PENDAHULUAN TANTANGAN
1. Posisi Indonesia berada pada kawasan yang sangat cepat berkembang (Pacific Ocean Rim & Indian Ocean Rim)
perlunya mendorong daya saing perekonomian khususnya dalam rangka pertumbuhan ekonomi wilayah BHK-DJPR/Presentasi/
1
Tantangan…Lanjutan
2. Peningkatan intensitas kegiatan pemanfaatan ruang terutama yang terkait dengan eksploitasi Sumber Daya Alam
sangat mengancam kelestarian lingkungan
(termasuk pemanasan global)
BHK-DJPR/Presentasi/DR
2
Tantangan…Lanjutan
Frekuensi gempa di Indonesia (rata-rata 450 gempa/thn)
3. Letak Indonesia pada kawasan pertemuan 3 lempeng tektonik, yang mengakibatkan rawan bencana geologi
BHK-DJPR/Presentasi/DR
menuntut prioritisasi pertimbangan aspek mitigasi bencana dalam penataan ruang 3
Tantangan…Lanjutan
4. Keberadaan pulaupulau kecil terluar pada kawasan perbatasan negara
memerlukan perhatian khusus demi menjaga kedaulatan NKRI BHK-DJPR/Presentasi/DR
4
PERMASALAHAN
Semakin menurunnya kualitas permukiman
Alih fungsi lahan
Kesenjangan antar dan di dalam wilayah BHK-DJPR/Presentasi/DR
5
KONSIDERAN MENIMBANG
Ruang wilayah NKRI merupakan kesatuan wadah & sumber daya yang perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya, dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang agar kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutannya untuk kesejahteraan umum & keadilan sosial.
Perkembangan situasi & kondisi nasional/internasional menuntut penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan. Untuk memperkukuh pertahanan nasional, kewenangan penyelenggaraan penataan ruang perlu diatur guna menciptakan keserasian & keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah.
BHK-DJPR/Presentasi/DR
6
KONSIDERAN. … Lanjutan
Ruang yang terbatas & pemahaman masyarakat yang telah berkembang menuntut adanya penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
NKRI berada pada kawasan rawan bencana menuntut adanya penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana. UU No. 24 /1992 ttg Penataan Ruang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang maka perlu diganti.
BHK-DJPR/Presentasi/DR
7
BAB I. KETENTUAN UMUM Ps. 1
1. ruang 2. tata ruang
3. struktur ruang
4. pola ruang 5. penataan ruang
6. penyelenggaraan penataan ruang 7. Pemerintah Pusat 8. pemerintah daerah
12.
pengawasan penataan ruang
13.
perencanaan tata ruang
14.
pemanfaatan ruang
15.
pengendalian pemanfaatan ruang
25.
kawasan perkotaan
16.
rencana tata ruang
17.
wilayah
26. 27.
kawasan metropolitan kawasan megapolitan
sistem wilayah
28.
sistem internal perkotaan
29.
kawasan strategis nasional kawasan strategis provinsi kawasan strategis kabupaten/kota
9. pengaturan penataan 18. ruang 10. pembinaan penataan 19. ruang 11. pelaksanaan penataan ruang
Ket: istilah baru
BHK-DJPR/Presentasi/DR
20.
kawasan
21.
kawasan lindung
22.
kawasan budidaya
23.
kawasan perdesaan
24.
kawasan agropolitan
30. 31. 32.
ruang terbuka hijau izin pemanfaatan ruang
33. 34.
orang menteri 8
BAB I. … Lanjutan PENGERTIAN DASAR RUANG Ps. 1 angka 1 adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. TATA RUANG
Ps. 1 angka 2
adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. PENATAAN RUANG Ps. 1 angka 5
adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Ps. 1 angka 6
adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. RENCANA TATA RUANG
Ps. 1 angka 16
adalah hasil perencanaan tata ruang. BHK-DJPR/Presentasi/DR
9
BAB II. ASAS DAN TUJUAN ASAS Ps. 2
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
keterpaduan; keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas.
TUJUAN Ps. 3
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional BHK-DJPR/Presentasi/DR
10
BAB III. KLASIFIKASI PENATAAN RUANG DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN Ps. 4
SISTEM
Sistem Wilayah
Sistem Internal Perkotaan
Ps. 5 ayat (1)
FUNGSI UTAMA KAWASAN
Kws. Lindung
Kws. Budidaya
Ps. 5 ayat (2)
WILAYAH ADMINISTRATIF
PR Wil. Nasional
PR Wil. Provinsi
PR Wil. Kab. / Kota
Ps. 5 ayat (3)
KEGIATAN KAWASAN
PR Kws. Perkotaan
PR Kws. Perdesaan
Ps. 5 ayat (4)
NILAI STRATEGIS KAWASAN BHK-DJPR/Presentasi/DR
PR Kws Strategis Nasional Ps. 5 ayat (5)
PR Kws Strategis Provinsi
PR Kws Strategis Kab./Kota 11
BAB III. … Lanjutan
KLASIFIKASI PENATAAN RUANG BERDASARKAN SISTEM, FUNGSI DAN NILAI STRATEGIS KAWASAN
Berdasarkan Sistem
Berdasarkan Wilayah Administratif
Berdasarkan Nilai Strategis Kawasan
Ps. 5 ayat (3)
Ps. 5 ayat (1)
Sistem Wilayah Sistem Internal Perkotaan
Ps. 5 ayat (5)
Penataan Ruang Wilayah Nasional
PR Kws. Strategis Nasional
Penataan Ruang Wilayah Provinsi
PR Kws. Strategis Provinsi
Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
PR Kws. Strategis Kabupaten
Penataan Ruang Wilayah Kota
PR. Kws. Strategis Kota
Berdasarkan Kegiatan Kawasan
PR Kws. Perkotaan Ps. 5 ayat (4)
PR Kws. Perdesaan Berdasarkan Fungsi Utama Kawasan Ps. 5 ayat (2)
PR Kws. Lindung BHK-DJPR/Presentasi/DR
PR Kws. Budi Daya
12
BAB IV. TUGAS DAN WEWENANG TUR, BIN, dan WAS terhadap : - LAK PR wilayah Nasional, provinsi, & kabupaten/kota, - LAK PR kws. strategis nasional, provinsi, & kabupaten/kota
NEGARA
WEWENANG PEMERINTAH
Ps. 7 ayat (1)
Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besarnya kemakmuran raktyat
Kerja sama PR antarnegara & fasilitasi kerja sama antarprovinsi
Seorang Menteri
Ps. 7 ayat (2)
Ket: TUR BIN LAK WAS PR
= = = = =
BHK-DJPR/Presentasi/DR
pengaturan pembinaan pelaksanaan pengawasan penataan ruang
LAK PR kws strategis Nasional
Ps. 8
Ps. 9 ayat (1)
Dalam melaksanakan tugasnya, negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah
LAK PR wilayah Nasional
WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI Ps. 10
TUR, BIN, dan WAS terhadap : - LAK PR wilayah provinsi & kabupaten/kota, - LAK PR kws. Provinsi & kabupaten/kota LAK PR wilayah provinsi
LAK PR kws. strategis provinsi Kerja sama PR antarprovinsi & fasilitasi kerja sama antarprovinsi
WEWENANG PEMERINTAH KAB./KOTA Ps. 11
TUR, BIN, dan WAS terhadap : - LAK PR Wilayah kabupaten/kota, - LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
LAK PR wilayah kabupaten /kota LAK PR kws. strategis kabupaten/kota Kerja sama PR antarkabupaten/kota
13
BAB IV. … Lanjutan Penyelenggaraan Penataan Ruang
Ps. 1 angka 9
Pengaturan
upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 1 angka 10
Ps. 1 angka 11
Ps. 1 angka 12
Pembinaan
Pelaksanaan
Pengawasan
upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
14
BAB V. PENGATURAN DAN PEMBINAAN PENATAAN RUANG PENGATURAN
melalui
Ps.12
Penetapan ketentuan peraturan per-UU-an bidang penataan ruang (termasuk pedoman bidang penataan ruang
PEMBINAAN
melalui
Pemerintah dilakukan kepada
Ps. 13 ayat (1)
Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota Masyarakat
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 13 ayat (2)
koordinasi penyelenggaraan penataan ruang; sosialisasi peraturan per-UU-an dan sosialisasi pedoman bidang penataan ruang; pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang; penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat. 15
BAB VI.
PELAKSANAAN PENATAAN RUANG
PELAKSANAAN upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan: Ps. 1 angka 11
Ps.12
Perencanaan
Pemanfaatan
Pengendalian
Tata Ruang
Ruang
Pemanfaatan Ruang
suatu proses untuk menentukan struktur ruang & pola ruang yang meliputi penyusunan & penetapan RTR Ps. 1 angka 13
upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang yang meliputi peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Ps. 1 angka 15
upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan RTR melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya Ps. 1 angka 14 BHK-DJPR/Presentasi/DR
16
BAB VI. … Lanjutan 6.1
PERENCANAAN TATA RUANG Menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang
RENCANA UMUM RUANG
TATA RENCANA RINCI TATA RUANG
sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang
Ps. 14 ayat (3)
Ps. 14 ayat (2)
disusun apabila:
WILAYAH
RTR PULAU / KEPULAUAN RTRW NASIONAL
RTR KWS STRA. NASIONAL
RTRW PROVINSI
RTR KWS STRA. PROVINSI
RDTR WIL KABUPATEN
PERKOTAAN
RTR KWS METROPOLITAN
BHK-DJPR/Presentasi/DR
RTR KWS PERKOTAAN DLM WIL KABUPATEN RTR BAGIAN WIL KOTA RTRW KOTA
RTR KWS STRA KOTA
Ps. 14 ayat (4)
a.
rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
b.
rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan
RTR KWS STRA KABUPATEN
RTRW KABUPATEN
Ps. 14 ayat (1)
Ps. 14 ayat (5)
Sebagai dasar penyusunan peraturan zonasi Ps. 14 ayat (6)
RDTR WIL KOTA
17
BAB VI. … Lanjutan RENCANA TATA RUANG Ps. 17 ayat (1)
Rencana Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang
Ps. 17 ayat (2)
Rencana Sistem Pusat Permukiman
Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Ps. 17 ayat (3)
Peruntukan Kawasan Budidaya
Peruntukan Kawasan Lindung Ps. 17 ayat (4)
Sistem Wilayah Sistem internal Perkotaan
Sistem Jaringan Transportasi
Kegiatan Pelestarian Lingkungan Hidup
Sistem Jaringan Energi
Kegiatan Sosial
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Kegiatan Budaya Kegiatan Ekonomi
Sistem Persampahan & Sanitasi
Kegiatan Pertahanan & Keamanan
Sistem Jaringan SDA, dll. dalam RTRW ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 %dari luas DAS Ps. 17 ayat (5) BHK-DJPR/Presentasi/DR
18
BAB VI. … Lanjutan PROSES PENETAPAN RAPERDA TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH
3
Rancangan Perda Kabupaten/Kota
4
2
Persetujuan Substansi
Menteri Pekerjaan Umum Koordinasi
1
Bupati/ Walikota 5
Gubernur
1
Rekomendasi 2
3
Rancangan Perda Provinsi
BKTRN
Prosesdievaluasi lebih lanjut
Koordinasi Menteri
Dalam Negeri
BHK-DJPR/Presentasi/DR
19
BAB VI. … Lanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN) Peraturan Pemerintah Ps. 20 ayat (6)
diatur dengan Ps.19
RTRWN
WANUS & HANAS perkembangan permasalahan regional & global, serta hasil pengkajian implikasi penataan ruang nasional upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan serta stabilitas ekonomi; keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah daya dukung & daya tampung lingkungan hidup RPJPN RTR kawasan strategis nasional RTRWP dan RTRWK Ps. 20 ayat (1)
jangka waktu
20 tahun Ps. 20 ayat (3)
Ps. 20 ayat (2)
ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun Ps. 20 ayat (4)
ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dalam hal: perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau perubahan batas teritorial negara Ps. 20 ayat (5) BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 19
penyusunan RPJPN penyusunan RPJPMN pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi penataan ruang kawasan strategis nasional penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wilayah nasional rencana struktur ruang wilayah nasional yg meliputi sistem perkotaan nasional yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya & sistem jaringan prasarana utama rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung nasional & kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional penetapan kawasan strategis nasional arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. 20
BAB VI. … Lanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP) RTRWN pedoman bidang penataan ruang RPJPD
Peraturan Daerah Provinsi Ps. 23 ayat (6)
ditetapkan dengan
Ps. 22 ayat (1)
disusun dengan memperhatikan
RTRWP
jangka waktu
perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian implikasi penataan ruang provinsi upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi keselarasan aspirasi pembangunan provinsi & pembangunan kabupaten/kota daya dukung & daya tampung lingkungan hidup RPJPD RTRWP yang berbatasan RTR kawasan strategis provinsi RTRWK
Ps. 23 ayat (1)
20 tahun Ps. 23 ayat (3)
Ps. 23 ayat (2)
ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun Ps. 23 ayat (4) Ps. 23 ayat (5)
ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dalam hal: perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau perubahan batas teritorial negara dan/atau provinsi BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 22 ayat (2)
Ps. 22
penyusunan RPJPD penyusunan RPJMD pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi penataan ruang kawasan strategis provinsi penataan ruang wilayah kabupaten/kota
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya & sistem jaringan prasarana wilayah provinsi rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi penetapan kawasan strategis provinsi arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi 21
BAB VI. … Lanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA (RTRW Kota) • RTRWN & RTRWP; • pedoman & petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan • RPJPD
Peraturan Daerah Kota
Ditetapkan dengan Dasar penerbitan perizinan lokasi pembangunan & administrasi pertanahan
RTRW Kota
20 tahun ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dlm hal: perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau perubahan batas teritorial negara, prov., dan/atau kab. BHK-DJPR/Presentasi/DR
• penyusunan RPJPD • penyusunan RPJMD • pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten • mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan antarsektor • penetapan lokasi & fungsi ruang untuk investasi • penataan ruang kawasan strategis kabupaten
Ps.28
• perkembangan permasalahan provinsi & hasil pengkajian implikasi penataan ruang kota • upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan ekonomi kota; • keselarasan aspirasi pembangunan kota • daya dukung & daya tampung lingkungan hidup • RPJPD • RTRWK yang berbatasan • RTR kawasan strategis kota • tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wil. kota • rencana struktur ruang wil. kota yg meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yg terkait dgn kws. perdesaan & sistem jaringan prasarana wilayah kota • rencana pola ruang wil. kota yg meliputi kawasan lindung kota & kawasan budi daya kota • penetapan kawasan strategis kota • arahan pemanfaatan ruang wil. kota yg berisi indikasi program utama jangka menengah 5 tahunan • ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wil. kota yg berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif & disinsentif, serta arahan sanksi • rencana penyediaan & pemanfaatan RTH • rencana penyediaan & pemanfaatan ruang terbuka nonhijau • rencana penyediaan & pemanfaatan prasarana & sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, & ruang evakuasi bencana, yg dibutuhkan utk menjalankan fungsi wil. kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat 21 23 pertumbuhan wilayah
BAB VI. … Lanjutan
KOMPLEMENTARITAS RENCANA TATA RUANG
Dilengkapi peraturan zonasi (Zoning Regulation)
BHK-DJPR/Presentasi/DR
24
BAB VI. …Lanjutan PENGUATAN ASPEK PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM RENCANA TATA RUANG
Pasal 17 ayat (5) UUPR memuat: dalam rangka pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.
CONTOH DAERAH ALIRAN SUNGAI YANG LUAS KAWASAN HUTANNYA KURANG DARI 30 %
KAWASAN HUTAN DI DAS CILIWUNG KURANG LEBIH 15 % BHK-DJPR/Presentasi/DR
25
BAB VI. … Lanjutan
PENGATURAN PROPORSI RUANG TERBUKA HIJAU PADA WILAYAH KOTA
RUANG TERBUKA RUANG TERBUKA NON HIJAU RUANG TERBUKA NON HIJAU PRIVAT RUANG TERBUKA NON HIJAU PUBLIK
RUANG TERBUKA HIJAU (MIN 30% LUAS KOTA) Ps. 29 ayat (2)
RTH PUBLIK (20% LUAS KOTA)
Ps. 29 ayat (1)
RTH PRIVAT
Ps. 29 ayat (3)
TIPOLOGI RTH Fisik
Fungsi
Ekologis RTH Alami
Sosial/ Budaya
RTH Nonalami
Arsitektural
R T H
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ekonomi
Struktur
Kepemilikan
Pola Ekologis
RTH Publik
Pola Planologis
RTH Privat
26
BAB VI. … Lanjutan 6.2.
PEMANFAATAN RUANG
Dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya dgn memperhatikan SPM dlm penyediaan sarana & prasarana Ps. 32 ayat (1)
Pembangunan prasarana & sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi pemerintah utk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah
Dilaksanakan baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam bumi Ps. 32 ayat (2)
Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, termasuk jabaran dari indikasi program utama yg termuat di dlm RTRW
Ps. 33 ayat (3)
dikembangkan Ps. 33 ayat (1)
diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan
Ps. 33 ayat (2)
Penatagunaan Tanah
Neraca Penatagunaan Tanah
Penatagunaan Air
Neraca Penatagunaan Air
Penatagunaan Udara
Neraca Penatagunaan Udara
Penatagunaan SDA lainnya
Penatagunaan SDA lainnya
Ps. 32 ayat (3)
Diselenggarakan secara bertahap sesuai dgn jangka waktu indikasi program utama pemanfaatan ruang yg ditetapkan dlm RTR Ps. 32 ayat (4)
Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah disinkronisasikan dgn pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya Ps. 32 ayat (5) dilakukan
Ps. 34 ayat (1) Ps. 34 ayat (4) SPM bidang penataan ruang
standar kualitas lingkungan daya dukung & daya tampung lingkungan hidup BHK-DJPR/Presentasi/DR
ditetapkan
perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRW & RTR kawasan strategis
kawasan budi daya yg didorong pengembangannya
perumusan program sektoral dlm rangka perwujudan struktur ruang & pola ruang wilayah & kawasan strategis
pelaksanaan pembangunan sesuai dgn program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis dilaksanakan sesuai
Ps. 34 ayat (2)
kawasan budi daya yg dikendalikan
pengembangan kawasan secara terpadu Ps. 34 ayat (3)
melalui
27
BAB VI. …Lanjutan 6.3.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Ps. 35
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Ps. 36
Penetapan Peraturan Zonasi
Ps 37
Ps. 38
Perizinan
Ps. 62-63
Pemberian Insentif & Disinsentif
Ps. 69-75
Pengenaan Sanksi
Upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 1 angka15
28
BAB VI. …Lanjutan 6.3.1.
Peraturan Zonasi
disusun berdasarkan
Penetapan Peraturan Zonasi
Ps. 36 ayat (2)
Rencana Rinci Tata Ruang
ditetapkan dengan PP untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional Perda provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi
sebagai pedoman untuk pengendalian pemanfaatan ruang Ps. 36 ayat (1)
Perda kabupaten/kota untuk peraturan zonasi Ps. 36 ayat (3) BHK-DJPR/Presentasi/DR
29
BAB VI. … Lanjutan
Contoh Peraturan Zonasi
Pembagian BLOK
Kawasan Pusat PemerintahanKota Sofifi (BWK 2) No.
Pembagian Blok
Luas (Ha)
1
BLOK A
107,13
2
BLOK B
68,18
3
BLOK C
112,76
4
BLOK D
58,24
5
BLOK E
123,78
6
BLOK F
110,01
Fungsi lahan yang akan dikembangkan di Kota Sofifi adalah: • Kawasan Pemerintahan • Kawasan Niaga/ perdagangan • Kawasan Perumahan dan Pemukiman • Kawasan Fasiltas Umum dan Sosial • Kawasan Rekreasi • Kawasan Pelabuhan (transportasi) • Ruang Terbuka Hijau BHK_DJPR_Dep. BHK-DJPR/Presentasi/DR PU
30
BAB VI. …Lanjutan Contoh Peraturan Zonasi (zoning map dan zoning text) untuk Blok C
BHK-DJPR/Presentasi/DR
31
BAB VI. …Lanjutan Contoh Zoning Map untuk Peraturan Zonasi 4A
4A
4A
4A
5A
5A
5A
5A
5A 4A 4A
5A
4A
4A
5A
4A
5A
5A
5A
5A
5A 4 B
4B
5A
6A
4B 5A
4B 4A
5B
4B
5A
5A
5A
4B 4B 4A 5B 5B
4B 3B
4B
4A
4A
3B
3 B
5B
3B
4A ZONA 3B : RUANG TERBUKA/ TAMAN KOTA
ZONA 4B : PERUMAHAN KOTA
ZONA 5B : KAWASAN PERKANTORAN
ZONA 4A : PERUMAHAN TERBATAS
ZONA 5A : KAWASAN KOMERSIAL
ZONA 6A : KAWASAN KHUSUS
32
BAB VI. … Lanjutan 6.3.2.
Perizinan
Perizinan diatur oleh Pemerintah & pemda (menurut kewenangan masing-masing)
Izin Pemanfaatan Ruang apabila tidak sesuai RTRW
dikeluarkan dan/atau diperoleh dgn tidak melalui prosedur yg benar
diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan RTRW Ps. 37 ayat (6)
akibat adanya perubahan RTRWN
batal demi hukum Ps. 37 ayat (3)
dapat dibatalkan Ps. 37 ayat (4)
penggantian / ganti kerugian yg layak Ps. 37 ayat (5)
BHK-DJPR/Presentasi/DR
33
BAB VI. … Lanjutan 6.3.3.
Pemberian Insentif dan Disinsentif agar pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW
Ps. 38 ayat (1)
Pemberian Disinsentif
Pemberian Insentif perangkat/upaya utk memberikan imbalan thd pelaksanaan kegiatan yang sejalan dgn RTR
perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, /mengurangi kegiatan yg tidak sejalan dengan RTR
Ps. 38 ayat (2)
Ps. 38 ayat (3)
keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, & urun saham
pengenaan pajak yang tinggi yg disesuaikan dengan besarnya biaya yg dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang
pembangunan serta pengadaan infrastruktur
kemudahan prosedur perizinan
pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti
pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah Ps. 38 ayat (5)
diberikan oleh: Pemerintah (mendapat manf aat dari penyelenggaraan penataan ruang)
Pemerintah Daerah 1 (mendapat manf aat dari penyelenggaraan penataan ruang)
Subsidi Dukungan Perwujudan RTR kompensasi Dukungan Perwujudan RTR Dispensasi
Pemerintah & Pemerintah Daerah BHK-DJPR/Presentasi/DR
Dukungan Perwujudan RTR
kepada: Pemerintah Daerah (dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang)
Pemerintah Daerah 2 (mendapat manf aat dari penyelenggaraan penataan ruang)
Swasta / Masyarakat
34
BAB VI. …Lanjutan 6.3.4.
Pengenaan Sanksi
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yg dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR & peraturan zonasi
Sanksi Administratif Ps. 63
peringatan tertulis penghentian sementara kegiatan penghentian sementara pelayanan umum penutupan lokasi pencabutan izin pembatalan izin pembongkaran bangunan pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda administratif BHK-DJPR/Presentasi/DR
Sanksi Pidana
Sanksi Perdata
Ps. 69
Pidana Pokok: Penjara Denda Pidana Tambahan Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya Pencabutan izin usaha Pencabutan status badan hukum
Tindak pidana yang menimbulkan kerugian secara perdata
Ps. 73 ayat (2)
Ps. 74 ayat (2)
35
BAB VI. … Lanjutan 6.4.
PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN
KAWASAN PERKOTAAN: adalah wilayah yg mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dgn susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan & distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, & kegiatan ekonomi Ps. 1 angka 25
Ps. 1 angka 26 KAWASAN METROPOLITAN: adalah kawasan perkotaan yg terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yg berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dgn kawasan perkotaan di sekitarnya yg saling memiliki keterkaitan fungsional yg dihubungkan dgn sistem jaringan prasarana wilayah yg terintegrasi dgn jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1 juta jiwa
Ps. 41 ayat (1)
Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada: kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi
Ps. 41 ayat (2)
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Menurut besarannya dapat berbentuk: kawasan perkotaan kecil kawasan perkotaan sedang kawasan perkotaan besar kawasan metropolitan kawasan megapolitan
Ps. 42 ayat (1)
Ps. 43 ayat (1)
RTR kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten RTR kawasan perkotaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten/kota pada 1 atau lebih wilayah provinsi merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yg bersifat lintas wilayah
Ps. 44 ayat (1)
RTR kawasan metropolitan merupakan alat koordinasi pelaksanaan pembangunan lintas wilayah
Ps. 47 ayat (1)
Penataan ruang kawasan perkotaan yg mencakup 2/ lebih wilayah kabupaten/kota dilaksanakan melalui kerja sama antardaerah
36
BAB VI. … Lanjutan STRUKTUR RUANG PERKOTAAN
UNIVERSITAS
KOTA BESAR/ METROPOLITAN/MEGAPOLITAN
KONSEP KAWASAN METROPOLITAN
Kota Inti
Kota Inti
Kota Satelit Daerah Suburban
Ruang Terbuka hijau
Daerah Pinggiran
Kota Inti
TK TAMAN KECAMATAN KIOS
RUMAH
SD Pertokoan
TAMAN KELURAHAN
KELURAHAN BHK-DJPR/Presentasi/DR
KECAMATAN
TAMAN
Kota Satelit
Daerah Suburban
Daerah Pinggiran
37
BAB VI. … Lanjutan 6.5.
PENATAAN RUANG KAWASAN PERDESAAN
KAWASAN PERDESAAN: adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi
Ps. 1 angka 23
Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk: pemberdayaan masyarakat perdesaan; pertahanan kualitas lingkungan setempat & wilayah yg didukungnya konservasi sumber daya alam pelestarian warisan budaya lokal pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaanperkotaan
Ps. 1 angka 24 KAWASAN AGROPOLITAN: adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis
Pelindungan thd kawasan lahan abadi pertanian pangan diatur dgn UU
Ps. 49
Ps. 48 ayat (1)
Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan pada: kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten kawasan yang secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah provinsi
Ps. 50 ayat (2)
Ps. 48 ayat (2)
RTR kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah bagian rencana tata ruang wilayah kabupaten RTR kawasan perdesaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas wilayah
Ps. 51 ayat (1)
RTR kawasan agropolitan merupakan rencana rinci tata ruang 1 atau beberapa wilayah kabupaten
Ps. 54 ayat (1)
Penataan ruang kawasan perdesaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten dilaksanakan melalui kerja sama antardaerah
Ps. 48 ayat (3)
dapat berbentuk kawasan agropolitan Ps. 48 ayat (4) BHK-DJPR/Presentasi/DR
38
BAB VI. …Lanjutan Kawasan Agropolitan Dalam Sistem Pemasaran
Sketsa Jaringan Jalan Dalam Kawasan Agropolitan Sketsa jaringan jalan agar terjadi efisiensi desa-kota sebagai satu kesatuan dalam meningkatkan SDA, Infrastruktur buatan, & SDM
BHK-DJPR/Presentasi/DR
39
BAB VII.
PENGAWASAN PENATAAN RUANG PENGAWASAN PENATAAN RUANG dilakukan terhadap
Ps. 55 ayat (1)
Kinerja Pengaturan Penataan Ruang
Kinerja pembinaan Penataan Ruang
Ps. 58 ayat (1)
kinerja fungsi kinerja pemenuhan standar pelayanan dan manfaat penyelenggaraan minimal bidang penataan ruang penataan ruang
Kinerja Pelaksanaan Penataan Ruang
terdiri atas
dilakukan dengan
Pemantauan dan Evaluasi mengamati & memeriksa kesesuaian antara penyelenggaraan penataan ruang dgn ketentuan peraturan per-UU-an
Pelaporan Ps. 55 ayat (2)
dilaksanakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah
Ps. 56 ayat (1)
Masyarakat melibatkan
Ps. 55 ayat (3)
terbukti terjadi penyimpangan administratif
Ps. 55 ayat (4)
dilakukan dengan
menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada Pemerintah dan pemerintah daerah Ps. 55 ayat (5) Ps. 56 ayat (3)
Menteri, Gubernur, & Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya Ps. 56 ayat (2) BHK-DJPR/Presentasi/DR
Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota
dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah penyelesaian
Menteri mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Gubernur
dalam hal Gubernur tidak melaksanakan langkah penyelesaian
Ps. 56 ayat (4)
40
BAB VIII. HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT HAK
KEWAJIBAN Ps. 61
Ps. 60
a. mengetahui RTR b. menikmati pertambahan nilai ruang c. memperoleh penggantian yg layak d. mengajukan keberatan e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yg tidak sesuai dengan RTR f. mengajukan gugatan ganti kerugian
BHK-DJPR/Presentasi/DR
PERAN
a. menaati RTR; b. mematuhi larangan: memanfaatkan
ruang tanpa izin melanggar kekentuan dalam persyaratan izin menghalangi akses terhadap kawasankawasan yg dinyatakan oleh peraturan perUU-an sebagai milik umum
Ps. 65 ayat (2)
a. partisipasi dalam penyusunan RTR b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang
41
BAB IX. PENYELESAIAN SENGKETA
Tahap pertama diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat Ps. 67 ayat (1)
Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 67 ayat (2)
Tidak dicapai mufakat /kesepakatan
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Mediasi Konsiliasi Negosiasi 42
BAB X. PENYIDIKAN Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dapat dibentuk untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara RI, dengan wewenang: Ps. 68 ayat (1)
Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana Melakukan pemeriksaan melakukan tindak pidana
terhadap
orang
yang
atau
diduga
Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa tindak pidana
Melakukan pemeriksaan atas berkenaan dengan tindak pidana
dokumen-dokumen
yang
Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 68 ayat (2)
43
BAB XI. KETENTUAN PIDANA PASAL 69 ayat (1)
UNSUR TINDAK PIDANA
Tidak mentaati rencana tata ruang; dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang.
penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta
Tidak mentaati rencana tata ruang; mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan mengakibatkan kerugian terhadap harta benda/rusaknya barang.
penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 1, 5 miliar
Tidak mentaati rencana tata ruang; mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan Mengakibatkan Kematian orang
penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar
Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang.
Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta
Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 miliar
69 ayat (2)
69 ayat (3)
70 ayat (1)
70 ayat (2)
BHK-DJPR/Presentasi/DR
SANKSI PIDANA
44
BAB VI. …Lanjutan PASAL
UNSUR TINDAK PIDANA
Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan Mengakibatkan kerugian thd harta benda/kerusakan barang.
Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.5 miliar
Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan Mengakibatkan kematian orang
Pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 M miliar
Tidak mematuhi ditetapkan dalam pemanfaatan ruang.
yang izin
Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta
Tidak memberikan akses terhadap kawasan yg oleh peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum
Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp. 100 juta
Pejabat pemerintah penerbit izin; dan Menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pidana penjara paling lama 5 tahun & denda paling banyak Rp. 500 jt Dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian tidak hormat dari jabatannya.
70 ayat (3)
70 ayat (4)
71
72
73
BHK-DJPR/Presentasi/DR
SANKSI PIDANA
ketentuan persyaratan
45
BAB XII. KETENTUAN PERALIHAN Terhadap Peraturan Per-UU-an lain
Pada saat UU ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yg berkaitan dgn penataan ruang yg telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan & belum diganti berdasarkan UU ini.
Ps. 76
Terhadap kegiatan pemanfaatan ruang Pada saat RTR ditetapkan, semua pemanfaatan ruang yg tidak sesuai dgn RTR harus disesuaikan dgn RTR melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang.
Pemanfataan ruang yg sah menurut RTR sebelumnya diberi masa transisi selama 3 tahun untuk penyesuaian.
Untuk pemanfaatan ruang yg izinnya diterbitkan sebelum penetapan RTR & dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar, kepada pemegang izin diberikan penggantian yg layak. BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 77 ayat (1)
Ps. 77 ayat (2)
Ps. 77 ayat (3)
46
BAB XIII. KETENTUAN PENUTUP Jenis Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan
Jangka Waktu Penyelesaian / Penyesuaian
Ps. 78 ayat (1)
Diselesaikan paling lambat 2 thn terhitung sejak UU diberlakukan
Ps. 78 ayat (2)
Diselesaikan paling lambat 5 thn terhitung sejak UU diberlakukan
Ps. 78 ayat (3)
Peraturan Menteri
Diselesaikan paling lambat 3 thn terhitung sejak UU diberlakukan
Peraturan Pemerintah ttg Ps. 78 ayat (4) a RTRWN
Disesuaikan paling lambat 1 thn 6 bulan terhitung sejak UU diberlakukan
Peraturan Daerah Provinsi Ps. 78 ayat (4) b ttg RTRWP
Disusun atau disesuaikan paling lambat 2 thn terhitung sejak UU diberlakukan
Ps. 78 ayat (4) c Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ttg RTRWK
Disusun atau disesuaikan paling lambat 3 thn terhitung sejak UU diberlakukan
Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden
BHK-DJPR/Presentasi/DR
47
KESIMPULAN 1. PENATAAN RUANG dibutuhkan untuk mewujudkan ruang Nusantara yang AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF dan BERKELANJUTAN. 2. Perwujudan Tujuan Penataan Ruang dilakukan dengan pendekatan baru (TURBINLAKWAS) yang memuat beberapa instrumen baru antara lain; Peraturan Zonasi, Perizinan, Pemberian Insentif dan Disinsentif, dan Pengenaan Sanksi. 3. Produk perencanaan tata ruang tidak hanya bersifat ADMINISTRATIF akan tetapi juga mengatur perencanaan tata ruang yang bersifat FUNGSIONAL dan di klasifikasikan ke dalam RENCANA UMUM dan RENCANA RINCI TATA RUANG. 4. Penataan Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota dilakukan secara BERJENJANG dan KOMPLEMENTER sehingga saling melengkapi satu dengan yang lain, bersinergi, dan tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dalam penyelenggaraannya.
BHK-DJPR/Presentasi/DR
48
5.
Undang-Undang Penataan Ruang telah mengakomodasi perkembangan lingkungan strategis seperti pengaturan RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) di Perkotaan dan DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS), STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM), integrasi penataan ruang DARAT, LAUT, dan UDARA, PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG, Penataan Ruang Kawasan PERKOTAAN dan PERDESAAN, dan Aspek Pelestarian LINGKUNGAN HIDUP.
6.
Untuk menjamin pelaksanaan Undang-Undang Penataan Ruang yang tertib dan konsisten telah diatur KETENTUAN PERALIHAN, PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS), dan KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG.
7.
Dengan dimuatnya sanksi pidana, penyelenggara penataan ruang (aparat pemerintah) harus BERHATI-HATI DALAM MEMBUAT KEBIJAKAN terkait dengan bidang penataan ruang.
8.
Dengan telah diakomodasikannya berbagai issue strategis penataan ruang di dalam Undang-Undang Penataan Ruang, diharapkan nantinya penyelenggaraan penataan ruang dapat lebih BERDAYAGUNA dan BERHASILGUNA.
BHK-DJPR/Presentasi/DR
49
TERIMA KASIH