PENDEKATAN METAFORA DAN TRANSFORMASI PADA PERANCANGAN PROYEK TERMINAL PENGEMBANGAN BANDARA HASANUDDIN - MAKASSAR
Erna1
Abstract Hasanuddin Airport in Makassar has an important role as the gate of Eastern Indonesia. Hence, the airport also represents the region's identity. This vision becomes the design concept of the terminal extension of Hasanuddin Airport proposal design by PT. Arkonin and PT. Angkasa Pura Schiphol. This paper discusses the process of designing aesthetical aspect by PT. Arkonin, which is by integrating traditional culture elements, particularly traditional architecture elements, as the region's identity with modern elements as the rational functions of the airport. The author also tries to identify the architectural design method used in the design as metaphor and transformation design methods. Keywords: metaphor, transformation
Abstrak Bandara Hasanuddin - Makassar memegang peranan penting sebagai gerbang kawasan timur Indonesia. Dengan demikian bandara ini juga menjadi penunjuk identitas suatu kawasan. Visi ini menjadi dasar filosofi perancangan desain proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin - Makassar oleh PT. Arkonin dan PT. Angkasa Pura Schiphol. Tulisan ini secara khusus membahas proses perancangan aspek 'citra'nya yang dilakukan oleh PT. Arkonin, yaitu dengan memadukan elemen budaya tradisional khususnya arsitektur tradisional sebagai penunjuk identitas kawasan dengan elemen modern untuk menampung aspekaspek rasional. Dari hasil pengamatan, penulis juga mencoba mengkategorikan metode pendekatan perancangan arsitektur yang digunakan yaitu metode metafora dan transformasi.Kata kunci: metafora, transformasi
PENGANTAR Proyek Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin - Makassar merupakan salah satu proyek yang dibantu penulis dalam Tugas Akhir Magang selama bulan Januari Mei 2005 di PT. Arkonin, Jakarta. Proyek ini diangkat menjadi pembahasan karena lebih menarik bila dibandingkan dengan proyek-proyek komersil lain yang turut dibantu penulis. Proyek Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin - Makassar merupakan desain proposal kerja sama antara PT. Arkonin dengan PT. Angkasa Pura Schiphol yang diajukan dalam proses tender proposal oleh PT. Angkasa Pura I. PT. Angkasa Pura Schiphol bertindak sebagai perencana program dan kebutuhan ruang, sistem operasional, serta sistem sirkulasi dan lalu lintas dalam bangunan terminal, sedangkan PT. Arkonin lebih bertindak sebagai perancang 'citra' bangunan, yaitu bentuk dan tampilan terminal penumpang. Melalui tulisan ini, penulis mengamati bahwa proses perancangan terminal bandara, yang berdasarkan pada penerapan konsep budaya tradisional untuk membentuk identitas bandara sebagai pintu gerbang kawasan timur Indonesia, menggunakan metode ' Asisten Dosen Tidak Tetap Jurusan Arsitektur - FDTP - Universitas Pelita Harapan Alumni Jurusan Arsitektur - FDTP - Universitas Pelita Harapan
46-
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1,2006 : 46 - 55
pendekatan metafora dan transformasi. Oleh karena itu, penulis mengambil metode ini sebagai topik bahasan khusus dalam tulisan ini. Tulisan ini dimulai dengan pembahasan singkat tentang latar belakang proyek ini yang mendasari konsep perancangan, kemudian penulis membahas filosofi perancangan dan studi arsitektur tradisional yang dilakukan PT. Arkonin sebagai salah satu elemen budaya tradisional, dan dilanjutkan dengan pembahasan singkat proses perancangan 'citra' terminal penumpang. Dari pembahasan ini, penulis kemudian menghubungkan proses perancangan dengan metode pendekatan perancangan yang ada, yaitu metafora dan transformasi.
LATAR BELAKANG PROYEK Saat ini proses pembangunam yang merata di seluruh kawasan Indonesia sangat ditekankan. Proses ini perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai. Salah satu jenis infrastruktur penting yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia adalah transportasi udara, yang didukung dengan tersedianya bandara yang memadai. Makassar merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, sekaligus sebagai kota pusat kawasan Indonesia Timur. Oleh karena itu, salah satu prioritas pemerintah dalam pengembangan kawasan ini berupa peningkatan kapasitas Bandara Hasanuddin - Makassar melalui penambahan terminal baru. Bandara Hasanuddin diharapkan dapat menjadi pintu gerbang kawasan ini. Dengan demikian, Bandara Hasanuddin juga menjadi landmark yang berperan penting sebagai penunjuk identitas kawasan.
FILOSOFI PERANCANGAN Filosofi perancangan proyek ini didasarkan pada visi Bandara Hasanuddin sebagai pintu gerbang kawasan Indonesia Timur. Dengan demikian bandara ini akan menjadi landmark yang menunjukkan identitas Propinsi Sulawesi Selatan sekaligus kawasan Indonesia Timur di mata internasional. Untuk itu, ada suatu elemen unik yang hanya dimiliki kawasan ini yaitu elemen budaya tradisional. Dari filosofi ini, perancangan 'citra' terminal baru Bandara Hasanuddin - Makassar memadukan elemen budaya tradisional sebagai identitas kawasan dan elemen modern untuk menampung fungsi-fungsi rasional terminal bandara. Langkah pertama yang dilakukan yaitu melakukan studi terhadap budaya tradisional. Studi ini dilakukan terhadap budaya tradisional suku Toraja dan suku Bugis, dua suku yang banyak mendiami wilayah Sulawesi Selatan. Dalam hal ini, studi secara khusus dilakukan terhadap arsitektur tradisional yaitu rumah adat Tongkonan dari suku Toraja dan rumah adat Bola Ugi dari suku Bugis. Rumah adat menjadi studi karena dalam budayanya rumah merupakan pusat organisasi sosial, terutama keluarga. Hal ini sejalan dengan fungsi bandara sebagai pusat interaksi masyarakat dari berbagai wilayah serta titik temu transportasi udara dan transportasi darat.
Pendekatan Metafora dan Transformasi (Erna)
47
Gambar 1 Gambar 2 Rumah Tongkonan Rumah Bola Ugi (Sumber : The Traditional Architecture of Indonesia) Sang Pencipta U
Pendewaan Nenek Moyang B +
Kedewaan
S Nenek Moyang & Dunia Kemudian
Gambar 3 Aksis orientasi
Dalam budaya suku Toraja, orientasi rumah mempunyai makna alam semesta. Pada Tongkonan, rumah berorientasi utara - arah yang dihubungkan dengan Sang Pencipta, Puang Matua dan selatan - arah yang dihubungkan dengan nenek moyang dan dunia kemudian, Puya. Sedangkan timur dihubungkan dengan kedewaan, Deata, dan barat dihubungkan dengan nenek moyang yang dalam bentuk didewakan. Bangunan rumah secara vertikal terbagi tiga bagian, yaitu bagian kepala, bagian badan, dan bagian kaki. Bangunan rumah berupa rumah panggung, yang ditinggikan dari tanah. Bagian ini menjadi bagian kaki. Bagian rumah, yang ditinggali, menjadi bagian badan. Atap yang menjulang menjadi bagian kepala. Atap - Kepala Rumah - Badan Panggung - Kaki Gambar 4 Konsep vertikal rumah panggung (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
48
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 46 - 55
Umumnya beberapa keluarga yang bertalian darah hidup bersama dalam satu rumah. Oleh karena itu, biasanya pada tengah bagian rumah ada suatu tempat untuk para anggota keluarga berkumpul bersama. Bentuk atap rumah juga cukup khas. Atap rumah berupa semacam atap berbentuk pelana berujung lancip. Atap Tongkonan menjulang miring ke atas pada bagian depan. Sedangkan atap Bola Ugi, berbentuk pelana dengan hiasan pada ujungnya.
PROSES PERANCANGAN 'CITRA' Hasil studi terhadap arsitektur tradisional kemudian diterapkan dalam proses perancangan dan dipadukan dengan perencanaan sistem terminal bandara dari PT. Angkasa Pura Schiphol. Bentuk massa bangunan berupa bidang geometris, terdiri dari tiga buah persegi mengadaptasi pola ornamen anyaman Bugis. Tiga buah persegi ini menjadi representasi dari konsep awal zoning makro terminal yaitu check-in area, central area, dan baggage claim area. Persegi-persegi ini kemudian diputar 45° dan diikat oleh sebuah persegi panjang sebagai penyatu. Persegi panjang ini difungsikan sebagai bangunan terminal. Sesuai dengan konsep rumah tradisional yang memiliki ruang komunal untuk berkumpul, bagian tengah dibuat void berbentuk elips sebagai pusat orientasi.
Gambar 5 Proses transformasi bentuk dan massa bangunan (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
Bentuk bangunan terminal juga didasarkan pada konsep pembagian vertikal. Bagian entrance bangunan di sisi darat dipertegas dengan adanya bidang yang menjorok keluar. Bagian ini mengambil konsep rumah panggung dengan adanya kolom-kolom di sepanjang area drop off. Bagian ini juga mengadaptasi layout rumah tradisional Bugis, yang memiliki teras di bagian depan rumah, sehingga memiliki teras untuk menyambut
Pendekatan Metafora dan Transformasi (Erna)
4<>
pengunjung. Bahan kaca digunakan pada bagian ini untuk memberikan kesan pergerakan di dalam bangunan sehingga memperkuat kesan terminal sebagai bangunan transportasi. Bagian ini menjadi bagian kaki. Bangunan terminal berbentuk persegi panjang dan diasosiasikan sebagai bagian badan. Sedangkan bentuk atap merupakan transformasi dari bentuk atap Tongkonan dan Bola Ugi. Bentuk dasarnya menyerupai atap Bola Ugi yang dimodifikasi memanjang menyerupai atap Tongkonan. Bentuk atap ini juga dirancang menyerupai atap terminal eksisting. Bagian ini menjadi bagian kepala.
Gambar 6 Rumah panggung (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
Gambar 7 Sketsa tampak landside (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
Gambar 8 Atap Bola Ugi + atap Tongkonan + transformasi (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
50
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 46 - 55
Atap bangunan juga merupakan penyederhanaan dari bentuk sayap pesawat terbang. Atap bangunan ini dibuat membentuk suatu skyline yang meninggi ke arah sisi udara terminal, mengesankan pesawat yang akan take ojf.
Gambar 9 Atap - sayap pesawat (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
TAKE OFF YLINE
LANDING
y**1 ""-^*t. *»n
Gambar 10 Skyline atap (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
Gambar 11 Atap terminal eksisting (Sumber : Arsip PT. Arkonin)
*»•**•
< U &»< «**>*» ' * « ' n i ' v t n i
BfUkiTi
Gambar 12 Tampak airside (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
Pendekatan Metafora dan Transformasi (Erna)
51
Gambar 13 Tampak landside (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
Sesuai dengan aksis dalam budaya suku Toraja dan suku Bugis, bangunan terminal dapat dibagi menjadi dua aksis. Aksis utara-selatan menghubungkan sisi udara dan sisi darat terminal. Sedangkan aksis barat-timur merupakan aksis pengembangan terminal untuk masa mendatang.
UTARA - AIRSIDE
-H:TIMUR
BARAT
SELATAN - LANDSIDE Gambar 14 Perencanaan aksis (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
Ornamen-ornamen tradisional Toraja dan Bugis digunakan sebagai elemen-elemen dekoratif pada interior bangunan terminal. Dengan demikian elemen tradisional tercermin baik pada eksterior maupun interior bangunan.
Gambar 15 Ornamen tradisional Bugis (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
52
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 46 - 55
Gambar 16 Interior central area It dasar (Sumber : Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin- Makassar)
METAFORA DAN TRANSFORMASI Ada berbagai metode pendekatan dalam melakukan suatu perancangan. Pada perancangan 'citra' proyek ini, penulis mengamati bahwa metode pendekatan yang dipakai lebih ke arah pendekatan metafora dan transformasi.
Gambar 17 The Ronchamp Chapel (Sumber: www.greatbuildings.com)
Gambar 18 Gambar 19 Nagakin Tower Kaleva Church (Sumber : Poetics of Architecture)
Pendekatan Metafora dan Transformasi (Erna)
53
Metafora merupakan suatu metode yang memandang suatu bangunan atau konsep sebagai sesuatu yang berbeda. Salah satu contoh obyek arsitekturnya adalah The Ronchamp Chapel karya Le Corbusier. Bentuk bangunannya yang unik seringkali diinterpretasikan berbeda-beda. Ada yang melihatnya sebagai gaya tangan sedang berdoa, kapal laut, topi pendeta, dsb. Contoh lain yaitu Nagakin Tower karya Kisho Kurokawa yang menyerupai struktur sarang burung merpati. Metafora terbagi lagi menjadi tiga macam yaitu intangible metaphors, tangible metaphors, dan combined metaphors (Antoniades, 1992 : 30). Intangible metaphors yaitu metafora yang berasal dari sesuatu yang tidak dapat diinderai seperti konsep atau ide dari tradisi, budaya, lingkungan, dan sebagainya. Tangible metaphors yaitu metafora yang berasal dari sesuatu yang dapat diinderai atau memiliki suatu bentuk visual, sedangkan combined metaphors merupakan gabungan keduanya. Transformasi merupakan proses perubahan suatu bentuk yang mencapai tahap akhirnya dengan menanggapi berbagai dinamika eksternal dan internal (Antoniades, 1992 : 66). Ada tiga macam proses transformasi yaitu traditional strategy, borrowing strategy, dan deconstruction atau decomposition. Traditional strategy yaitu proses perubahan suatu bentuk tahap demi tahap dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dijumpai. Borrowing strategy yaitu proses perubahan suatu bentuk yang dimulai dengan meminjam suatu bentuk awal dari sumber lain yang kemudian diaplikasikan pada proses perancangan tersebut, sedangkan deconstruction atau decomposition yaitu proses perubahan bentuk dengan merombak seluruh bagian bentuk yang ada dan menyusunnya kembali dengan metode komposisi yang berbeda. Konsep dasar perancangan 'citra' terminal bandara didasarkan pada budaya setempat khususnya arsitektur tradisional suku Toraja dan suku Bugis. Konsepnya juga mengacu pada orientasi kepercayaan masyarakat tradisionalnya sehingga konsep perancangan ini dapat dikategorikan rnenggunakan metode pendekatan metafora khususnya combined metaphors. Kemudiah dalam proses perancangannya, konsep dasar tersebut kemudian dipadukan dengan perencanaan sistem terminal bandara. Terbentuklah suatu massa bangunan yang kemudian disesuaikan lagi dengan potensi lingkungan dan penyelesaian permasalahan-permasalahan yang ada. Di sinilah penulis mengkategorikan proses ini sebagai metode pendekatan transformasi khususnya tipe traditional strategy. Bentuk-bentuk massa bangunan ditransformasikan sedemikian rupa sehingga tercapai bentuk yang paling optimum.
KESIMPULAN Tersedianya infrastruktur yang memadai sangat penting dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Salah satunya melalui proyek Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin - Makassar. Proyek yang dibahas penulis ini merupakan desain proposal kerja sama PT. Arkonin, tempat penulis melaksanakan Tugas Akhir Magang, dengan PT. Angkasa Pura Schiphol yang diajukan dalam proses tender proposal oleh PT. Angkasa Pura I. Bandara Hasanuddin - Makassar diharapkan menjadi pintu gerbang kawasan timur Indonesia. Dengan demikian bandara ini juga menjadi penunjuk identitas Propinsi Sulawesi Selatan sekaligus kawasan timur Indonesia di mata internasional. Oleh karena itu, konsep dasar perancangan 'citra' terminal pengembangan bandara ini adalah
54
Jumal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 46 - 55
perpaduan elemen budaya tradisional sebagai identitas kawasan dengan elemen modern untuk menampung fungsi-fungsi rasional. Melalui pengamatan penulis, proses perancangan terminal bandara ini menggunakan metode metafora tipe combined metaphors dan metode transformasi tipe traditional strategy. Dengan metode ini, proses metafora mengambil konsep budaya yang telah dituangkan dalam bentuk visual berupa rumah adat kemudian melalui proses transformasi yang menyesuaikan kembali dengan keadaan lingkungan dan tuntutan fungsi.
DAFTAR PUSTAKA Antoniades, Anthony C.,. POETICS OF ARCHITECTURE : Theory of Design. Canada: John Wiley & Sons, Inc, 1992. , Beauty Contest Tender Proposal Terminal Pengembangan Bandara Hasanuddin Makassar. Jakarta: 2005. —, Proposal Teknis: Pekerjaan Jasa Konsultansi Rancangan Bangunan Terminal dan Fasilitas Penunjangnya - Proyek Pengembangan Bandara Hasanuddin Makassar. Jakarta : PT. Arkonin, 2005. Dawson, Barry dan Gillow, John, The Traditional Architecture of Indonesia. London: Thames and Hudson Ltd, 1994. www.greatbuildings.com
Pendekatan Metafora dan Transformasi (Erna)
55