PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama makanan pokok terus meningkat sejalan dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman (diversifikasi) dengan mengembangkan tanaman pangan alternatif seperti sorgum (Sorghum bicolor (L). Moench). Sorgum merupakan komoditas pangan alternatif yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia. Biji sorgum dapat
digunakan
sebagai
bahan
makanan
yang
banyak
mengandung
karbohidrat sebagai bahan dasar pembuatan minuman dan pakan ternak (Mudjishono dan Damardjati, 1987). Sebagai bahan pangan, kandungan gizi pada sorgum sangat bersaing dengan beras dan jagung, bahkan kandungan protein dan kalsium lebih tinggi. Kandungan protein dan kalsium pada sorgum mencapai 11,0 g dan 28,0 mg, pada beras 6,8 g dan 6,0 mg, sedangkan pada jagung 8,7 g dan 9,0 mg per 100 gram bagian dapat dimakan. Selain itu, sorgum juga mengandung zat besi, fosfor, dan vitamin B1 yang lebih tinggi dibandingkan beras. Kandungan besi, fosfor, dan vitamin B1 pada sorgum berturut-turut 4.4 mg, 287 mg, dan 0.38 mg sedangkan pada beras kandungan ketiga zat tersebut hanya 0.8 mg, 140 mg, dan 0.12 mg (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992). Selain krisis kebutuhan pangan, negara-negara maju dan berkembang termasuk Indonesia juga mengalami krisis energi khususnya energi berbahan fosil.
Pada
tahun
2004
produksi
minyak
bumi
Indonesia
berkisar
Universitas Sumatera Utara
1,12 juta barrel/hari sedangkan kebutuhannya mencapai 1,15 juta barrel/hari (Iman dan Nurcahyo, 2005). Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas, sebagian besar dengan kondisi iklim kering yang sesuai untuk produksi tanaman sorgum. Keistimewaan sweet sorghum, bersifat multi guna, yaitu sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak maupun bahan baku bermacam industri, misalkan produksi bioethanol. Di antara spesies sorgum terdapat jenis sorgum manis yang batangnya mengandung nira, dengan kadar gula tinggi. Sorgum manis banyak digunakan sebagai pakan ternak, bahan pembuatan gula cair (sirup), jaggery (semacam gula merah) dan bioetanol. Prospek sorgum di Indonesia sangat baik dan dapat dijadikan komoditas andalan, mengingat sorgum bisa dikembangkan searah dan sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas lahan kosong (lahan marginal, lahan tidur, dan atau lahan non-produktif lainnya) yang jumlahnya sangat luas di negeri ini (Yasman, 2010). Menurut Beti, dkk (1990), luas areal sorgum dunia sekitar 50 juta hektar setiap tahun dengan total produksi 68,40 juta ton dan rata-rata produktivitas 1,30 t/ha. Negara penghasil sorgum utama adalah India, Cina, Nigeria, dan Amerika Serikat, sedangkan Indonesia termasuk negara yang masih ketinggalan, baik dalam penelitian, produksi, pengembangan, penggunaan, maupun ekspor sorgum. Secara umum tanaman sorgum untuk pangan yang diinginkan adalah tanaman sorgum yang memiliki karakter (1) produktivitas tinggi, (2) stabilitas produksi pada kondisi lingkungan yang bervariasi, (3) berstruktur pendek sehingga mempermudah proses panen, (4) berumur genjah, (5) tahan terhadap
Universitas Sumatera Utara
cekaman abiotik, seperti tahan kekeringan, toleran terhadap aluminium, tidak sensitif terhadap fotoperiodik, (6) tahan terhadap hama dan penyakit, serta (7) kualitas biji yang baik, seperti kandungan nutrisi pada endosperm dan kandungan tanin yang rendah (Acquaah, 2007). Salah satu tujuan pemuliaan tanaman sorgum diarahkan kepada perolehan varietas sorgum yang sesuai untuk pangan berkaitan dengan program diversifikasi pangan di Indonesia. Sorgum berpotensi untuk dapat memenuhi persyaratan gizi sebagai salah satu alternatif bahan pangan sehingga dapat berperan dalam perbaikan gizi masyarakat. Program pemuliaan berupaya melakukan perbaikan baik dari produktivitas maupun kualitas terhadap plasma nutfah sorgum. Penentuan ideotype tanaman dalam pemuliaan sangat diperlukan untuk meningkatkan potensi genetik karakter yang diinginkan dengan memodifikasi karakter tersebut secara spesifik (Roy, 2000). Modifikasi pertumbuhan tanaman secara fisiologi adalah salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan di atas dengan mengontrol pertumbuhan vegetatif. Penggunaan zat pengatur tumbuh retardan dapat dilakukan untuk mengatur pola pertumbuhan
tanaman
dengan
tujuan
mempertahankan
keseimbangan
pertumbuhan vegetatif dan generatif, sehingga kompetisi pemanfaatan source oleh pertumbuhan vegetatif dan generatif yang mengakibatkan rendahnya assimilat yang didistribusikan ke dalam sink dapat ditekan (Cruz-Aguado,dkk, 1999). Zat
pelambat
pertumbuhan
tertentu
yang
diperdagangkan,
yang
menghambat pemanjangan batang dan menyebabkan pengkerdilan, bekerja antara lain dengan menghambat sintesis giberelin. Produk tersebut meliputi
Universitas Sumatera Utara
phosphon D, amo-1618, CCC atau cycocel, ansimidol, dan paclobutrazol (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Wattimena (1988) paclobutrazol termasuk zat pengatur tumbuh dari golongan retardan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan metabolisme tanaman pada meristem sub apikal yang dapat menghalangi pemanjangan sel, akibatnya perpanjangan buku terhambat. Pada budidaya tanaman sorgum terdapat permasalahan antara lain rendahnya produktivitas dari sorgum tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan penggunaan zat penghambat pertumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman sorgum akan tetapi dapat meningkatkan produktivitas sorgum. Hal ini secara khusus ditujukan untuk meningkatkan produksi biji sorgum yang dapat digunakan sebagai bahan pangan serta meningkatkan kadar gula pada batang tanaman sorgum. Penggunaan paclobutrazol diharapkan dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanaman sorgum dan mengalihkan penggunaan asimilat dari kebutuhan untuk perkembangan sink vegetatif ke perkembangan sink reproduktif (biji). Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi beberapa varietas sorgum terhadap pemberian paclobutrazol. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
pemberian
paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas tanaman sorgum.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian Ada pengaruh konsentrasi paclobutrazol, varietas sorgum serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara