Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN (HPP) DI RUMAH KELOM GEULIS KAYUNGYUN TASIKMALAYA DENGAN METODE BREAK EVEN POINT (BEP) Aneu Yulianeu1, Ai Siti Rohimah2 1)
Prodi Manajemen Informatika STMIK DCI Babakan Talang Cimari Cikoneng Ciamis Email :
[email protected] 2) SMAN 1 Ciawi Kp. Tagog Buniasih Kadipaten Tasikmalaya E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya kendala yang seringkali dialami oleh PT Sinar Kelom dalam memproduksi dan memasarkan kelom geulis di Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik di mana perusahaan kurang piawai dalam proses pembukuan/pencatatan biaya-biaya ke dalam harga pokoknya. Pencatatan biaya-biaya ini seringkali mengabaikan proses pencatatan menurut aturan akuntansi, sehingga biaya yang dikeluarkan terkadang tidak terhitung dengan baik untuk menentukan harga pokok penjualan kelom geulis tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi dasar penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) di Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik. Di mana, biaya-biaya tersebut dan hasil perhitungan HPP akan disajikan dalam sistem aplikasi berbasis komputerisasi yang peneliti buat. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung ke pabrik dan toko PT Sinar Kelom. Di samping itu, peneliti pun melakukan wawancara langsung dengan Pimpinan perusahaan guna memperoleh data yang valid berupa data investasi usaha, data biaya tetap, data biaya variabel, dan data biaya penyusutan. Dari penelitian ini, peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh tersebut guna menentukan Harga Pokok Penjualan untuk setiap pasang kelom geulis. Penentuan HPP ini dilakukan oleh peneliti dengan metode Break Even Point (BEP). Hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan teknologi komputer sangat membantu mempercepat proses pengolahan data. Bahasa pemrograman yang digunakan dalam pembuatan sistem aplikasi penentuan HPP ini adalah pemrograman Borland Delphi 7. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, khususnya untuk Manajemen PT Sinar Kelom Tasikmalaya. Kata Kunci: HPP, Kelom Geulis, BEP I.
PENDAHULUAN Secara fitrah, manusia diberikan potensi kehidupan untuk menunjang keberlangsungan hidupnya. Potensi
kehidupan ini tidak lain adalah meliputi hajat hidup setiap manusia dan naluri yang menyertainya. Dengan demikian, manusia tidak bisa lepas dari pemenuhan 11
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
geulis, merupakan industri padat karya yang diuntungkan dari adanya hasil kayu yang begitu melimpah ini. Diuntungkan dalam pengertian bahwa faktor produksi alamnya sangatlah mudah di dapat. Tasikmalaya, sebagai daerah yang dikenal penghasil kelom geulis sangat bersemangat untuk memicu dan memacu produktivitas kelom geulis tersebut. Pemerintah Jawa Barat dalam hal ini memberikan perhatian dan apresiasi atas industri kelom geulis ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya kunjungan secara khusus yang dilakukan oleh Istri Gubernur Jawa Barat, Ibu Hj. Netty Prasetiyani, M.Si pada tanggal 14 Nopember 2012 untuk melihat secara langsung produk-produk kelom geulis yang dijual untuk konsumen. Di mana kunjungan tersebut di lakukan di Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik. Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik sebagai pembuat dan pemasar kelom geulis bersemangat sekali dalam memacu produktivitas dan profitabilitas kelom buatannya. Laba atau profitabilitas Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik tersebut sangat dipengaruhi pada serangkaian produksi kelom tersebut yang berkorelasi pada besaran biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan kelom sampai kepada pemasarannya. Konsekuensi lebih lanjutnya adalah adanya biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) dalam usaha produksi dan pemasaran kelom geulis tersebut yang lebih jauh lagi akan berimplikasi pada penentuan harga pokok penjualan dan laba yang akan didapatkan. Adalah hal yang wajar apabila dalam kiprahnya Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik mengorientasikan pada semakin besarnya profitabilitas yang didapat. Untuk itu, peran pimpinan perusahaan dalam
kebutuhan hidup yang secara garis besar meliputi sandang, pangan, dan papan. Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, proses pemenuhan kebutuhan hidup tersebut ditopang dengan adanya kegiatan ekonomi yang ditunjang dengan pilar-pilar produksi suatu barang atau jasa. Di mana dalam memproduksi suatu barang atau jasa selalu dikaitkan dengan adanya faktor produksi. Usaha untuk mengalokasikan faktor produksi tersebut harus dipersiapkan secara baik, tepat, dan cermat agar perusahaan dapat menghasilkan jumlah produksi suatu barang atau jasa secara optimal dan memuaskan bagi konsumen. Perusahaan sebagai pilar penunjang untuk memproduksi barang dan jasa harus dapat menggunakan faktor produksi yang terbatas untuk memproduksi barang dalam jumlah yang paling optimal agar masyarakat selaku konsumen bisa mendapatkan barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang ekonomis (relatif murah). Di samping itu, dengan adanya upaya pengalokasian faktor produksi secara baik, tepat, dan cermat, perusahaan mampu bersaing dalam kancah persaingan ekonomi yang semakin kompetitif ini dan yang paling signifikan adalah perusahaan tersebut mampu memaksimumkan keuntungan/laba yang didapatkannya. Di samping itu, pengalokasian faktor produksi yang cermat dan mudah diperoleh akan sangat membantu proyek padat karya di negeri ini. Pembuatan kelom misalnya yang memanfaatkan bahan dasar kayu, sangat mudah untuk dilakukan di negeri ini mengingat produksi hasil hutan Indonesia yang berupa kayu sangatlah melimpah. Kelom, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama kelom 12
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
menentukan atau mengendalikan harga pokok penjualan sangatlah besar dibutuhkan, di mana tentunya harus mempertimbangkan segala jenis biaya yang dibutuhkan dalam alur produksi dan pemasarannya yang meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Salah satu yang menjadi unsur terpenting dalam persaingan usaha adalah harga jual dari kelom geulis tersebut. Di mana harga jual tersebut tentunya akan menjadi bahan pertimbangan bagi para calon konsumen. Untuk menekan harga jual agar tidak melambung tinggi, disertai dengan pertimbangan untuk memperoleh profitabilitas yang diharapkan, maka Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik harus benar-benar bisa mengefesiensi biaya produksi kelom geulis tersebut. Efesiensi yang harus dilakukan ini seringkali dihadapkan pada adanya fluktuasi harga bahan baku kelom. Dengan adanya fluktuasi ini, tentu akan berimplikasi pada pendapatan atau laba perusahaan. Maka untuk mengatasinya, pimpinan perusahaan harus benar-benar memfokuskan pada pengendalian biaya-biaya pengeluaran yang dibutuhkan. Pengendalian biaya ini bisa dilakukan dengan penentuan biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu pasang kelom geulis. Namun salah satu kendala yang seringkali dialami oleh perusahaan adalah perusahaan kurang piawai dalam proses pembukuan/pencatatan biaya-biaya ke dalam harga pokoknya. Pencatatan biaya-biaya ini seringkali mengabaikan proses pencatatan menurut aturan akuntansi, sehingga biaya yang dikeluarkan terkadang tidak terhitung dengan baik untuk menentukan harga pokok penjualan kelom geulis tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa penting untuk melihat lebih lanjut tentang biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan selama berproduksi terutama dalam perencanaan dan pengendalian serta penetapan harga pokok penjualannya. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah ini ke dalam sebuah karya ilmiah Tugas Akhir (TA) ini yang berjudul, “PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN (HPP) DI RUMAH KELOM GEULIS KAYUNGYUN TASIKMALAYA DENGAN METODE BREAK EVEN POINT (BEP)”. ll. LANDASAN TEORI 2.1 Profil Rumah Kelom Geulis Kayungyun
Gambar 2.1. Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik Rumah kelom geulis “KAYUNGYUN“ mulai beroperasi pada tahun 2010 dengan berlokasi di Jalan Tamansari – Gobras No. 47 A Tasikmalaya. Di rumah kelom geulis “KAYUNGYUN” ini menyediakan berbagai model kelom geulis dengan variasi yang menarik dan berkualitas tinggi asli produk Tasikmalaya. Kelom Geulis Kayungyun adalah toko kelom geulis milik PT Sinar Kelom. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2010 dengan pimpinan perusahaan bernama Bapak Ayung Darulmuttaqin. Beliau adalah warga keturunan asli Tasikmalaya yang tergugah untuk memproduksi kelom geulis di tanah kelahirannya.
13
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
Kelom Geulis Kayungyun merupakan salah satu pengrajin dan pemasar kelom geulis yang mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Jawa Barat. Ini terbukti dengan adanya kunjungan khusus yang dilakukan oleh Istri Gubernur Jawa Barat Ibu Hj. Netty Prasetiyani, M.Si pada tanggal 14 Nopember 2012. Dalam kunjungannya tersebut, Ibu Gubernur Jawa Barat sangat mengapreasi geliat bisnis kelom geulis yang semakin maju terutama di Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya. Ibu Gubernur Jawa Barat sangat senang bisa berkunjung untuk melihat langsung hasil para pengrajin seperti kelom geulis yang sangat menarik dan memikat hati. Kehadiran Ibu Gubernur Jawa Barat tersebut disambut hangat oleh manajemen Kelom Geulis Kayungyun. Bagi pihak manajemen, kehadiran Ibu Gubernur merupakan pemicu dan pemacu peningkatan usaha kelom geulis agar semakin berkembang dengan pesat. Berikut adalah dokumentasi saat kunjungan Istri Gubernur Jawa Barat di Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik.
Gambar 2.2. Kunjungan Istri Gubernur Jawa Barat tanggal 14 Nopember 2013 di Rumah Kelom Geulis Kayungyun. 2.2 Hakikat Break Even Point Menurut Hendra Poerwanto, Break even adalah suatu keadaan dimana penghasilan dari penjualan hanya cukup untuk menutup biaya, baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Analisa ini juga mampu menunjukkan bagaimana jumlah keuntungan yang diperoleh akan berubah bilamana terjadi perubahan pada salah satu atau lebih dari faktor berikut ini: 1. Harga jual produk: naik atau turunnya harga jual akan berpengaruh terhadap penghasilan dari penjualan. 2. Jumlah unit yang terjual: juga perubahan dari jumlah unit terjual akan secara langsung mempengaruhi penghasilan penjualan. 3. Biaya produksi atau biaya usaha: yang terakhir ini akan mempengaruhi biaya keseluruhan yang harus diperhitungkan terhadap hasil penjualan. Adapun menurut Bambang Riyanto (1995: 291), Break Even Point (BEP) adalah suatu tehnik analisa untukmempelajari hubungan biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume kegiatan penjualan. Sedangkan menurut Sutrisno (2000: 216), Break Even Point adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Senada dengan pendapat tersebut, T. Hani handoko (1984: 307) mendefiniskan Break Even Point adalah analisa yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk (Rupiah atau unit keluaran) yang dihasilkan agar perusahaan tidak rugi dan tidak untung. 14
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
III.
ANALISA MASALAH 3.1 Analisis Data Masukan Analisis data masukan yang penulis maksud merupakan analisis yang dilakukan terhadap data-data dari entitas luar yang dimasukan ke dalam program aplikasi dengan tujuan untuk dapat memahami sistem secara keseluruhan sebagai persiapan menuju tahap perancangan. Pada bab ini menjelaskan tentang penganalisaan data pada sistem yang sedang berjalan saat ini yaitu berupa analisis data kelom, biaya tetap, biaya variabel, dan biaya penyusutan.
Lebih tegas Mulyadi (1984: 72) mengartikan Break Even Point sebagai suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak merugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. 2.4. Unsur-unsur dalam Analisis Break Even Point Dilihat dari segi kepraktisan dan kemampuanya memvisualisasikan suatu prestasi atau rencana, menurut Hendra Poerwanto, analisis Break Even Point sangat menguntungkan.Namun menerapkannya harus merperhatikan unsur dari analisis Break Even Point. Dalam menganalisis Break Even Point terdapat unsur-unsur yang mendasari timbulnya masalah titik impas. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut : a. Laba : kelebihan yang diperoleh dari jumlah penerimaan penghasilan dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau penerimaan kotor perusahaan akibat dari penjualan barang-barang b. Biaya : jumlah uang yang dikeluarkan atau dapat berbentuk hutang untuk barang-barang atau jasa-jasa yang kesemuanya diarahkan untuk kegiatan operasi perusahaan. c. Volume : jumlah barang yang diproduksi dijual pada periode tertentu. d. Biaya Penyusutan adalah biaya atas alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.
3.2 Analisis Permasalahan Data Keluaran Sistem yang sedang berjalan dapat memberikan beberapa laporan yang dibutuhkan untuk menyusun laporan yang ada. Laporan-laporan tersebut dalam pembuatannya diproses secara manual. Adapun laporan yang akan dirancang dan disusun dengan menggunakan sistem komputerisasi adalah Laporan Data Hasil perhitungan HPP dengan metode BEP.
15
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
3.3 Flow Map Pengelolaan Data kelom di Rumah Kelom Geulis Kayungyun
Gambar 3.1 Flow Map Pengolahan Data kelom Dari hasil analisis di atas proses pengelolaan data kelom di rumah kelom geulis kayungyun belum menggunakan sistem basis data dan masih menggunakan buku tulis. Untuk menunjang dari kesimpulan di atas, maka perlu adanya pengembangan sistem atau aplikasi khusus untuk mengontrol atau mengatur proses Pengelolaan sandal kelom menjadi pusat
jawaban bagi permasalahan yang timbul di rumah kelom geulis kayungyun. IV. PERANCANGAN SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Yang Akan Dirancang Setelah tahap analisis dilakukan dan dapat mendefinisikan tentang suatu permasalahan yang ada, kemudian menghasilkan suatu kebutuhan yang 16
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
diperlukan, maka tahap selanjutnya adalah tahap perancangan sistem. Perancangan sistem merupakan tahap lanjutan setelah tahap analisis dalam siklus hidup pengembangan sistem. Dalam hal ini perancangan sistem yang akan dibuat adalah perancangan penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP) di rumah kelom geulis kayungyun denganmetode Break Event Point(BEP), perancangan ini merupakan suatu analisis yang dilakukan penulis di rumah kelom geulis kayungyun, yang terkait dengan masalah yang diajukan. Dengan adanya aplikasi yang dirancang oleh penulis, diharapkan dapat menciptakan sebuah aplikasi yang bermanfaat bagi perusahaan sinar kelom dan dapat mengatasi permasalahan yang ada selama ini terkait dengan penentuan harga pokok penjualan. Adapun rancangan sistem yang diusulkan akan dijelaskan dengan menggunakan beberapa alat bantu, seperti diagram alir data (Data Flow Diagram) yang meliputi diagram konteks dan diagram rinci: kamus data yang merupakan penjelasan dari arus suatu aliran data (Data Flow) dan media penyimpanan (Data Store) dari diagram alir data. Sedangkan mengenai struktur data (Data Structure) digambarkan dengan memakai rancangan file dan diagram hubungan entitas (Entity Relationship atau ERD). Rancangan program yang akan dibuat penulis yaitu : 1. Pencatatan Data kelom Dalam data kelom ini juga masih dilakukan secara manual, dalam arti tidak adanya sistem otomatis yang bisa menentukan keputusan. 2. Pencatatan Data biaya tetap Pada pencatatan data biaya tetap juga masih menggunakan proses secara
manual dan tidak adanya kode tertentu sehingga terjadi proses yang lama dalam pengolahan dan pencarian data. 3. Pencatatan Data biaya variabel Dalam pencatatan data variabelpun masih menggunakan proses secara manual dan tidak adanya kode tertentu sehingga terjadi proses yang lama dalam pengolahan dan pencarian data. 4. Pencatatan Data penyusutan Dalam pencatatan data penyusutan pun masih menggunakan proses secara manual dan tidak adanya kode tertentu sehingga terjadi proses yang lama dalam pengolahan dan pencarian data. 5. Pencatatan Data Hasil perhitungan HPP Pencatatan data hasil perhitungan HPP mengalami proses yang lama dikarenakan belum terkomputerisasi. 4.2 Prosedur Yang Akan Dikomputerisasi Berdasarkan analisis masalah, dalam sistem yang sedang dibahas terdapat beberapa macam prosedur, prosedurprosedur tersebut terbentuk dari beberapa proses dalam sistem yang ada dilokasi penelitian. Adapun prosedur-prosedur yang akan dirancang dan diimplementasikan dengan komputer adalah sebagai berikut : 1. Laporan Data Kelom 2. Laporan Data biaya tetap 3. Laporan Data biaya variabel 4. Laporan Data biaya penyusutan 5. Laporan Data Hasil perhitungan HPP 4.3 Rancangan Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD)merupakan alat bantu yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem secara lengkap dan jelas, baik sistem yang sudah ada maupun sistem yang masih dalam rancangan. Dalam Data Flow Diagram (DFD)ini dijelaskan mengenai aliran data, 17
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
sistem) yang memberikan input ke dalam sistem. Diagram konteks tersebut akan diuraikan lagi ke dalam beberapa level diagram yang ada dalam sistem sehingga menghasilkan uraian sistem yang lebih rinci.Untuk membuat DFD digunakan perangkat lunak Microsoft Office Visio 2007.
proses informasi, hasil data dan sumber tujuan data yang dilakukan oleh sistem. Tingkatan atau level data flow diagram (DFD)dimulai dari diagram konteks, yaitu diagram yang menjelaskan dan menggambarkan mengenai sistem secara umum yang terdiri dari beberapa eksternal entity (elemen-elemen di luar Diagram Konteks
Gambar 4.1 Diagram Konteks Aplikasi Penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP) di Rumah Kelom Geulis Kayungyun dengan Metode Break Even Point Data Flow Diagram (DFD) Level 1 dari Diagram Konteks
18
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
Gambar 4.2 Data Flow Diagram (DFD) Level 1 dari Diagram Konteks Aplikasi Penentuan Harga pokok penjualan di rumah kelom geulis Kayungyun dengan metode Break Even Point V. IMPLEMENTASI 5.1 Implementasi Program yang dirancang oleh penulis merupakan program aplikasi mengenai Penentuan Harga Pokok Penjualan di Rumah Kelom Geulis Kayungyun dengan Metode Break Even Point di Gobras Tasikmalaya, sebelum pada tahap implementasi program, penulis mangajukan beberapa tahapan yang harus dipersiapkan agar program aplikasi ini dapat berfungsi dengan maksimal dan sebagaimana mestinya. Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah: 5.1.1 Perangkat Keras (Hardware) dan Perangkat Lunak (Software) yang Digunakan
Dalam mengimplementasikan program, penulis menggunakan beberapa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) diantaranya : a. Perangkat keras (hardware) yang digunakan: 1. Processor Intel Dual Core, 2.2Ghz 2. Memory 1 GB 3. Hardisk 320 GB 4. Monitor 14.0 HD LED LCD b. Perangkat lunak (software) yang digunakan : 1. Sistem Operasi Windows 7 Professional 2. Pemrograman Borland Delphi 7 Enterprise Edition 3. Database server MySQL 19
Penentuan harga pokok penjualan (HPP) di rumah kelom Geulis Kayungyun Tasikmalaya dengan metode Break Even Point (BEP) (Aneu Yulianeu – Ai Siti Rohimah)
VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil menganalisis dan merancang sistem Aplikasi Penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan Metode Break Even Point (BEP) di Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik, yaitu sebagai berikut: 1. Pada umumnya kekurangan pada sistem yang sedang berjalan di Rumah Kelom Geulis Kayungyun Tasik yang penulis ketahui adalah masih menggunakan sistem manual yaitu dengan tulis tangan. 2. Dengan adanya program aplikasi yang penulis buat, maka dapat membantu menangani penyimpanan dan proses komputerisasi data kelom, data biaya tetap, data biaya variabel, data biaya penyusutan, dan data hasil perhitungan HPP. 3. Dengan adanya sistem aplikasi yang penulis buat, dapat membantu mengolah serta membuat laporan data kelom, data biaya tetap, data biaya variabel, data biaya penyusutan, dan data hasil perhitungan HPP sehingga membantu menyelesaikan pekerjaan menjadi lebih cepat. 4. Dalam menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP) di Rumah Kelom Geulis Kayungyun, harus memperhatikan segala cost yang dikeluarkan dari mulai proses produksi hingga penjualan, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya penyusutan.
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011 /10/cara-mudah-menentukan-hargapokok-penjualan/, diakses pada 12 Januari 2013. http://kelomgeulistasik.com/blog/sejarahsandal-kelom-geulis-tasik-sandal-kayukhas-tasikmalaya/, diakses pada 12 Januari 2013. http://vunixs.blogspot.com/2012/02/rumu s-untuk-menghitung-harga-pokok.html, diakses pada 14 Januari 2013.
VII. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. http://chiimudh.blogspot.com/2012/04/vbehaviorurldefaultvmlo.html, diakses pada 12 Januari 2013. 20