikapi pemberitaan terjadinya kasus penganiayaan santri di sebuah pesantren beberapa waktu lalu. Menurut mantan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya ini, guru dan penyuluh harus mampu membangun model karakter madrasah dan pesantren yang baik. Hal in demi mengembalikan citra pendidikan agama kembali menjadi baik. Terkait pendidikan karakter, Pejaba Eselon I ini mengutip apa yang disampaikan oleh mantan Wakiil Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar. Menurutnya, diantara kurikulum dalam sejarah pendidikan di Indonesia, yang paling agamis adalah kurikulum K-13. Sebab, banyak memuat pengembangan pendidikan karakter. Di dalamnya memuat kompetensi dasar ilmu agama serta pengamalannya. “Namun sayang, K-13 akan digantikan dengan kurikulum lainnya,” keluhnya dengan wajah kecewa. •pri MPA 355 / April 2016
29
LENSA khusus
PELANTIKAN PEJABAT STRUKTURAL ESELON IV DAN PEMBINAAN ASN KANWIL KEMENAG PROV. JAWA TIMUR Tidak seperti biasanya, hari senin tanggal 29 Pebruari 2016 apel kerja di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur ditiadakan. Sebab pada hari tersebut dilaksanakan Pelantikan Pejabat Struktural Eselon IV di lingkungan Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan Pembinaan ASN.
A
cara yang dilangsungkan di aula Al Ikhlas II Kanwil Kemenag Prov. Jatim tersebut, diikuti oleh pejabat yang akan dilantik, beberapa Kepala Kankemenag kab/kota, para pejabat dan ASN di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Prov. Jawa Timur, serta ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan. Adapun pejabat tinggi yang dilantik, Drs. M. Syamsuri, M.Pd. yang semula menjabat sebagai Kepala Seksi Kesiswaan pada Bidang Pendma menjadi Kepala Seksi Kurikulum dan Evaluasi pada Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Sedangkan Drs. Pardi, M.Pd.I. yang semula sebagai Kepala MTsN Bangil Kab. Pasuruan mendapat jabatan baru sebagai Kepala Seksi Kesiswaan pada Bidang Pendma Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Sementara itu, Maimon, M.Ag kini menjabat sebagai Kepala Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi pada Bidang Pendma Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur, dari yang semula menjabat sebagai Kepala Seksi Pendidikan Diniyah pada Bidang PD Pontren. Drs. Akhmad Sururi, M.Ag, yang semula sebagai Kepala Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah, kini menduduki jabatan barunya sebagai Kepala Seksi Pendidikan Diniyah Takmiliyah pada pada Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Sedangkan Dr. Wakid Evendi, M.Ag yang pernah manjadi Penyuluh Teladan Tingkat Provinsi Jawa Timur dari Kankemenag Kabupaten Sidoarjo, kini memperoleh amanah jabatan sebagai Kepala Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam pada Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Roda perputaran mutasi juga bergulir pada Kankemenag Kabupaten dan Kota. Abdul Rahman, M.Pd.I yang semula menjabat Kepala Seksi Pendidikan Madrasah pada Kankemenag Kota Surabaya, jabatan barunya sebagai Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam pada Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya. Demikian pula Dra. Umi Kholisoh, M.Pd yang semula menjabat Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam pada Kantor Kemenag Kota Surabaya, jabatan barunya sebagai Kepala Seksi Pendidikan Madrasah di tempat yang sama. Sedangkan Muh. Muafaq Wirahadi, M.Pd.I. yang semula menjabat sebagai Kepala Seksi Pendidikan Madrasah pada 30
MPA 355 / April 2016
Kankemenag Kab. Gresik, kini menduduki jabatan baru sebagai Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam pada Kankemenag Kota Surabaya. Sementara Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Kankemenag Kabupaten Gresik kini dijabat oleh Munir, M.Ag, dari yang semula sebagai Kepala Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam pada Bidang Penais Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Drs. Moh. Nasim, M.Pd yang semula sebagai Kepala MAN 2 Gresik, memperoleh jabatan baru sebagai Kepala Seksi Pendidikan Madrasah pada Kankemenag Kab. Gresik. Drs. Samari, MM menjadi Kepala MAN Gresik dari yang semula Guru Muda Bidang Studi Sosiologi pada MAN 1 Gresik. Dan Najib Kusnanto, S.Ag, M.Si yang semula menjabat sebagai Guru Muda Bidang Studi Qur’an dan Hadits pada MAN Surabaya, kini menduduki jabatan baru sebagai Kepala MTsN Bangil kabupaten Pasuruan. Seusai pelantikan Drs. Mahfudh Shodar, M.Ag dalam sambutannya mengharapkan, agar para pejabat yang baru dilantik segera menyesuaikan dengan jabatan barunya. Bila ada kesulitan segera berkonsultasi dengan atasan langsung, sehingga dalam menjalankan tugas tidak salah dalam melangkah. Dan kepada ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan, beliau juga berharap agar mendampingi suami dalam meyelesaikan masalah dan tidak menambah masalah.
Setelah acara pelantikan dilanjutkan dengan Pembinaan oleh Dr. Musta’in, M.Ag selaku Kepala Bagian Tata Usaha pada Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Penjabarannya meliputi pola perekrutan Pejabat Tinggi di lingkungan Kantor Kementerian Agama yang sesuai dengan UU ASN No.1 Tahun 2014. “Saat ini perkrutan pejabat untuk eselon I dan II sudah mutlak melalui lelang jabatan secara terbuka. Artinya, siapapun diperkenankan untuk mengikutinya,” jelasnya. “Sedangkan untuk perekrutan pejabat eselon III ke bawah, dilakukan dengan melalui Panitia Seleksi dan bukan Baperjakat lagi,” tambahnya. Panitia Seleksi terdiri dari personal intern Kementerian Agama dan ekstern misalnya dari BKN, Diknas, Pemda setempat dan yang lainnya. Panitia Seleksai inilah yang akan menentukan assesor. Secara lengkap sistem dan teknis perekrutan pejabat tinggi eselon III ke bawah menunggu PMA yang sampai saat ini belum disyahkan. Selain itu Dr. Musta’in, M.Ag juga menyampaikan pesan dari Sekjen Kemenag RI, agar bersyukur menjadi apapun baik JFU, JFT, maupun Pejabat Tinggi. “Hendaknya kita mengamankan posisi dengan tidak melakukan pelanggaran, karena bila melihat sisi lain dari ASN sekarang tingkat kesejahterannya lebih baik dari sebelumnya,” tuturnya. •Anni
LENSA KHUSUS
Lulusan UN Kerja Paket & Wajar Dikdas Capai 88 Persen Menyongsong pelaksanaan UN tahun 2016, Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Jatim bersiap diri. Salah satu yang dilalukan adalah dengan menggelar Workshop Peningkatan Mutu dan Kompetensi Pendidik dan Kependidikan pada Pendidikan Diniyah Formal dan Wajar Dikdas Angkatan I dan II pada 1-3 Maret lalu.
B
ertempat di Royal Quds Hotel Surabaya, workshop kali ini mendatangkan 100 tutor program Kejar Paket dan Wajar Dikdas di linkup pesantren se-Jatim yang terbagi menjadi dua angkatan. Dengan mendatangkan nara sumber dari praktisi pendidkan formal, diharapkan ada transfer ilmu kepada tutor di pendidikan non formal. “Sehingga akan terlahir tutor-tutor handal yang aplikatif, inofatif dan berkualitas,” ujar Drs. H. Husnul Maram, MHI. “Dengan demikian nantinya bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas pula,” imbuhnya. Selain itu dalam kegiatan ini juga disosialisakan tentang persiapan UN bagi santri peserta kejar Paket dan Wajar Dikdas. Kenapa jauh hari harus dilakukan? Sebab selama ini menurut Kepala Bidang PD Pontren ini, tingkat ketidakhadirannya mencapai 12 persen tiap tahunnya. “Inilah yang menyebabkan tingkat kelulusan santri Paket C dan Wajar Dikdas kita pada angka 88 persen,” tandasnya. Pada tahun ini peserta ujian Kejar Paket C sebesar 7.327 orang. Sedangkan peserta ujian Kejar Paket B sejumlah 1.429 peserta. Dan sebanyak 414 peserta yang akan mengikuti UN Kejar Paket A. sementara itu, peserta UN program Wajardikdas Wustho berjumlah 7.366 santri sedangkan ada 2.047 santi yang akan mengikuti UN Wajar Dikdas Ula. Demi mendongkrak tingkat kehadiran peserta UN, Bidang PD Pontren akan senantiasa mengoptimalkan sosialisasi. Sebab kenyataan di lapangan, masih saja ada santri yang berpandangan bahwa ijazah formal itu tidak penting. Inilah yang menjadi tantangan nyata saat ini. Meski demikan, PD
Pontren tetap optimistis tingkat kehadiran dan kelulusan santri peserta UN Kejar Paket dan Wajardikdas mencapai 88 persen seperti tahun sebelumnya. “Syukur kalau bisa meningkat,” tukasnya penuh harap. Sementara itu dalam sambutannya, Dr. H. Musta’in, M.Ag mengapresiasi kegiatan yang dihelat Bidang PD Pontren ini. “Saya kira workshop seperti ini sangat tepat digelar. Selain meningkatkan kompetesni para tutor, juga sebagai ajang merapatkan barisan demi menyongsong pelaksanaan ujian Nasional,” ucapnya. Selain itu, Kabag TU Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini juga mengingatkan kepada
seluruh penyelenggara Kejar Paket dan Wajar Dikdas di pesantren untuk lebih selektif dalam menjaring peserta. Sebab, Kejar Paket itu dimunculkan bertujuan untuk membantu dan menolong bagi santri atau siswa yang tidak sempat mengikuti pendidikan formal. “Nah, saya ingin program ini jangan disalahgunakan,” tukasnya. “Sekali lagi saya minta tolong jaga nama baik lembaga dan pesantren serta nama baik kyai. Maka, bapak ibu harus cermat tentang persyaratanpersyaratannya. Jangan sampai ada pihakpihak tak brtanggungjawab yang berusaha memanfaatkan untuk kepentingan tertentu,” imbuhnya mengingatkan. pri MPA 355 / April 2016
31
AMO
PERAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA TERHADAP MASALAH KEPEGAWAIAN DAN SOLUSINYA Bahwa dalam rangka mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokrakratis, makmur, adil dan bermoral tingi, diperlukan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang jujur, disiplin, tanggung jawab, integritas dan yang memiliki komitmen. Untuk itu dalam penyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan haruslah berprinsip pada pelaksanaan manajemen yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Oleh : H. Aminuddin paratur Sipil Negara Kementerian A Agama adalah aparatur pemerintah yang mendapat amanah untuk melaksanakan
sebagian tugas-tugas pemerintah dalam bidang keagamaan dengan diawali penan datanganan perjanjian kerja pada tiap awal tahun, yang tentu saja harus selalu berorien tasi pada pencapaian tujuan nasional tersebut. Manajemen Aparatur Sipil Negara meliputi : (a)penyusunan dan penetapan kebutuhan; (b) pengadaan; (c) pangkat dan jabatan; (d). pengembangan karier; (e). pola karier; (f). promosi; (g). mutasi; (h). penilaian kinerja; (i). penggajian dan tunjangan; (j). penghargaan; (k). disiplin; (l). pemberhentian; (m). jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan (n). perlindungan. Manajemen ASN pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat sesuai 32
MPA 355 / April 2016
dengan ketentuan peraturan yang berlaku, namun demikian realita diawal pelaksanaan Undang-Undang ASN tersebut, pelaksanaan manajemen ASN masih banyak yang belum sesuai antara kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki oleh pejabat, jika di bandingkan dengan tanggung jawab yang harus di emban dalam jabatan tersebut. Di sisi lain tuntutan untuk mewujudkan ASN sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu mendapatkan apresiasi yang penuh dari semua fihak. Peraturan-Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 pasal 3 terdapat 17 kewajiban yang harus dipatuhi dan dilakukan oleh ASN. Hak dan kewajiban tersebut adalah : (1). Sumpah/janji ASN, (2). Sumpah/janji jabatan, (3). Setia dan taat Pancasila, UUD 1945, NKRI, Peraturan, (4). Taat segala peraturan, (5). Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab, (6). Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS, (7). Mengutamakan kepentingan negara, (8). Memegang rahasia jabatan, (9). Jujur, tertib, cermat, dan semangat, (10). Melapor kepada atasan apabila ada bahaya, merugikan negara/pemerintah, (11). Masuk dan taat jam kerja, (12). Mencapai sasaran kerja, (13). Menggunakan dan memelihara BMN, (14). Melayani masyarakat, (15). Membimbing bawahan, (16). Memberikan kesempatan kepada bawahanuntuk berkarir, (17). Taat terhadap peraturan kedinasan. Selanjutnya dalam pasal 4 PP Nomor 53 tahun 2010 memuat hal-hal yang tidak boleh dilakukan (larangan) oleh ASN yaitu : (1). Menyalahgunakan wewenang,
(2). Menjadi perantara untuk keuntungan seseorang, golongan, dan kelompok, (3). Menjadi pegawai/kerja pada Negara/ Lembaga asing tanpa izin, (4). Kerja pada perusahaan/konsultan/LSM asing, (5). Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, atau menyewakan : barang/dokumen, surat berharga negara dengan ilegal, (6). Kegiatan bersama atasan, bawahan, teman sejawat yang dapat merugikan negara, (7). Memberi, menyanggupi memberi untuk diangkat dalam jabatan, (8). Menerima hadiah terkait jabatan, (9). Sewenang-wenang terhadap bawahan, (10). Berbuat/tidak berbuat yang dapat merugikan yang dilayani, (11). Menghalangi tugas kedinasan, (12). Mendukung Capres/ Cawapres, DPR, DPD, DPRD, melalui kampanye, (13). Mendukung Capres/ Cawapres dengan membuat keputusan/ tindakan yang menguntungkan / merugikan calon, (14). Mendukung Calon DPD, Cakada/ Cawakada dengan surat dukungan, (15). Mendukung Cakada / Cawakada dengan kampanye, fasilitas, membuat keputusan, mengadakan kegiatan. Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, bagian dari salah satu unsur penga wasan dilingkungan Kementerian Agama yang mempunyai tugas menye lengga rakan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan Kemen terian Agama berdasarkan keten tuan yang ditetapkan oleh Menteri Agama dan Perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, Inspek torat Jenderal Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi : (1). Perumusan
visi dan misi kebijakan pengawasan fung sional dilingkungan Kementerian Agama, (2). Pelaksanaan pengawasan fungsional akuntabilitas kinerja aparatur, (3). Pelaksanaan penyelenggaraan administrasi Inspektorat Jenderal, (4). Pembinaan teknis terhadap kelompok jabatan fung sional aparatur, (4). Penyusunan laporan penga wasan, (5). Pembinaan tehnis terhadap kelompok jabatan fungsional auditor. Berdasarkan pengalaman para auditor didalam melaksanakan tugas dan fungsinya dilapangan, sering ditemukan beberapa permasalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh ASN seperti : korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), indispliner, poligami, penyalahgunaan wewe nang dll. Masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan ole ASN diling kungan Kementerian Agama hingga saat ini, sementara temuan hasil peme riksaan atas pelanggaran tersebut akan berdampak terhadap pelanggaran admi nistrasi dan bahkan bisa berakibat terjadinya kerugian keuangan negara. Hal inilah yang mendorong Inspektorat Jenderal Kementerian Agama untuk selalu meningkatkan peran dan fungsinya. Adapun peran tersebut adalah sebagai berikut : Quality Assurance : menjamin peningkatan kinerja Satker, Watch dog : melakukan pengawasan fungsional terhadap auditi dengan melihat, membandingkan, mengukur dan menilai kinerja auditi dibandingkan dengan standar kebijakan Menteri dan peraturan yang berlaku dan kemudian memberikan rekomendasi, dan Katalis : usaha membangun sistem dan mendorong terwujudnya Kemenag menjadi lembaga pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government), Konsultan : bimbingan dan konsultasi terhadap peningkatan kinerja aparatur berbasis hasil pengawasan. Perwujudan pemerintahan yang bersih (clean government) dan pemerintahan yang baik (good governance) sangatlah dibutuhkan peran pengawasan dari Inspektorat Jenderal. Peran pengawasan menjadi penting guna mendorong keberhasilan tugas dan fungsi organisasi. Pengawasan merupakan kegiatan membandingkan antara kondisi yang seharusnya dengan kondisi yang ada, dan apabila terjadi perbedaan, maka disebut temuan. Dengan demikian fungsi pengawasan harus memberikan masukan penyempurnaan dan tindakan koreksi. Disadari bahwa paradigma pengawasan dewasa ini menempatkan peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) sebagai konsultan dan katalisator untuk membantu pihak manajemen birokrasi pemerintah dalam mempercepat proses pencapaian tujuan organisasi. Kebijakan pengawasan di lingkungan Kementerian
Perwujudan pemerintahan yang bersih (clean government) dan pemerintahan yang baik (good governance) sangatlah dibutuhkan peran pengawasan dari Inspektorat Jenderal
Agama diarahkan untuk membangun komit men dalam rangka memperbaiki citra Kementerian Agama dan menciptakan Kementerian Agama yang bersih dan bebas dari KKN, serta mendorong agar kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaya nan kepada masyarakat dilaksanakan dengan baik, efektif, efisien, sehingga Kementerian Agama mampu menjadi tauladan yang baik. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diperbaharui dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi secara tegas menuangkan keinginan untuk memberantas praktik korupsi antara lain : dengan dimuatnya secara lebih tegas tentang unsur suap, dan juga tentang gratifikasi yang berkaitan dengan jabatan atau kedinasan. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan gratifikasi adalah pemberian dalam arti yang luas yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas, penginapan, perjalanan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Pemberian tersebut, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan mempergunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Dengan pencantuman gratifikasi tersebut, makin jelas bahwa berbagai fasilitas yang selama ini diragukan sebagai suatu pelanggaran atau penyelewengan menjadi jelas, yaitu semua itu termasuk kategori suap. TATA CARA PEMANGGILAN, PEMERIKSAAN, PENJATUHAN, DAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN HUKUMAN DISIPLIN Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap pegawai yang patut diduga melakukan indisipliner, maka harus
dilakukan pemanggilan dan pemeriksaan lebih dahulu. Pemanggilan terhadap yang bersangkutan diberikan tenggang waktu selama satu minggu, sejak tanggal surat panggilan dilayangkan. Maka jika panggilan tersebut direspon oleh yang bersangkutan, maka bisa dilakukan pemeriksaan. Akan tetapi jika pegawai yang bersangkutan tidak hadir pada panggilan pertama, maka dilayangkan panggilan kedua. Ada dua opsi terhadap panggilan tersebut, jika pegawai yang bersangkutan hadir memenuhi panggilan, maka kemudian dilakukan peme riksaan, tapi jika pegawai yang bersangkutan tidak memenuhi panggilan, maka hal itu tidak menghalangi penjatuhan disiplin. Apabila ASN yang diperiksa itu tidak mau menjawab pertanyaan, maka ini dianggap mengakui pelanggaran disiplin yang disangkakan kepadanya, apabila ASN yang diperiksa menolak untuk menandatangani BAP, maka BAP itu cukup ditandatangani oleh pe meriksa, dengan menyebutkan dalam berita acara pemeriksaan, walaupun ASN yang diperiksa menolak untuk menan datangani BAP tersebut, namun tetap dapat digunakan sebagai bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin. Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin pejabat yang berwenang meng hukum wajib memeriksa lebih dahulu ASN yang disangka melakukan pelangaran itu. Dan untuk ancaman hukuman disiplin sedang dan berat, maka PPK atau pejabat lain yang ditunjuk dapat membentuk Tim Pemeriksa. Tim pemeriksa terdiri dari unsur atasan langsung, unsur pengawasan dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. Pemeriksaan terhadap ASN yang melanggar disiplin harus dilakukan dengan teliti dan obyektif, sehingga pejabat yang berwenang menghukum dapat mempertimbangkan dengan sek sama tentang jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkan kepada ASN yang bersangkutan, sebagaimana tercantum dalam Perka BKN No. 10 Tahun 2010 tentang tatacara pemeriksaan. Dijelaskan dalam Peraturan-Peme rintah Nomor 53 tahun 2010 pasal 7 ayat (1) tingkat hukuman disiplin terdiri dari : hukuman disiplin ringan, hukuman disi plin sedang dan hukuman disiplin berat. Adapun jenis hukuman disiplin ringan (pasal 7 ayat (2) terdiri dari : tegoran lisan, tegoran tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Sedangkan jenis hukuman disiplin sedang (pasal 7 ayat (3) terdiri dari : penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun, penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun, penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun. Bersambung... MPA 355 / April 2016
33
TA’ARUF
Prof. Masdar Hilmy, MA, Ph.D
Saya Tidak Pernah Merasa Selesai
Prof. Masdar Hilmy, MA, Ph.D demikian karib dengan dunia tulis-menulis. Diakuinya, semula menulis merupakan strategi pertahanan diri. Tapi seiring perjalanan waktu, menulis menjadi bagian dari eksistensinya. “Saya menulis, maka saya ada,” ujar Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengadopsi ungkapan Descartes “cogito ergo sum”.
D
ari sanalah dosen tetap Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya ini banyak memperoleh penghargaan. Tak hanya itu, dengan eksisitensinya dalam dunia tulis-menulis juga mengantarkannya merengkuh berbagai jabatan strategis. Sebut saja pada tahun 2007. Dia didaulat sebagai Kepala Kantor Penja minan Mutu (KPM) – kini Lembaga Penjamin Mutu (LPM) – UIN Sunan Ampel Surabaya. Posisi Asisten Direktur Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel juga pernah diraihnya. “Tak terbesit sedikitpun di benak saya utuk men duduki jabatan-jabatan itu. Apalagi menjadi Asdir waktu itu kan harus bergelar profesor,” papar lelaki kelahiran Tegal 2 Maret 1971 ini. Sedari awal mantan Konsultan TV ber langganan Astro ini berprinsip, bahwa dalam menuntut ilmu maupun berkarya bukan untuk mengejar jabatan. “Dalam menyelami dunia akademik, saya hanya ingin benarbenar memaknai dan meresapinya,” tegasnya. “Sebagai tanggung jawab moral akademik, saya ingin memberikan sesuatu pada khalayak,” ucap ayah dua anak ini bersahaja. Kesadaran tersebut timbul sepulang dirinya menyelesaikan S2 pada Program Islamic Studies di McGill University Canada 34
MPA 355 / April 2016
dan Program Doktoral Social Science The University of Melbourne, Australia. Baginya, kesempatan studi di luar negeri merupakan anugerah yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dari sanalah Masdar merasa banyak mendapatkan pencerahan. Meskipun pada awalnya sempat mengalami keterkejutan budaya. Bagaimana tidak, dirinya yang memiliki basis tradisional kuat tiba-tiba dihempaskan ke dunia yang sangat modern. “Beruntung, sebelum berangkat ada program persiapan selama 9 bulan. Jadi meski kaget tidak terlalu amatlah,” kilah mantan Sekretaris Lakpesdam NU Jawa Timur ini
sambil mengulum senyum. Meski sempat terkaget-kaget, dirinya banyak memungut pelajaran dari budaya orang-orang Amerika dan Australia. Meski sama-sama mayo ritas berpenduduk non Muslim, tapi kejujuran dan sportivitas begitu diagungkan. Lebih baik mengatakan secara jujur tidak bisa tapi terus berusaha memperbaiki diri. “Jadi tidak ada istilah ghost writer di sana. Tidak seperti di sini,” kritik Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini melepas tawa. Sejumput pelajaran tentu tak akan tumbuh berkembang jika tidak diejah wantakan. Sebagai bentuk petanggung jawaban, penulis buku Islamism and Democracy in Indonesia: Piety and Pragmatism (Singapore: ISEAS, 2010) ini aktif menelorkan gagasan melalui karya tulis. “Inilah cara saya mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan,” tukas mantan Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Pendidikan Diniyah (LPPD) Jawa Timur ini mengungkapkan. Sebenarnya tak pernah terbersit sedikit pun di benaknya untuk menjadi orang seperti sekarang ini. Namun jalinan takdir kerapkali melompati anganan. Itulah sehingga dia bisa menempuh kuliah di luar negeri, menjadi dosen, hingga menjadi guru besar. “Lha wong cita-cita saya hanya ingin menjadi guru SD seperti almarhum Bapak,” tuturnya. “Dialah
Saat bersama Prof. DR. Azzumardi Azra (kiri) dan Prof. DR. Husain Azis (kanan)
guru pertama saya,” ujarnya penuh takzim. Bagi mantan Sekretaris LTNNU Jawa Timur ini, sosok Bapak adalah sumber mataair inspirasi. Tak ayal dia mengaku banyak berguru padanya. Satu hikmah yang dipetik dari sang Bapak, bahwa guru adalah profesi mulia. Secara ekonomi kehidupan “profesi Oemar Bakri” memang kurang wah. “Tapi justru itu yang mbarokahi, sehingga cukup memenuhi kebutuhn keluarga,” ulasnya. “Guru itu panutan. Kalau saat ini saya menjadi dosen, itu adalah bentuk kesesatan di jalan kebenaran,” ucapnya dengan tawa renyah. Dalam mengarungi kehidupan, Reviewer Annual Conference for Islamic Studies (AICIS) ini tak banyak mematok target. Selepas menyelesaikan pendidikan di SDN 2 Rancawiru Tegal tahun 1984, dirinya nyantri di Pesantren Babakan hingga tahun 1987. Di ponpes ini pula dia menyelesaikan pendidikan di MTsN Babakan. Jika saat SD Masdar kecil begitu abai dengan belajar, justru saat di pesantren inilah dia mulai mengerti arti penting belajar. Tak mengherankan jika prestasi akademiknya mulai terdongkrak. ”Mungkin karena sudah jauh dari orang tua ya… sehingga kesadaran belajar itu muncul,” kenangnya. Terbukti prestasinya kian moncer. Menempati rangking pertama di kelas itu sudah biasa. Tapi ada momentum dimana dirinya hampir angkat kaki dari sekolah. Kejadian ini bukan terjadi di Babakan, tapi di Rembang. Saat itu tengah belajar di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Lasem sambil mondok di Ponpes Al-Hidayat. Ketika itu di PGAN terjadi demo besarbesaran menuntut pelengseran Sang Kepala Sekolah yang dimotori oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pihak sekolah meresponnya dengan mengeluarkan secara bertahap siswa pendemo. Nah, ketika itu Masdar menjabat sebagai sekretaris OSIS. Alhasil, dirinyapun masuk daftar hitam. Dia sempat ketir-ketir. Apalagi memang sudah ada beberapa sejawatnya sudah dipaksa hengkang. Yang ada di benaknya, bagaimana nantinya menjelaskan kepada orangtua jika
Santai bersama keluarga tercinta.
benar-benar dikeluarkan. “Tapi beruntung itu tak terjadi pada saya,” ujarnya lega. Sejak saat itu, diapun bertekad dalam hati untuk belajar dan belajar. Sudah tak mau diribetkan lagi dengan sesuatu yang tak berhubungan secara langsung dengan pendidikannya. Pengalaman saat studi di PGAN sudah cukup menjadi pelajaran ber harga baginya. Dan sejak itu hanya ingin fokus menyelesaikan pendidikannya dengan lancar. Ketika melanjutkan jenjang S1 di Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1990, dirinya tak terlalu larut dan aktif dalam organisasi mahasiswa. Hasilnya, dia bisa merampungkan kuliah tepat waktu. Pada tahun 1994, titel sebagai Sarjana Agama direngkuhnya. Sejak itulah, keberuntungan senantiasa menghampirinya. Di tahun 1995, dia menda patkan kesempatan mengikuti Seleksi Program Pembibitan Dosen angkatan ke-8 dari Kemen terian Agama. Bagi peserta yang lolos akan dikirim ke luar negeri untuk mengambil program master. Saat itulah dia memilih Canada sebagai negara tujuan studi S2nya. Melalui CIDA (Canada International
Development Agency) – proyek kerjasama Kemenag RI dan Pemerintah Kanada, dia akhirnya berangkat menuju McGill University di tahun 1997. Dia mengambil konsentrasi Islamic Studies dan mampu merampungkannya dalam waktu dua tahun. Sepulang dari Canada, penulis buku “Islam, Politik & Demokrasi: Pergulatan antara Agama, Negara dan Kekuasaan” ini menjalani tugasnya sebagai dosen. Namun itu tak menghentikan keinginannya untuk meniti jenjang pendidikan lebih tinggi. Beruntung, pada tahun 2004 mendapatkan beasiswa Program Doktoral Social Science di The University of Melbourne, Australia. “Ketika itu saking senangnya, Bapak saya sempat memohon doa agar tidak dimatikan sebelum saya pulang studi S3,” ujar Reviewer Institut for Southeast Asian Studies (ISEAS) ini trenyuh. Tiga tahun berselang, akhirnya Wakil Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya ini merampungkan studinya. Meski demikian tak berarti selesai pendakian keilmuannya. Baginya, manusia itu akan senantiasa bermetamorfosis mencari penda kian identitas. “Sampai sekarangpun saya tidak pernah merasa selesai,” tukasnya serius. Mimpi besarnya kini, adalah mentran sformasikan masyarakat Indonesia supaya lebih baik. Ini tidak bisa dilakukan sendiri atau oleh institusi tertentu. “Perlu ada gerakan kebudayaan secara massif. Dan itu membutuhkan waktu yang sangat panjang,” papar penulis di berbagai koran harian nasional ini. Setidaknya, masing-masing orang sanggup menyuarakan kebenaran. Dan ke be naran itu tidak harus dibatasi bidang keilmuan yang dimiliki. Sebab itu justru merupakan bentuk upaya melarikan diri dari persoalan. “Dunia ilmu sosial itu seluas dunia ini. Maka tak seharusnya kita lari dari tanggung jawab. Sebab tugas ilmuwan adalah menyuarakan kebenaran,” pungkas penulis buku “Pendidikan Islam dan Tradisi Ilmiah” ini menandaskan. •pri MPA 355 / April 2016
35
INFORMASI
POTRET LAYANAN NIKAH DI KUA
(Antara Regulasi dan Dilema Eksistensi P3N) Oleh : Amanulloh, M.HI *) dan Syaiful Bahri, M.Si**)
Pemberlakuan tarif baru layanan nikah di KUA sudah hampir 2 tahun dilaksanakan. Selama kurun waktu kurang lebih 20 bulan ini, telah banyak mengubah wajah layanan nikah di KUA. Pemberlakuan tarif gratis untuk layanan nikah di kantor KUA dan Rp. 600.000 (untuk di luar kantor dan diluar jam kerja), telah membawa perubahan yang signifikan terhadap perilaku aparat di KUA.
P
erubahan tersebut tidak hanya yang terkait dengan layanan pelaksanaan akad nikah saja, tetapi juga berkaitan dengan seluruh aspek-aspek layanan yang ada di KUA. Misalnya layanan untuk mendapatkan duplikat buku nikah, legalisir buku nikah, pemeriksaan nikah, dan lainlain. Bentuk-bentuk pungutan biaya yang dulu ada, sekarang sudah berangsur-angsur mulai berkurang. Regulasi yang dibuat pemerintah secara bertahap mampu mengurai permasalahan yang melilit layanan nikah di KUA. Terutama setelah diterbitkannnya Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 2014 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama, yang kemudian disusul aturan pelaksanaannya yakni Peraturan Menteri Agama Nomor 24 tahun 2014, dan direvisi menjadi Peraturan Menteri Agama Nomor 46 tahun 2014. Aturan tersebut telah menjawab tuntutan penghulu yang telah melaksanakan tugas pengawasan layanan nikah yang dilaksanakan di luar kantor dan di luar jam kerja. Karena sebagian biaya nikah di luar kantor KUA tersebut dialokasikan untuk keperluan transport dan jasa profesi penghulu yang bertugas. 36
MPA 355 / April 2016
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah perubahan perilaku aparat KUA tersebut telah berdampak terhadap kualitas layanan nikah atau tidak? Beban biaya yang ditanggung oleh calon pengantin semakin ringan atau bahkan bertambah berat? Menjawab pertanyaan di atas, secara teoritis, jika aturan dilaksanakan dengan baik maka akan berdampak positif terhadap kualitas layanan kepada masyarakat. Artinya jika para penghulu melaksanakan tugasnya sesuai aturan maka masyarakat akan merasakan manfaatnya. Layanan nikah yang tepat waktu, ramah, prosedur yang simpel dan tidak berbelit-belit, serta biaya yang dikeluarkan yang sesuai ketentuan adalah sederet benefit yang diperoleh jika aturan dilaksanakan dengan baik. Mungkin benar kata pepatah “tidak ada gading yang tidak retak”. Sesempurna apapun sebuah regulasi selalu ada kekuranganya. Implementasi aturan tersebut masih memun culkan berbagai keluhan dari masyarakat tentang layanan nikah di KUA. Utamanya laporan masyarakat lewat media sosial menunjukkan bahwa calon pengantin masih mengeluarkan biaya tambahan melebihi ketentuan. Bahkan untuk pernikahan yang dilaksanakan di Kantor KUA pun (yang semestinya gratis) calon
pengantin masih mengeluarkan biaya. Konon besarannya bervariasi antara Rp.100.000 sampai Rp. 300. 000 untuk setiap peristiwa nikah. Berdasarkan informasi yang berkembang, dapat disimpulkan bahwa pungutan biaya di luar ketentuan tersebut disebabkan oleh karena keterlibatan P3N atau modin. Menurut versi P3N, pungutan biaya tersebut diambil untuk mengganti transport P3N selama mengurus pernikahan. Tindakan tersebut sebagai konsekuensi P3N tidak mendapatkan honor dari Kementerian Agama. Dilema P3N Kesimpulan atau temuan pungutan biaya di luar ketentuan yang dilakukan oleh P3N bukanlah isapan jempol belaka. Bahkan sebagian P3N berani memper tanggungjawabkan perbuatannya dengan membuat pernyataan. Status P3N yang bukan bagian dari aparat negara menjadikan mereka berani dan merasa lumrah memungut biaya kepada calon pengantin. Tidaklah mudah untuk mengatasi permasalahan tersebut, terutama bagi aparat Kementerian Agama yang menangani layanan nikah. Paling tidak ada dua faktor yang menyebabkan masalah pungutan biaya di luar ketentuan yang dilakukan
oleh P3N sulit untuk diselesaikan. Pertama, Kementerian Agama tidak bisa memberikan transport dan honor kepada P3N. Karena status P3N sudah tidak diakui oleh Kementerian Agama. Berdasarkan pada Intruksi Dirjen Bimas Islam Nomor Dj.II/1 Tahun 2015 tentang Pengangkatan P3N, menyatakan bahwa P3N yang diakui oleh Kementerian Agama hanya yang berada di wilayah KUA yang mempunyai tipologi D1 dan D2. Diluar tipologi tersebut P3N sudah tidak diakui lagi. Di Jawa Timur hanya dua kabupaten yang memiliki KUA dengan tipologi D1 dan D2 yakni Kabupaten Gresik (di pulau Bawean) dan Kabupaten Sumenep yang meliputi KUA di kepulauan. Kedua, kebiasaan mayarakat yang sudah mendarah daging apabila ingin menikahkan anaknya memilih jalan pintas untuk minta bantuan kepada P3N untuk menguruskan segala persyaratan administrasi yang diper lukan. Kebiasaan “pasrah bongkoan” yang sudah sedemikian melekat ini membuat lembaga KUA kesulitan untuk dapat mela yani calon pengantin tanpa campur tangan P3N. Betapa tidak, sejak tahun 2010an sebagian besar P3N sudah tidak memiliki SK dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, tapi toh kenyataannya P3N masih bisa bertindak sebagaimana layaknya P3N yang memiliki SK. Disisi lain, diakui maupun tidak, realitas dilapangan menunjukkan sebetulnya eksistensi dan fungsi P3N masih dibutuhkan. Pertama, P3N dibutuhkan untuk verifikasi data calon pengantin, orangtua atau wali dan lain sebagainya. Verifikasi data itu penting untuk dilakukan untuk mengetahui status yang sebenarnya calon pengantin dan orangtua atau walinya. Untuk mengetahui kebenaran data yang sebenarnya terutama yang sesuai tuntunan syar’i, tidak cukup hanya mengandalkan bukti yang bersifat formal saja seperti KTP, KK dan akta kelahiran. Banyak kasus perkawinan yang tidak sesuai tuntunan kaidah agama (misalnya perkawinan sedarah) terjadi karena salah satu penyebabnya adalah data yang digunakan hanya mengandalkan bukti formal saja. Upaya Kementerian Agama untuk membuat MoU dengan Dinas Catatan Sipil dalam memberikan layanan nikah merupakan langkah strategis untuk memotong mata rantai prosedur layanan nikah. Benang kusut permasalahan layanan nikah memang mulai terurai, tapi bukan berarti pelaksaannya bersih dari masalah. Dengan hanya berbekal KTP dan KK saja, calon pengantin dapat mendaftar untuk melangsungkan pernikahan di KUA. Rentetan persoalan baru muncul terutama jika ditemukan identitas yang berbeda antara di KTP, KK, ijazah dan akte kelahiran. Untuk membetulkan identitas yang keliru bukanlah persoalan yang mudah, bisa memakan waktu yang lama. Jadi, efisiensi pelaksanaan MoU ter sebut akan tercapai jika dukungan dari masingmasing instansi tersebut berjalan optimal.
Upaya Kementerian Agama untuk membuat MoU dengan Dinas Catatan Sipil dalam memberikan layanan nikah merupakan langkah strategis untuk memotong mata rantai prosedur layanan nikah.
Kedua, P3N dibutuhkan untuk menjadi penunjuk jalan atau guide untuk pernikahan yang dilakukan di luar kantor dan di luar jam kerja. Sudah menjadi kebiasaan prosesi akad nikah erat sekali dengan kultur masyarakat yang bersifat mistis. Sehingga tidak jarang akad nikah dilaksanakan harus menyesuaikan kepercayaan masyarakat setempat. Ketiga, P3N dibutuhkan untuk memberikan layanan yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan di desa. P3N kerap kali menjadi tumpuan harapan masyarakat ketika ada warga yang tertimpa musibah kematian. Urusan memandikan jenazah hingga prosesi pemakaman menjadi tugas rutin P3N.
Sebagai penutup tulisan ini, agar potret wajah layanan nikah di KUA menjadi lebih baik, maka perlu bagi pembuat kebijakan di Kementerian Agama RI hendaknya sesegera mungkin untuk mengatasi problem tersebut. Pertama, suka ataupun tidak, eksistensi P3N masih diperlukan. Perlu untuk mencari format yang pas untuk P3N, apakah sebagai relawan atau bagian dari birokrasi. Kepastian status tersebut untuk menghindari agar tidak ada fungsi-fungsi yang dijalankan secara liar (tidak ada dasar hukumnya). Kedua, agar pungutan di luar ketentuan dapat diminimalisir, maka perlu untuk memberikan kontribusi kepada P3N dari biaya nikah di luar kantor KUA. Jika dua hal tersebut tidak segera dilakukan, besar kemungkinan wajah layanan nikah di KUA tidak akan menjadi lebih baik dari pereode sebelumnya. Sebagai perbandingan – dulu (dari realitas di lapangan), biaya layanan nikah diluar kantor KUA berkisar antara Rp. 250.000 s.d Rp. 500.000. Sekarang, konon layanan nikah di luar kantor nominal yang dikeluarkan calon pengantin lebih dari Rp. 800.000an. Jika kondisi ini terus berjalan maka dapat kita bayangkan potret wajah layanan nikah di KUA menjadi seperti apa? Jauh panggang dari api, alih-alih dapat layanan yang optimal, “biaya tinggi” sudah pasti. Tentu kita semua berharap kondisi ini tidak terjadi. *Kasi Kepenghuluan Bidang Urais dan Binsyar. **Pengevaluasi Kinerja Penghulu Bidang Urais dan Binsyar.
MPA 355 / April 2016
37
edukasi
Kreativitas Guru dalam Penerapan Kurikulum PAI Oleh : Agus Salim, M.Pd.I*) Eksistensi seorang guru dalam proses pembelajaran adalah penting. Akan menjadi lebih penting lagi apabila kehadiran guru dalam proses pembelajaran dibackup dengan nilai-nilai kreativitas. Pernyataan di atas berlaku untuk semua guru dalam seluruh bidang studi. Tidak terkecuali bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI).
I
ndikator atau parameter kreativitas guru dalam menerapkan kurikulum PAI bisa dilihat paling tidak dalam dua hal; bagaimana guru dalam mendisain pendekatan dan bagaimana dia meng kreasi prinsip-prinsip yang ada dalam kurikulum itu sendiri. Dalam menyusun atau mendisain pendekatan, kreativitas guru dalam penerapan kurikulum PAI paling tidak direkomendasikan untuk menggunakan enam pendekatan. Pertama, pendekatan rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan pada domain penalaran. Pendekatan ini dapat berbentuk proses induktif yang dimulai dengan memperkenalkan faktafakta, konsep, informasi, atau contohcontoh yang kemudian ditarik suatu
38
MPA 355 / April 2016
generalisasi (kesmipulan) yang bersifat menyeluruh (umum). Kedua, pendekatan emosional, yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) siswa dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. Cara ini bisa digunakan untuk membakar semangat siswa dalam memahami dan menghayati agama secara militan. Ketiga, pendekatan pengalaman, yaitu membe rikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dalam menghadapi tugastugas dan masalah kehidupan. Pendekatan ini bisa digunakan untuk mengasah kepedulian siswa terhadap masalah sosial keamanan. Keempat, pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersikap dan berperilaku
sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan kehidupan. Kelima, pendekatan fung sional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaat bagi siswa dalam kehi dupan sehari-hari dalam arti luas. Keenam, pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figur guru (pendidik) sebagai cermin bagi siswa. Sebagai pelengkap dari pendekatan-pendekatan tersebut, pende katan keteladanan memberikan pengaruh yang positif terhadap kepribadian siswa. Sebab dari segi usia, mereka cenderung malakukan imitasi terhadap apa yang mereka anggap baik. Selain enam pendekatan di atas, sesuai dengan pembelajaran kurikulum terkini, para guru juga harus merancang pendekatan dari yang bersifat teaching menjadi learning.
EDUKASI Pendekatan ini karena menuntut siswa lebih aktif belajarnya. Siswa belajar “mencari” kemampuan apa yang dibutuhkan dirinya. Perubahan pendekatan teaching ke learning dimaksudkan juga agar pembelajaran lebih kondusif dan bermanfaat dalam membentuk pengalaman siswa. Agar pendekatan teaching ke learning ini menjadi sukses, ada beberapa hal yang harus dilakukan guru; 1. Seorang guru harus berusaha bagaimana materi yang diajarkan menjadi bahan pembicaraan yang menarik. Siswa yang biasanya cenderung malas belajar akhirnya tertarik untuk mengikuti materi pelajaran, bahkan semangat menyimaknya. 2. Guru bisa mengisahkan kepada siswa beberapa tokoh ilmuwan; tentang sedikit kisah hidupnya, mengapa dia bisa sampai menjadi tokoh ilmuwan yang dikagumi umat. Dari sekian tokoh ilmuwan tersebut diharapkan dapat membangkitkan semangat belajar siswa. 3. Guru harus mampu mengikuti sintaks (langkah2) pembelajaran sesuai dengan prinsip didaktis; antara lain bisa mengajak berpikir siswa dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks, dari kongkrit ke abstrak. 4. Guru juga harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, rileks dan tidak menegangkan (learning will effective if they get flow, fun and enjoy). Selanjutnya, kreativitas guru dalam penerapan kurikulum PAI juga dilihat bagaimana dia mampu dalam mengeksekusi prinsip yang ada dalam kurikulum itu sendiri. Paling tidak, secara global ada empat prinsip yang harus dilakukan oleh guru agar kreativitas yang diinginkan bisa tercapai. Pertama, berpusat pada siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan minat (interest),
Tolok ukur kepandaian siswa sesungguhnya banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah. Karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi menantang kepada pemecahan masalah agar siswa peka terhadap masalah.
kemampuan (ability), kesenangan (prefe rence), pengalaman (experience) dan cara belajar (learning style). Siswa tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar, membaca, atau dengan cara melihat. Tapi bagi siswa yang lain kadang mudah dengan cara melakukan langsung (learning by doing). Dengan keragaman yang demikian, maka seorang guru direkomendasi untuk melakukan startegi pembelajaran ke dalam bentuk somatic (gerak tubuh), auditif (pendengaran), visual (penglihatan) dan intelektual (penalaran/logika) Kedua, belajar untuk berbuat atau melakukan. Pada hakekatnya siswa belajar sambil melakukan aktivitas. Oleh karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan nyata yang melibatkan dirinya. Siswa akan memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan kemampuan dan melihat hasil kerjanya. Maka, belajar semacam ini ditekankan mengingat bahwa siswa hanya mendapat 10 persen dari apa yang dibaca, 20 persen dari apa yang didengar, 30 persen dari yang dilihat, 50 persen dari yang dilihat dan didengar , 70 persen dari yang dikatakan, serta 90 persen dari apa yang dikatakan dan yang dilakukan. Ketiga, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Tolok ukur kepandaian siswa sesungguhnya banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah. Karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi menan tang kepada pemecahan masalah agar siswa peka terhadap masalah. Dalam pembelajaran fiqh misalnya, siswa dapat diterjunkan ke masyarakat untuk melakukan pengamatan tentang pelaksanaan ibadah shalat, zakat maupun haji. Dalam hal kemiskinan, misalnya siswa diminta mengidentifikasi sebab-sebab yang menjadikan orang miskin dan seterusnya. Keempat, mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi. Agar siswa tidak gagap teknologi, guru harus mampu mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan iptek. Misalnya dalam pembelajaran fiqh, siswa dapat diminta mencari data tentang perbankan syariah atau membuat ringkasan tentang kuliah subuh di TV yang ada kaitannya dengan materi pelajaran – misalnya tentang puasa. Atau yang lebih terupdate lagi, siswa diberi kesempatan untuk mencari berbagai referensi terkait dengan materi dengan download atau browsing via internet. *) GPAI SMP Negeri 1 Sukodono, Sidoarjo
KELUARGA BESAR MAJALAH MPA
IKUT BERBELASUNGKAWA YANG DALAM ATAS MENINGGALNYA
Hj. Muniroh
Isteri H. A. M. Harwono, LML, mantan Kepala Bidang Pembinaan Perguruan Agama Islam Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Timur dan Wakil Ketua Pengarah/Ketua Penyunting Majalah Pembangunan Agama Meninggal Tanggal Senin, 7 Maret 2016.
H.M. Soejoeti Cholil, SH.
Mantan Pengawas PAI pada SMP/MTs , SMA/MA Kandepag Kabupaten Pasuruan (Pensiun Tahun 1993) Meninggal Tanggal Rabu, 2 Maret 2016.
MPA 355 / April 2016
39
EDUKASI
PAI Rahmatan lil ’Alamin
Ikhtiar Menolak Faham Radikalisme dan Terorisme Masa depan Bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh kemampuan anak bangsa dalam mengelola keragaman suku, budaya, ras dan agama. Kondisi sosio-kultur maupun geografisnya begitu beragam dan sangat luas. Ada sekitar 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda, dengan jumlah pulau 17.508 yang terbentang di atas Nusantara.
Oleh : Dahlan Efendi, S.Ag, M.Pd.I*)
S
ebagai anak bangsa tentu kita tidak menginginkan Negara Kesatuan Repu blik Indonesia (NKRI) tercerai-berai. Islam hadir tidak menegasikan kebudayaan lokal yang sudah berkembang pada masa-masa sebelumnya. Namun justru menerimanya sembari menambahkan nilainilai luhur dan sentuhan moral keislaman. Ancaman terhadap keutuhan NKRI mulai tampak dengan adanya gerakan transnasional yang masuk ke Indonesia. Gerakan-gerakan tersebut menyasar generasi muda Islam dengan menawarkan “tata kehidupan yang baru”. Namun ujungujungnya gerakan tersebut cenderung dekat dengan gerakan fundamentalisme, radikalisme dan bahkan terorisme. Dari perspektif pendidikan, kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi PAI di sekolah. Sebab Pendidikan Agama Islam bertugas mencetak generasi yang mempunyai karakter yang baik dan tidak merusak dalam arti yang luas. Bisa jadi, segala perilaku yang menyimpang di negeri ini justru dikarenakan kegagalan Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Lantas, bagaimana PAI dapat meno lak gerakan yang mengarah pada 40
MPA 355 / April 2016
fundamentalisme, radikalisme dan terorisme? Dan bagaimana peran guru dalam imple mentasi pendidikan Agama Islam yang ramah dan jauh dari kesan radikalime dan terorisme? Muatan PAI dalam kurikulum menga jarkan kepada generasi muda Islam tentang hidup yang ramah, berdampingan dan saling menghormati sesama manusia meskipun berbeda agama dan keyakinan. Namun sayangnya, di sisi lain ada juga anak bangsa yang masuk jaringan gerakan transnasional yang radikal dan dekat dengan terorisme. Tentu saja salah satu penyebabnya, karena rendahnya pemahaman terhadap Islam secara utuh. Islam sendiri, menurut KH. Abdurrahman Wahid dalam ‘The Wisdom of Gus Dur’ (2014) mengajarkan toleransi sebagaimana termaktub dalam kitab suci yang kita yakini. Islam adalah pelindung bagi semua orang, termasuk kaum non-Muslim.
Ini bersesuaian dengan ayat yang berbunyai “Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil-‘alamin” (tiada Kuutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam). Dari sinilah muncul istilah Islam rahmatan lil‘alamin, yakni Islam yang ramah, Islam yang jauh dari kekerasan sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Konsep ini berbalik dengan gerakan transnasional yang membawa bendera Islam, namun perilakunya fundamental dan radikal, yang suka meng kafirkan umat Islam yang tidak sefaham dan bahkan melalui cara-cara teror. Kondisi sosial masyarakat yang men jadi tantangan PAI, telah diprediksi Thomas Lickona (Dalam Muhaimin, 2011) menge mukakan, bahwa ada sepuluh tanda zaman yang harus diwaspadai. Sebab jika tanda itu sudah ada, maka sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran.
Tanda-tanda yang dimaksud, adalah 1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. 2. Penggunaan bahasa dan katakata yang memburuk. 3. Pengaruh peergroup yang kuat dalam tindak kekerasan. 4. Meningkatnya perilaku merusak diri; seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. 5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk. 6. Menurunnya etos kerja. 7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru. 8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga Negara. 9. Membudayanya ketidakjujuran. 10). Adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama. Dari indikator-indikator tersebut, dalam kehidupan masyarakat Indonesia sudah mulai tampak dan bahkan sudah menggejala dimana-mana. Maka untuk mengobati beberapa indikator diatas, perlu dilaksanakan pendidikan karakter dan pendidikan yang berbasis nilai-nilai agama di semua jenjang dan jenis pendidikan dengan efektif. Ini demi menyelamatkan bangsa Indonesia dari jurang kehancuran. PAI rahmatan lil‘alamin menjunjung tinggi keanekaragaman budaya. Moh. Dahlan (2013) mendefinisikan multikultural adalah sebuah paradigma tentang kesetaraan semua ekspresi budaya. Juga meletakkan komunitas lain sebagai kesatuan integral yang setara walaupun terdapat perbedaan dalam tradisi, keyakinan keagamaan, maupun budaya. Faham ini menerima adanya perbedaan sebagai realitas alamiah. Juga sekaligus menegaskan, bahwa setiap perbedaan me miliki posisi yang setara dalam peran dan pengambilan kebijakan. Lawrence A. Blum (dalam Moh. Dahlan, 2013) mengatakan, bahwa multikulturalisme memiliki tiga elemen esensial; yakni a. Menegaskan identitas kultural seseorang dengan cara mempelajari dan menilai warisan budaya seseorang tersebut. B. Menghormati dan berkeinginan untuk memahami dan belajar kebudayaan lain selain budayanya sendiri. C. Menilai dan merasa cocok dengan adanya perbedaan sebagai kenyataan hidup yang dianggap positif, harus dihargai dan dipelihara. Rasulullah SAW diutus membawa kesejahteraan kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Disamping mengajak manusia menyembah Allah SWT, beliau juga juga hidup berdampingan dengan saling menghargai dan menghormati dengan umat yang beragama non-Muslim. Itulah yang dirumuskan al-Quran dengan ungkapan rahmatan lil’alamin. Maka kita menolak segala bentuk kekerasan yang mangatasanamakan agama. Apalagi dengan menggunakan label Islam demi memuluskan syahwat politiknya. Sedangkan tujuan PAI rahmatan lil’alamin; pertama adalah tujuan attitudinal (sikap); yaitu membudayakan sikap sadar, sensitif, toleran, respek terhadap sesama, serta
Rasulullah SAW diutus membawa kesejahteraan kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Disamping mengajak manusia menyembah Allah SWT, beliau juga hidup berdampingan dengan saling menghargai dan menghormati dengan umat yang beragama non-Muslim. Itulah yang dirumuskan al-Quran dengan ungkapan rahmatan lil’alamin.
responsif terhadap berbagai permasalahan yang timbul di masyarakat. Kedua, adalah tujuan kognitif; yaitu terkait dengan pencapaian akademik, pembelajaran berbagai pemikiran dan faham Islam yang ramah dan toleran. Ketiga, tujuan instruksional; yaitu menyampaikan berbagai informasi mengenai berbagai kelompok yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan yang tidak sesuai dengan ajaran beliau secara benar dan berimbang dari berbagai buku teks maupun dalam pengajaran. Di sisi lain, ada faktor-faktor yang harus dipenuhi dalam rangka mengim plementasikan PAI rahmatan lil’alamin, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan mampu membentuk karakter yang toleran terhadap sesama. Faktor yang pertama, adalah meningkatkan pemahaman guru terhadap peran dan fungsinya dalam konteks perundang-undangan (Permendiknas no. 6 tahun 2007 ). Terkait dengan kompetensi sosial, guru bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif. Artinya guru PAI tidak secara diam-diam menyebarkan faham-faham yang bertentangan dengan Islam rahmatan lil’alamin. Yang kedua, penerapan pendidikan agama dan keagamaan yang sesuai dengan amanat undang-undang dan peraturan yang ada di Indonesia. Artinya, pendidikan agama dan keagamaan tidak boleh disusupi dan dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk mengembangkan faham yang menyebarkan fundamenatalisme, radikalisme dan terorisme.
Pendidikan agama dan keagamaan memiliki peran sentral dan strategis, sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Disebutkan dalam pasal 2: “Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta berakhlaq mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan intern dan antar umat beragama”. Ketiga, kurikulum yang berlaku sangat menghargai keragaman budaya dan keyakinan. Hal itu bisa dikaji pada aspek latar belakang perubahan kurikulum 2013. Tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia, adalah kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Selain itu dalam prinsip kurikulum dan isi kurikulum yang menghargai keragaman budaya, ras, suku dan aliran (agama), guru harus mengembangkan kurikulum yang ada kedalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang berbasis Islam rahmatan lil’alamin. Yang keempat, guru mampu mengem bangkan bahan ajar, sumber belajar dan media pembelajaran yang berbasis Islam rahmatan lil’alamin. Hal ini penting karena dengan menyajikan bahan ajar, sumber belajar dan media pembelajaran yang berbasis Islam rahmatan lil’alamin, akan memberikan pengalaman belajar yang nyata pada peserta didik. Semisal bagaimana seseorang harus menghargai dan menghormati perbedaanperbedaan yang ada. Nah, betapa indahnya Indonesia dengan beragam suku, ras, budaya dan agama, yang hidup rukun dalam kebersamaan demi mencapai cita-cita keadilan sosial. Ini harus kita jaga terus dan kita pupuk bersama, serta kita lestarikan dengan kemauan hidup bersama dalam toleransi. Negara Indonesia tercinta telah memilih jalan kebersamaan dalam kebhinekaan suku, bahasa dan agama. Filosofi tersebut dikenal sejak zaman Majapahit dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda dan mejemuk, tetapi tetap menjadi satu dalam ikatan kebangsaan Indonesia. PAI rahmatan lil’alamin adalah jawaban mutlak yang harus dikembangkan oleh guru PAI dalam pembelajarannya, yang menghargai humanisasi dan menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan. Ini dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama, yakni hidup berdampingan antar suku, ras, bahasa dan agama yang ada di Indonesia dalam kesejahteraan bersama dan keadilan sosial. *) Guru PAI DPK di SDN Ledug 1 Kab. Pasurua MPA 355 / April 2016
41
MADRASAH
MTsN Mojosari
Menumbuhkan Jiwa Wirausaha
Melalui OSIS Enterpreneurship Suasana asri begitu terasa saat memasuki area MTsN Mojosari. Berbagai tanaman tumbuh subur di mana-mana. Di depan masing-masing kelas, semerbak bunga-bunga harum menghias. Juga beberapa jenis tanaman toga. Rindang tanaman perdu yang berdiri kokoh, mengitari halaman madrasah yang dilengkapi dengan fasilitas lapangan voli, bola basket dan futsal.
M
eski ditumbuhi aneka jenis tanaman, tak berarti sampah berserakan di madrasah peraih Juara II Banjari dalam FISI (Festival Seni Islam) seGerbangkertosusilo 2016 ini. Setiap siswa memiliki kesadaran untuk memunguti daundaun yang gugur berjatuhan. Tak sekedar mengumpulkan. Namun juga memilah antara sampah organik dan non organik. Ini akan memudahkan petugas kebersihan yang saban hari menyambangi. “Kami juga bekerjasama dengan Dinas Perta manan untuk penyediaan bak sampah tiap tahunnya,” beber Drs. H. Budi Prayetno, MPd. Yang menjadi penggerak sekaligus pelopor kebersihan, adalah OSIS dan Pramuka. Disamping ada kegiatan bersihbersih setiap bulan, juga terdapat program ‘Jumat Bersih’. “Ini sudah menjadi program rutin OSIS,” tukas Kepala MTsN Mojosari ini bangga. “Jika jumlah siswa madrasah ini seribu, lalu yang memiliki kesadaran cinta lingkungan 800 siswa, berarti itu sudah bagus,” imbuhnya. Itulah wujud nyata penanaman keber sihan di madrasah peraih Aransemen Terbaik tingkat Jatim 2016 ini. Sebagai institusi pendidikan yang berbasis Islam, memang sudah seharusnya menjadi 42
MPA 355 / April 2016
Drs. H. Budi Prayetno, MPd. Kepala MTsN Mojosari.
teladan kebersihan. “Harapan besarnya, siswa tidak hanya mampu menjadi motor kebersihan di madrasah, tapi juga di rumah yang terefleksi pada masyarakat sekitar,” ucapnya penuh harap. Namun tak elok rasanya jika berbicara
kebersihan tanpa memperhatikan masalah kesehatan. Bagi siswa madrasah yang beralamat di Jl. Kartini No. 11 Mojosari, Mojokerto ini, dua hal tersebut bukanlah sesuatu yang asing. Keduanya sudah menjadi pembiasaan siswa setiap hari. Salah satu yang
dilakukan pengelola madrasah peraih Juara I (Pi) dan Juara II (Pa) Jaya Negara Cup V KKI 2016 ini, selalu mewanti-wanti siswa agar memilih jajanan sehat. Sebelum melakukan pengawasan ketat kepada para penjual, terlebih dahulu menge dukasi peserta didiknya yang berjumlah 1.006 anak. “Dengan siswa selektif memilih jajanan, tentu penjual akan menyesuaikan dagangannya,” ujar mantan Kepala MTsN Dawar ini beralasan. Menyadari fasiltias kantin yang terbatas, untuk memenuhi kebutuhan siswa pihak madrasah membolehkan penjual dari luar. Tapi ke depan, yang akan didorong ber jualan adalah OSIS. Ini demi menjamin ketersediaan jajanan sehat bagi siswa. “Di
selah-selah waktu belajarnya, saya ingin menumbuhkan jiwa wirausaha siswa melalui OSIS Enterpreneurship,” ujarnya. Sosialisasi keharusan menyediakan makanan sehat kepada penjual dari luar, juga tak pernah dialpakan. Sebab mereka juga harus turut menyediakan makanan yang sehat dan jauh dari bahan membahayakan bagi kesehatan. “Secara berkala kami juga beker jasama dengan Puskesmas untuk mem be rikan penyuluhan kepada para siswa,” paparnya. Kebersihan dan kesehatan memang menjadi fokus utama madrasah yang menjadi finalis Lomba Ketangkasan Baris Berbaris (LKBB) tingkat Jatim 2016 ini. Sebab kini madrasah yang memiliki 26
rombongan belajar ini tengah meniti jalan menjadi Sekolah Adiwiyata. Ini mengingat ketersediaan SDM, infrastruktur dan budaya yang ada. “Saat ini proses administrasi sedang dipersipakan,” ungkap ayah tiga anak ini dengan senyum dikulum. Munculnya keinginan menuju Adiwiyata tersebut, diawali dari kesadaran siswa dalam menjaga kesehatan dan lingkungan madrasah selama ini. “Dari sana saya berpikir, kenapa tidak sekalian saja kita programkan Adiwiyata,” tukasnya. Dalam waktu dekat, Peraih Juara III Megyca (Mathematics, Biology, Physics Olympiad) tingkat Jatim ini hendak menda tangkan Pembina. Lalu mengirimkan per wakilan guru pembina dan siswa untuk studi banding ke MTsN Kanigoro yang sudah terlebih dahulu menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional. Lantas para siswa akan diajak mengatur program sendiri demi mendukung pro gram Adiwiyata tersebut. Jadi merekalah yang menentukan, merencanakan, serta menge valuasinya sendiri. “Memang sejak awal, semua aturan yang ada itu berasal dari mereka. Sehingga ada rasa tanggungjawab ketika aturan itu diberlakukan,” tegasnya. Semisal pengadaan kipas angin dan lemari di kelas. Itupun berdasarkan usulan dari siswa. Ketika dua benda itu diwujudkan di masing-masing kelas, maka sudah menjadi keharusan bagi penghuninya untuk menjaga dan merawatnya. Saat terjadi kerusakan, maka kelas harus menggantinya. “Dengan demikian, maka para siswa juga bersamasama ikut menjaga,” tutur lelaki kelahiran Mojokerto 15 Mei 1963 ini. Dengan budaya tanggungjawab sema cam itu, tentu ada harapan besar madrasah ini dalam waktu dekat menjadi Sekolah Adiwiyata. Sebaik apapun fasilitas yang dimiliki sebuah madrasah, yang terpenting adalah SDM dan budaya yang ada di dalamnya. Dan semua itu sudah dimiliki madrasah yang memiliki visi “Terwujudnya Madrasah yang Berkualitas, Unggul dalam Imtaq dan Iptek serta Mampu Merespon Era Global” ini. “Dalam waktu empat tahun ke depan, kami sudah menjadi Juara Adiwiyata tingkat Jawa Timur,” ucapnya optimistis. •pri MPA 355 / April 2016
43
Citra Wanita Muslimah
dalam Pandangan Islam Oleh : Moch. Bachrudin, S.Pd., M.Pd Pembina Majelis Ta’lim Al Hikmah Tulungrejo Pare Kediri
44
Hadirin Jama’ah jum’ah yang dimuliakan oleh Allah. Pada kesempatan hari jum’at di masjid yang mubarak ini, kami berwasiat khususnya pada diri saya sendiri, dan umumnya kepada hadirin sekalian. Marilah kita berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Dalam arti, menjalankan perintahperintahnya Allah, sekaligus meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan harapan, agar kita semua dijadikan oleh Allah sebagai hamba yang muttaqin, hamba yang bertakwa, hamba yang mulia di sisi Allah SWT, amin.
artis. Mereka memakai busana yang full press body (ketat) yang nampak lekuk-lekuk tubuhnya dan memakai pakaian yang minim. Mereka merasa bahwa itulah penampilan yang terbaik, itulah gaya atau mode yang modern. Kita sebagai insan yang telah menyatakan diri beriman kepada Allah, akankah kita membiarkan anak putri kita ikut-ikutan seperti mereka? Kami yakin, hadirin tidak akan rela kalau hal itu terjadi pada diri anak putri kita. Allah SWT mengingatkan kepada agar istri dan anak perempuan kita selalu menutup auratnya, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al Ahzab ayat 59:
Hadirin, rahimakumullah. Apabila kita saksikan acara di televisi, para presenter, artis sinetron, penyanyi, mereka lebih banyak yang berpakaian minim daripada yang menutup auratnya. Mereka lebih banyak berkiblat pada artis-artis barat yang selalu berpakaian minim. Hal ini kita saksikan jika ada acara-acara bergengsi seperti penganugrahan piala citra, piala Panasonic award dll. Sebailknya kaum laki-laki berbusana rapi, berdasi dan memakai jas yang menutup hampir seluruh tubuhnya. Begitu juga para remaja-remaja putri saat ini lebih banyak mengidolakan para artis dan bintang film. Mereka ikut-ikutan untuk berpenampilan yang minim pula. Walaupun bukan artis, tapi dalam keseharian mereka berpenampilan layaknya seorang
Artinya: Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Al Ahzab: 59).
MPA 355 / April 2016
Bila Allah memerintahkan sesuatu kepada hambanya, itu pasti ada hikmahnya. Adapun hikmah wanita yang menutup auratnya antara lain: (1) sebagai ciri wanita muslimah yang membedakan dengan wanita non muslimah; (2) untuk melindungi diri baik dari penyakit maupun gangguan serta godaan dari lawan jenisnya. Dengan menutup aurat seorang wanita akan terhindar dari debu maupun polusi lainnya, yang dapat menyebabkan penyakit kulit jika tidak dibersihkan. Dengan menutup aurat, rambut akan tetap bersih dari debu. Kulit akan terjaga dari berbagai macam kotoran sehingga akan tetap bersih dan lembut. Begitu juga, dengan berbusana muslimah, para lelaki akan merasa enggan dan malu jika mau menggoda apalagi menjamahnya. Sehingga mereka akan selamat dari gangguang dan godaan para lelaki nakal yang suka iseng. Jika kita amati, terjadinya kasus-kasus pemerkosaan itu, salah satu penyebabnya adalah wanita-wanita yang selalu membuka auratnya. Atau wanita yang berbusana full press body yang sangat nampak lekuk-lekuk tubuhnya. Para lelaki yang memandang akan tergoda serta muncul hasrat atau nafsu birahinya. Sehingga muncul pula keinginan dalam hatinya untuk mengoda dan menjamahnya. Jika imannya lelaki itu luntur, maka kemungkinan besar akan terjadi pemaksaan kehendak dan terjadilah perbuatan asusila. Rasulullah SAW juga telah mengingatkan kepada kita dalam sebuah hadits :
Artinya: Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda, dua golongan termasuk penghuni neraka, saya tidak melihat keduanya, (1) kaum yang bawaannya cambuk seperti ekor sapi mereka mencambuk manusia dengan cambuk tersebut; (2) perempuan yang berpakaian minim tampak auratnya sehingga menggiurkan, mereka tidak masuk surga dan tidak menemukan baunya surga (HR. Muslim).
suka membawa cambuk untuk menyakiti orang lain. Maksudnya adalah orang yang suka mencari musuh, menyakiti orang lain, menghina orang lain, menfitnah orang lain. Hal tersebut kalau kita kaitkan dengan kondisi Indonesia saat ini, sudah banyak orang-orang Indonesia yang meninggalkan serta mengabaikan hadits tersebut. Hal ini terbukti dengan terjadikan bentrokan dimana-mana. Antara kelompok satu dengan kelompok lainnya; antar kampung satu dengan kampung lain; antar pelajar; dan juga terjadi antar mahasiswa. Yang lebih memprihatinkan, mereka tidak segan-segan saling menyakiti dan menumpahkan darah dengan menggunakan senjata tajam, bahkan juga membakar rumah, bangunan-bangunan maupun gedung-gedung pemerintah. Kedua, wanita-wanita yang suka membuka auratnya, berpakaian minim, atau berpakaian ketat sehingga kelihatan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggiurkan dan membangkitkan nafsu birahi bagi siapa saja yang melihatnya. Karena itu, yang jadi pertanyaan kita sekarang. Sudahkan istri dan anak putri kita menutup auratnya? Sudahkah kita memerintahkan mereka untuk menutup auratnya? Jika jawabnnya sudah, mari lebih kita tingkatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan jika belum, mari setelah mendengar ayat dan hadits ini kita bangkit untuk lebih giat mengajak serta memerintahkan mereka untuk segera menutup auratnya dan jangan sampai memamerkan auratnya di mata umum. Kita juga diperintah oleh Allah SWT agar menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka, sesuai dengan firman Allah dalam QS. At Tahrim ayat 6:
Artnya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS At Tahrim: 6). Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa Allah telah memerintahkan kepada kita semua sebagai orang yang beriman agar menjaga diri dan keluarga kita jangan sampai menjadi penghuni neraka. Bagaimana supaya kita selamat dari siksa neraka? Langkahnya adalah kita harus berupaya meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan semua perintah-perintah yang tertulis dalam Al Qur’an maupun yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW. Dan juga harus meninggalkan semua laranganlarangan Allah. Setelah itu, kita ajak keluarga kita agar betul-betul tunduk dan taat terhadap perintah Allah dan Rasulullah SAW. Salah satu perintahNya adalah agar mereka mau menutup auratnya. Karena dalam ayat tersebut jelas, bahwa yang manjadi bara api neraka adalah berupa manusia dan bebatuan. Mereka adalah manusia-manusia durjana yang tidak pernah peduli terhadap perintah dan aturan-aturan Allah, dan penghuni neraka tidak akan mendapat belas kasihan sedikitpun dari Allah SWT. Semoga, Allah selalu membimbing setiap gerak langkah kita, meberi hidayah atau petunjuk kepada keluarga dan anak-anak kita. Sehingga kita semua akan menjadi manusia yang mulia baik dihadapan manusia maupun dihadapan Allah SWT dan pada akhirnya kita termasuk golongan orang-orang yang khusnul khotimah. Tak lupa juga kita do’akan semoga para artis dan bintang film di Indonesia mendapat petunjuk dari Allah SWT. Sehingga mereka mampu berkarya yang lebih baik dan tidak sampai membuka auratnya di depan masyarakat umum. Dan pada akhirnya Allah melimpahkan rahmatNya kepada bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini serta menjadikan Negara yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur. Amin Ya Rabbal’alamin.
Dari hadits tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa ada 2 (dua) golongan manusia yang dicap oleh Rasulullah sebagai penghuni neraka, pertama orang yang
MPA 355 / April 2016
45
Pengasuh : dr. H Rasyid M Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF.
Daya Tahan Dulu, tanpa adanya obat orang dapat bertahan hidup. Kemudian orang menemukan berbagai macam obat dan alat untuk membantu orang lebih bertahan hidup, termasuk anti nyeri, antibiotika, vaksin, dan peralatan pengobatan maupun latihan. Kini orang ternyata dibuat bingung karena berbagai macam kuman yang telah juga berkembang untuk menjadi tidak lagi mempan obat! Klinik. Secara sederhana dapatlah disebutkan bahwa orang itu pada hakikatnya adalah satu tubuh yang berada di dalam lingkungannya, lingkungan benda mati maupun hidup. Lebih rinci lagi dapatlah disebutkan bahwa lingkungan itu dapat berupa lingkungan di sekitar tubuh maupun yang berada di dalam tubuh sendiri. Tubuh berusaha untuk dapat menjaga agar semua fungsinya dapat dipertahankan berjalan teratur, “tenang”; upaya ini merupakan upaya yang disebut sebagai homeostasis. Misalnya saja jika orang minum terlalu banyak, agar tubuh tidak kebanyakan air maka tubuh mengeluarkan kelebihan air ini dengan banyak berkemih. Tubuh yang kepanasan akan menurunkan suhu tubuhnya dengan banyak berkeringat. Untuk menghadapi lingkungan luar itu tubuh juga telah dilengkapi berbagai macam sarana, misalnya kulit. Kulit merupakan sarana untuk menghalangi hilangya terlalu banyak air ketika terpapar ke panas matahari ataupun derasnya tiupan angin; kulit juga menghalangi masuknya kuman ke dalam tubuh! Untuk menjaga agar tubuh dapat menangani beban yang berat, tubuh memperkuat diri dengan latihan fisik untuk memperkuat otot dan tulang. Untuk mengatasi kuman yang masuk ke dalam tubuh maka tubuh menggunakan mekanisme pertahanan yang sejak semula telah ada. Yang terkenal adalah bahwa tubuh mempunyai sel-sel darah putih (leucocyte) yang akan “memakan” kuman yang masuk itu. Ada berbagai macam sel darah putih yang beredar bersama komponen lain di darah dalam tubuh. Sel darah putih ini ada yang mempunyai tugas khusus sesuai dengan kemampuannya, misalnya yang bersifat pemakan (phagocytic) untuk memakan kuman yang masuk ataupun memakan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat terjadi karena rudapaksa (trauma), kerusakan akibat kuman, ataupun juga kerusakan karena umur (apoptosis). Kuman itu ada yang kecil ada yang besar, ada yang mudah dimakan lekosit, ada yang “sederhana”, bahkan ada pula yang punya alat mematikan untuk pertahanan dirinya. 46
MPA 355 / April 2016
Selain adanya sel darah putih, tubuh juga punya sarana pertahanan atau sarana untuk melemahkan kuman; sarana ini secara umum disebut sebagai humour immunity (antibody, zat daya tahan cairan). Pembentukan Antibody Zat yang disebut antibody itu dapat digam barkan sebagai zat yang mampu “melemahkan” kuman ataupun bahan berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Cara melemahkan ini bermacam-macam dengan pedoman pokok bahwa “tubuh” harus mengenali dulu bahan asing itu agar tubuh tahu “titik lemah” bahan asing itu untuk kemudian tubuh memproduksi zat anti yang dapat mengatasi bahan asing itu. Ini dilakukan dengan cara mematikan dan “memakan” bahan asing itu ataupun sekedar “melemahkannya”, misalnya hanya dengan menjadikannya fagosit “berselera” memakannya. Sistem kekebalan tubuh merupakan sarana pertahanan tubuh dalam menghadapi kuman penyebab infeksi ataupun bahan lain yang masuk tubuh. Bagaimana tubuh melakukannya merupakan satu rangkaian tahap proses yang merupakan jawaban terhadap serangan kuman ataupun bahan asing yang masuk tubuh agar tidak menimbulkan sakit. Sistem kekebalan ini terdiri dari jejaring sel, jaringan, maupun organ yang menyatu bekerjasama dalam melindungi tubuh. Kelompok sel utamanya adalan sel darah putih (leukocyte); sel-sel ini “mencari” dan menghancurkan benda asing tersebut. Lekosit diproduksi ataupun juga disimpan di jaringan limfoid, yang tersebar di banyak tempat di dalam tubuh, meliputi kelenjar, limpa, maupun sumsum tulang, dan kelenjar getah bening. Yang mudah kita kenali adalah kelenjar getah bening, yang bereaksi dengan pembesarannya jika di dekatnya ada terjadi infeksi, klanjeren (Jw.). Lekosit beredar ke seluruh tubuh, ataupun berpindah dari satu organ ke organ lain lewat pembuluh getah bening ataupun pembuluh darah. Dengan cara ini sistem kekebalan tubuh bekerja secara terkoordinasi untuk
mampu memantau dan bereaksi kalau-kalau ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Ada dua macam limfosit (lymphocyte), yaitu limfosit B dan limfosit T. Pada awalnya terbentuknya limfosit di sumsum tulang; kemudian ada yang tinggal di situ untuk tumbuh dewasa menjadi limfosit B, dan ada yang “pindah” ke kelenjar timus yang setelah matang dikenal sebagai limfosit T. Kedua macam limfosit ini berbeda tugasnya; limfosit B mencari penyebab penyakit lalu “menandai” atau “menguncinya”, sedangkan limfosit T menghancurkan penyebab yang sudah “ditandai” oleh limfosit B. Ada beberapa macam sel fagosit itu; yang terbanyak adalah neutrophilic, yang tugas utamanya adalah menyerang bakteri. Oleh karena itu jika pada hasil pemeriksaan “hapusan darah” dijumpai kenaikan jumlah netrofil maka diperkirakan bahwa penyebab sakit penderita adalah bakteri. Ada juga fagosit yang punya tugas khas sebagai penyerang untuk kuman tertentu. Ketika antigen (benda asing) diketahui ada yang memasuki tubuh, beberapa sel lekosit bekerja sama untuk mengenalinya dan memberi tanggapan. Sel-sel itu merangsang limfosit B untuk membuat antibody (zat anti) yang berupa protein, yang khas untuk antigen tertentu yang masuk tubuh itu. Antibodi itu adalah protein-protein yang khas diproduksi oleh tubuh untuk menetralkan ataupun merusak toksin (racun) ataupun organisme penyebab penyakit. Sekali zat anti dibuat, maka zat anti itu akan tetap berada di dalam tubuh seseorang, sehingga ketika nanti tubuh terpapar ke benda asing itu lagi, zat anti itu akan menyerangnya. Oleh karena itulah orang yang pernah tererang penyakit tertentu (misalnya cacar), biasanya dia tidak akan sakit itu lagi. Meskipun zat anti itu dapat “mengenali” suatu antigen lalu menguncinya, antibodi ini tak dapat menghancurkannya sendiri; harus ada limfosit T untuk “membunuhnya”. Oleh karena itulah ada beberapa limfosit T yang disebut secara khusus dengan nama “killer cell” (sel pembunuh). Sel T ini juga dapat
memberi signal ke sel fagosit lain untuk ikut bekerja aktif memakan antigen itu. Antibodi juga dapat menetralkan racun (bahan yang merusak organ tubuh atau mengganggu fungsinya). Antibodi ini juga akan mengaktifkan sekelompok protein (disebut sebagai protein pelengkap) yang ikut berperan dalam sistem pertahanan tubuh ini; protein ini membantu sistem kekebalan tubuh dalam membunuh bakteri, virus, ataupun juga menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi. Awalnya “vaksin” yang digunakan secara tak tersengaja adalah bahan alami seadanya yaitu lendir luka cacar yang ada di kulit sapi yang mengidap cacar, yang ternyata menjadikan orang tak terjangkiti penyakit cacar. Dari pengalaman itu dengan perkembangan ilmu kedokteran bahwa kuman yang “lemah” (akibat terjemur, sengaja dipanasi, diberi bahan kima tertentu, antibiotika, radiasi, ataupun cara lainnya) itu ternyata dapat juga memicu munculnya kekebalan terhadap penyakit itu. Untuk memperoleh “kuman lemah” itu maka kuman dibiakkan dengan cara tertentu, dengan menggunakan hewan ataupun telur, ataupun sel-sel manusia yang dipelihara (cultured). Setelah melalui berbagai macam proses atau pengujian dihasilkanlah vaksin untuk berbagai macam penyakit tertentu. Karena proses itu tidak mudah dan produksinya tidak bisa banyak, maka kemudian mencari bahan yang dapat digunakan untuk membuat vaksin. Misalnya racun (toxin) dari kuman, racun yang sudah dilemahkan (toxoid), ataupun juga “bagian tubuh” kuman itu, yaitu setelah kuman itu dibiakkan dulu. Permasalahan yang kemudian muncul adalah sejauh mana keterandalan maupun keamanan vaksin itu, di samping sejauh mana kemurniannya jika misalnya proses itu melibatkan bahan-bahan yang tersangkut dengan hukum (syariat). Kini telah ada 25 vaksin untuk penyakit yang mengancam dunia, sebagai upaya yang diawasi oleh badan kesehatan dunia WHO. Namun belum semua kuman dapat dibuatkan vaksinnya, misalnya saja untuk penyakit HIV/AIDS sampai sekarang belum ada vaksinnya. Kekebalan dapatan atau kekebalan aktif merupakan kekebalan yang didapat oleh tubuh dari penyesuaiannya terhadap rangsangan yang diperoleh ketika tubuh terdedah ke zat perangsang yang masuk tubuh, karena proses infeksi ataupun yang secara sengaja (aktif) dimasukkan tubuh. Pemberian zat pemicu ini disebut juga sebagai imunisasi aktif, atau vaksinasi. Pada imunisasi pasif daya kekebalan itu diperoleh dengan cara pasif, yaitu ke dalam tubuh langsung diberikan protein zat anti yang khas untuk suatu kuman atau racunnya, semisal pemberian ATS (Anti Tetanus Serum), ADS (Anti Difteria Serum). Termasuk di sini adalah antibodi yang ada
di dalam colostrum ( air susu ibu hari-hari pertama masa menyusui); walaupun antibodi ini berbentuk potein tetapi bayi tidak merusaknya di pencernaannya, karena di hari-hari pertama itu sistem pencernaan bayi masih belum sempurna. Masing-masing orang punya pola sistem kekebalan yang berbeda, sehingga ada orang yang boleh dikata tidak pernah sakit, sedangkan orang lain sebentar-sebentar jatuh sakit. Daya kebal yang ada pada seseorang mungkin ada yang lemah, kurang, ataupun berlebih. Ini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab; ada berbagai macam bentuknya. Kekebalan yang lemah atau tak muncul sama sekali dapat terjadi misalnya karena tidak berjalannya proses yang seharusnya terlibat dalam proses pembentukan antibodi, atau memang tidak ada proses seperti itu dalam tubuhnya sejak lahir. Kadang-kadang gangguan ini terjadi oleh karena pengaruh obat yang diberikan kepada penderitanya; akibatnya tidaklah terbentuk limfosit B, T, atupun selsel pemakan (fagosit) lainnya. Gangguan pembentukan antibodi itu juga dapat terjadi sebagai akibat lanjut dari kurang gizi, hilangnya banyak protein darah karena kebakaran yang mengenai kulit secara luas, ataupun masalah kesehatan lainnya semisal sakit liver ataupun ginjal. Pada HIV/AIDS, virus penyebab penyakit ini menghancurkan sistem kekebalan tubuh secara berkelanjutan, cepat ataupun lambat dengan cara menghilangkan sel-sel limfosit sehingga tubuh tak mampu mempertahankan diri terhadap organisme yang biasanya tidak membahayakan. Ada sejumlah obat diketahui menekan sistem kekebalan tubuh, semisal obat kangker (chemotherapy). Obat ini juga mematikaan sel-sel tubuh yang baru tumbuh walaupun sehat, termasuk sel-sel di sumsum tulang maupun sel-sel muda yang terkait dengan pertahanan tubuh. Selain itu obat-obat golongan immunosuppressant yang diberikan pada penerima cangkok organ; obat itu sebenarnya dimaksudkan agar organ yang dicangkokkan itu tidak ditolak atau dirusak oleh tubuh karena dianggap “benda asing”. Ada bukti-bukti yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antara perilaku, syaraf, sistem hormonal (endocrine), dan system kekebalan tubuh. Suatu molekul yang diberi nama Roquin merupakan molekul antara yang berperan dalam pola pengendalian oleh gen (faktor keturunan) dalam jawaban kekebalan tubuh; kajian tentang ini belum tuntas, masih perlu kajian lebih lanjut untuk mengungkap perannya itu. Alergi Reaksi alergi merupakan bentuk jawaban berlebih oleh sistem kekebalan tubuh terhadap paparan antigen yang disebut allergen. Reaksi ini dapat berupa pembengkakan (penebalan;
bidur, Jw.) kulit, mata berair (nrocos, Jw.), bersin-bersin, ataupun pingsan (anaphylaxic shock). Syok macam ini dapat mematikan jika berupa pembengkakan pita suara dan turunnya tekanan darah secara berlebihan. Bentuk lain dari reaksi alergi ini adalah asthma, eczema, alergi debu, alergi obat, gatal-gatal karena sengatan serangga, gatal karena bulu ulat, dan sebagainya. Diagnosa Untuk menghindari reaksi “alergi” yang berlebihan atas serum yang harus diberikan untuk pengobatan suatu penyakit (misalnya tetanus, hepattis), harus diperiksa dulu apakah seseorang sudah punya antibodi untuknya maka untuk ini dilakukan tes alergi untuknya. Namun tes ini juga bukan tanpa bahaya reaksi alergi yang berlebih. Pencegahan sakit Walaupun belum terungkap secara pasti bagaimananya, diakui bahwa olahraga meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Ada yang menduga bahwa olahraga meningkatkan aliran lendir di saluran nafas sehingga kuman-kuman yang masuk terbawa udara menjadi lebih cepat terdorong keluar untuk dibuang. Meningkanya kecepatan aliran darah akan mempercepat sistem kekebalan tubuh segera mengenali adanya pengganggu, untuk cepatnya secara aktif menanggapinya. Kenaikan suhu tubuh ketika berolahraga itu dapat menghambat pertumbuhan kuman, disamping meningkatkan suhu akan meningkatkan efektivitas sistem kekebalan dalam bereaksi mengatasi kuman yang masuk itu. Harus difahami juga bahwa olahraga yang berlebihan juga berbahaya; oleh karena itu berolahagalah seperlunya, yaitu sekedar untuk menaikkan daya tahan tubuh. Olaraga yag terlalu berat akan mengurangi lekosit yang beredar, di samping adanya kenaikan beredarnya hormon-hormon yang menandai beban (stress) yang secara umum akan menghambat fungsi tubuh; tentu saja semua itu harus diimbangi dengan makanan yang bergizi baik. Penutup Orang yang menjadi sakit merupakan akibat tidak seimbangnya saling pengaruh antara daya tahan tubuh, penyebab, dan lingkungan. Tubuh yang lemah, kuman ataupun penyebab yang kuat, disertai lingkungan yang jelek menjadikan tubuh sakit. Tubuh yang kuat dapat bertahan sehat meskipun terpapar ke berbagai penyebab jika penyebabnya lemah; namun tubuh ini dapat juga menjadi sakit bila lingkungan jelek. Jagalah kesehatan tubuh, dan waspadailah lingkungan! Semoga uraian di atas bermanfaat. MPA 355 / April 2016
47
Pengasuh : Drs. Ahmad Busyairi Mansur, MM
A. Reading (Wacana)
THE FUNDAMENTAL PRINCIPLES of IMAN (1) Iman is an Arabic word means belief of faith. One who has faith is called a mu’min or believer. According to the teaching of Islam there are six fundamental principles of iman. First, believe in the Oneness of Allah. It means that Allah is one and there is none like Him. He has no partner. He neither be gets nor is He begotten. He is invisible. He has neither beginning nor end. He is the Cherisher of all worlds. He is the All-Mighty, the All-Knowing, the All-Just, the Guide, the Helper, the Forgiver, the Beneficence, the Merciful etc. All has created us and all worlds. He knows all the actions we do on earth, both good and bad. He even knows our secret thoughts. He loves and cherishes us. He will reward us in Heaven for all our good actions and punish us in Hell for all our evil deeds. We can win the love of Allah by complete submission to His Will and obedience to His Commands. We know the Will and Commands of Allah from the Holy Quran and the Traditions of our Prophet Muhammad (May peace and blessing of Allah be upon him). Second, belief in the existence of the Angels of Allah. Angels are spiritual creatures of Allah. They always obey His Will and Commands. They are neither males, nor females. They have neither parents, nor husband, nor wives, nor wives, nor sons, nor daughters. They have no material bodies, but can assume any form they like. The most important Angels of Allah are four in number namely : Jibbreel, Mika il, Israfeel, Izra’eel. There are still many other Angels : some of them are mentioned in the Holy Quran but we don’t know about the number, names and duties of others, which are known only to Allah. Third, belief in all Books of Allah. Allah revealed Commandments and Codes of Religion to various prophets at different stages of History for the guidance of mankind and womankind. The Codes of Religion or the Books of Allah are four in number namely : Taurat, (Old Testament) revealed to Prophet Musa (Moses), Zaboor (Psalem) revealed to Prophet Dawood (David), Injeel (New Testament) revealed to Prophet Isa (Jesus) and the Holy Quran revealed to Prophet Muhammad (May peace and blessing of Allah be upon them all).
B. Vocabulary (Kosakata) Faith (UN) = iman Fundamental (Adj) = forming a foundation ; of great importance (to) bersifat dasar (sangat penting) Principle (CN) = basic truth = dasar kebenaran (asas) Oneness (N) = ke Esaan Beget (IV-T) = give existence to (as father) = beranak
Invisible (Adj) Mighty (Adj) Create (RV-T) Cherish (RV-T) Reward (RV-T) Deed (N)
C. Dialogue
John : Ria : John : Ria :
Growing Interest in Reading
Ria : John : Ria : John : Ria : John : Ria : John : Ria : John : Ria : John : Ria :
48
John, let’s go to the public library. I want to borrow some books. Just as well. I’m out of reading material. Do you like reading ? Yes, I do. What about you ? I’m a book-louse What sort of louse ? Book-louse. My hobby is reading In the West, people say “book-worm”. What a difference! Did you say, you’re a book-worm ? No, I’m not. But I once took a course in speed-reading. Me too, but I studied it from a book. No wonder, you have quite a broad knowledge. Just reasonable. I haven’t had the chance yet to travel around the world like you. The only chance I have is reading. So, if I feel like going to Spain. I’ll buy or borrow books about Spain and imagine that I’m in that country.
MPA 355 / April 2016
John : Ria : John : Ria :
= = = = = = =
that cannot be seen = tidak dapat dilihat powerful/great = mahakuasa/agung cause something to exist = mencipta care for tenderly = memelihara give a reward = memberi hadiah/menganugrahi something done/act sesuatu yg dikerjakan/ perbuatan
Well, who knows you might have the opportunity to travel to Spain. God willing! You can start saving, of course. Yes, I’ll try. However, my intention is not only to go to Spain, but to reach as far as possible – maybe outer space. If so, how much do I have to save ? Why do you want to go there ? there are no libraries there. How do you know ? You haven’t been there yourself. Okay-okay. Let’s just go hunting for books about outer space. All-right.
-(At the Public Library)John Ria John Ria
: Apparently the children here like to read too. : Yes, children who like reading – will learn much more than their friends. : So, they are cleverer than their friends too. : At present, there’s already a growing interest in reading – not only in the cities, but also in the rural areas.
Pengasuh : Ustd. Faiz Abdur Rozak
NIAT YANG TULUS / BERSIH Kosakata 1. Berapa malam. 2. Engkau mele'an (jawa). 3. Berulangkali. 4. Menelaah / membaca kitab-kitab. 5. Kau haramkan atas dirimu untuk tidak tidur. 6. Aku tak tahu. 7. Apa gerangan yang membangkitkan engkau berbuat itu... 8. Tujuan mencari kedamaian. 9. Dan engkau tertarik untuk itu. 10. dan demi mendapatkan / mengejar kedudukan. 11,12,13. dan demi untuk berbangga terhadap teman setingkatnya.
14. Celaka sekali lagi ucapkan celaka. 15. Tujuannya di dalamnya. 16. Menghidupkan / membangkitkan ajaran agama. 17. Mendidik / memperbaiki pekerti. 18. Dan menghantarkan nafsu jahat. 19. Maka Anda selamat dan berbahagialah sekali lagi selamat dan berbahagia. 20. Mele'an / begadang. 21, 22. Untuk selain ridhomu ya Allah, pasti hilang 23. Dan tangisan maka tanpa mengingat engkau (ya Allah) adalah suatu kebatilan..
MPA 355 / April 2016
49
LINTAS PERISTIWA
Menuju Pendidikan Inklusi di Satuan Pendidikan Kementerian Agama
DR. Hanun Asroha,M.Ag. (satu dari kiri) dan Prof. Dr. Barbara Jurgensaat memberikan ceramah di seminar internasional tentang pendidikan inklusi.
SURABAYA – Dalam upaya kepedulian dan mempersiapkan pendidikan inklusi yang tertuang dalam Keputusan Menag, Fakultas
Psikologi dan Kesehatan UINSA Surabaya didukung Bidang Pendma Kanwil Kemenag Prov. Jatim dan Madrasah Development Centre (MDC) mengadakan seminar internasional, (24/3). Sebanyak 300 guru MI dan RA se-Jatim hadir menjadi peserta. Seminar yang diadakan di auditorium UINSA Surabaya ini menghadirkan narasumber ahli bidang pendidikan dan konseling dari Jerman, yaitu Prof. Dr. Barbara Jurgen dan didampingi Drs. Hanun Asroha, M.Ag dari MDC Kemenag Prov. Jatim. Hadir juga Rektor UINSA Surabaya dan Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan. Pada seminar ini Dr. Hanun Asroha, M.Ag, menekankan bahwa setidaknya ada 5 best practice yang dapat dijadikan catatan pengembangan madrasah inklusif, yaitu dukungan stake holder, lingkungan yang inklusif, capacity building, hibah, dan networking. Sementara Barbara Jurgen memberikan contoh intervensi yang dapat dilakukan dalam mendukung pendidikan inklusi ini. Di antaranya melalui pengelolaan kelas, pembelajaran koperatif dan intervensi sosial. •Sur
Kakemenag Kab. Mojokerto Adakan Pelantikan dan Serah Terima Jabatan KAB. MOJOKERTO – Beberapa bulan belakangan ini, ada jabatan yang lowong di Kemenag Mojokerto. Jabatan tersebut adalah Kasi PD Pontren dan Kepala MAN Mojosari. Ini terjadi karena pejabat promosi menjadi kepala kantor atau memasuki masa pensiun. Untuk memenuhi posisi tersebut, Kemenag Mojokerto melakukan pelantikan dan serah terima jabatan. Senin (29/2), bertempat di gedung serba guna Kankemenag Mojokerto, Kakankemenag Kab. Mojokerto H. Ahmad Rodli melantik 6 pejabat struktural maupun fungsional. Adapun pejabat-pejabat tersebut antara lain H. Bisri Mustofa sebagai Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Sadir sebagai Kepala KUA Kecamatan Kemlagi, H. Ahmad Anas sebagai Kepala KUA Kecamatan Pungging, H. Nur Hadi sebagai Kepala MTsN Mojosari, H. Budi Prayitno sebagai Kepala MAN Mojosari dan Abdul Haris sebagai Kepala MIN Medali. H. Ahmad Rodli dalam sambutannya menegaskan kembali bahwa jabatan adalah titipan. Untuk itu sewaktu-waktu bisa diambil yang
Kakankemenag Kab. Mojokerto H. Ahmad Rodli melantik 6 pejabat struktural maupun fungsional di gedung serbaguna Kankemenag Kab. Mojokerto.
punya. “Amanah ini harus bapak-bapak emban dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan Kemenag Mojokerto,” ujarnya menekankan. •Echo
Bupati Banyuwangi Launching Gerakan Ketahanan Keluarga (GETAHNAGA)
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menabuh gong sebagaitanda di-launchingnya Gerakan Ketahanan Keluarga (GETAHNAGA)
BANYUWANGI – Gerakan Ketahanan Keluarga (GETAHNAGA) yang digawangi Kelompok Kerja Penyuluh Kemenag Kab. 50
MPA 355 / April 2016
Banyuwangi resmi di-launching Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, (8/3). Kegiatan yang digelar di Bank Jatim ini dihadiri sejumlah pejabat. Di antaranya Kakankemenag, Kepala SKPD, Camat, Kepala Madrasah, KUA, Fatayat, Muslimat, dan Aisyiah seKab. Banyuwangi. Kakankemenag Kab. Banyuwangi yang diwakili Kasi Bimas Islam Moh. Jali dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi kepedulian Penyuluh Agama Islam akan tingginya angka perceraian khususnya di Kabupaten Banyuwangi. Tahun 2014 kata Jali - dari 15.752 pernikahan yang diputus cerai oleh Pengadilan Agama sebanyak 8.325 perkara. Sementara itu, Bupati Anas mengapresiasi kegiatan seraya mengatakan, investasi paling berharga adalah SDM. Oleh karenanya, persiapan gizi yang memadai bagi calon pengantin mutlak dibutuhkan. Program ini membutuhkan penanganan menye luruh dari hulu hingga hilir. Oleh karenanya, perlu kolaborasi dengan Pemerintah Daerah dengan memasukkan program edukasi dan ekonomi di dalamnya. •Yasin
LINTAS PERISTIWA
Sebanyak 6 KK Eks Gafatar Mendapatkan Santunan dari Kankemenag Kab. Ponorogo
Kankemenag Kab. Ponorogo melalui Seksi Bimas Islam menyantuni 6 KK eks Gafatar sehingga mereka bisa berbaur di tengah-tengah masyarakat lagi.
PONOROGO – Kankemenag Kab. Ponorogo tidak jemu membina dan membimbing eks Gafatar. Setelah menerjunkan para penyuluh,
kali ini memberikan santunan berupa uang kepada 6 KK yang beranggotakan 17 orang, (8/3). Seksi Bimas Islam mengemas acara diawali tajdidus syahadah bagi eks Gafatar yang dipimpin Ketua MUI Kab. Ponorogo, Drs. KH. Anshor M. Rusydi disaksikan undangan dari instansi, Kepala Desa/ Kelurahan, RT/RW tempat domisili eks Gafatar, Kepala KUA, Penyuluh Agama dan pimpinan organisasi keagamaan. Kakankemenag, Drs. H. Hadi Mukharom, M.Pd.I menyampaikan bahwa mulai sekarang sudah tidak ada eks Gafatar lagi, tetapi semua sudah menjadi masyarakat biasa. Kepala Desa/Kelurahan, RT/RW dan lingkungan sekitar diharapkan bisa menerima dan memperlakukannya layaknya warga yang dilindungi hak-haknya. Di puncak acara, MUI Kab. Ponorogo menyampaikan sosialisasi fatwa MUI No 16 tahun 2016 tentang Gafatar bahwa yang dilarang adalah faham keagamaannya yang menyakini millah Abraham dan menyatakan Nabinya adalah Ahmad Musadek. “Bagi yang sudah mengikuti paham keagamaannya, dihimbau segera bertaubat dan kembali ke masyarakat,” ujarnya. •Ifroh
Kankemenag Kota Blitar Gandeng TNI/Polri Sosialisasikan UU No. I Tahun 1974 KOTA BLITAR – Dalam acara Pembinaan Keluarga Sakinah (10/03), salah satu yang menarik adalah kehadiran TNI dan Polri sebagai peserta pembinaan. “Ini untuk pertama kalinya di Kemenag Kota Blitar”, kata H. Solekan M. Ag. –Kasi Bimas Islam. Dalam kesempatan ini, lanjut H. Solekan, akan dibahas bersama tentang hukum dan sanksi nikah siri juga nikah mut’ah setelah diberlakukannya UU No. I Tahun 1974. Jika sebelumnya Kemenag merasa cukup dengan keberadaan para penyuluh sebagai ujung tombak untuk kegiatan syiar Kemenag, sekarang ini ditambah dengan menggandeng TNI dan Polri untuk penguatan. “Kami berharap ke depannya, anggota TNI dan Polri yang hari ini mengikuti kegiatan ini bisa menyampaikan materi yang diterima kepada jajarannya.”, tegas H. Solekan. Seperti beberapa waktu yang lalu, ketika di daerah lain banyak warganya yang terseret aliran sesat, tidak ada satupun warga Kota Blitar yang terlibat dalam aliran sesat bernama Gafatar. Oleh karenanya, dengan kekompakan yang ada diharapkan nantinya juga
Kakankemenag Kota Blitar bersama perwakilan dari TNI dan Polribahu membahu memberikan pembinaan tentang keluarga sakinah.
tidak ada pula permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pelanggaran UU No. I Tahun 1974. •Moza
Pembukaan Rapat Kerja, Pembinaan UPZIS, dan Penyerahan Bantuan Sosial
Walikota Pasuruan Setiyono selaku Dewan Pembina BAZNAS Kota Pasuruan secara simbolis memberikan bansos kepada 250 tenaga honorer dan dhu’afa.
KOTA PASURUAN – Sabtu (5/3), BAZNAS Kota Pasuruan mengadakan rapat kerja, pembinaan UPZIS dan penyerahan bansos
kepada 250 tenaga honorer dan duafa’ yang diserahkan Walikota secara simbolis. Hadir juga Kakankemenag, Ketua MUI, Ketua NU, SKPD maupun satker dan semua tokoh masyarakat Kota Pasuruan Dalam sambutannya, Kakankemenag Kota Pasuruan berterima kasih khususnya kepada Walikota Pasuruan. Perlu di ketahui – lanjutnya – bahwa BAZNAS Kota Pasuruan dari tahun ke tahun ada peningkatan. Tapi masih ada SKPD yang belum tersentuh. Oleh karenanya, Walikota dimohon untuk memberikan arahannya agar bisa bergabung memberikan infaknya kepada BAZNAS Kota pasuruan. Sementara itu, Walikota Pasuruan selaku Dewan Pembina BAZNAS Kota Pasuruan, akan menindaklanjuti dan memfasilitasi apa yang diinformasikan Kakankemenag. Terkait BAZNAS, perlu disyukuri jika semakin meningkat. Ini menandakan adanya kekompakan dan kesadaran ASN di Kota Pasuruan. Walikota Pasurun juga berpesan kepada Ketua Baznas Kota Pasuruan agar mengelola Baznas dengan jelas dan transparan, agar tak ada prasangka yang menimbulkan fitnah. •Mdk MPA 355 / April 2016
51
LINTAS PERISTIWA
PELANTIKAN DAN PENGUKUHAN PEJABAT STRUKTURAL PAMEKASAN – Bertempat di ruang pertemuan Arofah Kankemenag Kab. Pamekasan, dilaksanakan pelantikan dan mutasi pejabat struktural, (29/2). Mereka yang dilantik dan di mutasi adalah H. Fandi, M.Hi, sebagai Kasi PHU, Drs. Mulyono, MA., sebagai Kepala KUA Kec.Waru dan Marzuqi, S.Ag, sebagai Kepala KUA Kec. Batumarmar. Kakankemenag. Kab. Pamekasan, Drs. HM. Juhedi, M.M.Pd., dalam sambutan dan pengarahannya mengatakan bahwa mutasi adalah suatu hal yang biasa dilakukan di semua instansi. Tidak ada yang istimewa. Ini sekaligus penyegaran serta menciptakan lingkungan yang kondusif. Jabatan adalah amanat, oleh karena itu sebagai pejabat harus memiliki jiwa berjuang mereformasi diri menuju yang haq dan memiliki komitmen yang tulus memberikan pelayanan yang prima pada publik. “Jauhkan diri dari tendensi pribadi dan berorientasi materi duniawi. Inilah prinsip dasar yang harus kita pegang teguh, agar kita dijauhkan dari perilaku korupsi,” ungkapnya. Di akhir sambutannya, Kakankemenag mengucapkan selamat pada para pejabat yang baru dikukuhkan dengan harapan semoga bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. •Sri Mukti
PELANTIKAN DAN SERAH TERIMA JABATAN PEJABAT FUNGSIONAL SURABAYA – Rotasi dalam organisasi sangat dibutuhkan untuk penyegaran, promosi dan sekaligus peningkatan profesional dan integritas dalam pengembangan visi dan misi Kemenag. Bertempat di aula Kankemenag Kota Surabaya, dilaksanakan pelantikan dan serah terima jabatan pejabat fungsional, disaksikan pegawai Kankemenag Kota Surabaya, (7/3). Dalam sambutannya, Kakankemenag Kota Surabaya Drs. H. Moh. Bakri, M.PdI, menuturkan dua hal yang harus difahami bersama dalam pelantikan. Pertama, harus memiliki sifat amanah, beretika, bermoral, disiplin dan bertanggungjawab. Kedua, bahwa jabatan sudah ada tulis tangan, tanda tangan dan jabatan tangan. “Pejabat juga harus mempunyai semangat yang tinggi, menguasai permasalahan dan solusinya, dan juga tawakkal kepada Allah SWT. Agar bisa mewujudkan kelembagaan yang dinamis, efektif dan efisien, profesional dan berintegritas,” paparnya. Dua pejabat fungsional yang dilantik Dwi Ristina, S.Pd.I, sebagai Pengawas Sekolah Muda Tingkat Dasar pada RA/MI dan Endah Priyatiningsih, S.Th, sebagai Pengawas Sekolah Muda Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen pada TK/SD. •Dori
DIKLAT TEKNIK SUBSTANTIF BAGI GURU MTs KABUPATEN JOMBANG JOMBANG – Selama lima hari, Balai Diklat Keagamaan Surabaya melaksanakan Diklat Di Tempat Kerja tentang Teknik Substantif Peningkatan Kompetensi Teknik Evaluasi Pembelajaran bagi guru MTs se-Kab. Jombang, (15/3). Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah kerja Kankemenag Kab. Jombang dan diikuti 30 orang peserta dari guru mata pelajaran IPA, IPS, Agama dan Matematika. Ketua Panitia Kegiatan, Lamirah, S.Ag, MM dalam laporannya menjelaskan bahwa tujuan DDTK ini untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dalam proses pembelajaran dan sikap mental guru sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan standar kompetensi sebagai seorang guru yang profesional. Sementara Kasubbag TU Kankemenag Kabupaten Jombang H. Taufiqurrohman, M.Ag dalam sambutanya yang sekaligus membuka acara mengharapkan agar dengan dilaksanakannya kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas guruguru yang ada di Kabupaten Jombang. “Selanjutnya diharapkan agar ilmu yang sudah diterima bisa diajarkan kepada guru yang lain dan semoga acara ini senantiasa diberi kemudahan dan kelancaran,” harapnya. •Tts
KABAG. TU KANWIL KEMENAG JATIM MEMBERIKAN PEMBINAAN ASN KOTA PROBOLINGGO – Kabag TU Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Dr. H. Musta’in, M.Ag memberi pembinaan bagi ASN di lingkungan Kankemenag Kota Probolinggo, (22/3). Beliau didampingi Kakankemenag Kota Probolinggo, Kasubbag TU, dan seorang Analis Kepegawaian. Acara ini juga dihadiri 60 ASN dari unsur Kasi, Kepala KUA, Kepala Madrasah, dan pegawai di lingkungan Kankemenag Kota Probolinggo. Dr. H. Musta’in, M.Ag menjelaskan bila kegiatan pembinaan kepegawaian ini bukanlah berarti pejabat membina pegawai. Kegiatan dimaksudkan mempererat tali silaturahim agar dapat saling mengenal satu dan lainnya. Dengan harapan akan melahirkan inspirasi, motivasi baru dan akan lebih matang dalam melaksanakan fungsi tugas masing-masing. “Sesama ASN teruslah saling jalin kerjasama dan berinteraksi demi upaya meningkatkan mutu,” himbau Musta’in. Dalam momentum tersebut, Kakan kemenag Kota Probolinggo, H. Muhammad, S.Sos, M.Pd.I, menyampaikan torehan prestasi yang telah diraih oleh ASN Kankemenag Kota Probolinggo seraya menghimbau agar tetap instrospeksi dan memunculkan inovasi guna memberikan pelayanan yang lebih berkualitas. •Arb
PELATIHAN PERWAKAFAN SE-KOTA MOJOKERTO TAHUN 2016 KOTA MOJOKERTO – Wakaf adalah salah satu potensi umat Islam yang luar biasa namun belum tergarap secara maksimal. Untuk itu, dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang wakaf, Kankemenag Kota Mojokerto bekerjasama dengan Pemkot Mojokerto menyelenggarakan pelatihan perwakafan se-Kota Mojokerto, (15/3). Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Astoria Convention Hall dengan diikuti 300 peserta yang berasal dari ta’mir musholla, penyuluh agama, pengurus DMI, Kasi Kesra Kelurahan, dan Kasi Kesra Kecamatan seKota Mojokerto. Hadir juga Asisten I, Kabag Kesra, Kakankemenag dan FORPIMDA. Dra. Kasih (asisten I) dalam sambutannya pembukaannya menyampaikan bahwa Kota Mojokerto sudah mempunya BWI (Badan Wakaf Indonesia) sebagai wujud komitmen untuk meningkatkan potensi wakaf di Kota Mojokerto. Kegiatan ini adalah upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perwakafan. “Dengan peningkatan pemahaman tentang wakaf, maka akan menaikkan kualitas dan kuantitas pengelolaan harta wakaf,” harapnya. Nara sumber pelatihan ini dari Pemkot Mojokerto, Kankemenag Kota Mojokerto dan Kanwil Kemenag Prov. Jatim. •Fm
WAJAH BARU, PELANTIKAN PEJABAT DI KEMENAG GRESIK GRESIK – Kamis, (11/3), 16 orang dilantik oleh Kakankemenag Kab. Gresik di aula Kemenag Gresik. Mereka adalah wajah-wajah baru Pengawas Pendidikan menggantikan yang pejabat yang telah purna tugas. Dr. H. Haris Hasanudin. M.Ag Kakan kemenag Kab. Gresik dalam sambutannya menyampaikan bahwa seorang pengawas pendidikan tugas dan tanggung jawabnya berat sekali. Karena bertanggung jawab atas lembaga, kepala sekolah, guru, anak didik dan kualitas pendidikan. Oleh karenanya, pengawas harus berupaya membawa kualitas pendidikannya semakin meningkat. “Sebagai lembaga yang berciri khas agama Islam, sudah seharusnya madrasah berada pada garda terdepan dalam inovasi,” tuturnya. Adapun nama-nama pejabat yang dilantik sebagai pengawas adalah Saiful Mu’min, S.Pd, Tiyono S.Pd, Nur Hudah, S.Pd,I., Mabrur S.Pd., Fahrur Rozi S.Pd., Nur Hidayati, S.Pd.I., Haris S.Ag., Mohammad Ikhsan S.Ag., dan Suwarno S.Pd.I. Sedangkan yang dilantik sebagai Kepala KUA adalah Al Fatikh.S.Pd.I. M.Pd.I, Suwanto,S .Pd.I. M.Pd.I., Nur Yasin. S.Ag. M.Si., Syaiful Wahid, SH. M.Pd.I., Luqman Hakim, M.Si, Nur Hasyim, M.Si, dan Drs. Ainur Rofiq. •Fudlla
52
MPA 355 / April 2016
LINTAS PERISTIWA
Lantik 2 Pejabat Pengawas Sekaligus Pelepasan 3 Pengawas Purna Tugas
Dua orang pengawas pendidikan agama di tingkat SD pada TK/SD dilantik oleh Kakankemenag Kota Malang di aula setempat.
KOTA MALANG – Kakankemenag Kota Malang Imron, melantik 2 pejabat fungsional dan sekaligus melepas 3 pengawas purna tugas,
(3/3). Kegiatan di aula Kankemenag Kota Malang ini dihadiri oleh seluruh pejabat baik struktural maupun fungsional juga pensiunan pengawas di lingkungan Kankemenag Kota Malang. Pegawai yang dipromosikan untuk menduduki jabatan fungsional pengawas adalah Muniron sebagai Pengawas Sekolah Pendidikan Agama Islam Tingkat Dasar pada TK/SD, Sunarti sebagai Pengawas Sekolah Pendidikan Agama Kristen pada TK/ SD. Sementara Pengawas PAI yang purna tugas adalah A. Taufik Kusuma, M. Isa Anshari dan M. Harijadi. Kakankemenag Kota Malang dalam sambutan pengarahannya berpesan kepada pejabat yang baru dipromosikan agar secepatnya menjalankan fungsi kepengawasannya dan melakukan kerjasama antar pegawas yang ada. “Kepada pengawas yang purna tugas, kami sampaikan banyak terimakasih dan penghargaan yang tinggi atas prestasi dan pengabdiannya,” ucapnya. Di akhir acara diserahkannya taliasih kepada ketiga pengawas yang purna tugas sebagai bentuk penghargaan dan ucapan trimakasih. •BHN
Siswa-siswi Madrasah Ikuti Upacara dan Mendapat Sepeda dari UPZ KOTA MADIUN – Disaksikan seluruh pegawai dan Kepala Madrasah Negeri/Swasta, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kankemenag Kota Madiun menyerahkan sepeda gowes kepada 16 siswa/siwi madrasah dari keluarga kurang beruntung seusai kegiatan upacara, (17/2) Dr. M. Amir Sholehuddin, M. PdI, menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas keberadaan UPZ sekaligus berterima kasih kepada muzakki, seraya mengajak semua yang hadir agar ke depan zakat dan shodaqohnya ditingkatkan. “Kepada siswa-siswi yang menerima sepeda, agar merawatnya dengan baik. Menggunakannya sebagai transportasi untuk belajar lebih baik, lebih semangat, lebih giat dan tidak terlambat sekolah,” ujarnya. Lebih lanjut beliau menekankan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam upacara. Nilai religius terlihat saat mengheningkan cipta, menunjukkan tidak ada kekuatan kecuali milik Allah SWT. Juga nilai patriotisme dengan membaca janji Panca Prasetya KORPRI, untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. “Juga nilai kedisiplinan, karena upacara melatih disiplin baik
Salah seorang siswi mendapatkan sebuah unit sepeda dari UPZ Kankemenag Kota Madiun seusai mengikuti upacara bendera.
dalam berbaris, kehadiran, ketaatan dan kedisiplinan dalam tugas,” tukasnya. •Aj
Kakankemenag Kab. Jember Lantik 25 Pejabat Struktural dan Fungsional
Seusai dilantik oleh Kakankemenag Kab. Jember, sebanyak 35 pejabat diharapkan segera menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tugas yang baru.
KAB. JEMBER – Di awal bulan Maret, Kakankemenag Kab. Jember melantik l8 pejabat struktural dan 17 pejabat fungsional yang bertempat di aula Kankemenag Kab. Jember, (1/3). Pelantikan dihadiri oleh seluruh pejabat struktural dan fungsional beserta isteri. Kakankemenag Kab. Jember Rosyadi BR, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pejabat yang baru dilantik dan dipromosikan ini untuk segera menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tugas yang baru dan tidak segan-segan untuk bertanya apabila ada kesulitan. Dan amanah yang dipercayakan ini supaya dilaksanakan dengan baik demi kemajuan instansi yang dipimpinnya. “Seorang pejabat juga harus mampu melaksanakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar instansi lain dengan baik,” ujarnya. Di akhir sambutannya beliau mengucapkan selamat kepada yang baru dilantik dan berterima kasih kepada semua ASN yang telah ikut menjaga Kankemenag Kab. Jember menjadi kondusif. Diharapkan pelantikan yang akan datang tidak di kantor ini lagi karena akan ada gedung yang baru, hasil negosiasi antara Kakankemenag Kab. Jember dengan Kementerian Keuangan. •Ratna MPA 355 / April 2016
53
LINTAS PERISTIWA
MTSN MOJOKERTO GELAR DIKLAT JURNALISTIK KAB. MOJOKERTO – Sebanyak 24 siswa MTsN Mojokerto saat mengikuti Diklat Jurnalistik, (2/3). Usai belajar melakuan wawancara efektif, menulis berita model Stright News dan Feature di kelas, peserta langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peliputan berita. Abdul Haris, S.Pd.I, Pembina Majalah KAMUS MTs Al-Musthofa Canggu yang saat itu hadir menjadi narasumber bersama Dedy Kurniawan, Wartawan MIMBAR Pem bangunan Agama, langsung membagi tugas peliputan sesuai pemilahan rubrikasi majalah. “Dulu, di sekolah ini sempat terbit majalah. Tapi hanya sekali dan setelah itu berhenti,” tukas Drs. Nur Kholis, MM. “Dengan adanya pelatihan jurnalistik ini, kami berharap bisa menghidupkan kembali majalah dengan tampilan dan bahasa jurnalistik yang lebih baik,” tambah Kepala MTsN Mojokerto penuh semangat. Bagi Nur Kholis, jurnalistik tidak sekadar melatih siswa terampil menulis. Sebab untuk terampil menulis, siswa juga harus rajin membaca. “Tradisi keilmuan tak mungkin bisa dilepaskan dari budaya baca tulis, dan pelatihan jurnalistik ini merupakan pintu awal untuk menjaga tradisi keilmuan tersebut” ujarnya menandaskan. •Ded
DALAM DUA PEKAN SELENGGARAKAN DUA PELANTIKAN BANGKALAN – Bertempat di ruang meeting Kankemenag Kab. Bangkalan, telah dilaksanakan pelantikan pejabat struktural untuk mengisi kekosongan jabatan karena purna tugas, (1/3). Adapun pejabat yang dilantik adalah Arif Rahman, S. Ag., M. Si., sebagai Kasi Bimas dan Sulaiman, S.Ag., M.Pd.I. sebagai Penyelenggara Syariah. Pelantikan ini dikemas secara sederhana dengan dihadiri para Kasi, para Kepala KUA, serta perwakilan Pengawas. Dalam kesempatan tersebut Kakan kemenag Kab. Bangkalan, Drs. H. Muarif, M. Si. berharap kepada pejabat terlantik agar setelah pelantikan segera menyesuaikan di tempat tugas yang baru sehingga roda organisasi berjalan lancar Sepekan kemudian (8/3), di aula Kankemenag Kab. Bangkalan kembali dilaksanakan pelantikan pejabat struktural ditambah pengukuhan Pengawas PAI. Pejabat yang terlantik adalah Nasrul Hakim, SH.M.Si (Kepala KUA Klampis), Mahrus, S.Ag.M.Fil.I (Kepala KUA Sepulu), Moh. Qomarun Munir, S.Ag., M.Si (Kepala KUA Kamal), Moh. Mesyan, S.Ag (Kepala KUA Tanjung Bumi), Abd. Gani, S.Pd.I (Kepala KUA Arosbaya), dan M. Rokib, M.Pd.I dikukuhkan sebagai Pengawas Madrasah Tingkat Menengah MTs/MA. •Sulaiman
PEDULI KORBAN BANJIR, KEMENAG SAMPANG DISTRIBUSIKAN 300 PAKET BANTUAN SAMPANG – Banjir bandang yang merendam Kota Sampang sejak Sabtu (27/2) mengakibatkan aktivitas warga lumpuh total. Sebanyak 11.468 KK yang tersebar di 3 kecamatan menjadi korban terdampak langsung, membuat banyak pihak ikut andil membantunya. Tak terkecuali pegawai di lingkungan kerja Kankemenag Kab. Sampang. Hal ini terlihat, saat jajaran pimpinan berikut stafnya nampak sibuk membagikan bantuan sembako pada warga yang rumahnya sempat terendam banjir, (29/2), Koordinator Tim, Ahmad Mawardi yang ditemui di sela pendistribusian bantuan menyampaikan bahwa posko ini didirikan sebagai bentuk kepedulian bersama untuk membantu para korban banjir di Sampang. “Ada 300 paket bantuan yang isinya nasi bungkus, mie instan dan 1 dus air mineral kemasan yang hari ini kami distribusikan” ungkap Kasi Pontren Kemenag Sampang ini. Paket bantuan tersebut, lanjut Mawardi, diperoleh dari hasil sumbangan para pegawai Kankemenag Kab. Sampang yang digalang sehari sebelumnya. “Semoga bantuan kami yang tidak seberapa ini bias bermafaat untuk sedikit mengobati rasa haus dan lapar para korban,” tuturnya. •FR
PENYEGARAN BIROKRASI, KAKANKEMENAG LANTIK 18 PEJABAT KAB. BLITAR – Di aula Raudlah Kanke menag Kab. Blitar berlangsung pelantikan 18 pejabat (29/2). Acara ini dihadiri seluruh Kasi dan Penyelenggara, Pengawas, Kepala Madrasah, Kepala KUA di lingkungan Kan kemenag Kab. Blitar. Kakankemenag Kab. Blitar Drs. H. Akhmad Mubasyir, MA dalam sambutannya menyatakan bahwa mutasi atau rolling adalah hal biasa yang terjadi di birokrasi dalam rangka penyegaran agar kinerja melayani masyarakat semakin meningkat. Pejabat yang dirolling adalah Fatkhul Khabib, M.Ag., Saiful Ali, M.Ag, Mun’im Sufufi, M.Ag., Muhaimin, M.Ag., Abdulloh Muizaki, M.Ag., Drs. Nur Salim, M.Ag., Moh. Zaenal Abidin Eb., S.H., Nuril Alamin, M.Ag., Sulhan Anwari, S.Sos., Lukman Ulum, S.Pd.I., Drs. Mohamat Istajib, Slamet Daroini, M.Ag., Slamet Daroini, M.Ag., Yudhi Sudrajat, M.Ag., Moh. Mahmud, S.Ag., Muh. Syihabuddin, M.Ag., dan Ibnu Mas’ud, M.A. Sementara Mahbul Asrori, MA dilantik menjadi Kepala KUA & PPAIW KUA Kec. Wates. Sedangkan seorang Guru Madya Bidang Studi IPA pada MTsN Selorejo Kab. Blitar dilantik menjadi Guru Madya dengan tugas tambahan Kepala Madrasah pada madrasah yang sama. •Han
MOCH AMIN MAHFUD MELANTIK 14 PEJABAT STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL KAB. MAGETAN – Kakankemenag Kab. Magetan Moch. Amin Mahfud melantik 14 pejabat struktural dan fungsional, (29/2). Acara ini dihadiri 100 orang yang terdiri dari Pengawas Agam Islam, Kepala KUA, Kepala MIN, MTsN dan MAN serta pejabat di Kankemenag Magetan. Dalam sambutannya, Amin Mahfud antara lain mengatakan bahwa mutasi merupakan suatu yang biasa. Ini merupakan satu hal yang dilakukan agar gerak roda organisasi semakin lama semakin baik. Untuk itulah, pejabat yang dilantik agar secepatnya menyesuaikan diri, berkoordinasi, serta berkonsolidasi di lingkunngan tempat tugasnya yang baru. “Apalagi saat ini khususnya madrasah sudah harus segera mempersiapkan diri dalam pelaksanaan ujian,” ujarnya mengingatkan. Tujuh orang yang dilantik sebagai kepala MIN adalah Sekar Melati, Muh Atiq, Endang Larasati, Ramelan, Abdul Azis Asharu, Wahib Al Fauzi dan Istrini. Empat orang dilantik sebagai Kepala MTsN yaitu Purwo Setyo Sugondo, Sumadi, Nurhadi, dan Heri Sukamto. Seorang dilantik sebagai Kepala MAN yaitu Muh Jubarrudin. Dan dua orang dilantik sebagai Kepala KUA yaitu Edi Siswanto, dan Annur Rofiq. •Mkd
PEMBINAAN SENI BUDAYA ISLAM KEDIRI – Selasa (22/3), terlaksana Pembinaan Seni Budaya Islam bertempat di aula Kankemenag Kab. Kediri. Acara yang dihadiri penyuluh agama Islam dan kepala madrasah ini diselenggarakan Bidang Penais Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Sengaja diselenggarakan di Kediri guna menyemangati dan meningkatkan ghiroh penyuluh dan kepala madrasah memotori masyarakat Kediri berbudaya Islami. Kasubag TU Kab. Kediri, Drs. H. Hamam Thontowi menyampaikan bahwa kita laksana dikepung dari segala penjuru. Di mana-mana ada peperangan, terutama melalui seni budaya. Terjadilah perilaku yang meresahkan dan ironisnya budaya negatif itu diupload sangat bebas. Drs. H. M. Fachrurrozi, M.HI. selak Kabid Penais Zawa Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur menjelaskan bahwa permasalahan yang disampaikan Kasubag TU itulah yang dicarikan solusinya dalam acara ini. Sebagai jawabannya, nara sumber H. Nur Yasin Shirothol Mustaqim, M.A. memberikan solusi dengan memberikan materi video live streaming yang dapat menyiarkan secara langsung seluruh kegiatan kita dengan biaya sangat minim. Diharapkan mampu melestarikan warisan budaya, menjaga ukhuwah dan keberagaman. •Alfy
54
MPA 355 / April 2016
LINTAS PERISTIWA
PELANTIKAN PEJABAT DI KANKEMENAG KOTA KEDIRI KOTA KEDIRI – Bertempat di aula Kankemenag Kota Kediri, Kakankemenag Kota Kediri Dr. Mohammad Zaini, MM melantik 4 pejabat Eselon IV dan pejabat Kankemenag Kota Kediri dengan disaksikan para pejabat di lingkungan Kankemenag Kota Kediri, (29/2). Menurut Kakankemenag Kota Kediri, pengangkatan dan pemberhentian adalah siklus yang sudah biasa terjadi dalam suatu organisasi, baik disebabkan karena batas usia pensiun atau karena promosi jabatan maupun mutasi antar pejabat struktural. “Oleh karena itu, saya berharap saudarasaudara yang baru saja dilantik benarbenar orang yang tepat untuk menduduki jabatan baru dan mampu memberikan kontribusi nyata” tandasnya. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa jabatan adalah amanat yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Satu sama lain harus saling bahu membahu dalam rangka meningkatkan kinerja yang lebih baik dengan berpijak pada akhlakul karimah. Pejabat yang dilantik adalah A.R Faruq, S.Ag sebagai Kasi Bimbingan Masyarakat Islam, Dra. Tjitjik Rahmawati, MM sebagai Kasi PHU, Rahmat Haris, SH sebagai Kasi PAIS, dan Drs. Azis, M.Pd.I sebagai Kasi PD Pontren. •Basith
JAMAAH MASJID AL-KAUTSAR MELAKSANAKAN SHOLAT KUSUFUS SYAMS KAB. PASURUAN – Bertempat di masjid al-Kautsar Kankemenag Kab. Pasuruan, dilaksanakan sholat gerhana matahari, (9/3). Bertindak sebagai imam dan khotib adalah M. Farihin salah seorang Penyuluh Agama Islam Kankemenag Kab. Pasuruan. Dalam khotbahnya, M. Farihin menyam paikan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan tauhid. Berkenaan fenomena gerhana dengan mitos, gerhana bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Bukan pula karena matahari dimakan raksasa atau makhluk yang tak masuk akal. Tetapi gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. “Allah lah yang menciptakan matahari dan bulan sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya,” ujarnya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa belakangan diketahui bahwa gerhana ma tahari adalah bagian dari keteraturan sistem, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Yunus ayat 5. Gerhana hanyalah salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan sains, kita bisa mempelajari ayat-ayat-Nya di alam ini. “Gerhana memberi banyak bukti bahwa alam ini ada yang mengaturnya yaitu Allah. Sehingga keteraturan tersebut bisa diformulasikan untuk perakiraan sebagaimana QS. Ibrahim ayat 33,” tuturnya. •Fin
KAKANKEMENAG KABUPATEN NGANJUK MELANTIK DUA KEPALA MADRASAH NGANJUK – Bertempat di aula lantai dua Kankemenag Kab. Nganjuk, diselenggarakan pelantikan seorang Kepala Madrasah promosi dan seorang Kepala Madrasah rotasi yang dipimpin Kakankemenag Kabupaten Nganjuk, (29/2). Acara ini dihadiri seluruh pejabat di lingkungan Kankemenag Kab. Nganjuk. Dua pejabat yang dilantik adalah Drs. Ahmadi sebagai Guru Madya dengan tugas tambahan sebagai Kepala MTsN Tanjunganom dan Dra. Hj. Ida Rosyida M, M.Pd.I sebagai Guru Madya dengan tugas tambahan sebagai Kepala MTsN Lengkong. Dalam pengarahannya, Kakankemenag Kab. Nganjuk H. Barozi memberikan selamat kepada pejabat yang dilantik dan diharapkan segera beradaptasi di tempat baru. Jika ada persoalan, hendaknya dikomunikasikan dengan baik. “Jabatan bukanlah segalanya, akan tetapi sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya,” ujarnya. Lebih lanjut Barozi mengatakan bahwa pelantikan hari ini sudah melalui prosedur yang panjang termasuk mengikuti assesmen dan pansel. Pelantikan ini juga dimaksudkan untuk mengisi kekosongan di MTsN Tanjung anom yang sudah purna tugas juga sebagai penyegaran di MTsN Lengkong. •Nur
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF HISAB RUKYAT PACITAN – Kakankemenag Kab. Pacitan membuka acara Pendidikan dan Pelatihan Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Hisab dan Rukyat yang diselenggarakan oleh BDK Surabaya, (15/3). Kegiatan ini bertempat di aula Kankemenag Kab. Pacitan diikuti 30 orang terdiri dari unsur BHR Kankemenag Kab. Pacitan, KUA Kecamatan, Penyuluh Agama dan wakil dari organisasi keagamaan. Dalam sambutannya Kakankemenag Kab. Pacitan A. Zuhri menyampaikan bahwa hisab dan rukyat merupakan bagian dari ilmu falak yang mempelajari benda-benda langit, terutama peredaran matahari, bumi dan bulan. Peredaran ini berhubungan dengan pelaksanaan ibadah, khususnya sholat, puasa dan haji. “Oleh karena itu, ilmu ini penting untuk dipelajari,” ungkapnya. Lebih lanjut pihaknya menyatakan, salah satu tujuan diselengarakannya kegiatan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan memperkecil perbedaan serta menghormati perbedaan yang terjadi. Sehingga semua pihak akan legowo dan memahami tentang adanya perbedaan. Pada akhir sambutannya, Kakankemenag berharap agar semua peserta mengikuti dengan seksama agar pasca diklat bisa menerapkan di tengah masyarakat. •Cros
RAPAT KERJA KELOMPOK KERJA PENGAWAS (POKJAWAS) PAI KAB. LUMAJANG LUMAJANG – Pengurus Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) PAIS/Madrasah Kab. Lumajang melaksanakan rapat kerja yang bertempat di aula SMK Al Maliki Duren-Dawuhan Lor Kec. Sukodono Kab. Lumajang, (8/3) Ketua Pokjawas Bambang Yazid, S.Ag. menyampaikan bahwa kegiatan bertujuan meningkatkan hubungan kerjasama antar Pengawas di Kankemenag Kab. Lumajang dan menyampaikan informasi baru yang berkaitan dengan kinerja pengawas Sedangkan dalam arahannya, Kasi PAIS Kemenag Kab. Lumajang Drs. Rahmad Mu’shim, M.Sc menekankan bahwa IT harus diperdalam. Karena itu merupakan kebutuhan pokok untuk menyampaikan atau memperoleh informasi. Selanjutnya Kakankemenag Kab. Luma jang Nuril Huda, SH, S.Pd.I, MH berharap dengan terbentuknya pengurus baru, program-program pengawas menjadi lebih baik. “Para pengawas harus mampu mem bangun rasa kebersamaan, menjadi pusat informasi dan komunikasi bagi guru PAI dalam melaksanakan kedinasannya,” ujarnya. Nuril Huda berharap agar pertemuan seperti ini bisa dilaksanakan satu bulan sekali. Koordinasi dengan Pendma perlu terus dilakukan sehingga kinerja pengawas semakin baik. •Ziza
WORKSHOP PENGUATAN TENAGA PENGELOLA DATA EMIS KAB. TUBAN - Bertempat di Hotel Mahkota Tuban, Seksi PD. Pontren melak sanakan kegiatan Workshop Penguatan Tenaga Pengelola Data EMIS pada TPQ, Madin dan Pontren, (18/2). Selama 3 hari workshop ini diikuti oleh 60 peserta dari pengelola data TP, Madin dan Ponpes. Kasubbag TU Kankemenag Kab. Tuban Drs. Achmad Badrus Sholeh, dalam sam butan pembukaannya menyambut baik workshop ini guna mewujudkan TPQ, Madrasah Diniyah serta Ponpes yang berkualitas, berbasis rujukan data yang valid dan up to date serta akurat. “Melalui workshop, semua peserta diharapkan dapat mengisi data secara benar sesuai petunjuk yang diberikan, harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan,” katanya. Sebagai nara sumber adalah Siti Maulidiyah menyampaikan materi Kebija kan Pemerintah tentang data EMIS, Perencanaan dan Penganggaran berbasis Data oleh Nur Alam, M.Ag. sedangkan Moch. Ali Baharudin menyampaikan materi pengenalan program aplikasi. Dengan semangat, para operator EMIS Pontren, Diniyah dan TPQ mengikuti kegiatan ini. Walaupun berbasis ngaji dan wiridan, operator ini tidak mau kalah dengan operator EMIS yang formal yaitu madrasah. •Taa MPA 355 / April 2016
55
LINTAS PERISTIWA
Kakankemenag dan Kassubbag TU Dikukuhkan Sebagai Pengurus DP MUI
Ketua MUI Jawa Timur, KH. Abdush shomad Bukhori melantik jajaran DP MUI Kab. Sidoarjo masa khidmat 2015 – 2020 di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo.
KAB. SIDOARJO – Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (DP MUI) Kab. Sidoarjo masa khidmat 2015-2020 dikukuhkan
oleh Ketua Umum MUI Prov. Jatim (KH Abdush Shomad Bukhori) di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo, (2/3). Kakankemenag Kab. Sidoarjo H. Ahmad Rofi’i, SH.,M.Pd.I. diberi amanat sebagai Sekretaris Dewan Pertimbangan, sedangkan Kasubbag TU H. Misbakhul Munir, M.Ag. sebagai Sekretaris Umum. Sementara nahkodanya adalah Drs. KH. Hambali Zuhdi. Acara ini juga dihadiri oleh Bupati Sidoarjo (H. Saiful Ilah, SH. M.Hum), Sekda (Drs. Ec. Vino Rudimuntiawan, MM), Kapolres (AKBP. Muhammad Nashir), Ketua Komisi D DPRD, Camat, Kepala KUA dan pengurus MUI Kecamatan se-Kabupaten. KH. Abdush Shomad Bukhori dalam sambutannya menyampaikan pentingnya sinergi ulama’ dan umaro’. Menurutnya, Rasulullah telah mengisyaratkan bahwa pilar bangsa ada 4 yaitu ulama yang berilmu, pemimpin yang adil, orang kaya yang dermawan, dan doa yang lemah. Sementara itu Bupati menyambut responsif terhadap DP MUI Kab. Sidoarjo. “Keamanan dan ketentraman Sidoarjo juga tercipta berkat peran dan dakwah para kiai”, ucapnya. •MS
Gerbong Jabatan Struktural Kepala KUA di Kankemenag Kab. Trenggalek Bergerak TRENGGALEK – Dalam suatu organisasi, perubahan adalah keniscayaan. Begitu juga dalam instansi Kemenag. Selasa (1/3), gerbong jabatan struktural di Kankemenag Kab. Trenggalek bergerak dan mengalami perubahan, dikarenakan pejabat yang pensiun, meningggal dunia atau juga karena penyegaran Kakankemenag Kab. Trenggalek, Drs. H. Imam Muchlis MP.d, berpesan kepada pejabat agar melaksanakan tugas dengan amanah dan transparan. Lebih-lebih pejabat Kepala KUA yang menjadi garda terdepan Kemenag. Jangan sekali-kali membuat masalah, terlebih kepada pejabat yang baru dipromosikan. “Saudara akan selalu diamati oleh masyarakat, terlebih lagi oleh sang pencipta yakni Alloh SWT,” ujarnya mengingatkan. Kegiatan yang dilaksanakan di aula Kankemenag Kab. Trenggalek ini mempromosikan 1 orang pejabat yaitu Ibnu Mundir menjadi Kepala KUA Kec. Suruh yang jabatan sebelumnya adalah penghulu Kec. Trenggalek. Sedangkan 4 lainnya mengalami rotasi yaitu Kepala KUA di Kecamatan Dongko, Kampak, Gandusari, dan Pule. Acara ini dihadiri oleh Kepala KUA se-Kab. Trenggalek, seluruh
Kakankemenag Kab. Trenggalek Drs. H. Imam Muchlis MP.d memberikan arahan seusai melantik pejabat Kepala KUA di lima kecamatan berbeda.
Kepala Madrasah Negeri, PPAI, dan seluruh karyawan di Kankemenag Kab. Trenggalek. •SM
Pembinaan Guru PAI dan Pengukuhan KKG Dan MGMP Kemenag Kab. Situbondo
Suasana pembinaan Guru PAI dan Pengukuhan KKG dan MGMP yang diselenggarakan oleh Seksi PAIS Kankemenag Kab. Situbondo.
SITUBONDO – Meningkatkan budi pekerti peserta didik merupakan kewajiban guru PAI. Apalagi perkembangan globalisasi sangat rentan 56
MPA 355 / April 2016
terhadap jauhnya siswa dari norma keagamaan. Berpijak dari kondisi ini, Seksi Pendididikan Agama Islam (PAIS) Kankemenag Kab. Situbondo mengadakan Pembinaan GPAI pada SD, SMP dan SMA/SMK, (3/3). Kegiatan yang bertempat di Rumah Makan Asri Kec. Panarukan ini diikuti 60 GPAI se-Kab. Situbondo. Kasi PAIS Kankemenag Kab. Situbondo, Choironi Hidayat, S.Ag., selaku panitia penyelenggara mengatakan bahwa pembinaan ini bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas guru agama Islam dan budi pekerti pada sekolah agama dan umum. Sedangkan Kakankemenag Kab. Situbondo, Drs. M. Nur Sjamsudin A.M, M.Si, dalam sambutannya menegaskan bahwa guru sebagai teladan harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola. “Kemuliaan hati seorang guru harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar symbol atau semboyan yang terpampang di dinding sekolah,” ungkapnya. Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan pengukuhan Pengurus KKG dan MGMP periode 2016-2019. •Liz
LINTAS PERISTIWA
PELANTIKAN PEJABAT STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL KAB. MADIUN – Bertempat di aula Arafah Kankemenag Kab. Madiun dilangsungkan pelantikan pejabat struktural dan fungsional di lingkungan Kankemenag Kab. Madiun, (29/2). Acara ini dihadiri oleh seluruh pejabat Kankemenag Kab. Madiun. Dalam sambutannya, Kakankemenag Kab. Madiun Dr. Hafidz, M.Si menyam paikan bahwa regulasi jabatan di instansi pemerintah adalah hal yang wajar untuk meningkatkan profesionalitas pejabat itu sendiri. “Ini bertujuan untuk memberikan semangat kerja baru dan juga memberikan pengalaman kerja secara dinamis”, ujarnya. Pada acara ini 8 pejabat yang dilantik sebagai Kepala KUA adalah Drs. Kuwat, M.Pd.I, Drs. Ubaidillah Santoso, Slamet Diono, S.Ag., Kusnudin, S.Pd.I., Choirudin, S.Ag., Mujar Yatim, S.Pd.I, Drs. Suyanto, dan Syamsul Hadi, M.Pd.I. Seorang dilantik sebagai Pengawas Sekolah Madya tingkat Menengah pada MTs Kankemenag Kab. Madiun yaitu Drs. Ahmad Baidhowi. Sebanyak 4 orang dilantik sebagai KTU yaitu Subandi, S.Pd.I., Ali Fatkur Rochman, SH, Siswandari Astuti Rahayu, dan Mujahidin, S.Sos. dan 2 orang dilantik sebagai Kepala MTsN yaitu Khomarudin, S.Pd. dan Drs. Budi Wiyono. •Arf
TINGKATKAN KOMPETENSI GURU MADIN TULUNGAGUNG, BDK SURABAYA ADAKAN DIKLAT TEKNIS KAB. TULUNGAGUNG – Guna mening katkan kompetensi 30 guru madin di bawah Kemenag Kab. Tulungagung, selama 5 hari BDK Surabaya menggelar Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Guru Madrasah Diniyah di aula Kankemenag Kab. Tulungagung, (1/3). Dalam pembukaan diklat, Mochamad Muhsinun dari BDK Surabaya selaku panitia penyelenggara mengatakan bahwa diklat ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, dan wawasan tugas sebagai guru madin. Selain itu, untuk membentuk kepribadian sehingga mampu menjadi tenaga pendidik yang profesional, handal dan menjadi agen perubahan. Sementara itu, Kakankemenag Kab. Tulungagung H. Damanhuri dalam pidato pembu kaannya menyampaikan harapan besarnya kepada guru madin untuk menga wal anak-anak dalam bidang agama. Karena sekolah formal, dirasa masih kurang. Daman huri menyampaikan bahwa masalah klasik madin adalah kontinuitas santri madin yang penuh di awal tahun, dan menyusut di tengah tahun. “Sepulang diklat, saya berharap ada inovasi pembelajaran, sehingga mereka tidak berhenti di tengah jalan,” kata Damanhuri. •Fat
WORKSHOP IMPLEMENTASI DAN PENILAIAN K13 GPAI DAN PPAI KAB. LAMONGAN – Selama 4 hari, Seksi PAIS menyelenggarakan workshop implementasi dan penilaian kurikulum 2013 (K13) bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) Sekolah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI). Untuk pendalaman materi, seksi PAIS menginapkan peserta di Wilis Hill Resort, Jenu, Tuban, (14/3). Dalam sambutan saat membuka acara, Kakankemenag Kab. Lamongan Drs. H Leksono, M.Pd.I mengharap agar para peserta memahami dan mendalami karakter K13 sehingga implementasi pada peserta didik lebih bermakna dan berhasil guna. Di sisi lain, para peserta diharapkan mampu memberi penilaian yang sesuai tujuan proses pembelajarannya. “Kalau kurikulumnya berubah, guru akan berubah pula teknis penilaian peserta didiknya,” harapnya. Sebelumnya, H Abdul Ghofur, M.Ag, Kasi PAIS mengatakan, workshop yang diikuti 65 peserta ini dalam pendalaman materi mengundang narasumber yang bersertifikat TOT Nasional dari Balai Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Keagamaan Surabaya. Pihaknya mengharap peran serta dan penguatan organisasi profesi seperti: Pokjawas, MGMP PAI SMA/SMP demi menuju program revolusi mental. •Nsr
PEMBINAAN KAKANWIL KEMENAG DI KABUPATEN MALANG KAB. MALANG – Menjadi pejabat saat ini harus benar-benar bisa menempatkan diri dan menempa diri sesuai tuntutan zaman sebagai pelayan masyarakat. Oleh karena itu, Presiden RI menggulirkan revolusi mental disebabkan sudah hilang atau menurunnya nilai-nilai integritas, etos kerja keras dan kegotongroyongan. Maka, menjadi tugas ASN khususnya di lingkungan Kemenag untuk mengembalikan nilai-nilai tersebut di tengah-tengah masyarakat. Demikian petikan arahan Kakanwil Kemenag Prov. Jatim saat memberikan pembinaan pejabat struktural dan fungsional di Kankemenag Kab. Malang, di aula setempat, (15/3). Keberadaan Kementerian Agama – lanjut Kakanwil Prov. Jatim – harus memberikan nilai lebih. Sebab bila tidak, nilai-nilai agama di masyarakat akan tereduksi. Oleh karena itu peranan yang bisa dilakukan adalah melalui pendidikan. “Program-program unggulan seperti kerukunan umat beragama hendaknya menjadi skala prioritas dalam perencanaan,” tukasnya. Lebih lanjut disampaikan bahwa ASN Kemenag harus berbuat yang terbaik. Baik itu untuk diri sendiri maupun orang lain melalui pelaksanaan lima nilai budaya kerja Kemenag. •Arif
WORKSHOP PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN KURIKULUM PAI NGAWI – Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru PAI di Sekolah, Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) Kankemenag Kab. Ngawi menyelenggarakan worshop bagi guru PAI pada sekolah di Kabupaten Ngawi selama empat hari, (25/2). Sebanyak 65 peserta mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Merah 2 Sarangan Magetan ini. Kasi PAIS sekaligus ketua penyelenggara Suwarno, MA, menyampaikan bahwa workshop ini dimaksudkan untuk mening katkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, terutama kompetensi peda gogik dalam proses pembelajaran dan penilaian. Selain itu juga untuk mengubah mindset guru PAI pada sekolah terutama pemahaman tentang Kurikulum 2013, di samping memberikan pemahaman tentang praktek pembelajaran terbimbing. Sementara itu, dalam pengarahannya Kakankemenag Kab. Ngawi, Drs. H. Syahidan, MH mengatakan bahwa workshop tersebut sangat mutlak dilaksanakan karena dapat memberikan pemahaman Guru PAI tentang pengembangan penilaian pembelajaran PAI sesuai kurikulum 2013, RPP, serta wawasan dan praktek melalui simulasi penerapan kompetensi pedagogik dalam model dan penilaian pembelajaran PAI. •Guh
DDTK DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MADIN SUMENEP – Jika seseorang membi carakan pendidikan, hakikatnya sedang membicarakan bangsa dan negara. Karena pendidikan membangunan peradabannya. Oleh karenanya, Kankemenag Kab. Sumenep merespon cepat dengan mengadakan Diklat DDTK bagi guru Madin selama lima hari dengan tujuan agar kompetensi guru madin mampu memberikan strategi didaktik metodik yang dinamis dalam proses pembelajaran di kelas, (1/3). Diklat ini diikuti 40 peserta dengan nara sumber dari BDK Surabaya. Drs. Ec. H. Moh. Shodiq, M.PdI selaku Kakankemenag Kab. Sumenep dalam amanahnya mengatakan bahwa diklat ini mutlak diikuti oleh guru madin sebagai otoritas pemberdayaan kompetensi guru. Setelah diklat peserta diharapkan nantinya mampu dan sanggup memberikan ilmu dan pengetahuannya pada lembaga atau kepada santri. Sehingga akan muncul santri yang intelektual atau intelektual santri. Sementara itu, Dr. H. Muhammad Thoha, M.Si selaku Kepala BDK Surabaya mengatakan bahwa guru madin adalah ujung tombak pendidikan. Guru madin harus bangga diri dengan status guru ini. Karena jika mengajarkan ilmu dengan ikhlas, maka balasannya adalah surga. •Zarkasyi MPA 355 / April 2016
57
KULINER
udang goreng mentega Bahan: l 1 ½ cm jahe, parut l 2 siung bawang putih, parut l 1 sdt merica bubuk l 1 sdm air jeruk nipis l ½ sdt garam l 500 gr udang windu, cuci bersih l 2 sdm mentega Cara membuat: 1. Campur semua bumbu hingga rata. 2. Lumuri udang dengan bunbu. Diamkan selama 1 menit hingga bubu meresap. 3. Panaskan mentega. Goreng udang hingga berubah warna dan matang. 4. Angkat dan tiriskan. 5. Sajikan dengan saus tomat dan sambal botola
Kroket Kentang Bahan: l 500 gr kentang kukus (lumatkan) l 4 sdm Margarin l 100 cc air l 100 gr terigu l 2 butir telur kuning l Minyak goreng secukupnya ISI: l 150 gram daging cincang l 4 buah wortel (potong dadu) l 2 tangkai daun bawang (diiris halus) l 2 tangkai seledri (diiris halus) l 6 siung bawang merah (dihaluskan) l 3 siung bawang putih (dihaluskan) l 1 sdt (dihaluskan) l Garam secukupnya l 2 butir telur l 100 gram tepung roti Cara memBUAT: 1. Tumis bumbu yang telah dihaluskan, masukkan daging cincang, beri sedikit air, keringkan, masukkan wortel sampai rata. 2. Masukkan daun bawang dan seledri, aduk sampai semua tercampur. 3. Biarkan sebentar adonan dalam api kecil, didihkan air dan margarin. 4. Masukkan terigu, aduk sampai kalis (tidak lengket dengan panic). 5. Masukkan garam dan merica, angkat. 6. Aduk-aduk adonan sampai agak dingin. 7. Tuang kentang lumat, masukkan kuning telur, aduk sampai rata. 8. Bentuk bulat-bulat, isi adonan dengan isi. 9. Celupkan bulatan dengan kocokkan telur, lalu gulingkan dalam tepung panir. 10. Goreng dalam minyak
58
MPA 355 / April 2016
COVER LAA
Salsa Mu’izzul Azizah dan Rosika Anisa Tohira
Pendekar Sastra Cilik dari Pacitan Dua gadis cilik ini prestasinya tidak bisa dianggap enteng. Sebab meski berasal dari daerah pinggiran ternyata dua siswa kelas IV MI Al-Huda Ploso Pacitan ini mampu menghentak pentas nasional.
S
alsa Mu’izzul Azizah adalah penulis cilik yang memiliki rekam juara penulisan cerpen. Dalam ajang Kecil-kecil Punya Karya (KKPK) yang dihelat Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Pada awal Oktober 2015 silam itu, dirinya berhasil mendapatkan juara I dan berhak melaju ke tingkat Jawa Timur.
Di ajang yang sama, Rosika Anisa Tohira juga mendapatkan hasil yang sempurna. Bedanya, dirinya menjadi Jawara dalam kategori mendongeng. Dan bersama Iza – panggilan karib Salsa Muizul Azizah, dia menjadi duta Pacitan dalam kejuaraan KKPK tingkat Jatim. Yang menggembirakan lagi, di even yang digelar pada akhir Oktober tahun lalu, keduanya sukses merebut tiket menuju Jakarta. Prestasi keduanya, tentu
merupakan capaian yang luar biasa. Mengingat mereka berdua masih duduk di bangku MI. Bahkan, karya cerpen Izah sudah diterbitkan oleh penerbit kenamaan, Mizan Bandung. “Informasinya dia sudah mendapatkan royalti dari penerbit,” ujar Zainal Nurudin, SPd, MSi bangga. Ditilik dari kegemarannya, memang sesuatu yang wajar jika Iza mampu menghasilkan karya dalam bentuk buku. Sebab dirinya memang gemar menulis. Bahkan dalam sebulan dirinya mampu menghasilkan satu karya cerpen. Untuk ukuran bocah seusianya tentu ini merupakan capian yang luar biasa. Apalagi dari sisi bentuk tulisan dan alur cerita, buah tangan Iza tergolong sempurna. “Kalau anda baca karya-karnya pasti tak menyangka kalau itu tulisan anak usia MI. Sebab ceritanya begitu hidup. apalagi pemilihan metaphor dan diksinya kuat sekali,” tukas Kepala MI AlHuda Ploso Pacitan kagum. Sementara, Rosika – panggilan karib Rosika Anisa Tohira, tak kalah kreatif dalam mendongeng. Ekspresi, intonasi, dan gaya tubuhnya begitu memukau. Ini lantaran dia memiliki kemampuan penjiwaan terhadap materi serta ketajaman ingatan yang luar biasa. Ketika bercerita, dibawakanya dengan sistematis. Sehingga tak heran ketika dia tampil mampu membuat hadirin enggan beranjak dari tempat duduknya hingga cerita usai. Iza dan Rasika memang gadis ajaib. Belajar di madrasah yang sama. Keduanya tercatat aktif di sangar yang sama pula, D’ Pacitan. Prestasi keduanya juga hampir setara serta didapat di waktu yang bersamaan. Agaknya layak disematkan kepada keduanya sebaagai Pahlawan Sastra Cilik dari Pacitan. Apalagi di usiaa yang masih belia, mereka mampu menjadi nominator pendongeng dan penulis cilik dalam konferensi penulis cilik Indonesia (KCPI) Kemendikbud pada Oktober 2015 lalu. •pri MPA 355 / April 2016
59
Ayah, Aku Ingin Sekolah Beberapa tahun yang lalu, tepatnya hari senin dini hari, aku dapatkan tubuh nenek telah terbujur kaku di kamarnya. Saat itu umurku baru genap enam tahun, aku masih belum tahu betul arti penting dari kebersamaan dan sakitnya kehilangan. Aku belum tahu dan tak pernah terpikirkan dalam benakku, seperti apa kehidupanku kedepan, bagaimana aku harus menjalani hari-hariku tanpa seorang nenek yang sangat menyayangiku. Oleh : Siti Aminah*)
M
asih lekat dalam ingatanku, pada dini hari itu aku menangis, mengguncang-guncang tubuh ne nek, memintanya bangun untuk membuat kan aku sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. Tapi nenek tidak mendengarkan perka taanku, dia tetap terpejam tanpa sepatah katapun. Dia tidak bilang iya ataupun tidak dengan permintaanku. Aku lihat orang –orang yang berada di sekitarku banyak yang menangis, memintaku untuk bersabar, tak sedikit diantara mereka yang memeluk dan menciumku sambil berlinangan air mata. Saat itu aku tahu nenekku telah tiada, dia tidak bisa bersamaku lagi, menyiapkan sarapan, mencuci baju dan menemaniku belajar. Setelah tujuh hari dari kematian nenek, saat itulah kisah kehidupan baruku dimulai. Aku harus pergi jauh meninggalkan rumah, rumah yang selama ini menjadi surga bagiku. Rumah dimana selalu ada senyum dan belaian yang tulus dari nenekku. Sejak itulah aku harus pergi meninggalkan rumah dan tinggal bersama ayah. Dengan sangat terpaksa aku juga harus meninggalkan sekolah dan teman-temanku. Duh, sungguh! Betapa sedihnya aku waktu itu. “Tuhan, andai saja ayah dan ibuku masih bersatu, mungkin aku tidak akan merasa sesedih ini. Tapi sudahlah! Mugkin ini memang takdirku, dan aku tidak boleh menyerah, aku tidak boleh kalah dengan keadaan.” Gumamku waku itu. Jika dibandingkan dengan temantemanku, mungkin aku temasuk anak yag 60
MPA 355 / April 2016
kurang beruntung. Ketika usiaku baru dua belas hari ayah dan ibuku bercerai. Ntah apa penyebabnya, nenek tidak pernah men ceritakan itu padaku. Yang aku tahu hanyalah perempuan yang saat ini menjadi istri ayah bukanlah ibuku. Aku tidak tahu dimana ibu kandungku berada. Seingatku, aku belum penah satu kalipun bertemu dengan ibuku. Aku sering merasah iri saat melihat temanteman sepermainanku bercanda manja pada ibunya.”kapan aku bisa seperti itu, aku rindu ibu, aku rindu kebersamaan itu.” Ah, lagi-lagi aku harus menepisnya. Aku tidak boleh bermimpi terlalu jauh. Sudahlah, terima saja kenyataan ini. Aku harus menjalani hari-hariku bersama ayah, ibu tiriku dan kedua adikku. Kebiasaan mandi pagi, sarapan dan berkemas-kemas pergi ke sekolah harus aku lupakan. Kali ini tak ada sekolah, tak ada teman bermain, yang ada hanya kedua adikku, hasil pernikahan ayah dengan istrinya yang sekarang. Adikku yang pertama berusia tiga tahun dan satunya lagi baru dua bulan. Mereka berdua adalah urusanku dan aku baru bisa istirahat ketika keduanya sudah tidur. Ayahku seorang kuli dan ibu tiriku penjual kue kililing. Aku tidak bisa sekolah, bukan karena tidak ada biaya, karena sekarang tidak ada sekolah yang tidak geratis, tapi karena aku tidak punya waktu untuk duduk dibangku sekolah. Keluargaku sangat sibuk dan aku bertugas menjaga adik-adikku, karena kalau bukan aku, siapa lagi yang akan
menjaga mereka. Ayahku berangkat pagi dan baru datang sore hari, begitu juga dengan ibu. Sebenarnya nuraniku menentang semua ini. Aku merasa hakku telah dirampas. Diusiaku yang masih sebelia ini aku berhak merasakan kebahagiaan duduk di bangku sekolah, punya banyak teman dan guruguru yang baik. Aku berhak menjadi pintar. Aku juga ingin menjadi orang sukses seperti yang sering ku lihat di televisi, mereka bisa menjadi arsitek, menjadi dokter, menjadi polisi, menjadi pilot, semua karena sekolah mereka tinggi. Aku...?, akan menjadi apa aku nanti?” ayah..., aku ingin sekolah. Aku juga ingin sukses seperti mereka” Kali ini aku memang masih belum bisa duduk di bangku sekolah, tapi aku tidak ingin kalah dengan mereka. Dimanapun aku berada, dimanapun aku duduk, aku tetap ingin menjadi anak yang pintar yang bisa berguna untuk orang lain. Maka dari sekarang aku akan rajin membaca, memabaca apa saja yang ku temukan. Sehingga suatu saat nanti ketika aku punya kesempatan lagi untuk sekolah aku tidak akan tertinggal jauh pengetahuan dari teman-temanku. Ayah..., aku benar-benar ingin sekolah. Semoga kesempaan itu masih ada. Aku akan ceritakan semua pengalamanku ini pada teman-teman, biar mereka belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak menyianyiakan kesempatan yang mereka miliki. •Guru di Madrasah Ta’limus Shibya Kolpo Bantang, Batang, Sumenep
cuplikan tarikh
Teladan Utama Khulafaurrasyidin (2) Oleh : Drs. H. Hartoyo, M.Si
Banyak yang dapat diambil sebagai teladan dari para Khulafaur Rasyidin. Secara umum mereka adalah manusia-manusia yang kokoh dalam keimanan, serta berlaku istiqamah. Teguh memegang amanah, Jujur, cerdas, bertanggung jawab, dermawan, dan selalu menyampaikan kebenaran. Sekaligus mereka tidak bertindak aniaya kepada diri sendiri atau orang lain, tidak melampaui batas, dan tidak berbuat yang bisa merugikan sesama.
S
ecara khusus banyak perilaku yang mencerminkan akhlak mulia dari Khulafaur Rasyidin yang dapat dite ladani. Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq RA yang lemah lembut, sikapnya tenang, tidak mudah terdorong hawa nafsu. Meski demikian ketika beliau dipilih sebagai Khalifah, langkah pertama yang ia lakukan adalah memberangkatkan pasukan Usamah. Banyak sahabat yang tidak setuju, mengingat setelah wafatnya Rasulullah SAW banyak orang kembali murtad, dan itu dapat membahayakan Islam di Madinah. Namun keimanan Abu Bakar yang sekokoh karang, tetap dengan pendiriannya untuk memberangkatkan pasukan Usamah, ia berkata : "Demi nyawa Abu Bakar, sekiranya ada serigala akan menerkamku, niscaya aku teruskan pengiriman pasukan Usamah, ini seperti yang diperintahkan Nabi SAW. Sekalipun di kota ini sudah tidak ada orang selain aku, pasti kuberangkatkan juga". Kekokohan iman Abu Bakar ternyata menum buhkan keberhasilan yang menen tukan dalam perkembangan Islam selan jutnya. Pasukan Usamah berhasil menga lahkan pasukan Byzantium, dan kembali ke Madinah dengan selamat. Melihat itu, suku-suku yang sebelumnya berniat murtad, mengurungkan niatnya dan tetap dalam keislamannya. Umar bin Khattab adalah tokoh besar da lam kesederhanaan, sederhana dalam kekuatan, dan pribadi yang kuat dalam keadilan dan kasih sayang. Ia khatib jum’at yang sering terlambat karena menunggu
pakaian dalamnya kering sehabis dicuci, sedangkan jubahnya tidak kurang dari dua puluh satu tambalan. Suatu saat khalifah Umar menerima kiriman makanan dari gubenurnya di Azer bajan, oleh Umar kurir itu ditanya: “Apakah makanan ini biasa dimakan orang-orang di sana?“ Orang itu menjawab tidak, ini adalah makanan khusus untuk para bangsawan dan orang-orang berada. Umar bergetar, lalu ia berkata kepada kurir tadi: “Bawa kem bali kepada pengirimnya, dan sampaikan kepa danya bahwa Umar melarang mengisi perut dengan makanan, sebelum Muslim yang lain kenyang lebih dulu dengan makanan itu“. Umar adalah seorang khalifah yang sering menyamar pada waktu malam, untuk mencari tahu bagaimana keadaan sebenarnya dari rakyat yang dipimpinnya. Jika ada yang butuh pertolongan, tidak segan-segan ia sendiri yang melakukannya dan menolak orang lain ikut membantunya. Utsman bin Affan RA adalah khalifah Rasulullah SAW yang kokoh iman dan taqwanya, cinta damai, pemalu, penyantun dan amat dermawan. Kedermawanannya tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan semata, tetapi beliau amat banyak membantu perjuangan Islam. Sayyidina Utsman juga mengikuti penda hulunya Umar, membeli rumah-rumah di sekitar Ka’bah, dan rumah-rumah itu dirobohkan untuk perluasan Masjidil Ha ram. Begitu juga dengan Masjid Nabawi di Madinah, setelah bermusyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat, Utsman mem
bangun kembali secara besar-besaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat itu. Ali bin Abi Thalib RA seorang zahid panutan, berilmu dan pemberani, pemurah mes kipun bukan orang berharta. Amat murah hati meskipun kepada bekas musuh. Ia seorang yang menjunjung tinggi keadilan dan tidak suka meninggalkan musyawarah. Meskipun Ali seorang zahid, tapi ia berfikir rasional, yang faham bahwa tuntunan Nabi tidak membenarkan orang hidup seperti pertapa. Suatu ketika ada sahabat yang datang dan ia berkata : “Saya mengadukan saudara saya, ia meninggalkan kehidupan dunia ini sama sekali“. Oleh khalifah Ali orang itu dipanggil dan diberi nasehat : “Anda menjadi musuh Anda sendiri. Apa tidak kasihan kepada anak dan istrimu? Allah telah menghalalkan segala yang baik buat kita, adakah Dia tidak berkenan jika kita mengambilnya? Sayangilah keluargamu, jangan sampai keluargamu menjadi orang yang paling menderita karena Anda“. Sikap sayyidina Ali RA juga amat keras kepada orang yang berkhianat, pejabat korup, pemakan harta umat, ia juga tidak suka kepada orang yang berebut untuk men dapatkan jabatan. Ali juga melarang orang menimbun kekayaan secara berlebihan, sementara banyak orang yang masih hidup dalam kekurangan. (Disadur dari buku Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah karya Khalid Muhammad Khalid, dan bacaan-bacan lain) MPA 355 / April 2016
61
Malam Semakin Malam
Bingung berlari dari satu desa kedesa lainnya Bunda... Karenamu aku setiap hari mencuci hati Bahasa mati Benda mati Bahkan, pagi tak terhitung jari Selalu datang untuk kutaati Inilah bunda, malam semakin kelam Kata tak beraturan tak mengenal luka Hanya terucap terimakasih Setiap hari dalam hati Fedi Novitasari MTs .Darul Ulum Jl. Toghur Billah Desa Batuputih Kenek Kec. Batuputih Kab. Sumenep Madura 69453
Bingkai Cahaya
Cahayaku mulai pudar Langkahku terhenti sejenak Terhalang gemerlapnya dunia Seakan sendiri di kala sunyi Aku mulai melangkah Tapi entah kemana Aku mulai mencari Walau entah siapa Kini... Sunyi dan hening menjadi teman Untuk mencari iman direlung hati Untuk melangkah menuju taqwa Menemukan sosok diri Di bingkaian cahaya sang Ilahi Rabbi... Alvi Nuraini Siswa SKS 1 MAN Bangkalan
Ujian Nasional
Ujian nasional sudah menanti Sudah bisa dihitung jari Empat atau lima hari Penentuan hasil selama ini Kami semua tak sabar lagi Waktu demi waktu telahku lewati Hari – hari semakin kemari Tak terasa diujung penantian ini Sudah berada didepan mata kami Hingga tiba saat yang dinanti – nanti Detik-detik mendebarkan telah menghampiri Dimana semua siswa menanti-nanti Kita hanya bisa berdoa sembari merenungi Hasil yang akan didapat nanti Ahsana Taqwiyan Kelas XI IA 4 SMAN 1 GROGOL KEDIRI Jl. Raya Gringging 16 Sonorejo – Grogol Kab. Kediri, Kode Pos 64151
Aku Hijrah
Pernah terjamah dalam curam keduniaan . . . Acuh akan wilayah kesesatan Bergaya dengan percaya Tanpa peduli agama . . . Rentetan kisah yang kelam . . .
62
MPA 355 / April 2016
Beginilah nasib pengembara Jauh dari rumah dan sanak keluarga Bekal pas-pasan Jadi hinaan orang
Menyisakan musim kelabu yang tak urung berlalu . . . Sampai sebait kalimat Meretakkan sebuah naluri yang hampir menjadi batu . . . Terkesan akan kalimat itu yang perlahan membangun nostalgia lampau . . . Terus tenggelam dalam masa baru Aku hijrah , dengan syariat agama . . . yang memberi pencerah dari sandiwara dunia . . . Titin Sholihatin Siswa Kelas X-Mipa6 MAN Tambakberas Jombang
Sang Pengembara
Berjalan sendirian Menelusuri jalanan Malam menjelang Pengembara mencari penginapan Ruang kosong Gelap dan pengap Tapi tak mengapa Yang penting bisa tidur lelap Panas hujan tak jadi persoalan Kerja keras untuk mencari penghidupan Upah sedikit asalkan halal Cukuplah untuk memenuhi kebutuhan
Sang pengembara bukanlah orang biasa Meski nampak lelah dan lemah Namun tak pernah kenal putus asa Karena dia hidup hanya untuk-Nya Titik Muslikah SMA Negeri 1 Kota Mojokerto Jl. Irian Jaya no. 1 Kota Mojokerto
Sajadah Kehidupan
Titik-titik air mengalir Dari hulu hingga ke hilir Udara segar mengarak menyambut Pada bumi pertiwi mengalun lembut Lembaran kehidupan beterbaran Bersujud bersembah kepada Tuhan Bumi pertiwi menjadi saksi Air suci menjadi bukti Akan apa yang kita perbuat Baik itu dosa maupun taat Inilah hamba-Mu Sembah syukur kepada-Mu Bumi pertiwi ini Adalah sajadah kehidupan Sujudku pada-Mu Serahku pada-Mu Pada ranah ini Aku kan kembali pada-Mu Ahmad Radhitya Alam Siswa di MTsN Jambewangi Jl. Raya Jambewangi Jambewangi Kec. Selopuro Kab. Blitar
TTM EDISI 355
Bulan APRIL 2016
TTM Edisi 355
MPA JAWABAN TTM NO. 353
Mendatar : 1.RUKUN 3.CONDONG 7.SELINAP 9.SEGAR 10.DUTA 12.NARASI 14.ANAK 15.NAS 16.MAHA 17.BROKAT 20.HATI 22.RUSIA 23.IHTIMAL 24.ARAFURU 25.MALAS
DAFTAR PERANYAAN TTM NO. 355 Mendatar : 1. Kulit padi 4. Gumpalan seperti batu 7. Beranda yang panjang bersambung dengan rumah induk 9. Undang-undang Lalulintas 10. Dekat, erat 12. Kelompok, regu 13. Kura-kura kecil 16. International Amteur Boxing Association 18. Anak puteri, anak perempuan 19. Setelah pagi 20. Bangsa yang tertulis di dalam Al-Qur’an 22. Medan, tempat 24. Tiruan bunyi raung harimau atau singa 25. Denda yang harus dibayar karena melanggar larangan Allah 27. Orang yang tamat dari sekolah atau Perguruan Tinggi 28. Motor penggerak yang menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam Menurun : 1. Tidak melalui jalan yang benar 2. Tempat memelihara ikan di sungai atau danau 3. Huruf hijaiyah 4. Lawan buruk 5. Perkumpulan orang-orang yang mengadakan persekutuan 6. Danau, kolam di bawah gunung 8. Kamper, kapur... 11. Rasa garam 14. Universitas Negeri Jember 15. Binatang buas 17. Mengenai pertanian atau tanah pertanian 18. Sumpah Gajah Mada, “Amukti...” 21. Arti, maksud dalam hadits 22. Menahan, menyokong dengan telapak tangan 23. Negara Kesatuan Republik Indonesia 26. Nama keluarga, marga
KUPON
No : 355
Menurun : 1.DOING 2.DEKAN 3.JERA 4.RATU 5.INGIN 9.SUAP 10.MUSI 12.URIP 13.GIAT 15.USAHA 17.RUMAH 18.ASNAD 20.AMIN 21.UTUH
Peraih Hadiah TTM No. 353 1. Ayda Nur Itsnaini Jl. Letnan Sudiono I/4 RT 22 RW 05 Kel. Dabasah BondowOso 2. Erni Siti Aghsa Perum Tegal Besar Permai II Blok F-8, Jember 3. Eko Rohmanto (OB) MTsN Paron Jl. Raya 01 Paron Ngawi (63253) 4. Sukamto Dsn. Mandiro RT 04 RW 04 Ds. Mojopurno kec. Ngariboyo Magetan (63351) 5. Siti Muzaro’ah MA Al Musthofa Jl. Raya Canggu Dsn. Kedung Semur, Jetis, Mojokerto (61352) Ketentuan : 1. Jawaban ditulis pada kartu pos dan ditempeli kupon sesuai dengan nomornya. 2. Jawaban dikirim ke redaksi MPA paling lambat akhir April 2016 (cap pos). 3. Peraih hadiah diumumkan pada MPA edisi 356.
MPA 355 / April 2016
63
SAHABAT
Muhammad Fikri Rabbani
Dimyati Anshori Aziz
Panggilan : Robin
Panggilan : Danzie
TTL : Pasuruan, 21 Januari 2015
TTL : Pamekasan, 03 Desember 2015
Alamat : Kelurahan Kepel Kota Pasuruan
Alamat : Tlontoraja Pasean Pamekasan
Cita-cita : Presiden
Cita-cita : Militer
Orangtua : MhD. Faisol,SE
Orangtua : Munasir dan Siti Hasizah.
dan Karlina Sulistyowati
Bayu Aqilah Fadlil
Muhammad Nazli Nasrillah Khan
Panggilan : Bayu
Panggilan : Nazli
TTL : Sidoarjo, 01 Pebruai 2000
TTL : Pasuruan, 27 Juni 2015
Alamat : Pabean Sedati Sidoarjo
Alamat : Pekoren, RT 2, RW 1
HobI : Pidato
Rembang Kab. Pasuruan
Citi-cita : Dosen Orangtua : Drs. H. Pardi, M.PdI & Hj. Indah Novita , S.PdI
HobI : Mimik Susu Soya Cita-cita : Pakar Ilmu Dinniyah Orangtua : Subkhan, S.Pd dan Hanifah Surya Dewi, S.Pd
Muhammad Ja’far Shodiq
Shafira Nayla Agustin
Panggilan : Ja’fàr
Panggilan : Shasa
TTL : Lumajang, 15 Mei 2005
TTL : Sragen, 12 Agustus 2008
Alamat : Jl. Ranupakis RT 4 RW 5 Ranupakis Klakah
Alamat : Desa Banyumeneng Pucangan Kec. Ngrambe Kab. Ngawi Cita-cita : Polwan
Hobi : Bersholawat
Hobi : Bersepeda dan panjat Tebing
orang tua : M. Kholil dan Chusnawiyah
Orangtua : Agus Supriyanto dan Titin Muryaningsih
64
MPA 355 / April 2016
SARI HIKMAH
Kisah Hasan Al Basri dan Tetangga Nasrani Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah SAW. telah bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata dengan perkataan yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
H
adist di atas tampaknya sangat dipe gang teguh oleh seorang tabi’in ber nama Hasan al Basri dari Basrah, Irak. Beliau terkenal sebagai orang yang berilmu dan berjiwa besar. Dibuktikan dari sepenggal kisah hidup beliau dengan te tangganya yang beragama Nasrani. Rumah orang Nasrani itu bersebelahan dengan rumah imam Hasan al Basri dalam satu atap. Suatu hari, kamar mandi orang Nasrani itu rusak. Kebetulan kamar mandi itu berada di loteng dekat kamar Hasan al Basri sehingga air kencing merembes dan menetes ke kamar sang ulama. Beliau sama sekali tidak memper masalahkan hal tersebut kepada tetangga sebelahnya itu. Beliau menyuruh istrinya meletakkan timba di bawah tetesan cairan najis itu. Sesekali beliau membersihkan
cipratan air yang jatuh ke lantai. Ketika sudah penuh langsung diganti dengan timba yang lain. Dengan sabar hal tersebut beliau lakukan selama dua puluh tahun. Suatu ketika Hasan al Basri sakit. Datang lah orang Nasrani itu bersama keluarganya ke rumah sang imam untuk menjenguknya. Ketika masuk ke kamar Hasan, ia terkejut karena ada banyak tetesan cairan berbau tidak sedap dari atap rumah sang ulama. Dilihatnya isi timba yang ada di bawah tetesan itu. Ternyata isinya kencing. Lantas ia menyadari bahwa tepat di atas kamar itu terdapat kamar mandinya. Nasrani itu bertanya. “Sejak kapan anda bersabar akan kesa lahan kami ini, wahai Hasan?” tanya orang nasrani itu. Namun Hasan al Basri menja wabnya dengan senyuman karena tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak.
“Tolong jawablah wahai Hasan. Atau saya akan merasa sangat tidak enak. Sejak kapan engkau bersabar akan hal ini?” desak orang Nasrani itu penasaran. “Sejak dua puluh tahun yang lalu,” jawab Hasan al Basri dengan suara khas orang sakit. “Mengapa engkau tidak mengatakannya kepadaku?” lanjut si Nasrani. “Nabi mengajarkan “Barang siapa yang beriman kepada Allah Swt. dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.” jawab Hasan al Basri dengan senyum. Seketika orang nasrani beserta keluarganya itu mengucapkan dua kalimat syahadat dan beriman kepada Allah Swt. •Muhammad Fadli Al Fauzi, Siswa kelas IX-A, Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember 1 MPA 355 / April 2016
65
dunia islam
KTT LUAR BIASA OKI JAKARTA, DESAK ISRAEL AKHIRI PENJAJAHAN (1) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT LB) ke-5 di Jakarta, pada 6 – 7 Maret 2016 lalu. Dengan tingkat pengamanan luar biasa. Alkhamdulillah berjalan lancar.
K
arena keberhasilan penyelengga raannya dapat berpengaruh terhadap martabat dan kredibilitas bangsa Indonesia. Sekitar 4000 pesonil gabungan TNI –POLRI diterjunkan untuk mendukung kelancaran, pengamanan, dan kesuksesan even internasiomal yang berpusat di Jakarta Convention Center ini. Dihadiri oleh 57 kepala negara dan pemerintahan serta pengamat dari Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan PBB. Topik utama perhelatan multilateral ini adalah membahas langkah-langkah urgen untuk mendukung kemerdekaan bangsa Palestina secara utuh yang sekarang nyatanya masih belum lepas dari kekejaman penjajahan zionis Israel. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah menggantikan Marokko, disamping karena permintaan Arab Saudi dan Palestina sebagaimana diputuskan dalam pertemuan tingkat menteri OKI sebelumnya. Tentu juga mengisyaratkan pesan penting terkait dengan posisi strategis Indonesia dalam kancah dunia internasional. OKI sendiri, dibentuk di Marokko pada 25 September 1969 yang dituangkan dalam Deklarasi Rabat yang menegaskan keya kinan atas Agama Islam, penghormatan pada Piagam PBB, dan HAM. Saat ini OKI beranggotakan 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas Muslim di Asia dan Afrika. Salah satu tujuan pokok pembentukan OKI adalah membantu perjuangan pemben tukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Setelah dibentuk sejak 47 tahun yang lalu, saatnya untuk mengevaluasi sejauh mana realisasi dari tujuan pokoknya itu. Lebih-lebih setelah terjadi bentrokan brutal di Masjid Al- Aqsha akhir 2015 lalu. Dari sisi kepentingan Indonesia, penye lenggaraan KTT LB itu disamping sebagai realisasi pemenuhan janji kampanye Presiden Joko Widodo yang terucap dalam kampanye Pilpres 2014 lalu. Juga manifestasi dari kebijakan dan rasa kepedulian atas derita dan perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina (sesuai pesan Pembukaan UUD RI 1945). Serta keberpihakan terhadap aspirasi umat Islam Indonesia. Diatas itu, (menurut Yasmi Adriyansah Universitas Al-Azhar)) perlu ada hasil substansif yang dapat menjadikan Indonesia bisa terus berkiprah dalam mem bangun norma internasional maupun aksi nyata menyangkut kepentingan umat Islam dunia. Setidaknya ada 2 hal substantif yang perlu terus diperjuangkan Indonesia di OKI. 66
MPA 355 / April 2016
Pertama, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci perundingan Palestina – Israel. Disamping mediator kuartet (Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan PBB). Kedua, menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di OKI. Status negara berpopulasi Muslim terbesar di dunia, adalah kredensial tak terbantahkan. Dengan peran itu, Indonesia dapat mengedepankan kepentingan umat Islam di negeri ini sekaligus menjadi representasi umat Islam dunia di pelataran antar bangsa. Sebagaimana ditulis Amitav Acharya dalam, Indonesia matters : Asia’s Emerging Democratic Power (2014), ”The OIC has proved a practical vehicle for Indonesia’s role as a facilitator and mediator”. Mengapreasi keberhasilan peran Indonesia menengahi konflik di Filiphina melalui OKI. Indonesia sebagai negara dengan Muslim terbesar di dunia, memegang tanggung jawab besar atas keberlangsungan dan efektivitas OKI sebagai media perjuangan negara-negara Islam. Di tengah berbagai permasalahan yng mencuat seperti perang saudara di Suriyah yang sudah berlangsung 5 tahun dan sengketa di dalam dan diantara negara-negara Islam di Timur Tengah. Selain terikat dengan tujuan OKI, Pembukaan UUD RI 1945 telah menegaskan peran dan tanggung jawab Indonesia untuk menjaga ketertiban dunia, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Demikian juga dengan Deklarasi HAM yang menegaskan bahwa pengakuan dan penghormatan atas HAM adalah dasar dari kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian dunia. Salah satu kemajuan yang cukup signi fikan dalam proses menuju kemerdekaan bagi Palestina adalah telah diakuinya Palestina sebagai salah satu negara anggota (member state) PBB melalui resolusi SU – PBB di New York pada 10 September 2015. Dengan pengakuan tersebut, bendera Palestina telah dikibarkan di depan Markas Besar PBB dan mempunyai hak dan kedudukan yang setara dengan anggota PBB yang lain. Pendudukan Israel atas wilayah Palestina adalah sebuah penjajahan yang masih eksis dan tersisa pada era modern ini. Pem bangunan permukiman secara masif oleh Israel telah berlangsung sejak 1967 ketika Israel menduduki wilayah Tepi Barat. Laju pembangunan permukiman tersebut semakin kencang pada beberapa tahun terakhir ini. Sehingga sekitar 70% wilayah Tepi Barat saat ini telah berada di bawah
pendudukan Israel. Wilayah permukiman tersebut telah dihuni oleh sekitar 500 ribu penduduk, juga untuk lahan pertanian, dan pembangunan area bisnis. Menurut laporan Human Rights Watch, pembangunan permukiman oleh Israel itu telah melanggar Hukum Internasional dan HAM. Dan Konvensi Jenewa Keempat (Fourth Geneve Convention) telah melarang adanya pemindahan penduduk negara yang berkuasa (occupying power) ke wilayah yang di dudukinya atau melakukan pengusiran atau pemindahan penduduk aseli ke luar wilayahnya (forcible transfer). Statuta Roma yang mengatur tentang Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ ICC) menegaskan bahwa yurisdiksi ICC atas kejahatan perang adalah termasuk di dalamnya kejahatan berupa pemindahan penduduk dari negara yang berkuasa ke wilayah yang di dudukinya dan pengusiran secara paksa penduduk wiayah tersebut ke luar dari wilayahnya. Penguasaan Israel atas sumber daya di wilayah Palesina untuk mengukuhkan penjajahan dan hanya untuk kemanfaatan warga Israel, telah melanggar Peraturan Haque Tahun 1907 yang melarang negara yang berkuasa untuk mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan sendiri. Lebih jauh, Israel telah melanggar Hukum HAM Internasional karena telah melakukan diskriminasi atas rakyat Palestina dengan menguasai dan mengontrol secara penuh setiap aspek kehidupan, pergerakan, dan aktivitas penduduk Palestina di Tepi Barat dan mengusir penduduk Palestina untuk ekspansi proyek permukimannya. Atas tindakan Israel yang tidak meng hormati norma dan hukum internasional tersebut, PBB dan Uni Eropa telah menge luarkan resolusi yang mengecam pem bangunan permukiman Israel diatas tanah bangsa Palestina. Namun, Israel tetap saja (mbandel ) untuk melanjutkan aktivitasnya. Oleh karena itu, menurut Mimin Dwi Hartono (Staf Senior Komnas HAM), peran sentral OKI untuk mempersatukan negaranegara anggotanya menjadi penentu bagi terwujudnya kemerdekaan hakiki bagi bangsa Palesina, yang sudah tertindas selama bertahun-tahun oleh kekejian Israel dan sekutu-sekutunya. (diolah dari sk Republika dan Jawapos 05 – 15 Maret 2016 serta sumber lain) ; •Ahar
Suasana Sosialisasi Model Parenting Educating Anak Usia Dini di lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Sumenep, 16-18 Maret 2016.
Ketua DWP Kanwil Kemenag Prov Jatim, Hj. Nurul Istiqamah Mahfudh Shodar saat meninjau Pameran Kreasi Daur Ulang, Sumenep, 16-18 Maret 2016.
Suasana Pameran Kreasi Daur Ulang DWP Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Sumenep, 16-18 Maret 2016.
Suasan pembukaan Workshop Kelompok Kerja Penyuluh Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Sidoarjo, 29 Perburari-3 Maret 2016.
Kabag TU Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Dr. H. Musta'in MAg saat melantik pengurus baru Kelompok Kerja Penyuluh Kanwil Kemenag Jawa Timur. Sidoarjo, 29 Perburari-3 Maret 2016.
Kabag TU Kanwil Kemenag Prov. Jatim saat membuka Workshop Kelompok Kerja Penyuluh Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Sidoarjo, 29 Perburari-3 Maret 2016. MPA 355 / April 2016
67
(QS. Ali Imran: 42-43)
Masjid Agung "Baiturrahman" Trenggalek 68
MPA 355 / April 2016
pada MAJALAH INI TERDAPAT KUTIPAN AYAT-AYAT AL QUR’AN. UNTUK ITU JAGA DAN SIMPAN SEBAGAIMANA MESTINYA.
" Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu atas segala wanita di dunia (yang semasa denganmu). Hai Maryam, taatlah kepada Rabb-mu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku'. "