PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ' K i r a n y a tidak perlu dipermasalahkan Iagi, bahwa memperhatikan generasi muda merupakan sesuatu yang penting. Bukan saja karena mengingat jurnlahnya yang terbesar dari semua golongan usia penduduk Indonesia, tetapi juga peran dan hngsi strategis yang pernah dan akan disandangnya. Berdasarkan usia, komposisi penduduk Indonesia berbentuk kerucut, sama halnya komposisi penduduk di negara-negara sedang berkembang. Jumlah generasi muda di Indonesia lebih dari 42 persen dari jumlah seluruh penduduknya, atau sekitar 75 juta dari penduduk Indonesia (Menpora, 1990:Z). Jumlah yang besar ini merupakan
kekuatan potensial yang perlu dijelmakan menjadi kekuatan riil. Dengan demikian, pembinaan dan pengembangan pemuda secara tepat akan menjadikan pemuda sebagai aset yang sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan bangsa dan negara. Namun sebaliknya, bila pemuda tidak dibina dan dikembangkan secara berencana, tidak mustahil akan menjadi beban pembangunan, bahkan dapat menghancurkan kelangsungan dan cita-cita negara dan bangsa. Pemuda sebagai aset bangsa dan negara, dapat dilihat dari histori peran pemuda sejak tahun 1908 sampai sekarang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa peran pemuda sangat sentral, sehingga perlu pembinaan sejak dini. Pembinaan pemuda tidak hanya penti& untuk saat ini, tetapi untuk masa depan bagi kehidupan bangsa. Pemuda nantinya akan bertanggung jawab terhadap pembangunan masyarakat di masa depan. Pemuda
merupakan aset yang hams dibina dan dikembangkan agar pada akhirnya dapat bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat secara merata dan menyeluruh. Dinyatakan Presiden Republik Indonesia pada kongres pemuda di Barcelona Spanyol tahun 1985, bahwa hubungan antara generasi muda dan pembangunan tidak dapat dipisahkan.
Pemuda merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia,
sehingga pembangunan bangsa dan negara akan sulit berhasil tanpa partisipasi aktif pemuda. Sebaliknya, keberhasilan pembangunan secara langsung, juga akan memberikan manfaat kepada pemuda (Menpora, 1990:i).
. Pernyataan tersebut menunjukkan pentingnya peran pemuda dalam pembangunan. Oleh karena itu, perlu diupayakan adanya peningkatan pembinaan yang lebih terarah dan komprehensif Disadari, bahwa kelanjutan hidup suatu bangsa, sebenarnya tergantung pada peran yang sanggup dimainkan oleh pemuda di dalam memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan dan nilai-nilai perjuangan bangsa yang telah tercapai. Periode Pelita VI disinyalir sebagai era regenerasi (Naim, 1987), pembinaan dan pengembangan pemuda diarahkan pada tiga hal, yaitu: ( I ) upaya persiapan menjadi kader bangsa yang tangguh dan ulet dalam menghadapi tantangan pembangunan serta bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan bangsa dan negara; (2) sebagai penerus pejuangan bangsa diarahkan agar mampu mewujudkan cita-cita
nasional serta mampu berperan sebagai insan pembangunan nasional yang berjiwa Pancasila, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berpikiran maju, beridealisme tinggi, patriotik, berkepribadian mandiri dan benvawasan masa depan;
3 dan (3) sebagai pewaris nilai-nilai luhur budaya, diarahkan agar pemuda berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja, tangguh, memiliki idealisme yang kuat, berwawasan kebangsaan yang luas, mampu mengatasi tantangan, baik masa kini maupun yang akan datang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai sejarah yang dilandasi semangat kebangsaan serta persatuan dan kesatuan (GBHN, 199357-58& 105). Proses dinamisasi dan peningkatan kreativitas juga terjadi di sebagian kalangan pemuda. Mereka mampu memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia dalam proses pembangunan dan mampu membawa diri dalam peri kehidupan modern yang lebih rasional, menghargai waktu, bekej a efisien, membuat perencanaan dan melihat jauh ke depan (Poespowardoyo,l993:45). Tidak mengherankan jika pemuda di kalangan ini menjadi lebih lincah dalam usaha dan perilaku, serta mempunyai kelebihan dan kaya inisiatif dalam hidupnya.
Pemuda yang mempunyai karakteristik seperti ini di
masyarakat disebut sebagai pemuda yang ditokohkan atau pemuda teladan. Aktualisasi pemuda di pedesaan banyak berperan dalam pembangunan masyarakat desa. Tampak jelas peran pemuda yang dijalankan dari waktu ke waktu. Pemuda secara individual atau koiektif adalah faktor sentral dalam pembangunan masyarakat, karena ia bukan saja subjek pendukung, tetapi juga pencipta dan tujuan pembangunan masyarakat itu sendiri (Bernardi, 1977:13). Keunikan yang membedakan peran pemuda sekarang dengan pemuda dahulu adalah dorongan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses industrialisasi, yang akan meningkatkan efisiensi kerja di satu pihak. Di pihak lain, ha1 ini akan mendorong timbulnya diferensiasi kerja yang terkristalisasi dalam berbagai bentuk dinamika kehidupan sosial.
Di sisi lain, perubahan gaya hidup modem yang lahiriah sifatnya, makin konsumtif, mewah dan materialistik di kalangan pemuda merupakan kecenderungan
yang tidak bisa diingkari. Perubahan tersebut merupakan kejadian umum yang meluas sampai ke pelosok-pelosok memasuki semua lapisan masyarakat, baik lapisan atas, menengah maupun lapisan bawah. Ditambah lagi, belum terpecahkannya masalahmasalah dasar pembangunan seperti kerniskinan, kesenjangan sosial dan pengangguran sangat dirasa oleh pemuda (White, 1989:44; Sarwono, 1985:30-3 1; Slamet, 1991). Kepincangan-kepincangan tersebut dapat menimbulkan dishngsionalisasi, disorientasi dan disintegrasi dalam kehidupan pemuda yang manifestasinya sering tampak justru dalam tingkah laku yang destruktif Di pihak lain, yang meresahkan bagi kebanyakan orang tua adalah tanda-tanda tejadinya involusi budaya, yaitu adanya kecenderungan persepsi dan sikap di kalangan pemuda yang makin menyempit dan eksklusif sebagai manifestasi dari ketidakmampuannya menyerap nilai-nilai yang melatarbelakangi industrialisasi (Siagian, 1985; Sarwono, 1985).
Ditambah lagi
dengan reaksi negatif terhadap hasil kerja pembangunan karena dirasa kurang menyentuh dan merata (Subono dan Armando, 1987). Dengan demikian, pemuda dapat digolongkan menjadi dua karakteristik yang berbeda. Satu pihak, peran pemuda yang aktif dalam pembangunan, di pihak lain beberapa pengaruh yang bisa membuat pemuda tidak berperan aktif dalam pembangunan.
Untuk mengoptimalkan peran positif pemuda dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, penelitian ini mendesak untuk dilakukan adalah "peran pemuda dalam pembangunan masyarakat pedesaan."
Peran adalah perilaku yang diharapkan sesuai dengan hngsi atau kedudukannya. Timbulnya peran karena adanya harapan dari lingkungan yang memberikan kedudukan pada pemegang peran. Secara teoritis, peran aktual (kinerja) atau performed role dipengaruhi oleh peran yang diterima dan dirasakan oleh pemuda (perceived role), dan peran ini dipengaruhi oleh peran yang diharapkan, baik yang tertulis brescriyted role) maupun yang berupa nilai-nilai yang dipegang atau dijunjung tinggi oleh masyarakat atau pemuda itu sendiri (expected role). Secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:
Peran yg. Diterima Peran Tertulis Sosialisasi dan
Gambar 1 : Proses Terbentuknya Peran Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat Secara teoritis, ketiga komponen tersebut seharusnya identik dan simetris. Peran harapan, baik yang tertulis maupun tidak seharusnya identik dan semitris dengan peran yang diterima dan dirasakan oleh pemuda melalui proses sosialisasi dan komunikasi yang efektif Demikian pula, peran yang diterima dan dirasakan seharusnya identik dengan kinerja atau peran aktual melalui proses pendidikan dan latihan yang
harus dilakukan oleh pemuda yang bersangkutan. Pendidikan dan latihan tersebut seharusnya dijabarkan dari peran yang tertulis maupun nilai-nilai yang dipegang dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Apabila proses ini berjalan secara nonnal dan optimal, maka tidak akan tejadi kesenjangan, sehingga tidak terjadi konflik peran. Berdasarkan uraian tersebut, bagaimana peran yang dilakukan pemuda dalam pembangunan masyarakat pedesaan? Masalah Penelitian Pandangan
terhadap
aktualisasi peran
pemuda
dalam
pembangunan
menampakkan dualisme. Pada satu sisi, pemuda berada dalam "dunia lama" yang berorientasi pada nilai-nilai atau tradisi "lama" yang memandang pemuda adalah orang yang belum jadi ("durung dadi wong"), sehingga belum mengenal eksistensi pemuda sebagai satu kekuatan yang berdiri sendiri. Sebaliknya, pada sisi lain, pemuda berada dalam "dunia baru" yang berorientasi pada dunia modem --yang secara historis kehadirannya dipelopori oleh pemuda pada awal abad ini, yakni peran mereka dalam merebut kemerdekaan, dan setelah itu mengisi pembangunan dengan berbagai aktivitasnya (Naim, 1982:32-34). Dengan perkembangan zaman sekarang ini, pernikiran dualistik tersebut tidak selalu haws bejalan seirama. Namun, karakteristik yang demikian perlu dicermati dan dibuktikan secara riil dan aktual. Mengkaji tentang pemuda dalam pembangunan dapat dilihat dari dua dimensi, yakni dimensi kekinian dan dimensi masa depan. Dalam dimensi kekinian, pemuda adalah potensi yang hams didayagunakan dalam pembangunan. Dalam dimensi masa depan, pemuda adalah aset yang hams dikembangkan untuk kepentingan di masa yang
a h datang. Dengan demikian, aktualisasi pemuda dalam pembangunan masyarakat pedesaan merupakan becomingprocess. I
Orientasi pemuda saat ini dapat diidentifikasi dari beberapa sifat, yakni ( 1 )
cara hidup yang terlalu berorientasi kekinian, sehingga tercermin dengan sifat enjoy lijie, (2) pandangan hidup berorientasi pada status (status oriented), sehingga sikapnya
lebih berorientasi pada status daripada hngsi atau prestasi, dan (3) orientasi pada external locus of control, sehingga pemuda saat ini lebih percaya pada koneksi daripada kompetisi secara terbuka. Tanda terakhir tersebut muncul adanya gejala mengambil jalan pintas --sering disebut bypass disease (Rohrnad, 1997). Pemuda dalam kaitannya dengan pembangunan, berarti suatu usaha atau gerakan untuk mengaktualisasikan potensi pemuda untuk dijadikan kekuatan (power.) dan penggerak dalam pembangunan di masa yang akan datang. Dalam waktu yang bersarnaan, potensi itu juga harus diberi peluang dan kesempatan untuk berkembang derni masa depan. Aktualisasi peran pemuda dapat dibedakan menjadi dua, yakni: ( I ) pemuda sebagai pengikut (pemudagnon tokoh), yang jumlahnya banyak (mayoritas), dan (2) pemuda sebagai tokoh atau pemuda tokoh, yang saran dan pendapatnya diikuti oleh .ansp,ota atau kelompoknya. Aktualisasi peran pemuda non tokoh adalah menyikuti ajakan dan anjuran yang dilaksanakan oleh pemuda tokoh atau pemimpin masyarakat. Akmalisasi peran pemuda tokoh adalah menginterpretasikan situasi dan kvndisi masyarakat dan mencari pemecahan yang dianggap paling baik untuk kesejahteraan masyarakatnya. Peran pemuda yang demikian diharapkan mengalami proses
akan datang. Dengan demikian, aktualisasi pemuda dalam pembangunan masyarakat pedesaan merupakan becomingprocess. +
Orientasi pemuda saat ini dapat diidentifikasi dari beberapa sifat, yakni ( 1 )
cara hidup yang terlalu berorientasi kekinian, sehingga tercermin dengan sifat enjoy life, (2) pandangan hidup berorientasi pada status (status oriented), sehingga sikapnya lebih berorientasi pada status daripada hngsi atau prestasi, dan (3) orientasi pada external locus of control, sehingga pemuda saat ini lebih percaya pada koneksi daripada kompetisi secara terbuka. Tanda terakhir tersebut muncul adanya gejala mengambil jalan pintas --sering disebut bypass disease (Rohmad, 1997). Pemuda dalam kaitannya dengan pembangunan, berarti suatu usaha atau gerakan untuk mengaktualisasikan potensi pemuda untuk dijadikan kekuatan (power) dan penggerak dalam pembangunan di masa yang akan datang. Dalani waktu yang bersamaan, potensi itu juga hams diberi peluang dan kesempatan untuk berkembang demi masa depan. Aktualisasi peran pemuda dapat dibedakan menjadi dua, yakni: ( 1 ) pemuda sebagai pengikut (pemudh non tokoh), yang jumlahnya banyak (mayoritas), dan (2) pemuda sebagai tokoh atau pemuda tokoh, yang saran dan pendapatnya diikuti oleh anggota atau kelompoknya. Aktualisasi peran pemuda non tokoh adalah mengikuti ajakan dan anjuran yang dilaksanakan oleh pemuda tokoh atau pemimpin masyarakat. Aktualisasi peran pemuda tokoh adalah menginterpretasikan situasi dan kondisi masyarakat dan mencari pemecahan yang dianggap paling baik untuk kesejahteraan masyarakatnya. Peran pemuda yang demikian diharapkan mengalami proses
pencerdasan, karena mereka selalu belajar dan berlatih untuk mengekspresikan kehendak anggota atau masyarakatnya secara kolektif. Aktualisasi pemuda tokoh dan p"engikut saling pengaruh mempengaruhi dan saling isi mengisi dalam pembangunan masyarakat. Hubungan pemuda tokoh dan pemuda pengikut atau non tokoh merupakan simbiosis mutualisme di antara mereka. Untuk melihat peran pemuda, dapat dilihat dari dua segi, yakni dilihat ( I ) secara sistem, dan (2) secara individual. Secara sistem berarti melihat pemuda secara makro atau melihat jaringan-jaringan dalarn sistem, sedang secara individual berarti memandang secara mikro atau melihat pemuda itu sendiri sebagai individu. Dalam cara yang kedua ini, Cooley (1 902) mengajukan teori fookitrg gfasses self atau teori cermin dan teori impression management atau teori pengelolaan kesan dari Schlenker (1980). Teori ini mengemukakan suatu model tentang kedirian, yang
membuat pemuda
menjadi tahu cara ia telah bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat/keluarga dan kelompok yang dipimpin atau yang diikutinya. Teori ini juga bisa membawa pemuda dalam pembangunan masyarakat dari keadaan tidak atau belum tahu menjadi individu yang mempunyai kedirian yang ideal. Pemuda akan mengetahui dengan pasti hal-ha1 yang hams dilakukan agar memperoleh penghargaan, penghormatan dan pengakuan dari kelompoMorganisasi yang dipimpin atau yang diikutinya. Dalam teori cermin, Thomas (Bertrand, 1980:73) menyebutkan dua kebutuhan yang melatar belakangi agar peran pemuda dapat teraktualisasi secara optimal. Kedua kebutuhan tersebut yakni (1) kebutuhan terhadap rangsangan dan tanggapan yang wujudnya antara lain kerjasama yang membangun, dan (2) kebutuhan terhadap
pengakuan baik dari keluarga, kelompok dan atau organisasi kepemudaan maupun masyarakat serta didukung oleh media massa yang memadai. "
Kedirian (se& pemuda, keluarga dan kelompok dalam masyarakat merupakan
satu kesatuan yang harmonis. Nilai-nilai yang dimiliki seseorang seperti persepsi, kemampuan dan sikap merupakan salah satu dimensi dari kedirian pemuda, yaitu kedirian subyektif Narnun, jika nilai-nilai tersebut diterima oleh pemuda dari keluarga, kelompok dan masyarakat itulah dimensi kedirian pemuda yang kedua, yakni kedirian obyektif Kedirian obyektif diterima dari orang lain, yakni orang-orang di dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan media massa. Berdasarkan uraian di atas, eksistensi peran pemuda dalam pembangunan masyarakat terbentuk oleh dua hal, yaitu: (1) kedirian yang didorong oleh persepsi, kemampuan, kemauan, kesempatan yang ada, dan konsep diri sebagai faktor internal, dan (2) dorongan keluarga, masyarakat, dan dorongan sosial yang mendorong pemuda tersebut aktif dalam program pembangunan. Terbentuknya pemuda yang aktif dalam pembangunan masyarakat pedesaan dipengaruhi oleh kesempatan yang diberikan oleh lingkungan sosial, dan kesediaan dirinya sendiri. Hal ini merupakan dua ha1 yang saling tarik menarik, karena peran pemuda dalam pembangunan masyarakat pedesaan lebih merupakan fbngsi sosial. Dengan demikian untuk mengoptimalkan peran pemuda dalam pembangunan masyarakat perlu dikaji aktualitasnya dalam pembangunan. Dalam penelitian ini digunakan model cermin dari Cooley. Penelitian ini tampaknya lebih cocok, karena model ini dititik beratkan pada analisis suatu kelompok tertentu di masyarakat, seperti
rnisalnya peran pemuda dalam masyarakat pedesaan.
Tampaknya pemuda tokoh
secara umum berbeda dengan anggota pemuda yang lain atau pemuda non tokoh. Sehubungan dengan masalah-masalah tersebut, penelitian ini diarahkan oleh pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Bagaimana peran pemuda dalam pembangunan masyarakat?
(2) Bagaimana faktor internal pemuda dalam pembangunan masyarakat? (3) Bagaimana faktor eksternal pemuda dalam pembangunan masyarakat? (4) Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal pemuda dengan aktualisasi perannya dalam pembangunan masyarakat desa?
Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini memiliki tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) Menemukan gambaran peran pemuda dalam pembangunan masyarakat;
(2) Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi peran pemuda dalam pembangunan masyarakat, yang sesuai dengan keadaan Indonesia; dan (3) Menentukan hubungan faktor internal dan eksternal peran pemuda dalam pembangunan masyarakat.
Manfaat Penelitian Suatu penelitian dipandang penting bila penelitian itu memiliki makna yang cukup. Makna ini dapat dipandang dari berbagai segi. Suatu penelitian dianggap bermanfaat bila memiliki tiga makna, yaitu: makna normatif, teoritis dan praktis. Kegunaan penelitian ini juga mengarah pada tiga ha1 tersebut, yaitu (1) segi normatif,
(2) segi teoritis atau substantif, dan (3) segi praktis.
Dalam rangka penyuluhan pembangunan, secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan: (1) garnbaran mengenai profil pemuda dalam pembangunan masyarakat pedesaan yang sesuai dengan konteks Indonesia, khususnya Kabupaten Malang Jawa Timur, dan (2) faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap peran pemuda dalam pembangunan masyarakat, sehingga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pembinaan dan pengembangan generasi muda --yang sampai sekarang dirasa masih langka. Secara normatif, hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi terhadap pembinaan dan pengembangan pemuda yang mendukung terciptanya pemuda pembangunan yang tangguh, utet dan bertanggung jawab terhadap cita-cita pembangunan masyarakat Indonesia, serta perjuangan dan nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat: (1) membuka jalan dalam upaya pembinaan dan pengembangan generasi muda dalam rangka membangun dan menumbuhkan tokoh-tokoh dalam pembangunan masyarakat yang cakap (cnpahle) dan bertanggung jawab, (2) dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda, dan (3) mendorong para peneliti dan para pakar lain untuk meneliti secara mendalam atau sudut pandang yang berbeda tentang peran pemuda dalam pembangunan masyarakat, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fokus Penelitian Sasaran penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yakni: (1) obyek penelitian, dan (2) wilayah penelitian. Ditinjau dari obyek penelitian, fokus dalam penelitian ini adalah pemuda sebagai obyek sasaran atau sebagai sumber data. Sumber pendukung
data juga sangat diperhatikan dalam kajian ini, sepanjang mendukung sumber data. Pemuda adalah orang yang berada pada masa transisi, dari masa remaja menuju masa dewasa, atau sering disebut masa "jembatan" dari masa yang belum bertanggung jawab menuju masa yang mapan dan bertanggung jawab. Adapun secara garis besar pengertian pemuda adalah: (a) memiliki identitas ego yang stabii, (b) dapat berfikir secara sistematis, (c) memiliki minat tertentu, (d) mampu menyesuaikan diri dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat, (e) perkembangan moral mencapai tahap konvensional. Pengertian tersebut merupakan arti pemuda secara konseptual. Oleh karena itu, perlu dicarikan pengertian pemuda secara faktual dan bersifat umum. Ciri khas pemuda secara faktual dan bersifat umum.antara lain adaiah: (1) orang (manusia yang berada) pada periode tertentu atau usia 17-30 tahun, (2) belum menikah, (3) terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan di desanya, dan (4) secara umum diakui keberadaan dan eksistensinya dalam program pembangunan masyarakat. Ciri-ciri pemuda tersebut biasanya aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, dan ini merupakan manifestasi dari sifat yang enerjik, original, spontan dan ideal. Fokus wilayah penelitian ini adalah di daerah Kabupaten Malang Jawa Timur yang berkategori desa, baik desa-desa wilayah perkotaan, pinggiran maupun desa-desa pedesaan. Desa sebagai suatu unit terkecil dari struktur pemerintahan atau sebagai unit
decision making process mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu, di daerah penelitian yang menjadikan daerah sampel penelitian adalah daerah yang berkategori desa, dan bukan kategori kelurahan. Secara undang-undang No. 5 tahun 1979, menyatakan bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat
clan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia; sedang kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Dengan demikian, secara administratif dan konseptual, perbedaan desa dan kelurahan terletak pada kebebasan untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Bagi desa dapat menyelengarakan rumah tangga sendiri, sedang kelurahan tidak, karena langsung di bawah wewenang Camat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1979 tentang "Pemerintah Desa" termaktub pasal 10, menyatakan bahwa: (1) Kepala Desa menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan Pemerinah Desa, yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyeienggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan desa, urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menumbuhkan serta mengembangkan jiwa gotong royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan Pemerintah Desa, dan (2) dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan desa yang dimaksud dalam ayat (1) Kepala Desa: (a) bertanggung jawab kepada pejabat yang benvenang mengangkat melalui Camat. (b) memberikan keterangan pertanggungjawaban tersebut kepada Lembaga Masyarakat Desa.
Dengan karakteristik yang demikian, diharapkan masyarakat desa lebih bebas untuk mengatur kegiatan kemasyarakatannya, termasuk kebebasan di kalangan pemuda dalarn mengaktualisasikan perannya dalam pembangunan masyarakat. Menurut Sastropoetro (1988: 65-67), pemerintah desa perlu diberi atau ditambah secara sah dan lengkap apabila desa tersebut memiliki change agetlt untuk melaksanakan program yang berkaitan dengan proyek-proyek pemerintah dari atas (proyek dari pusat). Change agent di sini seharusnya dapat mengembangkan kemampuan (baik kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental) masyarakat desa, termasuk pemuda untuk memanfaatkan program pembangunan yang dicanangkan pemerintah, sehingga masyarakat desa semakin berkembang kemampuannya melalui gorong royong sebagai sendinya. Dengan gotong royong tersebut, diharapkan terjadi saling asih, asah dan asuh, baik bagi orang dewasa maupun bagi pemuda, sehingga terjadi proses pencerdasan dari sebelumnya melalui pendidikan non formal dengan pendekatan andragogik. Pendidikan non formal yang andragogik, secara umum disebut penyuluhan pembangunan, karena orientasinya adalah untuk mempercepat program pembangunan tercapai target-sasarannya. Berdasarkan uraian di atas, sasaran utama dalam penelitian ini adalah pemuda atau orang (manusia) yang berusia 17-30 tahbn; belum rnenikah; dan sampai penelitian dilaksanakan masih bertempat tinggal atau berdomisili di wilayah penelitian, yakni Kabupaten Malang Jawa Timur