Markus 10:14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka.
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang septerti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Pendidikan Iman Anak
Markus 10:16
“ EUNIKE ” adalah penerbitan dari Buletin EUNIKE
Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan
sambil meletak tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Bentuk penerbitan EUNIKE ini diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands)
[email protected]
Copyright ada di pihak Buletin EUNIKE
www.imansejati.net
Daftar Isi
Kata Pendahuluan 1
Anak dan lingkungan - Pengaruh prt pada pendidikan anak.
2
Antar kita - Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah.
3
Antar kita - sekitar pembantu rumah tangga.
4
Artikel - Ibu muda
5
Artikel - Pengalaman kalau salah dalam mendidik anak.
6
Artikel - Tugas ayah – Sebagaimana apa adanya.
7
Bagaimana menjadi ayah.
8
Dari pembaca.
9
Doa aku harus berbicara kepada Seseorang.
10
Ibu dan dunianya - kerja paruh waktu - Salah satu alternatif ?
11
Ide cemerlang untuk ayah.
12
Kesaksian - Setiap anak adalah anugerah.
13
Kesaksian - Waktu anakku sakit.
14
Merayakan Hari Natal di rumah.
15
Papa ceria - Gigi.
16
Pendidikan anak - Menanamkan konsep stewardship kepada anak.
17
Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri.
18
Pendidikan anak - Mengajar anak prasekolah tentang persahabatan.
19
Pendidikan anak - Peperangan dimulai pada tahun kedua.
20
Pendidikan anak - Tips meminimalkan konflik pada saat memberi anak makan.
21
Perkembangan anak - Bayi 1 - 2 bulan.
22
Perkembangan anak - Peran ayah.
23
Perkembangan anak - Usia 0 – 1 tahun.
24
Pertanyaan anak - Apakah ada dinosaurus di dalam Bahtera Nuh.
Daftar Isi
25
Potret ibu - Ibu Kartini terperangkap di wilayah jalan Sudirman.
26
Potret ibu - Seperti katak di dalam tempurung.
27
Pujimu ibunda yang pengasih.
28
Refleksi anak-anak tidak akan menunggu.
29
Renungan ayah - Dibalik panggilan papa____!!.
30
Renungan ibu - Air susu dibalas air tuba.
31
Renungan ibu - Hanna bin Elkana Sutrisno.
32
Renungan ibu - Memori Natal.
33
Renungan orang tua - Kekuatan yang misterius.
34
Ruang tanya jawab - Anak saya kehilangan semangat belajar.
35
Ruang tanya jawab – Sampai kapan mendidik anak?
36
Tanya jawab – Haruslah karir dikorbankan demi anak?
37
Tart kentangku yang pertama.
38
Pada Edisi utama 21 ini.
Pada Edisi utama 21 ini:
39
Keluarga yang Takut akan Allah
40
Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
41
Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
42
Apakah Kamu Pernah Berbohong
43
Moralitas dan Rasa Hormat
44
Mengenal Penyakit Demam Berdarah
Kata Pendahuluan
Kata Pendahuluan
erampasan, kekerasan, pembunuhan, kerusuhan, penyalahgunaan zat psikoaktif (belakangan ini lebih dikenal dengan istilah narkoba) melanda kita dan membuat kita ngeri. Sebenarnya gejala itu sudah dapat diantisipasi beberapa tahun silam berkaitan dengan perilaku sebagian pemimpin dan usahawan kita yang menghalalkan segala cara demi memperoleh keuntungan sesaat. Hukum tidak berjalan baik dan ketidakadilan terpampang setiap saat di hadapan kita. Kemerosotan moral dalam masyarakat berimbas pada kehidupan banyak keluarga. Dewasa ini masalah ketidakjujuran, perselingkuhan, pengguguran kandungan, dan perceraian melanda keluarga kita serta membawa banyak dukacita. Meskipun sulit memperoleh angka yang pasti, kita dapat meyakini bahwa jumlah perceraian dan pernikahan kembali telah meningkat tajam beberapa tahun terakhir ini, terutama di kota-kota besar. Kita perlu kembali pada kehidupan keluarga yang berlandaskan rasa takut akan Tuhan. Kekacauan dalam hidup keluarga adalah karena kita lebih sibuk dengan diri kita dan lupa melibatkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. Acapkali kita mengambil keputusan penting tanpa berdoa dan mencari kehendak Tuhan lebih dahulu. Banyak anak tidak mengenal Tuhan dan cerita Alkitab dengan baik karena mereka tidak pernah diajak berdoa dan membaca Alkitab di rumah. Orangtua lebih mementingkan rekreasi, jalan-jalan, makan di restoran, dan nonton film daripada meluangkan waktu mengajarkan etika hidup kepada anak-anaknya. Keluarga yang menekankan kehidupan ibadah di rumahnya akan memperkuat rasa hormat satu dengan yang lain. Saling hormat ini adalah dasar perekat yang kuat dan kokoh dalam hidup suami-istri, sekaligus menghindarkan keluarga dari perpecahan. "Eunike" memandang perlu mengangkat tema mengenai moral dalam kehidupan keluarga dan mengenai bagaimana memperkenalkan Allah dalam keluarga. Selain itu ada tulisan kesehatan yang menarik dengan topik mengenai demam berdarah. Tulisan-tulisan yang tersaji mungkin terasa ringkas, namun diharapkan bermanfaat sebagai salah satu acuan dalam kehidupan berkeluarga.
Kata Pendahuluan
Ada berita gembira dan ada pula rasa kehilangan kami. Segenap redaksi "Eunike" mengucapkan selamat kepada Saudari Esther Tjahja (penanggung jawab rubrik "Sudut Anak") yang melangsungkan pernikahan dengan Saudara Nicholas Kurniawan pada 13 Juli 2000. Tuhan kiranya memberkati hidup pernikahan dan pelayanan Anda berdua. Segenap pengurus "Eunike" merasakan kehilangan yang besar, karena Saudari Gumariani, yang banyak sekali terlibat dalam pelayanan "Eunike", saat ini tidak lagi membantu di "Eunike". Kami terkesan akan pelayanan Anda dan kiranya buah jerih lelah Anda terus berkembang dan menjadi berkat bagi banyak orang. Terima kasih atas pelayanan yang Anda berikan dengan penuh dedikasi dan kiranya Tuhan memberkati Anda di tempat kerja yang baru. Ada sebuah kabar gembira bagi pembaca setia "Eunike". Buletin yang biasanya Anda terima ini akan dikembangkan dalam format baru berupa "majalah" dan terbit perdana pada Bulan Januari 2001. Terbitan perdana ini akan diedarkan secara cuma-cuma. Terbitan selanjutnya akan dapat Anda peroleh di toko buku Kristen di kota Anda dengan masa terbit tiga bulan sekali.
1. Pengaruh pembantu rumah tangga pada pendidikan anak
Anak Dan Lingkungan: Pengaruh Pembantu Rumah Tangga Pada Pendidikan Anak Ayny L. Susanto
enurut catatan salah satu survei menunjukkan bahwa anak yang ditinggal ibunya bekerja dan berada di rumah dengan pembantu/ baby sitter terlihat lebih mandiri daripada sepanjang hari berada di rumah bersama ibunya. Sekalipun survei ini bisa dipercaya, sebagai keluarga Kristen kita harus mempertimbangkan beberapa hal :
Pengaruh terhadap perkembangan karakter anak Penanaman dan pengertian tentang NILAI_NILAI Pemberian nilai-nilai kristiani hanya dapat diberikan oleh orang tua sendiri. Kita tidak bisa mengandalkannya pembantu untuk dapat memberikan nilai-nilai yang kita inginkan. Kita tidak dapat sekedar memberitahukan pembantu untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada anak, karena nilai kehidupan dan pribadi orang yang menanamkannya merupakan suatu kesatuan. Anak belajar kejujuran bukan sekedar diberitahukan untuk tidak berbohong, tapi ia melihat contoh bagaimana seseorang berkata jujur. Nilai kesetiaan dan kasih hanya dapat dipelajari pada saat anak itu melalui kehidupan sehari-hari bersama orang-orang yang dicintainya.
Tingkah laku, perkataan dan kebiasaan hidup anak Pembantu yang tidak menyayangi anak dan berdedikasi cenderung akan memperlakukan anak sebagai objek yang dari pekerjaannya. Hal ini dapat mengakibatkan hal-hal negatif, misalnya : keluar kata-kata kasar yang mudah ditiru oleh anak, yang menyakitkan dan berakibat buruk bagi harga diri anak, atau yang tidak patut didengar oleh anak. Perlakuan yang kasar dapat menyebabkan anak cepat marah. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan yang tanpa kasih. Dalam pola makan, kebiasaan tidur dan logat atau cara berbicara. Ada saat -saat di mana anak sulit makan atau tidur. Pembantu yang tidak berdedikasi cenderung untuk memberikan respon yang buruk untuk diterima oleh anak yang butuh kasih dan pembentukan.
1. Pengaruh pembantu rumah tangga pada pendidikan anak
Pengaruh terhadap kemandirian anak Pembantu yang terlalu melayani dan memanjakan anak, terasa positif dan menyenangkan bagi si anak dan orang tua. Akibatnya anak menjadi terbiasa tergantung dan kurang mandiri. Misalnya: segala sesuatu harus dilayani, kebiasaan memerintah kepada orang lain dan kurang kuat dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Ketidakmandirian anak ini mencakup hal-hal yang bersifat praktis secara fisik maupun emosi. Misalnya: anak menjadi terlalu dekat atau lengket dengan pembantu. Kedekatan pribadi lain (pembantu) menjadikan anak berkurang kedekatannya dengan orang tua. Padahal kedekatan anak dengan satu pribadi tertentu sangat mempengaruhi perkembangan emosi dan jiwanya. Anak yang cenderung terlalu dekat dengan pembantu membuat orang tua lupa dan tidak dapat mengenal anaknya dengan baik. Perlu diingat bahwa tidak selamanya orang tua dapat mengandalkan pembantu dan ada saatnya orang tua harus mengenal dan mengendalikan anaknya.
Pengaruh terhadap hubungan suami istri (keluarga) Dalam kondisi saat ini, khususnya bagi keluarga-keluarga muda dengan anak-anak yang masih kecil, kebutuhan pembantu dirasa sangat penting dan menolong. Banyak pekerjaan rumah tangga yang dibantu oleh pembantu dan meringankan para ibu apalagi bagi para ibu yang harus bekerja. Keadaan ini membuat kita "takut" kehilangan pembantu (lebih-lebih yang berrpotensi kerja baik). Sedangkan di pihak lain sebenarnya kita mulai "stress" dan tidak nyaman di rumah tangga sendiri dengan kehadiran mereka. Hal ini sering membuat kita mudah emosi dan mengganggu hubungan suami istri. Berkaitan dengan hal ini, beberapa hal yang dapat dipertimbangkan adalah :
Prioritaskan pertumbuhan dan kebutuhan hubungan suami istri Melepas pembantu yang bagus kerjanya memang berat. Tetapi pengaturan hak, wewenang di dalam rumah tangga adalah hak kita secara penuh. Jika hal ini mulai mengganggu, relakan pembantu yang baik itu pergi. Carilah pembantu yang benar-benar membantu dan mau mendengar dan mengikuti aturan rumah tangga kita.
1. Pengaruh pembantu rumah tangga pada pendidikan anak
Kerja sama dengan suami Ketidaktergantungan pada pembantu selain meringankan beban mental kita, jika melatih kerja sama dengan suami. Ambillah beberapa waktu (sesuai dengan jadwal-jadwal suami) untuk pergi rekreasi tanpa pembantu, atau biarkan mereka istirahat atau pulang. Nikmatilah kerja sama mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah, atau sekedar duduk-duduk berdua tanpa terganggu oleh orang lain.
Tips memilih pembantu rumah tangga : - Kenalilah kebutuhan rumah tangga anda Keluarga yang belum mempunyai anak dan suami istri bekerja, membutuhkan pembantu yang berpengalaman, mandiri, dan bisa dipercaya. Keluarga yang mempunyai anak balita, membutuhkan pembantu yang mengasihi anakanak dan mempunyai perilaku yang tidak membahayakan jika ditiru anak. Keluarga yang mempunyai anak remaja atau pemuda membutuhkan pembantu yang tidak bersifat memanjakan dan menguasai (biasanya yang sudah berumur), karena anak-anak sudah harus bisa melakukan beberapa pekerjaan di rumah. Harus kita ingat bahwa kita tidak dapat tergantung pada mereka selamanya. Dalam waktu tertentu harus kehilangan dan mencari yang lain. Rata-rata mereka bertahan sekitar 2 - 5 tahun atau kurang dari itu. - Perhatikan kebutuhan perkembangan anak anda Dalam memilih pembantu/baby sitter untuk anak, prioritas utamanya adalah sifat atau karakternya –di samping sekian kekurangan yang harus diterima : Sikap terhadap anak Penuh kasih sayang, mudah bergaul dan percaya diri. Harus dapat mencintai nak kita, Perhatikan sikapnya waktu bertemu dengan anak anda. Jangan terima yang terlalu cerewet, suka marah dan terlalu keras terhadap anak. Watak seseorang lebih penting daripada pengalamannya Memang orang tua merasa aman dengan pembantu yang berpengalaman menjaga anak sehingga pada waktu-waktu darurat tahu yang harus dilakukan. Walaupun keadaan darurat adalah sebagian dari kehidupan anak, tapi watak lebih berpengaruh secara konsisten terhadap anak. Jika watak tidak baik, pengalaman tidak lagi berguna.
1. Pengaruh pembantu rumah tangga pada pendidikan anak
Kebersihan dan kerapian lebih penting daripada pengalaman Pembantu yang tidak dapat menjaga kebersihan anak anda tidak berguna. Dalam hal ini butuh pembantu yang menurut dan mendengar, misalnya cara membersihkan pakaian-pakaian bayi, cara membuat susu dan makanan anak atau menjaga kebersihan badan/diri sendiri. Sifat atau hati yang baik pada anak lebih penting daripada pendidikan yang tinggi Orang tua lebih melihat sifat pembantu pada anak daripada pendidikannya karena untuk mendidik anak bukan pada pembantu yang pandai, tapi lebih banyak tergantung pada orang tuanya, sehingga kontrol terhadap diri anak harus tetap pada orang tua, bukan pada pembantu.
Jikalau anak anda mulai merasa tidak aman dengan pembantu, anda gelisah atau takut karena beberapa hal penting yang tidak dimiliki (seperti di atas), jangan mengorbankan anak anda. Anda harus lebih rela kehilangan pembantu tersebut daripada "kehilangan anak."
2. Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah
Ibu Full-Time Bekerja dan Ibu Full-Time Di Rumah ebelum kita menikah, kita menyusun cita-cita setinggi langit. Kita berusaha meraih pendidikan setinggi bintang, dan karir setinggi-tingginya. Ketika baru menikah kita mengangankan anak-anak yang lucu dan mungil. Kita menyusun idealisme "orang tua yang baik". Tanpa terasa konflik idealisme dan cita-cita mulai muncul. Kita mulai dihadapkan kepada realita bahwa hidup sangatlah kompleks. Anda tidak sendiri. Ada banyak ibu-ibu yang bergumul untuk hal ini. IBU FULL TIME BEKERJA:
Saya memiliki dua orang anak (2 tahun dan 3 tahun) dan bekerja full-time sebagai sekretaris. Sepenuhnya kedua anak saya diasuh oleh baby-sitter. Saya hanya bertemu dengan anak saya pada malam hari (mereka tidak tidur dengan suster), pagi hari sebelum saya berangkat bekerja, dan week-end. Baby-sitter yang baik bagi saya adalah yang ringan tangan, yang sopan dan tahu statusnya sebagai ‘penolong’ dan bukan ‘pengatur’. Tapi kitapun harus memperlakukan baby-sitter dengan baik, seperti layaknya keluarga sendiri, sehingga ia dapat memperlakukan anak kita dengan baik juga. (LID) Anak saya yang laki-laki mengalami sakit "hiper-pigmentasi" (separoh wajahnya berwarna hitam dan berbulu). Sejak ia lahir saya selalu bertanya "mengapa Tuhan mengaruniakan anak seperti ini kepada saya." Kehidupan saya lalui dengan stress dan air mata. Apalagi saya tinggal dengan mertua. Oleh sebab itu, bekerja di kantor merupakan penyegaran dan penghiburan untuk saya. Tapi selain itu, tujuan utama saya adalah supaya saya bisa mengumpulkan cukup biaya untuk operasi anak saya tahun depan. Ketika dia lahir saya sudah berjanji akan berusaha sekeras mungkin untuk kesembuhannya. Saya sangat berharap mujizat dari Tuhan karena saya tidak bisa bayangkan bagaimana anak usia tiga tahun harus melalui operasi. Hati saya sangat susah kalau mengingat penderitaan anak saya. (LK) Saya ingin sekali berhenti bekerja dan mengasuh anak saya sendiri. Saya sangat mencintai anak-anak dan saya tahu betul bahwa mengasuh anak sendiri jauh lebih baik daripada memberikannya kepada orang lain. Akan tetapi hal itu tidak mungkin. Pekerjaan suami saya sangatlah tidak stabil. Kami bahkan pernah kehabisan uang sama sekali, hanya beberapa ratus rupiah saja. Dalam keadaan seperti ini saya harus bisa menerima keadaan saya dengan berat hati. Saya betul-betul ingin sebanyak-banyaknya mendampingi anak saya. Oleh sebab itu hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang paling menyenangkan tapi paling
2. Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah
melelahkan. Pada hari-hari itu saya asuh anak saya sepenuhnya. Di hari-hari biasapun saya selalu menyuapi anak saya sepulang kantor, sekalipun saya lelah. (YAN) Selama saya bekerja, anak saya diasuh oleh baby-sitter dan diawasi oleh ibu saya. Kebetulan baby-sitter ini cukup baik, tidak suka memerintah dan mau bekerja sama dengan saya. Dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan saya. Sepulang kerja saya selalu berusaha langsung memegang anak saya. Memang kadang-kadang saya rasanya ingin membiarkan baby-sitter yang terus mengurus anak saya karena saya sangat lelah, tapi saya tahu itu tidak baik. Resikonya, kadang-kadang saya tidak mempunyai waktu untuk suami dan bahkan untuk diri sendiri. Itupun tidak baik, tapi itulah yang terbaik yang saya bisa lakukan. Kadang-kadang saya merasa ingin makan malam hanya dengan suami, akan tetapi demi kebersamaan dengan anak, saya biarkan dia duduk di samping saya dan ikut makan sedikit lagi. Memang tidak selalu saya harus mengurusnya sepulang kerja. Film "Dul anak Sekolahan" dan kegiatan bermain kadang-kadang lebih menarik daripada kehadiran saya. Akan tetapi di waktu saya pulang ataupun Sabtu dan Minggu itulah merupakan kesempatan saya untuk membimbing kerohanian anak saya. Tiap malam saya menceritakan cerita dari Alkitab bergambar, kemudian berdoa bersama. Kadang-kadang permintaan doa anak-anak sangat lucu dan saya sangat menikmati waktu bersama seperti itu. (NAT) IBU RUMAH TANGGA FULL-TIME:
Saya adalah orang yang tidak suka macam-macam, pikiran saya sederhana saja. Bagi saya mendidik tiga anak ini saja sudah kompleks. Kalau ditambah harus bekerja, saya bisa kebingungan. Tiap hari anak-anak harus diawasi belajarnya, mereka belum punya kesadaran disiplin sendiri. Zaman sekarang, pengaruh buruk sering mengganggu pikiran anak-anak, karena itu saya bikin mereka sibuk dengan banyak kegiatan (les mandarin, berenang, piano, dan gambar). Selain harus mempersiapkan pelajaran dan ulangan sekolah, kegiatan-kegiatan di luar sekolah tidak akan memberikan peluang bagi mereka untuk berpikir atau melakukan yang tidak-tidak. Sudah barang tentu saya harus terus mengawasi dan mendampingi. Memang saya harus bersabar, saat ini mereka harus dipaksa disiplin. Tapi saya yakin suatu saat, pola disiplin itu akan menjadi bagian dalam diri mereka. (LIL) Saya dan suami menggembalakan jemaat kecil yang sangat menuntut. Sebagai penginjil wanita dan istri penginjil, akhirnya saya full-time ibu rumah tangga dan full-time melayani. Anak saya sudah mulai bisa jalan dan harus terus diawasi. Tapi saya juga harus tetap khotbah, memimpin PA atau persekutuan. Terpaksa saya harus menerima kenyataan bahwa saya tidak bisa mempersiapkan pelayanan sebaik dulu. Saya hanya bisa persiapan pada saat anak dan suami sudah tidur. Di luar waktu itu sudah tidak mungkin. Waktu yang
2. Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah
paling melelahkan dan membingunkan adalah pada saat suami pergi pelayanan ke luar dan saya harus melayani penginjil tamu. Saat yang bersamaan saya harus melayani anak, tamu dan jemaat. Badan saya sekarang sudah kurus kering. Sukacita saya adalah pada saat melihat bagaimana anak saya bertumbuh. (LIDW) Hal yang paling mendorong saya dan terus memotivasi saya di tengah-tengah kesibukan dan kejenuhan mengasuh dan mendidik anak adalah prinsip dasar yang saya pegang. Prinsip tersebut adalah: "Tuhan memberikan anak ini untuk saya didik, sehingga saya bertanggung jawab penuh untuk menjaga dia dari pengaruh dunia dan mendidik dia ke arah kebenaran Firman Tuhan." Ada beberapa hal mengapa saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga full-time: 1. Ibu sebagai "pengembang" bakat anak Berdasarkan prinsip dasar tadi, saya bertanggung jawab untuk mengembangkan bakat yang Tuhan sudah berikan kepada anak saya. Saya adalah satu-satunya orang yang tepat untuk melakukannya karena saya yang paling mengenal dia dan yang paling mengerti bagaimana mendorongnya untuk berkembang. Saya melihat bahwa anak ini istimewa karena itu saya harus menuangkan konsentrasi saya pada anak ini. 2. Ibu sebagai "penyeleksi" pengaruh lingkungan Saya dan suami sepakat untuk mendidik anak kami tanpa campur tangan ataupun pengaruh dari orang lain. Kami berusaha menjaga anak kami dari pengaruh yang tidak sesuai dengan prinsip kami, karena kami sadar bahwa di usia Balita ini, anak kami belum bisa membedakan "tangan kiri dari tangan kanan" (yang baik dari yang jahat). Saya berusaha selalu mendampingi anak saya di mana saja, sehingga pada saat ada pengaruh lain yang masuk saya bisa cepat menetralisir. Misalnya: Banyak orang (termasuk orang Kristen) yang mentertawakan hal yang salah yang dilakukan oleh anak saya. Tentu saja hal ini menjadi pendorong bagi anak saya untuk mengulanginya lagi. Saya harus segera menetralisir dan menegaskan bahwa hal yang salah itu tidak lucu dan harus dibuang. Kehadiran saya mutlak diperlukan oleh anak saya selama 24 jam, karena saya tidak bisa "aplusan" dengan suami. Suami saya seorang penginjil yang sibuk sekali selama seminggu penuh. 3. Ibu sebagai "pembangun benteng perlindungan" Zaman kita sekarang sudah kotor dengan polusi pendidikan. Dari TV, majalah, pergaulan, dan tempat umum lain, anak belajar kekerasan, seks, dan prinsip-prinsip hidup yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Zaman kita sekarang membentuk pola pikir masyarakat yang jauh dari kebenaran, oleh sebab itu sejak dini saya harus menolong anak saya memiliki pola pikir yang dapat melindungi dirinya dari polusi tersebut saat dia besar nanti.
2. Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah
4. Ibu sebagai "kebanggaan anak" Belajar dari pengalaman sendiri, saya tidak mau di masa yang mendatang anak saya berkata:"Saya menyesal sekali ibu saya mendidik dengan cara seperti ini." Saya tidak mau anak saya salah didik. Banyak orang menganggap saya terlalu ideal, akan tetapi bagi saya kalau yang ideal itu dapat dikerjakan, mengapa tidak? Bukankah sebagai anak Tuhan justru kita harus berusaha mencapai yang ideal itu di tengah-tengah realita yang ada? Memang kadang-kadang ada perasaan takut ‘cupet’. Pekerjaan di rumah dan menjaga anak sering menyita waktu, sehingga saya tidak pernah ada waktu untuk menambah ilmu. Tapi saya cari jalan keluar dengan cara diskusi dengan suami dan teman. Sehingga saya tetap dapat memperoleh informasi dari buku-buku ataupun journal yang mereka baca. Mengenai waktu doa dan baca Alkitab yang seringkali tidak bisa dilakukan seperti dulu lagi, kadang saya harus menerima dengan sedih dan rasa bersalah. Selain menerima kenyataan ini, saya terus juga berusaha mencari kesempatan di sela-sela kesibukan yang ada. (SUS)
Hanya anda dan Tuhan yang tahu hal yang terbaik yang dapat anda berikan untuk anak anda. Karena itu, dasarilah segala pergumulan anda dalam rasa takut dan bersandar pada Tuhan Yesus. Hanya Tuhan Yesus yang dapat menunjukkan yang terbaik dan yang unik untuk keluarga anda. Hiduplah dalam keberanian iman. DO THE BEST AND HE WILL DO THE REST.
3. Sekitar Pembantu Rumah Tangga
Antar Kita: Sekitar Pembantu Rumah Tangga
aya sangat membutuhkan pembantu untuk membantu pekerjaan rumah tangga, tetapi ada hal-hal yang kurang baik yang saya peroleh karena keberadaan pembantu. Dengan adanya pembantu, sejak kecil saya tidak terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Akhirnya ketika saya sudah menjadi ibu rumah tangga saya mengalami kesulitan. Sekarangpun saya berpikir bagaimana mendidik anak saya supaya lebih mandiri dan tidak tergantung kepada pembantu. (E-Jkt) Pertama kali saya ,mempunyai pembantu, saya memperlakukannya dengan sangat baik seperti dengan saudara sendiri. Tapi saya tidak sadar bahwa sebenarnya saya harus memberi batasan-batasan tertentu. Ketidakbujaksanaan saya berakibat buruk. Dia tidak bisa lagi membedakan batasan pembantu dan majikan. Kadang-kadang tingkah lakunya membuat saya kewalahan. Segala gerak-gerik saya ditirunya, segala yang saya pakai ingin juga di pakainya, teman-teman saya juga diperlakukan sebagai temannya. Saya betul-betul terkejut dengan akibat kebaikan yang berlebihan itu. (S - Jkt) Dulu saya mempunyai pembantu tua yang sangat terampil. ‘sense of belongingnya’ sangat tinggi, sehingga kami tidak pernah khawatir dengan segala benda yang kami percayakan. Dia adalah pekerja keras dan betul-betul profesional. Tapi setelah bekerja sekian lama, kontrol rumah tangga diambil alih. Konflik terjadi. Hubungan dengan suami terganggu dengan ketidaknyamanan ini. Perkataannya mulai terasa lebih kasar dan tidak pantas didengar anak kecil. Akhirnya dengan berat hati saya biarkan ia pergi. Semula saya merasa sangat berat hati… maklum sulit mencari pembantu yang kerjanya baik. Tetapi setelah anak mulai besar saya bersyukur. Apakah artinya rumah bersih jika hubungan dengan suami dan anak terganggu. Anak saya sekarang biasa bertumbuh di lingkungan yang nyaman, sehat dan penuh sukacita. (Y - Jkt) Karena anugerah Tuhan, pembantu saya menerima Kristus dan dibaptis. Sejak itu, saya harus menjelaskan posisinya sebagai saudara seiman dan sebagai pembantu. Saya menegaskan padanya bahwa ia adalah saudara seiman. Tapi sebagai seorang Kristen, diapun mempunyai tanggung jawab kepada majikan sebagaimana Alkitab ajarkan. Dengan demikian hubungan kami tetap sehat. (R-Jkt)
4. Ibu mudah
Artikel: Ibu Muda Temple Bailey
eorang ibu muda melangkahkah kakinya di atas jalan hidupnya."Apakah jalan ini panjang?", ia bertanya. Pemandu jalan menjawab: "Ya!, dan jalan ini sulit. Kamu akan menjadi tua sebelum mencapai akhir dari perjalanan ini. Tetapi, akhir dari jalan ini jauh lebih baik daripada awal dari jalan ini."Tapi ibu muda ini berbahagia, dan ia tidak akan percaya bahwa segala sesuatu akan lebih baik daripada tahun-tahun yang sudah dilewatinya. Maka, ia bermain dengan anak-anaknya, mengumpulkan bunga-bunga sepanjang jalan, memandikan mereka dengan air sungai yang jernih, dan sinar matahari menyiramkan kehangatannya ke atas mereka … hidup begitu indah, dan ibu muda ini berteriak,"Tidak ada suatupun yang jauh lebih indah daripada hal ini." Maka malampun tiba, badai datang, jalan menjadi gelap, dan anak-anak mulai ketakutan serta kedinginan. Ibu muda ini menarik mereka dekat-dekat dan menyelimuti mereka dengan mantelnya. Anak-anak berkata, "Oh Ibu, kami tidak merasa takut, karena ibu ada di dekat kami, dan tidak akan ada apapun yang buruk yang akan terjadi atas kami." Maka si ibu muda berkata dalam hati, "Hal ini jauh lebih baik daripada terangnya tengah hari, karena aku sudah mengajarkan anak-anakku keberanian." Maka pagipun menjelang, di depan mereka menjulang bukit, dan anak-anak mendaki dan mulai kelelahan, dan si ibu juga merasa lelah, akan tetapi setiap saat ia berkata kepada anak-anaknya, "Bersabarlah sedikit lagi dan kita akan sudah berada di puncak sana." Maka anak-anak terus mendaki, dan mereka mencapai puncak bukit, serta berkata, "Kami tidak akan mungkin dapat melakukan hal ini tanpa dirimu, ibu." Maka, ketika ibu muda ini membaringkan diri di malam hari, ia memandang bintang-bintang dan berkata: "Hal ini jauh lebih baik daripada yang sebelumnya, karena anak-anakku belajar kegigihan di dalam kesulitan. Kemarin kuberikan mereka keberanian, hari ini aku sudah berikan mereka kekuatan." Di hari berikutnya, awan yang aneh membuat bumi gelap oleh peperangan, kebencian, dan kejahatan, dan anak-anak mulai tertatih-tatih dan tersandung, si ibu muda berkata: "Lihatlah ke atas. Angkat matamu memandang Sinar." Maka anak-anak melihat di atas awan tebal terpancar sinar kemuliaan yang kekal, dan sinar itulah yang membimbing mereka melewati kegelapan. Dan malam itu si ibu muda berkata: "Hari ini adalah hari yang terbaik dari seluruh hari, karena saya telah menunjukkan Allah kepada anak-anakku." Dan hari demi hari terus berlalu, minggu demi minggu, dan bulan, dan tahun, si ibu mulai tua dan mulai mengecil dan membungkuk. Tapi anak-anaknya menjadi tinggi dan kuat, dan mereka berjalan dengan keberanian. Ketika mereka berjalan di jalan sulit, mereka menolong ibunya. Ketika jalan sangat kasar bergelombang, mereka mengangkat ibunya
4. Ibu mudah
karena ibu mereka sudah sedemikian ringan seperti bulu, dan akhirnya mereka sampai ke bukit dan di atas bukit mereka dapat melihat jalan yang di ujungnya terdapat gerbang emas dengan pintu yang terbuka lebar. Dan si ibu berkata: "Saya sudah tiba di akhir perjalanan saya. Sekarang saya tahu bahwa akhir dari perjalanan ini benar-benar jauh lebih baik dari awalnya karena anak-anakku kini dapat berjalan sendiri, dan mereka dapat mewariskannya kepada anak-anak mereka." Dan anak-anak berkata: "Ibu akan selalu berjalan dengan kami, bahkan setelah ibu melewati gerbang itu." Dan mereka berdiri serta memandang ibu mereka berjalan sendiri mendekati gerbang. Setelah si ibu sudah tidak terlihat lagi, mereka berkata: "Kami tidak dapat melihat dia, akan tetapi dia tetap bersama dengan kami. Seorang ibu seperti ibu kami lebih dari sekedar memori. Dia selalu hadir dan selalu hidup." (Kiriman Santy Gunadi, Los Angeles)
5. Pengalaman kalau salah dalam mendidik anak
Pengalaman Kalau Salah Dalam Mendidik Anak (Kejadian 4:1-8) Ny. Monica Indrawan
alau kita membuat kue bolu, dalam waktu satu jam lebih kita sudah tahu kue bole kita berhasil atau gagal. Kalau rasanya pahit atau kuenya tidak naik, kita tahu bahwa kita sudah mengalami kegagalan. Bagaimana dalam pendidikan anak? Apa kriteria berhasil? Apa kriteria gagal? Dalam membicarakan masalah remaja, kita mengenal istilah ‘peer-group’ dan ‘peerpresure’. Suatu tekanan yang tidak kelihatan, tetapi nyata. ‘Peer presure’ merupakan tekanan yang memaksa seseorang untuk berbuat sesuai dengan teman-teman sebaya dan lingkungan sekelilingnya. Tekanan ini bisa dalam hal prestasi di sekolah, gelar yang sama tingginya, penghasilan yang sama banyaknya, hidup yang sama majunya, pakaian yang sama mutunya, pengetahuan yang sama dalamnya. Kadang-kadang hal ini bisa positip mendorong untuk bertindak yang baik, tetapi seringkali lebih banyak nilai negatipnya. Orang tua Kristen juga mengalami ‘peer pressure’ ini, sama seperti remaja. Tekanan tersebut adalah: "mempunyai anak Kristen yang sempurna." Suatu pandangan yang diterima secara luas bahwa kalau anda tidak dapat mendidik anak menjadi anak yang sehat secara emosi, penuh semangat pelayanan, tahu menghargai nilai seni yang tinggi, maka anda telah gagal sebagai orang tua Kristen. Karena itu orang tua bersedia mengorbankan segalanya, bahkan hubungan dengan pasangan dan pertumbuhan rohani diri sendiri untuk pendidikan anak-anaknya. Dalam Efesus 5 dan 6 kita melihat orang Kristen harus hidup beribadah kepada Tuhan, harus makin menjadi serupa dengan Kristus, harus dewasa dalam karakter Kristiani, harus setia dalam kehidupan dan kesaksian, dan akhirnya harus melaksanakan kehidupan keluarga dan mendidik anak dalam ajaran serta nasihat Tuhan. Kita mengasihi anak-anak kita dan mau memberikan yang terbaik bagi mereka baik dalam pembentukan kepribadian maupun kerohanian mereka. Tetapi kalau kita menempatkan mereka sebagai nomor satu, bagaimanapun mulianya motivasi kita, kita kurang menghargai Tuhan dan menimbulkan persoalan bagi kita dan bagi anak-anak.
5. Pengalaman kalau salah dalam mendidik anak
Karena itu, "membuat anak Kristen yang sempurna" atau menciptakan orang suci kecil, bukanlah tujuan kita. Kedewasaan Kristen membutuhkan pergumulan dan pertumbuhan. Akan ada masa-masa di mana anak-anak bersikap seperti orang yang belum pernah diajar. Kadang-kadang mereka begitu sulit, menyebalkan dan menyusahkan. Itu adalah bagian dari pertumbuhan. Mengharapkan kesempurnaan hanya menimbulkan ketakutan dan rasa bersalah pada orang tua. Anak-anakpun akan mengalami ketakutan serta tekanan/stress yang tidak perlu. Mungkinkah kita berusaha mendidik anak kita menjadi anak Kristen yang sempurna bukan untuk kepentingan anak itu sendiri tetapi untuk kebanggaan orang tua? Mungkinkah kita mendidik mereka baik-baik untuk mendapat balasan kasih dari mereka? Mungkinkah kita curahkan seluruh perhatian kita karena kita lebih haus akan cinta kasih mereka daripada cinta kasih Allah? Dikasihi anak-anak adalah sukacita yang paling dalam di kehidupan ini. Semua orang tua menginginkannya. Tetapi menempatkannya di atas kasih Allah adalah kesalahan prioritas. Marilah kita mengasihi anak-anak kita dengan sepenuh hati kita. Itu adalah hak mereka. Mereka tak perlu mencapai standar tertentu untuk kita kasihi. Kita harus terus mengingat untuk tidak menuntut mereka berlebihan. Jangan menekan mereka untuk menjadi "anak Kristen yang sempurna ". Seperti juga kita, mereka adalah manusia yang berdoa. Biarlah kasih kita kepada anak-anak dicurahkan dengan penuh disiplin, menyeluruh dan bebas. Berilah anak-anak anda dasar yang kuat untuk kehidupan Kristen yang utuh, dampingi dalam jatuh bangun dan pergumulannya sebagai realitas kehidupan. Biarlah mereka ikut mengalami pergumulan jatuh bangun kehidupan rohani orang tuanya sebagai hal yang nyata sehingga mereka bisa bertumbuh dalam kedewasaan iman pribadi yang kokoh. Dan Biarlah mereka mengalami kebahagiaan dan kedamaian yang juga dialami oleh orang tua yang senantiasa berusaha hidup dalam Tuhan.
(Sumber: "Why Christian Kids Have Their Faith", Tim Bissed)
5. Pengalaman kalau salah dalam mendidik anak
PENGALAMAN PEMBACA "MERASA BERSALAH DALAM MENDIDIK ANAK" Saya dikaruniakan anak kembar laki-laki segera setelah kami menikah. Saya merasa tidak siap, oleh sebab itu saya banyak membaca buku. Dengan segala idealisme yang ada di kepala saya menuntut anak-anak saya dengan keras. Kadang-kadang saya merasa terlalu keras terhadap mereka. Sampai anak kembar saya menduduki bangku SMP, saya merasa pendidikan saya sia-sia, mereka tetap tidak mau diatur dan sering membuat saya jengkel. Saya sempat merasa bersalah karena kekerasan saya itu. Saya merasa tidak bisa lagi kembali ke masa di mana saya bisa bersikap lembut dan mesra kepada mereka. Mereka cepat sekali bertumbuh. Rasa bersalah ini saya kompensasikan kepada anak ketiga. Saya perlakukan dia sangat lembut, saya agak memanjakannya. Setelah anak kembar saya menduduki bangku SMA, saya agak terkejut melihat perkembangan sikap mereka. Ternyata mereka menghargai dan menghormati saya. Saya mulai melihat buah-buah pendidikan yang saya berikan. Melalui hal ini saya belajar bahwa kita jangan terlalu cepat merasa bersalah dengan disiplin yang kita tegakkan untuk anak-anak. Kita tidak bisa melihat hasil terlalu cepat. Disiplin itu perlu jika diberikan dengan kasih. Memanjakan anak memang menyenangkan untuk kita sebagai orang tua, akan tetapi tidak baik untuk anak itu sendiri (Ny. Christin T.).
6. Tugas ayah – Sebagaimana apa adanya
Tugas Ayah: Sebagaimana apa adanya Pdt. Dr. Paul Gunadi
eberapa tahun terakhir ini muncul satu gerakan baru di tengah umat Kristen Amerika yang disebut The Promise Keepers (Pemegang Janji). Gerakan yang makin populer ini sebenarnya adalah suatu pelayanan yang khusus ditujukan untuk kaum Adam. Salah satu buah dari gerakan ini adalah bertambahnya kesadaran pria untuk menjadi suami dan ayah sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Sebagai salah seorang anggota kaum Adam, saya turut bersukacita dan menyambut pelayanan yang memang sudah waktunya ini, bak buah yang sudah lama masak menantikan untuk dipetik. Saya pun bermimpi, kapankah gerakan seperti ini muncul di Indonesia. Saya mengakui bahwa ada beberapa konsep tentang kewajiban suami dan ayah yang telah begitu mengakar namun sesungguhnya konsepkonsep itu lebih bersumber pada nilai-nilai sosial-budaya, daripada Alkitab sendiri. Bertolak dari pikiran di atas ini, ada satu peristiwa yang akhirnya membukakan pemahaman saya akan salah satu tugas ayah. Firman Tuhan yang mencelikkan mata saya ini terambil dari Kejadian 1:26 yang berbunyi, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita………". Peristiwa tersebut adalah ketika saya mendisiplin salah satu anak saya. Kira-kira beginilah ceritanya: Siang itu pundak dan leher saya nyeri dan kaku, kemungkinan akibat pada malam sebelumnya saya duduk di dekat A/C yang kebetulan lumayan dingin. Dalam keadaan yang tidak nyaman tersebut, dua anak kami berkelahi gara-gara yang satu ingin memandikan kelinci peliharaan kakaknya sedangkan si kakak menolak untuk membasahi kelincinya. Pada awalnya saya mendiamkan pertikaian itu dengan harapan, entah bagaimana, mereka akan bisa menyelesaikan konflik tersebut. Ternyata harapan saya meleset; suara si kakak makin bertambah keras melarang adiknya memandikan kelinci peliharaannya karena si adik semakin memaksakan kehendaknya. Tiba-tiba darah saya naik ke ubun-ubun dan saya segera keluar kamar. Dengan suara keras saya perintahkan si adik untuk menghentikan perbuatannya. Namun yang terjadi sebaliknya, ia malah berusaha memegang kelinci tersebut. Dengan bergegas saya mendekati mereka dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, tetapi belum sempat si adik menjelaskan masalahnya kepada saya, secara tiba-tiba saya langsung memukul pantatnya. Tidak puas dengan hukuman itu, saya lalu mendorongnya beberapa kali secara kasar, seraya memarahinya dengan keras. Dia lari ke kamar sambil menangis terisakisak……..dan saya pun menyesali perbuatan kasar yang tidak perlu saya lakukan itu.
6. Tugas ayah – Sebagaimana apa adanya
Sekarang ini, tatkala saya sedang menulis peristiwa itu, hati saya masih diamuk oleh penyesalan yang dalam. Satu hal saya bermaksud untuk mendisiplin anak; tapi hal yang lain yang telah terjadi adalah bahwa saya telah menghina anak. Biasanya saya memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum memberikan disiplin. Kali itu tanpa peringatan saya langsung memukulnya. Biasanya saya menanyakan duduk perkaranya sebelum memutuskan sanksi apa yang harus saya berikan; saat itu saya langsung memukulnya. Biasanya saya hanya memukul pantatnya, siang itu saya mendorong-dorongnya dengan kasar. Yang lebih serius lagi, kali itu bukanlah untuk pertama kali saya memperlakukannya dengan kasar. Itu adalah yang ketiga kalinya! Setelah meminta maaf kepadanya, saya berjanji bahwa saya tidak akan memperlakukannya secara kasar lagi. Saya berjanji bahwa saya hanya akan memukul pantatnya saja sebagai upaya saya mendisiplinnya. Tidak lebih dari itu. Janji yang tidak pernah saya lontarkan sebelumnya namun saya tahu bahwa saya harus mengutarakannya agar lebih mengikat saya di masa mendatang. Peristiwa itu menyadarkan saya, atau lebih tepat lagi membuktikan, bahwa pada dasarnya saya adalah seorang pria yang kasar dan bahwa kekasaran ini sewaktu-waktu bisa muncul tanpa kendali. Saya prihatin dengan kelemahan saya ini sebab saya yakin bahwa kalau saya meneruskan perbuatan saya ini maka anak kami itu pun akan mewarisi kekasaran saya ini. Sudah tentu secara rasional ia membenci kekasaran saya namun tanpa disadarinya ada dua hal yang mulai terjadi dalam dirinya. Pertama, kebenciannya itu akan makin menggunung dan gunung kebencian merupakan volkano kemarahan yang sewaktuwaktu meledak dalam bentuk kekasaran. Kedua, model disiplin yang ia terima dari saya ini, akan menjadi contoh hidup baginya bagaimana mendisiplin anaknya nanti. Model seperti ini akan dipakukan makin dalam pada benaknya setiap kali saya memperlakukannya dengan kasar. Alhasil, saya akan mewariskan kepadanya suatu tradisi mendisiplin anak yang bukan saja tidak terpuji, tetapi juga yang destruktif. Peristiwa ini mengingatkan saya mengenai kaitan tugas seorang Ayah di dalam Firman yang mengatakan: "Baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita. Sebagai pencipta, Tuhan mewariskan kepada ciptaan-Nya gambar pribadi-Nya. Gambar di sini tidaklah sama sekali mengacu kepada lukisan mati. Bagaimana mungkin, sebab Allah adalah roh dan tidak berbentuk. Sebaliknya, gambar dan rupa Allah mempunyai makna kemiripan dengan Allah secara pribadi (bukan berarti kita adalah Allah!). Pada intinya, sifat dan ciri-Nya diwariskan ke manusia ciptaan-Nya. Begitu erat hubungan antara Pencipta dan ciptaan-Nya. Demikian pulalah hubungan antara ayah dan anaknya! Bukan saja ayah mewariskan segudang kesamaan biologis, ayah juga berpotensi untuk memberi model sikap pada anak. Jika saya senantiasa bersikap kasar kepada anak saya, apa yang akan
6. Tugas ayah – Sebagaimana apa adanya
paling banyak saya wariskan kepada anak saya? Diri kita, sebagaimana apa adanya. Kesimpulannya, tugas ayah yang hakiki adalah menjadi dirinya sendiri, namun hendaklah kita menjadi diri kita yang terbaik. Diri kitalah – sifat, sikap, dan tingkah laku – yang akan kita wariskan kepada anak kita. Dan saya percaya, harta warisan termahal yang kita dapat tinggalkan buat anak kita adalah diri yang rohani—diri yang dihuni dan dipimpin oleh Allah. Maukah Saudara menjadi ayah yang rohani?membekali anaknya dengan selubung kesamaan sifat, sikap, dan tingkah laku. Dan ini yang penting: Pewarisan sifat, sikap, dan tingkah laku terjadi setiap saat, baik yang dilakukan secara terencana, maupun tidak terencana; namun yang terbanyak adalah yang diperbuat secara tidak terencana.
7. Bagaimana menjadi ayah ?
Bagaimana Menjadi Ayah ? eseorang yang telah menyandang identitas sebagai ayah belum tentu telah berperan sebagai ayah. Ayah A:
Istri saya mengeluh bahwa saya selalu memberikan apa yang anak-anak mau, sehingga anak-anak lebih sayang papa daripada mama. Bagaimana tidak? Saya jarang sekali bertemu dengan anak-anak. Sudah barang tentu setiap kali bertemu mereka, saya ingin menyenangkan mereka. Ibu B:
Saya hanya mengharap sedikit pengertian dari suami. Mestinya dia ada rasa terima kasih sedikit. Saya bekerja untuk mendukung keuangan keluarga, berarti untuk menopang dia. Tapi, giliran urusan anak, sedikitpun dia tidak mau ikut campur. Bagaimana saya tidak kewalahan? Seharusnya pendidikan untuk menjadi orang tua bukan hanya untuk ibu, tapi khususnya untuk ayah. Istri C:
Begini nasib jadi ibu. Kalau jadi ayah, hanya tahu main dan rekreasi dengan anak. Giliran ganti pampers, anak nangis, pokoknya yang susah-susah……. "Ma….. si kecil ngompol, ma…. Si kecil ngantuk" Ingin sekali barang satu hari cuti sejenak. Tapi, mana mungkin? Anak saya bisa tidak makan satu harian. Ayah D:
Istri saya terlalu hati-hati dan kurang percaya pada suami. Saya sebenarnya mau mengasuh si kecil sekali-sekali. Tapi baru saja saya berbuat sesuatu yang berbeda, dia sudah teriak: "Eeeee pa, jangan digitu’in dong..! eeee…. Awas keseleo" Saya pikir, ayah selalu menjadi Mr. Wrong dan ibu selalu menjadi Mrs. Right. Anak:
Kemarin ayah pulang larut malam, tapi saya dapat merasakan dahi saya di sentuh dan ia berkata: "Tuhan berkatilah anakku." Kemudian dia berbisik di telingaku: "Tidurlah bersama malaikat, anakku, papa sayang kamu." (Nicholas, 1 SD)
8. Dari pembaca
Dari Pembaca
aya seorang ibu rumah tangga, Sarjana Arsitektur, dengan dua anak balita (yang putri berusia 4 _ tahun dan yang putra berusia 13 bulan) . Saya berhenti bekerja sejak melahirkan putri pertama karena ingin berkonsentrasi pada pendidikan anak. Sesungguhnya saya menikmati peran tersebut, sekalipun keadaan ekonomi pas-pasan. Namun di sisi lain, saya tidak bisa memungkiri bahwa saya kehilangan hal-hal lain yang tak kalah pentingnya. Dengan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu saya menjadi tidak berkembang. Bukan hanya dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan saya, tapi dalam banyak hal yang umumnya hanya didapat bila kita bekerja. Akibatnya saya menjadi kurang percaya diri, khususnya bila bertemu dengan mantan teman-teman kuliah atau sanak keluarga yang bekerja, dan yang lebih susah lagi apabila bertemu dengan rekan-rekan kantor suami, terutama yang wanita. Saya mengalami sukacita melihat perkembangan anak , tapi sekaligus menjadi kurang percaya diri karena merasa tidak berkembang. Setelah putri kami berusia 13 bulan, saya memutuskan untuk kembali bekerja. Saya bersyukur karena pekerjaan saya sangat menarik dan kebijaksanaan pimpinan yang memungkinkan saya pulang tiap waktu dan kelonggaran lain pada waktu anak sakit. Saya mempekerjakan seorang pengasuh yang cukup terampil dan menyayangi anak. Saya berusaha mengimbangi minimnya waktu dengan kualitas kebersamaan. Namun saya mengakui bahwa kualitas saja tidak cukup. Saya berupaya sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi anak saya dengan banyak bertanya dan membaca, untuk meminimalkan segala dampak negatif. Saya sangat berbahagi pada waktu itu, saya menikmati pekerjaan saya dan peran saya sebagai ibu rumah tangga. Dalam suatu diskusi , suami saya mengatakan kalau lebih suka kalau saya bekerja, bukan karena keuangan yang lebih baik, tetapi karena dampak positifnya dalam diri saya. Kini saya kembali menjadi ibu rumah tangga penuh waktu karena situasi yang berubah. Kami pindah ke kota kecil di mana tidak terbuka kesempatan bagi saya untuk bekerja. Tiga bulan pertama saya down. Saya merasa diperlakukan tidak adil, oleh siapa saya tidak tahu. Pertengkaran dengan suami kembali timbul, yang kalau dipikir secara jujur sayalah yang memulai. Segala kekesalan saya lemparkan kepada suami. Saya iri kepada suami saya yang memiliki kesempatan untuk terus bekerja sementara saya tidak. Tiga bulan yang berat saya lalui dengan penuh pergumulan dan hanya oleh pertolongan Tuhanlah saya dapat memenangkannya. Kini sebagai ibu rumah tangga penuh waktu saya mengurus rumah tangga dengan sukacita. Saya mendidik anak dengan segenap hati, namun tetap berusaha meng-
8. Dari pembaca
embangkan diri sebaik mungkin. Saya dan suami sepakat bahwa dengan tetap mengutamakan pendidikan anak, saya harus semakin maju sehingga dapat berperan sebagai penolong yang sepadan dalam segala aspek, sejalan dengan perkembangan suami. Saya dibantu oleh seorang pengasuh dan seorang tukang cuci yang memungkinkan saya untuk banyak belajar dan membaca koran, majalah, buku rohani dan buku pengetahuan. Saya membuat kliping untuk dimanfaatkan bagi pendidikan ibu-ibu dalam lingkup gereja dan Dharma Wanita. Saya juga sering menulis, umumnya untuk disimpan dan kadang dikirim ke media cetak. Sesekali saya diminta untuk memberikan ceramah. Dan yang paling membuat saya berbahagia adalah kesempatan untuk melayani Tuhan melalui persekutuan siswa (sebagai pembina dan pemimpin kelompok kecil). Akhir kata saya simpulkan, bahwa bagi saya pribadi pendidikan anak adalah prioritas utama. Namun saya merasa harus terus mengembangkan diri dan tetap memiliki kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi orang lain (berkarya). Entah harus secara penuh waktu di rumah atau di kantor.
9. Aku harus berbicara kepada seseorang
Doa:
Aku Harus Berbicara kepada Seseorang
ku harus berbicara kepada seseorang Tuhan.
Aku kuatir, aku tidak bahagia. Aku sering merasa ada sesuatu yang kurang, tidak ada harapan, merasa kalah, takut ……Atau lagi aku ingin berlari dengan sukacita ke jalan dan berteriak, "Stop, dunia! Dengarkan, aku mempunyai cerita yang indah!" Tapi tidak ada seorangpun yang berhenti untuk mendengar, di luar sana maupun di sini-sini, di rumah tempat aku tinggal. Bahkan mereka yang sangat dekat dengan saya sangat sibuk, sangat tenggelam dengan persoalannya masing-masing. Mereka mengangguk-angguk ketika saya berbicara dan berusaha untuk berbagi susah, tapi mereka tidak bisa; dan aku sudah mengetahuinya bahkan sebelum aku mulai berbicara. Aku merasakan adanya tembok antara kami -suami dan istri, orang tua dan anak, tetangga dan tetangga, teman dan teman.Tembok diri. Tembok kesepian. Bahkan tembok kata-kata. Bahkan ketika kami mencoba untuk berbicara satu kepada yang lain, tembok mulai menghalangi. Kami berpura-pura, kami menarik diri, kami membuat diri sepertinya lebih baik dari diri kami sebenarnya. Atau kami duduk sendiri dalam penghakiman, mengkritik bahkan ketika kami bersikap seolah-olah kami setuju. Tapi dengan Engkau Tuhan, tidak ada tembok.Engkau, yang membuat aku, mengenal perasaanku yang terdalam, pikiranku yang paling tersembunyi. Engkau mengenal hal yang baik dan tersembunyi. Engkau mengenal hal yang baik dalam diriku, Engkau sudah mengerti. Mengapa, kemudian, aku berbalik pada-Mu?Karena, ketika aku berbicara padaMu kekecewaanku berkurang, sukacitaku bertambah. Aku menemukan jalan keluar atas masalah-masalahku, atau kekuatan untuk menanggung apa yang ku perlu. Dari kebijaksanaan-Mu yang sempurna, aku mendapatkan kebijaksanaan untuk kebutuhan hidup saya sendiri. Terima kasih bahwa saya akan terus dapat datang pada-Mu. Aku butuh berbicara kepada seseorang, Tuhan.
( Marjorie Holmes, A Woman’s Conversation With God " I’ve Got Talk to Somebody, God, New York Bantam books, 1984, hal.3-4 )
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
Ibu dan Dunianya:
Kerja Paruh Waktu: Salah Satu Alternatif ? Anne Kartawijaya
agi beberapa ibu yang aktif dan energik, terus menerus diam di rumah merupakan hal yang menjemukan dan bahkan terkadang membuat suasana rumah tangga menjadi tidak sehat. Beberapa ibu memilih untuk bekerja paruh waktu. Ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum kita memutuskan kerja paruh waktu : Jarak Lokasi Kerja Suasana di Jakarta sangat berbeda dengan suasana di kota-kota lain. Harus dipikirkan berapa banyak waktu yang tersita untuk bekerja . Sering kali bekerja paruh waktu di kantor menjadi tidak efektif karena masalah lalu lintas kota Jakarta. Jikalau kota tempat anda tinggal sesibuk Jakarta pikirkanlah hal ini. Sebaiknya kita memilih lokasi kerja yang tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga waktu anda tidak terbuang percuma. Lokasi yang dekat juga menolong anda untuk segera pulang jikalau anak mendadak membutuhkan kehadiran anda secepatnya. Fleksibilitas Kerja Jikalau anak anda masih balita, apalagi di bawah usia dua tahun, faktor ini penting sekali. Anda sangat membutuhkan fleksibilitas kerja, karena anda tidak dapat menduga kapan anak anda sakit. Pilihlah jenis pekerjaan yang tidak terlalu menuntut komitmen ketepatan waktu. Beruntung jika anda memiliki perusahaan sendiri. Jika anda bekerja di kantor, pastikan dahulu apakah bos anda adalah orang yang meletakkan nilai keluarga sebagai prioritas penting. Jenis pekerjaan lain yang cukup fleksibel misalnya : membuka salon kecantikan di rumah, berdagang di rumah, mengajar privat, membuat sesuatu untuk disalurkan ke toko-toko, , menulis atau membuat karya-karya tertentu yang bisa dikerjakan di rumah, dan lain-lain. Ruang Anak di Tempat Kerja Anak-anak sangat mudah sekali salah menafsirkan maksud dari orang dewasa. Ketidakhadiran ibu sebenarnya adalah untuk masa depan anak akan ditafsirkan sebagai penolakan bagi anak-anak. Sekalipun anak-anak belum bisa mengungkapkan perasaannya, ketidakhadiran orang tua di dekat mereka merupakan hal yang sangat menyakitkan bagi mereka. Perpisahan merupakan hal yang sangat mengerikan bagi anakanak. Oleh sebab itu, khususnya untuk balita, penting sekali anak tetap berada di dekat
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
ibu saat ibu sedang bekerja. Paling sedikit dia dapat melihat wajah ibu atau mendengar suara ibu ketika ibu sedang bekerja. Jika anda bekerja di luar rumah dan memutuskan untuk membawa anak, pikirkan ruangan di mana anak anda dapat bermain atau beristirahat. Ruangan tersebut haruslah ruangan yang cukup lapang untuk bergerak, sirkulasi udara yang sehat, dan temperatur udara yang baik untuk anak-anak. Anda dapat membawa kereta, play-pen, atau matras. Bawa juga mainan kesukaan anak-anak, sehingga anak dapat melakukan kegiatan selama anda bekerja. Pengasuh Paruh Waktu Untuk mengawasi anak-anak, anda bisa meminta pertolongan rekan, famili atau pembantu yang sudah anda latih sebelumnya. Orang tersebut haruslah orang yang anda percayai dan dapat melakukan kebiasaan yang biasa anda lakukan. Sebaiknya orang tersebut adalah orang yang tertentu (tidak berganti-ganti) dan haruslah orang yang mempunyai prinsip pendidikan sejalan dengan prinsip anda, minimal bisa menuruti prinsip anda. Berhati-hatilah jangan sampai anak anda dibingungkan dengan dua macam peraturan. Bekerja paruh waktu memiliki bahaya juga. Beberapa Ibu yang sangat suka bekerja dapat lupa daratan. Janganlah keasyikan dengan pengasuh paruh waktu dan kemudian ketagihan. Ingatlah bahwa anda hanya meminta pertolongan kepada mereka secara fisik dan bersifat sementara saja. Segala macam pendidikan mental, spiritual, sosial dan lain sebagainya tetap di tangan anda. Ini berarti kuantitas waktu keterlibatan anda tetap diperlukan. Jikalau anda merupakan orang yang seringkali keasyikan bekerja dan cenderung mengabaikan anak, anda membutuhkan rekan yang senantiasa mengingatkan, kalau perlu, tulislah besar-besar di ruang kerja anda : kelalaian satu menit membutuhkan kerja keras bertahun-tahun untuk memulihkannya. Selalu Siap Untuk Anak (Availability) Ketika anak bertumbuh semakin besar, anda mulai dapat mendidik anak untuk menahan diri. Sedikit demi sedikit anak dapat diajarkan untuk tidak mengganggu orang tuanya ketika sedang bekerja. Akan tetapi kita harus selalu peka terhadap kebutuhan anak. Hal yang sederhana bagi kita kadangkala merupakan hal yang besar untuk anak. Jangan sampai anak-anak menjadi enggan untuk datang pada kita saat mereka betul-betul membutuhkan. Dan jangan sampai anak-anak merasa enggan untuk bertanya hanya karena kita selalu menganggapnya sebagai pengganggu. Kita harus benar-benar peka untuk memberikan penjelasan yang sesuai dengan tahap pemahaman anak. Kadangkadang kita tidak perlu menunggu anak datang kepada kita, untuk mendapatkan kebutuhannya baik kebutuhan fisik, emosional ataupun rasional. Ibu harus selalu available untuk anak. Pekerjaan dapat ditunda, tapi perkembangan anak terus berjalan bersamaan dengan berjalannya waktu.
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
Jika anda bekerja paruh waktu di luar rumah, tinggalkan nomor telepon kantor, sehingga anda dapat dihubungi kapan saja diperlukan. Tanda-tanda untuk Berhenti Bekerja Anda harus tetap selalu peka melihat kebutuhan anak. Ada anak-anak tertentu yang sangat membutuhkan perhatian ibu secara intensif bukan hanya dalam hal fisik, tetapi juga emosionil. Jika anak anda sudah sangat rewel, sering melakukan tingkah laku aneh untuk menarik perhatian anda, sering gelisah atau jika anda tidak dapat menemukan pengasuh yang cukup baik untuk menjaga anak anda dari pengaruh negatif (dari dirinya sendiri, dari lingkungan atau dari media), sebaiknya anda segera berhenti bekerja. Jangan paksakan anak anda untuk mengerti kebutuhan anda, justru anda yang harus memaksakan diri mengerti kebutuhannya.
KENALI DIRI ANDA SEBELUM MEMUTUSKAN KERJA PARUH WAKTU
Sebenarnya masalah bekerja atau tidak bekerja, paruh waktu atau penuh waktu, memerlukan pertimbangan dalam beberapa hal :
1. Kenali Diri Kita harus mengenali diri kita terlebih dahulu, apakah yang menjadi minat dan panggilan kita. Percuma saja kalau kita terus di rumah, akan tetapi hati kita tidak ada di rumah. Menjadi ibu rumah tangga tidak identik dengan menjadikan diri sebagai korban. Sebab setiap orang yang merasa dirinya menjadi korban akan menuntut dan tidak dapat menjadi berkat. Kita harus menempatkan pengorbanan diri pada posisi yang benar. Jangan sampai akhirnya kita menuntut suami terlalu banyak atau melampiaskan kebutuhan emosi kita terlalu banyak kepada anak, sehingga akhirnya anak yang menjadi korban pemuasan diri kita. Setiap ibu mempunyai kemampuan yang berbeda. Bukan berarti jika si A dapat membagi waktu untuk kerja dan anak, maka kitapun bisa. Karakter dan kondisi setiap ibu unik adanya. Kalau si A bisa bekerja sampai larut malam ketika suami dan anak tidur, kita mungkin tidak bisa seperti itu. Janganlah kita memaksakan diri menjadi sama seperti orang lain. Gejala yang saya lihat selama ini adalah banyak ibu-ibu yang tidak mengenal apakah yang mereka kehendaki, sehingga mereka mengalami fustrasi. Dan apa yang dilakukan mereka akhirnya mereka lakukan dengan rasa bersalah dan tanpa sukacita.
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
2. Kenal Anak Menjadi ibu rumah tangga penuh waktu harus disertai dengan pengertian "siapakah anak" bagi anda. Anak bukanlah objek, bukan pula target hidup kita. Jangan jadikan anak sebagai idola yang mengobsesi kita. Setiap anak unik adanya. Anak pertama berbeda dengan anak kedua, anak kedua berbeda dengan anak ketiga, demikian seterusnya. Setiap anak unik dalam karakternya demikian juga kebutuhan dan tuntutan serta kelemahannya. Dengan demikian setiap anak harus diperlakukan secara unik, yang satu harus diperlakukan berbeda dari yang lainnya. Mungkin anak pertama lebih penurut dibanding anak kedua dan ketiga. Kita harus mengenal anak secara pribadi sejak dia masih bayi. Sehingga kita bisa mengukur diri, juga mengukur pembagian waktu antara kerja paruh waktu dan mengurus anak. Saya tidak mengalami masalah untuk membawa anak pertama dan kedua saya ke tempat kerja. Dengan dibantu oleh seorang pengasuh, saya dapat mengerjakan dua tanggung jawab sekaligus. Akan tetapi anak ketiga saya sangat keras. Dia tidak bisa diperlakukan secara lembut seperti kedua kakaknya. Temperamennya keras sekali. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti bekerja, Karena pada masa pemberontakannya ia membutuhkan kehadiran saya secara intensif. Untuk mendisiplinkan anak, kita tidak mungkin mengandalkan Quality Time. Disiplin makan, tidur dan lain-lainnya merupakan kegiatan keseharian. 3. Sosialisasi Sederajat Untuk memelihara keseimbangan hidup, setiap ibu rumah tangga harus mempunyai lingkungan sosialisasi sederajat. Di rumah kita hanya bersosialisasi dengan anak, pembantu, atau pengasuh anak. Sosialisasi sederajat hanya dengan suami. Jikalau kita tidak punya lingkungan lain selain yang ada di rumah, otomatis tuntutan kita kepada suami akan menjadi begitu besar dan akhirnya bisa menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga. Anakpun bisa menjadi sasaran tumpahan kebutuhan emosi kita. 4. Faktor Pendukung Jika kita mau bekerja paruh waktu,kita harus mempunyai faktor pendukung yang tetap. Maksudnya jangan sampai berganti-ganti pengasuh. Dalam periode masa lekat (0-2 tahun) anak tidak bisa diasuh lebih dari dua orang. Kalau dalam periode tersebut pengasuh berhenti bekerja, lebih baik kita pun segera berhenti bekerja dan menumpahkan perhatian sepenuhnya untuk anak dan tidak mencari pengasuh lain. Saya belajar hal ini melalui pengalaman dengan anak yang ketiga. Selain karena temperamen koleriknya yang kental, saya melihat faktor ganti-ganti pengasuh membuatnya semakin keras. Saya bahkan melihat, dalam masa pemberontakan (2-3 tahun) kerja paruh waktupun sulit. Anak memberontak setiap hari, setiap saat. Yang mengerti dia sejak bayi, dan yang dapat mengontrol pemberontakannya hanya kita sebagai ibu.
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
5. kehadiran yang Berarti Sekalipun kita menempatkan anak kita di ruang kerja kita, kehadiran kita tidak akan berarti kalau kita tidak memperhatikan kebutuhannya. Kekerasan hati ketiga anak saya juga disebabkan oleh faktor ini. Saya ada di dekatnya, akan tetapi dia tidak merasakan kehadiran saya. Saya pikir lebih baik saya tidak bekerja sama sekali jikalau akhirnya anak saya merasa kehadiran saya tidak berarti baginya. Akhir kata yang terpenting bagi kita sebagai ibu adalah benar-benar mengenal kebutuhan anak kita pribadi lepas pribadi. Kita tidak dapat menjadi ibu yang sempurna, akan tetapi kita dapat berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak yang unik antara satu dengan yang lain.
11. Ide cemerlang untuk ayah
Ide Cemerlang untuk Ayah
Tulislah surat untuk anak anda yang akan lahir (atau buat dalam kaset). Nyatakan perasaan sukacita, antisipasi, dan harapan anda terhadap anak anda dan juga komitmen saudara sebagai ayah. Dan simpanlah surat/kaset tersebut baik-baik dan baca/ dengarkanlah itu pada ulang tahun anak anda yang ke-duabelas tahun. 1.
2. Buat buku perjanjian untuk makan malam bersama malam ini, dan tunjukkan pada
anggota keluarga anda rencana untuk dua minggu mendatang dan tulis menurut tanggal yang disetujui bersama. Lalu lakukan hal yang sama dua minggu mendatang. 3. Pemikiran terakhir dalam satu hari akan teringat terus sepanjang malam. Ini adalah
alasan yang sangat baik, untuk mengatakan selamat malam dan memuji anak anda akan sifat baik yang anda kagumi atau perilaku atau kata-katanya yang membuat anda bangga akan anak anda. 4. Anak kecil dapat membuat suatu cerita yang sangat menarik. Tulislah cerita itu, dan
ceritakan kisah itu kepadanya. Simpan cerita-cerita itu di dalam buku yang bagus. Maka ia akan menjadi seorang pembaca yang baik juga.
Sumber : Lewis,Paul. "The Five Key Habits of Smart Dads." Grand rapids, Michigan : Zondervan Pub.House, 1994
12. Kesaksian – Setiap anak adalah anugerah
Kesaksian: Setiap Anak adalah Anugerah Termasuk Anakku yang menderita Down Syndrome Inge Sidik
ukup banyak waktu saya jalani dalam ketidak puasan akan pemberian Tuhan.
Setelah memiliki dua orang anak perempuan, tiga tahun kemudian Tuhan menganugerahkan kami seorang bayi laki-laki. Tapi sukacita tersebut tidak berlangsung lama karena ternyata perkembangan anak kami sangat lambat. Ketika saya mengetahui bahwa anak saya mengalami kelainan kromosom, saya merasa sangat terpukul. Dokter mengatakan bahwa anak saya mengalami cacat mental. Sulit bagi saya untuk menerima kenyataan ini. Tiba-tiba saya merasa sangat kesepian dan tertekan. Sekalipun saya aktif dalam kegiatan paduan suara di gereja, tidak ada seorangpun yang datang dengan perhatian dan penghiburan yang saya butuhkan. Sampai pada akhirnya seorang guru sekolah minggu dari gereja lain yang dengan setia setiap hari Kamis datang ke rumah dan mendoakan saya. Sebenarnya ia adalah guru dari anak saya yang pertama, tapi dia mengasihi Joseph dan saya. Pada saat itulah saya dapat melihat bahwa masih ada orang yang betul-betul menerima Joseph sebagai ciptaan Tuhan yang sama berharganya dengan anak-anak lain. Guru sekolah ini mengatakan: "Ibu, semua rumah tangga mempunyai salibnya sendiri untuk dipikul. Bukan ibu sendiri yang menderita, sekalipun penderitaannya berbeda. Tuhan mengetahui kekuatan ibu dan mempercayakan Joseph pada ibu. Tuhan mempunyai rencana-Nya sendiri untuk ibu dan Joseph." Melalui pelayanannya yang setia saya menjadi lebih kuat. Joseph sangat membutuhkan saya. Saya tidak boleh malu karena saya adalah satusatunya ibu bagi Joseph. Walaupun kadang-kadang Joseph mengungkapkan ekspresi yang berlebihan di tempat umum, seperti menari-nari atau tertawa keras-keras. Saya tahu itu adalah caranya sendiri untuk mengungkapkan perasaan senang. Sayapun senang melihat anak saya bahagia. Banyak orang tua memasukkan anaknya ke dalam asrama anak-anak cacat. Mereka mengatakan bahwa kalau saya tidak membawanya ke asrama berarti saya tidak mengasihinya. Tapi, saya dan suami saya melihat bahwa tempat terbaik bagi Joseph adalah rumahnya sendiri.
12. Kesaksian – Setiap anak adalah anugerah
Pertama, yang paling dibutuhkan Joseph adalah kasih sayang. Kapan saja Joseph merasa takut, sedih, atau gelisah, saya siap untuk menolongnya. Di asrama, belum tentu Joseph bisa mendapatkan pengasuh yang betul-betul mengasihinya dengan sepenuh hati. Kedua, memang di asrama dia akan diajarkan bermacam ketrampilan. Akan tetapi itupun dapat saya berikan di rumah. Bahkan saya dapat memberikan lebih dari itu. Di rumah saya dapat melatih ketrampilan-ketrampilan yang ia butuhkan, selain saya bisa membawanya ke Sekolah Luar Biasa. Dia bisa belajar membantu mencuci piring sekalipun seadanya, belajar membereskan tempat tidur, dan lain-lain. Ketiga, kalau mereka sudah terbiasa hidup di asrama, mereka akan merasa tidak betah untuk tinggal di rumah nantinya. Keempat, dengan merawat dan mendidiknya sendiri di rumah, saya semakin dapat melihat keindahan dalam diri anak saya. Ternyata Joseph jauh lebih sabar dan peka akan kasih sayang. Dia lebih dapat menunggu ketika kita sedang sibuk. Dia lebih bisa mengekspresikan perasaan kasih kepada orang tua. Dia juga memiliki inisiatif yang baik untuk membantu. Kelima, usia anak-anak seperti ini tidaklah panjang, karena itu saya tidak mau menyianyiakan kesempatan yang Tuhan anugerahkan untuk saya dan Joseph. Saya akan merasa sangat menyesal jika saya tidak ada di sisinya pada saat ia sangat membutuhkan saya. Memang tidak mudah menerima kenyataan ini. Salah satu kesulitan yang saya alami adalah bagaimana memberikan pengertian kepada kedua kakaknya. Saya harus memberikan pengertian kepada anak-anak saya yang lain bahwa kasih saya kepada mereka sama besarnya dengan kasih saya kepada Joseph. Sudah barang tentu waktu dan perhatian akan terlokasi lebih banyak untuk Joseph, itulah sebabnya mereka merasa kami lebih mengasihi adiknya. Peranan suami juga sangat penting. Dukungan yang selama ini saya paling butuhkan adalah perhatian. Kita tidak boleh banyak membuang waktu dengan mempersalahkan satu dengan yang lain. Pertanyaan "siapa yang menyebabkan anak lahir seperti ini?" memang wajar pada awalnya. Tapi kita harus menyadari bahwa Tuhan lebih menginginkan kita melihat ke depan daripada melihat ke belakang. Kalau suami terus mempersalahkan istri, atau bersikap tidak peduli, yang menjadi korban adalah anak. Dengan hati yang jengkel, tidak mungkin kita dapat memberikan kasih sayang yang sepatutnya kepada anak kita. Apalagi untuk anak cacat mental dibutuhkan kesabaran yang lebih. Saya pikir, perhatian yang minimal dapat diberikan oleh suami adalah menemani istri dalam proses perawatan
12. Kesaksian – Setiap anak adalah anugerah
dan pengobatan. Pada saat menunggu atau mengatasi anak yang memberontak, kehadiran suami sangatlah menolong. Pesan saya untuk rekan-rekan lain yang mengalami pergumulan yang sama: "Janganlah malu terhadap anak sendiri, karena setiap anak adalah anugerah Tuhan, tak terkecuali anak kita yang cacat mental. Kita adalah orang tua yang istimewa karena Tuhan mau mempercayakan tugas istimewa ini kepada kita."
13. Kesaksian – Waktu anakku sakit
Kesaksian: Waktu Anakku Sakit Ev. Ayny L. Susanto, STh
alau mungkin, lebih baik saya yang menggantikan sakitnya".
Itulah kata-kata yang tidak mungkin terjadi, namun kerapkali muncul dalam benak saya tatkala menjaga anak saya sakit. Sejak usia 9 bulan hingga 3 tahun, entah berapa kali kami ke dokter. Dan hati setiap ibu akan berat melihat anak yang sering sekali sakit. Saat itu anak kami yang pertama berumur kurang lebih 3 tahun, seperti biasanya dia muntahmuntah, terus batuk dan sesak napas. Malam sebelumnya, hampir-hampir air putihpun tidak dapat masuk ke tubuhnya. Malam berikutnya, ketika dia sedang tidur, papanya belum pulang dari pelayanan, dan suasana sangat sepi. Yang terdengar hanya nafas berat anak saya yang berbunyi "ngik…ngik…" dengan perut kosong yang naik turun. Dalam beberapa hari saja dia menjadi kurus dan tidak gembira. Saya menunggu di sebelahnya sambil berdoa di dalam hati, saya menjadi sangat letih dan sedih. Saya merasa tidak mampu lagi menghadapi saat-saat seperti itu. Namun di tengah-tengah saya berdoa, saya merasakan Tuhan Yesus hadir bersama saya. Dia dengan kasih-Nya memeluk dan berkata kepada saya: "Serahkanlah kuatirmu dan bebanmu kepada-Ku, engkau telah melakukan bagianmu, dengan mengasihi, merawat, mendampingi dan berkisah tentang Aku. Tapi ingatlah, anakmu adalah milikKu seutuhnya, Aku yang akan mengasihi, memelihara hidup dan jiwanya, percayalah kepada-Ku". Air mata saya masih meleleh tetapi beban di dalam hati saya berubah menjadi damai dan sukacita yang luar biasa. Saya belajar bahwa Tuhan Yesus mengasihi anak saya lebih daripada saya. Dan Tuhan senang saya melakukan bagian saya. Sebagai orang tua, bukankah jika mungkin anak kita tidak akan sakit, tidak perlu sampai menangis, tidak perlu dihukum dan kecewa. Namun biarlah anakku menangis, jikalau dengan demikian dia dapat belajar berjalan di dalam rencana Tuhan. Biarlah dia kecewa, jikalau melalui itu dia bisa menyenangkan Tuhan. Biarlah dia menerima hukuman dan disiplin, jikalau itu membuatnya membenci dosa. Biarlah dia merasa dan melihat kepedihan, jikalau itu membuka hatinya untuk mengasihi orang lain dan berharap kepada Tuhan. Dan biarlah dia sakit, jikalau melalui semua itu dia akan memahami dan mengalami bahwa hanya Allahlah pemelihara jiwanya.
13. Kesaksian – Waktu anakku sakit
"Terima kasih Yesus untuk anugerah anak di dalam rumah kami, terima kasih Engkau mengasihi mereka lebih daripada kami. Kuatkanlah hati, tangan dan kaki kami untuk mengerjakan anugerah-Mu".
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Merayakan Hari Natal di Rumah
agaimana saya dapat meninggalkan kesan indah di hari Natal untuk anak-anak", "Kesan dan pengalaman rohani apa yang dapat saya berikan yang sesuai dengan dunia mereka ?", "Pendidikan Iman apa yang dapat saya berikan dalam kesempatan Natal ini ?" Melalui lembar ini saya mencoba memberikan beberapa ide yang dapat anda pilih untuk dilakukan di rumah. Menghadirkan Sinterklas Saya tidak bisa melupakan masa-masa indah dan lucu di hari Natal. Saat memasukkan rumput ke dalam sepatu dan meletakkannya di kolong tempat tidur. Saat saya menengadah ke langit-langit rumah dan berkata kepada Sinterklas: "Bapak Sinterklas, saya minta mainan dokter-dokteran." Saat pagi-pagi melongok ke kolong ranjang dan melihat mainan dokter-dokteran sudah ada di dekat sepatu tanpa rumput lagi. Saat-saat kecewa setelah mengetahui bahwa yang meletakkan hadiah bukannya sinterklas tapi ibu dan kakak-kakak saya. Tapi juga saat-saat itu merupakan saat-saat kesenangan menyelip di hati, karena mengetahui bahwa mereka memperhatikan saya di hari Natal. Saat-saat indah dan lucu itu tidak akan terulang lagi karena saya sudah akan menjadi seorang ibu. Kontroversi: Sebagai seseorang yang pernah merasakan hal itu, saya ingin mengulanginya untuk anak saya. Tapi, sebagai seorang penginjil dan pendidik anak, saya mengakui bahwa hal itu tidak sehat bagi kerohanian anak. Ada orang yang mengatakan: "tokh anakanak masih hidup di dalam imajinasinya, dan hal itu tidak ada pengaruh apa-apa dalam hidup kerohanian anak-anak di masa mendatang." "Sama saja tokh dengan menceritakan cerita dongeng ?" "Kasihan anak-anak kalau tidak boleh merasakan pengalaman dengan sinterklas, padahal waktu kita kecil kitapun percaya pada sinterklas." Pertimbangan: Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan tentang masalah sinterklas ini:
14. Merayakan Hari Natal di rumah
1. Kejujuran orang tua Apakah bedanya menceritakan cerita dongeng dengan menceritakan eksistensi sinterklas kepada anak? Sudah tentu ada bedanya. Ketika kita menceritakan dongeng, seperti: Donald Duck, dsb., kita tidak menekankan kebenaran dari cerita itu. Tujuan utama dari cerita dongeng adalah ‘entertainment’ dan mengembangkan daya imajinasi anak. Kita dapat mengatakan kepada anak bahwa cerita itu tidak sungguhsungguh terjadi, hanya dibuat oleh manusia. Donald Duck hanya ada di buku, film, atau bonekanya saja. Bagaimana dengan sinterklas ? Kebanyakan dari kita justru menekankan kebenaran keberadaan sinterklas, jika tidak maka kita tidak punya kekuatan untuk meyakinkan anak untuk tidak nakal supaya bisa mendapatkan hadiah. Dalam hal ini permasalahannya bukan terletak kepada ‘dampak’ bagi anak, akan tetapi tanggung jawab pribadi orang tua kepada Tuhan di dalam hal ‘kejujuran’ dengan anak. Memang hal ini kelihatan kecil, anak-anakpun menikmati kebohongan orang tua sebagai sesuatu yang indah di masa kecilnya. Akan tetapi, bagaimana dengan integritas iman orang tua kepada Tuhan ? Jika hal yang kecil sudah diabaikan, jika akhirnya kita kompromi oleh karena sejarah sudah meng-"OK"-kan hal ini, di manakah letak tanggung jawab kita sebagai orang Kristen ? 2. Pengenalan anak akan kebenaran Pada usia yang sangat muda (Balita) anak masih berpikir secara konkrit. Segala sesuatu dianggap benar (termasuk dongeng). Jika berbicara mengenai tikus yang berbicara, anak akan menganggap tikus betul-betul bisa berbicara. Semakin majunya zaman, anak-anak semakin hidup di dalam alam yang tidak konkrit (power rangers, dll.). Masalahnya sekarang adalah, ketika kita menceritakan cerita Alkitab, mereka akan menempatkan cerita ini dalam golongan yang sama dengan dongeng. Bahkan mungkin mereka lebih tertarik dengan cerita-cerita dongeng daripada cerita Alkitab. Dengan kita menghadirkan Sinterklas sebagai tokoh yang hadir "hari ni", "di sini", tanpa kita sadari kita semakin melemahkan cerita Alkitab. Tuhan Yesus yang di dalam kenyataannya hadir "hari ini", "di sini", digantikan dengan Sinterklas yang sebenarnya adalah tokoh legendaris saja. Akhirnya anak dalam usianya yang muda mengenal kebenaran yang tidak benar.
14. Merayakan Hari Natal di rumah
3. Fokus iman anak Di dalam menghadapi permasalahan sinterklas ini kita harus bertanya: "Apakah saya percaya bahwa anak saya yang masih kecil dapat mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan ?" Pertanyaan ini sangat menentukan sikap anda menghadapi tradisi sinterklas. Jika anda memegang prinsip bahwa dalam usia Balita anak belum mampu untuk berhubungan dengan Tuhan; Jika anda beranggapan bahwa masa kecil hanya merupakan masa persiapan bagi anak untuk memiliki pengertian iman di masa dewasa, maka anda tidak akan mempermasalahkan masalah sinterklas ini. Masalah sinterklas akan menjadi serius, jika anda memegang prinsip bahwa anda percaya dan rindu agar anak mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan di usia Balitanya. Sekalipun pengalaman dengan dongeng sinterklas tidak berpengaruh untuk kehidupan iman di masa dewasa, bukankah dongeng itu sudah berpengaruh dalam hidup iman di masa kecilnya, di hari natal tersebut ? Pada momen tersebut, pada saat anak-anak seharusnya menikmati waktu doa kepada Tuhan Yesus, mereka menikmati doa
kepada
sinterklas.
Pada
saat
anak-anak
seharusnya
belajar
melihat
keistimewaan bayi surga yang lahir di kandang, mereka lebih menikmati bapak tua yang secara instan memberikan apa yang mereka inginkan. Sudah barang tentu untuk anak-anak, keberadaan Sinterklas yang konkrit lebih mudah diterima. Akhirnya, di hari natal, kita memfokuskan iman anak-anak pada objek yang salah. Bagaimana sebaiknya ? Kita harus mengetahui kebenaran yang sesungguhnya dari keberadaan Sinterklas, dan itulah yang akan kita ceritakan kepada anak-anak. Sinterklas sebenarnya adalah tokoh legendaris yang cukup baik untuk dicontoh oleh anak-anak. Nama kecil Sinterklas adalah Nikolas. Sejak kecil, Nikolas adalah orang yang sangat dermawan. Dia sangat memperhatikan kebutuhan tetangganya yang miskin, dan dengan diamdiam memberikan apa yang diperlukan tetangganya untuk pernikahan anak-anak gadisnya. Pemberian itu ia masukkan ke dalam kaus kaki yang sedang dijemur dekat perapian. Kemurahan hati Nikolas menyebar ke seluruh daerahnya, dan sepanjang hidupnya ia berikan untuk orang lain. Ia sangat baik dengan anak-anak, dan banyak memberikan hadiah untuk mereka. Akhirnya Nikolas dianggap sebagai orang suci (Santa).
.
Ia lebih dikenal sebagai Santa Claus
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Bukankah cerita ini memang baik untuk diceritakan kepada anak-anak? Akan tetapi sayangnya, tokoh Nikolas tidak lagi hanya sebagai tokoh teladan, akan tetapi tokoh pemujaan bagi anak-anak. Tokoh Nikolas telah menggantikan posisi utama dari Tuhan Yesus di hari Natal. Sebenarnya, kita dapat memakai kesempatan Natal untuk menceritakan teladan Santa Claus dan mengajarkan arti kemurahan hati. Ketika anak-anak melihat Sinterklas, tekankanlah bahwa Tuhan Yesus sangat senang dengan anak-anak yang murah hati seperti Santa Claus. Anak-anakpun bisa bermurah hati di hari Natal dengan memberi hadiah kepada orang lain (pembantu, anak-anak yatim, tukan sapu, tukan sampah, dll.).
Untuk menghubungkan dengan cerita Alkitab, kita juga bisa menghubungkan dengan kemurahan hati pemilik penginapan di Betlehem, pemberian hadiah dari orang-orang Majus, dan gembala. Lebih dari itu kita bisa menghubungkan dengan Kasih Allah yang memberikan Yesus untuk kita, sehingga kita kenal siapakah Allah yang tidak kelihatan itu. Kita tidak perlu ‘anti-sinterklas’. Jika ada sinterklas di mall, supermarket, dll., kita juga bisa mengajak anak-anak ikut. Tapi, tidak untuk sekedar anak-anak mendapatkan hadiah langsung dari tangan sinterklas, tapi untuk melihat bagaimana sinterklas membagikan hadiah. Ketika anda dan anak anda duduk menantikan giliran, ingatkan anak bahwa bapak itu memakai baju bapak Nikolas dan mencontoh perbuatan bapak Nikolas. Tekankan kepada anak betapa senangnya memberi. Ajak anak melihat bahwa bapak Nikolas sering tersenyum dan tertawa karena ia sering memberi. Memberi adalah perbuatan yang baik yang Tuhan suka. Demikian juga para gembala dan orang-orang majus sangat senang dan bahagia karena mereka memberikan persembahan kepada Tuhan. Jangan lupa untuk menyeimbangkan pengalaman anak anda ini dengan pengalaman memberikan persembahan di gereja.
Membuat Hiasan Natal Persiapan yang paling umum di hari Natal adalah mendekorasi rumah dengan pohon Natal dan dekorasi-dekorasi lainnya. Anda dapat membuat hiasan-hiasan Natal bersama-sama dengan anak anda. Jikalau biasanya anda minta pegawai atau pembantu memasang hiasan-hiasan yang anda beli di toko, kali ini buatlah sesuatu yang sederhana tapi mengandung arti bagi anda dan anak anda. Demikian juga dengan kue panggang. Buatlah kue-kue yang dibentuk bermacam-macam simbol Natal (gembala, bintang, malaikat, bayi Yesus, dll.).
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Sambil membuat hiasan-hiasan atau mencetak kue tersebut, buatlah percakapan yang mendidik dengan anak anda, misalnya: Untuk Balita: "Sekarang kita mau membuat bintang. Waktu Tuhan Yesus lahir, Bapa di Surga membuat bintang yang besar sekali supaya orang-orang tahu di mana Yesus lahir." Untuk anak-anak: "Kamu tahu tidak kenapa Allah Bapa membuat bintang yang besar sekali waktu Tuhan Yesus lahir ?" Untuk anak besar: "Waktu kamu lahir di rumah sakit, suster menuliskan kartu di tempat tidur kamu supaya tamu yang datang bisa tahu yang mana anak mama. Tapi waktu Tuhan Yesus lahir, tandanya hebat sekali. Bukan kartu, tapi bintang di langit. Seluruh dunia bisa lihat. Tuhan Yesus memang sangat istimewa. Kamu pikir hal istimewa apa lagi yang ada pada kelahiran Tuhan Yesus ?" Selain untuk perayaan natal di rumah, hiasan-hiasan dan kue tersebut bisa dijadikan hadiah untuk saudara-saudara atau teman dekat di sekeliling anda. Anak akan mempunyai pengalaman belajar "memberi di hari Natal".
Membantu mempersiapkan pesta Natal di dapur 1) Melibatkan anak untuk bekerja di dapur kadang-kadang memang merepotkan. Akan tetapi sebenarnya hal ini dapat menjadi pengalaman belajar dan berguna bagi anakanak anda. Untuk anak usia 21/2 – 4 tahun, berikanlah tugas-tugas yang sederhana seperti merobek-robek kol, meremas-remas kacang goreng supaya terlepas dari kulitnya, mencuci kentang, atau hal-hal lain yang tidak membutuhkan alat masak selain tangan anak sendiri. Jangan mengharapkan kesempurnaan. Tujuan anda adalah partisipasi anak, bukanlah hasil kerja anak.Jika anda membuat kue, anak dapat membantu menuang tepung, gula, dan bahan-bahan kering lain yang sudah ditimbang ke dalam mangkuk dan mengaduknya. Untuk anak 5 – 6 tahun, kita dapat memperkenalkan alat-alat masak sederhana yang tidak tajam dan tidak membahayakan, misalnya pisau tumpul (di bawah pengawasan) untuk mengupas atau memotong sayuran yang lunak dan buah. Anakanak usia ini adalah pekerja yang rajin. Dengan kesempatan membantu yang saudara berikan, anak belajar menghargai diri dan hasil pekerjaannya.
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Untuk anak 7 – 9 tahun, mereka sudah dapat membantu menata meja, dari mula hingga akhir, memasukkan dan mengeluarkan adonan ke dan dari oven, memakai microwave, mixer, blender, dll. Senantiasalah mengawasi pekerjaan anak. Untuk anak 10-12 tahun, mereka sudah bisa memasak masakan sederhana dengan menggunakan resep. Ketika anda mengerjakan masakan yang sulit berikan mereka resep masakan sederhana. Sudah barang tentu anda harus terus mengawasi dan siap membantu ketika mereka bertanya atau membutuhkan bantuan. Dengan partisipasi ini, mereka akan lebih menikmati makan malam natal dengan rasa bangga. Ketika waktu makan tiba, anda dan suami memuji hasil kerja anak dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan sangat berarti pada ulang tahun Tuhan Yesus. Minta suami berdoa: "Tuhan Yesus, selamat ulang tahun. kami sekeluarga merayakan ulang tahunMu dengan masakan istimewa yang dibuat oleh (nama anak anda) sebagai ucapan terima kasih kami akan kasihMu, dalam nama Tuhan Yesus, Amin." 1) Coyle, "Kids in the Kitchen," Child, (March, 1990), pp.110.
Mempersiapkan acara Natal bersama Pengalaman menarik lain di masa kecil saya adalah ketika mempersiapkan acara Natal di gereja. Latihan-latihan bersama teman-teman di gereja sangat menyenangkan. Akan tetapi lebih menyenangkan lagi ketika saya melihat foto drama keluarga. Melihat saya berperan sebagai pembantu, kakak saya berperan sebagai kakek tua, keponakan-keponakan saya berperan sebagai anak-anak yang sedang bermain, dsb. Memori indah kembali muncul ketika melihat foto tersebut. Andapun dapat mempersiapkan acara yang dapat memberikan kesan bagi anak di masa dewasa nanti. Persiapkanlah waktu tiap minggu untuk latihan lagu-lagu natal, drama natal, atau lain-lainnya untuk disajikan di gereja, panti asuhan, atau dalam kebaktian keluarga dengan mengundang tetangga-tetangga di dekat rumah anda. Apalagi jika anda menyediakan kostum-kostum untuk anak-anak, mereka akan menyukainya. Tanpa terasa, hal ini akan memberikan dampak: selain mempererat hubungan keluarga, memantapkan pengetahuan dan pengenalan mereka akan arti natal, mereka juga dilatih untuk mengembangkan talenta bagi pelayanan.
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Merayakan Malam Natal di rumah Salah seorang pembaca Eunike pernah melakukan hal yang unik dengan anakanaknya di rumah. Di malam natal, ia meletakkan banyak sekali lilin di atas meja, kemudian dia dengan suami dan anak-anaknya duduk di atas karpet melingkari meja tersebut, lampu dimatikan dan mereka menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan, berdoa bergantian mengucapkan selamat ulang tahun kepada Tuhan Yesus. Bagi anak-anak kecil, pengertian bahwa Natal adalah hari ulang tahun Tuhan Yesus, lebih mudah dicerna. Jika anak-anak sudah cukup besar, bisa minta mereka menceritakan hal yang berkesan bagi mereka dari cerita kelahiran Tuhan Yesus yang mereka sering dengar di sekolah minggu atau cerita yang dibacakan di rumah. Jika anda mempunyai anak perempuan yang kreatif dan romantis, anda bisa belikan mereka patung-patungan kecil tentang peristiwa Natal dan pohon natal kecil yang bisa diletakkan di kamarnya. Sediakan juga bantalan doa kecil. Biarkan dengan kreatifitas anak tersebut, ia merayakan natal sendiri di kamarnya.
Kiranya ide-ide ini dapat memperkaya Natal tahun ini di dalam rumah tangga anda, khususnya dalam hubungan anda dengan anak-anak anda.
15. Papa ceria - Gigi
Papa Ceria: Gigi
ggak mau….," teriak Ani, sambil lari ke pojok ranjang.
Beberapa hari terakhir, puteriku yang masih di TK ini sering mengeluh kesakitan saat makan karena satu gigi depan-bawah yang sudah goyah. Sore itu, dia baru saja menangis karena kesakitan ketika menggigit melon. Tetapi, ketika kucoba membujuknya untuk mencopot giginya, Ani menolak. "Nggak mau… sakit," ujarnya sambil terisak-isak. Mahkota gigi susu itu sebenarnya sudah lepas dan akan segera digantikan oleh gigi yang permanen. Gigi itu tinggal lengket sedikit di gusi. "Tidak sakit…paling hanya seperti digigit semut," kataku mencoba meyakinkannya. Setelah ‘berdebat kusir’ puluhan menit tanpa hasil, emosiku pun merambat naik temperaturnya. Alternatif lain terpaksa aku pilih. Segera kuambil lidi sambil tetap mencoba membuatnya mengerti bahwa dipukul dengan lidi akan jauh lebih sakit daripada jika giginya aku copot. "Nggak mau… nggak mau…" Dia tetap bersikeras. Dengan berat hati, lidi pun hinggap di kakinya. Tangisnya makin menjadi. Akhirnya, Ani aku pegang dan kududukkan di pangkuan. Aku minta dia untuk diam dan membuka mulutnya. Ketika dengan perlahan kusentuhkan jariku ke giginya, mahkota gigi itu pun langsung tanggal. Hampir tak ada reaksi kesakitan di wajah Ani, bahkan dia tampak belum sadar sepenuhnya bahwa giginya sudah copot dan jatuh ke lantai. Isteriku mengajak Ani berkumur. "Nah, sebentar lagi sudah tidak sakit lagi," katanya. Dia mencoba menanamkan pengertian bahwa semua ini dilakukan untuk kebaikan Ani. "Iya, tapi Ani kan malu sama teman-teman kalau giginya copot." Isteriku mencoba memahami masalah rasa malu ini yang agaknya merupakan masalah besar bagi Ani. Dia menekankan bahwa anakanak seumur Ani memang sedang mengalami pergantian gigi. "Teman-temanmu juga sama. Giginya banyak yang sedang copot. Nanti juga akan tumbuh gigi baru." Tak lama, celoteh Ani pun mulai terdengar. Menjelang tidur, Ani menghampiriku, "Papa, terima kasih gigi Ani sudah dilepas." Kami pun saling berpeluk-sayang. Keesokan harinya, tak lama setelah pulang dari kantor, Ani menghampiriku dengan wajah cerah. "Pa…Pa…lihat, Pa!, katanya. Dia menunjukkan kedua deretan giginya yang sekarang diwarnai dengan rongga akibat mahkota gigi yang tanggal. Dia menekan lidahnya ke rongga itu. Ujung lidahnya muncul di rongga kecil tersebut seakan sebuah gigi pengganti. Gaya dan ekspresi wajahnya demikian kocak. Tawa kami berdua pun memenuhi ruangan.
15. Papa ceria - Gigi
Sebagai seorang ayah, kita kadang dihadapkan pada situasi yang serba salah, seperti masalah gigi di atas. Sudah beberapa hari sebenarnya aku bergumul dengan dua alternatif: memakai jalur halus atau jalur keras untuk melepaskan Ani dari masalahnya. Jika jalur keras yang kupilih, aku kuatir Ani akan mendapat kenangan pahit tentang Papanya yang – siapa tahu – akan dibawanya sampai dewasa. Siapa yang ingin dikenang sebagai ‘monster’ oleh anaknya? Ternyata, aku belum berhasil memakai jalur halus. Walau dengan berat hati, aku akhirnya harus memilih jalur keras. Aku tak tahu pasti apakah di sudut hati Ani masih tersisa rasa kesal terhadapku. Semoga dia mengerti bahwa akupun ‘menangis’ karena harus memilih jalur keras untuk menyelesaikan masalah ini. *** (HS)
When we deal with our children, we must remember that they are Children Zig ziglar- Raising Positive Kids in a Negative World
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Pendidikan Anak:
Menanamkan Konsep "Stewardship" Kepada Anak
Yakobus 1:17 "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang…"
emberian Allah yang baik tidaklah berubah dan maksud Allah senantiasa baik adanya. Kita seringkali menerima pemberian yang baik dengan begitu saja, tanpa rasa terima kasih dan tanggung jawab. Kita lebih sering mengeluh dengan hal yang tidak enak dan mempersalahkan Tuhan yang mengizinkan hal itu terjadi. Marilah hari ini kita memikirkan hal baik apa yang Tuhan telah berikan dengan begitu sempurna yang tidak kita sadari sehari-harinya. Marilah hari ini kita juga memikirkan pemberian yang baik yang manakah yang kurang kita pelihara dengan baik selama ini.
Pokok Pikiran untuk minggu ini: Anakku adalah pemberian Allah yang sangat baik. Aku akan berusaha dalam minggu ini untuk melaksanakan tanggung-jawabku di dalam mendidik dia untuk dapat memelihara pemberian Tuhan di dalam dan di sekitar rumahku.
Bahan Pendidikan Iman di Rumah Bahan Cerita: Kej. 1:28-31; Yakobus 1:17 Ayat Hafalan: "Bapa di surga memberikan semua yang baik" (Yakobus 1:17) (Untuk anak Balita)
Tujuan Pelajaran: - Supaya anak-anak mengetahui bahwa Bapa di surga selalu memberi yang baik. - Supaya anak-anak merasakan keinginan untuk memelihara pemberian yang baik. - Supaya anak-anak memelihara pemberian yang baik dari Bapa di surga.
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Berikan seekor ikan, binatang peliharaan lain, atau tanaman untuk dipelihara di rumah. Pilihlah sesuatu yang disukai oleh anak dan mudah untuk dipelihara oleh anak-anak. Sudah barang tentu anda perlu membantu dan mengingatkan konsep iman bahwa Bapa di surga menginginkan anak-anak-Nya memelihara pemberian-Nya yang baik.
Mengenali dunia anak-anak Balita:
Balita belum dapat menguasai dirinya untuk tidak merusak barang ataupun melukai binatang, karena pada dasarnya mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Kadangkadang mereka dengan tenangnya meremas ikan di akuarium, membanting kura-kura kecil hingga mati, memukul anjing dengan sapu, menarik taplak sehingga vas bunga jatuh dan pecah, menarik pita cassete hingga kusut, dll. Akan tetapi sejak usia sedini ini kita dapat menanamkan konsep bahwa Bapa di surga menginginkan pemberianNya dipelihara baikbaik. Dampak Positif:
Apakah dampak pendidikan ini untuk masa depan anak? Anak bisa belajar menjadi "juru kunci Allah yang bertanggung jawab" (Responsibility in Stewardship). Bukankah anda seringkali melihat jemaat yang dengan seenaknya membuang sampah di dalam gereja, bukankah anda pernah mendengar majelis yang mengorupsi keuangan gereja? bukankah anda juga pernah melihat orang-orang yang memboroskan energi A.C. atau listrik? Semua kecerobohan tersebut dapat dihindari jika ada rasa hormat dan menghargai segala sesuatu yang baik sebagai pemberian Allah yang harus dipertanggung jawabkan. Sementara usia Balita, hasilnya tidak bisa anda nikmati secara langsung, akan tetapi percayalah bahwa konsep yang anda tanamkan akan menjadi dasar yang kokoh di masa yang akan datang. Dampak Negatif:
Anda harus berhati-hati di dalam menanamkan konsep "Stewardship" ini. Anda butuh kesabaran dan pengertian terhadap perkembangan anak Balita. Jika anda terlalu keras dan memaksakan anak untuk segera melaksanakan konsep ini, anak anda akan kehilangan ‘rasa percaya diri’ dan ‘rasa aman’. Tanpa adanya rasa percaya diri, anak tidak dapat berkembang secara maksimal, khususnya dalam hal kreatifitas.
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Cara Menanamkan Konsep "Stewardship":
Bagaimana cara menanamkan konsep "Stewardship" ini kepada anak Balita yang sedang dalam tahap "mencari tahu"?
Yang direncanakan:
Ajaklah anak anda meneliti sesuatu yang menarik (mis: kelinci, kura-kura, ikan, dll.)
Siapkan hati anda untuk menghadapi resiko kerusakan atau kematian benda penelitian tersebut.
Pimpinlah proses mengontrol anda.
Katakanlah berulang-ulang bahwa benda yang baik itu adalah pemberian Bapa di surga dan kita harus memeliharanya dengan baik. Bimbinglah anak supaya mereka tahu bagaimana memperlakukan benda tersebut (aturan main), misalnya: "Peganglah tangkai bunga, jangan cabut kelopaknya" (tentu saja sambil ditunjukkan yang manakah bagian bunga yang dimaksud); "Belailah kelinci dengan lembut"; "berikan makanan kepada ikan dan jangan masukan tanganmu ke air karena ikan akan terganggu", dll., dsb.
Tunjukkanlah aturan main ini dengan lembah lembut dan penuh kesabaran.
Janganlah putus asa untuk mengulangi aturan main ini dengan sabar karena anak Balita belajar sesuatu dari ‘pengulangan’.
Janganlah mengejutkan anak dengan larangan-larangan yang membuat mereka takut atau justru membuat mereka terbiasa dengan larangan itu dan tidak memperdulikannya. Mintalah anak-anak mengulang konsep dan aturan main secara oral. Misalnya: "Siapa yang memberikan kelinci ini?" (!: Bapa di surga/Tuhan) "Apa yang Bapa di surga ingin kita lakukan?" (!:memeliharanya/berlaku baik padanya). "Bagaimana kamu sayang pada kelinci?" (!: mengelusnya).
penelitian
tersebut,
jangan
biarkan
anak-anak
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Yang tidak direncanakan: Jika anda sering mengejutkan anak dengan mengatakan: "Hai, jangan sentuh itu, jangan pegang itu!" Cobalah di dalam seminggu ini untuk membimbing anak anda untuk mengetahui ‘aturan main’ di dalam memelihara barang-barang yang ada di dalam rumah.
Lebih baik menghindari barang-barang yang berbahaya atau berharga, dari penglihatan anak-anak. Latihlah anak-anak untuk mengenali barang yang mana miliknya dan barang yang mana milik orang lain.
Tanamkan rasa kepemilikan "sense of belonging" dan rasa tanggung jawab "sense of responsibility" terhadap benda-benda di dalam rumah. Misalnya: jika anak ngompol di rumah, katakan: "Seharusnya pipis di kamar mandi. Sayang sekali lantai rumah kamu (nama anak anda) kalau dipipis terus. Nah sekarang harus dibersihkan. Lain kali jangan pipis di sini." Kalau perlu berkatalah dengan tegas & keras jika dia terus ngompol pada usia yang seharusnya tidak ngompol. jangan biarkan anak anda belajar untuk tidak menghargai peraturan di rumah anda dan menjadi ‘boss kecil.’
Berilah alasan oral yang bisa dimengerti, pada saat anda melarang anakanak bermain dengan benda-benda tertentu. Misalnya: Papa dan mama masih mau baca majalah ini. Kalau sudah dirobek-robek nanti papa dan mama susah bacanya.
Segeralah berikan alternatif lain atau jalan keluar bagi anak anda bagaimana melatih perkembangan otot dan ‘skill’ mereka tanpa harus merusak barang-barang di rumah. Misalnya: Cepat gantikan majalah tersebut dengan koran bekas sambil menjelaskan bahwa koran itu boleh dirobek-robek karena sudah tidak mau dibaca lagi. Atau, berikan buku gambar/papan tulis yang besar untuk dicoret-coret jika anak-anak menggambar ditembok.
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Berusahalah untuk tetap konsisten dengan aturan anda. Suatu saat saya mengajak seorang anak duduk di taman sebuah villa. Kebetulan di dalam taman itu ada sebuah pohon yang masih kecil dengan beberapa buah bulat berwarna merah, kuning, dan hijau. Sudah barang tentu ‘yang bulat-bulat berwarna-warni’ itu sangat menarik perhatian si anak ini. Ia memetik satu dan menunjukkannya kepada saya. Sudah barang tentu saya merasa sayang, karena kalau anak ini terus-menerus memetiki buah itu, tentulah pohon kecil itu akan botak dan menjadi jelek sekali. Saya katakan pada anak ini: "Wah buahnya bagus ya. Tapi, buah ini bukan untuk dipetik. Kamu boleh lihat dan pegang, tapi jangan dipetik." Dalam hati saya berpikir, "Pengalaman memetiki buah juga merupakan pengalaman yang baik untuk anak ini, tapi saya sudah terlanjur melarang anak ini." Tidak mungkin saya merubah peraturan main. Kemudian saya melihat pohon lain lebih besar dengan buah yang lebih banyak. Akhirnya saya mendapatkan akal. Saya katakan: "Nah, lihat ini pohon yang lebih besar dan buahnya banyak sekali. Yang ini boleh kamu petik sedikit" Sambil memetik buah-buah itu, kami belajar menghitung dan mengenali warna. Ternyata si kecil ingin memetik dari pohon yang kecil. Dalam hati saya berpikir: "Tidak apa-apa dia petik dari pohon itu, karena ternyata masih banyak pohon lain dengan buah seperti itu." Tapi jika saya biarkan, tentu membuat peraturan menjadi tidak konsisten. Akhirnya yang saya katakan: "Pohon yang kecil ini jangan dipetik,kasihan dia masih ingin lebih besar. Kalau yang besar boleh dipetik" Kemudian saya ajak anak ini untuk kembali melihat pohon yang lebih besar.
Latihlah diri anda untuk senantiasa mengingatkan anak-anak bahwa semuanya itu adalah pemberian Bapa di surga dan Bapa di surga menginginkan kita memeliharanya baik-baik. Dan hal ini adalah penting. Tanpa hal ini, pendidikan kita hanya bersifat sekuler saja, tanpa nilai-nilai rohani yang tertanam.
Tanamkan konsep ini juga ketika anda dan anak anda pergi ke gereja.
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
Pendidikan Anak
Mendidik Anak Untuk Mandiri Anne Kartawijaya dan Kay Kuswanto
emandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi. Jikalau kemandirian anak diusahakan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh. Ada orang tua yang menempatkan anaknya di tempat kos agar anak bisa hidup mandiri. Memang betul anak itu harus terpaksa mengejakan segala sesuatu sendiri, akan tetapi keadaan jiwanya tidaklah sehat. Dia mungkin akan merasa terbuang. Mendidik anak mandiri bukanlah dengan cara meninggalkan anak itu sendiri atau bersama dengan pengasuh lain. Kunci kemandirian anak sebenarnya ada di tangan orang tua. Disiplin yang konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi kegiatan anak akan menolong anak untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri pada masa yang akan datang. Prinsipprinsip disiplin yang terus menerus ditanamkan pada anak akan menjadi bagian dalam dirinya. Dengan demikian kemandirian yang dimiliki adalah kemandirian yang utuh. Beberapa hal yang dapat membentuk kemandirian anak , antara lain adalah: Pertama:
Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri terbentuk ketika anak diberikan kepercayaan untuk melakukan suatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Rasa percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih bayi. Misalnya dalam hal makan. Ketika bayi sudah mulai bisa memegang dan menggenggam, biarkan anak memegang botol atau training cup sendiri, kita hanya membantu mengarahkannya sampai dia bisa betul-betul memegang sendiri. Demikian juga ketika makan dengan sendok, kita dapat memberikannya sendok yang lain untuk dimainkannya selagi kita menyuapinya makan. Kalau bayi sudah bisa menggunakan jari-jarinya untuk memegang makanan biarkan dia memungut makanan yang pada meja makannya. Ketika bayi mulai makan biskuit dan buah biasakan bayi makan di atas keretanya. Setelah bayi mulai bisa duduk, baisakan bayi duduk di kursi makan khusnya. Dengan demikian bayi dibiasakan untuk disiplin dalam hal makan. Setelah bayi sudah mulai bisa mengambil makanan dengan sendok, biarkan ia makan sendiri sekalipun akan berantakan sekali. Jangan takut rumah kotor karena itu memang resiko yang harus dihadapi sementara ini. Plastik besar yang diletakkan di bawah meja makan dapat menolong anda dalam membersihkan makanan yang berjatuhan. Hal terbesar yang dapat menghambat rasa percaya diri anak adalah kekuatiran dan ketakutan orang tua. Perasaan takut dan kuatir pada orang tua ini dapat membuat orang tua
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
cenderung untuk selalu menangani pekerjaan yang sebenarnya dapat dilakukan anak sendiri. Sebagai contoh seorang anak SMP disalah mengerti oleh gurunya di sekolah. Kesalahmengertian ini membuat dia dihukum karena dianggap sebagai pengacau. Orang tua anak ini yakin sekali bahwa kesalahan terletak pada ketidakbijaksanaan sang guru. Dan mereka bisa saja langsung menghadap sang guru untuk membahas masalah ini, akan tetapi orang tua anak ini memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu. Dan apabila ternyata gagal, barulah orang tuanya akan turun tangan. Kedua:
Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan. Jikalau anak sudah terbiasa dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang selalu tergantung kepada orang lain. Salah satu contoh kebiasaan anak yang harus dibentuk sejak bayi adalah dalam hal kebiasaan tidur. Pada usia 5-6 bulan,bayi sudah harus dibiasakan tidur pada waktunya di atas tempat tidur.Kalau bukan dalam perjalanan, bayi tidak boleh dibiasakan tidur digendongan. Ketika sudah waktunya tidur, naikkan bayi ke atas tempat tidur, nyalakan musik dan temani bayi anda sampai dia tidur. Kalau sudah terbiasa sejak bayi, setelah besar sudah tidak terlalu sulit lagi. Dr, Benjamin Spock menganjurkan untuk membiasakan bayi ke dalam tempat tidurnya sendiri setiap kali sehabis makan.Kebiasaan bermain-main sehabis makan harus diubah sejak kecil. Pada waktu bayi mencapai usia 6 bulan, sebaiknya bayi dibiasakan tidur di kamar dan di tempat tidurnya sendiri tanpa ditemani (Jika tempat dan letak ruangan memungkinkan). Setelah lewat usia 9 bulan, kebiasaan ini akan sulit sekali terbentuk. 1)
Ketiga:
Disiplin
Kemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin. Sebelum seorang anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus didisiplin oleh orang tuanya. Syarat utama dalam hal ini adalah pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari orang tua. Jikalau anda bekerja, anda harus yakin betul bahwa pengasuh anak anda konsisten dan terampil dalam memberlakukan disiplin belajar yang anda terapkan untuk anak anda. Tanpa syarat ini disiplin belajar yang anda terapkan tidaklah mungkin menjadi bagian dalam diri anak anda. Memberikan kursus belajar tambahan bukanlah untuk mendidik anak mandiri di dalam hal belajar. Disiplin belajar harus dimulai dari rumah, sebelum anak bisa menemukan sistem belajarnya sendiri di masa sekolah lanjutan nanti. Ketika anak-anak berada di SD, anda hanya perlu menemani anak belajar. Tentukan jam belajar yang rutin setiap hari. Pastikan anak anda mengerjakan PR sebelum ia bermain.
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
Anda dapat mengerjakan hal lain di dekat meja belajar anak anda. Jangan juga terlalu kaku dengan jam belajar ini. Kadang-kadang ada hal lain yang sangat penting untuk dilakukan pada jam belajar, anda dapat menukarnya dengan jam lain, tapi harus dilakukan di bawah pengawasan anda. Sudah barang tentu, setiap anak mempunyai kemampuan belajar yang berbeda. Ada anakanak tertentu yang perlu mendapat bimbingan yang lebih intensif dai orang tua. Ibu Lina Lukito dosen STT Bandung, selalu menanyakan bahan-bahan ulangan kepada anaknya. Menurut Ibu Lukito, pada saat anak mencapai kelas tiga SD, ia harus mulai dilatih sedikit demi sedikit untuk mempersiapkan ulangannya sendiri. Kita harus mulai membimbingnya untuk menerima konsekuensi hasil belajarnya. Jikalau ini tidak dilakukan, anak akan terus merasa tidak siap dalam ulangan bila kita tidak menanyakannya lebih dulu. Pada saat di sekolah lanjutan, hal ini akan menjadi sulit. Ibu Alice Tong (Istri Dr, stephen Tong, pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia) didalam kesibukannya mendampingi suami, tetap mengawasi pelajaran anak-anaknya. Beliau menerapkan pendidikan yang ketat kepada anak-anaknya. Beliau tidak banyak memberikan omelan kepada anak, akan tetapi memberikan konsekuensi hukuman yang pantas bila diperlukan. Beliau tidak segan-segan meminta guru sekolah untuk menghukum anaknya apabila anakanaknya mendapatkan nilai rendah karena lalai belajar. Prinsip beliau adalah :"Anak harus dididik mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya." Didalam latihan atau tes di rumah, jikalau salah satu soal saja, beliau akan minta anak-anaknya untuk belajar lagi. Selain bekerja sama dengan guru sekolah, kerjasama dengan suami merupakan hal yang penting bagi Ibu Tong. Suami dan istri harus mempunyai prinsip yang sama dalam mendidik anak belajar. Anak-anak kadang mencari lobang dari salah satu pihak untuk mendapatkan kelonggaran disiplin. Jika suami dan istri tidak sehati, anak sulit sekali dididik untuk disiplin. Di dalam latihan piano atau biola, beliau juga menerapkan disiplin yang sama. Setiap hari tiap anak harus latihan minimal satu kali, kecuali sedang sakit atau menghadapi banyak ulangan, anak-anak harus latihan sekalipun pada malam hari. Bepergian ke luar negeri untuk pelayanan bukan halangan untuk tetap mengawasi anak belajar. Beliau selalu interlokal untuk menanyakan tanggung jawab tiap anak dalam hal belajar. Dengan disiplin yang ketat di masa kecil, setelah besar anak-anak beliau sudah memiliki tuntutan untuk belajar sendiri. Tuntutan diri untuk mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya kini menjadi milik anak-anak itu sendiri.
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
Kemandirian yang dihasilkan dari kehadiran dan bimbingan orang tua akan menghasilkan kemandirian yang utuh. Sistem disiplin hidup akan menjadi bagian dalam diri anak yang akan dibawa terus sampai mereka dewasa. Sebelum seseorang memiliki disiplin di dalam masyarakat. Ia harus memulainya dari rumah. Disiplin dari rumah harus sedini mungkin. Terima kasih kepada Ibu Kay Kuswanto, Ibu Alice Tong, dan Ibu Lina Lukito yang telah memberikan masukan berharga untuk artikel ini.
1)
Dr. Benjamin Spock, Merawat Bayi dan Mendidik Anak, (Jakarta: Penerbit Pustaka Rakyat. 1963, hal. 8889)
18. Pendidikan anak – Mengajar anak prasekolah tentang persahabatan
Pendidikan Anak
Mengajar Anak Prasekolah tentang Persahabatan Sandra Byrd
uatu hari anak saya pulang sekolah sambil meremas -remas kertas, ketika ditanya ada apa, dia menjawab "Enggan apa- apa" sambil ngerutu. Tapi akhirnya ia mengatakan bahwa seorang temannya mengatakan bahwa gambarnya jelek, ketika ia sedang mewarnai gambar. Kemudian saya berbicara dengan dia, dan saya menjelaskan bahwa kalau temannya menolak gambarnya, bukan berarti ia menolak dirinya, dan setiap orang mempunyai hak untuk memberikan pendapatnya dan kita haruslah saling mengasihi satu sama lain. Sikap teman barunya itu adalah sesuatu yang normal. Kathleen Berger, di dalam bukunya The Developing Person through the Life Span (Worth), menerangkan bahwa anak seumur ini mementingkan memusatkan segala sesuatu pada diri sendiri (ego centris), bukan berarti mereka mau menang sendiri (selfish). Karena mereka masih kecil, mereka masih tidak sensentif akan perasaan orang lain. Kemampuan ini harus diajarkan dan di selidiki. Ada beberapa langkah untuk membantu anak anda memiliki hal ini: 1.
Perencanaan
Anak- anak seusia ini tidak dapat mengatur teman bermainnya, jadi orang tua harus menyediakan situasi sosial yang berbeda. Situasi sosial seperti sekolah, program olah raga, acara gereja, dan bertetangga. Kesemuanya itu membentuk suasana bermain yang nyaman. Untuk pertama kali anak akan mulai dengan rasa waspada, lama kelamaan mereka mulai untuk memberikan respon kepada temannya. Kita perlu mendorong mereka untuk memiliki hubungan persahabatan dengan anak lain. 2.
Di sengaja
Saya dan teman saya Joye sengaja meninggalkan anak kami di suatu ruangan bermain, kami duduk di ruang lain yang dekat dengan mereka, sambil mendengarkan mereka. Anak seusia ini membutuhkan pengajaran yang lembut untuk belajar untuk berargumentasi, bermain dengan jujur dan berkompromi. Contoh, jika mereka berebutan mainan maka saya akan membaginya dengan adil, satu -satu. Hal ini mengajarkan tentang keadilan sampai mereka bisa menentukan sendiri.
18. Pendidikan anak – Mengajar anak prasekolah tentang persahabatan
3.
Pola
Anak belajar dari mencontoh. Bagaimana anda bersikap kepada teman anda? Jika Anda berbicara tentang teman anda, maka ia akan mendengar dan mengikuti anda. 4.
Akhirnya, sabarlah dengan anak anda dan teman bermainnya
Untuk mengurangi "stress" menghadapi mereka rasakan apa yang mereka rasakan dan usahakan untuk bernegosiasi dengan mereka. Ini akan menjadi suatu proses yang menyenangan bagi mereka dan bagi anda sendiri.
(Christian Parenting, Juni 1997, Kiriman Elzagitha L.S., Wisconsin)
19. Pendidikan anak – Peperangan dimulai pada tahun kedua
Pendidikan Anak
Peperangan dimulai pada Tahun Kedua Rootie
etelah merayakan ulang tahun yang pertama, si kecil mulai menunjukkan keinginannya yang keras: memainkan selang air, komputer, memanjat pegangan tangga, dan lain-lain. Pada saat keinginannya tidak dapat terpenuhi, ia mulai menangis keras-keras. Semakin keras orang tua melarang, semakin keras jeritan tangisnya. Kadang-kadang disertai dengan membanting tubuh ke lantai, menendang-nendang apa saja di sekitarnya, atau lebih ekstrim lagi membenturkan kepala ke tanah. Melihat hal ini banyak orang tua yang semakin naik pitam, dan … peperanganpun dimulai pada tahun kedua. Bayi yang manis mendadak menjadi musuh yang menakutkan. Bahkan hal ini dapat menjadi pertengkaran mama dan papa. Deretan "Jangan" dalam menghadapi kemauan keras dari anak 1-2 tahun:
Jangan sodorkan ‘tembok putih’ untuk menggantikan isi kulkas yang penuh benda-
benda menarik untuk diacak-acak si kecil. Jangan ikut marah ketika anak marah, ajaklah dia bermain dan tertawa ketika ia
menangis. Jangan biarkan ‘si emosi’ ikut naik bersama-sama dengan meningginya jeritan
anak. Ketika emosi anda memuncak, tinggalkan anak sebentar. Biarkan dia menangis sendiri dan anda… berdoa, tenangkan diri. Kalau perlu siram kepalamu dengan air dingin. Jangan menganggap anakmu nakal. Perhatikan kebutuhan fisik lain, mungkin ia
lapar atau mengantuk. Biasanya anak rewel dan emosional dalam kondisi itu. Jangan membingungkan anak dengan "boleh" dan "tidak boleh" yang terus berganti
untuk benda yang sama. Tetapkan peraturan yang tidak pernah berubah untuk halhal tertentu, misalnya: larangan untuk memainkan dispenser, alat-alat elektronik, dll. Berikan tanda yang sama untuk suatu larangan, misalnya: angkat jari anda sambil berkata dengan tegas "No!" Jangan cepat hancur hati melihat wajah mungil yang ‘nelongso’. Kuatkan hatimu
untuk tetap memegang peraturan sekalipun anak menangis dengan iba. Peluk dan tetap jangan berikan apa yang sudah dilarang. Jangan biarkan anak menganggur setelah disingkirkan dari daerah terlarang. Berikan alternatif kegiatan lain.
19. Pendidikan anak – Peperangan dimulai pada tahun kedua
Jangan memukul anak 1 tahun!!, kecuali jika anda menyukai pukulannya ketika dia
marah.
Jangan ajarkan anak bersikap kasar dengan contoh anda, karena tanpa contoh
andapun, keturunan Adam lebih cenderung bersikap kasar daripada lembut pada waktu marah. Jangan berangan-angan menciptakan "bayi sempurna", si kecil adalah milik Allah
yang sudah tercemar dosa pemberontakan manusia pertama. Ia lebih membutuhkan kasih Yesus dan kasihmu. Jangan penuhi hari-hari anda dengan seribu kata "Jangan". Singkirkan barang-
barang keramik kesukaan anda sampai si kecil bisa mengontrol diri, simpan remote TV ke dalam laci yang agak tinggi, tutup lobang listrik dengan selotip tebal, dll. Jangan menganggap si kecil seperti anjing yang baru tumbuh gigi. Berikan
penjelasan sederhana, ia bisa mengerti, karena ia adalah manusia yang sedang bertumbuh. Jangan berharap rumah anda sama bersihnya seperti sebelum si kecil lahir.
20. Tips meminimal konflik pada saat memberi anak makan
Pendidikan Anak
Tips Meminimalkan Konflik pada Saat Memberi Anak Makan Anne Kartawijaya
agi beberapa ibu, masalah makan merupakan pergumulan yang tidak habishabisnya. Masa tersulit adalah setelah ulang tahun pertama sampai kira-kira usia tiga tahun. Kesulitan anak untuk makan dapat menyebabkan konflik. Di bawah ini ada beberapa tips untuk meminimalkan konflik yang disebabkan oleh kesulitan anak makan. 1.
Anak butuh aktifitas selagi makan
"Alangkah indahnya hidupku ini jika si Timmy bisa duduk diam waktu makan bersamasama." Demikianlah harapan setiap ibu ideal. Pada kenyataannya, kebanyakan anak benci sekali duduk diam di kursi makannya. Dia akan berdiri di atas kursi, merengekrengek minta turun, atau menarik-narik tali pengikat kursi. Sebelum anda memasukkan ‘high chair’ yang ada beli ratusan ribu itu ke dalam gudang, cobalah untuk melihat kebutuhan. anak. Dua alasan mengapa anak tidak betah duduk makan : (1) bosan, (2) tidak lapar. Cobalah mengatasi dua hal ini dengan memberikan sesuatu untuk dipegang selagi makan, dan memberi makan pada saat anak sudah lapar. Biarkan anak turun dari kursi setelah ia kenyang dan tunggu sampai waktu makan berikutnya. 2.
Biarkan anak makan sesuai seleranya
Selera anak sangat berbeda dengan selera orang dewasa. Mungkin anda mendadak ingin muntah ketika nangka anda mencampurkan daging ke dalam apel parut. Selama makanan tersebut bergizi, biarkanlah anak bereksperimen untuk mencampur makanan bergizi yang anda persiapkan. Pada usia ‘pemberontakan’, anak suka memilih makanan. Kadangkadang dalam tiga hari dia hanya makan satu macam makanan. Berusahalah mengenal apa yang disukai dan tidak disukai anak. Menu yang tidak terlalu banyak campuran akan menolong anda untuk mengetahui apa yang tidak disukai dan yang tidak disukai anak. 3.
Sediakan makanan yang bisa dimakan sendiri
Kunci keberhasilan waktu makan adalah SUKACITA. Sekali lagi, sediakan hidangan yang menarik untuk diraba oleh tangan, digenggam oleh jari-jari, dan dirasa oleh gigi, gusi, serta lidah. Anak akan menyukai waktu makan, jika waktu makan penuh dengan saat-saat eksplorasi.
20. Tips meminimal konflik pada saat memberi anak makan
4.
Besarkan hati melihat makanan sisa
"Aduh… mama udah siapkan makanan ini berjam-jam, kenapa tidak dihabiskan??, lain kali mama enggan mau masak lagi yah!!, ayo habiskan!!!" Sekalipun kalimat ini tidak terucap, kalimat ini seringkali muncul di hati ibu-ibu yang sudah susah payah menyiapkan makanan. Anak-anak di bawah dua tahun tidak dapat mengerti dan tidak peduli dengan jerih payah kita. Yang ia mengerti dan peduli adalah :"Saat ini saya belum mau makan". Jika makanan dapat disimpan, simpanlah dulu dan tunggu sampai anak siap untuk makan. Jika tidak, relakanlah makanan terbuang. Semakin anda bersikeras memasak anak anda untuk makan, semakin sulit bagi anak anda untuk menyukai saat-saat makan. Memberi porsi yang tidak terlalu banyak merupakan langkah yang bijaksana. Menyiapkan makanan yang sederhana dan mudah dibuat juga akan mengurangi sakit hati ketika menghadapi penolakan dari anak. 5.
Hati-hati dengan permen dan cokelat
Anak membutuhkan makanan penyeling sebelum tiba jam makan besar. Berikanlah buah atau biskuit dan bukan permen atau coklat yang terlalu banyak. Selain membahayakan gigi anak, anak dapat memakainya sebagai senjata untuk konflik pada jam makan berikutnya. Jika terlalu banyak makan permen atau coklat, anda tidak akan pernah menemukan ‘jam lapar’ anak. Akhirnya saudara harus menyediakan banyak permen dan coklat sebagai pengganti makanan pokok. 6.
Jangan gunakan makanan sebagai hukuman atau hadiah
Anak-anak membutuhkan proses belajar untuk mengerti bahwa mereka butuh makan ketika mereka lapar. Penggunaan makanan sebagai hukuman atau hadiah memberikan pesan bahwa mereka harus makan. Bukankah kita sering mengatakan : "Ayo habiskan makanannya, kalau habis nanti mama kasih lebih banyak permen." Atau kita mengatakan : "Kalau belum habis nasinya, tidak boleh makan puding." Semua kalimat tersebut tidak menolong anak mengerti kebutuhan makan, akan tetapi menolong anak mengerti siapa yang berkuasa mengendalikan keinginannya. Jika anda sering mengatakan: "kalau masih nakal, nanti malam kamu hanya boleh makan sayur" atau "Kalau kamu nakal terus nanti malam mama tidak kasih kue." Jangan beri kesempatan anak menguji kekuatan anak dalam hal makan. Makanan tidaklah boleh dijadikan alat untuk mendisiplin anak. 7.
Etiket makan
Etiket makan adalah pelajaran berikut : Jangan harapkan anak satu sampai dua tahun untuk duduk rapih waktu makan. Dalam proses belajar memasukkan sendok ke mulutnya, makanan akan tercecer ke lantai, di kursi, juga di sekujur badannya. Kadang-kadang beberapa butir nasi akan terlempar ke kepala anda. Setelah koordinasi tubuhnya berkembang baik, ia bisa mulai masuk ke pelajaran selanjutnya: etiket makan.
Sumber : Warren, Paul. My Toddler. Nashville : Thomas Nelson Pub.,1994
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
Perkembangan Anak:
Bayi 1 - 2 Bulan
al yang penting untuk dikembangkan pada bayi usia 1-2 bulan adalah rasa "percaya". Rasa "percaya ini merupakan syarat penting bagi anak untuk mengembangkan dirinya sendiri. Jika anak "percaya" bahwa kebutuhannya selalu ditanggapi oleh orang tuanya, ia akan semakin berani untuk menjelajahi dunia yang lebih luas dan lebih berani mencoba hal-hal yang baru. Rasa "percaya" ini dapat dimiliki oleh anak yang mempunyai "kelekatan" (attachment) yang kuat dengan orang tuanya. "Kelekatan" itu harus dibina bukan saja pada saat bayi lahir tapi juga selagi masih dalam kandungan.
BAYI 0 - 1 BULAN
"Kelekatan" hanya bisa tercipta jikalau anda mengenal bayi anda dan anda hanya bisa mengenal bayi anda jikalau anda mengurus sendiri bayi anda sejak awalnya. Jika anda sedang menantikan kelahiran bayi pertama, saya anjurkan untuk memilih "lahir normal" (jika memungkinkan). Sekalipun kedengarannya lebih mengerikan dibandingkan dengan operasi, kelahiran normal memberikan ‘memory’ tersendiri antara anda-suami-anak. "Memory" itu dapat mempererat hubungan anda dengan bayi anda dan juga antara suami dan bayi anda. Saya juga anjurkan anda untuk memilih tidur sekamar dengan bayi anda. Jikalau suami tidak keberatan, keberadaan ayah di tengah malam sangatlah menolong. Memang sangat melelahkan. Jikalau kelahiran bayi anda normal anda anda cukup sehat, usahakanlah untuk tidur bersama bayi anda. Paling sedikit ranjang bayi diletakkan di dekat kamar anda. Jangan biarkan baby sitter menikmati kenangan indah yang hanya beberapa bulan saja. Memang pada usia itu si bayi tidak terlalu peduli siapa yang mengurusnya, akan tetapi justru anda yang perlu peduli siapa yang anda urus. Anda perlu membina rasa ‘sayang’ kepada bayi anda melalui rasa lelah mengganti popok yang tak berkeputusan, "never ending night feeding" (menyusu terus-menerus) sampai sakit pinggang, menina bobokan si kecil yang matanya masih melotot selagi mata anda tinggal separoh, dll.
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
Tanpa anda menyadari, anda sebenarnya sedang menanamkan bibit cinta kasih pada diri si bayi yang suatu saat akan memberikan respon balik yang positif pada anda. Ada beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengembangkan bakat dan memberikan suasana rohani pada bayi anda: Nyanyikan lagu-lagu rohani yang riang (lagu-lagu sekolah minggu), jangan tawar hati jika si bayi tidak memberikan respon apa-apa. Suami saya senang menyanyikan lagu "Dengar Dia Panggil Nama saya" sambil bermain-main dengannya. Sekarang dia sangat peka kalau mendengar lagu itu. Hampir setiap kali ia mendengar lagu itu, ia memberikan reaksi tersenyum atau tertawa. Bahkan pernah saat dia tidur (usia 2 bulan), papanya menyanyikan lagu itu, ia mulai terbangun dan tersenyum. Putarkan lagu-lagu klasik (Beethoven, Mozart, Bach, dll.) pada saat anda menyusui atau memandikan si bayi. Menurut Sinichi Suzuki, jika lagu-lagu sulit karya tertentu terus diputarkan dalam waktu lima bulan dia akan mengingat lagu tersebut dengan lengkap. Pada usia lima bulan ia akan tersenyum dan mulai bergerak mengikuti irama lagu yang ia kenal 1). Pada saat usia pendidikan musik dimulai, ia dapat dengan mudah menguasainya. Berbicaralah atau karanglah lagu sendiri pada saat menggantikan popok, menjemur, memandikan, menidurkan. Si bayi tidak peduli kualitas lagu anda, yang dia pedulikan adalah suara yang sama yang terus berbunyi di dekatnya. Dalam perkembangan selanjutnya nanti dia akan lebih cepat memberikan respon (mengoceh) pada saat anda menyanyi atau mengajaknya berbicara. Anda juga dapat mengajaknya berdansa. Gendonglah dengan posisi tegak dan saling berhadapan (seperti jika anda ingin membuatnya bertahak). Kemudian nyanyikanlah lagu-lagu rohani yang riang. Berdansalah dengan bayi anda. Pandanglah matanya selama anda berdansa. Kontak seperti ini akan mempererat hubungan anda dan bayi anda 2). Daya lihat bayi yang baru lahir sangatlah terbatas pada jarak yang dekat, yaitu jarak pasangan yang berdansa atau jarak ibu yang sedang menyusui 3). Bayi anda akan menikmati dan kadang-kadang ia tertidur sewaktu berdansa. Dan andapun akan bisa lebih menikmati kebersamaan dengan bayi anda. Ucapkan doa-doa singkat dengan bersuara pada bayi anda dalam keadaan segar, khususnya pada saat anda menyusui atau memberi susu botol. Cara ini sekedar membentuk kebiasaan anda untuk mengajaknya berdoa senantiasa. Dengan berdoa, anda juga dapat menyusui dengan hati yang tenang. Menyusui adalah saat yang paling efektif untuk membina kelekatan dengan bayi. Kebanyakan ibuibu memekai 70% dari waktu untuk menyusui untuk memandang bayinya. Bayi belum bisa melihat wajah ibu secara lengkap, hanya garis besar yang buram.
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
1) 2)
Akan tetapi gerakan muka dan mata ibu sangat menarik bagi bayi 4). Jika anda tidak bisa memproduksi ASI, andapun dapat tetap menyusui dengan botol dalam jarak yang dekat. Sekalipun menyusui dengan botol merupakan hal sederhana yang bisa dilakukan oleh baby-sitter, usahakanlah sejauh mungkin memberikan susu sendiri. Usahakan untuk berdoa malam bersama suami di dekat bayi anda, setelah anda menidurkannya di malam hari. Nyanyikanlah lagu-lagu rohani pada saat anda menidurkan bayi anda. Jika ini terus menerus dilakukan, bayi anda akan cepat merasa betah berada di gereja yang menyanyikan lagu-lagu yang sudah dikenalnya. Sinichi Suzuki, "Mengembangkan Bakat Anak Sejak lahir", Jakarta: PT Gramedia, 1993. Hal. 7-8. Band. Seri Ayah Bunda: Merawat Bayi, hal. 73
. 3)
Alison Clarke-Stewart & Joanne Barbara Koch, "Children Development Through Adolescence", New York: John Wiley & Sons, Inc., 1983. Ha. 108-9. 4) Ibid.
BAYI 1 - 2 BULAN Ada beberapa hal yang dapat anda lakukan pada bayi anda sekitar usia ini: Sekitar usia 6 minggu, sistem penglihatan bayi sudah mulai berkembang. Pada level ini, bayi mulai memasuki level interaksi sosialnya. Ia mulai menatap wajah ibu dan mulai membesarkan matanya. Pada saat inilah untuk pertama kalinya ibu merasa si bayi memandangi wajahnya dan mulai berinteraksi lebih hangat lagi dengan si bayi. Berikan mainan yang berbunyi di dekat mata bayi dan gerakan dari kiri ke kanan dan sebaliknya, jauh - dekat, dan sebaliknya. Hal ini melatih penglihatan bayi anda. Suatu waktu pada usia 2 bulan, anda akan menemukan bayi anda tersenyum manis pada anda. Bukan lagi senyum refleks pada saat tidur, tapi senyum yang memancing respond anda untuk membuatnya tersenyum lebih lebar. Pada saat inilah anda mengetahui bahwa tiba saatnya peran anda dibutuhkan untuk mulai pendidikan sosial bagi bayi anda. Sekalipun pada usia ini senyumannya belum terarah kepada orang tertentu (karena keterbatasan penglihatan), stimulasi anda sangatlah dibutuhkan. Pada sat bayi tersenyum, anda memberikan respons
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
dengan mengajak berbicara, tersenyum kembali, atau menggelitik dagunya. Bayi akan tersenyum kembali, kadang lebih lebar atau bahkan tertawa dan mengeluarkan suara. Respond bayi ini akan mendorong anda untuk memberikan stimulasi kembali. Maka terjadilah interaksi atau komunikasi yang sederhana antara bayi dan anda. Diketemukan bahwa interaksi seperti ini mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak. Anak-anak yang mencapai nilai tinggi dalam test intelegensi telah mendapatkan stimulasi yang baik dari orang tua ketika mereka masih bayi: orang tua mengajak berbicara, tersenyum, bermain, mendengarkan, meniru, dan memberikan respon yang konstan kepada senyuman bayi. 1) Pada usia 2 bulan bayi akan menggapaikan tangannya di hadapan mukanya. Pada saat seperti itu anda dapat membiarkannya sendiri di baby box, dan anda pergi mengerjakan hal-hal lain. Atau , letakkan boneka karet di hadapannya untuk disentuh-sentuh olehnya. Kadang-kadang, ketika anda kembali lagi, ia sudah tertidur. Telungkupkan bayi anda pada saat ia tidak tertidur. Pada usia dua bulan ia sudah bisa mengangkat kepalanya untuk beberapa detik. Jikalau ia berhasil mengangkat kepalanya, berikan tepukan tangan, ciuman, dan senyuman. Latihan seperti ini sangat baik untuk memperkuat otot-ototnya. Kadang-kadang dipertengahan usia 2 bulan bayi-bayi tertentu akan mulai memutar badannya untuk tengkurap sendiri dan mengangkat kepalanya lebih lama dan lebih stabil. Jika hal ini terjadi pada bayi anda, dekatkan wajah anda pada wajah bayi sambil tersenyum dan memberikan semangat. Kadang-kadang, letakan mainan di depannya untuk diamati dan merangsangnya untuk mulai maju dan menyentuh mainan itu. Letakkan mainan yang menarik di dekat tangannya. Biarkan dia menyentuh atau memukul-mukulnya. Bayi sangat senang melihat garis-garis muka manusia, binatang, atau boneka. Pilih mainan yang riangan dan tidak berbahaya (terbuat dari karet atau kain lembut). Hal ini melatihnya untuk berhubungan dengan obyek di luar dirinya. Di pertengahan atau akhir usia dua bulan, dia akan mulai memegang mainan sejenak dan melepaskan kembali. Anda dapat membantu mendekatkan mainan yang ringan pada telapak tangannya. Berikan senyum lebar padanya ketika ia dapat menggenggam mainan tersebut. Bayi juga senang melihat tangan yang bergerak-gerak. Sekalipun ia belum bisa mempermainkan tangannya, anda bisa mulai menggerakkan tangan anda pada jangkauan pandangannya. Kepada bayi saya, saya mainkan tangan saya dan tangannya sambil menyanyikan lagu. Sering-seringlah mendekatkan wajah anda sehingga mudah untuk dijangkau oleh tangannya. Dengan menjamah wajah anda, tersenyum pada anda, ia mulai
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
menjalin kontak dengan anda. Kalau dulu anda yang lebih aktif, kini si bayi mulai aktif. Interaksi ini sangat penting untuk membina kelekatan antara anda berdua. Ajaklah bayi anda ngobrol, pada saat ia tersenyum dan mengoceh. Bayi sangat senang berada di sekitar orang-orang yang mencintainya. Dengan banyak kasih sayang dan ketegasan halus yang ia peroleh, ia kaan menjadi orang yang ramah tamah dan tenggang rasa. 2) Pada saat segar, pelihatkanlah buku Alkitab bergambar sambil bercerita dengan singkat. Si bayi tidak akan mengerti apa yang saudara ceritakan, akan tetapi ia kana senang memperhatikan warna dari gambar-gambarnya. Tidak usah ceritakan secara mendetail karena yang penting hanyalah membiasakan dia untuk mengenalkan Alkitabnya. Selain itu, ini merupakan persiapan bagi anda untuk membangun kebiasaan anda untuk menceritakan Firman Tuhan. Letakan gambar yang mempunyai nilai rohani di dekat meja pengganti popok atau di mana biasanya anda memandikan. Pada saat mandi dia bisa memandang dan mulai mengoceh dan memegang-megang gambar itu. Saya meletakkan gambar malaikat yang menjaga dua anak yang sedang menyeberangi jembatan yang rapuh. Setiap kali bayi saya menetap gambar itu, saya mennyanyikan lagu: "Timothy dijaga malaikat, malaikat dari Tuhan. Dijaga dari s’gala bahaya, Timothy dijaga Tuhan." Jikalau bayi anda sehat, ajaklah jalan-jalan ke luar sore hari setelah mandi. Terlalu banyak menyekapnya dalam kamar tidak terlalu baik. Khususnya di akhir usia dua bulan, bayi perlu melihat lebih banyak objek-objek baru di luar. Ajaklah dia berbicara atau bernyanyi tentang benda-benda ciptaan Tuhan yang ada di luar. Daun-daunan yang bergerak, sedikit sinar sore, kicauan burung, sepoi-sepoi angin sore, semua itu memberikan pengalaman baru bayi bayi anda. Secara kognitif, dia tidak mengerti. Akan tetapi secara afektif, saya yakin ada sesuatu yang ia peroleh dari kegiatan rutin ini. Ajak anak anda ke gereja (kalau anda terganggu, tidak perlu setiap minggu). Jika anda betul-betul ingin mengurus anak sendiri, anda harus melalui masa dimana anda tidak bisa mendengarkan khotbah denga lengkap dan tenang. Tapi masamasa itupun akan segera lewat. Sekali-kali menitipkan bayi pada mertua atau teman dekat juga baik untuk kesehatan kerohanian anda. Pada umumnya, setelah melalui bulan pertama, masa-masa melelahkan di tengah malam akan berlalu pula. Bayi anda akan terbangun hanya untuk minum lama, sekitar jam 02.00. Anda tidak perlu terburu-buru melatihnya untuk tidur malam. Nikmatilah saat-saat dimana si kecil mengoceh di tengah malam. Anda tidak perlu marah-marah, tersenyumlah, dan bersyukurlah untuk ocehan di malam hari yang tidak akan anda nikmati di bulan-bulan mendatang.
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
1) Edwin Kiester, Jr. Dan Sally Balente Kiester, "New Baby Book",:
Beter Homes and Gardens, 1985, hal. 126 2) Dr. Benjamin Spock, "Merawat Bayi dan Mendidik Anak", hal. 125.
No one who reaches the end of life has ever looked back and said, "Oh, I wish I had spent more time at the office instead of with my kids." Greg Johnson and Mike Yorkey Daddy’s Home
22. Perkembangan anak – Peran Ayah
Perkembangan Anak:
Peran Ayah Bill Cosby
SEBELUM KELAHIRAN…
Kaum pria hendaklah melenyapkan anggapan bahwa dengan membengkakkan perut isterinya berarti mereka sudah menjadi seorang lelaki. Dia harus berhenti dari anggapan bahwa dia sudah memperoleh kemenangan yang besar.Kalau anda benar-benar mencintai isteri anda, maka kehamilannya adalah waktu yang bagus untuk menguji besarnya perhatian anda padanya. Anda harus memberi perhatian kalau isteri anda mengatakan, "anak kita sedang bergerak-gerak! Bangun dan peganglah perutku!" Anda harus menanggapi seolah-olah dia sedang menunjukkan suatu siaran ulangan pencetakan gol yang gemilang di layar televisi. Ingat bahwa tuntutan-tuntutan isteri anda untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang belumlah sebesar tuntutan-tuntutan bayi yang bakal anda hadapiUsahakanlah agar dia duduk di kursi yang nyaman; dan bantulah dia bangun dari kursinya bila tiba saatnya untuk pergi. Kalau tidak maka bisa-bisa anda akan berjalan sendirian di depan, sedangkan istri anda tetap berada di kursinya, sambil mengepak-ngepakkan kedua tangannya seperti hendak terbang, dalam usahanya untuk bangkit dari kursi. PADA SAAT KELAHIRAN…
Seperti semua pria lainnya, tentu saja saya tidak mengerti bagaimana rasanya kesakitan waktu melahirkan. Carol Burnett mengatakan, "Kalau anda ingin tahu rasa sakit pada saat melahirkan, peganglah bibir bawah anda dan tarik sampai ke kepala." Ketika rasa sakit yang kedua menyerang, isteri saya berteriak dan mengangkat tubuhnya ke tempat penyangga kaki."Morfin!" jeritnya. "Beri saya morfin!""Tetapi, sayang," saya menjawab dengan manis, "Kau ‘kan tahu bahwa morfin…""Kau tutup mulut! Kau yang menyebabkan semuanya ini!"Dan pada saat kontraksi otot berikutnya, tak putus-putusnya dia mengharam-jadahkan diri saya di hadapan semua orang di dalam ruang persalinan itu. Kemudian dia melanjutkan pernapasan sementara saya terus memberi semangat. "Dorong! Dorong! Dorong!""Aku tidak mau mendorong lagi," katanya, "Bill, katakan pada mereka untuk memberi aku sesuatu.""Tidak sayang, kursus melarang…." "Aku tidak peduli pada kursus lagi!""Tapi kau bisa melakukannya!""He, lihat!" kata saya tibatiba. "Bukankah itu kepala si bayi?" … Bayi kami keluar. Saya dan isteri saya tiba-tiba
22. Perkembangan anak – Peran Ayah
berbagi saat yang paling indah dalam hidup kami berdua. Inilah yang kami minta-minta pada Tuhan; inilah saat yang kami ingin tahu kalau kami bisa melaluinya. Dan saya memandang bayi itu dengan penuh kasih sayang, sementara mereka mulai membersihkannya; tetapi dia tidak juga kunjung bagus.Dan kemudian saya menghampiri isteri saya, mencium bibirnya dengan lembut, dan mengatakan, "Sayang, saya sangat mencintaimu. Kau baru saja melahirkan seekor tikus." SETELAH KELAHIRAN …
Tidak peduli berapa banyak penghasilan seorang ayah dalam sebulan, namanya selalu Ayah-Bolehkah Saya; dan ayah ini selalu bertanya-tanya apakah memang manusiamanusia kecil ini dilahirkan untuk ngemis. Saya membelikan anak-anak saya yang lima itu segala sesuatu bahkan juga kolam renang sendiri tetapi toh saya tetap mendengar "Ayah, bolehkah saya beli …. Ayah, bolehkah saya pergi ke … Ayah, bolehkah saya minta…" Orang tua akan cepat belajar bahwa entah berapa banyak uang pun yang mereka peroleh, mereka tidak akan pernah bisa punya uang cukup untuk membeli barang-barang yang diinginkan anak-anak. Kalau seorang pria mempunyai anak, maka hal pertama yang harus disadarinya adalah bahwa dia bukanlah boss di rumahnya sendiri. Anda tidak diperbolehkan memberikan ijin pada mereka untuk apa saja. Hanya sekali saya melakukan kesalahan besar dalam memberi ijin. Salah satu anak saya menghampiri saya dan berkata, "Yah, apakah saya boleh pergi ke luar untuk bermain-main?"‘Jelas, sayang," jawab saya, "Mengapa tidak?" Itulah saat terakhir saya bisa mengatakan mengapa tidak. Isteri saya menghampiri saya dan berkata, "Apakah kau memperbolehkan anak itu keluar?" "Benar," kata saya. "Ingat, lain kali kau harus tanya dulu pada saya. Anak itu sedang saya hukum." Sejak hari itu, saya tahu kedudukan saya; dan setiap kali seorang anak mengatakan, "Yah, bolehkah saya…..’ meskipun ‘yah’ adalah panggilan untuk saya, saya selalumenjawab, Ibumu tadi berkata apa?"Ironisnya, meskipun seorang ayah bukanlah boss di rumahnya, si ibu selalu berusaha menggunakannya sebagai ancaman: "Awas! Kalau nanti Ayah datang, dia pasti akan menembakmu dengan meriam persisi di kepala. Dan kali ini, Ibu tidak akan membelamu." Ada satu suara anak-anak saya yang tidak bisa saya tahan; suara salah seorang dari mereka kalau sedang menangis. Dan tangisan yang paling menyayat tidak ditimbulkan oleh luka pada tubuh anak perempuan anda tetapi luka pada perasaannya. Mula-mula suara itu perlahan dan kemudian mulai terdengar mengiris-iris kalbu, bersamaan dengan keluarnya cairan dari berbagai lubang: matanya, mulutnya, dan hidungnya. Dengan susah payah anda berusaha menenangkannya sementara mengusap mukanya dan menanyai siapa yang membuat dia sampai menangis seperti itu. Tetapi niat anda untuk membunuh orang itu berubah setelah anda tahu bahwa orang itu adalah anak perempuan anda yang lain. Kemudian anda tahu bahwa tragedi itu terjadi karena
22. Perkembangan anak – Peran Ayah
saudara perempuannya melarang dia mengenakan salah satu syal ibunya. Dan dengan menceritakan tragedi tersebut membuat air mata lebih banyak keluar.Segera, anda berpaling dari korban yang terus menangis ini dan memanggil kakak perempuannya… kemudian anda berlari kepada si ibu untuk menanyakan alasan mengapa syal itu tidak boleh dipakai sebentar saja. Sementara anda kembali kepada anak perempuan anda yang tadi menangis itu, hati anda merasa sangat iba terhadapnya. Tetapi ternyata, dia tidak saja sudah berhenti menangis, malahan dia sudah bermain dengan riang gembira dengan yang lainnya. Karena para ayah mengganti persneling lebih lambat daripada anak-anak yang menangis, anda masih akan merenungkan semua kejadian itu selama satu jam atau lebih, lama setelah anak kecil anda melupakannya. Sebut saja ini sebagai jurang pemisah kesedihan. Anggap saja ini sebagai bagian lain dari liku-liku menjadi seorang ayah: berusaha untuk menerima kesedihan dan kegembiraan.
(Sumber: Bill Cosby, "Peran Sang Ayah" (terj.), Jakarta: Mitra Utama, 1989)
'Tegas' dan 'meledak' adalah dua kata berbeda Erick Kartawijaya
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
Perkembangan Anak
USIA 0-1 TAHUN
Memuji Tuhan Sejak Bayi (Rootie)) Mengajar anak untuk memuji Tuhan tidak perlu tunggu sampai ia bisa menyanyi. Sejak dari kandungan bayi dapat diajak memuji Tuhan bersama dengan papa dan mama. Pada usia 7-8 bulan, bayi mulai terlihat responsif terhadap irama lagu. Ia akan bertepuk tangan sambil tertawa-tawa. Ia akan mulai menggoyangkan badan mengikuti irama lagu. Jika anda sudah biasakan bayi sejak lahir mendengarkan irama lagu, ia akan siap untuk diajak memuji Tuhan bersama-sama pada usia 7-8 bulan.Putarkan lagu-lagu klasik yang riang atau lagu rohani anak-anak maupun puji-pujian umum. Ajak anak menyanyi bersama, sambil bertepuk tangan dan menggerakan badan. Lakukan hal ini secara rutin: sehabis mandi, atau sebelum minum susu malam hari. Tunjukkan padanya bahwa memuji Tuhan merupakan waktu yang paling menyenangkan di dalam hidupnya. Jadikan ‘memuji Tuhan’ sebagai ‘life-style’ si kecil. USIA 1-2 TAHUN
Stress pada Bayi (Patricia H. Rushford) Bukan hanya anda dapat mengalami stress. Bayipun dapat mengalami stress. Stress adalah tekanan yang dirasakan ketika tuntutan melebihi kemampuan seseorang. Bayi dapat mengalaminya ketika rutinitas terganggu oleh perjalanan, pesta ulang tahun, tidak tidur siang, suara yang keras terus menerus, kunjungan tamu, atau makan malam di luar rumah. Penyebab lain bersumber dari orang tua sendiri yang terlalu banyak menekan, ngomel, berkelahi, atau menuntut lebih. ‘stress’ melepaskan hormon ke dalam tubuh, yang menyebabkan jantung berdebar keras dan nafas lebih cepat. Terlalu banyak stress dapat mengakibatkan masalah kesehatan dan kejiwaan.Semua bayi dapat mengalami stress, akan tetapi kemampuan tiap bayi berbeda. Ada bayi yang dapat menanggung tekanan
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
yang cukup berat, ada bayi yang tidak tahan dengan tekanan yang sedikit saja. Tanda-tanda stress pada bayi misalnya: rewel, tidak bisa diam, nakal, susah makan, susah tidur, masalah pencernaan, mengisap jempol, dan menangis di malam hari. Untuk menanggulanginya, sebagai orang tua kita harus memikirkan segala alternatif terbaik. Bayi cenderung untuk meniru mimik orang tua. Oleh sebab itu pertama-tama, kita sendiri harus belajar bagaimana menanggulangi stress kita sendiri. Setelah itu evaluasi lingkungan bayi: hindari dari suara yang mengganggu, susun jadwal rutinitas yang lebih teratur. Sebagai orang tua bersikaplah lebih tenang, sabar dan penuh kasih, berikan atmosfir yang lebih santai pada saat bermain, luangkan waktu untuk bermain dan tertawa, mandikan dengan air hangat, berikan susu hangat, letakan pada kursi atau ranjang ayunan, peluk dan beri kelembutan. Dan akhirnya, yang paling penting: doakan terus menerus. Allah yang Maha tahu dapat menanggulangi segala macam situasi. Percayakan kekhawatiran anda pada-Nya dan mintakan damai sejahtera dan rasa aman bagi anda dan anak anda. USIA 2-3 TAHUN
Anak Luar Biasa (Grace Ketterman) Masa kebingungan orang tua yang luar biasa untuk pertama kali adalah ketika ia melihat anak 2-3 tahun tiba-tiba membencinya.Janet tiba-tiba menendang kakaknya, memukul teman-temannya dan berteriak "No!". Janet seharusnya tidur siang, tapi ia terus bermain sekalipun sudah lelah. Dalam kebingungannya ibu Janet mengatakan: "Apa yang telah saya lakukan sehingga ia menjadi begitu pemarah dan penuh kebencian?" Yang ibu Janet tidak sadari adalah apa yang terjadi dalam diri Janet juga terjadi pada umumnya anak seusianya. Karakteristik umum: Menjadi mandiri merupakan tugas utama. Syarat untuk melakukan tugas itu adalah menguji otoritas orang tua. Itu adalah satu-satunya cara untuk dia dapat menemukan kemampuannya dan mengerti batas-batas yang tidak boleh dilakukan. Mereka belajar dengan cara menjelajah. Hal ini mendorongnya untuk mencapai puncak tertinggi dari lemari es untuk melihat apakah ada biskuit di atas lemari yang tertinggi. Mereka sama sekali tidak bermaksud untuk menakut-nakuti ibunya.
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
Mereka sangat posesif, suka merebut, dan egois. Bukan karena mereka jahat tetapi karena mereka rasa tidak aman. Mereka tidak tahu siapakah diri mereka, sehingga tidak dapat memahami apa yang menjadi miliknya dan yang bukan miliknya. Mereka dikendalikan oleh ‘instinct’ Janet memukul temannya karena temannya menjambak rambut Janet yang merebut bonekanya. Perbendaharaan kata yang paling umum digunakan adalah "tidak!" Ini adalah sarana kedua untuk menemukan batasan baru dan menguji sejauh mana dia berkuasa atau berotoritas. Mereka mempunyai kemampuan untuk membuat orang tua bertingkah laku seperti anak-anak. Ibu sering tidak menyadari bahwa ia telah berebut barang, berteriak marah-marah, bertengkar seperti anaknya. Tapi, setelah meletakan si ‘monster kecil’ ke atas tempat tidur, mereka berubah menjadi malaikat yang tenang dan membuat ibu merasa sangat bersalah telah berkelahi dengannya.
BAGAIMANA MENGATASI ANAK 2-3 TAHUN:
Jangan berdebat dengannya untuk kuasa. Ingatlah bahwa anak bukanlah milik tapi titipan Allah. Salurkan kebutuhan eksplorasi anak. Bawa anak ke luar rumah atau area rumah yang paling luas dan kasar. Bantu mereka memanjat dengan aman. Ajak mereka menjelajahi banyak hal baru. Mereka akan lelah dan membutuhkan waktu tidur yang aman dan tenang. Jangan biarkan anak bermain tanpa diawasi. Jangan harapkan anak 2 tahun dapat berbagi mainan dengan murah hati. Awasilah anak ketika bermain dengan anak lain. Ketika terjadi perkelahian, gunakan untuk mengajarkan anak bagaimana bermain bersama. Pisahkan anak beberapa saat untuk bermain sendiri. Ketika anak lain menjadi agresif, dan anak anda siap untuk membalas, pisahkan dengan tegas. Pisahkan keduanya sampai masing-masing bersedia untuk tidak saling menyakiti. Jangan khawatir dengan kata "No". Ketika anaknya mengatakan "Tidak!, tidak!" Teman saya dengan tenang mengatakan: "Kamu boleh saja bilang Tidak! Sebanyak-banyaknya. Tapi kamu kan tetap akan membereskan mainanmu." Orang tua harus memiliki percaya diri di
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
dalam hikmat Allah. Maka, kita tidak akan pernah menyerah kepada kekuatan anak untuk memberontak.
Sebanyak dibutuhkan, mintalah kekuatan baru terus menerus dari Allah Bapa di surga. Allah menjanjikan setiap orang tua hikmat, kekuatan, dan kasih.
Grace Ketterman, M.D. adalah direktur medis dari Crittenton Center, rumah sakit psikiatris untuk anak-anak di Kansan City, Mo. Dia adalah penulis dari Mothering: The Complete Guide fot Mothers of All Ages. (Thomas Nelson). USIA 3-5 TAHUN
Pertama Kali Ke Dokter Gigi (Jeffrey W. Timm) Jika anak anda tidak mempunyai masalah dengan giginya, maka usia 3 tahun adalah usia yang tepat untuk mengunjungi dokter gigi untuk pertama kali. Pada usia ini anak sudah dapat mengerti apa yang dilakukan dokter dan mengapa. Perkembangan tiap anak berbeda, membuat anda harus mempertimbangkan apakah anak anda sudah siap. Pada kunjungan pertama anak-anak belajar mengenal peralatan yang digunakan dokter, kemudian gigi diperiksa dari kemungkinan adanya masalah. Gigi anak anda juga akan dibersihkan dan diberikan fluoride. Untuk prosedur ini biasanya anak-anak tidak akan mengalami masalah. Cerita kakak-kakak mereka tentang pengalamannya ke dokter gigi sering membuat anak merasa takut. Anda perlu mempersiapkan anak secara bijaksana. Ajaklah anak bermain dokter-dokteran. Ketika anak berbaring di sofa, anda dapat berperan sebagai dokter gigi yang menghitung jumlah giginya. Berikan anak anda kaca yang dapat ia pegang, sambil anda menyikat giginya dalam keadaan berbaring. Jelaskan kepada anak bahwa dokter gigi akan menghitung giginya dan memakai "sikat gigi istimewa" untuk membuat giginya "super bersih". Jangan janjikan bahwa dokter gigi tidak akan menyakitinya. Janji ini hanya akan membuat anak bingung, mengapa pada akhirnya ia disakiti oleh dokter gigi. Usahakan untuk memberikan impresi positif kepada anak setiap kali ia akan pergi ke dokter gigi. Hal ini akan membangun kebiasaan pemeliharaan gigi yang baik seumur hidupnya.
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
Jeffrey M. Timm, D.M.D., praktek sebagai dokter gigi keluarga di Bend, Ore. Ia mempunyai empat orang anak. USIA 5-8 TAHUN
Perhatikan Aku!! (Kevin Leman) Merasa diri penting di dalam keluarga, merupakan perasaan dasar yang dibutuhkan anak. Jika orang tua tidak memperhatikan kebutuhan ini, anak akan tetap berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara: ngompol, merengek, menangis, berbohong, mencuri, mengganggu, atau membolos.Tingkah laku untuk menarik perhatian tidak selalu negatif. Mendapatkan nilai A, menjadi penolong ibu atau membantu ayah membersihkan garasi juga merupakan sarana untuk menarik perhatian. Anda perlu hati-hati jangan sampai anak belajar bahwa ia hanya disayangi jika mendapat nilai baik, atau hanya kalau membantu orang tua.Kadang-kadang anak menarik perhatian orang tua secara berlebihan. Dia tidak akan berhenti berteriak sampai ada orang yang mengatakan: "Sudah kasih saja….!" Hal ini dilakukannya karena ia sudah mempelajari bahwa hanya dengan cara itu ia bisa memperoleh apa yang ia inginkan. Cara itu memberikan "kuasa" ekstra untuk mengontrol orang tuanya. Beberapa prinsip untuk mengatasinya: Katakan pada anak: "kamu ingin diperhatikan, yah? Ayo sini mama/papa pangku (atau cium)? Kamu enggan usah bertingkah seperti itu mama sudah mengerti koq". Yakinkan anak bahwa mereka tidak perlu berjuang untuk mendapatkan perhatian dan kasih, karena anda memiliki cukup pelukan dan ciuman yang hangat untuk diberikan. Usahakan untuk tidak mempedulikan tingkah menarik perhatian yang negatif. Biasanya mereka akan menghentikan sendiri. Hindari untuk mengingatkan anak untuk suatu hal terus menerus. Sebagai contoh: jangan memanggil anak berulang-ulang untuk duduk di kursi makan. Itulah yang ia inginkan, yaitu menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. Panggil anak satu kali saja. Kalau anak tidak mau datang, jangan panggil lagi. Duduk saja, dan nikmatilah makanan anda tanpa dirinya. Maksimalkan tindakan dan minimalkan perkataan. Ketika saya menanyakan kepada anak-anak berapa kali orang tua mereka harus menyuruh mereka melakukan sesuatu, mereka menjawab: "tiga kali." Pertama, untuk memanggil.
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
Kedua, untuk menyatakan bahwa papa atau mama mulai marah. Ketiga, (selalu dengan nada yang keras) yang berarti: "Hai, mama dan papa sungguh-sungguh. Kamu datang ke sini sekarang!" Berhentilah melakukan permainan ini dengan anak anda; ini hanya mengajarkan anak untuk tidak bertanggung jawab. Hindari godaan untuk menantang anak. Ajarkan mereka konsekuensi dari tingkah lakunya. Jika mereka tidak juga datang ketika dipanggil untuk makan, mereka akan kelaparan. Kevin Leman adalah psikolog terkenal yang menulis lebih dari 10 buku tentang bagaimana menjadi orang tua, termasuk Getting the Best Out of Your Kids (Harvest House) . USIA 8-12 TAHUN
Belajar Efektif (Elaine K. McEwan) Pernahkan anda berpikir bagaimana seorang anak bisa mendapatkan nilai A dengan belajar sambil mendengarkan musik, ketika yang lain sangat terganggu hanya dengan mendengar suara kertas koran yang dibolak-balik. Hal ini tidak berhubungan dengan daya intelegensi anak, melainkan pola belajar. Jika kita bisa mengenal pola belajar anak, maka kita dapat menyusun struktur lingkungan rumah yang dapat memaksimalkan kemampuan belajar anak. Hasil survey dan riset membuktikan bahwa tiap orang mempunyai pola belajar yang berbeda. Jika ketrampilan belajar dilatih sesuai dengan pola belajar anak, maka ia akan belajar di dalam waktu yang lebih singkat. Bagaimana anak anda belajar ? Jika anak anda senang duduk diam dan mendengarkan cerita, ia cenderung sebagai auditory learner. Dia akan lebih mengerti dan mengingat pelajaran yang ‘didengar’. Jika demikian, bantulah anak mengerjakan pekerjaan rumah dengan membacakan materi yang penting dan minta anak mengucapkan hal-hal penting untuk dipelajari. Bagi visual learner, hal yang dapat dilihat sangatlah dibutuhkan. Mereka membutuhkan tulisan, gambar, bagan atau ilustrasi untuk menolongnya mengorganisasikan dan mengingat materi yang dipelajari.Jika anak harus menyentuh sesuatu yang dilihat, membongkar untuk melihat bagaimana cara kerja suatu benda, ia adalah kinesthetic/tactile learner. Mereka butuh untuk mengalami sesuatu, bukan hanya
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
mendengar atau membaca tentang sesuatu. Biasanya mereka suka melakukan kerja kelompok, berbagi dan belajar dengan orang lain.Pelajar yang sukses biasanya tidak terpaut hanya dengan satu pola belajar. Penggunaan berbagai indera, seringkali menolongnya mengatasi kelemahan di dalam suatu bidang. Tapi, ada anak-anak tertentu yang sulit belajar, mungkin bisa lebih efektif belajar dengan hanya memakai satu pola belajar. Bagaimana membantu anak belajar Setelah menemukan pola belajar anak, yang dapat anda lakukan adalah sebagai berikut: Diskusikan pola belajar anak dengan guru. Ceritakan ide dan strategi yang mungkin merupakan hal terbaik untuk dilakukan di sekolah dan di rumah. Cobalah bereksperimen dengan berbagai tekhnik belajar untuk melihat yang mana paling efektif bagi anak. Misalnya, untuk menolong anak menghafalkan perkalian, coba dengan: kuis verbal (auditory), soal tulisan (visual), lagu atau pantun atau peragaan (kinesthetic/tactile). Sadarilah bahwa anda dan anak anda mungkin mempunyai pola belajar yang berbeda. Ketika menolongnya mengerjakan pekerjaan rumah, hendaklah anda peka terhadap keunikan pola belajar masing-masing. Jangan biarkan pekerjaan rumah membuat hubungan kalian menjadi terputus. Bantulah anak mengerti dan membangun pola belajarnya. Kalau anak butuh untuk mem-'visualisasi'kan ide yang dipelajari, bantulah dia belajar membuat diagram, bagan, atau gambar. Jika ia membutuhkan pengalaman, bantulah anak untuk menemukan pengalaman tersebut. Kalau ia perlu mendengar, ajarkan bagaimana merekam materi yang penting untuk di dengar. Libatkan anak di dalam aktifitas di luar rumah, atau melakukan hobby dengan menggunakan pola belajar, talenta dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Elaine K. McEwan, Ed.D., adalah kepala sekolah dasar dan pengarang beberapa buku, termasuk Will My Child Be Ready for School ? (Life Journey, 1990)
GIVE YOUR TROUBLES TO GOD; HE WILL BE UP ALL NIGHT ANYWAY.
(Naskah-naskah terjemahan di ambil dari majalah Christian Parenting Today, edisi Juli/Agustus 1992)
24. Pertanyaan anak - Apakah ada dinosaurus di dalam Bahtera Nuh?
Pertanyaan Anak:
Apakah Ada Dinosaurus di dalam Bahtera Nuh ? inosaurus sangat terkenal sekarang sebab kita temui di mana-mana : di TV, komik dan juga banyak mainan dinosaurus. Memang banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa ada hewan-hewan aneh yang hidup ratusan juta tahun yang lalu. Tetapi Alkitab tidak mencatat dengan jelas adanya dinosaurus Banyak orang-orang pandai yang belajar Alkitab percaya bahwa jika dinosaurus betul-betul ada, mereka sudah mati dan punah sebelum air bah turun, sehingga tidak ada lagi dinosaurus di dalam bahtera Nuh. Kita tidak menemukan Dinosaurus di dalam Alkitab karena Alkitab bukan buku ilmu pengetahuan melainkan buku tentang rencana Allah terhadap hidup manusia. Catatan untuk orang tua : Alkitab tidak mencatat tentang dinosaurus, tapi mencatat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu (Yoh 1 :3). Beberapa ayat seperti Ayub 40 :15-19 berbicara tentang Behemoth, binatang yang besarnya menyerupai dinosaurus. Pertanyaan yang berhubungan: Mengapa sekarang tidak ada dinosaurus? Mengapa tidak ada catatan tentang dinosaurus di dalam Alkitab? Apakah ada dinosaurus di jaman Adam dan Hawa?
Sumber : Wilholt,James. "101 Questions Children Ask About God." Wheaton, Illinois: Tyndale House Publishers,1992.
"The meaning … is, that children are not the fruit of chance, But that God, as it seems good to Him, distributes to every man His share of them." (John Calvin)
25. Ibu Kartini tertangkap di Sudirman
Potret Ibu:
Ibu Kartini Terperangkap di Sudirman
Suka Duka Wanita Karir
ambil menantikan suami saya turun dari kantornya di wilayah jalan Sudirman, saya memperhatikan beberapa karyawan wanita yang baru saja pulang kerja. Cukup banyak. Ah..... lebih banyak lagi wanita dengan berbagai macam mode pakaian kerja berjalan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman. Di dalam hati saya berkata: "Terima Kasih Ibu Kartini, tanpa engkau pemandangan Jenderal Sudirman akan begitu hambar, tanpa bunga-bunga merah, kuning, dan berbagai warna ceria pakaian wanita."Tiba-tiba sebuah mobil kijang berhenti di depan saya. Isinya cukup padat. Ada beberapa orang anak, suster, pembantu rumah tangga, dan supir. Tak lama kemudian seorang ibu mendekat dan masuk ke dalam mobil. Di dalam hati saya berkata: "Oh ibu Kartini, tanpa sengaja engkau telah menceraikan anak-anak ini dari ibu mereka." Kita harus mengakui bahwa nasib kaum wanita saat ini mengalami banyak kemajuan. Wanita tidak lagi bisa dianggap remeh oleh kaum pria. Wanita mempunyai potensi yang kadang jauh lebih besar dari potensi kaum pria. Kesempatan meniti karir semakin luas bagi kaum wanita. Akan tetapi bersamaan dengan itu pula, struktur keluarga dan pola pendidikan anakpun bergeser. Sekarang, orang tua tidak lagi menjadi pemeran utama usaha pendidikan anak. Di dalam kesibukan orang tua meniti karir, sekolah swasta dan negeri sudah hadir untuk menggantikan peran mereka. Semakin banyak sekolah yang menambah waktu belajar murid di sekolah, sehingga orang tua tidak perlu bingung ke mana mereka harus menitipkan anak. Yayasan penyalur baby-sitter semakin banyak. Taraf hidup para pembantu mulai meningkat. Kaum wanita berekonomi rendah mendapatkan kesempatan kerja lebih baik sebagai baby-sitter. Dengan keberadaan baby sitter, kekhawatiran para orang tua semakin dapat teratasi ... asal ada uang!!! Tapi sekali lagi ... kehadiran sekolah dan yayasan penyalur baby-sitter yang pada mulanya untuk membantu orang tua, kini membuat jurang perceraian anak dan orang tua semakin besar. Jikalau anda adalah salah satu dari Kartini-Kartini tersebut, renungkanlah: 1) Apakah anda memaksakan anak anda untuk berdikari sebelum dia dapat berdiri tegak? 2) Apakah anda mulai melihat gejala ‘asosialisasi’, sikap dingin, dan individualisme pada
anak? 3) Apakah anda mulai merasa sulit mengenal anak anda, apalagi menangani kenakalannya?
25. Ibu Kartini tertangkap di Sudirman
Apakah anda mulai merasa anak anda lebih cinta TV daripada anda, apalagi cinta Firman Tuhan ataupun gereja? 5) Apakah anak anda sangat emosional ketika baby sitternya pulang mudik? 6) Apakah hubungan anda dan suami mulai terasa tegang dan penuh konflik? 4)
Jikalau 90% dari jawaban anda adalah "Ya", mungkin anda adalah "Ibu Kartini yang tersesat di Sudirman (atau area business lain)." Anda mungkin berkata, "Habis bagaimana?... Inilah tuntutan hidup zaman ini." Saya tidak menganjurkan anda untuk berhenti dari pekerjaan atau pindah dari kota tempat anda tinggal. Melalui buletin ini, saya ingin mengajak anda untuk berdialog. Diharapkan melalui dialog ini kita bisa menemukan jalan keluar bagi kondisi anda. Di dalam buletin ini ada beberapa hal yang akan dibahas:
Informasi dan diskusi tentang "memelihara hubungan anak & orang tua" bagi wanita karir. Bagaimana memilih alternatif pengasuh. Menanggulangi pengaruh negatif pendidikan dari para baby-sitter. Peran hubungan suami-istri dalam pendidikan anak. Apa arti "Quality Time" dalam pendidikan anak? dan sebagainya
Karena buletin ini merupakan dialog, maka diharapkan anda bersedia membagi pengalaman, tanggapan, komentar, kesulitan, saran/ide, dll. Anda akan dibantu oleh para ibu yang berpengalaman, para penginjil dan pendidik anak, serta psikolog. Tulisan atau masukan andapun dapat menjadi kontribusi besar bagi orang tua lain yang membaca buletin ini.
26. Potret ibu – Seperti katak di dalam tempurung
Potret Ibu:
Seperti Katak Di Dalam Tempurung Suka Duka Ibu Rumah Tangga Full-Time
Komentar ibu-ibu KTB "Eunike"
"Sebelum menikah, saya adalah seorang gadis yang sangat aktif dan ‘out-going’. Saya bukan orang yang bisa diam dan melakukan kegiatan rutin tiap hari. Akan tetapi setelah menikah dan dikaruniakan seorang anak (sekarang berusia 2 tahun lebih), saya menyadari bahwa tugas terutama yang Tuhan berikan adalah mendidik anak saya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Saya tidak bisa menyerahkan tugas pemeliharaan dan pendidikan anak ini kepada orang lain, karena anak saya bertumbuh cepat sekali dan saya tidak mau kehilangan kesempatan sedikit saja untuk menanamkan konsep-konsep iman kepada anak saya. Lagipula saya merasa kesempatan untuk mendidik anak saya yang masih Balita ini tidak bisa dijadwalkan. Kesempatan itu muncul secara natural dan spontan, kadang-kadang di pagi hari ketika baru bangun, kadang siang hari, dan kadang sore atau malam hari. Karena itu, saya sebagai seorang yang diberi tanggung jawab penuh oleh Tuhan, harus sedia setiap saat memberitahukan kehendak Tuhan di dalam segala situasi yang dihadapi anak saya." "Saya harus akui bahwa tugas ini berat. Saya sering tergoda untuk meninggalkan tugas yang kadang menjenuhkan ini. Saya sering merasa kesepian dan merasa berbeda dari rekan-rekan lain yang sedang meniti karir." "Saya sangat menganggap penting sekolah minggu. Karena itu saya selalu mencari kesempatan untuk menemani anak saya di sekolah minggu, kadang satu bulan sekali atau lebih. Di satu pihak saya merasa kehadiran saya sangat penting. Saya bisa mengetahui cerita yang disampaikan untuk bisa diulangi di rumah, saya juga bisa mendorong anak saya untuk aktif, dia juga merasa bangga dan aman dengan kehadiran saya, saya juga bisa melihat perkembangan anak saya di dalam hidup bergereja. Akan tetapi, di lain pihak saya merasa seperti makhluk yang aneh, karena di sekeliling saya adalah pembantu dan baby sitter. Kadang-kadang saya merasa: ‘koq saya sendiri?’ Tapi saya tahu apa yang saya lakukan dan saya tahu itu adalah kehendak Tuhan yang harus saya jalankan." (ALS)
"Saya tinggal di Indonesia sudah hampir 3 tahun. Di Jakarta, 1 tahun. Selama
26. Potret ibu – Seperti katak di dalam tempurung
tinggal di Jakarta saya merasa kesepian sekali. Saya senang bisa selalu bersama anak-anak saya selama bertahun-tahun, akan tetapi kadang saya ingin sekali bekerja lagi seperti dulu. Saya berdoa tapi Tuhan justru tidak memberi saya damai sejahtera untuk bekerja lagi. Saya merasa bahwa saya butuh dukungan rohani dari rekan-rekan ibu yang lain, supaya saya dapat memelihara iman saya dalam tugas saya sebagai ibu. Dan saya juga ingin menjadi berkat bagi anak-anak dan ibu-ibu lain." (SG)
"Ibu saya adalah seorang wanita yang sederhana. Dia tidak tahu banyak tentang teori pendidikan anak, akan tetapi dia memberikan hidupnya sepenuhnya untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya sendiri. Hal itulah yang selalu menjadi kebanggaan saya. Saya tahu bahwa ibu sangat menyayangi saya, oleh karena itu ia memberikan seluruh waktunya untuk saya dan anak-anaknya yang lain. Kesetiaan ibu saya dalam mendidik anak-anak menjadi model bagi saya. Sekalipun saat ini saya belum dikaruniakan seorang anak, akan tetapi beban dan visi saya adalah untuk pendidikan anak. Saya rindu anak-anak dari keluarga Kristen bisa mendapatkan pendidikan rohani yang terbaik" (RR) "Ketika saya mengandung anak pertama, saya mengalami keguguran. Oleh sebab itu, ketika saya mengandung anak kedua saya banyak mengurangi kegiatan. Waktu-waktu saya gunakan untuk membaca buku dan mempertajam visi saya. Semakin hari saya semakin menyadari bahwa kehendak Allah yang terutama di dalam pendidikan anak adalah di dalam Ulangan 6:6-8 - dilakukan di rumah secara intensif, natural, dan spontan. Saya juga makin menyadari bahwa tugas pendidikan anak adalah suatu panggilan yang sangat mulia. Mendidik anak di rumah tidaklah lebih rendah kadarnya dibandingkan dengan khotbah di stadion, jika dilakukan oleh orang yang diberi tugas untuk setia mengerjakannya. Saya merasa panggilan ini ditujukan untuk semua orang tua (Ibu sebagai pengasuh dan pemelihara; ayah sebagai pelindung dan pengajar yang menanamkan konsep iman yang kokoh). Tinggal masalahnya adalah bagaimana kita melakukan tugas ini di dalam kondisi hiruk pikuknya kota Jakarta." (JS)
26. Potret ibu – Seperti katak di dalam tempurung
Jika anda adalah seorang ibu rumah tangga full-time, anda dapat memberikan kontribusi berupa tanggapan, komentar, atau membagi pengalaman dan pergumulan anda kepada ibu-ibu yang lain melalui "Eunike". Di dalam lembar ini kita juga akan mengadakan diskusi dan dialog mengenai:
Menanamkan konsep iman Kristen pada anak Balita di rumah. Mengembangkan bakat dan karunia anak. Mengatasi masalah-masalah pendidikan anak. Berbagi suka dan duka menjadi ‘ibu rumah tangga full-time’ "Apakah saya mengubur talenta yang Tuhan berikan ?".
Saya menyadari bahwa saya perlu berdoa untuk anak-anak saya: untuk keselamatan mereka, untuk perlindungan Allah bagi mereka, untuk pertumbuhan karakter mereka. Tapi saya juga perlu berdoa untuk orang-orang yang mempengaruhi hidupnya tiap-tiap hari: guru-guru mereka, teman-teman mereka, sahabat-sahabat mereka, dan diri saya sendiri. Karen Scalf Linamen The Parent Warrior
27. Pujimu ibunda yang pengasih
PUJIMU IBUNDA YANG PENGASIH
Oh Ibu, Izinkanlah kau menatap wajahmu. Oh Ibu pada matamu aku melihat adanya linangan air mata, apakah karena mengenang masa lalu atau mengeluh? apakah karena khawatir atau karena pekerjaan yang melelahkan? Semua itu tidak pernah membuatmu menangis, membuatmu menyerah, namun mengapa matamu berlinang-linang? oh ibu, kau bungkam seribu bahasa, kepada siapa kau mengadu? siapa yang dapat memohon bagimu? siapa yang akan memperhatikanmu? Tak pernah kau takut akan kesulitan, tak pernah mundur mengelak, Kini engkau nampak tidak seperti biasanya bagaikan seroja yang baru mekar, biarlah aku menghiburmu, dan membagi kekhawatiranmu. Tanganku menyentuh pipimu, menyeka air matamu, Aku sadar bahwa takkan dapat aku menghiburmu, membagi rasa khawatirmu, air matamu berderai, menampakkan perasaanmu, bukan seseorang yang membawa kepadamu kesedihan, dan kesengsaraan namun akulah yang telah membangkitkan akan kenangan, demi untuk melahirkanku, kau telah mengalami penderitaan saat melahirkan aku demi untuk memeliharaku, kau telah bersusah payah serta derita yang tak terhitung, demi untuk mendidikku, kau telah bersabar hingga melupakan akan dirimu sendiri, demi untuk membesarkanku, telah kau berikan aku berjuta cium kasih sayang serta doa restumu, bertumbuh dewasanya aku membuatmu bangga, riang tawaku adalah kepuasanmu. Tak pernah aku memperhatikan arti sebenarnya kasih sayang itu, Juga tak pernah melihat kecantikan yang murni serta sempurna, tidak kuketahui akan wajah malaikat yang sebenarnya, kasih sayang tidak akan terlihat dalam bentuk nyata, pada hari ini, semuanya ini telah menghilangkan keraguanku.
27. Pujimu ibunda yang pengasih
Itulah engkau ibu,arti sebenarnya dari kasih sayang serta kecantikan yang murni dan sempurna ada padamu, semua kecantikan dan kesempurnaan ini ditemukan di dalam lubuk hatimu, oh ibu, hidupmu penuh kasih sayang, engkau adalah pembina saya, engkau membuat saya berpendidikan. Engkau telah dengan rela mengijinkan aku membagi nafas kehidupanmu, dengan rela membiarkan aku merebut masa remaja dan kecantikanmu, menganugerahkan aku karakter yang terbina olehmu, siang dan malam engkau selalu memberikan aku kasih sayang dan perhatianmu, selalu mengingat dan mendoakan aku. Engkau memeluk aku dengan penuh kasih sayang saat aku menangis, melantunkan lagu nina bobo menghantarkan daku tidur lelap, kebengalanku tidak pernah membuatmu putus asa, seringnya tidak mematuhimu, juga tidak pernah membuatmu kehilangan kasih sayangmu padaku, pengorbananmu adalah berkah yang kau berikan kepada aku, kerelaanmu adalah kebajikanmu. Bertepatan dengan hari yang mulia ini (Hari Ibu), biarlah rahmat Tuhan memberkahi kasih sayang ibu, biarlah Bapa di sorga akan menggandakan anugerahNya atas pengorbananmu, biarlah putra putrimu mendapati linangan air matamu bukannya karena kesedihan dan kesusahan, namun itu adalah buah karya kasih sayang, bukti nyata akan doa restumu. Semoga para ibu-ibu dapat bersuka ria, semoga para putra putri menghormati dan menyanjungmu, biarlah kami jadikanmu sebagai contoh yang kami teladani sepanjang masa, dalam menjalani hidup dan pergaulan selalu berhati serta tujuan bagaikan seorang ibu, doa restu ibu akan selalu bersinambungan dalam dunia ini. JOHN TANG
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Refleksi:
Anak-Anak Tidak Akan Menunggu Puisi Karangan: Hellen M. Young Refleksi: Anne Kartawijaya
(Dasar Alkitab: Efesus 5:16)
"Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat"
ntuk para ibu yang sedang menantikan kelahiran seorang bayi. Ada waktu untuk menantikan kedatangan seorang bayi, ada waktu untuk minta nasihat seorang dokter. Ada waktu untuk merencanakan diet dan untuk senam, ada waktu untuk mengumpulkan perlengkapan bayi. Ada waktu untuk mengagumi jalan-jalan Allah, ada waktu untuk mengetahui bahwa inilah yang ditentukan bagiku. Ada waktu untuk membayangkan kelak anak ini akan menjadi apa, ada waktu untuk berdoa agar Allah mengajarkan bagaimana mendidiknya. Ada waktu untuk mempersiapkan diri agar dapat memelihara jiwa anak ini, Tetapi segera akan datang saat untuk melahirkan, Karena bayi-bayi tidak akan menunggu.
Masa tiga bulan pertama terasa begitu lama. Perut mual, kepala pening, badan yang lemas, dan kejenuhan seringkali membuat anda ingin segera melalui masa-masa tersebut. Tapi tanpa terasa waktu itu akan segera lewat. Tidak lama kemudian anda akan merasakan gerakan lembut di dalam perut, dan semakin lama semakin keras. Tidak lama kemudian anda mulai disibukkan dengan bermacam kesibukan persiapan kelahiran bayi anda, dan andapun akan segera melahirkan. Karena itu, nikmatilah 9 (sembilan) bulan lebih masa kehamilan dengan cara yang positif? Rasakanlah sentuhan tangan Tuhan yang membentuk seorang manusia di dalam tubuh anda dan senantiasalah bersyukur untuk segala perubahan yang terjadi dalam tubuh anda. Menuliskan isi hati anda dalam diary untuk anak anda akan banyak menolong. Anda
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
akan lebih menghayati keberadaan seorang manusia yang Tuhan titipkan ke dalam tangan anda. Kadang-kadang kehamilan mengakibatkan perubahan dalam kontrol emosi, hubungan dengan suami, dsb. Kehadiran dan doa rekan yang seiman dan mengerti keadaan anda sangatlah menolong. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah melibatkan suami dalam suka dan duka masa kehamilan anda. Mintalah suami anda untuk mendoakan janin tiap-tiap hari. Tempatkan tangan suami anda pada perut anda, sehingga ia dapat merasakan gerakan-gerakan ajaib dari si janin. Berbicara kepada janin bersama-sama dengan suami akan menambah keindahan masa penantian anda.
ntuk para ibu yang baru melahirkan. Ada waktu untuk menyusui pada malam hari, ada waktu untuk membuatkan susu dari dalam kaleng. Ada waktu untuk menimangnya, ada waktu untuk menuntunnya. Ada waktu untuk bersabar, ada waktu untuk mengorbankan diri sendiri. Ada waktu untuk menunjukkan kepadanya bahwa dunianya yang baru adalah dunia kasih dan kebaikan dan saling tolong-menolong, ada waktu untuk merenungkan apakah dia itu sebenarnya bukan binatang kesayangan atau mainan, melainkan seorang manusia, satu pribadi - satu jiwa yang dibuat menurut gambar Allah. Dia bukan milik saya, saya hanya dipilih untuk merawatnya, mengasihinya, menyenanginya, membinanya dan untuk mempertanggung jawabkannya kepada Allah. Saya bertekad untuk melakukan yang terbaik baginya. Karena bayi-bayi tidak akan menunggu.
ntuk para ibu yang mempunyai anak Batita. Ada waktu untuk memeluknya dan menceritakan kepadanya cerita yang paling indah; ada waktu untuk menunjukkan kepadanya Allah yang menjadikan bumi, langit dan bunga-bunga, dan mengajarkan kepadanya agar mengagumi dan menghormati Allah. Ada waktu untuk meninggalkan urusan dapur dan menemaninya bermain ayunan di taman. ada waktu untuk bersukacita berlomba, menggambar, dan menangkap kupu-kupu. Ada waktu untuk menunjukkan jalan dan mengajar mulutnya yang kecil untuk berdoa, ada waktu untuk mengajar hatinya mengasihi Firman Allah, dan mengasihi hari Tuhan. Karena anak-anak tidak akan menunggu.
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Ketika saya mendoakan bayi saya akan akan segera lahir, saya diingatkan satu hal yang penting: Bagaimana saya bisa dengan sungguh-sungguh memprioritaskan hidup saya untuk anak ini. Saya menyadari bahwa anak ini adalah milik Tuhan sepenuhnya, Tuhan telah memilih saya dan suami untuk menjadi tempat pendidikan intensif bagi anak ini. Dengan menyadari hal itu, saya sangat bersyukur karena kepercayaan yang Tuhan berikan. Anak ini akan berada di dekat saya setiap hari, jam, dan menit. Bukan hanya 2 jam seperti anak-anak sekolah minggu yang sering saya layani. Saya merenungkan mengapa dari sekian ribu anak yang pernah saya layani, anak inilah yang Tuhan tempatkan secara intensif di dalam rumah saya. Saya yakin Tuhan mempunyai maksud istimewa untuk anak ini dan saya harus lebih bersungguhsungguh di dalam melayaninya: memelihara dan mendidiknya. Anak ini tidak akan menunggu, ia akan segera lahir dan semakin hari semakin besar.
ntuk para ibu yang mempunyai anak Balita. Ada waktu untuk menyanyi dan bukan menggerutu, untuk tersenyum dan bukan cemberut, Ada waktu untuk menghapus air mata dan tertawa karena piring yang pecah. Ada waktu untuk menunjukkan kepadanya sikap saya yang terbaik - kasih akan kehidupan, akan Allah dan akan keluarga. Ada waktu untuk menjawab pertanyaannya, ....segala pertanyaannya. Sebab mungkin kelak akan tiba waktunya apabila ia tidak menghendaki jawaban saya. Ada waktu untuk dengan sabar mengajarkan kepadanya agar ia taat dan membereskan mainannya. Ada waktu untuk mengajarkan kepadanya tentang indahnya kewajiban, kebiasaan untuk memperlajari Alkitab, kesukaan untuk berbakti di rumah dan damainya doa. Karena anak-anak tidak dapat menunggu
Tanpa terasa, waktu cepat berlalu. Anak-anak yang tadinya begitu penurut, sekarang seringkali mengajak orang tuanya berargumentasi. Pertanyaan-pertanyaan sederhana tapi sulit seringkali dilontarkan dan membuat orang tua kewalahan. Mereka terus bertumbuh tanpa bisa menanti orang tuanya sungguh-sungguh siap dengan segala jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan sulit dari profesor kecil.
ntuk para ibu yang mempunyai anak usia sekolah. Ada waktu untuk memperhatikan dia dengan berani pergi ke sekolah dan merasa kehilangan dia. ada waktu untuk menyambutnya sepulang sekolah dan mendengarkan kisahnya pada hari itu dengan sungguh-sungguh. Ada waktu untuk mengajarkannya agar ia berdikari, bertanggung jawab,dan percaya kepada usaha dan kemampuannya sendiri. ada waktu untuk tegas tetapi ramah, ada waktu untuk mendisiplinnya tetapi dengan kasih. Karena segera, dalam waktu yang singkat sekali, akan ada waktu untuk melepaskan dia, tugas untuk memeliharnya sudah selesai;
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Karena anak-anak tidak dapat menunggu
Selesai mengantar kedua anaknya ke airport untuk melanjutkan studinya di Amerika, sang ayah mengucapkan kalimat yang menyentuh saya: "Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Kedua anak saya akan pergi dan mungkin segera mendapat jodoh dan menikah. Kesempatan untuk mendidik dan membentuk jiwanya sudah selesai. Saya bersyukur karena bekal terutama sudah diberikan, yaitu: kedewasaan rohani. Sekalipun hati sedih kehilangan mereka, tapi saya lega karena mereka sudah berada di dalam pemeliharaan Allah." Menemani anak membuat pekerjaan rumah memang melelahkan, menolongnya mempersiapkan ulangan juga memusingkan. Apalagi menariknya dari daya tarik "Power Ranger" ataupun "pasukan Turbo" yang ditayangkan dengan seru di TV. Masa usia sekolah merupakan saat-saat penting untuk mempersiapkan anak anda berdikari, bertanggung jawab, dan siap menghadapi perjuangan dalam realita dunia yang sesungguhnya. Orang tua adalah orang terpenting dalam masa ini, bukannya guru les ataupun guru bimbingan belajar.
ntuk Semua Orang tua anak-anak. Ada waktu untuk menghargai setiap menit daripada masa anak-anak yang berlalu. Hanya dalam waktu delapan belas tahun yang berharga, waktu untuk membimbing dan mendidiknya. Saya tidak akan menukarkan hak kesulungan dengan sayur campur yang disebut kedudukan sosial atau nama baik di lingkungan bisnis atau profesi ataupun dengan uang. Satu jam perhatian baginya sekarang akan dapat meniadakan sakit hati yang bertahun-tahun di kemudian hari. Rumah dapat menunggu, piring kotor dapat menunggu, ruang baru dapat menunggu.
Tetapi anak-anak tidak dapat menunggu. Ada waktu apabila tidak ada pintu yang dibanting, tidak ada mainan yang berserakan, tidak ada pertengkaran anak-anak dan tidak ada coretan atau bekas tangan di dinding. Pada waktu itu saya akan dapat memandang ke belakang dengan sukacita dan bukan dengan penyesalan.
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Akan ada waktu untuk memusatkan perhatian saya pada pelayanan di luar rumah; Mengunjungi yang sakit, yang berdukacita, yang tawar hati dan yang perlu diajar; Untuk membaktikan diri saya kepada "yang paling hina ini". Akan ada waktu untuk memandang ke belakang dan mengetahui bahwa tahun-tahun saya menjadi ibu tidaklah sia-sia. Saya berdoa agar kelak akan ada waktu bagi saya melihat dia menjadi seorang yang benar dan jujur, mengasihi Allah dan melayani semua. Ya Allah, berilah saya kebijaksanaan untuk dapat melihat bahwa hari ini adalah hari saya untuk berada bersama anak-anak saya. Bahwa di dalam kehidupan mereka tidak ada satu saatpun yang tidak penting. Biarlah saya mengetahui bahwa tidak ada karier lain yang sedemikian berharga, tidak ada pekerjaan lain yang begitu besar pahalanya, tidak ada tugas lain yang begitu penting. Biarlah saya tidak meninggalkannya atau mengabaikannya, melainkan dengan Roh Kudus dapat menerimanya dengan senang hati, dengan sukacita dan dengan anugerahMu saya dapat menyadari ... Bahwa waktunya singkat dan waktu saya ialah sekarang. Karena anak-anak tidak akan menunggu! (Kiriman Ny. Ev. Ayny L. Susanto, Jakarta)
Dari puisi di atas kita melihat bahwa memberikan waktu kepada anak merupakan hal yang sangat penting. Anak memang membutuhkan mainan, pakaian, makanan, dan kebutuhan materi lain. Akan tetapi yang paling diperlukan anak adalah waktu kita. Khususnya bagi anak Balita. Miskonsepsi
Banyak orang mengajarkan untuk mendidik anak berdikari sejak bayi: "Jangan biasakan anak mengganggu anda di waktu malam. Biarkan saja dia menangis di waktu malam, nanti dia akan terbiasa..." Pemikiran ini salah total. Kebutuhan dasar anak di usia dini adalah rasa nyaman dan aman. Rasa nyaman hanya bisa dia peroleh dari perut yang selalu terisi dan popok yang selalu kering. Rasa aman hanya bisa dia peroleh jika ia tahu bahwa ada seseorang yang selalu memberikan respon ketika ia lapar dan popoknya basah. Menangis bagi seorang bayi bukanlah ekspresi kemanjaan akan tetapi satu-satunya sarana komunikasi untuk memberitahukan kita apa yang ia butuhkan saat itu.Menyusui anak setiap kali ia lapar dan menggendongnya setiap kali ia gelisah, bukanlah memanjakan anak. Anda memanjakan
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
anak, jika anda terlalu sering menggendong bahkan pada saat dia tidak perlu. Para ahli perkembangan dan pendidikan anak menemukan bahwa kehadiran ibu atau pengasuh tetap secara konsisten pada usia dini anak, akan menumbuhkan rasa percaya diri anak di usia selanjutnya. Anak yang diasuh oleh ibu atau pengasuh tetap yang responsif akan menjadi anak yang mudah bergaul, ramah, dan percaya diri. Mereka lebih mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan diri karena tidak perlu banyak waktu untuk bergumul dengan rasa takut atau curiganya. Dia selalu percaya bahwa dalam setiap petualangan baru, ada seseorang yang siap menolong dan melindunginya. Dia tidak perlu menarik perhatian orang lain dengan hal-hal yang aneh, karena dia tahu bahwa ada seseorang yang selalu memperhatikan dan siap untuk memberikan pujian pada saat ia berhasil. Dunia kita
Suasana pendidikan dalam dunia dan zaman kita sudah sangatlah tidak sehat. Persaingan dan tuntutan hidup seringkali membuat anak-anak kehilangan kebutuhan dasarnya. Secara eksternal mereka bertumbuh secara wajar dan sehat, akan tetapi secara internal mereka telah banyak kehilangan kesempatan berkembang secara maksimal. Banyak anak-anak orang sederhana yang secara fisik kelihatan tidak istimewa, akan tetapi secara kerohanian mereka bertumbuh baik. Akan tetapi banyak anak orang kaya yang secara fisik kelihatan kuat dan sehat, akan tetapi secara kerohanian mereka kering sekali. Mengapa? Karena kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi. Ibu lebih sibuk dengan karir dan pekerjaannya, pengasuh selalu berganti-ganti. Peraturan di rumah tidak konsisten, membuat mereka bingung dan akhirnya acuh. Dunia terasa tidak ramah dan sunyi. Hanya malam hari, waktu dambaan mereka untuk bermain dengan orang tua, ... tapi waktu itupun sedikit. Orang tua lelah dan mengantuk. Lagilagi orang asing yang menemani mereka tiap hari. Mainan begitu banyak, tapi tidak satupun yang bisa memeluk atau menghapus air matanya dengan kasih. Hanya malam hari dambaannya, tapi pada saat itu tidak ada air mata yang deras untuk dihapus, tidak ada alasan untuk mendapat pelukan penghiburan, kecuali jika .... dibuat-buat sendiri. Ashley Montague, seorang ahli perkembangan anak, menemukan bahwa anak yang mendapat cukup perhatian, menjadi anak yang ramah dan percaya diri; anak yang mendapat sedikit perhatian, menjadi anak yang rewel dan banyak menarik perhatian; anak yang tidak mendapat perhatian, menjadi anak yang acuh dan dingin. Figur kita
Ny. Nina Sutisna adalah seorang arsitek dan meraih gelar MBA dari Amerika. Setelah meniti karir di sebuah perusahaan yang terkenal, ia dikaruniakan seorang anak perempuan yang cantik, cerdas, dan aktif. Selama bekerja, bayi ini dititipkan kepada saudara-saudaranya,
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
secara bergantian. Semakin besar, bayi ini semakin aktif dan butuh lebih banyak perhatian. Suaminya, seorang insinyur sipil sangat menghargai anugerah Tuhan ini. Mereka sadar bahwa bayi ini sangat membutuhkan kehadiran ibu. Akan tetapi, keluar dari perusahaan itu bukanlah keputusan mudah. Kebutuhan keuangan untuk sang bayi, usaha suami, dan hidup sehari-hari akan semakin sulit, jika sang ibu keluar dari pekerjaannya. Ny. Nina terus menerus ditawarkan posisi dan gaji lebih baik, setiap kali ia mengajukan permohonan untuk keluar. Dengan pertolongan Tuhan, akhirnya mereka bisa mengambil keputusan untuk berdagang di rumah. Gaya hidup ibu ini tentu berubah, bukan lagi sebagai wanita kantoran. Ketakutan untuk menjadi jenuh di dalam menjaga anak, ternyata tidak terjadi. Ny. Nina lebih menikmati perannya sebagai ibu dan sebagai pendidik. Hubungan dengan anaknya semakin akrab, dan anak ini bertumbuh lebih ceria dan dinamis. Ketika ditanyakan perubahan yang paling dirasakan sebelum dan sesudah mengasuh sendiri anaknya, beliau mengatakan: "Yang paling terasa adalah keakraban si bayi dengan saya. Dia nampak lebih aman di dekat saya, sekalipun belum bisa berbicara, dia seringkali mengoceh seolah-olah mengadu. Sikapnya seolah-olah mengatakan kepada saya bahwa dia merasa terlindung di dekat saya. Saya tidak pernah takut memanjakan dia, karena justru semakin saya dekat dengan dia, saya semakin tahu kapan harus bersikap keras dan tegas kepadanya dan kapan saya harus bersikap lembut. Saya lebih percaya diri dalam mendidiknya karena saya lebih mengenalnya. Saya juga merasa senang karena sekarang saya bisa menyaksikan sendiri perkembangan anak ini. Pada saat dia mulai bisa duduk, berdiri. Saya tidak perlu orang lain menceritakan peristiwa berharga itu, mata kepala saya menyaksikan sendiri momen-momen penting itu." Ny. Rosmani Cahyono (salah satu anggota KTB Eunike) mengatakan satu hal yang sangat penting: "Kualitas dalam pendidikan anak tidak mungkin terjadi tanpa kuantitas kehadiran orang tua. Waktu yang kita berikan untuk hadir pada setiap saat mereka membutuhkan kita, merupakan kualitas yang besar bagi mereka. Akan tetapi, sekalipun kita sudah memberikan diri kita fulltime berada di rumah, kita seringkali menyia-nyiakan waktu untuk kepentingan diri kita (menelpon terlalu lama, melakukan hal yang kita sukai dan mengacuhkan pertanyaan anak, dsb.). Dengan anak saya yang mempunyai sifat flegmatik, saya seringkali lupa akan kewajiban saya. Dia begitu tenang, bisa bermain sendiri, sehingga membuat saya malas untuk bermain dengannya untuk merangsang pertumbuhannya. Saya membutuhkan pertolongan Tuhan untuk memakai waktu dengan baik demi kualitas pendidikan untuk anakanak saya." Kedua ibu ini adalah contoh ibu yang sangat berhati-hati dalam mengisi hidup ini. Mereka bersungguh-sungguh mencari kehendak Allah di dalam perannya sebagai ibu, supaya tidak menyesal di masa yang akan datang.
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Penyesalan yang besar akan kita alami bukan karena kita menghadapi kesulitan dan kelemahan dalam perjuangan mengasuh dan mendidik anak. Penyesalan yang besar itu akan kita alami jika kita menyadari bahwa kesempatan lampau di mana kita bisa mencoba sebaikbaiknya memberi diri dan waktu untuk mendidik anak, telah lewat dan kita tidak bisa membuat anak itu menjadi kecil lagi. Setiap anak diciptakan secara unik. Ada anak dilahirkan begitu tenang, pendiam, dan penurut. Ada anak diciptakan begitu sulit, aktif dan tidak bisa diam. Kedua-duanya harus dididik dengan sungguh-sungguh. Jikalau anda sudah mencurahkan usaha dan kesungguhan maksimal, akan tetapi anak anda seolah tidak berubah, percayalah bahwa usaha anda tidak sia-sia. Seperti Ny. Rosmani, janganlah anda merasa puas jika anak Balita anda sekedar sehat dan bisa bermain sendiri. Mereka tetap membutuhkan anda, sebab anda tidak tahu apa yang masuk ke dalam pikiran dan hati mereka ketika anda tidak berada di sisi mereka.
29. Renungan ayah – Dibalik panggilan “papa .......!!”
Renungan Ayah
Dibalik Panggilan "Papa....!!" Pdt. Johanes Lilik. S, STh
"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anakanakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4)
epulangnya saya dari pelayanan, istri saya bercerita bahwa anak kami yang kedua (usia 5 bulan) sudah mulai mengoceh: "Papa". Hati saya begitu berbunga, seolah-olah saya disadarkan dengan adanya suatu realitas unik di dalam diri pribadi saya. Di balik panggilan "papa…!!" saya mengalami pengalaman eksistensial yang unik, yang hanya dimiliki oleh kaum pria dan yang sudah mempunyai anak. Anugerah Tuhan yang besar bagi seorang laki-laki adalah bahwa dia boleh menjadi seorang ayah. Ini adalah suatu pemberian yang mulia dan berharga dari Allah. Kesempatan untuk menjadi ayah harus dinikmati dan disyukuri. Di samping itu kita harus sadar, bahwa di dalam panggilan untuk menjadi seorang ayah terkandung banyak tanggung jawab dan tantangan yang berat. Seorang ayah mempunyai peranan yang unik, yang berbeda dengan peranan ibu, dan tidak bisa digantikan oleh orang lain. Tanggung jawab dan tantangan seorang ayah bervariasi dan menarik, karena seorang ayah tidak dapat menyamaratakan perlakuannya terhadap anak laki-laki seperti ia memperlakukan anak perempuan. Seorang ayah juga harus menyadari bahwa setiap anak-anaknya memiliki sifat yang unik. Kegagalan seorang ayah seringkali timbul karena ia tidak menyadari keunikan anak-anaknya, sehingga yang timbul adalah amarah dan kebencian dalam hati anak-anaknya. Amarah juga bisa timbul di hati anak-anak jika sang ayah hidupnya tidak beres di mata anak-anak: tidak adanya konsistensi, kurang tanggung jawab, pemarah, bertingkah laku aneh, dan lain sebagainya. Allah berfirman, "bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Tanggung jawab yang terpenting dari seorang ayah adalah soal bagaimana ia dapat memimpin semua anaknya - tanpa ada yang tertinggal - masuk dalam karya penyelamatan Allah. Ini melampaui tanggung jawab seorang ayah untuk memberi makan anak-anaknya, juga lebih dari sekedar menyekolahkan mereka. Untuk memimpin anak-anaknya masuk dalam karya penyelamatan Allah, seorang ayah sebagai pemimpin keluarga harus:
29. Renungan ayah – Dibalik panggilan “papa .......!!”
Menjadi pendoa syafaat bagi istri dan anak-anaknya. Berkorban dan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Melindungi dan memelihara seisi keluarganya bagi kemuliaan Allah. Mempersembahkan seluruh isi keluarganya di bawah keTuhanan Kristus untuk taat beribadah dan melakukan Firman Allah. Mengajarkan kebenaran-kebenaran iman tentang Allah, kehendakNya dan relasiNya dengan manusia. Menyaksikan Injil Kristus bagi keluarganya supaya seisi keluarganya percaya.
Memang berat menjadi seorang ayah … tapi juga indah! Seorang laki-laki menikah, dikaruniai anak menjadi seorang ayah. Mungkin seolah-olah semuanya atas pilihan sendiri. Tapi sesungguhnya penetapan posisi sebagai ayah telah direncanakan dan ditentukan oleh Tuhan. Dengan demikian, dibalik panggilan "Papa…!" ada anugerah yang indah untuk dinikmati dan ada tantangan dan tanggung jawab yang menakjubkan. "Selamat menjadi seorang ayah yang berkenan di hati Allah!"
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
Renungan Ibu:
Air Susu Dibalas Air Tuba Kejadian 4:1-8 Anne Kartawijaya
ulai saat ini saya harus lebih hati-hati mengamati ‘si sulung’. Kemarin, tiba-tiba saja dia memukul kepala adiknya dengan mainan. Untung saja tidak terjadi apa-apa dengan ‘si bungsu’." - "Kedua anak lelaki saya tidak pernah rukun, setiap kali bertemu pasti berkelahi, kemarin yang besar meninju yang kecil sampai bibirnya berdarah." Keluhan-keluhan seperti ini banyak keluar dari orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Persaingan, iri hati, dan cek-cok sulit dihindari ketika anak pertama kita tidak lagi menjadi anak tunggal. Hati orang tua pastilah merasa susah ketika melihat anak-anaknya berkelahi. Bagaimana dengan Hawa? Hawa bukan saja melihat kedua anaknya berkelahi, akan tetapi si sulung membunuh si bungsu. Kain adalah anak pertama di dalam dunia ini, dan Kain adalah anak pertama yang memberontak dan melakukan hal yang bertentangan dengan maksud Tuhan. Kain menjadi pembunuh dan pengecut. Ia adalah anak yang mengecewakan hati kedua orang tuanya. Siapakah yang salah? Apakah semua itu adalah hasil pendidikan yang salah? Mungkinkah Adam dan Hawa lebih mengasihi Habel daripada Kain sehingga membangkitkan rasa iri hati pada Kain yang akhirnya berubah menjadi kebencian dan dendam? Mungkin saja!! Mungkin juga Adam dan Hawa sangat mengistimewakan Kain sebagai anak pertama, sehingga penolakan Tuhan terhadap persembahannya membuatnya begitu terpukul. Mungkinkah Adam dan Hawa terlalu sibuk mengurus dunia ciptaan Allah sehingga tidak sempat memperhatikan adanya persaingan tidak sehat di antara kedua anak mereka? mungkin saja!!! Akan tetapi Alkitab tidak mempersalahkan Adam dan Hawa. Tuhan minta pertanggung jawaban pribadi Kain di dalam kasus pembunuhan Habel. Tuhan mempermasalahkan bagaimana Kain menguasai hatinya dan kebebasannya. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa Adam dan Hawa sudah mendidik Kain baik-baik, akan tetapi pada akhirnya Kain membalas kebaikan Tuhan dan kedua orang tuanya dengan kejahatan. Air susu di balas dengan air tuba. Akan tetapi Tuhan mengganti kekecewaan, kebingungan dan mungkin rasa bersalah mereka dengan kelahiran Set.Dari catatan Alkitab mengenai peristiwa dapat menimbulkan berbagai pertanyaan theologis dan praktis, misalnya:
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
Pertanyaan theologis:
Di dalam 1 Yoh. 3:11,12 dikatakan bahwa Kain berasal dari si jahat. Nampaknya seolah-olah dia tidaklah termasuk dalam kaum pilihan Tuhan. Apakah mungkin anak kita, yang dibesarkan di dalam keluarga Kristen ternyata bukan kaum pilihan? Apakah iman orang tua menentukan keselamatan anak? Jika ya, sejauh mana dan bagaimana?
Pertanyaan praktis:
Apakah mungkin, jika orang tua yang sudah mendidik anak dengan baik seturut Firman Tuhan menghasilkan anak-anak yang murtad? Sejauh mana orang tua dapat membimbing anak kepada keselamatan?
Tanggapan Lisan dari pembaca:
Pertanyaan itu seringkali muncul ketika anak saya sulit sekali diatur. Apalagi kalau dia mulai melawan. Dalam hati saya bertanya: "Apakah pengorbanan saya akan menjadi sia-sia? Apakah dia dapat mengingat kasih sayang yang saya curahkan? akankah dia melupakannya begitu saja dan membalas kebaikan saya dengan kejahatan? Apakah anak saya bisa menjadi anak yang saya harapkan?" Saya sudah meninggalkan pekerjaan demi dia, akan tetapi saya tidak merasakan balasan pengertiannya. Yah sudah barang tentu.. karena dia masih kecil. Tapi bagaimana kalau dia tidak akan pernah mengerti? (AL) Tanggapan Lisan dari anggota KTB:
Cerita Kain dan Habil membuat saya berpikir betapa pentingnya kita memperlakukan anakanak kita secara adil. Saya pernah mengalami kesulitan dengan si sulung, oleh karena saya ingin dia menjadi kakak yang baik bagi adik-adiknya. Saya menuntut dia untuk berdikari, menolong adik, mengalah, dan sebagainya. Saya tidak menyadari bahwa diapun adalah anak-anak. Dia masih butuh pelukan saya waktu tidur, dia masih butuh perhatian khusus, ciuman dan kadang-kadang dia ingin bermanja-manja dengan saya. Puji Tuhan, akhirnya saya menyadarinya dan saya minta maaf padanya. Saya mulai berusaha untuk menyediakan waktu saya untuk memperhatikan dia secara individu sebagaimana saya juga memperhatikan adik-adiknya. Sejak saat itu, dia tidak lagi nakal untuk mencari perhatikan saya. Dia banyak sekali membantu saya. Dengan memberikan waktu untuk memperhatikannya, ternyata saya dapat menyelesaikan tugas-tugas saya sebagai ibu rumah tangga dengan lebih efektif.Mengenai iman orang tua terhadap keselamatan anak, saya
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
dan suami tidak bisa menjamin keselamatan anak-anak. Yang dapat kami lakukan adalah melakukan tanggung jawab kami sebaik-baiknya dan menyerahkan anak-anak kami ke dalam pimpinan Tuhan. Itulah iman kami. (SS) Saya percaya akan perjanjian Allah kepada umat pilihan-Nya. Tuhan sudah memberikan karunia iman kepada kita sebagai orang tua dan kita harus menerima iman itu dengan teguh sehingga memperkuat praktek pendidikan iman kita kepada anak-anak. Jika kita penuh keraguan apakah anak kita diselamatkan atau tidak, praktek pendidikan iman kepada anak-anak kita akan menjadi lemah. Saya pribadi percaya bahwa anak saya adalah termasuk dalam umat pilihan Allah. Itulah sebabnya saya menyerahkan anak saya dalam baptisan anak. (ALS) Tanggapan tertulis salah satu anggota KTB Eunike:
Konsep tentang air susu dibalas dengan air tuba seringkali dihubungkan dengan pengharapan orang tua terhadap terwujudnya harapan tersebut dari si anak. Apabila anak yang dididiknya baik-baik menjadi anak yang saleh, maka orang tua merasa diri berhasil. Demikian pula halnya jika orang tua mengharapkan anaknya lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan banyak lagi kepuasan-kepuasan lain sesuai dengan pengharapanpengharapan orang tua.Bagaimana dengan konsep iman Kristen? Seharusnya konsep Iman Kristen mempunyai pengertian yang lebih mendalam karena ukuran kepuasan kita bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan mata. Berkat dari diskusi Alkitab dalam KTB "Eunike":Janji Tuhan terhadap Hawa bahwa keturunannya akan meremukkan kepala ular (iblis) membuat Hawa menjadi seorang ibu yang memiliki visi yang besar. Dengan visi yang besar itu, Hawa berperan sungguhsungguh sebagai seorang ibu bagi Kain. Namun, cerita tentang Kain justru membuat kita tersentak karena Kain yang berasal dari si Jahat membunuh adiknya yang benar (1 br. 9:25). Kain berencana untuk melakukan dosa tersebut justru pada saat Kain sedang mempersembahkan korban bakaran buat Tuhan. Untuk menjawab pertanyaan "Apakah Hawa tidak mendidik Kain di masa kanakkanaknya?", saya harus terlebih dulu bertanya "Mengapa Habil tidak seperti Kain? Ia mempunyai hati yang mengasihi Tuhan." Kedua, "Jika Hawa tidak menjalankan perannya dengan benar sebagai ibu bagi Kain, mengapa Tuan tidak menghukum Hawa seperti Tuhan menghukum imam Eli? Apakah karena Imam Eli adalah seorang Imam/pemimpin agama sehingga ia dituntut tanggung jawab yang lebih besar daripada Hawa?" Ketiga, "Apakah dengan hilangnya kedua anak sekaligus (Kain dan Habil) itu merupakah hukuman bagi Hawa?" Saya tidak bisa menjawab semua pertanyaan ini dengan pasti. Hal yang pasti yang dapat saya kemukakan adalah bahwa setelah semua peristiwa kriminal tersebut, Hawa
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
mendapat penghiburan dari Tuhan dan dipercaya untuk mendidik Set sebagai pengganti Habil. Dari keturunan Set kemudian lahirlah Yesus Kristus, juru selamat dunia. Bagi saya, kemungkinan air susu dibalas dengan air tuba tidak dapat dijawab dengan suatu pembuktian yang dapat dilihat dengan mata jasmani. Janji Tuhan buat orang benar tidak bicara tentang keuntungan di luar, tetapi keuntungan yang kekal dan dinikmati oleh hati yang mengasihi Tuhan. Seperti Hawa yang dihibur dan dipercaya oleh Tuhan melalui kesempatan menjadi ibu Set, demikianlah Tuhan membalaskan air susu dengan air susu. Betapa bahagianya Hawa akan kepercayaan dan anugerah Tuhan dalam hidupnya. (Rachel Roho, 30 tahun)
Tanggapan Tertulis dari pembaca:
Saya dididik oleh orang tua yang suka berdoa, baik sebelum makan dan tidur, juga sebelum dan sepulang dari bepergian atau kerja. Setiap malam ayah mengumpulkan anak-anaknya untuk berdoa bersama. Pola kehidupan doa ini sangat melekat dalam kehidupan saya dan saudara-saudara saya, sehingga saat kami dewasa kamipun mempunyai kehidupan doa yang indah. (Beppy Latumeten, 23 tahun) Mama saya adalah seorang wanita Kristen sederhana yang sangat mengasihi Tuhan. Sejak saya kecil, beliaulah yang dominan dalam mendidik dan membentuk kepribadian saya. Mama membuka salon kecantikan di rumah. Dengan bekerja di rumah, mama tetap dapat mengawasi saya sambil menambah penghasilan untuk keluarga. Mama selalu berusaha menyediakan waktu untuk saya di tengah-tengah kesibukan salon dan pelayanan di gereja. Mama selalu memakai waktu makan siang dan malam bersama untuk bertukar pikiran, saling menceritakan pengalaman dan perasaan. Hal ini membuat ikatan batin yang mendalam antara saya dan mama. Walaupun waktu kecil saya sering nakal dan kadangkadang hampir terpengaruh teman-teman sekolah yang tidak baik, kasih mama selalu mengingatkan saya untuk takut berdosa pada mama dan Tuhan. Kasih saya kepada mama makin bertambah hingga saat ini. Saya tidak mungkin membalas kasih mama dengan air tuba. (SR, mahasiswa Sekolah Theologia) Ayahku telah tiada, akan tetapi saya tidak bisa melupakan kenangan manis bersamanya: Ciuman dan pelukan setiap kali ia ada di rumah (ia adalah seorang pendeta yang sibuk), ketika pergi naik bemo aku duduk dipangkuannya, juga ketika ngobrol di meja makan. Sekalipun waktu yang beliau miliki tidak sebanyak ibu, tapi ayah sudah menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin rohani bagi anak-anaknya. Tiap malam kami dikumpulkan untuk berdoa dan membaca Alkitab. Banyak pertanyaan-pertanyaan kami mengenai pengajaran Alkitab yang dijawab oleh ayah. Dia tidak banyak bicara, tapi pengaruhnya sangat besar dalam keluarga kami. (RR)
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
Sejak kecil saya melihat perjuangan ibu saya. Dia selalu memberikan yang terbaik bagi ke lima anaknya. Saya mengamati bahwa orang tua yang bersusah-susah pada masa mudanya, akan memperoleh kebahagiaan pada masa tuanya. Ketika masih muda ibu saya sebagai seorang janda miskin harus merawat dan mendidik anak sendiri sambil bekerja mencari uang (menjahit di rumah). Sekarang ketika anak-anak sudah dewasa dan berpenghasilan baik, ibu sangat disayang dan dihormati oleh anak-anak. Saya percaya bahwa apa yang ditabur oleh orang tua itulah yang akan dituai nantinya. (CK- calon ayah)
Kesimpulan Di dalam buku You and Your Family, Dr. Tim La Haye memberikan diagram silsilah dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang penginjil yang saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani. Dia juga menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah mereka ditemukan bahwa dari Max Jukes, terdapat 1.026 keturunan, 300 orang mati muda, 100 orang di penjara, 190 orang pelacur, 100 orang peminum berat. Dari Dr. Edwards, terdapat 729 keturunan, 300 orang pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah dan satu orang wakil presiden Amerika. 1) Dari diagram tersebut, kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai dari orang-orang tua di atas kita sangat mempengaruhi kehidupan kita. Demikian juga dengan apa yang kita berikan kepada anak-anak kita, bukan saja mempengaruhi mereka tapi juga mempengaruhi generasi di bawah kita selanjutnya. Alkitab tidak menuntut kita untuk memberikan hasil yang baik, tapi Alkitab mengajar kita untuk hidup taat dan takut pada Tuhan serta mengajarkan Firman Tuhan kepada keturunan kita dengan setia. Tanpa kita sadari, anak-anak mengamati gaya hidup kita. Akan tetapi dari catatan Alkitab, kita melihat bahwa keselamatan seorang anak mempunyai dimensi yang jauh lebih dalam dari sekedar ‘pembalasan budi seorang anak secara moral.’ Keselamatan seorang anak merupakan hal yang ‘spiritual’ dalam hubungan anak dengan Allah. Keyakinan iman kita akan keselamatan anak sangat ditentukan oleh perspektif theologia anda. Di dalam buku "Teaching for Spiritual Growth", Perry G. Downs mencatat tiga perspektif yang berbeda mengenai keyakinan iman orang tua akan baptisan dan keselamatan anak: 2)
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
1. Perspektif Roma Katolik. Di dalam perspektif ini, baptisan anak menyucikan anak-anak dari dosa asal. Jika anak-anak mati tanpa dibaptis terlebih dahulu, ia tidak dapat masuk ke surga. Oleh sebab itu, baptisan anak sangat penting bagi keselamatan anak. Dengan kata lain, orang tua akan merasa lega setelah anakanaknya memperoleh sakramen baptisan. 2. Perspektif Lutheran. Orang-orang Lutheran percaya bahwa ketika anak-anak bayi dibaptis, Tuhan mengaruniakan "iman yang bekerja" di dalam hati anak-anak sehingga mereka suatu saat dapat percaya dan diselamatkan. Dengan demikian, baptisan adalah sarana bagi anugerah Allah bekerja untuk menyelamatkan anak dengan cara mengaktifkan iman dalam diri mereka. Para orang tua dengan perspektif ini akan mempersiapkan anakanak untuk percaya pada usia tertentu. 3. Perspektif Reformed. Orang-orang reformed percaya bahwa iman diperoleh anak melalui pendidikan orang tua yang beriman. Baptisan anak merupakan tanda perjanjian antara orang tua dan Allah, bahwa orang tua akan membesarkan anak di dalam iman Kristen. Gereja yang memegang perspektif ini percaya bahwa ketika orang tua membesarkan dan mendidik anak di dalam iman, Allah akan meregenerasikan mereka dan memberikan mereka anugerah iman. Para orang tua dengan perspektif ini sangat menganggap penting tanggung jawab mendidik iman dengan keyakinan bahwa anak yang dianugerahi adalah kaum pilihan Allah.Masalah yang kita hadapi sekarang ini adalah: banyak dari antara kita yang mendidik anak tanpa di dasari perspektif theologia sama sekali sehingga pendidikan yang kita lakukan bersifat umum dan tanpa kekuatan rohani. Sebagai orang tua Kristen kita harus mempunyai nilai "plus" di dalam pendidikan anak. Bagaimanakah dengan keyakinan anda akan keselamatan anak anda?
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
1) Rolf Z., Train Up a Child. Wheaton, Illinois: Living Books, 1994. hal. xi-xii. 2) Perry G. Downs. Teaching for Spiritual Growth. (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Pub. House, 1994), hal.
203-204.
Peperangan Rohani harus dilawan dengan Senjata Rohani.
Greg Johnson dan Mike Yorkey Faithful Parents, Faithful Kids
31. Renungan ibu – Hanna bin Elkana Sutrisno
Renungan Ibu
Hanna bin Elkana Sutrisno 1 Samuel 1:1-28 Rootie
pa yang dibutuhkan dari suami bagi seorang istri yang sedang mengalami stress berat?
Seperti pria pada umumnya, Elkana adalah seorang yang rasional dan praktikal. Tapi, Elkana bukanlah tipe laki-laki ‘cuek’. Sekalipun ia sudah mendapatkan kepuasan melalui Penina yang dapat memberikannya keturunan, ia memperhatikan kesusahan istrinya. Dihiburnya Hanna ketika ia mengalami stress berat. Ia mengatakan: "Hanna, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?" Hanna diam saja… mungkin kalau Hanna mau menjawab ia akan mengatakan: "Siapa bilang kau lebih berharga dari pada sepuluh anak laki-laki?…. satu saja anak laki-laki lebih berharga daripada sepuluh Elkana" Betapa seringnya wanita merasakan suami tidak mengerti stress yang dialami. Semakin suami berbicara untuk menghibur, semakin dalamlah stress wanita. Karena, semakin banyak suami berbicara semakin jelas bahwa sang suami tidak mengerti kesusahan wanita yang sesungguhnya. Apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh wanita yang sedang stress? Pertanyaan yang sulit dijawab oleh suami. Sering suami merasa serba salah. Diam saja…. Istri merasa suami ‘cuek’, berbicara … istri merasa suami tidak menangkap isi hati sesungguhnya. Memang Tuhan menciptakan wanita sebagai makhluk yang sulit diduga, dengan tujuan supaya suami lebih hati-hati di dalam menghadapinya. Stress seorang wanita tidak jauh dari urusan anak. Anak yang susah makan, anak yang melawan, anak yang tidak mau diatur, anak yang sakit terus menerus, anak yang tidak mau belajar, anak yang main game terus, anak yang banyak permintaan. Di dalam kondisi stress, istri sangat membutuhkan dukungan suami. Bukan sekedar katakata penghiburan tapi dukungan rohani. Tidak usah suami banyak berbicara atau memberi
31. Renungan ibu – Hanna bin Elkana Sutrisno
komentar. Cukup dengan mengatakan: "Sayang, saya tahu tugasmu sebagai ibu sungguh teramat berat. Mungkin saya kurang bisa membantumu, tapi saya ingin kamu tahu bahwa saya terus mendoakanmu supaya Tuhan memberikan kekuatan dan hikmat." Pagi ini, seperti biasanya sebelum makan pagi bersama suami saya berdoa untuk saya. Tapi hari ini doanya lebih saya simak karena saya sangat membutuhkannya. Ia katakan: "Tuhan, berikanlah istriku hikmat untuk dapat mendidik anak kami, untuk melakukan segala pelayanannya dan segala macam urusan hari ini." Doa yang umum tapi lebih berharga daripada kecupannya sebelum ia masuk mobil. Mengapa? Karena saya lebih membutuhkan Tuhan daripada dirinya yang terbatas. Saya lebih membutuhkan doa daripada seribu kata penghiburan. Doa suami lebih membuktikan ketulusan cintanya daripada jutaan hadiah dari mall terbesar di Jakarta.
32. Renungan ibu – Memori Natal
Renungan Ibu: "Memori Natal"
Ev. Anne Kartawijaya, MDiv.
agu-lagu Natal memiliki kekuatan khusus untuk mengembalikan memori masa lalu.
Lain dari jenis musik yang lain, lagu-lagu natal memiliki suatu kekuatan khusus. Bukan hanya
orang
Kristen,
orang
non-Kristenpun
akan
merasakan
kedamaian
ketika
mendengarkan alunan lagu "Malam Kudus", "O Holy Night", dan lain-lain. Terlebih daripada itu, lagu-lagu natal mempunyai kekuatan untuk mengembalikan memori masa lalu. Natal yang merupakan peristiwa besar seharusnya disambut dengan sukacita oleh setiap umat Tuhan. Dengan caranya tersendiri, setiap umat Kristen merayakan kabar gembira yang dinyatakan kepada manusia bahwa "Allah telah datang dan hidup bersama-sama dengan manusia dalam diri Yesus Kristus." Sukacita natal seharusnya dialami oleh anak-anak kita. Sebagai kanak-kanak dengan pikiran yang konkrit, keterlibatannya di dalam perayaan natal di gereja merupakan memori tersendiri baginya. Pergi ke gereja bersama dengan papa dan mama, atau menyanyikan lagu natal dengan diterangi lilin natal di ruang keluarga, atau sekedar menghias rumah bersama dengan mama Merupakan hal yang disayangkan jika pada masa kecilnya, anak-anak menyimpan memori yang buruk di hari Natal. Dalam situasi kota besar yang penuh kesibukan, semakin banyak anak-anak yang mengalami kesepian justru di hari Natal. Baik kesepian secara fisik maupun mental. Kehadiran Yesus sulit dihayati karena kehadiran orang tua pun jarang dialami. Jika anda mempunyai jadwal tugas ke luar kota atau ke luar negeri bertepatan dengan perayaan Natal sekolah minggu, apa yang saudara akan lakukan? Si kecil tidak hanya membutuhkan ‘mbak’ untuk mengantar dia pergi ke gereja. Dia perlu mama dan papa yang
32. Renungan ibu – Memori Natal
mengatakan: "Mama dan papa bangga sekali melihat kamu menyanyi dengan baju malaikat…Tuhan Yesus senang sekali dengan hadiah ulang tahun yang kamu berikan." Dan terlebih lagi mereka membutuhkan papa dan mama untuk menjelaskan makna natal yang sesungguhnya. Kesempatan anda untuk menanamkan memori indah dalam keluarga akan segera berakhir sampai anak-anak menginjak usia remaja. Anda akan semakin sulit menahan mereka di rumah pada hari Natal, karena mereka mempunyai acaranya sendiri-sendiri dengan temanteman mereka.
33. Renungan orang tua – Kekuatan yang Misterius
Renungan Orang Tua
Kekuatan yang Misterius (Markus 4:26-29) Anne Kartawijaya
Memasuki ulang tahunnya yang pertama, saya membuka kembali album foto sejak kelahiran Timothy. Luar biasa! Dari bayi kecil kini dia sudah mulai berjalan sendiri. Dari mana ia mempelajari semua itu? Suatu saat tanpa sengaja Timothy menyakiti tangan saya dengan mainannya. Secara spontan saya berseru : "Aduh …!" Timothy terkejut dan menatap saya. Sewaktu saya masih menunjukkan wajah kesakitan, tiba-tiba Timothy mengulurkan tangannya, dipeluknya leher saya, dibelai-belainya rambut saya dan dia menghibur dengan bahasanya sendiri dengan mesra. Hati saya langsung bergetar! "Tuhan, dari mana ia pelajari semua itu?" "Bagaimana kepekaannya bertumbuh?" Suatu malam, ketika kami sedang bermain-main di tempat tidur, Timothy dengan bahasanya sendiri memanggil Papa dan Mama sambil menunjukkan tangan yang dilipat. Kami segera mengerti, ia ingin berdoa dan tidur. Setelah Timothy tidur saya bertanya kepada Tuhan : "Bagaimana kecintaannya kepada Tuhan bertumbuh nantinya?" Banyak teori yang menjelaskan bagaimana seorang anak bertumbuh secara fisik, emosi dan sebagainya. Tapi tidak ada suatu teori yang tepat yang dapat menjelaskan bagaimana iman seorang anak dapat bertumbuh. Markus adalah satu-satunya penginjil yang menuliskan perumpamaan tentang misteri dari pertumbuhan, selagi penginjil-penginjil lain menuliskan tentang pentingnya tanah yang subur untuk suatu pertumbuhan. Pertumbuhan iman merupakan suatu kekuatan yang misterius. Iman merupakan hal yang pribadi sekali antara anak dan Tuhan. Lalu bagaimana dengan peran kita sebagai orang tua? Kita hanya dapat menyediakan wadah tabah, menyiraminya, memeliharanya, Tuhan yang menumbuhkan. Terima kasih Tuhan, karena pada bagian yang tidak dapat kami kerjakan di situlah Engkau bekerja secara luar biasa.
34. Ruang tanya jawab – Anak saya kehilangan semangat belajar
Ruang Tanya Jawab:
Anak Saya Kehilangan Semangat Belajar
elakangan ini anak saya mulai malas belajar. Dia tidak peduli dengan nilai yang jelek, dan bahkan keinginan sekolahpun tidak nampak. Ada orang yang mengatakan mungkin karena ia lelah, sejak usia 2 tahun saya sudah sekolahkan dia. Apa betul itu penyebabya ? Jemaat GRII, Jakarta Kita tidak bisa mengharapkan 'self-discipline' (disiplin diri) dari anak SD. Mereka masih membutuhkan orang tua yang mendorong, kadang-kadang mendesak mereka untuk disiplin belajar. Disiplin dari rumah inilah yang akan menjadi dasar disiplin diri pada usia dewasa nanti. Pada umumnya anak-anak tidak peduli dengan nilai jelek, karena mereka tidak berpikir mengenai akibat konkrit dari nilai jelek itu. Anak-anak membutuhkan sesuatu yang konkrit. Pujian dan hukuman konkrit masih dibutuhkan. Jangan harapkan mereka mempunyai motivasi seperti orang dewasa Kita tidak bisa secara cepat mengambil kesimpulan bahwa penyebabnya adalah usia dini masuk sekolah. Setiap anak mempunyai kebutuhan berbeda. Ada anak-anak tertentu yang butuh tantangan yang lebih besar pada usia yang masih muda, dan ada anak yang masih belum siap. Yang terpenting adalah kita mengenal anak dan tidak memaksakan kehendak kita Ada beberapa kemungkinan yang perlu dipertimbangkan: 1.
Suasana sekolah
Mungkin guru atau teman-teman menyakitkan hatinya. Ada anak yang sangat sensitif dan cepat tersinggung. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya tidak betah berada di lingkungan sekolah. 2.
Suasana persaingan
Mungkin orang tua sering memperbandingkan anak satu dengan anak lain. Jikalau ia selalu berada di pihak kalah, akhirnya ia malas untuk berjuang. Jadilah anak yang apatis. 3.
Tuntutan
Tuntutan orang tua atau sekolah yang melebihi kemampuan juda dapat membuat anak stress dan malas belajar. 4.
Variasi aktivitas
Sebagaimana sibuknya anak, ia tetap butuh waktu untuk bermain. Dunia anak adalah dunia bermain. Orang tua perlu memperhatikan keseimbangan antara waktu belajar dan bermain. Kadang-kadang orang tua harus rela menerima kenyataan bahwa anaknya "bisa-biasa" saja, demi kesehatan jiwa anak.
35. Ruang tanya jawab – Sampai kapan mendidik anak ?
Ruang Tanya Jawab
Sampai Kapan Mendidik Anak ? Akhir-akhir ini anak gadis saya (18 tahun) mengalami kesulitan studi. Saya tidak bisa selalu mendampingi anak saya karena saya harus membanting tulang membiayai kehidupan kami berdua (tanpa ayah). Pertanyaan saya adalah : "Apakah saya hanya perlu mendidik atau membesarkan anak hingga 18 tahun, setelah itu selesailah tugas dan tanggung jawab saya dalam proses pembentukan jiwa , tubuh dan kerohanian anak saya? Bagaimana saya bisa mendidiknya untuk mandiri dan dewasa dalam iman? Ibu A.E., Surabaya Jawab: Kehidupan tanpa suami tentu sangat berat bagi ibu. Sekalipun Ibu tidak bisa terus mendampingi anak, saya yakin dia melihat perjuangan Ibu dan hal itu menjadi suatu masukan yang berharga bagi kehidupan imannya. Untuk anak usia 18 tahun, mayoritas pembentukan fisik dan mentalnya sudah terbentuk. Kebutuhan peranan orang tua dalam pembentukan diri tidaklah sebesar masa kanak-kanak. Akan tetapi bukan berarti kita tidak lagi dibutuhkan. Sampai kapanpun anak tetap memerlukan bimbingan orang tua. Setelah melewati masa kanak-kanak, orang tua berperan sebagai pendengar, pembimbing dan pengarah. Sebagai orang tua kita harus ingat bahwa usia tersebut adalah usia transisi yang sangat penting dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa menghargai pendapat dan keputusan mereka sambil terus mengarahkan mereka. Mendorong anak untuk terlibat dalam lingkungan sebaya seiman dan sehat merupakan jalan yang sangat bijaksana. Misalnya dalam kelompok kecil di gereja. Dalam lingkungan itu anak-anak akan banyak belajar dan berinteraksi dengan teman-teman seiman dan juga pembimbing mereka. Senantiasalah untuk bersedia mendengar sebagai teman, sehingga ia tetap merasakan kehangatan kasih dan bimbingan ibu sebagai orang tua. Berpacaran dengan orang Seiman Bagaimana memberitahukan anak untuk berpacaran dengan orang Orang Tua Murid SM Gereja Kristus taman kota, Jakarta
seiman?
35. Ruang tanya jawab – Sampai kapan mendidik anak ?
Jikalau anda baru memberitahukan anak anda untuk tidak berpacaran dengan orang tidak seiman pada saat ia sedang berpacaran, ibu sudah agak terlambat. Mendidik anak untuk memilih pacar seiman harus dilakukan sejak kecil sebelum masa pubertas. Konsep tersebut harus ditanamkan sehingga menjadi bagian dari prinsip hidupnya tanpa harus melawan kehendaknya sendiri. Konsep harus terus menerus diulang. Langkah Praktis : 1. Ulangi konsep ini terus menerus ketika anak sedang mengawasi sepasang suami istri yang seiman. Katakan kepadanya bahwa Tuhan menghendaki anak-anakNya menikah dengan saudara seiman. 2. Ajak anak anda berdiskusi mengenai masalah yang muncul dari pasangan suami istri yang tidak seiman. Dengan cara ini anak diperlihatkan kepada realita yang akan dihadapi nanti. 3. Sempatkan untuk mengundang pasangan suami istri yang seiman dan harmonis untuk berkunjung, sehingga anak dapat melihat contoh konkrit selain contoh kehidupan keluarga anda sendiri. Jika ada kesempatan biarkanlah anak anda bermalam di keluarga Kristen yang baik. 4.
Diskusikan
masalah
ini
ketika
menyaksikan
film
drama
keluarga.
5. Senantiasa tekankan bahwa kehendak Tuhan adalah kehendak yang bijaksana untuk kebaikan anak-anak-Nya. 6. Setelah anak mulai besar, jelaskan bahwa yang dimaksud dengan seiman bukan saja agamanya sama, akan tetapi seimbang dalam kedewasaan iman, dedikasi dan komitmen pelayanannya. 7. Doronglah anak anda untuk mempunyai lingkungan teman seiman yang baik (dalam persekutuan muda-mudi dan sejenisnya)
8. Yang terpenting : Berikan contoh yang baik dalam hidup pernikahan anda sendiri. Jangan sampai anak anda justru tidak mau mendapatkan pasangan seiman karena takut mengalami hal yang sama dengan anda. Jika anda sudah mengalami konflik dengan pasangan anda sekecil apapun, segeralah diselesaikan, jangan ragu dan takut untuk berkonsultasi dengan konselor Kristen. .
35. Ruang tanya jawab – Sampai kapan mendidik anak ?
Jika anak anda sudah terlanjur berpacaran dengan orang tidak seiman, janganlah cepat-cepat melarang dengan otoritas. Jangan sampai menimbulkan kebencian di hati anak sebelum ia mengerti konsep yang hendak anda jelaskan. Biarkan anak anda menceritakan isi hatinya kepada anda, kemudian berikan penjelasan sebijaksana mungkin (negatif dan positifnya). Nasehat teman sebaya atau pembimbing juga dapat menolong anak anda. Jika kasusnya sudah sangat parah (bukan sekedar berpacaran lagi), anda harus segera mengkonsultasikan hal ini dengan hamba Tuhan di gereja anda.
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
Tanya Jawab:
"Haruskah Karir Dikorbankan Demi Anak?" Menjawab surat Ny. Aniwati – Surabaya
eperti beberapa ibu Kristen lainnya, Ny. Aniwati menggumulkan karir dan anak. Ny. Aniwati sudah bekerja di suatu perusahan dan sekarang mempunyai anak Balita. Selama ini anak beliau dijaga oleh pembantu yang cukup dapat dipercaya. Akan tetapi beliau tetap merasa tidak tenang karena biar bagaimanapun juga beliau merasakan perbedaan yang sangat besar antara didikan pembantu yang hanya lulus SD dan didikan dia sebagai ibu yang sudah lulus sarjana. Kehidupan ekonomi beliau cukup baik walaupun tidak berlebihan. Suamipun cukup sportif dalam segala keputusan yang ‘akan’ diambil oleh ibu ini. Di dalam lubuk hati yang terdalam, Ny. Aniwati ingin sekali meluangkan waktu sepenuhnya untuk mengasuh dan mendidik anaknya yang masih kecil itu, akan tetapi ia tidak bisa meninggalkan karirnya oleh karena banyak sebab (lingkungan keluarga dan rekan yang tidak setuju, rasa takut salah langkah, rasa takut menjadi ‘cupet’ dan menyianyiakan kesempatan, rasa sayang dengan gelar dan karir yang sudah dicapainya, rasa takut kekurangan untuk masa depan sekolah anak, dll.) Sampai sekarang ibu ini tetap bekerja dengan disertai ‘guilty-feeling’ yang cukup dalam. Bagaimana pendapat anda? Saran apa yang dapat saudara berikan untuk ibu ini? Sebelum anda menyampaikan atau mengirimkan pendapat anda kepada redaksi ‘Eunike’, saya akan memberikan beberapa pokok pemikiran yang dapat menjadi perbandingan dalam anda mempertimbangkan pendapat anda. 1.
Siapakah anak bagi anda?
Pada umumnya, hampir semua orang sangat bahagia dan bangga jika dikaruniakan anak. Dalam pandangan umum, anak merupakan lambang kesuburan, merupakan makhluk kecil yang membuat rumah menjadi dinamis dan ceria, pengikat yang kuat dalam hubungan suami istri, penerus keturunan, pewaris, dsb. Akan tetapi di dalam iman Kristiani, hal itu tidak cukup. Alkitab tidak saja mengatakan bahwa anak adalah anugerah, akan tetapi juga tanggung-jawab. Banyak orang yang bersikap sangat posesif terhadap anak-anak mereka. Bagi mereka anak adalah milik mereka sendiri. Sebenarnya bukan. Anak sepenuhnya milik Tuhan. Dengan hadirnya anak di dalam kehidupan kita, merupakan suatu bukti bahwa Tuhan mempercayakan kita untuk mengasuh dan mendidik umat ciptaanNya ini dalam kurun waktu tertentu. Anak adalah tugas bagi kita dari Tuhan.Dengan pemahaman seperti ini, rasa gentar kita dalam mendidik anak bukan saja karena takut anak ini kelak menjadi
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
anak yang tidak benar, akan tetapi lebih dari itu. Kita gentar terhadap tanggung jawab di hadapan Tuhan. Sebagai orang tua Kristen, kita harus mempunyai pandangan mata yang mengarah kepada kekekalan, bukan saja hanya pada batas waktu yang sementara. Kita harus mempertanggung jawabkan iman bukan saja dalam hubungan pribadi dengan Tuhan, tapi juga dalam kaitannya dengan tugas tanggung jawab kita sebagai pendidik yang dipercaya oleh Tuhan. Saya yakin, jika anda mempunyai konsep ini, anda akan lebih hati-hati lagi dalam menentukan pilihan anda. ANUGERAH SENANTIASA DISERTAI TANGGUNG JAWAB. 2.
Apa tujuan anda bekerja?
Pertama:
uang
Merupakan omong kosong yang besar jika kita katakan bahwa kita tidak butuh uang untuk hidup. Untuk makan, untuk pertumbuhan fisik anak-anak, juga untuk sekolah anak-anak, kita butuh uang. Berapa banyak kita butuh uang, sangat ditentukan seberapa besar tuntutan kita akan kehidupan ini. Orang-orang yang senang hidup mewah, membutuhkan uang lebih banyak daripada orang yang terbiasa hidup sederhana. Seberapa keras kita harus bekerja juga ditentukan oleh seberapa banyak uang yang kita butuhkan. Semuanya itu kait-mengait dan membentuk sistem kehidupan. Banyak orang terjerat dalam sistem itu dan akhirnya tanpa sadar sudah menjadi budak dari sistem itu. Jika kita katakan ibu-ibu bekerja untuk menabung, banyak perkara yang harus dipertimbangkan: Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menggantikan keberadaan anda di rumah, misalnya: gaji dan ongkos baby sitter, pakaian kantor, make-up dan segala perlengkapan penampilan anda, ongkos transportasi menuju tempat bekerja, belum lagi biaya ke dokter kalau anak anda jadi sering sakit, bagaimana dengan biaya les tambahan pelajaran karena anda tidak bisa menemani anak belajar? Cobalah hitung-hitung, jangan sampai anda bekerja untuk membiayai anda bekerja. Ada juga yang betul-betul butuh uang karena suami tidak punya pekerjaan yang cukup untuk membiayai keluarga, atau karena bencana masa lalu yang menyebabkan istri harus turun tangan, bisa juga karena butuh biaya pengobatan untuk anak/suami, bisa juga karena kebutuhan biaya yang ekstra untuk membiayai anggota keluarga yang kesusahan, dll. Alasan-alasan ini sangat masuk di akal. Dalam hal ini ibu TERPAKSA bekerja. Bagi para penginjil wanita, kadang-kadang kebutuhan pelayanan suami butuh dukungan karena ladang misi atau tantangan pelayanan yang berat
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
Kedua:
prestige dan harga diri
Saya rasa bukan hal yang salah ketika teman-teman dan keluarga anda mengatakan: "Sayang dong gelar sarjanamu kalau tidak dipakai." Kita sekolah dari TK sampai Universitas memakan jutaan rupiah. Gelar sarjana merupakan hal yang mahal untuk dicapai, baik dihitung dalam rupiah maupun menit dan jam. Dengan gelar sarjana, kita telah membeli harga diri sebagai wanita yang tidak mudah dilecehkan oleh para pria. Dengan bekerja kita dapat membuktikan bahwa kitapun dapat lebih baik dari pria. Suami tidak bisa semenamena dengan kita dan menganggap kita wanita bodoh. Kalaupun terjadi sesuatu dalam kehidupan suami, kita sudah mempunyai pegangan. Memang wanita membutuhkan hal itu. Akan tetapi anda juga perlu mempertimbangkan beberapa hal: manakah lebih mahal? biaya pendidikan yang telah anda keluarkan ataukah perkembangan kepribadian dan rohani anak anda? Apakah hasil pendidikan anda hanya dapat dinikmati di kantor? Adakah jenis pekerjaan lain yang dapat anda lakukan tanpa harus meninggalkan anak full-time? Apakah pendidikan anda tidak mempunyai dampak sama sekali dalam tugas anda sebagai pendidik anak? Apakah peran sebagai ibu rumah tangga begitu hinanya sehingga anda merasa malu jika tidak bekerja di kantor hanya untuk sementara waktu? Anak anda akan lekas besar, demikian juga adiknya kelak. Ada masa di mana anda dapat sepenuhnya hidup untuk karir anda. Dalam kaitannya dengan bagaimana suami memandang anda merupakan topik tersendiri. Akan tetapi memang hubungan suami istri sangat mempengaruhi hubungan kita dengan anak dan pekerjaan. Banyak orang berpikir bahwa menjadi ibu rumah tangga full-time merupakan hal yang kurang terhormat: seragam daster, pikiran cupet, kuper, dll. Salah besar. Kita menjadi ibu rumah tangga full-time bukan karena tidak ada pekerjaan, justru karena pekerjaan yang banyak dan berat sebagai pendidik membuat kita harus full-time ada di rumah. Sebagai ibu kita tidak hanya diam di rumah, tapi kita harus kreatif. Saya akui bahwa hal ini berat. Banyak ibu-ibu aktif yang full-time di rumah masih terus bergumul mengatasi kejenuhan, frustrasi, dsb. Akan tetapi semuanya itu harus dihadapi dengan motivasi yang kuat, yaitu untuk melaksanakan tugas tanggung jawab yang Tuhan berikan. Saya yakin jikalau anda sudah menjalaninya, anda akan mengalami jatuh bangun, antara suka dan duka Ketiga:
Pertanggung jawaban talenta.
Kita semua diberi talenta oleh Tuhan, minimal satu talenta. Banyak orang mengidentikkan talenta hanya terbatas "bakat". Menurut saya, apa yang Tuhan maksudkan dengan talenta adalah "segala sesuatu" yang dipercayakan oleh Tuhan untuk kita kembangkan. Hal itu bisa berupa Firman Tuhan, bakat, ladang pelayanan, dsb. Termasuk di dalamnya adalah ‘anak".
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
Jadi, jangan takut berdosa jika anda meninggalkan pekerjaan karena anak, sebab anak jauh lebih berharga di mata Tuhan dibandingkan dengan prestasi kerja anda (Bandingkan dengan sikap Yesus pada anak-anak). Ada banyak jenis bakat yang bisa diberikan atau di ‘transfer’ kepada anak anda. Jadi, kita tetap dapat mengembangkannya. Janganlah takut kehilangan kesempatan mengembangkan bakat, karena bakat adalah karunia Tuhan. Kalau kita bertanggung jawab untuk apa yang ada di tangan kita saat ini, Tuhan tidak akan segansegan memberikan tanggung jawab yang lebih besar. Keempat:
Mengatasi kejenuhan hidup
Banyak ibu-ibu yang tidak bisa diam sangat dinamis dan aktif. Berada di rumah seharian penuh akan menciptakan stress yang berat. Banyak ibu-ibu berkata: "Sebenarnya saya ingin sekali ada bersama dengan anak-anak saya lebih lama di rumah, akan tetapi saya tidak tahan dengan kejenuhan. Saya sangat butuh suasana baru, kalau tidak saya akan marah-marah terus di rumah." Bisakah anda membayangkan seorang wanita eksekutif yang selalu menjinjing hand-phone, memimpin rapat, mengatur puluhan bahkan ratusan pekerja, tiba-tiba hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat anak? Bukankah semuanya itu bisa dikerjakan oleh pembantu, baby-sitter, atau pekerja harian? Apa salahnya jika ada uang? Hal seperti itu tentu saja menjenuhkan baginya. Jika anda dalam situasi seperti itu, anda harus baik-baik mempertimbangkan keputusan anda. Jangan tinggalkan karir anda kalau anda masih ragu-ragu. Anda harus betul-betul paham mengapa anak anda begitu penting sehingga harus mengorbankan karir. Selain itu, anda harus betul-betul mengetahui keindahan suka-duka mengasuh anak sendiri. Sebenarnya, bukankah anda dapat meluangkan waktu bersama anak anda tidak hanya di dalam rumah? Mengunjungi sesama ibu lain yang sebeban, pergi ke taman, ke kebun binatang, berenang, dll. Yang terpenting adalah bagaimana anda memakai waktu anda sebaik-baiknya untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak anda. Memang alangkah lebih baik lagi jikalau kita memiliki "Christian Children Center" dimana ibu-ibu dan anak-anak dapat berkumpul suatu waktu untuk penyegaran dan pengembangan diri. Pada intinya, yang menjadi masalah bukanlah ‘kerja’ atau ‘tidak kerja’. Kita semua harus bekerja. Yang menjadi masalah adalah apakah anda memang menyerahkan tugas pengasuhan anak kepada orang lain karena karir yang sebenarnya tidak perlu?. Apakah pekerjaan anda dapat menghambat perkembangan emosi dan rohani anak anda ? Anda salah besar jika menganggap anak menjadi penghambat masa depan anda, ANAK ADALAH MASA DEPAN ANDA. Hal terbaik yang anda tanamkan pada anak, akan anda tuai di masa yang akan datang.
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA (Dorothy Law Nolte) Jika anak dibesarkan dengan celaan, IA BELAJAR MEMAKI Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, IA BELAJAR BERKELAHI Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, IA BELAJAR RENDAH DIRI Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, IA BELAJAR MENYESALI DIRI Jika anak dibesarkan dengan toleransi, IA BELAJAR MENAHAN DIRI Jika anak dibesarkan dengan dorongan, IA BELAJAR PERCAYA DIRI Jika anak dibesarkan dengan pujian, IA BELAJAR MENGHARGAI Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, IA BELAJAR KEADILAN Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, IA BELAJAR MENARUH KEPERCAYAAN Jika anak dibesarkan dengan dukungan, IA BELAJAR MENYENANGI DIRINYA Jika anak dibesarkan dalam kasih sayang dan persahabatan, IA BELAJAR MENEMUKAN CINTA DALAM KEHIDUPAN Kiriman ibu Pippy Andriyani, melalui Jeany C.B
37. Tart kentangku yang pertama
Resep Sederhana
"Tart Kentangku yang Pertama"
i hari Natal ini, anda dapat memberikan pengalaman pertama bagi anak untuk membuat kue tart, terbuat dari kentang. Sangat sederhana, cepat dan sehat.
Bahan:
8-10 kentang (banyaknya kentang tergantung besar dan tebal tart yang anda kehendaki).
Garam dan lada halus.
Semangkuk besar air yang sudah dibubuhi garam.
Mentega/butter. Cara membuat:
Panaskan oven 500 derajat F.
Iris kentang tipis-tipis, masukkan ke dalam air yang sudah dibubuhi garam (supaya tidak hitam).
Setelah semua diiris, tiriskan dan keringkan dengan tissue masak yang bersih.
Taburkan sedikit garam dan lada.
Lapiskan loyang berbentuk lingkaran dengan 2 sdm. mentega/butter.
Susun irisan kentang berlapis-lapis / tumpuk-menumpuk.
Taburkan mentega di atasnya dengan kuas kue pada tiap lapisannya.
Teruskan tumpukan kentang sampai satu loyang penuh.
Tutup loyang dengan tissue masak atau kain bersih, kemudian kompres/tekan dengan loyang lain.
Angkat loyang penekan, taburkan kembali mentega di atas tumpukan kentang.
Panggang selama 45 menit hingga kecoklat-coklatan. Angkat, diamkan selama 3 menit.
Keluarkan tart dari loyang, sajikan di atas piring bulat yang tahan panas.
38. Edisi utama
ada Edisi 21 ini, "Eunike" memandang perlu mengangkat tema mengenai moral dalam kehidupan keluarga dan mengenai bagaimana memperkenalkan Allah dalam keluarga. Selain itu ada tulisan kesehatan yang menarik dengan topik mengenai demam berdarah. Tulisan-tulisan yang tersaji mungkin terasa ringkas, namun diharapkan bermanfaat sebagai salah satu acuan dalam kehidupan berkeluarga. Refleksi:
Keluarga yang Takut akan Allah
Ada kesan bahwa takut akan Allah memberikan beban berat dan mengekang hidup kita. Kesan itu sesungguhnya kurang tepat, karena takut akan Allah dalam pengertian yang benar justru memberi kita suka cita dan kebebasan. Perkembangan Anak:
Moryalitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Permainan dan cara anak bermain seringkali merupakan petunjuk yang baik mengenai moralitas anak. Apa yang anak anggap sebagai benar atau salah, curang atau adil, memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana anak menilai dunianya Mendidik Anak:
Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
Alkitab tidak pernah memberitahukan kepada kita secara terinci pada usia berapa anak harus diperkenalkan tentang Allah. Meskipun demikian, Alkitab berkali-kali mengingatkan orang tua untuk mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak. Sudut Anak:
Apakah Kamu Pernah Berbohong?
Orang tua acapkali mengeluh tentang kurangnya kejujuran pada anak-anak mereka. Menurut orang tua, mereka tidak pernah mengajarkan anak-anaknya berbohong, tetapi anak-anak sudah dapat membohongi orang tua sejak mereka masih sangat muda. Suami-Istri:
Moralitas dan Rasa Hormat
Hubungan suami-istri sangat mewarnai kondisi keluarga secara keseluruhan. Salah satu aspek kehidupan suami-istri yang berdampak langsung pada keluarga ialah kehidupan moral suami dan istri. Kesehatan:
Mengenal Penyakit Demam Berdarah
Mendengar istilah demam berdarah, maka yang terbayang di benak kita adalah suatu penyakit yang mengerikan. Sebenarnya penyakit ini dapat diatasi bila cepat ditangani. Sebaliknya, demam berdarah dapat juga menjadi berbahaya bila terlambat ditangani, apalagi bila telah terjadi shock.
39. Keluarga yang Takut akan Allah
Keluarga yang Takut akan Allah Heman Elia, M.Psi.
"Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya." (Pengkotbah 8:12)
engalaman Yusuf tergolong sangat luar biasa. Ia dijual kakak-kakak kandungnya sendiri. Setelah itu Yusuf harus bekerja keras sebagai budak yang tidak dihargai orang di negeri asing yang jauh dari sanak keluarga. Kita sulit membayangkan bagaimana perasaan kesepian dan perasaan tertolak yang dialami Yusuf. Tatkala nasibnya sedikit membaik karena ia memperoleh kepercayaan tuannya, Potifar, ia harus mengalami tekanan karena godaan istri Potifar. Alkitab mengisahkan bahwa istri Potifar membujuk Yusuf dari hari ke hari untuk tidur bersamanya, tetapi Yusuf tidak jatuh. Penolakan tegas Yusuf terhadap dosa didasarkan pada prinsip yang dinyatakannya secara indah; "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:9b) Sebenarnya banyak sekali alasan yang pantas dikemukakan Yusuf untuk tidur dengan istri Potifar. Bukankah Yusuf adalah budak dan wajib memenuhi semua keinginan tuan dan istri tuannya? Lagi pula bukan Yusuf yang memulainya. Istri Potifarlah yang merayu Yusuf dan hal itu berlangsung lama. Bila saja Yusuf bersedia melakukan apa yang diinginkan istri tuannya itu, kenaikan jenjang karir sudah menanti. Bukankah Allah (tampaknya) tidak melindungi Yusuf sehingga wajar sekali bila Yusuf meniti karir dengan caranya sendiri. Bukankah tidak akan ada seorang pun yang tahu perbuatan mereka? Tetapi Yusuf tidak melakukan dosa karena ia takut akan Allah. Ayub adalah tokoh lain yang kesalehan dan rasa takut akan Allahnya dipuji, bukan oleh orang lain, melainkan oleh Allah sendiri di hadapan Iblis (Ayub 2:3). Ia mempunyai anakanak yang rukun dan yang dipimpinnya untuk takut pada Allah. Dalam hidup ibadahnya, ia tidak lupa menyertakan anak-anaknya dengan mendoakan mereka dan memohonkan ampun bagi mereka.
39. Keluarga yang Takut akan Allah
Apa ganjaran bagi orang yang takut akan Allah? Yusuf harus masuk penjara tanpa diadili dan tanpa mengetahui kapan ia dibebaskan. Ayub harus mengalami musibah beruntun dan kehilangan semua yang dimilikinya, termasuk kesehatannya. Terakhir, bahkan istrinya sendiri memberi Ayub tekanan psikologis yang dahsyat dengan mengatakan; "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9). Di manakah kebahagiaan yang dikatakan oleh Pengkotbah sebagaimana yang dikutip pada awal tulisan ini? Bila kita amati keseluruhan kisah Ayub dan Yusuf, kita akan tahu bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada kekayaan atau keberuntungan yang kita peroleh sebagai ‘balas jasa’ Allah atas ketaatan dan kesalehan kita. Ayub dan Yusuf mengalami serangkaian ketidakberuntungan justru karena kesalehan mereka. Kebahagiaan tidak identik pula dengan absennya penderitaan pada diri kita atau dalam keluarga kita. Sebaliknya, kebahagiaan kita alami karena kita hidup dalam kekudusan. Dalam kisah Ayub dan Yusuf, kita memang membaca mengenai limpahan kasih Allah bagi diri mereka berupa kekayaan dan kemuliaan setelah mereka mengalami sejumlah penderitaan. Tetapi banyak kali kekayaan dan kemuliaan yang sesungguhnya baru akan dialami orang percaya setelah kematian tubuh ini, sebagaimana yang terjadi pada para nabi dan para Rasul Yesus Kristus Ada kesan bahwa takut akan Allah memberikan beban berat dan mengekang hidup kita. Kesan itu sesungguhnya kurang tepat, karena takut akan Allah dalam pengertian yang benar justru memberi kita suka cita dan kebebasan. Pemazmur menyatakan; "Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya." (Mazmur 19:8). Justru ketika kita melanggar titah Tuhan, kita mengalami rasa takut yang membelenggu, rasa bersalah yang sulit diatasi, dan yang menimbulkan duka cita. Sama seperti Adam dan Hawa yang merasa takut dan malu, sehingga harus menyembunyikan diri dari hadirat Allah. Takut akan Allah berarti menaati hukum dan perintah-Nya. Tentu ada pengorbanan dan harga yang harus dibayar. Namun penderitaan karena taat akan perintah Tuhan hanya bersifat sementara dan sangat tidak berarti bila dibandingkan dengan sukacita kekal yang akan kita nikmati. Yesus berfirman; "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:28-30). Kuk dan beban yang berasal dari Tuhan itu enak dan ringan, apalagi dibandingkan dengan penderitaan bila kita harus menanggung beban dosa.
39. Keluarga yang Takut akan Allah
Keluarga yang takut akan Allah adalah keluarga yang mengarahkan seluruh anggotanya untuk menaati perintah Tuhan. Keluarga demikian memiliki persekutuan dengan Allah tiap hari, pemahaman yang benar tentang apa yang disukai dan tidak disukai Allah, dan kehidupan keluarga yang kudus. Keluarga tidak terutama memikirkan bagaimana memperoleh uang lebih banyak, melainkan bagaimana dapat memberi lebih banyak. Prestasi dan ketenaran tidak lagi menjadi topik utama pembicaraan, sebaliknya keluarga yang takut akan Allah lebih banyak memperhatikan dan mengasah sikap, perilaku, dan karakter yang baik. Orangtua yang takut akan Allah tidak menggunakan nama Allah untuk menakuti anakanaknya, melainkan memimpin anaknya untuk memahami Allah melalui wahyu Allah dalam Alkitab. Anak perlu mengenal apa yang disukai atau tidak disukai Tuhan. Dengan demikian, anak akan mengetahui bahwa ketaatan kita kepada Allah bukan didasarkan atas rasa takut karena Allah senang menghukum kita bila kita melanggar perintah-Nya. Sebaliknya, Allah memberikan perintah atas dasar kasih dan agar kita memperoleh damai sejahtera. Ketika kita berdosa, Allah bahkan telah menyediakan jalan pendamaian melalui karya Yesus di kayu salib. Karena itulah, yang terutama dalam hukum Taurat bukanlah menaati huruf-huruf yang tertera pada hukum itu. Hukum yang terutama adalah kasih kepada Allah dan hukum yang kedua yang sama dengan itu adalah kasih kepada sesama manusia (Matius 22:37-40). Demikian pula orangtua perlu memperkenalkan hukum Allah dalam peraturan keluarga bukan dengan tujuan utama agar anak dapat dihukum, melainkan supaya suatu ketika nanti ia dapat mengenal Allah yang adil itu, yang sekaligus juga maha pengasih. Takut akan Allah menjadikan kita manusia yang bermoral tinggi. Keluarga yang takut akan Allah tidak saja terhindar dari keruntuhan, namun dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu Heman Elia, M.Psi.
uuraaanngg!!" Teriak Tino pada adiknya, Ruli seraya merubuhkan seluruh buah catur dari atas papan catur. Sejenak kemudian terdengar teriakan dan tangisan Ruli yang ditimpali oleh baku pukul di antara keduanya.
Permainan dan cara anak bermain seringkali merupakan petunjuk yang baik mengenai moralitas anak. Apa yang anak anggap sebagai benar atau salah, curang atau adil, memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana anak menilai dunianya. Hal ini telah lama diselidiki oleh mendiang Lawrence Kohlberg, seorang pakar pendidikan moral terkemuka di dunia. Menurut Kohlberg, perkembangan moral anak terkait dengan perkembangan cara berpikir (kognitif) anak. Artinya, semakin tinggi tingkat perkembangan berpikir anak, semakin besar pula potensi anak mencapai tingkat perkembangan moral yang lebih baik. Meskipun demikian, belum tentu anak yang mempunyai kecerdasan tinggi akan dengan sendirinya memiliki tingkat perkembangan moral yang baik pula. Masih harus pula ditambahkan bahwa tidak berarti anak yang mempunyai konsep moral tinggi akan mempunyai perilaku moral yang baik pula. Jadi, anak yang tahu bahwa berlaku licik itu tidak baik tidak dengan sendirinya akan lurus terus tindakannya. Namun paling tidak, anak yang kepekaan moralnya tinggi akan mempunyai potensi lebih besar untuk bertindak dengan prinsip etis yang lebih jelas, konsisten, dan bermutu. Selain itu, yang penting diingat adalah bahwa dasar dari moral kita adalah pengenalan yang benar akan hakekat Allah. Sekalipun kita tidak mungkin dapat mengenal Allah sampai sedalam-dalamnya, paling sedikit kita perlu membaca penyataan Diri Tuhan di dalam Alkitab sedemikian rupa sehingga kita mengenal lebih banyak hakekat kesucian, keadilan, dan kemahakuasaan Allah. Pemahaman terhadap cara anak memberikan keputusan etis akan sangat menolong kita untuk membantu anak memperoleh kepekaan moralitas yang tinggi. Kita dapat menolong anak kita memahami apa yang Allah hargai dari kita sesuai dengan tingkat pemahaman yang mereka capai. Dengan begitu, kita juga akan mengurangi ketegangan yang tidak perlu ketika kita menjelaskan tentang hukuman dan ganjaran Allah kepada orang percaya. Acapkali dalam menjelaskan mengenai prinsip etika dan moral dalam Alkitab, kita mengalami kebingungan menjawab pertanyaan anak. Masalah yang sering kita hadapi adalah bahwa kita sendiri bingung karena tidak menemukan benang merah prinsip moral
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
yang konsisten. Kita misalnya kesulitan memahami mengapa Allah lebih mengasihi Yakub dibanding Esau, padahal secara lahiriah Esau sebenarnya lebih lugu dan lebih berbakti pada orangtua. Kita juga heran mengapa Rahab yang dalam pandangan kita adalah wanita yang ‘kurang berharga’ dan ‘tidak bermoral’ ternyata memperoleh penghargaan sedemikian tinggi dari Tuhan dan mendapat kehormatan menjadi salah seorang nenek moyang Yesus Kristus. Sebenarnya masalah yang tampak sulit ini dengan mudah terpecahkan bila kita telah mencapai tingkat pemahaman moral yang lebih tinggi. Bila kita memahami bahwa Esau melakukan tindakan yang mementingkan saat ini yang bersifat kedagingan dan memandang rendah berkat Tuhan yang bersifat kekal, rasa heran dan ketegangan kita akan berkurang. Kita dapat memahami bagaimana gusarnya Tuhan karena Esau ternyata sanggup menukarkan hak kesulungan dengan semangkuk sup kacang merah (Ibrani 12:16). Kita pun akan gusar bila misalnya kita memberikan emas 10 gram kepada anak kita dan dia menukarkan emas itu dengan segelas Coca Cola karena ia kehausan. Ini hanya sekedar contoh bagaimana perasaan seseorang bila diperlakukan demikian oleh orang lain. Bayangkan bagaimana kecewanya Tuhan tatkala berkatNya yang bersifat kekal itu ditukar sedemikian mudah dengan sesuatu yang sangat tidak berharga dan sementara. Kita juga dapat melihat bahwa Tuhan menghargai Rahab karena imannya (Ibrani 11:31). Padahal Rahab adalah seorang pelacur dan merupakan bangsa kafir yang menjadi musuh Israel pula. Penjelasan mengenai iman Rahab yang menyebabkan Rahab dibenarkan Allah dapat dibaca pada kitab Yakobus 2:24-26. Persoalan lain adalah bahwa anak acapkali salah menangkap apa yang kita ajarkan. Dapat saja seorang anak menganggap dirinya nakal atau berdosa ketika ia (maaf) buang air di celana. Sebaliknya, anak mungkin merasa tidak bersalah ketika mengambil milik orang lain tanpa sepengetahuan sang pemilik. Kemarahan, hukuman, pujian, hadiah yang diberikan orangtua seringkali ditangkap secara salah karena anak hanya melihat satu aspek tertentu saja dari apa yang diajarkan orangtuanya. Demikian pula lingkungan sosial anak yang acapkali kurang konsisten mengajarkan suatu nilai tertentu mungkin saja membuat anak melakukan kesalahan tanpa merasa bersalah. Namun faktor penyebab ketidaksesuaian pandangan anak-anak dengan orang dewasa terutama terletak pada keterbatasan anak mencerna prinsip-prinsip moral. Proses menuju kematangan berpikir moralistis memerlukan waktu dan dasar pijakan moral yang lebih sederhana sebagai landasannya. Hal tersebut menuntut kesabaran orangtua untuk membimbing anaknya tahap demi tahap. Kita tidak boleh berharap bahwa anak dengan sendirinya akan mengerti apa yang baik dan yang jahat pada saat mereka dewasa nanti tanpa bimbingan orangtua. Peran orangtua sangatlah penting dalam perkembangan moralitas anaknya.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Ada beberapa hal yang dapat kita amati dari pengertian anak akan baik dan buruk. Berdasarkan pengertian ini kita dapat mengetahui tingkat perkembangan moral anak. Dengan demikian kita dapat memberikan pengajaran yang tidak membingungkan mereka. Sedikitnya ada 4 aspek perkembangan moral yang dapat kita lihat pada anak kita: 1. Perkembangan dari pemahaman mengenai ‘kuantitas’ menuju ke ‘kualitas’ Ketika anak mulai mengenal larangan orangtua, ia cenderung menilai dosa atau kesalahan berdasarkan besar-kecilnya akibat perbuatan yang ditimbulkannya. Misalnya, anak menganggap bahwa menjatuhkan beberapa gelas secara tidak sengaja lebih besar dosanya daripada menjatuhkan satu gelas secara sengaja. Pada tahap awal perkembangan moral, anak tidak memperhitungkan unsur motivasi. Baru pada usia yang lebih besar, ia mulai memahami bahwa kualitas suatu perbuatan harus diperhitungkan dalam menilai benar-salah.Yesus memuji janda miskin yang mempersembahkan seluruh nafkahnya, sekalipun secara jumlah, persembahan janda miskin ini lebih kecil daripada persembahan orang lain (Markus 12:23-24). Pujian Yesus menunjukkan tingkat pemahaman moralitas yang lebih tinggi yang menghargai kualitas dan motivasi.
2. Perkembangan dari ‘ketaatan mutlak’ menuju ‘inisiatif pribadi’ Pada mulanya seorang anak akan menaati apa yang dikatakan orangtuanya. Inilah kesempatan terbaik orangtua untuk mengajarkan apa yang harus diajarkannya, karena masa ini akan cepat berlalu. Setelah itu, anak akan lebih terikat dengan perjanjianperjanjian. Pada tahap ini anak akan bermain dengan peraturan yang dapat diubah sesuai perjanjian sebelumnya. Karena itu, teriakan ‘curang’ sewaktu anak bermain akan terdengar keras ketika peraturan bersama ini dilanggar. Anak juga sangat peka terhadap ketidakkonsistenan orangtua bila orangtua melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan yang diajarkannya. Bagi mereka, orangtua pun seharusnya terikat dengan peraturan yang mereka tetapkan bagi anak-anaknya.Bila perkembangan moral anak berjalan baik, pada usia remaja akhir anak telah memiliki prinsip moral yang menjadi miliknya pribadi dan yang mengarahkan tingkah lakunya. Anak tidak mudah lagi dipengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, anak akan melakukan perbuatan berdasarkan prinsip moral yang dimilikinya.Inisiatif pribadi ini nyata dalam perkataan Yesus yang meminta kita mengasihi musuh kita, juga untuk berjalan dua mil bila kita dipaksa berjalan satu mil (Matius 5:38-46). Tingkat moral ini lebih tinggi daripada ‘mata ganti mata dan gigi ganti gigi’.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
3. Perkembangan dari ‘formalitas’ menuju ‘intensionalitas’ Yesus mengatakan;"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."(Matius 22:37-40). Perkataan Yesus yang juga mengutip kitab Ulangan 6:5 ini menunjukkan tingkat pemahaman moral orang Farisi yang lebih mementingkan ketaatan kepada hukum tertulis daripada motivasi yang mendorong ketaatan terhadap hukum Taurat. Kita boleh saja melakukan semua kewajiban dan upacara agama. Namun tanpa kasih kepada Allah maupun sesama, tindakan kita seringkali hanya berarti kemunafikan besar. Sebaliknya, tindakan kita bisa salah. Namun sama seperti Yakub, kita dibenarkan karena mempunyai iman yang benar. Tentu saja pada akhirnya kasih kita kepada Allah dan sesama seharusnya mendorong kita menghasilkan buah perbuatan baik. Dalam hal ini perbuatan baik adalah akibat dari iman dan bukan upaya untuk memperoleh pembenaran Allah. Maksud di balik perbuatan seseorang haruslah menjadi perhatian pula dalam tugas orangtua mendidik anaknya. Dengan demikian anak dapat memahami bahwa yang dikehendaki Allah yang terutama bukanlah kebajikan lahiriah atau persembahan kita, melainkan hati yang mengasihi Allah.
4. Perkembangan dari ‘kepentingan diri’ menuju ‘kepentingan orang lain’ Tahap awal perkembangan moral anak adalah egosentris, karena anak masih memusatkan perhatian pada dirinya. Tujuan suatu perbuatan adalah kesenangan pribadi dan kenikmatan. Bila perkembangan berjalan baik, barulah pada usia yang lebih dewasa individu dapat melihat kepentingan orang lain dalam melakukan tindakan moralnya. Bukan itu saja, pengorbanan kepentingan diri dapat dilakukan demi kesejahteraan orang lain. Pada tahap ini individu baru dapat mengerti lebih mendalam perkataan Yesus dalam Yohanes 10:11-12; "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu."
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Dalam tulisan ini tidak dicantumkan pada usia berapa kurang lebih anak akan memperoleh tahap perkembangan tertentu. Hal ini karena cukup sulit menentukan perkiraan usia perkembangan moral. Meskipun demikian, ada beberapa prinsip yang dapat kita pegang. Pertama, pada usia balita, anak perlu memperoleh pengenalan akan peraturan dalam keluarga melalui orangtuanya. Sekalipun pemahaman anak mengenai moral masih bersifat sederhana, pada usia yang sangat muda pun, anak sudah mampu mengenali rasa bersalah dan dapat diajak menyesali dosanya di hadapan Tuhan. Kedua, pada usia balita hingga kanak-kanak akhir, orangtua sebaiknya tidak memperkenalkan dualisme dalam kehidupan moral. Dunia yang dikenal anak pada usia demikian bersifat hitam-putih dan ideal. Mereka akan bingung misalnya, bila mereka diperbolehkan bahkan disuruh berbohong pada suatu saat, namun dilarang berbohong dan dihukum di saat lain. Mereka membutuhkan pengajaran dan teladan yang konsisten dan dapat dipercaya. Ketika anak sudah memahami benar tentang arti intensi di balik suatu perbuatan (maksud tersembunyi dari suatu tingkah laku yang tampak), barulah ia dapat diajak berdiskusi mengenai dilema moral. Pada tahap ini, anak baru memahami bahwa ada peraturan yang wajib kita taati, ada yang tidak. Namun setiap pelanggaran mempunyai konsekuensinya. Anak tetap harus diberitahu bahwa ada peraturan yang bagaimanapun tidak boleh dilanggar. Pada saat anak memasuki usia remaja dan mulai kritis terhadap segala sesuatu, anak perlu mengetahui bahwa kenyataan hidup ada kalanya memaksa kita untuk memilih, kepada siapakah kita harus taat. Remaja perlu diajak untuk berpikir lebih luas dan lebih menyeluruh. Dalam konteks ini, mereka dapat diajak untuk berdiskusi tentang ketaatan mutlak kita pada Allah, sebagaimana Petrus dan Yohanes bersaksi di hadapan sidang para pemuka agama Yahudi; "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. " (Kisah Para Rasul 4:19). Konteks perkataan ini dikemukakan adalah dalam hal pemberitaan Injil. Apapun larangannya, kita tetap wajib mengabarkan Injil kepada orang lain. Itu adalah perintah Tuhan yang harus kita taati. Ketiga, tujuan pendidikan moral adalah agar anak bertanggung jawab penuh atas perilaku moralnya suatu ketika nanti. Dalam hal ini, tanggung jawab moral yang dimaksud tidak sekedar menghormati hak orang lain yang bersifat universal, melainkan didasarkan pada ketaatan akan Allah sebagaimana yang diwahyukan di dalam Alkitab. Keempat, baik peraturan keluarga maupun pengajaran yang kita berikan hendaknya didasarkan pada rasa takut kepada Allah. Kehidupan di hadirat Allah inilah yang seharusnya menjadi bingkai kehidupan moral keluarga. Dengan demikian, kita patut mempertimbangkan kembali perilaku anak mana yang perlu memperoleh perhatian kita dan mana yang kurang perlu ditekankan.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Sebagai contoh, kita perlu lebih menekankan kerajinan dan kejujuran lebih daripada nilai baik ulangan anak kita. Banyak orangtua yang terlalu menekankan nilai baik tidak tahu bahwa anaknya menyontek dan melakukan kecurangan dalam ulangan. Bahkan cukup banyak orangtua yang memberikan suap kepada guru agar anaknya naik kelas sekalipun anaknya itu tidak pantas untuk naik kelas. Pendidikan keluarga sebagaimana contoh tersebut tentunya akan menciptakan masalah perilaku moral dalam hidup anak, karena salah memberikan tekanan pada aspek moral.
41. Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak Ev. Anne Kartawijaya, MA
anyak orangtua bertanya; "Kapankah waktu yang tepat untuk memperkenalkan Allah kepada anak?" Seringkali orangtua bertanya demikian karena beranggapan bahwa anak masih terlalu kecil untuk dapat mengenal Allah yang abstrak dan tidak terlihat. Alkitab tidak pernah memberitahukan kepada kita secara terinci pada usia berapa anak harus diperkenalkan tentang Allah. Meskipun demikian, Alkitab berkali-kali mengingatkan orangtua untuk mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak. Lalu, bagaimanakah kita memperkenalkan Allah dalam kehidupan anak-anak kita? Kita dapat mempelajari beberapa cara yang Tuhan sendiri pakai untuk memperkenalkan DiriNya kepada umat Israel. Dengan mengetahui cara Tuhan memperkenalkan DiriNya, kita akan menemukan pengertian mengenai bagaimana memperkenalkan Tuhan pada anak-anak kita.
1. Tuhan memakai peraturan untuk memperkenalkan sifat kekudusanNya Dari sekian banyak pohon yang buahnya boleh dimakan oleh Adam dan Hawa, ada satu pohon yang tidak boleh dimakan buahnya. Mengapa demikian? Apakah karena buah itu begitu istimewa, atau apakah buah itu mempunyai khasiat yang dapat membuat manusia menyaingi Allah? Tidak demikian! Alasannya adalah karena peraturan mengenai pohon tersebut dapat membuat manusia mengenal arti ketaatan dan arti kekudusan Allah. Tuhan banyak memberikan peraturan kepada manusia, juga kepada Musa, supaya manusia mengenal sifat Allah yang kudus. Kita pun perlu memperkenalkan peraturan kepada anakanak kita. Sejak kecil mereka perlu diperkenalkan dengan peraturan keluarga. Misalnya: boleh menonton TV pada waktu-waktu tertentu dengan siaran-siaran tertentu, sehabis bermain harus merapikan mainan, hari Minggu harus ke gereja, dan lain-lain. Selain untuk membentuk pola kehidupan keluarga yang baik, peraturan itu diberikan dengan tujuan untuk memperkenalkan sifat kekudusan dan otorita Allah.Suatu hari saya mengajarkan suatu semboyan hidup kepada anak saya, yakni: TAAT ITU INDAH. Ketika itu saya menyuruhnya tidur siang. Setelah bersusah-payah, akhirnya berhasil juga saya membujuknya tidur siang. Atas ketaatannya untuk tidur siang, saya perbolehkan dia tidur sedikit lebih malam. Kebetulan malam itu ayahnya pulang dari luar negeri dengan membawa mainan. Nah, dengan begitu dia bisa mempunyai sedikit waktu untuk bermain dengan mainan barunya.
41. Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
Kesempatan itu saya manfaatkan untuk mengingatkannya tentang semboyan hidup: TAAT ITU INDAH. Kalau saja ia tidak taat di siang hari, tentu ia tidak menikmati waktu-waktu bermain dengan ayahnya di malam hari. Demikianlah anak yang kecil dapat belajar mengenai konsep "persekutuan di dalam ketaatan" dan "perseteruan di dalam ketidak taaatan atau dosa". Hal ini merupakan konsep dasar dari kekudusan Allah.
2. Tuhan memakai alat peraga untuk memperkenalkan kasih dan rencanaNya. Tuhan memberikan Adam dan Hawa baju dari kulit binatang untuk menggantikan baju dari daun-daunan. Alat peraga berupa kulit binatang seperti ini lebih mudah diingat dan dimengerti sebagai ungkapan kasih Allah yang secara simbolik melukiskan pengorbanan Yesus Kristus sebagai anak Domba Allah yang disembelih untuk penebusan dosa manusia. Pada kesempatan lain, Tuhan memberikan pelangi sebagai tanda janji pemeliharaan dan kesabaran-Nya. Ketika ada hujan yang sangat deras di rumah, anak saya menangis ketakutan. Dia takut hujan deras itu mengakibatkan banjir seperti yang dialami Nuh. Saya bersyukur karena Tuhan memberikan pelangi sebagai alat peraga untuk Nuh dan juga untuk anak saya. Saya menenangkannya dengan mengingatkan; "Tim, ingatkah kamu akan pelangi yang Tuhan berikan untuk Nuh? Tuhan berjanji melalui pelangi itu bahwa Tuhan tidak akan memberikan banjir sehebat itu lagi. Percayalah, hujan ini pasti berhenti dan nanti akan ada pelangi". Melalui peristiwa itu anak saya yang kecil belajar tentang janji dan kasih Tuhan.
3. Tuhan memperkenalkan dirinya melalui sejarah Untuk memperkenalkan siapakah Diri-Nya yang sesungguhnya, Tuhan memakai sekian banyak peristiwa sejarah dalam kehidupan bangsa Israel. Tuhan memilih Abraham dan membawanya ke tanah Kanaan, memakai Yusuf untuk membawa seluruh keluarganya ke Mesir, memilih Musa untuk membawa orang Israel kembali ke tanah Kanaan, memilih Daud dan menyampaikan janji-Nya akan kedatangan Mesias, dan seterusnya.Kita pun dapat memakai sejarah kehidupan keluarga kita untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak kita. Bukankah Tuhan juga banyak menyatakan Diri dalam kehidupan keluarga kita? Dengan mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga, menyusun album foto, membuat catatan harian keluarga, kita dapat menolong anak belajar tentang kasih Tuhan. Saya mempunyai satu jurnal khusus tentang anak-anak saya. Sejak dia berada dalam harapan, kemudian menjadi janin dalam kandungan, lahir dan bertumbuh dari hari ke hari, semuanya saya catat dalam jurnal itu. Suatu ketika saat besar nanti, ia akan dapat melihat betapa besarnya perbuatan Tuhan di dalam dirinya.Saya juga menyusun album fotonya sedemikian rupa berdasarkan tema, misalnya: "Yang papa ajarkan pada saya", "Bermain dengan papa", "Timmy dan Mama", "Eksplorasi Timmy", "Timmy dan sekolah", "Timmy and friends", "Cita-cita Timmy", "Timmy dan alam", "wajah unik Timmy", "Waktu Timmy tidur" (foto dia tidur dari bulan pertama sampai bulan ke 12), dan lain-lain. Melalui susunan album seperti
41. Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
itu, dia bukan hanya melihat sederetan perkembangan diri dari tahun ke tahun, tapi dia juga menyaksikan adanya kasih yang menyelimuti kehidupannya, dan adanya keajaibankeajaiban Tuhan dalam peristiwa hidupnya.
4. Tuhan memperkenalkan diri-Nya melalui narasi Tuhan juga banyak mengajarkan kebenaran-kebenaran penting melalui cerita-cerita perumpamaan. Sebagaimana orang yang baru percaya, seorang anak membutuhkan ceritacerita kontekstual yang berkaitan langsung dengan kehidupannya sehari-hari. Melalui cerita anak yang hilang, cerita Lazarus dan orang kaya dan sebagainya, kita memahami prinsip kebenaran secara lebih mudah. Kepada murid-muridNya, Tuhan memberikan cerita ini sekalipun mereka belum bisa mengerti sepenuhnya arti dari cerita tersebut sampai pencurahan Roh Kudus.Anak-anak juga belum dapat memahami banyak hal tentang Tuhan sebagaimana pemahaman orang dewasa yang telah lama mengikut Tuhan. Anak-anak tidak bisa melihat Allah secara jasmaniah. Akan tetapi mereka dapat menyimpan kebenaran mengenai Diri Allah dalam pikiran mereka melalui cerita-cerita Alkitab yang kita sampaikan secara rutin tiap hari. Mereka akan menyimpan baik-baik dalam pikirannya, mengulangnya, atau meminta anda mengulang cerita yang sudah ratusan kali anda ceritakan. Mereka mungkin memodifikasi cerita itu sesuai dengan dunia mereka. Sebagai contoh, oleh mereka, kisah Daud mengalahkan Goliat dengan ‘menggunakan umban’ disesuaikan menjadi ‘menggunakan laser’. Akan tetapi, percayalah bahwa cerita-cerita narasi tersebut mempunyai kekuatan yang besar. Pada waktunya nanti, cerita-cerita tersebut dapat secara ajaib menghubungkan diri dengan segala macam konsep yang mulai tertanam oleh pertolongan Roh Kudus. Pada saat itu, anak-anak mulai memahami makna cerita-cerita tersebut dan relevansinya dengan kehidupan mereka.Ketika saya menceritakan cerita dari Kitab Raja-raja kepada anak saya, saya berpikir betapa membosankannya kisah itu baginya. Hampir semua cerita berkisar tentang raja yang menyembah berhala dan kemudian dihukum Tuhan, dan raja yang menyingkirkan berhala menyenangkan hati Tuhan. Saya tidak menyangka bahwa cerita-cerita tersebut ternyata sangat melekat di pikiran anak saya, sehingga ketika saya menjelaskan tentang POKEMON, film-film serta mainan-mainan yang tidak sehat, dia lebih mudah menangkapnya karena dia sudah punya konsep mengenai "MENDUKAKAN DAN MENYUKAKAN TUHAN". Demikian juga ketika saya menceritakan tentang cerita Lazarus dan orang kaya, hatinya begitu sedih mendengar kenyataan bahwa orang kaya itu tidak bisa masuk surga. Kesempatan itu membuat saya dapat memperkenalkan konsep ‘pengabaran injil’ kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus.
5. Tuhan memperkenalkan Diri-Nya melalui Amsal dan Mazmur Tuhan kita adalah ahli pendidikan yang hebat. Dia tahu metode terbaik untuk melekatkan kebenaran dalam pikiran manusia. Amsal dan Mazmur adalah metode yang paling jitu
41. Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
dalam memorisasi. Coba saja pikirkan kekuatan ingatan kita ketika berada dalam kesusahan. Dengan segera kita ingat Mazmur 23: TUHAN ADALAH GEMBALAKU… dan seterusnya dan seterusnya.Anak-anak juga membutuhkan amsal dan mazmur. Banyak kebenaran penting yang diingat anak dalam bentuk sajak dan lagu. Oleh sebab itu jangan anggap remeh pekerjaan mengajarkan lagu-lagu rohani dan sajak anak-anak. Banyak teolog dan pengkhotbah besar yang percaya Tuhan karena mendengar atau mengingat lagu-lagu sekolah minggu.Memperkenalkan musik dan pujian adalah cara yang paling mudah untuk memperkenalkan Allah kepada anak segala usia, termasuk janin dalam kandungan. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang musikal, sehingga bayi pun dapat memberikan reaksi terhadap musik.Tuhan mendorong saya untuk memberikan nama kepada anak kedua saya: Tadeus (dari kata: Thaddaeus, yang berarti Full of Praise to God). Ketika anak ini lahir, ia memang membutuhkan musik sepanjang hari. Sebagaimana beberapa ‘bayi gelisah’ (fussy baby), anak saya selalu menangis menjelang senja (antara jam 5 hingga jam 8 malam). Tidak ada yang dapat menenangkannya selain musik. Demikian juga pada saat-saat dia marah, gelisah, waktu sakit, yang dia butuhkan adalah musik. Rumah saya menjadi ‘full of music’. Di lantai atas lagu klasik, di lantai bawah lagu-lagu ‘worship’. Dan memang mengherankan sekali melihat bagaimana seorang bayi bisa dengan serius memperhatikan setiap nada yang ia dengar dan kemudian tertidur dengan tenang.Dalam suatu buku mengenai "Teach the Child to Read" dikatakan bahwa seorang bayi yang selalu dibacakan cerita oleh ibunya, akan selalu berharap untuk diceritakan tiap hari bukan karena isi ceritanya, tapi karena ia senang mendengar nada suara ibunya. Dengan demikian sebenarnya membacakan Mazmur kepada bayi juga merupakan kebiasaan yang baik.
6. Tuhan memperkenalkan Diri-Nya melalui manusia Tuhan sangat mengetahui kebutuhan manusia terhadap hal-hal yang konkret. Karena itulah Ia mengutus para nabi, memilih bangsa Israel, dan akhirnya menghadirkan Diri-Nya sendiri dalam Yesus Kristus.Anak-anak pun membutuhkan contoh konkret tentang sifat-sifat Allah dari manusia yang dapat dilihat secara konkret. Manusia sebagai contoh yang paling dekat dengan anak adalah orangtua mereka sendiri. Hubungan orangtua dengan anak sangat mempengaruhi konsep anak tentang Allah. Sebagai contoh, banyak orang Kristen yang terus-menerus diliputi rasa bersalah karena semasa kecilnya selalu dihukum oleh orangtua, sehingga ia mengenal Allah sebagai Allah yang kudus tetapi diktator. Salah satunya adalah Martin Luther. Untuk memahami anugerah Allah dalam karya keselamatan, Martin Luther membutuhkan waktu dan pergumulan yang sangat panjang. Perlakuan ayah dan gurunya yang terlalu keras membuat dia berpikir bahwa dosanya tidak pernah diampuni. Hanya karena anugerah Tuhan dan pencerahan Roh Kudus sajalah, ia mulai mengerti anugerah dan kasih Allah melalui pembacaan surat Roma.Banyak orangtua yang ingin membuat anak mereka taat dengan mengatakan: "Nanti Tuhan marah kalau kamu seperti ini!". Tanpa disadari orangtua telah memakai nama Tuhan untuk kepentingan diri orangtua sendiri dan
41. Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
merusak konsep anak tentang Allah. Bila kita lebih serius memikirkannya, kita akan mengakui bahwa Allah sebetulnya tidak akan marah kalau anak kita tidak mau makan, memukul adik karena iri hati, atau merebut mainan yang ia sukai. Allah mempunyai pemahaman yang sempurna mengenai perkembangan anak. Dia sangat mengerti pergumulan-pergumulan anak kita. Di lain pihak, kita perlu berhati-hati pada saat mewakili sifat Tuhan dalam tugas mendidik yang kita laksanakan. Dengan mencermati bagaimana Tuhan memperkenalkan diri-Nya dalam Alkitab, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebenarnya tidak ada batas waktu kapan memperkenalkan Tuhan kepada anak. Kita sudah dapat memperkenalkan Tuhan dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak sejak mereka masih sangat muda.
42. Apakah Kamu Pernah Berbohong?
Apakah Kamu Pernah Berbohong? Esther Tjahja, S.Psi
rangtua acapkali mengeluh tentang kurangnya kejujuran pada anak-anak mereka. Menurut orangtua, mereka tidak pernah mengajarkan anak-anaknya berbohong, tetapi anakanak sudah dapat membohongi orangtua sejak mereka masih sangat muda. Bahkan sebenarnya banyak orangtua sudah mengajarkan tentang dosa dan akibatnya, namun mereka masih dikelabui juga oleh putra-putri mereka..Berikut ini pendapat beberapa anak sehubungan dengan perilaku berbohong mereka. "Tidak pernah, kan tidak boleh. Bohong itu dosa, kata Alkitab. Saya baca sendiri." Gideon, 1 SD "Bohong itu kan dosa, kata mama. Saya nggak pernah bohong...." Hellen, 3 SD "Bohong itu tidak bagus, itu kata semua orang, papa, mama, dan kakak." Inggrid, 3 SD "Saya pernah bohongin kakak, habis dia nakal sih. Ya, sebenarnya tidak boleh bohong..." Elia, TK B "Tidak boleh bohong, jadi saya tidak pernah...." Tri, 1 SD "Saya tidak pernah bohong, tidak boleh, nanti dimarahi Tuhan. Itu kata ibu..." Elizabeth, 2 SD "Kata papa kita tidak boleh bohong.... Saya tidak pernah bohong." Patricia, 3 SD "Pernah, bohongin mama tapi ketahuan, jadi dimarahin. Sekarang tidak bohong lagi, kata Tuhan tidak boleh bohong." Thomson, 1 SD
42. Apakah Kamu Pernah Berbohong?
"Pernah sih.... tapi kata mama bohong itu tidak boleh, nanti dosa, masuk neraka." Robert, 1 SD "Saya tidak pernah bohong, kan tidak boleh, dosa.... itu kata kakak di sekolah minggu, juga kata papa." Kiki, 3 SD "Pernah, tapi takut dimarahi. Lagian kan dosa, jadi tidak boleh, nanti dimarahi mama." Nathanael, 4 SD "Pernah, tapi ketahuan sama papa dan mama, sampai saya dihukum. Sekarang kapok, tidak mau bohong lagi. Lagipula bohong itu dosa, kata mama." Jonathan, 4 SD "Pernah, bohongin teman yang nakal. Jadi sekali-sekali bohongin dia tidak apa-apa, supaya dia jera. Tapi kalau dengan teman yang baik, ya tidak perlu dibohongi." Vina, 6 SD "Tidak boleh bohong karena itu dosa, kata Firman Tuhan nanti akibatnya maut. Tapi saya pernah bohong juga sih..." Michele, 6 SD "Pernah bohong. Sebenarnya tidak boleh bohong, itu dosa. Saya tahu dari Alkitab, juga dikasih tahu mama." Yosephine, 6 SD Ada beberapa hal menarik yang dapat kita cermati dari komentar-komentar mereka. Beberapa anak langsung mengakui bahwa mereka pernah berbohong ketika mereka ditanya, sementara anak yang lain lebih banyak menjawab bahwa mereka tidak pernah berbohong sama sekali. Ada pula yang menyatakan bahwa kebohongannya dimaksudkan untuk membawa "kebaikan". Bagaimanapun juga, semua anak mengetahui dan mengakui bahwa berbohong adalah perbuatan yang salah, dosa, dan tidak diperkenan baik oleh Tuhan maupun orangtua. Kebanyakan mereka memperoleh pemahaman tersebut dari orangtua. Namun karena anak-anak yang dimintai komentar ini adalah murid-murid sekolah minggu sebuah gereja, mereka tentunya mendapatkan juga pesan-pesan moral sejenis dari guru-guru sekolah minggu mereka. Anak-anak yang menjawab pernah berbohong tidaklah menunjukkan bahwa orangtua maupun guru sekolah minggu gagal menanamkan kebenaran kepada mereka. Karena hal
42. Apakah Kamu Pernah Berbohong?
ini mungkin saja berarti bahwa mereka justru adalah anak yang jujur dan peka terhadap dirinya. Sebaliknya, anak-anak yang mengatakan tidak pernah berbohong juga tidak berarti sudah berhasil mengamalkan nilai-nilai kebenaran yang pernah diajarkan. Yang menarik yaitu pengakuan pernah berbohong dikemukakan oleh anak yang usianya lebih muda (TK dan 1 SD), sedangkan anak-anak yang lebih besar, misalnya kelas 3 SD, justru mengatakan bahwa mereka tidak pernah berbohong. Untuk menghayati dan mengamalkan sebuah nilai kebenaran, setiap individu perlu melewati dua tahapan atau proses. Anak mulai belajar tentang perilaku benar atau salah dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Awalnya, anak akan mematuhi hal yang benar itu karena ia tidak mau dihukum. Dengan bertambahnya usia, ia menjalankan hal yang benar karena ingin dipuji dan memperoleh dukungan orang lain. Anak mulai merasa wajib melakukan yang benar. Sampai sejauh ini, dapat dikatakan bahwa nilai kebenaran yang dipegang anak masih bersifat objektif (tahap objektif). Anak memegang nilai-nilai tersebut lebih karena pengaruh orang lain. Namun memasuki tahap perkembangan berikutnya, yaitu sekitar usia 18 tahun, individu diharapkan sudah mempunyai prinsip pilihan sendiri. Pada tahap ini, anak sudah memiliki nilai mereka sendiri dan tindakan mereka tidak lagi didasarkan pada pendapat orang lain (tahap subjektif). Tahap subjektif ini tentunya akan berlangsung dengan lebih mulus kalau pada tahapan perkembangan objektif, individu yang bersangkutan sudah memperoleh bekal nilai yang memadai dari orang-orang di sekelilingnya. Kita dapat pula melihat komentar-komentar anak-anak di atas dengan cara pandang yang berbeda. Melihat usia mereka, jawaban-jawaban mereka mencerminkan bahwa mereka masih berada pada tahap perkembangan objektif. Di sisi lain, kita melihat juga bahwa manusia sudah berjuang dengan dosa sejak usia dini. Jadi, meskipun mereka tahu bahwa mereka tidak boleh berbohong, mereka sulit untuk tidak berbohong. Hukuman dan kemarahan yang mereka terima tatkala mereka berbohong juga tidak menjamin bahwa mereka tidak akan berbohong lagi. Di sinilah pentingnya kita mengajarkan pula mengenai kasih karunia dan pengampunan Allah. Manusia memerlukan karya penebusan Kristus di atas kayu salib untuk membebaskannya dari status keberdosaan dan belenggu dosanya. "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita." 9
43. Moralitas dan Rasa Hormat
Moralitas dan Rasa Hormat Pdt. Dr. Paul Gunadi
irginia Satir, seorang pakar terapi keluarga, mengemukakan bahwa suami-istri adalah poros keluarga. Dengan kata lain, hubungan suami-istri sangat mewarnai kondisi keluarga secara keseluruhan. Salah satu aspek kehidupan suami-istri yang berdampak langsung pada keluarga ialah kehidupan moral suami dan istri. Sebagai contoh, keberhasilan orang mendisiplin anak sangat terkait dengan kehidupan moral orangtuanya. Apabila anak menghormati kehidupan moral orangtua, anak juga cenderung mematuhi petuah orangtua. Sebaliknya, wibawa orangtua untuk menerapkan disiplin kepada anak mudah merosot jika anak sudah tidak menghormati kehidupan moral orangtuanya lagi. Konsep yang sama dapat pula diterapkan pada hubungan suami-istri. Sesungguhnya, respek terhadap pasangan sangat bertalian dengan kehidupan moral pasangan itu sendiri. Respek yang telah tererosi akan meresap masuk dan membawa pengaruh pada banyak aspek kehidupan suami-istri. Sebaliknya, respek yang terpelihara (apalagi bertambah) akan menyederhanakan dan menyelesaikan persoalan dalam pernikahan. Itu sebabnya, bagian moral merupakan elemen yang integral dalam kehidupan suam-istri, namun malangnya, acap kali luput dari perhatian kita. Kehidupan moral dapat dibagi dalam dua unsur: standar dan perilaku. Standar moral mencakup keyakinan tentang benar-salah dan baik-buruk sedangkan perilaku moral mengacu kepada perbuatan konkretnya sendiri. Kesamaan atau kesesuaian antara standar dan perilaku moral, saya sebut ‘integritas’. Jadi, orang yang mengaku Kristen tetapi kalau marah memukuli istrinya, adalah orang yang tidak memiliki integritas. Hal yang sama bisa ditujukan kepada seorang istri yang mengaku respek terhadap suaminya namun sering melontarkan kata-kata yang menghina. Integritas adalah kekonsistenan antara apa yang diucapkan dan yang dilakukan, antara yang apa yang diyakini dan yang diperbuat. Hampir semua orang dapat mengemukakan apa yang dipercayainya sebagai kebaikan dan keburukan, tetapi tidak semua bisa hidup sesuai dengan standar moralnya itu. Adakalanya suami menolak "khotbah" istrinya sebab ia tidak melihat integritas pada istrinya. Mungkin suami itu berdalih, "Engkau sendiri melakukan hal yang sama!" Atau, kadang istri sukar
43. Moralitas dan Rasa Hormat
menerima keputusan suaminya, sebab ia tahu bahwa keputusan itu, toh, akan dilangggar oleh suaminya sendiri pula. Hampir semua orang dapat mempunyai integritas—dengan standar moral yang rendah. Maksud saya, bukankah mudah bagi kita untuk meraih standar jika standar itu rendah. Jadi, akan ada orang yang berkata, "Saya tidak suka berpura-pura! Kalau saya main perempuan, saya pasti memberitahukan istri saya. Terserah dia mau terima atau tidak!" Standar dan perilaku moral yang rendah, betapapun menunjukkan integritas, tetap berdampak negatif terhadap pernikahan—tidak akan membuahkan respek pada diri pasangannya. Bila kita ingin meningkatkan kualitas hubungan nikah, tidak bisa tidak, kita mesti memelihara integritas yang tinggi. Standar moral harus sepadan dengan yang telah Tuhan tetapkan. Firman Tuhan memacu kita untuk memiliki standar yang tinggi, sebagaimana dapat kita tilik di Filipi 4:8, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Sejak kecil istri saya sudah hidup di luar negeri sebelum akhirnya menetap di Amerika Serikat. Setelah kami menikah, kami pun menancapkan akar kami di negeri Paman Sam itu. Sewaktu kami kembali ke Indonesia, 9 tahun yang lalu, ia harus meninggalkan keluarga dan kehidupannya di sana—sebuah keputusan yang tidak mudah diambil. Ia melakukannya dengan suatu keyakinan bahwa itulah yang Tuhan tuntut darinya. Dengan setia ia mendampingi saya di sini dan setiap hari saya melihatnya membaca Alkitab dan bersaat teduh dengan Tuhan. Ia jugalah yang memastikan agar anak-anak membaca Alkitab setiap hari dan memantau kehidupan rohani mereka. Apa yang muncul dalam hati saya menyaksikan semua ini? Respek! Apakah kami tidak lagi berselisih paham setelah melakukan semua ini? Sudah tentu masih— kadang kecil, kadang besar. Namun, respek yang telah menyerapi benak kami bekerja sebagai penawar dan penahan berkembangnya masalah. Respek tidak usah dicari dari luar sebab itu tidak akan ada. Respek bertunas dari kehidupan moral yang "mulia dan patut dipuji."
44. Mengnal Penyakit Demam Berdarah
Mengenal Penyakit Demam Berdarah dr. Sophia Theophilus
endengar istilah demam berdarah, maka yang terbayang di benak kita adalah suatu penyakit yang mengerikan. Sebenarnya penyakit ini dapat diatasi bila cepat ditangani. Sebaliknya, demam berdarah dapat juga menjadi berbahaya bila terlambat ditangani, apalagi bila telah terjadi shock. Dengan mengenal penyakit ini lebih jauh, diharapkan orang tua dapat mempunyai pengertian yang benar dan dapat bertindak dengan tepat.
Apakah penyakit demam berdarah itu?
Demam berdarah adalah demam yang terjadi dengan tiba-tiba. Seringkali demam ini didahului oleh gejala-gejala ringan seperti sakit kepala, lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada otot, tulang dan persendian. Karena itu, penyakit ini sulit dibedakan dari penyakit lain seperti influenza. Demam berdarah terutama menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun yang tinggal di daerah endemik demam berdarah yang banyak terdapat di Asia Tenggara, Cina, dan Kuba. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk jenis ini senang bersarang di dalam rumah) atau Aedes albopictus (nyamuk kebun). Masa inkubasi penyakit ini, yaitu sejak penularan hingga munculnya gejala, adalah antara 3 – 15 hari dan pada umumnya antara 5 – 8 hari. Bagaimana gejala dan tanda-tanda penyakit demam berdarah?
Selain gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas, pada penyakit ini terjadi pula demam yang tinggi (bisa mencapai 40° C) secara mendadak dan terus menerus selama 2 hingga 7 hari. Muka penderita pun tampak merah. Pada hari ke-2 atau ke-3 terjadi perdarahan dalam bentuk beraneka ragam. Yang ringan berupa perdarahan di bawah kulit. Ada kalanya perdarahan jenis ini tidak tampak secara jelas dan baru diketahui setelah dilakukan uji Torniquet, ada kalanya tampak sebagai bintik-bintik merah di permukaan
44. Mengnal Penyakit Demam Berdarah
kulit. Perdarahan yang tampak jelas adalah mimisan dan perdarahan gusi. Sedangkan yang berat adalah muntah darah, buang air kecil dan buang air besar yang mengandung darah. Biasanya terjadi pembengkakan liver. Derajat beratnya penyakit demam berdarah (dikenal juga dengan DHF = Dengue Hemorrhagic Fever) dibagi atas: Derajat I
: Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala
klinis lain, dengan manifestasi perdarahan yang paling ringan, yaitu Rumple Leed positif (jumlah bintik-bintik merah di lengan lebih dari 20 setelah uji Torniquet dengan menggunakan manset).
Derajat II
: Lebih berat dari derajat I karena ditemukan
pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain, yaitu mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, muntah darah (hematemesis) dan atau buang air besar yang mengandung darah (melena). Derajat III
: Terjadi kegagalan sirkulasi darah, denyut
nadi lemah dan tekanan darah turun, tampak dari kulit yang menjadi dingin terutama di ujung jari, bibir biru, pucat, tubuh lemah, dan gelisah. Derajat IV
: Terjadi shock berat, dimana tensi dan nadi
tidak terukur. Derajat III dan IV disebut juga DSS = Dengue Shock Syndrome.
Hasil pemeriksaan laboratorium Untuk memastikan penyakit demam berdarah, biasanya dokter akan meminta pemeriksaan darah di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi pertanda penyakit demam berdarah adalah: 1. Trombositopenia, yaitu menurunnya jumlah trombosit darah hingga kurang dari 100.000/_L. Trombosit merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk pembekuan darah, sehingga menurunnya jumlah trombosit akan berakibat mudahnya terjadi perdarahan. 2. Hemokonsentrasi, yaitu terjadi pengentalan darah (Hct > 50%).
44. Mengnal Penyakit Demam Berdarah
Apa tindakan yang dilakukan orang tua?
Bila tampak gejala-gejala seperti di atas, segera periksakan anak ke dokter. Berikan anak minum yang banyak. Untuk mengatasi demamnya, berikan antipiretik (obat penurun panas) yang mengandung acetaminophen (paracetamol). Jangan diberikan golongan asetil salisilat seperti acetosal atau aspirin, karena mempunyai sifat anti-agregasi trombosit yang menyebabkan perdarahan lebih berat. Untuk menghindari penularan terhadap anggota keluarga yang lain, bersihkan rumah dan lingkungan sekitar dari nyamuk. Bersihkan air yang tergenang, dan lakukanlah penyemprotan dengan menggunakan obat. Kapan anak dianjurkan untuk dirawat di Rumah Sakit?
Biasanya dokter akan menganjurkan perawatan di Rumah Sakit bila:
Pada hari ke-1 atau ke-2 didapatkan kombinasi demam tinggi, Rumple Leed positif, kejang/muntah yang banyak (dehidrasi/ tubuh kekurangan cairan). Pada hari ke-3 dan seterusnya terdapat kombinasi demam tinggi, wajah tampak sakit keras, Rumple Leed positif, pembesaran liver, nyeri di daerah lambung, trombositopeni, hemokonsentrasi. Terjadi perdarahan spontan, baik disertai demam atau tidak. Terjadi shock yang ditunjukkan oleh lemah dan cepatnya denyut nadi (lebih dari 150 kali setiap menitnya), berkeringat, dan permukaan kulit dingin.
Apakah sudah terdapat vaksin untuk penyakit demam berdarah?
Pengembangan vaksin dengue telah berjalan selama 20 tahun. Pada perkembangan terakhir oleh WHO di Bangkok telah berhasil dibuat vaksin divalen (dua serotipe), trivalen (tiga serotipe) dan saat ini sedang dilakukan penelitian vaksin dengue tetravalen (empat serotipe). Kesulitan penelitian adalah mencari daerah transmisi virus dengue rendah untuk tempat uji klinis. Sampai saat ini vaksin tersebut belum dipasarkan di Indonesia.