Pendidikan Nilai Nasionalisme …. (Novyana Dwi Anugraheny) 3.307
PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III SD NEGERI MEJING KALIBAWANG EDUCATIONAL VALUE OF NATIONALISM IN ELEMENTARY SCHOOL LEARNING Oleh: Novyana Dwi Anugraheny, PGSD/PSD,UNY,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan hambatan pendidikan nilai nasionalisme dalam proses pembelajaran di kelas III SD Negeri Mejing. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas III, Kepala Sekolah, dan siswa kelas III. Teknik pengumpulan data melalui observasi nonpartisipatif, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri Mejing telah menanamkan nilai nasionalisme dalam dua kegiatan pokok yaitu: 1) Dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan metode penanaman, keteladanan, fasilitasi, dan pengembangan keterampilan; 2) Melalui kegiatan pendukung di luar pembelajaran, dilakukan dengan penanaman dan keteladanan. Nilai-nilai nasionalisme yang diberikan yaitu tanggung jawab, toleransi, sopan santun, dan gotong royong. Pelaksanaan pendidikan nilai nasionalisme dalam pembelajaran masih ditemui beberapa kekurangan yaitu penggunaan metode dan pengembangan model pembelajaran yang belum maksimal. Kata kunci: Pendidikan Nilai Nasionalisme, Siswa SD Abstract This research aims to describe the implementation and the obstacle of nationalism value education in learning process at SD N Mejing of third grade student. The type of this research was qualitative descriptive. The research subject were third grade teacher, the headmaster, and third grade students. Data collecting techniques used non-participative observation, middle structural interview, and documentation. Data were analyzed using data reduction,data display, and conclusion. Validity test of the data used source and technique triangulation.The research result shows that SD N Mejing have make a learning of nationalism value in two base activities, 1) In learning activity, by using internalization methode, modelling, facilitaty, and skill developing. 2) Through outer learning support activity by using internalization and modelling. The nationalism values that be given are responsibility, tolerance, well manner, and working together. The implementation of nationalism value education in learning are still find some obstacles. There are the learning methods and learning model development are not well implemented. Keywords:Nationalism Value Education, Elementary Students PENDAHULUAN
Dalam hal ini, pendidikan memiliki
Secara umum kondisi pendidikan di
peranan penting untuk menentukan mental dan
Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.Susanto
moral bangsa. Sistem pendidikan yang seperti ini
dalam Qiqi Yuliati Zakiyah dan Rusdiana (2014:
akan menciptakan mental, nilai, dan moral yang
161) berpendapat bahwa pendidikan di era
buruk. Salah satu usaha yang dapat dilakukan
modern lebih menitikberatkan pada pendidikan
untuk memperbaiki mental, nilai dan moral
bebas
bangsa adalah pendidikan nilai.
nilai
porandakan
(value nilai-nilai
free)
telah
luhur
memorak-
kemanusiaan.
Qiqi Yuliati Zakiyah dan Rusdiana (2014:
Perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu
77)
pengetahuan dan teknologi membawa dampak
menghasilkan sumber daya manusia yang utuh,
yang besar pada budaya, nilai, dan agama.
menyeluruh, sehat, purnawan, dan terintegrasi.
berpendapat
bahwa
pendidikan
nilai
3.308 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 35 Tahun ke-5 2016
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan komite
Selain itu, anak usia SD saat ini banyak
Asia and The Pasific Programme of Education
yang tidak hafal dengan naskah Pancasila. Hal
Innovation for Development (APEID) bahwa
tersebut dibuktikan dengan peristiwa yang terjadi
pendidikan nilai secara khusus ditujukan untuk:
di kabupaten Nunukan tepatnya pada perayaan
(a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak
HUT RI ke-70 di RT.10 kelurahan Nunukan
(b) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-
Timur. Puluhan siswa SD yang berkumpul di
nilai yang diinginkan, dan (c) membimbing
acara tersebut tidak dapat menghafal lagu
perilaku
nilai-nilai
kebangsaan dan teks Pancasila dengan benar.
tersebut (Qiqi Yuliati Zakiyah dan Rusdiana,
Dari sekian banyak anak yang hadir, hanya satu
2014: 64).
anak yang berhasil menghafal dan menyelesaikan
yang
konsisten
dengan
Pendidikan nilai merupakan suatu konsep
hafalannya (Kabarnunukan.co.id, 2015).
pendidikan yang memiliki konsep umum, atribut,
Melihat
realita
tersebut,
dapat
fakta, dan data keterampilan antara suatu atribut
diindikasikan
dan atribut lainnya serta memiliki label (nama
semangat
nasionalisme
diri) yang dikembangkan berdasarkan prinsip
Sehingga,
keberadaan
pemahaman,
nasionalisme sangat penting diberikan di sekolah
penerapan
perhargaan, dalam
identifikasi
perilaku,
diri,
pembentukan
bahwa
semakin dalam
menurunnya diri
siswa.
pendidikan
nilai
dasar.
wawasan, dan kebiasaan terhadap nilai dan moral
Menurut Herumawan P. A dalam Sigit
(Hasan dalam Qiqi Yuliati Zakiyah dan Rusdiana,
Giri Wibowo (2013: 19) pendidikan kebangsaan
2014: 62). Oleh karena itu, pendidikan nilai
adalah belajar tentang nasionalisme. Tujuannya
merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
jelas untuk membentuk manusia Indonesia yang
dan wajib diberikan kepada peserta didik.
berguna bagi keluarga, masyarakat, dan negara.
Namun pada zaman sekarang ini, siswa
Pendidikan
kebangsaan
diharapkan
mampu
sekolah dasar semakin sedikit yang hafal dengan
melahirkan semangat nasionalisme. Tak bisa
lagu-lagu kebangsaan dan anak lebih suka dengan
dimungkiri, pendidikan kebangsaan adalah dasar
lagu-lagu yang tidak memiliki nilai edukatif. Hal
nasionalisme.
tersebut dibuktikan dengan beberapa peristiwa
Pentingnya pendidikan nilai nasionalisme
yang terjadi akhir-akhir ini, seperti yang terjadi di
pada siswa khususnya di sekolah dasar adalah
Solo pada tanggal 19 Agustus 2013. Walikota
untuk menjaga setiap individu dari pengaruh luar
Solo FX Hadi Rudyatmo pada saat acara
sebagai
pemberian 1.000 kacamata gratis mengajak siswa
Globalisasi
dari SD Al Islam untuk menyanyikan lagu-lagu
dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Oleh
perjuangan seperti Bagimu Negeri. Siswa tersebut
karena itu, sikap nasionalisme perlu dimiliki oleh
ternyata
setiap individu untuk mengurangi dampak negatif
tidak
menyanyikan
hafal lagu
sehingga
tersebut
(Sindonews.com, 2013).
tidak
sampai
bisa selesai
imbas
dari
pengaruh
membawa
dari globalisasi itu sendiri.
dampak
globalisasi. positif
dan
Pendidikan Nilai Nasionalisme …. (Novyana Dwi Anugraheny) 3.309
Dalam melaksanakan pendidikan nilai
terdapat
materi
diantaranya
tentang makna
nasionalisme kepada anak, sekolah membutuhkan
sumpah pemuda, aturan di masyarakat, dan
peran guru sebagai perantaranya. Soedijarto
bangga sebagai bangsa Indonesia. Guru kelas III
(2008: 177) menyatakan bahwa dalam proses
terlihat lebih konsisten melakukan pendidikan
pembelajaran, guru berperan sebagai penentu
nilai
kualitas proses pembelajaran tersebut. Dalam
dibandingkan dengan guru kelas VI.
nasionalisme
Berdasarkan
proses pembelajaran, para guru berperan sebagai
dalam
hasil
pembelajaran
pengamatan
yang
fasilitator, konduktor, dan motivator yang dapat
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 Januari
membimbing para siswa menjadi lebih aktif,
2016,
reaktif, dan eksploratif.
pembelajaran guru melakukan pembelajaran PKn
diketahui
bahwa
dalam
proses
Adapun guru SD sendiri adalah guru kelas
dengan metode ceramah yang diselingi dengan
yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran di
sedikit kegiatan diskusi. Penggunaan medianya
SD, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
pun
Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan
pengangan saja.
belum
Lebih
Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan
maksimal
lanjut
yakni
dengan
peneliti
buku
melakukan
(PKn). Mata pelajaran tersebut memiliki misinya
pengamatan dan wawancara di SD Negeri
masing-masing
mencerdaskan
Mejing. Hasilnya adalah SD tersebut sudah baik
kehidupan bangsa khususnya bagi generasi muda.
dalam proses pendidikan nilai nasionalisme pada
Peneliti melakukan observasi di SD N
siswa, terlihat dari program yang diadakan dan
Mejing.
dalam
Berdasarkan
usaha
hasil
observasi
dan
visi sekolah. Berdasarkan wawancara dengan
wawancara yang dilakukan peneliti di SD Negeri
Kepala
Mejing pada tanggal 11 dan 12 Januari 2016 telah
melaksanakan
diketahui bahwa SD Negeri Mejing telah
kepada siswa melalui program sekolah. Misalnya,
melaksanakan pendidikan nilai nasionalisme yang
dengan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran
terprogram. Namun, tidak dipungkiri bahwa
serta mengajak semua siswa menyanyikan lagu
masih ada beberapa masalah terkait dengan
kebangsaan Indonesia Raya sebelum proses
pelaksanaan pendidikan nilai nasionalisme dalam
pembelajaran dimulai dikelas masing-masing
pembelajaran.
dipimpin oleh guru kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah,
sekolah
telah
pendidikan nilai nasionalisme
Visi SD N Mejing adalah tangguh dalam iman dan ilmu, memiliki keterampilan yang
yang
dijiwai oleh nilai-nilai budaya dan karakter
berkaitan dengan pendidikan nilai nasionalisme,
bangsa, serta berbudi pekerti luhur. Sehingga,
seperti pramuka.
dapat disimpulkan bahwa SD N Mejing telah
kegiatan
Berdasarkan
sekolah
pihak
sudah
mengadakan
pihak
Sekolah,
ekstrakurikuler
hasil
wawancara,
dapat
diketahui bahwa pendidikan nilai nasionalisme dapat maksimal dilakukan di kelas III karena
bertujuan untuk menghasilkan output
yang
mempunyai keterampilan berdasarkan nilai-nilai
3.310 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 35 Tahun ke-5 2016
budaya
dan
karakter
bangsa
yaitu
nilai
nasionalisme.
digunakan guru untuk melakukan pendidikan nilai nasionalisme dalam pembelajaran adalah
Peneliti melakukan wawancara dengan
dengan permainan. Media yang digunakan guru
semua wali kelas dimulai dari wali kelas 1 sampai
hanya terbatas pada LKS dan kertas soal atau
wali
kertas jawaban saja. Hal tersebut disebabkan
kelas
6
terkait
dengan
pelaksanaan
penanaman nilai nasionalisme dalam proses
karena
adanya
berbagai
faktor
sehingga
pembelajaran di kelas. Hasilnya adalah ada dua
menyulitkan guru dalam mempersiapkan media
wali kelas yang telah melakukan pendidikan nilai
yang cocok digunakan dalam memberikan nilai
nasionalisme dalam proses pembelajaran yaitu di
nasionalisme dalam diri siswa. Dalam pelaksanaannya, pendidikan nilai
kelas III dan kelas VI. dapat
nasionalisme di SD Negeri Mejing masih
diketahui bahwa pendidikan nilai nasionalisme
mengalami beberapa kekurangan. Hal tersebut
dapat maksimal dilakukan di kelas III karena
dapat
terdapat
tentang makna
sekolah dan guru melalui berbagai program untuk
sumpah pemuda, aturan di masyarakat, dan
melaksanakan pendidikan nilai nasionalisme.
bangga sebagai bangsa Indonesia. Sedangkan di
Salah satu program tersebut adalah menyanyikan
kelas VI terdapat materi yang terkait dengan
lagu Indonesia Raya sebelum pelajaran dimulai.
pendidikan nilai nasionalisme yaitu globalisasi.
Seharusnya dengan pembiasaan tersebut, siswa
Dikarenakan masalah teknis, maka peneliti
setidaknya sudah hafal dengan lagu Indonesia
memutuskan untuk memilih melakukan observasi
Raya, tetapi ternyata banyak siswa yang belum
di kelas III. Selain itu, menurut peneliti guru
hafal.
Berdasarkan
materi
hasil
wawancara,
diantaranya
diketahui
dari
beberapa
usaha-usaha
kelas III terlihat lebih konsisten melakukan pendidikan
nilai
nasionalisme
dalam
pembelajaran dibandingkan dengan guru kelas
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
VI. Hal tersebut dapat diketahui dari penggunaan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
metode pembelajaran dalam pendidikan nilai
deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam
nasionalisme yang salah satunya dengan metode
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
permainan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Untuk
mengetahui
pendidikan
nilai
pembelajaran
di
pelaksanaan
nasionalisme
kelas,
peneliti
dalam melakukan
wawancara lebih lanjut dengan guru kelas III. Beliau menyatakan bahwa pendidikan nilai nasionalisme
telah
dilaksanakan
melalui
pembelajaran
tertutama Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dan IPS. Metode yang
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei
2016
di SD Negeri
Mejing
Kalibawang. Target/Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru kelas III, Kepala Sekolah, dan siswa kelas III SD Negeri Mejing.
Pendidikan Nilai Nasionalisme …. (Novyana Dwi Anugraheny) 3.311
Instrumen Penelitian
indikasi bahwa seseorang memiliki sikap
Instrumen penelitian ini adalah peneliti yang dibantu
dengan
wawancara,
pedoman
dan
observasi,
pedoman
pedoman
dokumentasi
yang
berhubungan dengan pendidikan nilai nasionalisme dalam pembelajaran di kelas III SD N Mejing.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini triangulasi.
Triangulasi
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi
teknik
dilakukan
untuk
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan untuk mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
dalam pembelajaran
Nilai-nilai nasionalisme yang diberikan
berkorban,
gotong
royong,
adalah
rela
menggunakan
produk dalam negeri, menghargai keindahan alam, persatuan dan kesatuan, tanggung jawab, kerjasama,
toleransi,
sopan
santun,
menghargai jasa para pahlawan dan hafal lagulagu kebangsaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ki Supriyoko (2001: 2) bahwa nilai yang terkandung dalam nasionalisme seperti persatuan dan kesatuan, perasaan senasib, toleransi, kekeluargaan, tanggungjawab, sopan santun dan gotong royong. Hasil penelitian tersebut
juga
sesuai
dengan
dalam
bersedia
negeri
dan
menghargai keindahan alam serta budaya Indonesia. pendidikan
nilai
nasionalisme 1) Kegiatan awal Kegiatan yang dilakukan pertama kali dalam kegiatan awal adalah berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu, kegiatan yang dilakukan adalah memotivasi dan menarik perhatian siswa, apersepsi, dan memberikan
acuan
terkait
dengan
nilai
nasionalisme. pendidikan
nilai
melalui beberapa metode. Metode pertama adalah penanaman atau inkulkasi dengan cara bercerita dan mengajukan pertanyaan materi
a. Nilai-nilai nasionalisme yang diberikan
pembelajaran
produk
adalah
nasionalisme dalam kegiatan awal dilakukan
1. Pelaksanaan pendidikan nilai nasionalisme
proses
menggunakan
Pelaksanaan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dalam
diantaranya
b. Langkah-langkah
Uji Keabsahan Data
menggunakan
nasionalis
pendapat
Mohamad Mustari (2011: 19-5-197) dimana
pada pertemuan sebelumya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muchlas Samani dan Hariyanto (2013: 147-148) yang memaparkan bahwa metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan nilai yaitu bercerita, diskusi, simulasi (bermain peran), dan pembelajaran kooperatif. Metode kedua adalah pengembangan keterampilan.
Keterampilan
yang
dikembangkan yaitu berkomunikasi dengan jelas, menyimak, dan berpikir kreatif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Darmiyati Zuchdi (2010: 49) dimana ada berbagai keterampilan yang diperlukan agar seseorang dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut, yaitu: berpikir kreatif, berkomunikasi secara
3.312 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 35 Tahun ke-5 2016
jelas, menyimak, dan menemukan resolusi konflik,
yang
keterampilan
secara
akademik
ringkas dan
disebut
keterampilan
sosial.
Metode pendidikan nilai nasionalisme yang
digunakan
adalah
penanaman
dan
pengembangan keterampilan. Penanaman nilai dilakukan dengan cara diskusi, bercerita, dan
Metode ketiga yang digunakan dalam
permainan.
Penggunaan
metode
tersebut
pendidikan nilai nasionalisme di kegiatan awal
sejalan dengan pernyataan Muchlas Samani
adalah fasilitasi. Metode fasilitasi diberikan
dan
dengan
menyatakan
cara
guru
menyajikan
beberapa
Hariyanto
(2013:
bahwa
147-148)
metode
yang
yang dapat
gambar yang berhubungan dengan kegiatan
digunakan dalam proses pendidikan nilai yaitu
apersepsi yang dilakukan. Gambar tersebut
bercerita, diskusi, simulasi (bermain peran),
dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam
dan pembelajaran kooperatif.
menerima
pembelajaran
yang
dikaitkan
3) Kegiatan akhir
dengan nilai nasionalisme. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat
dalam
akhir adalah pemberian tugas lanjutan atau PR
dimana
(lebih sering tidak berkaitan dengan nilai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek
nasionalisme), penilaian, menyanyikan lagu
didik dalam pelaksanaan metode fasilitasi
wajib, lalu berdoa. Guru tidak menyimpulkan
membawa dampak positif pada perkembangan
atau merangkum materi apa saja yang telah
kepribadian,
karena
dipelajari. Hal tersebut tidak sesuai dengan
kegiatan faslitasi menolong subjek didik
pendapat Sri Anitah W. dkk. (2010: 4.35)
memperjelas pemahaman.
bahwa untuk meninjau kembali penugasan
(Darmiyati
Kirschenbhaum
Kegiatan yang dilakukan saat kegiatan
Zuchdi,
yang
2010:
salah
48)
satunya
siswa terhadap materi yang telah dipelajari,
2) Kegiatan inti Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
guru
dapat
melakukan
dua
cara
yaitu
inti adalah penyampaian materi, melakukan
merangkum (menyimpulkan) pokok materi
tanya
atau membuat ringkasan materi pelajaran.
jawab,
memberikan
penugasan, siswa
Guru juga tidak memberikan tugas
mengerjakan tugas, dan pembahasan tugas.
lanjutan yang berhubungan dengan nilai
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa
nasionalisme kepada siswa. Guru hanya dua
(2012: 140) bahwa kegiatan inti pembelajaran
kali memberikan tugas lanjutan yang berkaitan
mencakup penyampaian informasi tentang
dengan nilai nasionalisme.
memantau
dan
membimbing
materi standar, membahas materi standar
c. Media pembelajaran yang digunakan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta
didik,
serta
melakukan
tukar
bahwa media pembelajaran yang digunakan
pengalaman dan pendapat dalam membahas
untuk
melakukan
pendidikan
nilai
materi standar atau memecahkan masalah yang
nasionalisme adalah buku-buku penunjang dan
dihadapi bersama.
laptop. Laptop tersebut dijadikan alat untuk
Pendidikan Nilai Nasionalisme …. (Novyana Dwi Anugraheny) 3.313
memutar instrumen lagu-lagu wajib nasional.
kepada orang yang lebih tua, tanggung jawab,
Media
disiplin, kerja sama, gotong royong, menjaga
yang
Sehingga,
digunakan penggunaan
belum
variatif.
media
dalam
kebersihan lingkungan dan kelestarian alam.
pendidikan nilai nasionalisme kepada siswa hasilnya kurang maksimal.
Secara keseluruhan, pembiasaan dapat dibagi
menjadi
dua,
yaitu
pembiasaan
Temuan tersebut belum sesuai dengan
terprogram dan tidak terprogram. Hal tersebut
pernyataan Dewi Salma Prawiradilaga (2009:
sesuai dengan pendapat Mulyasa (2011:167-
64) bahwa media pembelajaran adalah media
168)
yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran
pembiasaan
atau
terprogram dan tidak terprogram.
mengandung
membelajarkan
muatan
pendidikan dapat
nilai
melalui
dilaksanakan
secara
Sehingga,
Pembiasaan terprogram yang dilakukan
keberadaan media dalam suatu kegiatan
di SD N Mejing adalah pramuka. Nilai-nilai
pembelajaran itu cukup penting.
nasionalisme
2. Kegiatan
seseorang.
untuk
dimana
pendukung
pendidikan
nilai
ekstrakurikuler berkorban,
nasionalisme
yang
diberikan
pramuka
disiplin,
adalah
rela
kerjasama,
tanggung
demokrasi,
toleransi
nilai
jawab,
lebih
(menghargai pendapat teman), menghargai
maksimal, maka juga dilakukan berbagai
keindahan alam dengan kerja bakti, dan
kegiatan yang mendukung. Adapun kegiatan
gotong royong.
Agar
pelaksanaan
nasionalisme
pendukung
dalam
tersebut
pendidikan
pembelajaran
dilaksanakan
musyawarah,
dalam
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ki
melalui
kegiatan di luar pembelajaran. Metode yang
Supriyoko (2001: 2) bahwa nilai
digunakan dalam upaya pendidikan nilai
terkandung dalam nasionalisme Indonesia
nasionalisme yaitu penanaman nilai dan
yaitu
keteladanan.
senasib,
a. Penanaman (inkulkasi) nilai
persatuan
dan
toleransi,
kesatuan,
yang
perasaan
kekeluargaan,
tanggungjawab, sopan santun, dan gotong
Penanaman (inkulkasi) nilai dilakukan
royong. Temuan tersebut juga sesuai dengan
dengan cara pembiasaan. Mulyasa (2012: 165)
pendapat Abu Ahmadi dan dan M. Dalyono
menjelaskan bahwa pembiasaan adalah segala
(1996: 129) dimana nilai-nilai nasionalisme
sesuatu
secara
salah satunya adalah sanggup dan rela
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi
berkorban untuk kepentingan negara dan
kebiasaan.
bangsa.
yang
sengaja
dilakukan
Pembiasaan yang dilakukan sekolah
Penanaman nilai nasionalisme dilakukan
yaitu infak setiap Jum’at, jabat tangan, piket
dengan cara memberikan nasehat kepada
kelas, dan kerja bakti. Adapun nilai yang
siswa. Pemberian nasehat tersebut, dilakukan
ditanamkan melalui pembiasaan yang telah
agar siswa dapat berlaku baik sesuai dengan
dilakukan adalah rela berkorban, hormat
aturan yang berlaku. Hal tersebut sesuai
3.314 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 35 Tahun ke-5 2016
dengan pendapat Kutsianto (2014: 26-27)
guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam
bahwa tujuan dari pembiasaan adah agar
memberikan
kebiasaan yang baru dapat selaras dengan
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
norma norma dan tata nilai moral yang berlaku
peserta didik.
baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.
contoh
tindakan
yang
baik
Bentuk keteladan yang dilakukan yaitu datang tepat waktu, bersikap baik dan sopan,
Pembiasaan
tidak
terprogram
yang
saling kerja sama, dan tidak berbicara kasar.
dilakukan SD Negeri Mejing adalah melalui
Keteladanan guru sangat besar pengaruhnya
kegiatan rutin. Qiqi Yuliati Zakiyah dan A.
terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Rusdiana (2014: 115-116) menjelaskan bahwa
pribadi para peserta didik. Keteladanan ini
kegiatan rutin merupakan kegiatan yang
memliki peran dan fungsi yang sangat penting
dilakukan peserta didik secara terus menerus
dalam membentuk kepribadian anak, guna
dan konsisten setiap saat.
menyiapkan dan mengembangkan Sumber
Adapun kegiatan rutin yang dilakukan
Daya Manusia (SDM), serta menyejahterakan
sekolah yaitu upacara bendera, piket kelas,
masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa
kerja bakti, menyanyikan lagu-lagu wajib,
pada umumnya (Mulyasa, 2012: 169).
senam angguk setiap Jum’at, Jum’at bersih, berdoa sebelum dan sesuah pelajaran, jabat tangan,
dan
membuang
tempatnya.
Hal
pernyataan
Pusat
tersebut
sampah sesuai
Kurikulum
pada
3. Kekurangan pelaksanaan pendidikan nilai nasionalisme dalam pembelajaran a. Penggunaan media
dengan
Kementrian
Guru belum menggunakan media yang mendukung
pelaksanaan
pendidikan
nilai
Pendidikan Nasional (2011) yang memberikan
nasionalisme kepada siswa. Dalam proses
contoh kegiatan rutin seperti upacara bendera
pembelajaran,
setiap hari Senin, salam dan salim di depan
media papan tulis, buku cerita, laptop, dan
pintu gerbang sekolah, piket kelas, solat
buku paket.
berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah jam
guru
hanya
menggunakan
Media pembelajaran yang digunakan
pelajaran berakhir, berbaris saat masuk kelas,
guru
dan
penggunaan media tersebut kurang efektif jika
sebagainya
(Muchlas
Samani
dan
Hariyanto, 2013: 146).
masih
digunakan
b. Keteladanan/modelling
bersifat
untuk
umum.
Sehingga,
menanamkan
nilai
nasionalisme kepada siswa. Hal tersebut
Selanjutnya, metode pendidikan nilai
sejalan
dengan
pendapat
Dewi
Salma
nasionalisme yang dilakukan sekolah di luar
Prawiradilaga (2009: 64) bahwa media adalah
proses
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
pembelajaran
adalah
keteladanan/modelling. Qiqi Yuliati Zakiyah
menyampaikan
dan A. Rusdiana (2014: 116) menjelaskan
penerima pesan. Media pembelajaran adalah
bahwa keteladanan adalah perilaku dan sikap
media yang dapat menyampaikan pesan
pesan
dari
pengirim
ke
Pendidikan Nilai Nasionalisme …. (Novyana Dwi Anugraheny) 3.315
pembelajaran atau mengandung muatan untuk
menjadi luas, dan d) yang aktif hanya siswa
membelajarkan seseorang. Oleh karena itu,
tertentu saja.
media diharapkan menjadi perantara guru untuk menanamkan nilai nasionalisme kepada
SIMPULAN DAN SARAN
siswa.
Simpulan
b. Penggunaan metode
Berdasarkan
Metode pembelajaran digunakan guru masih
ditemui
beberapa
hasil
penelitian
dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa SD
kekurangan.
Negeri Mejing khususnya di kelas III telah
Kekurangan metode permainan dan ceramah
melakukan upaya pendidikan nilai nasionalisme
yaitu anak belum mengerti definisi unsur nilai
dalam dua kegiatan pokok yaitu dalam kegiatan
nasionalisme yang ditanamkan guru. Padahal
pembelajaran dan kegiatan pendukung di luar
siswa sudah mempraktekkannya. Sedangkan
pembelajaran.
pada metode diskusi kekurangannya adalah pembagian kelompok tidak merata.
Dalam kegiatan pembelajaran, dilaksanakan dengan
Penggunaan metode dalam suatu proses
menggunakan
keteladanan,
fasilitasi,
metode dan
penanaman, pengembangan
pembelajaran sangat penting. Selain media
keterampilan. Pendidikan
pembelajaran, metode pembelajaran juga dapat
melalui kegiatan pendukung di luar pembelajaran
mempengaruhi
dilakukan
keberhasilan
proses
pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugihartono, dkk. (2012: 81) bahwa metode
pembelajaran
dan
modelling/keteladanan. Nilai-nilai nasionalisme yang diberikan yaitu tanggung jawab, toleransi, sopan santun,
dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga
bangga dengan bangsa sendiri, menghargai
dapat diperoleh hasil yang optimal.
keindahan alam Indonesia, gotong royong dan
metode
cara
penanaman
yang
Penggunaan
berarti
dengan
nilai nasionalisme
diskusi
lain-lain.
Pelaksanaan
pendidikan
nilai
kekurangannya adalah pembagian kelompok
nasionalisme dalam pembelajaran masih ditemui
yang belum merata. Sehingga, dalam satu
beberapa kekurangan yaitu penggunaan metode
kelompok ada beberapa siswa yang dominan
dan pengembangan model pembelajaran belum
dan ada pula siswa yang pasif saat diskusi
maksimal.
berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan
Saran
pernyataan Sri Anitah dkk. (2010: 5.22) bahwa
Berdasarkan
kesimpulan
diatas,
maka
kekurangan metode diskusi diantaranya yaitu:
peneliti memberikan beberapa saran, diantaranya
a) relatif memerlukan waktu yang cukup
mengembangkan
banyak, b) apabila siswa tidak memahami
mendukung
konsep dasaar permasalahan maka diskusi
nasionalisme, misalnya video animasi tentang
tidak akan efektif, c) materi pelajaran dapat
kegiatan-kegiatan terkait dengan nasionalisme
media
pelaksanaan
pembelajaran
yang
pendiidkan
nilai
3.316 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 35 Tahun ke-5 2016
dan mengadakan ekstrakurikuler seni tari atau karawitan.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan M. Dalyono.(1996). Pancasila SMU 1. Jakarta: Tiga Serangkai. Damianus Bram. (2013). Siswa SD Tidak Hafal Lagu-lagu Perjuangan.Sindonews.com (19 Agustus 2013).Hlm.1. Dewi Salma Prawiradilaga. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran (Instructional Design Principles). Jakarta: Kencana. Dzulviqor.(2015). Pelajar Lebih Hafal Terong Dicabein dari pada Naskah Pancasila.Kabarnunukan.co.id. (23 Agustus 2015).Hlm.1. IG.A.K. Wardani. (2009). Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mohamad Mustari. (2011). Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. Muchlas Samani dan Hariyanto.(2013). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa.(2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Qiqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana.(2014). Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Pustaka setia. Sigit Giri Wibowo. (2013). Cinta Indonesia Setengah. Yogyakarta: Bentang. Soedijarto.(2008). Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Sri
Ki Supriyoko. (2001). Menggugat Nilai-Nilai Nasionalisme.Diakses dari journal.amikom.ac.id/index.php/Koma/arti cle/viewFile/3007/pdf_734.Pada hari rabu tanggal 19 Februari jam 10.30.
Anitah W, dkk. (2010). Strategi Pembelajaran SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.