1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Eri Cahrial, Ir., MP2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Riantin Hikmah Widi, Ir., M.si3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, harga pokok produksi dan skala minimum usaha agroindustri comring. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penentuan Responden dilakukan secara sengaja (purposive) pada seorang pelaku usaha agroindustri comring. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini serta studi literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan dalam produksi selama satu bulan agroindustri comring mengeluarkan biaya sebesar Rp 14.796.431,57 dan memperoleh penerimaan sebesar Rp 21.120.000,00 sehingga dapat diketahui pendapatan sebesar Rp 6.323.568,43. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa harga pokok comring setelah dianalisis yaitu sebesar Rp 15.412,95 per kilogram dan skala minimum atau batas usaha minimum agroindustri comring pada UKM Kaya Rasa yaitu pada volume produksi 53,29 kilogram. Kata Kunci : Comring, Harga Pokok, Skala Minimum. The purpose of this research is to know about how much the cost, income, production main price and minimum scale of Comring agroindustry. The method of this research used id case study method. Respond determining done deliberately (purposive) at a businessman Comring agroindustry. The data collected consisted of primary and secondary data. The primary data were obtained from direct interview to the respondent and the secondary data were obtained from related istancies and from literature review. The result of this research showed that in a month
2 production of Comring Agroindustri spent cost Rp 14.796.431,57 and get Rp 21.120.000 so that can be known the acceptance is Rp 6.323.568,43 . The result also showed that main price of Comring after being analyzed Rp. 15.412,95 per kilogram and minimum scale the Comring agroindustry of UKM Kaya Rasa at production volume is 53,29 kilogram. Keyword : Comring, main price, minimum scale
Pendahuluan Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1989).. Salah satu subsektor dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam pengembangan pertanian di Indonesia adalah subsektor pangan. Pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh. Kebutuhan akan pangan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Salah satu komoditas yang mampu menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan pangan adalah ubi kayu (singkong). Singkong (Manihot utilissima) merupakan tanaman tahunan tropika dan subtropika yang dijadikan sebagai salah satu bahan makanan sumber karbohidrat (sumber energi). Tanaman singkong sangat mudah dibudidayakan secara massal. Sebab, selain tanaman ini cocok dengan kultur tanah Indonesia, proses penanamannya pun tidak terlalu sulit. Dilihat dari segi ekonomi tanaman singkong bisa menjadi komoditas penting karena tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi saja tetapi juga bisa menjadi bahan baku sejumlah industri, baik industri besar maupun industri rumahan. Potensi budidaya dan pengolahan singkong di Indonesia sangat besar. Berdasarkan data BPS tahun 2012, daerah penghasil singkong terbesar adalah Lampung (8-9 juta ton), Jawa Timur (5 juta ton), Jawa Tengah (4 juta ton), Jawa Barat (3 juta ton), Sumatera Utara (2 juta ton), dan Nusa Tenggara Timur (sekitar 1,5 juta ton). Melihat dari data tersebut Jawa Barat merupakan daerah penghasil singkong terbesar ke empat di Indonesia. Sementara kenyataannya komoditas singkong di Jawa Barat belum mampu menjadi barang substitusi sebagai bahan pangan pokok pengganti padi. Hal ini dikarenakan masyarakat belum terbiasa mengkonsumsi singkong sebagai
3 bahan pangan pokok. Maka dari itu alternatif yang bisa dilakukan untuk menarik minat masyarakat akan singkong adalah dengan dibuatkannya berbagai macam olahan. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan dibentuknya suatu agroindustri, Salah satu agroindustri di Jawa Barat yang mengusahakan pengolahan singkong adalah UKM Kaya Rasa yang terletak di Kampung Nangerang Desa Salawu Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Produk olahan singkong yang dihasilkan oleh UKM Kaya Rasa adalah comring. Suatu UKM akan berusaha untuk menekan biaya produksi mereka, tetapi harus tetap memperhatikan kualitas dari produk itu sendiri, sehingga kualitas dari hasil produksi mereka tidak menurun. Metode penentuan harga pokok produksi yang tepat perlu dilakukan, guna membantu pelaku usaha khususnya pada UKM Kaya Rasa yang bergerak dibidang agroindustri singkong dalam menetapkan harga jual comring yang diproduksi tersebut. Sementara itu, untuk mengetahui apakah suatu perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian maka perlu diadakan suatu analisis, diantaranya dengan analisis titik impas. Perusahaan
harus
dapat memperhitungkan
keuntungan
atau
kerugian dalam
menjalankan suatu usaha yang dipilihnya. Apabila suatu perusahaan mengalami kerugian, maka perusahaan harus meninjau kembali apa saja faktor yang menyebabkan kerugian tersebut dan harus dilakukan pencarian atau perhitungan skala minimum untuk produk yang dihasilkan tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada UKM Kaya Rasa yang melakukan usaha agroindustri comring di Desa Salawu Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa studi kasus merupakan suatu pendekatan dari penelitian yang bersifat kasus sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang mengembangkan usaha agroindustri singkong khususnya produk comring.
4 Kerangka Analisis 1) Rumus biaya, penerimaan dan pendapatan (Soekartawi, 1995) : a) Biaya total adalah jumlah seluruh biaya baik itu biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya total dihitung dengan menggunakan rumus : TC = FC + VC Keterangan : TC FC VC
= Biaya Total (Total Cost) = Biaya Tetap (Fixed Cost) = Biaya Variabel (Variable Cost)
b) Penerimaan (Revenue) Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Y x P Keterangan : TR Y P
= Total Penerimaan (Total Revenue) = Jumlah produksi comring (Yield) = Harga Comring (Price)
c) Pendapatan (Net Revenue) Pendapatan
adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya.
pendapatan dihitung menggunakan rumus : Pd = TR – TC Keterangan : Pd TR TC
= = =
Pendapatan (Income) Total penerimaan (Total Revenue) Total biaya (Total Cost)
Besarnya
5 2) Besarnya harga pokok dalam pengolahan singkong menjadi comring dapat diketahui dengan menggunakan metode “kalkulasi bagi” yaitu harga pokok per unit dihitung berdasarkan besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dan produk yang direncanakan serta produksi yang benar-benar terjadi (Wilson H. dan Pangabean Sitorus, 1987). Harga Pokok = 3) Analisis BEP Ken Suratiyah (2008) menyatakan bahwa, BEP Volume Produksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : BEP Volume Produksi (kg) = Keterangan : FC P AVC
= Biaya Tetap = Harga Jual per Kg = Biaya Variabel per Kg
6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Produksi Usaha Agroindustri Comring dalam Produksi Selama Satu Bulan. Agroindustri Comring Unsur Biaya 1. Biaya Tetap - PBB - Pajak Usaha - Penyusutan Alat 2. Biaya Variabel - Bahan Baku (singkong) - Garam - Bawang Putih - Penyedap Rasa 1 - Penyedap Rasa 2 - Minyak Goreng - Kayu Bakar - Plastik Pengemasan - Tenaga Kerja Jumlah 3. Penerimaan 4. Pendapatan Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 4.3
Nilai (Rp) 5.000,00 7.500,00 359.131,57 2.400.000,00 48.000,00 144.000,00 184.800,00 272.000,00 4.368.000,00 320.000,00 384.000,00 6.304.000,00 14.796.431,57 21.120.000,00 6.323.568,43
Penerimaan dan Pendapatan Usaha Agroindustri Comring pada UKM Kaya Rasa Mengeluarakan biaya total sebesar
Rp 14.796.431,57 dalam satu bulan produksi. Usaha agroindustri comring ini menggunakan bahan baku sebanyak 150 kg dengan output yang dihasilkan yaitu sebanyak 60 kilogram produk comring dalam satu kali proses produksi. Dalam satu bulan melakukan produksi sebanyak 16 kali produksi sehingga output yang dihasilkan dalam produksi selama satu bulan yaitu sebanyak 960 kilogram. Harga jual comring per kilogram adalah Rp 22.000,00 . Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa total penerimaan yang diperoleh pelaku usaha agroindustri comring dalam produksi selama satu bulan yaitu sebesar Rp 21.120.000,00 .
7 Besarnya penerimaan yang diperoleh pelaku usaha agroindustri comring ini akan mempengaruhi pendapatan yang nantinya akan diperoleh pelaku usaha tersebut. Pendapat merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh pelaku usaha dengan total biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha agroindustri comring tersebut. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh pelaku usaha agroindustri comring ini yaitu sebesar Rp 6.323.568,43 per bulan. 4.4
Penentuan Harga Pokok Produksi Harga pokok merupakan unsur yang sangat penting yang dapat dijadikan indikator
keberhasilan suatu usaha khususnya usaha agroindustri comring yang dijalankan oleh pelaku usaha. Seorang produsen yang bisa bertahan dan mengembangkan usahanya kearah yang lebih maju adalah produsen yang mampu menentukan harga pokok secara tepat. Faktor-faktor pembentuk harga pokok dalam agroindustri comring ini adalah biaya total dan jumlah produksi yang dihasilkan oleh agroindustri tersebut. Apabila terjadi perubahan dari komponen tersebut maka akan berpengaruh terhadap penentuan harga pokok. Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan seluruh biaya harus dilakukan secara tepat, sehingga harga pokok produksi dapat diketahui secara baik dan tepat pula. Penentuan harga pokok produksi yang tepat akan memudahkan bagi pelaku usaha untuk menentukan harga jual yang layak bagi produk yang dihasilkannya tersebut. Usaha agroindustri comring dalam produksi selama satu bulan mengeluarkan biaya total sebesar Rp 14.796.431,57 dan dapat menghasilkan produk sebanyak 960 kilogram. Besarnya harga pokok produksi comring dihitung dengan cara membagi biaya total dengan hasil produksi sehingga dapat diketahui harga pokok produk comring yaitu sebesar Rp 15.412,95 perkilogram. Harga jual comring yang ditetapkan yaitu Rp 22.000,00 perkilogram sehingga pelaku usaha
8 agroindustri comring tersebut memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp 6.587,05 dari setiap unit produk comring atau keuntungan yang diterima oleh pelaku usaha sebesar 42,73 persen dari harga pokok poduksinya. 4.5
Analisis Skala Minimum Suatu kegitan produksi perlu diketahui pada titik mana usaha tersebut mencapai titik
batas usaha atau skala minimum usaha. Sebab hal ini akan dapat menentukan posisi usaha yang sedang dijalankan. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai alat informasi tentang kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan, untuk mengetahui hal tersebut maka dapat digunakan analisis titik impas. Analisis skala minimum digunakan dalam agroindustri comring ini agar dapat diketahui pada volume produksi berapa kegiatan usaha tersebut tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa agroindustri ini memiliki batas usaha atau skala minimum volume produksi sebanyak 53,29 kilogram, artinya pada keadaan tersebut maka pelaku usaha agroindustri comring tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian, dimana jumlah penerimaan pada saat volume produksi 52,29 kilogram akan sama dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tersebut. Apabila volume produksi yang dihasilkan oleh pelaku usaha tersebut kurang dari 52,29 kilogram maka usaha tersebut berada dalam keadaan rugi, begitupun sebaliknya apabila volume produksi yang dihasilkan oleh pelaku usaha lebih dari 52,29 kilogram maka usaha tersebut berada dalam keadaan untung.
9 Biaya dan Penerimaan (Y) Rp 21.120.000 (TR)
Untung
Rp 14.796.431,57 (TC)
BEP Rp 14.424.800 (VC) Rp 1.172.380 Rp Rp 371.631,57 (FC)
Rugi
(X)
0
53,29 kg
960 kg
Hasil (Unit)
Gambar 4. Titik Impas volume produksi comring
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada UKM Kaya Rasa yang bergerak
di bidang agroindustri comring dapat disimpulkan sebagai berikut : 1)
Total biaya yang dikeluarkan oleh UKM Kaya Rasa dalam produksi selama satu bulan yaitu sebesar Rp 14.796.431,57 dan total penerimaan sebesar Rp 21.120.000 sehingga didapatkan pendapatan sebesar Rp.6.323.568,43 .
2)
Harga pokok comring yang diperoleh UKM Kaya Rasa yaitu sebesar Rp.15.412,95 perkilogram.
3)
Skala minimum atau batas usaha minimum agroindustri comring pada UKM Kaya Rasa yaitu pada volume produksi 53,29 kilogram.
10 5.2 1)
Saran Disarankan kepada pelaku usaha agroindustri comring pada UKM Kaya Rasa agar tetap menjalankan usahanya minimal pada skala usaha yang telah dijalankannya.
2)
Guna meningkatkan skala usaha, disarankan kepada pelaku usaha untuk memperluas jaringan pemasaran dengan cara menambah pasokan produk ke toko-toko makanan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Abas Tjakrawiralaksana. 1983. Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Daerah Penghasil Singkong di Indonesia Tahun 2012. Bambang Riyanto. 1992. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta. Ken Suratiyah. 2008. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta Moehar Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.PT Bumi Aksara. Jakarta Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya. Aditya Media. Yogyakarta Soehardi Sigit. 1990. Analisa Break Even. BPFE. Yogyakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Wilson H dan Pangabean Sitorus, 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.