TALREV
Volume 1 Issue 2, December 2016: pp. 197-213. Copyright ©2016 TALREV. Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia. ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985. Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
PENERAPAN ASAS ULTIMUM REMEDIUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA APPLICATION OF THE ULTIMUM REMEDIUM PRINCIPLE TO THE CHILDREN INVOLVED IN NARCOTIC Syachdin Faculty Of Law Tadulako University JL. Soekarno Hatta KM. 9 Palu, Central Sulawesi, Indonesia Telp./Fax: +62-451-45446 Email:
[email protected] Submitted: Nov 25, 2016; Reviewed: Dec 30, 2016; Accepted: Dec 30, 2016
Abstrak Fokus kajian hukum ini adalah keberadaan asas ultimum remedium diterapkan bagi anak pelaku tindak pidana narkotika. Isu yang dibahas yakni mengenai Bagaimanakah penerapan asas ultimum remedium terhadap anak sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika. Kajian yang dilakukan merupakan kajian yuridis empiris bertujuan untuk mengetahui bentuk penerapan asas ultimum remedium dalam tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh anak. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah memberikan keleluasaan kepada hakim untuk menerapkan asas ultimum remedium. Namun, penerapan asas ultimum remedium masih perlu dikaji lagi dalam prakteknya. Kurangnya inovasi sanksi yang diberikan oleh hakim terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana narkotika membuat pidana penjara masih menjadi obat ampuh (menurut hakim) dalam system peradilan anak, sehingga asas ultimum remedium yang seyogyanya telah diamanatkan oleh Undang-undang Sistem Peradilan Anak dan Undang-undang Narkotika hanya sebatas amanat tanpa popular terlaksanakan. Kata Kunci: Anak, Tindak Pidana Narkotika, Ultimum Remedium Abstract The focus of this study is the existence of legal principles applicable to the child ultimum remedium the doers. The issues concerning the application of the principle of ultimum How remedium against children as perpetrators Crime Narcotics. Studies conducted an empirical study aims to determine the juridical form of the application of the principle of ultimum remedium in narcotic crime committed by a child. Law Number 11 Year 2012 on Juvenile Justice System and Law Number 35 Year 2009 on Narcotics have to give freedom to the judge to apply the principle of ultimum remedium. However, the application of the principle of ultimum remedium still needs to be studied more in practice. Lack of innovation sanctions given by the judge against children as a criminal narcotics makes imprisonment remains a potent drug (by judges) in the system of juvenile justice, so that the principle of ultimum remedium that should be mandated by an Act of Justice System Child and the Law on Narcotics only limited without a popular mandate fulfilled. Keyword: Child, Narcotics Crime, Ultimum Remedium □ 197
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
pengajaran
PENDAHULUAN
sehingga
ketersediaannya
Masalah perilaku delinkuensi anak
perlu dijamin melalui kegiatan produksi
kini semakin menggejala dimasyarakat,
dan impor. Namun hal ini tentu tidak
baik di negara maju maupun negara
terlepas
sedang
penggunaannya
berkembang.
Perkembangan
dari
efek
negatif
bilamana
disalahgunakan
dan
masyarakat yang berawal dari kehidupan
berakibat pada penyalahgunaan narkotika
agraris menuju kehidupan industrial telah
berujung
membawa dampak signifikan terhadap
bangsa. 1
pada
perusakan
Perkembangan
kehidupan tata nilai sosiokultural pada
seperti
generasi
ini
juga
sebagian besar masyarakat. Nilai-nilai
sedang berlangsung di Indonesia dengan
yang bersumber dari kehidupan industrial
menyatunya tata nilai yang bercirikan
semakin menggeser nilai-nilai kehidupan
masyarakat industrial, maka perbenturan
agraris dan proses tersebut terjadi secara
antara nilai-nilai lokal tradisional dengan
berkesinambungan
nilai-nilai
sehingga
pada
modernisme
tidak
dapat
akhirnya membawa perubahan dalam tata
terelakkan. Pada akhirnya, dampak yang
nilai termasuk pola-pola perilaku dan
paling
hubungan masyarakat.
perubahan
Pembangunan Nasional Indonesia
menuju
terasa
sebagai
akibat
dari
yang
sangat
cepat
sosial kehidupan
industrial
adalah
bertujuan mewujudkan manusia Indonesia
penyimpangan perilaku anak-anak atau
seutuhnya dan masyarakat Indonesia yang
remaja.
adil,
makmur,
damai
Pada akhir abad ke-19, kriminalisasi
berdasarkan Pancasila dan undang-undang
yang dilakukan oleh anak dan remaja
dasar
semakin
1945.
masyarakat
sejahtera
Untuk
dan
mewujudkan yang
sehingga
dalam
sejahtera
menghadapi fenomena tersebut diperlukan
tersebut perlu peningkatan secara terus
penanganan terhadap pelaku kriminal
menerus
bidang
anak disamakan dengan pelaku kriminal
kesehatan
orang dewasa. Hal ini merupakan suatu
termasuk kesediaan narkoba sebagai obat
konsekuensi dari hukum yang ada pada
pengobatan
Indonesia
meningkat,
usaha-usaha dan
di
pelayanan
disamping usaha pengembangan ilmu. pengetahuan pengembangan,
meliputi
penelitian,
pendidikan
dan
1
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Prespektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 1
□ 198
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
saat itu belum memiliki aturan khusus
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
yang
perkembangan fisik, mental dan sosial
mengatur
tentang
anak
yang
berhadapan dengan hukum atau anak
serta
pelaku tindak pidana.
kemungkinan yang akan membahayakan
Dalam perkembangan selanjutnya,
perlindungan
dari
segala
mereka dan bangsa di masa depan. Berbagai upaya pembinaan dan
di berbagai negara dilakukan pula usahausaha ke arah perlindungan anak termasuk
perlindungan
dengan
anak
pada permasalahan dan tantangan dalam
(Juvenile Court) yang pertama di Minos,
masyarakat dan kadang-kadang dijumpai
Amerika
1889,
penyimpangan perilaku di kalangan anak,
dimana Undang-undangnya didasarkan
bahkan lebih dari itu terdapat anak yang
pada asas ‘parents patriae’ yang berarti
melakukan perbuatan melanggar hukum
bahwa penguasa harus bertindak apabila
tanpa mengenal status sosial dan ekonomi.
anak-anak membutuhkan pertolongan atau
Di samping itu, terdapat pula anak yang
dengan kata lain apabila anak dan pemuda
karena satu dengan yang lain tidak
melakukan kejahatan sebaiknya tidak
mempunyai
diberi pidana melainkan harus dilindungi
memperoleh perhatian baik secara fisik,
dan diberikan bantuan.
mental maupun sosial, karena keadaan diri
dibentuknya
Serikat
pengadilan
pada
Tahun
anak tersebut dihadapkan
kesempatan
sama
dalam
Sebagaimana yang telah dituangkan
yang tidak memadai tersebut maka baik
dalam penjelasan UU No. 11 Tahun 2012
sengaja maupun tidak sengaja sering
Tentang Pengadilan Anak bahwa anak
melakukan tindakan atau perilaku yang
adalah bagian dari generasi muda sebagai
dapat merugikan dirinya (anak) dan atau
penerus cita-cita perjuangan dan sumber
masyarakat. 2
daya
manusia
nasional.
pembangunan
Keluarga
dan
selanjutnya
rangka mewujudkan
lingkungan masyarakat merupakan tempat
sumber daya manusia Indonesia yang
bertumbuhnya anak baik dari segi jasmani
berkualitas dan mampu memimpin serta
maupun rohani seharusnya merupakan
memelihara bangsa
Dalam
bagi
kesatuan
Negara
dan
persatuan
pihak pertama yang paling bertangjawab
Kesatuan
Republik
terhadap
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
pembinaan,
pendidikan
dan
pengembangan perilaku anak. Untuk itu
Undang-Undang Dasar 1945 diperlukan 2
pembinaan secara terus menerus demi
Penjelasan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Anak
□ 199
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
segala bentuk ketidakmampuan mendidik
dewasa atau masih anak-anak. Fenomena
anak
lain yang ada dalam masyarakat adalah
yang
mengakibatkan
terjadi
penyimpangan perilaku anak, terhadap
selain
anak tersebut haruslah dipandang sebagai
penghakiman
korban,hal ini sejalan dengan apa yang
sangat bertolak belakang dengan karakter
dikemukakan
Komisi
masyarakat
(KPAI)
mengutamakan penyelesaian-penyelesaian
Sekretaris
Perlindungan Anak Indonesia Hadi SupeNo.
3
begitu
alternatif
"Mereka korban dari lingkungan yang keras, tayangan media massa yang banyak mengumbar kekerasan, para orang tua yang tak peduli, lingkungan sosial yang asing, pendidikan yang tidak ramah kepada anak karena para guru lebih berkonsentrasi bagaimana mencapai target politik seperti ujian nasional dan sertifikasi guru."
mudahnya sendiri,
yang
Indonesia
(baik
memberikan tentunya
yang
melalui
lebih
musyawarah
keluarga, musyawarah desa ataupun adat) dalam penyelesaian perkara. Masyarakat juga
begitu
mudahnya
menggunakan
lembaga pidana sebagai pilihan pertama dalam menangani perkara. Benar pilihan ini sejalan dan sesuai dengan hukum akan tetapi hal ini tentunya bertolak belakang
Bertitik tolak dari pemahaman di
dengan ide pemidanaan sebagai ultimum
atas maka kebijakan yang digunakan
remidium, sebagai upaya terakhir apabila
dalam menangani anak nakal haruslah
segala
sedemikian rupa sehingga tidak merusak
dipandang
bahkan menghancurkan masa depan anak.
menyelesaikan. Seharusnya penyelesaian-
Filosofi dasar perlakuan terhadap
penyelesaian alternatif yang dalam istilah
anak nakal adalah untuk kepentingan
Barda Nawawi disebut Mediasi Penal
terbaik anak (the best interest of the
yang “merupakan salah satu bentuk
child),namun
perilaku
alternatif penyelesaian sengketa di luar
sangat
pengadilan”, lebih didahulukan daripada
masyarakat
penggunaan lembaga pidana. Celakanya
begitu mudahnya menghakimi orang yang
terhadap anak nakal tanpa terkecuali juga
diduga sebagai pelaku
diperlakukan demikian.
masyarakat
kenyataannya akhir-akhir
memprihatinkan,
betapa
ini
tindak pidana
tanpa memandang bulu. Tidak perduli apakah pelaku yang diduga tersebut sudah
upaya
yang tidak
Perubahan
dari
ditempuh
sudah
mampu
lagi
mendahulukan
penyelesaian alternatif dalam masyarakat dengan menggunakan sarana pidana yang
3
http://www.antara.co.id/arc/2008/6/17/anakgeng-nero-butuh-pemulihan-mental/ diakses 12 Desember 2015
semakin
meningkat
menarik
untuk
□ 200
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
dicermati,
apakah
fenomena
ini
merupakan semakin tingginya kesadaran
bahkan hanya untuk memuaskan para pihak semata.
masyarakat dalam berhukum atau justru sebaliknya, sebagai
hukum
hanya
sarana/alat
digunakan
kepentingan
bahkan hanya untuk
Fenomena anak berkonflik dengan hukum
ternyata tidak terjadi di pulau
atau
Jawa akan tetapi juga sudah menyebar
memuaskan nafsu
hapir di seluruh Indonesia. Kelompok-
belaka.
kelompok yang menamakan diri sebagai
Konsekwensi
dari
apa
yang
geng
ternyata
tidak lagi menjadi
diuraikan di atas banyak perkara termasuk
monopoli laki-laki akan tetapi juga sudah
perkara anak nakal di pengadilan dari
menjadi bagian dari anak perempuan.
Tahun
Kekerasan-kekerasan yang ditampilkan
ke
peningkatan
Tahun
menunjukkan
sehingga
perbuatan anak
terkesan
setiap
sudah sedemikian rupa sehingga bentuk
nakal dapat dipastikan
kekerasan tersebut sudah tidak dapat
selalu diproses melalui jalur hukum. Hal
ditolerir.
ini tentulah sangat bertolak belakang
Bentuk-bentuk
kenakalan
remaja
dengan filosofi penanganan anak nakal
yang semakin bervariasi tentulah sangat
yang mengutamakan kepentingan anak
memprihatinkan,
diatas segalanya.
kejahatan
Satjipto
Rahardjo
salah
tersebut
satu
adalah
bentuk kejahatan
menyatakan,”
narkotika yang mana dalam kejahatan ini
Tidaklah salah apabila orang berharap
menarik untuk di teliti karena pelaku
banyak terhadap hukum, karena negara ini
kejahatan bisa jadi korban dari kejahatan
memanglah
negara
hukum.
Tetapi
itu sendiri oleh karena itu jika kebijakan
belum
banyak
penal harus terpaksa digunakan, maka
memenuhi harapan tersebut. 4 Untuk itu
kebijakan penal yang digunakan dalam
sepatutnyalah
menangani anak nakal
celakanya,hukum
kita
para
penegak
hukum
ekstra
tentulah harus
memperhatikan dengan sungguh-sungguh
dilakukan
hati-hati
mengingat
dan berhati-hati dalam menangani setiap
kebijakan penal tersebut justru dapat
perkara khususnya terhadap perkara anak
kontra produktif dari tujuan yang hendak
nakal jangan sampai penangan perkara
dicapai apabila diberlakukan terhadap
merupakan pemenuhan target belaka atau
anak. Jika demikian kalaulah pemidanaan
4
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,2006,hal.55.
harus
dijatuhkan,
perlu
disadari
□ 201
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
beberapa
faktor,
antara
proses rangkaian tindakan represif dari
dampak
negatif
dari
sistem penegakan hukum pidana, dan
pembangunan yang cepat, arus globalisasi
dalam
filosofi
di bidang komunikasi dan informasi,
penjatuhan pidananya sangat berbeda
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan orang dewasa,
sehingga justru
serta perubahan gaya dan cara hidup orang
sangatlah wajar anak nakal
tua yang membawa pengaruh bagi nilai
penjatuhan
pidana
kasus
karena itu mendapatkan
adalah
anak
merupakan
nakal
perlakuan khusus
dalam
lain
adanya
perkembangan
dan perilaku anak, selain itu kurang atau
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tidak
tentang Pengadilan Anak. Bukan hanya itu
asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam
saja,
pengembangan
patut
pula
penjatuhan
dipahami pidana
mempertimbangkan
bahwa
sikap,
sayang,
perilaku,
penyesuaian diri, serta pengawasan dari
asas
orang tua, wali atau orang tua asuh akan
benar
menyebabkan anak mudah terseret ke
Indonesia sebagai salah satu negara telah
kasih
harus
kemanfaatan terhadap anak.
modern
memperolehnya
menggunakan konsepsi
baru fungsi pemidanaan yaitu sebagai
dalam arus pergaulan dan lingkungan yang tidak sehat yang dapat merugikan perkembangan pribadinya. Persoalan
upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial
tentang
yang dikenal dengan ,” Pemasyarakatan
terhadap
“’Namun bagi anak nakal diperlukan lebih
merupakan hal yang sangat penting karena
dari reintegrasi dan rehabilitasi sosial.
anak merupakan generasi penerus di masa
Karena Sistem Peradilan Pidana
anak pelaku
perlindungan tindak pidana
depan, oleh karena itu negara-negara di
yang ditegakkan adalah dalam rangka
dunia
mencapai kesejahteraan anak dan dalam
penyelesaian
terbaik
rangka mengutamakan kepentingan anak,
penanganan
terhadap
ini
berhadapan dengan hukum yaitu sebagai
berarti
seluruh
pendekatan
yang
mencari
tentang
mengenai
cara
anak
yang
digunakan untuk menangani anak haruslah
pelaku
berdasarkan pada perlindungan anak dan
diupayakan pula adanya suatu pengaturan
pemenuhan hak-hak anak.
Internasional yang mengatur pelaksanaan
Penyimpangan tingkah laku atau
tindak
alternatif
pidana.
Selain
itu,
peradilan anak serta menjadi standar
yang
perlakukan terhadap anak yang berada
dilakukan oleh anak disebabkan oleh
dalam sistem peradilan pidana seperti
perbuatan
melanggar
hukum
□ 202
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
diantaranya adalah The Beijing Rules
anak (dalam undang-undang ini disebut
yang biasa digunakan sebagai standar
belum cukup umur) yang melakukan
minimum PBB (Perserikatan Bangsa-
tindak pidana narkotika. Dalam ketentuan
Bangsa) mengenai administrasi peradilan
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
anak.
tentang
Narkotika
maupun
Undang-
Terkait dengan usaha memberikan
undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
perlakuan khusus terhadap anak yang
Peradilan anak, seorang anak bisa saja
berhadapan dengan hukum, Indonesia
dilakukan penahanan seperti yang banyak
merupakan salah satu dari 191 negara
sekali terjadi akhir-akhir ini. Keberadaan
yang telah meratifikasi Konvensi Hak
anak di dalam tempat penahanan dan
Anak (Convention on the Right of
pemenjaraan bersama-sama dengan orang-
Children) pada Tahun 1990 melalui
orang yang lebih dewasa, menempatkan
Kepres No. 36 Tahun 1990. Dengan
anak-anak
dalam
meratifikasi
menjadi
korban
konvensi
ini,
Indonesia
situasi
rawan
berbagai
Anak-anak
dan
tindak
memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-
kekerasan.
yang
dalam
hak bagi semua anak tanpa terkecuali,
kondisi demikian di sebut dengan anak
salah satu hak anak yang perlu mendapat
yang berkonflik dengan hukum (children
perhatian dan perlindungan adalah hak
in conflict with the law). Sisi lain dari hukum pidana yang
anak yang berkonflik dengan hukum yaitu
tidak boleh dipandang sebelah mata
sebagai pelaku tindak pidana Kenakalan yang dilakukan oleh
adalah ciri dari hukum pidana itu sendiri,
anak bukan saja dalam lingkup tindak
yang
pidana konvensional seperti membunuh,
seperti dijelaskan sebelumnya. Sebagai
menganiaya temannya, mencuri, namun
suatu sarana penegakan hukum dengan
dewasa ini sudah masuk pula pada fase
ciri Ultimum remedium sudah barang
kejahatan yang dianggap ekstra ordinary
tentu dalam menghadapi anak sebagai
crime yakni tindak pidana Narkotika.
pelaku tindak pidana narkotika, ciri
Penanggulangan Tindak pidana narkotika
tersebut
yang
pemerintah
penegak hukum. Namun ironis memang
Undang-undang
yang terjadi dewasa ini dari beberapa
dilakukan
melahirkan
oleh
formulasi
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
kasus
merupakan
tidak
tindak
Ultimum
boleh
pidana
remedium
dilupakan
narkotika
oleh
yang
undang-undang ini berlaku pula untuk
□ 203
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
dilakukan oleh anak, tidak jarang hakim senantiasa memberi hukuman penjara Melihat
fenomena
yang
5
minar dan diskusi yang diadakan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan lemba-
terjadi
ga terkait lainnya. Kecenderungan me-
terhadap anak sebagai pelaku tindak
ningkatnya pelanggaran yang dilakukan
pidana, berkembang pesatnya narkotika
anak atau pelaku usia muda yang menga-
hingga kekalangan anak-anak, dan peran
rah pada tindak kriminal, mendorong
dari sisi perlindungan hukum pidana
upaya melakukan penanggulangan dan
dalam bentuk asas ultimum remedium,
penanganannya, khusus dalam bidang hu-
olehnya penulis mengangkat penelitian
kum pidana (anak) beserta acaranya. Hal
yang berjudul “Penerapan asas ultimum
ini erat hubungannya dengan perlakuan
remedium atas penjatuhan sanksi pidana
khusus terhadap pelaku tindak pidana
bagi anak pelaku tindak pidana narkotika
anak. Penyelesaian tindak pidana yang
menurut undang-undang no. 35 tahun
dilakukan oleh anak perlu ada perbedaan
2009 tentang narkotika”.
antara prilaku orang dewasa dengan pelaku anak, dilihat dari kedudukannya seo-
Rumusan Masalah
rang anak secara hukum belum dibebani
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah tentang Bagaimanakah penerapan
asas
ultimum remedium terhadap anak sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika?.
kewajiban dibandingkan orang dewasa, selama seseorang masih disebut anak, selama itu pula dirinya tidak dituntut pertanggungjawaban, bila timbul masalah terhadap anak diusahakan bagaimana haknya dilindungi hukum.
PEMBAHASAN Penerapan
Asas Ultimum Remedium
Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika
Proses peradilan anak seharusnya hakim dalam menjatuhkan sanksi kepada anak maka harus menggunakan paradigma bahwa sanksi yang dijatuhkan kepada
Tindak pidana yang dilakukan anak
anak harus benar-benar memiliki atau
merupakan masalah serius yang dihadapi
mempunyai nilai edukatif guna untuk ke-
setiap Negara. Di Indonesia masalah ter-
pentingan terbaik bagi anak kedepan nan-
sebut banyak diangkat dalam bentuk se-
ti, sehingganya dalam penjatuhan sanksi terhadap anak hakim harus menerapakan
5
Contoh Kasus ME alias I terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
asas ultimum remidium yang dimana mak-
□ 204
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
sud dari asas tersebut bahwa menjatuhkan
1 Tahun (pada pengadilan negeri) naik
sanksi berupa sanksi pidana adalah meru-
menjadi 2 Tahun 6 bulan Pengadilan ting-
pakan upaya terakhir atau jalan terakhir
gi yang mana pada Kasasi hakim member
untuk kepentingan terbaik anak. Berkaitan
putusan Incrah putusan pidana penjara 2
dengan penerapan asas ultimum remidium
Tahun 6 bulan.
dalam penjatuhan sanksi terhadap anak
Berdasarkan tujuannya, sanksi pi-
sering kali masih terabaikan dalam proses
dana dan sanksi tindakan juga bertolak
peradilan anak. Dari penelitian yang dila-
dari ide dasar yang berbeda. Sanski pidana
kukan oleh penulis khususnya proses per-
bertujuan memberi penderitaan istimewa
sidangan di Pengadilan Negeri Palu, dan
(bijzonder leed) kepada pelanggar supaya
Secara Umum di Polres Palu, POLDA Su-
ia merasakan akibat perbuatannya. Selain
lawesi Tengah, BNN (Badan Nasional
ditujukan kepada pengenaan penderitaan
Narkotika) Sulawesi Tengah, Kejaksaan
terhadap pelaku, sanski pidana juga meru-
Negeri Palu, Kejaksaan Tinggi Palu, Ru-
pakan bentuk pernyataan pencelaan terha-
mah Tahanan Maesa Palu, dan DepKum-
dap perbuatan si pelaku. Dengan demi-
Ham Kota Palu, juga dimana asas ultimum
kian, perbedaan prinsip antara sanksi pi-
remidium ini juga terabaikan dalam proses
dana dan sanksi tindakan terletak pada ada
peradilan dalam perkara atau kasus anak
tidaknya unsur pencelaan, bukan ada ti-
yang disidangkan. Tidak diterapkan asas
daknya unsur penderitaan. Sedangkan
ultimum remidium dalam persidangan
sanksi tindakan tujuannya lebih bersifat
perkara anak di Pengadilan Negeri Palu,
mendidik. Jika ditinjau dari sudut teori-
hal ini dapat dibuktikan dengan berdasar-
teori pemidanaan, maka sanksi tindakan
kan data empirik bahwa pada Tahun 2011
merupakan sanksi yang tidak membalas,
sampai dengan Tahun 2012 Pengadilan
ia semata-mata ditujukan pada prevensi
Negeri Palu telah mengadili atau mem-
khusus, yakni melindungi masyarakat dari
proses perkara anak sebanyak 8 (delapan)
ancaman yang dapat merugikan kepentin-
perkara anak yang dimana keseluruhan
gan masyarakat itu serta sanksi tindakan
perkara tersebut terhadap terdakwa dalam
memberikan nilai mendidik terhadap anak
hal ini anak di jatuhi sanksi pidana. Seba-
yang melakukan tindak pidana. Singkat-
gai contoh kasus ME atau I yang telah pe-
nya, sanski pidana berorientasi pada ide
nulis uraikan pada bab sebelumnya, dima-
pengenaan sanksi terhadap pelaku suatu
na hakim memberikan pidana penjara dari
perbuatan, sementara sanski tindakan be-
□ 205
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
rorientasi pada ide perlindungan masyara-
rian sanksi terhadap anak pelaku tindak
kat dan pelaku. Perbedaan sanksi pidana
pidana dalam proses peradilan terhadap
dan sanksi tindakan sering agak samar,
sanksi yang tepat untuk diberikan kepada
namun ditingkat ide dasar keduanya me-
anak yang berhadapan dengan hukum atau
miliki perbedaan fundamental. Sanksi pi-
yang melakukan suatu perbuatan tindak
dana sesungguhnya bersifat reaktif terha-
pidana adalah sanksi tindakan. Sanksi tin-
dap suatu perbuatan, sedangkan sanksi
dakan sebagaimana ketentuan yang diatur
tindakan lebih bersifat antisipatif terhadap
dalam Pasal 71 Ayat (1) Undang-undang
pelaku perbuatan tersebut. Jika fokus
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Pe-
sanksi pidana tertuju pada perbuatan salah
radilan Pidana Anak, yaitu terdiri dari:
seseorang lewat pengenaan penderitaan
Pidana pokok pidana peringatan, pidana
(agar yang bersangkutan menjadi jera),
dengan syarat ( pembinaan diluar lemba-
maka fokus sanksi tindakan terarah pada
ga, pelayanan masyarakat, atau pengawa-
upaya memberi pertolongan agar dia be-
san), pelatihan kerja, pembinaan dalam
rubah.
lembaga dan penjara.
memberikan
perbedaan
antara
sanksi pidana dan sanksi tindakan yaitu:
Undang-undang
ini
mengama-
“bahwa sanksi pidana lebih menekankan
natkan bahwa pidana pokok penjara dile-
pada unsur-unsur pembalasan (pengimba-
takkan paling akhir dari jenis pidana ini,
lan), ia merupakan penderitaan yang sen-
memberikan signal pada hakim bahwa
gaja dibebankan kepada seorang pelang-
upayakan pidana penjara menjadi alat te-
gar, sedangkan sanksi tindakan bersumber
rakhir bilamana anak yang berhadapan di
dari ide dasar perlindungan masyarakat
depan hukum benar-benar tidak dapat di-
dan pembinaan atau perawatan si pem-
perbaiki dengan cara lain.
buat/pelaku, atau dengan kata lain sanksi
Bahkan dalam undang-undang ini
pidana dititikberatkan pada pidana yang
diamanatkan sistem diversi dan pendeka-
diterapkan untuk kejahatan yang dilaku-
tan keadilan restorative. Diversi ini seba-
kan, sedangkan sanksi tindakan mempu-
gai bentuk lain pengakuan asas ultimum
nyai tujuan yang bersifat sosial”.
remedium dalam sistem penal.
Berdasarkan uraian di atas menge-
Asas ultimum remedium terhadap
nai perbedaan dan tujuan antara sanksi
anak yang berkonflik dengan hukum juga
pidana dan sanksi tindakan, maka menurut
telah diadopsi di dalam Undang-Undang
penulis berkaitan dengan masalah pembe-
Sistem Peradilan Pidana Anak yang baru
□ 206
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
yakni Undang-Undang Nomor 11 Tahun
mengingat usianya yang masih muda dan
2012 yang menyatakan sebagai berikut.
masa depan yang masih jauh terbentang. Aplikasi asas ultimum remedium
Sistem Peradilan Pidana Anak di-
terhadap anak yang berkonflik dengan hu-
laksanakan berdasarkan asas: a. Perlindungan;
kum ditujukan pada jenis tindak pidana
b. Keadilan;
yang dilakukan dengan ancaman pidana
c. Nondiskriminasi;
penjara di bawah 7 (tujuh) Tahun dan tin-
d. Kepentingan terbaik bagi anak;
dak pidana yang dilakukan bukan meru-
e. Penghargaan
pakan pengulangan tindak pidana.
terhadap
pendapat
Dengan
anak; f. Kelangsungan hidup dan tumbuh
dan
implementasi
asas ultimum remedium ini dikecualikan penerapannya di dalam undang-undang
kembang anak; g. Pembinaan
demikian,
pembimbingan
anak;
terhadap anak yang melakukan tindak pidana berat. Atau dengan kata lain, tidak
h. Proporsional;
semua tindak pidana yang dilakukan oleh
i. Perampasan kemerdekaan dan pe-
anak dapat diselesaikan diluar sistem pe-
midanaan sebagai upaya terakhir;
radilan pidana formal sebagai wujud ulti-
dan
mum remedium. Jika dikaji lebih dalam, terhadap
j. Penghindaran pembalasan. Perampasan kemerdekaan merupa-
asas ultimum remedium yang berlaku pada
kan upaya terakhir sebagaimana di dalam
pemberian sanksi pidana di Indonesia ti-
Pasal 2 huruf I di atas maksudnya ialah
dak terlepas dari pertimbangan dunia in-
pada dasarnya anak tidak dapat dirampas
ternasional, seperti dijelaskan dalam bebe-
kemerdekaannya kecuali terpaksa guna
rapa instrumen hukum internasional yang
kepentingan penyelesaian perkara.
mengatur tentang anak yang berkonflik
Peraturan perundang-undangan di atas telah menjelaskan dan mengamanah-
dengan hukum terkait dengan asas ultimum remedium yakni,
kan bahwa dalam menyelesaikan permasalahan anak, penggunaan hukum pidana yang penerapannya dilakukan melalui sistem peradilan pidana anak dihindari sebagai bentuk perlindungan terhadap anak
Convention of the Right of the Child 1989 Perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana dalam konvensi ini dapat dilihat sebagai berikut : □ 207
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Article 37 (Pasal 37)
baginya serta ia harus mendapat bantuan
(b) No child shall be deprived of his
hukum dan fasilitas yang memadai.
or her liberty unlawfully or arbitrarily. The arrest, detention or imprisonment of a child shall be in conformity with the law and shall be used only as a measure of
United Nations Guidelines for the Prevention of Juvenile Delinquency (The Riyadh Guidelines) Anak yang berkonflik dengan hu-
last resort and for the shortest appropriate period of time (tidak ada anak yang akan dihilangkan kebebasannya secara tidak sah atau sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan, atau memenjarakan seorang anak akan disesuaikan dengan hukum dan hanya akan digunakan sebagai upaya terakhir untuk jangka waktu yang singkat.
kum dalam Riyadh Guidelines juga mendapat perhatian selain hal utama tujuan pembentukan Riyadh Guidelines yakni pencegahan kenakalan anak. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 46 sebagai berikut, “The institutionalization of young persons should be a measure of last resort and for the minimum necessary period,
pen) Pokok Convention Of The Right Of The Children di atas khususnya Pasal 37 dalam rangka memberikan perlindungan bagi anak yang berkonflik dengan hukum yakni Pertama, konvensi ini menghendaki penyeragaman usia anak yang mendapatkan perlindungan khusus yaitu dibawah 18 Tahun. Kedua, perlindungan terhadap anak yang berkonflik dilakukan dengan cara menjauhkannya dari sistem peradilan pidana anak dengan menjadikan hal tersebut sebagai upya terakhir/ last resort dan apabila permasalahan anak harus diselesaikan lewat penjatuhan hukuman maka pemenjaraan seumur hidup dihapuskan
and the best interest of the young person should be of paramount importance (Pelembagaan terhadap remaja harus menjadi pilihan terakhir untuk jangka waktu singkat yang diperlukan, dan kepentingan terbaik bagi remaja harus menjadi pertimbangan utama.pen) Pasal 46 di atas merupakan kebijakan yang harus ditempuh oleh masingmasing negara untuk menempatkan anak ysng berkonflik dengan hukum ke dalam lembaga pemasyarakatan sebagai jalan terakhir dan pelaksanaannya juga harus dalam jangka waktu yang singkat. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari kebijakan sosial yang telah ditetapkan di dalam Riyadh Guidelines. □ 208
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
United Nations Standard Minimum
lam menyelesaikan permasalahan anak
Rules for Non-custodial Measures (The
nakal. Pengaturan last resort dalam Hava-
Tokyo Rules)
na Rules hanya terbatas pada pemenjaraan
Penahanan sebagai last resort juga
anak/remaja saja, berbeda dengan penga-
diatur di dalam Rules 16.1 Tokyo Rules
turan yang ada di dalam Convention of the
sebagai berikut;
Right of the Child yang menjadikan selu-
“Pre-trial detention shall be used as
ruh sistem peradilan pidana anak dimulai
a means of last resort in criminal pro-
dari penangkapan, penahanan dan pemen-
ceedings, with due regard for the investi-
jaraan sebagai jalan terakhir bagi anak
gation of the alleged offence and for the
nakal.
protection of society and the victim. (Penahanan sebelum persidangan harus digunakan sebagai sarana terakhir
Hal ini dinyatakan di dalam pandangan dasar (fundamental perspectives) Havana Rules yakni sebagai berikut,
dalam proses pidana dengan memperhati-
“Juveniles should only be deprived
kan penyelidikan dugaan pelanggaran dan
of their liberty in accordance with the
untuk perlindungan masyarakat dan kor-
principles and procedures seth forth in
ban. pen).”
these Rules and in the United Nations
Penahanan sebagai langkah terakhir
Standard Minimum Rules for the Adminis-
yang harus dilakukan berdasarkan aturan
tration of Juvenile Justice ( The Beijing
di atas maksudnya adalah untuk mengu-
Rules). Deprivation of the liberty of a ju-
rangi pembatasan kemerdekaan yang akan
venile should be a disposition of last
dikenakan terhadap pelaku tindak pidana,
resort and for the minimum necessary pe-
hal tersebut untuk memberikan kesempa-
riod and should be limited to exectional
tan kepada pelaku tindak pidana untuk
cases. The length of the sanction should
dapat bertanggung jawab langsung kepada
be determined by the judicial authority,
masyarakat yang dirugikan akibat pelang-
without precluding the possibility of his or
garan yang dilakukannya.
her early release. (Anak hanya boleh dirampas ke-
United Nations Rules for the Protection of Juvenile Deprived of their Liberty (Havana Rules) Havana Rules menyatakan pemenja-
merdekaannya sesuai dengan prinsip dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan ini dan Peraturan Standar Minimum Administrasi Peradilan Anak (Beijing rules).
raan sebagai upaya terakhir/last resort da□ 209
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Perampasan kemerdekaan anak haruslah
ran 13.1 tersebut mendorong untuk dila-
merupakan penempatan terakhir dan untuk
kukannya langkah-langkah baru dan in-
jangka waktu singkat yang diperlukan dan
ovatif untuk menghindari penahanan ter-
harus dibatasi untuk kasus yang luar biasa.
hadap anak yang berkonflik dengan hu-
Lamanya hukuman harus ditentukan oleh
kum.
kekuasaan kehakiman tanpa menutup kemungkinan untuk melepaskannya. pen).”
Menurut hemat penulis dalam undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 ten-
Ketentuan pembatasan kemerdekaan
tang Narkotika Asas ultimum remedium
terhadap anak nakal di atas lebih lanjut
berada pada amanat undang-undang yang
mengacu kepada mekanisme serta prose-
memberikan peluang rehabilitasi dalam
dur yang terdapat di dalam Beijing Rules
Pasal 54 Undang-undnag Nomor 35 Ta-
sebagai aturan pokok yang mengatur ten-
hun 2009 tentang Narkotika.
tang anak yang berkonflik dengan hukum.
Terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana narkotika dimana anak juga
United Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice ( Beijing Rules)
lam Pasal 128 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Asas The Last Resort di dalam Beijing Rules terlihat pada Aturan 13.1 yang menyatakan sebagai berikut,
bahwa pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana di-
“The placement of a juvenile in an institution shall always be a disposition of last resort and for the minimum necessary period.
maksud dalam Pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana.asas ultimum remedium jelas terkandung secara eksplisit dalam pasal ini, dimana pidana tidak menjadi jalan pe-
(Penahanan sebelum pengadilan terhadap anak nakal harus dilakukan sebagai upaya terakhir untuk jangka waktu singkat yang dibutuhkan)” Pengaturan
berkedudukan sebagai korban seperti da-
nyelesaian tindak pidana narkotika (anak sebagai pecandu). Lebih lanjut dipahami dalam undang-undang Narkotika ini bila kita
penahanan
terhadap
anak sebagai langkah terakhir dilakukan untuk menghindarkan anak dari bahaya buruknya pengaruh rumah tahanan terha-
kaitkan dengan undang-undang sistem peradilan
pidana
anak
(Undang-undang
SPPA) maka seharusnya pidana penjara bukan menjadi jalan satu-satunya. Kasus
dap tumbuh kembang anak tersebut. Atu□ 210
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
yang terjadi di Palu Sulawesi Tengah terhadap Kasus ME alias I, yakni dalam
PENUTUP Pada Undang-undang nomor 11
alasan
tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
memberatkan, karena ME terbukti sebagai
Pidana Anak, keberadaan asas ultimum
pengguna narkotika yang dtunjang dengan
remedium
data hasil laboratorium (tes urine). Hal ini
diversi, dimana penyelesaian perkara anak
dianggap
penulis,
sebagai pelaku tindak pidana termasuk
karena hasil tes urine yang menunjukan
tindak pidana narkotika pun harus melalui
anak
haruslah
restoratif justice. Sistem Peradilan Pidana
anak
Anak dilaksanakan berdasarkan asas: Per-
putusan
hakim,
salah
ketimpangan
sebagai
digunakan
satu
oleh
pengguna
sebagai
alasan
termaktub
bentuk
mendapatkan rehabilitasi yang artinya
lindungan,
mendahulukan
penyelesaian
perkara
Kepentingan terbaik bagi anak, Penghar-
diluar pidana.
Namun
kasus
gaan terhadap pendapat anak, Kelangsun-
tersebut sangat bertentangan dengan kebe-
gan hidup dan tumbuh kembang anak,
radan asas ultimum remedium. Seakan-
Pembinaan dan pembimbingan anak, Pro-
akan tindak pidana hanya bisa diobati
porsional, Perampasan kemerdekaan dan
dengan pidana penjara. Beberapa peratu-
pemidanaan sebagai upaya terakhir dan
ran – peraturan yang telah disebutkan oleh
Penghindaran pembalasan. Perampasan
penulis kiranya menjadi pedoman hakim
kemerdekaan merupakan upaya terakhir
untuk memberikan sanksi yang lebih edu-
sebagaimana di dalam Pasal 2 huruf I
katif kepada anak sebagai pelaku tindak
maksudnya ialah pada dasarnya anak tidak
pidana narkotika.
dapat dirampas kemerdekaannya kecuali
contoh
Keadilan,
dalam
Nondiskriminasi,
Jika penjara dijadikan obat mujarab
terpaksa guna kepentingan penyelesaian
untuk penyembuhan anak pelaku tindak
perkara. Sementara itu implementasi Asas
pidana narkotika, maka penulis khawatir
Ultimum remedium dalam undang-undang
akan bertambah sesaknya lapas anak aki-
nomor 35 tahun 2009 terletak pada amanat
bat putusan hakim yang kurang edukatif
rehabilitasi
dan memberikan asas manfaat kepada
Rehabilitasi tentu dimaknai sebagai upaya
anak.
awal dalam penanggulangan tindak pidana narkotika
yang
yang
wajib
dilakukan.
mengenyampingkan
metode penal.
□ 211
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Dalam penanganan kasus narkotika,
Barda Nawawi Arief, 2008, Mediasi
upaya diversi disemua tingkatan sangat
Penal: “Penyelesaian Perkara di
perlu dilakukan. Bahakan wajib untuk
Luar
selalu dilakukan, agar diversi bukan hanya
Magister, Semarang.
menjadi amanat undang-undnag belaka.
Pengadilan”,
Pustaka
-----------, 2009, Tujuan dan Pedoman
Peran serta orang tua dan lingkungan
Pemidanaan:
Perspektif
dalam membentuk anak dan mengarahkan
Pembaharuan Hukum Pidana dan
potensi diri anak tentu sangat diperlukan
Perbandingan Beberapa Negara,
agar anak tidak mengulangi melakukan
BP-UNDIP Semarang.
tindak pidana. Disisi lain hakim dimana
Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba
hakim wajib menggali nilai-nilai yang
dalam Prespektif Hukum Islam dan
hidup dalam masyarakat artinya hakim
Hukum Pidana Nasional, PT Raja
diberikan
Grafindo Persada, Jakarta.
keleluasaan
oleh
undang-
undang untuk menemukan hukum dan
Satjipto Rahardjo,
2006, Sisi-Sisi Lain
lebih kreatif dalam memberikan sanksi
dari Hukum di Indonesia, Penerbit
edukatif terhadap anak sebagai pelaku
Buku Kompas, Jakarta.
tindak pidana narkotika. Misalnya anak (yang beragama muslim)
dalam masa
rehabilitasi diwajibkan puasa senin kamis hal
ini
selain
melatih
anak
anak beribadah. Dan hal putusan edukatif tentu tidak akan bertentangan dengan pemidanaan
yakni
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
untuk
bergantung dari narkotika juga melatih
tujuan
Undang-undang
mengubah
seseorang menjadi lebih baik dan tidak mengulangi tindak pidananya kembali.
Kitab
Undang-undnag
Hukum
Acara
Pidana (KUHAP) Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika Undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
BIBLIOGRAFI Internet dan Sumber Lain
Buku Abdussalam,
R,
1983,
Hukum
Perlindungan
Anak:
Cetakan
Kedua, PTIK, Jakarta.
-----------, 1999, Pengembangan Sistem Pendidikan
Dalam
Konteks
Reformasi
Polisi,
Makalah
Disampaikan
Saraasehan
□ 212
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Pemantapan
Sistem
Pendidikan
Frank Neubacher,dkk, 1999, “Juvenile
Polisi yang Diselenggarakan Mabes
Delinquency in Central European
POLRI, Jakarta.
Cities:AComparison of Registration
http://www.antara.co.id/arc/2008/6/17/ana
and Processing Structures In The
k-geng-nero-butuh-pemulihan-
1990s”,European
mental/ diakses 12 Desember 2015
Criminal
Policy
Journal and
on
Research,
7,4(533). http://www.library.usyd.edu.au ***
□ 213