PENENTUAN ANOMALI BOUGUER DAN DENSITAS RATARATA BATUAN BERDASARKAN DATA GRAVITASI DI DAERAH SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si.) pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh : IIF LATIFAH NIM: 106097003267
PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
PENENTUAN ANOMALI BOUGUER DAN DENSITAS RATARATA BATUAN BERDASARKAN DATA GRAVITASI DI DAERAH SEMARANG
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si.)
Oleh IIF LATIFAH NIM: 106097003267
Pembimbing I,
PembimbingII,
Tati Zera,M.Si. NIP : 19690608 200501 2 002
Arif Tjahjono, M.Si NIP : 19751107 200707 1 015
Mengetahui, Ketua Prodi Fisika
Drs. Sutrisno M.Si NIP : 19590202 198203 1005
PENGESAHAN UJIAN Skripsi berjudul PENENTUAN ANOMALI BOUGUER DAN DENSITAS RATA-RATA
BATUAN
BERDASARKAN
DATA
GRAVITASI
DAERAH SEMARANG telah diujikan dalam sidang munaqasyah
DI
Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika. Jakarta, 29 Juni 2010
Sidang Munaqasyah
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Sutrisno M.Si NIP : 19590202 198203 1005
Dr. Ir. Agus Budiono,M.T NIP : 19620220 199003 1 002
Mengetahui, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP : 19680117 200112 1 001
Ketua Program Studi Fisika,
Drs. Sutrisno, M.S NIP : 19590202 198203 1005
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2010
IIF LATIFAH
ABSTRAK Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika terapan untuk menentukan benda atau struktur batuan yang terdapat di bawah permukaan bumi berdasarkan perbedaan massa jenis (ρ) batuan penyusunnya yang menyebabkan terjadinya anomali gravitasi (∆g) di permukaan bumi. Telah dilakukan penentuan anomali bouguer dengan menggunakan metode parasnis dalam pengolahan data gravitasi untuk daerah Semarang dengan koordinat 6.94° LS – 7.02° LS dan 110.37° BT – 110.46 ° BT, dengan 128 titik ukur. Nilai anomali bouguer yang di dapat yaitu 10.052 mgal – 13.034 mgal dengan ρ= 2.085 gr/cm³, yang merupakan batuan pasir. Kata kunci : Metode parasnis, Anomali Bouger, Rapat Massa
i
ABSTRACT
Gravity method is one of an advanced geophysical method for adjusting a matter or a rock structure that lies in below the earth’s surface that based of difference of density (ρ) of stack in the rock that caused the happening of gravity anomaly (∆g) on the earth. Determiner of bouguer anomaly have been done used parasnis method in processing the data of gravity for Semarang that located in coordinates 6.94°S – 7.02°S and 110.37°E - 110.46°E with 128 point measured. The result are 10.052 mgal -13.034 mgal with ρ = 2.085 gr/cm3. This value represent the sandstone. Keyword: parasnis method, Bouguer Anomaly, Density
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahi Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si.) di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan, motivasi dan dukungan dari semua pihak yang terkait dengan penulis, alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibunda tersayang dan Ayahanda tercinta, juga adikku (Ade Achmad Bukhori) yang selalu mencurahkan kasih dan sayang, untaian do’a, semangat dan rasa cintanya yang tak terhingga dan begitu mendalam yang selalu dicurahkan sepanjang masa. 2. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Arif Tjahjono, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan, bimbingan serta dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iii
3. Bapak DR.Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 4. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika. 5. Seluruh staf pengajar Prodi Fisika Jurusan MIPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta pikiran juga arahan dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan. 6. Kak Novi, yang dengan sabar membimbing serta berbagi ilmunya. 7. Teman-teman seperjuangan Fisika ‘06 UIN Jakarta. Special buat Ize, Iik, Cindy, devi dan team Geophysics. Makasih ya untuk kebersamaanya selama ini. 8. Sahabat-sahabatku, iput, yati, nca, jaur,dll. Ruliyadi dan Rayhan. Terimakasih untuk persaudaraan dan persahabatan, semoga akan terus terjalin indah. 9. Ikbal Fadhilah, seseorang yang selalu meluangkan waktunya setiap saat, dan selalu membuat tersenyum dalam kondisi apapun, makasih untuk smua’a.. 10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bagaimanapun penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, penulis akan sangat berterima kasih atas saran dan kritik yang membangun dari pembaca, besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat. Jakarta, Juni 2010
Penulis iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT ......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
BAB II
1.4
Batasan Masalah......................................................................... 2
1.5
Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
1.6
Sistematika Penulisan ............................................................. 3
LANDASAN TEORI 2.1
Teori Gravitasi Newton .............................................................. 4
2.2
Medan Gravitasi di Permukaan Bumi ........................................ 5
2.3
Gambaran Permukaan Bumi ..................................................... 7 2.3.1
Sferoid Referensi ............................................................ 7
2.3.2
Geoid .............................................................................. 8
2.4
Efek Gaya Berat dari Benda Terkubur ....................................... 9
2.5
Penentuan Densitas Batuan ....................................................... 10
v
2.5.1 Metode Core atau Sampling ......................................... 11 2.5.2 Metode Nettleton ........................................................... 12 2.5.3 Metode Parasnis ............................................................ 12 2.5.4. Metoda Pengukuran Gravitasi Bawah Permukaan. ........ 13 2.6 Reduksi Gravitasi ....................................................................... 15 2.6.1
Koreksi Drift ( koreksi apungan ) .................................. 15
2.6.2
Koreksi Pasang Surut Bumi (Tidal Correction)............. 16
2.6.3
Koreksi Lintang (Latitude Correction) ......................... 18
2.6.4
Koreksi Udara-bebas (Free-air Correction) .................. 18
2.6.5
Koreksi Bouguer ........................................................... 19
2.6.6
Koreksi Medan (Terrain Correction) ............................ 21
2.7
Anomali Bouguer ....................................................................... 22
2.8
Morfoligi Daerah Penelitian....................................................... 24
2.9
Tata Guna Lahan ........................................................................ 26
2.10 Susunan Stratigrafi ..................................................................... 29 2.11 Struktur Geologi ......................................................................... 29 2.12 Gerakan Tanah ........................................................................... 39 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 33 3.2 Peralatan Penelitian .................................................................... 33 3.3 Metode Interpretasi .................................................................... 36 3.4
Lokasi Daerah Penelitian ........................................................... 38
3.5
Tahapan Pengolahan Data .......................................................... 38
vi
3.6 Tahapan Penelitian ..................................................................... 39 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 42
BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 46 5.2 Saran........................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gaya Gravitasi .................................................................................. 5 Gambar 2.2 Perbandingan Speroid dan Geoid ..................................................... 10 Gambar 2.3 Titik Amat P dengan Ketinggian h terhadap Geoid ......................... 20 Gambar 2.4 Lempeng Bouger dengan ketebalan h .............................................. 21 Gambar 3.1 Autograv Scintrex CG-5 .................................................................. 34 Gambar 3.2 Titik-titik Pengamatan ...................................................................... 35 Gambar 3.3 Peta Geologi Daerah Semarang......................................................... 38 Gambar 3.4 Diagram Alir Tahap Penelitian ......................................................... 41 Gambar 4.1 Kontur Anomali Bouger dan titik pengamatnya .............................. 44 Gambar 4.2 Korelasi antara Profil Topografi terhadap variasi rapat masaa ........ 45
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Geologi Daerah Semarang ....................................................... 48 Lampiran 2 Data Gravitasi Semarang.................................................................. 49
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Metode gravitasi merupakan salah satu metode penyelidikan dalam
geofisika yang berlandaskan hukum Newton. Metode ini didasarkan pada adanya perbedaan kecil dari medan gaya berat yang disebabkan oleh adanya distribusi massa yang tidak merata di lapisan bumi yang menyebabkan tidak meratanya distribusi massa jenis batuan. Adanya perbedaan massa jenis batuan ini akan menimbulkan medan gaya gravitasi yang tidak sama pula dan perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi. Metode gravitasi merupakan metode yang sangat handal untuk pemetaan struktur bawah permukaan berdasarkan perbedaan massa jenis (ρ) batuan penyusunnya yang menyebabkan terjadinya anomali gravitasi (∆g) di permukaan bumi. Metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral, karena mampu membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan di sekitarnya, dengan demikian struktur bawah suatu permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk mengetahui perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik itu minyak maupun mineral lainnya. Penyebaran lateral dan vertikal dari rapat massa bumi dapat ditentukan dari data gravitasi melalui suatu sebaran yang disebut Anomali Bouguer. Anomali tersebut merupakan gambaran kumpulan massa batuan dan dapat diduga sebagai
1
bentuk struktur atau geometri bawah permukaan, sehingga dapat menggambarkan cekungan di suatu daerah. Di dalam penyelidikan gaya berat ini harus mereduksi hasil pengamatan dengan koreksi-koreksi gaya berat, yaitu koreksi apungan, koreksi pasang surut, koreksi udara bebas, koreksi medan, koreksi bouguer, sampai didapatkan anomali bouger. Anomali bouger ini ditimbulkan oleh adanya medan gaya berat regional dan medan gaya berat lokal. Dari anomali bouguer ini dapat ditafsirkan bentuk struktur geologi permukaan antara lain adanya sinklinal-sinklinal, antiklinalantiklinal, patahan-patahan, dan sebagainya. Oleh karenanya dapat di teliti jenis batuan daerah Semarang untuk mencari daerah resapan air.
1.2
Rumusan Masalah Dengan menggunakan metode apa untuk menghitung nilai rapat massa
batuan sehingga di dapat harga anomali bouguernya?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai anomali bouger
di daerah Semarang dengan menggunakan metode parasnis sehingga akan dapat diketahui nilai rapat massa.
1.4
Batasan Masalah Daerah penelitian berada di wilayah Semarang yang terletak antara 6.94°
LS – 7.02° LS dan 110.37° BT – 110.46 ° BT. Untuk mengetahui adanya
2
karakteristik suatu batuan yang mengindikasikan adanya material yang berbeda, maka harus menentukan anomali bouguer dan nilai rapat massa batuan. Dan nilai rapat massa batuan di dapat dengan menggunakan metode parasnis.
1.5
Manfaat Penelitian Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang struktur batuan daerah penelitian kepada pihak perusahaan yang bergerak dibidang eksplorasi dan pertambangan, serta pemerintah sesuai dengan penafsiran yang diperoleh dari penelitian.
1.6
Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 bagian, dengan perincian
sebagai berikut: 1. BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, sistematika penulisan. 2. BAB II. LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori dan prinsip gaya berat, teori pengolahan data gravitasi, dan tinjauan geologi daerah penelitian. 3. BAB III. METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang tahap pengambilan data, instrumentasi, tahap pengolahan data, dan tahap interpretasi data.
3
4. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang pengolahan data dan interpretasinya sehingga didapatkan hasil penelitian yang telah dilakukan. 5. BAB V. KESIMPULAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Teori Gravitasi Newton Teori dasar dalam penelitian gravitasi didasarkan pada hukum Newton
tentang gravitasi yang dipublikasikan oleh Newton pada tahun 1687 yang menyatakan besar gaya gravitasi antar dua massa sebanding dengan perkalian massa keduanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar kedua pusat massa. Pada gambar 2.1 gaya yang ditimbulkan antara partikel dengan massa m yang berpusat pada titik Q (x’, y’, z’) dan partikel mo pada titik P(x, y, z) persamaan matematisnya sebagai berikut:
Gambar 2.1 Gaya gravitasi
5
F (r ) = γ
m0 m r r2
(2.1)
Massa m dan mo mengalami gaya gravitasi bersama yang sebanding dengan m, mo dan
r2. Arah dari vektor satuan ŕ adalah dari sumber gravitasi
ketitik amat, dalam hal ini terletak pada massa uji mo dimana :
2.2
m, mo
= massa benda
r
= jarak antara m dan mo
γ
= konstanta gravitasi Newton (6,672 x 10 –11Nm2/Kg 2)
r
= [ (x – x’)2 + ( y –y’ )2 + ( z – z’ )2 ] 1/ 2
ř
= Vektor satuan kearah mo
(2.2)
Medan Gravitasi di Permukaan Bumi Setiap benda yang bermassa selalu memiliki medan gravitasi di
sekelilingnya. Akibatnya dua buah benda yang masing-masing memiliki medan gravitasi akan mengalami gaya tarik menarik satu sama lain. Pada kenyataannya, bentuk bumi tidak bulat sempurna tetapi berbentuk ellipsoid. Hal ini terjadi karena adanya rotasi bumi dengan kecepatan sudut tetap pada suatu sumbu yang tetap. Sumbu rotasi ini menghubungkan kutub- kutub bumi. Jari- jari bumi di khatulistiwa kira- kira 21 km lebih besar dari pada jarijari bumi di kutub. Karena bentuk dan rotasi tersebut, maka percepatan gaya gravitasi kutub lebih besar dari percepatan gaya gravitasi di khatulistiwa. Menurut konversi Himpunan Ahli Geofisika dan Geodesi Internasional (IUGG) tahun 1971:
6
Jari-jari di equator = 6.378.160 meter (sama dengan setengah sumbu panjang) Jari-jari di kutub
= 6.356.774,5 meter (sama dengan setengah sumbu pendek)
Pepatan bumi
= 1/298,25
Dengan demikian, harga gravitasi di permukaan bumi menjadi bervariasi. Disamping itu variasi gaya gravitasi dipermukaan bumi juga disebabkan karena percepatan centripugal yang terdapat dikahtulistiwa, sehingga memberikan harga percepatan gravitasi di khatulistiwa semakin besar. Dengan demikian harga percepatan gravitasi di permukaan bumi akan dipengaruhi oleh letak lintang. Karena jari- jari bumi dikutub lebih kecil dari jari- jari bumi di khatulistiwa, maka gaya berat di kutub lebih besar dari percepatan gaya berat di khatulistiwa. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan medan gravitasi di permukaan bumi adalah: 1) Posisi tempat pengamatan, dalam hal ini tercakup pula pengaruh gaya sentrifugal akibat rotasi bumi. 2) Keadaan tofografi sekelililng tempat pengamatan. 3) Variasi pasang surut bumi. 4) Distribusi massa di permukaan bumi.
2.3
Gambaran Permukaan Bumi Survey gravitasi didasari dari studi tentang medan gravitasi bumi. Karena
bumi merupakan bola homogen yang sempurna, percepatan gravitasi tidak konstan secara keseluruhan di permukaan bumi. Besarnya gravitasi dipengaruhi
7
oleh lima faktor; lintang, elevasi, topografi, pasang surut bumi, dan variasi densitas di bawah-permukaan. Eksplorasi gravitasi memfokuskan pada anomali yang disebabkan oleh efek pasang surut dan tofografi. Perubahan gravitasi dari kawasan ekuator ke kutub sekitar 5 Gal, atau 0,5 % dari nilai rata-rata g (980 Gal), dan efek elevasi dapat mencapai 0,1 Gal atau 0,01 % dari nilai g.
2.3.1 Sferoid Referensi Bentuk permukaan bumi dari hasil pengukuran geodesi dan jejak satelit, hampir mendekati bentuk sferoid, menggembung di ekuator dan hampir datar di kedua kutub. Sferoid referensi adalah suatu ellipsoid yang merupakan perkiraan permukaan muka laut rata-rata (geoid), dengan menghilangkan daratan yang ada di atas geoid. Tahun 1930 International Union Of Geodesy and Geophysics (IUGG) merumuskan suatu formulasi untuk nilai teoritis gravitasi gt, namun telah diperbaharui menjadi Geodetic Reference System 1967 (GRS67): gφ = 978.031846 (1 + 0,005278895 sin2 dan
- 0,0000023462 sin2
) gal
(2.3)
merupakan lintang tempat.
Perbaikan-perbaikan parameter bumi terus dilakukan sehingga rumusan gaya berat teoritis dapat terus berubah. Dari tahun ke tahun sejak Helmert (1901), Bowie (1917), Heiskanen (1938), Heiskanen dan Outila (1957), IUGG (1980) dan seterusnya sampai sekarang mengalami perbaikan data parameter bumi. Tahun 1980 International Union of Geodesy ang Geophysics (IUGG) menentukan sistem
8
referensi geodesi dengan parameter pepatan bumi = 1/298.247 dari jari-jari ekuator = 6378135 meter. Rumusan gaya teoritis hasilnya yaitu : gφ = 978.0318 (1 + 0,0053024 sin2
- 0,0000059 sin2
) gal
(2.4)
2.3.2 Geoid Geoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Lebih jauh geoid dapat didefinisikan sebagai bidang ekipotensial yang berimpit dengan permukaan laut pada saat keadaan tenang dan tanpa gangguan , karena itu secara praktis geoid dianggap berhimpit dengan permukaan laut rata-rata (Mean sea level-MSL). Jarak geoid terhadap ellipsoid disebut Undulasi geoid (N). Nilai dari undulasi geoid tidak sama di semua tempat, hal ini disebabkan ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi. Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika dan oseanografi dibutuhkan geoid dengan ketelitian yang cukup tinggi. Elevasi rata-rata benua sekitar 500 m, dan elevasi maksimum daratan dan depresi dasar laut memiliki orde 9.000 m terhadap muka laut. Muka laut dipengaruhi oleh variasi elevasi dan perubahan densitas secara lateral. Muka laut rata-rata didefinisikan sebagai geoid. Perubahan densitas berdasarkan gambaran bentuk bumi menyebabkan terjadinya peningkatan densitas terhadap kedalaman, bukan perubahan densitas secara lateral sebagaimana yang dicari dalam eksplorasi gravitasi. Karena terdapat variasi lateral, geoid dan sferoid referensi tidak sama. Anomali lokal menyebabkan geoid berubah (Gambar 2.2a), pada benua geoid tertarik ke atas
9
karena tarikan material yang di atasnya, dan tertarik ke bawah pada basin laut karena densitas air yang kecil (Gambar 2.2b).
Reference Spheroid
Geoid
Excess mass
(a)
Continent
Geoid Reference Spheroid
Vertical scale Greatly exaggerated Ocean
(b)
Gambar 2.2: Perbandingan sferoid referensi dan geoid (a) massa lokal. (b) skala besar
2.4
Efek Gaya Berat dari Benda Terkubur Benda terkubur dengan bentuk tertentu bila rapat massanya (ρ B) = rapat
massa lingkungannya (ρ L) sukar diinterpretasi, tetapi bila (ρ B) berbeda dengan (ρ L) baru akan menghasilkan anomali gravitasi dengan ketentuan : 1. ρ L > ρ B Anomali negatif 2. ρ L < ρ B Anomali positif
Dengan :
ρL
= rapat massa lingkungan
ρB
= rapat massa benda terkubur
ρ
= ρ B - ρ L = density contrast (digunakan dalam perhitungan)
10
Perhitungan efek gaya berat dari model-model benda berbentuk sederhana dapat digunakan sebagai pendekatan dalam koreksi dan interpretasi gaya berat.
2.5
Penentuan Densitas Batuan Kuantitas yang akan ditentukan pada eksplorasi gravitasi adalah variasi
densitas lokal secara lateral. Secara umum densitas tidak diukur secara in situ, meskipun densitas dapat diukur dengan menganalisa batuan dari sumur pemboran. Densitas juga dapat diperkirakan dari kecepatan seismik. Seringkali pengukuran densitas dilakukan di laboratorium dengan menggunakan sampel batuan dari pemboran (core). Namun hasil laboratorium jarang memberikan niali true bulk density karena sampel batuan tersebut mungkin mengalami pelapukan, fragmentasi, dehidrasi, atau alterasi dalam proses pengambilannya. Dalam eksplorasi geofisika dengan metode gravitasi dimana besaran yang menjadi sasaran utama adalah rapat masa (kontras densitas) maka perlu diketahui distribusi harga rapat massa batuan, baik untuk keperluan pengolahan data maupun interpretasi. Rapat massa batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah rapat massa butir atau matriks pembentuknya, kesarangan atau porositas dan kandungan fluida yang terdapat dalam pori-porinya. Namun demikian terdapat banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi rapat massa batuan diantaranya adalah proses pembentukan, pemadatan (kompaksi) akibat tekanan dan kedalaman serta derajat pelapukan yang telah dialami batuan tersebut.
11
Dengan demikian harga rapat massa batuan tidak dapat ditentukan secara tunggal atau unik hanya berdasarkan jenis batuannya saja, melainkan meliputi suatu distribusi harga tertentu. Dengan tambahan informasi mengenai sifat-sifat fisik dan kondisi disekitarnya maka harga rapat massa batuan dapat ditentukan secara lebih spesifik. Untuk keperluan pengolahan data atau reduksi data gravitasi terlebih dahulu perlu ditentukan harga rapat massa batuan rata-rata yang mewakili daerah penelitian. Rapat massa batuan rata-rata dapat ditentukan dengan metode antara lain:
2.5.1 Metode Core atau Sampling Metode ini merupakan metode yang mengukur secara langsung densitas batuan pada daerah lapangan dengan menganalisa di laboratorium. Hasil dari metode ini sangat akurat, walaupun ada beberapa kelemahan dalam metode ini. Selain membutuhkan biaya yang mahal, metode ini juga mempunyai perbedaan harga densitas yang diukur di laboratorium dengan pengukuran pada daerah lapangan serta tidak bisa mengukur seluruh daerah penelitian.
2.5.2 Metode Nettleton Pada metode ini, hasil dari pengukuran dibuat grafik anomali bouguer dengan berbagai macam nilai densitas dan dibandingkan dengan peta tofografi. Setelah dibandingkan sehingga menghasilkan nilai densitas yang memiliki
12
beberapa variasi minimum dengan peta tofografi yang dianggap sebagai nilai densitas yang sebenarnya. Rapat massa batuan rata-rata diperoleh dari harga rapat massa yang diasumsikan (ρo) ditambah dengan suatu faktor ‘ koreksi ‘ berdasarkan persamaan:
ρ = ρ0 +
∑(∆g rel − ∆ g rel ) (h − h) 0.04191 ∑(h − h + ∆g T − ∆ g T )
(2.5)
Dengan :
2.5.3 Metode Parasnis Untuk menetukan rapat massa telah dikembangkan oleh dikembangkan oleh parasnis. Dalam persamaan anomali bouguernya yaitu: gobs – gN + 0.3086h = (0.04193h – TC)ρ + BA
(2.6)
dengan asumsi bahwa harga anomali bouguer yang mempunyai nilai random erornya sama dengan nol pada daerah survey. Data diplot (gobs – gN + 0.3086h)
13
terhadap (0.04193h – TC) untuk memastikan garis regresi linier yang tepat pada kemiringan ρ yang dianggap sebagai nilai densitas yang benar.
2.5.4. Metoda Pengukuran Gravitasi Bawah Permukaan. Metoda ini adalah dengan cara pengukuran gravitasi bawah permukaan. Perbedaan antara dua pengukuran adalah :
δg = (0.094 – 0.02554ρ)h + Σ T
(2.7)
dengan : h = jarak tegak stasiun gravitasi pengamatan dan stasiun dibawahnya.
ΣT = Beda koreksi Terrain . rapat massa rata-rata adalah :
ρ=
(0.094h − δ g ∑ T )
(2.8)
0.02554h
Cara pendekatan ini kurang baik jika pengukuran hanya dibeberapa tempat untuk daerah penyelidikan ( survey ) gravitasi yang cukup luas.
Tabel 2.1 : Densitas Batuan
Tipe Batuan Batuan Sedimen Overburden Soil Clay Gravel Sand Sandstone Shale Limestone
Rentang Densitas ( gr / cm3)
Rata-rata ( gr / cm3)
1.20 – 2.40 1.63 – 2.60 1.70 – 2.40 1.70 – 2.30 1.61 – 2.76 1.77 – 3.20 1.93 – 2.90
1.92 1.92 2.21 2.00 2.00 2.35 2.40 2.55 14
2.28 – 2.90
2.70
Batuan beku Rhyolite Andesite Granite Granodiorite Porphyry Quartz diorite Diorite Lavas Diabase Basalt Gabbro Peridotite Acid igneous Basic igneous
2.35 – 2.70 2.40 – 2.80 2.50 – 2.81 2.67 – 2.79 2.60 – 2.89 2.62 – 2.96 2.72 – 2.99 2.80 – 3.00 2.50 – 3.20 2.70 – 3.30 2.70 – 3.50 2.78 – 3.37 2.30 – 3.11 2.09 – 3.17
2.52 2.61 2.64 2.73 2.74 2.79 2.85 2.90 2.91 2.99 3.03 3.15 2.61 2.79
Batuan Metamorf Quartzite Schists Graywacke Marble Serpentine Slate Gneiss Amphibolite Eclogite Metamorpic
2.50 – 2.70 2.39 – 2.90 2.60 – 2.70 2.60 – 2.90 2.40 – 3.10 2.70 – 2.90 2.59 – 3.00 2.90 – 3.04 3.20 – 3.54 2.40 – 3.10
2.60 2.64 2.65 2.75 2.78 2.79 2.80 2.96 3.37 2.74
Dolomite
2.6
Reduksi Gravitasi Harga gaya berat tergantung pada tempat pengukuran terhadap jaraknya ke
pusat bumi, oleh karena itu perlu dilakukan koreksi jika terdapat perbedaan
15
kondisi titik pada pengamatan terhadap kondisi teoritis tersebut dan untuk memperhitungkan akibat pengaruh alat. Pembacaan gravitasi secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga dilakukan koreksi untuk mengurangi kesalahan pembacaan gravitasi ke nilai gravitasi permukaan datum ekuipotensial seperti geoid (permukaan bumi dimanapun yang paralel dengan geoid).Menetapkan hasil pengukuran di suatu tempat di permukaan bumi (Mean Sea Level) haruslah dikoreksi dengan berbagai reduksi, antara lain :
2.6.1 Koreksi Drift ( koreksi apungan ) Adalah koreksi yang disebabkan oleh sifat alat itu sendiri yang selalu menunjukkan perubahan harga setiap waktu yang dianggap dianggap linier untuk waktu yang relatif pendek. Koreksi apungan ini sangat diperlukan untuk menghilangkan kesalahan penyimpangan harga gaya berat yang disebabkan karena transportasi di lapangan dan gaya- gaya lain (shock) yang bekerja pada alat tersebut. Alat gravimeter umumnya dirancang dengan sistem pegas setimbang, dan dilengkapi dengan massa (beban yang tergantung di ujungnya). Karena pegas tidak elastis sempurna maka akibatnya sistem pegas tidak kembali ke kedudukan semula. Hal ini mengakibatkan perubahan penunjukkan harga pengukuran gravitasi pada setiap saat di suatu tempat pengukuran yang sama. Selain itu drift dapat juga disebabkan oleh gangguan alat ( kejutan, sentakan ) selama transportasi atau selama proses pengukuran di lapangan.
16
Kesalahan drift di lapangan dapat dihitung pada setiap kisi pengamatan denagn sistem pengukuran tertutup atau sistem back to back stasiun. Secara matematis koreksi drift dapat dinyatakan sebagai berikut:
dengan : DCB = koreksi drift pada stasiun B gA
= harga gravitasi di base stasiun A pada waktu tA = harga gravitasi di base stasiun B pada waktu
(saat penutupan)
= waktu pengukuran di stasiun A (pada awal pengukuran) = waktu pengukuran di stasiun A saat penutupan = waktu pengukuran di stasiun B
2.6.2 Koreksi Pasang Surut Bumi (Tidal Correction) Koreksi pasang surut terjadi akibat adanya medan gaya berat bulan dan matahari yang mempengaruhi bumi. Prioritas dari potential gaya gravitasi di setiap titik pada permukaan bumi tergantung pada rotasi bumi di dalam medan gaya berat bulan dan matahari yang harganya berubah-ubah terhadap waktu secara periodik. Bulan dan matahari jaraknya relatif dekat dibandingkan benda langit lainnya sehingga efek benda langit lainnya dapat diabaikan sesuai orde ketelitian alat.
17
Koreksi pasang surut adalah koreksi yang harus di berikan kepada bumi untuk menyetimbangkan ke posisi normalnya. Koreksi pasang surut merupakan kebalikan dari nilai grafik pasang surut. Besarnya koreksi pasang surut bumi di titik pengamatan yang berjarak r dari pusat bumi yang disebabkan oleh bulan adalah: gm =
GMr 3 GMr (5cos 3 θ − 3cos θ ) (3cos 2 θ − 1) + 3 2 d4 d
(2.10)
Sedangkan oleh matahari: gs =
GSr (3 cos 3 φ − 1) D3
(2.11)
dengan: gm = komponen tegak pasang surut bumi akibat bulan gs
= komponen tegak pasang surut bumi akibat matahari
d
= jarak pusat bumi dan bulan
D
= jarak pusat bumi dan matahari
M = massa bulan S
= massa matahari = sudut zenith bulan = sudut zenith matahari
Koreksi pasang surut bumi total adalah superposisi dari kedua penyebab itu: gtot = gm + gs
(2.12)
dengan gtot adalah koreksi total pasang surut bumi sebagai fungsi waktu dan lintang titik pengamatan.
18
2.6.3 Koreksi Lintang (Latitude Correction) Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi gayaberat di setiap lintang geografis karena gayaberat tersebut berbeda, yang disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal dan bentuk ellipsoide. Dari koreksi ini akan diperoleh anomali medan gayaberat. Medan anomali tersebut merupakan selisih antara medan gayaberat observasi dengan medan gayaberat teoritis (gayaberat normal). Koreksi ditambah atau dikurangkan pada stasiun gaya berat yang diamati adalah tergantung dari letak stasiun tersebut lebih tinggi atau lebih rendah. Pada umumnya koreksi lintang ini digunakan untuk mendapatkan harga gaya berat teoritis jika jarak pengukuran berorde 1 – 2 km. Jika pengukuran orde kedua dari suku – suku yang lebih tinggi dapat diabaikan. gφ = gE (1 + β sin 2 φ – ε sin 2 2φ ) mgal
dg θ 1 dg 1 = = g E ( β sin 2ϕ − 2 E sin 4ϕ ) ds Rθ d θ Rθ W
= 1.307 sin 2 2 sin2 φ mgal/mil = 0.8122 sin 2 2 sin2 φ mgal/km
(2.13)
Dengan : Rφ = jari-jari ekuator = W = koreksi Lintang
2.6.4 Koreksi Udara-bebas (Free-air Correction) Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat
19
dengan sferoid referensi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali medan gayaberat di topografi. Untuk mendapat anomali medan gayaberat di topografi maka medan gayaberat teoritis dan medan gayaberat observasi harus sama-sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan. Bila g diukur di permukaan bumi pada h tertentu, diatas permukaan laut, maka harus dikoreksi terhadap ketinggian sebelum dibandingkan dengan go.
FAC = g − g 0 = 2
g0 h = 0.9406h (h dalam feet) R0
≈ 0.3086 h
( h dalam meter)
(2.14)
Koreksi udara bebas ditambahkan dalam pembacaan gravitasi untuk stasiun yang berbeda di atas bidang datum dan dikurangi jika stasiun berada di bawahnya. Jadi, semakin tinggi tempat pengamatan, maka semakin kecil nilai gaya beratnya atau sebaliknya.
Gambar 2.3 Titik amat P dengan ketinggian h terhadap geoid
2.6.5 Koreksi Bouguer Koreksi
Bouguer
merupakan
koreksi
yang
dilakukan
untuk
menghilangkan perbedaan ketinggian dengan tidak mengabaikan massa di bawahnya. Perbedaan ketinggian tersebut akan mengakibatkan adanya pengaruh
20
massa di bawah permukaan yang mempengaruhi besarnya percepatan gayaberat di titik amat. Koreksi ini mempunyai beberapa model, salah satunya adalah model slab horisontal tak hingga seperti yang digunakan dalam skripsi ini. Koreksi Bouguer slab horizontal mengasumsikan pengukuran berada pada suatu bidang mendatar dan mempunyai massa batuan dengan densitas tertentu. Koreksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Koreksi bouguer memperhitungkan tarikan material yang terdapat diantara stasiun dan bidang datum. Jika stasiun terletak di tengah daratan yang luas dan memiliki ketebalan dan densitas yang uniform, pembacaan gravitasi akan meningkat akibat tarikan material di antara stasiun dan datum. Koreksi bouguer diberikan oleh persamaan: BC = 2 π G ρ h = 0.04188 ρ h
( 2.15)
Dengan : BC = Koreksi Bouger ( mgal )
ρ = rapat massa h = ketinggian stasiun pengamatan
Gambar 2.4 Lempeng Bouguer dengan ketebalan h
21
2.6.6 Koreksi Medan (Terrain Correction) Koreksi medan digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek massa disekitar titik observasi yang tidak rata. Adanya bukit dan lembah disekitar titik amat akan mengurangi besarnya medan gaya berat yang sebenarnya. Sehingga koreksi medan yang diperhitungkan selalu positif. Karena efek tersebut sifatnya mengurangi medan gaya berat yang sebenarnya di titik amat maka koreksi medan harus ditambahkan terhadap nilai medan gaya berat. Bukit yang terletak di atas elevasi stasiun menimbulkan tarikan ke atas pada gravimeter, sedangkan lembah yang terletak di bawah elevasi stasiun menimbulkan tarikan ke bawah. Koreksi terrain ditambahkan pada pembacaan gravitasi. Untuk mempermudah koreksi di lapangan telah dibuat Hammer Chart yaitu dengan membagi area menjadi beberapa kompartemen dan membandingkan elevasi masing-masing kompartemen dengan elevasi stasiun. Hal ini dapat dilakukan dengan menumpangkan kompartemen yang dibuat dengan kertas transparan di atas peta tofografi. Diagram biasanya berupa lingkaran konsentrik dan garis radial. Efek gaya berat pada suatu sektor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 2 KT = Gρθ (r2 − r1 ) + (r1 + z 2 ) − (r2 + z 2 )
(2.16)
Dengan : KT
= Koreksi Terrain
G
= Konstanta Universal
ρ
= Rapat massa batuan
θ
= Sudut yang dibentuk oleh kompartemen 22
r
= Jari-jari lingkaran dalam
r
= Jari-jari lingkaran luar
z
= Ketinggian bukit / kedalaman lembah
1
2
=z
stasiun pengamatan
–z
rata-rata
2.7 Anomali Bouguer Harga bouger anomaly adalah harga pengamatan gaya gravitasi yang telah dikoreksi oleh koreksi- koreksi gravitasi. Data hasil observasi lapangan atau disebut data mentah tidak dapat langsung digunakan untuk interpretasi kondisi bawah permukaan suatu daerah. Dengan menerapkan koreksi-koreksi gravitasi (gaya berat) yang telah disebutkan sebelumnya pada harga pembacaan gaya berat observasi, maka diperoleh data jadi. Hasil pengukuran atau pembacaan gaya berat di lapangan yang telah direduksi terhadap efek pasang surut dan koreksi drift untuk pengamatan suatu lintasan tertutup (kembali ke titik basis), menghasilkan harga yang terkorelasi terhadap keadaan sekitar (struktur geologi) di bawah permukaan yang disebut Anomali Gravitasi. Sebenarnya harga anomali ini merupakan penyimpangan dari niliai teoritis, anomali yang di dapat di sebut Anomali Bouger. Pada dasarnya Anomali Bouger adalah selisih antara harga gaya berat pengamatan dengan harga gaya berat teoritis yang seharusnya terukur untuk titik pengamatan tersebut. Yang dimaksud harga gaya berat teoritis adalah harga gaya berat normal pada titik pengamatan yang telah dikoreksi dengan koreksi udara bebas, koreksi bouger dan koreksi medan. Dengan demikian, secara matematis
23
rumus untuk mendapatkan nilai anomali bouguer di suatu titik pengamatan, dapat dituliskan pada persamaan berikut ; BA = g
obs
=g
obs
– ( gФ – FAC + BC – TC ) – gФ + FAC - BC + TC
( 2.17 )
Dimana : BA = Bouguer Anomali g
obs
= Harga gaya berat pengamatan yang sudah dikoreksi dengan koreksi pasang surut dan koreksi drift.
gФ
= Harga gaya berat teoritis di tempat pengamatan
FAC = Free Air Correction ( Koreksi Udara Bebas ) BC = Bouger Correction ( Koreksi Bouger ) TC = Terrain Correction ( Koreksi Medan )
2.8 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi daerah studi berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu: 1. Dataran Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai dan setempat di bagian baratdaya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 – 5% (03%), ketinggian tempat di baruan utara antara 0 – 25 m dpl dan di baguan baratdaya ketinggiannya antara 225 – 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah studi.
24
2. Daerah Bergelombang Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 – 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 – 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah studi. 3. Perbukitan Berlereng Landai Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 – 15 % dengan ketinggian wilayah 25 – 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah pemetaan. 4. Perbukitan Berlereng Agak Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 – 30%, ketinggian tempat antara 25 – 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah studi. 5. Perbukitan berlereng Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 – 50%, ketinggian tempat antara 40 – 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah studi.
25
6. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 – 70%, ketinggian tempat antara 45 – 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah studi. 7. Perbukitan berlereng Curam Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 – 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah studi.
2.9 Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan dan konservasi.
2.10 Susunan Stratigrafi Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang – Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut: 1. Aluvium (Qa) Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari
26
kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 – 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir. 2. Batuan Gunung Api Gajah Mungkur (Qhg) Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting joint). 3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk) Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras. 4. Formasi Jongkong (Qpj) Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 – 50 cm, menyudut – membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga). 5. Formasi Damar (QTd) Batuannya terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batupasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus – kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 – 5
27
cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 – 20 cm, menyudut – membundar tanggung, agak keras. 6. Formasi Kaligetas (Qpkg) Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut – menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus – kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus – sedang, porositas sedang, agak keras. 7. Formasi Kalibeng (Tmkl) Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning
28
kehitaman, halus – kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak. 8. Formasi Kerek (Tmk) Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda – tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.
2.11
Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah studi umumnya berupa sesar yang
terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat – timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut – tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat – timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.
2.12 Gerakan Tanah Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%. pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir tufaan
29
mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi 4 zona kerentanan gerakan tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan Tinggi. Yaitu:
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang. Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg). Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang, kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan,
Gendang,
Kedungwinong,
Pengkol,
Kaligetas,
Banyumanik,
Tembalang, Kondri dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah studi.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah
30
yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 – 15%) sampai sangat terjal (50 – 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk). Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin, Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel, Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah studi.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 – 15%) sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg). Daerah yang termasuk zona
31
ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6 km2 (6,21%) dari seluruh daerah studi.
32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Data penelitian ini merupakan data sekunder, yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tersedia pada Sub.Bidang Gravitasi dan Tanda Waktu, Kemayoran Jakarta Pusat. Data yang diperoleh adalah data gravitasi hasil survey di daerah Semarang (peta geologi Semarang lampiran 1) pada bulan Juni 2004. Data yang digunakan terdiri dari 128 titik pengamatan yang dibatasi oleh 6,94° LS – 7,02° LS dan 110,37° BT – 110,46° BT. (Gambar 3.1 Titik- titik Pengukuran)
3.2 Peralatan Penelitian Alat yang dipergunakan untuk mengukur nilai gravitasi observasi adalah Gravimeter jenis Autograv Scintrex CG-5. CG-5 adalah gravimeter yang terakhir dari scintrex Ltd. Alat ini menawarkan semua bentuk dari standar industri rendah kebisingan CG-3m gravitasi mikro, tapi lebih ringan dan lebih kecil. Memiliki layar yang lebih luas dan memberi keleluasaan antara pengguna. CG-5 dapat dioperasikan dengan sedikit latihan pengoperasian dan penggambaran otomatis secara signifikan, mengurangi kemungkinan kesalahan membaca penurunan data bertahap telah dikurangi dengan pencegahan yang cepat antara USB dan format data yang fleksibel penahan kebisingan telah dikembangkan.
33
Gambar 3.1 Autograv Scintrex CG-5
Dengan secara terus menerus memonitor sensor elektronik, CG-5 dapat mengkompensasi
otomatis
untuk
kerusakan
dalam
gravimeter.dengan
memperhatikan masa rendah dan sifat keelastikan yang luar biasa dari kwarsa fusi tares itu sebenarnya telah tereliminasi. CG-5 bisa ditransportasikan diatas jalan kasar dan arus residual yang sisanya rendah. CG-5 bisa menahan shock lebih dari 20G dan tares akan tidak menjadi lebih dari 5 microgal. CG-5 menawarkan pengulangan yang terbaik lebih dari 10’s dari medan yang terbaca di CG-5 akan mengulang kedalam standar deviasi dari 0,0005 mgal.
Tabel 3.1 Autograv Scientrex CG-5 Resolusi
1 microgal
Arus Residual
0,02 miligal/day
Tipe Sensor
Kuarsa fusi menggunakan peniadaan elektrostatik
Jarak Kompensasi
+/- 200 arc.sec
34
Memori
1 M Byte
Data 1/O port
USB
Tampilan
¼ VGA 320 x 240 pixels
Dimensi dan Berat
31x22x21cm, 8kg termasuk baterai
Operasi jarak temperature
Temperatur Instrument Arus, sample gangguan Filter gangguan seismic
Jarak operasi
8000 Mgal tanpa setting ulang
-6.95
-6.96
-6.97
-6.98
-6.99
-7
-7.01
-7.02
110.38
110.39
110.4
110.41
110.42
110.43
110.44
110.45
110.46
Gambar 3.2 Titik- titik pengukuran
35
3.3 Metode Interpretasi Dalam menentukan sebuah besaran tertentu dari anomali Bouguer yang telah diperoleh, perlu adanya proses lanjutan yaitu interpretasi terhadap data tersebut. Interpretasi gayaberat secara umum dibedakan menjadi dua yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif . a. Interpretasi Kualitatif Interpretasi kualitatif dilakukan dengan mengamati data gravitasi berupa anomali Bouguer. Anomali tersebut akan memberikan hasil secara global yang masih mempunyai anomali regional dan residual. Hasil interpretasi dapat menafsirkan pengaruh anomali terhadap bentuk benda, tetapi tidak sampai memperoleh besaran matematisnya. Misal pada peta kontur anomali Bouguer diperoleh bentuk kontur tertutup maka dapat ditafsirkan sebagai struktur batuan berupa lipatan (sinklin atau antiklin). Dengan interpretasi ini dapat dilihat arah penyebaran anomali atau nilai anomali yang dihasilkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari peta anomali bouguer sebagai berikut: • Kondisi anomali ditunjukkan oleh pola kontur yang menutup dan berurutan, dengan harga percepatan (∆q) semakin bertambah atau berkurang menurut interval kontur menuju pusat yang dihasilkan kurva penampang anomali. • Gradien horisontal yang cukup tajam baik berkurang maupaun bertambah dapat memberi informasi adanya kontak batuan yang mempunyai kontras densitas yang nyata.
36
• Besar anomali dan ketajaman kurva sangat penting untuk penafsiran modelmodel benda anomali karena hal ini sangat berhubungan dengan kontras densitas dan kedalaman benda. Kontur benda semakin dangkal semakin tajam gradiennya. b. Interpretasi Kuantitatif Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk memahami lebih dalam hasil interpretasi kualitatif dengan membuat penampang gravitasi pada peta kontur anomali. Teknik interpretasi kuantitatif mengasumsikan distribusi rapat massa dan menghitung efek gaya gravitasi kemudian membandingkan dengan gaya gravitasi yang diamati. Interpretasi kuantitatif pada penelitian ini adalah analisis model bawah permukaan dari suatu penampang anomali Bouguer dengan menggunakan metode poligon yang diciptakan oleh Talwani. Metode tersebut telah dibuat pada software GRAV2DC. Metode yang digunakan dalam pemodelan gayaberat secara umum dibedakan kedalam dua cara, yaitu pemodelan kedepan (forward modelling) dan inversi (inverse modelling). Prinsip umum kedua pemodelan ini adalah meminimumkan selisih anomali perhitungan dengan anomali pengamatan, melalui metode kuadrat terkecil (least square), teknik matematika tertentu, baik linier atau non linier dan menerapkan batasan–batasan untuk mengurangi ambiguitas. Menurut (Talwani, 1959), pemodelan ke depan untuk menghitung efek gayaberat model benda bawah permukaan dengan penampang berbentuk sembarang yang dapat diwakili oleh suatu poligon bersisi-n dinyatakan sebagai integral garis sepanjang sisi-sisi poligon .
37
3.4 Lokasi Daerah Penelitian Daerah penelitian berada di wilayah Semarang propinsi Jawa Tengah, terletak pada koordinat 6.94° LS – 7.02° LS dan 110.37° BT – 110.46 ° BT. Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan silih berganti sepanjang tahun.
Gambar 3.3 Peta Geologi daerah Semarang
3.5 Tahapan Pengolahan Data Tujuan utama dari penyelidikan metode gravitasi adalah mencari variasi medan gravitasi antara satu titik dengan titik lainnya dalam suatu daerah. Perbedaan nilai medan gravitasi yang dicari dalam penyelidikan ini adalah perbedaan yang hanya diakibatkan oleh adanya perbedaan struktur geologi bawah permukaan antara satu titik dengan titik lainya. Akan tetapi medan gravitasi yang
38
terukur oleh gravitymeter bukan hanya medan gravitasi yang disebabkan oleh struktur geologi saja, melainkan juga adanya faktor- faktor non geologis. Oleh karena itu, pengolahan data dari hasil pengukuran dilapangan harus di koreksi dengan koreksi- koreksi gravitasi seperti koreksi udara bebas, koreksi bouger, koreksi medan, dengan nilai massa jenis yang diperoleh dari persamaan parasnis sehingga didapat harga anomali bougernya. Setelah didapat harga anomali bougernya maka dibuat peta kontur dengan menggunakan surfer 8, agar dapat di analisa.
3.6 Tahapan Penelitian Untuk mencapai tujuan dan menemukan solusi dari permasalahan, tentang perhitungan gravitasi yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan hukum Newton tentang gravitasi dan persamaan bidang kecenderungan yang dihitung dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square). Parameter-parameter yang mempengaruhi harga gaya berat tersebut dapat ditentukan dengan cara melakukan pengukuran koordinat, pengukuran ketinggian tempat, penentuan rapat massa batuan dan perhitungan koreksi medan. Setelah proses perhitungan selesai dilakukan, pembuatan peta kontur anomaly bouger dilakukan dengan menggunakan program Surfer 8. Metode yang digunakan yaitu metode parasnis. Dimana metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan nilai rata-rata densitas batuan di suatu daerah dengan menggunakan persamaan parasnis (pers.
39
2.6), kemudian di plot sehingga kemiringan/slove dari garis lurusnya merupakan nilai densitas batuannya.
Tahap pengolahan data dalam menetukan anomali bouger yaitu dengan : 1. Menghitung nilai gravitasi normal (teoritis) menggunakan persamaan ( 2.4 ) 2. Menghitung nilai koreksi udara bebas menggunakan persamaan ( 2.14 ) 3. Menghitung nilai koreksi bouger menggunakan persamaan ( 2.15 ), dengan menggunakan data pendekatan nilai rapat massa batuan yang didapatkan melalui metode parasnis. 4. Menghitung nilai anomali bouger menggunakan persamaan ( 2.17 ) 5. Membuat peta kontur anomali bouger dengan menggunakan program surfer. 6. Menginterpretasi hasil peta kontur anomali bouger.
40
Alur Penelitian
Data Penelitian Koreksi Pasut Koreksi Drift Koreksi Tinggi g observasi
Koreksi g Normal
Koreksi Udara
Koreksi Bouguer
Koreksi Medan
Anomali Bouger Lengkap
Analisis
Kesimpulan
Gambar 3.4 Diagram Alir Tahap Penelitian
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan terdiri dari 128 titik pengamatan yang dibatasi oleh 6.94° LS – 7.02° LS dan 110.37° BT – 110.46 ° BT, yang berlokasi di sekitar wilayah Semarang ( data lampiran 2 ). Data-data tersebut diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) yang tersedia pada Sub. Bidang Gravitasi dan Tanda Waktu. Penyelidikan metode gravitasi ini bertujuan untuk mencari nilai variasi medan gravitasi dari satu titik ke titik lain di suatu areal penyelidikan yang disebabkan oleh struktur geologi yang terdapat dibawah permukaan. Akan tetapi medan gravitasi yang terukur oleh gravitymeter tidak hanya disebabkan oleh struktur-struktur geologinya saja, melainkan juga faktor-faktor non geologi. Adapun faktor non geologi tersebut adalah sebagai berikut : bentuk topografi yang tidak teratur, waktu pengambilan data yang tidak serentak, perbedaan tinggi alat terhadap posisi titik- titik ukur yang berbeda- beda, dan lain sebagainya. Untuk itu dalam pengolahan data medan gravitasi harus dilakukan reduksi terhadap faktorfaktor yang tidak berhubungan dengan struktur geologi penyebab adanya anomali. Setelah dilakukan konversi nilai bacaan skala dan pengaruh yang ditunjukkan oleh gravitymeter ke miligal, maka dilakukan koreksi pasang surut dan tinggi alat. Koreksi pasut diperlukan karena pengukuran/ pengambilan data medan gravitasi juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan dan matahari, yang mengakibatkan data pengukuran di suatu titik sangat tergantung pada kapan
42
dilakukannya pengukuran itu. Selanjutnya koreksi drift diperlukan karena adanya perubahan sifat elastis komponen mekanis pada alat yang memungkinkan pembacaan titik nol pada alat tersebut sewaktu digunakan. Pada penelitian ini besar koreksi drift dianggap linear terhadap fungsi waktu. Setelah nilai gravitasi hasil pengukuran dikonversikan ke miligal, dikoreksi dengan tinggi alat (dalam miligal) dan di dapat nilai gravitasi observasi (gobs). Selanjutnya dilakukan beberapa reduksi terhadap medan gravitasi observasi yang meliputi koreksi udara bebas dan lintang, koreksi bouger dan koreksi medan, sehingga di dapat nilai anomali bouguer. Dari peta kontur tersebut dapat dilihat bahwa nilai anomali Bouger berada pada interval 10.3- 13.1 mgal dengan arah Utara-Selatan. Dimana nilainya meninggi dari arah Utara ke Selatan. Hal ini dapat terlihat dari perbedaan warna konturnya dimana warna biru muda merupakan nilai anomali bouger yang rendah sedangkan warna biru tua merupakan nilai anomali bouger yang tinggi. Dari perbedaan kerapatan peta kontur dapat diketahui bahwa pada kontur yang rapat mengindikasikan adanya material yang berbeda dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Ada beberapa kontur tertutup pada peta tersebut, yaitu terletak pada 110.44o BT dan -6.97o LS.
43
-6.95 -6.95
-6.96 -6.96
mgal
-6.97 -6.97 13.1 12.9 12.7 12.5
-6.98 -6.98
12.3 12.1 11.9
-6.99 -6.99
11.7 11.5 11.3 11.1
-7 -7
10.9 10.7 10.5 10.3
-7.01 -7.01
-7.02 -7.02
110.38
110.39
110.4
110.41
110.42
110.43
110.44 110.44
110.45 110.45
110.46 110.46
Gambar 4.1 Peta kontur anomali Bouguer dan titik pengamatannya
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan rapat massa batuan
adalah menggunakan metode parasnis. Dimana harga rapat massa
diketahui dengan menggunakan persamaan parasnis yang di plot sehingga kemiringan dari garis lurusnya merupakan harga rapat massa batuannya. Dalam penelitian ini diperoleh harga rapat massa bouguer sebesar 2.085 gr/cm3.
44
Gambar 4.2 korelasi antara profil topografi terhadap variasi rapat massa
Grafik di atas merupakan korelasi antara profil topografi terhadap variasi rapat massa, di mana pada sumbu x merupakan harga variasi rapat massa dengan satuan gr/cm3, sedangkan
pada sumbu y merupakan profil topografi dengan
satuan meter. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar harga rapat massa maka jaraknya semakin jauh.
45
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa : 1. Dari perhitungan nilai anomali bouguer terlihat bahwa nilai anomali yang terkecil adalah 10.3 mgal sedangkan yang terbesar adalah 13.1 mgal. 2. Nilai rapat massa batuan dengan menggunakan metode parasnis didapat hasil ρ= 2.085 gr/cm³.
5.2 Saran Dalam pengukuran data gravitasi, sebaiknya diperhatikan juga data perekaman posisi titik pengamatan tersebut, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap penyebaran distribusi titik dan anomali bouguernya.
46
DAFTAR PUSTAKA Grant, F.S., and West, G.F., Interpretation Theory in Applied Geophysics, Mc Graw Hill, New York; 1965. Hartono, 2002. Interpretasi Medan Gravitasi Regional dan Residual Studi Kasus Gunung Api Batur, Bali, Tesid S-2 UGM, Yogyakarta. Iwan Suswandi, 2002. Analisis data anomaly medan gravitasi local untuk menafsirkan bentuk struktur batuan beku di daerah Parangtritis. UGM. Yogyakarta. Maison, 2001. Estimasi Penyebaran Intrusi Batuan Beku di Parangtritis berdasarkan Analisa Anomali Medan Gravitasi, Teknik Geologi, UGM. Yogyakarta Marzuki dan Otong, R., 1991. Peta Anomali Bouguer Lembar Magelang dan Semarang, Jawa. Direktorat Geologi. Riyadi Mochammad, Penafsiran Metode Kedepan Menggunakan Prinsip “Bouger Slab” Model Benda 2½ Dimensi Pada Data Gravitasi Daerah Pemali Bangka. [skripsi]. Universitas Indonesia, Fakultas MIPA; 1991. Jakarta Subandriyo, 2001. Penyelidikan Anomali Medan Gravitasi di Gunung Api Batur, Bali untuk interpretasi Struktur Bawah Permukaan , UGM. Yogyakarta Thanden, RE. Sumandirdja. Richards. Sutisna, K dan Amin, TC. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang Jawa. Direktorat Geologi. Tim Metode Gravitasi dan GPS Workshop Geofisika, 2000. FMIPA UGM, Yogyakarta.
47
LAMPIRAN 2 DATA GRAVITASI DAERAH SEMARANG No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Stasiun Kop A.Yani 15 AKPOL ATAQWAchek Barito Seluler BCA BTPN DTK019 DTK371 Kop A.Yani 16 GL01 GKI Gondomono TTG447 Layang LIK Marhaens Marina Nurul huda Pajak PEUGEOT POLMIL
Lintang -7.0046583 -7.0154919 -6.9998052 -6.9886976 -6.9988018 -7.0015845 -6.9792694 -6.9813833 -7.0078742 -6.9641059 -6.9891886 -6.9686985 -7.02422 -6.97195 -6.9576296 -6.9955091 -6.9462265 -6.9669208 -6.9696895 -6.985023 -6.9839761
Bujur 110.4087682 110.4183327 110.402069 110.4394988 110.4423293 110.4330973 110.3767763 110.4013869 110.4161311 110.4224698 110.4316841 110.4030842 110.42 110.4421549 110.4491057 110.435261 110.3924835 110.4122011 110.423139 110.4348861 110.3843359
ketinggian 91.037 99.746 10.335 2.786 5.795 8.599 2.055 4.673 91.059 2.105 3.339 0.531 105.367 1.582 1.13 4.214 1.741 0.691 0.824 3.152 2.956
Grav.Obs 978099.396 978097.717 978116.687 978119.1 978119.394 978118.892 978118.157 978117.309 978098.65 978118.611 978118.904 978118.742 978096.282 978118.587 978118.576 978119.026 978117.464 978119 978118.937 978118.663 978117.565
G.Lintang 978107.9047 978108.1391 978107.7998 978107.5599 978107.7781 978107.8382 978107.3567 978107.4022 978107.9742 978107.0303 978107.5705 978107.1291 978108.3282 978107.199 978106.8911 978107.707 978106.6464 978107.0908 978107.1504 978107.4807 978107.4581
FAC 28.094 30.782 3.189 0.86 1.788 2.654 0.634 1.442 28.101 0.65 1.03 0.164 32.516 0.488 0.349 1.3 0.537 0.213 0.254 0.973 0.912
BC 7.943 8.702 0.902 0.243 0.506 0.75 0.179 0.408 7.945 0.184 0.291 0.046 9.193 0.138 0.099 0.368 0.152 0.06 0.072 0.275 0.258
TC 0.67 0.67 0.18 0.023 0.045 0.077 0.063 0.039 0.142 0.016 0.071 0.02 0.179 0.012 0.004 0.148 0.005 0.023 0.02 0.041 0.087
49
AB 12.313 12.327 11.355 12.18 12.944 13.034 11.318 10.98 10.974 12.063 12.144 11.75 11.456 11.75 11.939 12.4 11.208 12.085 11.989 11.921 10.848
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
PRPP Lama RS Elisabeth RSPS Sampurna Simongan DTK002SP5 SMU14 ST Lantas Poncol ST Tawang Sutoyo T PANDAN Tanah Mas Tanah Putih Temas02 TLIPPO TMP TTG446chekawal Ujung barito UNISULA DTK078 DTK370 K1 K2 K3
-6.961954 -7.00828 -6.95665 -6.9609395 -6.9909138 -6.990454 -6.958708 -6.9682284 -6.9733353 -6.964693 -6.9859308 -6.9876212 -6.9632081 -7.0115748 -6.9535391 -6.9696969 -6.9973024 -6.9837881 -6.9601428 -6.9561732 -6.98374 -6.97132 -6.9653 -6.96536 -6.96385
110.3902532 110.41774 110.4232854 110.4373424 110.4020736 110.4235599 110.4005791 110.4290372 110.414934 110.4281973 110.4194829 110.4172362 110.4109986 110.4316758 110.4054594 110.4307881 110.4196442 110.4095298 110.4421363 110.4585473 110.39012 110.39047 110.45859 110.45975 110.46156
0.678 90.368 0.674 0.656 7.485 3.51 0.653 0.603 1.692 1.027 3.196 3.815 1.291 54.901 0.532 1.028 13.086 4.685 3.926 1.262 3.447 1.678 1.608 1.853 1.849
978117.923 978100.09 978118.622 978118.888 978117.648 978119.044 978118.512 978118.764 978118.824 978118.723 978118.644 978118.807 978118.27 978108.51 978118.658 978118.687 978116.945 978118.669 978117.942 978118.585 978118.081 978118.014 978118.606 978118.607 978118.617
978106.984 978107.983 978106.8701 978106.9622 978107.6078 978107.5978 978106.9143 978107.119 978107.2289 978107.0429 978107.5003 978107.5367 978107.011 978108.0543 978106.8033 978107.1505 978107.7457 978107.454 978106.9451 978106.8598 978107.453 978107.1855 978107.056 978107.0573 978107.0248
0.209 27.888 0.208 0.202 2.31 1.083 0.202 0.186 0.522 0.317 0.986 1.177 0.398 16.942 0.164 0.317 4.038 1.446 1.212 0.389 1.064 0.518 0.496 0.572 0.571
0.059 7.884 0.059 0.057 0.653 0.306 0.057 0.053 0.148 0.09 0.279 0.333 0.113 4.79 0.046 0.09 1.142 0.409 0.343 0.11 0.301 0.146 0.14 0.162 0.161
0.023 0.142 0.006 0.008 0.135 0.073 0.011 0.015 0.035 0.009 0.075 0.095 0.017 0.21 0.011 0.019 0.184 0.092 0.005 0.004 0.04 0.004 0.004 0.004 0.004
50
11.112 12.252 11.907 12.079 11.832 12.296 11.753 11.794 12.005 11.916 11.926 12.21 11.562 12.818 11.983 11.783 12.28 12.344 11.871 12.009 11.431 11.204 11.91 11.964 12.005
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 K19 K20 K21 K22 K23 K24 K25 K26 K27 K28
-6.96413 -6.96424 -6.96449 -6.96405 -6.96326 -6.96315 -6.96292 -6.96294 -6.96165 -6.96181 -6.96193 -6.96205 -6.96214 -6.96135 -6.96173 -6.96098 -6.96082 -6.96078 -6.96063 -6.96061 -6.96051 -6.95996 -6.95932 -6.95941 -6.95954
110.45959 110.45816 110.45677 110.45614 110.45569 110.45687 110.45959 110.4615 110.46132 110.45927 110.45832 110.45686 110.4556 110.45556 110.45386 110.45387 110.45555 110.45697 110.45818 110.45934 110.46069 110.46113 110.46112 110.4593 110.45789
1.792 1.921 1.871 1.703 1.694 1.487 1.53 1.848 2.065 1.643 2.288 1.914 1.443 1.525 1.897 1.845 1.396 1.677 1.701 1.666 1.742 1.858 1.888 1.912 1.408
978118.576 978118.596 978118.585 978118.544 978118.573 978118.632 978118.639 978118.646 978118.514 978118.601 978118.409 978118.527 978118.635 978118.631 978118.528 978118.554 978118.651 978118.627 978118.605 978118.612 978118.659 978118.606 978118.584 978118.551 978118.669
978107.0308 978107.0332 978107.0386 978107.0291 978107.0121 978107.0097 978107.0048 978107.0052 978106.9775 978106.9809 978106.9835 978106.9861 978106.988 978106.9711 978106.9792 978106.9631 978106.9597 978106.9588 978106.9556 978106.9552 978106.953 978106.9412 978106.9274 978106.9294 978106.9322
0.553 0.593 0.577 0.526 0.523 0.459 0.472 0.57 0.637 0.507 0.706 0.591 0.445 0.471 0.585 0.569 0.431 0.518 0.525 0.514 0.538 0.573 0.583 0.59 0.435
0.156 0.168 0.163 0.149 0.148 0.13 0.133 0.161 0.18 0.143 0.2 0.167 0.126 0.133 0.166 0.161 0.122 0.146 0.148 0.145 0.152 0.162 0.165 0.167 0.123
0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004
51
11.946 11.992 11.965 11.896 11.94 11.955 11.977 12.054 11.998 11.988 11.936 11.969 11.97 12.002 11.973 12.003 12.004 12.043 12.03 12.03 12.096 12.08 12.078 12.049 12.053
72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
K29 K30 K31 K32 K33 K34 K35 K36 K37 K38 K39 K40 K41 K42 K43 K44 K45 K46 K47 S1 S2 S3 S4 S5 S6
-6.95961 -6.96009 -6.96016 -6.95933 -6.95891 -6.95862 -6.95845 -6.95831 -6.95819 -6.95736 -6.95767 -6.95788 -6.95795 -6.95907 -6.96068 -6.96022 -6.95866 -6.9585 -6.95841 -6.96224 -6.96199 -6.96058 -6.95909 -6.95784 -6.95631
110.45665 110.45505 110.45338 110.45333 110.45541 110.45617 110.45766 110.4592 110.46095 110.46119 110.45914 110.45762 110.45605 110.45231 110.45243 110.45012 110.449 110.4499 110.45092 110.39127 110.39366 110.39293 110.39259 110.39244 110.3924
1.579 1.11 1.835 2.15 1.744 2.233 1.231 1.755 1.812 1.75 1.877 1.876 1.878 2.019 1.8 1.88 1.437 1.444 1.473 1.541 1.864 1.777 1.955 1.995 1.929
978118.666 978118.743 978118.591 978118.678 978118.576 978118.644 978118.402 978118.61 978118.579 978118.587 978118.626 978118.475 978118.625 978118.507 978118.499 978118.46 978118.641 978117.411 978118.652 978117.852 978117.959 978117.944 978117.86 978117.803 978117.847
978106.9337 978106.944 978106.9455 978106.9276 978106.9186 978106.9124 978106.9087 978106.9057 978106.9032 978106.8853 978106.892 978106.8965 978106.898 978106.9221 978106.9567 978106.9468 978106.9133 978106.9098 978106.9079 978106.9902 978106.9848 978106.9545 978106.9225 978106.8956 978106.8628
0.487 0.343 0.566 0.663 0.538 0.689 0.38 0.542 0.559 0.54 0.579 0.579 0.58 0.623 0.555 0.58 0.443 0.446 0.455 0.476 0.575 0.548 0.603 0.616 0.595
0.138 0.097 0.16 0.188 0.152 0.195 0.107 0.153 0.158 0.153 0.164 0.164 0.164 0.176 0.157 0.164 0.125 0.126 0.129 0.134 0.163 0.155 0.171 0.174 0.168
0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005
52
12.086 12.049 12.056 12.23 12.047 12.23 11.77 12.097 12.081 12.093 12.153 11.998 12.147 12.036 11.945 11.933 12.05 10.825 12.074 11.208 11.392 11.388 11.375 11.354 11.416
97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
-6.95618 -6.95549 -6.95526 -6.95466 -6.95564 -6.9543 -6.95396 -6.95459 -6.95483 -6.9629 -6.96283 -6.9631 -6.96457 -6.96567 -6.96542 -6.96358 -6.96767 -6.96781 -6.9677 -6.96769 -6.9658 -6.9645 -6.96438 -6.9654 -6.9654
110.39361 110.39483 110.39608 110.39647 110.39204 110.39145 110.39056 110.38976 110.38911 110.38831 110.38718 110.38623 110.38619 110.38634 110.38403 110.38371 110.38403 110.38548 110.38654 110.38853 110.38882 110.38927 110.39045 110.39031 110.39203
1.811 2.1 2.655 2.351 1.134 1.831 1.273 2.074 2.064 1.61 1.916 2.047 2.665 2.007 0.952 2.671 1.386 0.974 1.084 0.981 1.55 0.912 1.312 1.205 1.433
978117.89 978117.547 978117.513 978117.62 978117.897 978117.714 978117.712 978117.609 978117.537 978117.635 978117.534 978117.463 978117.553 978117.633 978117.493 978117.143 978117.412 978117.685 978117.662 978117.725 978117.808 978117.581 978117.854 978117.838 978117.943
978106.86 978106.8452 978106.8402 978106.8273 978106.8484 978106.8196 978106.8123 978106.8258 978106.831 978107.0044 978107.0029 978107.0087 978107.0403 978107.0639 978107.0586 978107.019 978107.1069 978107.11 978107.1076 978107.1074 978107.0667 978107.0388 978107.0362 978107.0581 978107.0581
0.559 0.648 0.819 0.726 0.35 0.565 0.393 0.64 0.637 0.497 0.591 0.632 0.822 0.619 0.294 0.824 0.428 0.301 0.335 0.303 0.478 0.281 0.405 0.372 0.442
0.158 0.183 0.232 0.205 0.099 0.16 0.111 0.181 0.18 0.14 0.167 0.179 0.233 0.175 0.083 0.233 0.121 0.085 0.095 0.086 0.135 0.08 0.114 0.105 0.125
0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005
53
11.436 11.172 11.265 11.318 11.305 11.305 11.186 11.247 11.168 10.992 10.96 10.912 11.108 11.018 10.65 10.72 10.617 10.796 10.799 10.84 11.089 10.749 11.113 11.052 11.207
122 123 124 125 126 127 128
S32 S33 S34 S35 S36 S37 PRPP Baru
-6.96772 -6.96983 -6.96983 -6.96982 -6.96987 -6.9699 -6.9624
110.39104 110.39018 110.38845 110.38689 110.38557 110.38456 110.39027
1.312 0.835 0.713 1.035 1.162 1.081 1.483
978117.807 978117.043 978117.918 978117.791 978117.674 978117.638 978117.779
978107.108 978107.1534 978107.1534 978107.1532 978107.1543 978107.1549 978106.9936
0.405 0.258 0.22 0.319 0.359 0.334 0.458
0.114 0.073 0.062 0.09 0.101 0.094 0.129
0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005
54
10.994 10.079 10.927 10.872 10.782 10.727 11.119
LAMPIRAN I
48