PENDAHULUAN
Latar Belakang Sayuran umumnya selalu ada dalam menu masyarakat Indonesia. Pada awalrlya pemilihan jenis sayuran hanya didasarkan pada nilai nutrisi sayuran, terutama dari kandungan vitamin dan mineralnya. Namun akhir-akhir ini sebagian masyarakat mulai sadar akan kandungan non gizi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan, disamping komponen gizinya. Kesadaran masyarakat ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi masyarakat serta kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Sayuran dapat diartikan sebagai produk atau komoditi yang didefinisikan sebagai tanaman atau bagian tananian yang sukulen dari suatu tanaman, yang dikonsurnsi sebagai pelengkap makanan pokok (Williams et. al., 1993; Siemonsma and Kasem Piluek, 1994). Banyak penelitian terhadap sayuran yang ditujukan untuk mempelajari komponen non gizinya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa dalam bahan pangan terkaildung senyawa kimia yang dapat berfungsi sebagai ~hemo~urevention terhadap kankcr. Clzemoprevention adalah istilah untuk intervensi bahan kimia atau bahan pangan yang dapat mengurangi kerentanan karsinogen dengan cara menghalangi, menghambat, atau mebalikkan kerentanan terhadap kanker (Block et. al., dalam Fahey and Talalay, 1995). Penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa konsurnsi sayur dan buah yang tinggi berasosiasi dengan pengurangan resiko terserang kanker. Selanjutnya telah ditemukan pula bahwa dalam jenis sayuran tertentu, disarnping kandungan seratnya, terkandung senyawa kimia lain non gizi untuk pencegahan
terhadap kanker. Contoh sayuran jenis ini adalah beberapa sayuran dalam famili Cruciferae, Solanaceae, dan Liliaceae Di
Arnerika,
penelitian
terhadap
spesies
Crucqerae
sebagai
chemoprevention, terutama brokoli, teiah meningkatkan secara drastis perrnintaan
jenis sayuran ini di pasaran. Beberapa spesies dalarn famili Cruclferae yang telah diteliti sehubungan kandungan bahan kimia yang dapat mencegah kanker adalah brussel sprout, kule, red cabbage, cuulrJlower,green cabbage.
Indonesia, dengan jenis sayuran yang sangat beragam, sangat berpotensi mengembangkan makanan kesehatan. Untuk itu diperlukan serangkain penelitian terhadap bahan makanan, misalnya sayuran, untuk mengetahui potensinya sebagai makanan kesehatan. Bila ha1 ini berhasil dilakukan maka akan memberikan nilai tamb(ahterhadap nilai sayuran tertentu dan sekaligus dapat meningkatkan deraiat keseltatan penduduknya. Penelitian-penelitian ini semakin strategis untuk dilakukan bila melihat perubahan pola penyakit di Indonesia.
Penyakit infeksi yang
merupakan masalah utama makin berkurang seiring dengan kemajuan ekonomi yang memungkinkan pencegahan dan pengobatan yang lebih intensif. Sebaliknya penyrikit degeneratif dan kanker semakin menonjol (Tjahjono. 1999). Khusus untuk penyakit kanker, terjadi peningkatan yang sangat drastis. Dalarn 10 tahun terakhir, terjadi peningkatan sebagai
penyebab kematian di
Indonesia, dari urutan ke-12 meniadi urutan ke-6. Walaupun penyebab pasti belum diketiihui, tetapi telah teridentifikasi faktor resiko berbagai jenis kanker yaitu faktor keturunan, lingkungan hidup, dan gaya hidup (Thahjono, 1999; Budiarso,l998). Pengobatan terhadap penyakit ini umumnya mahal dan beresiko besar. Oleh karena itu penggalian potensi bahan pangan, terutama sajurafi, untuk dikembangkan sebagai makanan kesehatan seharusnya diprioritaskan.
Paria adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam farnili Cucui*bitaceae. Selain sebagai sayuran, sebagian masyarakat memanfaatkannya untuk pengobatan berbagai jenis penyakit. Dari berbagai bagian dari tanaman ini; daging buah, biji, akar, daun, bunga; secara trahsional digunakan untuk pengobatan rheuniatik, astma, artritis, diabetes, pencuci perut (Nguyen dan Sri Hayati Widodo, 1999). Di Arnerika, Jus dari buah paria segar banyak dimanfaatkan untuk terapi pende:ritaHIV.
'
Indonesia mempunyai banyak kultivar paria, tetapi belurn ada klasifikasi yang memadai. Secara tradisi, masyarakat mengelompokkan paria berdasarkan warna. buah.
Demikian juga
klasifikasi menurut
Ochse (1931)
yang
mengelompokkan paria & Indonesia menjadi beberapa jenis yaitu paria bodas (sn.) / pare gajih (jw.), paria hejo (sn.) / pare belungan, paria kotok atau gengge (sn.) atau
pare a.yarn (jw.). Selain itu terdapat pana hibrida, baik produk lokal maupun irnpor, yang mempunyai keunggulan dan banyak dibudidayakan petani serta digemari masyarakat. Dari beberapa penelitian di luar negeri, telah berhasil diisolasi suatu protein aktif ,dari biji paria (Momordica charantia L.) yang b e h g s i sebagai inhibitor sintesis protein. Kelompok protein ini disebut RIP atau Ribosom Inactivating Protejn (Minami et. al., 1992). RIP juga dilaporkan terdapat pada anggota famili Cucurbitaceae lainnya yaitu Lu#a cylindrica dan Trichosantes kirilowii ( Kondo et. ul., 1995; di Topi et. al., 1996). RIP merupakan protein yang dapat dimanfaatkan baik dalam bidang pertanian maupun kesehatan.
Dalam bidang pertanian
berpo1:ensi sebagai bahan pelindung terhadap serangan hama dan penyakit, dengan keunggulan mudah terdegradasi sehingga aman terhadap lingkungan. Sedangkan 1
Kompas Minggu, 18 Februari 2001
dalann bidang kesehatan dapat dimanfaatkan sebagai immunotoksin untuk target sel terterltu, seperti sel kanker, T-sel, dan macrophage yang diinfeksi virus HIV (Min*amiet. al., 1993; Nguyen dan Sri Hayati Widodo, 1999). Lin Huang et. al. (1995)),melaporkan bahwa MAP 30 (Momordlne Active Protein, bobot molekul 30 kD) yang diisolasi dari biji paria adalah suatu protein bioaktif, dan secara aktif
dapat melawan HIV-1 dan sel tumor. Dalam proses mengisolasi suatu bioaktif diperlukan uji hayati untuk mengetahui efek farmakologinya. Untuk mendapatkan bioaktif sebagai anti kanker digunakan kombinasi uji hayati antara lain uji kematian larva udang (brine slzrimp lethar'lty test) dan uji menggunakan dua alur sel kanker secara in vitro. Kombinasi kedm~uji ini digunakan untuk mendapatkan senyawa anti kanker dari buah muda Persea americana dan cortex Taiwania ctyptomenoides (Oberlies et. al., 1998; He et. al., 1997). Dengan berbagai manfaat tersebut, penelitian untuk mempelajari protein bioaktif dari kultivar paria yang ada di Indonesia diharapkan akan meningkatkan manfiiat dan nilainya. Disamping itu bila akan diproduksi dalam skala luas, maka akan semakin banyak pilihan kultivar apabila ternyata terdapat kendala pada salah satu pilihan tersebut. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelaiari aktivitas protein bioaktif buah paria dari beberapa kultivar paria dengan dua tingkat kematangan dengan menggunakan uji kematian larva udang dan alur sel kanker in vitro. Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan informasi mengenai potensi bioaktif buah paria dari bebempa k~ltivarparia.
Hipotesis Penelitian
Hipotesi penelitian ini adalah (1) Terdapat ekstrak protein bioaktif dari beberapa kultivar paria yang dapat dideteksi dengan uji kematian larva udang, (2) Terdapat aktivitas ekstrak protein buah paria yang dapat dideteksi menggunakan alur sel secara in vitro.