x
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pengembangan usaha agribisnis hortikultura termasuk komoditas sayuran dilaksanakan melalui pemilihan komoditas unggulan yang kompetitif dipasaran dan dapat memenuhi permintaan dalam negeri maupun ekspor. Salah satu komoditas unggulan nasional yang dikembangkan secara luas dan diusahakan oleh petani di dataran tinggi maupun dataran rendah adalah bawang merah.
Total luas panen
bawang merah tahun 2003 mencapai 88.029 ha dan total produksi mencapai 762.795 ton (Deptan, 2004). Kebutuhan bawang merah secara nasional terus mengalami peningkatan seiring dengan laju pertambahan jumlah penduduk. Pada umumnya bawang merah dikonsumsi oleh seluruh masyarakat Indonesia sebagai bumbu/rempah. Pada tahun 2004, kebutuhan bawang merah bagi penduduk Indonesia yang berjumlah 210 juta mencapai hampir 750.000 ton atau 60.000 ton per bulan. Berdasarkan pada kapasitas produksi yang ada, kebutuhan bawang merah untuk konsumsi telah dapat dipenuhi. Namun demikian masih terjadi variasi terhadap total pasokan sebagai akibat pola produksi yang tidak merata sepanjang tahun. Pada saat panen raya, sering terjadi kelebihan pasokan, sedangkan pada saat di luar musim, kemampuan pasokan sangat terbatas sehingga kebutuhan pasar dipenuhi dari sisa panen sebelumnya dan sebagian lagi dari impor (Deptan, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Wilayah pengembangan bawang merah saat ini tersebar pada 15 propinsi dengan sentra utama terletak pada Propinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Petani di Sumatera Utara melakukan usaha budidaya bawang merah pada areal seluas 2.766 ha dengan produksi 26.224 ton (BPS, 2004). Sentra utama usaha budidaya bawang merah terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara dan Simalungun, sedangkan wilayah sentra penumbuhan berada di Kabupaten Deli Serdang dan Padang Sidempuan. Salah satu daerah di Kabupaten Deli Serdang yang akan dicoba untuk melakukan budidaya bawang merah adalah lahan percobaan Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Medan. Hasil analisis tanah di lahan percobaan STPP Medan menunjukkan bahwa kandungan C-organiknya 0,36 % atau kurang dari 1 %, dimana termasuk kriteria sangat rendah padahal bawang merah memerlukan bahan organik yang cukup. Menurut Simanungkalit dkk, (2006), untuk memperoleh produktivitas yang optimal dibutuhkan C-organik >2,5%. Selain itu kandungan pasirnya termasuk katagori tinggi yaitu 51 %, sehingga kandungan S tersedianya sangat rendah, dimana hasil analisis tanah terdapat pada Lampiran 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003), tanah dengan kandungan pasir tinggi banyak kekurangan S. Tanah yang seperti inilah diduga, yang menyebabkan rendahnya produksi bawang merah. Petani daerah Payabakung yang lokasinya berdekatan dengan STPP Medan, menanam bawang merah varietas asal Brebes menghasilkan panen rata-rata hanya 5,5 ton/ha (hasil wawancara dengan petani), sedangkan potensi hasil untuk varietas Kuning Brebes bisa mencapai 21,39 ton/ha (Putrasamedja,1984).
Universitas Sumatera Utara
Rendahnya kandungan bahan organik pada tanah seperti ini dapat diatasi dengan melakukan penambahan bahan organik berupa pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sangat membantu dalam memperbaiki sifat-sifat tanah seperti struktur tanah (granulator), permeabilitas tanah, porositas tanah, dan menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara (Hardjowigeno, 2003). Hasil penelitian Mayun (2007), menunjukkan bahwa hasil umbi kering tertinggi di dapat dari pemberian pupuk kandang sapi 30 ton/ha sebesar 12,27 Ku/ha di daerah pesisir pantai bekas sawah di Denpasar Timur, Propinsi Bali. Di dataran rendah Kabupaten Brebes (Jateng) dengan jenis tanah Alluvial kelabu (Inseptisol), pemberian pupuk kandang 15 ton/ha menghasilkan umbi kering tertinggi yaitu 13,86 ton/ha (Nur dan Ismiyati, 2007). Menurut Atmojo (2003), dalam pupuk kandang sapi mengandung unsur S sebanyak 2,2 – 13,6 kg/ton. Unsur ini yang sangat diperlukan sekali oleh tanaman bawang merah untuk meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan kualitas. Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan banyak sulfat dibanding tanaman lain. Sulfat memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualitas nutrisi tanaman sayuran, dan untuk tanaman bawang merah ketajaman aromanya berkorelasi dengan ketersediaan S di dalam tanah (Sumarni dan Hidayat, 2005). Unsur belerang biasa terdapat pada pupuk N yang mengandung belerang seperti pupuk ZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ZA 300 kg/ha dapat menghasilkan umbi kering 4,5 ton/ha, sedangkan tanpa pupuk ZA hasilnya hanya 1,20 ton/ha (Limbongan dan Maskar, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Disamping faktor media tanam, faktor lain yang mempengaruhi produktivitas bawang merah adalah jarak tanam. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dalam kompetisi penggunaan cahaya, air dan unsur hara, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi. Jarak tanam yang rapat mengakibatkan jumlah populasi tanaman per satuan luas tinggi, sedangkan jarak tanam yang terlalu jarang akan mengakibatkan populasi tanaman per satuan luas menjadi rendah, sehingga produksi menjadi rendah. Jarak tanam terbaik untuk bawang merah Palu adalah 10 cm x 20 cm dengan hasil umbi kering 10,65 ton/ha (Limbongan dan Maskar, 2003). Hasil pengkajian Winarto dkk (2006), di Desa Sarang Padang, Kecamatan Dolok Silo, Kabupaten Simalungun melaporkan bahwa terdapat perbedaan jumlah umbi/rumpun dan produksi dari 3 varietas bawang merah (Tiron, Bima dan Kuning) pada jarak tanam 25 cm x 25 cm. Selanjutnya dinyatakan bahwa varietas Kuning jumlah umbi per rumpunnya lebih sedikit dibanding varietas
Bima dan Tiron yaitu : 11,7
umbi/rumpun untuk varietas Kuning, 12,5 umbi/rumpun dan 17,1 umbi/rumpun untuk varietas Tiron. Begitu pula untuk produksinya, varietas Kuning lebih sedikit dibanding varietas Bima dan Tiron, yaitu : 1,86 ton/ha pada varietas Kuning, 2,49 ton/ha pada varietas Bima, dan 3,19 ton/ha untuk varietas Tiron. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan varietas Kuning, dan berdasarkan fakta di atas diduga varietas ini memerlukan jarak tanam yang lebih rapat. Pengaturan jarak tanam yang dikombinasikan dengan beberapa tingkatan pupuk ZA dan macam pupuk kandang diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas tanaman bawang merah. Karena belum tersedianya informasi yang cukup tentang semua ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawabnya.
Universitas Sumatera Utara
Perumusan Masalah Media tumbuh dan teknik budidaya masih merupakan masalah dalam produksi tanaman bawang merah di dataran rendah Kabupaten Deli Serdang sehingga diperlukan penelitian terhadap aspek-aspek tersebut. Permasalahan dari aspek media tumbuh antara lain sangat rendahnya bahan organik (kurang dari 1 %), sangat rendahnya unsur S tersedia, terutama pada tanah yang akan dipakai sebagai tempat penelitian; sedangkan dari aspek teknik budidaya antara lain adalah jarak tanam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik berupa pupuk kandang sapi, pemberian pupuk ZA, dan pengaturan jarak tanam. Yang menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya dosis pupuk ZA dan dosis pupuk kandang sapi, serta jarak tanam yang tepat untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis pupuk ZA, dosis pupuk kandang sapi, dan jarak tanam yang paling baik untuk meningkatkan produksi dan kualitas tanaman bawang merah.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis 1. Dengan meningkatnya dosis pupuk ZA akan meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan kualitas bawang merah. 2. Dengan meningkatnya pupuk kandang sapi akan meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan kualitas bawang merah 3. Jarak tanam 20 cm x 20 cm untuk varietas kuning merupakan jarak tanam yang paling baik untuk pertumbuhan , produksi dan kualitas bawang merah. 4. Pemberian dosis pupuk ZA dan dosis pupuk kandang sapi yang semakin meningkat, serta penggunaan jarak tanam 20 cm x 20 cm akan memberikan pertumbuhan, produksi, dan kualitas yang terbaik.
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai rekomendasi untuk menentukan dosis pupuk ZA, dosis pupuk kandang dan penentuan jarak tanam pada budidaya bawang merah, dalam rangka mendukung pengembangan usaha tani budidaya bawang merah di daerah sentra penumbuhan produksi bawang merah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, atau bagi mereka yang memerlukan.
Universitas Sumatera Utara