PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor
peternakan.
Suatu
negara
dapat
dikatakan
sistem
pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor pertanian meningkat. Pembangunan Sub sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Sub sektor peternakan merupakan bagian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Produk peternakan mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama protein, yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Keadaan ini menjadikan kebutuhan pangan dan gizi asal hewani pada masyarakat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan taraf hidup dan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi yang tinggi bagi tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut diperoleh dengan mengkonsumsi daging secara teratur. Sapi Bali merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional. Usaha sapi Bali mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai usaha masyarakat pedesaan, untuk peningkatan kesejahteraan yang pada gilirannya dapat mencapai swasembada daging. Sapi Bali memiliki daya adaptasi yang tinggi, serta mempunyai fertilitas yang baik dan dapat digunakan sebagai ternak kerja (Bandini 2003). Sapi potong (sapi Bali) telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha 1
ternak sapi potong (sapi Bali) sebagian besar berupa peternakan rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara integrasi dengan tanaman pangan maupun tanaman perkebunan (Suryana, 2009). Dewasa ini pemerintah Kabupaten Muna melalui Dinas Peternakan Kabupaten Muna, telah mendatangkan beberapa ternak sapi Bali yang dikenal dengan program pengembangan sapi Bali. Pengembangan sapi Bali sangat diprioritaskan karena dinilai Kabupaten Muna sangat potensial dalam pengembangan sapi Bali. Kabupaten Muna memiliki ketersediaan lahan dan pakan dari alam yang cukup serta kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap protein asal hewani cukup tinggi serta dinilai dapat menyangga kebutuhan daging nasional. Talib (2002) menyatakan bahwa, tujuan pengembangan sapi Bali adalah untuk meningkatkan populasi sapi Bali, penyerapan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, serta perbaikan manajemen pemeliharaan sapi Bali. Pencapaian program pengembangan sapi Bali tidak terlepas dari tugas dan peran penyuluh sebagai agent of change. Penyuluh merupakan salah satu faktor penentuan pencapaian tujuan pengembangan sapi Bali, baik itu penyuluh dengan status pegawai negeri maupun penyuluh Tenaga Harian Lapangan (THL). Penyuluh pertanian merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk mecapai target swasembada pangan. Penyuluh dapat melasanakan tugasnya yaitu memberikan penyuluhan seefektif mungkin. Pencapaian program pengembangan sapi Bali dapat diperoleh dengan kinerja penyuluhan yang baik. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan
2
membantu petani atau peternak memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, penyuluh dituntut untuk memberikan penyuluhan secara efektif sesuai dengan kebutuhan para petani dan peternak. Kinerja
penyuluh
sangat
mempengaruhi pencapaian
program
pengembangan peternakan disuatu daerah, karena penyuluh merupakan bagian dari pelaksana teknis di masyarakat. Penyuluh dituntut untuk menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Penyuluh diharuskan untuk selalu mengakses informasi baru dengan sebaik-baiknya dalam rangka pengembangan sapi, baik itu informasi suatu teknologi peternakan, permodalan
maupun
akses
pemasaran.
Untuk
menjalankan
atau
menerapkan suatu informasi yang diperoleh,mbing peternak dengan efektif agar mereka tahu dan mau melaksanakan hal tersebut dengan tujuan agar dapat dilaksanakan secara kontinyu oleh peternak . Disamping itu penyuluh juga diharapkan untuk selalu bertindak sebagai fasilitator atau pendamping dalam suatu teknologi peternakan agar peternak tidak salah menggunakan suatu teknologi tersebut. Olehnya itu, penyuluh diinginkan untuk selalu mengakses informasi, bertindak sebagai fasilitator, dan mendampingi atau kunjungan kepada peternak agar inovasi yang diberikan dapat diadopsi serta berjalan dengan baik. Tolak ukur yang paling penting dalam pengembangan peternakan adalah informasi yang diperoleh peternak, pengetahuan peternak dalam menerapkan suatu teknologi serta penyelesaian masalah yang dihadapi oleh peternak. Olehnya itu, keterlibatan penyuluh menjadi sangat penting dalam menjalankan dan pencapaian program pengembangan sapi
3
Bali. Implementasinya, kinerja penyuluh dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor dari penyuluh itu sendiri maupun faktor dari peternak yang dibinanya. Kinerja penyuluh dapat dipengaruhi oleh karakteristik penyuluh dan karakteristik petenak binaan penyuluh. Kemampuan dan keterampilan penyuluh diyakini sangat membantu penyuluh dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di lapangan. Selain itu keterlibatan peternak juga menjadi faktor penting untuk menunjang pencapaian program pemerintah. Peternak dengan pendidikan dan pengalaman yang tinggi serta umur yang produktif akan memudahkan pelaksanaan program pemerintah. Olehnya itu perlu dilakukan pengkajian tentang peranserta penyuluh pertanian dan peternak biaannya dalam pengembangan sapi Bali di Kabupaten Muna. Berlandaskan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu; bagaimana karakteristik penyuluh dan peternak binaannya
dalam mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian sebagai
peyebar informasi, fasilitator dan pendampingan atau kunjungan dalam pencapaian program pengembangan sapi Bali, serta apakah ada hubungan antara
kinerja penyuluh
sebagai penyebar informasi,
fasilitator dan
pendampingan dengan pencapaian program pengembangan sapi Bali di Kabupaten Muna?
4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah; 1. Untuk menganalisis pengaruh karakter demografi penyuluh dan peternak
binaan
penyuluh
terhadap
kinerja
penyuluh
dalam
pencapaian program pengembangan sapi Bali di Kabupaten Muna. 2. Menganalisis
hubungan
kinerja
penyuluh
pertanian
dengan
pencapaian program pengembangan sapi Bali di Kabupaten Muna.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan; 1. Sebagai bahan motivasi penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya agar selalu mengakses informasi-informasi yang baru dalam bidang peternakan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah umumnya Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan Kab. Muna dalam mengambil kebijakan
untuk
melakukan
upaya-upaya
peningkatan
kinerja
penyuluh pertanian yang pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas pelayanan kepada petani peternak dalam pengembangan sapi Bali di Kabupaten Muna. 3. Secara akademik menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan
dengan
masalah
kinerja
penyuluh
dalam
pengembangan ternak sapi.
5