PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun (Adiyoga, 1999). Laju pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis sayuran, seperti bawang merah, petsai/sawi, dan mentimun peningkatan produksinya
merupakan
dampak
dari
penerapan
teknologi
budidaya
(Suwandi, 2009). Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas. Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis krop, kubis bunga, dan brokoli. Tanaman sawi diduga berasal dari Tiongkok (Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana, 2002). Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu, umur panen sawi
Universitas Sumatera Utara
relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai (Rahman dkk, 2008). Ditinjau dari aspek agroklimatnya, Indonesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayur-sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga sangat mendukung pengusahaan sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis, budidaya sawi tidak terlalu sulit (Haryanto dkk, 2006). Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Kandungan gizi setiap 100 g bahan yang dapat dimakan pada sawi hijau adalah : Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Komposisi Kalori Protein Lemak Karbohidrat Serat Kalsium (CA) Fosfor (P) Besi (FE) Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin C
Jumlah 22,00 k 2,30 g 0,30 g 4,00 g 1,20 g 220,50 mg 38,40 mg 2,90 mg 969,00 SI 0,09 mg 0,10 mg 0,70 mg 102,00 mg
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.
Sawi hijau, sering kita temui dalam menu makan sehari-hari. Biasanya sawi diolah menjadi tumisan sayur atau pelengkap makan bakso. Sayuran sehat ini tentu punya banyak manfaat. Sawi hijau mengandung banyak antioksidan dan memiliki banyak vitamin. Menurut pakar, sawi seperti juga sayur hijau lainnya
Universitas Sumatera Utara
berfungsi sebagai pencegah kanker. Bagi perempuan sawi punya banyak manfaat di masa menopouse, karena bisa melindungi kaum hawa dari penyakit jantung dan kanker payudara. Kandungan nutrisi seperti kalsium, asam folat, dan magnesium juga dapat mendukung kesehatan tulang. Bagi Anda yang tak suka makan sayur, tak perlu khawatir kehilangan semua manfaat sehat ini. Karena ternyata, sawi tak hanya bisa dimakan sebagai sayur, namun juga diramu menjadi minuman sehat yang menyegarkan (Zatnika, 2010). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2009) produksi tanaman sawi selama periode tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami penurunan minus 1,44% per tahun, hal ini terjadi karena berkurangnya luas lahan. Pada tahun 2008 produksi sawi sebesar 77.147 ton, naik sebesar 2.036 ton, bila dibandingkan produksi tanaman sawi pada tahun 2007 sebesar 75.111 ton. Tanaman sawi terdapat hampir di semua daerah di Sumatera Utara. Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang keberhasilan hidup tanaman adalah masalah pemupukan. Masalah umum dalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20% (Suwandi, 2009). Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dari dalam tanah saja. Oleh karena itu, tanaman perlu
diberi
unsur
hara
tambahan
dari
luar,
yaitu
berupa
pupuk
(Prihmantoro, 2001). Upaya peningkatan efisiensi penggunaan pupuk dapat ditempuh melalui prinsip tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu aplikasi, dan berimbang sesuai kebutuhan tanaman (Syafruddin dkk, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman sayuran membutuhkan hara esensial selain radiasi surya, air, dan CO2. Unsur hara esensial adalah nutrisi yang berperan penting sebagai sumber unsur hara bagi tanaman. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda antar tanaman (Suwandi, 2009). Tanaman sendiri mempunyai kebutuhan unsur hara dalam bentuk unsur makro dan unsur mikro, yang masing-masing kebutuhannya tidak sama (Iswasta, 2004). Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro, dapat mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan /perkembangan tanaman dan produktivitasnya. Ketidak lengkapan salah satu atau beberapa zat hara tanaman makro dan mikro dapat
diperbaiki dengan pupuk tertentu pada tanahnya
(Sutedjo, 1995). Peningkatan produksi sawi dapat
dilakukan dengan pemupukan.
Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami. Berkurangnya subsidi pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif membuat para petani menjadi bingung hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Pada hal meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim (Lingga dan Marsono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk an-organik yang diberikan ke dalam tanah diantaranya dengan penggunaan pupuk cair yang disemprotkan pada daun. Selain mengandung unsur makro, menurut Soedomo (1992) pupuk daun mengandung unsur mikro yang dibutuhkan tanaman. Lingga (2003) menjelaskan bahwa cara pemberian pupuk melalui daun ternyata lebih efektif karena daun dapat menyerap secara langsung dengan cepat unsur-unsur hara yang diberikan, disamping itu juga menguntungkan karena menghindari kerusakan akar dan dapat menanggulangi kekurangan unsur mikro. Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efisien adalah
dengan
menyemprotkan
larutan
pupuk
melalui
daun
tanaman
(Rahmi dan Jumiati, 2007). Menurut Lingga (2003), sebelum melakukan penyemprotan pupuk daun, konsentrasi yang dibuat harus benar-benar mengikuti petunjuk dalam kemasan. Jika petani membuat konsentrasi yang lebih rendah dari yang dianjurkan, maka untuk mengimbanginya penyemprotan pupuk daun bisa dipercepat atau diperpendek interval waktunya (Osman, 1996). Salah satu jenis pupuk daun yang mengandung unsur hara mikro adalah pupuk cair SuperPlant. Pemberian pupuk daun tersebut dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman (PT. Agro Dynamics Indo). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pupuk cair mikro SuperPlant
yang
terbaik
untuk
pertumbuhan
dan
produksi
pada
tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.
Hipotesis Penelitian Ada pengaruh pupuk cair mikro SuperPlant terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara