PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA PERPUSTAKAAN: STUDI KASUS PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH KABUPATEN BOGOR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh : ICHSAN MAULANA NIM : 109025000027
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MAI{USIA PERPUSTAKAAN: STUDI KASUS PERPUSTAKAAN UMUM DABRAH KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Meplperoleh Gelar Sarjana ilmu perpustakaan (S.Ip)
Oleh:
Ichsan Maulana NIM:
109025000027
Dibawah Bimbingan
Drs. Rosa Widvawan, M.A NIM: 1957061019843
1 001
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN F'AKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2014
LEMBAR PENGBSAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Nama
Ichsan Maulana
NIM
109025000027
Judul Skripsi
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Ferpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Ujian Skripsi
30 Oktober 2014
Skripsi tersebut sudah diperbaharui sesuai saran dan komentar Tim penguji sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Ferpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakafia,30 Oktober 2014
Tanda Tangan 1.
Ketua Sidang
Pungki Purnomo" MLIS
NIP. 196412rs 199903
2. Sekretaris
Sidang
1
I
1 001
Ida Farida. MLS NIP" 19700407 20A00 32 003
5. Penguji 2
ffr
001
Drs. Rosa Widyawan. MA NrP. 19570610 19843
4. Penguji
t 00s
Mukmin Suprayogi, M.Si NrP" 19620301 199903
3. Pembimbing
Tanggal
Mukmin Supravosi. M.Si NrP. 19620301 199903
1 001
q&
''f,,lrq
LEMBAR PENYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1
di UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
3i I
ini telah saya cantumkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya
atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta'
Jakarta, Oktober 2014
Ichsan Maulana
ABSTRAK Ichsan Maulana Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia serta cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia perpustakaan. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode kualitatif dengan narasumber yaitu Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan, Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan, dan 4 staf perpustakaan. Hasil penelitian yang diketahui bahwa Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor merencanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia berupa seminar dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan, berkoordinasi dengan semua staf perpustakaan dan dengan Lembaga Induk serta memberikan fasilitas berupa transportasi, akomodasi dan konsumsi kepada pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Sedangkan usaha pustakawan yaitu melakukan kegiatan formal, non-formal dan informal mengenai bidang perpustakaan. Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu kurangnya pengembangan potensi diri pustakawan yang diatasi dengan memberikan kompensasi dan tunjangan, kebijakan Lembaga Induk dalam pemberian kepada satu pustakawan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dapat diatasi dengan menghimbau pustakawan agar mempresentasikan hasil kegiatan kepada pustakawan lainnya serta ketidaksesuaian tema dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan, kendala belum teratasi karena kurangnya informasi mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kendala bagi pustakawan yaitu usia, waktu, biaya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal serta kemampuan dalam bahasa asing dalam kegiatan pengolahan koleksi. Hanya biaya yang tidak dapat teratasi oleh pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal, selebihnya dapat diatasi dengan cara melakukan tanya jawab atau diskusi kepada teman sejawat. Kata Kunci: Pelatihan, Pendidikan dan Pustakawan
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya yang tiada henti dalam memelihara dan membimbing penulis pada proses penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”. Meskipun terdapat hambatan namun hal tersebut merupakan proses pembelajaran. Alhamdulillah ya Rabbil ‘Alamin. Shalawat teriring salam senantisa kita sanjungkan kepada pemimpin besar dunia yang mereformasi kehidupan jahiliyyah menuju manusia yang berakhakul karimah yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan kita selaku umat yang insya Allah yang selalu taat kepadaNya. Skripsi disusun dengan tujuan utama sebagai proses penyatuan dan pembelajaran mengenai ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) . Dalam proses dan penyusunan skripsi ini, banyak sekali pihak-pihak yang turut membantu baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya penulisan skripsi ini yaitu kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M. Hum. Selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2.
Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak
Mukmin
Suprayogi,
M.Si,
selaku
Sekretaris
Jurusan
Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4.
Bapak Rosa Widyawan, MA, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah meluangkan waktu dan kesabarannya dalam memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Ida Farida, MLS dan Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku dosen penguji ujian sidang skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya dalam menguji skripsi ini dan kesabarannya dalam memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
6.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segala pengetahuan dan ilmu kepada mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan.
7.
Bapak Drs. Ferry Adnan, M.Si, selaku Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor serta Ibu Dra. Dewi selaku Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih atas kerja samanya.
iii
8.
Andri Wijayanto, S.Sos, Ade M. Sa’ban, A.Md, Rini Naritha, A.Md, Joko Rianto, S.IP, Lutfi Hikmawan, SE selaku staf Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yang dengan senang hati membantu dan memudahkan penulis dalam melakukan wawancara dan dokumentasi. Penulis mengucapkan terima kasih atas kerja samanya.
9.
Kepada kedua orang tua Bapak Muhammad Sukarya Sahari, SAP dan Ibunda Siti Mahromi Zein yang teramat berjasa dalam kehidupan penulis, semoga Allah memberikan kasih dan sayang-Nya kepadamu. Terima kasih atas segala do’a dengan tulus ikhlas kepada penulis, skripsi ini didedikasikan untuk kalian.
10. Adikku Fikri Maghfiroh dan Kaila Zahra Saida, terima kasih telah memberikan segala do’a, bantuan, motivasi dan keceriaannya dalam kehidupan penulis. 11. Semua Keluarga Besar (alm) H. Asmawi Zein dan (alm) Sahari, terima kasih telah memberikan segala do’a, bantuan, motivasi dan keceriaannya dalam kehidupan penulis. Skripsi ini didedikasikan untuk kalian semua. 12. Semua teman-teman Jipers UIN khususnya angkatan 2009 yang selalu memberikan kebahagiaan, senyuman, motivasi dan semangat setiap hari dan setiap saat. 13. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan do’anya.
iv
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan juga para pembaca lainnya. Amin. Jakarta, Oktober 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI ABSTRAK……………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR………………………………………………………….. ii DAFTAR ISI……………………………………………………………............. v DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….……. ..ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………..................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………...7 D. Metode Penelitian………………………………………………….............. 8 E. Sistematika Penulisan………………………………………………………. 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Umum………………………………………………………...12 B. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan……………..................................... 16 1.
Pengertian Pustakawan……………………………………………….... 17
2.
Tugas dan Kewajiban Pustakawan……………….................................. 20
C. Standar Kompetensi Pustakawan…………………………………………... 23 1.
Jenis Standar Kompetensi Pustakawan………………………………... 25
2.
Tujuan Kompetensi Pustakawan………………………………………. 27
D. Pendidikan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan……………………….. 29 1.
Pendidikan Formal……………………………………………………...29
2.
Pendidikan Non-Formal……………………………………………….. 29
3.
Pendidikan Informal…………………………………………………… 30
E. Pelatihan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan…..................................... 31 1.
Pengertian Pelatihan…………………………………………………… 31
2.
Program Pelatihan………………………………………………………32 vi
3.
Tujuan Pelatihan……………………………………………………….. 34
F. Pelatihan untuk Pustakawan………………………………………………... 35 G. Penelitian Terdahulu………………………………………………………...40
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH KABUPATEN BOGOR A. Sejarah Singkat……………………………………………………………... 45 B. Visi dan Misi Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor…………………………………………………... 46 C. Struktur Organisasi…………………………………………………………. 47 D. Personalia……………………………………………………………............48 E. Pendidikan yang Dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor……………………………………………49 F. Pelatihan yang Dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor…………………………………………………... 52 G. Pelatihan untuk Pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor ………………………………………………….. 55 H. Tata Tertib……………………………………………………………...........60 I.
Pelayanan……………………………………………………………………63
J.
Koleksi…………………………………………………………………........63
K. Fasilitas……………………………………………………………………... 64 J.
Gedung dan Ruang………………………………………………………… 65
K. Jaringan Kelembagaan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor……65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………....................66
vii
B. Hasil Penelitian 1. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor Dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi SDM…………………………………………..68 2. Upaya Sumber Daya Manusia Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi SDM………………………....................................................................... 74 3. Kendala dan Cara Mengatasinya Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia…………………………………………………………………..80 C. Pembahasan………………………………………………………………… 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 90 B. Saran……………………………………………………………………....... 92
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….... 94 LAMPIRAN……………………………………………………………………. 96 Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Wawancara
Lampiran 2
Tabel Kategori Wawancara
Lampiran 3
Framework Penelitian
Lampiran 4
Foto Ruang Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Lampiran 5
Surat Tugas Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia
Lampiran 6
Surat Tugas Menjadi Pembimbing
Lampiran 7
Surat Penguji Skripsi
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Apabila kita berbicara mengenai sumber daya yang dimiliki oleh sebuah
organisasi, maka kita tidak akan dapat melepaskan begitu saja keberadaan sumber daya manusia yang ada di samping sumber daya modal dan sarana serta prasarana kerja. Sumber daya manusia merupaka aset utama dalam sebuah organisasi, bahkan kinerja organisasi sangat tergantung kepada kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia merupakan ujung tombak dalam sebuah organisasi, sedangkan sumber daya lainnya sebagai pendukung. Apabila ujung tombak tajam dan runcing, maka ia akan mudah menembus sasaran yang diinginkan. Kebutuhan akan staf yang memiliki kemampuan dan kualitas yang baik dalam melaksanakan pekerjaannya merupakan suatu hal yang sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi. Staf yang berkualitas sangat diperlukan untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas pula, baik produk berupa materi maupun produk jasa. Dengan memiliki staf yang berkualitas, maka efisiensi dan efektivitas organisasi akan dapat terwujud bahkan ditingkatkan. Pada era globalisasi seperti saat ini, kebutuhan informasi yang akurat dan tepat dibutuhkan oleh masyarakat dalam mendukung aktivitas sehari-hari. Terbentuk pasar global membuat persaingan yang harus dihadapi oleh setiap anggota masyarakat semakin besar. Mereka tidak hanya bersaing dengan orang-
1
orang dalam negeri saja, tetapi juga harus mampu berkompetisi dengan mereka yang berasal dari luar indonesia. Agar masyarakat benar-benar bisa berkompetisi dan bertahan hidup (survive) pada era global ini, maka dibutuhkan lembaga yang mampu memberikan informasi yang cukup mengenai perkembangan dan perubahan-perubahan terjadi kepada mereka. Perkembangan dan perubahan terus terjadi saat ini, sehingga hanya mereka yang mampu bertahan mengikuti perkembangan lah yang akhirnya dapat memiliki kemampuan berkompetisi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Salah satu lembaga yang potensial dalam menyebarkan
dan
memenuhi
kebutuhan
informasi
masyarakat
adalah
perpustakaan umum. Perpustakaan umum sebagaimana yang dikatakan Guidelines for public library adalah sebuah perpustakaan yang didirikan oleh pemerintah lokal atau pemerintah pusat atau organisasi lainnya yang diberikan kuasa untuk menjalankan, tanpa adanya diskirminasi bagi orang yang menggunakannya1. Selanjutnya
pusat
pembinaan
perpustakaan
dalam
buku
pedoman
penyelenggaraan perpustakaan umum menyatakan tujuan perpustakaan umum adalah “untuk membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang bersinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat yang berada jangkauan pelayanannya, sehingga dengan demikian berkembang daya kreativitas dan inovatif bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat menyeluruh2.” Sebagai lembaga jasa, perpustakaan umum haruslah berupaya memberikan layanan sebaik-baiknya ke pemakai. Dalam hal ini tanggung jawab yang 1
IFLA, Guidelines for public library. Edisi 3. (Muenchen: IFLA, 1986), h. 1 Perpustakaan Nasional. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum. (Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992), h. 2 2
2
“diemban” staf perpustakaan umum sangatlah berat, karena kesuksesan sebuah perpustakaan umum di mata masyarakat sangat tergantung kepada staf perpustakaan umum tersebut dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perpustakaan umum sebagai sebuah organisasi juga harus terus aktif berupaya meningkatkan kualitas kerja para stafnya apabila tidak ingin tertinggal pesatnya kemajuan yang terjadi segala bidang saat ini. Staf yang “melempem” tidak kreatif dan inovatif pada akhirnya melahirkan mutu layanan yang “melempem” pula, berjalan ditempat tanpa upaya peningkatan yang lebih baik lagi. Perpustakaan yang demikian lambat alun akan ditinggalkan oleh pemustakanya, dan perpustakaan tidak berarti apapun tanpa pemustakanya. Staf perpustakaan berperan banyak dalam memberikan layanan terbaik pada pemustakanya, dan hanya staf yang memiliki kualitas baiklah yang mampu melakukan
hal
Pringgoadisurjo
tersebut. bahwa
Menurut
Maurnice
perubahan-perubahan
B. pesat
Line terjadi
seperti
dikutip
pada
bidang
perpustakaan dokumentasi informasi, oleh karena itu diperlukan tenaga kerja (staf) dengan kemampuan imajinasi dan visi, yaitu melihat kemungkinankemungkinan yang baru dama bidang sosial, teknis, atau konseptual juga diperlukan kemampuan melihat kedepan, mengenal masalah jangka pendek maupun jangka menengah3. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang baik, maka kulitas staf perpustakaan pun harus senantisa mendapat perhatian dari para pengelola perpustakaan.Menurut Ratna U. Widodo “agar mampu menghasilkan jasa perpustakaan sesuai tuntutan pemustaka, kualitas unsur-unsur perpustakaan, 3
Luwarsih Pringgoadisurjo. Sumber Tenaga Pustakawan: Rekaman Pengalaman dan Pendapat dalam Kepustakawan Indonesia. (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 102
3
khususnya kualitas pustakawan harus ditingkatkan. Alasan lain mengapa kualitas pustakawan perlu ditingkatkan adalah kemajuan teknologi informasi, perubahan peran, dan tanggung jawab pustakawan karena informasi yang dibutuhkan pemustaka berkembang menjadi sangat spesifik.”4 Selayaknya untuk memilih seseorang untuk menduduki sebagai staf perpustakaan umum pun perlu diperhatikan kemampuan kerja, pengetahuan di bidang perpustakaan dan latar belakang pendidikannya. Mungkin pada saat ini masih banyak kalangan yang mengganggap mengurus perpustakaan
umum adalah hal yang mudah, bagi
mereka staf perpustakaan tidak lebih sekedar penjaga buku. Apabila kita melihat lebih jauh tugas staf perpustakaan maka kita akan dapat mengatakan bahwa tugas tersebut bukanlah tugas yang mudah dan ditangani oleh sembarang orang yang „mungkin‟sama sekali tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman kerja di bidang perpustakaan. Staf perpustakaan sudah seharuskan memiliki pengetahuan yang luas dan kreatif. Seiring dengan kebutuhan akan staf yang mempunyai kemampuan dan kualitas kerja yang baik, maka perpustakaan umum perlu menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia bagi para stafnya. Pendidikan sangat diperlukan berdasarkan anggapan bahwa tidak seorang pun yang sempurna sesuai kebutuhan organisasi pada waktu masuk didalamnya. Dengan kata lain ada kesenjangan antara kebutuhan organisasi dengan kemampuan yang dimiliki oleh staf atau karyawan. Pendidikan dan Pelatihan yang dilakukan secara tepat juga dapat membantu memastikan bahwa sebuah organisasi memiliki staf yang cukup berkualitas untuk mencapai tujuan organisasi.
4
Ratna U. Widodo. Strategi Peningkatan Kualitas Pustakawan. (Jakarta: PB IPI, 1995), h. 294
4
Pendidikan dan Pelatihan sumber daya manusia merupakan investasi yang tidak ternilai harganya apabila dibandingkan dengan kesalahan dan keefisienan yang ada timbul tanpa adanya program pendidikan dan pelatihan University of East Anglia disebutkan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada staf untuk memperluas pengalaman dan menambah pengetahuan, berarti kita telah membantu mereka untuk mengubah motivasinya dan meningkatkan kepuasan kerjanya, karena pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang sifatnya pengembangan atau aktualisasi diri.5 Masalah pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan umum menjadi sangat menarik untuk dibahas mengingat pentingnya program tersebut bagi perpustakaan umum, sebagai sebuah lembaga yang potensial dalam memperdayakan masyarakat, dan senantisa untuk memberikan layanan terbaik kepada para pemustakanya. Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor merupakan perpustakaan pemerintah daerah yang diselenggarakan untuk melayani anak, remaja, dewasa masyarakat umum. Pada perpustakaan memiliki 7 orang staf. Wawancara awal hanya 3 orang staf mempunyai latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan, 4 orang staf lainnya tidak memiliki latar belakang pendidikan Ilmu perpustakaan, sehingga menimbulkan kendala dalam kinerja pelayanan perpustakaan. Kajian tentang pendidikan dan pelatihan khususnya untuk SDM yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Ilmu perpustakaan diperlukan karena sebagai indikator yang menunjukkan sejauh SDM yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
Ilmu
perpustakaan
guna
menunjang
pekerjaan
mereka
di
perpustakaan. 5
Maurice B. Line. Academic Library Management. (London: Library Association, 1990), h.
176
5
Dari keterangan di atas terdapat permasalahan dalam pendidikan dan pelatihan SDM Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pendidikan dan Pelatihan SDM Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan masalah Agar batasan dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu luas, maka penulis
membatasi penelitian sebagai berikut: a. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi SDM b. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan SDM dalam mengatasi berbagai kendala untuk meningkatkan kualifikasi SDM 2.
Perumusan Masalah Proses perumusan maasalah merupakan tahapan penting dalam proses
penelitian. Permasalah yang akan dicapai dalam penelitian menjadi lebih jelas dan fokus. Dengan demikian hasil yang di capai menjadi maksimal. Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
1. Sejauh mana upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan SDM dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi SDM? 2. Sejauh mana upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan SDM dalam mengatasi berbagai kendala untuk meningkatkan kualifikasi SDM? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai , yaitu : a. Untuk mengetahui upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan SDM dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi SDM. b. Untuk mengetahui upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor dan SDM dalam mengatasi berbagai kendala untuk meningkatkan kualifikasi SDM. 2. Manfaat Penelitian Secara garis besar, ada 2 (dua) manfaat yang bisa diambil dari dilakukannya penelitian ini, yaitu : a. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan sangat bermanfaat secara langsung bagi perpustakaan umum yang dijadikan sebagai tempat
penelitian, maupun bagi
perpustakaan lain dalam
melaksanakan program pendidikan dan pelatihan sumber daya
7
manusia sebagai upaya meningkatkan kualitas kerja yang dimiliki para stafnya. b. Selanjutnya
hasil
pengembangan
penelitian
ilmu
ini
perpustakaan
juga
bermanfaat
bagi
dan
kemajuan
dunia
perpustakaan. D. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang degan interprestasi yang tepat.6 Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif. Pendekatan kulaitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pada suatu konten khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer yaitu data yang berasal dari narasumber yang ditemui langsung di lapangan (Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor) yakni sumber daya manusia perpustakaan.
6
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. (Bandung: Mandar Maju, 2002), h. 33 7 Lexy J . Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 13.
8
2. Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun rapi dalam arsip yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan.
3. Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.8 Penentuan informan ditentukan dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian. Informan dalam penelitian ini yaitu Kepala kantor, pustakawan, staf. Kepada pustakawan yang mengelola perpustakaan itu untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan dan pelatihan SDM perpustakaan.
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada informan, lalu dijawab oleh pemberi data dengan bebas terbuka. 2) Dokumentasi Dokumentasi, dilakukan untuk mencari data berupa surat tugas, sertifikat,
8 9
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 90. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135.
9
catatan, agenda dan sebagainya.10 3)
Teknik Analisa Data
Data akan di analisa melalui tiga tahapan yaitu : a. Reduksi data Data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan dokumentasi dicatat dengan rinci, mengelompokkan dan memfokuskan pada hal penting dengan demikian data yang didapat bisa memberikan gambaran yang jelas. b. Penyajian data Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks bersifat naratif. c. Penarikan kesimpulan Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif penulis buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
E. Sistematika Penulisan Agar bahasan bab demi bab terjalin secara sistematis, maka dalam skripsi ini penulis membaginya dalam lima bab, adapun urutannya adalah sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan Dalam bab ini dikemukakan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penelitian.
10
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 200
10
Bab II
Tinjauan Literatur Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian mengenai sumber daya manusia, pustakawan, tugas dan fungsi pustakawan. Standar kompetensi pustakawan, pendidikan sumber daya manusia di perpustakaan serta penelitian terdahulu mengenai pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.
Bab III
Gambaran Umum Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor Bab ini memuat gambaran umum mengenai Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yang meliputi sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, personalia, pendidikan yang dilaksanakan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor, pelatihan yang dilaksanakan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor, pelatihan untuk pustakawan, tata tertib, pelayanan, koleksi, fasilitas,
gedung
dan
ruang
serta
jaringan
kelembagaan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari pendidikan dan pelatihan SDM Perpustakaan dan upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pustakawan.
Bab V
Penutup Berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran dari penulis.
11
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum 1. Pengertian dan Tujuan Perpustakaan Umum Menurut Hermawan dan Zulfikar menyatakan bahwa Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya. Konsep dasar perpustakaan umum adalah didirikan oleh masyarakat, untuk masyarakat, dan didanai dengan dana masyarakat 11. Sementara Sutarno menyatakan bahwa Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya12. Menurut Sulistyo Basuki Perpustakaan umum adalah perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum, tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya. Perpustakaan ini
11
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto,
2006), h. 3. 12
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Sagung Seto, 2003), h. 32
12
dibiayai oleh dana umum serta jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat cuma-cuma.13 Dalam Online Dictionary for Library and Information Science menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah Sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses tidak terbatas ke sumber daya perpustakaan dan layanan gratis bagi semua warga suatu masyarakat, kabupaten, atau wilayah geografis, didukung seluruhnya atau sebagian oleh dana publik.14 Selanjutnya dalam Guidelines for Public Library disebutkan bahwa perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan yang didirikan oleh pemerintah lokal atau pemerintah pusat atau organisasi lainnya yang diberikan kuasa untuk menjalankan, tanpa adanya diskirminasi bagi orang yang menggunakannya. Berdasarkan 2 (dua) definisi mengenai perpustakaan umum tersebutkan dapat dikatakan bahwa perpustakaan umum dibiayai dengan dana umum dan layanan yang diselenggarakannya pun terbuka untuk umum tanpa memandangan perbedaan agama, ras, suku bangsa, usia, maupun jenis kelamin. Sementara dalam UNESCO Public Library Manifesto disebutkan bahwa perpustakaan umum merupakan pusat informasi lokal yang bertujuan agar semua jenis pengetahuan dan informasi mudah di akses dan digunakan oleh pemakai. Perpustakaan umum mempunyai tugas untuk mengumpulkan, menyimpan, memelihara, mengatur, dan mendayagunakan bahan pustaka untuk kepentingan pendidikan, penerangan, penelitian, pelestarian, serta pengembangan kebudayaan dan rekreasi bagi seluruh anggota masyarakat. 13
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 1991), h. 46
14
Joan M Reitz. Online Dictionary of Library and Information Science. Artikel diakses pada 23 Mei 2014 dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/searchODLIS.aspx
13
2. Fungsi Perpustakaan Umum Fungsi perpustakaan umum sebagaimana di muat dalam buku Panduan penyelenggaraan Perpustakaan Umum, adalah sebagai pusat untuk: a. Menyediakan bahan pendidikan (edukatif), b. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi (informatif), c. Menyediakan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai rekreasi (rekreasi), dan d. Menyediakan petunjuk, pedoman, dan bahan-bahan rujukan bagi anggota masyarakat (referensi).15 Fungsi perpustakaan umum sebagaimana di muat dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan, ada empat fungsi yaitu:
a. Sebagai sarana simpan karya manusia b. Pendidikan c. Informasi d. Kebudayaan e. Rekreasi16 3. Tujuan Perpustakaan Umum Selanjutnya di dalam buku Panduan penyelenggaraan Perpustakaan Umum juga disebutkan bahwa tujuan perpustakaan umum, yaitu membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang 15
Perpustakaan Nasional Indonesia. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum. (Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992), h. 5-6 16 Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 1991), h. 46
14
berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat yang berada dalam jangkauan layanannya, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional. 17 Tujuan perpustakaan menurut Muchyidin dkk adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dengan dorongan melelui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka:
a. Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan b. Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik c. Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik d. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia e. Dapat
meningkatkan
tarap
kehidupan
sehari-hari
dan
lapangan
pekerjaannya f. Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina saling pengertian antar bangsa
17
Perpustakaan Nasional Indonesia. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum. (Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992), h. 6
15
g. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.18 Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO seperti dikutip oleh SulistyoBasuki selanjutnya menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 (empat) tujuan utama, yaitu: a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik. b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat. c. Membantu
warga
untuk
mengembangkan
kemampuan
yang
dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. d. Bertindak
sebagai
agen
cultural
artinya
perpustakaan
umum
merupakan pusat utama kehidupan bagi masyarakat sekitarnya. 19 B. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Menurut Saha dkk sumber daya manusia adalah semua orang yang bekerja dalam sebuah organisasi, perusahaan atau institusi20. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada pasal 1 ayat 15 yang berbunyi sumber daya perpustakaan adalah semua 18
Muchyidin, Suherlan. Mihardja, Iwa D Sasmita. Perpustakaan (Bandung: PT Puri Pustaka 2008) hlm 41,42 19 Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 1991) 20 Nimai Chand Saha. training & development of library professionals for IT application in university libraries: an overview. Artikel diakses pada 7 Juni 2012 dari ir.inflibnet.ac.id.in
16
tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang dimiliki dan/ atau dikuasai oleh perpustakaan. Jadi sumber daya manusia di perpustakaan disebut dengan pustakawan. Pustakawan pun sebagai salah satu faktor pendukung bagi perpustakaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyedia informasi bagi masyarakat. Zainuddin menambahkan bahwa pustakawan hendaknya mampu mengatasi setiap persoalan dalam bidang kepustakawanan serta dapat mengikuti perkembangan pelayanan secara terus menerus21. Kedudukan pustakawan pun telah ditetapkan sebagai tenaga kerja di perpustakaan. Penetapan pustakawan sebagai tenaga kerja perpustakaan terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan pada pasal 29 ayat 1 yang berbunyi tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Dengan penjelasan pustakawan sebagai tenaga kerja di perpustakaan, maka bab ini penulis akan lebih menjelaskan mengenai pustakawan, tugas, dan kewajiban serta standar kompetensi pustakawan. 1. Pengertian Pustakawan Dalam Online Dictionary for Library and Information Science menyatakan bahwa pustakawan adalah Seseorang yang terlatih secara profesional bertanggung jawab untuk mengurus perpustakaan dan isinya, termasuk pemilihan, pengolahan, dan organisasi bahan dan penyampaian informasi, instruksi, dan layanan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan penggunanya (untuk melihat contoh-contoh, mencoba pencarian kata kunci pada istilah di Google Images). Dalam online, peran 21
Zaslina Zannudin. Kebutuhan Pustakawan Profesional di Propinsi Sumatra Utara. Artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http://eprints.rclis.org/
17
pustakawan adalah untuk mengelola dan menyedia akses ke informasi dalam bentuk elektronik.22 Menurut Eileen Abels dkk secara luas pustakawan termasuk kedalam information
professional.
information
professional
adalah
orang
yang
menggunakan informasi dalam membantu lembaga induk dalam mencapai tujuannya. Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengembangan, penyebaran dan pengelolaan serta pelayan informasi.23 Menurut Sutarno NS dalam buku Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktik, pustakawan diartikan sebagai semua tenaga kerja yang berada dan bekerja di perpustakaan, baik sebagai pemimpin, staf maupun pelaksana teknis operasional.24 Lebih jauh Sudarsono menjelaskan pustakawan adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Sehingga jabatan seorang pustakawan PNS adalah jabatan fungsional25. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
22
Joan M Reitz. Online Dictionary of Library and Information Science. Artikel diakses pada 23 Mei 2014 dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/searchODLIS.aspx 23 Eileen Abels dkk. Compentencies for information professionals of the 21st Century. Revised edition, June 2003. Artikel diakses pada 7 Februari 2014 dari http://www.sla.org/content/learn/members/competencies/index.cfim 24 Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 76 25 Blasius Sudarsono. Pustakawan Cinta dan Teknologi. (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h. 76
18
Negara (BAKN) No. 53469/MPK/1988 dan No. 15/SE/1988 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Pustakawan.26 Pengertian pustakawan di atas berbeda menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yang menyatakan bahwa pustakawan adalah seorang professional yang berkarya di bidang perpustakaan dan dokumentasi dan tidak membedakan status PNS atau Non PNS. Sedangkan dalam Kode Etik Pustakawan Indonesia menjelaskan bahwa pustakawan adalah seoarang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya didasari dengan pengetahuan kepustakawanan yang dimilikinya melalui pendidikan.27 Pengetahuan tentang kepustakawanan itu sendiri menurut Sudarsono adalah ilmu dan profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.28 Orang yang melaksanakan profesinya disebut professional. Jadi, bila pustakawan tersebut menjalankan tugasnya di bidang ini disebut professional.29 Dreher mengartikan pustakawan yang professional yaitu pustakawan yang melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan memiliki banyak kemampuan
yang
meliputi
kemampuan
dalam
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik.30
26
Soetminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 161-162 27 Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 50-53 28 Blasius Sudarsono. Pustakawan Cinta dan Teknologi. (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h. 86 29 Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 2010), h. 39 30 Aziz, Safrudin. Strategi Peningkatan Mutu pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Maret 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline .
19
Sehingga bagi penulis, seorang pustakawan adalah orang yang bekerja di perpustakaan dengan pengetahuan tentang kepustakawanan yang dimilikinya, tanpa melihat status sebagai PNS atau Non PNS, serta mampu bekerja secara professional. 2. Tugas dan Kewajiban Pustakawan a. Tugas Pustakawan Sebagai pustakawan tentu memiliki tugas dalam melakukan pekerjaannya. Tugas tersebut adalah tugas kepustakawanan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan. Tugas pokok pustakawan yaitu melakukan kegiatan teknis perpustakaan seperti pengadaan dan pengolahan bahan pustaka serta pelayanan perpustakaan,
menyimpan
dan
melestarikan
serta
menyebar
informasi,
memberikan penyuluhan tentang manfaat perpustakaan kepada masyarakat dan melakukan pameran tentang hasil dari kegiatan perpustakaan kepada masyarakat dan kemampuan sumber informasi perpustakaan.31 Sebagai seorang professional, pustakawan hendaknya dapat melakukan pembinaan dan pengembangan program dan sistem informasi secara tepat guna yang dapat memenuhi kebutuhan pemustaka. Pustakawan professional ini dibantu oleh seorang teknisi perpustakaan dalam memperoleh dan mempersiapkan materi dan membantu pemustaka dalam menemukan informasi.32
31
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 50-53 32 Zannudin. Kebutuhan Pustakawan Profesional di Propinsi Sumatra Utara. Artikel diakses pada 6 Maret 2014 dari http://eprints.rclis.org/
20
Menurut Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, tugas pustakawan ditinjau dari segi jabatannya adalah pustakawan, asisten pustakawan, tenaga fungsional dan tenaga administrasi. Seorang pustakawan dengan pendidikan Strata 1 bidang perpustakaan atau bidang lain yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan bertugas melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan. Asisten pustakawan dengan pendidikan diploma memiliki tugas sebagai penunjang keprofesian dalam bidang perpustakaan. Tenaga fungsional dengan pendidikan kejuruan atau keahlian tingkat kesarjanaan dengan tugas melaksanakan pekerjaan penunjang keprofesian seperti pranata komputer dan kearsipan. Sedangkan tenaga administrasi
melaksanakan
tugas
kegiatan
kepegawaian,
keuangan,
kerumahtanggaan, perlengkapan, penjilidan, pelistrikan dan lain-lain. Tenaga tersebut diartikan sebagai pelengkap tugas kepustakawanan.33 Sesuai dengan penjelasan di atas, secara singkat tugas pustakawan meliputi: kegiatan manajerial maupun teknis perpustakaan. Pembagian tugas juga dilihat dari segi kemampuan dan tingkat atau jabatan pustakawan itu sendiri.
33
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 25-26
21
b. Kewajiban Pustakawan Kewajiban pustakawan telah dituangkan dalam Kode Etik Pustakawan Indonesia. Kewajiban tersebut meliputi: kewajiban umum, kewajiban kepada organisasi dan profesi, kewajiban antar sesama pustakawan dan diri sendiri.34 Kewajiban umum pustakawan meliputi: mengemban tugas pendidikan dan penelitian serta mengamalkan ilmu pengetahuannya kepada masyarakat, menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian pada bangsa dan Negara, menghargai dan mencintai kepribadian dan kebudayaan Indonesia serta menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari masyarakat yang dilayani. Kewajiban kepada organisasi dan profesi yaitu memanfaatkan Ikatan Pustakawan Indonesia sebagai sarana kerjasama, konsultasi dalam pengembangan profesi, memberikan kontribusi seperti tenaga, pikiran, dan dana kepada organisasi untuk kepentingan pengembangan ilmu dan perpustakaan di Indonesia serta menjaga nama baik Ikatan Pustakawan Indonesia. Kewajiban antar sesama pustakawan yaitu menjalin hubungan baik, saling membantu, menasehati dan menghargai pendapat dan sikap antar sesama pustakawan. Kewajiban terhadap diri sendiri yaitu selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpustakaan, menjaga tingkah laku dan kesehatan serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Mengacu kepada kewajiban pustakawan terhadap diri sendiri di atas, Santoso (2001) menambahkan bahwan kewajiban pustakawan meliputi: menjaga tingkah laku dari perbuatan curang, merugikan dan membahayakan dalam bekerja,
34
Basyral Hamidy Harahap dkk. Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan Indonesia 1973-1998. (Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia, 1998), h. 1-3
22
memelihara hubungan baik dengan pemustaka dan sesama pustakawan serta berpegang teguh pada peraturan kerja. C. Standar Kompetensi Pustakawan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 1 ayat 8 menerangkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Saiful-Haq dkk menambahkan bahwa dalam penyusunan dan pengelolaan tenaga kerja perpustakaan dibutuhkan sebuah kompetensi.35 Kompetensi yang diartikan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam Rekomendasi Komisi I: program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi
yaitu
kemampuan
seseorang
yang
mecakup
pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.36 Menurut Ernawati kompetensi adalah pencapaian standar kinerja oleh pustakawan dengan cara pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki oleh pustakawan yang disesuaikan dengan lembaga induk sebagai tempat bekerja
35
Rizal Saiful Haq. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 45 36 Perpustakaan Nasional RI. “Rekomendasi Komisi I: Program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi”. Artikel diakses pada 16 Mei 2012 dari http//pustakawan.pnri.go.id.
23
yang terkait dengan budaya organisasi, nilai dan norma, strategis bisnis dan lingkungan kerja.37 Dalam Online Dictionary of Library and Information Science kompetensi yaitu suatu kemampuan yang diharapkan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan setelah selesai melakukan pendidikan. Dalam kepustakawanan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman diperlukan untuk menangani tanggung jawab professional secara efektif dalam spesialisasi dan bukan sebagai satu set standar minimum.38 Sedangkan menurut Hermawan dan Zen, standar kompetensi adalah sesuatu yang menyangkut norma, teknis dan pengakuan untuk melakukan jasa profesi serta sebagai tolak ukur keberhasilan dan pembeda tanggung jawab serta sarana untuk melindungi konsumen, berperan sebagai alat pembinaan bagi anggota profesi dan alat untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat pengguna jasa. Sehingga standar kompetensi pustakawan adalah suatu kriteria minimal kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi yang di dalamnya berisi norma-norma, teknis kemampuan dan pembakuan dalam upaya peningkatan kualitas layanan. Lebih lanjut standar kompetensi pustakawan adalah tolak ukur yang digunakan untuk acuan penilaian kualitas pustakawan dalam bentuk formulasi dari komitmen atau janji pustakawan kepada masyarakat. Dengan standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang pustakawan tentunya akan berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola 37
Endang Ernawati. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapreneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 1 April 2014 dari http://eprints.rclis.org/ 38 Joan M Reitz. Online Dictionary of Library and Information Science.2002
24
perpustakaan dan kegiatan perpustakaan lainnya. Standar kompetensi tidak hanya penting bagi seorang pustakawan tetapi penting juga untuk pemustaka. Hubungannya yaitu seorang pemustaka akan mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pustakawan yang berkompeten di bidang perpustakaan. 1. Jenis Standar Kompetensi Pustakawan Menurut Rumani, standar kompetensi bagi pustakawan khususnya di Indonesia belum memiliki pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan39. Dengan hal ini penulis akan meninjau standar kompetensi pustakawan dari beberapa sumber. Salah satunya yaitu menurut Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Pendidikan Tinggi dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Di dalam pedoman tersebut, kompetensi pustakawan terbagi menjadi dua jenis, yaitu kompetensi professional dan individu.40 Kompetensi professional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta kemampuan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk pelayanan perpustakaan. Wicaksono menambahkan kemampuan dalam manajemen informasi meliputi pencarian, penggunaan, pembuatan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. Dalam hal teknologi informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunak, serta pemrograman, pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik serta desain dan
39
Sri Rumani. Kompetensi pustakawan dan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 2 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline 40 Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 27-28
25
manajemen database. Kemampuan manajemen meliputi kepemimpinan yang menonjol, pembuatan administrasi perpustakaan, mampu dalam manajemen sumberdaya manusia, waktu dan perubahan, mampu membangun hubungan kerja yang baik secara manajemen, mampu menganalisis kinerja pustakawan, mampu dalam merencanakan program yang sesuai serta implementasinya dan mampu berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait.41 Sedangkan kompetensi individu meliputi komitmen dalam memberikan pelayanan yang terbaik, terampil dalam berkomunikasi, berpandangan luas dan memiliki sifat positif terhadap perkembangan, bekerja dalam tim dan menciptakan suasana kerja yang sehat serta mampu mencari mitra kerja, memiliki sifat kepemimpinan dan dapat dapat memcahkan masalah pada suatu hal yang kritis. Menurut Sheila Slauter dan Lary L. Laslie kemampuan di atas disebut dengan sikap entrepreneur.42 Rumani juga menambahkan bahwan seorang pustakawan hendaknya memiliki keahlian dalam melobi, koordinasi dan komunikasi khususnya komunikasi dalam bahasa asing serta kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi.43 Selain kompetensi pustakawan di atas, menurut Widijanto kompetensi pustakawan hendaknya memiliki kompetensi sosial-budaya. National Association
41
Hendro Wicaksono. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel di akses pada 6 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline. 42 Aziz, Safrudin. Strategi Peningkatan Mutu pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Artikel diakses pada 6 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline 43 Sri Rumani. Kompetensi pustakawan dan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 6 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline
26
of Social Workers dalam artikel Diversity Standars: Cultural Competency for Academic Libraries menjelaskan bahwa kemampuan sosial-budaya adalah sebuah perilaku, sikap dan kebijakan yang memungkinkan seseorang atau kelompok untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya, proses dimana individu merespon dengan hormat dan efektif kepada orang-orang dari semua budaya, bahasa, kelas, ras, latar belakang, etnis, agama, dan faktor keberagaman lainnya dengan cara mengakui, menegaskan, dan menghargai nilai individu, keluarga, dan masyarakat, dan melindungi serta menjaga martabat masing-masing. Dari berbagai kompetensi mengenai pustakawan di atas dapat dikatakan secara singkat bahwa sebuah kompetensi pustakawan merupakan suatu acuan dalam kegiatan manajerial maupun teknis yang hendaknya dimiliki oleh seorang pustakawan sesuai dengan tingkat atau jabatannya. Kompetensi tersebut tidak hanya dari sudut pandang kegiatan pustakawan tetapi dari sudut pandang sebagai seorang professional dan individu pustakawan. Standar kompetensi pustakawan pun hendaknya disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Tujuan Kompetensi Pustakawan Suatu kompetensi bagi pustakawan pasti memiliki suatu tujuan. Hal tersebut dijelaskan oleh Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Pendidikan Tinggi, tujuan kompetensi pustakawan adalah menciptakan kerangka kerja yang efektif dan efisien dalam mendayagunakan sumber daya manusia yang terbatas. Lebih lanjut tujuan dari kompetensi pustakawan yaitu memungkinkan
27
setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, tepat waktu, sasaran dan sebanding dengan biaya dan hasil yang diperoleh.44 Hermawan dan Zen menjelaskan bahwa tujuan kompetensi pustakawan yaitu memberikan jaminan kepada masyarakat, pengelola dan Pembina perpustakaan bahwa pustakawan dapat memberikan layanan optimal kepada masyarakat di bidang layanan bahan pustaka dan informasi sesuai dengan kualifikasi dan memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa kebutuhan hidupnya yang bersifat primer dan esensial baik jasmani maupun rohani serta menjamin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya.45 Menurut Widijanto perpustakaan mampu memberikan pelayanan yang professional untuk masyarakat. Baik yang bersifat pelayanan referensi, penyedia informasi dan pemberian bimbingan pada pembaca. Ernawati menambahkan bahwa kemandirian pustakawan merupakan tujuan dari kompetensi pustakawan itu sendiri.46 Kemandirian ini mampu menjadikan pustakawan yang mampu berkreasi dan berinovasi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Sehingga dapat digarisbawahi bahwa tujuan kompetensi pustakawan tidak hanya membantu pustakawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tetapi berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan baik manajerial maupun teknis di perpustakaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan.
44
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 27 45 Hermawan S, Rachman dan Zulfikar Zen . Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto, 2006), 155-156 46 Endang Ernawati. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapreneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 1 April 2014 dari http://eprints.rclis.org/
28
D. Pendidikan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan 1. Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan sarana bagi Pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi professional. Pendidikan formal dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana dan magister di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga pendidikan dalam maupun luar negeri yang menyelenggarakan program bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Penyelenggara
perpustakaan
dalam
pendidikan
formal
hendaknya
mengacu kepada Keputusan Presiden No. 12/1961. Acuan tersebut yaitu dengan cara membuat kontrak kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau peraturan lembaga pendidikan setempat. Rumus kontrak kerja biasanya adalah P=2n+1, dengan pengertian bahwa n = lama pendidikan dan P = pengabdian kerja. Apabila pustakawan telah melakukan pendidikan dan tidak kembali bekerja di tempat semula maka pustakawan tersebut mengembalikan minimal tiga kali jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara perpustakaan.47 2. Pendidikan Non-Formal Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat), penataran (up grading), symposium, seminar, lokakarya, kursus, magang (on the job training), studi banding dan lain sebagainya yang 47
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 32
29
tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan.48 Dalam artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services menyatakan bahwa kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pustakawan. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, coordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.49 3. Pendidikan Informal Selain pendidikan formal dan non formal bagi pustakawan, pendidikan informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan. Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan
48
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 158 49 Libraries, Archives, Records and information Management Services. Artikel di akses pada 24 Maret 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/types-of-Apprenticeships/HealthPublic-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IM-Services.aspx)
30
informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan.50 Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antar pustakawan dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan diharapkan
mampu
mengambil
manfaat
dan
dapat
mengembangkan
pengetahuannya.51 (Nusantari, 2009) E. Pelatihan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan 1. Pengertian Pelatihan Pengertian pelatihan menurut Olaniyan, “training is a systematic development of the knowledge, skills and attitudes required by employees that: perform adequately on a given task or job”. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Olaniyan bahwa pelatihan merupakan upaya pengembangan yang sistematis dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh pegawai untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang diberikan.52 Hal ini diamati pula oleh Adeniyi seperti dikutip oleh Olaniyan dan Ojo, mengungkapkan “staff training and development is a work activity that can make 50
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 159-160 51 Anita Nusantari. Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Meningkatkan Kinerja Perpustakaan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Juni 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline 52 Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for organizational effectiveness. European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3. diakses pada 6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf
31
a very siginificant contribution to the overall effectiveness and profitability of an organization”.53 Pelatihan merupakan media untuk membangun sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan dan meningkatkan kinerja yang dihasilkan dalam pekerjaan. Upaya pelatihan memungkinkan sumber daya manusia untuk memperluas kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan. 2. Program Pelatihan Program pelatihan sangat penting bagi sumber daya manusia baru maupun sumber daya manusia lama. Sumber daya manusia baru sering tidak mengetahui secara pasti apa peranan dan tanggung jawab mereka. Maka program orientasi dan pelatihan perlu diberikan kepada mereka agar mengetahui program kerja perusahaan dan mengetahui peranan dan tanggung jawabnya. Sedangkan sumber daya manusia lama perlu diberikan pendidikan dan pelatihan untuk lebih memahirkan bidang kerjanya dan mempersiapkan tanggung jawab mereka di masa mendatang. Menurut Sondang Siagian, ada tujuh langkah utama dalam program pelatihan yang efektif, yaitu: 1. Analisis kebutuhan dan sasaran pelatihan. Pelatihan yang direncanakan untuk diselenggarakan karena ada kebutuhan nyata untuk itu dan harus jelas sasaran yang ingin dicapai.
53
Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for organizational effectiveness. (European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3. diakses pada 6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf
32
2. Seleksi peserta pelatihan. Para peserta pelatihan merupakan masukan yang paling penting karena mereka itulah yang menjadi sasaran pelatihan. Seleksi pelatihan akan menentukan berbagai hal seperti materi pelatihan dan teknik serta metode belajar-mengajar. 3. Penentuan materi pelatihan yang diharapkan memutakhirkan pengetahuan dan keterampilan karyawan serta meningkatkan kemampuan kerjanya. 4. Seleksi instruktur. Keberhasilan suatu program pelatihan sangat tergantung pada mutu dan kualifikasi pada instruktur yang terlibat. 5. Efektivitas pelatihan akan meningkat apabila berbagai prinsip pelatihan dipahami dan diterapkan dengan tepat. 6. Metode dan teknik belajar-mengajar. 7. Evaluasi. Untuk mengetahui efektif tidaknya suatu program pelatihan, evaluasi perlu dilakukan. Maksudnya ialah untuk mengetahui reaksi para peserta, keterampilan baru apa yang diperoleh mereka, perbaikan apa yang dapat dilakukan mereka, dan perubahan apa yang terjadi baik dalam diri peserta bersangkutan maupun dalam diri para manajer yang menggunakan tenaga kerja yang baru selesai mengikuti pelatihan tersebut.54 Program pelatihan harus mempunyai kegiatan terarah dan mempunyai sasaran yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai dalam melaksanakan kegiatannya. Hasil yang dicapai harus dirumuskan dengan jelas agar langkah
54
Sondang Siagian. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 161-163
33
langkah persiapan dan pelaksanaan dapat diarahkan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Kegiatan pelatihan dapat memberikan keuntungan bagi Lembaga Induk dan sumber daya manusia, berupa keahlian dan keterampilan yang selanjutnya akan menjadi aset yang berharga bagi Lembaga Induk. Sedangkan bagi sumber daya manusia sebagai peningkatan karir di masa mendatang. 3. Tujuan Pelatihan Menurut Veithzal Rivai, tujuan dari pelatihan adalah sebagai berikut: (a) meningkatkan kuantitas output; (b) meningkatkan kualitas output; (c) untuk menurunkan biaya limbah dan perawatan; (d) menurunkan jumlah dan biaya terjadinya kecelakaan; (e) menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta meningkatkan kepuasan kerja; (f) mencegah timbulnya antipati sumber daya manusia.55 Kegiatan pelatihan pada dasarnya bertujuan untuk melaksanakan perubahan tingkah laku berupa meningkatnya kemampuan mengambil keputusan, penerapan ilmu dan keterampilan yang baru dimiliki, motivasi untuk berkembang yang semakin besar, perubahan sikap dan perilaku sumber daya manusia, kemajuan dalam meniti karir, peningkatan penghasilan dan peningkatan kepuasan kerja.
55
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke praktik. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 299
34
F. Pelatihan untuk Pustakawan “Training is often used to refer to learning that is associated with the development of very specific skills and behaviours that are required in the workplace. Training may take place through a wide range of activities including the development of specific skills in the workplace, eg through instruction, coaching, and on-job-training, and also learning by attending specific training events”.56 Dari pernyataan Barbara Allan tersebut pelatihan sebagai sarana untuk pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan. Pengembangan keahlian khusus tersebut didapat dalam pengajaran, on-job-training dan juga dapat dipelajari dengan menghadiri pelatihan dan seminar yang spesifik sesuai dengan pekerjaan. Menurut Barbara Allan di dalam menentukan suatu pelatihan terdapat proses pelatihan yang digambarkan melalui empat tahap siklus pelatihan (training cycle), yaitu : (1) Training needs analysis ; (2) Design ; (3) Delivery ; (4) Evaluation. Training needs analysis atau analisis kebutuhan pelatihan memfokuskan kepada kebutuhan dari individu atau kelompok dalam melakukan kegiatannya
di
perpustakaan.
Proses
pelatihan
bertujuan
meningkatkan
pertumbuhan motivasi dari para staf perpustakaan dan manager dalam lingkungan pekerjaan. Menurut Barbara Allan (2000, p.5-6) proses training needs analysis
56
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 4
35
didasari atas 3 bagian yang masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi yakni : a. Kebutuhan yang relevan dari suatu organisasi/unit/personal (relevant to the needs of the organization/unit/individual) b. Penyajian dan penyampaian materi pelatihan (appropriately designed and delivered) c. Evaluasi untuk mendukung peningkatan keahlian yang berkesinambungan (evaluated to ensure continuous improvement) 57 Ward seperti dikutip oleh Barbara Allan menyatakan : “The information explosion continuous in size, complexity and diversity. Information overload is a recognized stress stimulus and our business is in managing, organizing and enabling the exploitation of information, so that we have control and contain the explosion on behalf of organizations and individuals who need or demand not overload but filtered, validated and authoritative information”.58 Menurut Margery Hyde seperti dikutip oleh Ray Prytherch faktor utama dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari pustakawan lebih spesifik pada kebutuhan para pustakawan perusahaan yang akan membuat perbedaan dalam penyajian pelayanan informasi kepada pemustakanya. Identifikasi kebutuhan tersebut didasari pada faktor-faktor berikut: peningkatan pendapatan (revenue),
57
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 5-6 58 Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 9
36
pengembangan
karir,
pemustaka,
teknologi
informasi,
dan
manajemen
informasi.59 Pelatihan tingkat dasar dalam suatu industri perpustakaan selalu didasari pada on-job-training yang meliputi penyusunan di rak (shelving), file kartu (card filing), memasukkan data (input data), inventori (inventories), kegiatan peminjaman (circulation activities), serials check in, dan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan rutin otomasi (activities related to automated outines).60 Berikut adalah kebutuhan pelatihan untuk pustakawan menurut Michael G. Williamson seperti dikutip oleh Barbara Allan, yaitu : a. Asisten Pustakawan : 1. Umum, meliputi : perpustakaan, layanan informasi, perusahaan. 2. Tugas Khusus, meliputi : penggunaan sistem komputer, otomasi perkantoran,
pengelolaan
rumah
tangga
perpustakaan
(library
housekeeping), layanan pelanggan. 3. Peran Khusus, meliputi : pendahuluan sampai pekerjaan informasi, referensi, dan perannya di dalam masyarakat. b. Pustakawan Profesional Junior. Pelatihan yang diperuntukkan untuk tingkatan ini berdasarkan pada orientasi subyek untuk mengembangkan keterampilan profesional yang lebih 59
Ray Prytherch. Handbook of library training practice. (England: Gower Publishing, 1990), h. 212
37
spesifik, yaitu : manajemen arsip atau pembuatan thesaurus (records management or thesaurus construction) atau berdasarkan topik khusus (based on a particular topic), yaitu informasi perusahaan, publikasi resmi, atau statistik bisnis (company information, official publications or business statistics). 61 Patricia
Layzell
Ward
seperti
dikutip
oleh
Barbara
Allan,
mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan untuk manager informasi (information manager), yaitu : a. Keterampilan interpersonal dapat dikembangkan melalui : -Hubungan dengan kolega (relationship with colleagues) -Komunikasi dengan semua level (communication at all levels) -Keterampilan diagnostik (diagnostic skills) -Menangani perubahan dan konflik (handling change and conflict) b. Keterampilan teknik dapat dikembangkan melalui : -Pembuatan indeks dan tesaurus (indexing and thesauri construction) -Menangani informasi dan teknologi dari yang sederhana sampai yang kompleks (information handling and technology from the simple to the complex) -Keterampilan mengajar (teaching skills) -Mengefektifkan biaya (costing and assesment of cost-effectiveness) 61
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 214
38
-Bahasa (languages) Menurut Michael G. Williamson saperai dikutip oleh Barbara Allan pada umumnya pelatihan dapat dipisahkan dalam lima kategori, yaitu : 1. Pengetahuan: akuisisi fakta (the acquisition of facts), informasi (information) dan prinsip-prinsip (principles). 2. Pelatihan keterampilan: menjadi mahir pada tindakan fisik yang khusus (becoming
adept
in
particular
physical
actions),
contohnya
mengoperasikan komputer. 3. Teknik: menerapkan pengetahuan dan keterampilan pada situasi kehidupan yang nyata melibatkan pendapat dan membuat keputusan (the application of knowledge and skill in a real-life situation involving judgement and decision making). 4.
Sikap pelatihan (Attitude training) : Mencoba merubah sikap dasar merupakan hal sulit bagi pengajar tetapi bisa menjadi esensial di banyak aspek kerja (attempting to change basic attitudes can be filled with difficulty for the trainer but can be essential in many aspects of our work), contohnya Health and Safety Training.
5.
Pengalaman (Experience) : Kebiasaan dari bentuk sebelumnya di atas merupakan satu periode waktu dan dalam suatu jenis situasi (regular
39
practice of all the previous forms over a period of time and in a variety of situations).62 G. Penelitian Terdahulu Dalam sub-bab ini, penulis memberikan beberapa penelitian terdahulu mengenai pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan. Penyantuman penelitian di bawah ini bertujuan agar penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Wening Kurniati Dewi Lakhsmi dengan judul “Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Perpustakaan Umum
Kotamadya
dan
Perpustakaan
Umum
Soemantri
Brodjonegoro
Pemerintah DKI Jakarta” pada tahun 2008. Tujuan penelitian tersebut yaitu untuk memperoleh gambaran tentang (1) kondisi sumber daya manusia di perpustakaan umum yang digambarkan oleh responden, (2) pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang telah dilakukan, (3) upaya yang telah dilakukan oleh staf perpustakaan umum untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan serta (4) program pelatihan dan pengembangan yang telah diikuti oleh para staf dapat membantu dalam melaksanakan pekerjaan. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode survai. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan, bahwa secara umum program dan jumlah pelaksanaan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan umum masih belum memuaskan serta belum dapat mencakup keseluruhan staf yang ada. 62
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 227
40
Sebagian besar staf perpustakaan umum merupakan lulusan SLTA dan belum memperoleh pendidikan formal dalam bidang perpustakaan. Meskipun demikian, staf perpustakaan memiliki keinginan untuk maju yang cukup tinggi dan bersedia untuk mengikuti program pelatihan dan pengembangan. Selain program pelatihan di luar dam seminar, perpustakaan umum mengadakan pelatihan di dalam dan rotasi kerja untuk meningkatkan kemampuan kerja. Kendala yang dihadapi adalah hal dana dan minimnya pendidikan yang dimiliki oleh para staf sebagai salah satu syarat untuk mengikuti acara pelatihan. Materi yang pernah diterima yaitu materi kepustakawanan tradisional dan materi yang mangacu pada ilmu-ilmu komputer, komunikasi, dan linguistik. Sedangkan pengetahuan dan kehalian yang dibutuhkan staf adalah pengetahuan komunikasi, komputer dan teknologi informasi, pengadaan, manajemen perpustakaan, pembuatan deskripsi bibliografi dan nomor kalsifikasi, bahasa inggris, dang pengetahuan dalam pembuatan indeks. Perbedaan pada penelitian penulis yaitu terletak pada objek yang memfokuskan kepada sumber daya manusia yang memiliki pendidikan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan dan tidak pendidikan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, tujuan penelitian yaitu mengetahui upaya dan kendala yang dihadapi oleh penyelenggara perpustakaan dan sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Metode penelitian dalam penelitian yang penulis lakukan pun berbeda, yaitu menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
41
Penelitian
yang
berjudul
“Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
Perpustakaan: studi kasus di Perpustakaan RSUP Fatmawati” oleh Cintia Septiani, tahun 2008 yang bertujuan untuk memahami manajemen sumber daya manusia yang meliputi penerapan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling serta hambatan yang dihadapi di dalam manajemen sumber daya manusia Perpustakaan RSUP Fatmawati. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia di Perpustakaan RSUP Fatmawati telah dilakukan secara konsisten. Dalam mengelola sumber daya manusia yang ada, perpustakaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. Hanya saja fungsi-fungsi manajemen tersebut tidak berdasarkan pada teori ilmu manajemen, tetapi berdasarkan kebutuhan dan pengalaman yang ada di perpustakaan. Hambatan yang dihadapi adalah perencanaan pengembangan yang terkadang tidak semua dapat terlaksana, keterbatasan sumber daya manusia yang ada di perpustakaan serta adanya kendala yang terkadang dihadapi oleh pimpinan perpustakaan di dalam mengarahkan dan mengerakkan staffnya. Perbedaan pada penelitian yang penulis lakukan tidak meneliti mengenai manajemen sumber daya manusia di perpustakaan sesuai dengan teori manajemen di atas. Penelitian yang penulis lakukan lebih mengarah kepada pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia ditinjau dari segi upaya dan kendala yang dihadapi SDM dan penyelenggara perpustakaan dan sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.
42
Sedangkan penelitian yang berjudul Efektivitas Pola Pembinaan Sumber Daya Perpustakaan oleh Heryati Suryantini, Tuti Sri Sundari, dan Suni Triani yang diterbitkan oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jurnal Pertanian Vol. 16, Nomor 1 Tahun 2007 bertujuan untuk mengetahui kemampuan sumber daya perpustakaan lingkup Departemen Pertanian, materi pembinaan yang telah diberikan dan aplikasinya di masing-masing perpustakaan, serta mengevaluasi efektivitas pola pembinaan. Tipe penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode survai. Hasil yang didapat yaitu lebih dari separuh responden (55,56) telah dibina kurang dari 4 kali durasi 1-2 hari. Materi pembinaan yang diterima meliputi pengolahan bahan pustaka, pelayanan perpustakaan, dan pengembangan pangkalan data. Materi pembinaan yang telah diaplikasikan (lebih dari 75%) meliputi pengeolahan bahan pustaka, pelayanan informasi secara manual dan elektronis, dan penataan koleksi, sedangkan materi pengembangan jaringan baru sedikit diaplikasikan. Materi pembinaan yang paling dibutuhkan adalah pengembangan pangkalan data, penyebaran informasi terbaru, dan pengembangan situs/web. Sebagian besar responden (85,19%) menyatakan pembinaan dengan cara magang di PUSTAKA paling efektif. Hambatan utama yang dialami responden dalam mengaplikasikan hasil pembinaan adalah ketersediaan fasilitas. Secara garis besar, penelitian di atas yaitu meneliti mengenai efek dari kegiatan pembinaan sumber daya manusia di perpustakaan yang telah sebelumnya oleh SDM di perpustakaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis adalah pendidikan dan pelatihan sumber daya perpustakaan sebelum melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Lebih lanjut penulis menitikberatkan kepada 43
upaya dan kendala penyelenggara perpustakaan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan. Penelitian yang berjudul Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bukan Sarjana Ilmu Perpustakaan sebagai Pustakawan di Perpustakaan UHAMKA Jakarta oleh Budi Kurniawan pada tahun 2012 yang bertujuan untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh Perpustakaan UHAMKA dan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia serta cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh UHAMKA dan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perpustakaan UHAMKA telah merencanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia berupa seminar dan pelatihan. Kendala bagi pustakawan adalah biaya, usia, waktu serta kemaampuan dalam bahasa asing dalam pengolahan koleksi. Secara garis besar, penelitian di atas yaitu meneliti pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis adalah pendidikan dan pelatihan sumber daya perpustakaan sebelum melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Lebih lanjut penulis menitikberatkan kepada upaya dan kendala penyelenggara perpustakaan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan.
44
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH KABUPATEN BOGOR
A.
Sejarah Singkat Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor Perpustakaan Daerah terbentuk dari penggabungan Kantor Arsip Daerah
dengan UPTD Perpustakaan.Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kab.Bogor dibentuk berdasarkan Perda.Kab. Bogor No. 35 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor yang kini telah disempurnakan dengan Perda Kab.Bogor No. 12 tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah. Pengelolaan arsip pada awalnya merupakan salah satu tugas dari sub bagian arsip dan ekspedisi pada Bagian Umum di SETDA sejak tahun 1977, namun disebabkan urgensinya sebagai lembaga yang secara khusus menangani kearsipan dan mempunyai otoritas dalam pelaksanaan tugas kearsipan baik di tingkat pusat maupun di daerah maka dibentuklah lembaga kearsipan yang bernama Kantor Arsip Daerah Kab. Bogor berdasarkan Perda.Kab.DT.II Bogor No. 07 Th. 1994 tentang Pembentukan Kantor Arsip Daerah Kabupaten DT.II Bogor yang disempurnakan dengan Perda.Kab. Bogor No. 25 Th. 2000 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten serta Perda Kabupaten Bogor No. 4 Th. 2001 tentang Struktur Organisasi Badan dan Kantor. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Perpustakaan pada Dinas Pendidikan dibentuk pada Tahun 2002 berdasarkan SK. Bupati No. 11.D. tentang
45
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas) Perpustakaan pada Dinas Pendidikan.
B.
Visi dan Misi Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor 1.
Visi
”Terwujudnya Profesionalisme Bidang Kearsipan dan Perpustakaan” 2.
Misi
a. Menjadikan KAPD Sebagai pusat Arsip Daerah dalam menunjang akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor. b.
Mengembangkan minat dan budaya baca masyarakat.
c.
Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Kearsipan dan Perpustakaan yang profesional dan mandiri.
d.
Meningkatkan kinerja kearsipan dan perpustakaan yang berbasis teknologi informasi.
e.
Meningkatkan kinerja kantor dalam penyelenggaraan kearsipan dan perpustakaan.
46
C.
Struktur Organisasi
Di Perpustakaan ada 3 orang di Kelompok Jabatan Fungsional Perpustakaan yaitu: 1) Nama Lengkap
: Andri Wijayanto,Sos
Pendidikan
: Strata 1 Ilmu Perpustakaan
Jabatan
: Pustakawan
2) Nama Lengkap
: Ade M. Sa‟ban, Amd
Pendidikan
: D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan
: Pustakawan
47
3) Nama Lengkap
: Rini Naritha
Pendidikan
: D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan
: Pustakawan
D. Personalia 1) Nama Lengkap
: Drs. H. Ferry Adnan, M.Si
Pendidikan
: Strata 2
Jabatan
: Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
2) Nama Lengkap
: Dra. Dewi
Pendidikan
: Strata 1 Ilmu Pemerintahan
Jabatan
: Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
3) Nama Lengkap
: Andri Wijayanto,Sos
Pendidikan
: Strata 1 Ilmu Perpustakaan
Jabatan
: Pustakawan
4) Nama Lengkap
: Ade M. Sa‟ban, Amd
Pendidikan
: D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan
: Pustakawan
5) Nama Lengkap
: Rini Naritha
Pendidikan
: D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan
: Pustakawan
6) Nama Lengkap Pendidikan
: Joko Rianto, S.IP : S1 Ilmu Pemerintahan
48
Jabatan
: Staf sirkulasi
7) Nama Lengkap
: Lutfi Hikmawan, SE
Pendidikan
: S1 Manajemen
Jabatan
: Staf pengolahan
E. Pendidikan yang dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
1. Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan sarana bagi Pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi professional. Pendidikan formal dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana dan magister di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga pendidikan dalam maupun luar negeri yang menyelenggarakan program bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Penyelenggara
perpustakaan
dalam
pendidikan
formal
hendaknya
mengacu kepada Keputusan Presiden No. 12/1961. Acuan tersebut yaitu dengan cara membuat kontrak kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau peraturan lembaga pendidikan setempat. Rumus kontrak kerja biasanya adalah P=2n+1, dengan pengertian bahwa n = lama pendidikan dan P = pengabdian kerja. Apabila pustakawan telah melakukan pendidikan dan tidak kembali bekerja di tempat semula maka pustakawan tersebut mengembalikan
49
minimal tiga kali jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara perpustakaan.63 b. Pendidikan Non-Formal Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat), penataran (up grading), symposium, seminar, lokakarya, kursus, magang (on the job training), studi banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan.64 Dalam artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services menyatakan bahwa kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pustakawan. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, coordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.65
63
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 32 64 Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 158 65 Libraries, Archives, Records and information Management Services. Artikel di akses pada 24 Maret 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/types-of-Apprenticeships/HealthPublic-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IM-Services.aspx)
50
c. Pendidikan Informal Selain pendidikan formal dan non formal bagi pustakawan, pendidikan informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan. Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan.66 Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antar pustakawan dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan diharapkan
mampu
mengambil
manfaat
dan
dapat
mengembangkan
pengetahuannya.67 (Nusantari, 2009)
66
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 159-160 67 Anita Nusantari. Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Meningkatkan Kinerja Perpustakaan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Juni 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline
51
F. Pelatihan yang dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
1. Pengertian Pelatihan Pengertian pelatihan menurut Olaniyan, “training is a systematic development of the knowledge, skills and attitudes required by employees that: perform adequately on a given task or job”. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Olaniyan bahwa pelatihan merupakan upaya pengembangan yang sistematis dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh pegawai untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang diberikan.68 Hal ini diamati pula oleh Adeniyi seperti dikutip oleh Olaniyan dan Ojo, mengungkapkan “staff training and development is a work activity that can make a very siginificant contribution to the overall effectiveness and profitability of an organization”.69 Pelatihan merupakan media untuk membangun sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan dan meningkatkan kinerja yang dihasilkan dalam pekerjaan. Upaya pelatihan memungkinkan sumber daya manusia untuk memperluas kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.
68
Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for organizational effectiveness. European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3. diakses pada 6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf 69 Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for organizational effectiveness. (European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3. diakses pada 6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf
52
2. Program Pelatihan Program pelatihan sangat penting bagi sumber daya manusia baru maupun sumber daya manusia lama. Sumber daya manusia baru sering tidak mengetahui secara pasti apa peranan dan tanggung jawab mereka. Maka program orientasi dan pelatihan perlu diberikan kepada mereka agar mengetahui program kerja perusahaan dan mengetahui peranan dan tanggung jawabnya. Sedangkan sumber daya manusia lama perlu diberikan pelatihan dan pengembangan untuk lebih memahirkan bidang kerjanya dan mempersiapkan tanggung jawab mereka di masa mendatang. Menurut Sondang Siagian, ada tujuh langkah utama dalam program pelatihan yang efektif, yaitu: 1. Analisis kebutuhan dan sasaran pelatihan. Pelatihan yang direncanakan untuk diselenggarakan karena ada kebutuhan nyata untuk itu dan harus jelas sasaran yang ingin dicapai. 2. Seleksi peserta pelatihan. Para peserta pelatihan merupakan masukan yang paling penting karena mereka itulah yang menjadi sasaran pelatihan. Seleksi pelatihan akan menentukan berbagai hal seperti materi pelatihan dan teknik serta metode belajar-mengajar. 3. Penentuan materi pelatihan yang diharapkan memutakhirkan pengetahuan dan keterampilan karyawan serta meningkatkan kemampuan kerjanya. 4. Seleksi instruktur. Keberhasilan suatu program pelatihan sangat tergantung pada mutu dan kualifikasi pada instruktur yang terlibat.
53
5. Efektivitas pelatihan akan meningkat apabila berbagai prinsip pelatihan dipahami dan diterapkan dengan tepat. 6. Metode dan teknik belajar-mengajar. 7. Evaluasi. Untuk mengetahui efektif tidaknya suatu program pelatihan, evaluasi perlu dilakukan. Maksudnya ialah untuk mengetahui reaksi para peserta, keterampilan baru apa yang diperoleh mereka, perbaikan apa yang dapat dilakukan mereka, dan perubahan apa yang terjadi baik dalam diri peserta bersangkutan maupun dalam diri para manajer yang menggunakan tenaga kerja yang baru selesai mengikuti pelatihan tersebut.70 Program pelatihan harus mempunyai kegiatan terarah dan mempunyai sasaran yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai dalam melaksanakan kegiatannya. Hasil yang dicapai harus dirumuskan dengan jelas agar langkah langkah persiapan dan pelaksanaan dapat diarahkan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Kegiatan pelatihan dapat memberikan keuntungan bagi Lembaga Induk dan sumber daya manusia, berupa keahlian dan keterampilan yang selanjutnya akan menjadi aset yang berharga bagi Lembaga Induk. Sedangkan bagi sumber daya manusia sebagai peningkatan karir di masa mendatang. 3. Tujuan Pelatihan Menurut Veithzal Rivai, tujuan dari pelatihan adalah sebagai berikut: (a) meningkatkan kuantitas output; (b) meningkatkan kualitas output; (c) untuk 70
Sondang Siagian. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 161-163
54
menurunkan biaya limbah dan perawatan; (d) menurunkan jumlah dan biaya terjadinya kecelakaan; (e) menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta meningkatkan kepuasan kerja; (f) mencegah timbulnya antipati karyawan. 71 Kegiatan pelatihan pada dasarnya bertujuan untuk melaksanakan perubahan tingkah laku berupa meningkatnya kemampuan mengambil keputusan, penerapan ilmu dan keterampilan yang baru dimiliki, motivasi untuk berkembang yang semakin besar, perubahan sikap dan perilaku sumber daya manusia, kemajuan dalam meniti karir, peningkatan penghasilan dan peningkatan kepuasan kerja. G. Pelatihan untuk Pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
“Training is often used to refer to learning that is associated with the development of very specific skills and behaviours that are required in the workplace. Training may take place through a wide range of activities including the development of specific skills in the workplace, eg through instruction, coaching, and on-job-training, and also learning by attending specific training events”.72 Dari pernyataan Barbara Allan tersebut pelatihan sebagai sarana untuk pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan. Pengembangan keahlian khusus tersebut didapat dalam pengajaran, on-job-training dan juga dapat 71
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke praktik. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 299 72 Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 4
55
dipelajari dengan menghadiri pelatihan dan seminar yang spesifik sesuai dengan pekerjaan. Menurut Barbara Allan di dalam menentukan suatu pelatihan terdapat proses pelatihan yang digambarkan melalui empat tahap siklus pelatihan (training cycle), yaitu : (1) Training needs analysis ; (2) Design ; (3) Delivery ; (4) Evaluation. Training needs analysis
atau analisis kebutuhan pelatihan
memfokuskan kepada kebutuhan dari individu atau kelompok dalam melakukan kegiatannya
di
perpustakaan.
Proses
pelatihan
bertujuan
meningkatkan
pertumbuhan motivasi dari para staf perpustakaan dan manager dalam lingkungan pekerjaan. Menurut Barbara Allan (2000, p.5-6) proses training needs analysis didasari atas 3 bagian yang masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi yakni : a. Kebutuhan yang relevan dari suatu organisasi/unit/personal (relevant to the needs of the organization/unit/individual) b. Penyajian dan penyampaian materi pelatihan (appropriately designed and delivered) c. Evaluasi untuk mendukung peningkatan keahlian yang berkesinambungan (evaluated to ensure continuous improvement) 73 Ward seperti dikutip oleh Barbara Allan menyatakan : “The information explosion continuous in size, complexity and diversity. Information overload is a recognized stress stimulus and our business is in managing, organizing and
73
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 5-6
56
enabling the exploitation of information, so that we have control and contain the explosion on behalf of organizations and individuals who need or demand not overload but filtered, validated and authoritative information”.74 Menurut Margery Hyde seperti dikutip oleh Ray Prytherch faktor utama dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari pustakawan lebih spesifik pada kebutuhan para pustakawan perusahaan yang akan membuat perbedaan dalam penyajian pelayanan informasi kepada pemustakanya. Identifikasi kebutuhan tersebut didasari pada faktor-faktor berikut: peningkatan pendapatan (revenue), pengembangan
karir,
pemustaka,
teknologi
informasi,
dan
manajemen
informasi.75 Pelatihan tingkat dasar dalam suatu industri perpustakaan selalu didasari pada on-job-training yang meliputi penyusunan di rak (shelving), file kartu (card filing), memasukkan data (input data), inventori (inventories), kegiatan peminjaman (circulation activities), serials check in, dan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan rutin otomasi (activities related to automated outines).76 Berikut adalah kebutuhan pelatihan untuk pustakawan menurut Michael G. Williamson seperti dikutip oleh Barbara Allan, yaitu : a. Asisten Pustakawan : 1. Umum, meliputi : perpustakaan, layanan informasi, perusahaan. 74
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 9 75 Ray Prytherch. Handbook of library training practice. (England: Gower Publishing, 1990), h. 212
57
2. Tugas Khusus, meliputi : penggunaan sistem komputer, otomasi perkantoran,
pengelolaan
rumah
tangga
perpustakaan
(library
housekeeping), layanan pelanggan. 3. Peran Khusus, meliputi : pendahuluan sampai pekerjaan informasi, referensi, dan perannya di dalam masyarakat. b. Pustakawan Profesional Junior. Pelatihan yang diperuntukkan untuk tingkatan ini berdasarkan pada orientasi subyek untuk mengembangkan keterampilan profesional yang lebih spesifik, yaitu : manajemen arsip atau pembuatan thesaurus (records management or thesaurus construction) atau berdasarkan topik khusus (based on a particular topic), yaitu informasi perusahaan, publikasi resmi, atau statistik bisnis (company information, official publications or business statistics). 77 Patricia
Layzell
Ward
seperti
dikutip
oleh
Barbara
Allan,
mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan untuk manager informasi (information manager), yaitu : a. Keterampilan interpersonal dapat dikembangkan melalui : -Hubungan dengan kolega (relationship with colleagues) -Komunikasi dengan semua level (communication at all levels) -Keterampilan diagnostik (diagnostic skills) -Menangani perubahan dan konflik (handling change and conflict) 77
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 214
58
b. Keterampilan teknik dapat dikembangkan melalui : -Pembuatan indeks dan tesaurus (indexing and thesauri construction) -Menangani informasi dan teknologi dari yang sederhana sampai yang kompleks (information handling and technology from the simple to the complex) -Keterampilan mengajar (teaching skills) -Mengefektifkan biaya (costing and assesment of cost-effectiveness) -Bahasa (languages) Menurut Michael G. Williamson saperai dikutip oleh Barbara Allan pada umumnya pelatihan dapat dipisahkan dalam lima kategori, yaitu : 1. Pengetahuan: akuisisi fakta (the acquisition of facts), informasi (information) dan prinsip-prinsip (principles). 2. Pelatihan keterampilan: menjadi mahir pada tindakan fisik yang khusus (becoming
adept
in
particular
physical
actions),
contohnya
mengoperasikan komputer. 3. Teknik: menerapkan pengetahuan dan keterampilan pada situasi kehidupan yang nyata melibatkan pendapat dan membuat keputusan (the application of knowledge and skill in a real-life situation involving judgement and decision making). 4.
Sikap pelatihan (Attitude training) : Mencoba merubah sikap dasar merupakan hal sulit bagi pengajar tetapi bisa menjadi esensial di banyak
59
aspek kerja (attempting to change basic attitudes can be filled with difficulty for the trainer but can be essential in many aspects of our work), contohnya Health and Safety Training. 5.
Pengalaman (Experience) : Kebiasaan dari bentuk sebelumnya di atas merupakan satu periode waktu dan dalam suatu jenis situasi (regular practice of all the previous forms over a period of time and in a variety of situations).78
H. Tata Tertib 1. Jam Buka Perpustakaan Hari
Jam Buka
Senin-Kamis
: 08.00-12.00 dan 13.00-15.00 WIB
Jum‟at
: 08.00-11.30 dan 13.30-15.00 WIB
Sabtu
: 08.00-12.00 WIB
Minggu dan Hari Libur Nasional
: Tutup/libur
2. Tata Tertib Pengunjung Setiap pengunjung Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor wajib: a. Mengisi daftar pengunjung yang telah disediakan dengan sistem otomasi/barcode (khusus tamu menunjukkan kartu identitas kepada petugas) b.
Setiap pengunjung Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten diminta untuk turut menjaga ketenangan, ketertiban dan kebersihan ruang perpustakaan dengan:
78
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British : Library Association Publishing, 2000), h. 227
60
1) Tidak membuat keributan, bercanda, berteriak, mengobrol dan tindakan lain yang mengganggu sesama pengunjung 2) Tidak makan, minum dan merokok di ruang perpustakaan 3) Tidak mencoret-coret meja dan peralatan lain di dalam ruang perpustakaan 4) Tidak memindahkan meja dan kursi yang telah ditata 5) Membuang sampah di tempat yang telah disediakan c.
Tidak diperkenankan berdiskusi di dalam ruang koleksi dan referensi
d.
Pengunjung wajib berpakaian rapi dan sopan
e.
Tidak diperkenankan membawa keluar buku/majalah/bahan pustaka lainnya milik perpustakaan tanpa dicatat dahulu di bagian peminjaman
f.
Pencurian dan penyobekan bahan pustaka merupakan pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi administrasi dan pencabutan sebagai anggota perpustakaan
g.
Staf/petugas perpustakaan berhak untuk menegur dan meminta kepada pengunjung yang dianggap mengganggu ketenangan suasana untuk meninggalkan ruang perpustakaan.
h.
Tata tertib ini berlaku bagi semua pengunjung Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
i.
Sanksi dapat dikenakan kepada setiap anggota atau pemakai perpustakaan yang tidak mentaati tata tertib
3. Peraturan Peminjaman 1.
Buku hanya dipinjamkan kepada anggota perpustakaan.
2.
Setiap anggota dapat meminjam 2 buku untuk jangka waktu 1 minggu.
61
3.
Buku yang boleh dipinjam hanya buku teks.
4.
Majalah, Prosiding, Bahan Referens, tidak boleh dipinjam.
5.
Peminjam yang membaca ditempat tidak boleh mengembalikkan sendiri bahan pustaka ke rak. Bahan pustaka harus ditinggalkan dimeja baca.
6.
Setiap ada keterlambatan akan dikenakan denda sebesar Rp 500/judul/hari. Pengguna yang merusak atau menghilangkan sebagian atau seluruh buku wajib menggantinya dengan buku yang sama atau uang sebesar harga buku sekarang
4. Sanksi dan Biaya Administrasi 1. Jika terlambat mengembalikan buku. Hukumannya dikenakan denda Rp 250/hari untuk anak-anak, Rp 500/hari untuk dewasa. 2. Jika merusak buku, anggota tersebut diminta untuk mengganti biaya perbaikan atau memperbaiki sendiri. Bila rusak berat anggota yang bersangkutan diminta untuk mengganti dengan buku yang sama atau buku lain dengan harga yang sama ditambah biaya pengolahan 3. Jika menghilangkan buku, anggota tersebut dapat diminta mengganti dengan buku yang sama atau seharga buku ditambah biaya pengolahan 4. Pencurian dan penyobekan bahan pustaka merupakan pelanggaran. Untuk pelanggar dapat dicabut keanggotaannya atau dikenakan sanksi adminstrasi.
62
I. Pelayanan 1. Sistem Layanan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor menggunakan sistem terbuka. Sistem layanan terbuka diberlakukan kepada pemustaka dalam pencarian koleksi berupa buku teks. 2. Jenis Layanan Jenis Layanan yang terdapat di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor berupa layanan Sirkulasi, layanan Penelusuran Artikel/Informasi Layanan Referens Layanan Baca Anak,Layanan Baca Remaja,Layanan Internet dan Hot Spot ( Wi –Fi ),Layanan Audio Visual, Layanan Perpustakaan Keliling. J. Koleksi Pada dasarnya koleksi yang terdapat di Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor sama dengan koleksi di perpustakaan lainnya. Terdapat buku teks yang disusun berdasarkan kelas masing-masing, seperti kelas Agama, Ilmu Sosial, Bahasa, Kesusastraan, Geografi dan Sejarah, dll.Lainnya seperti koleksi yang berupa CD, VCD,DVD, Majalah, Koran, Peta, dll. 1. Buku
No 1 2 3 4 5 6
Jenis Bahan Perpustakaan 000 Karya Umum 100 Filsafat dan Psikologi 200 Agama 300 Ilmu Sosial 400 Bahasa 500 Ilmu Murni
Judul
Eksemplar
568 417
2869 1659
839 1067 506 539
2666 3935 1795 2173
63
7 8 9 10
600 Ilmu terapan 700 Kesenian dan Olahraga 800 Kesusastraan 900 Geografi dan Sejarah Jumlah
1039 466
3168 1650
1041 531
3369 1805
7862
28033
2. Multimedia Kaset
: 0 buah
CD/VCD/DVD
: 80 buah
3. Serial Majalah
: 7 judul
Koran/tabloid
: 6 judul
Jurnal
: 2 judul
4. Kartografi Peta
: 5 judul (tambahan dlm bentuk CD 5 judul: bogor tempo dulu)
Atlas
: 10 judul
Globe
: 1 buah
Foto
: 2 buah (dalam bentuk CD 10 judul)
Lukisan
: 14 buah (dalam bentuk CD 5 judul)
K. Fasilitas Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memiliki fasilitas, antara lain: ruang baca dewasa, ruang baca anak, internet, audio visual, hospot area, OPAC, loker/penyimpangan tas dan papan pengumuman
64
L. Gedung dan Ruang Perpustakaan Umum memiliki 1 (satu) gedung. Gedung perpustakaan memiliki ruang sirkulasi, ruang pengolahan, ruang kepala seksi pengelolaan perpustakaan, ruang baca dewasa dan anak, ruang koleksi dewasa dan anak, ruang referensi, ruang tandon buku dan ruang penitipan barang/tas. M. Jaringan Kelembagaan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah dan staf perpustakaan melakukan rapat koordinasi sebanyak 2 kali setiap bulannya. Kegiatan teknis seperti pengadaan, pengolahan dan pelayanan dilakukan oleh masing-masing staf. Tetapi dalam kegiatan manajemen perpustakaan dipusatkan kepada Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah dan Kepala Seksi Pengolahan Perpustakaan. Sistem otomasi yang digunakan oleh Perpustakaan yaitu sistem otomasi SIMAP (Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan).
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor mengenai pendidikan dan pelatihan SDM Perpustakaan. Hasil penelitian berupa
wawancara dan
dokumentasi dengan informan yang berhubungan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia perpustakaan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Penulis memlilih informan beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah informan yang menjabat sebagai Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan dan pustakawan serta sumber daya manusia yang tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor Kriteria Informan Nama Inisial Ferry Adnan (FA)
Andri Wijayanto (AW)
Jabatan Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan Pustakawan
Rini Naritha (RH)
Pustakawan
Ade M. Sa‟ban (AM)
Pustakawan
Joko Rianto (JR)
Staf
Meriyani Dewi (MD)
Kriteria Penanggung jawab perpustakaan, pustakawan dan SDM Penanggung jawab pengelolaan perpustakaan Pustakawan pelaksana pendidikan dan pelatihan Pustakawan pelaksana pendidikan dan pelatihan Pustakawan pelaksana pendidikan dan pelatihan Sumber daya manusia tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan 66
TB. Lutfi (LH)
Hikmawan Staf
Sumber daya manusia tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik wawancara, data-data informasi yang penulis butuhkan yaitu mengenai upaya pendidikan dan pelatihan yang dilakukan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan jumlah pertanyaan wawancara berjumlah 3 pertanyaan. Sedangkan mengenai upaya yang dilakukan oleh sumber daya manusia dalam pencapaian sesuai standar nasional sebagai pustakawan dengan jumlah pertanyaan wawancara berjumlah 4 pertanyaan. Selanjutnya mengenai cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh penyelenggara perpustakaan dan sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan berjumlah 2 pertanyaan. Dalam hal penelitian dokumentasi, peneliti melakukan peninjauan dengan surat tugas dan sertifikasi pustakawan dalam pendidikan dan pelatihan.
67
B. Hasil Penelitian 1. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Dilakukan untuk Meningkatkan Kualifikasi SDM Upaya Perpustakaan dalam penelitian ini adalah upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam mengelola kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia tingkat kabupaten, kecamatan, desa, dan taman bacaan masyarakat umum. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memberikan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia perpustakaan secara formal, non-formal dan informal kepada sumber daya manusia perpustakaan tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan taman bacaan masyarakat umum. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia perpustakaan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal, non-formal dan informal dalam menunjang pekerjaannya di perpustakaan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2001 tentang perpustakaan pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan merupakan tanggung jawab penyelenggara perpustakaan. Selanjutnya pada ayat 2, tanggung jawab tersebut berupa pemberian pendidikan dengan cara formal atau non-formal kepada pustakawan. Hermawan dan Zen menambahkan bahwa kegiatan informal dapat diberikan oleh pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan.
68
Dalam penelitian ini, penulis menentukan kepala kantor arsip dan perpustakaan dan pustakawan sebagai penyelenggara perpustakaan yang bertanggung jawab dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan. Informan penyelenggara perpustakaan yaitu FA sebagai Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan, AW sebagai pustakawan. a. Perencanaa kegiatan pendidikan dan pelatihan Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia telah direncanakan sebelum dalam rencana kerja. Kegiatan tersebut memiliki anggaran sendiri dalam periode tersendiri dalam setiap periode rencana kerja Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Sesuai dengan hasil wawancara dengan FA bahwa kegiatan yang direncanakan meliputi kegiatan seminar, pelatihan bahkan studi banding di perpustakaan lain bagi pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Ya sudah direncanakan seminar-seminar, pelatihan juga, ada juga saya merencanakan studi banding di perpustakaan lain. 79 Sekarang ini hanya kegiatan seminar atau pelatihan yang telah berjalan dari rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan lain seperti magang atau studi banding belum terlaksana dan dalam tahap perencanaan. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan satu tahun sebelum direncanakan sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan dilaksanakan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan MD sebagai berikut:
79
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
69
Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.80 Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan satu tahun dilaksanakan tingkat pusat (perpusnas maupun daerah (provinsi, kabupaten). Sesuai dengan hasil wawancara dengan AW sebagai berikut: Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan satu tahun sebelumnya baik di tingkat pusat (perpusnas maupun daerah (provinsi, kabupaten).81 Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor merencanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa. Dengan cara monitoring dan evaluasi (MOEV) mengenai Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa. Kegiatan tersebut di ikuti oleh pustakawan dan staf Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa selama 1 hari. Bapusida menyelenggarakan 3 hari bimbingan teknis (Bintek) mengenai pengelolaan Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa. Sesuai dengan hasil wawancara dengan JR sebagai berikut: Ada melalui rencana, misalnya pembinaan dan pengembangan perpustakaan sekolah dan desa. Monitoring dan evaluasi (MOEV) mengenai perpustakaan sekolah dan desa.82 Di dalam perpustakaan, 1 hari kegiatan. Di Bapusida menyelenggarakan 3 hari Bintek mengenai pengelolaan perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa.83 Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia memiliki anggaran sendiri dalam periode tersendiri dalam setiap periode rencana kerja Perpustakaan
80
Wawancara pribadi dengan Meriyani Dewi. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 82 Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 83 Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 81
70
Umum Daerah Kabupaten Bogor. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di tingkat pusat menggunakan dana APBN, sedangkan di tingkat daerah menggunakan dana APBD. Sesuai dengan hasil wawancara dengan FA sebagai berikut: Dana kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di tingkat Pusat menggunakan dana APBN dari Negara, sedangkan Dana kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di tingkat Daerah menggunakan dana APBD dari Daerah.84 Dilihat dari sumber dananya, di danai oleh APBN, SDM di tingkat daerah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusat (Perpustakaan Nasional). Sedangkan di danai oleh APBD, Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor merencanakan secara matang dalam segi kebutuhan pesertanya yang akan mengikuti pendidikan dan pelatihan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan AW sebagai berikut: Tergantung dana kegiatannya, apabila di danai oleh APBN maka SDM di tingkat daerah, tinggal mengikuti dan menyesuaikan, anggaran APBD harus direncanakan secara matang baik dari sisi kebutuhan pesertanya yang akan diberikan materi diklat karena kemampuan SDM di daerah berbeda-beda.85 Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia direncanakan bertujuan untuk sumber daya manusia yang belum memiliki kompetensi atau pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan FA sebagai berikut:
84 85
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014
71
Kegiatan terus direncanakan untuk SDM belum memiliki kompetensi dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.86 Jadi dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sudah merencanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal, non-formal dan informal selama satu tahun. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di tingkat pusat menggunakan dana APBN, sedangkan di tingkat daerah menggunakan dana APBD. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia direncanakan bertujuan untuk sumber daya manusia yang belum memiliki kompetensi atau pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan. b. Koordinasi dengan lembaga induk Bentuk koordinasi di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu dengan cara rapat koordinasi, berkomunikasi melalui telepon dan surat-menyurat. Hal tersebut tercermin dari hasil wawancara dengan FA berikut ini: Kita juga ada rapat koordinasi ya, satu bulan sebanyak 2 dua kali. Terus juga surat-menyurat atau via telepon juga.87 Sedangkan koordinasi dengan lembaga induk dilakukan mengajukan proposal atau mengajukan surat untuk pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Hal ini juga disampaikan oleh FA yaitu sebagai berikut: Saya paling membuat proposal ke lembaga induk atau saya mengajukan surat ke pimpinan untuk menunjukkan staff untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan gitu ya.88
86
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 88 Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 87
72
c. Pemilihan pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia pihak penyelenggara perpustakaan akan mengutus pustakawan untuk mengikuti suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan. Pengutusan tersebut dapat mengacu kepada suatu ketentuan khusus. Menurut penulis acuan tersebut dapat berupa jabatan atau posisi pustakawan disesuaikan dengan tema kegiatan pendidikan dan pelatihan tersebut. Dengan acuan seperti itu hasil dari kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia akan lebih efektif dan efisien dalam mengelola perpustakaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutarno NS. Dalam penelitian yang penulis lakukan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Penunjukkan pustakawan dalam mengikuti sebuah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dilakukan dengan cara menunjuk pustakawan yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut bermaksud agar semua pustakawan yang ada di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memiliki kemampuan yang sama. Hal diatas disampaikan oleh FA. Pustakawan yang ditunjuk yaitu dengan ketentuan yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.89 Jadi dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam memilih pustakawan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dilakukan dengan cara pemerataan kepada pustakawan bukan dari segi kebutuhan yang berkaitan dengan keefektifan dan keefisienan dalam mengelola perpustakaan sesuai dengan pendapat Sutarno NS. 89
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
73
d. Fasilitas bagi pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor bertanggung jawab atas berjalannya kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan. Tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari pemberian kesempatan sumber daya manusia yang ada di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dalam rangka penunjang kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor pun memberikan beberapa fasilitas berupa uang transport, uang saku serta surat tugas kepada pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan fasilitas penginapan, apabila kegiatan pendidikan dan pelatihan dilaksanakan lebih dari satu hari, dapat sertifikat. Sesuai dengan hasil wawancara dengan AW sebagai berikut: Dari kantor dapat transport, penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.90
2. Upaya Sumber Daya Manusia Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi SDM Upaya sumber daya manusia adalah upaya untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal, non-formal dan informal dalam menunjang pekerjaan. Merujuk kepada Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2001 tentang Perpustakaan pasal 1 ayat 8 bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam mengelola perpustakaan. Kompetensi 90
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014
74
tersebut dapat diperoleh dari formal, non-formal maupun informal. Hermawan dan Zen menjelaskan bahwa kegiatan formal meliputi kuliah di bidang ilmu perpustakaan. Kegiatan non-formal meliputi kegiatan seminar, pelatihan, magang dan lain sebagainya. Kegiatan informal merupakan kegiatan yang berasal dari keinginan diri sendiri untuk mengembangkan kompetensi atau kemampuan diri sendiri di bidang ilmu perpustakaan. Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan ketiga kegiatan tersebut yang dilakukan oleh pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. a. Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia secara formal dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia untuk mengikuti kuliah di bidang yang terkait. Dalam penelitian ini, tentunya pemberian kesempatan kepada pustakawan dalam hal pendidikan dan pelatihan berupa kuliah di bidang ilmu perpustakaan. Dalam penelitian ini terdapat 4 pustakawan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yang tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan tidak pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dengan cara mengikuti kuliah di bidang ilmu perpustakaan. Akan tetapi Lembaga Induk telah memberikan sebuah kesempatan bagi pustakawan yang ingin kuliah di bidang ilmu perpustakaan. Pemberian kuliah tidak hanya bidang ilmu perpustakaan tetapi terdapat pula bidang lain. Hal tersebut disampaikan oleh AW dalam wawancara dengan penulis
75
Ada, gk cuma bidang perpustakaan saja, bidang lain juga boleh, silahkan.91 Sedangkan terdapat 3 informan yang menyatakan ingin kuliah di bidang ilmu perpustakaan yaitu AW, D, FA, RN. Keinginan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan pun memiliki kendala tersendiri. Kendala tersebut berupa waktu, biaya serta alasan telah berkeluarga. Dengan kendala tersebut, pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yang memiliki keinginan untuk kuliah tidak tercapai. Sehingga kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dengan cara pemberian kegiatan formal kepada para pustakawan belum terlaksana. b. Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal yang dilakukan pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu dengan cara mengikuti seminar, pelatihan, kursus dan workshop mengenai bidang ilmu perpustakaan. Semua pustakawan pernah mendapatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal. Berikut hasil wawancara dengan FA : Semua pustakawan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor pernah mendapatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal, seperti seminar, pelatihan, kursus dan workshop mengenai bidang ilmu perpustakaan dari tingkat kabupaten, propinsi dan nasional.92
Selain informan pernah mendapatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal terdapat pula informan yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang didapatkan sesuai dengan pekerjaan masing-
91 92
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
76
masing informan. Informan tersebut yaitu LH sebagai staf pengolahan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Kegiatan yang didapatkan yaitu berupa workshop dengan tema pengolahan bahan pustaka. Berikut hasil wawancara dengan LH: Pernah saya mengikuti seminar tentang workshop bahan pengolahan bahan pustaka perpustakaan.93 Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal ini sudah terlaksana dengan baik, karena semua pustakawan pernah mengikuti seminar, pelatihan, kursus dan workshop mengenai bidang ilmu perpustakaan dan tema pendidikan dan pelatihan secara non-formal sudah sesuai dengan pekerjaan masing-masing pustakawan. c. Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara informal Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia secara informal merupakan inisiatif manusia itu sendiri. Lebih lanjut Rizal Saiful-Haq menyatakan setiap kompetensi sikap dibutuhkan dalam diri pustakawan yaitu sikap senang terhadap buku, berkomunikasi, senang terhadap tantangan dan teknologi baru serta mampu memecahkan masalah. Sedangkan menurut Hendro Wicaksono sikap ini disebut dengan jiwa entrepreneurship. Dalam penelitian ini kegiatan informal yang dilakukan oleh pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Cara yang dilakukan yaitu dengan cara berdiskusi atau bertanya kepada teman sejawat mengenai ilmu perpustakaan, membaca buku tentang ilmu perpustakaan serta berkunjung ke perpustakaan lain
93
Wawancara pribadi dengan Lutfi Hikmawan. 07 Mei 2014
77
dengan maksud melakukan penelitian sederhana dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Dalam hal diskusi atau bertanya kepada teman sejawat, pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor sering melakukan kegiatan tersebut. Tema yang sering didiskusikan atau ditanyakan mengenai tentang pelayanan teknis, peraturan perpustakaan serta arahan dari atasan ke bawahan. Dengan cara seperti ini pustakawan mendapatkan pengetahuan mengenai bidang ilmu perpustakaan. Kegiatan informan lainnya yaitu dengan cara membaca buku mengenai bidang ilmu perpustakaan. Kegiatan ini dilakukan pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor apabila terdapat waktu luang. Sehingga pustakawan jarang melakukan kegiatan informal dalam bentuk membaca buku untuk meningkatkan pengetahuan di bidang ilmu perpustakaan. Dalam kegiatan berkunjung ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian sederhana hanya beberapa pustakawan yang melakukan kegiatan tersebut yaitu FA, MD dan AW. Selebihnya, pustakawan melakukan kegiatan seperti ini jika terdapat surat tugas serta terdapat waktu luang untuk berkunjung ke perpustakaan. Berikut hasil wawancara dengan informan yang menyatakan belum melakukan kegiatan tersebut yaitu sebagai berikut: Belum pernah tapi kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor pernah, waktu itu ke Perpustakaan Umum Daerah Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Perpustakaan Nasional.94
94
Wawancara pribadi dengan Ade M. Sa‟ban. 07 Mei 2014
78
Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu ke Perpustakaan Propinvi Jawa Barat dan Perpustakaan Provinsi Yogyakarta.95 Kegiatan informal lainnya yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan yaitu pengajuan diri untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kepada penyelenggara perpustakaan. Dalam hal ini pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor tidak banyak melakukan kegiatan ini. Faktor yang mempengaruhinya adalah ketidaktahuan terhadap informasi mengenai kegiatan berupa seminar atau pelatihan di bidang ilmu perpustakaan. Pernyataan tersebut adalah hasil wawancara penulis dengan JR sebagai berikut: Nggak pernah, kalau saya kan nggak tau kalau ada informasi seminar yang ada di luar kecuali ada undangan dari lembaga induk baru kita respon.96 Sedangkan informan yang pernah mengajukan diri untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia berupa seminar atau pelatihan yaitu FA, MD dan AW. Pernah, waktu itu sih di kasih tapi nggak tau juga kalau pemimpin yang kedepannya. Itu juga nggak boleh banyak-banyak, satu-satu.97 Pernah juga, kadang-kadang saya mengikuti di Bapusipda Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional.98 Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan di Bapusipda Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional.99 Dalam kegiatan informal yang dilakukan oleh pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor terbilang baik. Tidak sedikit pustakawan yang berinisiatif untuk membaca buku mengenai bidang ilmu perpustakaan, diskusi 95
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 97 Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 98 Wawancara pribadi dengan Meriyani Dewi. 07 Mei 2014 99 Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 96
79
kepada teman sejawat, berkunjung ke perpustakaan lain dalam rangka melakukan penelitian sederhana dan mengajukan diri untuk mengikuti seminar atau pelatihan tanpa tawaran dari Lembaga Induk. 3.
Kendala dan Cara Mengatasinya Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kendala
tersebut berasal dari dalam dan luar diri sumber daya manusia itu sendiri. Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai kendala serta cara mengatasi kendala tersebut yang dilakukan oleh penyelenggara perpustakaan dan pustakawan. a.
Kendala dan Cara Mengatasinya oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Pihak penyelenggara perpustakaan merencanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia tidak terlepas suatu kendala. Dalam penelitian ini Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam kegiatan tersebut memiliki kendala berupa SDM yang kurang mengembangkan diri dalam mengikuti seminar atau pelatihan di bidang ilmu perpustakaan. Kendala berupa SDM yang dinilai kurang mengembangkan diri ini terjadi karena adanya rasa ketidaksukaan SDM menjadi pustakawan serta ketidakinginan mengikuti pelatihan seorang diri. Kendala seperti ini tidak sesuai dengan pendapat Rizal Saiful-Haq dan Hendro Wicaksono mengenai kompetensi sikap bagi pustakawan. Sedangkan cara yang dilakukan penyelenggara perpustakaan untuk mengatasi kendala yaitu memberikan motivasi berupa kompensasi kedisiplinan dan tunjangan. Berikut hasil wawancara dengan FA: 80
Saya rasa ada staf yang kurang untuk mengembangkan diri juga, saya juga kurang tau alasannya mereka itu apa, saya juga sudah berusaha memberikan mereka kesempatan buat pelatihan tapi mereka pengennya bareng-bareng berdua bertiga padahal dari lembaga induknya sendiri hanya memberikan untuk satu orang. Saya coba memberikan suatu motivasi berupa kopensasi dan tunjangan.100 Hal lain yang dianggap sebagai kendala kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor adalah kebijakan lembaga induk dalam pengutusan pustakawan dalam mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan. Kebijakan lembaga induk hanya memberikan satu orang dalam satu kegiatan seminar atau pelatihan yang diadakan oleh pihak luar. Kebijakan lembaga induk ini juga mengacu kepada kurangnya sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor sehingga hanya satu orang yang akan diutus untuk mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan dan kegiatan perpustakaan dapat berjalan. Penyelenggara perpustakaan mengatasi kendala ini dengan menghimbau bagi SDM yang telah mengikuti seminar atau pelatihan diharapkan untuk memberikan informasi atau dipresentasikan kepada teman sejawat mengenai hasil seminar atau pelatihan yang dilakukannya. Dengan cara seperti ini SDM yang tidak mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan akan mendapatkan informasi atau pelajaran dari seminar atau pelatihan tersebut. Hal tersebut disampaikan AW dalam wawancara sebagai berikut: Ya paling kalau ada seminar atau pelatihan ya tidak boleh ikut semua, karena disini juga kan orangnya cuma sedikit, kalau ikut semua kan takutnya perpustakaan tidak berjalan. Ketika ada seseorang yang mengikuti pelatihan, kita juga kan mengharapkan setelah pelatihan itu memberikan informasi, presentasi kepada teman-teman apa saja yang didapatkan dari sana. Itu salah satunya menjadi terwakili ketika ada 100
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
81
pelatihan, ya ditularkan lah kepada teman-teman, mungkin dengan materinya yang dibawa, pengalaman yang didapat dan lain-lain ya.101
Kegiatan pendidikan dan pelatihan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor sering dilakukan dengan cara mengikuti seminar atau pelatihan kepada pustakawan. Kegiatan seminar atau pelatihan ini terkadang menimbulkan kendala bagi penyelenggara perpustakaan. Kendala yang dimaksud adalah pembahasan tema yang terlalu luas dalam suatu seminar. Hal ini dijelaskan oleh AM yang menyatakan terkadang tema dalam suatu seminar tersebut ditentukan oleh peserta seminar tersebut. Sehingga pihak penyelenggara perpustakaan belum bisa mengatasi kendala ini karena ketidaktahuan akan informasi mengenai kegiatan seperti seminar dengan pembahasan tema yang lebih khusus. Berikut hasil wawancara dengan AM: Kendalanya terkadang pihak penyelenggara seminar atau workshop itu bukan dibawah lembaga negara jadi mereka mengumpulkan pustakawan seluruh Indonesia dan tema itu dilemparkan ke peserta seminar itu juga. Jarang belum pernah ada tema yang secara khusus.102 Dengan kendala yang dialami oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia penulis berpendapat bahwa hampir semua kendala dapat teratasi. Hanya kendala mengenai tema seminar atau pelatihan yang belum dapat diatasi. Sedangkan penyelesaian masalah berupa pemberian kompensasi kepada pustakawan belum dianggap penyelesaian masalah yang baik karena akan menimbulkan masalah lain. Faktor ini juga menyangkut kebijakan Lembaga Induk di masa yang akan datang. 101 102
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Ade M. Sa‟ban. 07 Mei 2014
82
b. Kendala dan Cara Mengatasinya oleh Pustakawan Terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa yang dialami oleh pustakawan. Kendala tersebut berupa usia, biaya, waktu dan kemampuan dalam bahasa asing . Salah satu informan yaitu JR memiliki kendala berupa biaya dan waktu untuk mengikuti kuliah. Dalam mengatasi kendala ini, informan tidak dapat mengatasi kendala yang dialaminya. Berikut adalah pernyataan JR: Ya kalau kendala saya sendiri dalam pengembangan karir paling biayanya untuk kuliah terus waktu juga. Kalau kita kuliah kan waktu kerja kita kan dari pagi sampai sore jadi sudah waktu kita sudah habis buat kerja.103 Kendala waktu juga dialami oleh RN. berbeda dengan JR, waktu yang dimaksud oleh RN adalah kurangnya waktu untuk kegiatan diskusi atau bertanya kepada teman sejawat. Informan mengatasi kendala waktu untuk diskusi atau bertanya kepada teman sejawat dengan cara menggunakan jam istirahat untuk melakukan kegiatan diskusi atau bertanya kepada teman sejawat. Hal tersebut tercermin dalam wawancara dengan RN yaitu sebagai berikut: Ya mungkin kendalanya itu keterbatasan waktu. Kita kan kadang-kadang sudah capek dengan tugas kita, jadi kadang-kadang menyita waktu.104 Kendala waktu dan penyampaian presentasi pendidikan dan pelatihan lebih banyak teorinya daripada praktek dialami oleh AW. Informan menyarankan pihak penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan harus mengatasi dengan cara
103 104
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Rini Naritha. 07 Mei 2014
83
memperpanjangkan waktu dan penyampaian materi itu harus seimbang dalam penyampaian materi pendidikan dan pelatihan. Berikut hasil wawancara dengan AW: Presentasi teori dengan praktek lebih banyak teorinya, biasanya karena materi dipadatkan dalam waktu singkat sehingga kurangnya daya tangkap peserta terhadap materi, sehingga setelah proses diklat selesai, hasil diklat tidak mampu di aplikasikan di dalam pekerjaaan.105 Selain kendala waktu ada pula kendala lain yaitu usia. Dalam penelitian ini terdapat informan yang memiliki kendala tersebut yaitu MD. Dengan kendala seperti ini, informan sudah berumur 52 tahun dan merasa lupa mengingat suatu hal. Usia menjadi kendala karena SDM mengalami lupa pada ingatan yang diperoleh dari kegiatan pendidikan dan pelatihan. Sehingga informan mengatasi kendala tersebut dengan bertanya kepada pustakawan yang lebih muda usianya. Sedangkan JR juga menemukan kendala SDM yang lanjut usia kurang mampu menangkap materi yg diberikan. Berikut pernyataan D dan JR dalam wawancara dengan penulis: Dulu kan belum pake komputer sekarang sudah pakai komputer, ya dapat pengarahan dari pimpinan, kalau nggak ngerti ya bertanya sama yang muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering blank gtu, sering lupa-lupa juga.106 Saya juga banyak menemukan SDM yg sudah lanjut usia kurang mampu menangkap materi yg diberikan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan di Bandung.107 Sedangkan kendala dalam kemampuan berbahasa asing dialami oleh LH. Informan tersebut memiliki kendala dalam mengklasifikasikan bahan pustaka berbahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Dengan kendala seperti itu, informan
105
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Meriyani Dewi. 07 Mei 2014 107 Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 106
84
mengatasinya dengan melakukan pencarian informasi bahan pustaka tersebut dengan bantuan katalog online dan apabila tidak ditemukan maka informan menyerahkan kepada Koordinator Perpustakaan untuk mengklasifikasikan bahan pustaka tersebut. Kemampuan berbahasa asing memang menjadi salah satu kompetensi bagi pustakawan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sri Rumani. Berikut hasil wawancara dengan LH: Ya masalah klasifikasi doang, apalagi kalau judulnya Bahasa Inggris, kalau disini (OPAC) gk ada ya gk berani. Kalau Bahasa Inggris kan harus diartiin dulu ya, ini tentang apa. Bagaimana ini kalau di klasifikasi di kelas 400 ya takut salah. Ya udah biarin aja lah, biar bapaknya aja yg ngerjain. Pokoknya disini kerja sebisanya lah. Kalau gk ya nyari-nyari di catalog online kalau gk ada juga ya nyerah aja.108 Dari keterangan diatas mengenai kendala yang dialami penyelenggara perpustakaan dan pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dianggap bukan menjadi suatu penghalang khususnya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan. Dengan kata lain pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor telah memiliki kemampuan bekerja sama dan membangun hubungan baik dengan pihak lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tjahjono Widijanto. Selanjutnya ditambah oleh FA dan AW yang menyatakan bahwa masalah atau kendala di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor tidak terlalu berat. Hal ini dikarenakan pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memiliki sikap terbuka dan saling menolong terhadap sesama. Masalah kayaknya belum tau apa, paling masalah-masalah yang nggak terlalu berat-berat banget. Kalau dari lembaga mendukung ya, dari pandangan mereka juga terbuka juga, sudah tahu perpustakaan harus
108
Wawancara pribadi dengan Lutfi Hikmawan. 07 Mei 2014
85
bagaimana. Kalau dana untuk itu nggak ada kendala ya juga, ya mungkin tergantung kedepannya juga ya, tergantung pimpinan juga ya.109 Orang-orangnya saling terbuka dan saling sharing dalam mengatasi kendala dan permasalahan yang ada di kantor terutama permasalahan kegiatan pendidikan dan pelatihan.110
C. Pembahasan Pada bagian ini penulis akan menjelaskan secara singkat analisis dari hasil penelitian penulis pada bab 4. Hasil penelitian upaya penyelenggara perpustakaan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor telah merencanakan kegiatan ini dalam setiap periode kerja. Kegiatan yang telah direncanakan dan sudah berlangsung yaitu kegiatan seminar serta pelatihan di bidang ilmu perpustakaan. Sedangkan kegiatan magang dan studi banding masih dalam tahap perencanaan dan belum berjalan. Kegiatan ini merujuk kepada ketetapan Lembaga Induk yaitu memberikan kepada satu pustakawan secara bergilir atau pemerataan dalam setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Sehingga perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor diatur secara terpusat. Dengan sistem terpusat ini, Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor melakukan koordinasi. Bentuk koordinasi berupa rapat koordinasi, surat menyurat serta komunikasi melalui telepon. Lembaga Induk memberikan fasilitas berupa akomodasi, transportasi dan konsumsi kepada
109 110
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014
86
pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kebijakan Lembaga Induk pun menjadi suatu masalah bagi rencana yang dibuat oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Masalah tersebut berupa kurang tepatnya rencana kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia yang telah di buat oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Upaya pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan ditinjau dari segi kegiatan formal, non-formal dan informal. Dalam kegiatan formal terdapat 4 orang pustakawan yang tidak melakukan kegiatan ini. Tetapi 4 orang pustakawan tidak beringinan melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal atau kuliah di bidang ilmu perpustakaan, karena faktor yang mempengaruhi yaitu waktu, biaya, usia serta malas dalam mengikuti pendidikan formal dalam bidang ilmu
perpustakaan.
Dalam
segi
non-formal,
semua
pustakawan
sudah
melaksanakan kegiatan ini dalam tingkat Kabupaten, Provinsi serta nasional. Kegiatan non-formal ini berupa seminar, pelatihan, workshop serta lokakarya. Kegiatan mencakup tentang pemerintahan pada umumnya, bidang perpustakaan umum, sampai tema yang sesuai dengan kerja masing-masing staf perpustakaan. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi staf perpustakaan dalam pengetahuan mengelola perpustakaan umum. Sedangkan dalam kegiatan informal, pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor melakukan kegiatan berupa membaca buku, berdiskusi kepada teman sejawat dan mengajukan diri dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan tanpa adanya tawaran dari penyelenggara perpustakaan serta melakukan kunjungan ke perpustakaan lain yang bertujuan melakukan penelitian sederhana.
87
Kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dirasakan oleh pihak penyelenggara perpustakaan dan pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Bagi penyelenggara perpustakaan, kendala tersebut yaitu masih adanya pustakawan yang kurang dalam mengembangkan potensi diri. Penyelenggara perpustakaan mengatasi kendala tersebut dengan cara memberikan kompensasi kedisplinan dan tunjangan. Kendala lain berupa kebijakan Lembaga Induk yang hanya memberikan kepada satu orang pustakawan dalam setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dengan kendala seperti itu, penyelenggara perpustakaan mengatasinya dengan cara menghimbau kepada pustakawan untuk melakukan presentasi kepada teman sejawat mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang telah dilakukan. Sedangkan kendala dalam tema yang tidak sesuai dalam suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan belum dapat teratasi karena kurangnya informasi mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan, misalkan dalam kegiatan seminar atau pelatihan. Bagi pustakawan kendala tersebut adalah usia, biaya, keterbatasan waktu dalam berdiskusi kepada teman sejawat, dan kemampuan dalam bahasa asing. Pustakawan mengatasi kendala usia dengan cara bertanya kepada pustakawan yang lebih muda usianya dan mempunyai daya ingat yang kuat. Mengatasi kendala waktu dengan cara waktu untuk diskusi atau bertanya kepada teman sejawat dengan cara menggunakan jam istirahat untuk melakukan kegiatan diskusi atau bertanya kepada teman sejawat. Mengatasi kendala kemampuan dalam berbahasa asing dengan cara bantuan katalog online, mempelajari bahasa asing secara mendalam serta bertanya kepada teman sejawat yang lebih mengerti bahasa asing. Sedangkan kendala biaya belum dapat teratasi karena kurangnya biaya yang
88
dimiliki pustakawan tersebut dan kurangnya informasi dalam pengajuan beasiswa yang dilakukan oleh pemerintah. Kendala terbatasan waktu dalam penyampaian materi pendidikan dan pelatihan. Kendala tersebut diatasi dengan memperpanjang waktu dalam penyampaian materi pendidikan dan pelatihan, berupaya pustakawan agar mengerti apa yang dipelajarinya. Kendala Presentasi pendidikan dan pelatihan dengan lebih banyak teorinya daripada praktek, cara mengatasinya pihak penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan harus mengatasi dengan cara penyampaian materi itu harus seimbang dalam penyampaian materi pendidikan dan pelatihan. Kendala SDM yang lanjut usia kurang mampu menangkap materi yg diberikan, seharus pihak penyelenggara harus mengatasi kendala tersebut dengan pemberian kesempatan SDM yang usianya muda dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat menerima dan mengingat materi dengan baik.
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor telah direncanakan kegiatan berupa seminar, pelatihan, studi banding dan magang di perpustakaan lain. Perencanaan ini dilakukan dengan cara saling berkoordinasi melalui rapat koordinasi, surat menyurat, pengajuan proposal kepada Lembaga Induk dan via telepon. Pemilihan pustakawan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan mengacu kepada kebijakan Lembaga Induk dan dengan sistem pemerataan atau bergilir dengan kualifikasi pustakawan yang mendapatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Fasilitas yang diberikan oleh penyelenggara perpustakaan untuk setiap pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia yaitu transportasi, akomodasi dan konsumsi. 2. Upaya pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia ditinjau dari segi kegiatan formal, non-formal dan informal. Dalam kegiatan formal hanya 4 pustakawan yang tidak melakukan kegiatan tersebut karena faktor biaya, waktu, usia dan malas dalam mengikuti pendidikan formal dalam bidang ilmu perpustakaan. Dalam kegiatan nonformal semua pustakawan sudah melaksanakan kegiatan ini dalam tingkat Kabupaten, Provinsi serta nasional. Kegiatan non-formal ini berupa seminar, 90
pelatihan,
workshop
serta
lokakarya.
Kegiatan
mencakup
tentang
pemerintahan pada umumnya, bidang perpustakaan umum, sampai tema yang sesuai dengan kerja masing-masing staf perpustakaan. Sedangkan dalam kegiatan informal, pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor melakukan kegiatan berupa membaca buku, berdiskusi kepada teman sejawat dan mengajukan diri dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan tanpa adanya tawaran dari penyelenggara perpustakaan serta melakukan kunjungan ke perpustakaan lain yang bertujuan melakukan penelitian sederhana. 3. Kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia ditinjau dari penyelenggara perpustakaan serta pustakawan dalam melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Terdapat 3 kendala yang dialami oleh pihak penyelenggara perpustakaan. Kendala
tersebut
yaitu
adanya
pustakawan
yang
kurang
dalam
mengembangkan potensi diri, ketidaksesuaian tema dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dan kebijakan Lembaga Induk dalam pemberian kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada pustakawan. Dari ketiga kendala tersebut kendala ketidaksesuaian tema dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia yang belum dapat diselesaikan oleh pihak penyelenggara perpustakaan. Hal tersebut disebabkan kurangnya informasi mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak luar yang didapat oleh penyelenggara perpustakaan. Kendala juga dialami oleh pustakawan. Kendala tersebut yaitu berupa usia, waktu, penyampaian presentasi pendidikan dan pelatihan
91
lebih banyak teorinya daripada praktek, biaya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal serta kemampuan dalam bahasa asing dalam kegiatan pengolahan koleksi. B. SARAN 1. Dalam tahap perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor lebih memperhatikan kualifikasi pustakawan yang akan mengikuti kegiatan tersebut. Kualifikasi tersebut yaitu kesesuaian antara pekerjaan dengan tema kegiatan pendidikan dan pelatihan. 2. Berikan kesempatan kepada SDM untuk melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal yaitu kuliah di bidang ilmu perpustakaan. Baik tingkat diploma, sarjana, maupun magister. Dalam bentuk non-formal, SDM harus lebih banyak mengikuti dalam pendidikan dan pelatihan seperti seminar, workshop, lokakarya. Supaya dapat dikembangkan di lingkungan kerja. Sedangkan dalam bentuk informal, pustakawan hendaknya lebih meningkatkan pengembangan kualitas diri sebagai pustakawan, berdiskusi dengan teman sejawat, melakukan kunjungan ke perpustakaan lain. 3. Pihak penyelenggara perpustakaan lebih giat dalam mencari informasi mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak atau instansi
luar. Dengan
cara ini
penyelenggara
perpustakaan
akan
mendapatkan informasi yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan. Bagi pustakawan hendaknya lebih menciptakan suasana kerja dan kerja
92
sama dengan SDM yang lebih baik, agar kegiatan pendidikan dan pelatihan secara informal dapat berjalan lebih baik.
93
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Libraries, Archives, Records and information Management Services diakses pada 24 Maret 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/types-ofApprenticeships/Health-Public-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IMServices.aspx. Abels, Eileen dkk Compentencies for information professionals of the 21st Century. Revised edition, June 2003. Artikel diakses pada 7 Februari 2014 dari http://www.sla.org/content/learn/members/competencies/index.cfim Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Aziz, Safrudin. Strategi Peningkatan Mutu pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Artikel diakses pada 6 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline. Allan, Barbara. Training skills for information and library staff. British: Library Association Publishing, 2000 Cahayani, Ati. Strategi dan Kebijakan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks, 2005 Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman ed. 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005 Devi, Aramban Hileima, dkk. Human Resources Development for Digital Environtment: a Case Study of The Libraries of Manipur. Artikel diakses pada 7 Maret 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in. Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapreneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 1 April 2014 dari http://eprints.rclis.org/.
Gomes, Faustico Cardoso. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset, 1997 Harahap, Basyral Hamidy, dkk. Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan Indonesia 1973-1998. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia, 1998.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2001 IFLA, Guidelines for public library. Edisi 3. Muenchen: IFLA, 1986
94
Indonesia. Perpustakaan Nasional. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992 Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA – LAN Press., 1999. Line, Maurice B. Academic Library Management. London: Library Association, 1990 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009 National Association of Social Workers. Diversity Standars: Cultural Competency for academic libraries (2012). Artikel diakses pada 24 Desember 2012 dari http//www.ala.org/acrl/standars/diversity.
Nusantari, Anita. Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Meningkatkan Kinerja Perpustakaan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Juni 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for organizational effectiveness. European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3. diakses pada 6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf Pringgoadisurjo, Luwarsih. Sumber Tenaga Pustakawan: Rekaman Pengalaman dan Pendapat dalam Kepustakawan Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc, 1992 Perpustakaan Nasional RI. Rekomendasi Komisi I: Program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi. Diakses pada 16 Mei 2012 dari http//pustakawan.pnri.go.id.
Prytherch, Ray. Handbook of library training practice. England: Gower Publishing, 1990 Rachman Hermawan S, dan Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan. Jakarta: Sagung Seto, 2006 Reitz, Joan M. Online Dictionary of Library and Information Science.2002 Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke praktik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2005 Rumani, Sri. Kompetensi pustakawan dan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 6 Juni 2012 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline.
Sastradipoera, Komaruddin. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: raja Grafindo Persada, 1994
95
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju, 2002. Saha, nimai chand, dkk. Training & development of library professionals for IT application in university libraries: an overview. Artikel diakses 7 Juni 2012 dari ir.inflibnet.ac.id.in.
Saiful-Haq, Rizal, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Santoso, Joko. Manajemen Perpustakaan Berbasiskan Pengetahuan: Melihat Peranan Pustakawan ke Depan. Artikel diakses pada 6 Maret 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline.
Siagian, Sondang. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Soetminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Sudarsono, Blasius. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta: Sagung Seto, 2009. Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1991.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Samitra Media Utama, 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Wicaksono, Hendro. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 6 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline.
Widodo, Ratna U. Strategi Peningkatan Kualitas Pustakawan. Jakarta: PB IPI, 1995.
Zannudin, Zaslina. Kebutuhan Pustakawan Profesional di Propinsi Sumatra Utara. Artikel diakses pada 6 Maret 2014 dari http://eprints.rclis.org/
96
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Drs. Ferry Adnan, M.Si
Jabatan
: Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan atau belum pak? Ya sudah direncanakan seminar-seminar, pelatihan juga, ada juga saya merencanakan studi banding ke perpustakaan lain. b. Kalau kegiatan tersebut sudah direncanakan terus bagaimana pak? Kegiatan terus direncanakan untuk SDM belum memiliki kompetensi dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan 2. Koordinasi dengan lembaga induk a. Bagaimana cara kepala kantor berkoordinasi dengan lembaga induk dan SDM Perpustakaan dalam hal kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia? Saya paling membuat proposal ke lembaga induk atau saya mengajukan surat ke pimpinan untuk menunjukkan staff untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan gitu ya. Kita juga berkoordinasi dengan SDM perpustakaan dengan cara adanya rapat koordinasi, satu bulan sebanyak 2 dua kali. Terus juga surat-menyurat atau via telepon juga.
b. Respon dari Kabupaten Bogor juga terhitung baik ya pak? Iya respon terhitung baik sekali kalau masalah pendidikan dan pelatihan SDM 3. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Kalau ada seminar atau pelatihan, pustakawan yang mengikuti kegiatan tersebut ditunjuk atau diberikan kepada yang bersedia pak? Pustakawan yang ditunjuk yaitu dengan ketentuan yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. 4. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Fasilitas apa yang didapatkan dari lembaga induk bagi pustakawan dalam mengikuti seminar atau pelatihan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. 5. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan a. Apa saja yang menjadi kendala dalam melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Saya rasa ada staf yang kurang untuk mengembangkan diri juga, saya juga kurang tau alasannya mereka itu apa, saya juga sudah berusaha memberikan mereka kesempatan buat pelatihan tapi mereka pengennya barengbareng berdua bertiga padahal dari lembaga induknya sendiri hanya memberikan untuk satu orang. b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut pak? Saya coba memberikan suatu motivasi berupa kompensasi dan tunjangan.
6. Lain-lain a. Apakah SDM yang ada di perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor itu tanggung jawab kepala kantor arsip dan perpustakaan dalam masalah pendidikan dan pelatihan? Ya semua SDM yang ada di perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor itu merupakan tanggung jawab saya dalam masalah pendidikan dan pelatihan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Drs. Ferry Adnan, M.Si NIP. 195803261989031002
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Drs. Ferry Adnan, M.Si
Jabatan
: Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
1. Latar belakang pendidikan Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan a. Apa latar belakang pendidikan ? S2 Pemerintahan b. Apa jabatan di perpustakaan? Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 10 tahun d. Apa tugas sebagai Kepala Kantor Arsip dan perpustakaan? membuat SOP pekerjaan, menentukan prioritas pekerjaan, membantu bupati di bidang kearsipan dan pengelolaan perpustakaan, menyusun agenda kegiatan arsip dan perpustakaan selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan arsip dan perpustakaan 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga induk? Tidak pernah, hanya ikut pelatihan Kearsipan di Arsip Nasional Bogor dan di Bapusipda Bandung b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah kuliah pemerintahan
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa seminar atau pelatihan a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah 4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan inisiatif diri sendiri a. Apakah sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada teman-teman saat melakukan rapat koordinasi b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian sederhana? pernah, waktu itu ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta, Perpustakaan Provinsi Jawa Timur Perpustakaan Nasional Belanda dan Perpustakaan Nasional Jerman b. Inisiatif sendiri atau bagaimana? Inisiatif sendiri dan dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah d. Berarti bapak sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten bogor? Belum mengerti tentang perpustakaan f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini? Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan perpustakaan Umum dan pengelolaan kearsipan g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan perpustakaan di Bapusipda Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional. Saya juga pernah mengikuti pelatihan kearsipan di Arsip Nasional Jakarta dan Bogor
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Adakah keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang perpustakaan?
Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan 6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pustakawan a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Dana, SDM yang kurang mengembangkan diri, waktu pelatihan terlalu singkat, kadang-kadang penunjukan peserta diklat tidak sesuai dengan kompetensi b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Kalau masalah dana bisa diatasi dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan 7. Lain-lain a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena kemampuan saya bukan bidang perpustakaan, melainkan pemerintahan
Bogor, 28 Mei 2014 Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Drs. Ferry Adnan, M.Si NIP. 195803261989031002
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Hj. Meriyani Dewi, SH
Jabatan
: Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan atau belum? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia 2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana bu? Ketentuan yaitu SDM yang belum memiliki kompetensi dan yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan 3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh SDM a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Ada kendala saya yaitu usia dan penggunaan komputer. Dulu kan belum pake komputer sekarang sudah pakai komputer, ya dapat pengarahan dari pimpinan. kalau nggak ngerti ya bertanya sama yang muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering blank gtu, sering lupa-lupa juga b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut bu? kalau nggak ngerti ya bertanya sama yang muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering blank gtu, sering lupalupa juga.
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Hj. Meriyani Dewi, SH NIP. 196212201996032001
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Hj. Meriyani Dewi, SH
Jabatan
: Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
1. Latar belakang pendidikan Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan a. Apa latar belakang pendidikan bu ? S1 Hukum b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 17 tahun d. Apa tugas sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan? membuat SOP pekerjaan, menentukan prioritas pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang pengelolaan perpustakaan, menyusun agenda kegiatan arsip dan perpustakaan selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan perpustakaan 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga induk? Tidak pernah, hanya ikut pelatihan perpustakaan di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung b. Kalau kuliah secara formal belum? Sudah kuliah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa seminar atau pelatihan a. Apakah bu pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah 4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan inisiatif diri sendiri a. Apakah ibu sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan istirahat b. Apakah ibu pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian sederhana? Pernah juga, kadang-kadang saya mengikuti di Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional b. Inisiatif sendiri atau bagaimana bu? Inisiatif sendiri dan dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten bogor? Belum mengerti tentang perpustakaan f. Apakah ibu sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini? Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan perpustakaan Umum dan pemerintahan g. Apakah ibu pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan perpustakaan di Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional.
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Adakah ibu keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang perpustakaan? Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan (S2) di bidang perpustakaan 6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan a. Kendala apa saja bu yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Dana, keterbatasan waktu pelatihan, kadang-kadang penunjukan peserta diklat tidak sesuai dengan kompetensi, merasa kurang dalam kemampuan mengingat suatu hal b. Bagaimana mengatasi masalah dana bu? Kalau masalah dana bisa diatasi dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan 7. Lain-lain a. Apakah ibu sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena kemampuan saya bukan bidang perpustakaan, melainkan pemerintahan Bogor, 28 Mei 2014 Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Hj. Meriyani Dewi, SH NIP. 196212201996032001
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Andri Wijayanto, S.Sos
Jabatan
: PUSTAKAWAN
1. Latar belakang pendidikan pustakawan a. Apa latar belakang pendidikan ? S1 Perpustakaan b. Apa jabatan di perpustakaan? pustakawan c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 8 tahun d. Apa tugas sebagai pustakawan ? membuat SOP pekerjaan, menentukan prioritas pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang pengelolaan perpustakaan,
penyeleksi
bahan
pustaka,
menyusun
agenda
kegiatan
perpustakaan selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan perpustakaan 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga induk? Tidak b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah c. Apakah Pemerintah Kabupaten memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang ilmu perpustakaan? Ada, gk cuma bidang perpustakaan saja, bidang lain juga boleh, silahkan
d. Adakah kendala pak dalam menngikuti pendidikan formal? Ada kendala tersebut berupa waktu, biaya serta alasan telah berkeluarga 3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa seminar atau pelatihan a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Sering b. Kalau dari kabupaten bogor sendiri pernah? Mengikuti provinsi dan nasional 4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan inisiatif diri sendiri a. Apakah sering berdiskusi kepada teman-teman atau studi banding ke perpustakaan lain? Sering berdiskusi dengan teman dan sering kunjungan ke perpustakaan lain b. Inisiatif sendiri atau bagaimana? sendiri c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? sudah d. Berarti sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten Bogor? sudah f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini? Paling membaca bahan ajar pelatihan dan sharing sesama pustakawan g. Apakah pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan di Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional 5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Adakah keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang perpustakaan? Ada keinginan melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi (S2,S3)
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pustakawan a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Presentasi teori dengan praktek lebih banyak teorinya, biasanya karena materi dipadatkan dalam waktu singkat sehingga kurangnya daya tangkap peserta terhadap materi, sehingga setelah proses diklat selesai, hasil diklat tidak mampu di aplikasikan di dalam pekerjaaan. b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Di atur dengan cara penyusunan daftar anggaran untuk mengikuti kegiatan tersebut c. Bagaimana cara mengatasi kendala dalam penyampaian materi pak? Seharusnya penyampaian materi itu harus seimbang, maksudnya teori dan praktek dalam kerja di perpustakaan harus sejalan, tidak lebih banyak teori atau tidak lebih praktek. Dalam penyampaian materi harus memperpanjangkan waktu, agar peserta dapat mengerti materi yang disampaikan dalam seminar d. Bagaimana cara mengatasi pustakawan yg tidak mengikuti dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan ? Ya paling kalau ada seminar atau pelatihan ya tidak boleh ikut semua, karena disini juga kan orangnya cuma sedikit, kalau ikut semua kan takutnya perpustakaan tidak berjalan. Ketika ada seseorang yang mengikuti pelatihan, kita juga kan mengharapkan setelah pelatihan itu memberikan informasi, presentasi kepada teman-teman apa saja yang didapatkan dari sana. Itu salah satunya menjadi terwakili ketika ada pelatihan, ya ditularkan lah kepada teman-teman, mungkin dengan materinya yang dibawa, pengalaman yang didapat dan lain-lain ya. e. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dialami semua pustakawan dalam kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan ? orang-orangnya saling terbuka dan saling sharing dalam mengatasi kendala dan permasalahan yang ada di kantor terutama permasalahan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
7. Lain-lain a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena dari segi pengalaman dan pendidikan masih belum maksimal, harus banyak mencari informasi dan pengetahuan.
Bogor, 28 Mei 201 Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Andri Wijayanto S.Sos NIP. 1978021720060410006
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Andri Wijayanto, S.Sos
Jabatan
: PUSTAKAWAN
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan atau belum pak? Sudah direncanakan 1 tahun sebelumnya baik di tingkat pusat (perpusnas) maupun daerah (provinsi, kabupaten) b. Kalau kegiatan tersebut sudah direncanakan terus bagaimana pak?tergantung sumber dana kegiatannya, apa bila di danai oleh APBN maka SDM di tingkat daerah, tinggal mengikuti dan menyesuaikan, anggaran APBD harus direncanakan secara matang baik dari sisi kebutuhan pesertanya yg akan diberikan materi diklat karena kemampuan SDM di daerah berbeda-beda 2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Kalau ada seminar atau pelatihan, pustakawan yang mengikuti kegiatan tersebut ditunjuk atau diberikan kepada yang bersedia pak? Di lihat materi diklatnya, disesuaikan dengan tugas pokok fungsi di dalam pekerjaan sehari-hari. Di lihat dari kemampuan dasar pustakawan, belum ahli harus mengikuti
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Apabila ada suatu acara seminar atau pelatihan, apa saja yang didapatkan oleh pustakawan yang mengikuti kegiatan tersebut? Dari kantor Dapat transport, penyelenggara diklat, dapat dikta, bahan ajar, materi. Apabila dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat 4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan a. Kendala apa saja yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Presentasi teori dengan praktek lebih banyak teorinya, biasanya karena materi dipadatkan dalam waktu singkat sehingga kurangnya daya tangkap peserta terhadap materi, sehingga setelah proses diklat selesai, hasil diklat tidak mampu di aplikasikan di dalam pekerjaaan b. Berarti bapak belum bisa mengatasi kendala tersebut ya pak ? kadang-kadang iya atau kadang-kadang tidak, tergantung kewenangan c. kalau kendala-kendala yang lain ada pak? Sulit menentukan tema karena kemampuan peserta diklat tidak seragam
5. Lain-lain a. Tema yang sering didapat dari seminar atau pelatihan tentang apa itu pak? Manajemen perpustakaan, pengelolaan bahan pustaka, otomasi perpustakaan b. Sedangkan tema yang bapak ingin apa pak ? otomasi perpustakaan c. Berarti bapak sudah mengerti tentang jaringan? Ngerti, karena jaringan perpustakaan itu saat ini sedang menjadi sasaran pertama pengembangan perpust daerah, makanya harus mengerti semua jaringan.
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Andri Wijayanto S.Sos NIP. 1978021720060410006
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Rini Naritha, A.Md
Jabatan
: Pustakawan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan atau belum? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia 2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana bu? Ketentuan yaitu SDM yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan 3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pustakawan a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Ya mungkin kendalanya itu keterbatasan waktu. Kita kan kadang-kadang sudah capek dengan tugas kita, jadi kadang-kadang menyita waktu. b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut bu? Paling kalau jam istirahat kita baru bisa ngobrol, tanya-tanya juga
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Rini Naritha, A.Md NIP. 198004232006042007
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Rini Naritha, A.Md
Jabatan
: Pustakawan
1. Latar belakang pendidikan Pustakawan a. Apa latar belakang pendidikan bu ? D3 Perpustakaan b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Pustakawan c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 9 tahun d. Apa tugas sebagai Pustakawan? membuat SOP pekerjaan, menentukan prioritas pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang pengelolaan perpustakaan, menyusun agenda kegiatan arsip dan perpustakaan selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan perpustakaan 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga induk? Tidak pernah, saya sudah kuliah D3 Perpustakaan sendiri b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa seminar atau pelatihan a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah 4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan inisiatif diri sendiri a. Apakah ibu sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan waktu istirahat b. Apakah ibu pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu saya studi banding ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional b. Inisiatif sendiri atau bagaimana bu? Dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten bogor? Sudah mengerti tentang perpustakaan f. Apakah ibu sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini? Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan perpustakaan Umum dan pemerintahan g. Apakah ibu pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Tidak pernah, kalau ada surat tugasnya saya baru mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Adakah ibu keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang perpustakaan? Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan (S1, S2, S3) di bidang perpustakaan 6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan a. Kendala apa saja bu yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan pelatihan b. Bagaimana mengatasi masalah dana bu? Kalau masalah dana bisa diatasi dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan 7. Lain-lain a. Apakah ibu sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena kemampuan dan pengalaman masih minim, saya harus mecari informasi dan pengetahuan tentang ilmu perpustakaan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Rini Naritha, A.Md NIP. 198004232006042007
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Ade M. Sa’ban, A.Md
Jabatan
: Pustakawan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan atau belum? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia 2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana pak? Ketentuan yaitu SDM yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dan belum memiliki kompetensi yang cukup dalam bidang perpustakaan 3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Kendalanya terkadang pihak penyelenggara seminar atau workshop itu bukan dibawah lembaga negara jadi mereka mengumpulkan pustakawan seluruh Indonesia dan tema itu dilemparkan ke peserta seminar itu juga. Jarang belum pernah ada tema yang secara khusus b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut pak? Seharusnya pihak penyelenggara seminar atau workshop itu harus menentukan tema yang khusus
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Ade M. Sa’ban, A.Md NIP. 19810712209021001
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Ade M. Sa’ban, A.Md
Jabatan
: Pustakawan
1. Latar belakang pendidikan Pustakawan a. Apa latar belakang pendidikan pak ? D3 Perpustakaan b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Pustakawan c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 5 tahun d. Apa tugas sebagai Kepala pustakawan? membuat SOP pekerjaan, menentukan prioritas pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang pengelolaan perpustakaan, menyusun agenda kegiatan perpustakaan selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan perpustakaan 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga induk? Tidak pernah, saya sudah kuliah D3 Perpustakaan sendiri b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa seminar atau pelatihan a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah 4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan inisiatif diri sendiri a. Apakah bapak sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan istirahat b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu saya ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional b. Inisiatif sendiri atau bagaimana pak? Dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten bogor? Sudah mengerti tentang perpustakaan f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini? Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan perpustakaan Umum dan pemerintahan g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Tidak pernah, kalau ada surat tugasnya saya baru mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Adakah bapak keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang perpustakaan? Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan (S1, S2, S3) di bidang perpustakaan 6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pustakawan a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan pelatihan, tema yang kurang khusus dan kurang sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Kalau masalah dana bisa diatasi dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan 7. Lain-lain a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena kemampuan dan pengalaman masih minim, saya harus mecari informasi dan pengetahuan tentang ilmu perpustakaan.
Bogor, 28 Mei 201 Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Ade M. Sa’ban, A.Md NIP. 19810712209021001
Pedoman Wawancara Untuk Staf Perpustakaan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Joko Rianto, S.IP
Jabatan
: STAF
1. Latar belakang pendidikan pustakawan a. Apa latar belakang pendidikan ? S1 Pemerintahan b. Apa jabatan di perpustakaan? Staf sirkulasi c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 16 tahun d. Apa tugas sebagai staf perpustakaan? Sirkulasi 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga induk? Tidak pernah, hanya ikut bintek 3 hari di Bandung b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah 3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa seminar atau pelatihan a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan inisiatif diri sendiri a. Apakah sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada teman-teman dan studi banding ke perpustakaan Yogyakarta b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Provinsi Yogyakarta b. Inisiatif sendiri atau bagaimana? Dapat surat tugas dari kantor c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah d. Berarti bapak sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten bogor? Belum mengerti f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini? Tidak pernah g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Nggak pernah, kalau saya kan nggak tau kalau ada informasi seminar yang ada di luar kecuali ada undangan dari lembaga induk baru kita respon 5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Adakah keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang perpustakaan? Tidak, karena sudah terbentur dengan pekerjaan di kantor, jadi sulit membagi waktu pekerjaan dengan pendidikan
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pustakawan a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Ya kalau kendala saya sendiri dalam pendidikan, paling biayanya untuk kuliah terus waktu juga. Kalau kita kuliah kan waktu kerja kita kan dari pagi sampai sore jadi sudah waktu kita sudah habis buat kerja b. Bagaimana mengatasi masalah biaya pak? Masalah dana belum bisa saya atasi karena kurangnya informasi dalam pengajuan beasiswa yang dilakukan pemerintah 7. Lain-lain a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena kemampuannya bukan bidang perpustakaan, melainkan pemerintahan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Joko Rianto, S.IP NIP. 19831021208021005
Pedoman Wawancara Untuk Staf Perpustakaan “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Joko Rianto, S.IP
Jabatan
: STAF
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia a. Kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaan di sini khusus untuk pendidikan dan pelatihan sudah direncanakan atau belum pak? Ada melalui rencana, misalnya pembinaan dan perpustakaan ke sekolah dan desa. Monitoring dan evaluasi (MOEV) mengenai perpustakaan sekolah dan desa b. Kegiatannya apa aja itu pak?pelatihan yg berbentuk para pengelola perpustakaan sekolah dan desa c. Berapa kali pak kegiatan tersebut dalam satu periode rencana kerja? Di dalam perpustakaan, 1 hari satu kegiatan. Di BAPUSIDA menyelenggarakan 3 hari Bintek mengenai pengelolaan perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa. 2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Kalau ada seminar atau pelatihan, pustakawan ditunjuk sesuai dengan ketentuan apa? Sesuai dengan kemampuan dan kompetensi pustakawan.
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Fasilitasnya apa saja pak yang didapat dari kabupaten bogor? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. 4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Waktu singkat dalam penyampaian pemberian materi, SDM yg sudah lanjut usia kurang mampu menangkap materi yg diberikan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan di Bandung b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? Mengatasi kendala waktu singkat dalam penyampaian pemberian materi dengan cara memperpanjang waktu dalam penyampaian materi pendidikan dan pelatihan, berupaya pustakawan agar mengerti apa yang dipelajarinya. Mengatasi kendala SDM yg sudah lanjut usia kurang mampu menangkap materi yg diberikan dengan cara pemberian kesempatan SDM yang usianya muda dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat menerima dan mengingat materi dengan baik. c. Kalau kendala lain seperti dana ada pak ? Ada kendala dalam keterbatasan dana.
Bogor, 28 Mei 2014 Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
Joko Rianto, S.IP NIP. 19831021208021005
Pedoman Wawancara Untuk Staf “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: TB. Lutfi Hikmawan, SE
Jabatan
: Staf Pengelolaan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah direncanakan atau belum pak? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia 2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana pak? Ketentuan yaitu SDM yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dan belum memiliki kompetensi yang cukup dalam bidang perpustakaan 3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh SDM a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Ya masalah klasifikasi doang, apalagi kalau judulnya Bahasa Inggris, kalau disini (OPAC) gk ada ya gk berani. Kalau Bahasa Inggris kan harus diartiin dulu ya, ini tentang apa. Bagaimana ini kalau di klasifikasi di kelas 400 ya takut salah. Ya udah biarin aja lah, biar bapaknya aja yg ngerjain. Pokoknya disini kerja sebisanya lah. Kalau gk ya nyari-nyari di catalog online kalau gk ada juga ya nyerah aja. b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut pak? Dengan bantuan translate online, katalog online dan apabila tidak ditemukan, saya menyerahkan kepada Koordinator Perpustakaan untuk mengklasifikasikan bahan pustaka tersebut
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
TB. Lutfi Hikmawan, SE
Pedoman Wawancara Untuk Staf “Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” Oleh Ichsan Maulana
Nama
: Lutfi Hikmawan, SE
Jabatan
: Staf Pengelolaan
1. Latar belakang pendidikan Pustakawan a. Apa latar belakang pendidikan pak ? S1 Manajemen b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Staf pengolahan c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 5 tahun d. Apa tugas sebagai Kepala pustakawan? Membuat entri data buku, melakukan pengolahan bahan pustaka, pemeliharaan bahan pustaka 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga induk? Tidak pernah, saya kuliah S1 Manajemen sendiri b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa seminar atau pelatihan a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah 4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan inisiatif diri sendiri a. Apakah bapak sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan istirahat b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu saya ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional b. Inisiatif sendiri atau bagaimana pak? Dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten bogor? tidak mengerti tentang perpustakaan f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini? Saya tidak pernah membaca buku tentang perpustakaan g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Tidak pernah, kalau ada surat tugasnya saya baru mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan a. Adakah bapak keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang perpustakaan?
Saya tidak melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan 6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh pustakawan a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan pelatihan, keterbatasan dalam berbahasa asing (Inggris) b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Kalau masalah dana bisa diatasi dengan pengajuan beasiswa yang diselenggarakan oleh pemerintah 7. Lain-lain a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena kemampuan saya bukan di perpustakaan, melainkan Manajemen Bogor, 28 Mei 2014 Pewawancara
Informan
Ichsan Maulana
TB. Lutfi Hikmawan, SE
Tabel Kategori Wawancara Perencanaan kegiatan pendidikan dan Ya sudah direncanakan seminar-seminar, pelatihan sumber daya manusia pelatihan juga, ada juga saya merencanakan studi banding ke perpustakaan lain. (Ferry Adnan/FA) Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. (Meriyani Dewi/MD) Sudah direncanakan 1 tahun sebelumnya baik di tingkat (perpusnas) maupun daerah (provinsi, kabupaten). (Andri Wijayanto/AW) Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. (Rini Naritha/RN) Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. (Ade M. Sa’ban/AM) Ada melalui rencana, misalnya pembinaan dan pengembangan perpustakaan sekolah dan desa. Monitoring dan evaluasi (MOEV) mengenai perpustakaan sekolah dan desa. (Joko Rianto/JR)
Koordinasi dengan lembaga induk
Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. (Lutfi Hikmawan/LH) Kita juga ada rapat koordinasi ya, satu bulan sebanyak 2 dua kali. Terus juga surat-menyurat atau via telepon juga. (Ferry Adnan/FA) Saya paling membuat proposal ke lembaga induk atau saya mengajukan surat ke pimpinan untuk menunjukkan
Pemilihan pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
staff untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan gitu ya. (Ferry Adnan/FA) Pustakawan yang ditunjuk yaitu dengan ketentuan yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. (Ferry Adnan/FA) Ketentuan yaitu SDM yang belum memiliki kompetensi dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. (Meriyani Dewi/MD) Di lihat materi diklatnya, disesuaikan dengan tugas pokok fungsi di dalam pekerjaan sehari-hari. Di lihat dari kemampuan dasar pustakawan, belum ahli harus mengikuti. (Andri Wijayanto/AW) Ketentuan yaitu SDM yang belum memiliki kompetensi dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. (Ade M. Sa’ban/AM) Ketentuan yaitu SDM yang belum memiliki kompetensi dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. (Rini Naritha/RH) Sesuai dengan kemampuan dan kompetensi pustakawan. (Joko Rianto/JR)
Ketentuan yaitu SDM yang belum memiliki kompetensi dan belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. (Lutfi Hikmawan/LH) Fasilitas pustakawan dalam mengikuti Dari kantor dapat transport, uang saku, kegiatan pendidikan dan pelatihan surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. (Ferry Adnan/FA)
Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. (Meriyani Dewi/MD) Dari kantor dapat transport, penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. (Andri Wijayanto/AW). Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. (Rini Naritha/RN) Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. (Ade M. Sa’ban/AM) Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. (Joko Rianto/RH) Dari kantor dapat transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat. (Lutfi Hikmawan/LH) Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara Tidak pernah, hanya ikut pelatihan formal kearsipan di Arsip Nasional Bogor dan di Bapusipda Bandung. (Ferry Adnan/FA) Tidak pernah, hanya ikut pelatihan kearsipan di Arsip Nasional Bogor dan di Bapusipda Bandung. (Meriyani
Dewi/MD) Tidak, saya kuliah S1 Ilmu Perpustakaan Unpad. (Andri Wijayanto/AW) Tidak pernah, saya sudah kuliah D3 Perpustakaan sendiri. (Rini Naritha/RN) Tidak pernah, saya sudah kuliah D3 Perpustakaan sendiri. (Ade M. Sa’ban/AM) Tidak pernah, hanya ikut bintek 3 hari di Bandung. (Joko Rianto/JR) Tidak pernah, saya kuliah S1 Manajemen sendiri. (Lutfi Hikmawan/LH) Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara Pernah ikut pelatihan kearsipan di Arsip non-formal Nasional Bogor dan di Bapusipda Bandung. (Ferry Adnan/FA) Pernah ikut pelatihan kearsipan di Arsip Nasional Bogor dan di Bapusipda Bandung. (Meriyani Dewi/MD) Sering ikut seminar di tingkat nasional maupun daerah. (Andri Wijayanto/AW) Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung. (Rini Naritha/RN) Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung. (Ade M. Sa’ban/AM) Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung (Joko Rianto/JR)
Pernah mengikuti seminar pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda Bandung. (Lutfi Hikmawan/LH) Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara Pernah, waktu itu ke Perpustakaan informal Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta, Perpustakaan Provinsi Jawa Timur Perpustakaan Nasional Belanda dan Perpustakaan Nasional Jerman. (Ferry Adnan/FA) Pernah juga, kadang-kadang saya mengikuti studi banding di Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional. (Meriyani Dewi/MD) Sering berdiskusi dengan teman dan sering kunjungan ke perpustakaan lain. (Andri Wijayanto/AW) Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu saya studi banding ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional. (Rini Naritha/RN) Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu saya studi banding ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional. (Ade M. Sa’ban/AM) Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu saya studi banding ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional. (Joko Rianto/JR) Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu
saya studi banding ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional. (Lutfi Hikmawan/LH) Kendala dan Cara Mengatasinya oleh Saya rasa ada staf yang kurang untuk Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten mengembangkan diri juga, saya juga Bogor kurang tau alasannya mereka itu apa, saya juga sudah berusaha memberikan mereka kesempatan buat pelatihan tapi mereka pengennya bareng-bareng berdua bertiga padahal dari lembaga induknya sendiri hanya memberikan untuk satu orang. Saya coba memberikan suatu motivasi berupa kompensasi dan tunjangan. (Ferry Adnan/FA) Ya paling kalau ada seminar atau pelatihan ya tidak boleh ikut semua, karena disini juga kan orangnya cuma sedikit, kalau ikut semua kan takutnya perpustakaan tidak berjalan. Ketika ada seseorang yang mengikuti pelatihan, kita juga kan mengharapkan setelah pelatihan itu memberikan informasi, presentasi kepada teman-teman apa saja yang didapatkan dari sana. Itu salah satunya menjadi terwakili ketika ada pelatihan, ya ditularkan lah kepada teman-teman, mungkin dengan materinya yang dibawa, pengalaman yang didapat dan lain-lain ya. (Andri Wijayanto/AW) Kendalanya terkadang pihak penyelenggara seminar atau workshop itu bukan dibawah lembaga negara jadi mereka mengumpulkan pustakawan seluruh Indonesia dan tema itu dilemparkan ke peserta seminar itu juga. Jarang belum pernah ada tema yang secara khusus. (Ade M. Sa’ban/AM) Kendala dan Cara Mengatasinya oleh Ada kendala saya yaitu usia dan pustakawan penggunaan komputer. Dulu kan belum pake komputer sekarang sudah pakai komputer, ya dapat pengarahan dari
pimpinan. kalau nggak ngerti ya bertanya sama yang muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering blank gtu, sering lupa-lupa juga. kalau nggak ngerti ya bertanya sama yang muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering blank gtu, sering lupa-lupa juga. (Meriyani Dewi/MD) Presentasi teori dengan praktek lebih banyak teorinya, biasanya karena materi dipadatkan dalam waktu singkat sehingga kurangnya daya tangkap peserta terhadap materi, sehingga setelah proses diklat selesai, hasil diklat tidak mampu di aplikasikan di dalam pekerjaaan. Seharusnya penyampaian materi itu harus seimbang, maksudnya teori dan praktek dalam kerja di perpustakaan harus sejalan, tidak lebih banyak teori atau tidak lebih praktek. Dalam penyampaian materi harus memperpanjangkan waktu, agar peserta dapat mengerti materi yang disampaikan dalam seminar. (Andri Wijayanto/AW) Ya mungkin kendalanya itu keterbatasan waktu. Kita kan kadang-kadang sudah capek dengan tugas kita, jadi kadangkadang menyita waktu. Paling kalau jam istirahat kita baru bisa ngobrol, tanyatanya juga. (Rini Naritha/RN) Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan pelatihan, tema yang kurang khusus dan kurang sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. Kalau masalah dana bisa diatasi dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan. (Ade M. Sa’ban/AM) Ya kalau kendala saya sendiri dalam pendidikan, paling biayanya untuk kuliah terus waktu juga. Kalau kita kuliah kan
waktu kerja kita kan dari pagi sampai sore jadi sudah waktu kita sudah habis buat kerja. Masalah dana belum bisa saya atasi karena kurangnya informasi dalam pengajuan beasiswa yang dilakukan pemerintah. (Joko Rianto/JR) Ya masalah klasifikasi doang, apalagi kalau judulnya Bahasa Inggris, kalau disini (OPAC) gk ada ya gk berani. Kalau Bahasa Inggris kan harus diartiin dulu ya, ini tentang apa. Bagaimana ini kalau di klasifikasi di kelas 400 ya takut salah. Ya udah biarin aja lah, biar bapaknya aja yg ngerjain. Pokoknya disini kerja sebisanya lah. Kalau gk ya nyari-nyari di catalog online kalau gk ada juga ya nyerah aja. Dengan bantuan translate online, katalog online dan apabila tidak ditemukan, saya menyerahkan kepada Koordinator Perpustakaan untuk mengklasifikasikan bahan pustaka tersebut. (Lutfi Hikmawan/LH)
Framework Penelitian Upaya Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan
Pustakawan
Perpustakaan
Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Koordinasi dengan lembaga induk. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Kendala Perpustakaan Pustakawan yang kurang dalam mengembangkan potensi diri. Ketidaksesuaian tema dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan dan kebijakan Lembaga Induk dalam pemberian satu pustakawan atau staf. Kendala Pustakawan usia, waktu, penyampaian presentasi pendidikan dan pelatihan lebih banyak teorinya daripada praktek, biaya serta ketidakmampuan dalam bahasa asing.
Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal. Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal. Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan secara informal.
Buku Tamu Digital (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Online Public Acecss Catalog (OPAC) (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Pelayanan sirkulasi (dokumentasi pribadi tanggal 30/05/2014)
Tempat penyimpanan katalog pengarang, subyek dan judul (dokumentasi pribadi tanggal 30/05/2014)
Rak buku dewasa (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak Majalah (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Meja baca (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Meja baca dan rak buku anak (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak koleksi referensi (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak koleksi referensi (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak display koleksi buku baru (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak display koleksi buku lama (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Ruang kerja pustakawan (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
K.*NTOR ARSIP DAN PERPUSiAi
Website: http://kapd.bogorkab.go.ld, e_mall: [email protected]
Cibinong Nomor Sifat Lampiran Perihal
?7I*{;,r-,u fin
September 3013
Kepada
Penyampaian Data dan Berkas
Usulan
2)
16e14
Yth-, Kepala. padan Kepegawaian, pendidikan dan pelatihan Kabupaten Bogor
Belajar
di_
Cibinong
ini, kami menyarnpaikan Data dan Berkas pegawai pada Kantor perpr'61a16*o Arsip dan Daerah kabupaten Bogor, meranjutkan Pendidikan shata ( SI pada universitas ) Terbuka {.rpBJJ Bogor, dan diusulkan Dengan
,*u ,i*
ifin belajarnya adalah sebagai berikut : No.
Nama/lrllP Rini Narith4 AjAdd - . -
1
Pangkat/Gol
Jabatan
rengatur
Pustakawan
NII). I 98004232006042U07
'fingkat t/II.d
Pelaksana
./'rus lvlunamaO Sa,ban,
Pengatur/II.c
Pustakawan-
N
A.Md
lt,. I 98 I 07 I 22(10902 I 00 1
Ket
Pelaksana
dan mohon kiranya dapat diproscs izin belajarnya atas nama pegawai tersebut diatas ( berkas persyaratan terlampir ). Demikian disampaikan, atas
terimakasih.
DAN PERPUSTAKAAN ATEN BOGOR
Pembina Tingkat
I
NrP. 195803261989031002
Tembusan : Yth. Bupati Bogor ( sebagai laporan 1. ); 2. Sekretaris Daerah Kabupaten eogor.
PEIVIERINTAH KABUPATEN .BOGOR
SEITRETARTAT DAERAII
Jl. Tegar Beriman, Telp. (021) g7S452B -g7S4S2g, Fax. g754526 Cibinong - Bogor t6gl4
Cibinong Nomor Sifat Lampiran Perihal
oqS,/ ?(9 -n^pp Penting
'
P".*olroo*
29
Novemb
er
2013
Kepada,
Yth- Kepalaperpustakaan dan Arsip Daerah penerimaan
I(unjungan Kerja
Kabupaten Sleman Di_
Yogyakarta
Dalam rangka meningkatkan wawasan Kantor Arsip dan perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor, akan mengadakan k,njurgan balasan berupa kuqiungan keria ke Kantor Ferpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten sleman yogyakarta. Adaptur krrqiungan kerja dimaksud akan Kami laksanakan pada
:
Hari/tanggal :Kamis,5Desember20l3 Pukul : 09.00 ![ib Demikian disampaikan atas perhatiannya karni ucapkan terima kasih.
Nopember 2013
Tembusan : Yth- 1. Bupati Bogor ( sebagai laporan ).
NIP. 19600904198903100s
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
SEKRETARTIff DAERAII
JI. Tegar Bcriman, Telp. (021) g7S4S2S -g7S4SZg,Fax. 8254526 Ciblrong - Bogor 16914
LERTNTAH +!IRAr r\omor: o9o / )gl - k+fU Daram ranoka meningkatkan *u.y,:?l rG1to1 Ar:sip dan perpustakaan Kabupaten gogorJ akan me"ngiaurun'iun:ungan Daerah baiara; berupa kunJungan kerja ke Kantor perpustakaan dan nrsiioaerarr iani,paiten sr"run vogyuhfr, dengan ihi : SEKRETARIS DAERAH I(ABUPATEN BOGOR
MEMERINTAHKAT{ Kepada
:
Nama NIP
PangkaflGot.' labatan
untuk
:
Drs. Ferry Adnan, M.Si 195803261989031002 Pemblna Tingkat
I/Iy.b
Kepala Kantor Arsip dan perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor.
Melaksa.nakan. kunjungan kerja. ke Kantor perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten yogya\arta,
Sreman
yang oila[ianarcan pada tanggat 4
Desember 2013 s.d 6 Desember ZOiS.
Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
,r.q urI
o-\
IJ NrP. 19600904198903100s
.lB
i[t,-i
ii--,13
(\ .!li
l
iJrYapl'a;l
,*
:.
:
Caialirr; Konfri-ma$r
ii.,
hih hfljtJt
Fax. l.{omcr OZi Kontak i:erscrr. L
.,.,!
,.1
il
lt
I ,.
.-.-x
\/
,i
i:,
:i
; li..l : i, ', i: ;'r
,i
.
..,i
I
,
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
KANTOR ARSIP DAN PERPU"O*;;n'
Bersih Komprcks pemda Terp.: (021) BTgor:6:,szx.z8r,Fax.: Websile: h'p;//kapd.bogorkab.go.id,
e_mail:
DAERAH
(0zr) Bzg[lg6scIBINoNG 15q4 [email protected]
ffi
Berdasarkan-:lrgl dari Kepara pemberdaval.l:ru.rpuan I,omor ooirgi]6-?pA.i#gnir?ug:n dan Keruarga, zi 5ffi::T? undansan nJo.ni, rr+
^rti'iiiiili,frr,
KEPALA KANTOR
f_slt
DAN pERpusrAKAAN
KABU'ATEN
Kepada
DAERAH YnE^,rr
MEN,IERIt{TAHKAN
:
Nama
NIP Pangkat/Got.
labatan
Untuk
BoGoR
: -
-
Hj" Merlyani Dewi, SH 196212201996032001 Penata TK.IfiI.d Kepala Seksi pengelolaan perpustakaan
Mengikuti Rakonnls KtA yang dilaksanakan o bertempar oi nrn' x. rio,. rr ro r"r, ,u n.r-pffi il a?:ffl, 33ff.or ffi:a Meraporkan hasir kesiatan ter:sebut airi.r, kepada rcepara- Kantor Arsip dan perpustakad d.,rh
i;;;;*i.ilror.
Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh hnggung jawab.
Dikeluarkan di Pada Tanggal
:30
CIBINONG
Mei2014
PIh. KEPAI.A KANTOR-ARSIP DAN PE-RPUSTAKAAN ..r -^I DAERAH KABUPATEN BOGOR --_ -
n.Tb. yuoi ius"u} Penata Tinqkat
*ma I
NrP. lgsgozzsrsbzoe
r
oor
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
*f,T.Ip"*"3I?l:
?*ry
I_ER-pu
s
rAKAaNr D AERAH
Webslts: http:/lkapd.bogorkab.go.ld, s-mail: [email protected]
nW Berdasarkan surat sekretaris. ,au22slBapusipda perihar rooioin.ri D-aerah provinsi
Perpuqekaan dan xugo,pan
oun-snr,,oiisuri
Jawa Barat perencanaan
qili*. a.rtrlnun ?gii;.a;rq1,ni
KEPAIT KANTOR ARSIP DTTI
Nomor Kegiatan
i
PERPUSTAKAJTN DAERAH
KABUPATEN BOGOR
Kepada
MEM.ERINTATIKAN :
1. Narna NIP Pangkat/GoL
labatan
2.
Nama NIP PangkaVGol.: 'Jabatan
Untuk
:
PenataTingkat IlIILd Arsiparis Penyelia
1t9l^Lulylnto, s.Sos
197802172006041006 Penata t4uda TKIIII.b Pustakawan pertama
S./
- Mengikuti Rapat Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan perpustikaan dan K€arsipan Oi fawa tanssar 21 s.d 22 Maret igl?
(
.ARRCADITTtr Business
Bandung.
{
Djoko T+ijono 1958051B1985031006
-
Meraporkan hasii ctan
Kegiatan ilrJi *ng- dilaksanakan pada
didoi'i ii' q,i1.r b;;i,'Eunorng a Enterainmefii Hltur ) Jr. Kebon Jati 71 _
75
teoiatalf3*t{lg,rhr,
Kepada Kepara Kantor Arsip
ffii."'
rerpustataan Daeratr reuopren
Demikian untuk" diraksanat
Dikeluarkan di Pada Tanggal
:
: 20
CIBINONG Maret 2013
An.KEPAIAKANToRAqs_l!,-rlAr{*ERArrsrArooANDAERA' ISTBT,PIT€N"BO@R
PEMIERINTAH KABUPATEN BOGOR
KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAI(AAN DAERAH Bersilr Kompteks pemda g79f/1g63,g7ilZgl ]1.
Telp.: (021)
Fax.:
pn)
ST(OLSI|CIBINONG 16914
Website: http://kapd.bogorkab.go.l( e_mai[ [email protected]
SURAT PERINTAH
Nonror: 0oo
I lUt- fU
Berdasarkal,Y-tlqTi
fengurus Pusat Gerakan pemasyarakatan Minat Baca GPMB Nomor 18/GPMB/fiI.2015 perihat u.d;;g;; peserta seminar Nasionat Pembudayaan Kegemaran Membaca dan hapat r"r;u rrrilionar GPMB, dengan ini :
(
)
KEPALA KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAIGAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
Kepada
MEMERINTAHKAN :
I
1. Nama NIP Pangkat/Gol. Jabatan
2. Nama NIP PangkaflGol Jabatan
Hj. Merlyanidewi, SH L962L2?01996032001 Penata TK.IA[.O Kasi Pengelolaan perpustakaan
Rini Naritha, A.Md 198004232006042007
PengaturTK.Ufr.d Pustakawan Pelaksana
Untuk : - Mengikuti
seminar Nasionai Pembudayaan Kegemaran Membaca dan Rapat Kerja,Nasional GPMB yang dilaksanakai paoa tanggal z+25 September 2013 bertempat di Lumire HotetAtrium S"nunl.=liL
- Melaporkan hasil kegiatan lgrsebut diatas, Kepada Kepala Kantor Arsip dan perpustakaan Daerah Kabupaten aogoi. Demikian untuk diraksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dikelugrkan di Pada Tangga'l
KEPAI.A
: :
CTBINONG
2-> September 2013
PERPUSTAI$AN DAERAH BOGOR
rptv-ra
\ I sr\r.(lJ-
\ .r1\tlllttl,.:1
IINTyERSTTAS rSLAM r\EGERT (UIt{) SYARIF IIIDAYATT}LLAH JAKARTA TAKUITAS AI}AB DA}I HI}MANIORA Telp. (021) 7443329,Fax. (021) 74933&
Jl. h. H. Juanda No. 95, Ciputat ls4l?,Jakarta, Indonesia
Nomor : Un.0L/F2IPP.009. L l?tcil%ALa Lamp. : Hal : Tan Penelitian
Jakarta, 22 Mei20l4
KepadaYth. Kepala Kesatuan Fangsa dan Politik Kabupaten Bogo/
Di Tempat Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami sampaikan, bahwa mahasiswa Fakultas Adab
dan Huma:eiora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu PerpuStakaan yang sedang menJ tsun skripsi berjudul oPendidihn dan Pelatihan SDM Perpustakaan: studi hsus Perpustataan Umum Daerah Kabupaten Bogor Narna
Ichsan Maulana
Tempat, Tg1. Lahir NIM
Bogor,2O November 199O 109025000027
Jurusan
Ilmu Perpustakaan
Semester
X {Sepuluh}
Tahun Akademik
zorcl2OL4
Matrasiswa tersebut memerlukan data unhrk penulisan skripsi. Oleh sebab itu, kami mohon bapak dapat memberikan irin kepada mahasiswa tersebut untuk melakukan penelitian di lembaga yang bapak/ibu pimpin.
Demikian atas barrtuan dan kerjasarnarrya, kami ucapkan terimakasih. Wassalamu'a1ailmm Wr. Wb.
I
Fathurahman, M. Hum &. 199603 1003
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 20 November 1990 dari bapak bernama Muhammad Sukarya Sahari dan ibu bernama Siti Mahromi Zein. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Sawangan 1 tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Depok tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Depok tahun 2009. Setelah tamat SMA, penulis diterima di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Penulis pernah menulis buku penelitian dengan judul Manajemen Arsip Elektronik. Penulis pernah magang di Perpustakaan MI At-Taqwa, penulis pernah PKL di bagian pelayanan, pengadaan dan pengolahan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor, penulis pernah magang di Perpustakaan Kejaksaan Negeri Cibinong, penulis pernah magang di Perpustakaan Umum Daerah Kota Depok, penulis pernah bekerja di Perpustakaan Umum Taman Kabupaten Bogor selama 1 tahun. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 selama 5 tahun. Selain kuliah, magang dan bekerja, penulis aktif olahraga sepakbola dan futsal. Sekarang penulis tinggal di Sawangan, Depok.