PENDAHULUAN
Latar Belakang Gandum adalah sumber karbohidrat, sama halnya dengan nasi, sagu, singkong, ubi, talas dan lain-lainnya. Gandum berpotensi sebagai pengganti beras karena mengandung vitamin, mineral, protein, serat dan zat gizi lainnya. Gandum selain mengandung serat yang tinggi juga mengandung karbohidrat kompleks. Tepung gandum merupakan jenistepung yang penggunaannya sangat luas. Menurut Aptindo (2012), di Indonesia ada sekitar 30.463 industri yang menggunakan tepung gandum sebagai bahan baku utama, kapasitas terpakai sekitar 60%. Ariani (2005) menyebutkan terjadi penurunan konsumsi jagung dan singkong, sebaliknya terjadi peningkatan konsumsi gandum dan juga produk olahannya yaitu dari 6,18 kg/kapita/tahun pada tahun 1984 menjadi 15,84 kg/kapita/tahun pada tahun 2003. Hal ini menunjukan bahwa gandum telah menjadi makanan pokok setelah beras dan jagung. Konsumsi yang semakin meningkat tersebut menjadikan Indonesia harus mengimpor gandum. Volume impor gandum Indonesia pada tahun 2011 mencapai 5,4 juta metrik ton atau senilai US$2,1 miliar. Pada tahun 2012, volume impor gandum Indonesia naik menjadi 6,2 juta metrik ton atau senilai US$2,2 miliar. Pada tahun 2013, volume impor gandum Indonesia mencapai 5,43 juta metrik ton, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu 5,08 juta metrik ton. Jumlah ini akan terus bertambah karena besarnya permintaan produk gandum di tanah air (Aptindo, 2012).
1
Masalah utama dalam mengurangi jumlah impor gandum dan tepung terigu
Indonesia
adalah
gandum
bukan
merupakan
tanaman
asli
Indonesia.Tanaman gandum jarang ditemukandi Indonesia karena kondisi lingkungan fisik memang tidak cocok untuk tanaman gandum dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat sehingga konsumsi akan gandum semakin meningkat, karena gandum merupakan bahan makanan pokok terpenting di mana masyarakat mengkonsumsi dalam bentuk mie, bakso, roti dan sebagainya dalam jumlah yang sangat besar. Seluruh kebutuhan gandum Indonesia dipasok dari impor dan jumlah impor biji gandum saat ini melebihi 10 juta ton per tahun, dan volume impor ini terus meningkat padahal, tanaman gandum dapat tumbuh dan berproduksi di Indonesia, khususnya di daerah-daerah dataran tinggi bersuhu sejuk. Mengingat makin besarnya devisa yang dikeluarkan maka perlu mengurangi ketergantungan terhadap terigu impor. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk menekan jumlah impor gandum Indonesia adalah mengurangi ketergantungan terhadap terigu dan gandum impor yaitu dengan mengembangkan gandum dalam negeri dengan penerapan teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi agroklimat di Indonesia (Sovan, 2002). Berdasarkan pendapat Hanchinal,seorang ahli dari pengembangbiakan tanaman gandum di India (Murtini, et al., 2005), prospek pengembangan tanaman gandum di Indonesia sangat menjanjikan, karena di Indonesia ada kecenderungan peningkatan konsumsi produk olahan gandum. Tahun 2000 para pakar agronomi berupaya untuk mengembangkan tanaman gandum di Indonesiayang tersebar di 15 propinsi dengan hasil 3,5 ton/Ha
2
lebih banyakdari tempat asal bibit gandum India yang menghasilkan 25 ton/Ha. Di Indonesia terdapat sekitar 1.972.000 Ha lahanyang sesuai untuk ditanami gandum jika diperkirakan per lahan mampu menghasilkan 2 ton biji, maka setidaknya mampu memenuhi kebutuhan nasional dan impor gandum dapat ditekan. Bila dilihat dari jumlah panen, penanaman gandum lokal bisa dikatakan berhasil, namun belum diketahui bagaimana kualitas secara fisik, kimia dan fungsional dari tepung gandum lokal. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian karakteristik gandum lokal khususnya Sumatera Utara sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana kualitas gandum lokal dibandingkan dengan gandum impor. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memprediksikan kegunaan dari tepung gandum lokal. Sasaran program secara nasional adalah terjaminnya ketersedian gandum dan tepung bagi masyarakat, berkembangnya produksi tanaman gandum, dapat memperbaiki kualitas pangan masyarakat Indonesia, juga diharapkan dapat menyamakan nilai gizi maupun mutu gandum, dan meningkatkan kemandirian masyarakat serta timbulnya kesadaran masyarakat baik petani dalam upaya meningkatkan tanaman gandum.Dengan demikian dapat mengurangi jumlah impor gandum di Indonesia.
Perumusan Masalah Varietas dan teknik budidaya merupakan masalah dalam peningkatan produksi gandum di Sumatera Utara, selain itu masih terbatas pada daerah tertentu, karena pertumbuhan gandum optimal pada suhu dingin dengan ketinggian 800 meter dari permukaan laut.Gandum adalah tanaman sub tropis, maka di daerah tropis areal tanaman gandum hanya terdapat di daerah
3
pegunungan, dimana suhu udara daerah tropis kurang menyamai suhu di daerah sub tropis sehingga kurang berhasil. Gandum di Indonesia ditanam penduduk dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Suhu udara minimum bagi pertumbuhan gandum adalah 2°-4°C, suhu optimumnya adalah sekitar 15°-25°C dan suhu maksimumnya sekitar 37°C.Untuk daerah tropis seperti Indonesia, perlu ditemukan varietas-varietas gandum dengan suhu yang sesuai untuk tanaman gandum, yaitu lebih rendah dari pada 800 meter di atas permukaan laut. Karakteristik fisik, kimia, dan fungsional gandum berhubungan erat dengan jenis gandum, tinggi tanaman, umur panen, tempat tanam gandum, serta penanganan pasca panen. Gandum dari jenis yang berbeda akan menghasilkan karakteristik gandum yang berbeda. Lebih lanjut karakteristik gandum tersebut dapat mempengaruhi bagaimana pemanfaatan tepung tersebut sebagai sumber bahan baku untuk olahan pangan. Mengingat kondisi agroklimat dari beberapa wilayah yang potensial untuk pertanaman gandum berbeda-beda, maka perlu diketahui sejauh mana perbedaan kondisi lingkungan tumbuh dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia gandum. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik tepung dari dua belas galur/varietas gandum yang ditanam di Sumatera Utara. Galur/varietas gandum yang ditemukan sesuai dengan musim tanam Sumatera Utara sangat penting peranannya di dalam budidaya gandum yang ditanam di Sumatera Utara. Produksi gandum di Sumatera Utara akan dapat dimaksimalkan, yang berdampak meningkatnya minat masyarakat untuk
4
membudidayakan gandum. Hal iniakan berdampak terhadap pengurangan impor gandum sehingga kemandirian pangan dapat dimaksimalkan.
Tujuan Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik biji dari dua belas galur/varietas gandum serta untuk mempelajari karakteristik fisikokimia dan fungsional tepung dari dua belas galur/varietas gandum.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknologi pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, menjadi sumber informasi ilmiah dan rekomendasi bagi pemerintah dan industri pangan untuk mendapatkan galur/varietas yang memiliki kualitas terbaik yang ditanam di Sumatera Utara, sehingga dapat mengurangi impor tepung terigu dan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesiaserta dapat meningkatkan nilai jual.
Hipotesis Penelitian Ada pengaruh perbedaan galur/varietas terhadap karakteristik fisik biji dan karakteristik fisikokimia dan fungsional tepung yang dihasilkan.
5