Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pada Harian Analisa Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis Oleh: Abul Muamar Abstract The results of North Sumatera’s election is something that is always awaited by the society. Therefore, the announcement of the quick count results of the regional election conducted by surveillance institutions has become a good materials for news in some medias. By Analisa Daily, the results of the regional election was created to be a discourse that contained certain ideology. This research raised up the discourse as the object tittled ―Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pada Harian Analisa Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis‖ which study how the Analisa daily creates the discourse about Ganteng’s victory. The goal of this research is to find the answer about how a domination practice is occuring behind the discourse. It goes from a critical view which puts a discourse not as something that is normally occuring. The language within this view, is seen as a main tool to run a targetted social practice. This research uses the Norman Fairclough’s critical analysis methode to gain the information about how media creates the discourse. By this method, the discourse is analized within three levels, which are text analysis, discourse practice analysis, and sociocultural practice analysis. Each level are related to each other. At the end of the result, this research finds that there is a tendention of Analisa daily to be in Ganteng’s side. It is seen from the analysis on the representation, relation, identity, and intertextuality of the text. Meanwhile, the deep interview also tells us the same. Keywords: Analisa Daily, North Sumatera’s election, Quick Count, Discourse.
PENDAHULUAN Konteks Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara (Pemilukada Sumut) 2013 telah berakhir dengan keunggulan pasangan nomor urut lima, yakni Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng). Seperti diketahui, pemilukada Sumatera Utara dilaksanakan pada 7 Maret 2012 di seluruh wilayah yang ada di Sumatera Utara yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota, 422 kecamatan, dan 5.800 desa/kelurahan, serta 26.444 tempat pemungutan suara (TPS). Dalam hasil hitung cepat yang dirilis oleh beberapa lembaga survei yang ada beberapa jam setelah pencoblosan, pasangan Gatot-T Erry tercatat unggul di atas angka 30 persen. Keunggulan pasangan ini terjadi di hampir seluruh kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara (Analisa, 8 Maret 2013: Hitungan Cepat, Gatot-T Erry Unggul Satu Putaran). Di berbagai media, termasuk surat kabar harian yang ada di Sumatera Utara, kabar mengenai hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara hadir sebagai headline di halaman paling depan dengan berbagai judul. Hadirnya berita-berita seputar hasil hitung cepat 1
pemilukada Sumatera Utara dengan judul yang berbeda-beda itu membuat persepsi yang timbul di masyarakat turut berbeda pula. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini tidak terlepas dari peran media massa dalam menyajikan setiap informasi tentang situasi dan kondisi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Hal ini bersinggungan dengan keharusan media menampilkan fakta dari peristiwa yang terjadi. Penelitian ini berangkat dari realitas yang peneliti tangkap dimana saat ini metode quick count (hitung cepat) semakin mengalami peningkatan tren. Hal ini lalu peneliti coba kaitkan dengan cara menganalisis teks berita yang menyangkut hasil hitung cepat. Sementara itu, berita tentang pemilukada Sumatera Utara merupakan bagian penting dari dinamika perpolitikan di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Di samping itu, yang juga tak kalah penting, peneliti ingin mencoba membuka praktik kekuasaan yang terjadi lewat teks-teks berita yang dihadirkan. Analisis wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana model Norman Fairclough. Peneliti berpedoman pada model yang dikemukakan oleh Norman Fairclough karena dengan model ini akan ditemukan adanya hubungan antara teks yang sifatnya mikro dengan konteks masyarakat yang bersifat makro. Terdapat tiga unsur yang akan dilihat melalui analisis wacana model ini, yaitu: teks, discourse practice, dan sociocultural practice. Di samping itu, masih dalam tahap analisis teks, penelitian ini juga akan melihat teks lewat kajian intertekstual. Intertekstualitas adalah sebuah istilah dimana teks dan ungkapan dibentuk oleh teks yang datang sebelumnya, saling menanggapi dan salah satu bagian dari teks tersebut mengantisipasi lainnya. Setiap ungkapan dihubungkan dengan rantai komunikasi. Semua pernyataan didasarkan oleh pernyataan yang lain, baik secara eksplisit maupun implisit. Sementara itu, discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Sebuah teks berita, khususnya yang dihasilkan oleh suatu media, pada dasarnya dihasilkan melewati suatu proses yang meliputi pola kerja, bagan kerja, serta rutinitas dalam struktur pengorganisasian media tersebut. Sebuah hasil liputan berupa teks oleh wartawan, akan diolah kembali oleh editor di ruangan redaksi. Adapun proses konsumsi teks juga dapat ditentukan oleh konteks sosial yang menyertainya (Eriyanto, 2001:316). Sedangkan sociocultural practice adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks di sini memasukkan banyak hal, yang mencakup konteks situasi, konteks dari praktik institusi dari media yang bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya atau politik tertentu. Sebagai contoh situasi politik media, budaya media, ekonomi media tertentu yang mempengaruhi pembuatan berita (Eriyanto, 2001:320). Fokus Masalah Fokus masalah pada penelitian ini adalah ―Bagaimana berita mengenai kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho–Tengku Erry Nuradi (Ganteng) dalam hasil quick count (hitung cepat) pemilukada Sumatera Utara 2013 ditampilkan dalam pemberitaan di Harian Analisa?‖ Sebagai pembatasan masalah, penelitian ini hanya akan meneliti satu berita saja dari edisi Jumat, 8 Maret 2013 sebagai objek atau data penelitian. Adapun berita yang dimaksud merupakan berita headline pada edisi tersebut dengan judul ―Hitungan Cepat, Gatot- T Erry Unggul dalam Satu Putaran‖.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Harian Analisa mewacanakan pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) 2. Untuk mengetahui bagaimana Harian Analisa memproduksi wacana kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) dalam hasil hitung cepat pemilukada Sumut 2013. 3. Untuk mengetahui bagaimana proses konsumsi wacana oleh pembaca Harian Analisa mengenai berita tentang kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) dalam hasil hitung cepat pemilukada Sumut 2013. KAJIAN PUSTAKA 1. Pers, Jurnalistik, dan Surat Kabar Pers memiliki keterkaitan yang luas dengan dunia media dan pemberitaan. Pers tidak hanya merujuk pada wartawan sebagai pihak yang mengolah berita, tetapi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh sebuah media beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya, mulai dari proses mengumpulkan bahan berita sampai menyebarkannya. Unsur-unsur di dalamnya meliputi wartawan, editor, anggota redaksi, sampai kepada pemimpin redaksi. Pers, selanjutnya, tidak dapat dipisahkan dari dunia jurnalistik. Jurnalistik merupakan bagian penting dari pers sebab jurnalistik merupakan kegiatan atau proses yang menghasilkan berita-berita yang akan disajikan. 2. Quick Count Quick count dilakukan berdasarkan pada pengamatan langsung di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah dipilih secara acak. Unit analisis quick count ini adalah TPS, dengan demikian penarikan sampel tidak dapat dilakukan sebelum daftar TPS atau desa yang akan dipantau tersedia. Kekuatan data quick count sebenarnya bergantung pada bagaimana sampel itu ditarik. Sampel tersebutlah yang akan menentukan suara pemilih yang akan dipakai sebagai dasar prediksi hasil pemilu. Sampel yang ditarik secara benar akan memberikan landasan kuat untuk mewakili karakteristik populasi (http://www.beritaiptek.com/Quick-count.shtml). 3. Analisis Wacana Kritis Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana – penggunaan bahasa dalam bentuk tuturan dan tulisan – sebagai bentuk dari praktik sosial. Memandang wacana sebagai bentuk praktik sosial akan menjelaskan bagaimana suatu kegiatan diskursus memiliki hubungan dialektis terhadap situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya (Eriyanto, 2001:7). Terdapat beberapa ciri khas dari analisis wacana kritis yang diungkapkan oleh Teun A. Van Dijk, Norman Fairclough, dan Wodak. Pertama, wacana dilihat sebagai bentuk tindakan sosial. Dengan pemahaman ini, akan terlihat adanya implikasi tentang bagaimana wacana harus dipandang. Kedua, analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, peristiwa dan kondisi (Eriyanto, 2001:8). Wacana di sini dilihat sebagai sesuatu yang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis oleh suatu konteks tertentu. Ketiga, 3
wacana ditempatkan dalam konteks sosial tertentu. Ini berarti bahwa wacana tidak dapat dipisahkan dari konteks yang melatarbelakanginya. Keempat, analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan dalam analisisnya (Eriyanto, 2001:11). Di sini, wacana dipandang bukan sebagai sesuatu yang netral dan bebas nilai, melainkan merupakan hasil dari bentuk pertarungan kekuasaan. Dari teropong ini, wacana akan diketahui sebagai alat untuk melakukan kontrol. Kelima, analisis wacana kritis juga mencakup ideologi sebagai sesuatu yang sentral. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa teks, percakapan, dan sebagainya merupakan bentuk praktik ideologi tertentu. 4. Analisis Wacana Norman Fairclough Dalam analisis wacana Norman Fairclough, terdapat tiga elemen dasar yang merupakan masalah yang akan dilihat melalui analisis teks. Pertama, ideasional yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampilkan dalam teks, yang biasanya membawa muatan ideologis tertentu. Kedua, relasi, merujuk pada bagaimana kontruksi hubungan di antara wartawan dengan pembaca, apakah teks disampaikan secara formal atau informal, terbuka atau tertutup. Ketiga, identitas, merujuk pada konstruksi tertentu dari identitas wartawan atau penulis dan pembaca, serta bagaimana kepribadian atau identitas ini hendak ditampilkan (Eriyanto, 2001:290). Sementara itu, discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Sebuah teks berita, khususnya yang dihasilkan oleh suatu media, pada dasarnya dihasilkan melewati suatu proses yang meliputi pola kerja, bagan kerja, serta rutinitas dalam struktur media tersebut. Setiap media sangat mungkin memiliki pola kerja dan kebisaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebuah hasil liputan berupa teks oleh wartawan, akan diolah kembali oleh editor di ruangan redaksi. Proses produksi teks oleh seorang individu sangat mungkin dimaknai secara berbeda dari sebuah teks yang diproduksi oleh sebuah lembaga seperti surat kabar, majalah, dan sebagainya. Adapun proses konsumsi teks juga dapat ditentukan oleh konteks sosial yang menyertainya (Eriyanto, 2001:316). Sedangkan sociocultural practice adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks di sisni memasukkan banyak hal, yang mencakup konteks situasi, konteks dari praktik institusi dari media yang bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya atau politik tertentu. Sebagai contoh situasi politik media, budaya media, ekonomi media tertentu yang mempengaruhi pembuatan berita (Eriyanto, 2001:320).
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini dikerjakan dengan memusatkan perhatian pada tiga level analisis, yaitu pertama, analisis teks; kedua, analisis praktik diskursus atau kognisi sosial dari pembuat teks; dan ketiga, analisis mengenai praktik sosiokultural tempat dimana teks tersebut dibuat. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah teks berita headline mengenai hasil pemilukada Sumatera Utara pada surat kabar Harian Analisa yang terbit pada Jumat, 8 Maret 2013 (satu hari setelah pencoblosan) dengan judul ―Hitungan Cepat, Gatot-T Erry Unggul Satu Putaran‖. 4
Subjek Penelitian Dalam penelitian berbasis analisis wacana teks, sudah diketahui bahwa subjek penelitian akan mengarah pada penulis teks yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, wartawan dan/atau pihak-pihak yang terlibat dalam produksi berita akan menjadi subjek penelitian. Di samping itu, untuk mengetahui bagaimana proses konsumsi teks oleh khalayak, peneliti juga melibatkan pembaca harian Analisa sebagai subjek penelitian. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan mempelajari unit-unit isi berita secara keseluruhan yang membentuk sebuah wacana serta konteks sosial masyarakatnya. Seluruh hasil penelitian dalam bab ini dijabarkan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana Norman Fairclough. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan bagaimana data ditelaah beserta metodenya. TEKS Teks Praktik diskursus Praktik sosiokultural
METODE Kajian linguistik kritis Wawancara mendalam Studi Kepustakaan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis teks, dari sisi representasi dalam anak kalimat, pasangan Ganteng ditampilkan secara gamblang sebagai subjek kalimat melalui penyebutan nama ―Gatot- T Erry‖ di hampir setiap kalimat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: ―Gatot-T Erry Unggul Dalam Satu Putaran‖. Kalimat ini menggunakan pola kalimat S-P dimana subjek (Gatot-T Erry) ditulis secara jelas. Hal ini membuat subjek yang ditampilkan langsung diketahui oleh pembaca tanpa harus berpikir lagi. Ini bertujuan untuk mendukung inti pesan yang ingin disampaikan (Gatot-T Erry Unggul). Keadaan akan berbeda seandainya subjek ditulis dengan kata ganti benda/subjek, misalnya dengan kata ―Pasangan nomor urut lima‖. Dalam keadaan seperti ini, tidak semua pembaca akan mengetahui siapa yang dimaksud dengan ―Pasangan nomor urut lima‖ sehingga efektivitas pesan yang ingin disampaikan berkurang. Sedangkan dalam representasi dalam rangkaian antarkalimat, ditemukan bahwa harian Analisa menyajikan kemenangan pasangan Ganteng merupakan kemenangan yang telak. Sementara itu, dari sisi relasi, ditemukan bahwa terdapat relasi yang kuat antara wartawan dengan pihak partisipan yang memiliki pendapat yang sama. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: ―Data sampel yang masuk 98,92 persen pada pukul 16.15 WIB. Hasilnya, pasangan Gatot Pujo Nugroho-T Erry Nuradi dipastikan menang satu putaran,‖ sebut Manajer Research LSI Setia Darma dalam siaran pers quick count di salah satu hotel di Medan, Kamis (7/3). Berdasarkan sampling error berkisar satu persen, katanya, maka perolehan pasangan GatotErry tetap di atas 30 persen, baik error-nya naik atau kurang satu persen‖. Rangkaian antar kalimat di atas membentuk suatu pengertian yang seluruhnya mempertegas kemenangan calon pasangan Ganteng. Selain itu, kalimat pertama ―Pasangan nomor urut 5, Gatot Pujo Nugroho-T Erry Nuradi unggul dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Sumatera Utara berdasarkan 5
hitungan cepat (quick count) sejumlah lembaga survei, Kamis (7/3)‖ dan kalimat kedua ―Keunggulan pasangan ini hampir di seluruh kabupaten/kota‖ terangkai membentuk suatu pengertian bahwa keunggulan pasangan Ganteng sangat dominan. Dari segi relasi terdapat kalimat yang berbunyi: ―Data sampel yang masuk 98,92 persen pada pukul 16.15 WIB. Hasilnya, pasangan Gatot Pujo Nugroho-T Erry Nuradi dipastikan menang satu putaran,‖ sebut Manajer Research LSI Setia Darma dalam siaran pers quick count di salah satu hotel di Medan, Kamis (7/3). Penyisipan kutipan langsung oleh Manajer Research LSI Setia Darma seperti kalimat di atas menunjukkan bahwa terdapat relasi/hubungan yang setara antara wartawan dengan Manajer Research LSI sebagai partisipan publik. Selain itu, di seluruh bagian teks berita, tidak ada tertulis sesuatu yang merupakan pendapat masyarakat. Di sisi lain, identitas wartawan dalam memberitakan kemenangan pasangan Ganteng dalam hasil hitung cepat diketahui berada di pihak pasangan terkait. Hal ini didapatkan dari penggunaan kata-kata yang berbau subjektivitas wartawan, seperti kata ―hampir‖ untuk merujuk pada angka 10 dari 25, seperti dalam kutipan berikut: Keunggulan pasangan ini hampir di seluruh kabupaten/kota.‖ Kalimat yang digarisbawahi dalam kutipan ini menunjukkan identitas wartawan dalam menanggapi keadaan/fakta mengenai unggulnya pasangan Gatot Pujo Nugroho-T Erry Nuradi. Di dalam kalimat tersebut terdapat kata ―hampir‖ yang merupakan kesan tersendiri dari sang wartawan. Kata tersebut mengesankan bahwa ia setuju dengan keadaan tersebut. Dengan kata lain, ia memposisikan dirinya di pihak pasangan Ganteng. Dan dalam hal intertekstualitas, ditemukan bahwa seluruh kutipan yang dicantumkan memperkuat pesan yang ingin disampaikan, seperti: ―Berdasarkan sampling error berkisar satu persen, katanya, maka perolehan pasangan Gatot-Erry tetap di atas 30 persen, baik errornya naik atau kurang satu persen‖. Kutipan langsung ini menandakan bahwa ungkapan tersebut penting untuk menyokong pesan utama yang ingin disampaikan dari teks berita tersebut secara keseluruhan. Seperti diketahui bahwa pesan inti dari teks berita tersebut adalah ingin menyampaikan keunggulan pasangan Ganteng. Sehingga pemuatan kutipan langsung tersebut merupakan bagian dari pembentukan wacana oleh wartawan/media yang bersangkutan. Cara pengutipan ini merupakan sebuah bentuk intertekstual yang manifest. Dari sisi pemroduksian teks berita, peneliti melakukan wawancara terhadap salah satu wartawan Harian Analisa yang menulis berita yang menjadi bahan kajian penelitian ini. Peneliti mendapatkan informasi bahwa dari sisi pribadi, Bang Sugiatmo merupakan pihak yang pro dengan pasangan Gatot-T Erry. Beliau juga memiliki kedekatan secara emosional dengan pasangan Gatot-T Erry yang menjadi pemenang. Beliau bersuku Jawa seperti halnya Gatot. Selain itu, beliau dan Gatot juga saling mengenal satu sama lain. Adanya suatu pesan utama yang ingin ditonjolkan membuat redaksi melakukan teknik-teknik jurnalistik tertentu untuk mendukung penyampaian pesan secara efektif. Teknik tersebut dilakukan mulai dari pemilihan diksi (kosa kata), pemilihan fakta, pemilihan komentar narasumber, sampai pengaturan tampilan pada halaman kertas. Semua teknik ini dikerjakan di ruang redaksi yang melibatkan para anggota redaksi. Dari segi tampilan berita, beliau mengakui bahwa Harian Analisa memang melakukan teknik tertentu untuk membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi terperhatikan oleh pembaca. Hal ini dilakukan dengan membuat ukuran font yang lebih besar pada anak kalimat ―Gatot-T Erry Unggul dalam Satu Putaran‖ pada judul yang lengkapnya 6
adalah ―Hitungan Cepat, Gatot-T Erry Unggul dalam Satu Putaran‖. Anak kalimat ―Hitungan cepat‖ dibuat dengan font yang jauh lebih kecil sehingga tidak menjadi perhatian khusus, terutama bagi pembaca yang membaca secara sepintas. Di samping itu, teknik ini juga bertujuan untuk penghematan ruang kolom yang tersedia. Sementara itu, dari segi pemilihan kosa kata, redaksi Analisa tidak banyak melakukan pengeditan terhadap informasi yang ditulis wartawan, khususnya yang berupa angka. Pengeditan hanya dilakukan pada kata atau kalimat yang mubazir. Kata-kata yang digunakan untuk menonjolkan suatu pihak atau pesan dipilih berdasarkan fakta-fakta yang ada. Seperti penulisan nama pasangan Ganteng di setiap kalimat. Meskipun itu memang merupakan bagian dari teknik untuk menampilkan peristiwa tersebut sebagai tindakan, namun penentuan kata itu juga didasarkan fakta yang ada di lapangan. Kata-kata yang terkesan dramatis seperti ―Satu Putaran‖, ―Aman dan lancar‖, merupakan kata-kata yang dipilih berdasarkan fakta dan bukti yang kuat, dan bukan suatu bentuk ekspresi yang spontan. ―Aman dan lancar‖ menjelaskan bahwa situasi pada saat itu memang aman, tidak ada kerusuhan atau gangguan yang terjadi. Sementara ―Satu Putaran‖ merupakan bentuk prediksi pihak Analisa terhadap hasil akhir yang akan diumumkan pihak KPU berdasarkan data-data kredibel yang dirilis oleh lembaga-lembaga survei. Pada penentuan narasumber yang dipilih untuk diwawancarai, seluruh staf redaksi dan wartawan telah merencanakan matang-matang dalam rapat pagi seperti dilakukan secara rutin. Siapa-siapa saja pihak yang akan diwawancarai memang telah direncanakan sejak awal sebelum terjun ke lapangan. Karena Analisa pada saat itu memang ingin menampilkan siapa pemenang pemilukada, maka Analisa akhirnya memilih untuk mendapatkan komentar dari pihak KPU dan lembaga-lembaga survei. Sementara itu, dari sisi pembaca sebagai pihak yang terlibat dalam aktivitas konsumsi, peneliti melakukan wawancara terhadap salah satu pembaca Harian Analisa. Dalam wawancara itu, informan mengatakan bahwa dalam menkonsumsi (membaca) berita Harian Analisa, beliau hanya membaca berita apa adanya, tanpa kritik sama sekali. Hal itu dikarenakan beliau tidak mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Alasan lain, seperti yang disebutkannya, adalah karena banyak peristiwa yang diberitakan bukan dari wilayah yang tidak terjangkau olehnya. Maksudnya, beliau berada di Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan berita banyak berasal dari wilayah-wilayah lain yang ada Sumatera Utara. Peneliti juga mendapati bahwa informan tidak terlalu tertarik dengan pemberitaan politik dalam Harian Analisa. Sementara untuk berita ―Hitungan Cepat, Gatot-T Erry Unggul dalam Satu Putaran‖, informan hanya membaca sekilas. Dari judul, beliau melihat Gatot-T Erry unggul, maka ia mengetahui bahwa pasangan Ganteng unggul. Hal ini menunjukkan bahwa wacana yang dibuat Harian Analisa mengenai pemenang pemilukada versi hitung cepat tidak banyak mempengaruhi pikiran pembacanya. Atau, dengan kata lain, pikiran pembaca sedemikian rupa telah terbentuk oleh sikap apatis mengenai perihal pemilu. Oleh karena itu, bentuk wacana yang dibuat media tidak banyak menggugah pikiran pembaca. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa diterima tidaknya sebuah wacana oleh khalayak pembaca lebih dipengaruhi atau ditentukan oleh minat atau ketertarikan pembaca atas topik yang diangkat. Adanya sikap apatis di masyarakat, menurut beliau, salah satunya disebabkan oleh faktor ketidakpahaman mengenai perpolitikan di Indonesia. Lebih dari itu, para kandidat yang maju juga tidak dikenali dengan baik oleh masyarakat. Hanya Gatot, sebagai calon gubernur, yang cukup dikenal karena sempat menjabat sebagai wakil gubernur bersama 7
mantan gubernur, Syamsul Arifin pada periode sebelumnya, sebelum akhirnya ia menjabat sebagai PLT gubernur. Dari hasil wawancara dengan kedua informan (dengan wartawan dari sisi produksi dan dengan pembaca dari sisi konsumsi), peneliti mendapati bahwa di dalam discourse practice pada berita hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara tersebut, proses produksi dan konsumsi tidak selalu berjalan beriringan. Artinya, Harian Analisa hanya membuat wacana, sementara khalayak pembaca hanya mengkonsumsi wacana yang dibuat begitu saja. Harian Analisa dalam memproduksi teks berita tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan mental dimana para awak wartawan pro dengan pasangan Gatot-T Erry. Sementara itu, adanya gejolak apatis terhadap politik yang tumbuh di dalam masyarakat agaknya belum banyak mempengaruhi kebijakan politik yang dianut oleh pihak Analisa. Analisa tetap mewacanakan apa yang menjadi orientasi politiknya, sedangkan pembaca belum beranjak dari sikap apatisnya. Berita tersebut dianggap wajar bukan karena khalayak telah berada dalam satu pemikiran/ideologi yang sama dengan media, melainkan karena sikap apatis yang tinggi yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi sosial, sehingga khalayak/pembaca terkesan mengikuti wacana yang dibuat oleh media. Situasi sosial sangat berpengaruh terhadap proses pemroduksian teks berita. Pemberitaan mengenai kemenangan pasangan Gatot-T Erry dalam hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara 2013 dihasilkan dalam situasi yang aman dan kondusif sehingga melahirkan teks seperti pada berita tersebut. Pada pemberitaan tersebut, Analisa hanya berfokus pada hasil hitung cepat tanpa harus memasukkan keadaan-keadaan lain yang mendesak untuk diketahui. Teks berita tersebut akan berbeda seandainya pada saat pemilu tersebut terjadi kerusuhan yang disebabkan warga yang tidak mendapat kartu pemilih, dan sebagainya. Di samping itu, teks berita tersebut juga lahir dari situasi emosional sang wartawan yang kebetulan pro dengan pasangan Gatot-T Erry yang dinyatakan unggul dalam berita tersebut. Teks berita tersebut menjadi semakin kental dengan nuansa kemenangan Gatot-T Erry karena pengaruh situasi ini. Hal berbeda akan terjadi seandainya wartawan merupakan pihak yang kontra dengan pasangan Gatot-T Erry. Setidaknya teks berita yang diproduksi akan berbeda karena pengaruh ini. Yang pertama akan lahir berita seperti yang menjadi bahan kajian penelitian ini, sedangkan yang kedua mungkin akan memaparkan kecurangankecurangan yang dialami pasangan yang lain. Situasi sosial sangat berpengaruh terhadap proses pemroduksian teks berita. Pemberitaan mengenai kemenangan pasangan Gatot-T Erry dalam hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara 2013 dihasilkan dalam situasi yang aman dan kondusif sehingga melahirkan teks seperti pada berita tersebut. Pada pemberitaan tersebut, Analisa hanya berfokus pada hasil hitung cepat tanpa harus memasukkan keadaan-keadaan lain yang mendesak untuk diketahui. Teks berita tersebut akan berbeda seandainya pada saat pemilu tersebut terjadi kerusuhan yang disebabkan warga yang tidak mendapat kartu pemilih, dan sebagainya. Pada aspek institusi, berita mengenai kemenangan pasangan Gatot-T Erry tidak banyak dipengaruhi oleh faktor organisasi, baik dari dalam tubuh internal Analisa maupun dari pihak eksternal. Berita yang hadir tersebut hanya merupakan hasil perundingan pihak redaksi dan wartawan. Adapun pengiklan atau tokoh-tokoh tertentu, tidak mempengaruhi isi pemberitaan di Analisa mengenai berita yang diterbitkan. Namun, secara politis dari sisi internal media, berita tersebut masih tetap dipengaruhi oleh keadaan dimana para wartawan 8
dan juga banyak anggota redaksi Analisa yang pro dengan pasangan Gatot-T Erry. Adanya faktor orientasi politik ini menyebabkan berita yang lahir akan menyesuaikan dengan faktor keadaan tersebut. Pada aspek sosial, adanya krisis kepercayaan yang tinggi dalam masyarakat membuat pola konsumsi berita mengenai kemenangan pasangan Gatot-T Erry dalam Harian Analisa juga terpengaruh. Adanya gejolak krisis kepercayaan dan sikap apatis terhadap politik dalam masyarakat merupakan isu yang sangat mempengaruhi pemberitaan di media, termasuk di Harian Analisa. Sementara itu, konteks sosial ekonomi yang ada di masyarakat Sumatera Utara yang masih belum merata membuat proses konsumsi teks berita menjadi beragam. Kelompok-kelompok elite, tokoh-tokoh masyarakat, atau aktivis sosial mungkin mengkonsumsinya secara lebih serius, dibanding mayoritas kelompok kelas menengah ke bawah yang masih apatis karena lebih memikirkan persoalan mencari nafkah dan memiliki kesadaran politik yang masih rendah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang peneliti tarik dari penelitian ini meliputi tiga hasil tingkatan analisis, yaitu teks, discourse practice, dan sociocultural practice. Dari hasil analisis terhadap teks, dari sisi representasi dalam anak kalimat, pasangan Ganteng ditampilkan secara gamblang sebagai subjek kalimat melalui penyebutan nama ―Gatot- T Erry‖ di hampir setiap kalimat. Sedangkan dalam representasi dalam rangkaian antarkalimat, ditemukan bahwa harian Analisa menyajikan kemenangan pasangan Ganteng merupakan kemenangan yang telak. Sementara itu, dari sisi relasi, ditemukan bahwa terdapat relasi yang kuat antara wartawan dengan pihak partisipan yang memiliki pendapat yang sama. Sementara itu, pada level discourse practice—yang merupakan dimensi yang menjembatani pengaruh sosiokultur terhadap pembentukan sebuah wacana—peneliti menemukan bahwa wacana yang dihasilkan oleh Analisa diterima oleh pembaca bukan karena mereka telah berada dalam satu pemikiran/ideologi yang sama dengan media, melainkan karena sikap apatis yang tinggi yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomisosial, sehingga khalayak/pembaca terkesan mengikuti wacana yang dibuat oleh media. Dan pada level ketiga, sociocultural practice, peneliti menemukan bahwa Analisa tidak terpengaruh oleh adanya krisis kepercayaan dan gejolak apatis yang tumbuh di masyarakat. Hal ini diyakini karena Analisa memiliki kepentingan yang lebih prioritas daripada harus menuruti dinamika sosial tersebut. Analisa menyadari bahwa tidak semua pihak termasuk ke dalam golongan yang apatis dan tidak percaya. Masih ada kelompokkelompok tertentu yang memang membutuhkan wacana seperti itu.
Saran Peneliti menyarankan kepada media massa, mulai dari media cetak sampai media online, agar menampilkan secara berimbang fakta-fakta atau isu-isu penting yang ada di dalam setiap peristiwa dalam setiap pemberitaannya. Menyadari bahwa di dalam sebuah peristiwa terdapat banyak fakta, media harus membuat porsi yang sama dalam menampilkan fakta-fakta yang ada. 9
Implikasi -
Implikasi Teoretis
Sebuah teks lahir lewat pandangan penulis serta konteks sosial yang melatarbelakanginya. Wacana merupakan suatu bentuk tindakan yang melibatkan praktik sosial. Peneliti menemukan bahwa sebuah wacana yang lahir lebih ditentukan pandangan, kepentingan, serta pola kerja media itu sendiri daripada pengaruh konteks sosial yang ada. Adanya perubahan konteks sosial tertentu, dalam hal pemberitaan politik, tidak banyak mempengaruhi wacana yang dibentuk oleh media. -
Implikasi Praktis
Kajian analisis wacana kritis pada berita di media massa dapat membantu dalam mengetahui praktik kekuasaan yang terjadi di dalam media. Oleh karena itu, bagi pihak media, disarankan agar menjadi arena yang netral bagi kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Sementara itu, bagi pihak yang akan melakukan penelitian sejenis, perlu diperhatikan bagaimana perubahan sosial yang terjadi mempengaruhi pemberitaan di media massa. Hal ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penelitian yang menggunakan metode analisis wacana kritis.
DAFTAR REFERENSI Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Morissan, M.A. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
http://www.inilah.com/read/detail/1881466: diakses tanggal 27 Maret 2013. http://wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara: diakses tanggal 27 Maret 2013. http://wikipedia.org/wiki/HarianAnalisa (surat kabar): diakses tanggal 20 Maret 2013.
10