VOL. 1, NO. 2, APRIL, 2016
ISSN: 2476-9703 Journal homepage: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna
Penelitian Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik INFORMASI ARTIKEL
A B S T R AK
Penulis: Muhammad Iqbal Ansari Dosen Prodi Penddikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Kalimantan MAB, Banjarmasin, Indonesia
Indonesia Pendahuluan: Penelitian bertujuan adalah untuk mendapat gambaran mengenai rutinitas keagamaan yang diterapkan oleh SDIT Ukhuwah Banjarmasin sebagai Islamic full day school dalam membentuk karakter religius peserta didik. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil: SDIT Ukhuwah Banjarmasin melaksanakan beberapa runitas keagamaan untuk membentuk karakter religius peserta didik. Rutinitas tersebut dilaksanakan dalam empat fase waktu, yaitu rutinitas harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Rutinitas keagamaan yang dilaksanakan ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang bersifat vertikal berwujud hubungan peserta didik dengan Allah Swt., seperti shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa, puasa, dan mengucapkan kalimah thayyibah. Adapun yang bersifat horizontal berwujud hubungan manusia dengan sesamanya seperti kegiatan program Teman Asuh, zakat fitrah, qurban, dan berkunjung ke panti sosial.
Email:
[email protected] Riwayat Artikel: Diterima11Agustus 2016 Disetujui 25 Februari 2016 Kata Kunci: Rutinitas Keagamaan, Islamic Full Day School, Karakter Religius Halaman: 31-45
English Introduction: The purpose of the research is to find out the description of religious daily routines applied by SDIT Ukhuwah Banjarmasin as an Islamic full-day school in forming the students’ religious character. Method: The method that used in this research is qualitative. Result: Results of the research show the school perfoms some religious routines to form the students’ religious character in four periods of time; daily, weekly, monthly and yearly routines. These religious routines have vertical and horizontal forms. Vertical forms mean the relationship between the students and Allah SWT., as shalah, recite the Holy Qur’an, pray, shaum, and say kalimah thayyibah. Horizontal forms are the relationship between human and each other, as program Teman Asuh, zakat fithrah, qurban, and visiting orphanages.
Hosting by www.uniska-bjm.ac.id All rights reserved.
32
Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School…, Oleh: Muhammad Iqbal Ansari : 70-78
(2) self-esteem; (3) empathy; (4) loving the
1. PENDAHULUAN Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan
yang
didirikan
dan
diselenggarakan dengan niat yang kuat untuk merealisasikan ajaran-ajaran Islam, sebagaimana tertuang dalam visi, misi, tujuan, program kegiatan maupun praktik pelaksanaan pendidikannya. Pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan
salah
satu
wujud
dari
pengembangan sistem pendidikan Islam (Muhaimin, 2014: 7). UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) menjelaskan
bahwa
pendidikan
agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak
mulia
(Kementerian
Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum, 2010:2). Untuk membentuknya diperlukan pengembangan secara
terpadu,
Knowing,
yang
ketiga yaitu
dimensi pertama,
meliputi:
(1)
berikut Moral moral
awareness; (2) knowing moral values; (3) perspective-taking; (4) moral reasoning; (5) decision making; (6) sef knowledge. Kedua, moral feeling, yang meliputi: (1) conscience;
good; (5) self control; (6) humality. Ketiga, moral
action,
yang
mencakup:
(1)
competence; (2) will; (3) habit (Lickona, 1991). Pada lingkup moral action, supaya peserta didik terbiasa mempunyai will (kemauan) dan competence (kompeten) dalam
mewujudkan
ketakwaan
tersebut,
keimanan maka
dan
diperlukan
pembinaan terpadu di antara para tenaga pendidik
dan
tenaga
kependidikan
di
sekolah. hal ini dikarenakan iman itu yazid wa yanqush, bisa bertambah dan bisa berkurang.
Keimanan,
ketakwaan,
dan
akhlak mulia yang sudah melekat pada diri peserta didik terkadang bisa hilang karena dorongan hawa nafsu. Tafsir (2013:124) mengatakan bahwa inti beragama adalah masalah sikap, dan sikap beragama intinya adalah iman. Karena itu jika berbicara mengenai pendidikan Agama Islam, maka berarti
berbicara
mengenai
bagaimana
pembentukan iman. Sepertinya tidak adil jika sekolah dipandang sebagai satu-satunya institusi yang dikatakan berkaitan dengan dekadensi moral, sementara masyarakat dan keluarga
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
33
seolah luput dari perhatian. Sedangkan di
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
sekolah, pembinaan moral tidak cukup
ibadah agama lain, dan hidup rukun
teratasi dengan mata pelajaran PAI yang
dengan
hanya 2 jam pelajaran per pekan. Karena itu
Pengembangan nilai karakter tersebut harus
sangat tidak adil mengkambinghitamkan
dilaksanakan dengan perencanaan yang
PAI di sekolah berkaitan dengan rendahnya
baik, pendekatan yang sesuai, dan metode
moral peserta didik.
belajar serta pembelajaran yang efektif.
Pendidikan karakter hadir sebagai suatu
langkah
strategis
bagi
pemeluk
agama
lain.
Implementasi nilai-nilai karakter hendaknya dilaksanakan
secara
menyeluruh
yang
keberlangsungan dan keunggulan bangsa di
meliputi konteks makro dan mikro. Konteks
masa akan datang, di mana terdapat 18
makro lebih bersifat nasional sedangkan
karakter yang menjadi menjadi tujuan
konteks mikro
berdasarkan
satuan pendidikan (Majid dan Andayani,
rumusan
Kementerian
yang menduduki urutan pertama adalah
pendidikan yaitu TK, SD, SLTP, dan SLTA,
karakter religius. Terlebih dengan adanya
maka pada SD merupakan tingkatan yang
kekhawatiran terhadap berbagai perilaku
paling penting dalam penanaman karakter,
menyimpang lulusan pendidikan saat ini
karena pada tingkatan ini peserta didik
seperti
narkoba,
menjalani masa belajar selama enam tahun,
maupun aksi teror yang di awal Januari
paling lama dari tiga tingkatan sekolah
2016 ini terjadi di kawasan Mall Sarinah,
lainnya,
Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, maka
sekalipun.
bebas,
penting sekali untuk mengembangkan nilai religius dalam diri peserta didik.
bahkan
empat
satu
2011:38).
seks
antara
pada
Pendidikan Nasional, dan salah satunya
korupsi,
Di
berlangsung
di
tingkatan
perguruan
tinggi
Terkait dengan hal tersebut, dewasa ini terdapat sebuah sistem pendidikan
Berdasarkan pedoman pelaksanaan
sekolah
dasar
yang
sangat
menarik
pendidikan karakter yang bersumber dari
perhatian masyarakat, yaitu sekolah dasar
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
bersistem
Kurikulum
religius
Meningkatnya jumlah orang tua karir,
merupakan sikap dan perilaku yang patuh
perubahan sosial budaya, dan kemajuan
dalam melaksanakan ajaran agama yang
informasi
(2010),
karakter
Islamic
teknologi
full
yang
day
school.
mempunyai
34
Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School…, Oleh: Muhammad Iqbal Ansari : 70-78
pengaruh negatif menjadi alasan para orang
yang didambakan banyak para orang tua
tua
yang menginginkan anak mereka menjadi
untuk
memasukkan
putera-puteri
mereka ke sekolah dasar bersistem ini. Menurut
tidak
hanya
cerdas
intelektual, namun bagus sisi religiusnya,
artikelnya yang berjudul Pesanteran VS Full
dalam kata lain generasi yang berakhlak.
Day System, Full day school merupakan
Sesuai dengan misi Rasulullah Saw. yang
model sekolah umum yang memadukan
diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan
sistem pengajaran Islam secara intensif
kemuliaan akhlak, berdasarkan hadits yang
yaitu dengan memberi tambahan waktu
berbunyi:
khusus untuk pendalaman keagamaan bagi
ﻰ أ َ ْﻧﺒَﺄَﻧَﺎ أَﺑُﻮ ﺻﺒَﮭَﺎﻧِ ﱡ ْ َ أ َﺧْ ﺒَﺮَ ﻧَﺎ أَﺑُﻮ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْﻦُ ﯾُﻮﺳُﻒَ اﻷ
peserta didik.
ﻋﺒَ ْﯿ ٍﺪ ُ ُ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪُ ﺑْﻦ: ﻰ َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﺑَﻜ ٍْﺮ ّ ِ ِﺳ ِﻌﯿ ِﺪ ﺑْﻦُ اﻷَﻋْﺮَ اﺑ َ sekolah
(2008)
yang
dalam
Model
Sismanto
generasi
ini
dilaksanakan
ُ ﻋ ْﺒﺪ َ ُﻮر َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ٍ ﺳﻌِﯿﺪُ ﺑْﻦُ َﻣ ْﻨﺼ َ ى َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ا ْﻟﻤَﺮْ ورﱡ و ِذ ﱡ
sehari penuh dari pagi hingga sore hari
ِﯾﺰ ﺑْﻦُ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ أ َﺧْ ﺒَﺮَ ﻧِﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪُ ﺑْﻦُ ﻋَﺠْ ﻼَنَ ﻋَﻦ ِ ا ْﻟﻌ َِﺰ
yaitu dari pukul 07.30-15.30, lebih lama dari pembelajaran
di
SD
pada
umumnya.
Namun pelaksanaan kegiatan pembelajaran hanya dilaksanakan pada hari senin hingga
َ ا ْﻟﻘَ ْﻌﻘَﺎعِ ﺑْﻦِ َﺣﻜِﯿﻢٍ ﻋَﻦْ أَﺑِﻰ ﺻَﺎ ِﻟﺢٍ ﻋَﻦْ أَﺑِﻰ ھُﺮَ ﯾْﺮَ ة » إِﻧﱠﻤَﺎ: -ﷺ- ِ ﻋ ْﻨﮫُ ﻗَﺎ َل ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮ ُل ا ﱠ َ ُﻰ ا ﱠ َ ﺿ ِ َر ِى ﻋَﻦ َ َﻛﺬَا رُ ِو.« ق ِ ََﺎر َم اﻷ َﺧْ ﻼ ِ ﺑُ ِﻌﺜْﺖُ ﻷُﺗ َ ِ ّﻤ َﻢ َﻣﻜ
minggu
.ى ّ ِ اﻟﺪﱠرَ اوَ رْ ِد
diliburkan. Sekolah model ini dirancang
Artinya: Mengabarkan kepada kami
sedemikian rupa layaknya sekolah formal,
Abu Muhammad bin Yusuf Al-Ashabahan,
juga didesain mampu memberikan harapan
mengabarkan kepada kami Abu Sa’id bin
pasti terhadap masyarakat. Misalnya, nilai
Al’A’raby, mengabarkan kepada kami Abu
lebih yang belum diberikan saat pelajaran
Bakar:
formal berlangsung, antara lain latihan
Marwarudzy mengabarkan kepada kami
belajar
Sa’id bin Manshur, mengabarkan kepada
jum’at,
sedangkan
sabtu
kelompok,
dan
dan
latihan
Muhammad
Abdul
‘Aziz
bin
bin
Ubaid
Al-
melaksanakan kegiatan keagamaan seperti
kami
Muhammad
shalat wajib berjamaah, sunnah dhuha,
mengabarkan kepadaku Muhammad bin
latihan membaca doa bersama dan lain
‘Ajlan dari Al-Qa’qa’ bin Hakim dari Abu
sebagainya. Suasana ini yang sesungguhnya
Shalih dari Abu Hurairah radhiyallahu
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
35
‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
kinestetis menyangkut sehat secara medis,
‘alaihi wa sallam bersabda “hanyasanya aku
tahan cuaca, tahan bekerja sama dan
diutus untuk menyempurnakan kemuliaan
tumbuh dari rezeki yang halal (Muhaimin,
akhlak”. (sebagaimana yang diriwayatkan
2009:105).
oleh Ad-Darawardi)
Pembentukan nilai karakter pada
Hadits tersebut mengandung makna
diri peserta didik dapat dilaksanakan dalam
yang sangat luas dan mendalam mengenai
berbagai strategi, di antaranya melalui
akhlak. Insan Cerdas Komprehensif (sebagai
rutinitas
salah satu visi pendidikan nasional), yakni
sebagaimana
cerdas
bahwa
spiritual,
sosial, dan
intelektual,
emosional,
kinestetis adalah
atau
pembiasaan.
hasil
metode
penelitian
Hal
ini
Depiyanti
pembentukan
karakter
termasuk
peserta didik di Islamic full day school
manifestasi dari makarimal akhlaq. Cerdas
dilakukan melalui pengalaman langsung
spiritual menyangkut kemampuan selalu
dan rutinitas (Melissa, 2012). Dan pada
merasa diawasi oleh Allah (iman), gemar
penelitian lain, seperti yang dilakukan oleh
berbuat lillahi ta’ala, disiplin beribadah
Nurul Arafat upaya Islamic full day school
mahdhah, sabar berikhtiar serta pandai
untuk membentuk karakter religius peserta
bersyukur dan berterima kasih. Cerdas
didik
emosional
kemampuan
keagamaan seperti sholat dhuha berjamaah,
mengendalikan emosi, mengerti perasaan
sebelum dan sesudah pembelajaran dimulai
orang lain, senang bekerja sama, menunda
dengan berdoa serta membaca tahfidz,
kepuasan sesaat, dan berkepribadian stabil.
makan minum berdoa dan tidak boleh
Cerdas
senang
berdiri, berdoa ketika masuk dan keluar
berkomunikasi, senang menolong, senang
WC, taat beribadah, dan menghormati
berteman, gemar berbuat sehingga orang
agama lain (Arafat, 2015).
menyangkut
sosial
menyangkut
lain senang, dan senang bekerja sama. Cerdas
intelektual
melalui
kegiatan
rutinitas
Berlatar belakang paparan tersebut
cerdas,
di atas, maka peneliti berupaya untuk
pintar, kemampuan membedakan yang baik
meneliti sehingga mendapatkan gambaran
dan
mengenai
buruk,
benar
menyangkut
ialah
dan
salah,
serta
pelaksanaan
kemampuan menentukan prioritas mana
karakter
yang
Banjarmasin
lebih
bermanfaat.
Dan
cerdas
religius
di
sebagai
pembentukan SDIT
Ukhuwah
sekolah
dasar
36
Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School…, Oleh: Muhammad Iqbal Ansari : 70-78
bersistem Islamic full day school. Penentuan
dari segi pendidikannya 99% alhamdulillah
sekolah dasar ini sebagai tempat penelitian
tuntas di sekolah. Saya sangat bersyukur
dikarenakan sekolah ini merupakan Islamic
dengan Allah Swt. dan terima kasih kepada
full day school pertama yang terdapat di
SDIT Ukhuwah Banjarmasin.”
Kalimantan Selatan, dan menjadi cikal bakal
Ibu
Vera
juga
mengungkapkan
tumbuhnya sekolah dasar serupa di daerah
pendapatnya mengenai aktifitas anaknya,
ini. Dan terbukti, berdasarkan pendapat
beliau berkata:
para orang tua peserta didik dari sekolah
“Alhamdulillah anak saya selalu
tersebut bahwa telah tertanam nilai religius
membiasakan diri untuk shalat tahajjud,
pada diri putera- puteri mereka dengan
sehingga prestasinya juga ikut bagus.”
indikator tepat melaksanakan shalat lima
Berdasarkan
beberapa
pendapat
waktu, shalat dhuha, shalat tahaajjud,
orang tua peserta didik SDIT Ukhuwah di
gemar membaca Al-Qur’an dan berbuat
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
baik
terdapat suatu upaya yang dilakukan oleh
terhadap
sesama.
Seperti
yang
disampaikan oleh Bapak Khairuddin:
pihak sekolah untuk membentuk karakter
“Ketiga anak saya bersekolah di
religius peserta didik, sehingga peneliti
SDIT Ukhuwah. Perkembangan keilmuan
berinisiatif untuk mengungkap gambaran
dan
ibadah
mengenai bentuk kegiatan atau rutinitas
mereka teratur dan disiplin. Saya sangat
keagamaan yang dilaksanakan oleh sekolah.
bahagia.”
Untuk membentuk peserta didik menjadi
akhlak
mereka
seimbang,
Pendapat yang hampir sama juga dilontarkan oleh Bapak Hamberani, yaitu: “Alhamdulillah setelah anak saya
manusia
yang
kepada
Tuhan
berakhlak
beriman Yang
mulia
dan
Maha
tidak
bertakwa Esa
bisa
serta hanya
sekolah di SDIT Ukhuwah nilai-nilai agama
mengandalkan pada mata pelajaran PAI
dan kedisiplinannya sangat tertanam dalam
yang
kesehariannya baik kepada orang tua,
perminggu,
keluarga maupun orang lain; 1. anak saya
pembinaan
melakukan shalat 5 waktu dengan tepat.
berkelanjutan
waktu dan selalu membaca Al Qur’an; 2.
pendidikan agama, baik di dalam kelas,
hanya
beberapa namun
secara di
jam
juga
terus luar
pelajaran diperlukan
menerus jam
dan
pelajaran
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
maupun di luar kelas, atau di luar sekolah.
dikembangkan Analisis
Penelitian ini berjudul “Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School Membentuk
Peserta
Didik
Karakter
(Studi
dilakukan
penelitian.
mulai
tahapan
pengumpulan data, reduksi data, paparan
2. METODE PENELITIAN
dalam
sepanjang
37
Kasus
Religius di
data, dan verifikasi atau pengambilan kesimpulan.
3. HASIL PENELITIAN SDIT
SDIT
Ukhuwah Banjarmasin). Berdasarkan judul
melakukan
tersebut,
maka
dalam
mencari
gambaran
penelitian
ini
mengenai
bersifat rutinitas
Ukhuwah
Banjarmasin
perencanaan
pembentukan
yang
matang
karakter
religius
pesera didik, hal ini bisa dilihat dari
keagamaan yang dilaksanakan di sekolah
dokumen
tersebut.
pendidikan, serta observasi kegiaan sehari-
Sumber data berupa data primer dan
di
dipilih
jenjang
penelitian
ini
yaitu:
para
guru,
kalender
hari yang dilaksanakan pihak sekolah saat
data sekunder, sumber data primer yang dalam
RPP
mesjid.
Setidaknya
rutinitas
terdapat
empat
keagamaan
yang
atau
dilaksanakan oleh SDIT Ukhuwah, yaitu
aktivitas, tempat atau lokasi. Sumber data
kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan,
sekunder yang menjadi rujukan peneliti
dan tahunan.
narasumber
(informan),
peristiwa
dalam hal ini adalah semua dokumen SDIT Ukhuwah
Banjarmasni,
baik
berupa
dokumen tertulis seperti peraturan sekolah,
1. Rutinitas Keagamaan Harian a. Murojaah hafalan Al-Quran
jadwal pelajaran, buku panduan kurikulum,
Di SDIT Ukhuwah, setiap menjelang
RPP, silabus, kalender akademik, serta
pembelajaran di kelas di mulai, para peserta
dokumen yang berbentuk foto atau video
didik
dan data lain-lainnya. Pengumpulan data
mengulang hafalan mereka tanpa membuka
dilakukan dengan observasi, wawancara,
Al-Qur’an (bil hifzhi). Berbedanya tingkatan
kajian
kelas,
dokumentasi
dan
triangulasi.
akan
diajak
maka
para
berbeda
Kegiatan
ini
guru
pula tidak
untuk
jumlah
Adapun analisis data dalam penelitian
hafalannya.
hanya
kualitatif bersifat iteratif (berkelanjutan) dan
dilaksanakan di kelas, namun juga di mesjid
38
Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School…, Oleh: Muhammad Iqbal Ansari : 70-78
menjelang
dilaksanakannya
shalat
mulia.
berjamaah dhuhur dan ashar di mana seorang memimpin
guru
yang
kegiatan
bertugas shalat
akan
berjamaah
dengan dimulai pembacaan beberapa surah yang terdapat dalam Juz Amma, sesekali guru akan meminta salah seorang peserta didik untuk memimpin murojaah. Kegiatan ini sesuai dengan indikator yang dicapai yaitu bersikap dan berperilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama, yaitu selalu membaca menghafal Al-Qur’an dan menjaga hafalan.
b. Membaca Syahadat dan Ikrar Pelajar
Pembacaan dua kalimat syahadat beserta
peserta didik akan berbaris terlebih di pelataran kelas, kemudian bersama-sama membaca dua kalimat syahadat beserta maknanya dan Ikrar Pelajar Islam, yang isinya sebagai berikut:
dimaksudkan
untuk
menanamkan ketauhidan dalam diri peserta didik. Ketauhidan dalam artian para peserta didik meyakini Allah sebagai Tuhan mereka dan tiada Tuhan selain Dia, dan meyakini bahwa Dia Pencipta segala, Maha Kuasa, dan Maha Melihat lagi Maha Mengetahui. Dengan
begitu
peserta
didik
akan
menyadari bahwa ada dzat yang lebih besar dari manusia maupun mahkluk lainnya, dzat yang tidak dapat dibatasi jarak dan waktu, yang mengawasi mereka, yaitu Allah Swt.
Islam Setiap pagi sebelum memasuki kelas,
maknanya
Sedangkan
Ikrar
Pelajar
Islam
diucapkan setiap hari agar ikrar tersebut menjadi prinsip yang senantiasa dipegang oleh peserta didik. Ikrar Pelajar Islam berisi beberapa pesan moral yang berkenaan dengan konteks habl min Allah dan habl min
an-naas
serta
mengenai
konteks
berperilaku terhadap diri sendiri. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya Berbakti kepada orang tua dan guru Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang muda Rajin belajar dan giat menuntut ilmu Menjaga ketertiban dan kebersihan di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat Bersikap mandiri, santun, dan berakhlak
c. Mengucapkan kalimah thayyibah Melalui kalimah
kebiasaan
thayyibah
ini,
mengucap
peserta
didik
diajarkan untuk selalu mengingat Allah
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
39
dalam kondisi apapun. Misal mengucapkan
adalah membaca do’a pada saat memulai
bismillah
dan
ketika
memulai
sesuatu,
mengakhiri
suatu
aktifitas.
Misal
mengucap astaghfirullah ketika marah atau
membaca do’a sebelum dan sesudah makan,
berbuat salah, mengucap Alhamdulillah
sebelum dan sesudah belajar, masuk dan
ketika mendapat kebaikan sebagai tanda
keluar WC, dll. Hal ini dibiasakan sebagai
syukur,
ketika
bentuk kesadaran peserta didik sebagai
mengucap
makhluk Tuhan. Setiap tindakan yang
innalillah ketika mendapat musibah. Hal ini
dilakukan haruslah suatu tindakan yang
dilakukan agar peserta didik menyadari
didasari dengan niat sebagai penghambaan
bahwa mereka hanya manusia biasa yang
kepada Tuhan. Setiap do’a yang diucapkan
berada dalam pengawasan Allah Swt.
merupakan bentuk permintaan maupun
mengucap
mengagumi
sesuatu,
Kebiasaan thayyibah
ini
pembelajaran kebiasaan
subhanallah dan
mengucap
selain juga
para
diajarkan diajarkan
guru
yang
kalimah
tanda syukur atas karunia yang diberikan.
melalui
Hal ini sesuai dengan indikator mengagumi
melalui
kebesaran Tuhan, bersyukur kepada Tuhan,
selalu
dan merasakan kekuasaan Tuhan.
mengucapkannya di depan peserta didik dan juga melalui budaya kelas. Para guru di
e. Shalat
dhuha,
SDIT Ukhuwah dikondisikan agar selalu
berjamaah
terbiasa mengucap kalimah thayyibah ini di
Semua
dhuhur,
warga
dan
sekolah
ashar
sangat
depan peserta didik dan akhirnya mereka
dianjurkan untuk senantiasa melakukan
mencontoh apa yang biasa dilakukan oleh
shalat dhuha dengan waktu yang fleksibel
guru.
melalui pengawasan guru. Berdasarkan Aktifitas ini sesuai dengan indikator
karakter
religius
dengan
observasi peneliti, shalat dhuha berjamaah
indikator
dilaksanakan pada hari dan waktu yang
mengagumi kebesaran Tuhan, bersyukur
ditentukan secara bergantian antara satu
dan merasakan kekuasaan Tuhan.
kelas dengan kelas yang lain. Kegiatan
d. Membaca do’a ketika memulai dan mengakhiri suatu aktifitas Rutinitas
keagamaan
shalat
dhuha
ini
membiasakan peserta didik untuk bisa memanfaatkan waktu senggang antara pagi
selanjutnya
hingga siang hari untuk melaksanakan
40
Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School…, Oleh: Muhammad Iqbal Ansari : 70-78
shalat dhuha. Setiap peserta didik akan
waktu pulang dengan disuruh membaca Al-
diberi
Qur’an selama 15 menit.
tanggung
jawab
agar
selalu
melaksanakan shalat dhuha sendiri-sendiri
Rutinitas
keagamaan
ini
sesuai
di luar jadwal shalat dhuha berjamaah yang
dengan dengan indikator yang dicapai
dilaksanakan oleh setiap kelas.
bersikap dan berperilaku yang patuh dalam
Adapun pelaksanaan shalat dhuhur dan ashar berjamaah, berdasarkan hasil observasi
yang
dilakukan
peneliti
melaksanakan
ajaran
agama,
yaitu
melaksanakan kewajiban shalat lima waktu.
di
lapangan, peserta didik kelas 1 shalat di
2. Rutinitas Keagamaan Mingguan
kelas, sedangkan peserta didik kelas 2-6
Kegiatan
rutin
shalat berjamaah di mesjid atau aula. Dan
merupakan
khusus
shalat
dilaksanakan setiap minggu. Terdapat suatu
berjamaah di kelas masing-masing dengan
kegiatan rutin mingguan yang dilaksanakan
pengawasan
oleh SDIT Ukhuwah untuk membentuk
untuk
peserta
wali
didik
kelas
dan
guru
kegiatan
mingguan
karakter
2-6 shalat berjamaah di mesjid dan sebagian
program Teman Asuh, di mana para peserta
peserta didik putera di aula.
didik akan mengumpulkan sumbangan
Ukhuwah
berupaya
pada
hari
senin
dan
didik,
yaitu
jum’at
untuk
yang
lebih
membiasakan peserta didik untuk shalat
membantu
wajib
ini
memerlukan. Program ini dilaksanakan
shalat
sebagai upaya dalam membentuk empati
dhuhur dan ashar secara berjamaah. Peserta
peserta didik, di mana mereka diajak secara
didik yang terlambat datang shalat atau
langsung Pemberian hasil infaq peserta
masbuq, akan diberi hukuman berupa
didik ini akan diberikan secara simbolis
berdiri ketika pembacaan wirid setelah
pada setiap tahun. Peserta didik dari
shalat, dan kemudian diberi nasehat dan
sekolah lain yang termasuk dari golongan
membuat
mustahiq zakat akan diundang ke sekolah
di
awal
dilaksanakan
waktu.
melalui
perjanjian
Kebiasaan kegiatan
untuk
tidak
orang
peserta
yang
pendamping. Sedangkan peserta didik kelas
SDIT
religius
keagamaan
menghadiri
lain
mengulangi kesalahan yang sama. Bentuk
untuk
prosesi
pemberian
hukuman yang diberikan seperti menunda
bantuan tersebut. Penyerahan bantuan itu
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
secara
simbolis
akan
diberikan
41
oleh
kelaparan dan kehausan karena tidak bisa
beberapa perwakilan dari peserta didik
mendapatkan makanan. Adapun kegiatan
SDIT Ukhuwah.
rutin perenam bulan sekali adalah MABIT
Hal ini sesuai dengan indikator
(Malam Bina Iman dan Takwa). MABIT
karakter religius yaitu menyantuni orang
merupakan
yang memerlukan dengan menyisihkan
sekaligus camping di mana para peserta
sebagian
Melalui
didik akan dididik selama satu hari satu
kegiatan ini peserta didik dibiasakan untuk
malam dengan mengikuti berbagai program
berbagi dan memahami bahwa dalam
yang telah disusun sedemikian rupa seperti
kehidupan ini diperlukan keseimbangan.
ceramah agama, shalat wajib, tahajjud
Memberi pesan pada peserta didik bahwa ia
berjamaah, motivating, ESQ, muhasabah,
dengan orang lain saling memerlukan.
dan outbond.
uang
saku
mereka.
suatu
kegiatan
pelatihan
Dengan berbagi dengan orang lain, maka akan muncul perasaan bahwa ia diperlukan.
4. Rutinitas Keagamaan Tahunan
Berbagi mengajarkan peserta didik untuk
Dan terakhir adalah kegiatan rutin
merasakan apa yang dirasakan oleh orang
yang dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan
lain, dengan begitu akan muncul rasa
rutin tahunan yang dilaksanakan oleh SDIT
syukur dalam dirinya.
Ukhuwah
adalah
kegiatan
pembagian
peringatan maulid nabi Muhammad Saw., 3. Rutinitas Keagamaan Bulanan
peringatan Isra Mi’raj, zakat fitrah, daging
Berikutnya adalah kegiatan rutin
qurban dan berkunjung ke panti jompo atau
yang dilaksanakan setiap bulan. Kegiatan
panti asuhan. Hal ini sebagaimana hasil
rutin bulanan ini terbagi kepada dua fase,
wawancara dengan Bapak Ahmad Zulfa,
yaitu perbulan sekali, dan perenam bulan
berikut kutipannya:
sekali. Kegiatan perbulan sekali berupa
“Acara tahunan yang dilaksanakan
puasa sunnah bersama yang ditujukan
tiap tahun di SDIT ini seperti maulid Nabi
untuk membentuk empati peserta didik.
Muhammad Saw., peringatan Isra Mi’raj
Tujuan
untuk
pembagian daging qurban, zakat fitrah dan,
merasakan
berkunjung ke panti asuhan atau panti
puasa
mengajarkan bagaimana
sunnah peserta
keadaan
bersama didik
orang-orang
yang
jompo. Kunjungan ke panti jompo atau
42
Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School…, Oleh: Muhammad Iqbal Ansari : 70-78
panti
asuhan,
biasanya
dilaksanakan
mengamati sendiri kehidupan para orang
beberapa hari sebelum ramadhan, jadi
tua renta atau anak-anak usia mereka yang
tujuannya supaya anak bersyukur diberi
kekurangan atau tidak mempunyai orang
anugerah lebih dari anak-anak di panti
tua. Melalui bimbingan para guru, peserta
asuhan. Dan juga mereka akan tergugah
didik diberikan
betapa
pentingnya
pengetahuan
mengenai
membayar
zakat.
pentingnya menyayangi orang tua maupun
daging
qurban
kakek-nenek mereka, serta menyayangi
tujuannya sama halnya dengan tujuan
sesama teman-teman seusia mereka. Hal ini
berinfaq.”
sesuai dengan indikator karakter religius
Sedangkan
berbagi
Peringatan maulid nabi Muhammad
yaitu menyantuni orang yang memerlukan,
Saw. dilaksanakan untuk menapak tilas
senang bergaul dengan berbagai perbedaan,
sejarah perjuangan nabi Muhammad Saw.
bersyukur kepada Tuhan karena memiliki
sebagai figur yang harus dicontoh oleh
keluarga yang menyayanginya.
segenap
generasi
Islam.
Sedangkan
Manfaat dari kunjungan ke panti
peringatan Isra Mi’raj dilaksanakan untuk
asuhan ini adalah mengajarkan peserta
menngingat kembali bahwa ibadah shalat
didik untuk berbagi kesenangan dengan
merupakan ibadah yang sangat istimewa
sesama, menanamkan mengenai pentingnya
karena perintah shalat diterima langsung
berbagi dengan sehingga dapat menjadikan
oleh nabi nabi Muhammad Saw. dari Allah
mereka
Swt.
mengajarkan Adapun pemberian zakat maupun
bersyukur
manusia
yang
lebih
baik,
seseorang
harus
keadaannya
karena
bahwa
dengan
pembagian zakat fitrah dan daging qurban
masih terdapat orang lain yang tidak
bertujuan untuk membantu orang lain yang
seberuntung dia, dan mengajarkan untuk
memerlukan. Kegiatan ini mengajarkan
mengasihi sesama sekaligus peduli akan
pentingnya berbagi bagi peserta didik,
lingkungan sekitarnya.
sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap orang lain yang memerlukan. Sedangkan kunjungan ke panti jompo atau panti asuhan bertujuan agar peserta didik bisa
4. PENUTUP Islamic full day school merupakan
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
43
model sekolah umum yang memadukan
salah satu cara mendidik anak adalah
sistem pengajaran Islam secara intensif
dengan pengulangan.
yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus
untuk
keagamaan
terdiri dari Murojaah hafalan Al-Quran,
siswa. Model sekolah ini dilaksanakan
mengucapkan dua kalimat syahadat, Ikrar
seharian dari pagi hingga sore hari yaitu
Pelajar Islam, kalimah thayyibah, membaca
dari pukul 07.30-15.30. Sekolah model ini
do’a ketika memulai dan mengakhiri suatu
dirancang
aktifitas, dan shalat dhuha, dhuhur, serta
sekolah
pendalaman
Pertama, rutinitas keagamaan harian
sedemikian
formal, juga
memberikan
rupa
layaknya
didesain
mampu
pasti
terhadap
harapan
ashar
berjamaah.
keagamaan
Kedua,
mingguan,
yaitu
rutinitas program
masyarakat. Misalnya, nilai lebih yang
Teman Asuh, di mana para peserta didik
belum diberikan saat pelajaran formal
akan mengumpulkan sumbangan pada hari
berlangsung, antara lain latihan belajar
senin dan jum’at untuk membantu orang
kelompok,
lain
dan
latihan
melaksanakan
yang
lebih
memerlukan.
Ketiga,
rutinitas keagamaan seperti shalat wajib
rutinitas keagamaan bulanan Kegiatan rutin
berjamaah, sunnah dhuha, latihan membaca
bulanan ini terbagi kepada dua fase, yaitu
doa bersama dan lain sebagainya. Rutinitas
perbulan
keagamaan berpotensi membentuk karakter
bersama, dan perenam bulan sekali berupa
religius peserta didik.
kegiaan MABIT (Malam Bina Iman dan
Berdasarkan hasil wawancara secara mendalam,
observasi
berupa
puasa
sunnah
Takwa). Dan keempat, rutinitas keagamaan
dokumentasi
tahunan yang dilaksanakan oleh SDIT
dapat dipaparkan bahwa terdapat empat
Ukhuwah adalah kegiatan maulid nabi
jenis
yang
Muhammad Saw., Isra Mi’raj, pembagian
Ukhuwah
zakat fitrah, daging qurban dan berkunjung
Banjarmasin sebagai Islamic full day school,
ke panti jompo atau panti asuhan. Kegiatan
yaitu
harian,
rutin ini dilaksanakan untuk menanamkan
mingguan, bulanan, dan tahunan. Inti dari
sikap berbagi dan kepedulian terhadap
sebuah
pengulangan,
sesama dalam diri peserta didik. Hal ini
sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad
akan mendukung empati peserta didik.
Tafsir (2010:144) dari An-Nahlawi bahwa
Sebagai pernyataaan John W. Sanctrock
kegiatan
dilaksanakan
dan
sekali
keagamaan oleh
rutinitas
rutin
SDIT
keagamaan
merupakan
44
Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School…, Oleh: Muhammad Iqbal Ansari : 70-78
(2011:249) bahwa seorang siswa kelas 4
disesuaikan dengan keadaan sekolah itu
merasa
simpati
sendiri.
berduka
cita
terhadap dan
orang
yang
mengalami
sendiri
kesedihan dari orang yang berduka cita tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SDIT Ukhuwah Banjarmasin sebagai sekolah dasar bersistem Islamic full day school
melaksanakan
beberapa
runitas
keagamaan untuk membentuk karakter religius peserta didik. Rutinitas keagamaan yang
dilaksanakan
vertikal
dan
ada
yang
bersifat
horizontal.
Yang
bersifat
vertikal berwujud hubungan peserta didik dengan Allah Swt., misalny seperti shalat, membaca puasa,
Al-Qur’an, dan
thayyibah.
Dan
MABIT,
mengucapkan adapun
berdoa, kalimah
yang
bersifat
horizontal berwujud hubungan manusia dengan sesamanya seperti kegiatan Teman Asuh, zakat fitrah, qurban, dan berkunjung ke panti sosial. Melalui penelitian ini, diharapkan sekolah yang lain, baik itu full day maupun half day, mengadopsi rutinitas keagamaan yang
dilaksanakan
penelitian
ini
oleh
untuk
sekolah
pada
diterapkan
guna
membentuk karakter religius peserta didik, dengan
berbagai
modifikasi
yang
RUJUKAN [1] Al-Baihaqi, Ahmad bin Husain bin Ali. Cetakan pertama 1344 H. As-Sunan AlKubra Li Al-Baihaqy. Al-Maktabah AsSyamilah 2.11. [2] Arafat, Nurul. 2015. Analisis Pendidikan Karakter Religius dan Disiplin pada Anak Usia Sekolah Dasar. Naskah Publikasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. [3] Depiyanti, Oci Melissa. 2012. Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School (Studi Deskriptif pada SD Cendekia Leadership School, Bandung. Jurnal Tarbawi Vol. 1 No. 3 September. [4] Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum. [5] Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media. [6] Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. [7] Muhaimin, et. Al. 2009. Paradigma
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. [8] Muhaimin. 2014. Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. [9] Sanctrock, J.W. 2011. Masa Perkembangan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. [10] Sismanto. 2008. Pesanteran VS Full Day System. [on line] http://buntetpesantren.org/index.php?o ption=com_content&view=article&id=2 65:pesantren-vs-full-daysystem&catid=16:opini&Itemid=40. [20 Januari 2016]. [11] Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: Rosdakarya. [12] Tafsir, Ahmad. 2013. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Rosdakarya.
45