PENDAHULUAN
Latar Belakang Susu adalah salah satu komoditas penting di bidang pangan dalam suatu negara. Produksi susu menjadi suatu tolak ukur dalam program ketahanan pangan dari suatu negara. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam penguatan program ketahanan pangan ini adalah ketersediaan susu dalam negeri yang masih dibawah target nasional. Saat ini pasokan susu dalam negeri pada tahun 2012 hanya mampu memenuhi 20 persen stok susu atau 700.000 ton dari kebutuhan susu nasional (Salim, 2012). Susu berperan terhadap kualitas perkembangan anak yang menjadi salah satu faktor dalam peningkatan produksi susu nasional. Kualitas perkembangan kecerdasan anak sangat bergantung dari asupan gizi yang mereka terima sejak dini sampai ketika dalam masa perkembangan, sebab itu perlu upaya untuk terus mendampingi anak dalam masa tersebut agar tidak sampai kekurangan gizi yang berakibat menurunnya kecerdasan individu.
Dalam ranah yang lebih luas,
terjadisuatu penurunan kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa merupakan suatu dosa besar bagi pembangunan itu sendiri. Pembukaan Undang Undang Dasar tahun 1945 menjadi landasan bagi kesejahteraan bersama dengan salah satu cara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah berupaya untuk melindungi perkembangan industri susu nasional, karena hal ini berkaitan dengan kedaulatan pangan nasional. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2008 tentang kebijakan Industri Nasional yang meliputi Bangun Industri Nasional,
Strategi
Pembangunan
Industri
Nasional
dan
Fasilitas
Pemerintah (Perpres RI No.28, 2008). Sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut adalah dibentuknya peta panduan (road map) pengembangan klaster industri pengolahan susu yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 122/M-IND/PER/2009. Peraturan tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam menghadapi perdagangan internasional yang semakin terbuka dan minim batasan yang menciptakan kondisi persaingan yang juga semakin bebas sehingga mendesak pemerintah untuk mempersiapkan industri dalam negeri agar tidak terpuruk dalam persaingan (Ma’rufah, 2014). Hasil riset UNDP (United Nations Development Program) untuk Indeks Pembangunan Manusia di tahun 2011 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-124 dari 187 negara yang disurvei sehingga menempatkan Indonesia di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filiphina di antara negara-negara ASEAN (Anonim, 2011). Salah satu cara pengukuran capaian pembangunan manusia berbasis dasar kualitas hidup salah satunya adalah angka harapan hidup. Angka harapan hidup dipergaruhi oleh beberapa hal, termaksud konsumsi sejumlah pangan bergizi. Adanya program perbaikan gizi anak bangsa
yang dimulai dengan segera dan dapat menginspirasi masyarakat Indonesia serta pemerintah untuk bergerak mencanangkan program secara
serius
dan
konsisten,
salah
satu
programnya
adalah
memasyarakatkan konsumsi susu. Konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara asia lainya. Konsumsi susu di Indonesia pada tahun 2012 hanya sebesar 11,09 liter per kapita per tahun. Konsumsi negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Filiphina mencapai 22,1 liter per kapita per tahun, Thailand 33,7 liter per kapita per tahun dan India mencapai 42,08 liter per kapita per tahun. Walaupun terjadi peningkatan konsumsi susu pada masyarakat Indonesia tetapi masih tetap rendah dibandingkan dengan negara lainnya (Salim, 2012). Selain karena faktor daya beli masyarakat yang rendah, dalam kehidupan sehari-hari tidak semua masyarakat minum susu yang belum diolah atau susu segar. Hal ini karena mereka tidak terbiasa mencium aroma susu segar atau sama sekali tidak suka rasanya. Susu hasil olahanlebih diminati karena rasa dan bau nya lebih dapat diterima oleh masyarakat (Sudono et al, 2003). Bahkan sebagian masyarakat yang beranggapan salah mengenai susu sebagai penyebab kegemukan dan diare (Syarif et al, 2011). Untuk mengatasi rendahnya minat masyarakat terhadap susu, beberapa koperasi peternakan atau produsen susu mencoba mengemas susu menjadi lebih menarik. Salah satunya adalah dengan cara mengolah
susu segar menjadi susu pasteurisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan susu pada suhu 60 oC selama 30 menit (Wardana, 2012). Cara ini efektif mematikan bakteri patogen, ragi, jamur dan sebagian besar sel-sel vegetatif pada bakteri, namun bakteri pembentuk spora seperti Clostridium dan Bacillus tidak mati dan menyebabkan kerusakan susu pasteurisasi selama penyimpanan (Buckle et al., 2009). Seiring dengan perkembangan jaman dan maraknya kasus tentang pemalsuan susu membuat konsumen semakin waspada terhadap produkproduk susu dan olahannya. Hal tersebut juga yang menyebabkan konsumen semakin selektif memilih produk susu. Kesadaran masyarakat terhadap konsumsi susu, menjadikan susu sebagai komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis (Miftah dan Heny, 2011). Namun koperasi yang sudah berupaya untuk mengolah susu hasil dari peternak yang mereka bina sendiri masih tergolong rendah (Firman, 2010). Saat ini susu segar yang dihasilkan para peternak sapi perah hampir 95% dipasarkan ke Industri Pengolah Susu (IPS), yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku industri mereka, misalnya PT Nestle di Jawa Timur menyerap susu segar sekitar 700 liter/hari, kemudian PT Friesian Flag Indonesia, PT Indomilk, PT Ultra Jaya, PT Indolakto dan PT Sarihusada yang berlokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta menyerap susu segar sekitar 800 ton/hari. Sebagian kecil lainnya diserap industri skala menengahdan ada yang dipasarkan langsung ke konsumen oleh peternak atau koperasi (Boediyana,
2015). Sebagai gambaran, koperasi yang terdaftar dalam anggota GKSI (Gabungan Koperasi Susu di Indonesia) terdiri dari 27 unit koperasi susu. Koperasi anggota GKSI tersebut mampu memproduksi sekitar 430 ton liter susu per hari (Setiadi, 2007). Salah satu kegiatan untuk mengenalkan susu lebih jauh kepada anak-anak sekolah dan sebagai kegiatan agar mereka sadar akan kepentingan gizi bagi tubuhnya maka badan urusan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, FAO (Food and Agriculture Organization) mencetuskan Hari Susu Sekolah Sedunia yang jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan September. Hari Susu Sekolah Sedunia merupakan rangkaian Hari Susu Sedunia yang jatuh tiap tanggal 1 Juni sejak tahun 2000. Hari ketika anakanak mendapatkan segelas susu, sebagai sebuah simbolisasi akan pentingnya gizi bagi mereka, yang berpengaruh terhadap kecerdasan suatu individu dan nantinya berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sekolah sebagai entitas pendidikan utama menjadikannya sebagai sebuah tempat yang tepat untuk mendistribusikan kesadaran dan pentingnya mengkonsumsi susu dengan cukup. Penelitian eksperimental dengan studi kasus anak sekolah tingkat dasar (SD) dan sekolah tingkat pertama (SMP) di Kabupaten Purbalingga sebagai objek penelitian ini diharap sudah mengetahui dan mengenal berbagai macam produk yang terbuat dari bahan susu sapi segar.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan sensoris seperti bau, rasa dan kekentalan pada daya terima berbagai varian produk susu pasteurisasi dengan penambahan rasa dan gula pada anak Sekolah Dasar dengan Sekolah Menengah Pertama.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian adalah untuk mengetahui daya terima konsumen anak-anak sekolah di Purbalingga terhadap susu dengan berbagai varian rasa dan penambahan gula.