ANALISIS EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA Ratna Sartikasari Irawan, Darsono, Erlyna Wida Riptanti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jalan Ir Sutami No 36-A Kentingan, Jebres, Surakarta Telp./Fax. (0271) 637457 E-mail :
[email protected]. Telp. 085725000763 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia, mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia, dan mengetahui proyeksi volume ekspor cengkeh Indonesia tahun 2013-2017. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian adalah Indonesia. Data yang dianalisis menggunakan regresi linear berganda berbentuk kepangkatan dengan penaksir parameter menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dan pola trend. Data yang digunakan, yaitu data sekunder time series tahun 1988-2012. Hasil analisis menunjukkan model fungsi volume ekspor cengkeh di Indonesia adalah Y=16,89.107 X12,294 X2–0,230 X30,172 X40,27 X51,752 X6-3,457 Yt-10,294 D10,474 D2-1,155. Model ini mempunyai nilai R2 sebesar 0,913 yang berarti 91,3% variasi variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya sebesar 8,7% dijelaskan variable-variabel lain di luar model. Hasil uji F menunjukkan semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Hasil uji t menunjukkan variabel produksi cengkeh Indonesia, nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah, konsumsi cengkeh dalam negeri, volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya, pola panen cengkeh, dan standar mutu cengkeh Indonesia secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Faktor yang paling berpengaruh adalah nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Proyeksi volume ekspor cengkeh di Indonesia selama tahun 2013-2017 memiliki rata-rata penurunan sebesar 16,61% per tahun dengan model trend cubic Yt=3.100.973,992-1.328.984,714X+205.011,603X2-6.082,248X3. Kata Kunci: Ekspor, Cengkeh, Indonesia, OLS, Proyeksi Abstract : This study aims to determine factors that affect the volume of export clove in Indonesia, to determine factors that most affect the volume of export clove in Indonesia, and to determine projection the volume export of clove Indonesia in 20132017. The method used is descriptive analysis. Location of the research is Indonesia. Data were analyzed using multiple linear regression in the form of rank with the parameter estimator using OLS (Ordinary Least Square) and trend pattern. The data used, ie secondary data time series from 1988 to 2012. The analysis showed the model function of volume of export clove in Indonesia is Y=16,89.107 X12,294 X2–0,230 X30,172 X40,275 X51,752 X6-3,457 Yt-10,294 D10,474 D2-1,155. This model has a R2 value of 0,913 which means that 91,3% of the variation of the dependent variable can be explained by the independent variables, while the remaining 8,7% explained by other variables outside the model. F test results showed all variables studied jointly significant effect on the volume of export clove in Indonesia. t test results showed variable the production of clove Indonesia, the exchange rate of the U.S. dollar against the rupiah, the domestic consumption of clove, the volume export of clove Indonesia the previous year, clove harvest pattern, and the standard quality of clove Indonesia individually significant effect on the volume of export clove in Indonesia. The most influential factor is the exchange rate of the U.S. dollar against the rupiah. Projection the volume of export clove in Indonesia during the period 2013-2017 had an average decrease of 16.61% per year. The estimates of the volume of export clove in Indonesia can be described with the model trend cubic Yt=3.100.973,992-1.328.984,714X+205.011,603X26.082,248X3. Keywords : Export, Clove, Indonesia, OLS, Estimates
PENDAHULUAN
cengkeh Indonesia terbesar adalah India dan Vietnam. Produksi cengkeh nasional sebagian besar digunakan oleh industri rokok kretek. Hal ini disebabkan industri rokok kretek merupakan konsumen utama cengkeh yang menggunakan cengkeh sebagai bahan baku utama dalam memproduksi rokok kretek. Selain itu, cengkeh juga berperan dalam industri kosmetik, industri penyulingan cengkeh, serta digunakan pada industri makanan, dan kesehatan (Ahira, 2013). Volume ekspor cengkeh di Indonesia berdasarkan Tabel 1. menunjukkan adanya fluktuasi serta volume ekspor cengkeh yang lebih kecil dari produksi cengkeh di Indonesia sehingga diperlukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor cengkeh di Indonesia. Ekspor cengkeh ini memiliki peran yang besar dan penting dalam hal perolehan devisa bagi negara dan kesempatan memperluas pasar pemasaran cengkeh bagi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia, mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia, dan mengetahui proyeksi volume ekspor cengkeh Indonesia tahun 2013-2017.
Perdagangan internasional merupakan kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan yang dilakukan oleh perusahaan multinasional untuk melakukan perpindahan barang dan jasa, modal, tenaga kerja, teknologi, dan merek dagang (Waluya, 1995). Indonesia merupakan salah satu negara yang telah lama melakukan perdagangan internasional, yaitu dari kegiatan ekspor. Melalui kegiatan ekspor tersebut Indonesia mampu meningkatkan cadangan devisa serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Cengkeh merupakan salah satu komoditas yang saat ini masih diekspor oleh Indonesia. Cengkeh mampu memberikan tambahan penerimaan bagi Indonesia melalui cukai rokok kretek dan kegiatan ekspornya walaupun pada saat-saat tertentu Indonesia juga melakukan impor. Pentingnya cengkeh bagi Indonesia adalah komoditas ini memberikan keterkaitan industri hilir dan hulu yang dapat memberikan pendapatan, nilai tambah serta berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Meskipun saat ini cengkeh menjadi komoditas impor, hingga saat ini Indonesia masih tetap menjalankan ekspor cengkeh. Negara utama yang dijadikan tujuan ekspor Tabel 1. Perkembangan Produksi, Volume Ekspor, dan Nilai Ekspor Cengkeh di Indonesia Tahun 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Produksi (Ton) 70.538 82.032 98.586 72.246 72.976
Volume Ekspor (Ton) 4.251 4.994 6.008 5.397 5.941
Nilai Ekspor (US$ 000) 7.251 5.498 12.581 16.304 24.767
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan dan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2012
METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Indonesia. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, serta literatur-literatur dan situ-situs resmi yang terkait dengan penelitian ini. Metode Analisis Data Analisis Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Ekspor Cengkeh di Indonesia Model Persamaan: Y = β0 . X1β1 . X2β2 . X3β3 . X4β4 . X5β5 . X6β6 . Yt-1β7 . D1β8 . D2β9 . e.... (1) Y adalah volume ekspor cengkeh di Indonesia (kg), X1 adalah produksi cengkeh di Indonesia (kg), X2 adalah harga domestik cengkeh Indonesia (Rp/kg), X3 adalah harga ekspor cengkeh Indonesia (FOB) (US$/kg), X4 adalah harga cengkeh internasional (US$/kg), X5 adalah nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (Rp/US$), X6 adalah konsumsi cengkeh dalam negeri (kg), Yt-1 adalah volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya (kg), D1 adalah Dummy Variable (Pola Panen), D2 adalah Dummy Variable (Standar Mutu Cengkeh), β0 adalah intercept, β1-β9 adalah nilai koefisien regresi dari masing-masing variable, dan e adalah kesalahan pengganggu. Pengujian Model dan Pengujian Asumsi Klasik Pengujian model yang dilakukan dengan memperhatikan nilai R2, Uji F, dan Uji t dari hasil output program SPSS. Pengujian asumsi klasik terdiri dari normalitas,
multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Analisis Variabel Yang Paling Berpengaruh Terhadap Ekspor Cengkeh di Indonesia Nilai koefisien regresi parsial yang terbesar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia (Arief, 1993). Analisis Proyeksi Volume Ekspor Cengkeh Indonesia Pada Tahun 2013-2017 Untuk mengetahui besarnya volume ekspor cengkeh Indonesia tahun 2013-2017 menggunakan pola trend, yaitu metode trend linear, metode trend quadratic (parabola), metode trend cubic, dan metode trend exponential. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cengkeh di Indonesia Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS diperoleh persamaan regresi volume ekspor cengkeh di Indonesia sebagai berikut: Ln Y = 18,945 + 2,294 ln X1 - 0,230 ln X2 + 0,172 ln X3 + 0,275 ln X4 + 1,752 ln X5 - 3,457 ln X6 + 0,294 ln Yt-1 + 0,474 D1 - 1,155 D2 ....................(2) Bila dikembalikan ke dalam bentuk aslinya, persamaan diatas dapat ditulis kembali menjadi persamaan berbentuk kepangkatan sebagai berikut: Y = 16,89.107 X12,294 X2–0,230 X30,172 X40,275 X51,752 X6-3,457 Yt-10,294 D10,474 D2-1,155 ...................(3) Hasil analisis dari persamaan regresi volume ekspor cengkeh di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
Ketepatan Model Tabel 2. Model Summary Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cengkeh di Indonesia Model 1
R 0,956a
R2 0,913
Adjusted R2 0,862
Std. Error Durbin-Watson 0,47961 2,265
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2014 Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,913. Hal ini menunjukkan bahwa 91,3% dari variasi variabel tak bebas, yaitu volume ekspor cengkeh di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas antara lain adalah produksi cengkeh Indonesia (X1), harga domestik cengkeh Indonesia (X2), harga ekspor cengkeh Indonesia (X3), harga cengkeh internasional (X4), nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (X5), konsumsi cengkeh dalam negeri (X6), volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya (Yt-1), pola panen cengkeh (D1), dan standar mutu cengkeh Indonesia (D2), sedangkan sisanya sebesar 8,7% dijelaskan variabel-variabel lain di luar model yang digunakan dalam penelitian misalnya iklim, curah hujan, luas lahan, kebijakan pemerintah tentang ekspor cengkeh baik di dalam negeri maupun luar negeri, krisis ekonomi yang terjadi di negara pengimpor, dan jumlah negara pengimpor. Variabel-variabel di luar
model tersebut tidak dimasukkan di dalam model karena kesulitan untuk mengukur dan mengumpulkan data di lapang. Uji F Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa nilai probabilitas signifikansi 0,000a. Nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 10% (0,10). Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu produksi cengkeh Indonesia (X1), harga domestik cengkeh Indonesia (X2), harga ekspor cengkeh Indonesia (X3), harga cengkeh internasional (X4), nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (X5), konsumsi cengkeh dalam negeri (X6), volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya (Yt-1), pola panen cengkeh (D1), dan standar mutu cengkeh Indonesia (D2) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya, yaitu volume ekspor cengkeh di Indonesia pada tingkat kepercayaan 90%.
Tabel 3. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Cengkeh di Indonesia Model
Jumlah Kuadrat
Regresi Residu Total
36,431 3,450 39,882
Derajat Bebas
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2014
9 15 24
Ratarata 4,048 0,230
Sig. α = 10% 17,598 0,000a F
Uji Asumsi Klasik Normalitas Uji normalitas dapat diketahui dengan menggunakan analisis grafik berupa histogram dan normal probability plot (Suliyanto, 2011). Berdasarkan grafik pada histogram menunjukkan bahwa kurva membentuk gambar seperti lonceng dan grafik pada normal probability plot terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Oleh karena itu berdasarkan uji normalitas, analisis regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas. Multikolinearitas Pengujian dengan menggunakan nilai matrik Pearson Correlation (PC) memiliki kriteria apabila nilai PC < 0,8, maka antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas (Soekartawi, 2003). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai PC tertinggi, yaitu 0,794 sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi multikolinearitas. Menurut Suliyanto (2011), cara lain untuk menguji multikolinearitas adalah dengan melihat nilai VIF yang Uji t
mempunyai kriteria apabila nilai VIF > 10, maka model regresi terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa nilai VIF tertinggi, yaitu 9,697 sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi multikolinearitas. Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dapat diketahui dengan mengamati diagram scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu maka model regresi tersebut terjadi heterokedastisitas begitu sebaliknya (Santoso, 2002). Berdasarkan diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Autokorelasi Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson, yaitu sebesar 2,265 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di antara 1,65 < DW < 2,35.
Tabel 4. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Volume Ekspor Cengkeh di Indonesia Variabel Produksi cengkeh di Indonesia (X1) Harga domestik cengkeh Indonesia (X2) Harga ekspor cengkeh Indonesia (X3) Harga cengkeh internasional (X4) Nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (X5) Konsumsi cengkeh dalam negeri (X6) Volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya (Yt-1) Pola panen cengkeh (D1) Standar mutu cengkeh Indonesia (D2) Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2014
Koefisien Regresi 2,294 - 0,230 0,172 0,275 1,752 - 3,457 0,294 0,474 - 1,155
Sig. 0,033 ** 0,226 ns 0,506 ns 0,145 ns 0,001 ** 0,001 ** 0,049 ** 0,075 * 0,021 **
Keterangan : ** : Berpengaruh sampai pada tingkat kepercayaan 95% * : Berpengaruh sampai pada tingkat kepercayaan 90 % ns : Tidak berpengaruh atau tidak signifikan Hasil analisis dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa variabel produksi cengkeh Indonesia (X1), nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (X5), konsumsi cengkeh dalam negeri (X6), volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya (Yt-1), pola panen cengkeh (D1) dan standar mutu cengkeh Indonesia (D2) secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 90% Variabel bebas lain, yaitu harga domestik cengkeh Indonesia (X2), harga ekspor cengkeh Indonesia (X3), dan harga cengkeh internasional (X4) secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia karena masingmasing variabel tersebut memiliki signifikansi yang lebih besar dari nilai α = 0,10. Faktor-faktor yang diteliti tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Produksi Cengkeh di Indonesia Produksi cengkeh di Indonesia secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar 2,294 dan bersifat positif Artinya, apabila jumlah produksi meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor cengkeh sebesar 2,294%, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa volume ekspor cengkeh di Indonesia sangat bergantung pada produksi cengkeh di
Indonesia sebab Indonesia merupakan produsen cengkeh terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan penawaran komoditas ekspor suatu negara berasal dari produksi yang mampu dihasilkan. Apabila produksi cengkeh Indonesia meningkat, maka penawaran cengkeh juga akan meningkat. Penawaran yang meningkat akan berpengaruh pada bertambahnya volume cengkeh yang diekspor. Indonesia mengekspor cengkeh dari kelebihan produksi cengkeh dalam negeri dan adanya permintaan dari luar negeri, jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi maka kelebihan produksi cengkeh akan diekspor. Sehingga jika produksi cengkeh nasional meningkat dan kebutuhan dalam negeri relatif tetap maka sisa produksi cengkeh akan bertambah dengan demikian dapat meningkatkan volume ekspor cengkeh Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi (2003) dalam teori kurva perdagangan internasional yang menyatakan apabila suatu negara memiliki produksi yang berlimpah maka negara tersebut akan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Harga Domestik Cengkeh di Indonesia Variabel harga domestik cengkeh di Indonesia secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ketika harga domestik naik ataupun turun tidak akan mempengaruhi besarnya volume cengkeh yang diekspor. Adanya prioritas untuk memenuhi kebutuhan cengkeh dalam negeri terlebih dahulu menjadikan hambatan dalam kegiatan ekspor cengkeh sebab
sebagian besar produksi cengkeh di Indonesia ditujukan untuk konsumsi dalam negeri sebagai bahan baku utama rokok kretek serta digunakan dalam industri kosmetik, kesehatan, makanan dan minuman (Situmeang, 2008). Apabila kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi maka para eksportir akan mengekspor cengkeh keluar negeri sehingga menyebabkan harga domestik cengkeh tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Harga Ekspor Cengkeh di Indonesia Variabel harga ekspor cengkeh di Indonesia secara individu tidak berpegaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Tidak berpengaruhnya harga ekspor cengkeh di Indonesia karena Indonesia sebagai negara berkembang tidak memiliki kekuatan untuk dapat mempengaruhi harga cengkeh dunia melalui harga ekspor cengkeh Indonesia sehingga dalam perdagangan cengkeh di pasar internasional, Indonesia hanya sebagai penerima harga. Selain itu, tingginya konsumsi cengkeh di dalam negeri menyebabkan pasar cengkeh dalam negeri lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin tinggi sehingga membuat harga dalam negeri tidak kalah tinggi dengan harga cengkeh yang dieskpor. Ekspor cengkeh terus dilakukan meskipun harga ekspor cengkeh lebih rendah dari harga domestik cengkeh dikarenakan adanya keinginan dari luar negeri untuk mengimpor cengkeh dari Indonesia yang merupakan salah satu cengkeh berkualitas baik di dunia dan untuk mengantisipasi apabila cengkeh
tidak laku di dalam negeri dan harga jualnya jatuh. Dengan adanya kegiatan ekspor cengkeh yang terus dilakukan oleh Indonesia maka kekhawatiran tersebut dapat diatasi dengan menjual cengkeh ke negara yang sudah menjadi tujuan ekspor cengkeh. Harga Cengkeh Internasional Variabel harga cengkeh internasional secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Harga internasional merupakan harga yang berlaku di pasar dunia. Harga internasional menjadi acuan harga cengkeh yang akan diekspor ke luar negeri. Akan tetapi harga cengkeh internasional tidak berpengaruh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia dikarenakan meskipun harga cengkeh internasional naik ataupun turun para eksportir akan tetap mengekspor cengkeh ke luar negeri karena adanya kebutuhan dari luar negeri yang harus dipenuhi melalui perjanjian yang telah disepakati sebelumnya dan untuk memperluas pasar pemasaran cengkeh dari Indonesia. Nilai Kurs Dollar AS Terhadap Rupiah Variabel nilai kurs dollar AS terhadap rupiah secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar 1,752 dan bersifat positif. Artinya, apabila nilai kurs dollar AS terhadap rupiah meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor cengkeh sebesar 1,752% sebagai respon permintaan pasar internsaional atas konsumsi cengkeh dunia, dan sebaliknya.
Variabel nilai tukar sesuai dengan teori dimana ketika nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah mengalami peningkatan maka barang luar negeri akan menjadi lebih mahal dan harga domestik menjadi lebih murah (Mankiw, 2006). Kondisi meningkatnya nilai kurs dollar AS terhadap rupiah justru sangat menguntungkan bagi eksportir cengkeh. Hal ini disebabkan para eksportir akan menjual cengkeh ke luar negeri dengan harga yang tinggi dari meningkatnya nilai kurs dollar AS terhadap rupiah. Dengan harga jual yang tinggi akibat meningkatnya nilai kurs dollar AS terhadap rupiah maka para eksportir akan menambah volume ekspor cengkeh. Sehingga naik turunnya nilai kurs dollar AS terhadap rupiah berpengaruh pada volume ekspor cengkeh di Indonesia. Konsumsi Cengkeh Dalam Negeri Variabel konsumsi cengkeh dalam negeri secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar -3,457 dan bersifat negatif. Artinya, apabila konsumsi cengkeh dalam negeri meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan volume ekspor cengkeh sebesar 3,457% dan sebaliknya. Kondisi ini menujukkan persentase perubahan jumlah peningkatan volume ekspor yang ditawarkan memiliki proporsi yang lebih kecil dibandingkan permintaan cengkeh dalam negeri. Besarnya cengkeh yang dikonsumsi dalam negeri dan volume yang diekspor berasal dari produksi total cengkeh. Apabila produksi total dianggap konstan tiap tahunnya, maka setiap terjadinya penurunan konsumsi dalam negeri akan menyebabkan
peningkatan volume ekspor. Sebaliknya disaat konsumsi dalam negeri naik, akan menyebabkan menurunnya jumlah cengkeh yang diekspor. Menurunya volume ekspor cengkeh yang diakibatkan tingginya konsumsi dalam negeri karena semakin meningkatnya kebutuhan cengkeh yang digunakan dalam berbagai industri terutama untuk bahan baku produksi industri rokok kretek. Menurut Wahyudi (2012), produksi rokok kretek nasional setiap tahun meningkat dengan laju rata-rata 4,2%. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah perokok. Diperkirakan jumlah perokok di Indonesia sekitar 22-28% dari penduduk Indonesia. Volume Ekspor Cengkeh Tahun Sebelumnya Variabel volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar 0,294 dan bersifat positif. Ini berarti bahwa setiap kenaikkan volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor cengkeh sebesar 0,294% dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan ekspor cengkeh pada tahun ini dapat ditentukan oleh keberhasilan ekspor cengkeh pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan para eksportir cengkeh akan menjadikan volume ekspor cengkeh pada tahun sebelumnya sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan volume ekspor pada tahun berikutnya. Apabila volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya mengalami peningkatan maka akan memacu para eksportir untuk
meningkatkan volume ekspor tahun selanjutnya. Selain, itu Indonesia sudah mempunyai tujuan negara importir yang menjadi pelanggan dalam membeli cengkeh yang berasal dari Indonesia. Negara-negara importir tersebut tetap mengimpor cengkeh dari Indonesia walupun volume ekspor cengkeh di Indonesia tahuntahun sebelumnya mengalami fluktuasi. Menurut BPS (2011), negara-negara utama yang dijadikan tujuan ekspor cengkeh Indonesia terbesar adalah India dan Vietnam. Pola Panen Cengkeh Hasil analisis menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara pola panen besar dan kecil terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia. Pola panen cengkeh berupa panen besar dan kecil memperlihatkan perubahan volume ekspor cengkeh karena jika terjadi pola panen besar maka jumlah produksi cengkeh akan mengalami peningkatan dan akan berdampak pada peningkatan volume ekspor cengkeh di Indonesia, begitu sebaliknya. Pola panen ini terjadi 3-4 tahun sekali. Produksi dikatakan panen besar (panen raya) jika pada tahun yang bersangkutan merupakan panen terbanyak diantara tahun yang lainnya dalam suatu periode. Standar Mutu Cengkeh Indonesia Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan antara sebelum SNI 1994 dan sesudah SNI 1994. Nilai koefisien regresi sebesar 1,155 dan bersifat negatif yang menunjukkan hubungan yang tak searah antara standar mutu cengkeh Indonesia dan volume ekspor cengkeh. Ini berarti bahwa setelah ditetapkannya standar mutu cengkeh Indonesia, yaitu SNI 1994
mengakibatkan terjadinya penurunan volume ekspor cengkeh. Penurunan volume ekspor cengkeh ini dikarenakan cengkeh yang memenuhi SNI 1994 dikuasai lebih dahulu oleh pabrik-pabrik rokok kretek besar sebagai bahan baku utama dalam memproduksi rokok kretek. Standar mutu cengkeh sebelumnya belum pernah diatur hingga kemudian dibuat oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN) dengan ditetapkannya SNI No. 01-3392-1994 dari Standar Perdagangan SP-481976. Standar mutu cengkeh Indonesia, yaitu SNI No. 01-33921994 sudah mengatur syarat mutu cengkeh yang berkualitas baik dengan membagi cengkeh menjadi 3 mutu, yaitu Mutu I, II, dan III. Syarat mutu tersebut mengatur tentang ukuran, warna, bahan asing, gagang cengkeh, cengkeh inferior, cengkeh rusak, kadar air, dan kadar minyak atsiri. Standar kualitas cengkeh Indonesia ditetapkan bertujuan untuk menjaga mutu kualitas cengkeh agar tetap sesuai dengan kebutuhan industri dalam negeri dan pasar internasional. Variabel Yang Paling Berpengaruh Terhadap Ekspor Cengkeh di Indonesia Tabel 5. menunjukkan bahwa variabel nilai tukar dollar AS terhadap rupiah memberikan pengaruh yang terbesar dibandingkan variabel lain yang digunakan dalam model karena memiliki nilai standar koefisien regresi terbesar dan bernilai positif. Hubungan positif menjelaskan bahwa apabila nilai tukar dollar AS terhadap rupiah meningkat sebesar 1 rupiah, maka akan meningkatkan volume ekspor cengkeh Indonesia sebanyak 0,998 kg, begitu juga sebaliknya.
Tabel 5. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel Bebas yang Mempengaruhi Volume Ekspor Cengkeh di Indonesia Variabel Produksi cengkeh di Indonesia (X1) Nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (X5) Konsumsi cengkeh dalam negeri (X6) Volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya (Yt-1) Standar mutu cengkeh Indonesia (D2)
Standar Koefisien Peringkat Regresi Beta 0,266 3 0,998 1 - 0,451 5 0,293
2
- 0,390
4
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2014 Proyeksi Volume Ekspor Cengkeh di Indonesia Pada Tahun 20132017 Tabel 6. Uji Model Trend Proyeksi Volume Ekspor Cengkeh Indonesia Tahun 2013-2017 Model Trend Linear Trend Quadratic Trend Cubic Trend Exponential
Fungsi 890.280 + 349.535,385X – 2.876.659,13 + 1.186.632,969X – 32.196,061X2 3.100.973,992 – 1.328.984,714X + 205.011,603X2 – 6.082,248X3 667.747,523 . X0,113
R2 F Sig. 0,231 0,015 0,313
0,016
0,427
0,007
0,419
0,000
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2014 Tabel 7. Proyeksi Volume Ekspor Cengkeh Indonesia Tahun 2013-2017 Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 Total Rata-rata
Volume Ekspor (Kg) 1.970.918,63 1.214.392,99 794.903,58 675.956,91 821.059,50 5.477.231,62 1.369.307,90
Laju Pertumbuhan (%) -38,38 -34,54 -14,96 21,47 -66,42 -16,61
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2014 Berdasarkan Tabel 6. hasil model tersebut dapat menggambarkan pemilihan metode time-series yang data sebenarnya sehingga model trend terbaik adalah didapatkan hasil cubic menjadi dasar dalam melakukan estimasi model persamaan dengan peramalan volume ekspor cengkeh menggunakan model trend non linier, pada tahun 2013 sampai dengan 2017, yaitu trend cubic karena memiliki dengan persamaan sebagai berikut: 2 kecocokan model R terbesar, yaitu Yt = 3.100.973,992 – 1.328.984,714X sebesar 0,427 artinya bahwa 42,7% + 205.011,603X2 – 6.082,248X3 ....(4)
Pada Tabel 7. dapat diketahui terlihat pola trend bergerak mengalami penurunan yang terus terjadi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Trend menurun ini diduga karena tingginya kebutuhan dalam negeri yang harus dipenuhi terus meningkat sedangkan produksi cengkeh yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan yang siginifikan sebagai akibat luas areal cengkeh yang menghasilkan mengalami penurunan sebesar 1,4% per tahun (Ditjenbun, 2012). Tahun 2017 proyeksi volume ekspor cengkeh di Indonesia mengalami kenaikan menjadi 821.059,50 kg. Kenaikan volume ekspor ini diduga karena pada tahun 2017 terjadi panen besar dan kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi yang menyisakan produksi cengkeh di dalam negeri dalam jumlah besar sehingga sisa produksi cengkeh tersebut diekspor. Selain itu, kenaikan ini diduga sebagai dampak diberlakukannya AFTA yang akan direncanakan dimulai ditahun 2015. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA. Hal ini akan mendorong eksportir untuk meningkatkan volume ekspornya. SIMPULAN Faktor yang mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia, yaitu produksi cengkeh Indonesia (X1), nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (X5), konsumsi cengkeh dalam negeri (X6), volume ekspor cengkeh tahun sebelumnya (Yt-1), dan standar mutu cengkeh Indonesia (D2). Faktor
yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia, yaitu nilai tukar dollar AS terhadap rupiah (X5) dengan nilai standar koefisien regresi sebesar 0,998. Proyeksi volume ekspor cengkeh di Indonesia selama kurun waktu 20132017 mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebesar 16,61% per tahun. Adapun perkiraan volume ekspor cengkeh di Indonesia dapat digambarkan dengan trend cubic Yt = 3.100.973,992 – 1.328.984,714X + 205.011,603X2 – 6.082,248X3, dimana Yt adalah nilai proyeksi volume ekspor cengkeh Indonesia tahun t dan X adalah waktu (tahun). Nilai tukar dollar AS terhadap rupiah dalam penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia. Faktor tersebut menjadi paling berpengaruh karena apabila nilai tukar dollar AS meningkat dan cengkeh mengalami panen besar maka eksportir akan diuntungkan dengan menjual cengkeh lebih banyak dan dengan harga yang tinggi. Sedangkan, petani tidak dapat merasakan keuntungan yang besar tersebut karena harga cengkeh yang jatuh akibat panen besar. Pemerintah diharapkan mampu membentuk badan penyangga percengkehan yang mampu mengkontrol dan menetapakan harga cengkeh yang tidak dimonopoli oleh pihak tertentu dan tidak merugikan bagi para petani dan tetap menguntungkan pihak eksportir. Mengingat pada tahun 1990-1998 pemerintah pernah membentuk BPPC akan tetapi BPPC dimonopoli oleh beberapa pihak yang merugikan para petani karena BPPC membeli cengkeh dari petani dengan harga yang rendah. Dengan adanya
badan penyangga percengkehan yang mampu mengkontrol harga domestik menjadi tidak terlampau tinggi diharapkan mampu mendorong eksportir untuk meningkatkan volume ekspornya. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan proyeksi volume ekspor cengkeh pada tahun 2013-2017 yang semakin menurun. Sebaiknya pemerintah melakukan upaya peningkatan produksi cengkeh nasional dengan melakukan rehabilitasi lahan cengkeh dan ekstensifikasi karena telah terjadi penurunan luas areal cengkeh yang menghasilkan rata-rata sebesar 1,4% per tahun (Ditjenbun, 2012). Dengan demikian diharapkan volume ekspor cengkeh Indonesia meningkat dan dapat menambah cadangan devisa negara. DAFTAR PUSTAKA Ahira A 2013. Budidaya Tanaman Cengkeh. http://www.anneahira.com/. Diakses 21 Januari 2014. Arief S 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: UI Press. BPS 2011. Statistik Indonesia 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Direktorat Jenderal Perkebunan 2012. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2008-2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan. Mankiw G 2006. Principles of Economics “Pengantar Ekonomi Mikro” Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Statistik Makro Sektor Pertanian 2013. Jakarta: Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian. Santoso S 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Situmeang TH 2008. Analisis Produksi, Konsumsi, dan Harga Cengkeh Indonesia. Skripsi. Bogor. Soekartawi 2003. Agribisnis dan Teori Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers. Suliyanto 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wahyudi A 2012. Produksi Cengkeh Nasional. Infotek Perkebunan 4(12): 47. Waluya H 1995. Ekonomi Internasional. Jakarta: Rineka Cipta.