PENDUGAAN PARAMETER PERMINTAAN HASIL TERNAK DI BEBERAPA PROPINSI SUMATERA DAN KALIMANTAN Tahlim Sudaryantol, Rosmiati Sayuti l dan Tjeppy D. Soedjana2 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian' Jalan A . Yani 70, Bogor 16161 Pusat Penelitian dan Pengembangan PetemakaW, Jalan Raya Pajajaran, Bogor 16151
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh berbagai data dasar yang diperlukan dalam proyeksi permintaan komoditas petemakan, dan pads seat yang sama akan diperoleh berbagai estimasi parameter yang mempengaruhinya Informasi yang akan diperoleh dari studi ini sangat berguna dan dapat digunakan oleh pengambil keputusan di bidang petemakan, selain sebagai informasi penting bagi para peneliti di bidang petemakan khususnya dan sosial ekonomi pertanian pada umumnya. Data Cross section SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 1987 dan 1990, yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik, yang berasal dari Sumatera dan Kalimantan, digunakan sebagai sumber data dalam proses pendugaan parameter sistem permintaan komoditas daging, telur dan susu yang berasal dari berbagai spesies temak. Elastisitas harga sendiri selumhoya bertanda negatif kecuali untuk komoditas telur di Propinsi Sumatera Selatan yang bertanda positif. Nilai elastisitas harga sendiri untuk Propinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat berkisar antara -0 .24 sampai dengan -2 .75, sedangkan di Sumatera Selatan nilai elastisitas berkisar -0,03 sampai 1,37. Untuk Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah elastisitas harga berkisar -0.61 sampai -2 .78, sedangkan untuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur relatif lebih kecil yaitu -0.70 sampai -1 .16. Nilai elastisitas harga sendiri untuk komoditas susu dan telur pada umumnya relatiftinggi untuk semua propinsi kecuali di Sumsel elastisitas susu sangat kecil (-0 .03) sedangkan telur bemilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa susu-merupakan makanan yang tidak sensitif terhadap perubahan harga, sedangkan telur sudah merupakan makanan pokok . Elastisitas harga silang untuk daging, telur dan unggas di Propinsi Aceh sebagian besar bertanda positif yang berarti ketiga kelompok hasil temak tersebut bersifat substitusi satu sama lain. Nilai elastisitas harga silang pada umumnya relatif kecil . Elastisitas harga silang untuk komoditas daging sapi dan awetan terhadap komoditas lainnya relatif besar, begitu pula susu terhadap daging unggas dengan tanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh perubahan harga daging sapi dan awetan terhadap permintaan komoditas lainnya dan pengaruh perubahan harga susu terhadap permintaan daging unggas, cukup besar. Dengan naiknya harga daging sapi dan awetan, maka pengaruhnya terhadap permintaan daging unggas cukup besar. Sebagaimana halnya di Propinsi Aceh, di Propinsi Sumatera Utara pun pengaruh perubahan harga dan permintaan antara telur dan daging unggas relatif kecil sekali (401) . Elastisitas pengeluaran semua bertanda positif untuk keselumhan propinsi, yang berarti bahwa keempat kelompok hasil temak yang dianalisis adalah barang normal . Dari besaran elastisitasnya, untuk Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah susu dan telur termasuk ke dalam kelompok makanan luks, sedang daging unggas merupakan makanan pokok. Dengan naiknya pendapatan yang akan menaikkan pengeluaran makanan secara keselumhan, maka permintaan daging sapi dan awetan, susu dan telur diperkirakan naik dengan percentage yang lebih besar dibanding permintaan terhadap daging unggas . Untuk Propinsi Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur terlihat bahwa elastisitas pengeluaran untuk daging relatif lebih kecil dibandingkan propinsi lainnya
DEMAND PARAMETER ESTIMATION OF SEVERAL LIVESTOCK COMMODITIES IN SUMATERA AND KALIMANTAN ABSTRACT Study on parameter estimation for livestock commodities (meat, milk, and eggs) has been carried out earlier for all provinces in Java Similar approach is applied to this study where the selected provinces are: South Sumatera, West Sumatera, North Sumatera, Aceh, West Kalimantan, South Kalimantan, East Kalimantan and Central Kalimantan . The analysis was based on several variables such as demography, expenditure class, and location of consumers (urban, rural). In addition, analyses of population growth, animal slaughter, prices, consumption and household expenditure were also included . The main objective of the studies, as it was stated in earlier study, were providing data and information for researchers, policy makers, and other parties interested in making projections of livestock commodity's production and consumption since the main output of the study were income elasticity of demand and own price and cross price elasticity of the mentioned livestock commodities . The Almost Ideal Demand System-AIDS (Deaton and Mellbouer, 1980) model was used for estimating the parameters derived from the 1990 cross section SUSENAS data It was indicated that the model applied in this study performed well and it implied that consumers behavior in the study areas comply with the symmetry and homogeneity characteristics as predicted by theory . Own price elasticities were all negative in sign except for eggs in South Sumatera These elasticities varies from -0 .24 to -2 .75 for North Sumatera and West Sumatera, while for South Sumatera they were between -0.03 to -1 .37 . In West Kalimantan and central Kalimantan the values vary between -0 .61 to -2 .78, while for South Kalimantan and East Kalimantan were between -0.70 to -0.16 . Income elasticities of demand for the commodities were all indicating positive in sign in all provinces, hence, all the commodities were considered as normal goods. From the magnitude ofthe values, particularly in Aceh, Norh Sumatera, South Sumatera, West Kalimantan and Central Kalimantan, milk and eggs placed into luxury food group and poultry meat was a regular food. With increased household income, the demand for beef and preserved meat, milk and eggs will increase with a greater percentage compared to poultry meat.
22
TAHLIMSUDARYANTO dkk.- Pendugaan Parameter Permintaan Hasi! Ternak
PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya periode Pembangunan Jangka Paujang Tahap I (PJPT-I), ekonomi Indonesia telah menunjukkan perubahan- perubahan . Sejalan de ngan meningkatnya pendapatan per kapita, terjadi pula perubahan struktural yang ditandai dengan semakin menonjolnya sumbangan sektor non-permintaan. Perubahan ini terjadi pula pada struktur angkatan kerja walaupun relatif lambat. Terjadinya arus perpindahan pencluduk dari desa ke kota juga sejalan dengan proses perubahan struktural di atas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat juga meningkat. Perubahan tingkat pendidikan menambah kesadaran terhadap pentingnya aspek kesehatan termasuk status gizi dalam konsumsi pangan . Pengalaman di negara-negara maju menunjukkan perubahan pola konsumsi yang dicirikan dengan penurunan konsumsi karbohidrat . Sebaliknya, konsumsi pangan yang bersurriber dari produk hortikultura, Trnak clan ikan, semakin meningkat . Untuk merencanakan produksi komoditas hasil ternak, diperlukan pengetahuan mengenai proyeksi konsumsi komoditas yang bersangkutan di masa clatang. Untuk melakukan proyeksi tersebut, diperlukan parameter-parameter permintaan yang terinci menurut daerah. Penelitian-penelitian terdahulu menduga elastisitas permintaan hasil Trnak secara agregatif, yaitu daging serta susu clantelur (Daud,1987; Sudaryanto clan Sayuti, 1990). Penelitian lainnya bahkan menggabungkan dagingdengan ikan. Dalam perencanaan memerlukan elastisitas permintaan untuk produk Trnak yang lebih terinci . Penelitian ini bertujuan untuk menduga elastisitas permintaan produk Trnak di beberapa propinsi di luar Jawa. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini pengelompokan produk Trnak dibuat lebih terinci, sehingga lebih memuclahkan dalam melakukan proyeksi. Pembahasan dalam makalah ini dibagi menjadi empat bagian. Dalam bagian kedua dikemukakan metode penelitian, sedangkan hasil penelitian disajikan pada bagian ketiga. Bagian terakhir dari makalah ini menyajikan kesimpulan clan implikasinya. METODOLOGI PENELITIAN Spesifikasi Model Sesuai dengan teori ekonomi, analisis permintaan selayaknya dilakukan dalam konteks sistem permintaan barang secara keseluruhan . Namun demikian, penelitian ini hanya terbatas menduga parameter permintaan komoditas hasil ternak, sehingga kalau semua barang konsumsi dimasukkan dalam analisis, banyak informasi yang terbuang . Lagi pula, pendugaan parameter permintaan untuk semua komoditas secara lengkap memerlukan kum-
pulan data yang cukup besar. Dengan menganalisis permintaan produk ternak secara khusus, maka dimungkinkan untuk memperoleh dugaan elastisitas permintaan yang lebih terinci . Bertitik tolak dari hal di atas, analisis dalam penelitian ini difokuskan pada sub-sistem permintaan komoditas hasil Trnak. Pendekatan seperti ini mengasumsikan bah wa konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk barang-barang konsumsi secara bertahap. Padatahap pertama, dialokasikan pendapatan untuk pengeluaran makanan clan bukan makanan. Pada tahap kedua, porsi pengeluaran untuk makanan dialokasikan pada beberapa kelompok bahan pangan seperti kelompok makanan sumber karbohidrat, kelompok hasil ternak, kelompok sayur clan bush, clan lain-lain. Akhirnya, konsumen mengalokasikan pengeluaran untuk kelompok makanan hasil ternak ke dalam komponen-komponennya yang lebih spesifik. Untuk menduga parameter-parameter permintaan di atas, digunakan model permintaan AIDS (Almost Ideal Demand System) . Model tersebut yang semula dikem bangkan oleh Deaton clan Muellbouer (1980a, 1980b), telah banyak diaplikasikan termasuk, juga di Indonesia . Kelebihan-kelebihan dari model tersebut telah banyak dibahas di berbagai literatur, yang semuanya mengacu pada sumber di atas. Bentuk umum dari model AIDS adalah : (1) Wi = a i + E y ij j
InPj +
P i In(X/P)
dimana: Wi
= pangsa pengeluaran komoditi i terhadap total pengeluaran rumah tangga Pj = harga pokok komoditi j X = total pengeluaran konsumsi InP = E Wk In Pk, indeks stone K a, R, y = parameter
Teori permintaan mensyaratkan tigamacam restriksi yang harus dipenuhi, yaitu: (a) simetri (yt ij = yr ij ); (b) homogenitas ( E ij = 0), clan (c) adding-up ( Ey ij = 0; E (3i =0;Eai=1) Dari persamaan (1) dapat diturunkan elastisitas harga clan elastisitas pendapatan, yaitu: (2) elastisitas pendapatan, n i = 1 + pi/Wi (3) elastisitas harga sendiri, c ii = (yt ii /Wi)-1 (4) elastisitas harga silang, e ij = yt ij/Wi Dalam penelitian ini, komoditi hasil Trnak dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu (1) daging sapi clan sejenisnya, (2) claging unggas, (3) susu, (4) telur. Mengingat permintaanproduk hasil ternak tersebut akan dipengaruhi sekali oleh permintaan'produk perikanan, maka ditambahkan pula dua kelompok komoditi perikanan, yaitu (5) 23
Jurnal Penelitian No. 2, Pebruari 1995
ikan segar, dan (6) ikan awetan . Dengan demikian seluruhnya ada enam kelompok komoditi yang dianalisis. Rincian mengenai masing-masing kelompok komoditi tersebut bisa dilihat pada Lampiran 1 . Harga agregat dari masing-masing kelompok makanan diperoleh sebagai rata-rata tertimbang dari harga masing-masing komponen dalam kelompok yang ber sangkutan . Pangsa pengeluaran untuk masing-masing komponen digunakan sebagai penimbang, yaitu Pk = EWtPI, dimana Pk adalah harga agregat kelompok k, WI adalah pangsa pengeluaran komoditi 1 dalam kelompok k dan PI adalah harga komoditi l. Untuk menghindarkan ketidakkonsistenan harga yang diperoleh, komoditi yang tidak memiliki satuan yangjelas tidak dimasukkan dalam komponen perhitungan harga. Untuk pembentukan harga agregat dari enam kelompok komoditi (indeks Stone), digunakan prosedur yang sama dengan pembentukan harga masing-masing kelom pok di atas. Pangsa pengeluaran tiap kelompok terhadap total pengeluaran makanan digunakan sebagai penimbang. Sumber Data dan Pendugaan Parameter
Data yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah hasil SUSENAS tahun 1990 dari Biro Pusat Statistik (BPS) . Penelitian-penelitian sebelumnya biasanya melakukan analisis secara agregat atau wilayah (Jawa dan luar Jawa) . Untuk kepentingan perencanaan, diperlukan parameter yang lebih spesifik menurut wilayah administratif (propinsi). Penelitian-penelitian sebelumnya juga lebih memfokuskan pada analisis permintaan untuk propinsi- propinsi di Jawa, sedangkan informasi tentang parameter permintaan di luar pulau Jawa relatif terbatas . Oleh karena itu, dalam penelitian ini analisis dilakukan di delapan propinsi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kedelapan propinsi tersebut adalah : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan . Satu masalah yang sering ditemukan dalam analisis permintaan adalah bahwa tidak semua rumah tangga contoh mengkonsumsi semua komoditi yang dianalisis. Un tuk menghindari masalah tersebut, Goungetas et. al. (1990) melakukan pengelompokan beberapa rumah tangga menjadi satuprimary sampling unit (PSU). Setelah pengelompokan tersebut, maka contoh yang digunakan tidak lagi rumah tangga melainkan PSU. Data konsumsi dari setiap PSU merupakan rata-rata dari sejumlah rumah tangga yang tergabung di dalamnya . Dengan pengelompokan tersebut, kemungkinan adanya contch yang tidak mengkonsumsi suatu komoditi dapat diperkecil. Dalam pendugaan diasumsikan bahwa ragam dari galat antar persamaan pangsa lebih besar dari nol . Salah satu metode pendugaan yang sesuai dengan kondisi di atas 24
adalah Seemingly Unrelated Regression (Zellner, 1992). Agar konsisten dengan teori, semua restriksi parameter dipergunakan dalam pendugaan . Restriksi adding-up dilakukan dengan menghilangkan persamaan untuk kelompok ikan awetan. Parameter-parameter untuk persamaan tersebut diperoleh sebagai nilai sisa (residual).
HASIL ANALISIS Koefisien pendugaan
Walaupun dalam pendugaan, permintaan hasil ikan diikutsertakan, berikut ini hanya permintaan hasil ternak yang akan dibahas . Hasil pendugaan parameter masing masing propinsi penelitian disajikan pada Tabel Isampai Tabel 8. Secara keseluruhan, model yang digunakan untuk semua propinsi menunjukkan basil yang cukup baik. Dari 20 paramter yang diduga, sebanyak 1-I 1 parameter (5 20%) nyata pada taraf 1-10. Hal ini memberikan petunjuk bahwa perilaku konsumsi hasil ternak di daerah penelitian memenuhi sifat-sifat seperti diramalkan oleh teori (simetri, homogenitas, dll). Untuk seluruh propinsi, nilai-nilai koefisien dan model dengan restriksi juga tampak lebih konsisten dibanding model tanpa restriksi . Sebagai contoh bisa dinilai a i yang menunjukkan rata-rata pangsa pengeluaran komoditi kalau tidak terjadi perubahan harga dan total pengeluaran . Pada model dengan restriksi a i tampak lebih mendekati angka pangsa pengeluaran aktual. Koefisien Rij menunjukkan perubahan pangsa pengeluaran makanan yang diakibatkan oleh perubahan harga komoditi dengan menganggap variabel lainnya tetap. Sebagai akibat perubahan harga sendiri, Pij untuk telur, bemilai positif di Propinsi Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah clan Kalimantan Timur. Sedangkan susu bertanda positif di Propinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Koefisien yri menunjukkan perubahan pangsa pengeluaran komoditi yang bersangkutan sebagai akibat dari satu perubahan pengeluaran makanan total . Koefisien yi untuk daging bernilai positif kecuali untuk Propinsi Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Hal ini menunjukkan bahwa di Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, daging merupakan makanan luks, yaitu barang yang nilai pengeluarannya akan meningkat dengan meningkatnya pendapatan. Berdasarkan pada parameter di atas, susu dan telur pada umumnya merupakan makanan luks di semua
;Hasil pendugaan tanpa restriksi tidak disajikan dalam makalah ini.
TAHLIMSUDARYANTO dkk: Pendugaan Parameter Permintaan Hasil Ternak
propinsi, sedangkan daging unggas merupakan makanan luks di Propinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sementara itd di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, daging unggas termasuk ke dalam makanan pokok. Masuknya kelompok daging unggas ke dalam kategori makanan pokok mungkin disebabkan oleh terutama untuk Propinsi Aceh clan Sumatera Barat, yang paling dominan dalam kelompok daging unggas di sini adalah daging ayam buras yang dapat diproduksi sendiri, Sementara untuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur kelompok unggas di sini yang paling dominan adalah daging itik Alabio. Di daerah-daerah tersebut, kelompok daging unggas sudah dikonsumsi dengan cukup luas. Elastisitas harga sendiri
Dalam perhitungan elastisitas digunakan nilai pangsa pengeluaran hasil Trnak rata-rata . Hasil perhitungan disajikan Tabel 1-Tabe18 . Elastisitas harga sendiri seluruhnya
bertanda negatif kecuali untuk komoditas telur di Propinsi Sumatera Selatan yang bertanda positif. Nilai elastisitas harga sendiri untuk Propinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat berkisar antara -0.24 sampai dengan -2.75, sedangkan di Sumatera Selatan nilai elastisitas berkisar -0,03 sampai -1,37. Untuk Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah elastisitas harga berkisar -0.61 sampai 2.78, sedangkan untuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur relatif lebih kecil yaitu -0.70 sampai -1 .16. Nilai elastisitas harga sendiri untuk daging sapi dan awetan pada umumnya lebih besar dari elastisitas komoditas lainnya. Hal ini berarti bahwa kebijaksanaan stabilisasi harga daging sangat efektif dalam menjaga stabilitas permintaan, terutama di Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat . Angka elastisitas hargasendiri daging unggas di Aceh, Sumut dan Kalsel pada umumnya relatif lebih kecil dibandingkan propinsi iainnya . Untuk wilayah-wilayah tersebut, stabilisasi harga daging unggas tidak terlalu diperlukan untuk menjaga stabilisasi permintaan karena fluktuasi harga tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan.
TABEL 1 . KOEFISIEN PENDUGAAN SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI ACEH, SUSENAS 1990 Item Daging sapi dan awetan Unggas Susu Telur
TABEL 2.
Oil
Orz
(3i34
Ri5
(3i6
00
`P;
0.0152 0.2158 0.0049 0.1655
0.0113 0.0024 0.0229 -0.0552
0.0698 -0.0452 0.0027 -0.0066
-0 .0825 0 .0034 -0 .0291 0 .0270
0 .0034 0 .0372 0 .0045 -0 .0023
-0 .0291 0.0045 -0 .0013 0.0056
0.0270 -0.0023 0.0056 0.0315
0 .0248 -0 .0274 0 .0083 -0 .0103
KOEFISIEN PENDUGAAN DART SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI SUMATERA UTARA, SUSENAS 1990
Item Daging sapi dan Unggas Susu Telur
TABEL 3 .
a;
a;
oil
0 .2041 0 .1371 -0 .1093*** 0 .0347
0.0560 -0.0052 -0.0064 -0.025
Ni34
Ra
pi6
pi5
(3t7
0 .1317 -0 .1516 -0.0642 -0 .0422 0 .0913*** -0 .0642*** 0.0341 -0.0553*** 0 .0966*** -0 .0422*** -0.0553*** 0.0080 -0 .0393 0 .0703*** -0.0008 -0.0052
0 .0703 -0 .0008 -0 .0052 0 .0004
0 .0116 -0 .0007 0 .0309*** 0 .0041
KOEFISIEN PENDUGAAN DARI SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DAN MAN DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI SUMATERA BARAT, SUSENAS 1990
Item
a;
Daging sapi dan awetan 0 .3700*** Unggas 0 .2476 Susu 0 .2515*** Telur -0 .0194
oil 0,0883 -0 .0773 0 .1018 0 .0351
a,2
pi34
Ri5
(3i6
00
T;
0 .0817 -0 .2012*** 0.0506 -0 .0272 0 .0078 -0 .0046 0 .1732*** 0 .0506 -0.1155 -0 .0859*** 0 .0549*** -0 .0212 -0 .0774*** -0 .0272 -0.0859 0 .0339 0 .0074 -0 .0152 -0 .0582*** 0 .0078 0.0549*** 0 .0074 -0 .0469*** 0 .0215***
25
Jurnal Penelitian No . 1, Pebruari 1995
Nilai elastisitas harga sendiri untuk komoditas susu clan telur pada umumnya relatif tinggi untuk semua propinsi kecuali di Sumsel elastisitas susu sangat kecil (-0 .03) sedangkan untuk telur bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa susu merupakan makanan yang tidak sensitif terhadap perubahan harga, sedangkan telur sudah merupakan makanan pokok. Elastisitas harga silang
Elastisitas harga silang untuk daging, telur clan unggas di Propinsi Aceh sebagian besar bertanda positif yang berarti ketiga kelompok hasil ternak tersebut bersifat sub stitusi satu sama lain (Tabel 9). Nilai elastisitas harga silang pada umumnya relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa di Propinsi Aceh perubahan harga kelompok hasil ternak tidak banyak pengaruhnya terhadap permintaanya. Untuk Propinsi Sumatera Utara elastisitas harga silang pada umumnya bertanda negatif yang berarti kelompok komoditi hasil ternak tersebut bersifat komplemen satu sama lain (Tabel 10). Elastisitas harga silang untuk komoditas daging sapi clan awetan terhadap komoditas lainnya relatif besar, begitu pula susu terhadap daging unggas dengan tanda yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh perubahan harga daging sapi clan awetan terhadap permintaan komoditas lainnya clan pengaruh perubahan harga susu terhadap permintaan daging unggas, cukup besar . Dengan naiknya harga daging sapi clan awetan, maka permintaan terhadap daging unggas, susu clan telur akan menurun cukup besar . Begitu pula untuk pengaruh harga susu terhadap daging unggas . Bila harga komoditas kelompok susu naik, maka permintaan terhadap daging unggas menurun . Sebagaimana halnya di Propinsi Aceh, di Propinsi Sumut pun pengaruh perubahan harga telur terhadap permintaan daging unggas relatif kecil sekali (0.01). Elastisitas harga silang antara daging sapi clan awetan, daging unggas clan telur bertanda positif (bersifat substitusi) di Propinsi Sumbar, sedangkan antara harga susu dengan permintaan daging sapi clan awetan clan daging unggas serta sebaliknya bertanda negatif (bersifat komplemen) . Dalam hal ini pengaruh perubahan harga susu terhadap permintaan daging unggas clan sebaliknya nampak cukup besar, begitu pula pengaruh perubahan harga telur clan daging sapiterhadap permintaan daging unggas . Berbeda dengan Propinsi Sumbar, di Propinsi Sumsel elastisitas harga silang antara daging sapi, unggas clan telur bertanda negatif (bersifat komplemen) sedangkan antara perubahan harga susu dengan permintaan daging sapi clan awetan clan daging unggas serta sebaliknya bertanda positif (bersifat substitusi) . Pengaruh perubahan harga telur clan daging unggas terhadap permintaan daging sapi clan awetan cukup besar . Artinya daging sapi clan 26
awetan sensitif terhadap perubahan harga telur clan daging unggas . Bila harga telur atau daging unggas naik maka permintaan terhadap daging sapi clan awetan menurun . Sedangkan untuk telur clan unggas serta susu dengan daging sapi clan awetan, pengaruh harga relatif kecil terhadap permintaannya. Elastisitas harga silang untuk Propinsi Kalbar sebagian besar juga bertanda negatif yang berarti keempat komoditas hasil ternak tersebut bersifat komplemen satu sama lain . Nilai elastisitas secara keseluruhan relatif kecil . Hal ini menunjukkan adanya sifat komplemen dengan pengaruh kecil . Artinya, setiap perubahan harga pengaruhnya relatif kecil terhadap permintaan. Hal ini tidak berlaku untuk perubahan daging sapi clan awetan terhadap permintaan susu clan telur serta sebaliknya yang bertanda positif. Di Propinsi Kalteng (Tabel 14) hubungan antara perubahan harga kelompok komoditi dengan pennintaan komoditi lainnya sebagian besar bersifat komplemen (elastisitas bertanda negatif) kecuali antara daging sapi clan awetan dengan susu clan telur yang bersifat substitusi. Sebagaimana terdapat di Kalbar, nilai elastisitas harga silang disini relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan permintaan akibat terjadinya perubahan harga relatif kecil. Di Propinsi Kalsel (Tabel 15) elastisitas harga silang sebagian besar bertanda negatif (bersifat komplemen), kecuali untuk daging unggas clan daging sapi clan awetan yang bertanda positif (substitusi) . Sebagaimana terjadi di propinsi lainnya, di Kalimantan nilai elastisitas relatif kecil, sehingga setiap perubahan harga yang terjadi relatif kecil terhadap permintaan komoditi lainnya . Berbeda dengan ketiga propinsi lain di Kalimantan, di Propinsi Kaltim (Tabel 16) nilai elastisitas harga silang relatif lebih besar terutama untuk daging unggas terhadap daging sapi clan awetan . Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas harga komoditas hasil ternak adalah penting untuk menjaga stabilitas permintaan komoditi yang bersangkutan . Elastisitas pengeluaran
Elastisitas pengeluaran semua bertanda positif untuk keseluruhan propinsi, yang menunjukkan bahwa keempat kelompok hasil ternak yang analisis adalah barang normal. Dari besaran elastisitasnya, untuk Propinsi Aceh, Sumut, Sumsel, Kalbar clan Kalteng susu clan telur termasuk ke dalam kelompok makanan luks, sedangkan daging unggas merupakan rnakanan pokok. Dengan naiknya pendapatan yang akan menaikkan pengeluaran makanan secara keseluruhan, maka permintaan daging sapi clan awetan, susu clan telur diperkirakan naik dengan persentase yang lebih besar dibanding permintaan terhadap daging unggas . Untuk Propinsi Sumbar, Kalsel clan Kaltim terlihat bahwa elastisitas pengeluaran untuk daging relatif lebih
TAHLIM SUDARYANTO dkk:: Pendugaan Parameter Permintaan Hasi! Ternak TABEL 4.
KOEFISIEN PENDUGAAN DARI SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI SUMATERA SELATAN, SUSENAS 1990
Item Daging sapi dan awetan Unggas Susu Telur
TABEL 5 .
ai
oil
pie
pi34
pis
pi6
pt7
Ti
0 .0166 0 .1758 0 .0083 0 .2109
0 .0974 0 .1268 -0 .0422 -0 .0584
0 .0690 0 .0330 -0 .0347 -0 .0599
0.0364 -0.0927 0.0029 -0.1130
-0 .0927 -0 .0386 -0 .0520 0 .0235
0 .0029 -0 .0520 0 .1025 -0 .0027
-0.1130 0.0235 -0.0027 0.2105
0.0047 0.0088 0.0073 0.0136
KOEFISIEN PENDUGAAN SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT, SUSENAS 1990
Item Daging sapi dan awetan Unggas Susu Telur
ai
oil
pie
pi34
pis
pi6
PO
`Pi
0 .1169 0 .1500 -0 .1679 0 .0745
0.0335 0.0883 0 .0067 -0.0547
0.0830 0.1596 -0.0041 -0.0047
-0 .1372 -0 .0262 0 .0145 0 .0145
-0 .0262 -0 .1782 -0 .0209 -0 .0225
0 .0145 -0.0209 0.0263 -0.0181
0.0324 -0.0225 -0.0181 0.0229
0 .0230 0 .0004 0 .0345 0 .0229
TABEL 6 . KOEFISIEN PENDUGAAN SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH, SUSENAS 1990 Item Daging sapi dan awetan Unggas Susu Telur
TABEL 7 .
ai
oil
pie
pi34
pis
pi6
pt7
Ti
0.1169 0.1500 -0.1679 -0.0745
0 .0335 0 .0883 -0.0067 -0.0547
0 .0830 0 .1596 -0 .0041 -0 .0047
-0 .1372 -0 .0262 0 .0145 0 .0324
-0.0262 -0.1782 -0.0209 -0.0225
0.0145 -0.0209 0.0264 -0.0181
0 .0324 -0 .0225 -0 .0181 0 .0315
0 .0230 0 .0004 0 .0350 0 .0229
KOEFISIEN PENDUGAAN DARI SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DIPROPINSI KALIMANTAN SELATAN, SUSENAS 1990
Item Daging sapi dan awetan Unggas Susu Telur
ai
oil
pie
pi34
pis
pi6
PO
Ti
0 .0015 0 .1492 -0 .0524 0 .0446
-0 .0681 -0 .0376 0 .0218 0 .0754
0 .0707 0 .0666 0 .0355 0 .0027
0 .0185 0 .0134 -0 .0024 -0 .0320
0.0134 0.0234 -0.0217 -0 .0440
-0 .0024 -0 .0217 0 .0108 -0 .0206
-0 .0320 -0 .0440 -0 .0206 0 .0185
-0 .0026 -0 .0204 0 .0095 0 .0273
TABEL 8 . KOEFISIEN PENDUGAAN DARI SISTEM PERMINTAAN HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI homogenitas dan simetri di PROPINSI KALIMANTAN TIMUR, SUSENAS 1990 Item Daging sapi dan awetan Unggas Susu Telur
ai
pii
prz
pi34
pis
pi6
PO
'Pi
0 .0292 0 .1448 -0 .1560 0 .0333
-0 .0560 -0 .0725 -0 .0291 -0 .0217
-0 .1513 -0 .0154 -0 .0956 0 .1146
0 .0258 0 .0976 0 .0921 -0 .0093
0.0976 -0.0157 -0.0098 0 .0183
0 .0921 -0 .0098 0 .0279 -0 .1349
-0 .0093 0 .0183 -0 .1349 0 .0250
-0 .0146 -0 .0283 0 .0250 0 .0445
27
Jurnal Penelitian No. 2, Pebruari 1995 TABEL 9 . ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI ACEH, SUSENAS 1990
Item
D.sapi Daging Unggas dan awetan
Daging sapi dan awetan -2 .13 0.07 Daging unggas Susu -1 .00 Telur 0.24
0.05 -0.24 0.16 -0.02
Susu
Telur
-0 .40 0 .09 -0 .95 0 .05
0 .37 -0 .05 0 .19 -0 .72
Pengeluaran 1 .34 0 .44 1 .79 0.91
TABEL 10. ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI SUMATERA UTARA, SUSENAS 1990
Item
D. sapi Daging Unggas dan awetan
Daging sapi dan awetan -2 .52 Daging unggas -0 .87 Susu -0 .59 0 .68 Telur
-0 .64 -0 .54 --0 .78 --0 .01
Susu
Telur
D .sapi Daging dan Unggas awetan
Daging sapi dan awetan -2 .17 Daging unggas 0.77 Susu -0 .28 Telur 0.05
0.29 -2 .75 -0.89 0.37
-0 .42 -0.75 -0.89 -0.05
0 .70 -0 .01 -0 .07 -0 .99
Susu
-0 .16 -1 .30 -0 .65 0 .05
Telur
0.05 0.83 0.57 -1 .32
Item
D . sapi Daging dan Unggas awetan
Susu
Telur
Daging sapi dan awetan Daging unggas Susu Telur
-0.61 -0.89 0 .03 -0.69
0 .03 -0 .50 -0 .03 -0 .02
-1 .20 -0.03 0.03 0.28
28
D .sapi Daging dan Unggas awetan
Daging sapi dan awetan -1 .75 Daging unggas -0.26 Susu 0 .21 Telur 0 .30
-0 .14 -2 .78 -0 .33 -0 .21
Susu
Telur
Pengeluaran
0.08 -0.21 -0.61 -0.17
0 .18 -0 .23 -0 .27 -0 .79
1 .13 1 .00 1 .51 1 .21
TABEL 14 . ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH, SUSENAS 1990
Item 1 .12 1 .99 1 .44 1 .04
Pengeluaran
0 .97 -0.68 0 .84 1 .15
TABEL 12 . ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI SUMATERA SELATAN, SUSENAS 1990
-0 .99 -1 .37 -0 .49 0 .14
Item
Pengeluaran
TABEL 11 . ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI SUMATERA BARAT, SUSENAS 1990
Item
TABEL 13 . ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT, SUSENAS 1990
Pengeluaran
1 .05 1 .09 1 .07 1 .08
Daging sapi dan awetan Daging unggas Susu Telur
D. sapi Daging dan Unggas awetan -2.37 -0.27 0 .20 0 .29
-0 .26 -2 .82 -0 .28 -0 .20
Susu
Telur
0.15 -0.21 -0.63 0.16
0 .32 -0 .23 -0 .25 -0 .72
Pengeluaran
1 .23 1 .01 1 .47 1 .21
TABEL 15 . ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN, SUSENAS 1990
Item
D . sapi Daging dan Unggas awetan
Daging sapi dan awetan -0 .7 0 .17 Da&g -gg-0.04 Susu Telur -0.27
-0 .22 -0 .70 -0 .40 -0 .36
Susu
Telur
-0 .04 -0 .28 -0 .80 -0 .17
-0 .52 -0 .56 -0 .38 -0 .85
Pengeluaran 0 .96 0 .74 1 .17 1 .23
TABEL 16 . ELASTISITAS HARGA SENDIRI, HARGA SILANG DAN PENGELUARAN KELOMPOK HASIL TERNAK DENGAN RESTRIKSI HOMOGENITAS DAN SIMETRI DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR, SUSENAS 1990
Itan
D.sapi Daging dan Unggas awetan
Susu
Telur
Daging sapi dan awetan Daging unggas Susu Telur
-0.73 -1 .03 0 .82 -0 .08
0 .97 -0 .10 -0 .75 -1 .17
-0.10 0.19 -1 .22 -0.78
1 .03 -1 .16 -0.08 0.16
Pengeluaran
0 .85 0 .83 1 .23 -1 .39
TAHLIMSUDARYANTO dkk. Pendugaan Parameter Permintaan Hasil Ternak TABEL 17 .
PROYEKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PERMIN TAAN PER KAPITA HASIL TERNAK DI ACEH SELAMA PELITA VI
Hasil temak
Peningkatan pendapatan Rendah (4%)
1 . Daging sapi dan awetan 2 . Daging unggas 3 . Susu 4 . Telur
5,36 1,76 7,16 3,64
Tinggi (6%) 8,04 2,64 10,56 5,46
kecil dibandingkan propinsi lainnya . Untuk Propinsi Sumbar komoditi telur, daging sapi dan awetan serta susu termasuk ke dalam kelompok makanan luks .
Dengan asumsi tingkat pendapatan di atas dan elastisitas pengeluaran (Tabe19), hasil proyeksi tingkat pertumbuhan permintaan hasil ternak di Aceh disajikan pada Tabel 17. Hasil proyeksi bisa digunakan untuk minimal dalamjangka pendek misalnya selama Pelita VI . Dengan asumsi tingkat pendapatan meningkat sebesar 4% per tahun (skenario rendah), permintaan susu per kapita diperkirakan meningkat sebesar 7,2% per tahun . Kelompok daging sapi menunjukkan tingkat pertumbuhan sebesar 5,4% per tahun. Produk susu permintaannya meningkat sebesar 3,6%. Sementara itu daging unggas peningkatannya diperkirakan relatif kecil, hanya 1,8% per tahun . Pada skenario peningkatan pendapatan yang tinggi 6% permintaan susu meningkat pesat sebesar 10,6% per tahun. Kelompok daging tumbuh sebesar 8 % per tahun . Produk susu juga tumbuh cukup pesat sebesar 5,5% per tahun . Sementara itu, produk daging unggas diperkirakan hanya tumbuh sebesar 2,6% per tahun .
Proyeksi permintaan hasil ternak
Perlu diingat bahwa elastisitas pengeluaran yang didiskusikan di sini adalah elastisitas permintaan hasil ternak terhadap pengeluaran hasil ternak dan bukan ter hadap pengeluaran rumah tangga secara keseluruhan . Nilai keduanya akan berbeda tergantung pada elastisitas pengeluaran hasil ternak terhadap nilai pengeluaran total . Namun demikian, nilai elastisitas yang diperoleh di sini dapat digunakan sebagai proksi kasar dari elastisitas permintaan terhadap nilai pengeluaran total. Dengan mengingat kelemahan-kelemahan di atas, angka elastisitas pengeluaran dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan proyeksi permintaan komoditi hasil ter nak . Sebagai contoh, akan ditampilkan perhitungan untuk proyeksi peningkatan permintaan hasil ternak di Propinsi Aceh. Dengan menganggap harga-harga konstan, maka permintaan per kapita dari hasil ternak akan meningkat sesuai dengan persentase peningkatan pendapatan daft nilai elastisitasnya . Penelitian Goungetas et. al. (199,0) menggunakan 'angka pertumbuhan pendaliatan (pengeluaran) di luar Jawa sebesar 5% di kota dan 3% di desa, untuk skenario rendah . Dalam skenario tmggi, pendapatan diperkirakan meningkat sebesar 7% di kota dan 5% di desa. Angka- angka yang sama dipakai pula oleh Suyanto (1992). Karena penelitian ini tidak membedakan wilayah kota-dan desa, maka asumsi peningkatan pendapatan yang dipakai adalah rata-rata antara kota dan desa yaitu 4% untuk skenario rendah dan 6% untuk skenario tinggi.
Kesimpulan dan implikasi kebijaksanaan
Pendugaan fungsi permintaan dengan model AIDS menunjukkan hasil yang cukup baik dilihat dari konsistensi tanda, besaran dan jumlah penduga parameter yang nyata. Nilai elastisitas harga sendiri untuk daging pada umumnya lebih besar dari elastisitas harga sendiri komoditi lainnya. Hal ini berarti kebijaksanaan stabilisasi harga sangat efektif dalam mempertahankan stabilitas permintaan komoditi yang bersangkutan terutama di Aceh, Sumut, Sumbar, Kalbar, dan Kalteng . Sebaliknya Nilai elastisitas harga sendiri untuk Sumsel, Kalsel dan Kaltim pada umumnya relatif kecil dibandingkan propinsi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan stablisasi harga daging unggas kurang efektif dalam menjaga stabilisasi permintaan untuk Propinsi Aceh, Sumut dan Kalsel, karena fluktuasi harga tidak banyak berpengaruh terhadap fluktuasi permintaannya. Komoditas daging sapi dan awetan, daging unggas, susu dan telur pada umumnya merupakan barang normal di semua propinsi . Komoditas tersebut merupakan makanan luks (mewah) di Propinsi Aceh, Sumut, Sumsel, Kalbar dan Kalteng . Ini berarti bahwa peningkatan pendapatan masyarakat di semua propinsi-propinsi yang bersangkutan akan meningkatkan permintaan daging sapi dan awetan, daging unggas, telur dan susu dengan persentase yang lebih besar dibanding dengan persentase kenaikan pendapatan tersebut .
Jurnal Penelitian No. 2, Pebruari 1995
Hasil pendugaan elastisitas pengeluaran dalam penelitian ini bisa digunakan untuk memproyeksi permintaan hasil ternak menurut propinsi . Informasi tersebut sangat diperlukan terutama bagi para perencana di daerah .
DAFTAR PUSTAKA Daud, L.A . 1986 . Kajian Sistem Permintaan Pangan Penting di Indonesia: Suatu PenerapanAlmost Ideal Demand System (AIDS) Dengan Data SUSENAS 1981 . Tesis MS, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Deaton, M. andJ. Muellbouer. 1980a.An Almost Ideal Demand System . American Economic Review . 70 :312-326 . 1980b. Economic and Consumer Behaviour. Cambridge University Press, Cambridge. Goungetas, B., H. Jensen, and S. Johnson. 1990. The Assessment of Food Demand Trend in Indonesia: Method and Projections. Technical Paper No. 10 . Center forAgricultural and Rural Development, Iowa State University and Ministry ofAgriculture, Indonesia. Sudaryanto, T. dan R. Sayuti . 1990 . AnalisaPermintaan Pangan Dengan Pendekatan Persamaan Sistem . Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol. 38 No .2. Suyanto. 1992 . Demand Analysis of Poultry Products on Java Journal Agro Ekonomi, Vol. 10 No.2. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Zellner, 1962 . An EfficientMethod of Estimating Seeminglyy Unrelated Regressions and Test for Aggregation Bias . Journal of American Statistical Association, 57 : 348-368.
LAMPIRAN 1 . PENGELOMPOKAN KOMODITI HASIL TERNAK DAN PERIKANAN 1. Daging sapi Daging kerbau Daging kambing Daging babi Daging diawetkan: - Dendeng - Daging asap - Abon Daging dalam kaleng lainnya 2. Daging Unggas Daging ayam ras Daging ayam kampung Daging t)nggas lainnya 3. Susu Susu mumi Susu pabrik Susu kental Susu bubuk dalam kaleng Susu bubuk bayi Susu bubuk kiloan Keju Hasil lain dari susu 4. Telur Telur ayam Telur itiklmanila Telurpuyuh Telur lainnya Tel asin
5.lkan Segar : Ekor kuning Tongkol/tuna Cakalang Tenggiri Selr Kembung Teri Bandeng Gabus Mujair Mas Lainnya Udang segar dan sej nisnya Udang Cumi-cumi Ketam/kepiting/rajunLainnya gan
6. Ikan diawetkan Ikan kembung (peda) Tenggiri Selar