PENDEKATAN ASIMTOTIK UNTUK BIAS DAN RAGAM PENDUGA FUNGSI NILAI HARAPAN PROSES POISSON PERIODIK MAJEMUK DENGAN TREN LINEAR
BONNO ANDRI WIBOWO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR BARAT 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pendekatan Asimtotik untuk Bias dan Ragam Penduga Fungsi Nilai Harapan Proses Poisson Majemuk dengan Tren Linear adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2016 Bonno Andri Wibowo NIM G551140536
Ringkasan BONNO ANDRI WIBOWO. Pendekatan Asimtotik untuk Bias dan Ragam Penduga Fungsi Nilai Harapan Proses Poisson Periodik Majemuk dengan Tren Linear. Dibimbing oleh I WAYAN MANGKU dan SISWADI. Proses stokastik mempunyai peranan penting dalam memodelkan berbagai fenomena nyata. Salah satu bentuk khusus dari proses stokastik adalah proses Poisson majemuk. Banyak fenomena dalam berbagai bidang yang telah dimodelkan sebagai suatu proses Poisson majemuk, antara lain fenomena di bidang asuransi dan keuangan, fisika, demografi, geologi, serta biologi. Pengembangan model proses Poisson majemuk telah dimulai dengan menggunakan model proses Poisson periodik majemuk. Penelitian terakhir dengan menambahkan tren linear pada model tersebut. Hasil terakhirnya diperoleh penduga yang konsisten (lemah) bagi fungsi nilai harapan pada proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear. Penelitian lanjutan ini memiliki dua tujuan, yaitu: (1) Menentukan pendekatan asimtotik untuk bias dan ragam penduga fungsi nilai harapan pada proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear; (2) Meneliti keakuratan pendekatan asimtotik untuk bias dan ragam penduga untuk kasus panjang interval pengamatan yang terbatas melalui simulasi dengan data bangkitan. Misalkan {π(π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses dengan fungsi intensitas terintegralkan lokal (tidak diketahui) π. Kita asumsikan π mempunyai dua komponen, sebuah komponen periodik ππ dengan periode (diketahui) π > 0 dan sebuah komponen tren linear. Dengan kata lain, untuk setiap π > 0, fungsi intensitas π dapat dituliskan sebagai berikut: π(π ) = ππ (π ) + ππ , dengan ππ (π ) adalah sebuah fungsi periodik dengan periode π dan π melambangkan kemiringan dari tren linear dengan π > 0. Kita tidak mengasumsikan bentuk parametrik apapun dari ππ kecuali bentuk periodik yang dapat ditulis sebagai berikut: ππ (π ) = ππ (π + ππ) untuk setiap π β₯ 0 dan π β β, dengan β menyatakan himpunan bilangan asli. Misalkan {π(π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses dengan π(π‘) π(π‘)=βπ= 1 ππ di mana {ππ , π β₯ 1} adalah barisan peubah acak yang independent and identically distributed dengan nilai harapan π < β dan ragam π 2 < β, yang juga bebas terhadap {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. Nilai harapan dari π(π‘) adalah π‘2
π(π‘) = πΈ[π(π‘)] = (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π 2 ) π dengan π‘
ππ‘,π = βπβ, π‘π = π‘ β ππ‘,π π, π‘
π¬π (π‘) = β«0 ππ (π ) ππ , dan
1
π = π π¬π (π) dimana untuk setiap bilangan real x, βπ₯β melambangkan bilangan bulat terbesar yang kurang dari atau sama dengan x. π merupakan fungsi intensitas dari proses {π(π‘), π‘ β₯ 0}. Diasumsikan π > 0. Misalkan untuk suatu π β Ξ©, suatu realisasi tunggal π(π) dari proses {π(π‘), π‘ β₯ 0} yang terdefinisi pada suatu ruang peluang (Ξ©, β±,P) diamati pada suatu interval terbatas [0, π]. Selanjutnya, untuk setiap titik data pada realisasi π(π) β© [0, π] yang diamati, misalkan titik data ke-π, π =1, 2, ..., π[0, π], peubah acak ππ yang bersesuaian juga diamati. π Misalkan ππ,π = β π β, penduga bagi fungsi nilai harapan π(π‘) dirumuskan sebagai berikut: π‘2 πΜπ (π‘) = (ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ ) πΜ π , 2
dengan 2π[0,π]
πΜπ = 1 πΜπ = ln(π
π
π,π )π
1 π¬Μπ,π (π‘π ) = ln(π
π,π βπ=1
π
π,π )
π,π βπ=1
π2
,
π([(πβ1)π,ππ])
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
dan
π
π,π β πΜπ (ln(π
π
π
π,π )
π
π
π,π β πΜπ (ln(π
β 2),
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
+ )
),
1
πΜ π = π([0,π]) βπ([0,π]) ππ , π= 1 dengan πΜ π = 0 saat π([0, π]) = 0 berimplikasi πΜπ (π‘) = 0 saat π([0, π]) = 0. Bias asimtotik penduga adalah 2
π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π β2ππ‘π ) 1 ππππ [πΜπ (π‘)] = π‘,π + π (ln(π 2 ln(π )
π,π )
π,π
)
dan ragam asimtotik penduga adalah π£ππ[πΜπ (π‘)] =
π2
2
ln(ππ,π )
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
2ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
) + 2π‘ 2 (
2 1
2πΎπ¬π (π‘π ) + ππΎ(π‘π2 β 2ππ‘π ))) + π (ln(π
π,π )
)β
π(π‘) π
)+
(ππ‘,π π(2ππΎ β πππΎ) +
)
untuk π β β. Simulasi model memberikan visualisasi mengenai proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear. Bias dan ragam penduga akan semakin menuju 0 seiring memanjangnya interval pengamatan. Kata kunci: Bias dan ragam penduga, fungsi nilai harapan, pendekatan asimtotik, proses Poisson periodik majemuk, tren linear.
Summary BONNO ANDRI WIBOWO. Asymptotic Approximations to the Bias and Variance of an Estimator for the Mean Function of a Compound Cyclic Poisson Process with Linear Trend. Supervised by I WAYAN MANGKU and SISWADI. A stochastic process has an important role in modeling various real phenomena. One special form of the stochastic process is a compound Poisson process. Many phenomena in different fields have been modeled as a compound Poisson process, such as phenomena in the fields of insurance and finance, physics, demography, geology, and biology. A compound Poisson process model have been extended by using compound cyclic Poisson process model. The last research is adding linear trend to the model, and the result is getting formula for an estimator of the mean function of a compound cyclic Poisson process in the presence of linear trend and it has been proved (weakly) consistent. This further reseacrh has two objectives as follows: (1) to determine asymptotic approximations to the bias and variance of an estimator for the mean function of a compound cyclic Poisson process in the presence of linear trend; (2) to study asymptotic approximations in the case of bounded observation time interval, using simulation with generated data. Let {π(π‘), π‘ β₯ 0} be a cyclic Poisson process with (unknown) locally integrable intensity function π. We assume π has two components, a cyclic compunent ππ with (known) period π > 0 and a linear trend. In other words, for any π > 0, the intensity function π can be written as: π(π ) = ππ (π ) + ππ , with ππ (π ) be a periodic function with period π and π be the slope of the linear trend with π > 0. We do not assume any (parametric) form of ππ except that it is periodic, that is, the equality ππ (π ) = ππ (π + ππ) holds for all π β₯ 0 and π β β, with β be the set of natural numbers. Let {π(π‘), π‘ β₯ 0} be process where π(π‘) π(π‘) = βπ= 1 ππ with {ππ , π β₯ 1} is a sequence of independent and identically distributed random variables having mean π < β and variance π 2 < β, which is also independet of the process {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. The mean function of π(π‘) is given by π‘2
π(π‘) = πΈ[π(π‘)] = (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π 2 ) π where π‘
ππ‘,π = βπβ, π‘π = π‘ β ππ‘,π π, π‘
π¬π (π‘) = β«0 ππ (π ) ππ , and
1
π = π π¬π (π)
where for any real numbers π₯, βπ₯β denotes the biggest integer which is less than or equal to π₯. π is the global intensity of the process {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. We also assume that π > 0. Suppose that, for some π β Ξ©, a single realization π(π) of the process {π(π‘), π‘ β₯ 0} defined on a probability space (Ξ©, β±,P) is observed, though only within a bounded interval [0, π]. Futhermore, suppose that for each data point in the observed realization π(π) β© [0, π], say π-th data point, π =1, 2, ..., π[0, π], its corresponding random variable ππ is also observed. π Let ππ,π = β π β, the estimator of the mean function is given by 2
π‘ πΜπ (π‘) = (ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ 2 ) πΜ π ,
where 2π[0,π]
πΜπ = 1 πΜπ = ln(π
π
π,π )π
1 π¬Μπ,π (π‘π ) = ln(π
π,π )
π,π βπ=1
π
π,π βπ=1
π2
,
π([(πβ1)π,ππ])
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
and
π
π,π β πΜπ (ln(π
π
π
π,π )
π
π
π,π β πΜπ (ln(π
β 2),
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
+ )
),
1
πΜ π = π([0,π]) βπ([0,π]) ππ , π= 1
with the understanding that πΜ π = 0 when π([0, π]) = 0, implies πΜπ (π‘) = 0 when π([0, π]) = 0. Asymptotic approximation to the bias of the estimator is 2
π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π β2ππ‘π ) 1 ππππ [πΜπ (π‘)] = π‘,π + π (ln(π 2 ln(π )
π,π )
π,π
)
and asymptotic approximation to the variance of the estimator is 2
π π£ππ[πΜπ (π‘)] = ln(π
2
π,π
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ) π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
2ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
) + 2π‘ 2 (
2 1
2πΎπ¬π (π‘π ) + ππΎ(π‘π2 β 2ππ‘π ))) + π (ln(π
π,π )
)β
π(π‘) π
)+
(ππ‘,π π(2ππΎ β πππΎ) +
)
as π β β. Simulation provides visualization about compound cyclic Poisson process in the presence of linear trend. Bias and variance of the estimator will to zero as the length of observation interval goes to infinity. Key word: Asymptotic approximation, compound cyclic Poisson process, linear trend, the bias and variance of estimator, the mean function
Β© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang β Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENDEKATAN ASIMTOTIK UNTUK BIAS DAN RAGAM PENDUGA FUNGSI NILAI HARAPAN PROSES POISSON PERIODIK MAJEMUK DENGAN TREN LINEAR
BONNO ANDRI WIBOWO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR BARAT 2016
Penguji pada Ujian Tesis: Dr Ir I Gusti Putu Purnaba, DEA
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah yang berjudul Pendekatan Asimtotik untuk Bias dan Ragam Penduga Fungsi Nilai Harapan pada Proses Poisson Majemuk dengan Tren Linear ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir I Wayan Mangku, MAppSc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof Dr Ir Siswadi, MSc. selaku Anggota Komisi Pembimbing atas semua perhatian, ilmu, kesabaran, motivasi, dan bantuannya selama penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir I Gusti Putu Purnaba, DEA selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu (you are my superwomen in my life), Lukman, Adi, Widi atas segala doa dan kasih sayangnya. Serta taklupa, saya ucapkan terima kasih kepada Dikti atas beasiswa fresh graduate yang penulis terima selama perkuliahan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada temanβteman Matematika 47, Gumapastika, dan Matematika Terapan angkatan 50 serta rekanβrekan di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia yang telah memberikan kesempatan saya belajar banyak hal selama masa internship. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Februari 2016 Bonno Andri Wibowo
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitan Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Proses Stokastik Proses Poisson Proses Poisson Majemuk Pendugaan Fungsi Nilai Harapan pada Proses Poisson Periodik Majemuk Kekonsistenan Penduga Nilai Harapan pada Proses Poisson Periodik Majemuk dengan Tren Linear PERUMUSAN PENDUGA Pengantar dan Perumusan Penduga Fungsi Nilai Harapan Ide Penduga Modifikasi BEBERAPA LEMA TEKNIS PENDEKATAN ASIMTOTIK UNTUK BIAS DAN RAGAM PENDUGA SIMULASI MODEL SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi 1 1 2 2 2 2 3 3 3 5 7 7 8 10 15 22 25 26 27 50
DAFTAR TABEL 1
Bias dan Ragam πΜπ (π‘)
24
DAFTAR GAMBAR 1 2
Grafik π(π‘) dan πΜπ (π‘) Grafik selisih (%) antara π(π‘) dan πΜπ (π‘)
23 24
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Beberapa Lema dan Teorema Teknis Bukti beberapa Lema teknis Bukti beberapa persamaan Program Scilab untuk Simulasi
28 30 41 48
PENDAHULUAN Latar Belakang Proses stokastik merupakan proses yang menggambarkan suatu kejadian atau fenomena yang bersifat tidak pasti. Proses ini dapat digunakan untuk memodelkan fenomena yang berkaitan dengan aturan peluang seperti pergerakan harga saham, proses kedatangan pelanggan ke suatu pusat layanan (customer service), dan banyaknya klaim yang datang ke suatu perusahaan asuransi. Oleh karena itu, untuk memprediksi bagaimana fenomena-fenomena tersebut terjadi di masa yang akan datang diperlukan suatu peramalan. Peramalan tersebut berguna untuk memperoleh informasi mengenai perubahan di masa yang akan datang. Proses stokastik dapat diklasifikasikan menjadi proses stokastik dengan waktu diskret dan proses stokastik dengan waktu kontinu. Pada karya ilmiah ini pembahasan hanya difokuskan pada salah satu bentuk khusus dari proses stokastik dengan waktu kontinu, yaitu proses Poisson majemuk. Proses Poisson majemuk dapat digunakan untuk memodelkan besarnya klaim agregat terhadap suatu perusahaan asuransi, sehingga perusahaan tersebut dapat menduga besarnya keuntungan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Sebelumnya, Byrne (1969) telah menggunakan proses Poisson majemuk pada beberapa permasalahan fisika. Selain itu, proses Poisson majemuk telah diterapkan pada bidang demografi (Kegler 2007), geologi (OΜzel 2011) dan biologi (Puig dan Barquinero 2011). Selama ini, kajian terhadap proses Poisson majemuk dilakukan dengan menggunakan proses Poisson homogen, yaitu proses Poisson yang fungsi intensitasnya konstan (tidak bergantung pada waktu). Apabila suatu kejadian memiliki peluang lebih besar untuk terjadi pada interval waktu tertentu dibandingkan pada interval waktu yang lain, maka asumsi ini tidak sesuai. Oleh karena itu, untuk memperluas cakupan permasalahan yang dapat dimodelkan, asumsi tersebut harus diubah. Waktu dapat dianggap berpengaruh dan digunakan proses Poisson takhomogen, yaitu proses Poisson yang fungsi intensitasnya merupakan fungsi tak konstan dari waktu. Proses Poisson takhomogen ini merupakan perumuman dari proses Poisson homogen. Kajian terhadap proses Poisson majemuk dengan menggunakan proses Poisson takhomogen sangatlah luas. Oleh karena itu, kajian dimulai dengan salah satu bentuk khusus dari proses Poisson takhomogen, yaitu proses Poisson periodik majemuk (Mangku et al. 2014). Setelah itu kajian ditingkatkan menjadi proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear (Wibowo 2014). Proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear ini cocok dalam menggambarkan fenomena yang terjadi secara periodik namun meningkat mengikuti tren linear, seperti jumlah klaim agregat dari suatu produk asuransi. Peubah acak Poisson periodik majemuk merupakan peubah acak yang bergantung dari waktu maka nilai harapan dari peubah acak tersebut disebut fungsi nilai harapan. Penduga pada pendugaan fungsi nilai harapan pada proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear sudah terbukti merupakan penduga yang konsisten lemah dan sudah ditentukan laju kekonverganan bagi bias, ragam dan mean sequare error penduga tersebut pada Wibowo (2014). Pada penelitian
2
lanjutan ini dilakukan penentuan pendekatan asimtotik untuk bias dan ragam penduga tersebut dan mempelajari perilaku penduga tersebut melalui simulasi menggunakan bangkitan data bangkitan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Menentukan pendekatan asimtotik untuk bias dan ragam penduga fungsi nilai harapan pada proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear. 2. Meneliti keakuratan pendekatan asimtotik untuk bias dan ragam penduga untuk kasus panjang interval pengamatan yang terbatas melalui simulasi dengan data bangkitan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bias dan ragam penduga dan penggunaan model pada data yang diperoleh sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pengguna model matematika yang berkaitan dengan proses Poisson.
TINJAUAN PUSTAKA Proses Stokastik Proses stokastik π = {π(π‘), π‘ β π} adalah suatu himpunan dari peubah acak. Indeks t sering kali diinterpretasikan sebagai waktu dan π(π‘) sebagai state dari proses di waktu t. Himpunan T himpunan indeks dari proses. Ketika T merupakan himpunan terhitung maka proses stokastiknya disebut dengan proses dengan waktu diskret, sedangkan jika T merupakan interval dari rentang waktu tertentu, proses stokastik disebut proses dengan waktu kontinu (Ross 2010). Suatu proses stokastik dengan waktu kontinu {π(π‘), π‘ β π} disebut memiliki inkremen bebas jika untuk semua π‘0 < π‘1 < π‘2 < β― < π‘π , peubah acak π(π‘1 ) β π(π‘0 ), π(π‘2 ) β π(π‘1 ), β¦ , π(π‘π ) β π(π‘πβ1 ) adalah saling bebas (Ross 2010). Suatu proses stokastik dengan waktu kontinu {π(π‘), π‘ β π} disebut memiliki inkremen stasioner jika π(π‘ + π ) β π(π‘) memiliki sebaran yang sama untuk semua π‘ (Ross 2010). Suatu proses stokastik {π(π‘), π‘ β₯ 0} disebut proses pencacahan jika π(π‘) menyatakan banyaknya kejadian yang telah terjadi sampai waktu π‘. Dari definisi tersebut, maka suatu proses pencacahan π(π‘) harus memenuhi syarat-syarat berikut (Ross 2010): 1. π(π‘) β₯ 0 untuk setiap π‘ β [0, β) . 2. Nilai π(π‘) adalah integer. 3. Jika π < π‘ maka π(π ) β€ π(π‘)di mana π , π‘ β [0, β). 4. Untuk π < π‘ maka π(π‘) β π(π ) sama dengan banyaknya kejadian yang terjadi pada (π , π‘].
3
Proses Poisson Suatu proses pencacahan {π(π‘), π‘ β₯ 0} disebut proses Poisson homogen dengan laju π, π > 0, jika memenuhi tiga syarat berikut (Ross 2010): 1. π(0) = 0. 2. Proses tersebut memiliki inkremen bebas. 3. Banyaknya kejadian pada sembarang interval waktu dengan panjang t, memiliki sebaran Poisson dengan nilai harapan ππ‘. Jadi, untuk semua t,s β₯ 0, π βππ‘ (ππ‘)π , π = 0,1,2 β¦ π! Dari syarat 3 bisa diketahui bahwa proses Poisson memiliki inkremen yang stasioner serta diperoleh bahwa πΈ(π(π‘)) = ππ‘. Suatu proses pencacahan {π(π‘), π‘ β₯ 0} disebut proses Poisson nonhomogen dengan fungsi intensitas π(π‘), π‘ > 0, jika (Ross 2010): π(π(π‘ + π ) β π(π ) = π) =
1. 2. 3. 4.
π(0) = 0. {π(π‘), π‘ β₯ 0} memiliki inkremen bebas. P{π(π‘ + π ) β π(π‘) β₯ 2} = π(π ) P{π(π‘ + π ) β π(π‘) = 1} = π(π‘)π + π(π ), untuk π β 0.
Laju dari suatu proses Poisson non-homogen {π(π‘), π‘ β₯ 0}, yaitu π(π‘) disebut fungsi intensitas proses tersebut (Ross 2010). Intensitas lokal dari suatu proses Poisson non-homogen π dengan fungsi intensitas π pada titik π β π adalah π(π ), yaitu nilai fungsi π di π (Cressie 1993). Proses Poisson Majemuk Misalkan {π(π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses dengan π(π‘)
π(π‘) = βπ= 1 ππ di mana {ππ , π β₯ 1} adalah barisan peubah acak yang independent and identically distributed dengan nilai harapan π < β dan ragam π 2 < β, yang juga bebas terhadap {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. Proses {π(π‘), π‘ β₯ 0} disebut dengan proses Poisson majemuk. Pendugaan Fungsi Nilai Harapan pada Proses Poisson Periodik Majemuk Misalkan {ππ (π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses Poisson takhomogen dengan fungsi intensitas ππ terintegralkan lokal dan tidak diketahui. Fungsi intensitas ππ (s) diasumsikan berupa fungsi periodik, yakni memenuhi ππ (π ) = ππ (π + ππ), untuk setiap π β₯ 0 dan π β β, dengan β menyatakan himpunan bilangan asli. Nilai harapan dari proses {ππ (π‘), π‘ β₯ 0} adalah t E[Nc (t)] = β«0 Ξ»c (s) ds = k t,Ο ΟΞΈ + Ξ c (t r ). dengan
4
t k t,Ο = β β, Ο di mana untuk setiap bilangan real π₯, βπ₯β menyatakan bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari atau sama dengan π₯, π‘π = π‘ β ππ‘,π π, π‘π
π¬π (π‘π ) = β« ππ (π ) ππ , 0
dan
1 π = π¬π (π), π yaitu fungsi intensitas global dari proses {ππ (π‘), π‘ β₯ 0}. Diasumsikan bahwa π > 0. Selanjutnya, misalkan {ππ (π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses dengan π (π‘)
ππ (π‘) = βπ=π 1 ππ , di mana {ππ , π β₯ 1} adalah barisan peubah acak yang independent and identically distributed dengan nilai harapan π < β dan ragam π 2 < β, yang juga bebas terhadap proses {ππ (π‘), π‘ β₯ 0 }. Proses {ππ (π‘), π‘ β₯ 0} disebut dengan proses Poisson periodik majemuk. Secara matematis, fungsi nilai harapan dari proses Poisson periodik majemuk dapat dituliskan sebagai berikut: ππ (π‘) = πΈ[ππ (π‘)] = (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π )) π. Penduga bagi fungsi nilai harapan ππ (π‘) dirumuskan sebagai berikut: πΜπ,π (π‘) = (ππ‘,π ππΜπ,π + π¬Μββ π,π (π‘π )) πΜ π,π , dengan π ([0,π]) πΜπ,π = π π , π β π¬Μββ π,π (π‘π ) = π βπ= 1 ππ ([ππ, ππ + π‘π ] β© [0, π]), 1 π ([0,π]) βπ ππ π= 1 π ([0,π])
πΜ π,π = π
,
dengan πΜπ,π (π‘) = 0 saat ππ ([0, π]) = 0. Penduga nilai harapan tersebut telah dibuktikan kekonsistenannya baik kekonsistenan lemah maupun kekonsistenan kuat pada Ruhiyat et al. (2013). Ruhiyat (2013) telah menentukan laju kekonvergenan bias dan ragam serta mean square error (MSE) dari πΜπ,π (π‘) 1
sebesar π (π), untuk π β β.
Mangku et al. (2014) melakukan modifikasi terhadap penduga πΜπ,π dan π¬Μββ π,π (π‘π ) berturut-turut sebagai berikut: 1 ππ,π β1 ([ππ, ππ + π]), πΜπ,π = π π βπ= 0 ππ π,π
1 ππ,π β1 π¬Μββ π,π (π‘π ) = π βπ= 0 ππ ([ππ, ππ + π‘π ]). π,π
Hasil modifikasi tersebut yaitu nilai bias dan ragam asimtotik bagi πΜπ,π (π‘) berturut-turut sebagai berikut
5
ππ (π‘) + π(π βπ ), π ππ 2 π2π 2 π2 Μ π£ππ[ππ,π (π‘)] = (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π )(1 + 2ππ‘,π )) + (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π )) π ππ 1 + π ( 2) π untuk π β β. ππππ [πΜπ,π (π‘)] = β
Kekonsistenan Penduga Fungsi Nilai Harapan pada Proses Poisson Periodik Majemuk dengan Tren Linear Misalkan {π(π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses dengan fungsi intensitas terintegralkan lokal (tidak diketahui) π. Kita asumsikan π mempunyai dua komponen, sebuah komponen periodik ππ dengan periode (diketahui) π > 0 dan sebuah komponen tren linear. Dengan kata lain, untuk setiap π > 0, fungsi intensitas π dapat dituliskan sebagai berikut: π(π ) = ππ (π ) + ππ , dengan ππ (π ) adalah sebuah fungsi periodik dengan periode π dan π melambangkan kemiringan dari tren linear dengan π > 0. Misalkan {π(π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses dengan π(π‘)
π(π‘) = βπ= 1 ππ di mana {ππ , π β₯ 1} adalah barisan peubah acak yang independent and identically distributed dengan nilai harapan π < β dan ragam π 2 < β, yang juga bebas terhadap {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. Proses {π(π‘), π‘ β₯ 0} disebut dengan proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear. Nilai harapan dari π(π‘), dinotasikan dengan π(π‘), sebagai berikut: π(π‘) = πΈ[π(π‘)]πΈ[π1 ] = π¬(π‘)π π‘
dengan π¬(π‘) = β«0 π(π ) ππ .
π‘
Misalkan π‘π = π‘ β β β π, dimana untuk setiap bilangan real x, βπ₯β π melambangkan bilangan bulat terbesar yang kurang dari atau sama dengan x, dan π‘ misalkan pula ππ‘,π = βπβ. Kemudian, untuk setiap bilangan positif π‘, π‘ = ππ‘,π π + π‘π , dengan 0 β€ π‘π < π‘. Misalkan π‘
π¬π (π‘) = β« ππ (π ) ππ 0
serta
1 π = π¬π (π) π yaitu fungsi intensitas global dari komponen periodik pada proses {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. Kita asumsikan bahwa π > 0. Kemudian untuk setiap π‘ β₯ 0 yang diberikan, kita mempunyai
6
π‘2 . 2 Akhirnya, fungsi nilai harapan dari π(π‘) dapat dituliskan menjadi π¬(π‘) = ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π
π(π‘) = (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π
π‘2 ) π. 2
Pendugaan fungsi nilai harapan π(π‘) pada persamaan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa pendugaan, yaitu pendugaan π, pendugaan π yang merupakan slope pada fungsi intensitas, pendugaan fungsi intensitas global π, dan pendugaan π¬π (π‘π ) yang merupakan nilai harapan banyaknya kejadian yang terjadi pada interval waktu [0, π‘π ]. Penduga bagi fungsi nilai harapan π(π‘) dirumuskan sebagai berikut: πΜπ (π‘) = (ππ‘,π ππΜπβ + π¬Μβπ,π (π‘π ) + πΜπ dimana πΜπ =
π‘2 ) πΜ , 2 π
2π([0, π]) , π2
1 π([ππ,(π+1)π]β©[0,π]) π π πΜπβ = ππ(πβπ) ββ β πΜπ (2 + ππ(πβπ)), π= 1 ππ
π¬Μβπ,π (π‘π ) = dan
1 π([ππ,ππ+π‘π ]β©[0,π]) ββ ππ(πβπ) π= 1 π
π‘π 2
β πΜπ (
2
+
ππ‘π ππ(πβπ)
),
1
πΜ π = π([0,π]) βπ([0,π]) ππ , π= 1 dengan πΜ π = 0 saat π([0, π]) = 0 berimplikasi πΜπ (π‘) = 0 saat π([0, π]) = 0. Penduga bagi tingkat kemiringan π telah dikaji pada Helmers dan Mangku (2009) untuk tujuan yang berbeda. Penduga bagi fungsi intensitas global π telah dikaji pada Mangku (2005) untuk tujuan berbeda dan penduga bagi fungsi intensitas sebagian π¬π (π‘π ) telah dikaji pada Mangku (2010) untuk tujuan berbeda. Wibowo (2014) telah membuktikan bahwa penduga nilai harapan tersebut kekonsistenan lemah, yakni π πΜπ (π‘) β π(π‘) untuk π β β. Laju kekonvergenan bias, ragam, dan MSE penduga ialah 1 π (ln(πβπ)) untuk π β β.
PERUMUSAN PENDUGA
Perumusan Penduga Fungsi Nilai Harapan pada Proses Poisson Periodik Majemuk dengan Tren Linear Misalkan {π(π‘), π‘ β₯ 0} adalah suatu proses Poisson takhomogen. Fungsi intensitas π(π ) diasumsikan berbentuk π(π ) = ππ (π ) + ππ , (1) dengan ππ (π ) adalah sebuah fungsi periodik dengan periode π dan π melambangkan kemiringan dari tren linear dengan π > 0. (2) Proses {π(π‘), π‘ β₯ 0} disebut dengan proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear jika π(π‘) π(π‘) = βπ= 1 ππ (3) di mana {ππ , π β₯ 1} adalah barisan peubah acak yang independent and identically distributed dengan nilai harapan π < β dan ragam π 2 < β, yang juga bebas terhadap {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. Misalkan untuk suatu π β Ξ©, suatu realisasi tunggal π(π) dari proses {π(π‘), π‘ β₯ 0} yang terdefinisi pada suatu ruang peluang (Ξ©, β±, π) diamati pada suatu interval terbatas [0, π]. Selanjutnya, untuk setiap titik data pada realisasi π(π) β© [0, π] yang diamati, misalkan titik data ke-i, i= 1, 2, ... , π([0, π]), peubah acak ππ yang bersesuaian juga diamati. Fungsi nilai harapan dari proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear: π‘2
π(π‘) = πΈ[π(π‘)] = (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π 2 ) π. dengan
π‘ ππ‘,π = β β, π π‘π = π‘ β ππ‘,π π, π‘
π¬π (π‘) = β«0 ππ (π ) ππ serta
(4)
(5)
1
π = π π¬π (π) (6) yaitu fungsi intensitas global dari komponen periodik pada proses {π(π‘), π‘ β₯ 0 }. Kita asumsikan bahwa π > 0. (7) π Misalkan ππ,π = β π β, penduga bagi fungsi nilai harapan π(π‘) dirumuskan sebagai berikut: π‘2 πΜπ (π‘) = (ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ ) πΜ π (8) 2
dengan πΜπ =
2N[0,n] n2
,
(9)
8
1 ΞΈΜn = ln(k
k
n,Ο )Ο
1 π¬Μπ,π (π‘π ) = ln(k
n,Ο )
k
n,Ο βk=1
n,Ο βk=1
N([(kβ1)Ο,kΟ]) k
kn,Ο Ο
β πΜ π (ln(k
N([(kβ1)Ο,(kβ1)Ο+tr ]) k
dan πΜ π =
n,Ο )
k
(10)
Ο
β 2),
Οtr
(t2r β2tr Ο)
n,Ο
2
n,Ο β πΜπ (ln(k
+ )
1 βπ([0,π]) ππ , π([0,π]) π= 1
),
(11)
(12)
dengan πΜ π = 0 saat π([0, π]) = 0 berimplikasi πΜπ (π‘) = 0 saat π([0, π]) = 0. Penduga bagi tingkat kemiringan π telah dikaji pada Helmers dan Mangku (2009) untuk tujuan yang berbeda. Penduga bagi fungsi intensitas global π merupakan modifikasi dari πΜπ pada Mangku (2005) dan penduga bagi fungsi intensitas sebagian π¬π (π‘π ) merupakan modifikasi dari π¬Μπ,π (π‘π ) pada Mangku (2010). Ide Penduga Modifikasi Penduga π½ Penduga π diperoleh dengan proses penjabaran sebagai berikut: kn,Ο 1 Misalkan Ln = βk=1 . k πΏ
π = πΏπ π π
1
π
1
π,π = πΏ βπ=1 π π π
1
π
11
π
π,π = πΏ βπ=1 β« π (π ) ππ . ππ 0 π π
Karena ππ merupakan fungsi periodik, maka ππ (π ) = ππ (π + (π β 1)π) sehingga 1
π
πΏπ
π,π βπ=1
1
11 π β« π (π ) ππ ππ 0 π
π
11
π
π
11
π
1
π
π,π = πΏ βπ=1 β« π (π + (π β 1)π) ππ ππ 0 π π
1
π,π = πΏ βπ=1 β« π(π + (π β 1)π) β π(π + (π β 1)π) ππ ππ 0 π
1
π
π
π
π
1
π,π π,π = πΏ π βπ=1 β« π(π + (π β 1)π)ππ β πΏ π βπ=1 π β«0 (π + (π β 1)π) ππ . π 0 π
π
Misalkan π¦ = π + (π β 1)π maka 1 πΏπ
=
π
1
π
π
π
1
π
ππ,π 1 ππ βπ=1 π(π¦)ππ¦ β« πΏπ π π (πβ1)π 1
1
π
π,π = πΏ π βπ=1 π
1
π
π,π = πΏ π βπ=1 π
=
π
β π,π β« π(π + (π β 1)π)ππ β β π,π β« (π + (π β 1)π) ππ π π=1 π 0 πΏ π π=1 π 0
πΈ[π([(πβ1)π,ππ])] π πΈ[π([(πβ1)π,ππ])] π
β
ππ,π 1 ππ βπ=1 π¦ ππ¦ β« πΏπ π π (πβ1)π
π
π
π
2
π
ππ
π
ππ
π
1
π,π π,π β πΏ βπ=1 1 + 2πΏ βπ=1 π π
πππ,π π ππ,π πΈ[π([(πβ1)π,ππ])] βπ=1 β πΏπ π π πΏπ 1
1 (2πβ1)π2
π,π β πΏ π βπ=1 π
π
+
ππ 2
.
9
π
1
π,π Karena πΏπ = βπ=1 β ln(ππ,π ) dan πΈ[π([(π β 1)π, ππ])] diganti dengan π padanan stokastiknya yaitu π([(π β 1)π, ππ]) sehingga diperoleh
1 πΜπ = ππ(π
π,π )π
π
π,π βπ=1
π([(πβ1)π,ππ]) π
π
π,π β πΜπ (ππ(π
π
π,π
π
β 2). )
Penduga π¦π (ππ ) Penduga π¬π (π‘π ) diperoleh dengan proses penjabaran sebagai berikut: ππ,π 1 Misalkan πΏπ = βπ=1 π π¬π (π‘π ) =
πΏπ πΏπ
π¬π (π‘π )
1
π
1
π
1
π,π = πΏ βπ=0 π¬ (π‘ ) π π π π
1
π‘
π π,π = πΏ βπ=1 β« ππ (π ) ππ . π 0 π
Karena ππ merupakan fungsi periodik, maka ππ (π ) = ππ (π + (π β 1)π) sehingga 1
π
πΏπ
π‘
1
π π,π βπ=1 β« ππ (π ) ππ π 0
1
π
1
π‘
π
1
π‘
π
1
π‘
π π,π = πΏ βπ=1 β« ππ (π + (π β 1)π) ππ π 0 π
=
1 πΏπ
π π,π βπ=1 β« π(π + (π β 1)π) β π(π + (π β 1)π) ππ π 0
1
π
π
π‘
1
π π π,π π,π = πΏ βπ=1 β« π(π + (π β 1)π)ππ β πΏ βπ=1 β« (π + (π β 1)π)ππ . π 0 π 0 π
π
Misalkan y = π + (π β 1)π maka 1
π
πΏπ
=
1
π‘
π
π
1
π‘
π π π,π π,π βπ=1 β« π(π + (π β 1)π)ππ β πΏ βπ=1 β« (π + (π β 1)π)ππ π 0 π 0 π
ππ,π 1 (πβ1)π+π‘π βπ=1 π(π¦)ππ¦ β« πΏπ π (πβ1)π 1 1
π
π,π = πΏ βπ=1
1
π
1
π
π,π = πΏ βπ=1
π
π
π
π¦ππ¦
1 (2πππ‘π β2ππ‘π +π‘π2 ) 2
π
1
π,π (2πππ‘π + π‘π2 β 2ππ‘π ) β 2πΏ βπ=1 π π
πΈ[π([π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])])] π π
π
π,π β πΏ βπ=1 π π
πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])]
π
(πβ1)π+π‘π
1
π
π
π
π
π,π β πΏ βπ=1 β« π (πβ1)π
πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])]
π
π,π = πΏ βπ=1
π
π
π
π
π
π,π π,π β πΏ βπ=1 ππ‘π β 2πΏ βπ=1 π
(π‘π2 β2ππ‘π )
π
1
π,π Karena πΏπ = βπ=1 , maka π
1
π
πΏπ
π,π βπ=1
1
πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])]
π
π,π = πΏ βπ=1 π
=
1 πΏπ
π
π,π βπ=1
π
π
π
π
π
πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])] π πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])] π
π
π,π π,π β πΏ βπ=1 ππ‘π β 2πΏ βπ=1
β
(π‘π2 β2ππ‘π )
π
π ππ,π ππ‘π πΏπ
β
ππ,π ππ‘π
βπ(
πΏπ
π(π‘π2 β2ππ‘π )
+
2 (π‘π2 β2π‘π π) 2
).
π
π
.
10
π
1
π,π Karena πΏπ = βπ=1 β ln(ππ,π ) dan πΈ[π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ])] diganti π dengan padanan stokastiknya yaitu π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]) sehingga diperoleh (π‘ 2 β2π‘ π) π ππ‘ 1 k N([(kβ1)Ο,(kβ1)Ο+tr ]) β n,Ο π¬Μπ,π (π‘π ) = β πΜπ ( π,π π + π π ).
k=1
ln(kn,Ο )
ln(ππ,π )
k
2
BEBERAPA LEMA TEKNIS Bagian ini memuat beberapa Lema teknis yang digunakan dalam penentuan pendekatan bias dan ragam asimtotik penduga. Lema 1: Misalkan fungsi intensitas π memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2ππΎ β πππΎ 1 πΈ[πΜπ ] = π + +π( ) 2 ππ(ππ,π ) ππ(ππ,π ) untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Dengan kata lain πΜπ merupakan penduga yang takbias asimtotik bagi π. Bukti: πΈ[πΜπ ] 1
= πΈ [ππ(π 1
= ππ(π
π
π,π )π
π,π βπ=1
π
π,π )π
π,π βπ=1
π
π([(πβ1)π,ππ])
π,π β πΜπ (ππ(π
π
π
π,π )
π
πΈ[π([(πβ1)π,ππ])]
π
π,π β (ππ(π
π
π,π )
π
π
β 2)]
β 2) πΈ[πΜπ ].
(13)
Perhatikan bahwa πΈ[π[(π β 1)π, ππ]] ππ
= β«(πβ1)π π(π ) ππ ππ
= β«(πβ1)π(ππ (π ) + ππ ) ππ ππ
ππ
= β«(πβ1)π ππ (π ) ππ + β«(πβ1)π ππ ππ 1
π 2
π
ππ
= π π β«0 ππ (π )ππ + π 2 |
(πβ1)π
= ππ +
π(2πβ1)π2 2
.
(14)
Berdasarkan persamaan (14) maka bagian pertama ruas kanan persamaan (13) menjadi 1 ππ(ππ,π
π
1
β π,π (ππ + )π π=1 π
π(2πβ1)π2 2
)
11
1
= ππ(π
π
π,π
1
β π,π (ππ β )π π=1 π
ππ2 2
1
) + ππ(π
π
π,π )π
π,π βπ=1 ππ 2 .
Berdasarkan Lema L.1 maka 1
π
ππ(ππ,π
1
= ππ(π
π,π
=πβ
1
β π,π (ππ β )π π=1 π (ππ β )π
ππ
2
2
1
) + ππ(π
π
π,π βπ=1 ππ 2
π,π )π
ππ
) (ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1)) + ππ(ππ,π
π
π,π )
ππΎπ πππ,π π+ππΎβ 2
+
2
ππ2
ππ2
ππ(ππ,π )
1
+ π (ππ(π
π,π )
),
(15)
untuk π β β. Substitusi persamaan (15) dan Lema L.2 pada persamaan (13) sehingga diperoleh 1
π
ππ(ππ,π )π
π,π βπ=1
=πβ
ππ
=πβ
ππ
πππ,π π+ππΎβ
ππΎπ 2
ππ(ππ,π )
2ππΎβπππΎ
= π + 2 ππ(π
π
π
1
+ π (ππ(π ππ
π
β 2) πΈ[πΜπ ] )
π,π )
π
π,π ) β (ππ(π
2π
π,π β ππ(ππ,π ) β π ππ(π
1 π,π )
π
π
π,π )
π,π
+ π (ππ(π
π,π )
π
π,π β (ππ(π
π,π
ππ(ππ,π )
+
2
π
ππΎπ πππ,π π+ππΎβ 2
+
2
πΈ[π([(πβ1)π,ππ])]
ππ π,π )
β 2) (π +
ππ
+
2π π
π
1
+ π (π2 )) 1
+ π + π (ππ(π
2
π,π )
)
),
untuk π β β. Bukti lengkap. Lema 2: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2ππ 2 +π(12ππΎβππ 2 ) π 1 πππ[πΜπ ] = + +π( 2 2) ππ(ππ,π )
12π(ππ(ππ,π ))
(ππ(ππ,π ))
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Bukti dapat dilihat pada Lampiran 2. Lema 3: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2πΎπ¬π (π‘π ) + ππΎ(π‘π2 β 2ππ‘π ) 1 πΈ[π¬Μπ,π (π‘π )] = π¬π (π‘π ) + +π( ) 2 ππ(ππ,π ) ππ(ππ,π ) untuk π β β,dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Dengan kata lain π¬Μπ,π (π‘π ) merupakan penduga yang takbias asimtotik bagi π¬π (π‘π ). Bukti: πΈ[π¬Μπ,π (π‘π )] 1
= πΈ [ππ(π =
1 ππ(ππ,π )
π
π,π )
π
π,π βπ=1
π,π βπ=1
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])]
Perhatikan bahwa
π
π
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π β πΜπ (ππ(π
+ )
ππ,π ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
ππ(ππ,π
2
β(
+ )
)]
) πΈ[πΜπ ].
(16)
12
πΈ[π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ])] (πβ1)π+π‘π
π(π )ππ
= β«(πβ1)π
(πβ1)π+π‘π
(ππ (π ) + ππ )ππ
(πβ1)π+π‘π
ππ (π )ππ + π β«(πβ1)π
= β«(πβ1)π = β«(πβ1)π
(πβ1)π+π‘π
π ππ .
Karena ππ (π ) periodik maka (πβ1)π+π‘π (πβ1)π+π‘ ππ (π )ππ + π β«(πβ1)π π π ππ β«(πβ1)π (πβ1)π+π‘π
π 2
π‘
= β«0 π ππ (π )ππ + π 2 |
(πβ1)π
= π¬π (π‘π ) + ππππ‘π + π
π‘π2 β2ππ‘π 2
.
(17)
Berdasarkan persamaan (17) maka bagian pertama ruas kanan persamaan (16) menjadi 1 ππ,π πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])] βπ=1 ππ(ππ,π )
π
1
= ππ(π
π
π,π
1
= ππ(π
1
β π,π (π¬π (π‘π ) + ππππ‘π + π ) π=1 π π
π,π
π‘π2 β2ππ‘π
1
β π,π (π¬π (π‘π ) + π ) π=1 π
2
π‘π2 β2ππ‘π 2
)
1
) + ππ(π
π
π,π )
π,π βπ=1 πππ‘π .
Berdasarkan Lema L.1 maka 1
π
ππ(ππ,π 1
= ππ(π
1
β π,π (π¬π (π‘π ) + π ) π=1 π
π,π
(π¬π (π‘π ) + π )
= π¬π (π‘π ) + π
π‘π2 β2ππ‘π 2
π‘π2 β2ππ‘π 2
π‘π2 β2ππ‘π 2
+
1
) + ππ(π
π
π,π )
π,π βπ=1 πππ‘π
ππ
π,π ) (ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1)) + ππ(π
ππ‘π
π,π )
πππ,π ππ‘π ππ(ππ,π )
+
π‘2 β2ππ‘π π¬π (π‘π )πΎ+ππΎ π 2
ππ(ππ,π )
1
+ π (ππ(π
π,π )
),
(18)
untuk π β β. Substitusi persamaan (18) dan Lema L.2 pada persamaan (16) sehingga diperoleh 1 ππ(ππ,π )
π
π,π βπ=1
πΈ[π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])]
= π¬π (π‘π ) + π (π‘π2 β2π‘π π) 2
π π‘π2 β2ππ‘π
) (π +
2 2π π π
2 ππ(ππ,π )
2ππ
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
+ )
) πΈ[πΜπ ]
2
+
πππ,π ππ‘π ππ(ππ,π ) 1
+
π‘ β2ππ‘π π¬π (π‘π )πΎ+ππΎ π 2
ππ(ππ,π )
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2 π(π‘π2 β2π‘π π)
π,π β π ππ(π
= π¬π (π‘π ) +
ππ‘π
1
+ π (ππ(π
π,π )
π
ππ‘π
π,π ) β (ππ(π
π,π )
+ π (π2 ))
π,π = π¬π (π‘π ) + π (ππ(π
ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
π
π,π β (ππ(π
+ )
ππ‘π
π,π )
β
π
2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2 ππ(ππ,π )
untuk π β β. Bukti lengkap.
π
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π ) β π (ππ(π
+ )
1
+ π (ππ(π 1
+ π (ππ(π
π,π )
π,π )
),
)
πΎπ¬ (π‘π )
) + ππ(ππ
π,π )
+
+
13
Lema 4: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2π 2 π¬π (π‘π )+ππ 2 (π‘π2 β2ππ‘π )+12πππ‘π πΎ πππ‘π 1 πππ[π¬Μπ,π (π‘π )] = + +π( 2 2) ππ(ππ,π )
12(ππ(ππ,π ))
(ππ(ππ,π ))
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Bukti dapat dilihat pada Lampiran 2. Lema 5: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2πππΎβπ2 ππΎ 1 πΈ(πΜπ πΜπ ) = ππ + +π( ) 2 ππ(ππ,π )
ππ(ππ,π )
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Bukti dapat dilihat pada Lampiran 2. Lema 6: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka πΈ(π¬Μπ,π (π‘π )πΜπ ) = ππ¬π (π‘π ) +
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2 ππ(ππ,π )
1
+ π (ππ(π
π,π )
)
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Bukti dapat dilihat pada Lampiran 2. Lema 7: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka πΈ (πΜπ π¬Μπ,π (π‘π )) = ππ¬π (π‘π ) +
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2πππ‘π 2 ππ(ππ,π )
1
+ π (ππ(π
π,π )
)
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Bukti: Misalkan: (πβπ‘π )2 π π(πβπ‘π ) 1 π π([(πβ1)π+π‘π ,ππ]) β π,π π¬Μπ,π (π‘π )πΆ = β πΜπ ( π,π β ). ππ(ππ,π )
π=1
π
ππ(ππ,π )
2
Perhatikan bahwa:
1 πΜπ = (π¬Μπ,π (π‘π ) + π¬Μπ,π (π‘π )πΆ ). π Berdasarkan Lampiran 3, diperoleh: 1 πΆππ£ (π¬Μπ,π (π‘π )πΆ , π¬Μπ,π (π‘π )) = O ( 2 ), untuk π β β. Sehingga diperoleh
(ln(kn,Ο ))
πΈ (πΜπ π¬Μπ,π (π‘π )) = πΆππ£ (πΜπ , π¬Μπ,π (π‘π )) + πΈ(πΜπ )πΈ (π¬Μπ,π (π‘π )) 1 = πΆππ£ (π (π¬Μπ,π (π‘π ) + π¬Μπ,π (π‘π )πΆ ), π¬Μπ,π (π‘π )) + πΈ(πΜπ )πΈ (π¬Μπ,π (π‘π ))
(19)
14
1 1 = π πΆππ£ (π¬Μπ,π (π‘π ), π¬Μπ,π (π‘π )) + π πΆππ£ (π¬Μπ,π (π‘π )πΆ , π¬Μπ,π (π‘π )) + πΈ(πΜπ )πΈ (π¬Μπ,π (π‘π )) 1
1
= π πππ (π¬Μπ,π (π‘π )) + π πΆππ£ (π¬Μπ,π (π‘π )πΆ , π¬Μπ,π (π‘π )) + πΈ(πΜπ )πΈ (π¬Μπ,π (π‘π )).
(20)
Berdasarkan Lema 1, Lema 3, dan Lema 4 serta persamaan (19) maka persamaan (20) menjadi 1 π
1 πππ (π¬Μπ,π (π‘π )) + π πΆππ£ (π¬Μπ,π (π‘π )πΆ , π¬Μπ,π (π‘π )) + πΈ(πΜπ )πΈ (π¬Μπ,π (π‘π )) 1
πππ‘
= π (ππ(π π ) +
2π 2 π¬π (π‘π )+ππ 2 (π‘π2 β2ππ‘π )+12πππ‘π πΎ 12(ππ(ππ,π ))
π,π
2ππΎβπππΎ
(π + 2 ππ(π
π,π
= ππ¬π (π‘π ) +
1
+ π (ππ(π )
π,π
2
)) (π¬π (π‘π ) + )
+π(
1 (ππ(ππ,π ))
2
)) + π (
2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2 ππ(ππ,π )
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2πππ‘π 2 ππ(ππ,π )
1 (ππ(ππ,π )) 1
+ π (ππ(π
π,π )
1
+ π (ππ(π
π,π )
2
)+
))
),
untuk π β β. Bukti lengkap. Lema 8: Misalkan fungsi intensitas π memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal. Jika kondisi (2) dan (7) dipenuhi, maka dengan peluang 1, N([0, n]) β β (21) untuk π β β. Bukti: πΈ[π([0, π])] π
= β«0 π(π )ππ π
= β«0 (ππ (π ) + ππ ) ππ = ππ +
ππ2 2
+ π(1),
(22)
untuk π β β. Kemudian, berdasarkan Teorema L.2 (Lema Borel-Cantelli), diperoleh (21). Bukti lengkap. Berdasarkan Lema 1 dan 2, diperoleh Akibat berikut Akibat 1: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2
2 π+2π πΎβππππΎ 1 πΈ ((πΜπ ) ) = π 2 + ππ(π ) + π (ππ(π
π,π )
π,π
)
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Berdasarkan Lema 3 dan 4, diperoleh Akibat berikut Akibat 2: Misalkan fungsi intensitas π memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2
2
πΈ ((π¬Μπ,π (π‘π )) ) = (π¬π (π‘π )) +
2
πππ‘π +2πΎ(π¬π (π‘π )) +ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β2ππ‘π ) ππ(ππ,π )
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler.
1
+ π (ππ(π
π,π )
)
15
Berdasarkan Lema L.2 dan Lema L.3 diperoleh Akibat berikut Akibat 3: Misalkan fungsi intensitas Ξ» memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka πΈ((πΜπ )2 ) = π2 +
4ππ 1 + π ( 2) π π
untuk π β β.
PENDEKATAN ASIMTOTIK BIAS DAN RAGAM PENDUGA Pendekatan asimtotik bias dan ragam penduga disajikan ke dalam dua teorema, yakni Teorema 1 tentang bias asimtotik penduga dan Teorema 2 tentang ragam asimtotik penduga. Teorema 1 (Bias Asimtotik Penduga): Misalkan fungsi intensitas π memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal. Jika π(π‘) memenuhi persamaan (3), maka π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 1 ππππ [πΜπ (π‘)] = π‘,π + π ( ) (23) 2 ππ(π ) ππ(π ) π,π
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Bukti: Perhatikan
π,π
πΈ[πΜπ (π‘)] = πΈ [πΈ[πΜπ (π‘)|π([0, π])]] Μ = ββ π= 0 πΈ[ππ (π‘)|π([0, π]) = π]π(π([0, π]) = π) = πΈ[πΜπ (π‘)|π([0, π]) = 0]π(π([0, π]) = 0) + Μ ββ π= 1 πΈ[ππ (π‘)|π([0, π]) = π] π(π([0, π]) = π). Untuk π([0, π]) = 0 maka πΜπ (π‘) = 0. Sedangkan π([0, π]) β₯ 1 2
π‘ 1 πΜπ (π‘) = (ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ 2 ) π([0,π]) βπ([0,π]) ππ . π= 1
Sehingga diperoleh untuk π β₯ 1 πΈ[πΜπ (π‘)] 2
π‘ 1 Μ Μ = ββ Μ π 2 ) πΈ (π βπ π= 1 πΈ (ππ‘,π πππ + π¬π,π (π‘π ) + π π=1 ππ ) π(π([0, π]) = π) 2
π‘ 1 Μ Μ = ββ Μπ ) 2 ) πΈ (π βπ π= 1 (ππ‘,π ππΈ(ππ ) + πΈ (π¬π,π (π‘π )) + πΈ(π π=1 ππ ) π(π([0, π]) = π).
Berdasarkan Lema 1, Lema 3, Lema L.2, diperoleh
16
ββ π= 1 (ππ‘,π π (π + 1
π (ππ(π
π,π
) + (π + )
2ππΎβπππΎ 2 ππ(ππ,π 2π π
1
+ π (ππ(π )
π,π
)) + π¬π (π‘π ) + )
ππ‘ 2 2
) ππ(π([0, π]) = π) +
2 ππ(ππ,π ) ππ‘ 2 2
2 ππ(ππ,π )
1 π,π )
1
+ π (ππ(π
= π(π‘)(1 β π(π([0, π]) = 0)) + ( π (ππ(π
1
+ π (ππ(π
π,π )
)) ππ(π([0, π]) = π)
) π ββ π=1 π(π([0, π]) = π) +
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
(
+
π‘2
1
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
= (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) +
2 ππ(ππ,π )
+ π (π2 )) 2 ) ππ(π([0, π]) = π)
= ββ π= 1 (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + ββ π= 1 (
2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
π,π )
)) π ββ π=1 π(π([0, π]) = π)
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2 ππ(ππ,π )
+
)) π(1 β π(π([0, π]) = 0)) ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
= (π(π‘) + (
2 ππ(ππ,π )
1
+ π (ππ(π
π,π )
)) π) (1 β π βπ¬(π) ).
untuk π β β. Dengan perhitungan sederhana, diperoleh π¬(π) = πΈ[π(0, π)] = ππ +
ππ2 2
+ π(1)
untuk π β β. Sehingga diperoleh (π(π‘) + (
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2 ππ(ππ,π )
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
= (π(π‘) + ( (1 β π
2 ππ(ππ,π )
β(ππ+
= π(π‘) +
ππ2 +π(1)) 2
1
+ π (ππ(π
π,π )
)) π) (1 β π βπ¬(π) )
1
+ π (ππ(π
π,π )
)) π)
)
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2 ππ(ππ,π )
1
+ π (ππ(π
π,π )
),
(24)
untuk π β β. Dengan persamaan (24) diperoleh ππππ [πΜπ (π‘)] = πΈ[πΜπ (π‘)] β π(π‘) = π(π‘) + =
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2 ππ(ππ,π )
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2 ππ(ππ,π )
untuk π β β. Bukti lengkap.
1
+ π (ππ(π 1
+ π (ππ(π
π,π )
)
π,π )
) β π(π‘)
17
Teorema 2 (Ragam Asimtotik Penduga) Misalkan fungsi intensitas π memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal. Jika π(π‘) memenuhi persamaan (3), maka 2
π π£ππ[πΜπ (π‘)] = ππ(π
2
π,π )
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
) + π‘2 (
2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2 1
2πΎπ¬π (π‘π ) + ππΎ(π‘π2 β 2ππ‘π ))) + π (ππ(π
π,π )
)β
π(π‘) π
)+
(ππ‘,π π(2ππΎ β πππΎ) +
),
(25)
untuk π β β. Bukti: Berdasarkan sifat dari ragam, ragam dari penduga bagi fungsi nilai harapan dapat diperoleh dari rumusan berikut: 2 2 (26) π£ππ[πΜπ (π‘)] = πΈ [(πΜπ (π‘)) ] β (πΈ[πΜπ (π‘)]) . Bagian kedua dari ruas kanan persamaan (26) telah diperoleh pada persamaan (24), sehingga diperoleh tersisa bagian pertamanya yang perlu dihitung. Momen kedua dari penduga bagi fungsi nilai harapan dapat ditentukan melalui nilai harapan bersyarat berikut: 2
πΈ [(πΜπ (π‘)) ] 2
= πΈ [πΈ [(πΜπ (π‘)) |π([0, π])]] 2
Μ = ββ π= 0 πΈ [(ππ (π‘)) |π([0, π]) = π] π(π([0, π]) = π) 2
= [(πΜπ (π‘)) |π([0, π]) = 0] π(π([0, π]) = 0) + 2
Μ ββ π= 1 πΈ [(ππ (π‘)) |π([0, π]) = π] π(π([0, π]) = π). Untuk π([0, π]) = 0 maka πΜπ (π‘) = 0. Sedangkan untuk π([0, π]) β₯ 1 πΜπ (π‘) = (ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ
π‘2 2
1
) π([0,π]) βπ([0,π]) ππ . π= 1
Sehingga diperoleh untuk π β₯ 1 2
2
2
2 π‘ 1 Μ Μ πΈ [(πΜπ ) ] = ββ Μπ 2 ) ] πΈ (π βπ π= 1 πΈ [(ππ‘,π πππ + π¬π,π (π‘π ) + π π= 1 ππ )
π(π([0, π]) = π).
Pertama, dihitung 2 πΈ [(ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ π‘ 2 ) ]
(27)
18
2
2
2
= (ππ‘,π π) πΈ ((πΜπ ) ) + πΈ ((π¬Μπ,π (π‘π )) ) +
π‘4 4
πΈ((πΜπ )2 ) + 2ππ‘,π ππΈ (πΜπ π¬Μπ,π (π‘π )) +
ππ‘,π ππ‘ 2 πΈ(πΜπ πΜπ ) + π‘ 2 πΈ(π¬Μπ,π (π‘π )πΜπ ) Berdasarkan Akibat 1 β Akibat 3 dan Lema 5 β Lema 7 maka diperoleh 2
4
2 2 π‘ (ππ‘,π π) πΈ ((πΜπ ) ) + πΈ ((π¬Μπ,π (π‘π )) ) + 4 πΈ((πΜπ )2 ) + 2ππ‘,π ππΈ (πΜπ π¬Μπ,π (π‘π )) +
ππ‘,π ππ‘ 2 πΈ(πΜπ πΜπ ) + π‘ 2 πΈ(π¬Μπ,π (π‘π )πΜπ ) 2
= (ππ‘,π π) (π 2 +
π+2π 2 πΎβππππΎ ππ(ππ,π )
ππ(ππ,π
2
πππ‘π +2πΎ(π¬π (π‘π )) +ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β2ππ‘π ) ππ(ππ,π )
2ππ‘,π π (ππ¬π (π‘π ) + ππ‘,π ππ‘ 2 (ππ +
2
1
+π(
)) + ((π¬π (π‘π )) + )
1
+ π (ππ(π
π,π
π‘4
)) + )
4
(π2 +
4ππ π
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
2 ππ(ππ,π )
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2 ππ(ππ,π ) 2
1
+ π (ππ(π
π,π )
1
+ π (ππ(π 2
= (ππ‘,π π) π 2 + (π¬π (π‘π )) + π2
π,π )
π‘4 4
π,π )
)) +
)) + π‘ 2 (ππ¬π (π‘π ) +
))
+ 2ππ‘,π πππ¬π (π‘π ) + ππ‘,π ππ‘ 2 ππ + π‘ 2 π¬π (π‘π )π +
2
1 ππ(ππ,π )
1
+ π (ππ(π
2 ππ(ππ,π )
2πππΎβπ2 ππΎ
1
+ π (π2 )) +
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
2
) + π‘2 (
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
π‘2
2 2
= (ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π ) + 2
1 ππ(ππ,π )
)+ 1
)) + π (ππ(π
π,π )
)
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) +
2
(πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π 2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
π‘2 (
2
untuk π β β. Kedua, dihitung 1
2
πΈ [(π βπ π= 1 ππ ) ] 1
2 = π2 πΈ[(βπ π= 1 ππ ) ]
1
)) + π (ππ(π
π,π )
),
) + ππ‘,π ππ‘ 2 (
2πππΎβπ2 ππΎ 2
)+ (28)
19
1
2 π π = π2 πΈ[βπ π= 1 ππ + βπ= 1 βπ= 1,πβ π ππ ππ ] 1
2 π π = π2 (βπ π= 1 πΈ(ππ ) + βπ= 1 βπ= 1,πβ π πΈ(ππ )πΈ(ππ )) 1
= π2 (ππΈ(ππ 2 ) + (π2 β π)πΈ(ππ )πΈ(ππ )) 1
1
= π (π 2 + π 2 ) + (1 β π) π 2 = π2 +
π2 π
.
(29)
Berdasarkan persamaan (28), dan persamaan (29) maka untuk π β₯ 1 persamaan (27) menjadi 2
2
2
π‘ 1 πΈ [(ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ 2 ) ] πΈ (π βπ π= 1 ππ ) π‘2
2
2
1
= ((ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π 2 ) + ππ(π
π,π
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + )
2
(πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π 2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
π‘2 (
2
π2
))) (π 2 + 2
π‘2
π
2
)+
)
π2
= ((ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π 2 ) π) + ππ(π
2πππΎβπ2 ππΎ
) + ππ‘,π ππ‘ 2 (
π,π
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + )
2
(πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π 2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
π‘2 ( 1
ππ(ππ,π )
2
2πππΎβπ2 ππΎ
) + ππ‘,π ππ‘ 2 ( π‘2
2
)+
2
)) + ((ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π 2 ) +
2
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
2
) + π‘2 (
untuk π β β. Jadi diperoleh
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2
π2
)+ 1
))) π + π (ππ(π
π,π )
),
20
2
πΈ [(πΜπ (π‘)) ] 2
π‘2
π2
= (((ππ‘,π ππ + π¬π (π‘π ) + π 2 ) π) + ππ(π
2
π,π )
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) +
2
(πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π 2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
π‘2 (
2 π‘2
2
1
π¬π (π‘π ) + π 2 ) + ππ(π
π,π
) + ππ‘,π ππ‘ 2 (
2πππΎβπ2 ππΎ 2
)+
))) (ββ π= 1 π(π([0, π]) = π)) + ((ππ‘,π ππ + 2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + )
2
2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π 2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
π‘2 (
2 1
π (ππ(π
π2
) + ππ‘,π ππ‘ 2 (
2πππΎβπ2 ππΎ 2
)+
1
))) π (ββ π= 1 π π(π([0, π]) = π)) + 1
π,π
β ) (ββ π= 1 π(π([0, π]) = π) + βπ= 1 π π(π([0, π]) = π)), )
untuk π β β. Berdasarkan bukti dalam Teorema 1, diperoleh βπ ) ββ π= 1 π(π([0, π]) = π) = 1 + π(π
untuk π β β. Terakhir berdasarkan Lampiran 3, diperoleh 1 1 1 ββ + O (n2 ) m= 1 m P(N([0, n]) = m) = an2 ΞΈn+
untuk π β β. Sehingga diperoleh
(30)
2
2
πΈ [(πΜπ (π‘)) ] π2
2
= ((π(π‘)) + ππ(π
2
π,π
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ) π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
2
) + π‘2 (
1
((π(π‘)) + ππ(π
π,π )
2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2
2
)+
))) (1 + π(π βπ )) + 2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) +
21
π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
1
π (ππ(π
π,π )
) + π‘2 (
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2
) (1 + π(π βπ ) + π2
2
= (π(π‘)) + ππ(π
2
1
))) π 2 (
1
1
ππ2 ππ+ 2
+ π (π2 )) +
1
ππ2 ππ+ 2
+ π (π2 ))
2
π,π
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ) π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
)+
) + π‘2 (
2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2
1
)) + π (ππ(π
π,π )
)+
),
(31)
untuk π β β. Berdasarkan persamaan (24) maka 2 (πΈ[πΜπ (π‘)]) ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
= (π(π‘) + (
2 ππ(ππ,π )
2
= (π(π‘)) + π(π‘)π (
) π + π (ππ(π
ππ‘,π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) ππ(ππ,π )
2
1 π,π )
)) 1
) + π (ππ(π
π,π )
),
(32)
untuk π β β. Jadi dengan substitusi persamaan (31) dan persamaan (32) pada persamaan (26) maka diperoleh πππ[πΜπ (π‘)] π2
2
= (π(π‘)) +
2
ππ(ππ,π )
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
) + π‘2 (
2
((π(π‘)) + π(π‘)π ( π2
= ππ(π
π,π
2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2
2πΎ+2πβπππΎ+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )β4ππ‘π ππ(ππ,π )
1
)) + π (ππ(π
π,π )
)β 1
) + π (ππ(π
2
2
)+
π,π )
))
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β ) π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π (
2
)+
22
2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
) + π‘2 (
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2 1
2πΎπ¬π (π‘π ) + ππΎ(π‘π2 β 2ππ‘π ))) + π (ππ(π
π,π )
)β
π(π‘) π
(ππ‘,π π(2ππΎ β πππΎ) +
),
untuk π β β. Bukti lengkap.
SIMULASI MODEL
Simulasi model dilakukan dengan membuat program pada perangkat lunak Scilab. Simulasi model ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu tahapan pembuatan program dan tahapan analisis data bangkitan. A. Tahapan pembuatan program: 1. Mendefinisikan variabel input dan variabel ouput. Variabel inputnya, yaitu u (banyaknya pengulangan), π (banyaknya barisan), π (periode), dan π‘ (panjang titik waktu). Variabel outputnya, yaitu P, S, dan T. Variabel P berbentuk matriks berukuran 2 X 5. Baris matriks P menyatakan nilai sebenarnya dari suatu parameter dan pendugaannya, sedangkan kolom matriks P terdiri dari nilai π(π‘), π, π¬π (π‘π ), π, dan π. Variabel S berbentuk matriks berukuran 2 X 5. Baris matriks S terdiri dari bias dan ragam penduga, sedangkan kolom matriks S menyatakan nilai bias dan ragam dari tiap penduga parameter (πΜπ (π‘), πΜπ , π¬Μπ,π (π‘π ), πΜπ , dan πΜ π ). Variabel T berbentuk matriks berukuran 301 X 5. Baris matriks T terdiri dari partisi 0 sampai t dengan interval 0.1, sedangkan kolom matriks T menyatakan hasil partisi t, nilai π(π‘), nilai rataan dari ulangan πΜπ (π‘), nilai π¬π (π‘π ) dan nilai rataan dari ulangan π¬Μπ,π (π‘π ). 2. Membangkitkan data proses Poisson π. Pembangkitan data tersebut menggunakan distribusi Poisson dengan parameternya adalah E(N). 3. Membangkitan data ππ sebanyak π(π) kali. Pembangkitan data tersebut menggunakan distribusi eksponen dengan nilai rata-rata 5. 4. Menghitung nilai dari πΜπ , πΜπ , π¬Μπ,π (π‘π ), dan πΜ π menggunakan rumusan secara berturut-turut pada persamaan (9), (10), (11), dan (12). 5. Menghitung nilai πΜπ (π‘) menggunakan rumusan pada persamaan (8). 6. Ulangi langkah 2-5 sebanyak 500 kali. 7. Nilai πΜπ (π‘), πΜπ , πΜπ , π¬Μπ,π (π‘π ) dan πΜ π ditentukan dari perhitungan rataan ulangan u kali. 8. Menghitung nilai dari π, π¬π (π‘π ) menggunakan rumusan secara berturut-turut pada persamaan (6), dan (5). Sementara itu nilai π = 0.001 dan π = 5. 9. Menghitung nilai π(π‘) menggunakan rumusan pada persamaan (4). 10. Menghitung bias dan ragam πΜπ (π‘) teori berturut β turut menggunakan rumusan pada persamaan (23) dan (25), sedangkan bias dan ragam πΜπ (π‘) simulasi berturut β turut dengan menggunakan definisi bias dan definisi ragam.
23
B. Tahapan analisis data bangkitan: 1. Menjalankan program yang telah diperoleh pada tahapan A secara berulang kali sesuai dengan banyaknya nilai n yang di-update. Nilai π yang digunakan pada penelitian ini ialah π ={1000, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, 7000}. 2. Membandingkan hasil dari tiap π yang digunakan. Perbandingan yang dilakukan terbagi menjadi 2 grafik, yaitu perbandingan grafik π(π‘) dengan πΜπ (π‘) dan perbandingan grafik % selisih antara π(π‘) dengan πΜπ (π‘) untuk tiap π. 3. Membandingkan bias dan ragam tiap penduga secara teori dengan simulasi. Simulasi ini dilakukan untuk mengamati perilaku penduga untuk kasus panjang interval waktu pengamatan yang terbatas. Simulasi ini menggunakan proses Poisson periodik dengan rumusan fungsi intensitas 2ππ π(π ) = cos ( ) + 1 + 0.001π . 7 Proses Poisson periodik dengan fungsi intensitas demikian memiliki periode π = 7 dan nilai tren linear π = 0.001 . Berdasarkan tahapan pembuatan program nomer 3, diperoleh nilai π yang digunakan adalah π=5. Adapun fungsi intensitas globalnya (π) dan fungsi intensitas sebagian (π¬π (π‘π )) dihitung dalam program menggunakan perangkat lunak Scilab. Hasil simulasi model dengan data bangkitan disajikan dalam bentuk perbandingan grafik π(π‘) dan πΜπ (π‘). Perbandingan tersebut disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik π(π‘) dan πΜπ (π‘)
24
Gambar 1 menunjukkan perbandingan grafik antara π(π‘) dengan πΜπ (π‘) untuk setiap nilai π yang digunakan. Sumbu x menyatakan panjang waktu (π‘) pengamatan proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear sedangkan sumbu y menyatakan nilai harapan dari proses tersebut pada saat π‘. Pada Gambar 1 terlihat pada grafik πΜπ (π‘) yang paling jauh dengan grafik π(π‘) saat n = 1000 sedangkan grafik πΜπ (π‘) yang paling dekat dengan grafik π(π‘) saat n = 7000. Secara umum, grafik πΜπ (π‘) akan semakin mendekati grafik π(π‘) seiring meningkatnya nilai π. Perbedaan persentase selisih antara πΜπ (π‘) dengan π(π‘) disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik selisih (%) antara π(π‘) dan πΜπ (π‘) Gambar 2 menunjukkan persentase selisih antara π(π‘) dengan πΜπ (π‘). Sumbu x menyatakan panjang waktu (π‘) pengamatan proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear sedangkan sumbu y menyatakan persentase selisih nilai antara π(π‘) dan πΜπ (π‘) pada saat t untuk setiap n yang digunakan. Pada Gambar 2 terlihat pada grafik yang memiliki persentase paling besar saat n = 1000 sedangkan grafik yang memiliki persentase paling kecil saat n = 7000. Secara umum, grafik memiliki nilai yang cukup kecil untuk setiap panjang waktu π‘ dan grafik akan memiki persentase yang makin mengecil seiring meningkatnya nilai π. Perbandingan nilai bias dan ragam asimtotik penduga secara simulasi dengan teori disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Bias dan Ragam Asimtotik Penduga Bias Teori Bias Simulasi Absolut Error Bias Ragam Teori Ragam Simulasi Absolut Error Ragam
1000 5.90 -55.73 61.63 381.66 635.34 253.68
2000 5.18 -54.68 59.86 334.62 458.29 123.67
Interval waktu pengamatan n 3000 4000 5000 4.83 4.61 4.45 -53.74 -51.81 -49.97 58.57 56.42 54.42 312.17 297.99 287.85 369.60 348.49 346.16 57.43 50.50 58.31
6000 4.33 -49.84 54.17 280.07 326.38 46.31
7000 4.24 -49.70 53.94 273.82 303.37 29.55
25
Tabel 1 menunjukkan bahwa πΜπ (π‘) memiliki error bias dan ragam penduga yang semakin mengecil. Perbedaan nilai teori dan simulasi dikarenakan perlunya kajian teori yang lebih mendalam, yaitu dengan menghitung bias dan ragam sampai second order.
SIMPULAN Rumusan penduga bagi fungsi nilai harapan pada proses Poisson periodik majemuk adalah π‘2 πΜπ (π‘) = (ππ‘,π ππΜπ + π¬Μπ,π (π‘π ) + πΜπ ) πΜ π 2 dengan πΜπ = 1 πΜπ = ππ(π
π
π,π )π
1 π¬Μπ,π (π‘π ) = ππ(π
π
π,π )
π,π βπ=1
π,π βπ=1
2π[0,π] π2
,
π([(πβ1)π,ππ])
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
dan
π
π,π β πΜπ (ππ(π
π
π
π,π )
π
1
π
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π β πΜπ (ππ(π
π([0,π])
πΜ π = π([0,π]) βπ= 1
β 2) + )
),
ππ ,
dengan πΜ π = 0 saat π([0, π]) = 0. Kemudian, πΜπ (π‘) = 0 saat π([0, π]) = 0. Bias asimtotik penduga adalah 2
π π(2ππΎβπππΎ)+2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π β2ππ‘π ) 1 ππππ [πΜπ (π‘)] = π‘,π + π (ππ(π 2 ππ(π )
π,π )
π,π
)
dan ragam asimtotik penduga adalah 2
π π£ππ[πΜπ (π‘)] = ππ(π
π,π )
2
2
((ππ‘,π π) (π + 2π 2 πΎ β ππππΎ) + (πππ‘π + 2πΎ(π¬π (π‘π )) + π¬π (π‘π )(2ππΎβπππΎ)+π(2πΎπ¬π (π‘π )+ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))+2ππ‘π
ππΎπ¬π (π‘π )(π‘π2 β 2ππ‘π )) + 2ππ‘,π π ( 2πππΎβπ2 ππΎ
ππ‘,π ππ‘ 2 (
2
) + π‘2 (
2
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )) 2 1
2πΎπ¬π (π‘π ) + ππΎ(π‘π2 β 2ππ‘π )) + π (ππ(π
π,π )
)β
π(π‘) π
)+
ππ‘,π π(2ππΎ β πππΎ) +
),
untuk π β β. Simulasi model dengan data bangkitan memberikan visualisasi mengenai model fungsi nilai harapan proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear. Semakin panjang interval pengamatan maka penduga akan semakin mendekati nilai yang sebenarnya. Perbedaan nilai teori dan simulasi dikarenakan perlunya kajian teori yang lebih mendalam, yaitu dengan menghitung bias dan ragam sampai second order.
DAFTAR PUSTAKA Byrne J. 1969. Properties of compound Poisson processes with applications in statistical physics. Physica. 41:575-587. CapiΕski M, Kopp E. 2007. Measure, Integral and Probability. 2ππ Ed. New York (US): Springer. Cressie NAC. 1993. Statistics for Spatial Data. Rev Ed. New York (US): John Wiley & Sons. DasGupta A. 2011. Probability for Statistics and Machine Learning Fundamentals and Advanced Topics. New York (US): Springer. Ghahramani S. 2003. Fundamentals of Probability. 3ππ Ed. New Jersey (US): Prentice Hall. Helmers R, Mangku IW. 2009. Estimating the intensity of a cyclic Poisson process in the presence of linear trend. Annals Institute of Statistical Mathematics. 61:599-628. Hogg RV, McKean JW, Craig AT. 2005. Introduction to Mathematical Statistics. 6π‘β Ed. New Jersey (US): Prentice Hall. Kegler SR. 2007. Applying the compound Poisson process model to reporting of injury-related mortality rates. Epidemiologic Perspectives & Innovations. 4(1):1-9. Mangku IW. 2005. A note on estimation of the global intensity of a cyclic Poisson process in the presence of linear trend. Journal of Mathematics and Its Application. 4(2):1-12 Mangku IW. 2010. Consistent estimation of the distribution function and the density of waiting time of a cyclic Poisson process with linear trend. Far East Journal of Theoretical Statistics. 33(1): 81-91 Mangku IW, Ruhiyat, Purnaba IGP. 2014. Statistical properties of an estimator for the mean function of a compound cyclic Poisson process. Far East Journal of Mathematical Sciences. 82(2):227-237. Γzel G. 2011. On certain properties of a class of bivariate compound Poisson distribution and an application to earthquake data. Revista Columbiana de EstadπΜstica. 34(3):545-566. Puig P, Barquinero JF. 2011. An application of compound Poisson modeling to biological dosimetry. Proc. R. Soc. Lond. Ser. A Math. Phys. Eng. Sci. 467(2127):897-910. Ross SM. 2010. Introduction to Probability Models. 10th Ed. New York (US): John Wiley & Sons. Ruhiyat. 2013. Pendugaan fungsi nilai harapan pada proses Poisson periodik majemuk [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Titchmarsh EC. 1960. The Theory of Function. London (GB): Oxford University Press. Wibowo BA. 2014. Pendugaan fungsi nilai harapan pada proses Poisson periodik majemuk dengan tren linear [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
28
Lampiran 1: Beberapa Lema dan Teorema teknis Lema L.1 Misalkan k, π adalah konstanta maka berlaku ππ,π
1.
β 1 = ππ,π π=1 ππ,π
2.
β π=1
1 = ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1) π ππ,π
3.
β π=1
1 π2 = + π(1) π2 6
untuk π β β, dengan πΎ = 0.577 β¦ adalah konstanta Euler. Bukti dapat dilihat pada Titchmarsh (1960). Lema L.2: Misalkan fungsi intensitas π memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2π 1 + π ( 2) π π untuk π β β. Dengan kata lain πΜπ merupakan penduga yang takbias asimtotik bagi π. Bukti dapat dilihat pada Helmers dan Mangku (2009). πΈ[πΜπ ] = π +
Lema L.3: Misalkan fungsi intensitas π memenuhi persamaan (1) dan terintegralkan lokal, maka 2π 4π 1 + + π ( ) π2 π3 π4 untuk π β β. Dengan kata lain πΜπ merupakan penduga yang takbias asimtotik bagi π. Bukti dapat dilihat pada Helmers dan Mangku (2009). πππ[πΜπ ] =
Teorema L.1 (Hukum Lemah bilangan besar) Misalkan {ππ , π β₯ 1} adalah peubah acak i.i.d dengan nilai harapan π dan ragam π 2 < β, maka 1 π
π
βππ= 1 ππ β π
untuk π β β. Bukti dapat dilihat pada CapiΕski dan Kopp (2007).
29
Teorema L.2 (Lema Borel-Cantelli) Misalkan {πΎπ } adalah barisan kejadian pada ruang contoh Ξ©. Jika ββ π=1 π·(πΎπ ) < β, maka
β π·(ββ π=1 βπ=π πΎπ ) = πππ π·(πΎπ , βπ β₯ π) = 0. πββ
Jika {πΎπ } adalah barisan kejadian yang saling bebas dan ββ π=1 π·(πΎπ ) = β, maka
β π·(ββ π=1 βπ=π πΎπ ) = πππ π·(πΎπ , βπ β₯ π) = 1. πββ
untuk π β β. Bukti dapat dilihat pada DasGupta (2011).
30
Lampiran 2: Bukti beberapa Lema teknis Bukti Lema 2: Perhatikan bahwa 1 πππ[πΜπ ] = πππ [ππ(π
π
π,π βπ=1
π,π )π
1
Misalkan π΄π = ln(π
π
π,π )π
π,π βπ=1
π([(πβ1)π,ππ])
π([(πβ1)π,ππ]) π
π
π,π β πΜπ (ππ(π
π
π,π )
π
π
π,π dan π΅π = πΜπ (ln(π
π
π,π
π
β 2)]. π
β 2). )
Sehingga diperoleh πππ[πΜπ ] = πππ[π΄π ] + πππ[π΅π ] β 2πΆππ£(π΄π , π΅π ).
(33)
Perhatikan bahwa, untuk setiap π β π, π =1,2,..., maka ([ππ, (π + 1)π]) dan ([ππ, (π + 1)π]) tidak saling tumpang tindih (tidak overlap). Sehingga diperoleh π([ππ, (π + 1)π]) dan π([ππ, (π + 1)π]) adalah bebas, untuk π β π. Pertama, kita hitung πππ[π΄π ] 1
= πππ [ππ(π =
π
π,π )π
1
π,π βπ=1
π
(ππ(ππ,π )π)
2
π,π βπ=1
1 π2
π([(πβ1)π,ππ])
]
π
π£ππ[π([ππ, (π + 1)π])].
Karena π Poisson maka π£ππ[π] = πΈ[π] sehingga diperoleh 1
π
(ππ(ππ,π )π)
=
2
π,π βπ=1
1
1
π
(ππ(ππ,π )π)
2
π£ππ[π([ππ, (π + 1)π])]
π2
π,π βπ=1
1 π2
πΈ[π([ππ, (π + 1)π])].
Berdasarkan persamaan (14) maka 1
π
(ππ(ππ,π )π)
= =
2
π,π βπ=1
1
1
π
(ππ(ππ,π )π)
2
π,π βπ=1
2
π,π βπ=1
1
1
(ππ + π2
π
(ππ(ππ,π )π)
πΈ[π([ππ, (π + 1)π])]
π2
1 π2
(ππ β
π(2πβ1)π2 2 ππ2 2
)+
) ππ2
π
(ππ(ππ,π )π)
2
1
π,π βπ=1 . π
Berdasarkan Lema L.1 maka 1
π
(ππ(ππ,π )π)
=
2
π,π βπ=1
1 (ππ(ππ,π )π) π
= ππ(π
π,π )
+
2
1 π2
(ππ β
(ππ β ππ2 2
2
)+
ππ2
π
(ππ(ππ,π )π)
π2
) ( 6 + π(1)) +
ππ π2 ) +πππΎ 2 6 2 (ππ(ππ,π )) π
(πβ
ππ2
+π(
1 (ππ(ππ,π ))
untuk π β β. Sehingga diperoleh
2
2
π,π βπ=1
1 π
ππ2 (ππ(ππ,π )π)
),
2
(ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1))
31
π
Var[π΄π ] = ln(k
n,Ο )
aΟ Ο2 +aΟΞ³ 2 6 2 (ln(kn,Ο )) Ο
(ΞΈβ )
+
1
+ o(
(ln(kn,Ο ))
2
),
(34)
untuk π β β. Kemudian, kita hitung πππ[π΅π ] π
π,π = πππ [πΜπ (ππ(π
π
π
β 2)]
π,π )
π
π,π = (ππ(π
π
π,π
2
π
β 2) πππ[πΜπ ]. )
Berdasarkan Lema L.3 maka π
π,π (ππ(π
π
π,π
=(
(ππ,π π)
2
π
(ππ(ππ,π ))
2π(ππ,π π)
=
2
π
β 2) πππ[πΜπ ] ) π,π β ππ(π
2
π,π
2
(π ππ(ππ,π ))
π2
+
2
π2
2π
4π
1
+ 4 ) (π2 + π3 + π (π4 )) )
4π(ππ,π π) π3 (ππ(π
2
π2
2ππ
π,π ))
2
π,π β π2 ππ(π
π,π
4ππ
π,π β π3 ππ(π )
π2
π,π
ππ2
+ 2π2 + )
ππ2 π3
1
+ π (π4 ),
untuk π β β. Sehingga diperoleh πππ[π΅π ] =
2
2π(ππ,π π)
2 +
(π ππ(ππ,π ))
2
4π(ππ,π π) π3 (ππ(π
2ππ
2
π,π ))
π,π β π2 ππ(π
π2
4ππ
π,π β π3 ππ(π
π,π )
π2
π,π )
ππ2
+ 2π2 +
untuk π β β. Terakhir, kita hitung
ππ2 π3
1
+ π (π4),
(35)
2πΆππ£(π΄π , π΅π ) 1
= 2πΆππ£ (ππ(π =( =( =(
2ππ,π π
π([(πβ1)π,ππ])
1
π,π ) πΆππ£ (βπ=1
β ππ(π
2
β ππ(π
π
π,π )
4ππ,π π
π
π,π )
π,π ) πΆππ£ (βπ=1
2
π,π ))
2
π
β π2 ππ(π
π
π,π , πΜπ (ππ(π
π π([(πβ1)π,ππ]) π
π,π ) πΆππ£ (βπ=1 )
π
β 2))
π([(πβ1)π,ππ])
π
π,π
π
π,π )
π
1
(ππ(ππ,π )) π π2 (ππ(π
π,π βπ=1
2
(ππ(ππ,π )) π 2ππ,π π
π
π,π )π
, πΜπ ) 2
, π2 π[0, π])
π([(πβ1)π,ππ]) π
, π[0, π]).
Perhatikan bahwa, untuk setiap π β π, π =1,2,..., maka ([ππ, (π + 1)π]) dan ([ππ, (π + 1)π]) tidak saling tumpang tindih (tidak overlap). Sehingga diperoleh N([ππ, (π + 1)π]) dan N([ππ, (π + 1)π]) adalah bebas, untuk π β π. (
4ππ,π π
2
2
π2 (ππ(ππ,π )) π
=(
4ππ,π π π2 (ππ(π
π,π ))
β π2 ππ(π
π
π,π )
π,π ) πΆππ£ (βπ=1
2
2
π
β π2 ππ(π
π
π,π )
π,π ) βπ=1
π([(πβ1)π,ππ]) π
, π[0, π])
πππ(π([(πβ1)π,ππ])) π
32
=(
4ππ,π π π2 (ππ(π
2
π,π ))
2
π
β π2 ππ(π
π
π,π )
π,π ) βπ=1
πΈ(π([ππ,(π+1)π]))
.
π
Berdasarkan persamaan (14) maka 4ππ,π π
(
2
β π2 ππ(π
2
π2 (ππ(ππ,π )) π
=( =(
4ππ,π π
π,π
2
2
β π2 ππ(π
2
β π2 ππ(π
π2 (ππ(ππ,π )) π 4ππ,π π π2 (ππ(π
π
π,π ) βπ=1 )
π
π
π
π(2πβ1)π2
1
π,π
π,π ) βπ=1 (ππ + ) π
π,π
π,π ) (βπ=1 (ππ β ) π
2
π,π ))
πΈ(π([ππ,(π+1)π]))
π
2
1
ππ2
) π
π,π ) + βπ=1 ππ 2 )
2
Berdasarkan Lema L.1 maka 4ππ,π π
(
2
β π2 ππ(π
2
π2 (ππ(ππ,π )) π
= (
4ππ,π π
4π
π,π = (π2 ππ(π
=
π
2
β π2 ππ(π
π
π2 (ππ(ππ,π ))
2
π2 ππ(ππ,π ) 2
β
π2 (ππ(ππ,π ))
π2
π,π β π2 ππ(π
2
2
2
π
π,π ) + βπ=1 ππ 2 )
) (ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1)) +
2
)+(
2
+
4ππ,π π
π2 (ππ(ππ,π )) π 2ππ
2
2
2
π,π β π2 ππ(π
π2
π,π )
ππ,π π(4ππΎβ2ππΎπ) π2 (ππ(π
π,π ))
2
β π2 ππ(π
π,π
) (ππΎπ β )
ππΎπ2 2
)+
) β
(2ππΎπβππΎπ2 ) π2 ππ(ππ,π )
4ππ,π π
+π(
π2 (ππ(π
π,π ))
2
)+
π2
π,π )
2
π2 (ππ(ππ,π ))
(2ππβππ2 )
2ππ
2
ππ2
π2 (ππ(ππ,π )) π
ππ,π π(4πβ2ππ)
ππ2
ππ2
) πππ,π π 2
4π(ππ,π π)
)+(
1
) (ππ β )
π,π )
β π2 ) (ππ β )π
4ππ,π π
4π(ππ,π π)
π,π
2
4π(ππ,π π)
=
β π2 ππ(π 2
π,π ))
π,π
π(
2
4ππ,π π
π2 (ππ(π
π,π
2
π2 (ππ(ππ,π )) π
(
π
π,π ) (βπ=1 (ππ β ) π
ππ,π π(4πβ4ππβ2ππ)
+
π2 ππ(ππ,π )
+
ππ,π π(4ππΎβ2ππΎπ) π2 (ππ(ππ,π ))
2
+π(
4ππ,π π π2 (ππ(ππ,π ))
2
)
untuk π β β. Sehingga diperoleh 2Cov(π΄π , π΅π ) =
4π(ππ,π π)
2 2
π2 (ππ(ππ,π )) 4kn,Ο Ο
o(
+
n2 (ln(kn,Ο ))
2
ππ,π π(4πβ4ππβ2ππ) π2 ππ(ππ,π )
+
ππ,π π(4ππΎβ2ππΎπ) π2 (ππ(ππ,π ))
2
+
),
(36)
untuk π β β. Berdasarkan persamaan (34)-(36) maka persamaan (33) πππ[πΜπ ] = πππ[π΄π ] + πππ[π΅π ] β 2πΆππ£(π΄π , π΅π ) π
= ππ(π
π,π
+ )
ππ π2 ) +πππΎ 2 6 2 (ππ(ππ,π )) π
(πβ
+π(
1 (ππ(ππ,π ))
2) +
2π(ππ,π π)
2
(π ππ(ππ,π ))
2 +
4π(ππ,π π)
2
π3 (ππ(ππ,π ))
2
β
33
2πππ,π π2 π2 ππ(ππ,π
4ππ
π,π β π3 ππ(π )
π,π
ππ,π π(4ππΎβ2ππΎπ) π2 (ππ(π π
= ππ(π
π,π
π2
π,π ))
2
+π(
ππ2
+ 2π2 + )
π3
4ππ,π π π2 (ππ(π
π,π ))
2ππ 2 +π(12ππΎβππ 2 )
+ )
ππ2
12π(ππ(ππ,π ))
2
2
4π(ππ,π π)
1
+ π (π4 ) β (
π2 (ππ(π
2
π,π ))
2
+
ππ,π π(4πβ4ππβ2ππ) π2 ππ(ππ,π )
+
)) 1
+π(
(ππ(ππ,π ))
2
),
untuk π β β. Bukti lengkap. Bukti Lema 4: Perhatikan bahwa 1 πππ[π¬Μπ,π (π‘π )] = πππ [ππ(π
π
π,π )
π,π βπ=1
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
π
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π β πΜπ (ππ(π
π
+ )
)]
Misalkan: 1
πΆπ = ln(k
k
n,Ο )
n,Ο βk=1
N([(kβ1)Ο,(kβ1)Ο+tr ]) k
k
Οtr
(t2r β2tr Ο)
n,Ο
2
n,Ο dan π·π = πΜπ (ln(k
+ )
).
Sehingga diperoleh (37) πππ[π¬Μπ,π (π‘π )] = πππ[πΆπ ] + πππ[π·π ] β 2πΆππ£(πΆπ , π·π ). Perhatikan bahwa, untuk setiap π β π, π =1,2,..., maka ([ππ, ππ+π‘π ]) dan ([ππ, ππ+π‘π ]) tidak saling tumpang tindih (tidak overlap). Sehingga diperoleh π([ππ, ππ+π‘π ]) dan π([ππ, ππ+π‘π ]) adalah bebas, untuk π β π. Pertama, kita hitung πππ[πΆπ ] 1
= πππ [ππ(π =
1
π
π,π )
π,π βπ=1
π
(ππ(ππ,π ))
2
π,π βπ=1
1 π2
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
]
π
πππ[π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ])].
Karena π Poisson maka πππ[π] = πΈ[π] sehingga diperoleh 1
π
(ππ(ππ,π ))
=
2
π,π βπ=1
1
1 π2
π
(ππ(ππ,π ))
2
π,π βπ=1
πππ[π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ])] 1
π2
πΈ[π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ])].
Berdasarkan persamaan (17) maka 1
π
(ππ(ππ,π ))
= =
2
π,π βπ=1
1
1 π2
π
(ππ(ππ,π ))
2
π,π βπ=1
2
π,π βπ=1
1
π
(ππ(ππ,π ))
πΈ[π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ])] 1
(π¬π (π‘π ) + ππππ‘π + π π2 1
(π¬π (π‘π ) + π π2
π‘π2 β2ππ‘π 2
π‘π2 β2ππ‘π 2
)+
)
πππ‘π
π
(ππ(ππ,π ))
2
1
π,π βπ=1 . π
Berdasarkan Lema L.1 maka 1 (ππ(ππ,π ))
π
2
π,π βπ=1
1 π2
(π¬π (π‘π ) + π
π‘π2 β2ππ‘π 2
)+
πππ‘π (ππ(ππ,π ))
π
2
π,π βπ=1
1 π
34
1
=
(ππ(ππ,π ))
(π¬π (π‘π ) + π
2
2
π2
πππ‘π
) ( 6 + π(1)) +
2
(ππ(ππ,π ))
2
(ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1))
2
π‘ β2ππ‘π π (π¬π (π‘π )+π π ) 2
=
π‘π2 β2ππ‘π
(ππ(ππ,π ))
6
2
1
+π(
πππ‘
(ππ(ππ,π ))
2
) + ππ(π π ) + π,π
πππ‘π πΎ (ππ(ππ,π ))
2
untuk π β β. Sehingga diperoleh 2
πππ‘π
πππ[πΆπ ] = ππ(π
π,π )
+
2
π‘ β2ππ‘π π (π¬π (π‘π )+π π ) +πππ‘π πΎ 2
(ππ(ππ,π ))
6 2
1
+π(
(ππ(ππ,π ))
2
),
(38)
untuk π β β. Kemudian, kita hitung πππ[π·π ] π
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π = πππ [πΜπ (ππ(π
π
=(
π,π
+ )
(ππ,π ππ‘π )
(ππ(ππ,π ))
) πππ[πΜπ ]
2
2
+
2
)]
2
(π‘π2 β2π‘π π)
ππ‘π
π,π = (ππ(π
+ )
ππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) ππ(ππ,π )
+
(π‘π2 β2π‘π π)
2
4
) πππ[πΜπ ].
Berdasarkan Lema L.3 maka (
(ππ,π ππ‘π )
2
(ππ(ππ,π ))
=( =
ππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π)
2 +
(ππ,π ππ‘π )
ππ(ππ,π )
2
(ππ(ππ,π ))
2 +
2π(ππ,π ππ‘π )
π2 (ππ(ππ,π )) π(π‘π2 β2π‘π π)
ππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) ππ(ππ,π )
2 2
2
+
+
4π(ππ,π ππ‘π )
2
π3 (ππ(ππ,π ))
2
2
+
(π‘π2 β2π‘π π) 4
+
) πππ[πΜπ ]
(π‘π2 β2π‘π π)
2
2π
4π
1
) (π2 + π3 + π (π4 ))
4
2πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(ππ,π )
+
4πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) π3 ππ(ππ,π )
+
π(π‘π2 β2π‘π π) 2π2
2
+
1
+ π (π4 ),
π3
untuk π β β. Sehingga diperoleh πππ[π·π ] =
2π(ππ,π ππ‘π )
2
π2 (ππ(ππ,π ))
π(π‘π2 β2π‘π π) 2π2
2
2
+
+
4π(ππ,π ππ‘π )
2
π3 (ππ(ππ,π ))
π(π‘π2 β2π‘π π)
2
2
+
2πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(π
π,π )
+
4πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) π3 ππ(ππ,π )
1
+ π (π4 ),
π3
(39)
untuk π β β. Terakhir, kita hitung 2πΆππ£(πΆπ , π·π ) 1
= 2πΆππ£ (ππ(π =(
2ππ,π ππ‘π (ππ(ππ,π ))
2
π
π,π )
+
π,π βπ=1
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
(π‘π2 β2π‘π π) ππ(ππ,π )
π π
π,π ) πΆππ£ (βπ=1
+
π
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π , πΜπ (ππ(π
+ )
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
, πΜπ )
))
35
=( =(
2ππ,π ππ‘π (ππ(ππ,π ))
2
(π‘π2 β2π‘π π)
+
ππ(ππ,π )
π
π,π ) πΆππ£ (βπ=1
2(π‘ 2 β2π‘ π)
4ππ,π ππ‘π π2 (ππ(ππ,π ))
2
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) 2π[0,π]
,
π
π
π π π,π + π2 ππ(π ) πΆππ£ (βπ=1 )
π2
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
π,π
)
, π[0, π]).
Perhatikan bahwa, untuk setiap π β π, π =1,2,..., maka [ππ, ππ + π‘π ] dan [ππ, ππ + π‘π ] tidak saling tumpang tindih (tidak overlap). Sehingga diperoleh N([ππ, ππ + π‘π ]) dan N([ππ, ππ + π‘π ]) adalah bebas, untuk π β π. 2(π‘ 2 β2π‘ π)
4ππ,π ππ‘π
(
π2 (ππ(π
=(
π,π ))
2
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
2(π‘ 2 β2π‘ π)
π,π ))
π
π π π,π ) βπ=1 2 + 2 π ππ(π )
, π[0, π])
π
π,π
4ππ,π ππ‘π π2 (ππ(π
π
π π π,π + π2 ππ(π ) πΆππ£ (βπ=1 )
πππ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])) π
π,π
.
Karena π Poisson maka πππ(π) = πΈ(π) sehingga diperoleh 2(π‘ 2 β2π‘ π)
4ππ,π ππ‘π
(
π2 (ππ(ππ,π ))
=(
2
πππ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])) π
π,π
2(π‘ 2 β2π‘ π)
4ππ,π ππ‘π π2 (ππ(π
π
π π π,π + π2 ππ(π ) βπ=1 )
π,π ))
2
π
π π π,π + π2 ππ(π ) βπ=1 )
πΈ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])) π
π,π
.
Berdasarkan persamaan (17) maka 2(π‘ 2 β2π‘ π)
4ππ,π ππ‘π
(
π2 (ππ(π
=(
π,π ))
π
2(π‘ 2 β2π‘ π)
π,π ))
π2 ππ(ππ,π )
1
π π π,π + π2 ππ(π ) βπ=1 (π¬π (π‘π ) + ππππ‘π + π ) π
2
π π π,π + π2 ππ(π ) βπ=1 (π¬π (π‘π ) + π ) π
π‘π2 β2ππ‘π 2
π,π
2(π‘ 2 β2π‘ π)
4ππ,π ππ‘π
2(π‘π2 β2π‘π π)
π
2
π2 (ππ(ππ,π ))
π2 (ππ(π
πΈ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]))
π,π
4ππ,π ππ‘π
=(
π
π π π,π ) βπ=1 2 + 2 π ππ(π )
π
1
π‘π2 β2ππ‘π 2
π,π
)
4ππ,π ππ‘π
)+(
π2 (ππ(π
π,π ))
2
+
π
π,π ) βπ=1 πππ‘π .
Berdasarkan Lema L.1 maka (
4ππ,π ππ‘π
(
4ππ,π ππ‘π
2(π‘ 2 β2π‘ π)
π2 (ππ(ππ,π )) π2 (ππ(π
=(
2
π π π,π + π2 ππ(π ) βπ=1 πππ‘π )
(
π,π ))
ππ‘π π,π
)+
π
2(π‘ 2 β2π‘ π)
2
π π + π2 ππ(π ) (π¬π (π‘π ) + π )
2
π π + π2 ππ(π ) πππ,π ππ‘π )
π2 (ππ(ππ,π )) 4π
2
π,π
4ππ,π ππ‘π
π,π = (π2 ππ(π
π‘π2 β2ππ‘π
π,π
4ππ,π ππ‘π π2 (ππ(π
1
π π π,π + π2 ππ(π ) βπ=1 (π¬π (π‘π ) + π ) π
2(π‘ 2 β2π‘ π)
π,π ))
π
2
π‘π2 β2ππ‘π 2
π,π
) (ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1)) +
2(π‘ 2 β2π‘ π)
+ )
π,π
2(π‘π2 β2π‘π π) π2
) (π¬π (π‘π ) + π
2(π‘π2 β2π‘π π)
π‘π2 β2ππ‘π
π2 ππ(ππ,π
2
) (π¬π (π‘π )πΎ + ππΎ )
2πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(ππ,π )
)
π‘π2 β2ππ‘π 2
)+π(
)+(
4ππ,π ππ‘π
π2 (ππ(π
4ππ,π ππ‘π π2 (ππ(ππ,π ))
π,π ))
2) + (
2
+
4π(ππ,π ππ‘π )
2
π2 (ππ(ππ,π ))
2
+
36
=
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )+π(π‘π2 β2π‘π π)) π2 ππ(ππ,π )
+
(2π¬π (π‘π )+π(π‘π2 β2π‘π π))(π‘π2 β2π‘π π)
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )πΎ+ππΎ(π‘π2 β2π‘π π)) π2 (ππ(ππ,π ))
π( =
4ππ,π ππ‘π π2 (ππ(ππ,π ))
4π(ππ,π ππ‘π )
2 2
(2π¬π (π‘π )πΎ+ππΎ(π‘π2 β2π‘π π))(π‘π2 β2π‘π π)
+
2
4π(ππ,π ππ‘π )
π2 ππ(ππ,π )
2
π2 (ππ(ππ,π ))
2
+
π2 ππ(π
π2 (ππ(ππ,π ))
2
+
2πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(ππ,π )
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )+π(π‘π2 β2π‘π π))
+
π2 (ππ(ππ,π )) 4ππ,π ππ‘π
π(
2) +
+
π2
π,π )
+
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )πΎ+ππΎ(π‘π2 β2π‘π π)) π2 (ππ(ππ,π ))
2
+
),
untuk π β β. Sehingga diperoleh 2πΆππ£(πΆπ , π·π ) =
4π(ππ,π ππ‘π )
2
π2 (ln(ππ,π ))
2
+
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )+π(π‘π2 β2π‘π π)) π2 ln(ππ,π )
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )πΎ+ππΎ(π‘π2 β2π‘π π)) π2 (ln(ππ,π ))
2
+π(
+
4ππ,π ππ‘π π2 (ln(ππ,π ))
2
),
(40)
untuk π β β. Berdasarkan persamaan (38)-(40) maka persamaan (37) πππ[π¬Μπ,π (π‘π )] = πππ[πΆπ ] + πππ[π·π ] β 2πΆππ£(πΆπ , π·π ) 2
πππ‘π
= ππ(π
π,π )
+
2
π‘ β2ππ‘π π (π¬π (π‘π )+π π ) +πππ‘π πΎ 2
4π(ππ,π ππ‘π )
2
π3 (ππ(ππ,π )) 1
(ππ(ππ,π ))
2
π (π4 ) β (
+
6 2
π2 ππ(ππ,π ) 2
π2 (ππ(ππ,π ))
2 +
π2 (ππ(ππ,π )) πππ‘
+
)+
4πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π) π3 ππ(ππ,π )
2
π2 ππ(ππ,π )
+π(
4ππ,π ππ‘π π2 (ππ(ππ,π ))
2π 2 π¬π (π‘π )+ππ 2 (π‘π2 β2ππ‘π )+12πππ‘π πΎ 12(ππ(ππ,π ))
π,π
2
2
2
+π(
2π(ππ,π ππ‘π )
2
π2 (ππ(ππ,π ))
+
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )+π(π‘π2 β2π‘π π))
2ππ,π ππ‘π (2π¬π (π‘π )πΎ+ππΎ(π‘π2 β2π‘π π))
= ππ(π π ) +
(ππ(ππ,π ))
2πππ,π ππ‘π (π‘π2 β2π‘π π)
4π(ππ,π ππ‘π )
+π(
1
2
π(π‘π2 β2π‘π π) 2π2
+
2
+
π(π‘π2 β2π‘π π) π3
2
+
+
)) 1
(ππ(ππ,π ))
2
),
untuk π β β. Bukti lengkap. Bukti Lema 5: Untuk menghitung πΈ(πΜπ πΜπ ), kita gunakan pemisalan π΄π dan π΅π sama seperti pada pembuktian Lema 2. Perhatikan πΈ(πΜπ πΜπ ) = πΈ ((π΄π β π΅π ) = πΈ (π΄π
2π[0,π] π2
2π[0,π] π2
)
) β πΈ (π΅π
2π[0,π] π2
)
37
2
= π2 ππ(π
π
π,π )π
π,π πΈ ((βπ=1
π
π([(πβ1)π,ππ])
π,π ) (π[0, π])) β (ππ(π
π
π
π,π )
π
β 2) πΈ(πΜπ 2 ).
(41)
Perhatikan bahwa π
π([(πβ1)π,ππ])
π,π πΈ ((βπ=1
) (π[0, π]))
π
π
π,π = πΆππ£ (βπ=1
π
π([(πβ1)π,ππ]) π π([(πβ1)π,ππ])
π,π = βπ=1 πΆππ£ (
π
π
π
π,π , π[0, π]) + πΈ (βπ=1
π
π([(πβ1)π,ππ])
π([(πβ1)π,ππ])
π,π , π[0, π]) + (βπ=1 πΈ(
1
π
) πΈ(π[0, π])
π
)) πΈ(π[0, π])
π
1
π,π π,π = βπ=1 π£ππ(π[(π β 1)π, ππ]) + (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, ππ]))) (πΈ(π[0, π])). π π
Karena π poisson maka π£ππ(π) = πΈ(π) sehingga diperoleh π
1
π
1
π,π π,π βπ=1 π£ππ(π[(π β 1)π, ππ]) + (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, ππ]))) (πΈ(π[0, π])) π π
π
1
π
1
π
1
π,π π,π = βπ=1 πΈ(π[(π β 1)π, ππ]) + (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, ππ]))) (πΈ(π[0, π])) π π π,π = βπ=1 πΈ(π[(π β 1)π, ππ]) (1 + πΈ(π[0, π])). π
Berdasarkan persamaaan (14) maka π
1
π,π βπ=1 πΈ(π[(π β 1)π, ππ]) (1 + πΈ(π[0, π])) π
π
1
π,π = βπ=1 (ππ + π
π
1
π(2πβ1)π2 2
π,π = (βπ=1 (ππ β π
ππ2 2
) (ππ +
ππ2
+ π(1))
2
ππ2
π
π,π ) + βπ=1 ππ 2 ) (
2
+ ππ + π(1)).
untuk π β β. Berdasarkan Lema L.1 maka π
1
π,π (βπ=1 (ππ β π
= ((ππ β
ππ2 2
ππ2 2
=
ππ2 2
2
2
+ ππ + π(1)) ππ2
) (ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1)) + πππ,π π 2 ) (
= (πππ,π π 2 + (ππ β π2 π2 ππ,π π2
ππ2
π
π,π ) + βπ=1 ππ 2 ) (
+ (ππ β
ππ2 2
) ππ(ππ,π ) + (ππ β
ππ2 ππ2 ππ(ππ,π ) 2
)
) ππ ππ(ππ,π ) + (ππ β
2 ππ2 2
+
ππ2 2
ππ2 (ππβ 2
2
+ ππ + π(1)) ππ2
) πΎ + π(1)) (
ππ2 )πΎ 2
2
+ ππ + π(1))
+ πππππ,π π 2 + (ππ β
) πππΎ + π(1)
(42)
untuk π β β. Berdasarkan persamaan (42) dan Akibat 3 maka persamaan (41) menjadi 2 π2 ππ(ππ,π )π
π
π,π πΈ ((βπ=1
π([(πβ1)π,ππ]) π
π
π,π ) (π[0, π])) β (ππ(π
π
π,π )
π
β 2) πΈ(πΜπ 2 )
38
π2 π2 ππ,π π2
2
= π2 ππ(π
ππ2
(ππ β π
π,π (ππ(π
2
π
β 2) (π2 + π2 π
ππ(ππ,π
2
+ ππ β ) 2
π (π2 ππ(π
π,π )π
4ππ π
+
2 ππ(ππ,π ) 2πππΎβπ2 ππΎ 2 ππ(ππ,π )
)
ππ2 2
2
+
ππ2 (ππβ
ππ2 )πΎ 2
2
+ πππππ,π π 2 +
) πππΎ + π(1)) β
1
+ π (π2 ))
2πππΎβπ2 ππΎ
+
2ππππ,π π
+ )
2 ππ(ππ,π ) π ππ(ππ,π π2 ππ,π π 4ππππ,π π π2 π
) β ππ(π
2πππΎβπ2 ππΎ
= ππ +
2
) ππ ππ(ππ,π ) + (ππ β
π2 ππ,π π
= ππ +
+ (ππ β
2
π
π,π )
=
(
π,π )π
ππ2 ππ2 ππ(ππ,π )
β ππ(π
π,π )
2πππ
π
β π ππ(ππ,π ) + 1 π,π )
+
2π2 +πππ π
π,π
+ π (ππ(π
π,π )π
2
+
+
2π 2 βπππ π 2πππ π
2π2 πΎβππππΎ ππ(ππ,π )π 2πππ,π π
+ π (ππ(π
2π2 πΎβππππΎ ππ(ππ,π )π
+
π,π )π
2πππ,π π
+ ππ(π
2 π,π )π
2
+
) 2πππ,π π
+ π (ππ(π
π,π )π
2
)
),
untuk π β β. Bukti lengkap. Bukti Lema 6: Untuk menghitung πΈ(π¬Μπ,π (π‘π )πΜπ ), kita gunakan pemisalan πΆπ dan π·π sama seperti pada pembuktian Lema 4. Perhatikan πΈ(π¬Μπ,π (π‘π )πΜπ ) = πΈ ((πΆπ β π·π ) = πΈ (πΆπ
2π[0,π] π2
2
= π2 ππ(π
2π[0,π] π2
) β πΈ (π·π π
π,π )
(π‘π2 β2π‘π π) 2
)
π,π πΈ ((βπ=1
2π[0,π] π2
)
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
π
) πΈ(πΜπ 2 ).
π
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
) (π[0, π]))
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
π
π,π = πΆππ£ (βπ=1
, π[0, π]) +
π ππ,π π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) πΈ (βπ=1 ) πΈ(π[0, π]) π π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
π
π,π = βπ=1 πΆππ£ (
, π[0, π]) +
π ππ,π π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) (βπ=1 πΈ ( )) πΈ(π[0, π]) π π
1
π,π = βπ=1 (πππ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) +
π
π
1
π,π )
+ (43)
Perhatikan bahwa π,π πΈ ((βπ=1
ππ‘π
π,π ) (π[0, π])) β (ππ(π
π,π (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) (πΈ(π[0, π])). π
39
Karena π poisson maka π£ππ(π) = πΈ(π) sehingga diperoleh π
1
π,π βπ=1 (π£ππ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) + π
π
1
π
1
π,π (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) (πΈ(π[0, π])) π π,π = βπ=1 (πΈ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) + π
π
1
π
1
π,π (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) (πΈ(π[0, π])) π π,π = (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) (1 + πΈ(π[0, π])). π
Berdasarkan persamaan (17) maka π
1
π,π (βπ=1 πΈ(π([(π β 1)π, (π β 1)π+π‘π ]))) (1 + πΈ(π[0, π])) π
π
1
π,π = (βπ=1 (π¬π (π‘π ) + ππππ‘π + π π
π
1
π,π = (βπ=1 (π¬π (π‘π ) + π
π(π‘π2 β2ππ‘π ) 2
π‘π2 β2ππ‘π 2
)) (ππ +
ππ2 2
ππ2
π
π,π ) + βπ=1 πππ‘π ) (
2
+ π(1))
+ ππ + π(1)),
untuk π β β. Berdasarkan Lema L.1 maka π
1
π,π (βπ=1 (π¬π (π‘π ) + π
π
π(π‘π2 β2ππ‘π ) 2
1
π,π = (βπ=1 (π¬π (π‘π ) + π
= ((π¬π (π‘π ) + =
π2 π2 ππ,π ππ‘π 2
π(π‘π2 β2ππ‘π )
π(π‘π2 β2ππ‘π ) 2
ππ2
π
π,π ) + βπ=1 πππ‘π ) (
2
2
+ ππ + π(1))
ππ2
π
π,π ) + βπ=1 πππ‘π ) (
2
+ ππ + π(1))
) (ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1)) + πππ,π ππ‘π ) (
+ (π¬π (π‘π ) +
πππππ,π ππ‘π + (π¬π (π‘π ) + π(1),
π(π‘π2 β2ππ‘π ) ππ2 ππ(ππ,π ) 2 π(π‘π2 β2ππ‘π ) 2
)
2
+ (π¬π (π‘π )πΎ +
ππ2 2
+ ππ + π(1))
ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) ππ2
) ππ ππ(ππ,π ) + (π¬π (π‘π )πΎ +
)
2
ππΎ(π‘π2 β2ππ‘π ) 2
2
+
) ππ + (44)
untuk π β β. Berdasarkan persamaan (44) dan Akibat 3 maka persamaan (43) menjadi 2
π
ππ(ππ,π )π2 π
π,π πΈ ((βπ=1
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π (ππ(π
+ )
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
) πΈ(πΜπ 2 )
) (π[0, π])) β
40
=
=
2 ππ(ππ,π
π2 π2 ππ,π ππ‘π 2
( )π2
+ (π¬π (π‘π ) +
π(π‘2π β2ππ‘π ) ππ2 ππ(ππ,π ) + ) 2 2
ππΎ(π‘2π β2ππ‘π ) ππ2 ) 2 2
+ πππππ,π ππ‘π + (π¬π (π‘π ) +
ππΎ(π‘2π β2ππ‘π ) ) ππ 2
+ π(1)) β (πππ,π (π
π2 ππ,π ππ‘π
π
+ (ππ¬π (π‘π ) +
ππ(ππ,π )π π2 ππ,π ππ‘π ππ(ππ,π )
β
= ππ¬π (π‘π ) +
π π2 (π‘π2 β2π‘π π) 2
β
π,π
2
+
)+
β
ππ(ππ,π )π
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
ππ(ππ,π )π
π
β
π,π )
(2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π ))
untuk π β β. Bukti lengkap.
4ππ + π
π 2ππππ,π ππ‘π ππ(ππ,π )π
+
) 1
+ π (ππ(π
π,π )
),
(π¬π (π‘π )πΎ +
1
π (π2))
2ππ¬π (π‘π )πΎ+π2 πΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
ππ(ππ,π )π 2ππ(π‘π2 β2π‘π π)
π
π,π + π (π2 ππ(π
2 ππ(ππ,π )
) (π2 +
2 ππ(ππ,π ) 2π¬π (π‘π )ππΎ+πππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
4ππππ,π ππ‘π
2 ππ(ππ,π ) 2π¬π (π‘π )ππΎ+πππΎ(π‘π2 β2ππ‘π )
= ππ¬π (π‘π ) +
(π‘2π β2π‘π π)
π2 (π‘π2 β2ππ‘π )
ππ(ππ,π ) 2 2ππππ,π ππ‘π 2ππ¬π (π‘π )+ππ(π‘π2 β2ππ‘π )
π(π‘2π β2ππ‘π ) ) ππ ππ(ππ,π ) + 2
ππ‘π
+ )
(π¬π (π‘π )πΎ +
+
+ π (ππ(π π
1 π,π )π
π
π,π + π (π2 ππ(π
π,π )
2
)β
)
2ππ¬π (π‘π )βππ(π‘π2 β2ππ‘π ) π
+
41
Lampiran 3: Bukti beberapa persamaan Bukti persamaan (30): Dari pembuktian Lema 8, diketahui bahwa π¬(π) = πΈ[π(0, π)] β β untuk π β β. Dari persamaan (22), dapat diperoleh ππ2 2 untuk π β β. Oleh karena itu, untuk mendapatkan persamaan (30) seperti berikut π¬(π) = πΈ[π(0, π)] β ππ +
1 π βπ¬(π) (π¬(π))
1
β ββ π= 1 π π(π([0, π]) = π) = βπ= 1 π
cukup dibuktikan bahwa 1 π βπ¬(π) (π¬(π)) ββ π= 1 π π!
π
=
π!
1
1 1 1 π
π(1+ ) 1
1 1β(β )
1
1
1 π
1
1
= π (1 β π + π2 β π3 + β― ) 1
1
1
1
= π β π2 + π3 β π4 + β― sehingga diperoleh 1 π
=
1
1
π+1
1
1
+ π2 β π3 + π4 β β―
dan ββ π= 1 =
1 π βπ¬(π) (π¬(π)) π
1
= ββ π= 1 π+1 ββ π= 1
π
π!
1 ββ π= 1 (π+1
1
1
+ π2 β π3 + π4 β β― )
π βπ¬(π) (π¬(π))
π
π!
1 π βπ¬(π) (π¬(π)) π3
1
π
π!
π βπ¬(π) (π¬(π))
π
π!
1 π βπ¬(π) (π¬(π))
+ ββ π= 1 π2
π
π!
1 π βπ¬(π) (π¬(π))
+ ββ π= 1 π4
β
π
π!
ββ―
Selanjutnya, 1 eβΞ(n) (Ξ(n)) ββ m= 1 m+1 m!
m
=
βΞ(n) (Ξ(n))m+1
e ββ Ξ(n) m= 1
Misalkan π = π + 1, maka
1
(m+1)!
1 ππ2 ππ+ 2
+ π (π¬(π)2 )
π+1
=π
= 1
π¬(π)
untuk π β β, jika ππ β β. Pertama, perhatikan bahwa
=
π
.
1
+ π (π2 )
42
ββ π= 1
π βπ¬(π) (π¬(π))
1 π+1
1
π!
= π¬(π) ββ π= 2
π βπ¬(π) (π¬(π))
1
1
=
1 π¬(π)
π
π!
= π¬(π) (1 β β1π= 0 = π¬(π) (1 β
π
π βπ¬(π) (π¬(π)) π!
π βπ¬(π) (π¬(π))
0
0!
β
π
)
π βπ¬(π) (π¬(π))
1
1!
)
(1 β π βπ¬(π) β π βπ¬(π) π¬(π))
1
= π¬(π) β
π βπ¬(π) π¬(π)
β π βπ¬(π)
1
= π¬(π) + π(π βπ¬(π) ) untuk π β β. Kemudian, karena βπ β₯ 2, βπ β₯ 1, 1
1
β€ π2 ,
ππ
maka βπ β₯ 2, 1 eβΞ(n) (Ξ(n))
ββ m= 1 mk m! Perhatikan juga bahwa βπ β₯ 1,
1 π2
m
1 eβΞ(n) (Ξ(n))
β€ ββ m= 1 m2
m!
6
β€ (π+2)(π+1)
sehingga diperoleh ββ π= 1
1 π βπ¬(π) (π¬(π)) π2
π
π! 6
β€ ββ π= 1 (π+2)(π+1) 6
= π¬(π)2 ββ π= 1
π βπ¬(π) (π¬(π))
π
π!
π βπ¬(π) (π¬(π))
π
.
(π+2)!
Misalkan π = π + 2, maka 1 π βπ¬(π) (π¬(π)) ββ π= 1 π2 π! 6
β€ π¬(π)
ββ π= 3 2
6
π βπ¬(π) (π¬(π))
= π¬(π)2 (1 β 6
= π¬(π)2 (1 β
π
π!
= π¬(π)2 (1 β β2π= 0 6
π
π βπ¬(π) (π¬(π))
π β2π= 0
π! βπ¬(π) (π¬(π))π
π βπ¬(π) (π¬(π)) 0!
π
π! 0
β
) )
π βπ¬(π) (π¬(π)) 1!
1
β
π βπ¬(π) (π¬(π)) 2!
2
)
m
.
43
6
= π¬(π)2 (1 β π βπ¬(π) β π βπ¬(π) π¬(π) β 6
= π¬(π)2 β
6π βπ¬(π) π¬(π)2
6π βπ¬(π)
β
π¬(π)
π βπ¬(π) (π¬(π))
2
)
2
β 3π βπ¬(π)
1
= π (π¬(π)2 ) untuk π β β. Jadi, ββ π= 1
1 π βπ¬(π) (π¬(π)) π
π
π!
1
1
= π¬(π) + π(π βπ¬(π) ) + π (π¬(π)2 ) 1
1
= π¬(π) + π (π¬(π)2 ) untuk π β β. Bukti lengkap. Bukti persamaan (19): Untuk membuktikan πΆππ£(π¬Μπ,π (π‘π ), π¬Μπ,π (π‘π )πΆ ), gunakan pemisalan πΆπ dan π·π sama seperti pada pembuktian Lema 4 serta 1
πΈπ = ln(k
k
n,Ο )
n,Ο βk=1
ππ,π π(πβπ‘π )
N([(kβ1)Ο+tr ,kΟ])
dan πΉπ = πΜπ (
k
ππ(ππ,π )
β
(πβπ‘π )2 2
).
Sehingga diperoleh: πΆππ£(π¬Μπ (π‘π ), π¬Μπ (π‘π )πΆ ) = πΆππ£(πΆπ , πΈπ ) β πΆππ£(πΆπ , πΉπ ) β πΆππ£(π·π , πΈπ ) + πΆππ£(π·π , πΉπ ).
(45)
Pertama hitung: πΆππ£(πΆπ , πΈπ ) 1
= πΆππ£ (ππ(π = =
1 (ππ(ππ,π ))
π,π )
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
1
, ππ(π
π
π
2
π,π πΆππ£ (βπ=1
2
(0)
1 (ππ(ππ,π ))
π
π,π βπ=1
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
π
π,π )
π
π,π βπ=1
π,π , βπ=1
π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])
)
π
π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])
)
π
= 0.
(46) Kedua hitung:
πΆππ£(πΆπ , πΉπ ) 1
= πΆππ£ (ππ(π =( =(
π,π )
ππ,π π(πβπ‘π ) (ππ(ππ,π ))
π
2
π,π βπ=1
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
(πβπ‘ )2
β 2 ππ(ππ
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π ))
π
π,π )
2
π,π ) πΆππ£ (βπ=1
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
π,π
ππ,π π(πβπ‘π )
, πΜπ (
ππ(ππ,π )
β
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
π
π,π ) πΆππ£ (βπ=1 )
π
(πβπ‘π )2
))
, πΜπ )
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]) π
2
, π[0, π])
44
=(
2ππ,π π(πβπ‘π )
π2 (ππ(π
π,π ))
2
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])
π
π,π )
π,π ) βπ=1 πΆππ£ (
π
, π([(π β 1)π, (π β
1)π+π‘π ])) =(
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(π
π,π ))
2
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
π
π,π )
π,π ) βπ=1
πππ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])) π
.
Karena π Poisson maka πππ(π) = πΈ(π) sehingga diperoleh (
2ππ,π π(πβπ‘π )
π2 (ππ(π
=(
π,π ))
2
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π ))
2
π
π,π
π,π ) βπ=1 )
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
πππ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])) π
π
π,π
π,π ) βπ=1 )
πΈ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])) π
.
Berdasarkan persamaan (17) maka (
2ππ,π π(πβπ‘π )
π2 (ππ(π
=( =(
π,π ))
2
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(π
π,π ))
2
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π ))
2
π
π,π )
π,π ) βπ=1
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
π
π
π,π
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
πΈ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]))
1
π,π ) (βπ=1 (π¬π (π‘π ) + ππππ‘π + π ) π
π
π,π
π
π‘π2 β2ππ‘π 2
1
π,π π,π ) (βπ=1 πππ‘π + βπ=1 (π¬π (π‘π ) + π ) π
))
π‘π2 β2ππ‘π 2
)).
Berdasarkan Lema L.1 maka (
2ππ,π π(πβπ‘π )
π2 (ππ(ππ,π ))
=(
2
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
2ππ,π π(πβπ‘π )
π2 (ππ(ππ,π ))
2
π
π,π
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
π
π‘π2 β2ππ‘π
1
π,π π,π ) (βπ=1 πππ‘π + βπ=1 (π¬π (π‘π ) + π ) π
π,π
) (πππ,π ππ‘π + (π¬π (π‘π ) + π )
2
π‘π2 β2ππ‘π 2
))
) (ππ(ππ,π ) + πΎ +
π(1))) =(
2ππ,π π(πβπ‘π )
π2 (ππ(ππ,π )) π‘π2 β2ππ‘π
π
(πβπ‘ )2
β π2 ππ(ππ
ππ,π π π2 (ππ(ππ,π ))
2
2π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) π2 (ππ(π (πβπ‘π )2 π2
π,π ))
2
β
π2 ππ(ππ,π
π2 ππ(π π‘π2 β2ππ‘π
(π¬π (π‘π ) + π )
untuk π β β. Lalu hitung: πΆππ£(π·π , πΈπ )
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π ))
πππ,π ππ‘π (πβπ‘π )2
(π¬π (π‘π ) + π
(πβπ‘π )2
) πππ,π ππ‘π + ( ) 2
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π )) (πβπ‘π )2
β π2 ππ(π
π,π )
(πβπ‘ )2
2
β π2 ππ(ππ
) (π¬π (π‘π ) +
π,π ) π‘π2 β2ππ‘π
) (π¬π (π‘π ) + π
2
)πΎ +
)
2
=
π,π
) ππ(ππ,π ) + (
2
π(
2
2
π,π )
)+
π‘π2 β2ππ‘π 2
+
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 ππ(π
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π ))
)πΎ + π(
2
π,π )
(π¬π (π‘π ) + π
(π¬π (π‘π ) + π
ππ,π π
π2 (ππ(π
π,π ))
2
),
π‘π2 β2ππ‘π
π‘π2 β2ππ‘π 2
2
)β
)πΎ β (47)
45
π
ππ‘π
π,π = πΆππ£ (πΜπ (ππ(π
=( =(
(ππ(ππ,π ))
2
1
) , ππ(π
2
2ππ,π ππ‘π
=(
2ππ,π ππ‘π
π
π,π βπ=1
)
π
)
π
(π‘ 2 β2π‘ π)
π
π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])
2
π,π + π2πππ(ππ )) πΆππ£ (π[0, π], βπ=1
2
π,π + π2πππ(ππ )) βπ=1 πΆππ£ (π([(π β 1)π+π‘π , ππ]),
π,π ))
2
)
π
π,π
(π‘ 2 β2π‘ π)
π,π ))
π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])
π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])
π,π
π2 (ππ(ππ,π ))
=(
π
π,π )
π π π,π + 2 ππ(π ) πΆππ£ (πΜπ , βπ=1 )
2ππ,π ππ‘π
π2 (ππ(π
(π‘π2 β2π‘π π)
(π‘ 2 β2π‘ π)
ππ,π ππ‘π
π2 (ππ(π
π,π
+ )
π
π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])
π,π
+
(π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(ππ,π )
π
π,π ) βπ=1
πππ(π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])) π
)
π
.
Karena π Poisson maka πππ(π) = πΈ(π) sehingga diperoleh (π‘ 2 β2π‘ π)
2ππ,π ππ‘π
(
π2 (ππ(ππ,π ))
=( =(
2
πππ(π([(πβ1)π+π‘π ,ππ])) π
π,π
(π‘ 2 β2π‘ π)
2ππ,π ππ‘π π2 (ππ(π
π
π,π + π2πππ(ππ )) βπ=1
π,π ))
π
π,π + π2πππ(ππ )) βπ=1
2
π,π + π2πππ(ππ )) (βπ=1
π2 (ππ(ππ,π ))
π
π,π
(π‘ 2 β2π‘ π)
2ππ,π ππ‘π
πΈ(π([(πβ1)π+π‘π ,ππ]))
2
π
(πΈ(π([(πβ1)π,ππ]))βπΈ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ]))) π
π,π
).
Berdasarkan persamaan (14) dan (17) maka (π‘ 2 β2π‘ π)
2ππ,π ππ‘π
(
π2 (ππ(ππ,π ))
2
(π‘ 2 β2π‘ π)
π2 (ππ(ππ,π ))
π
π‘π2 β2ππ‘π 2
π2 (ππ(π
π
2
2
π
1
π,π + π2πππ(ππ )) (βπ=1 (ππ + π π,π
(π‘ 2 β2π‘ π)
π,π ))
(πβπ‘π )2
π π(2πβ1)π2 2
)
β (π¬π (π‘π ) + ππππ‘π +
)))
2ππ,π ππ‘π
=(
(πΈ(π([(πβ1)π,ππ]))βπΈ(π([(πβ1)π,(πβ1)π+π‘π ])))
π,π
2ππ,π ππ‘π
=(
π
π,π + π2πππ(ππ )) (βπ=1
2
π
π
1
π,π π,π + π2πππ(ππ )) (βπ=1 π(π 2 β ππ‘π ) + βπ=1 (ππ β π¬π (π‘π ) β π π,π
)).
Berdasarkan Lema L.1 maka (π‘ 2 β2π‘ π)
2ππ,π ππ‘π
(
π2 (ππ(π
π =(
π,π )) (πβπ‘π )2
2
2ππ,π ππ‘π (πβπ‘π 2
π
1
π,π
))
2
π2 (ππ(ππ,π ))
π
π
π,π π,π + π2πππ(ππ )) (βπ=1 πππ,π (π 2 β ππ‘π ) + βπ=1 (ππ β π¬π (π‘π ) β π
)2
(π‘ 2 β2π‘ π)
2
+ π2πππ(ππ )) (πππ,π (π 2 β ππ‘π ) + (ππ β π¬π (π‘π ) β π,π
) (ππ(ππ,π ) + πΎ + π(1)))
46
(π‘ 2 β2π‘ π)
2ππ,π ππ‘π
=(
π2 (ππ(ππ,π ))
(πβπ‘π )2 2
π,π
(πβπ‘π
π¬π (π‘π ) β π π
+ π2πππ(ππ )) πππ,π (π 2 β ππ‘π ) + (
2
)2
2
ππ,π π
)πΎ + π(
π2 (ππ(π
2
=
) ππ(ππ,π ) + (
2π(ππ,π π) (πβπ‘π )π‘π π2 (ππ(ππ,π )) (π‘π2 β2π‘π π)
2
+
π,π ))
π,π
+ π2 ππ(π
2π
2
)+
(πβπ‘π )2 2
ππ‘π
π,π + π2 ππ(π
π,π )
(πβπ‘π )2
(ππ β π¬π (π‘π ) β π )
2
π2 (ππ(ππ,π )) (π‘π2 β2π‘π π) π,π )
2
+ π2πππ(ππ )) (ππ β π,π
) (ππ β π¬π (π‘π ) β
)
π2 ππ(π
(π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(π
π2 (ππ(ππ,π ))
πππ,π π(πβπ‘π )(π‘π2 β2π‘π π)
(ππ β π¬π (π‘π ) β π
π2
2
2ππ,π ππ‘π
(π‘ 2 β2π‘ π)
2ππ,π ππ‘π
π,π
2ππ,π ππ‘π π2 (ππ(π
π,π ))
2
(ππ β π¬π (π‘π ) β π
ππ,π π
)πΎ + π(
(πβπ‘π )2
(ππ β π¬π (π‘π ) β π )
π2 (ππ(π
π,π ))
2
2 (πβπ‘π )2 2
)+
)πΎ +
),
(48)
untuk π β β. Terakhir hitung: πΆππ£(π·π , πΉπ ) π
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
ππ,π π(πβπ‘π )
π,π
2
ππ(ππ,π )
π,π = πΆππ£ (πΜπ (ππ(π
π
+ )
ππ‘π
(π‘π2 β2π‘π π)
π,π
2
π,π = (ππ(π
+ )
2
=(
(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) (ππ(ππ,π ))
β
2
2
=(
(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) (ππ(ππ,π ))
+
2
)(
= π2 (
(ππ(ππ,π ))
2
+
2
=
2
+
2
β
π,π )
) πΆππ£(πΜπ , πΜπ )
π2 ππ(ππ,π )
β
(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2
4
π(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2 π3
2π
) πππ[πΜπ ]
4π
1
) (π2 + π3 + π (π4 ))
4
β
β
4
(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2
β
2 ππ(ππ,π )
πππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π)
))
(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2
ππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π)
β
2
2 ππ(ππ,π )
2 ππ(ππ,π )
+
(πβπ‘π )2
β
ππ,π π(πβπ‘π )(π‘π2 β2π‘π π)
ππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π)
π2 (ππ(ππ,π )) 2πππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π) π3 ππ(π
+
(πβπ‘π )2
2 ππ(ππ,π )
2
2π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π )
β
ππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π)
2
(ππ(ππ,π ))
ππ(ππ,π )
2 ππ(ππ,π )
4π (ππ,π π) π‘π (πβπ‘π )
( π3
ππ,π π(πβπ‘π )
ππ,π ππ‘π (πβπ‘π )2
2
2π (ππ,π π) π‘π (πβπ‘π )
) , πΜπ (
)+
(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2 4
π(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2 2π2
1
) + π (π4 ) 2
+
4π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) π3 (ππ(ππ,π ))
1
+ π (π 4 )
2
(49)
untuk π β β. Substitusi persamaan (46)β(49) pada persamaan (45) sehingga diperoleh πΆππ£(πΆπ , πΈπ ) β πΆππ£(πΆπ , πΉπ ) β πΆππ£(π·π , πΈπ ) + πΆππ£(π·π , πΉπ ) 2
2π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π )
=0β(
(πβπ‘π )2 π2
π2 (ππ(ππ,π ))
2
(π¬π (π‘π ) + π
(πβπ‘π )2 π2 ππ(ππ,π
β
π2 ππ(π
π,π )
π2 ππ(ππ,π )
π‘π2 β2ππ‘π 2
(π¬π (π‘π ) + π )
πππ,π π(πβπ‘π )(π‘π2 β2π‘π π)
πππ,π ππ‘π (πβπ‘π )2
)+
π‘π2 β2ππ‘π 2 2π
+
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 ππ(ππ,π )
2ππ,π π(πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π ))
)πΎ + π(
2
π2 (ππ(ππ,π ))
ππ‘π
π,π + π2 ππ(π
π,π
(π¬π (π‘π ) + π
(π¬π (π‘π ) + π
ππ,π π
π‘π2 β2ππ‘π 2
π‘π2 β2ππ‘π 2
)β
)πΎ β 2
2π(ππ,π π) (πβπ‘π )π‘π
2 )) β (
(ππ β π¬π (π‘π ) β π )
+
(πβπ‘π )2 2
π2 (ππ(ππ,π ))
)+
(π‘π2 β2π‘π π) π2
2
+
(ππ β
47
π¬π (π‘π ) β π
(πβπ‘π )2 2
2ππ,π ππ‘π
)+
π2 (ππ(ππ,π ))
(π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(π
π,π
2
(
π2 (ππ(ππ,π ))
2
+
2
4π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) π3 (ππ(π
π,π ))
2
+
2π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) 2
π2 (ππ(ππ,π )) (πβπ‘π )2 (π¬π (π‘π ) π2 (πβπ‘π )2 π2 ππ(ππ,π
2
+π
πππ,π ππ‘π (πβπ‘π )2 π2 ππ(ππ,π )
π‘π2 β2ππ‘π 2
(π¬π (π‘π ) + π )
πππ,π π(πβπ‘π )(π‘π2 β2π‘π π) π2 ππ(ππ,π ) (πβπ‘ )2 π¬π (π‘π ) β π 2π )
β
)β
π‘π2 β2ππ‘π 2 2π
π,π )
π,π ))
2
π2 ππ(ππ,π
2
2πππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π) π3 ππ(π
π,π )
2
=β
2π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π )) 2ππ,π ππΎ
π2 (ππ(π
=π(
π,π ))
2
2π2
2
π3
2π
π,π + π2 ππ(π
π
π,π
),
untuk π β β. Bukti lengkap.
2
2
)β
2
)+
)πΎ +
2π(ππ,π π) (πβπ‘π )π‘π 2
π2 (ππ(ππ,π )) 2 (πβπ‘π ) (π‘π2 β2π‘π π)
)β
2 (πβπ‘π )2 2
π2
β
(ππ β
)πΎ β 2
ππ,π π
2) +
4π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π )
2π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π ) π2 (ππ(ππ,π ))
π3 (ππ(ππ,π )) 1
2
+
2
+ π (π 4 )
((π¬π (π‘π ) + π )
π‘π2 β2ππ‘π
π‘π2 β2ππ‘π
π‘π2 β2ππ‘π
2
π(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2
((π¬π (π‘π ) + π
1 (ππ(ππ,π ))
2
2
π2 (ππ(ππ,π ))
+
1
+ π (π4 ))
2
ππ,π π
)πΎ + π(
π(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2
β
(π¬π (π‘π ) + π
(ππ β π¬π (π‘π ) β π
(πβπ‘π )2
+
(π¬π (π‘π ) + π
(ππ β π¬π (π‘π ) β π
2ππ,π ππ‘π
(ππ β π¬π (π‘π ) β π )
π2 ππ(ππ,π )
2
)πΎ + π(
ππ‘π
π2 (ππ(π
β
π3
π2 ππ(ππ,π )
π2 (ππ(ππ,π ))
(π‘π2 β2π‘π π)
πππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π)
π(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2
2ππ,π π(πβπ‘π )
2ππ,π π(πβπ‘π )
)) +
2π2
π2 (ππ(ππ,π ))
π,π β π2 ππ(π
β
β
2
)πΎ +
π(π‘π2 β2π‘π π)(πβπ‘π )2
β
π,π )
π3 ππ(ππ,π )
+
2
π2 (ππ(ππ,π ))
πππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π) π2 ππ(π
(πβπ‘π )2
ππ,π π
)πΎ + π(
2πππ,π π(πβπ‘π )(2π‘π2 β3π‘π π)
2
=β
(ππ β π¬π (π‘π ) β π
(πβπ‘π )2
(ππ β π¬π (π‘π ) β π )
2π(ππ,π π) π‘π (πβπ‘π )
2
π‘π2 β2ππ‘π
β ππ‘π ) π + π
2 π2 π‘π 2
β ππ‘π ) π + π
)+π(
π2 π‘π 2
ππ,π π
π2 (ππ(π
π,π ))
)+
2
)
+
48
Lampiran 4: Program Scilab untuk simulasi function [P, S, T]=Penduga(u, n, tau, t) EN = integrate('cos(2*%pi*s/tau)+1+0.001*s','s',0,n); po = grand(u,1,"poi",EN); hbn=floor(n/tau); Trn= n-(hbn*tau); Nt(1,1) = integrate('cos(2*%pi*s/tau)+1+0.001*s','s',0,tau); pot(1,:) = grand(1,u,"poi",Nt(1,1)); pots(1,:)=pot(1,:); potk(1,:)=pot(1,:); for k=2:hbn Nt(k,1) = integrate('cos(2*%pi*s/tau)+1+0.001*s','s',(k-1)*tau,k*tau); pot(k,:) = grand(1,u,"poi",Nt(k,1)); potk(k,:)=pot(k,:)/k; pots(k,:)=pots(k-1,:)+potk(k,:); end for iu=1:u xn = grand(po(iu,1), 1, "exp", 5); MiuDU(iu,1)=sum(xn)/po(iu,1); ADU(iu,1) = (2*po(iu,1))/(n^2); Teki(iu,1)=(pots(hbn,iu))/(tau*log(hbn)); Teka(iu,1)= ADU(iu,1)*((hbn*tau/log(hbn)) - (tau/2)); TetaDU(iu,1)=Teki(iu,1)-Teka(iu,1); end T=(0:0.1:t)'; nT=length(T); for it=1:nT hbt(it,1)=floor(T(it,1)/tau); Tr(it,1)=T(it,1)-(hbt(it,1)*tau); Nl(1,1) = integrate('cos(2*%pi*s/tau)+1+0.001*s','s',0,Tr(it,1)); pol(1,:)= grand(1,u,"poi",Nl(1,1));pols(1,:)=pol(1,:);polk(1,:)=pol(1,:); for k=2:hbn Nl(k,1) = integrate('cos(2*%pi*s/tau)+1+0.001*s','s',(k-1)*tau,(k1)*tau+Tr(it,1)); pol(k,:)= grand(1,u,"poi",Nl(k,1)); polk(k,:)=pol(k,:)/k; pols(k,:)=pols(k-1,:)+polk(k,:); end for iu=1:u Laki(it,iu)=pols(hbn,iu)/(log(hbn)); Laka(it,iu)= ADU(iu,1)*((hbn*tau*Tr(it,1)/(log(hbn)))+ ((Tr(it,1)*Tr(it,1))(2*tau*Tr(it,1)))/2); LamdaDtu(it,iu)=Laki(it,iu)-Laka(it,iu); PsiDtu(it,iu)=((hbt(it,1)*tau*TetaDU(iu,1))+LamdaDtu(it,iu)+(ADU(iu,1)*(T( it,1)^2)/2))*MiuDU(iu,1); end end Teta=integrate('cos(2*%pi*s/tau)+1','s',0,tau)/tau;A=0.001;Miu=5; for it=1:nT Lakit(it,1)=mean(Laki(it,:)); Lakat(it,1)=mean(Laka(it,:)); LamdaDut(it,1)=mean(LamdaDtu(it,:)); PsiDut(it,1)=mean(PsiDtu(it,:));
49
Lamdat(it,1)=integrate('cos(2*%pi*s/tau)+1','s',0,Tr(it,1)); Psit(it,1)=(hbt(it,1)*tau*Teta+Lamdat(it,1)+(A*(T(it,1)^2)/2))*Miu; BiPt(it,1)=PsiDut(it,1)-Psit(it,1); BiLt(it,1)=LamdaDut(it,1)-Lamdat(it,1); RaPt(it,1)=variance(PsiDtu(it,:)); RaLt(it,1)=variance(LamdaDtu(it,:)); end MiuD=mean(MiuDU); AD=mean(ADU); TetaD=mean(TetaDU); LamdaDU=LamdaDtu(nT,:); Lamda=Lamdat(nT,1);LamdaD=mean(LamdaDU); PsiDU=PsiDtu(nT,:); Psi=Psit(nT,1); PsiD=mean(PsiDU); BiP=PsiD-Psi; BiT=TetaD-Teta; BiL=LamdaD-Lamda; BiA=AD-A; RaP=variance(PsiDU);RaT=variance(TetaDU);RaL=variance(LamdaDU); RaA=variance(ADU); Bi=[BiP BiT BiL BiA]; Ra=[RaP RaT RaL RaA]; P=[Psi Teta Lamda A Miu;PsiD TetaD LamdaD AD MiuD]; S=[Bi; Ra]; T=[T Psit PsiDut Lamdat LamdaDut BiPt RaPt BiLt RaLt]; endfunction
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Maret 1992 dari pasangan bapak (alm) Kasiman Prapto Hartono dan ibu I Gusti Ayu Akrini. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2014 penulis lulus sebagai sarjana sains dari Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan pada tahun yang sama secara resmi diterima di Program Studi S-2 Matematika Terapan (MAT), namun telah mengikuti kegiatan perkuliahan di S-2 MAT sejak September 2013 melalui program sinergi S-2 IPB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Pengantar Riset Operasi (S-1) pada semester ganjil 2013-2014, asisten mata kuliah Pemodelan Matematika (S-1) pada semester genap 2013-2014 dan asisten mata kuliah Kalkulus 2 (S-1) pada semester ganjil 2014-2015. Penulis mendapatkan beasiswa PPA dari IPB pada semester ganjil tahun akademik 2013-2014 dan mendapatkan beasiswa fresh graduate dari DIKTI pada semester ganjil tahun akademik 2014-2015 sampai penulis lulus di SPs IPB. Penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Penulis pernah memegang amanah sebagai Staf Departemen Akademik Gugus Mahasiswa Pascasarjana Matematika (Gumapastika) tahun 2015. Penulis aktif di kegiatan kepanitian, Ketua Panitia Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Matematika dan Musyawarah Tahunan IKAHIMATIKA 2013. Kegiatan yang pernah yang penulis ikuti adalah Seminar Aktuaris: βRise Up Actuariesβ yang diselenggarakan oleh Persatuan Aktuaris Indonesia pada tanggal 18 September 2014 di Universitas Brawijaya Malang, IPB Mathematics Challenge: βBe Successful in Financial Mathematicsβ pada tanggal 28 September 2014 dan IPB Mathematics Challenge: βFace this sophisticated world world with mathematicsβ pada tanggal 5β6 Oktober 2013 yang diadakan oleh Gugus Mahasiswa Matematika (Gumatika) IPB. Penulis berkesempatan mengikuti Actuaries Internship Program (AIP) di tim Aktuaris Syariah pada tanggal 25 Mei β 28 Agustus 2015 yang diselenggarakan oleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. Sebagian hasil penelitian ini sedang dalam proses review di jurnal internasional, Arab Journal of Mathematical Science (AJMS).