Prof DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
EKONOMI MANAJERIAL : PENERAPAN FUNGSI DEMAN – SUPLAI DAN PRODUKSI Dalam KEBIJAKSANAAN BISNIS
mm18-upnjatim
Prof DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI MANAJERIAL
mm18-upnjatim
1
2 Gambar 1 PERANAN EKONOMI MANAJERIAAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Organisasi bisnis selalu dihadapkan pada keharusan melakukan pengelolaan sumberdaya (resources) secara efektif, efisien dan berkelanjutan agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien. Berbagai sumber daya harus diperoleh dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mampu memberikan manfaat semaksimal mungkin. Alat yang dapat digunakan untuk membantu manajer dalam pemecahan problema bisnis adalah metodologi ekonomi manajerial. Ekonomi Manajerial adalah ilmu yang menerapkan dan memadukan konsep dan metodologi ekonomi serta teori pengambilan keputusan dalam bisnis untuk memecahkan berbagai problema manajerial. Konsep ekonomi antara lain meliputi perilaku produsen, perilaku konsumen, struktur pasar, dan teori harga. Teori pengambilan keputusan berkenaan dengan alat dan teknik analisis yang meliputi : analisis numerik, statistik, peramalan (forecasting), teori permainan (game theory) dan matematika (Gambar 1).
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
MASALAH MANAJERIAL DI BIDANG BISNIS :
* * * *
Produk Input Harga Pemasaran
TEORI KEPUTUSAN * Analisis Numrerik * Estimasi Statistik * Peramalan * Teori Permainan * Optimasi
TEORI EKONOMI * Consumer Behavior * Producer Behavior * Demand Supply * Pricing Theory * Market Structure
EKONOMI MANAJERIAL
SOLUSI OPTIMAL
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
3
4
Y = f (X) (Mempunyai nilai maksimum dan atau minimum)
MEMAKSIMUMKAN NILAI PERUSAHAAN
FIRST ORDER CONDITION : MEMAKSIMUMKAN LABA
dY = 0
akan diperoleh Xi
dX SECOND ORDER CNDITION : OPTIMAALISASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
2
dY a)
<0 2
dX
maka Xi absis titik maks dan Ymak = f ( Xi )
x=xi d2Y b)
>0 2
dX
maka Xi absis titik minimum dan Ymin = f ( Xi )
x=xi UNIT PRODUKSI
d2Y c)
=0 2
dX
UNIT PEMASARAN
UNIT KEUANGAN
UNIT SDM
UNIT ADM
Maka Xi absis titik belok dan YB = f ( Xi )
x=xi Gambar 2 Peran Unit-unit Dalam Perusahaan Dalam Upaya Memaksimumkan Nilai Perusahaan
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
5 MODEL EKONOMI P = p(Q)
TR = Q x P
TR =
Q x p(Q)
TC = c(Q)
= TR – TC
=
Q p(Q) -
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
c(Q)
A. Yusuf Imam Suja’i
Prof DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
APLIKASI DEMAND & SUPPLY
Dalam KEBIJAKSANAAN DI BIDANG HARGA DAN PENJUALAN
mm18-upnjatim
5
6
MODEL EKONOMI P = p(Q)
TR = Q x P
TR =
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk bisa memaksimumkan nilai perusahaan, penjualan hendaknya dilaksanakan secara optimal sehingga menghasilkan keuntungan maksimum
Q x p(Q)
TC = c(Q)
= TR – TC
=
Q p(Q) -
c(Q)
Model alat analisis yang dapat digunakan untuk menetapkan keputusan penjualan optimal adalah Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Fungsi Biaya. Fungsi – fungsi tersebut harus diestimasi melalui research dengan menganalisis hubungan antara jumlah produk terjual, harga dan total biaya. Dengan tersedianya fungsi-fungsi permintaan, penawaran dan biaya, dan dengan menggunakan kaidah optimasi, dapat diidentifikasi jumlah produk yang harus dijual agar menghasilkan keuntungan maksimum. Permintaan (quantity of demand) didifinisikan sebagai jumlah barang dan jasa yang akan dibeli oleh konsumen pada tingkat harga dan dalam periode tertentu. Harga dalam hal ini merupakan harga tertinggi di mana konsumen bersedia membayarnya.
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
7
8
Periode bisa perupa hari (permintaan per hari), bulan (permintaan per bulan) atau tahun (permintaan per tahun) dan periode-periode lainnya. Ada dua jenis permintaan yaitu (1) permintaan individual dan (2) permintaan pasar Permintaan individual adalah permintaan terhadap suatu barang dan jasa oleh perorangan. Permintaan pasar merupakan penjumlahan seluruh permintaan individual dalam suatu pasar.
P
P
Q QA Permintaan Individual A
Q QB Permintaan individual B
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
Variabel Strategis, antara lain : Harga barang itu sendiri (P) Periklanan (A) Kualitas barang (K) Desain barang (S) Saluran distribusi (C) Variabel Konsumen, antara lain : Pendapatan konsumen (Y) Selera konsumen (T) Pendidikan konsumen (Ed) Umur konsumen (U) Ekspektasi harga barang yang akan datang (PE) Ekspektasi tersedianya barang yang akan datang (QE)
Gambar 4 Permintaan Individual dan Permintaan Pasar P
Fungsi Permintaan menunjukkan hubungan fungsi antara jumlah barang yang diminta oleh pasar dengan berbagai faktor (variabel) yang mempengaruhinya. Berbagai variabel tersebut dapat dikelompollan ke dalam :
Q QD Permintaan pasar merupakan total permintaan individual
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
9
10
Variabel Pesaing, antara lain : Harga barang substitusi (PS) Harga barang komplementer (PC) Harga barang-barang lain (PL) Periklanan perusahaan pesaing (AK) Saluran distribusi perusahaan pesaing (CK) Kualitas produk pesaing (KK) Desain produk pesaing (SK) Selain harga jual barang dan jasa (P), variabel pengaruh lainnya disebut variabel penentu permintaan.
QDX = F{PX, PS, PC, A, K, S, C, Y, T, E, PE, QE, YE, CK, KK, AK } Tabel 1 Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan beberapa variabel penentu pada periode tertentu No
Sifat hubungan
Harga produk Harga produk substitusi Harga prod komplementer Promosi Kualitas produk Desain produk Saluran distriusi Pendapatan konsumen
PX PS PC A K S C Y
9 10 11
Rasa/selera Pendidikan Ekspektasi konsumen pada harga yang akan datang
T E
Negatif Positif Negatif Positif Positif Positif Positif Positif (br. nornal) Negatif (br. nferior) Positif Positif
PE
Positif
Ekspektasi konsumen pada tersedianya produk jad
QE
Negatif
YE CK
Positif Negatif
SK KK AK
Negatif Negatif Negatif
13 13 14 15 16
A. Yusuf Imam Suja’i
Notasi
1 2 3 4 5 6 7 8
12
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
Variabel Penentu
Ekspektasi pendapatan konsumen y.a.d Saluran dist prod pesaing Desain produk pesaing Kualitas produk pesaing Promosi produk pesaing
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
11
12
Pengaruh variabel harga barang sendiri, menye-babkan perubahan harga dan permintaan karena harga bergerak sepanjang kurve
Tabel 2 :Skedul permintaan : QDV = 616 – 1,2 PV Skedule Penjualan
Harga Jual Avanza : PV (Rp. juta)
Jml Permint Avanza : QDV (ribuan Unit)
A
120
472
B C
130 140
460 448
D E F
150 160 170
436 424 412
Pengaruh variabel penentu akan menyebabkan berubahnya harga dan permintaan karena berge-sernya kurve permintaan kekiri (bila hubungannya negatif) dan ke kanan bila hubungannya positif) Contoh 1 : QDV = 23 – 1,2 PV + 0,6 PS + 0,8 PL + 0,5 Y + 5 A QDV PV PS PL Y A
= = = = =
jumlah permintaan Avanza dalam ribuan unit harga Avanza (Rp. juta) harga Senia (Rp. Juta) harga Livina (Rp. juta) pendapatan masyarakan yang dapat dibelanjakan /kapita/tahun (Rp. juta) = kegiatan advertensi (Rp. juta)
Bilamana : Harga Senia Harga Grand Livina Pendapatan masyarakat Advertensi
Gambar 5
Kurva Permintaan Avanza Berdasarkan Fungsi Permintaan QDV = 616 – 1,2 PV
PV 170
F {412 ; 170}
160
E {424 ; 160}
150
-
Rp. Rp. Rp. Rp.
125 145 36 75
juta juta juta/kapita/tahun juta /unit
140
C {448 ; 140}
130
QDX = 32 – 1,2 PV + 0,6(125) + 0,8(145) + 0,5(36) + 5 (75)
B {460 ; 130}
120
A {472 ; 120}
0
QDV = 616 – 1,2 PV
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
D {436 ; 150}
QDV 412
A. Yusuf Imam Suja’i
424
436
448
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
460
472
A. Yusuf Imam Suja’i
13
14
Penawaran merupakan sejumlah barang dan jasa yang ingin disediakan oleh perusahaan (produsen) untuk dijual pada harga dan periode tertentu. Fungsi penawaran merupakan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh pemasok dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa variabel yang mempengaruhi jumlah barang/jasa yang ditawarkan antara lain : Harga barang & jasa yang ditawarkan (P) Harga masukan yang digunakan dalam produksi (PI) Harga barang & jasa substitusi (PS) Harga barang & jasa komplementer (PC) Ekspektasi produsen pada harga barang & jasa yang ditawarkan di masa yang akan datang (PE) Jumlah perusahaan yang pemproduksi barang & jasa sejenis (N) Teknologi yang digunakan dalam memproduksi (Tn) Kondisi ekonomi (G) Kondisi Politik (L) Kondisi kemanan (A)
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Bentuk umum hubungan fungsi antara jumlah penawaran dengan berbagai variabel yang mempe-ngaruhinya dinyatakan sebagai : QS = f {P, Pi , PS , PC , PE , N, Tn, G, L, A, …..} Hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan beberapa variabel penentu pada periode tertentu Tabel 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Variabel Penentu Harga produk X Harga masukan (input) Harga produk substitusi Harga produk komplementer Ekspektasi harga Teknologi yang tersedia Banyaknya produsen sejenis Pertumbuhan Ekonomi Kondisi Politik Keamanan
Notasi
Sifat hubungan
P Pi PS PC PE Tn N G L A
Positif Negatif Negatif Positif Negatif Positif Positif Positif Positif Positif
Sebagaimana pada permintaan, variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan selain harga barang dan jasa yang ditawarkan disebut variabel penentu penawaran.
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
15
16
Gambar – 6 : Penawaran Individual dan Penawaran Pasar
Contoh 2 : Berdasarkan hasil riset, perubahan jumlah penawaran bulanan mobil station “Avanza” di Jawa, yang didasarkan pada bebagai variabel pengaruhh yaitu perubahan harga Avanza (PV), harga Senia (PS), upah tenaga kerja (W), suku bunga pinjaman (i). Model fungsi penawaran Avanza hasil analisis dinyatakan sebagai berikut :
P
QSV = 325 + 5 P – 0,2 PL - 10 W - 10 i
Perubahan variabel penentu penawaran akan menyebabkan kurve penawaran bergeser ke kiri (bila hubungannya negatif) atau ke kanan (bila hubungannya positif)
P
P
QSV = jumlah permintaan Avanza dalam ribuan unit PV = harga Avanza (Rp. juta) W = upah tenaga kerja (Rp. juta) PL = harga Grand Livina (Rp. juta) i = suku bunga pinjaman (%) Bilamana : Q
Q
Q QA
Penawaran Individual Produsen A
QB
Penawaran individual Produsen B
QS
Penawaran pasar (total penawaran individual
Harga Grand Livina (PL) Upah Tenaga Kerja (W) Suku Bunga Bank (i)
-
Rp. 145 juta Rp. 25 juta 10 %
QSV = 325 + 5 PV – 0,2 (145) - 10 (25) – 100 (0.1) QSV = 36 + 5 PV Dari persamaan fungsi penawaran tersebut, dapat ditetapkan skedule penawaran Avanza pada berbagai variasi harga, skedul penawaran mana bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan produksi :
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
17
18
Tabel 4 Skedul Penawaran : QSV = 36 + 5 PV Penjualan Harga PV (Rp. juta) Kuantitas : QSV (ribuan unit) A 636 120 B 686 130 C 736 140 D 786 150 E 836 160 F 886 170
Pada pasar, terjadi interaksi (tarik menarik) antara permintaan dan penawaran, sehingga pada suatu harga tertentu jumlah barang dan jasa yang ditawarkan sama dengan jumlah barang dan jasa yang diminta. Pada kondisi ini dinamakan market equilibrium (ekuilibrium pasar) atas barang dan jasa tersebut Gambar 7 Ekuilibrium Pasar
Gambar 6 : Kurva Penawaran Avanza Berdasarkan Fungsi Penawaran QSV = 36 + 5 PV PV
P (SU)
Excess supply
170
QS = a + b P
P1 A
160
B
P0
150
P2
E
F
G Excess demand QD = m + n P
140
130
0
120 0
Q/t 636
686
736
786
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
836
886
A. Yusuf Imam Suja’i
Q0
Q/bulan (Unit)
Berdasarkan contoh terdahulu tentang permintaan dan penawaran Toyota Avanza, maka market equilibrium Toyota Avanza dapat dihitung sebagai berikut :
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
19
20
QDV = 616 – 1,2 PV QSV = 36 +
1,8 PV
Elastisitas permintaan didifinisikan sebagai persen perubahan jumlah permintaan dibagi persen perubahan harga barang.
Ekuilibrium terjadi saat QDV = QSV Jadi 616 – 1,2 PV = 36 + 1,8 PV 4 PV = 580 PV
ARC ELASTICITY (ELASTISITAS BUSUR)
= Rp. 145 juta
QDV = 616 – 1,2 (145) = 442 ribu unit
% perubahan Q EX =
…………………………… 1 % perubahan Xi
Gambar 8 Ekuilibrium Pasar Avanza
Qt – Qt-1
P (Rp.juta)
½ (Qt + Qt-1) QS = 36 + 1,8 P
EX = Xt – Xt-1
145
½ (Xt + Xt-1)
E
Qt – Qt-1
EX = QD = 616 - 1,2 P
0
442
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
Q/bln
A. Yusuf Imam Suja’i
Xt + Xt-1
x Xt – Xt-1
Qt – Qt-1 = Q
……………………….
2
Qt + Qt-1
dan Xt – Xt-1 = X.
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
21
22
POINT ELASTICIRY (ELASTISITAS TITIK)
Arc Elasticity :
Bilamana X mendekati 0 berarti Xt = Xt-1, ½ (Xt+Xt-1) = X, maka Q juga mendekati 0 dan Qt = Qt-1 serta ½ (Qt+Qt-1) = Q. Rumus elastisitas permintaan 2.6 dapat ditulis menjadi : X
Q
EXi = Limit Xi
dQ
x
0
= Q
Xi
X
EP =
Pt + Pt-1 x
…………………
Pt – Pt-1
4
Qt + Qt-1
CROSS PRICE ELASTICITY OF DEMAND
x dXi
Qt – Qt-1
Q
Jenis-jenis Elastisitas Permintaan : Berdasarkan faktor (variabel) yang mempengaruhi jumlah permintaan barang/jasa, dikenal beberapa jenis Elastisitas Permintaan, yaitu :
Elastisitas Permintaan Q terhadap Harga barang/jasa lain atau Cross Price Elasticity of Demand. Misalnya Elastisitas permintaan barang/jasa Q karena perubahan harga barang Y dirumuskan sebagai : Point Elasticity : dQ
OWN PRICE OLASTICITY OF DEMAND
Elastisitas Permintaan Q terhadap harga barang/jasa jbs (Own Price Elasticity of Demand, dirumuskan sebagai :
EQ/Y =
PY x
dPY
………...………….…………….
5
Q
Arc Elasticity :
Point Elasticity : Qt – Qt-1 dQ EP =
P x
dP
EQ/Y = ………………………………
3
PXt + PXt-1 x
PXt – PXt-1
…….....……..
6
Qt + Qt-1
Q
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
23
24
Ada dua kemungkinan nilai Cross Price Elasticity of Demand, yaitu : Bilamana EX/Y > 0 (positif) mmengindikasikan bahwa barang X dan barang Y merupakan dua jenis barang yang saling bersubstitusi Bilamana EX/Y < 0 (negatif) menunjukkan bahwa barang X dan barang Y merupakan dua jenis barang yang saling komplementer Elastisitas Permintaan Q terhadap perubahan faktor Xi dirumuskan sebagai : Point Elasticity : dQ EQ/Y =
Xi x
dXi
………..…..…………….
7
Q
Faktor lain Xi bisa berupa vriabel-variabel penentu permintaan lainnya baik variabel strategis, variabel konsumen maupun variabel pesaing. Nilai elastisitas permintaan apakah negatif atau positif, tergantung dan searah dengan hubungan antara jumlah permintaan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan sebagaimana Tabel 1 Berikut ini diberikan beberapa contoh penerapan Elastisitas Permintaan dalam upaya pemecahan problema bisnis
Contoh 4 Untuk memperjelas bagaimana menghitung elastisitas permintaan terhadap perubahan harga baik elastisitas titik maupun elastisitas busur. Perhatikan kembali contoh Fungsi Permintaan mobil Avanza yaitu QDV = 616 – 1,2 PV yang kurvenya sebagaimana Gambar 8 berikut ini :
Arc Elasticity : Qt – Qt-1 EQ/Y =
Xit + Xit-1 x
Xit – Xit-1
..……….…...
8
Qt + Qt-1
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
25
26
Gambar 8 : Kurva Permintaan Avanza QDV = 616 – 1,2 PV
P
Elastisitas Harga di Titik B QDV = 616 – 1,2 PV Pada saat harga P = 130, Q = 616 – 1,2 (130) = 460 . dQ
170
EP =
F {412 ; 170}
P x
= - 1,2 ( 130/460) = - 0,339
dP
Q
Elastisitas harga dari titik F ke titik B (arc elasticity) Pada titik FA : QF = 412 dan PA = 170 SU
145
G {442 ; 145}
130
Pada titik B
B {460 ; 130}
Q B – QF EP =
412
442
460
Q/bln
Elastisitas Harga di Titik F : QDV = 616 – 1,2 PV Pada saat harga PF = 170, QF = 616 – 1,2 (170) = 412 dQ EF =
PF x
dP
= - 1,2 ( 170/412) = - 0,495 QF
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
PB + PF x
PB – PF
0
: QB = 460 dan PB = 130 SU 460 - 412 = QB + QF
130 + 170 x
130 – 170
460 + 412
EP = (-1,2) ( 300/872) = – 0,413
Contoh 5 Checkers’ Pizza baru-baru ini memutuskan untuk menaikkan harga pizza ukuran besar dari $ 9 menjadi $ 12 mengikuti kenaikan biaya tenaga kerja dan bahan baku. Sayangnya penjualan merosot tajam dari 16.200 menjadi 9.000 pizza per minggu. Dalam usaha untuk memperoleh kembali penjualan yang hilang tersebut,
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
27
28
Checkers’ Pizza melakukan promosi kupon yang menawarkan pemotongan harga sebesar $ 5 dari harga rutinnya. Pencetakan kupon dan biaya distribusi berjumlah $ 50 per minggu dan merupakan kenaikan yang cukup besar dalam anggaran periklanan yang umumnya sebesar $ 3.250 per minggu. Walaupun memerlukan biaya tambahan, promosi tersebut dinilai berhasil karena terbukti sangat populer di antara para pelanggan. Dalam periode terakhir sebelum berakhirnya masa promosi itu, kupon dipergunakan 40 % dari semua pembelian dan penjualan mingguan meningkat menjadi 15.000 pizza. a. Hitunglah elastisitas harga busur yang disiratkan oleh tanggapan awal terhadap kenaikan harga Chekers’ pizza b. Hitung penurunan harga efektif yang dihasilkan dari promosi kupon c. Berdasarkan penurunan harga yang dikaitkan dengan promosi kupon tersebut, dan dengan mengasumsikan tidak adanya perubahan dalam elastisitas harga dari permintaan, hitung elastisitas busur dari periklanan Checkers’ pizza tersebut
Elastisitas harga busur 9000 – 16200
12 + 9
E =
x
= -2
12 – 9
9000 + 16200
b) Penurunan harga efektif yang dihasilkan dari promosi kupon : TR = (40 % x15.000) $7 + (60 % x 15.000) $12 TR = 150.000 Harga rata-rata Pizza P2 = $ 150.000/15.000 = $ 10 Penurunan harga efektif = (10.000 – 12.000)/12.000 = 16,67 % c) Elastisitas busur dari periklanan : Q2 – Q 1 EAB
=
A2 + A1 x
A2 – A 1
Q2 + Q1
15.000 - 16.200 =
x 50 - 3,25
Jawab 5 a) P0 = $ 9 dan P1 = $ 12 Q0 = 16.200 unit/minggu unit/minggu
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
EA/B dan
50 + 3,25 15.000 + 16.200
= - 0.044
Q1 = 9000
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
29
30
Contoh 6 Permintaan kopi bubuk “Kapal Karam” diasumsikan 10 ton per minggu dengan harga Rp. 12 juta/ton. Pemerintah akan menetapkan kenaikan harga eceran gula dari Rp.4 juta / ton menjadi Rp. 4,5 juta / ton. Tentu saja produsen kopi bubuk “Kapal Karam” kawatir akan berpengaruh pada volume penjualan produknya. Oleh karena itu ia melakukan survei. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Elastisitas Harga Silang Kopi Bubuk ”Kapal Karam” terhadap harga gula yaitu EK/G = -1,5. Bilamana kebijaksanaan itu dilaksanakan, berapa penurunan penjualan kopi bubuk “Kapal Karam” tersebut per minggu ? Jawab 6
-1,5 =
PG2 + PG1 x
PG2 – PG1
QK2 + QK1
QK2 – 10
4,5 + 4,0
-1,5 =
x 4,5 – 4,0
QK2 + 10
8,5 (QK2 – 10) -1,5 = 0,5 (QK2 + 10)
-0,75 QK2 – 7,5 = 8,5 QK2 – 85
QK2 – QK1 EK/G =
QK2 – QK1
PG2 + PG1 x
PG2 – PG1 QK1 = 10 ton PG1 = Rp. 4 juta/ton
9,25 QK2 = 77,5 QK2 – QK1
QK2 = 8,378 ton
QK2 = ? PG2 = Rp. 4,5 juta/ton
Penurunan penjualan kopi cap kapal api = 10 ton – 8,378 ton = 1,622 ton per minggu
EK/G = -1,5
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
31
32
Contoh 7
Dua jenis produk rokok kretek filter yaitu Surya-12 (PT Gudang Garam) dan Djarum Super (PT. Djarum Kudus) adalah dua jenis produk yang dalam kasus ini diasumsikan satu level dan saling bersubstitusi. Data hipotetik kedua jenis rokok pada satu wilayah pemasaran tertentu adalah sebagai berikut : Sampai akhir Desember 2005, ketika harga Surya-12 Rp. 47.500/slop, omset penjualan Djarum Super pada periode yang sama mencapai 10.000 slop/hari pada harga yang berlaku di pasar tersebut. PT. Gudang Garam merencakan menaikkan harga Surya-12 pada tahun 2006 menjadi Rp. 49.500/slop. Naiknya harga Surya-12 ini diperkirakan akan mempengaruhi volume penjualan Djarum Super. Bilamana elastisitas permintaan silang Djarum Super terhadap perubahan harga Surya-12 (ED/S) = 1,25 dan diasumsikan harga rokok Jarum Super tidak berubah dan faktor-faktor pengaruh lainnya konstan, berapakah volume penjualan Djarum Super di wilayah pemasaran ini setelah ada kenaikan harga Surya-12,
Jawab 7 Misal volume penjualan Djarum Super setelah kebijaksanaan harga oleh PT. GGRM adalah QD2 PG1 = Rp. 47.500
QD1 = 10.000 sLOP
PG2 = Rp. 49.500
QD2 = ?
QD2 - 10.000 ED/S =
49.500 + 47.500 x
49.500 – 47.500
QD2 + 10.000
97.000 (QD2 – 10.000) 1,25 = 2.000 (QD2 + 10.000) 48,5 (QD2 – 10.000) 1,25 = (QD2 + 10.000)
1,25 (QD2 + 10.000) = 48,5 (QD2 – 10.000) 1,25 QD2 + 12.500
= 48,5 QD2 - 485.000
47,25 QD2 = 497.500 QD2
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
= 10.529 slop
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
33
34
Manajemen dalam pengambilan keputusan penjualan diasumsikan bertindak rasional, artinya dalam keputusan yang berkenaan dengan harga dan penjualan, ditujukan untuk mencapai penjualan optimal yaitu penjualan yang memaksimumkan laba. Untuk mengidentifikasi penjualan yang memaksimumkan laba dapat dilakukan dengan pendekatan marjinalitas. Teori ekonomi menjelaskan bahwa suatu penjualan akan menghasilkan laba maksimum bilamana Marginal Revenue (MR) sama dengan Marginal Cost (MC). Teori ini bisa dibuktikan sebagai berikut : a) Berdasarkan pendekatan teori ekonomi kuantitas permintaan merupakan fungsi dari harga atau Q = q(P) dan dengan pendekatan matematika fungsi permintaan dapat juga dinyatakan harga sebagai fungsi permintaan atau P = p (Q).
b) Penerimaan penjualan atau Total Revenue ( R ) sama dengan harga kali jumlah barang terjual atau R = P x Q sehingga Total Revenue ( R ) merupakan fungsi dari kuantitas permintaan atau R = r (Q). c) Total Biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang untuk periode dan/atau kapasitas produksi/penjualan tertentu jumlahnya tetap, sedang biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah secara proporsional dengan perubahan jumlah produksi/penjualan. Dengan demikian Total Biaya (C) merupakan fungsi dari kuantitas permintaan dapat ditulis sebagai C = c (Q). d) Laba diperoleh dari Total Revenue (R) dikurang Total Cost (C) dapat ditulis sebagai = R – C, di mana R = r(Q) dan C = c(Q) sehingga = r(Q) - c(Q). Laba maksimum tercapai bilamana : d/dQ = 0 d = dQ
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
dr(Q)
dc(Q) –
dQ
= 0 dQ
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
35 dr(Q)
KEBIJAKSANAAN HARGA DAN PENJUALAN PADA PASAR MONOPOLI
dc(Q) –
dQ
=0 dQ
dr(Q)
dc(Q) =
dQ
36
………………………………… (a) dQ
dr(Q) = Marginal Revenue (MR) dQ dc(Q) = Marginal Cost (MC) dQ
sehingga persamaan (a) menjadi MR = MC yang merupakan sarat tercapainya laba maksimum.
Karakteristik yang mendasar dari Pasar Monopoli, bahwa harga ditentukan oleh Monopolist (penjual) sehingga harga selalu berubah-ubah (variable) sesuai dengan keinginan dan kebijaksanaan Monopolist Harga barang/jasa dalam pasar monopoli merupakan fungsi dari kuantitas permintaan serta dirumuskan sebagai P = a + bQ di mana nilai b < 0. Penjualan yang memaksimumkan laba dianalisis sebagai berikut : Harga : AR = P = a + bQ Revenue : R = PQ R = (a + bQ) Q R = aQ + bQ2 MR = dR/dQ = a + 2Bq
Syarat Tercapainya Laba Maksimum
Laba maksimum tercaoai bilamana MR = MC
MR = MC
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
37
38
Gambar 9 Laba Maksimum pada Pasar Monopoli
MC
P (SU)
MC
A
OQM = jumlah penjualan barang/jasa yang memaksimumkan laba dengan harga sebesar OA dan cost per unit (average cost) sebesar OD.
B AC
D C
= Marginal Cost memotong AC pada titik F yang merupakan titik minimum AC. MR dan MC berpotongan di titik E, sehingga pada titik E, MR = MC. Bila melalui titik E ditarik garis proyeksi pada sumbu horizontal, ia memotong AC di titik C dan memotong AR di titik B.
F
TR
= OA x OQM = luas empat persegi panjang OABQM
TC
= OD x OQM = luas empat persegi panjang ODCQM
E 0
QM
G
H MR
Q/t
AR = P = Demand
AR
= Average Revenue = P = a + bQ
MR
= Marginal Revenue, grafiknya memotong sumbu horizontal sedemikian rupa sehingga OG = GH, hal ini karena slope MR yaitu 2b dua kali dari slope AR yaitu b.
AC
= Average Total Cost
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
MAK = TR – TC
= luas empat persegi panjang ABCD
(b < 0)
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
39
40
Contoh 8 Manajemen perusahaan ingin mendapatkan informasi tentang harga, penjualan, penerimaan penjualan (revenue) dan laba (profit) pada masa-masa lalu sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan penjualan optimal yang akan datang. Departemen Research & Development melakukan penelitian dengan mengumpulkan data mingguan di suatu wilayah pemasaran tertentu yang berkenaan dengan harga, jumlah permintaan dan biaya sebagai berikut :
Jawab 8 Dengan menggunakan analisis “linear regression” pada Program SPSS ataupun Progran Statistik lainnya diperoleh :
Harga (SU)
10 20 30 40 50 60 70 80
Jumlah barang tejual (Unit)
Biaya (SU)
37,5 35,0 32,5 30,0 27,5 25,5 22,5 20,0
780 730 680 630 580 530 480 430
Dari data di atas manajemen meminta : a) Informasi tentang Fungsi : Permintaan, Revenue, dan Keuntungan
Biaya,
b) Total Penerimaan Penjualan maksimum (Rmak) serta jumlah barang terjual, harga, laba dan total biaya. c) Keuntungan maksimum (mak) serta jumlah barang terjual, harga, penerimaan penjualan, dan total biaya
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Coefficients Unstandard ized Coefficients Model B 1 (Constant) 40.000 P -.250 a Dependent Variable: Q
Std. Error .000 .000
Standar dized Coeffici ents Beta
t
Sig.
. .
-1.000
. .
Coefficients Unstandar dized Coefficient s Model B 1 (Constant) 30.000 Q 20.000 a Dependent Variable: C
Standa rdized Coeffici ents Std. Error Beta .000 .000 1.000
t
Sig.
. .
a) Persamaan Fungsi : Fungsi Demand : Q = 40 – 0,25 P Fungsi Biaya
: C = 30 + 20 Q
Fungsi Revenue : Q = 40 – 0,25 P = 160 – 4 Q R = PQ R = (160 – 4 Q)(Q)
0,25 P = 40 - Q
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
. .
41
42
R = 160 Q – 4 Q2
Keuntungan : = - 30 + 140 Q – 4 Q2 Q = 20 unit maka = - 30 + 140 (20) – 4 (202) = 1.170 SU
Fungsi Keuntungan : = R–C = 160 Q – 4 Q2 – (30 + 20 Q) = - 30 + 140 Q – 4 Q2 b) Pada saat Penerimaan Penjualan maksimum R = 160 Q – 4 Q2 Syarat RMak adalah MR = 0 MR = 160 – 8 Q = 0 8 Q = 160 Q = 20 Unit
Keuntungan Maksimum : = - 30 + 140 Q – 4 Q2 untuk Q = 17,5 Unit maka : Mak = - 30 + 140 (17,5) – 4 (17,52) Mak = 1.195 SU
RMak = 160 (20) - 4(20)2 = 1600 SU RMak = 1.600 SU Harga : P = 160 – 4 Q Q = 20 unit maka P = 160 – 4 (20) = 80 P = 80 SU
Harga Produk : P = 160 – 4 Q Q = 17,5 unit maka P = 160 – 4 (17,5) = 90 P = 90 SU
Biaya produk : C = 30 + 20 Q Q = 20 Unit maka C = 30 + 20 (20) = 430 C = 430 SU
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
c) Pada saat Laba mencapai Maksimum = - 30 + 140 Q – 4 Q2 Syarat Mak : d/dQ = 0 d/dQ = 140 – 8 Q = 0 8 Q = 140 Q = 17,5 Unit
Biaya produk : C = 30 + 20 Q Q = 17,5 Unit maka C = 30 + 20 (17,5) = 380 C = 380 SU A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
43
44
Total Revenue : R = 160 Q – 4 Q2 untuk Q = 17,5 Unit maka R = 160 (17,5) – 4 (17,52) = 1575 R = 1.575 SU
KEBIJAKSANAAN HARGA DAN PENJUALAN PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Asumsi Pasar Persaingan Sempurna, adalah : a. banyak penjual dan pembeli, b. setiap penjual dan pembeli memiliki informasi pasar yang sama, c. penjual dan pembeli bebas keluar/masuk pasar (adanya mobilitas yang lancar), d. tidak ada biaya transportasi untuk mobilitas barang dan jasa, e. penjual dan pembeli adalah price taker, artinya tidak seorangpun baik penjual maupun pembeli yang dapat mempengaruhi dan merubah harga pasar yang terjadi dengan kata lain harga barang dan jasa dalam persingan sempurna adalah konstan dan f) produknya yang diperjual belikan homogen. Dari lima asumsi di atas, harga yang konstan merupakan ciri yang mendasar dari Pasar Persaingan Sempurna Penjualan yang memaksimumkan laba pada pasar persaingan sempurna dianalisis sebagai berikut : Harga : AR = Demand = P = c Revenue : R = PQ = cQ MR = dR/dQ = c
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
45
46
Laba maksimum tercapai bilamana MR = MC Laba maksimum pada Pasar Persaingan Sempurna sebagaimana Gambar 10 berikut ini : Gambar 10 Laba Maksimum pada Pasar Monopoli P (SU)
R = MC
AR 500 0,5Q Q
= Rp. 500 dan MC = 25 – 0,5 Q = -25 + 0,5 Q = 525 = 1050 unit
R = 1050 x 500 SU R = 525.000 SU
MC
A
Contoh 9 Misal suatu produk dijual dengan harga Rp. 500/Unit dan biaya dinyatakan sebagai C = 20 - 25 Q + ¼ Q2 Syarat laba maksimum : MR = AR = MC
B
MR = AR = P AC
C
C Q C C
= = = =
20 – 25 Q + ¼ Q2 1050 maka 20 – 25 (1050) + ¼ (10502) 249.395 SU
D C
0
QM
Q/t
Laba : = R–C = 525.000 SU – 249.395 SU = 275.605 SU
OQM = jumlah penjualan barang/jasa yang memaksimumkan laba dengan harga sebesar OA dan cost per unit (average cost) sebesar OD. TR = OA x OQM = luas empat persegi panjang OABQM TC = OD x OQM = luas empat persegi panjang ODCQM MAK = TR – TC = luas empat persegi panjang ABCD Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
47
48
HUBUNGAN ANTARA HARGA, TOTAL REVENUE, MARGINAL REVENUE DAN ELASTISITAS
1 MR = P
1 -
.................................... 9 E
Hubungan antara Harga, Total Revenue, Marginal Revenue dan Elastisitas Permintaan dapat digunakan sebagai alat pengendalian dalam kebijaksanaan harga dan penjualan.
dTR
P = f(Q)
dQ
MR =
= P dQ
dP
b. Bilamana EP > 1 (elastis), maka (1 – 1/EP) > 0, sehingga MR > 0, dan sesuai dengan teori marjinalitas, pada saat MR > 0, maka TR pada kondisi increasing (menaik)
+ Q dQ
dQ
dP MR = P +
Q
c. Bilamana EP < 1 (elastic), maka (1 – 1/EP) < 0, sehingga MR < 0, dan sesuai dengan teori marjinalitas, pada saat MR < 0, maka TR pada kondisi decreasing (menurun)
dQ
MR = P
Q
dP
P
Q
1 +
Hubungan antara R, MR, dan Demand Elasticcity dapat dilihat pada Gambar - 11 berikut ini :
1 MR = P
dianalisis tiga TR, MR dan
a. Bilamana EP =1 (unitary elasticity), maka (1 – 1/EP) = 0, sehingga MR = 0, dan sesuai dengan teori marjinalitas, pada saat MR = 0, maka TR mencapai maksimum
Perhatikan analisis berikut ini : TR = PQ dimana
Dari persamaan (9), dapat kemungkinan hubungan antara Elastisitas harga, yaitu :
1 + -E
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
49 Gambar - 11 :
P
50
Hubungan antara Revenue, Marginal Revenue, Harga dan Elastisitas Harga EP = 1
P1
EP > 1
P3
Pada saat EP < 1 (inelastis), MR < 0 dan kurve TR menurun (decreasing). Pada wilayah ini ketika harga produk P2 dinaikkan menjadi P0, volume penjualan turun dari Q2 menjadi Q0 tetapi TR naik dari TR2 menjadi TR0 (TR maksimum)
P0 EP < 1 P2 0
Q/t Demand
MR
Pada saat EP > 1 (elastis), MR > 0 dan kurve TR menaik (increasing). Pada wilayah ini ketika harga produk P1 diturunkan menjadi P0, volume penjualan naik dari Q1 menjadi Q0 sehingga TR1 naik menjadi TR0 (TR maksimum).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
dari analisis ini
a. Pada pasar monopoli, bila demannya elastis EP > 1 maka untuk menaikkan penerimaan penjualan, harga sebaiknya diturunkan
TR TR0 TR3 TR2
b. Pada pasar monopoli, bila demannya tidak elastis EP < 1 maka untuk menaikkan penerimaan penjualan, harga sebaiknya dinaikkan
TR1
0
Q1
Q0
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
Q2
Q/t
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
51
52
Ilustrasi 10
b Harga Mustang yang memaksimumkan laba :
Dalam usaha untuk mengurangi persediaan model akhir yang berlebih Perusahaan Harrison Ford menawarkan pemotongan harga 2,5 % dari harga rata-rata untuk mobil “Mustang” yang dijual selama bulan Agustus. Tanggapan pelanggan sangat antusias, sehingga penjualan meningkat 10 % dibandingkan dengan tingkat penjualan bulan sebelumnya. a. Hitung elastisitas harga titik dari permintaan akan mobil “Mustang” Harrison Ford ini b. Hitung harga per unit yang memaksimumkan laba jika Harrison Ford memiliki biaya tetap sebesar $ 9.000 dan juga mengeluarkan biaya penjualan (variabel) $ 375 per unit.
Laba maksimum : MR = MC MC = MR = 375 TR = PQ dTR
dQ
MR =
= P dQ
dP + Q
dQ
dQ
dP MR = P +
Q dQ
MR = P
Q
dP
P
dQ
1 +
Jawab 10 1
TC = 9000 + 375 Q
MR = P
1 +
P/P = - 2,5 % dan Q/Q = 10 % dQ/Q a.
E=
-E
10
1
= dP/P
MR = P
-2,5
MR = 0,75 P 4
E = -4
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
1 -
Syarat Laba Maksimum : MR = MC A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
53
54 Jawab 11
0,75 P = 375
a Elastisitas Harga Busur P1 = 45.000 SU dan Q1 = 8750 Slop Titik Penjualan I { 8750 ; 45.000}
P = 375 : 0,75 P = $ 500 Contoh 11 Industri Rokok Kretek Cap “Gudang Sakti” di Malang, dalam upaya meningkatkan penerimaan penjualan telah menurunkan harga rokoknya dari Rp. 45.000,/slop menjadi Rp. 40.500,- /slop, dan dengan penurunan harga tersebut volume penjualan rokok mengalami kenaikan dari 8.750 slop menjadi 9.875 slop. a. Hitung Elastisitas harga busur dari penurunan penjualan rokok tersebut. b. Kenaikan volume penjualan rokok tersebut masih dirasakan belum memadai, oleh karena itu Manajemen merencanakan penurunan harga lagi menjadi Rp. 39.000,-/slop dengan harapan volume penjualan lebih meningkat lagi sehingga penerimaan penjualan meningkat. Menurut Saudara apakah kebijkan penurunan harga menjadi Rp. 39.000,-/slop sudah tepat atau sebaliknya ? Berikan alasan Saudara disertai analisisnya.
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
P2 = 40.500 SU dan Q2 = 9875 Slop Titik Penjualan II { 9875 ; 40.500} 9875 – 8750 E
=
x 40500 – 45000
E
40500 + 45000 9875 + 8750
= - 1,148
b Kebijakan menurunkan harga menjadi 39.000 SU Kebijakan harga untuk meningkatkan penerimaan penjualan, harus dmemperhatikan elastisitas permintaan. Bila permintaan inelastis ( E < 1 ), maka kebijakan menurunkan harga berdampak pada menurunnya penerimaan penjualan. Bilamana permintaan elastis ( E > 1), maka kebijakan menurunkan harga berdampak pada kenaikan penerimaan penjualan. Oleh karena itu untuk menjawab pertanyaan .(b) harus dilihat berapa elastisitas permintaan pada saat harga produk 39.000 SU. Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
55 dQ
56
P
E =
Jadi fungsi permintaan
x dP
Q
P = 39.000 SU
dan Q = ?
Untuk menghitung Q bila harga 39.000 SU, perlu dicari persamaan permintaan sbb. :
Q
= 20.000 - 0,25 P
P
= 39.000 SU
Q
= 20.000 – 0,25 (39.000)
Q
= 10.250 dQ
Misal Q = a + b P Pada titik penjualan I { 8750 ; 45.000} 8750
E
=
x dP
8750
= a + 45000 b
9875
= a + 40500 b
E
= -0,25 x 10.250
E
= - 0,95
(Permintaan inelastis)
Dengan demikian kebijakan menurunkan harga dari 40.500 SU menjadi 39.000 SU tidak tepat karena penurunan harga ini berdapak menurunnya penerimaan pemjualan, dan ini dapat dibuktikan sebagai berikut :
-1125 = 0 + 4500 b b = - 0,25 8750 =
Q 39.000
Pada titik Penjualan II { 9875 ; 40.500 } = a + 40500 b
dQ/dP = - 0,25
P
= a + 45000 b
9875
:
a + 45000 b
8750 = a + 45000 (-0,25) a = 20.000
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
57 Q
58
= 20.000 - 0,25 P
0,25 P = 20.000 - Q P
= 80.000 - 4 Q
R
= 80.000 Q – 4 Q2
untuk Q = 9.8750
R
= 80.000 (9.875) – 0,25 (9.8752)
R
= 399.937.500 SU
Q R R
= 10.250 = 80.000 (10250) – 0,25 (102502) = 399.750.000 SU
untuk Q = 10.250
Jadi dengan menurunkan harga dari 40.500 SU menjadi 39.000 SU terjadi penurunan harga dari 399.937.500 SU menjadi 399.750.000 SU atau menurun sebesar 187.500 SU
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Contoh 12 Tepung terigu dan telur ayam adalah 2 bahan baku utama untuk membuat produk makanan seperti mie, roti dan produk makanan lainnya. Ketika harga telur Rp. 6000 ribu per ton, permintaan tepung terigu produksi PT.Bogasari mencapai 1500 ribu ton per minggu. Kenaikan harga konsentrat / makanan ayam membawa dampak naiknya harga telur menjadi Rp. 6.500 ribu per ton. PT. Bogasari mengkawatirkan bahwa kenaikan harga telur ini akan berimbas pada menurunnya permintaan tepung terigu. Untuk mengetahui seberapa jauh penurunan permintaan tepung terigu atas kenaikan harga telur tersebut, maka Departemen Research & Development (R & D ) PT. Bogasari melakukan riset dengan mengumpulkan data variasi permintaan mingguan tepung terigu pada berbagai variasi harga telur. Hasilnya memperlihatkan bahwa Elastisitas Silang permintaan tepung terigu terhadap perubahan harga telur adalah : 25 EG/T = – 11
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
59
60
Pertanyaan : a. Bila diasumsikan bahwa semua industri yang menggunakan bahan baku tepung terigu dan telur mempertahankan kualitas produknya dan semua faktor penentu permintaan tepung terigu selain harga telur ayam adalah konstan : a.1 Berapakah permintaan tepung terigu per minggu akibat kenaikan harga telur tersebut ? a.2 Berapa ton penurunan permintaan tepung terigu per minggu ? b.
b.4 Hitung Elastisitas Harga Permintaan (Own Price Elasticity of Demand) tepung terigu pada saat harganya P2. Apakah masih memungkinkan menaikkan harga tepung terigu P2 untuk meningkatkan Total Penerimaan Penjualan (TR) tepung terigu ? Berikan alasannya jawaban Saudara b.5 Berapa jumlah terigu terjual (Q3), harga (P3), dan penerimaan penjualan (TR3) pada saat penerimaan penjualan mencapai maksimum ? Berapa % penurunan harga dari P2 menjadi P3
Bila fungsi permintaan tepung terigu per minggu adalah Q = 6000 - 1,25 P di mana Q = jumlah permintaan tepung terigu per minggu dan P = harga tepung terigu per ton : b.1 Berapakah harga tepung terigu per ton (P1) sebelum harga telur naik dan berapa Total Penerimaan Penjualannya (TR1 ) ? b.2 Berapa pula harga tepung terigu per ton (P2) setelah harga telur naik dan berapa Total Penerimaan Penjualannya (TR2) b.3 Berapa Elastisitas Busur (Arc Elasticity of Demand) tepung terigu pada saat harga telur naik dari Rp. 6000 ribu per ton menjadi Rp. 6500 ribu per ton.
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
61
62
Jawab 12
Jawaban b
Jawaban a
b1.
Harga tepung terigu sebelum harga telur naik
PT1 = Rp. 6000
dan
QG1
= 1500
Demand tepung terigu : Q = 6000 – 1,25 P
PT2 = Rp. 6500
dan
QG2
=
1,25 P = 6000 – Q
25 EG/T = 11 QG2 – QG1
PT2 + PT1 x
PT2 – PT1
25
P
= 4800 – 0,8 Q
Q1
= 1500 ribu ton maka
P1
= Rp. 3600 ribu per ton
TR1
= Q1 x P1 = Rp. 3600 ribu x 1500 ribu
TR1
= Rp. 5.400 milyar
= QG2 + QG1
QG2 – 1500
11
6500 + 6000 x
b2. 25
Q
= 6000 – 1,25 P
11
Q2
= 1250 ribu ton maka
P2
= 4800 – 0,8 (1250)
P2
= 4800 – 1000
P2
= Rp. 3800 ribu per ton
= -
6500 – 6000
QG2 + 1500
25(QG2 – 1500)
25 = -
QG2 + 1500
11
TR2 = Q2 x P2 = Rp. 3800 ribu x 1250 ribu
11(QG2 – 1500) = - (QG2 + 1500)
TR1 = Rp. 4.750 milyar
12 QG2 = 15.000 QG2 =
Harga tepung terigu setelah harga telur naik
1.250
Penurunan permintaan = 250 ribu ton per minggu
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
63
64
b3. Elastisitas Busur Permintaan Tepung Terigu : 1250 – 1500 E1-2 =
6500 + 6000 x
6500 – 6000
= - 2,273
P
= 4800 – 0,8 Q untuk Q = 3000
P
= 4800 – 0,8 x 3000
P3 = Rp. 2400 ribu per ton
1250 + 1500
TR = 3000 ribu ton x Rp. 2400 ribu = Rp. 7200 milyar.
E1-2 = - 2,273
b4. Own Price Elasticity of Demand Terigu pada saat Harganya Rp. 3800 ribu per ton
Penurunan harga = (3800 – 2400) / 3800 = 36,84 %
E = (dQ/dP) (3800/1250) = (-1,25) (3,04) E = 3,8 Untuk menaikkan penerimaan penjualan harga tepung treigu diturunkan karena E > 1 b.5 Pada saat penerimaan penjualan maksimum Q3
= ½ (6000) = 3000 ribu ton
P
= 4800 – 0,8 Q
TR
= PxQ
TR
= (4800 – 0,8 Q)(Q)
TR
= 4800 Q - 0,8 Q2
MR
= 4800 - 1,6 Q = 0
1,6Q = 4800 Q
= 3000 ribu ton
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
65
66 Gambar 12 Penarikan Surplus Konsumen dengan Strategi Diskriminasi Harga
Price Discrimination (diskriminasi harga) adalah menjual satu jenis produk pada dua wilayah pasar yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan harga yang berbeda. Tujuan produsen melaksanakan strategi diskriminasi harga adalah untuk meningkatkan penerimaan penjualan (TR) dengan cara memanfaatkan surplus konsumen sebanyak mungkin sehingga penjualan mencapai seoptimal mungkin.. Surplus konsumen adalah adalah konsumen potensial yang diharapkan akan mengkonsumsi produknya. Alat analisis yang digunakan dalam melaksanakan strategi diskriminasi harga adalah Demand Elasticity (Elastisitas Permintaan) Gambar 12 berikut ini memberikan gambaran adanya surplus konsumen serta memanfaatkannya
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
P
P MC
P2
MC
P1 AC P0 AC
AR 0
Q0
Q/t
AR 0
Q2
Q1
Q0
MR (a)
Q/t MR
(b)
Segitiga yang diaransir (Gambar 12.a) adalah surplus konsumen. Pelaksanaan strategi diskriminasi harga di wilayah pemasaran lain (Gambar 12.b) dengan menaikkan harga menjadi P1 dan P2. Segi empat yang diaransir merupakan surplus konsumen yang telah diraih sehingga merupakan tambahan penerimaan penjualan monopolis.
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
67
68
Untuk melaksanakan diskriminasi harga pada dua pasar yang memiliki karakteristik yang berbeda saratnya adalah : 1. Dua pasar tersebut terpisah sedemikian rupa sehingga dua pasar tersebut merupakan separated market, artinya pembeli pada pasar yang satu tidak dapat menjualnya lagi pada pasar yang lain dengan maksud mencari keuntungan.
d. Total penerimaan : TR = TR1
TR = r1(Q1) + r2(Q2) e. Total Biaya : TC = c(Q1 + Q2)
Q = Q1 + Q2
TC = c(Q) f. Keuntungan
2. Masing-masing pasar memiliki elastisitas harga terhadap permintaan barang tersebut berbeda. Untuk menjelaskan bagaimana melaksanakan kebijksanaan diskriminasi harga, dimisalkan pada : a. Pasar-1 dijual sejumlah Q1 unit produk dengan harga P1 dan pada Pasar-2 dijual sejumlah Q2 unit produk dengan harga P2, sehingga total penjualan adalah Q = Q1 + Q2
+ TR2
:
= R-C
= r1(Q1) + r2(Q2) – c(Q1 + Q2)
= r1(Q1) + r2(Q2) – c(Q)
SYARAT TERCAPAINYA KEUNTUNGAN MAKSIMUM PADA DISKRIMINASI HARGA :
First Order Condition : d/dQ1 = 0 dan d/dQ2 = 0
b. Penerimaan di Pasar-1 : TR1 = P1Q1
P1
= f1(Q1)
TR1 = Q1 f1(Q1)
TR1 = r1(Q)
dQ1
TR2 = P2Q2
P2
MR1
TR2 = Q2 f2(Q1)
TR2 = r2(Q)
d
=
dr1(Q1) dQ1
-
dc(Q1 + Q2) d(Q1 + Q2)
= 0
c. Penerimaan di Pasar-2 :
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
= f2(Q2)
A. Yusuf Imam Suja’i
- MC = 0
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
MR1 = MC ……… (a)
A. Yusuf Imam Suja’i
69 d dQ2
=
dr2(Q1)
-
dQ2
dc(Q1 + Q2)
= 0
d(Q1 + Q2)
MR2 - MC = 0 Persamaan sehingga :
70
Perhatikan First Order Condition :
MR2 = MC ………. (b)
(a)
MR1 = MR2
sama dengan Persamaan (b),
1 P1
1
1-
= P2
1 -
E1 MR1 = MR2 = MC ............................................................ 10
Persamaan 10 merupakan syarat pertama (First Order Condition) untuk memaksimumkan strategii Diskriminasi Harga
E2
Bilamana E2 > E1 1 Maka
<
-
dQ1 dMR2
-
dQ2
dMR1 3)
d(Q1 + Q2)
1 E2
dMC
dMR2
dMC -
d(Q1 + Q2)
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
dQ2
P1 > P2
Berdasarkan analisis di atas memberi petunjuk pada monopolist dalam melaksanakan kebijaksanaan diskriminasi harga pada dua pasar yang terpisah (separated market) adalah sebagai berikut :
< 0
dQ1
1 = P2
< 0
d(Q1 + Q2) dMC
P1 1 E1
dMC
Sehingga 2)
E2 1
Pada hal 1)
1 -
E1
Second Order Condition : dMR1
1
1 -
>0 d(Q1 + Q2)
A. Yusuf Imam Suja’i
1. Pada pasar yang Demand Elasticity-nya lebih besar dari pasar yang lain, produk dijual dengan harga yang lebih rendah. 2. Pada pasar yang Demand Elasticity-nya lebih kecil dari pasar yang lain, produk dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
71
72
Secara grafis mekanisme kebijaksanaan diskriminasi harga pada dua pasar yang terpisah (separate market) seperti Gambar - 13 berikut ini : Gambar - 13
Kebijaksanaan Diskriminasi Harga pada dua pasar terpisah
P
P
Ilustrasi 13 Misalnya produsen menjual produknya di dua pasar terpisah yaitu Pasar-1 dan Pasar-2. Analisis data pada masing-masing pasar tentang hubungan antara harga barang, jumlah barang dan total biaya menghasilkan persamaan demand dan biaya sbb. : Fungsi
Pasar-1
Pasar-2
Demand
P1 = 80 – 5 Q1
P2 = 180 – 20 Q2
Biaya
TC = 50 + 20 (Q1 + Q2) atau TC = 50 + 20 Q
P1 Jika diinginkan laba maksimum, berapakah jumlah dan harga Q di masing-masing pasar harus dijual serta keuntungannya ?
P2 D2
Jawab - 13 P1
D1
= 80 – 5 Q1
TR1 = P1 Q1 = (80 Q1 – 5Q1) Q1
TR1 = (80 Q1 – 5Q12 MR1 = 80 – 10 Q1
0
Q1.1 Q1.2
0
Q2.1
Q2.2 P2
MR1
MR 2
= 180 – 20 Q2
TR2 = P2Q2 = (180 Q2 – 20Q2) Q2 TR2 = 180 Q2 – 20Q22
E1
<
E2
MR2 = 180 – 40 Q2
P1
>
P2
C
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
= 50 + 20 (Q)
Q = Q1 + Q2
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
MC = 20
A. Yusuf Imam Suja’i
73
74 R2
= 180 Q2 – 20Q22
MR1 = MR2 = MC
R2
= 180(4) – 20(42)
80 – 10 Q1 = 180 – 40 Q2 = 20
R2
=
Syarat profit maksimum
:
Untuk Q2 = 4 unit maka
400 SU
80 – 10 Q1 = 20 10 Q1 = 60
Elastisitas di Pasar-1 dan di Pasar -2 :
Q1 = 6 unit
dP1/dQ1 = - 5
dQ1/dP1 = - 1/5
E1 = (dQ1/dP1)(p1/Q1) = - 0,2 x 50/6 180 – 40 Q2 = 20
E1 = - 1,667
40 Q2 = 160 dP2/dQ2 = - 20
Q2 = 4 unit
dQ2/dP2 = - 0,05
E2 = (dQ2/dP2)(P2/Q2) = - 0,05 x 100/4 P1 = 80 – 5 Q1
E2 = - 1,250
untuk Q1 = 6 unit, maka :
P1 = 80 – 5(6)
C
P1 = 50 SU P2 = 180 – 20 Q2
=
50 + 20 (Q1 + Q2)
Untuk Q1 = 6 unit dan Untuk Q2 = 4 unit maka
P2 = 180 – 20(4)
C
=
C
=
Q2 = 4 unit maka :
50 + 20 (6 + 4) 250 SU
P2 = 100 SU Keuntungan : R1 = 80 Q1 – 5Q12
Untuk Q1 = 6 unit maka
R1 = 80 (6) – 5(62)
= R1 + R2 – C = 300 + 400 – 250 = 450
R1 = 300 SU
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Demand-Supply : Penerapannya dalam Bisnis
A. Yusuf Imam Suja’i
Prof DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
APLIKASI FUNGSI PRODUKSI
Dalam KEBIJAKSANAAN DI BIDANG PRODUKSI DAN PENJUALAN
mm18-upnjatim
75
76 Gambar 1 Aktivitas Produksi
Produksi adalah penciptaan barang dan jasa dari berbagai input atau sumberdaya, seperti : tenaga kerja (labor), mesin dan perlengkapan lainnya, tanah, bahan baku dan bahan pembantu dan sumberdaya lainnya. Dengan sumber daya yang terbatas, produsen dalam memproduksi sesuatu barang tidak hanya sekedar memproses input menjadi barang jadi (produksi / keluaran), tetapi lebih dari itu aktivitas berproduksi yang dilakukan harus mampu menciptakan nilai guna dan nilai tambah (value added) dari input yang digunakan Oleh karena itu, langkah awal sebelum berproduksi manajer suatu perusahaan harus melakukan riset pasar untuk mengidentifikasi jenis, kualitas, dan desain produk yang diinginkan pasar, input apa yang diperlukan dan bagaimana ketersediaannya. Secara skematis aktivitas berproduksi gaimana Gambar 1 berikut ini :
seba-
INPUT
PROSES
SMB.DAYA * T.Kerja * Bahan * Energi * Modal * informasi * Skill * Tanah
Sistim dan teknologi : proses penciptaan nilai guna dan nilai tambah
OUTPUT
Produksi : Penciptaan nilai guna dan nilai tambah
Feedback : Proses evaluasi dan pengendalian
Komponen input bisa bersifat tetap dan bisa bersifat variabel.
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
77
78
Input tetap merupakan input yang sampai dengan kapasitas produksi tertentu jumlah penggunaannya tidak terpengaruh oleh jumlah produk yang dihasilkan. Misalnya : peralatan produksi (mesinmesin), bangunan pabrik, dan tanah. Input variabel adalah input yang jumlah penggunaannya berubah-ubah proporsional dengan perubahan jumlah produk yang dihasilkan. Misal : bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan modal kerja. Sistem dan teknologi merupakan suatu metode yang mengintegrasikan berbagai input dengan proporsi sedemikian rupa sehingga dengan sejumlah berbagai input tertentu menghasilkan produk maksimum dan / atau pada sejumlah produk tertentu menggunakan berbagai masukan minimum. Sistem dan teknologi produksi secara matematis tercermin dalam bentuk hubungan fungsional antara poroduk (output) dengan input yang disebut sebagai Fungsi Produksi
Fungsi Produksi berbentuk model persamaan matematika yang menunjukkan hubungan antara produksi (output) dengan seperangkat input yang digunakan dan mencerminkan sistim atau teknologi produksi Kurve Fungsi Produksi merupakan tempat kedudukan titik-titik produksi maksimum yang dihasilkan oleh sejumlah input tertentu atau Kurve Fungsi Produksi merupakan tempat kedudukan titik-titik produksi tertentu yang menggunakan input minimum. Q = f(X1, X2, X3, ……. Xn) di mana : Q = produksi (output) Xi = input ke i ( i = 1, 2, 3 ……..n) Misal :
Q= f
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Labor, Machinery, Equipment, Land Building, Direct Material, …………. ………………… Indirect Material,
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
79
80
Selanjutnya untuk penyederhanaan analisis, selain Labor (Tenaga Kerja), input lainnya kita kelompokkan sebagai Capital (barang-barang modal), sehingga bentuk umum fungsi produksi secara matematis dinyatakan sebagai : Q
= f (L , K)
L K
= labor (tenaga kerja) = Capital (barang-barang modal)
Dalam teori produksi dikenal adanya Fungsi Produksi Jangka Pendek (Short-Run Production Function / SRPF) dan Fungsi Produksi Jangka Panjang (Long-Run Production Function / LRPF) Terminologi Short-Run dan Long-Run dalam Fungsi Produksi bukan didasarkan pada jangka waktu, tetapi lebih didasarkan pada sifat dari masukan yang digunakan dalam fungsi produksi. Long-Run Production Function adalah fungsi produksi bilamana semua inputnya bersifat variabel : Q = f( L, K ) Short-Run Production Function adalah fungsi produksi bilamana sebagian inputnya atau paling tidak salah satu inputnya bersifat tetap (fixed) : Q = f( L, K )
Short-run Production and Cost
input K adalah tetap (fixed)
A. Yusuf Imam Suja’i
(Short-Run Production Funtion) Fungsi produksi jangka pendek (SRPF) adalah fungsi produksi di mana sebagian atau salah satu input yang digunakan bersifat konstan (fixed) Untuk penyederhanaan analisis, misal digunakan dua input yaitu Labor (L) dan Kapital yang konstan (K), maka bentuk umum fungsi produksi jangka pendek adalah : Q = f( L, K )
dapat ditulis
Q = f( L )
TOTAL PRODUCT Total produk adalah Q yaitu sejumlah produk yang dihasilkan oleh sejumlah masukan L AVERAGE PRODUCT Produk rata-rata (Average Product) untuk masukan L (APL) sama dengan total produk (Q) per satu unit masukan L atau APL = Q/L MARGINAL PRODUCT Marginal Product untuk masukan L (MPL) adalah perubahan total produk yang dihasilkan (Q) dibagi dengan perubahan jumlah masukan yang digunakan ( L ) atau MPL = Q / L dan input lainnya konstan
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
81
82
Sebagai contoh berikut ini disajikan skedul produksi yang menggunakan berbagai jumlah masukan L dan masukan K konstan yaitu 5 unit Tabel 1 : Skedul Produksi (K konstan yaitu 5 unit) L
Q
APL
L
Q
MPL
0
0
-
-
-
-
1
71
71
1
71
71
2
160
80
1
89
89
3
261
87
1
121
121
4
368
92
1
107
107
5
475
95
1
107
107
6
576
96
1
101
101
7
665
95
1
89
89
8
736
92
1
71
71
9
783
87
1
47
47
10
800
80
1
17
17
11
781
71
1
-19
-19
12
720
60
1
-61
-61
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
TOTAL PRODUCT (Q) Product Total Q semakin meningkat dengan meningkatnya penggunaan masukan L dan mencapai Q maksimum (800 unit) pada penggunaan L = 10 unit. Penambahan penggunaan input L selanjutnya akan menurunkan product total (L=11 unit menghasilkan Q=781 unit dan L=12 unit menghasilkan Q = 720 unit). AVERAGE PRODUCT (APL) APL meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan L dari L = 1 unit s.d L = 6 unit, kemudian dengan semakin bertambahnya penggunaan L, APL semakin menurun. APL maksimum = 96 unit terjadi pada saat penggunaan L = 6 unit MARGINAL PRODUCT (MPL) Mula-mula MPL semakin meningkat dengan bertambahnya penggunaan L sehingga mencapai MPL tertinggi yaitu 107 unit pada saat penggunaan L = 4 unit dan L = 5 unit. Penambahan L selanjutnya akan menurunkan MPL dan bahkan ketika penggunaan L mencapai 11 unit dan seterusnya MPL < 0 (negatif)
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
83
84
HUBUNGAN Q DENGAN MPL Hubungan antara Total Product (Q) dengan Marginal Product (MPL) dapat menjelaskan kondisi SRPF dalam 3 tingkatan (level) : INCREASING MARGINAL PRODUCT (IMP) IMP terjadi pada level penggunaan input L dari 1 unit s.d 4 unit. Pada kondisi IMP Total Product (Q) semakin meningkat dengan pertambahan yang semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya penggunaan input L, sehingga MPL semakin meningkat. DIMINISHING MARGINAL PRODUCT (DiMP) DiMP terjadi pada level penggunaan input L dari 5 unit s.d 10 unit. Pada kondisi DMP, Total Product (Q) semakin meningkat dengan pertambahan yang semakin menurun sejalan dengan bertambahnya penggunaan input L, sehingga MPL semakin menurun. Pada kondisi ini berlaku hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang atau The Law of Diminishing Product.
MAXIMUM PRODUCT Pada saat Marginal Procuct MPL = 0, Total Product (Q) mencapai maksimum (800 unit lebih), saat penggunaan L antara 10 dengan 11 unit (10 unit < L < 11 unit ) HUBUNGAN ANTARA MPL DENGAN APL Pada level penggunaan input dari L = 1 unit sampai dengan penggunaan input L = 6 unit ( APL maksimum = 96 unit) maka MPL > APL dan kemudian pada level penggunaan input L, berikutnya (dengan semakin bertambahnya penggunaan input L ) maka MPL < APL. Menurut teori, ketika APL mencapai maksimum, kurvenya memotong kurve MPL sehingga pada saat nilai APL maksimum maka APL = MPL Maksimum MPL terjadi pada penggunaan input L pada Inflexion Point (Titik Belok)
DECREASING PRODUCT (DeMP) DeMP terjadi pada level setelah penggunaan input L yang menghasilkan Total Product (Q) maksimum. Pada kondisi DeMP, Total Product (Q) semakin menurun dengan bertambahnya penggunaan input L, sehingga Marginal Product (MPL) < 0 (negatif)
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
85
86 Gambar 2 : Total, Average and Marginal Product
Elastisitas Produksi terhadap perubahan input (EL) dirumuskan sebagai : EL =
L
Q
Q
= APL
Q sehingga
L
L Q
=
1 APL
selanjutnya : Q
Q 800
x
L
L
736 665 576 475 368
= MPL
261
L 160
sehingga :
71
MPL EL =
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
APL
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
87
88
FUNGSI PRODUKSI
MINIMIZE AND MAXIMIZE THEORY
Gambar 3 Q
EL =1
Y = f (X) mempunyai nilai maksimum / minimum, syaratnya adalah :
EL= 0
800
Qmaksimum
576
A
FIRST ORDER CONDITION : Q = f(L)
dY = 0
akan diperoleh Xi
dX Total Produk Q yg menghasilkan APL maksimum
SECOND ORDER CONDITION d2Y a)
<0 2
dX 368
maka Xi absis titik maksimum
dan Ymak = f ( Xi ) x=xi
B
d2Y
107 96
a)
APL
dX
L 0
4
I EP >1
6
10
II 1 > EP > 0
>0 2
MPL
III EP < 0
maka Xi absis titik minimum
dan Ymin = f ( Xi ) x=xi
d2Y c)
=0 2
dX
maka Xi absis titik belok dan YB = f ( Xi )
x=xi
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
89
90
MENGIDENTIFIKASI TOTAL PRODUKSI MAKSIMUM
Ilustrasi 1 Berikut ini data observasi selama 3 tahun terakhir dari PT. XX yang memproduksi “jaket kulit”
Mengidentifikasi Produk Maksimum yang dihasilkan oleh seperangkat input yang digunakan merupakan hal yang penting bagi seorang produsen agar ia bisa mengevaluasi apakah aktivitas produksi yang telah dilaksanakan selama ini sudah efisien atau belum. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi maksimum adalah :
produk
Pertama : Mengumpulkan data jumlah penggunaan input dan produk yang dihasilkan sebanyak mungkin. Kedua : Entry data ke dalam program statistik (misalnya SPSS), data kemudian diplot dalam Scatter Diagram (diagram pencar) untuk menentukan model fungsi produksi yang sesuai. Ketiga : Mengestimasi fungsi produksi berdasarkan data penggunaan input dan produk yang dihasilkan
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Tabel 2 Obs
L
Q
Obs
L
Q
1
4.00
368.00
18
11.00
790.00
2
9.00
783.00
19
2.50
250.00
3
6.00
576.00
20
7.50
680.00
4
2.00
160.00
21
12.00
725.00
5
12.00
720.00
22
14.50
250.00
6
1.00
71.00
23
5.60
485.00
7
7.00
665.00
24
11.00
770.00
8
11.00
781.00
25
8.50
750.00
9
3.00
261.00
26
11.00
775.00
10
5.00
475.00
27
13.00
650.00
11
8.00
736.00
28
3.00
261.00
12
10.00
750.00
29
5.00
475.00
13
13.00
611.00
30
8.00
736.00
14
15.00
225.00
31
10.00
750.00
15
14.00
448.00
32
12.00
630.00
16
5.00
500.00
33
15.00
300.00
17
8.00
725.00
34
14.00
400.00
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
91
92
Pertanyaan : 1) Tentukan estimasi model fungsi produksi 2) Berapa unit L yang digunakan agar menghasilkan Q maksimum
Langkah II : Mengestimasi Nodel Fungsi Produksi. Berdasar pada Scatter Diagram, maka model fungsi produksi yang sesuai adalah fungsi pangkat 3 (cubic production function). Dengan menggunakan program SPSS 11, maka model fungsi produksi estimasi adalah :
Jawab 1 : Langkah I Data hasil observasi dituangkan dalam Scatter Diagram untuk menentukan model fungsi produksi yang sesuai. Dengan menggunakan program SPSS 11, hasil Scatter Diagramnya adalah sbb. :
Q
= -0.935 L3 + 10.771 L2 + 63.631 L + 4.37
t-Stat Sig
( -9.459 ) ( 0.000 )
( 4.328 ) ( 0.000 )
( 3.349 ) ( 0.002 )
( 0.112 ) ( 0.912 )
Bila digunakan Level of Significant 95 % ( = 0.05) maka semua koefisien regresi sangat nyata, intercept tidak nyata ditunjukkan oleh = 0.912 > 0.05 (lihat print out berikut ini )
800
600
Tabel 3
Coefficients UnstandarStandardized dized Coefficients Coefficient B Std. Error Beta
400
Model 1 Constant
Q
0
2
4
6
8
10
12
14
16
.912
63.631
18.501
1.197
3.439
.002
L
10.771
2.489
3.473
4.328
.000
L3
-.935
.099
-4.548
-9.459
.000
a Dependent Variable: Q
Hasil analisis memperlihatkan bahwa intercept tidak nyata (tidak signifikan) artinya dengan tingkat
L
Short-run Production and Cost
.112
39.034
2
0
Sig.
4.370
L
200
t
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
93
94
kepercayaan 95 %, intercept = 4,370 tidak berbeda dengan nol ( 4,370 0 ). Oleh karena itu fungsi produksi yang diestimasi seharusnya merupakan fungsi produksi pangkat 3 dan melalui original point, dan hasil analisis regresinya adalah sbb. :
Langkah III Mengidentifikasi penggunaan mumkan Q
L
yang memaksi-
Q
= -0.926 L3 + 10.533 L2 + 65.567 L
dQ/dL
= - 2.778 L2 + 21.066 L + 65.567
d2Q/dL2 = - 5.556 L2 + 21.066 Tabel 4
Coefficients Unstandardize d Coefficients
Model 1
Standardiz ed Coefficient s
t
Sig.
First order condition :
dQ/dL = 0
B
Std. Error
Beta
L_3
-.926
.060
-2.378
-15.495
.000
L_2
10.533
1.267
2.078
8.315
.000
L
65.567
6.457
1.076
10.155
.000
a Dependent Variable: Q b Linear Regression through the Origin
- 2.778 L2 + 21.066 L + 65.567 = 0 untuk menyelesaikan persamaan rumus abc : a b c
Fungsi produksinya adalah sbb. : Q
Syarat Q maksimum :
= -0.926 L3 + 10.533 L2 + 65.567 L
= - 2.778 = 21.066 = 65.567
kwadrat ini
digunakan
( koefisien dari L2 ) ( koefisien L ) ( konstanta )
- b b2 – 4ac L1,2 = 2a
t-Stat Sig
( -15.495 ) ( 0.000 )
( 8.315 ) ( 0.000 )
( 10.155 ) ( 0.000 )
- 21.066 (-21.066)2 – 4(-2.778)(65.567) L1,2 = 2 (- 2.778)
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
95 - 21.0662
96
443.7764 + 728.5805
L1,2 =
Qmak = - 0.926 (9.95)3 + 10.533 (9.95)2 + 65.567 (9.95) Qmak = - 912.179334 + 1042.79333 + 652.39165
- 5.556
Qmak = 783.005649 unit 783.00 Unit
- 21.0662 34.2397 L1,2 = - 5.556
Ilustrasi 2 Misalkan hasil estimasi fungsi produksi 3 Q = - 2 L + 45 L2 + 600 L
L1
= ( -21.0662 + 34.2397 ) / (-5.556)
L1
= - 2.3710403 -2.37 unit (tidak terpakai)
L1
= ( -21.0662 - 34.2397 ) / (-5.556)
L2
= 9.954265659 9.95 unit
Second order condition : d2Q dL2
= - 5.556 L2 + 21.066
adalah
Pertanyaan : 1. Sampai dengan penggunaan L berapa Total Produk naik dengan kondisi increasing Marginal Product ? 2. Penggunaan L dari dan sampai berapa unit Total Produk naik dengan kondisi diminishing Marginal Product ? 3. Pada saat penggunaan L berapa Total Produk maksimum ? 4. Berapa L yang digunakan ketika rata-rata produksi untuk masukan L mencapai maksimum
d2Q dL
2
= - 5.556 (9.95) + 21.066 = -34.2162 < 0 L = 9.96
Jawab 2 :
Jadi penggunaan L = 9.95 unit akan memaksimumkan total Q
Q
= -2 L3 + 45 L2 + 600 L
Q = -0.926 L3 + 10.533 L2 + 65.567 L Untuk L = 9.95 maka :
dQ/dL
= MPL = - 6 L2 + 90 L + 600
Short-run Production and Cost
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
d2Q/dL2 = dMPL / dL = - 12 L + 90
A. Yusuf Imam Suja’i
97
98
1) Daerah di mana produksi naik dengan kondisi Increasing Marginal Product adalah ketika kurve Marginal Product naik sampai mencapai maksimum.
L1
= ( - 90 + 150 ) / (- 12) = - 5 ( tidak tidak feasible ) - 90 - 150
L2 =
= 20 unit - 12
Syarat MPL mencapai maksimum adalah :
Second order condition :
d2Q/dL2 = dMPL /dL = 0 2
d2Q
2
d Q/dL = - 12 L + 90 = 0 - 12 L + 90 12 L L
= - 12 L + 90
dL2
= 0 = 90
d2Q
= 7.5 unit
dL2
Jadi Total Produksi (Q) naik dengan kondisi Increasing Marginal Product mulai dari penggunaan L = 0 unit sampai dengan penggunaan L = 7.5 unit 2) Penggunaan L sehingga Total Product naik dengan kondisi “Diminishing Marginal Product” ketika kurve MPL setelah mencapai maksimum kemudian menurun sampai MPL = 0 (sampai mencapai Total Produk maksimum) : MPL = - 6 L2 + 90 L + 600
= - 12 (20) + 90 = - 150 < 0 L = 20
Jadi L
= 20 unit akan memaksimumkan Total Q
Q
= -2 L3 + 45 L2 + 600 L
L
= 20 maka :
Qmak = - 2 (20)3 + 45 (20)2 + 600 (20) Qmak = 14,000 unit Jadi Total Produk naik dengan kenaikan yang semakin
2
- 6 L + 90 L + 600 = 0
berkurang
(Diminishing Marginal Product) pada saat
penggunaan L > 7,5 Unit sampai dengan penggunaan
- 90 902 – (4)(-6)(600) L1,2 =
= 20 unit
2( -6 )
3) Total Produk mencapai maksimum (Q = 14,000 unit) ketika
- 90 150
digunakan L = 20 unit
L1,2 = - 12
Short-run Production and Cost
L
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
99
100
4) Penggunaan L ketika APL maksimum :
Tabel 4
= -2 L3 + 45 L2 + 600 L
Q
Q = - 2 L3 + 45 L2 + 600 L
Cross Ceck L
Q
APL
0
0
0
1
643
Syarat APL maksimum :
2
First Order Condition : dAPL /dL = 0 Second Order Condition :
3
APL = Q/L = (-2 L + 45 L + 600 L ) / L APL = -2 L2 + 45 L + 600
d2Q < 0
dL2
APL
= -2 L2 + 45 L + 600
dAPL / dL
= -4 L + 45 = 0
4 L = 45 L = 11.25 Unit
Jadi
bila digunakan
L = 11.25
unit
akan memaksi-
mumkan APL APL = -2 L2 + 45 L + 600, Maksimum APL
L
Q
MPL
643
1
643
643
1364
682
1
721
721
4
2992
748
2
1628
814
6
4788
798
2
1796
898
7
5719
817
1
931
931
7.5
6187.5
825
0.5
468.5
937
8
6656
832
0.5
468.5
937
10
8500
850
2
1844
922
11
9383
853
1
883
883
11.25
9597.66
853.13
0.25
214.66
858.63
12
10224
852
0.75
626.34
835.12
16
12928
808
4
2704
676
18
13716
762
2
788
394
19.9
13999.25
703.48
1.9
283.25
149.08
20
14000
700
0.1
0.75
7.5
20.1
13999.25
696.48
0.1
-0.75
-7.5
21
13923
663
0.9
-76.25
-84.72
2
untuk L = 11.25 Unit, maka
= - 2 (11.25)2 + 45 (11.25) + 600 = 853.125
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
101
102
Short-Run Total Cost bukan didasarkan pada panjang pendeknya waktu tetapi dicirikan oleh adanya Total Fixed Cost (TFC) disamping Total Variable Cost (TVC) : TC = TFC + TVC Total Variable Cost terkait dengan pembiayaan input variabel dan jumlahnya berubah-ubah sejalan dengan perubahan produk yang dihasilkan. Total Fixed Cost terkait dengan pembiayaan input tetap dan jumlahnya tetap sampai dengan level produksi tertentu (kapasitas produksi). Bilamana masukan lainnya konstan (misal K konstan), dan masukan L variabel maka Total Cost (TC) dinyatakan sebagai : TC = rK + w L r = harga kapital (K) per unit w = harga Labor (L) per unit Bilamana K adalah konstan maka rK konstan dan bila rK = a maka TC menjadi : TC= a + wL
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Ilustrasi 3 Misalnya suatu sistem produksi dinyatakan sebagai Q = -L3 + 15 L2 + 72 L, di mana L = jumlah tenaga kerja yang digunakan, Q = total produksi. Harga input L Rp. 100.000 per unit dan biaya input tetapnya adalah Rp. 1.000.000. Berdasarkan ilustrasi tersebut, berikut disajikan skedul produksi dan Total Biaya. Tabel 5 Q = -L3 + 15 L2 + 72 L dan Penggu Total naan Produksi input (L) (Q)
TC = 1.000.000 + 100.000 L
TFC (rK)
TVC (wL)
TC
(Rp)
(Rp)
(Rp)
0
-
1.000.000
-
1.000.000
2
196
1.000.000
200.000
1.200.000
4
464
1.000.000
400.000
1.400.000
6
756
1.000.000
600.000
1.600.000
8
1024
1.000.000
800.000
1.800.000
12
1296
1.000.000
1.200.000
2.200.000
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
103 Gambar 5 :
104
TFC, TVC dan TC
AVERAGE COST Average Cost sama dengan Total Cost dibagi Total Product yang dihasilkan ( AC = TC/Q)
C (Rp.000) TC
TC = TFC + TVC,
2200
maka TC
1800
AC =
1600
TFC + TVC =
=
Q TVC
1400
TFC
Q
TVC +
Q
Q
AC = AFC + AVC
1200
TFC
1000
Ilustrasi 5 Untuk memberikan ilustrasi AFC, AVC dan AC baik data numerik maupun kurvenya, digunakan data pada Ilustrasi 3 Tabel 6 : AFC, AVC dan AC
Q 0
196
464
Short-run Production and Cost
756
1024
1296
A. Yusuf Imam Suja’i
Ouput Q
TFC Rp.000
TVC Rp.000
TC Rp.000
AFC Rp
AVC Rp
AC Rp
196
1000
200
1200
5102
1020
6122
464
1000
400
1400
2155
862
3017
756
1000
600
1600
1323
793
2116
1024
1000
800
1800
977
781
1758
1296
1000
1200
2200
772
976
1698
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
105
106
SHORT- RUN MARGINAL COST
Gambar 6 AFC, AVC, AC dan MC
Short-Run Marginal Cost (SMC) adalah angka yang menunjukkan pertambahan Total Cost per satu unit pertambahan Produk :
MC SMC
dTC
TC SMC =
AC
ATC
= dQ
Q Ilustrasi 6
MATC
AVC
Kita gunakan data pada Ilustrasi 3 Tabel 7
MAvC
Q
TC
Q
TC
SMC = TC/Q
0
1.000.000
-
-
-
196
1.200.000
196
200.000
1020.41
464
1.400.000
268
200.000
764.27
756
1.600.000
292
200.000
684.93
1024
1.800.000
268
200.000
735.29
1296
2.200.000
272
400.000
1470.59
0
Q
SMC
= Short-Run Marginal Cost
ATC
= Average Total Cost ( AC)
AFC
= Average Fixed Cost
MATC = Minimum Average Total Cost MAVC = Minimum Average Variable Cost
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
107
108
Ilustrasi 7
AVERAGE & MARGINAL PRODUCT, AVERAGE VARIABLE & MARGINAL COST
Isi sel kosong pada tabel berikut ini (Ma -Tho : 353) Q
TC
TFC
TVC
AFC
AVC
AC
MC
100
260
200
60
2
0.6
2.6
2.6
200
290
200
90
300
200
400
200
500
200
600
200
700
200
800
2040
0.3 0.5
Untuk melihat hubungan antara Average Product (APL ), Marginal Poduct (MPL ), Average Variable Cost (AVC) dan Marginal Cost dalam short-run lihat kembali Fungsi Produksi dan fungsi Total Cost pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7. Untuk mengidentifikasi SMC dan AVC digunakan formulasi sbb. :
1.05 VC
360
(wL)
SMC =
3.0
= Q
1.6
Q
TVC AVC =
200
Q
= w
1 = w
Q
w =
MPL
Q
w L =
1
L = w
MPL
w =
APL
APL
Jawab 7 Q
TC
TFC
TVC
AFC
AVC
ATC
MC
100
260
200
60
2.00
0.60
2.60
2.60
200
290
200
90
1.00
0.90
2.90
0.30
300
350
200
150
0.67
0.50
1.17
0.60
400
420
200
220
0.50
0.55
1.05
0.70
500
560
200
360
0.40
0.72
1.12
1.40
600
860
200
660
0.33
1.10
1.43
3.00
700
1320
200
1120
0.29
1.60
1.89
4.60
800
2040
200
1840
0.25
2.30
2.55
7.20
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Tabel 8 APL, MPL , AVC dan SMC dalam SRPF DAN SRC Labor (L)
Product (Q)
APL ( Q/L)
MPL (Q/L)
AVC (w/APL)
0 2 4 6 8 12
0 196 464 756 1024 1296
98 116 126 128 108
98 134 146 134 68
1020 862 793 781 976
Short-run Production and Cost
SMC (w / MPL) 1020.41 764.27 684.93 735.29 1470.59
A. Yusuf Imam Suja’i
109
110 Syarat maksimum First order condition
Produksi optimum adalah sejumlah produk yang dihasilkan oleh sejumlah input serta memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan sama dengan Total Revenue minus Total Biaya. Total Revenue sama dengan Total Product dikalikan dengan harganya dan Total biaya adalah biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk (Biaya tetap ditambah total input yang digunakan kali harganya)
: : d / dL = 0
Second Order Condition : d2 /dL2 < 0 = TR – TC = P f(L) - (a + w L)
d
dTR =
dTC -
dL
df(L) =P
dL
dL
df(L) - w
dL
= MPL dL
d = P MPL - w = 0
P(MPL) = w
dL dTR P MPL =
= Marginal Revenue Product (MRPL) dL
Bilamana : Fungsi produksi
dTC
:
Q
Harga produk Q adalah :
P
Harga input L adalah
:
w
Total Revenue
:
TR = P f(L)
Total biaya
:
Profit
:
= f(L)
=
= Marginal Factor Cost (MFCL) dL
MRPL = MFCL
TC = a + w L
atau
w MPL
=
atau
Merupakan syarat profit maksimum berdasarkan keputusan pemilihan penggunaan input L
P w
= TR – TC = P f(L) - (a + w L)
Short-run Production and Cost
w
A. Yusuf Imam Suja’i
P
= MPL
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
111
112
PRODUKSI OPTIMUM
Ilustrasi 8 Msal hasil observasi data produksi menghasilkan Fungsi Produksi Estimasi Q = - L3 + 12 L2 + 144 L. Harga input L Rp. 90 ribu, dan harga Produk Q Rp. 15 ribu. Biaya tetap Rp. 15,000 ribu.
Gambar 7 Q M QM QO O Q = f(L)
QB
B
w MPL = P
w/P 0
LB
LO
LM
L MP L
QM QO QB
= Total Product Maksimum = Total Product Optimum (Total Product yang memberikan Keuntungan Maksimum = Total Product saat MPL mencapai maksimum
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Pertanyaan : 1. Agar tercapai keuntungan maksimum, berapakah a. Input L yang digunakan b. Keuntungan maksimum c. Total Produk yang dihasilkan d. Average Product (APL) dan biayanya. 2. Ketika mencapai Average Product maksimum, berapakah : a. Jumlah input L yang digunakan b. APL maksimum dan Total Produk(Q) c. Keuntungan 3. Ketika Total Produk mencapai berapakah : a. Jumlah input L yang digunakan b. Total Produk Maksimum c. Average Product d. Keuntungan
Short-run Production and Cost
maksimum,
A. Yusuf Imam Suja’i
113
114
Jawab 8
-8
82 – (4)(-1)(46)
L1,2 = 2( -1 )
1. Agar tercapai keuntungan maksimum a) Q = - L3 + 12 L2 + 144 L P = 15
-8
Total Penerimaan penjualan produksi R = P x Q
248
L1,2 = -2
R = 15 (- L3 + 12 L2 + 144 L)
- 8 15.748
R = - 15 L3 + 180 L2 + 2160 L
L1,2 =
C = 15000 + 90 L ( C = Total Biaya Produksi )
-2
Keuntungan = R – C
= - 15 L3 + 180 L2 + 2160 L – ( 15000 + 90 L)
= - 15 L3 + 180 L2 + 2070 L - 15000
- 8 + 15.748 L1
=
= - 3.874 (tidak digunakan) -2
Agar tercapai keuntungan maksimum, syaratnya : First order condition
: d/dL 2
- 8 - 15.748
= 0
L1
=
Second order condition : d /dL < 0
= - 15 L3 + 180 L2 + 2070 L - 15000
d/dL
= - 45 L + 360 L + 2070
2
Second order condition : d2 = - 90 L + 360
d2/dL2 = - 90 L + 360 First order condition
dL
2
:
- 45 L2 + 360 L + 2070 = 0
d2Q
- L2 + 8 L + 46 = 0
dL2
Short-run Production and Cost
= 11.874 -2
2
A. Yusuf Imam Suja’i
= - 90 (11.874) + 360 = - 708.66 < 0 L = 11.874
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
115 Jadi L
= 11.874 unit
116
akan memaksimumkan total
- 2 L + 12
keuntungan
2L
=0 = 12
L =6
= - 15 L3 + 180 L2 + 2070 L - 15000
APL
= - L2 + 12 L + 144
unt L = 6
unt L = 11.874 maka : -mak = - 15 (11.874)3 + 180 (11.874)2 + 2070 (11.874)
APL
= - 62 + 12 x 6 + 144
APL
= 180 unit
- 15000 b. Total Produk
b) -mak = Rp. 9845.65 ribu
c) Q
= - L3 + 12 L2 + 144 L
unt L = 11.874 maka : Q
= - 11.8743 + 12 (11.8742 ) + 144 (11.874)
Q
= 1727.621
Q
= L x APL = 6 x 180
Q
= 1080
c. Keuntungan : = 1080 x Rp. 15 – ( 6 x Rp. 90 + Rp. 15000 ) = Rp. 660 ribu
d) APL = 1727.621 : 11.874 = 145.50 3) Ketika Total Produksi mencapai maksimum 2) Ketika mencapai APL maksimum a. Q
3
2
= - L + 12 L + 144 L 2
APL = Q/L = - L + 12 L + 144
= - L3 + 12 L2 + 144 L
Q
= - L3 + 12 L2 + 144 L
MPL
= -3 L2 + 24 L + 144
dMPL / dL = - 6 L + 24
Sjarat APL maksimum : dAPL / dL = 0
Syarat agar Q mencapai maksimum :
APL = - L2 + 12 L + 144 dAPL / dL
a. Q
First order condition
= - 2 L + 12 = 0
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
: MPL = dQ/dL = 0
A. Yusuf Imam Suja’i
117 -3 L2 + 24 L + 144 =
0
L2 - 8 L - 48 =
0
(L+ 4)(L – 12 ) =
0
L+4 =
0
118 c. Average Product : APL = Q / L = 1728 / 12 = 144 unit d. Keuntungan : = 1728 x Rp. 15 – ( 12 x Rp. 90 + Rp. 15000 )
L1 = - 4 (tidak digunakan) L – 12 =
= Rp. 9840 ribu
0
L2 = 12
Tabel 9 Resume Kondisi
Second order condition :
-maks
Q-maks
APL-maks
L
11.874 Unt
12 unt
6 Unt
Q
1727.621 Unt
1728 Unt
1080 Unt
Rp. 9845.65
Rp. 9840
Rp. 660
145,5 Unt
144 Unt
180 Unt
dMPL = - 6 L + 24 dL dMPL = - 6 (12) + 24 = - 48 < 0 dL
L = 12
Jadi L
b. Q
APL
= 12 unit akan memaksimumkan total produk
= - L3 + 12 L2 + 144 L, untuk L = 12 maka :
Qmak = - (12)3 + 12 (12)2 + 144 (12) Qmak
= 1728 unit
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
119
120
Ilustrasi 9 Isi sel yang kosong pada tabel berikut ini L
Q
1
APL 40
2 3
48 138
4
44
5 6
MPL
24 210
7
Ilustrasi 3 (MENGGUNAKAN 2 INPUT) Misalnya suatu produksi menggunakan 3 input yaitu Labor (L), Capital Stock (K) dan Material (Bahan Baku/Pembantu) = M. Untuk K = 8 unit (konstan), hasil estimasi fungsi produksi dinyatakan sebagai berikut : Q = - L2 + 2,5M2 -10LM + 80L + 15M . Bilamana diinginkan Total Produk Maksimum, hitungkan : a. Input L dan M yang digunakan b. Total Produk maksimum Jawab 3 Q = - L2 + 2,5M2 -10LM + 80L + 15M
29
8
-27
Syarat tercapainya produksi maksimum : Q
Q = 0
Jawab 9
L
dan
= 0 M
L
Q
APL
MPL
1
40
40
40
2
88
44
48
3
138
46
50
4
176
44
38
5
200
40
24
M
6
210
35
10
7
203
29
-7
Pers (1) x 1 : 2L + 10M – 80 Pers (2) x 2 : 20L - 10M – 30
8
176
22
-27
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Q = - 2L - 10M + 80 = 0
2L + 10M -80 = 0 ….. (1)
L Q = 5M -10L + 15 = 0
10L - 5M -15 = 0 …. (2)
= 0 = 0 +
22L
Short-run Production and Cost
-110
= 0
A. Yusuf Imam Suja’i
121
122 Ilustrasi 10 Tabel berikut menunjukkan Total Produk yang dihasilkan dari kombinasi penggunaan L dan K (K konstan)
22L = 110 L = 5 unit
Unit of Labor 1 2 3 4 5
2L + 10M – 80 = 0, untuk L = 5 10 + 10M – 80 = 0 10M = 70 M = 7 Q = - L2 + 2,5M2 -10LM + 80L + 15M unt uk
L = 5
dan
M = 7
Q = - 52 + 2,5 (72) – 10(5)(7) + 80(5) + 15(7) Q = 252,5 unit
Unit of Capital K=2 K=3 120 160 260 360 360 510 430 630 480 710
K=1 50 110 150 170 160
K=4 180 290 560 690 790
a. Hitung MPL dan APL bila kapital konstan sebanyak 2 unit. Ketika APL meningkat bagaimana hubungan antara APL dengan MPL. Apa yang terjadi bila APL menurun b. Hitung MPL untuk setiap level Capital Stock (K). Bagaimana MPL pada penggunaan L = 2 unit sejalan dengan kenaikan Capital Stock ? Mengapa ? Jawab 10 a. K = 2 unit l
L
Q
L
MPL
APL
1
1
120
120
120
120.0
2
1
260
140
140
130.0
3
1
360
100
100
120.0
4
1
430
70
70
107.5
5
1
480
50
50
96.0
Ketika APL meningkat MPL juga meningkat dan MPL > APL. Bilamana APL menurun, MPL juga menurun dan MPL < APL b. MPL setiap level penggunaan K (konstan)
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
123 K=1
L
124
K=2
K=3
K=4
Q
MPL
Q
MPL
Q
MPL
Q
MPL
SHORT – RUN PRODUCTION FUNCTION
1
50
50
120
120
160
160
180
180
Gambar 8
2
110
60
260
140
360
200
390
210
3
150
40
360
100
510
150
560
170
4
170
20
430
70
630
120
690
130
5
180
10
480
50
710
80
790
100
Q M O
Mulai dari penggunaan L = 2 unit di semua level penggunaan K, MPL pada penggunaan L = 2 MPL memupnyai nilai paling tinggi. Hal ini karena mulai dari penggunaan L = 2 untuk setiap level penggunaan K terjadi kondisi kenaikan produksi dengan pertambahan yang semakin berkurang (Diminishing Marginal Product) .
B
0
L
MPL APL
AP L 0
LB
LO
LM
L MP L
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
125
126
1. Fungsi Produksi merupakan lokus berbagai produk maksimum yang dihasilkan oleh input tertentu dan pada teknologi produksi tertentu atau Fungsi Produksi merupakan lokus berbagai produk tertentu yang dihasilkan oleh input minimum dan pada teknologi produksi tertentu 2. Dalam Short-Run Production paling tidak ada satu input yang bersifat tetap (fixed) di antara input-input yang digunakan, sedang pada Long-Run Production semua input bersifat variabel.
sampai mencapai MPL = 0 mencapai maksimum.
ketika Total Produk
d. Average Product (APL ) mencapai maksimum ketika kurvenya berpotongan dengan kurve MPL dengan kata lain pada saat MPL = APL. e. Akhirnya Total Ptoduk menggunaan input L > LM
Q akan menurun untuk
4. Produk optimum yang merupakan kondisi ekuilibrium produsen adalah tingkat produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum. Syarat tercapainya produk optimum : w
3. Kurve Total Produksi Q = f(L) sebagai berikut :
harus memenuhi kreteria
MPL
= P
a. Bila input tenaga kerja tidak ada (L = 0) Total Produk Q = 0. Ini berarti Kurve Produksi dimulai dari “Original Point” ( titik 0 ).
P
= harga produk
w
= harga input
b. Kurve Fungsi Produksi, pertama, dengan bertambahnya penggunaan input L, Total Produk Q naik dengan tingkat pertambahan yang semakin meningkat (Increasing Marginal Product) mulai dari penggunaan L = 0 s.d L = LB pada saat mana Marginal Product naik hingga mencapai maksimum ketika penggunaan L = LB c. Selanjutnya, dengan bertambahnya penggu-naan input L, Total Produksi Q naik dengan tingkat kenaikan yang semakin berkurang (Diminishing Marginal Product) mulai dari penggunaan L = LB s.d penggunaan L = LM pada saat mana Marginal Product (MPL) menurun
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
127
128
SHORT – RUN COST
2. Average Cost sama dengan Total Product Q :
Gambar 9 MPL APL
TC
Total Cost dibagi dengan
TFC + TVC
AC =
TFC
=
=
Q
Q
TVC +
Q
Q
AC = AFC + AVC
3. Short-Run Marginal Cost (SMC) :
APL MPL
TC
0
SMC =
L
w
TVC =
=
Q
MPL
Q
4. Average Variable Cost
SMC AVC
TVC AVC = SMC
AVC
wL =
Q
w =
Q
APL
5. Hubungan antara MPL , APL , SMC dan AVC. a. Bilamana MPL dan APL naik, MPL > APL, serta SMC dan AVC turun 0
Q
1. Dalam jangka pendek (Short - Run) ketika dalam kegiatan produksi terdapat input tetap, maka Short-Run Cost merupakan jumlah dari Total Fixed Cost ditambah Total Variable Cost : TC = TFC + TVC Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
b. Bilamana MPL dan APL turun, MPL < APL, serta SMC dan AVC naik c. Bilamana MPL = APL maka AVC minimum
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
129
Short-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Prof DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
APLIKASI FUNGSI PRODUKSI
Dalam KEBIJAKSANAAN DI BIDANG PRODUKSI DAN PENJUALAN
mm18-upnjatim
129
130 Gambar 10 Isoquant K (unit)
Long-Run Production Function (LRPF) meru-pakan fungsi produksi di mana semua inputnya bersifat variabel
Qo = F (L,K)
KA
Suatu alat yang penting untuk menganalisis LRPF yang menggunakan dua input adalah ISOQUANT. Bilamana kedua input itu adalah Labor (L) dan Capital (K) maka persamaan Isoquant dinyatakan sebagai Qo = f (L, K) Isoquant adalah kurve yang merupakan locus (tempat kedudukan) titik-titik yang menunjukkan kombinasi penggunaan dua masukan (misalnya L dam K) untuk menghasilkan tingkat output (produksi) tertentu yang sama (fixed product).
KB
Kombinasi kedua input dengan proporsi masingmasing input berbeda-beda menghasilkan tingkat produksi yang sama bisa terjadi karena kedua inputnya bersifat saling mensubstitusi.
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
B C
KC
0
Jadi dalam Isoquant ouputnya konstan (fixed product) dan kedua inputnya bersifat variabel.
A
LA
LB
LC
L (unit)
Sepanjang kurve isoquant Q0 = F (K,L) merupakan titik-titik kombinasi penggunaan masukan K dan L untuk menghasilkan tingkat ouput (produk) tertentu yaitu Q0. Sebagai contoh, pehatikan titik A, B, dan C yang terletak pada isoquant Q0 = F (K,L) :
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
131
132
Titik A : penggunaan Labor sebesar OLA dan penggunaan Captal sebesar OKA menghasilkan ouput Qo Titik B : penggunaan Labor sebesar OLB dan penggunaan Captal sebesar OKB juga menghasilkan ouput Qo Titik C : penggunaan Labor sebesar OLC dan penggunaan Captal sebesar OKC juga menghasilkan ouput Qo
Sejalan dengan difinisi isoquant itu sendiri bila ada dua atau lebih isoquan yang persamaannya sama namun berbeda jumlah produksinya maka berbagai kurve isoquant tersebut tidak akan saking berpotongan. Hal ini dapat dibuktikan melalui pada Gambar 12 berikut ini : Gambar 12 K (Unit)
Isoquant dengan tingkat output lebih tinggi curvenya terletak disebelah atas dan isoquant dengan tingkat produksi yang lebih rendah kurvenya terletak dibawahnya (Gambar 11)
Q2 Q1 C
Gambar 11 B K (Unit)
A
400 = f (K,L) 0
L (Unit)
200 = f (K,L) 100 = f (K,L) L (Unit)
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
133
134
Misalkan dua isoquant Q1 dan Q2 berpotonan di titik A, berarti pada titik A, Q1A = Q2A. Perhatikan Isoquant Q1 Titik B dan titik A terletak pada isoquant Q1 berarti Q1B = Q1A
Marginal Product untuk input L (MPL) adalah perubahan Q bila input L berubah 1 unit dan input K konstan, dan dirumuskan : Q
Perhatikan Isoquant Q2 Titik C dan titik A terletak pada kurve isoquant Q2 berarti Q2C = Q2A. Perhatikan persamaan berikut ini : Q2A = Q2C Q1B = Q1A Q1A = Q2A Karena Q1A = Q2A , seharusnya Q1B = Q2C , tetapi kenyataan dalam gambar tidak demikian di mana Q1B dan Q2C tidak terletak dalam satu kurve isoquant sehingga Q1B Q2C yang berarti Q1A = Q2A atau dengan kata lain Q1 tidak akan berpotongan dengan Q2
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
MPL = L Marginal Product untuk input K (MPK) adalah perubahan Q bila input K berubah 1 unit dan input L konstan, dan dirumuskan sebagai : Q MPK = K Ilustrasi 10 Tentukan MPK dan MPL bilamana persamaan Isoquant adalah Q = 3K2 + 5 KL+ L2 MPK = Q/K
= 6K +5L
MPL = Q/L
= 5K +2L
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
135
136
Perhatikan persamaan isoquant Q = F (L, K) Q Q =
MRTSL,K adalah angka yang menunjukkan jumlah K yang harus dikurangi untuk mengganti satu unit L untuk menghasilkan produk yang sama (produk konstan)
Q K +
L
K
L
Karena Q konstan maka deferensial sepanjang kurve isoquant sama dengan nol atau Q = 0 Q 0 =
Q K +
K
Dengan cara yang sama diperoleh :
L
Q
= K
Q dan
K
MPK
L
L
= MPK
Persamaan di atas merupakan slope (koefisien kemiringan) dari isoquant Q = F (L, K) di mana masukan K pada sumbu vertikal (ordinat) dan masukan L pada sumbu horizontal (absis)
= MPL L
= - MRTSK,L MPL
MRTSK,L adalah angka yang menunjukkan jumlah L yang harus dikurangi untuk mengganti satu unit K untuk menghasilkan produk yang sama (produk konstan).
sehingga : MPK K + MPL L = 0 MPK K = - MPL L MPL
K =L
= - MRTSL,K MPK
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
137
138
Ilustrasi 11 Tabel 9 berikut ini merupakan berbagai kombinasi input K dan input L untuk menghasilkan 500 Unit produk Q
Isocost adalah kurve yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang dengan harga input yang tetap (given) biayanya sama (tetap).
Tabel 9
Bilamana harga masukan L adalah w dan harga masukan K adalah r maka isocost dinyatakan sebagai Co = r K + w L
L
L
K
1
1
25,0
25
-
-
2
1
19,0
-6,0
-6,0
6,0
3
1
14,0
-5,0
-5,0
5,0
4
1
10,0
-4,0
-4,0
4,0
5
1
7,0
-3,0
-3,0
3,0
6
1
5,0
-2,0
-2,0
2,0
7
1
4,0
-1,0
-1,0
1,0
8
1
3,0
-1,0
-1,0
1,0
9
1
2,5
-0,5
-0,5
0,5
10
1
2,0
-0,5
-0,5
0,5
11
1
1,6
-0,4
-0,4
0,4
12
1
1,3
-0,3
-0,3
0,3
13
1
1,2
-0,1
-0,1
0,1
Long-run Production and Cost
K K/L= - MRTSL,K
MRTSL,K
A. Yusuf Imam Suja’i
Gambar 13 : Isocost K (Unit)
A A
Co = rK + wL
B
0
LA
Long-run Production and Cost
LB
L (Unit)
A. Yusuf Imam Suja’i
139
140
Titik A : penggunaan Labor sebesar OLA dan penggunaan Captal sebesar OKA dengan pengeluaran sebesar Co Titik B : penggunaan Labor sebesar OLB dan penggunaan Captal sebesar OKB juga dengan pengeluaran sebesar Co Jadi sepanjang kurve isocost C0 = rK + wL merupakan titik-titik kombinasi masukan K dan L yang dengan harga input tertentu dan tetap tingkat biayanya sama yaitu Co. Isocost dengan tingkat biaya lebih tinggi curvenya terletak disebelah atas dan isocost dengan tingkat biaya yang lebih rendah kurvenya terletak dibawahnya. Sebagaimana isoquant dua atau lebih isocost dengan harga-harga input yang sama tetapi berbeda tingkat biayanya tidak pernah berpotongan
Sejumlah produksi tertentu (dalam isoquant) dapat dihasilkan oleh tak terhingga kombinasi masukan. Namun dihubungkan dengan harga masukan yang berlaku di pasar dan anggaran yang tersedia hanya ada satu kombinasi masukan yang menghasilkan produk tertentu yang optimal. Produk tertentu yang optimal dalam hal ini adalah produk tertentu yang menggunakan kombinasi masukan sedemikian rupa sehingga costnya minimum. Misalkan isoquant Q = F (L,K) dengan harga masukan K adalah r dan harga masukan L adalah w, sehingga isocost adalah adalah : C = r K + w L. Produksi optimal berada pada titik singgung antara isocost dan isoquant, dan pada titik singgung tersebut slope isocost sama dengan slope isoquant.
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
141
142
Slope Isocost :
Product tertentu dengan biaya minimum
Bila Isocost dinyatakan sebagai Co = r K + w L, maka :
K (unit)
C = rK + wL
C = r K + w L karena C konstan, maka C = 0, shingga : KM
r K + w L = 0
M
r K = - w L
Q o = f(L, K)
w
K = -
adalah slope isocost r
L
0
Produk optimal berkedudukan di titik singgung antara isoquant dengan isocost dan pada titik itu slope isocost sama dengan slope isoquant. Dengan demikian produk optimal (produk dengan biaya minimal) syaratnya adalah : MPL
w =
MPK
r
Long-run Production and Cost
L (Unit)
persamaan ini disebut Least Cost Input Combinantion Sebagai syarat tercapainya Produk optimum Gambar 14 A. Yusuf Imam Suja’i
LM
Produk tertentu Q dengan biaya minimum terjadi pada titik singgung M, pada saat mana digunakan kombinasi input kapital sebesar KM dan input labor sebesar LM. Titik singgung singgung M juga disebut titik ekuilibrium produsen. Pada titik M ini slope isocost sama dengan slope isoquant
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
143
144
Dalam aplikasinya, berkaitan dengan isoquant ini, ada dua model yang dapat dilakukan manajer untuk mengoptimalkan produk yaitu : Pertama : Anggaran sebagai kendala karena keterba-tasan dana yang dimiliki. Dalam kondisi demikian, manajer harus menyesuaikan produknya sedemikian rupa sehingga dengan anggaran yang tersedia biaya kombinasi input minimal : Gambar 15 Mengoptimalkan Produksi dengan Anggaran Biaya (Isocost) sebagai kendala K
Bila memproduksi Q1, biaya produksi lebih kecil dari anggaran yang tersedia sehingga bilamana dilaksanakan akan terjadi sisa dana (tidak optimal) Bilamana memproduksi Q3, biaya produksi lebih besar dari anggaran yang tersedia sehingga bila dilaksanakan akan kekurangan dana (tidak optimal) Bila memproduksi Q2, biaya produksi sama dengan anggaran yang tersedia. Titik singgung antara Isoquant dan Isocost yaitu titik P terjadi lest cost combination : MPL
0
=
C = wL + rK
MPK
P
Q 3 = f3 (L,K) Q2 = f2(L,K) Q 1 = f1 (L,K) L
Long-run Production and Cost
w
A. Yusuf Imam Suja’i
r
Kedua : Input terbatas sehingga jumlah produksi (Isoquant) sebagai kendala, sedang anggaran tersedia cukup. Dalam kondisi demikian manajer harus menyesuaikan anggaran yang tersedia kepada produk yang terbatas sedemikian rupa segingga biaya kombinasi input yang digunakan minimum.
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
145
146
Gambar 16 Mengoptimalkan Produksi dengan Total Product (Isoquant) sebagai kendala K
C01
Anggaran Biaya (Isococst) C02 sama dengan biaya kombinasi input yang digunakan untuk memproduksi Q = f(L,K), sehingga bilamana hal ini dilakukan tercapai produksi optimal dimana Titik yang merupakan titik singgung antara Isoquant dan Isocost memenuhi kreteria : MPL
C02
w =
MPK C
r
03
M
Q = f(L,K)
0
Ilustrasi 12 Misalnya untuk menghasilkan 1000 unit digunakan kombinasi masukan L dan K sebagai berikut :
produk (L ; K)
L {2 : 240 }
{4 ; 18,2 }
{ 6 ; 15,4 }
{12 ; 11,7}
{14 ; 11.0} {16 ; 10.4}
{8 ; 13 8 }
{10 ; 12,6}
03
Anggaran Biaya (Isococst) C lebih kecil dari biaya kombinasi input yang digunakan untuk memproduksi Q = f(L,K), sehingga bila hal ini dilaksanakan akan menghasilkan Q1 < Q karena kekurangan dana (produksi tidak optimal). Anggaran Biaya (Isococst) C01 lebih besar dari biaya kombinasi input yang digunakan untuk memproduksi Q = f(L,K), sehingga bilamana hal ini dilakukan dananya akan berlebih (tidak optimal).
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
{26 ; 8,6 } {32 ; 7,9 }
dan
{18 ; 9.9 } {20 ; 9.5 }
{40 ; 7,2 }
Bilamana harga masukan K adalah 400 SU dan harga masukan L adalah 100 SU, berapakah jumlah masukan K dan L yang digunakan untuk menghasilkan 1000 unit produk tersebut dengan biaya minimum dan berapa biayanya ?
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
147
148
Jawab 12 : Q = 1000 unit R = 400 SU w = 100 SU C = 400 K + 100 L Syarat Produksi Optimal atau ekuilibrium produsen : MPL
K = -
2
K
K
K/L
24,0
rK
WL
Total Cost
9600
200
9.800
18,2
-5,8
-2,90
7280
400
7680
w
6
2
15,4
-2,8
-1,40
6160
600
6760
8
2
13,8
-1,6
-0,80
5520
800
6320
10
2
12,6
-1,2
-0,60
5040
1000
6040
12
2
11,7
-0,9
-0,45
4680
1200
5880
14
2
11,0
-0,7
-0,35
4400
1400
5800
16
2
10,4
-0,6
-0,30
4160
1600
5760
18
2
9,9
-0,5
-0,25
3960
1800
5760
20
2
9,5
-0,4
-0,20
2800
2000
5800
26
6
8,6
-0,9
-0,15
3440
2600
6040
32
6
7,9
-0,7
-0,12
3160
3200
6360
40
8
7,2
-0,7
-0,09
2880
4000
6880
MPK
r
K
MPL
100 =-
MPK
L
2
L
L
L
4
=-
= -
Tabel 10
= - 0,25 400
K/L = - 0,25 yaitu pada kombinasi penggunakan masukan K = 2 unit dan L = 18 unit dengan biaya minimum 5760 SU
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
149
150
Ilustrasi 13 Estimasi isoquant : Q = L2 + 8 KL + K2 di mana Q = total produk, L = jumlah masukan tenaga kerja dan K = jumlah masukan modal Harga K adalah $ 5 dan harga L adalah $ 2. Bilamana anggaran yang tersedia adalah $1700 dan diinginkan produksi optimal, hitunglah : Jumlah K dan L yang digunakan, Total Produksi dan K yang digunakan bila bila L = 500 unit,
L
= 600 unit
Q
=
Jawab 13 :
850.000 = (500)2 + 8 (500) K + K2
Q
=
2
L + 8 KL + K
MPL = 2 L + 8 K MPL MPK
Untuk L = 600 dan K = 100, maka : =
Q
= 850.000 unit
Bilamana L = 500 unit 850.000 = L2 + 8 KL + K2
K2 + 4000 K – 600.000 = 0
2 - 4000 + 40002 – 4 (1)(- 600000)
= 8L+2K
(600)2 + 8 (100)(600) + (100)2
Q
K2 + 4000 K + 250.000 – 850.000 = 0
dan MPK = 8 L + 2 K
2L+8K =
2
L2 + 8 KL + K2
5
K = 2
2(8 L + 2 K) = 5 (2 L + 8 K) - 4000 + 4289,52
16 L + 4 K = 10 L + 40 K 6L
= 36 K
TC
= 2L+ 5K
K =
L = 6K
2
TC = 12 K + 5 K
17 K = 1700 K
= 100 unit
L
= 6K
Long-run Production and Cost
= 144,76 unit
A. Yusuf Imam Suja’i
Ilustrasi 14 Suatu isoquant dinyatakan sebagai Q = K0,60 L0,90. Harga K yaitu r = 5 dan harga L yaitu w = 3. Berapakah K dan L yang digukan bila Q = 1800
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
151
152
unit dan produksi mencapai optimal, serta berapa biayanya ?
Q
= 1800 unit
1800
= K0,60 (2,5 K) 0,90
Jawab 14 :
1800
= 2,50,90 K0,60 K0,90
Q = K0,60 L0,90
1800
= 2,50,90 K1,50
C= 5K+ 3L
Log 1800 = 0,9 Log 2,5 + 1,5 Log K
Agar produksi optimal, syaratnya :
1,5 Log K = Log 1800 – 0,90 Log 2,5 Log K = (Log 1800)/1,5 – 0,6 Log 2,5
MPL
w
3
K
= 85,39 unt 85 unit
L
= 2,5 K = 2,5 (85,39)
MPK = 0,60 K1 - 0,60 L0,90
L
= 212,5 unit 213 unit
MPK = 0,60 K - 0,40 L0,90
C
= 5K+ 3L
MPL = 0,90 K0,60 L0,90 – 1
C
= (5)(85) + (3)(213)
MPL = 0.90 K0,60 L-10
C
= 1064 SU
=
=
MPK
r
5
0,90 K 0,60 L-0,10
MPL =
3 =
MPK
0,60 K
0,90 K
3
-0,40
= 0,60 L
0,90
L
5
1,80 L = 4,5 K 5
L = 2,5 K Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
153
154
Expansion Path adalah curve yang merupakan lokus dari titik-titik produksi tertentu yang dihasilkan oleh kombinasi input dengan biaya minimum pada rasio harga input yang konstan. K
Gambar 17 : Expansion Path
Ada tiga kondisi Return to Scale, yaitu Increasing Return to Scale (IRTS), Constant Return to Scale (CRTS) dan Decreasing Return to Scale (DRTS)
Q4
IRTS Disebut juga kodisi Economies of Scale, adalah kondisi teknologi prodiksi (jangka panjang) di mana pada kondisi IRTS :
Q3 Q2 Q1
Return to Scale (RTS) atau Tingkat Pengembalian Skala adalah suatu kondisi teknologi produksi yang hanya terjadi pada Long–Run Production Fungtion
Expansion Path 3
4
2
bila semua masukan digandakan secara proporsionil maka produk akan bertambah dengan proporsi yang lebih besar.
C4 C3
1
C2 C1
0
L
dari aspek biaya, penambahan semua input secara proporsionil akan diikuti penurunan biaya rata rata produksi dengan proporsi yang lebih besar.
Pada titik-titik I, 2, 3, dan 4 berlaku : MPL1
MPL2 =
MPK1
MPL3 =
MPK2
MPL4 =
MPK3
Long-run Production and Cost
w =
MPK4
r
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
155
156
CRTS. Adalah kondisi teknologi produksi (jangka panjang) di mana pada kondisi CRTS : bila semua masukan digandakan secara proporsionil maka produk akan bertambah dengan proporsi yang sama. dari aspek biaya, penambahan semua input secara proporsionil biaya rata rata produksi tidak berubah (konstant). DRTS Disebut juga kondisi Diseconomies of Scale, yaitu suatu kondisi teknologi produksi (jangka panjang) dimana pada kondisi DRTS : bila semua masukan digandakan secara proporsionil maka produk akan bertambah dengan proporsi yang lebih kecil. dari aspek biaya, penambahan semua input secara proporsionil akan menaikkan biaya rata rata produksi.
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Dimislkan Long-Run Production Function menggunakan dua input L dan K dinyatakan sebagai Q = F (L, K) dan kemudian semua input digandakan dengan t kali, maka : Q* = F ( tL, tK) Q* = tS F (L, K) Q* = tS Q S
= disebut degree of linearly homogeneous procuction function, dan ada 3 kemungkinan nilai S, yaitu :
S
=
1, mengindikasikan teknologi produksi jangka panjang yang digunakan pada kondisi CRTS
S
>
1, mengindikasikan teknologi produksi jangka panjang yang digunakan pada kondisi IRTS ( Economies of Scale)
S
<
1, mengindikasikan teknologi produksi jangka panjang yang digunakan pada kondisi DRTS ( Diseconomies of Scale)
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
157
158
Pengetahuan tentang Return to Scale bagi seorang manajer sangat penting, untuk mewujudkan kinerja yang efisien. Bilamana teknologi produksi pada kondisi IRTS, maka strategi untuk menurunkan biaya rata-rata produksi, skala usaha harus ditingkatkan dengan cara menggandakan semua input secara proporsional Bilamana teknologi produksi pada kondisi CRTS, maka peningkatan skala usaha tidak akan mempengaruhi biaya rata-rata produksi. Strategi yang sesuai ialah ekspansi dengan mengembangkan pabrik-pabrik baru. Bilamana teknologi produksi pada kondisi DRTS, maka strategi yang paling sesuai ialah dengan menurunkan skala usaha sehingga biaya produksi rata-rata akan menurun dan diikuti perbaikan teknologi produksi.
Ilustrasi 15 Suatu teknologi produksi yang direfleksikan sebagai fungsi produksi dinyatakan sebagai berikut : Q = L2 + 5 LK + K2 . Biaya produksi dinyataka sebagai C = 4 L + 5 K. Bilamana C = 59, berapakah kombinasi L dan K yang digunakan agar tercapai produksi optimal dan berapa produksi tersebut ? Buatlah skedul produksi, total biaya dan biaya ratarata apabila semua masukan dikalikan dengan : 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali. Mengidentifikasi Return to Scale : Misal semua input digandakan dengan t kali : Q* = (tL)2 + 5 (tL)(tK) + (tK)2 Q* = t2 L2 + 5(t)(t)(L)(K) + t2 K2 Q* = t2 ( L2 + 5KL + L2) Q* = t2 Q S
= 2
> 1
mengindikasikan bahwa
teknologi
produksi pada kondisi IRTS
Q
= L2 + 5LK + K2
MPL = 2L + 5K MPK = 5L + 2K Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
159
160 Tabel 11
Syarat produk optimal : MPL
w
Input naik t kali
Prod naik t2 kali
r
1
= MPK 2L + 5K
40
2L + 5K
= 5L + 2K
4 =
50
5L + 2K
Q
C
12
8,5
5
309,75
59
0,19
2
22
17,0
10
1239,00
118
0,10
4
2
34,0
20
4956,00
236
0,05
4
Tabel 11 memperlihatkan bila digandakan t kali, produksi naik t2 produksi rata-rata menurun.
10L = 17K
L = 1,7K
C = 4L + 5K = 4 (1,7K) + 5K
11,8K = 59
K = 5
L = 1,7 K 2
K
L = 8,5 2
Q
= (8,5) + 5(8,5)(5) + (5)
Q
= 309,75 Unit
AC
5
5(2L + 5K) = 4 (5L + 2K) 10L + 25K = 20L + 8K
59
L
semua input kali dan biaya
Ilustrasi 16 : Fungsi Produksi : Q = 10L0,5 K0,3, dan anggaran dinyatakan 64 = 4 L + 5 K. Dari data ini akan diidentifikasi RTS dan penggunaan kombinasi input yang mengoptimalkan produksi. Identifikasi RTS : Q = 10 L0,5 K0,3 semua input dinaikkan t kali lipat Q* = 10 (tL)0,5 (tK)0,3 Q* = (t0,5)(t0,3)(10 L0,5 K0,3) Q* = t 0,8 Q S = 0,8 < 1 berarti fungsi produksi dalam kondisi DRTS
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
161
162 Tabel 12
Mengidentifikasi produk optimal : Syarat produk optimal : MPL
Input Prod naik naik 0,8 t kali t kali
w =
MPK
r 0,5
MPL
w
5L- 0,5 K0,3
r
3 L0,5 K- 0,7
= MPK 5K
K
5
25 K = 12 L 5
= 0,48 L
4L + 5K = 64 6,4 L = 64 K = 0,48 L
4L + 5(0,48L) = 64 L = 10,0 K = 4,8
Q Q
= 10 L0,5 K0,3 L = 10 dan K = 4,8 maka : = 10 (10)0,5 (4,8)0,3
Q
= 10 (3,1623)(1,6009)
Q
= 50,6253 50,63
Long-run Production and Cost
Q
C
AC
10,8
10
4,8
50,63
64
1,26
2
20,8
20
9,6
88,15
128
1,45
4
0,8
40
19.2
153,48
256
1,67
4
Tabel 12 memperlihatkan bahwa dengan menggandakan semua input dengan t kali, produksi naik t0,8 kali dan biaya produksi rata-rata meningkat.
=
4 =
3L
4
K
1 0,3
Q = 10 L K MPL = 10(0,5) L0,5 – 1 K0,3 = 5 L- 0,5 K0,3 MPK = 10L0,5 (0,3)(K0,3-1) = 3 L0,5 K- 0,7
L
A. Yusuf Imam Suja’i
Ilustrasi 17 : Fungsi Produksi dinyatakan sebagai Q = 10L0,6 K0,4, anggaran biaya dinyatakan sebagai 60 = 4L + 5 K. Dari data ini akan diidentifikasi RTS dan penggunaan kombinasi input yang mengoptimalkan produksi. Identifikasi RTS : Q
= 10 L0,6 K0,4
semua input dinaikkan t kali lipat Q* = Q* = Q* = S=1
10 (tL)0,6 (tK)0,4 (t0,6)(t0,4)(10 L0,6 K0,4) tQ berarti fungsi produksi dalam kondisi CRTS
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
163
164 Tabel 13
Mengidentifikasi produk optimal : Syarat produk optimal : MPL
w =
MPK
r 0,6
Q = 10 L
K
MPL = 10(0,6) L
K
0,4
- 0,4
= 6L
w
6L- 0,4 K0,4
=
K
Q
C
AC
1
1
10
4
69,27
60
0.87
2
2
20
8
138,54
120
0.87
4
4
40
16
277,08
240
0.87
K
4
Tabel 13 memperlihatkan bahwa dengan menggandakan semua input dengan t kali, produksi naik t kali juga dan biaya produksi rata-rata konstan
=
MPK
r
6K
4 =
K
L
0,4
MPK = 10L0,6 (0,4)(K0,4-1) = 3 L0,6 K- 0,6
3L
Prod naik t kali
0,4 0,6 – 1
MPL
Input naik t kali
0,6
3L
K
- 0,6
5
30 K = 12 L 5
= 0,4 L
4L + 5K = 64 6 L = 60
4L + 5(0,4L) = 64 L = 10
K
= 0,4 L
Q Q
= 10 L0,6 K0,4 L = 10 dan K = 4 maka : 0,6 0,4 = 10 (10) (4)
Q Q
= 10 (3,98)(1,74) = 69,27
Long-run Production and Cost
K = 4
A. Yusuf Imam Suja’i
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i
165
REFERENSI Douglas, Evan J., 1992. Managerial Economics : Analysis and Strategy, Forth Edition, Prentice-Hall, New Jersey. Maurice, S. Charles & Christopher R. Thomas, 1995. Managerial Economics, Fifth Edition, The Dryden Press Press, McGraw-Hill, Inc., Chicago, USA. Papas, James L. & Mark Hirschey. Managerial Economics, Sixth Edition, The Dryden Press Press, McGraw-Hill, Inc., Chicago, USA.
Long-run Production and Cost
A. Yusuf Imam Suja’i