PENERAPAN BAURAN PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN PETANI CENGKEH DI KECAMATAN SIBERUT TENGAH
JURNAL
OLEH : MARDIANA SAKERENGAN Npm : 1110005530101
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2015
0
PENERAPAN BAURAN PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN PETANI CENGKEH DI KECAMATAN SIBERUT TENGAH
Oleh Mardiana Sakerengan / 1110005530101 Febriani,SE.,M.Si,Pembimbing I ; H.M Yusuf Syam,SE.,M.Si,Pembimbing II
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan bauran pemasaran dalam meningkatkan penjualan petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah. Dalam pemasaran dikenal banyak strategi yang dapat digunakan untuk memasarkan produk yang dihasilkan sebuah perusahaan atau pelaku usaha, salah satunya adalah marketing mix atau bauran pemasaran yang terdiri dari product, place, promotion, and price sebagai alat-alat pemasarannya.Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah petani cengkeh yang memiliki lahan dengan luas 3 ha di Siberut Tengah sebanyak 4 orang petani cengkeh. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu Reduction Data, Display (penyajian data), dan Verifying. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa reduction data, display, dan verifying sangat berpengaruh terhadap produk, harga, promosi, dan tempat dalam meningkatkan penjualan petani cengkeh Di Kecamatan Siberut Tengah. Tetapi yang sangat berpengaruh adalah produk, dan harga ini dikarenakan dalam proses pemasarannya banyak melibatkan pelaku pemasaran serta dalam pengolahan produk cengkeh masih dengan cara manual, sedangkan untuk aspek promosi, dan tempat masih harus ada perbaikan dan peningkatan secara berkala. Kata kunci : produk, harga, promosi dan tempat
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasaran merupakan sebuah konsep yang menjadi bagian dari keseharian masyarakat,hampir segala hal memiliki keterkaitan dengan kata pemasaran, secara sadar maupun tidak sadar masyarakat melakoni kegiatan tersebut. Secara umum pemasaran adalah sebuah proses memasarkan atau memperkenalkan suatu barang/jasa kepada pasar yaitu masyarakat. Proses ini dilaksanakan untuk membuat masyarakat mengenal suatu produk dan kemudian memberikan reaksi tertentu. Pemasaran bukanlah sebuah kegiatan yang mudah, karena harus meyakinkan sekian banyak pasar yang memiliki berbagai kepentingan dan sudut pandang. Cengkeh dikenal sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakann sebagai bahan industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan pengguna yang terbanyak sebagai bahan baku rokok (Anonymous,2012). Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa cengkeh juga dapat juga digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya, cengkeh mampu menyembuhkan sakit gigi, mengurangi rasa nyeri akibat demam, penolak nyamuk, dan pencegah ejakulasi dini. Cengkeh (syzygium aromatikum) merupakan salah satu sumber daya yang terdapat didaerah tropis. Penghasilan tahunan masyarakat Siberut adalah petani cengkeh dan mereka dikenal sebagai penghasil cengkeh yang baik di Kabupatennya. Tidak banyak industri cengkeh berkembang di Indonesia, Sumatera Barat adalah icon cengkeh dan penghasil cengkeh tertinggi. Data menyebutkan bahwa Indonesia tetap menjadi penghasil cengkeh terbesar di dunia dan salah satu komoditi ekspor tertinggi didunia. Tetapi hal tersebut tidak menjamin kesejahteraan masyarakat petani cengkeh. Kecilnya skala usaha tani cengkeh dikecamatan Siberut Tengah masih sangat kecil, sehingga menyebabkan kurangnya efisien produksi. Selain itu kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih dibawah produktivitas potensial. Salah satu sebab rendahnya produksi adalah tidak adanya menggunaan bibit yang unggul, tidak menggunakan budidaya anjuran, (tidak dipupuk dan cara panen yang masih tradisional). Selain itu juga pola budaya ladang berpindah mengakibatkan pesatnya laju pengundulan hutan sehingga menyebabkan terjadinya lahan kritis dan erosi yang relatif luas. Harga hasil petani sering berfluktuasi dan menjadi sangat rendah terutama pada saat panen raya berkisar antara Rp. 100.000,-/kg cengkeh kering. Sehingga menyebabkan pendapatan petani rendah dan biaya produksi yang dikeluarkan tidak dapat ditutupi dengan pendapatan yang diperoleh. Selain itu petani cengkeh ini pun belum memiliki sistem pemasaran yang memadai, hanya ada tengkulak yang membeli hasil pertanian cengkeh dengan harga yang murah dari petani namun menjualnya ke perusahaan dengan harga yang lebih mahal. Hal tersebut memperpanjang permasalahan pemasaran cengkeh di Sumatera Barat.
2
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Peranan Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Penjualan Petani Cengkeh Di Kecamatan Siburut Tengah “. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kualitas produk cengkeh yang dihasilkan oleh petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah? 2. Bagaimanakah harga cengkeh yang dijual oleh petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah? 3. Bagaimanakah promosi yang dilakukan oleh petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah? 4. Bagaimanakah tempat pengolahan dan saluran pemasaran petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitan ini adalah : 1. Untuk mengetahui kualitas produk cengkeh yang dihasilkan oleh petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah. 2. Untuk mengetahui harga jual cengkeh ditingkat petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah. 3. Untuk mengetahui promosi yang dilakukan petani cengkeh dalam meningkatkan penjualan cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah. 4. Untuk mengetahui akses tempat pengolahan dan saluran pemasaran produk cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Hasil studi ini memberikan kontribusi bagi peneliti untuk dapat memperoleh pengalaman belajar dalam penelitian yang realistis dan memperluas wawasan dan pengembangan keilmuan pada masa yang akan datang khususnya bidang pemasaran. 2. Bagi Perusahaan / Masyarakat / Petani Hasil penelitian ini diharapakan memberikan masukan bagi perusahaan, masyarakat / petani cengkeh untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan penjualan cengkeh dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. 3. Bagi Akademik Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik yang sama.
3
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses Menurut Lupiyoadi (2006:70). Ada empat inti bauran pemasaran, yaitu: produk(Product),harga(Price), tempat(Plece), dan promosi(Promotion). Dengan demikian menurut Lupiyoadi (2006:70) unsur bauran pemasaran terdiri dari empat hal yaitu : 1. produk Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk, perusahaan tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Pembeli akan membeli produk kalau mereka cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Produk merupakan hasil dari produksi yang akan dilempar kepada konsumen untuk didistribusikan dan dimanfaatkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun beberapa penjelasan tentang dimensi kualitas produk yang membedakan produk lainnya, yaitu: form (bentuk), features (ciri-ciri produk), performence quality (kualitas produk), conformance (kenyamanan), durability (ketahanan), reliability(keandalan), repairibility (kemudahan perbaikan), style (gaya) dan design (model). Menerut Kotler dan Armstrong (2001:280) klasifikasi produk dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Barang Konsumen Barang konsumen yaitu barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri, bukan untuk tugas bisnis. Umumnya barang konsumen dapat dislasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu : a. Barang kebutuhan sehari-hari (convience Goods) adalah barang-barang yang sering dibeli konsumen (memiliki frekuensi pembelian tinggi), dibutuhkan dalam waktu segera, dan memerlukan waktu yang minim dalam perbandingan dan pembeliannya. b. Barang belanjaan (Shopping Goods) adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan dengan berbagai alternatif yang tersedia oleh konsumen berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan daya dalam proses pemilihan dan pembeliannya. c. Barang khusus (Speciality Goods) adalah barang-barang dengan karakteristik dan atau identifikasi yang unik, yang untuknya sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia senantiasa melakukan usaha khusus untuk pembeliannya. d. Barang yang tidak dicari (Unsought Goods) adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau walau sudah diketahui namun secara umum konsumen belum terpikir untuk membelinya.
4
2. Barang Industri Barang industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis) untuk keperluan selain konsumsi lansung, yaitu : untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali oleh produsen, untuk dijual kembali oleh pedagang tanpa dilakukan transformasi fisik (prose produksi). 2. Harga Yang dimaksud dengan harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. 3. Tempat Hal yang paling penting faktor tempat adalah penentuan tempat yang strategis. Penentuan lokasi untuk pemasaran juga mempengaruhi jumlah volume penjualan produk yang dihasilkan sebuah perusahaan. Oleh karenanya, sebuah perusahaan akan mencari tempat yang strategis untuk digunakan sebagai tempat produksi maupun tempat distribusinya. 4. promosi Hal yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan bauran promosi (promotion mix) terdiri atas : 1. Periklanan Periklanan merupakan bentuk presentasi dalam promosi non pribadi tentang ide, barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. 2. Personal selling Personal selling merupakan presentasi lisan dan percakapan dengan satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan. 3. Publisitas Publisitas merupakan pemberitahuan secara komersial di media massa atau sponsor secara non pribadi dengan tujuan untuk mendorong permintaan atas produk, jasa, atau ide perusahaan. 4. Promosi penjualan Promosi penjualan merupakan kegiatan pemasaran selain periklanan, personal selling, dan publisitas yang mendorong pembelian barang oleh konsumen. Kegiatan promosi penjualan di antaranya pemeran, peragaan, domenstrasi dan sebagainya. 5. Direct marketing Penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan. 5. Penjualan Penjualan merupakan faktor penting bagi perusahaan dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan baik untuk masa depan maupun untuk masa yang akan datang. penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan.
5
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penjualan antara lain: 1. Kondisi dan kemampuan penjual Dalam hal ini penjual harus mampu untuk meyakinkan para pembeli terhadap produk yang dijualnya dipasar, maka penjual harus memahami beberapa masalah penjualan seperti : a. Jenis dan karakteristik produk yang ditawarakan b. Harga dari produk c. Syarat penjualan seperti pembayaran, pelayanan serta memperhatikan hakhak yang akan menimbulkan kekecewaan pembeli dan jasa-jasa yang ditawarkan. 2. Kondisi pasar Untuk menjual sejumlah produk, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah : a. Jenis pasar, apakah dari pada barang-barang yang akan ditawarkan tergolong pasar konsumen, pemerintah atau pasar internasional. b. Daya beli langganan c. Kelompok pembeli d. Frekuensi pembelian 3. Modal Dalam memasarkan barang-barang, penjual harus memperhatikan barang atau produk yang dijualnya kepada konsumen untuk memperkenalkan produk-produknya tersebut penjual sangat memerlukan adanya usaha seperti : a. Usaha promosi b. Tempat pendesmostrasian produk c. Alat transportasi 4. Penetapan harga Dalam proses penetapan harga ada beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi keputusan diantaranya : a. Permintaan produk b. Target pangsa pasar c. Reaksi pesaing d. Penggunaan strategi penetapan harga e. Bagian lain dari bauran pemasaran f. Biaya untuk memproduksi atau untuk membeli produk. 6. Cengkeh Tanaman cengkeh tergolong kedalam keluarga tanaman Myrtaceae pada ordo Myrtales, kegunaannya antara lain adalah terutama bunganya dalam industri rokok, industri kosmetik digunakan daun serta bunganya, minyak atsiri, mengobati beberapa penyakit diantaranya sakit gigi, menguatkan jantung dan lambung sebagai industri kesehatan,dan juga digunakan sebagai industri makanan kuliner atau kue, dan industri pengulingan, aroma cengkeh juga dapat menghasilkan suatu aroma nan mampu menimbulkan nafsu makan. Tanaman ini merupakan tamanan spesifik lokasi, dapat tumbuh dan berkembang baik pada kondisi lahan dengan jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran dan andosol, gembur, solum tanah tebal
6
mininal 1,5 meter serta kedalaman air tanah lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, ketinggian sekitar antara 200-600 meter diatas permukaan laut dpl, dan rata-rata curah hujan berkisar 1.500-2.500 mm/ tahun serta bulan kering kurang dari 2 bulan, suhu antara 25-34º C kelembaban 80-90 %. (Anonim. 2000. laporan tahunan Kecamatan Siberut Tengah, 1999-2000. Kecamatan Siberut Tengah, Kabupaten Kepulauan Mentawai, propinsi Sumatera Barat). Cengkeh dapat memberikan manfaat yang laur biasa setelah dilakukan pengolahan dengan baik dan benar dengan beberapa tahap antara lain : panen, sortasi buah, pengeringan, pembersihan dan penggunaan. Pada tahapan tersebut terjadi penurunan kadar air yang terdapat dalam buah cengkeh tersubut (Anonymous, 2012) III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang perilakunya diamati. Pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologis. Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalamanpengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moleong, 2006:14). 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini Populasinya adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat semesta penelitian, (Ferdinand,2006:223). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah yang jumlah 2.542 patani cengkeh.Sampel adalah dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2007:73). Besarnya sampel yang dibutuhkan sangat ditentukan oleh derajat keakuratan yang dibutuhkan oleh peneliti dalam menaksir mean populasi dari pengamatan sampelnya (Saleh,2001:152). Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah petani cengkeh yang memiliki lahan dengan luas 3 ha di Siberut Tengah sebanyak 4 orang petani cengkeh.Penetapan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non Probability Sampling, yaitu semua elemen dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Ferdinant, 2006:231). Metode pengembilan sampelnya menggunakan purposive sampling, teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, dimana orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai pengusaha sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2007:77).
7
3.3 Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data terbagi dua, yaitu : a. Data kualitatif Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Dan kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumentasi, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). b. Data kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistik. 2. Sumber Data Sumber data terbagi atas dua, yaitu : a. Data Primer Sumber data primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Meleong, 2006:157). Jadi kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama dan dokumen atau sumber tertulis lainnya merupakan data tambahan. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil dari tinjauan pustaka atau library research, dari buku-buku, jurnal penelitian dan literatur-literatur yangberkaitan dengan pembahasan permasalahan yang ada hubungannya dengan penelitian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Observasi Metode observasi adalah pemilihan, pengubahan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenan dengan organisme itu sesuai tujuan-tujuan empiris (M.Iqbal hasan, 2002:86). Adapun observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis, yaitu dilakukan oleh penulis dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen penelitian. Dalam menggunakan metode observasi, peneliti melakukan pengamatan selama 3 minggu yang ditujukan pada perilaku orang-orang yang terlibat dalam industri cengkeh dan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang telah diamati. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawabanjawaban responden dicatat atau direkam menurut (Sugiyono, 2007). Metode yang digunakan di sini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan. Dalam wawancara
8
tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya. Pemilihan metode dokumentasi ini bertujuan untuk memebantu peneliti dalam mengolah informasi. Dokumentasi yang digunakan adalah foto dan beberapa catatan pribadi milik peneliti. Alasan mengapa peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan data tersebut karena peneliti ingin mengamati dan meneliti ini sedalam dan seluas mungkin informasi yang akan digali dilapangan guna mendapatkan data valid dan reliabel. Karena peneliti kualitatif lebih condong pada ketajaman peneliti itu sendiri untuk mencari celah dan menjadikan sebuah penelitian menjadi kesimpulan yang berarti dan menjadi penemuan dan pengetahuan baru. 3.5 Teknik Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh faktor bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) untuk meningkatkan penjualan petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah dengan menggunakan penerapan strategi bauran pemasaran dan penjualan. Adapun beberapa langkah yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Reduction Data Dalam melakukan reduksi data merangkum, atau memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjtnya. 2. Display (penyajian data) Dengan mendisplaykan data,maka akan mudah untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. 3. Verifying Setelah proses pengklasifikasian selesai, selanjutnya penulis melanjutkan dengan memeriksa data dan informasi yang diperoleh dari lapangan agar validitasnya bisa terjamin, setelah data dikumpulkan dengan lengkap dan diolah, apabila data yang diperoleh sudah dirasa cukup, maka untuk selanjutnya dirancang untuk konsep dasar utama analisis dalam penelitian ini.
9
IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Produk Strategi bauran pemasaran adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan atau usaha guna mempertahankan eksistensi dan kelangsunagan perusahaan dalam persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi saat ini. Produktivitas dan mutu cengkeh yang dihasilkan oleh para petani cengkeh masih rendah, salah satu sebab rendahnya produksi adalah proses pengolahan yang tidak menggunakan teknologi budidaya anjuran (tidak dipupuk dan cara panen yang masih tradisional). Sedangkan rendahnya mutu disebabkan bahan yang dipanen mengandung campuran tangkai dan benda-benda kecil lainnya, teknologi pengolahan menggunakan cara tradisional serta tingginya campuran bahan olahan berkualitas rendah. Ini dikarenakan bibit cengkeh yang digunakan para petani tidak menggunakan bibit unggul dan Apabila produktivitas dan mutu diperhatikan oleh petani maka akan dapat meningkatkan produksi dan penjualan cengkeh yang diharapkan. Wawancara salah satu petani cengkeh
Dari hasil wawancara peneliti dengan petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah dengan Bapak Mulias dengan luas lahan 3½ ha dan sudah 52 tahun menjadi petani cengkeh dengan umur beliau 72 tahun, menyatakanDalam proses produksi cengkeh, petani cengkeh dalam proses penggunaa bibit tidak menggunakan bibit unggul, petani hanya mengambil bibit cengkeh yang tumbuh dari tanah pohon cengkeh itu sendiri. Dalam penanaman tanaman cengkeh, petani tidak memberikan perlakuan pemupukan, penggemburan, dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cengkeh. Bibit yang diperoleh secara turun temurun dari daerah tersebut, dimana tanaman yang digunakan sebagai penghasil bibit tidak berada dalam kondisi optimal. Adapun beberapa langkah yang harus diperhatikan para petani dalam proses pengambilan bibit sampai pasca panen tiba sebagai berikut :
10
1. Pembibitan Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu petani cengkeh yang ada di Desa Saibi Samokop pada tanggal 17 juni 2015, Bapak Asirman dengan luas lahan 3 ha dan sudah 33 tahun menjadi petani cengkeh, dengan usia 60 tahun, mengatakan Bibit yang digunakan bukan bibit unggulan dan tanpa adanya pemberian perlakuan pemupukan, penggemburan dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cengkeh, sehingga dari hasil tanaman cengkeh itu sendiri juga kurang bagus dan kandungan eugenol cengkeh itu sendiri juga akan berkurang. Guna untuk mendapatkan bibit yang unggul pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan para petani cengkeh, dengan cara memberikan penguluhan atau pelatihan kepada para petani cara pemilihan bibit yang bagus, pemberian pupuk, cara penanaman, hingga cara pasca panen tiba. Dengan demikian pohon cengkeh yang tumbuhpun lebih subur, dan menghasilkan buah cengkeh yang lebat, berkualitas tinggi. Bibit cengkeh
Gambar (a) gambar (b) bibit unggul bibit yang tumbuh dibawah pohon cengkeh Dari ke-2 gambar diatas dapat dilihat bahwa pada gambar (a) adalah bibit unggul dimana buah-buah cengkeh yang dijadikan bibit telah dipilih yang kualitas bagus terlebih dahulu, sedangkan pada gambar (b) bibit yang digunakan hanya tumbuh dibawah pohon cengkeh itu sendiri, dengan cara pengambilan bibit yang hanya menunggu tumbuh dari bawah pohon cengkeh, karenanya pertumbuhan pohon cengkeh tidak subur dan kualitas buah cengkeh yang dihasilkanpun berkurang, tambah lagi tidak adanya perlakuan perawatan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Seharusnya para petani cengkeh menggunakan bibit unggul untuk menghasilkan cengkeh kering yang berkualitas baik, tentunya dibarengi dengan pemeliharaan dan perawatan yang baik, bahkan jika menggunakan bibit yang berkualitas dan perawatan yang baik selain memberikan hasil yang maksimal juga dapat bertahan hidup hingga ratusan tahun dan tetap produktif. 2. Proses pemberian pupuk Hasil dari wawancara peneliti dengan Bapak Mulias dengan luas lahan 3 ½ ha dan sudah 52 tahun menjadi petani cengkeh, dengan umur 72 tahun, nyatakan mereka tidak memberikan perlakukan pemupukan pada tanaman cengkeh mereka, maka dari itu hasil panen para petani pun kurang mendapatkan hasil yang diinginkan. Sebaiknya para petani harus malakukan pemupukan pada tanaman cengkeh meraka, karena dengan pemberian pupuk
11
pada tanaman cengkeh akan subur dan terhindar dari serangan hama dan penyakit lainnya, hal ini juga tanaman yang subur dan terhindar dari penyakit akan mendapatkan buah cengkeh yang banyak, mutu dan kualitas baik. Ini dikarenakan biaya untuk membeli pupuk tidak ada dan juga cara pemberian pupuk pada tanaman para petani masih engan atau tidak tau, salah satu solusi dari persoalan ini adalah dinas pertanian memberikan pelatihan tata cara perberian pupuk yang baik, dan juga dinas pertanian memberikan solusi yang baik kepada para petani cengkeh ini,guna mendapatkan pupuk untuk petani cengkeh. 3. Penanaman Dalam proses penanaman petani juga belum melakukan penanaman secara baik, seharusnya penanaman dilakukan apabila semua persiapannya, misalnya peneduh alam atau buatan telah siap, lubang-lubang tanah yang memenuhi syarat telah ditutup kembali, serta jarak tanam telah ditentukan. Jarak tanam yang biasa digunakan pada penanaman cengkeh tidak sama tergantung pada ketinggian dan kemiringan tanah. Jarak tanam pada tanah datar yaitu 8 m x8 m dan pada tanah agak miring 6 m x6 m, bila terdapat gangguan-gangguan yang dapat merugikan, jarak tanam dapat dibuat lebih rapat lagi, misalnya 4 m x 4 m. 4. Pasca panen Dalam proses pengolahan cengkeh pada pasca panen terdiri atas : pemetikan, pemisahan buah dari tangkai, dan pengeringan. Dari hasil wawancara peneliti di Desa Saibi Samokop pada tanggal 19 juni 2015, Bapak Mulias mengatakan dalam pasca panen mulai dari pemetikan, sortasi buah, dan pengeringan cengkeh, dari proses semua ini petani masih menggunakan alat tradisional, seperti salah satu alatnya yang terbuat dari karung yang sudah dimodifikasi, kesulitan yang dihadapi oleh petani pada panen tiba ini tergantung pada keadaan iklim setempat, tinggi tempat dan faktor-faktor lain yang sangat besar pengaruhnya, mulai dari berbunga dan waktu pemungutannya pun tidak sama, akibat dari itu petani pun harus melakukan pemetikan berkali-kali. a. Pemetikan Buah hasil cengkeh yang dipanen di masukkan kedalam karung yang berukuran kecil yang sudah dimodifikasi berbentuk bulat melinkar masingmasing 20-15 kg perkambuik oleh masyarakat setempat disebut dengan nama kambuik. Cara pemetikan buah cengkeh dilakukan dua cara, yang pertama dengan cara pohonnya dipanjat dan menggunakan alat bantu kayu yang lurus direntangkan kebatang cengkeh dan kemudian ujung dari kedua sisi kayu tersebut diikat dengan tadi, pemetikan dengan cara memanjat pohon sebaiknya tidak dilakukan, karena dengan cara ini mengakibatkan ranting-ranting pohon akan mudah patah dan untuk menungguh tunas baru itu butuh waktu yang sangat lama. Cara yang kedua yaitu dengan cara menggunakan tangga yang dibuat sendiri oleh para petani dengan panjang 10-15 meter. Sebaiknya para petani cengkeh menggunakan tangga dalam proses pemetikan, karena dengan cara
12
ini bunga cengkeh yang masih kecil tidak rusak maka untuk pemetikan selanjutnya pun dapat dilakukan dengna baik dan juga mengurangi kerusakan batang maupun ranting pada pohon cengkeh akan terhindarkan. b. Pemisahan buah dari tangkai Pemisahan buah dilakukan segera setelah cengkeh tiba di pondok atau dirumah, sortasi masih dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama sekitar 3 jam dalam 5 kg cengkeh basah itu juga tergantung banyak nya cengkeh basah yang dipetik, dengan cara bunga dan tangkai cengkeh menempatkannya ditempat yang berbeda, ini dilakukan karena keduanya mempunyai harga dan mutu yang berbeda. Hasil dari wawancara dengan salah satu petani yang ada di Desa Saibi Samukop pada tanggal 19 juni 2015, Bapak M.Jamin, dengan luas lahan 2 ha dan sudah 30 tahun menjadi petani cengkeh dengan umur 54 tahun, mengatakan bahwa dalam proses sortasi buah cengkeh dilakukan oleh petani sendiri atau masih menggunakan cara tradisional, sehingganya dalam hal ini buah cengkeh masih ada campuran tangkai cengkeh, dengan cara ini juga akibat dari sortasi yang begitu lama telapak tangan menghitam dan membosankan. Gambar 4.5 Pemisahan buah cengkeh
Gambar (a) Sortasi buah secara manual
gambar (b) sortasi bunga menggunakan mesin
Pada gambar (a) terlihat bahwa sortasi bunga dilakukan secara manual, dan sortasi bunga cengkeh yang dilakukan para petani masih menggunakan secara manual dengan cara ini tangkai dan bunga cengkeh pun masih tercampur, maka ini akan menurunkan mutu cengkeh tersebut, waktu yang dihabiskan antara 1-2 jam tergantung banyaknya cengkeh yang dipanen. Sedangkan pada gambar (b) yaitu sortasi bunga dengan menggunakan mesin dan seharusnya petani cengkeh pada saat ini sudah menggunakan teknologi yaitu mesin dalam proses sortasi bunga, pemisahan/ 13
sortasi bunga cengkeh atau mesin perontok cengkeh ini dirancang untuk mengatasi masalah pemisahan bunga cengkeh dari tangkai yang sangat lama dan membosankan, sehingga waktu sortasi bunga pun cepat, tidak lama, cengkeh yang dihasil lebih bersih, kualitas dan mutu cengkeh pun tidak berkurng. c. Pengeringan Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu pedagang besar cengkeh yang ada di Desa Saibi Samukop pada tanggal 19 juni 2015, Bapak Tobing mengatakan bahwa petani cengkeh dalam menjual cengkeh, produk cengkeh yang dijual biasanya belum kering secara maksimal, dan juga belum dibersikan dari kotoran tangkai kecil-kecil dan benda- benda lain, sehingga cengkeh yang dibeli dari petani tersebut dijemur ulang dan dibersikan kembali oleh Bapak Tobing selaku pembeli sebelum nantinya akan dikirim lagi. Apabila ini terjadi maka akan menurunkan harga jual petani karena kualitas cengkehnya yang kurang bagus. Seharusnya para petani sudah menggunakan mesin pengeringan untuk mengeringkan hasil cengkeh mereka, dengan menggunakan mesin ini para petani cengkeh hanya membutuhkan waktu 2-3 jam saja dengan suhu 70 derajat C. Pengunaan mesin ini juga menghasilkan cengkeh kering yang memenuhi standar SNI (Standar Nasional Indonesia ), sedangkan dengan cara manual atau dijemur dibawah sinar matahari belum memenuhi standar SNI, yaitu hanya mencapai 18-20% kadar iar. Setelah proses pengeringan cengkeh selesai, maka cengkeh siap untuk dijual, petani memasukannya kedalam sebuah karung atau goni dan cengkeh yang sudah kering diangkut kerumah petani, biasanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk diantar langsung kepedagang tengkulak ataupun pedagang besar yang ada di daerah tempat petani tinggal.Dari proses pengolahan cengkeh yang dihasilkan oleh petani cengkeh di Kecamatan Siberut Tengah, terlihat bahwa produk cengkeh yang dihasilkan masih kurang atau masih berkualitas rendah, karena terlihat mulai dari pembibitan, pasca penen, sortasi buah dan pengeringan belum ada yang menggunakan teknologi tapi masih menggunakan cara tradisional. Sebagai produk komoditas ekspor saat sekarang ini, proses pengeringan cengkeh seharusnya sudah menggunakan teknologi, sehingga dalam pengeringan produk lebih merata dan maksimal. d. Identitas Produk Saat ini cengkeh yang dijual berdasarkan nama produk dan bentuk dan nama pedagangnya saja. Tidak ada merek dagang dan identitas produk lainnya yang akan membedakan merek cengkeh Sumatera Barat dengan lainnya. Hal inilah diantaranya yang membuat kondisi daya tawar petani dipasar menjadi lemah, karena produk yang cenderung homogen akan sangat mudah disubstitusi oleh produk sejenis yang berasal dari daerah atau negara lainnya. Sehingga posisi petani sebagai produsen pertama produk cengkeh tetap dalam kondisi “price taker” dan bukan “ price maker”. Saat sekarang ini, sebaiknya petani sudah menciptakan merek atau identitas dari produk cengkeh yang dihasilkannya, sehingga apabila dalam
14
menggahasilkan produk cengkeh dengan kualitas yang bagus, petani bisa saja menjadi penentu harga. Unggulnya produk dengan memberikan kualitas terbaik kepada konsumen jika dibareng dengan pemberian label yang dapat mengenalkan produknya pada masyarakat umum. Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yaitu penerapan bauran pemasaran dalam meningkatkan penjualan petani cengkeh di kecamatan siberut tengah, dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan oleh petani cengkeh, maka dapat dikemukakan pembahasan hasilnya adalah produk yang dihasilkan masih dibawah ukuran standar SNI, dan petani perlu memperhatikan dari mulai pengambilan bibit sampai pasca penen cengkeh tiba, guna untuk mendapatkan hasil yang lebih baik atau yang diinginkan. 2. Harga Cengkeh Dalam pemasaran cengkeh di Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah, terdapat dua lembaga pemasaran yang dominan beroperasi yaitu pedagang pengumpul dan eksportir. Ketika hasil penen atau produksi yang dihasilkan petani naik, maka harga jual bagi petani menjadi turun, sementara pada saat produksi sedikit, hargapun juga tidak terlalu tinggi. Perubahan harga jual tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Harga penjualan cengkeh pada tingkat petani Di Kecamatan Siberut Tengah No Tahun Harga (Rp./kg) 1 2010 70.000 s/d 72.000 2 2011 99.000 s/d 100.000 3 2013 143.000 s/d 145.000 4 2014 123.000 s/d 125.000 5 2015 90.000 Sumber : hasil wawancara dengan petani cengkeh Pada tahun 2010, harga cengkeh mencapai Rp. 70.000 sampai Rp. 72.000, pada tahun 2011 mengalami kenaikan mencapai Rp. 99.000 sampai Rp. 100.000, tahun 2013 naik hingga Rp. 143.000 samapai Rp. 145.000, tahun 2014 mengalami penurunan Rp. 123.000 samapi Rp. 125.000. Sedangkan harga cengkeh yang terjadi saat penelitian (bulan juni tahun 2015) baru saja menurun menjadi Rp. 90.000,-/kg. Kualitas cengkeh yang dihasilkan melalui proses sederhana dan dengan peralatan yang tradisional, maka mutu dan kualitas produk cengkeh yang dihasilkan sangat berkurang, inilah yang menyebabkan harga jual menjadi rendah pada tingkat petani. Pada hal harga yang seharusnya dari produsen adalah Rp136.000 pada tahun 2015 ini, Dari hasil yang telah dipaparkan diatas, jelas bahwa harga cengkeh yang dijual oleh para petani masih dibawah standar SNI atau jauh dari yang diharapkan, ini terjadi karena cengkeh kering yang dihasilkan masih dibawah standar SNI, maka dari itu para petani lebih meningkatkan lagi hasil produk cengkehnya agar mendapatkan harga yang seharusnya.
15
3. Promosi Pada penelitian ini berlangsung, promosi yang dilakukan oleh petani cengkeh dalam mempromosikan hasil cengkehnya hanya menggunakan promosi personal selling dan belum ada yang menggunakan promosi dalam bentuk lain. Seharusnya saat sekarang ini dengan teknologi yang sudah canggih, banyak cara promosi yang bisa dilakukan dalam mempromosikan suatu produk seperti periklanan, publisitas dan direct marketing maupun dengan media promosi melalui media sosial, internet dan lain sebagainya, agar produk cengkeh yang dihasilkan dikenal oleh masyarakat umum, bahkan dunia pun bisa mengenal produk cengkeh asal Sumatera Barat. Promosi produk cemgkeh dengan cara menggunkan promosi personal selling saja tentu tidak akan maksimal, karena promosi semacam ini hanya akan meliputi cukup kecil dalam pemasaran dan ruang penyebar luasannya hanya meliputi orang-orang yang saling kenal saja. Jika banyak promosi diterapkan dalam penjualan cengkeh ini akan menghasilkan input yang bagus agar cakupan pemasarannya dapat disebar luaskan sehingga diketahui dan dinikmati oleh masyarakat umum bahkan dunia bisa mengenalnya, inilah salah satu strategi untuk meningkatkan penjualan petani cengkeh yang ada di kecamatan siberut tengah. 4. Tempat Pada saat penelitian ini berlangsung, tempat dimana petani melakukan produksi cengkeh berada jauh dari rumah petani dan jarak untuk menuju tempat produksi cengkeh tersebut masih jalan setapak dan untuk transportasi manuju lokasi sangat susah, sehingga petani cengkeh apabila produksi cengkeh sudah selesai diolah perlu pemindahan produk dari tempat pengolahan ke rumah petani yang nantinya akan dijual, namun akses transportasi menuju kepembeli cengkeh sangat mudah didapat dari tempat petani dan lokasi untuk produksi sesama petani saling berdekatan. Pada umumnya petani cengkeh masih mengandalkan pedagang desa untuk memasarkan hasil usaha taninya, Desa Saibi Samukop balum adanya pasar permanen atau semi permanen.
Gambar 4.8 Pedagang cengkeh Pemasaran cengkeh didaerah penelitian melibatkan banyak pihak, mulai dari petani, tengkulak atau pedagang pengumpul, pedagang besar yang berhubungan langsung dengan pabrik cengkeh di Sumatera Barat. Pada daerah penelitian terdapat dua saluran pemasaran. Saluran pertama yaitu petani, pedagang pengumpul desa/tengkulak, pedagang besar yang datang dari Sumatera Barat, dan saluran ke dua yaitu petani, pedagang besar, pabrik
16
ekspor di Sumatera Barat. Salah satu komoditas yang mempunyai resiko dan ketidak pastian hasil adalah cengkeh, padahal cengkeh merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujuhkan untuk ekspor. Akses angkutan umum yang masuk ke desa tempat peneliti melakukan penelitian ini susah diakses, faktor tersebut yang membuat para petani susah untuk mengakses pasar, dari desa ke desa pun naik menggunakan transportasi laut, bagitu juga menjangkau kecamatan ke kecamatan yang lain, dan juga kabupaten menjangkau propinsi, semuanya hanya bisa digunakan transportasi laut, melalui kapal maupun spet boot. Penyediaan tempat pemasaran secara bersama bagi petani produsen merupakan salah satu strategi yang penting, agar petani dapat memasarkan hasilnya secara efisien, disamping itu akan memperkuat posisi penawaran bagi petani produsen, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dengan adanya tempat pemasaran bersama bagi petani ini di harapkan terbentuk pasar yang terorganisir, sehingga biaya pemasaran dapat ditekan. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Produktivitas dan mutu cengkeh yang dihasilkan masih rendah, salah satu sebab rendahnya produksi adalah proses pengolahan yang tidak menggunakan teknologi budidaya anjuran (tidak dipupuk dan cara panen yang masih tradisional). Sedangkan rendahnya mutu disebabkan bahan yang dipanen mengandung campuran tangkai dan benda-benda kecil lainnya, teknologi pengolahan menggunakan cara tradisional serta tingginya campuran bahan olahan berkualitas rendah. Apabila produktivitas dan mutu diperhatikan oleh petani maka akan dapat meningkatkan produksi dan penjualan cengkeh yang diharapkan. 2. Dominasi pedagang besar / pedagang pengumpul dalam menetapkan harga menempatkan petani sebagai penerima harga. Petani harus lebih memperhatikan cengkeh kering yang dihasilkan guna untuk meningkatkan penjualan. 3. Bentuk promosi yang dilakukan oleh petani cengkeh dalam mempromosikan produk cengkehnya dengan cara promosi personal selling. Dan apabila promosi dilakukan dengan cara lain seperti periklanan, publisitas dan direck marketing maupun dengan media promosi lainnya, maka dengan cara ini juga akan meningkatkan penjualan cengkeh yang dihasilkan. 4. Tempat pengolahan produk cengkeh jauh dari rumah petani dan transportasi untuk menuju ke tempat pengolahan masih belum memadai. Saluran pemasaran yang dipakai petani melibatkan banyak pelaku pemasaran. Dengan cara pemilihan tempat yang strategis dan mudah dijangkau, maka ini akan meningkatkan penjualan petani.
17
5.2 Saran Untuk mengoptimalkan penerapan bauran pemasaran cengkeh dengan baik dan berdasarkan hasil analisis peneliti, akan ada beberapa saran yang perlu menjadi pertimbangan antara lain : 1. Dalam hal produk, para petani cengkeh harus berusaha untuk menciptakan produk yang berkualitas dan bermutu tinggi dan melakukan pemisahan antara produk yang bermutu, sedang, dan kurang serta menciptakan identitas produk. Hal tersebut akan sangat mendukung penawaran kepada pasar karena kualitas menjadi kunci dalam pemasaran suatu produk. 2. Perlu lebih meningkatkan promosi yang digunakan dalam mempromosikan hasil produk yang dihasilkan, baik melalui periklanan, publisitas maupun secara direct marketing atau menggunakan secara langsung teknologi yang ada seperti media sosial, internet dan lain sebagainya, agar produk dinikmati atau diketahui oleh masyarakat umum, bahkan dunia bisa mengetahui produk hasil Sumatera Barat. 3. Hal yang harus diperhatikan adalah tempat / distribusi, yaitu pemilihan saluran pemasaran produk sebaiknya produk dijual tanpa melakukan perantara. 4. Penyediaan tempat pemasaran secara bersama bagi petani produsen merupakan salah satu strategi yang penting, agar petani dapat memasarkan hasilnya secara efisien. Demikian saran dari peneliti yang dapat diberikan pada penelitian ini, semoga berguna bagi peneliti selanjutnya dan khususnya pada petani cengkeh untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan produknya lebih baik lagi sehingga penjualan dari petani cengkeh dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA Anonim., 2000. Laporan tahunan kecamatan Siberut Tengah, 1999-2000. Kecamatan Siberut Tengah, kabupaten Kepulauan Mentawai, propinsi Sumatera Barat. Anonymous, 2012. Budidaya dan pemasaran cengkeh.http://balittri.litbang.go.id/budidaya cengkeh,diunduh tgl 29 januari 2015. Ferdinand. 2006. Metode penelitian manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Hurriyati. 2005. Bauran pemasaran dan loyalitas konsumen. Bandung: alfabeta. Hlm.58 Kotler, Philip. 2005. Manajemen pemasaran. Jilid II. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta : Indek Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2005. Prinsip-prinsip pemasaran. Jakarta; Erlangga. Hal:63 Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran. Alih Bahasa Imam Nurmawan Jakarta : Erlangga. Lupiyoadi, Rahmat. 2001. Pemasaran jasa. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Lupiyoadi, Rahmat dan A. Hamdani, 2006, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat. Hal: 70.
18
M. Iqbal Hasan, pokok-pokok Materi Metodologi penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia,2002,hlm. 86 Manfaat dan Fungsi Daun Cengkeh Pengobatan Tradisional, http://radensomad,com/Manfaat dan Fungsi daun Cengkeh sebagai obat Tradisional.html, diunduh tgl 20 februari 2015. Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitataif. Edisi Kedelapan. Bandung: Alfabeta.
19