1
KEHIDUPAN PETANI CENGKEH (Suatu Penelitian Dari Buruh Tani Beralih Menjadi Pemilik Lahan di Desa Pasokan, Kecamatan Walea Besar, Kabupaten Tojo Una-una) ABSTRAK Irnawati Manggarai1. Nim : 281 410 091. Kehidupan Petani Cengkeh (Suatu Penelitian Dari Buruh Tani Beralih Menjadi Pemilik Lahan di Desa Pasokan Kecamatan Walea Besar Kabupaten Tojo Una-una). Skripsi, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Farid Th.Musa., MA.,S.Sos dan Pembimbing II, Sainudin Latare., S.Pd., M.Si. Penelitian ini dilakukan di Desa Pasokan Kecamatan Walea Besar Kabupaten Tojo Una-una. Untuk mendeskripsikan bagaimana kehidupan petani cengkeh dari buruh tani beralih menjadi pemilik lahan? Yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kehidupan petani cengkeh di Desa Pasokan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perubahan Sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ditentukan di Desa Pasokan. Pemilihan informan ditentukan secara sengaja (purposive), yaitu Aparat Desa dan tokoh Masyarakat. Hasil penelitian ini menggambarkan kehidupan petani cengkeh dari buruh tani beralih menjadi pemilik lahan, bahwa bertani cengkeh dengan memiliki lahan sendiri dapat membawa perubahan bagi masyarakat Desa Pasokan khususnya para Petani Cengkeh, dengan adanya hasil cengkeh dapat mensejahterakan hidup masyarakat Desa Pasokan. Baik secara ekonomi, dan pendidikan bisa tercapai hanya dengan hasil cengkeh, Masyarakat Desa Pasokan dulunya sebelum memiliki lahan cengkeh sendiri rasa kekeluargaan antar sesama masih sangat kental dirasakan, rasa gotong royang masih ada, akan tetapi setelah mereka memiliki Lahan Cengkeh sendiri rasa kekeluargaan dan gotong royong sudah mulai menghilang. Kata Kunci: Petani Cengkeh Irnawati Manggarai. Nim : 281 410 091. Pembimbing I, Farid Th.Musa., MA.,S.Sos dan Pembimbing II, Sainudin Latare., S.Pd., M.Si.
1
Irnawati manggarai, mahasiswa jurusan sosiologi
2
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian, serta hampir 50 % dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini. Seperti di Desa pasokan sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup mereka pada pertanian yaitu dengan bertani cengkeh. Cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas sektor perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting , antara lain sebagai penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk pemerataan wilayah pembangunan serta turut serta dalam pelestarian sumber alam dan lingkungan. Cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr & Perry), adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak di gunakan sebagai bumbu masakan pedas di Negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia (kepulauan banda) dan Madagaskar. selain itu di budidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka2. Sektor pertanian cengkeh di Indonesia merupakan salah satu ujung tombak dalam penanggulangan kemiskinan, dan pencegahan urbanisasi terhadap masyarakat. Di mana perkebunan cengkeh merupakan prioritas utama terhadap kehidupan keluarga petani cengkeh, dimana hasil dari perkebunan tersebut seutuhnya digunakan untuk kebutuhan, terutama kebutuhan pendidikan bagi anak dan kelangsungan hidup keluarga3. Masyarakat Desa Pasokan
menjadikan
perkebunan cengkeh sebagai sumber
pendapatan terbesar, di mana cengkeh mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan, pembangunan, dan ekonomi masyarakat. Menurut mereka dengan tercukupinya kebutuhan ekonomi keluarga secara materil, anak-anak akan mendapatkan kesempatan yang 2 3
http://www.cengkehindonesia.com/produksi-cengkeh-indonesia! Defi Marina Afda, 2008. Pemanfaatan Hasil Kelapa Sawit Rakyat Dalam Keluarga. Skripsi, Medan.
3
lebih luas dalam memperoleh pendidikan. Karena pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting. Dengan mendapatkan pendidikan seseorang akan mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga orang akan bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan. Desa Pasokan, merupakan salah satu desa penghasil cengkeh terbesar di Kabupaten Tojo Una-una. di mana hasil panen cengkeh dapat di jual ke luar daerah, dan menjadi sumber pedapatan terbesar masyarakat setempat. Di Desa Pasokan terdapat ± 75 % masyarakatnya hanya bekerja sebagai Buruh Tani di lahan/kebun Cengkeh orang lain, namun dengan sejalannya waktu serta kebutuhan dalam keluarga semakin meningkat maka masyarakat desa Pasokan mempunyai motivasi dengan memperbaiki kehidupan keluarga mereka, yang tadinya hanya sebagai Buruh Tani di lahan/kebun Cengkeh orang lain telah beralih dengan membuka lahan sendiri dan menanam Cengkeh sendiri demi mendapatkan hasil yang lebih baik. A. T Mosher membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu pertanian primitif dan pertanian modern. Pertanian primitif diartikan sebagai petani yang bekerja mengikuti metodemetode yang berasal dari dari orang-orang tua dan tidak menerima pemberitahuan (novasi). Mereka yang mengharapkan bantuan alam untuk mengelola pertaniannya. Sedangkan pertanian modern diartikan sebagai yang menguasai pertumbuhan tanaman yang aktif mencari metode-metode baru serta dapat menerima pembaruan (inivasi) dalam bidang pertanian. Petani macam inilah yang berkembang dalam rangka menunjang ekonomi baik dibidang pertanian. Pertanian dapat mengandung dua arti : (1) dalam arti sempit atau sehari-hari, diartikan sebagai kegiatan untuk bercocok tanam. (2) dalam arti luas, diartikan seebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan, maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak (reproduksi) dan mempertimbangkan faktor ekonomi. Erick R. Wolf 1986, mengemukakan bahwa petani sebagai orang desa yang bercocok tanam di daerah pedesaan, tidak dalam ruang tertutup ditengah kota. Petani melakukan usaha 4
tani dalam arti ekonomi, ia mengelola sebuah rumah tangga, bukan sebuah perusahaan bisnis, namun demikian dikatakan pula bahwa petani merupakan bagian dari masyarakat lebih luas dan besar4. Erick Wolf (1966a:3-4), memandang petani dunia luar : “ petani adalah pembudidaya pedesaan yang surplusnya dilimpahkan kepada kelompok yang berkuasa, yang menggunakan surplus itu untuk memenuhi kebutuhan tingkat kehidupan mereka sendiri dan sisanya untuk dibagi-bagikan kepada kelompok-kelompok yang harus diberi makan demi hasil dan jasa mereka yang khas. “ yang membuat petani itu menjadi petani ialah eksistensinya dalam suatu negara dimana mereka terpengaruh oleh tuntutan kepentingan pemegang kekuasaan. Jadi, petani itu dapat didefinisikan demikian, berdasarkan posisi mereka dalam sistem produksi5. Popkin dalam Heddy (2003: 31-32) beranggapan bahwa seorang petani pertama-tama memperhatikan kesejahteraan dan keamanan diri dan keluarganya. Apapun nilai-nilai dan tujuan hidupnya dia akan bertindak ketika dia memperhitungkan kemungkinan memperoleh hasil yang diinginkan atas dasar tindakan-tindakan individual. Kedua, hubungan petani dengan orang lain tidak selalu didasarkan atas beberapa prinsip moral yang umum, tetapi pada kalkulasi apakah hubungan-hubungan semacam itu akan dapat menguntungkan diri dan keluarganya atau malah merugikan.
Kepala rumah tangga petani dan istrinya secara ekonomis mengikuti eksistensi dua arah. Pertama, mereka itu pertama-tama adalah petani subtensi. Dengan keluarga, mereka hidup dari hasil tenaga mereka sendiri. Yang karakteristik ialah bahwa tekhnologi dan sumber daya mereka yang terbatas itu memaksa mereka untuk mengumpulkan sarana hidup dari tahun ke tahun, dan sangat peka terhadap kegagalan panen dan terhadap permintaan elit dari luar. Kedua, mereka menyumbang kepada ekonomi luar dalam bentuk surplus pertanian, atau produk-produk khusus. Melalui pasar dan lain-lain, jaringan transaksi produk rumah tangga memenuhi kebutuhan elit dan para spesialis yang memberi jasa kepada kaum elit.
4 5
Erick R. Wolf, 1996. Petani Suatu Tinjauan Antropologis. Jakarta: Penerbit C.V.Rajawali. Roger M. Keesing, 2000. Antropologi Budaya. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
5
Akan tetapi, peran serta petani dalam ekonomi luar itu terbatas dan tersalur melalui organisasi sosial dan tekanan-tekanan komunitas, yang membimbing keputusan-keputusan ekonomi maupun oleh sarana produksi yang terbatas6. Di dalam perekonomian petani, seperti di dalam perekonomian kapitalis, penghasilan kotor dan pengeluaran-pengeluaran material dapat dinyatakan dalam rubel, akan tetapi tenaga kerja yang telah dikeluarkan tidak dapat dinyatakan atau diukur dengan banyaknya rubel yang dikeluarkan untuk membayar upah, melainkan hanya dengan jerih payah yang dilakukan oleh keluarga petani itu sendiri. Jerih paya itu tidak dapat dikurangkan dari atau ditambahkan kepada unit-unit uang, jerih paya itu hanya dapat dikonfrontasikan dengan rubel. Usaha untuk memperbadingkan nilai jerih paya tertentu yang dilakukan oleh keluarga dengan nilai rubel adalah subeyektif, hal itu akan tergantung kepada tingkat pemuasan kebutuhan-kebutuhan keluarga itu dan kepada pengorbanan-pengorbanan yang terlibat dalam jerih payah itu sendiri. Oleh karena tujuan utama perekonomian petani adalah untuk memenuhi anggaran konsumsi tahunan keluarga, maka fakta yang paling menarik perhatian bukanlah hasil yang diperoleh dari unit kerja (hari kerja), melainkan hasil yang diperoleh dari seluruh tahun kerja. Masyarakat yang statis akan mengalami perubahan dan pembaruan secara lambat. Sedangkan masyarakat yang dinamis akan mengalami perubahan dan pembaruan secara cepat. Perubahan terjadi karna ketidak sesuaian unsur-unsur yang lama dengan kondisi kehidupan masyarakat. Perubahan terjadi antara lain pada unsur interaksi sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok sosial, dan pelapisan sosial. Perubahan sosial yaitu semua perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnaya nilai-nilai, sikap, dan pola prilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola
6
Damsar, 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
6
berfikir dan perilaku pada waktu tertentu. Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu. Perubahan sosial dihubungkan melalui aktor individual. karnanya teori-teori tentang perubahan struktural menunjukkan bagaimana cara variabel-variabel mikro mempengaruhi motif dan pilihan individual dan bagaimana cara pilihan individual ini selanjutnya mengubah variabel makro. Dalam kondisi yang demikian, individu akan merasakan ketentraman karena tidak ada benturan dalam norma dan nilai-nilai. Jika muncul gangguan terhadap situasi tentram tersebut, maka masyarakat dapat menolaknya, atau merubah susunan pranata kemasyarakatan untuk menerima suatu unsur yang baru. Namun demikian, masuknya unsur-unsur baru tersebut dipakasakan oleh suatu kekuatan. Ketika masyarakat menolaknya oleh karena unsur-unsur baru tidak menimbulkan kegoncangan, namun pengaruhnya akan tetap ada, namun tidak membahayakan hakikat norma yang ada. Masyarakat petani yang sering kali dikaitkan dengan ikatan sosial “tradisional” yang non-ekonomis gotong royong. Dengan berkembangnya industri perkebunan mereka di transformasi kehubungan murni ekonomi. Secara kongkrit gejala ini terlihat dari terkikisnya ikatan pertuanan (patron-clientage). Perkebunan cengkeh menjadi gejala penting untuk melihat transformasi mendasar seorang pekerja berubah menjadi pemilik. Pembangunan sebagai proses perubahan dalam kaitannya dengan transformasi disegala bidang secara signifikan berdampak terhadap perubahan struktur sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat sebagai makhluk sosial. Perubahan masyarakat petani sebagai salah satu dampak modernisasi yang terjadi dalam masyarakat, merupakan penjelasan terjadinya peralihan karena perubahan pada struktur sosial yang berlangsung sepanjang waktu. Pertanian penyerapan tenaga kerja yang berat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja petani di desa lebih renda dibandingkan dengan pertanian yang ada dikota. Jenis nilai dan norma sosial pada masyarakat petani tidak berbeda dengan nilai dan norma sosial pada masyarakat secara umum. Hanya saja, karena masyarakat petani pada umumnya merupakan 7
masyarakat pedesaan, nilai dan norma sosial lebih kuat dirasakan pada masyarakat ini. Hal ini dikarenakan, masyarakat petani masih cenderung memegang teguh budaya (adat istiadat) mereka. Pola kehidupan masyarakat petani baik menyangkut aspek statis atau struktural masyarakat maupun aspek-aspek dinamis atau fungsional, selalu diinspirasi oleh sistem norma dan nilai sosial yang berlaku sudah disepakati bersama. Beberapa peranan nilai dan norma sosial yang perlu diketahui diantaranya adalah : (1) sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi masyarakat dalam melakukan hal-hal yang dianggap baik. (2) sebagai patokan untuk mengidentifikasi individu dengan kelompok, golongan atau masyarakatnya. (3) sebagai pengikat solidaritas diantara warga masyarakat. (4) sebagai pedoman dan pengendali aktivitas warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. (5) sebagai kekuatan pokok untuk menjaga keutuhan dan dan kelangsungan hidup masyarakat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda yang melibatkan suatu pendekatan terhadap setiap pokok permasalahannya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris seperti studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual yang menggambarkan momen rutin dan ystematic, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif, Dengan menggunakan metode kualitatif maka tipe penelitian ini lebih menekankan pada tipe deskriptif. Alasan menggunkan metode kualitatif dengan tipe deskriftif karena, permasalahan belum jelas, holistic, kompleks, dinamis dan penuh makna. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi social secara mendalam untuk memperoleh data yang relevan dengan tema penelitian. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Desa Pasokan, Kecamatan Walea Besar, Kabupaten Tojo Una-una. Penulis memilih lokasi ini karena beberapa pertimbangan 8
yaitu: 1.
Daerah ini merupakan daerah penghasil cengkeh, dan pertanian cengkeh sangat dominan di desa ini. Di mana sebagian besar kebutuhan masyarakatnya disandarkan pada sistem pertanian ini.
2. Lokasi ini mudah dijangkau sehingga penulis dapat memperoleh informasi mengenai fokus yang dibahas dalam penelitian nantinya. 3. Merupakan daerah kelahiran penulis jadi secara umum penulis sangat akrab dengan kondisi lingkungan sosial budayanya yang memungkinkan untuk studi mendalam dan perolehan data atau informasi akurat. Dalam suatu penelitian, pengumpulan data dalam mengungkapkan permasalahan yang dianggap praktis yakni : Studi pustaka (library research), yaitu teknik penelitian yang menggunakan berbagai
macam kepustakaan dengan mengumpulkan data-data sekunder
melalui literature yang telah ada guna membantu memahami secara umum. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan yang bertujuan untuk menjaring perilaku individu yang terjadi dalam kenyataan sebenarnya. Observasi ini juga untuk mendiskripkan kehidupan sistem yang sebenarnya. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah mengamati kondisi dan keadaan informan yang menjadi objek penelitian ini dan mengamati kegiatan yang dilakukan petani cengkeh dalam hal sistem pengelolaanya. Wawancara dilakukan pada informan yang dipilih dan dianggap dapat memberikan informasi tentang masalah penelitian. Untuk melakukan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara namun pada situasi tertentu, wawancara dapat dilakukan secara spontan, seperti dalam pembicaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian 9
Analisis yang digunkan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman, dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Setelah data direduksi selanjutnya adalah mendisplaykan data atau penyajian data, penyajian data dilakukan dalm bentuk teks yang bersifat naratif. Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi, dimana kesimpulan ini disajikan dalam bentuk deskripsi atau gambaran. PEMBAHASAN Perubahan Mata Pencaharian Petani Kondisi sosial masyarakat Desa Pasokan sebelum bertani cengkeh, pekerjaan yang dilakoni oleh warga desa Pasokan yaitu Nelayan, hasil yang mereka dapatkan untuk pemenuhan kebutuhan dalam keluarga hanya bergantung pada cuaca alam, jika cuaca baik maka hasil yang di dapatkan banyak, sebaliknya jika cuaca tidak baik maka hasil yang di dapatkan hanya sedikit ada pula yang tidak mendapatkan hasil sama sekali. Berarti pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan pekerjaan / pencaharian utama mereka yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari sebelum bertani cengkeh yaitu Nelayan. Dengan kata lain sistem mata pencaharian mereka adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan bagi mereka semua. Dengan beralihnya mata pencaharian dari buruh tani menjadi pemilik lahan para petani bisa mendapatkan hasil cengkeh yang lebih untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga, karena bagi mereka dengan memiliki kebun cengkeh sendiri mereka bisa merasakan ada perubahan dalam kehidupan dengan adanya hasil cengkeh sendiri.
10
Dengan Luas tanah yang di miliki para petani untuk menanam cengkeh sekitar 1 ha, dengan cengkeh yang di tanami 100 pohon, waktu yang di miliki untuk pemeliharaan sekitar tujuh tahun, maka biaya yang dihabiskan selama pemeliharaan berkisar sampai Rp 5.000.000. Jika dilihat dari cengkeh yang dimiliki para petani dengan harga cengkeh sekarang berkisar Rp 100.000 /kg, dengan hasil cengkeh yang dimiliki per 1 pohon sekitar 3-4kg. Sehingga dengan cengkeh yang dimiliki para petani 100 pohon maka hasil cengkeh yang didapatkan sekitar 300-400kg. Sehingga biaya yang didapatkan para petani dalam sekali panen berkisar sampai ± Rp 30.000.000, sudah termasuk di dalamnya biaya-biaya yang dikeluarkan selama panen serta biaya hidup sehari-hari dalam keluarga. Dengan melihat hasil yang mereka dapatkan bisa dikatakan belum bisa mencukupi mencukupi biaya kehidupan ekonomi dalam keluarga. Sebab biaya hidup mereka lebih tinggi dibanding dengan hasil yang mereka dapatkan selam sekali panen dalam setahun. Namun, para petani masih tetap menggantungkan hidup mereka dengan bertani cengkeh karena bagi mereka dengan bertanih cengkeh mereka bisa dipercaya oleh pemilik modal untuk melakukan peminjaman di manapun dengan pegangan jikalau mereka mempunyai kebun cengkeh sendiri. Sehingga mereka lebih memilih untuk beralih menjadi seorang Pemilik dibandingkan menjadi Buruh Tani. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Haya, banyaknya anak yang putus sekolah disebabkan karena tidak adanya biaya yang mencukupi, bahwa dalam perubahan sosial yang berubah adalah struktur dan fungsi sosialnya. Contoh : perubahan dalam struktur adalah perubahan jumlah penduduk, perubahan status sosial, perubahan pelapisan sosial, sedangkan perubahan fungsi sosial antara lain anak yang seharusnya sekolah, terpaksa harus ikut bekerja bersama ayah dan ibu di kebun. Namun semua itu berubah dengan beriringnya waktu, setelah mereka beralih menjadi Pemilik Lahan. Bagi sebagian orang masyarakat di desa Pasokan, pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting. Dengan mendapatkan pendidikan
11
seseorang akan mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga orang akan bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan. Perubahan Kehidupan Budaya Petani perubahan dalam masyarakat yang bisa diartikan sebagai suatu gerak yang dilakukan oleh setiap orang atau kelompok ketika berinteraksi dengan orang lain dalam hal ini lebih spesifik pada masyarkat petani, dalam lingkungan kerjanya. Akibat dari adanya perkebunan cengkeh di Desa Pasokan masyarakat lebih cenderung memilih untuk menjadi pemilik lahan. Perubahan yang terjadi pada masyarakat petani desa pasokan yakni perubahan dalam segi “kehidupan” yang artinya perubahan pekerjaan oleh masyarakat yang tadinya sebagai Buruh Tani kemudian beralih menjadi pemilik lahan yang disebabkan oleh dengan menjadi pemilik lahan yang bisa mendapatkan hasil cengkeh lebih untuk memenuhi kehidupan mereka. Sebagian masyarakat Desa Pasokan lebih setuju dengan mempunyai lahan sendiri sebab akan meningkatkan perekonomian keluarga mereka. Perubahan yang terjadi pada masyarakat bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri dan dapat pula dari luar. Meskipun demikian perubahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari luar, tetapi masyarakatlah yang akan melaksanakan perubahan. Masyarakat secara sadar mengetahui perubahan yang terjadi dalam keidupannya sendiri, misalnya dengan mempunyai lahan sendiri mempengaruhi perkembangan ekonomi dalam keluarga, dengan adanya lahan sendiri membawa perubahan besar dalam tata kehidupan penduduk yang meliputi peningkatan ekonomi masyarakat. Perubahan yang paling awal dapat muncul adalah adanya kebutuhan setiap individu sebagai anggota masyarakat dalam menanggapi lingkungannya. Hal itu mengakibatkan terjadinya interaksi sosial antar individu, baik antar warga masyarakat setempat maupun dengan warga masyarakat lain yang saling mempengaruhi. Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat terjadi karena masyarakat tersebut menginginkan perubahan,perubahan juga
12
terjadi karen adanya dorongan dari luar sehingga masyarakat secara sadar mengikuti perubahan tersebut. Seperti yang dikatan oleh ibu Ati yang tadinya dia hanya berdiam diri dirumah, tidak ada kerja yang dilakoninya. Namun setelah adanya lahan sendiri kebiasaan yang dilakukan ibu Ati yang setiap harinya tidak bekerja, sekarang berubah dengan kebiasaan sibuk kerja, yang tadinya tidak biasa bangun jam 5 subuh, sekarang sudah terbiasa. Sorenya yang tadinya sudah santai, sekarang jadi sibuk dengan mengumpul cengkeh, malamnya yang seharusnya sudah istirahat, sekarang hanya sibuk membersihkan Cengkeh sampai selesai. Maka dari itu, dengan adanya mereka mempunyai lahan sendiri, kebiasaan-kebiasan yang tidak pernah mereka kerjakan akhirnya dengan berjalannya waktu telah berubah dengan adanya mereka bertani cengkeh. Masyarakat desa Pasokan telah mengalami perubahan dari segi kehidupannya sehingga dapat menghidupi kebutuhan keluarga mereka. Perubahan merupakan suatu hal yang wajar dan akan terus berlangsung sepanjamg manusia berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur dalam kehidupan masyarakat, baik yang bersifat materiil maupun immaterial, sebagai cara untuk menjaga keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Perubahan dalam bidang-bidang kehidupan tertentu tidak hanya semata-mata berarti suatu kemajuan, namun dapat berarti pula sebagai kemunduran. Dengan kata lain, perubahan sosial merupakan ketidak sesuaian unsur-unsur yang saling berbeda di masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang fungsinya tidak sesuai yang keadaannya lebih buruk dari sebelumnya. Bahwa tidak selamanya dengan mempunyai lahan sendiri memberikan perubahan yang positif bagi masyarakat Desa Pasokan tapi juga perubahan negatif. Adapun dahulu saat menjadi buruh tani tidak dililit hutang tapi sekarang dengan adanya lahan sendiri justru banyak mempunyai hutang. Hal ini terlihat sebagai dampak yang negatif bagi masyarakat Desa Pasokan. 13
Kehidupan Petani Sebelum dan Sesudah Menjadi Pemilik Lahan Sebelum mempunyai lahan/kebun Cengkeh sendiri masyarakat desa Pasokan memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani walaupun ada beberapa yang bekerja di sektor swasta seperti pedagang, buruh bagasi pengangkutan serta sebagian bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Sektor pertanian yang dilakukan di Desa Pasokan adalah sektor pertanian Cengkeh, tetapi ada juga sebagian kecil masyarakat Desa Pasokan ada yang menanam sayur-sayuran. Kehidupan masyarakat Desa Pasokan sebelum mempunyai lahan sendiri sangat tidak mencukupi kebutuhan mereka, dengan gaji yang diterima oleh Ibu saripa setiap hari serta gaji Bapak Mudin setiap minggunya bisa dikatakan masyarakat Desa Pasokan sebelum menjadi pemilik lahan belum sejahtera. Kehidupan sosial setelah memiliki lahan sendiri masyarakat Desa Pasokan juga mengalami perubahan. Jauh sebelum memiliki lahan cengkeh sendiri masyarakat Desa Pasokan sangat menjunjung tinggi kerukunan diantar sesama warga, maka setelah dengan memiliki lahan cengkeh sendiri sedikit mengalami pergeseran dalam hal gotong royong. Namun, dengan memiliki lahan Cengkeh sendiri sangat memberikan kontribusi terhadap peningkatan taraf ekonomi masyarakat Desa Pasokan . kehidupan masyarakat yang terus menerus berangsur naik hingga pada kehidupan yang sangat baik hal ini disebabkan dengan memiliki lahan sendiri. Dampak positif yang ada pada masyarakat Desa Pasokan lebih banyak didapatkan daripada dampak negatif. Terlihat jelas bahwa masyarakat menerima perubahan yang masuk dalam kondisi kehidupan mereka dalam meningkatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik. Kondisi yang demikian diharapkan oleh masyarakat Desa Pasokan dimana perubahan sosial yang terjadi lebih banyak yang positif dari pada yang negatif. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dsn pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 14
1.
Masyarakat di Desa Pasokan khususnya para Petani Cengkeh lebih banyak memilih untuk memiliki Lahan/kebun Cengkeh sendiri dibandingkan bekerja sebagai Buruh Tani di Lahan/kebunnya orang, karena bagi mereka dengan memiliki Lahan Cengkeh sendiri hasil yang mereka dapatkan lebih banyak dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka dalam keluarga, dibandingkan dengan hanya bekerja sebagai buruh tani.
2.
Masyarakat Desa Pasokan dulunya sebelum memiliki Lahan Cengkeh sendiri rasa kekeluargaan antar sesama masih sangat kental dirasakan, rasa gotong royang masih ada, akan tetapi setelah mereka memiliki Lahan Cengkeh rasa kekeluargaan dan gotong royong sudah mulai menghilang dikarenakan masyarakatnya sudah sendiri-sendiri.
3.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki Lahan Cengkeh sendiri dapat membawa perubahan yang baik bagi masyarakat Desa Pasokan khusunya para Petani Cengkeh, walaupun rasa gotong royong sudah mulai hilang, namun dengan adanya hasil cengkeh dapat mensejahterakan hidup masyarakat desa pasokan, baik secara ekonomi dan pendidikan bisa tercapai hanya dengan dari hasil cengkeh.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi para Petani Cengkeh diharapkan agar bisa lebih meningkatkan hasil tani mereka untuk di masa-masa yang akan datang, serta lebih memperhatikan Lahan Cengkeh mereka agar bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi. b. Bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, diharapkan hasil penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
bahan
rujukan
sehingga
mampu
mengembangkan hasil dengan baik sehingga dapat lebih menyempurnakan hasil penelitian ini.
15
DAFTAR PUSTAKA Afda Marina Defi, (2008). Pemanfaatan Hasil Kelapa Sawit Rakyat dalam Keluarga, Skripsi, Medan : Universitas Sumatra Utara. Damsar, (2011). Pengantar Sosiologi Ekonom. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Erick Wolf R, (1996). Petani suatu tinjauan antropologis. Terjemahan oleh YIIS, Jakarta : Penerbit C.V. Rajawali. Idrus Muhamad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosia. Edisi ke-2, Yogyakarta : PT Gelora Aksara Pratama. Keesing Roger M, (2000). Antropologi Budaya. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Soerjono Soekanto, (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. cetakan ke-44, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Soekartiwi, (1994) Pembangunan pertanian. Jakarta : Penerbit PT raja Grafindo Persada. Sugiyono, (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sztompka Piotr, (2005). Sosiologi Perubahan Sosial. Edisi Pertama, Cetakan Ke-2, Jakarta : Prenada Media. http://www.cengkehindonesia.com/produksi-cengkeh-indonesia/ Husainnassadi, (2008). Kehidupan masyarakat Petani. Diakses pada tanggal 24/05/2014 (online) tersedia di : http : //husainnassadi.blogspot.com/2008/april.html Library.fix.uny. (2009). perubahan mata pencaharian. Di akses pada tanggal 15/06/2014 [online] tersedia di : http : //library.fix.uny.ac.id/2009/Juni.html
16