I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kuda sudah dikenal manusia sejak lama, dahulu kuda hanya dimanfaatkan
dagingnya untuk dikonsumsi oleh manusia, yang selanjutnya meningkat untuk ditunggangi sebagai sarana transportasi, olahraga, hiburan dan berbagai kegiatan resmi kenegaraan.
Pasukan berkuda di bidang militer disebut dengan kavaleri.
Kavaleri berasal dari bahasa latin caballus dan bahasa Perancis chevalier yang berarti kuda. Kuda kavaleri merupakan salah satu kuda tunggang, yang memiliki daya kerja yang baik. Daya kerja tersebut ditentukan oleh jarak yang ditempuh kuda dengan berbagai gerakan yang dimiliki. Daya kerja dipengaruhi oleh fungsi kerja otot dan latihan yang teratur. Pengembangan kuda kavaleri di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman Belanda. Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu kesatuan militer di Indonesia yang memanfaatkan kuda setelah lulus latihan atau remonte sebagai kuda kavaleri. Remonte adalah pelatihan dan pendidikan kuda yang merupakan salah satu program Denkavkud Pussenkav TNI-AD yang menitik beratkan kepada pendayagunaan kuda agar kuda peternakan di Denkavkud Pussenkav TNI-AD dapat di tunggangi dan memiliki kemampuan militer dengan baik.
1
2 Kuda yang telah lulus program remonte tetap menjalani latihan untuk menjaga performansnya. Proses latihan pada kuda kavaleri memerlukan tenaga atau energi dalam melakukan aktivitas. Energi pada saat latihan dihasilkan dari pergerakan otot yang akan menghasilkan panas dalam bentuk peningkatan suhu tubuh, contohnya perubahan suhu tubuh sebelum aktivitas dan setelah aktivitas yang akan di respon oleh kuda dengan cara melakukan proses homeostasis. Proses homeostasis pada kuda biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi yang dilanjutkan dengan adanya peningkatan frekuensi denyut jantung sebagai upaya mengeluarkan panas dari dalam tubuh agar suhu tubuh relatif konstan. Frekuensi respirasi sebelum aktivitas dan setelah aktivitas yang berbeda dapat terjadi karena kondisi fisiologis yang berbeda pula, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain temperatur dan kondisi tubuh, ukuran tubuh hewan, dan aktivitas metabolisme serta faktor umur (Soeharsono dkk., 2010). Aktivitas denyut jantung dikendalikan oleh sistem syaraf simpatis yang bersifat meningkatkan denyut jantung dan sistem syaraf parasimpatis yang bersifat menurunkan denyut jantung (Rastogi, 1977), oleh karena itu aktivitas ternak merangsang syaraf simpatis untuk meningkatkan denyut jantung sebagai upaya mempertahankan keadaan fisiologis ternak. Pada ternak yang memiliki daya homeostatis rendah maka perubahan status faali sebelum dan setelah aktivitas terjadi perbedaan yang sangat besar sehingga untuk kembali ke keadaan status faali yang normal memerlukan usaha yang lebih besar. Ukuran tubuh ternak memiliki korelasi dengan organ tubuh ternak, terutama lingkar dada karena di dalamnya terdapat organ yang dapat mempengaruhi perubahan
3 frekuensi respirasi, denyut jantung serta suhu tubuh setelah aktivitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian tentang korelasi lingkar dada dengan status faali pada kuda kavaleri perlu dilakukan. 1.2
Identifikasi Masalah Apakah terdapat korelasi lingkar dada dengan status faali (frekuensi respirasi,
frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh) sebelum dan setelah latihan pada kuda kavaleri di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat. 1.3
Tujuan Penelitian Mengetahui apakah terdapat korelasi lingkar dada dengan status faali
(frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh) sebelum dan setelah latihan pada kuda kavaleri di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat. 1.4
Kegunaan Penelitian 1. Memberikan informasi dasar mengenai korelasi lingkar dada dengan status faali (frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh) pada kuda kavaleri. 2. Memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, sebagai bahan referensi bagi penelitian pada bidang yang sama untuk penelitian selanjutnya.
4 1.5
Kerangka Pemikiran Kuda kavaleri di Denkavkud TNI-AD merupakan kuda persilangan antara
kuda lokal dengan kuda impor.
Kuda di Denkavkud TNI-AD harus memiliki
beberapa performans, yaitu kecepatan, kekuatan, daya tahan dan lincah.
Kuda
tersebut diharapkan memiliki postur tubuh yang baik yaitu tinggi besar, bulu berwarna gelap, tidak mudah terserang penyakit, dan dapat beradaptasi terhadap lingkungan di Indonesia. Performans kuda yang baik akan diperoleh dari aktivitas latihan, namun latihan intens pada kuda mengakibatkan kenaikan 60 hingga 90 kali lipat tingkat metabolisme (Rose, 1990; Seeherman dan Morris, 1990). Hal tersebut ikut berpengaruh pada mekanisme termoregulasi kuda untuk membuang panas. Faktor penguapan panas pada kuda yang cukup merugikan adalah hilangnya kemampuan berkeringat, suatu kondisi yang dapat berkembang pada kuda dari semua keturunan dan usia, kondisi ini dikenal dengan anhidrosis. Aktivitas latihan memerlukan kondisi tubuh yang sehat, untuk mengetahui kesehatan tubuh kuda salah satunya dapat dilihat dari kondisi fisiologis ternak tersebut. Kondisi fisiologis yang digunakan untuk mengetahui indikasi ternak sehat adalah dengan mengukur status faali yang meliputi : frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh. Suhu tubuh, frekuensi respirasi dan denyut jantung dinyatakan sebagai hal penting dalam upaya mempertahankan kondisi fisiologis.
Meningkatnya suhu
lingkungan dapat meningkatkan frekuensi respirasi dalam upaya melepaskan panas tubuh. Proses tersebut terjadi karena pada umumnya ternak tidak mempunyai cukup kelenjar keringat untuk membuang panas melalui penguapan.
5 Suhu tubuh merupakan panas yang terbentuk dari hasil proses metabolisme dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah sehingga tubuh menjadi panas. Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan ternak. Kuda termasuk ternak homeoterm yaitu memiliki sistem pengaturan suhu tubuh agar tetap normal terhadap pengaruh dari luar, yang dapat dilakukan melalui proses homeostasis dengan perbanyakan frekuensi respirasi dan denyut jantung yang berperan dalam pengeluaran panas tubuh. Sebagai ternak homeoterm, kuda akan berusaha untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak meningkat terlalu tinggi melalui proses vasodilatasi yang merupakan pembesaran pembuluh darah sehingga peredaran darah beredar dengan cepat dan meningkatkan denyut jantung. Ternak yang melakukan aktivitas dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung untuk waktu tertentu, semakin tinggi aktivitas yang dilakukan, maka akan semakin cepat pula denyut jantungnya. Frekuensi respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran tubuh, umur, aktivitas ternak, kebuntingan, lingkungan dan aktivitas pencernaan terutama pada rumen. Frekuensi respirasi dapat meningkat akibat suhu lingkungan hal ini merupakan suatu upaya untuk menjaga suhu tubuh pada tingkat yang normal. Bobot badan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan fisiologis atau status faali ternak.
Pengukuran bobot badan tidak selalu harus
menggunakan timbangan, melainkan dapat menggunakan pita ukur dengan mengukur nilai lingkar dada ternak. Pengukuran ukuran tubuh yang menunjukkan korelasi tertinggi dengan bobot badan adalah lingkar dada. Lingkar dada merupakan salah satu faktor ukuran tubuh atau pencerminan bobot badan yang berpengaruh terhadap
6 keadaan fisiologis atau status faali. Berdasarkan uraian diatas diperoleh pendugaan bahwa lingkar dada berkorelasi dengan status faali pada kuda kavaleri dewasa. 1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2015 di Detasemen
Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat.