Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
PENDAHULUAN TEKNOLOGI, KESELAMATAN DAN JAMINAN MUTU PETSCAN1 Oleh: Yerri Noer Kartiko2 dan Reno Alamsyah3
ABSTRAK Pendahuluan Teknologi, Keselamatan dan Jaminan Mutu PETScan. Telah dilakukan suatu pengkajian awal tentang teknologi, keselamatan dan jaminan mutu PETScan untuk mengantisipasi masuknya teknologi ini ke Indonesia. Sistem yang termasuk kedokteran nuklir ini sangat bermanfaat dalam bidang onkologi, neurologi, kardiologi, neuropsychology/cognitive neoroscience, psikiatri dan farmakologi. Dalam hal keselamatan, dibahas halhal yang perlu diperhatikan untuk menjamin keselamatan bagi pasien, pekerja radiasi dan masyarakat umum serta perlindungan terhadap lingkungan hidup. Aspekaspek administratif, klinik dan fisik juga dibahas dalam program jaminan mutu yang harus ditetapkan dan dilaksanakan selama pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning fasilitas. Disimpulkan bahwa teknologi ini sangat bermanfaat, selain memiliki risiko tertentu, dan terus berkembang, sehingga masalah keselamatan dan mutu tetap harus diperhatikan. Disarankan pula agar Badan Pengawas segera melakukan pengkajian yang lebih komprehensif untuk mengembangkan sistem pengaturan, perizinan dan inspeksi yang relevan, termasuk evaluasi keselamatan desain (ketebalan dinding dan perisai) fasilitas PETScan.
ABSTRACT An Introduction to Technology, Safety and Quality Assurance of PETScan. An introductory assessment of technology, safety and quality assurance of PETScan has been carried out to anticipate the introduction of this technology in Indonesia. The system which is part of nuclear medicine is very useful in the field of oncology, neurology, cardiology, neuropsychology/cognitive neuroscience, psychiatry and pharmacology. On the safety issue, this paper discusses measures to be taken in order to ensure the safety of patients, radiation workers, public and protection to the environment. Administrative, clinical and physical aspects are also discussed in quality assurance program, that has to be established and implemented during the development, operation and decommissioning of a nuclear medicine facility. It was concluded that this technology is very useful, while it’s also contain a certain risk, and will continue to be developed, hence the safety and quality issues has always be considered. The paper also suggest the Regulatory Body to perform a more comprehensive assessment in order to develop regulation and guides, and relevant authorization and inspection system, including the safety evaluation of (wall and shielding thickness of) PETScan facility design.
.Disampaikan pada Seminar Keselamatan Nuklir, BAPETEN, Jakarta, Agustus 2006 1 .Yerri Noer Kartiko, ST., Staf Sub Direktorat Jaminan Mutu 2 ,Reno Alamsyah, Drs., MS., Kepala Sub Direktorat Jaminan Mutu 3 .Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir, BAPETEN
397
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
I. PENDAHULUAN Untuk mengantisipasi masuknya teknologi Positron Emission Tomography – Scan (PETScan) di Indonesia, adalah sangat penting bagi Badan Pengawas untuk melakukan beberapa pengkajian. Seperti diketahui, PETScan merupakan teknik non invasif yang memanfaatkan zat radioaktif untuk mendapatkan informasi medik mengenai organ/jaringan untuk keperluan diagnosis. Dengan demikian, prinsip kerja, keselamatan dan mutu adalah aspekaspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pengembangan pengawasan Badan Pengawas atas teknik diagnosis mutakhir dalam kedokteran nuklir ini. Pada tahun 1970an, PET hanya digunakan sebatas alat penelitian. Kemudian, pada tahun 1980an teknologi PET mengalami perkembangan, yang ditandai dengan perubahan dari sistem koinsidensi digital ke sistem pencitraan tiga dimensi. Meskipun penyebarannya belum luas, PET mulai digunakan sebagai metode pencitraan medik di rumah sakit. Dengan mulai digunakannya bahan detektor baru yang lebih sensitif, pada akhir tahun 1990an teknologi PET semakin berkembang dengan pesat. Pada tahun 2000, untuk pertama kalinya PET/CTScan diperkenalkan. Studistudi menunjukan bahwa perkembangan teknologi PET ini mendukung diagnosis yang lebih tepat, mutu hasil pencitraan yang lebih baik dan mempersingkat waktu pengobatan. [1] Makalah ini menyajikan pengetahuan dasar teknologi PET, antara lain mengenai prinsip kerja, aplikasi, keuntungan dan risiko, keterbatasan, keselamatan radiasi, perkembangan teknologi dan peralatan khusus PET, serta unjuk kerja. Metode dalam penyusunan makalah ini adalah dengan melakukan pengkajian pustaka. Diharapkan makalah ini dapat menjadi masukan dalam pengembangan pengawasan BAPETEN dalam bidang kedokteran nuklir.
II. PRINSIP KERJA PET bekerja berdasarkan fenomena anilihilasi dari partikel positron (β+) yang bertemu dengan partikel beta/elektron (β). Positron yang dipancarkan suatu radionuklida yang digunakan dalam PET bergerak melewati jaringan tubuh, mendisipasikan energi kinetiknya, menangkap elektron kemudian membentuk atom positronium. Pada peristiwa ini dihasilkan 2 foton, yang masingmasing berenergi 511 keV, hampir collinear, dan bergerak berlawanan arah 180o.
398
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Gambar1. Peristiwa anihilasi dalam PET Untuk pemeriksaan PET, digunakan radionuklida yang berumur paro (T1/2) pendek. Hal ini merupakan prinsip keselamatan yang paling awal. Radionuklida yang digunakan bergantung pada jenis organ yang menjadi subyek diagnosis (Lihat Bab III). Zat radioaktif tersebut dicampur dengan molekul aktif metabolik (air, glukosa atau ammonia), kemudian disuntikan ke dalam tubuh pasien, biasanya melalui bagian tangan. Setelah disuntik, tubuh pasien didiamkan selama selang waktu (waiting period) tertentu, sekitar 3090 menit, yang diperlukan agar radionuklida mencapai dan terdeposit (uptake) secara merata pada organ yang dituju, untuk akhirnya menghasilkan fotonfoton anihilasi. Setelah itu tubuh pasien ditempatkan dalam pemindai citra (imaging scanner).
Gambar2. Tubuh pasien ditempatkan pada imaging scanner Peralatan peminai citra ini terdiri atas deretan detektor sintilasi, yang disusun sedemikian rupa seperti terlihat pada Gambar3. Sistem ini akan mendeteksi fotonfoton hasil anihilasi yang selalu terpancar saling berlawanan arah atau dengan sudut 180 o,
399
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
sehingga memudahkan untuk menentukan letak sumbernya. Sumber foton berada pada garis lintasan fotonfoton ini.
Coincidence Processing Unit Ring Detektor Detektor Blok
Foto Multiplier Kristal Sintilator
Computer System for Image Reconstruction
Gambar3. Peralatan Pemindai Citra Setelah jumlah data foton terkumpul cukup sesuai dengan rentang waktu yang ditentukan, yaitu sekitar 3045 menit, data akan dikoreksi dengan efisiensi detektor, waktu mati sistem, koinsidensi random, penyebaran, penyerapan dan ketakseragaman pencuplikan. Kemudian komputer akan mengkonversi dan merekonstruksi dengan filtered backprojection atau dengan cara aljabar. Hasil konversi dan rekonstruksi ini diolah secara statistika dan ditampilkan sebagai gambar/peta organ. Proyeksi tiga dimensi dihasilkan dari berbagai sudut yang berbeda. Tampilan tiga dimensi lebih memudahkan untuk mendiagnosis abnormalitas organ. Perbedaan warna atau tingkat kecerahan pada gambar PET menunjukan tingkat fungsi organ atau jaringan yang dimaksud. Kemudian radionuklida yang ada dalam tubuh pasien secara metabolisme akan disekresikan ke luar tubuh dalam selang waktu antara 6 sampai dengan 24 jam. PETScan mampu mendeteksi daerah biologi molekular, termasuk perubahan anatominya. Pendeteksian ini dilakukan menggunakan molekul radiolabel yang memiliki laju uptake yang berbedabeda, tergantung pada jenis organnya. PETScan dapat memvisualisasi dan mengkuantifikasi perubahan aliran darah dalam struktur anatomi/organ yang berlainan. Sebagai contoh: jaringan tubuh yang sehat menggunakan
400
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
glukosa sebagai energi, sedangkan jaringan tubuh yang menderita kanker menggunakan glukosa lebih banyak, sehingga gambar jaringan tubuh ini akan terlihat lebih terang. Pemeriksaan PET menggunakan radionuklida dengan umur paro sebagaimana tercantum pada Tabel1. Karena umur paronya pendek, radionuklida ini biasanya diproduksi dengan menggunakan siklotron, yang untuk tujuan efektivitas maupun efisiensi ditempatkan berdekatan dengan fasilitas. Tabel1. Jenis radionuklida yang digunakan untuk PET
Nuklida
Waktu Paro
Mode
Energi Maksimum
Emisi Foton
Peluruhan
Positron (MeV)
(keV)
C
20,4 menit
β+
0,96
511
N
10,0 menit
β+
1,19
511
O
2,03 menit
β+
1,72
511
F
109,8 menit
β+, EC
0,635
511
Cu
12,7 jam
β , β+, EC
0,65
511, 1346
Ga
68,3 menit
β+, EC
1,9
Rb
76 detik
β+, EC
3,35; 2,57
511, 776
I
4,2 hari
β+, EC
1,54; 2,17
511, 603,1693
11
13 15
18 64 68
82
124
511
Unjuk mendapatkan unjuk kerja/gambar yang terbaik, disarankan menggunakan pemindai yang khusus ditujukan untuk PET (PET imaging scanner). Namun demikian, dimungkinkan untuk kamera gamma konvensional dualhead yang dilengkapi dengan detektor coincidence. Gambar yang diperoleh dengan menggunakan kamera gamma memiliki mutu dan tingkat ketepatan yang lebih rendah. [2]
III. Aplikasi 3.1 Bidang Onkologi PETScan yang menggunakan radionuklida F18 (fluorodeoxyglucose/FDG, FDG PET) telah banyak digunakan dalam bidang onkologi. Radionuklida ini merupakan jenis glukosa analog yang diserap oleh sel, mengalami proses phosphorylasi oleh enzim hexokinase, serta akan ditahan (retained) oleh jaringan tubuh. Jaringan yang akan menahan radionuklida ini memiliki aktivitas metabolik tinggi, seperti: payudara, paruparu, usus, prostat, otak, hati, dan kebanyakan jenis tumor ganas. Gambar yang diperoleh digunakan untuk: diagnosis, penentuan stadium (staging), penentuan penyebaran, pemantauan pengobatan penyakit kanker, khususnya penyakit Hodgkin, lymphoma non
401
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Hodgkin, dan kanker paruparu. Untuk penyakit tumor stadium awal, pemeriksaan PET Scan lebih sensitif daripada CTScan atau MRI. Selain itu, PETScan dapat membantu dalam menentukan kategori tumor sebagai penyakit kanker (malignant) atau bukan penyakit kanker (benign). Secara praktis, hampir sekitar 90% pemeriksaan PETScan ditujukan untuk bidang ini. 3.2 Bidang Neorologi Prinsip kerja neuroimaging PET berdasarkan atas asumsi bahwa daerah tubuh yang memiliki radioaktivitas tinggi akan terkait dengan aktivitas otak. Pemeriksaan ini mengukur secara tidak langsung laju aliran darah aktual ke lokasi yang berbedabeda di otak. Jenis radionuklida yang digunakan pada aplikasi ini adalah O15. Untuk keperluan di bidang ini, telah diproduksi beberapa molekul aktif/radiotracer yang merupakan ligands untuk subtipe neuroreceptor tertentu (contoh: dopamine D2, serotonin 5HT1A) atau enzim substrates (contoh: 6FDOPA untuk enzim AADC). Agenagen kimia ini memungkinkan visualisasi neuroreceptor dalam konteks plurality of neuropsychiatric dan penyakit neurologik. Teknik ini dapat digunakan untuk menemukan focus area (daerah yang memiliki metabolisme tinggi atau mengalami pengurangan konsumsi oksigen dan darah) di otak. Pendeteksian focus area di otak akan memudahkan untuk mendiagnosis penyakit epilepsi. Selain itu, dapat digunakan untuk memeriksa aktivitas metabolic otak. Hasil pemeriksaan digunakan untuk mendiagnosis system disordes jaringan syaraf, seperti penyakit alzheimer, parkinson, transient aschemic attack, amyothropic lateral sclerosis (ALS), huntington, stroke dan schizophrenia. Untuk Stroke, PET akan mengindikasikan bahwa terjadinya penurunan penggunaan oksigen dan aliran darah di otak. 3.3 Bidang Kardiologi Dalam bidang kardiologi, FDGPET dapat mengidentifikasi hybernating myocardium. Selain itu dapat membantu dalam penentuan berkurangnya aliran /tersumbatnya pembuluh darah ke jantung. Hal ini diindikasikan dengan adanya peningkatan metabolisme glukosa. Pasien dengan gejala ini didiagnosis menderita coronary artery disease (CAD). Untuk meningkatkan ketepatan diagnosis, biasanya pemeriksaan PETScan dikombinasikan dengan pengujian cardiac stress. PETScan dapat digunakan juga untuk mendiagnosis serangan jantung pada stadium awal. Diagnosis ini dilakukan dengan cara mengamati perbedaan antara jantung yang sehat dan jantung yang rusak. Metode yang umumnya digunakan adalah Single Photon
402
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Emission Computed Tomography (SPECT). Untuk penderita penyakit jantung, PETScan dapat membantu menentukan jenis pengobatan yang terbaik. Contoh: PETScan menunjukan bahwa aliran darah ke jantung berkurang, namun metabolisme jantung tidak terpengaruh. Gejala ini berarti sebenarnya jaringan jantung tidak mati. Dari gejala ini, dapat direkomendasikan bahwa pasien yang bersangkutan harus mengalami artery bypass surgery. 3.4 Bidang Neuropsychology/Cognitive Neoroscience Dalam bidang ini, PET Scan digunakan untuk memeriksa keterkaitan antara proses psikologi tertentu atau kesalahan fungsi/aktivitas otak. 3.5 Bidang Psikiatri Sebagaimana diketahui, radionuklida C11 dan F18 merupakan ikatan kimia yang secara selektif terikat dengan neuroreceptor. Radioligands yang terikat pada dopamine receptor (D1, D2, reuptake transporter), serotonin receptor (5HT1A, 5HT2A, reuptake transporter), opioid receptor (mu) dan tempat lainnya telah banyak digunakan pada manusia. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis kegagalan fungsi syaraf. seperti: substanse abuse, mood disorders dan beberapa jenis penyakit psikiatrik lainnya. 3.6 Bidang Farmakologi Dalam uji coba pra klinikal (preclinical trials), beberapa radionuklida disuntikan kepada binatang. Dengan menggunakan PET Scan, laju penyerapan sampel dan organ sasarannya dapat dipantau dengan mudah dan akurat. Sehingga, metode ini jelas lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan teknik konvensional, yaitu dengan membedah hewan untuk mendapatkan informasi yang sama.
IV. KEUNTUNGAN, RISIKO DAN KETERBATASAN Penggunaan PETScan dalam bidang medik memiliki beberapa keuntungan, risiko dan keterbatasan, antara lain: a. PETScan dapat membantu mempelajari fungsi jaringan atau organ dalam tubuh dengan cara yang relatif lebih mudah. Kemudahan ini dapat mempercepat diagnosis melalui perubahan biokimia jaringan;
403
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
b. Karena radionuklida yang digunakan berumur paro pendek, maka paparan radiasinya rendah. Jumlah radionuklida yang dimasukan dalam tubuh juga relatif sedikit, sehingga tidak mengganggu proses normal dalam tubuh; c.
Untuk wanita hamil, radionuklida yang dimasukan ke dalam tubuhnya dapat memberikan paparan pada janin. Dengan demikian, pemeriksaan PET tidak dianjurkan untuk wanita hamil; dan
d. Untuk wanita menyusui, sebelum menjalani pemeriksaan PET disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. e. PET dapat saja memberikan hasil yang keliru. Kekeliruan ini disebabkan oleh keseimbangan kimia tubuh pasien yang tidak normal. Contoh: hasil pemeriksaan PET bagi pasien diabetes atau pasien yang telah makan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dapat mengurangi ketepatan hasil, karena ketidakseimbangan tingkat gula/insulin dalam darah. Konsumsi kafein, tembakau, atau alkohol yang dilakukan 24 jam sebelum pemeriksaan juga akan menurunkan ketepatan hasil PETScan pada otak. f.
Karena radionuklida yang digunakan berumur paro pendek, sehingga waktu efektif penggunaannya singkat. Radionuklida ini harus diproduksi di laboratorium yang berdekatan dengan fasilitas pemeriksaan. Hal yang harus diperhatikan adalah kesesuaian jadwal antara produksi/ pengiriman radionuklida dan pelaksanaan pemeriksaan PET.
V. ASPEK KESELAMATAN Meskipun radionuklida yang digunakan dalam PETScan berumur paro pendek, hal tersebut tetap akan memberikan dampak pada sel atau jaringan tubuh pasien. Bagian tubuh tempat disuntikannya radionuklida biasanya mengalami soreness atau swelling. Untuk mengatasi gejala ini, pada bagian tubuh tersebut dioleskan pelembab atau dikompres dengan air hangat. Radionuklida yang di masukan ke dalam tubuh menimbulkan 2 foton yang berenergi masingmasing 511 keV. Hal ini dapat memungkinkan untuk menimbulkan foton gamma lain dari proses peluruhan. Selain itu dapat pula menimbulkan radiasi bremsstrahlung karena perlambatam positron. Perlambatan ini disebabkan oleh interaksi positron dengan material. Material yang dikandung dalam tubuh memiliki nomor atom (Z) yang rendah seperti air dan jaringan lunak lainnya.
404
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Radionuklida F18 memiliki energi positron yang paling rendah, sehingga pada keadaan tertentu akan menimbulkan jumlah radiasi bremsstrahlung yang paling rendah juga. Radionuklida Rb82 memiliki energi positron yang paling tinggi (3,15 MeV) yang juga memiliki foton gamma lain (9 % pada energi 777 keV). Dosis radiasi total yang diterima oleh pasien adalah sekitar 7 mSv. Pada saat radionuklida dimasukan ke dalam tubuh pasien, maka pasien tersebut telah merupakan sumber radiasi baru bagi pekerja di Rumah Sakit atau masyarakat umum. Contoh pasien yang mengalami pemeriksaan FDG untuk anterior thorax, setelah terkoreksi dengan umur paro fisika, laju paparan pada jarak 1 meter dari tubuh pasien adalah 0,055 s.d. 0,150 µSv/jam/MBq. Dalam penelitian yang dilakukan oleh McElroy [], pekerja radiasi menerima paparan radiasi pada saat persiapan, pemindahan, menentukan posisi pasien dalam PETScanner. Selama rangkaian kegiatan tersebut, untuk menangani satu pasien pekerja radiasi menerima dosis radiasi sebesar 9,3 µSv; dan 0,018 µSv/MBq untuk setiap kegiatan pemasukan radionuklida ke dalam tubuh pasien. Dengan demikian, dalam kajian keselamatan ini, catatancatatan yang harus kita perhatikan adalah sbb: a. Untuk keperluan keselamatan pasien, maka hal yang terpenting adalah aspek klinik dalam menentukan jenis radioaktif dan dosisnya, serta pengkondisian pasien sebelum dan selama pengobatan. Aspek fisik juga diperlukan dalam memastikan kemurnian dan dosis radionuklida serta pencampuran dengan molekul aktif metabolik yang akan digunakan;
b. Sebagaimana dalam kedokteran nuklir pada umumnya, untuk keselamatan pekerja radiasi jelas bahwa pengaturan jarak, penggunaan waktu dan perisai dari pasien yang telah mendapatkan radionuklida adalah metode yang dapat mengoptimalkan penerimaan radiasi bagi pekerja radiasi itu sendiri. Hal lain yang perlu diperhatikan pula adalah pencegahan tertumpahnya cairan radionuklida dan penggunaan cerobong asap. Dengan demikian, pekerja radiasi di sini wajib menggunakan monitor personal yang tidak langsung (TLD atau Film Badge) maupun yang langsung (dosimeter saku mekanik atau digital).
c. Keselamatan untuk masyarakat umum harus dijamin dengan sistem dan prosedur yang memisahkan antara pasien yang telah mendapat radionuklida dengan masyarakat umum. Catatan: Hal ini juga penting bagi keselamatan pekerja radiasi. Penataan ruang dan ketebalan dinding ruang siklotron atau hotcell, ruang tunggu pasien setelah diberi radionuklida sebelum dipindai (quiet room) dan ruang pengobatan merupakan hal yang tidak terlalu sederhana. Hal ini
405
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
karena, referensi yang umum digunakan untuk penetuan ketebalan dinding, yaitu NCRP No 49,4 hanya digunakan untuk sumber kernel titik atau narrow beam. Padahal, dalam kedokteran nuklir, tubuh pasien merupakan ”sumber” itu sendiri, dengan demikian merupakan broad beam. Energi tinggi (511 keV) foton anihilasi juga menghasilkan faktor pertumbuhan (buildup) yang tidak dapat diabaikan. Data NCRP No 147 dalam hal ini dapat digunakan untuk menentukan faktor okupansi. AAPM (American Association of Physicist in Medicine) barubaru ini juga menerbitkan draft pedoman untuk penentuan ketebalan perisan fasilitas PET.5
d. Perlindungan terhadap lingkungan hidup dalam kedokteran nuklir pada umumnya dilakukan dengan penyimpanan sementara ebelum pembuangan akhir (delay and decay method) atas sekresi pasien yang telah menerima radionuklida selama perlakuan dan barangbarang lain, seperti jarum suntik, yang diduga terkontaminasi. Hal ini harus pula dipertimbangkan dalam desain fasilitas.
VI. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PETSCAN Pada akhir sekitar tahun 1990an, dengan ditemukannya bahan detektor yang dapat dipasang pada PETScanner membawa perkembangan yang cukup signifikan terhadap ketepatan diagnosis dan mutu hasil pencitraan, sekaligus memperpendek waktu pemindaian. PET/CTScanner untuk pertama kali dikenalkan pada tahun 2000, model ini mengintegrasikan PET dan CT ke dalam satu perangkat. Teknologi ini memungkinkan untuk mendapatkan data anatomi dan biologi (metabolis) sekaligus. Gambar hasil PET/CT Scan ini dapat memberikan informasi diagnostik yang lebih komprehensiv dan lebih tepat. Peningkatan penggunaan teknologi jenis ini karena PET/CT Scan memiliki kelebihan, antara lain: dapat mendiagnosis lebih awal, akurasi penentuan tingkat keparahan dan lokalisasi tumor dan ketepatan pemantauan dan pengobatan. PETScan secara simultan mendeteksi sel kanker aktif, menunjukan gambar perubahan miniscule, struktur anatomi dan fungsinya. Sedangkan CTScan memberikan informasi yang lengkap dan rinci mengenai lokasi, ukuran dan bentuk sel kanker. Dalam praktiknya, PETscanning dan CTscanning dilakukan pada saat bersamaan. Dapat
National Council on Radiation Protection and Measurements. “Structural Shielding Designand 4 Evaluation for Medical Use of XRays and GammaRaysof Energies up to 10 MeV,” Bethesda, .MD: 1976 ,Untuk pengkajian lebih lanjut, lihat a.l.: Robert L. Metzger, “Shielding Design or PET Facilities 5 .___ ,___
406
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
diilustrasikan secara singkat, bahwa luka yang kecil akan dideteksi oleh PET, sementara itu lokasinya akan ditentukan oleh CT. CT scan, sebagaimana diketahui, akan memberikan paparan radiasi kepada tubuh pasien. intensitas radiasi setelah melewati tubuh pasien diukur menggungkan detektor. Secara algoritma, komputer akan melakukan proses perhitungan untuk menggambarkan struktur organ tubuh. Dari segi metabolis, sebagaimana telah dibahas sebelumnya, laju konsumsi gula pada organ aktif atau tumor adalah tinggi. Komputer akan mengkonversikan foton gamma anihilasi menjadi sebuah gambar, yang menunjukan metabolic hotspot—yang sering digunakan sebagai indikasi pertumbuhan kanker. Dengan hasil pencitraan bermutu yang dihasilkan oleh PET/CT Scan, pasien berkesempatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik, terhindar dari beberapa prosedur pengobatan yang mungkin tidak diperlukan. PET/CT Scan dapat juga mendeteksi sedini mungkin mengenai terjangkitnya kembali penyakit kanker atau tumor yang mungkin tertutup oleh bekas luka jaringan akibat pembedahan atau radioterapi. Hingga saat ini, perangkat PET/CT Scan terdiri atas kamera hibrida, partial ring scanner, fixed fullring scanners, dan PET/CT scanner. Jenis perangkat yang dipasang dapat menentukan jumlah radioaktif yang harus dimasukkan ke dalam tubuh pasien, waktu yang diperlukan untuk melakukan scanning, dan total workload dari ruangan. Kamera hibrida yang digunakan adalah multihead, NaI(Tl)berbasis kamera gamma yang telah dilengkapi dengan sirkuit koinsiden untuk mengakuisisi PET. Medan pandang aksial yang luas dan kemampuan hitung laju cacah yang dimilikinya dapat mengurangi jumlah sumber radioaktif yang digunakan. Scanner yang dipasang menggunakan detektor khusus dan sirkuit koinsiden yang telah dioptimasi untuk PET scan. Kebanyakan dari perangkat ini menempatkan detektor di seluruh lingkarannya. Namun demikian, ada juga beberapa yang menggunakan detektor secara partialring yang kemudian berputar untuk mendapatkan proyeksi tubuh pasien yang diinginkan. Sumbu aksial yang pada umumnya digunakan dalam perangkat ini adalah 15 cm. Kristal sintilasi yang dipasang pada scanner biasanya Bismuth Garmanate (BGO). Bahan lain yang lebih baru lagi Lutetium Oxyorthosilicate (LSO) dan Germanium Oxyorthosilicate (GSO). Tabel2. Perbandingan antara bahan detektor BGO dan LSO [4].
Aktivitas
PET/CT, Bahan
PET/CT, Bahan
Detektor BGO 370
Detektor LSO 555
407
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
radionuklida yang disuntikan (MBq) Waktu scan (menit)
31
19
LSO memiliki keluaran cahaya tampak yang lebih tinggi untuk setiap interaksi foton dibandingkan dengan BGO. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi waktu scan dan mereduksi noise pada gambar.
VII. PERANGKAT KHUSUS Beberapa vendor atau pemasok telah menyediakan perangkatperangkat khusus lain yang digunakan untuk kendali mutu dan mengurangi besarnya paparan radiasi pada pekerja radiasi. Perangkat khusus ini antara lain berupa: a. Kalibrator dosis dengan perisai timbal tebal;
b. Wellcounter dengan perisai eksternal untuk mengurangi nilai cacah latar; c.
Suntikan yang dilengkapi dengan perisai tungsten;
d. Suntikan yang dapat dioeprasikan pada jarak jauh; e. Perisai timbal tambahan; dan f.
Konteiner suntikan dengan yang diberi perisai.
VIII. PROGRAM JAMINAN MUTU Untuk mendapatkan citra diagnostik yang opimal dengan dosis yang minimal, mencegah pengulangan pencitraan dan terutama untuk keselamatan maka adalah penting bagi Badan Pengawas untuk mewajibkan pengusaha instalasi PET menyusun dan melaksanakan suatu program jaminan mutu, mulai dari konstruksi hingga pengoperasian dan dekomisioning. Hal ini sesuai pula dengan Pasal 26 Peraturan Pemerintah No 63 tahun 2000 tentang Kesehatan dan Keselamatan dalam Pemanfaatan Radiasi Pengion. Secara administratif, dokumen PJM dapat disusun berdasarkan Sistem Manajemen Mutu, ISO 90012000 yang telah diadopsi menjadi SNI 1990012001, atau berdasarkan dokumen IAEA GSR3 (Maret, 2006) ”Management System for Facilities and Activities” dan dokumen turunannya dalam pemanfaatan zat radioaktif.
408
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Aspek klinik dari PJM berkaitan dengan diagnose awal dan penentuan pemberian farmaka radionuklida. Pertimbangan risiko dan keuntungan klinis pada seorang pasien harus dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran nuklir. Dalam pembahasan aspek fisik, PJM harus pula mencakup prosedur pengujian berkala, yang dimaksudkan untuk memperoleh cukup keyakinan bahwa pemeriksaan dilakukan secara memuaskan. Program ini juga harus dikaji ulang secara berkala setahun sekali. Selain itu, kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan mutu, pendidikan dan pelatihan, infection control dan keselamatan juga harus ditetapkan. Uji unjuk kerja awal harus dilakukan setelah instalasi, sebelum digunakan. Uji ini lebih komprehensif dibandingkan dengan unjuk kerja berkala. Prosedur kerja yang harus tersedia minimal adalah prosedur kerja yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat. Kendali mutu secara khusus dilakukan untuk attenuation blanks, detector operation, dan beberapa normalization scan yang diperlukan. Beberapa hal di bawah ini direkomendasikan untuk dievaluasi secara berkala setahun sekali, yaitu:
a. Inplane spatial resolution; b. Unjuk kerja laju cacah termasuk faktor koreksi laju cacah yang hilang.
c.
•
Waktu mati (dead time) sistem;
•
Laju cacah versus aktivitas:
i.
Prompt coincidences,
ii.
Random coincidences,
iii.
Background coincidences, dan
iv.
Net true coincidences;
Sensitivitas (cps/MBq/ml) baik untuk 2 dimensi maupun 3 dimensi;
d. Uniformity; e. Akurasi kalibrasi attenuationcorrection; f. Linearity of bed motion; g. Reproducibility of transmission rod motion (extension dan retraction); h. Reproducibility of lead septa motion (extension dan retraction); i. Image contrast dan uji keseluruhan sistem (phantom scan); j.
Maximum coscan range;
k. Maximum patient weight; dan l.
Patient port diameter.
409
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Dengan pembahasan tersebut di atas, maka beberapa hal terpenting dalam penetapan dan pelaksanaan PJM adalah sbb:
1. Tekad atau komitmen manajemen puncak, seluruh jajaran manajemen dan staf yang terlibat untuk terus meningkatkan mutu dan keselamatan. PJM juga harus difokuskan pada kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder), yaitu setiap orang atau badan yang memiliki kepentingan atas kinerja suatu failitas PET Scan; 2. Kualifikasi dan rekualifikasi personil yang terlibat, yaitu: dokter spesialis kedokteran nuklir, fisikawan medik dan dosimerist yang dapat merangkap sebagai petugas kendali mutu, perawat kesehatan, pemelihara peralatan, Petugas Proteksi Radiasi, maupun staf administrasi; 3. Sarana dan prasarana PETScan, termasuk semua peralatan proteksi radiasi yang dibutuhkan, serta perawatan dan kalibrasinya; dan
4. Sistem dokumentasi, termasuk prosedur dan instruksi kerja untuk pengoperasian, perawatan, uji kendali mutu, pengaturan administrasi pasien, maupun kesiapsiagaan dan kedaruratan nuklir. Sistem dokumentasi juga harus menjamin rekaman penting, seperti rekam medik pasien, terjaga dengan baik.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN Dari pemaparan di atas, beberapa kesimpulan penting dapat diambil:
1. Teknologi PET atau PET/CTScan sangat bermanfaat dalam diagnostik di bidang onkologi, neurologi, kardiologi, neuropsychology/cognitive neoroscience, psikiatri dan farmakologi; 2. Perkembangan teknologi PET atau PET/CTScan terlihat nyata dan berkemungkinan besar untuk terus berkembang. Perkembangan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pencitraan dengan tetap memperhatikan keselamatan radiasi bagi pasien, pekerja radiasi, masyarakat umum dan perlindungan terhadap lingkungan hidup; dan 3. Adalah mutlak untuk menetapkan dan menerapkan PJM yang meliputi aspek administratif, klinik dan fisik dalam pembangunan, pengoperasian maupun dekomisioning suatu fasilitas PETScan, Untuk mengantisipasi masuknya teknologi PETScan di Indonesia, penulis mengajukan dua saran sbb: Pertama, BAPETEN perlu segera melakukan pengkajian
410
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
yang lebih komprehensif mengenai PETScan. Pengkajian ini harus bermuara pada disusunnya peraturan dan pedoman terkait keselamatan dan jaminan mutu PETScan, serta sistem perizinan dan inspeksi yang relevan; Kedua, untuk pelayanan perizinan, khusunya izin konstruksi, suatu lokakarya internal perlu dilakukan BAPETEN dalam rangka mengevaluasi keselamatan desain (ketebalan dinding dan perisai) fasilitas PET Scan.
411
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.petscaninfo.com/zportal/portals/pat 2. http://www.wikipedia.org/wiki/Positron_Emission_Tomography#description 3. http://www.radiologyinfo.org 4. Anderson, Jon A., Dana Mathews, Site Planning and Radiation Safety in the PET Facility, Department of Radiology, The University of Texas Southwestern Center at Dallas, ___.
5. Delbeke, Dominique, R. Edward Collemann et.al, Procedure Guideline for Tumor Imaging with 18FFDG PET/CT 1.0, Vanderbillt University Medical Center, 2006.
6. AAPM Task Group 108, PET and PET/CT Shielding Requirements, Med. Phys.33 (1), January 2006.
7. American College of Radiology, Standard for Medical Nuclear Physics Performance Monitoring of PET Imaging Equipment, ACR Standard, 2001.
412
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
HASIL DISKUSI DAN TANYA JAWAB
) Penanya: Farida Tusafariah ( PTKMR – BATAN, Pasar Jumat .10 :Pertanyaan
a.Salah satu risiko/ kelemahan yang saudara sebutkan adalah dapat terjadi kekeliruan, bagaimana antisipasi supaya tidak terjadi kekeliruan? Mengingat Zia disuntikkan ke pasien ). :Jawaban a.Pemeriksaan dengan PETScan dapat memberikan hasil yang keliru. Dalam hal ini, kekeliruan yang disebabkan oleh keseimbangan kimia yang tidak normal pada tubuh pasien, khususnya penderita diabetes. Selain itu ketidaknormalan ini dapat disebabkan pula oleh pasien yang tidak mengikuti prosedur pemeriksaan. Untuk menjaga keseimbangan kimia, khususnya tingkat gula atau insulin dalam darah, sebelum pemeriksaan pasien diharuskan tidak makan selama 8 – 12 jam, tidak merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol atau kafein selama 24 jam. Kekeliruan hasil PET – Scan dapat dicegah dengan memberikan keterangan kepada pasien mengenai prosedur pemeriksaan. Kemudian sebelum pemeriksaan perawat harus memastikan bahwa pasien telah memenuhi prosedur pemeriksaan tersebut. ) Penanya: Farida ( UJM – PTN – BATAN Serpong .2 :Pertanyaan
a. Bagaimana action yang dilakukan terhadap pelayanan pasien ( customer ) yang tidak memuaskan ( komplain customers ) terutama jika terjadi pada PET – Scan yang memberikan hasil yang keliru?
b. Untuk penjaminan mutu pada PET – Scan telah menggunakan SMM ISO 9001 – 2000 dan penggunaan fasilitas nuklir GS – R – 3 IAEA, namun belum terlihat metode diagnostik yang digunakan apakah metode standar atau non standar, belum terlihat jaminan mutu hasil diagnostik yang mampu memberikan customer satisfaction dan bagaimana mampu menelusur ke SI terhadap alat ukur utama dan penunjangnya, bagaimana kalibrasi, check antara dan sistem perawatannya? :Jawaban a.Dalam program jaminan mutu tercantum beberapa tindakan pengendalian. Dengan penetapan dan penerapan program jaminan mutu diharapkan pemeriksaan PET Scan tidak memberikan hasil yang keliru. Dalam menangani pihak pelanggaan harus
413
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
melakukan tindakan pengendalian dengan mengacu pada prosedur pengendalian ketidaksesuaiaan. Kekeliruan hasil pemeriksaan PET – Scan merupakan salah satu ketidaksesuaiaan. Sebagai deskripsi singkat fasilitas dapat melakukan:
Mencatat keluhan pasien dalam formulir laporan ketidaksesuaiaan atau formulir pengaduan pelanggan atau form lain yang sejenis.
Memastikan bahwa pasien diperiksa dengan menggunakan PET – Scan di Rumah Sakit yang bersangkutan.
Laporan ketidaksesuaiaan harus dilaporkan kepada tingkat manajemen yang sesuai untuk dikaji ulang ( ditentukan akar penyebab ketidaksesuaiaan ) diberikan status ( kekeliruan tersebut dapat diterima atau masih dalam batas tolerans, ditolak atau dikerjakan ulang ) diperbaiki dan dicegah. Untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan mencegah kekeliruan, pemeriksaan
PET – Scan untuk jenis penyakit tertentu seperti coronary artery disease ( CAD ) .dibandingkan dengan metode pemeriksaan lain seperti pengujiaan cardiac stress Dalam pemeriksaan menggunakan PET – Scan digunakan metode standar pemeriksaan PET – Scan. Untuk mampu memberikan kepuasan terhadap pelanggan Rumah Sakit harus memetapkan dan menerapkan program jaminan mutu. Penerapan program jaminan mutu pada fasilitas PET –Scan bertujuan untuk mendapatkan citra diagnostik yang optimal dengan dosis radiasi yang minimal dan mencegah terjadinya pengulangan pencitraan. Dengan pelaksanaan program jaminan mutu diharapkan fsilitas PET – Scan dapat memenuhi pelanggan secara memuaskan. Untuk tujuan ketepatan dan ketelitian nilai aktivitas radionuklida kemampu telusuran maka alat ukur yang digunakan wajib terkalibrasi. Sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 63/ 2000 tentang keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion, pasal 30 bahwa alat ukur radiasi harus dikalibrasi secara berkala sekurangkurangnya 1 ( satu ) tahun sekali yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh Badan Pengawas. Untuk pengujian dan pemeriksaan untuk kerja peralatan PET – Scan, dalam Program Jaminan Mutu – nya Rumah Sakit harus menetapkan Tindakan Kendali Pengujian ( Uji Keberterimaan, Uji Kendali Mutu ) dalam Publikasi IAEA, Nuclear Medicine Resource Manual, Uji keberterimaan dilakukan segera setelah instalasi. Uji ini bertujuan untuk mendapatkan kepastian yang cukup bahwa seluruh sistem peralatan PET – Scan berfungsi dan memenuhi estándar untuk kerja sebagaimana dijelaskan dalam dokumen yang diserahkan oleh perusahaan pemasok. Beberapa parameter yang diuji antara lain: sensitivitas, resolusi energi, lebar jendela waktu koinsidensi, fraksi hamburan, dll. Sedangkan uji kendali mutu dilakukan secara berkala ( harian, bulanan, semesteran atau tahunan ). Selain publikasi IAEA, American College of Radiologi ( ACR ) juga menerbitkan dokumen mengenai uji kendali
414
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
pesawat PET – Scan. Selain berkala, uji kendali mutu juga harus dilakukan setelah perbaikan. Untuk perawatan, dalam Program Jaminan Mutu – nya Rumah Sakit harus menetapkan program perawatan, peralatan PET – Scan, program perawatan ini mencakup perawatan dalam rangka pemeliharaan ( sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan atau kegagalan fungsi alat ) atau perawatan perbaikan ( setelah terjadinya kerusakan ).
415