PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Labuhan Batu memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan potensial untuk dikembangkan dari daerah khususnya Tanjung Leidong. Hasil produksi yang sangat terkenal dengan kualitasnya yakni beras Kuku balam (KKB). Beras ini bahkan menjadi suatu produk unggulan hasil pertanian Labuhan Batu yang berasal dari kecamatan Kualuh Leidong. Beras KKB ini bahkan dikenal
di Sumatera maupun diluar sumatera dan cukup dikenal oleh
masyarakat, Dalam Industri Pengolahan Padi atau disebut Kilang Padi. Kecamatan Kualuh Leidong memiliki Kilang Padi terbesar kedua di Sumatera Utara yang menggolah padi secara Modern yang menghasilkan beras berkualitas sehingga beras Tanjung Leidong ini bisa menembus pasar luar dan harga jual yang sangat tinggi dipasaran 1, Petani semakin bergairah untuk mengembangkan pertanian padi dan berusaha melakukan peningkatan produksinya yang selama ini yang selama ini perdangan berasnya KKB sebagian beras melalui tanjung balai yang diekspor ke Malasyia dan Singapura, namun yang menjadi kendala selama ini pertanian di dearah tersebut
masih cendrung menggunakan sistem tradisional sehingga produksi yang
dihasilkan belum maksimal, sistem tarnsportasi dan sistem irigasi daerah tanjung Leidong masih sangat minim, sehingga saat ini penghasil beras sistem pertaniannya masih menggunakan tadah hujan, namun saat curah hujan tinggi maupun musim kemarau akan sangat mempengaruhi iklim lahan pertanian di daerah Tanjung Leidong. Tanjung berasal dari bahasa Cina yaitu Leklong yang berarti (Pelabuhan), namun penduduk setempat (melayu) menyebutnya Tanjung, untuk Leklong penduduk menyebutnya Leidong, yang
1
wawancara dengan PPL Pertanian Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu
Universitas Sumatera Utara
memiliki arti yang sama, kemudian tempat itu dinamai menjadi Tanjung Leidong 2. Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhan Batu (Rantau Prapat).
Tahun 1999 menjadi
kecamatan
Kualuh Leidong kemudian pada tahun 2009 setelah pemekaran nama tersebut berubah menjadi labuhan Batu Utara (Aek Kanopan).
Tanjung Leidong beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terdapat pada bulan September sampai Desember dan musim kemarau terdapat pada bulan Januari sampai dengan Juli, sedangkan bulan Agustus adalah masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau dimana iklim di bulan ini kurang stabil.
Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2 yang terdiri dari satu kelurahan tujuh Desa yaitu Air Hitam, Teluk Pulai Dalam, Teluk Pulai Luar, Kelapa Sebatang, Pangkalan Lunang, Tanjung Leidong dan Simandulang. Sedangkan jauh jarak
kecamatan Desa Tanjung Leidong mencapai 119 KM
dengan Ibu kota Kabupaten Labuhan Batu (Rantau Prapat). Wilayah Kecamatan Kualuh Leidong di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hilir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Aek Natas, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hulu. 3
Pada tahun 1960 Kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong dulunya bersifat Maritim. Wilayah pesisir sangat kaya dengan sumber kelautan dan perikanan serta jasa kelautan, tetapi masalah kemiskinan terjadi pada masyarakat pantai dimana faktor yang menjadi penyebab pada dasarnya dikelompokkan pada masalah yang berkaitan dengan kepemilik alat tangkap atau
2 3
Wawancara dengan bapak Arifin Simanunsong tanggal 02 Agustus 2014 di Desa Tanjung Leidong Badan Pusat Statistik Labuhan Batu
Universitas Sumatera Utara
perahu penukaran hasil ikan, sarana penyimpanan ikan dan pemasaran ikan. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan yaitu suku Melayu, Jawa dan Batak dll. Berlaut atau bekerja sebagai nelayan untuk mencari ikan dengan cara menjala ikan, memancing, dan menangkap ikan dengan perahu, para nelayan harus menyiapkan perahu atau kapal tangkupan ikan dengan sendirinya karena pada saat itu belum ada perahu yang diperjual belikan, dan para nelayan harus menyesuaikan terhadap tanggal pasang surutnya air dilaut, apabila terjadi pasang surut dan angin berhembus kencang para nelayan akan kewalahan dalam menangkap ikan dilaut, keadaan cuaca laut akan sangat berpengaruh dalam mata pencaharian para nelayan. Para nelayan akan mencari ikan mulai dari dini hari pukul tiga subuh hingga pada pukul delapan pagi dan terkadang tidak menentu 4, masyarakat akan berjuang dengan gigih dan bekerja sebagai kebutuhan pokok, namun manusia khususnya nelayan tidak pernah meresa puas dengan apa yang diperolehnya, Setiap tahunnya hasil dari Nelayan semakin menurun sehingga masyarakat mulai beralih ke tanaman Padi sehingga masyarakat itu sendiri mulai melirik pada kehidupan pertanian padi sawah yang dianggap menjanjikan kehidupan masyarakat tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan, karena menanam padi hanya sekali setahun saja dan meluangkan waktu yang banyak sebelum panen. Pada mulanya masyarakat tersebut tidak mengenal daerah Tanjung Leidong. Berkembangnya daerah Tanjung Leidong dipelopori oleh majunya pertanian padi di daerah tersebut sebagai daerah penghasil padi di Sumatera Utara. Daerah tersebut mulai dikenal masyarakat dengan dikenalkan pertanian padi. Dengan adanya perubahan pola mata pencaharian, Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang dan mempengaruhi setiap 4
Wawancara, dengan bapak Zulkipli Ritonga,09 Februari 2014 mengenai kehidupan Nelayan di Tanjung Lidong Kab Labura
Universitas Sumatera Utara
individu di dalam masyarakat tersebut 5. Perubahan juga mempunyai dua arah yaitu kearah yang lebih baik maupun kearah yang lebih buruk. Di dalam penelitian ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari suatu yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Baik dari nelayan ke pertanian membawa dampat yang positif terhadap masyarakat tersebut, mengenai perubahan pendapatan lahan sawah. Pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan 6. Sebagian besar penduduknya hidup dari usaha pertanian yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, hal ini menyebar di berbagai desa, salah satunya Desa Tanjung Leidong yang hidupnya dari usaha pertanian padi sawah.Usaha ini mulai berlangsung hingga sekarang di mulai sejak tahun 1970 an, namun pada awalnya pengelolaan pertanian belum dioptimalkan dimana pengairan yang ada di desa Tanjung Leidong hanya mengandalkan curah hujan sehingga hasil produksi belum optimal di dapat oleh petani. Menanam padi di sawah sudah mendarah daging bagi sebagian Desa, Pekerjaan kehidupan bertani sudah turun temurun dilakukuan. Bisa
dikatakan, tidak berbeda dari system yang
dilakukan dari nenek moyang kita sejak mengenal lahan sawah. Sejak zaman dulu dan sekarang, hampir semua di tanami dengan cara konvensional, begitulah cara yang
dilakukan oleh
masyarakat Desa Tanjung Leidong salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pada awalnya Desa Tanjung Leidong ditumbuhi dengan semak belukar dan siapa yang dapat mengelolah lahan itu sebanyak mungkin akan mendapat lahan yang banyak juga, masyarakat itu sendiri hanya mengandalkan tenaga kampak Biasanya para petani menanam padi berdasarkan curah hujan antara September sampai dengan Oktober dan akan panen pada Februari sampai dengan Maret 5
Soerjono Soekanto,Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial,Jakarta:Ghalia Indonesia,1983,hal.42. Pujo Samedi, Pembangunan Ekonomi(Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat”Study Kasus, Pertanian Salak Dampak Pondoh Desa Bangunkerto”, hal.89. 6
Universitas Sumatera Utara
Melihat hasil padi semakin tahun semakin membaik sehingga mendapat respon positif dari masyarakat Desa Tanjung Leidong, sehingga masyarakat Tanjung Leidong berlomba-lomba untuk menanam padi, tanpa meninggal kan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan kehidupan petani padi tersebut mampu menaikkan pendapatan, selain meninggkatkan taraf hidup masyarakat, timbullah keinginan untuk meningkatkan pendidikan di masyarakat Tanjung Leidong. Sehingga banyak masyarakat dari Toba Samosir, Siborong-borong,dan Pulau Jawa, datang berbondong-bondong ke Desa Tanjung Leidong untuk merubah Nasib, ada yang datang sebagai pekerja, ataupun sebagai pemilik Sawah. Pertanian padi di Desa Tanjung Leidong yang diprakarsai Bapak Kasdin Simarmata 7dkk. Beliau adalah orang yang pertama kali datang dari samosir sengaja untuk melihat kondisi kehidupan yang ada di Tanjung Leidong
yang mula-mula mereka datang bertujuan untuk
melihat kondisi daerah itu dan ternyata daerah itu sendiri memiliki tanah yang subur dan cocok dijadikan untuk lahan pertanian padi. Penelitian ini di mulai Tahun 1970 karena pada tahun itu masyarakat mulai mengenal pertanian padi, dan tahun 2000 sebagai akhir dari penelitian ini karena selama 30 tahun telah terjadi perubahan pada kehidupan petani padi sawah di desa ini, seperti jumlah masyarakat yang menanam padi, lahan yang digunakan, sistem permodalan, serta pemasaran yang semakin terorganisir. Selama 30 tahun ini juga sudah terlihat kehidupan masyarakat semakin banyak perubahan ke arah yang lebih baik seperti, pertanian padi di Desa Tanjung Leidong ini ternyata banyak sekali membawa dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di desa tersebut.
7
Kasdin Simarmata dkk ialah orang yang pertama kali membawa bibit padi ke desa Tanjung Leidong membawa bibit dari Toba Samosir ke Desa Tanjung Leidong, Beliau memiliki tanah di Tanjung Leidong dengan cara membuka hutan karena pada saat itu belum ada larangan dan bebas membuka lahan untuk para pendatang ke Desa tanjung Leidong karena jumlah populasi di Desa tersebut sangat rendah.
Universitas Sumatera Utara
Pertanian padi mampu menaikkan pendapatan masyarakat Desa Tanjung Leidong. Dengan semakin meningkatnya pendapatan dan meningkatnya taraf hidup masyarakat sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan pendidikan anak-anak mereka. Semakin meningkatnya pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat, hal ini juga mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong. Ini bisa terlihat di kehidupan sehari-hari seperti memperbaiki lingkungan, di mana masyarakat tersebut sudah mulai ada kesadaran untuk bergotong royong memperbaiki jalan dengan biaya dari masyarakat sendiri. Pada bidang pendidikan, pola hidup, dan terhadap lingkungan dan pembangunan desa. Selain dari pada itu tanaman padi yang menghasilkan beras juga dikenal oleh masyarakat. Atas dasar Uraian di atas, maka penulisan ini diberi judul “Kehidupan Petani PadiSawahTadah Hujan Di DesaTanjung Leidong kecamtan Kualuh Leidong (1970-2000)’’ 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam melakukan penlitian ini, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas, maka pokok permasalahan akan dibahas sebagai berikut : 1. Bagaimana kehidupan masyarakat di Desa di Tanjung Leidong sebelum tahun 1970? 2. Bagaimana perkembangan Pertanian Petani Padi Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong tahun
1970-2000?
3. Apa pengaruh pertanian padi bagi kehidupan masyarakat desa Tanjung Leidong ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat di Desa Tanjung Leidong sebelum tahun 1970 2. Untuk mengetahui perkembangan pertanian petani tadah hujan di Desa Tanjung Leidong tahun 1970-2000 3. Untuk mengetahui pengaruh pertanian padi bagi kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong . Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Menambah pengetahuan
perekonomian para petani padi di Desa Tanjung Leidong
sebagai sumber penghasil beras di Sumatera Utara 2. Bahan referensi bagi pemerintah daerah untuk mendukung perekonomian baik petani padi maupun di desa dan sebagai acuan dan pertimbangan ketika dalam pengambilan kebijakan dalam rangka untuk kesejahteraan para petani, kondisi petanidi daerahnya, Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai sejarah lokal khususnya petani yang jauh dari pusat pemerintahan seperti Desa Tanjung Leidong. 3. Sebagai perbandingan dan masukan bagi peneliti yang berkaitan dengan kehidupan petani padi di masa yang akan datang. 1.4 Tinjauan Pustaka
Universitas Sumatera Utara
Dalam penyelesaian tulisan ini perlu dilakukan tinjauan pustaka dengan menggunakan buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini yakni tentang Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong Tahun 1970. Untuk itu penulis menggunakan beberapa litetatur yang dapat mendukung tulisan ini. Dalam buku “Petani Suatu Tinjauan Antropologis”membahas tentang bahwa dunia petani tidaklah tanpa bentuk, melainkan merupakan salah satu dunia yg teratur, yang memiliki bentukbentuk organisasi yang khas, dan berbeda dari kaum tani lainnya yaitu masyarakat itu sebagai tradisioanal dan mencapai manusia-manusianya sebagai terikat oleh tradisi yang artinya kebalikan dari moderen. Yang bertujuan menyoroti satu tahap dalam evolusi masyarakat manusia petani pedesaan. Dalam buku “Tiga Dekade Berindustri Benih di Indonesia (2002)” mengemukakan tentang penyuluhan kepada petani, petani hanya mau menerima anjuran budidaya tanaman pangan meskipun teknologi budidaya belum semaju mungkin seperti pengaturan air baik berupa irigasi teknis maupun irigasi pedesaan.Disamping itu juga di upayakan peningkatan budidaya padi dan pengorganisasian petani untuk mau menerima anjuran berteknologi maju.Orentasi pemilihan pada saat itu cendrung lebih memikirkan kualitas dari pada kuantitas sehingga kebijakan pangan masih didominasi oleh selera rasa nasi dan bentuk-bentuk tanaman padi yang selaras kebiasaan petani menuai secara memotong malainya dengan ketam. Dalam buku “Kebijakan Pertanian”membahas tentang kebijakan-kebijakan dalam pembelian beras, padi dan gabah dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah serta penyedian prasarana penyaluran hingga ke pasar umum dengan lancar dengan harga-harga yang terkendalikan agar masyarakat petani tidak mengalami kesulitan dalam mengekspor padi ataupun beras
Universitas Sumatera Utara
keluar.Setiap tahun diadakan penyesuaian terhadap harga dasar tersebut dan sebagai pertimbangan yang telah ditentukan olah pemerintah dengan harga batas tertinggi yaitu perdangangan dan pengaruh perekonomian. Terlepas dari arti penting petani dan pertanian dalam kaitannya di bidang ekonomi dan masyarakat, beberapa kondisi-kondisi nampak penting bagi pengorganisasian pengembangan dari kinerja penyuluhan pertanian. Kondisi yang utama yaitu apakah informasi itu telah dirakit, diatur, dan dibuat tersedia pada praktek pertanian yang baru atau progresif cocok untuk lingkungan tertentu Dalam buku “Bercocok Tanam Padi” membahas mamfaat padi bagi manusia, salah satunya untuk kebutuhan hidup, sebagian besar penduduk di muka bumi ini menggunakan nasi sebagai makanan pokoknya tetapi ada juga makanan pokok selain nasi dan lain-lain. Kebutuhan padi sebagai bahan makanan pokok di Negara kita yang selalu mengalami kenaikan. Produksi yang dihasilkan dari tanaman dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan, hal ini bukan berarti kita tidak mempunyai usaha untuk meningkatkan hasil pertanian. 1.5 Metode Penelitian Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalan historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau. 8 Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain: 1. Heuristik merupakan tahap awal yang dilalukan untuk mencari sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber dapat diperoleh melalui dua
8
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: IU Press, hlm. 32
Universitas Sumatera Utara
cara, yaitu studi lapangan wawancara melalui bapak Kasdin Simarmata, Marsius Tamba dkk. (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan metode wawancara yang terbuka. Studi kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya. 2. Kritik, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran sumber sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternal. Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang diteliti, sedangkan kritik eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan. 3. Interpretasi, merupakan tahap untuk menafsirkan fakta lalu membandingkannya untuk diceritakan kembali. Pada tahap ini subjektivitas penulis harus dihilangkan paling tidak dikurangi agar analisis menjadi lebih akurat. Sehingga fakta sejarah yang didapat bersifat objektif. 4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dalam tahap ini peneliti menuliskan hasil penelitiannya secara kronologis dan sistematis.
Universitas Sumatera Utara