BAB III PENDIDIKAN ISLAM DAN KONSEP IMAN, ILMU PENGETAHUAN
A. Pendidikan Islam Risalah
Islamiyah
bertujuan
mengantarkan
manusia
kepada
kebahagiaan hidup di dunia dan akherat serta mewujudkan Rahmatan lil ‘alamin. Hal ini menunjukkan bahwa manusia harus menjalani hidup secara menyeluruh tanpa mencondongkan pada satu sisi kehidupan saja. Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia yang sangat kompleks dan itu tidak cukup dikembangkan hanya melalui pendidikan keagamaan (Islam), namun lebih dari itu dibutuhkan pendidikan yang mampu mengembangkan semua potensi dan sumber daya insani. Pendidikan merupakan suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam rangka mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik. Proses interaksi itu dapat terjadi baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Serta bagian terpenting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh insting, sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Pendidikan,
kata
ini
juga
diletakkan
kepada
Islam
telah
didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi pandangan dunia (weltanschaung) masing-masing. Namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan
20
21
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya lebih efektif dan efisien1. Sedangkan dalam kitab Idhatun Nasyiin pendidikan adalah:
ﻭﺳﻘﻴﻬﺎﲟﺎﺀ ﺍﻹﺭﺷﺎﺩ، ﻫﻰﻏﺮﺱ ﺍﻻﺧﻼﻕ ﺍﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﰱ ﻧﻔﻮﺱ ﺍﻟﻨﺎﺷﲔ:ﺍﻟﺘﺮﺑـﻴﺔ ﻭﺍﳋﲑﺍ،ﺎ ﺍﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﺣﱴ ﺗﺼﺒﺢ ﻣﻠﻜﺔ ﻣﻦ ﻣﻠﻜﺎﺕ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﰒ ﺗﻜﻮﻥ ﲦﺮﺍ،ﻭﺍﻟﻨﺼﻴﺤﺔ 2
.ﻭﺣﺐ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﻨﻔﻊ ﺍﻟﻮﻃﻦ
.
Pendidikan adalah menanamkan budi pekerti yang utama kedalam jiwa anak didik dan menyiramnya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga budi pekerti itu menjadi karakter kepribadiannya, kemudian hasilnya adalah keutamaan, kebijaksanaan dan senang beramal untuk kemanfaatan tanah air Setelah diketahui tentang pengertian pendidikan, maka selanjutnya akan dikemukakan tentang pendidikan Islam. Menurut A.D Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.3 Menurut M. Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang berfalsafah, dasar dan tujuannya serta tori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadist Nabi.4 Menurut Arifin
Muh. S.A Ibrahimy (Bangladesh) yang dikutip
H.M.
pengertian pendidikan Islam adalah “Islamic education in true
sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the Islamic ideology, so that the may easily mould his life 1 Yusuf Qardhawi, Al-Qur'an Berbicara Tentang Akal dan Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 91. 2 Syekh Mustofa Al-Ghulayani, Idhatun Nasyi'in, (Pekalongan: Beirut Rajha, 1949), hlm. 189. 3 A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989), hlm. 41. 4 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), hlm. 99.
22
in accordance with tenets of Islam”.5 “Pendidikan Islam dalam pengertian yang sebenarnya
adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan
seseorang dapat mengarahkan kehidupanya sesuai dengan ideologi Islam, dengan demikian akan mudah mencetak hidupnya yang sesuai dengan ajaran Islam”. Sedang menurut Achmadi Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan Islam.6 Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan dan pengembangan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani yang berlandaskan hak-hak agama Islam menuju terbentuknya insan kamil. Dengan demikian, Istilah pendidikan Islam tidak lagi hanya berarti pengajaran teologik, atau pengajaran al-Qur’an, hadist dan Fiqih, tetapi memberikan arti pendidikan di semua cabang Ilmu Pengetahuan. B. Tujuan Pendidikan Tujuan merupakan kompas, barometer sekaligus evalutor alam penyelenggaraan suatu pendidikan karena itu sudah semestinya dalam mengkaji pendidikan, kita juga harus mengetahui tujuannya. Tujuan umum pendidikan dan pengajaran dalam Islam adalah menjadikan manusia dan seluruh manusia, sebagai abdi atau hamba Allah SWT.7 Allah SWT menjadikan manusia di muka bumi untuk menjadi khalifah yang akan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan
5
H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 36. Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), hlm. 20. 7 Abdul Fatah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1988), hlm. 119 6
23
mengambil petunjuknya dan menundukan apa yang ada di langit dan bumi untuk mengabdi kepada kepentingan hidup manusia dan merealisasikan hidup ini. Sebagai memakmurkan
khalifah alam
di
dan
bumi,
manusia
mengembangkan
mempunyai
amanat
risalah
tugas serta
menegakan segala amal yang mengandung kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Ia ditempatkan di bumi untuk mengelola apa-apa yang ada di dalamnya dan untuk saling bahu membahu antara sesama manusia serta memakmurkan bumi ini. Jika ada antara Bani Adam yang meningkat martabatnya ketingkat para malaikat, bahkan melebihinya, maka itu terjadi karena mereka menjalankan apa yang telah diembankan oleh Allah SWT kepadanya dan melaksanakan syariat-syariat-Nya, berjuang di jalan kebenaran dan memusatkan kehidupannya untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan kemaslahatan umat serta merealisasikan manfaat umum bagi manusia. Pada umumnya manusia telah mendapatkan penghormatan para malaikat sebagaimana Nabi Adam yang telah diajarkan oleh Allah SWT nama-nama benda, padahal para malaikat tidak mengetahuinya. Dan dengan akal yang dimiliki manusia, ia dapat mengembangkan fikiran dan ilmunya untuk menggali kebesaran Allah SWT sehingga akan taatlah akidahnya. Apabila dikaitkan dengan ayat-ayat suci al-Qur’an maka tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Tujuan
pertama
adalah
menumbuhkan
dan
mengembangkan
ketaqwaan kepada Allah SWT, sebagimana dalam firman Allah:
.ﻮ ﹶﻥﺴِﻠﻤ ﻣ ﻢﻭﺃﹶﻧﺘ ِﺇﻻﱠﺗﻦﻮﺗﻤ ﻭ ﹶﻻ ﺗﻘﹶﺎِﺗ ِﻪ ﻖ ﺣ ﻪ ﺗﻘﹸﻮﹾﺍ ﺍﻟﹼﻠﻮﹾﺍ ﺍﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ (103 :)ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ
24
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Ali Imran: 103)8 b. Tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam firman Allah:
(56 : )ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺔ.ﻭ ِﻥﺒﺪﻌ ﻴﺲ ﺇِﻻ ِﻟ ﺍﹾﻟﺈِﻧﻦ ﻭ ﺠ ِ ﺍﹾﻟﺧﹶﻠ ﹾﻘﺖ ﺎﻭﻣ Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadak. (QS. ad-Dzariyat: 56).9 c. Tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang selalu amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah:
(30: )ﺍﻟﺒﻘﺮﻩ.ﺧﻠِﻴ ﹶﻔ ﹰﺔ ﺽ ِ ﺭ ﺎ ِﻋ ﹲﻞ ﻓِﻲ ﺍ َﻷﻲ ﺟﻼِﺋ ﹶﻜ ِﺔ ِﺇﻧ ﻤ ﹶ ﻚ ِﻟ ﹾﻠ ﺑﺭ ﻭِﺇ ﹾﺫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah dibumi. (QS. al-Baqarah (2): 30).10 Jadi Pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk membentuk generasi yang Islami, tetapi lebih dari itu, Pendidikan Islam bertujuan membentuk insan yang selain taat beribadah kepada Allah, juga mempunyai kemampuan yang maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Fil-ardh, dengan segala ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dengan kata lain bertujuan untuk membentuk insan kamil sebagai generasi muslim berkualitas, beriman, berilmu, bertakwa dan berakhlak mulia.
8
A. Soenarjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1971), hlm.93. Ibid., hlm. 862. 10 Ibid., hlm. 13. 9
25
C. Kurikulum Pendidikan Islam Kurikulum adalah suatu rancangan program pendidikan yang berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang dicapai melalui serangkaian pengalaman belajar. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.11 Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai, bahkan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran dan jadwal waktu pelajaran. Kurikulum yang dipandang baik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat Integrated dan komprehensif, mencakup ilmu agama dan umum. Karena kesempurnaan manusia tidak dapat tercapai kecuali dengan menserasikan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan 12. Dengan bekal ilmu agama dan ilmu umum yang balance dan proposional maka akan terbentuk generasi yang beriman dan siap mengabdikan diri kepada Allah SWT sekaligus generasi tangguh yang mempunyai multi skill dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi. D. Iman dan Ilmu Pengetahuan 1. Pengertian Iman Iman ketetapan
menurut
hati
atau
bahasa keteguhan
berarti hati.
13
kepercayaan, Abul
‘Ala
keyakinan, al-Maududi
menterjemahkan iman dalam bahasa inggris Faith, yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya, 11
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003:(UU RI No. 20 tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 4. 12 H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 86. 13 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 18.
26
mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak terdapat keraguan apapun.14 Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amanayu’minu-imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu, memang benar atau nyata adanya.15 Sedangkan menurut hadits yang diriwayatkan oleh muslim dari Abdullah bin Umar bahwa Iman itu adalah:
ﻓﺄﺗﺎﻩ، ﺑﺎ ﺭﺯﺍ ﻳﻮﻣﺎ ﻟﻠﻨﺎﺱ، ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ:ﻋﻦ ﺍﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ ﻭﺑﻠﻘﺎ ﺋﻪ، ﻭﻛﺘﺒﻪ، ﺍﻻﳝﺎﻥ ﺍﻥ ﺗﺆ ﻣﻦ ﺑﺎﺍﷲ ﻭﻣﻼﺋﻜﺘﻪ: ﻣﺎﺍﻹﳝﺎﻥ؟ ﻗﺎﻝ:ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ 16
.ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﻭﺗﺆ ﻣﻦ ﺑﺎﻟﺒﻌﺚ
Dari Abi Hurairah berkata, Nabi SAW suatu hari ketika orangorang berkumpul, maka datang seorang laki-laki dan berkata: apakah iman itu?, Nabi menjawab Iman adalah percaya kepada Allah, kepada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, ketentuan-ketentuan Allah SWT dan percaya kepada Hari kiamat. (HR. Shohih Bukhori dari Abu Hurairah). Meski esensi iman itu tasdiq sebagimana tersebut diatas, namun ternyata tidaklah cukup demikian, Iman menuntut lebih dari itu yaitu pengucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati dan perilaku konkret sebagai realisasi. Jadi Iman bisa dikatakan kesatuan dari tiga dimensi, yakni pembenaran, pengucapan dan pengamalan. Ketiga unsur ini harus berjalan serasi dan tidak boleh timpang antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dipercaya hendaknya secara nyata dibuktikan dengan ikrar lisan, disesuaikan dengan perbuatan, bukan sebaliknya 14
Abu A'la Al-Maududi, Toward Understanding, (Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985), hlm. 18. 15 Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 58. 16 Syekh Abdul Aziz, Syekh Baiz Abdul Qadir Qhozawi, Jawahir Shahih Al-Bukhari, Sarah Imam Ibnu Hijr al-'Asqolani, (Beirut: Daar Ihyaa' al'uluum, tt.), hlm. 38.
27
lain di mulut lain pula di hati dan lain pula yang dilakukannya. Bila pebuatan tidak sesuai dengan apa yang diucapkan, hal itu bukanlah perbuatan
yang
muncul
dari
iman,
karena
iman
seharusnya
menampilkan hal-hal positif yang seirama dengan detik hati dan ucapan lidah. a. Unsur-unsur Iman Unsur-unsur Iman juga disebut sebagai rukun Iman dan rukun Iman itu ada enam yaitu: Iman kepada Allah, malaikatmalaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, hari kiamat dan takdir baik buruk itu dari Allah. 1. Iman Kepada Allah Yang dimaksud Iman kepada Allah SWT adalah membenarkan adanya Allah SWT, dengan cara menyakini dan mengetahui bahwa Allah SWT wajib adanya karena Zatnya sendiri (Wajib Al-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang Qodim dan Azali untuk selamanya. Dia Maha Mengetahui dan Maha kuasa terhadap segala sesuatu, berbuat apa yang Ia kehendaki, menentukan apa yang Ia inginkan, tiada sesuatupun yang sama dengan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui.17 Jadi Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai adanya Allah SWT beserta seluruh ke Agungan Allah SWT dengan bukti-bukti yang nyata kita lihat yaitu dengan diciptakannya dunia ini beserta isinya. 2. Iman Kepada Para Malaikat Iman kepada para malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah membangkang perintah-Nya, juga makhluk gaib yang mejadi perantara-perantara Allah SWT dengan para Rasul. 17 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A. Bayan, 1998), hlm. 113.
28
Kita percaya bahwa malaikat merupakan makhluk pilihan Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan kepada-Nya, pekerjaannya semata-mata menjunjung tinggi tugas yang diberikan kepada mereka masing-masing.18 3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Iman kepada kitab-kitab Allah SWT ialah menyakini bahwa kitab-kitab tersebut datang dari sisi Allah SWT yang diturunkan kepada sebagian Rasulnya. Dan bahwasanya kitabkitab itu merupakan firman Allah SWT yang Qadim, dan segala yang termuat didalamnya merupakan kebenaran.19 Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat yang diturunkan pada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan AlQur’an kepada Nabi Muhammad SAW. 4. Iman Kepada Para Rasul Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada 25 orang Ibrahim, Shaleh,
yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud,
Luth, Ismail, Ishaq, Ya’kub, Yusuf, Ayyub,
Su’aib, Harun, Musa, Ilyassa, Dzulkifli Ishak, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa,
Daud, Sulaiman,
dan Muhammad SAW
sebagai Nabi terakhir 5. Iman Kepada Hari Akhir Hari akhir ialah Hari Kiamat, termasuk kebangkitan (alba’ts), yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti dulu kala ada di dunia.20
18
Kaelany HD, Op.Cit., hlm. 76. Ibid., hlm. 82. 20 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Op. Cit., hlm. 201. 19
29
6. Iman Kepada Takdir (Qodha dan Qodhar) Iman kepada Qodha dan Qodhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah SWT yang berlaku pada makhluknya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah SWT. 21 Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT jadi berserah dirilah kepada Allah SWT, dengan cara berusaha, berdoa dan berikhtiyar kepada Allah. Karena Allah SWT memberi cobaan itu pasti sesuai dengan porsi kita masingmsing, tidak ada yang kurang atau lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan sesungguhnya Allah SWT yang akan menentukan. Jadi sebagai seorang mu’min kita wajib percaya kepada rukun Iman yang akan menjadi benteng yang kokoh dalam kehidupan kita di dunia. Dan kita memang harus yakin bahwa Allah SWT lah Tuhan kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Rasul, al-Qur’an sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang teguh kepada agama Islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan Allah SWT. 2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Menurut Jujun Suriasumarti, Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dan pengetahuan-pengetahuan lainnya.22 Dalam ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh Endang Saefuddin Anshori didapati pengertian Ilmu pengetahuan sebagai suatu sistem dari berbagai pengetahuan-pengetahuan masing-masing mengenai suatu lapangan 21
Op.Cit., hlm. 203. Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),
22
hlm. 4.
30
pengalaman tertentu yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu hingga menjadi kesatuan suatu sistem dari berbagai pengetahuan
yang
masing-masing
didapatkan
sebagai
hasil
pemeriksaan-pemeriksaaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.23 Sedangkan Endang Saifuddin Anshari sendiri berpendapat bahwa ilmu pengetahuan ialah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian, dan hukum-hukum tentang hal ikhwal daya pikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperiman.24 Dari semua pendapat para ahli tersebut, pada intinya adalah sama walaupun berbeda dari segi redaksinya dan kesemuanya dapat saling melengkapi karena tidak ada pendapat yang sempurna. Jadi antara satu pendapat dengan pendapat yang lain harus saling melengkapi. Segala
sesuatu
yang
diketahui
manusia
sering
disebut
pengetahuan. Dilain pihak pengetahuan akan dapat disebut Ilmu jika memenuhi 4 syarat yaitu: a. memiliki obyek yang dikaji atau dipelajari b. mempunyai tujuan c. diperoleh melalui metode ilmiah d. sistematis.25 3. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam Di sini akan dibahas klasifikasi ilmu pengetahuan menurut AlGhazali dan Ibnu Khaldun. a. Menurut Al- Ghazali 23
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hlm.
49. 24
Endang Saifuddin Anshari, Op.Cit., hlm. 49-50. Amin Suyitno, dkk., Ilmu Alamiah Dasar, (Semarang: Wicaksana, 2002), hlm. 1.
25
31
Al-Ghazali
mengklasifikan
ilmu
pengetahuan
berdasarkan
tiga
kriteria: 1. Berdasarkan tingkat kewajibannya 2. Berdasarkan sumbernya 3. Berdasarkan fungsi sosialnya. a. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut tingkat kewajibannya. -
Ilmu pengetahuan Fardu’ain
-
Ilmu pengetahuan Fardu kifayah
b. Klasifikasi Ilmu pengetahuan menurut sumbernya -
Pengetahuan syariah Yang terdiri dari empat bagian yaitu ushul (pokok atau asal),
Furu’
(cabang),
mukaddimah
(pengantar/
pendahuluan), dan Mutammimat (penyempurna). -
Pengetahuan ghairu syariah
c. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut fungsi sosialnya -
Ilmu pengetahuan yang terpuji (Mahmud)
-
Ilmu pengetahuan yang tercela (Madzum)26
b. Menurut Ibnu Khaldun Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Ibnu Khaldun dapaat disimpulkan sebagai berikut :
Ilmu-ilmu filsafat (‘Ulumul ‘Aqlyah) yaitu buah dari aktivitas pikiran manusia dan perenungannya. Ilmu-ilmu itu tidak bersifat alamiah bagi manusia, denga pandangan bahwa ia adalah homo sapiens (makhluk yang punya akal). Ilmu-ilmu ini tidak khusus bagi suatu agama lain, dan mereka sama dalam menerima pengetahuan dan bahasanya. Ilmuilmu ini terdiri dari: logika, fisika, ilmu dalam, metafisika,
26
Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
hlm. 34.
32
geometri, ilmu ukur, aljabar, angka-angka, faroid dan optika serta astronomi.
Ilmu tradisional, konvensional (al ‘ulumu An Naqlyah al wadliyah), meliputi: Ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu Qiroat, ushul Fiqh, Fiqh (Taklif), badan dan qolbi, keimanan, aqidah, tasawuf, dan taa’bir mimpi, ilmu kalam.
Ilmu Alat, ini terbagi dua yaitu, Ilmu alat yang membantu syariat seperti Ilmu lughot, ilmu nahwu, balaghoh dan lainnya, serta ilmu alat yang membantu ilmu aqliyah seperti Ilmu Mantiq. 27
E. Hubungan Iman dan Ilmu Pengetahuan Sebenarnya amat erat kaitan antara iman dan ilmu pengetahuan yaitu dengan melihat sumber dari ilmu itu sendiri yaitu al-Qur’an yang menjadi pedoman utama umat Islam, yang mana Allah SWT dalam ayatayat al-Qur’an untuk mencari ilmu, belajar, menggali potensi alam yang ada di bumi ini. Ilmu
pengetahuan
membimbing
kearah
keimanan
artinya
pengetahuan itu bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan petunjuk jalan yang membimbing kearah iman. Sebagimana telah diketahui banyak ahli pengetahuan yang telah berpikir dalam telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa dibalik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi.28 Ilmu yang benar oleh Islam dianggap sebagai pembawa dan penunjuk keimanan sebagaimana Firman Allah
ﻭِﺇﻥﱠ ﺍﷲ ﻢ ﻬ ﺑ ﹸﻗﻠﹸﻮﺖ ﹶﻟﻪ ﺨِﺒ ﻮﺍ ِﺑ ِﻪ ﹶﻓﺘﺆ ِﻣﻨ ﻚ ﹶﻓﻴ ﺑﺭ ﻖ ﻣِﻦ ﺤ ﻪ ﺍﹾﻟ ﻢ ﹶﺃﻧ ﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠﻦ ﺃﹸﻭﺗ ﻢ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﻌﹶﻠ ﻴﻭِﻟ 27
Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldur, Suatu Analisa Fenomenologi, (Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1999), hlm. 54-55. 28 Yusuf Al-Qhardhawi, Al Iman wal Hayat, Alih Bahasa oleh fachruddin HS, Iman dan Kehidupan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 215
33
(54 : ﺘﻘِﻴ ٍﻢ )ﺍﳊﺞﺴ ﻣ ﻁ ٍ ﺍﺻﺮ ِ ﻮﺍ ِﺇﻟﹶﻰﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ِﺩ ﺍﱠﻟﺬِﻳﹶﻟﻬ Dan orang-orang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya alQur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati, sesungguhnya Allah SWT pemberi petunjuk kepada orang-orang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. al-Hajj : 54)29. Orang yang telah diberi ilmu itu tahu lalu beriman dan iman itu adanya di dalam hati (qalb) direalisasikan dalam bentuk ibadah kepada Allah, takwa dan takut kepada Allah, sementara ilmu yang membuahkan iman akan menghasilkan sikap tawadhu kepada Allah. Ilmu yang benarlah yang menghayati iman dan iman yang haklah yang melapangkan wawasan ilmu, dengan demikian keduanya merupakan dua sejoli yang saling bertafahum, bahkan sebagai dua saudara yang saling bekerja sama. Ilmu inilah yang dikehendaki oleh Islam, apapun judul dan bidang bahasanya, Islam menghendaki ilmu yang berada dibawah naungan iman dan segala nilai yang luhur.30 Menurut pandangan Islam, selain sebagai penunjuk keimanan, ilmu juga menjadi penunjuk beramal.31 Artinya bahwa manusia yang telah berilmu, mengetahui segala sesuatu lalu ia teguhkan ilmu itu aqidah dan keimanan kepada Allah SWT maka selanjutnya ia harus mengamalkan apa yang telah didapatkan itu dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah pun jika dilakukan tanpa ilmu dalam arti ilmu yang menjelaskan tentang tata cara ibadah syarat-syarat, sah tidaknya, maka ibadahnya
29
itu
tidak
sempurna
(kosong).
Karena
dilihat
dari
A. Soenarjo, dkk, Op.Cit., hlm. 520. Yusuf Al-Qhardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah, (Bandung: Rosda Karya, 1989), hlm. 14. 31 Ibid., hlm. 15. 30
34
kemanfaatannya, ibadah itu bermanfaat hanya untuk dirinya sendiri sementara ilmu bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Ilmu juga menjadi bekal di akherat nanti karena merupakan salah satu amal yang dapat menyelamatkan kita setelah kematian. Jadi jelas bahwa antara iman dan ilmu itu saling berkaitan, satu sama lain mendukung sehingga ketika manusia sudah dibekali dengan keduanya ditambah dengan amal maka ia menjadi manusia yang sempurna.